01 KJ Januari 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tema Pelayanan Bulan Januari 2020 Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN BULAN JANUARI 2020 Rabu, 1 Januari 2020 .................................................................................. 2 Tahun Baru (Putih) “Melangkah dengan Penuh Harapan” Minggu, 5 Januari 2020 ............................................................................. 3 Minggu Epifani (Putih) “Aku Anak Allah” Minggu, 12 Januari 2020 .......................................................................... 4 Minggu Biasa I/Baptisan Yesus (Putih) Hidupku Dibimbing Roh Minggu, 19 Januari 2020 ....................................................................... 15 Minggu Biasa I I (Hijau) Berita yang Menarik Hati Minggu, 26 Januari 2020 ....................................................................... 25 Minggu Biasa III (Hijau) Kamu Penjala Manusia



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



1



Rabu, 1 Januari 2020 Tahun Baru (Putih) TEMA PERAYAAN IMAN “Melangkah dengan Penuh Harapan” TUJUAN Di tahun yang baru, umat diajak untuk melangkah dengan penuh harapan bahwa Tuhan akan memelihara. DAFTAR BACAAN Bacaan I : Pengkotbah 3:1-13 Tanggapan : Mazmur 8 Bacaan II : Wahyu 21:1-6a Bacaan III : Matius 25:31-46 KETERANGAN Bahan khotbah lengkap ada di dalam buku Masa Adven dan Natal (MAN) 2019 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah.



2



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Minggu, 5 Januari 2020 Minggu Epifani (Putih) TEMA PERAYAAN IMAN “Aku Anak Allah” DAFTAR BACAAN Bacaan I : Yeremia 31:7-14 Tanggapan : Mazmur 147:12-20 Bacaan II : Efesus 1:3-14 Bacaan III : Yohanes 1:1-8 KETERANGAN Bahan khotbah lengkap ada di dalam buku Masa Adven dan Natal (MAN) 2019 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah.



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



3



Minggu, 12 Januari 2020 Minggu Biasa I/Baptisan Yesus (Putih) TEMA PERAYAAN IMAN Hidupku Dibimbing Roh TUJUAN 1. Umat meyakini bahwa Roh Allah dinyatakan kepada umatNya. 2. Umat memiliki semangat untuk menghampiri penyertaan Roh Allah 3. Umat mampu mewujudkan kehidupan yang adil dan damai sejahtera dalam bimbingan Roh Allah. DAFTAR BACAAN Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan III



: Yesaya 42:1-9 : Mazmur 29 : Kisah Para Rasul 10:34-43 : Matius 3:13-17



DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anugerah : Roma 8:26 Petunjuk Hidup Baru : 2 Korintus 3:3 Persembahan : 1 Tawarikh 29:13-14 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 64:1,2 Nyanyian Penyesalan : KJ 84:1,2 Nyanyian Kesanggupan : KJ 367:1,4 Nyanyian Persembahan : KJ 302:1Nyanyian Pengutusan : KJ 246:1,2 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan



: KPJ 19:1,2 : KPJ 48:1,2 : KPJ 78:1,2 : KPJ 157:1: KPJ 429:1,2



Pdt. Andreas Tri Febriantoro (GKJ Klampok, Banjarnegara)



4



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



DASAR PEMIKIRAN Dalam menanggapi kehidupan bersama yang penuh dengan kepelbagaian, umat sering berhadapan dengan konflik yang muncul akibat perbedaan-perbedaan yang ada. Oleh sebab itu tentu dibutuhkan sikap yang tepat agar umat mampu menjaga nyala api pengharapan sebagai garam dan terang dunia. Minggu ini umat menghayati peristiwa baptisan Yesus. Peristiwa baptisan Yesus mendeklarasikan penyertaan Roh Allah atas setiap umat. Di sisi lain, peristiwa tersebut hendak mewariskan keteladanan Yesus yang bersedia menghampiri penyertaan Allah. Keteladanan Yesus inilah yang penting untuk diwarisi oleh umat saat berhadapan dengan perbedaan-perbedaan yang ada di tengah masyarakat. Umat didorong untuk mampu menghampiri penyertaan Allah agar hidupnya senantiasa diterangi oleh cinta Allah. KETERANGAN BACAAN Yesaya 42:1-9 Arti kata Yesaya yaitu “Allah adalah keselamatan.” Dia berkarya sebelum Yehuda dibuang ke Babel. Yehuda di mata Yesaya telah berdosa terhadap Allah, sehingga Allah mengutus Yesaya untuk menyampaikan peringatan-peringatan kepada umat-Nya itu. Ibadah-ibadah mereka adalah ibadah yang buruk sehingga Allah jijik dan menolak semua ibadah peringatan hari raya dan persembahan umat-Nya. Yesaya 42:1-9 berisi tentang janji Allah akan Hamba Tuhan yang datang ke dalam dunia, dengan rela menjadi manusia dan menderita demi pembebasan umut manusia. Dalam Yesaya 42:1-9 'hamba' yang berkenan di hadapan Allah akan menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa, menegakkan hukum di bumi, dia telah dipersiapkan Allah menjadi perjanjian bagi umat-Nya, dia juga menjadi terang bagi bangsa-bangsa, dia berperan membuka mata yang buta dan mengeluarkan tawanan Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



5



serta orang-orang terpenjara. Catatan yang tegas tentang Sang Hamba Tuhan yang ditunjukkan secara tegas oleh bacaan ini adalah: 1. Hamba Tuhan itu dipilih dan dikaruniai Roh oleh Tuhan untuk menyatakan hukum atau keadilan. 2. Hamba Tuhan itu menjalankan tugas dengan sopan dan santun. Dalam menghadapi suatu masalah, ia tidak berteriak-teriak apalagi dikatakan memperdengarkan suara di jalan. 3. Hamba Tuhan itu memperhatikan umat yang jauh dari Tuhan. “Buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya” adalah gambaran umat yang kehilangan harapan, gagal dalam hidup dan tanpa masa depan. Tetapi buluh itu belum putus dan pelita itu belum padam, artinya ada harapan. Harapan itu yang dibawa Hamba Tuhan dan menjadi perhatian sang Hamba Tuhan. Mazmur 29 Mazmur Daud pada bagian ini hendak menunjukkan pergeseran dari refleksi iman ke sebuah mazmur deklarasi publik. Refleksi Daud yang banyak bersumber dari kejadian masa lampau mampu menggetarkan imannya dan menghidupkan pengharapan akan penyertaan Tuhan di masa yang akan datang, dan inilah yang hendak dikisahkan agar menjadi berkat bagi sesama. Dalam bagian ini terpampang jelas tentang kebesaran Cinta Tuhan yang senantiasa menyertai umatnya dalam keadaan terhimpit, terlebih bagi mereka yang setia. Oleh sebab itu umat diajak untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan yang begitu mengasihi manusia. Kisah Para Rasul 10:34-43 Roh Kudus berkarya melalui perbedaan. Itu sebabnya Petrus berkata “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak 6



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya (ayat 34-35). Penglihatan itu (10:11-12), telah memberi pencerahan bagi Petrus untuk menghayati bahwa keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi saja. Kematian dan kebangkitan-Nya (baca: Salib) mengingatkan kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang hanya pantas untuk dibinasakan oleh Allah. Semua kita, tidak ada yang terkecuali. Di hadapan manusia, mungkin kita kelihatan lebih baik, lebih hebat. Tetapi di hadapan Allah? kita sama semua. Kita sama berharganya dihadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi tanpa membedakan. KebangkitanNya menjadikan kita semua bersaudara. Matius 3:13-17 Matius memberikan beberapa petunjuk dalam teks yang membuktikan ketaatan Yesus. Pertama, Yesus datang dari jauh hanya untuk dibaptis (ayat 13). Di antara semua penulis kitab injil, hanya Matius yang menyatakan secara eksplisit bahwa Yesus datang dari propinsi Galilea (lebih tepatnya kota Nazaret, Mar 1:9) ke Sungai Yordan untuk dibaptis. Karena Sungai Yordan adalah sungai terpanjang di Palestina, maka kita kesulitan menentukan posisi persis dari baptisan Yesus. Bagaimanapun, kita memiliki petunjuk yang cukup untuk meyakini bahwa baptisan Yesus terjadi di propinsi Yudea. Dari mana kita tahu? Dari catatan Alkitab bahwa Yohanes Pembaptis melayani di padang gurun Yudea (Mat 3:1). Di samping itu, kepergian Yesus ke propinsi Galilea setelah Yohanes ditangkap (Mat 4:12) menyiratkan bahwa peangkapan itu terjadi di propinsi Yudea. Penjelasan ini menunjukkan bahwa Yesus harus menempuh perjalanan antar propinsi untuk dibaptis. Dia tidak melakukan pelayanan apapun selama di Yudea: setelah dibaptis Dia dibawa Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



7



Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis (Mat 4:1-11) dan setelah itu Dia langsung kembali ke Galilea (Mat4:12-17). Catatan di atas menegaskan bahwa Yesus menghampiri karya Roh Allah (Baptisan). Peristiwa baptisan Yesus bukanlah sebuah peristiwa penahbisanNya sebagai Sang Mesias. Dalam arti lain, Yesus yang belum dibaptis pun sudah menyandang peran Mesianiknya sehingga tidak perlu repot-repot menyerahkan diri, apalagi berjalan berkilo-kilo meter untuk memperoleh baptisan. Kisah ini hendak memberi teladan bagi kita bagaimana sikap iman yang semestinya tampak dalam diri setiap orang percaya, yaitu sikap aktif mencari, mengupayakan, menyelaraskan pemahaman di atas kehendak Tuhan. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Karya Roh Allah yang merengkuh perbedaan (Kis 10:34-43) mengajak umat untuk tidak hanya menghargai setiap perbedaan, tetapi juga mewarnai perbedaan itu dengan “tinta-tinta” keadilan dan damai sejahtera di dalamnya. Sungguh, sebuah panggilan yang tidak mudah, karena manusia cenderung untuk berpikir cukup berada di zona nyaman, yang penting diterima di masyarakat, tidak membuat keonaran, melakukan hal-hal yang lumrah di tengah masyarakat, tanpa berpikir bagaimana caranya agar mampu mengambil peran (kesaksian/pelayanan) di tengah masyarakat dengan berbagai konsekuensi yang harus dialami. Oleh karena itu, untuk mendapatkan penyertaan Roh Allah agar umat mampu berkarya di dalam iklim perbedaan tersebut, diperlukan upaya untuk menghampiri Roh Allah (Matius 3:1317). Dengan demikian umat mampu mewujudkan kehidupan yang adil, damai, dan menjadi berkat bagi sesama di tengah iklim perbedaan (Yesaya 42:1-9)



8



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA HIDUPKU DIPIMPIN ROH Umat yang dikasihi Tuhan, Bersaksi dan melayani adalah sebuah kemestian bagi umat Allah. Artinya kedua hal tersebut tidak lagi bisa ditawar dan harus tampak dalam keseharian hidup umat. Namun kenyataannya kesaksian dan pelayanan terkadang sulit dihidupi manakala kita diperhadapkan pada iklim perbedaan. Entah itu perbedaan agama, suku, budaya, pandangan politik, dsb. Meskipun di sisi lain iklim perbedaan justru dapat membuka peluang bagi umat untuk mengembangkan kreativitas dalam misi kesaksiannya. Maka, ada dua sikap yang bisa dihadirkan dalam menghadapi iklim perbedaan. Yang pertama adalah sikap diam dan mencari aman, sedangkan yang kedua adalah sikap progressif, memberi dampak, mewarnai dengan “tinta-tinta” keadilan, damai sejahtera, di tengah iklim perbedaan. Perenungan kita akan firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk tidak sekadar diam dan pasif atau mencari aman. Melalui firman Tuhan, kita diajak untuk bersikap aktif, optimis dan bergairah dalam berkarya di tengah berbagai perbedaan. Hari ini kita menghayati tema “Hidupku Dipimpin Roh”. Salah satu kesaksian mengenai karya Roh kita baca dalam bacaan kedua, yaitu Kis 10:34-43. Di sana dinyatakan bahwa Roh Kudus berkarya melalui perbedaan. Itu sebabnya Petrus berkata “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya (ayat 34-35). Ungkapan bahwa Allah tidak membedakan orang secara tidak langsung ingin menununjukkan Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



9



bahwa sebenarnya yang membeda-bedakan orang adalah manusia itu sendiri. Namun di hadapan Allah, semua manusia sama. Di hadapan manusia, mungkin kita kelihatan lebih baik, lebih hebat. Namun bagaimana di hadapan Allah? Kita sama semua. Kita sama berharganya di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi tanpa membedakan. Bahkan dalam bacaan tersebut diungkap bahwa Petrus mengalami penglihatan (10:11-12), yang telah memberi pencerahan bagi Petrus untuk menghayati bahwa keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi saja. Kebangkitan Kristuslah yang menjadikan kita semua bersaudara. Kita semua pastilah berasal dari latar belakang yang berbeda; sifat dan karakter yang berbeda, pendidikan yang berbeda, hobby yang berbeda, warna kulit yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda, suku/adat budaya yang berbeda. Namun ada satu yang sama, kita sama-sama memiliki hak untuk menerima keadilan, dan kita sama-sama berhak merasakan karya Kristus yang penuh dengan kedamaian. Jika karya Roh sedemikian luar biasa dalam melampaui perbedaan, maka yang harus kita lakukan adalah aktif menghampiri Roh Allah itu. Dalam hal ini, kita dapat meneladani sikap Yesus, di mana Yesus datang menghampiri Roh Allah, khususnya dalam peristiwa pembaptisan-Nya. Pertama, Yesus datang dari jauh hanya untuk dibaptis (ayat 13). Di antara semua penulis kitab injil, hanya Matius yang menyatakan secara eksplisit bahwa Yesus datang dari propinsi Galilea (lebih tepatnya kota Nazaret, Mar 1:9) ke Sungai Yordan untuk dibaptis olehnya. Karena Sungai Yordan adalah sungai terpanjang di Palestina, maka kita kesulitan menentukan posisi persis dari baptisan Yesus. Bagaimanapun, kita memiliki petunjuk yang cukup untuk meyakini bahwa baptisan Yesus terjadi di propinsi Yudea. Dari mana kita tahu? 10



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Dari catatan Alkitab bahwa Yohanes Pembaptis melayani di padang gurun Yudea (Mat 3:1). Di samping itu, kepergian Yesus ke propinsi Galilea setelah Yohanes ditangkap (Mat 4:12) menyiratkan bahwa peangkapan itu terjadi di propinsi Yudea. Penjelasan ini menunjukkan bahwa Yesus harus menempuh perjalanan antar propinsi untuk dibaptis, sebuah perjalanan yang membutuhkan upaya, niat, dan kesungguhan. Peristiwa baptisan Yesus bukanlah sebuah peristiwa penahbisanNya sebagai Sang Mesias. Dalam arti lain, Yesus yang belum dibaptis pun sudah menyandang peran Mesianiknya sehingga tidak perlu repot-repot menyerahkan diri, apalagi berjalan berkilo-kilo meter untuk memperoleh baptisan. Kisah ini hendak memberi teladan bagi kita bagaimana sikap iman yang semestinya tampak dalam diri setiap orang percaya, yaitu sikap aktif mencari, mengupayakan, menyelaraskan pemahaman di atas kehendak Tuhan. Dari teladan Tuhan Yesus di atas membuat kita berefleksi, sudah segigih apakah kita berupaya mencari Roh Allah? Sesungguh-sungguh apa kita menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan demi kehidupan kebersamaan yang lebih baik, penuh dengan damai dan cinta Kristus? Panggilan untuk berkarya dalam perbedaan, dan sikap proaktif menghampiri rahmat Allah dalam upaya mewujudkan karya dalam perbedaan, semakin diteguhkan dengan panggilan menjadi umat yang senantiasa menghadirkan pengharapan. “Buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya” adalah gambaran orang yang kehilangan harapan, gagal dalam hidup dan tanpa masa depan. Tetapi buluh itu belum putus dan pelita itu belum padam. Artinya, masih ada harapan. Kitalah yang dipanggil untuk memberikan pengharapan melalui karya yang nyata. Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



11



Umat yang dikasihi Tuhan, Melihat ketiga bacaan hari ini sangat jelas menunjukkan pada kita akan panggilan di tengah komunitas yang majemuk ini. Kesadaran bahwa kita hidup dalam iklim perbedaan itu penting, namun jika tidak disertai oleh kegigihan untuk memberi makna di dalamnya, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk bersaksi. Hidup yang dipimpin Roh adalah hidup yang siap untuk mengemban tugas ilahi, yang semangatnya tidak akan terhalang oleh tembok ketakutan dan kecemasan karena Roh Allah senantiasa menuntun jalan umat percaya. AMIN.



KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA GESANG KULA KATUNTUN ROH ALLAH Pasamuwan ingkang kinasih, Pinangka umatipun Allah, wonten prekawis ingkang mesthinipun dados lakuning gesang kita, inggih punika atur paseksi lan leladi. Kalih prekawis punika boten saged dipun awis malih, kedah kawujudaken wonten ing gesang padintenan. Kasunyatanipun, atur paseksi lan leladi asring boten gampil katindakaken, kepara awrat sanget nalika dipun abenajengaken kaliyan “iklim perbedaan”. Kita gesang ing satengahing masyarakat ingkang ngugemi manéka warni agami, ètnisi, dalasan golongan. Ing sisih sanès kawontenan punika panci saged dados srana utawi peluang kanggé atur paseksi lan leladi. Gegayutan kaliyan prekawis punika lajeng wonten kalih sikep utawi patrap ingkang saged kapratèlakaken. Sepisan, manungsa nggadhahi patrap pasif lan namung ngudi raos nyaman lan aman kémawon. Kalih, manungsa nggadhahi patrap aktif, lan purun ndhatengaken tentrem rahayu. 12



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Sabdanipun Gusti ing dinten punika mbereg kita supados boten namung mèndel lan kèndel ngadhepi kawontenaning gesang, ananging nggadhahi patrap ingkang kebak ing pangajeng-ajeng lan pitados bilih mesthi wonten cara lan margi anggèn kita atur paseksi lan leladi ing satengahing masyarakat majemuk. Bab punika saged kita tindakaken laras kaliyan pokok pirembagan (tema) kita ing dinten punika, “Gesang kula katuntun Roh Allah.” Sauger gesang kita tinuntun déning Roh, temtu kita saged atur paseksi lan leladi ing satengahing masyarakat. Awit punapa? Awit Roh Suci nyagedaken manungsa gesang wicaksana anggènipun gesang sesarengan tiyang sanès ingkang béda agami lan golongan. Ing waosan kaping kalih (Para Rasul 10:34-43), Roh Suci makarya ing satengahing kawontenan “majemuk”. Pramila Pétrus ngandika “Nembé samenika kula mangertos saèstu, bilih Gusti Allah menika mboten mbédak-mbédakaken tiyang. Sinten kémawon ingkang pitados dhateng Panjenenganipun, sarta nindakaken ingkang leres, mboten preduli saking bangsa menapa kémawon, tiyang wau mesthi katampi” (ay 34-35). Prekawis punika (ay 11-12) njalari Rasul Pétrus sadhar bilih berkah kawilujengan punika boten namung kaparingaken dhateng umat Yahudi kémawon. Sédanipun Gusti Yésus klawan Salib punika nedhahaken bilih manungsa punika saèstu kebak dosa ingkang pantes katumpes binasa, sedaya manungsa. Ing sangajenging manungsa, mbok bilih kita ketingal langkung saé, langkung pinter. Ananging ing ngarsanipun Gusti? Kula lan panjenengan boten béda, sedaya sami. Sinaosa sifat, karakter, hobby lsp punika béda, ananging manungsa nggadhahi setunggal prekawis ingkang sami, inggih punika nampèni berkah saking Gusti ingkang kebak Roh bedhamèn.



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



13



Atur paseksi ing satengahing “iklim perbedaan” sangsaya karaos awrat nalika pasamuwan boten purun ngrengkuh sih katresnanipun Gusti. Mila manungsa kedah purun manggihi Sang Roh Suci punika. Bab punika saged kita tulad saking Gusti Yésus piyambak. Gusti Yésus karsa lumampah saking Galilea tumuju Bengawan Yardèn saprelu nampi baptisan. Gusti Yésus anggènipun badhé nampi baptisan kedah tindak tebih lan dangu. Prekawis punika dados piwulang tumrap kita sedaya ngèngingi sikep ingkang samesthinipun mijil ing gesangipun tiyang pitados, inggih punika sikep ingkang purun nglampahi awrating momotan gesang kanggé nggayuh karsanipun Gusti. Pitakènan kanggé kita sedaya, kados pundi anggèn kita sami nglampahi timbalan punika? Kados pundi anggèn kita sami ngudi karsanipun Gusti ing satengahing gesang bebrayan ageng? Satemah gesang kita kepareng dados seksi sih satresnanipun Gusti? Umatipun Gusti Allah ingkang kinasih, Timbalan kita makarya ing gesang bebrayan ageng ingkang majemuk, ingkang kedah nggayuh sih katresnanipun Gusti kanggé mujudken timbalan punika, sansaya tandhes kacetho ing waosan 1. Yésaya 42:1-9 nèlakaken bilih glagah ingkang pepes lan lampu ingkang melik-melik punika minangka gegambaran tiyang ingkang kécalan pengajeng-ajeng, ananging sejatosipun pangajeng-ajeng punika boten ical. Kula lan panjenengan ingkang katimbalan nuwuhaken malih pengajeng-ajeng punika. Saking sabdanipun Gusti dinten punika kita nampi piwulang kados pundi timbalan dhateng tiyang pitados ing gesang bebrayan ageng ingkang heterogen punika kedah dipun tanggepi kanthi temen. Kita kabereg supados nggayuh karsanipun Gusti satemah saged atur paseksi lan leladi bab sih katresnanipun Gusti tumrap asanès. Gusti Allah piyambak ingkang badhé paring kesagedan. AMIN. gu, 19 Januari 2020 14



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Minggu, 19 Januari 2020 Minggu Biasa I I (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Berita yang Menarik Hati TUJUAN Umat mampu menghayati kasih karunia Tuhan dan merespons dengan cara menjadikan hidupnya sebagai kabar baik bagi sesama. DAFTAR BACAAN Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan III



: Yesaya 49:1-7 : Mazmur 40:1-11 : I Korintus 1:1-9 : Yohanes 1:29-42



DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anugerah : Ibrani 4:16 Petunjuk Hidup Baru : Ibrani 12:15 Persembahan : 2 Timotius 1:14 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 21:1, 2 Nyanyian Penyesalan : KJ 53:1, 3 Nyanyian Kesanggupan : KJ 309:1, 2, 4 Nyanyian Persembahan : KJ 148:1, 2 Nyanyian Pengutusan : KJ 426: 1, 2 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan



: KPJ 357:1, 2, 3 : KPJ 52:1, 2 : KPJ 197 : KPJ 154:1, 2 : KPJ 479:6



Pdt. Andreas Tri Febriantoro (GKJ Klampok, Banjarnegara)



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



15



ASAR PEMIKIRAN Ada dua kecenderungan mengenai bagaimana seseorang menyikapi sebuah berita yang menarik. Kecenderungan pertama, seseorang akan menerima berita tersebut dan memilih menikmatinya untuk diri sendiri. Ia tidak terpanggil untuk meneruskan berita tersebut sebagai bagian yang juga dapat dinikmati oleh orang lain. Kecenderungan kedua, seseorang menerima berita tersebut, menikmati untuk diri sendiri, kemudian tergerak untuk menyampaikan berita tersebut agar orang lain juga merasakan kenikmatan/berkat yang sama dengan apa yg dia rasakan. Kasih karunia Tuhan merupakan berita menarik yang setiap hari kita rasakan. Setiap orang yang menerima kasih karunia Tuhan, sudah semestinya mewartakan berita baik tersebut pada sesama sebagai sebuah cara menghayati dan mensyukuri kasih karunia Tuhan. Dalam tema perayaan iman minggu ini, umat dipanggil untuk mengarahkan hati ke dalam sprititualitas meneruskan kabar sukacita tersebut. KETERANGAN BACAAN Yesaya 49:1-7 Yesaya dipanggil dan diutus sebagai hamba Tuhan di tengahtengah pergumulan bangsanya. Secara spritual, Israel adalah umat yang tidak lagi setia pada Tuhan. Menjelang pembuangan ke Babel, mereka terbukti lebih mengandalkan bangsa lain dibanding Tuhan. Itu sebabnya, Tuhan mengizinkan Israel ditawan dan dibuang di Babel. Hal ini juga menjadi pergumulan sosial-politik bagi Israel. Ada tiga tugas hamba yang diberikan kepada Yesaya (Yes 49:1-7). Pertama, menyatakan keagungan Allah (ayat 3). Tugas ini menuntut Yesaya untuk menceritakan kebesaran, keagungan dan kuasa Allah yang sepatutnya diandalkan bangsa 16



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Israel. Kedua, mengembalikan Yakub kepada Tuhan (ayat 5). Melalui Yesaya Israel dipanggil untuk mengutamakan Tuhan sehingga pembaharuan rohani akan berdampak pada tegaknya “suku-suku Yakub” (ayat. 6) yang terserak dalam pembuangan. Ketiga, menjadi terang bagi bangsa-bangsa (ayat 6). Ketika Israel dapat dipulihkan maka seluruh Israel akan heran dan turut serta dalam mengakui keagungan dan kuasa Allah dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, bangsa Israel mampu menjadi teladan dan terang bagi bangsa-bangsa lain yang ada di sekelilingnya. Mazmur 40:1-11 Situasi hidup pemazmur sedemikian gawatnya sebab ia terjeblos ke alam maut (Ibr: sheol), tetapi Tuhan menolong dan mengangkat dia dari sana (ay.3). Lubang kebinasaan dan lumpur rawa adalah metafor alam maut atau dunia orang mati. Lalu Tuhan menempatkan dia di atas landasan bukit batu. Tuhan pun mengatur serta mengiringi langkah hidupnya. Tidak hanya itu, Tuhan memberikan kata-kata pujian ke dalam mulutnya sehingga ia terdorong memuji Allah (ay.4). Bagian akhir ay. 4 melukiskan buah tindakan Allah atas pemazmur. Tindakan itu bisa dilihat orang banyak, dan mereka menjadi takut lalu percaya. Pengalaman iman yang demikian, membuat kelegaan dan senantiasa dirindukan. 1 Korintus 1:1-9 Isi ucapan syukur Paulus di surat 1 Korintus adalah “kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada kamu dalam Kristus Yesus” (ay. 4). Apa yang dimaksud dengan “kasih karunia” (charis) di sini? Dalam teologi Paulus, kata charis bisa memiliki beragam arti: keselamatan (Rm. 3:24; Ef. 2:8-9), panggilan (Rm. 1:5) maupun pemberian tertentu (2 Kor. 8:1, 4). Dalam 1Korintus 1:4, kata caris tampaknya merujuk pada pemberian/ karunia rohani. Arti ini didukung oleh konteks, khususnya ayat 5 Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



17



yang menyebutkan karunia berkata-kata dan pengetahuan (bdk. 1 Kor. 12:8-10). Dari sini terlihat bahwa karunia-karunia rohani (charisma/charismata) merupakan salah satu bentuk kasih karunia (caris) Allah. Hubungan seperti ini terlihat jelas dari Roma 12:6a “demikianlah kita mempunyai karunia yang berlainlainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita”. Sebagai salah satu bentuk kasih karunia, karunia rohani merupakan pemberian Allah kepada mereka yang tidak layak menerima dan tidak mengupayakan hal itu. Jika mereka layak, maka hal itu bukan kasih karunia melainkan “hak”. Jika mereka mengupayakan, maka hal itu bukan kasih karunia melainkan “upah” (bdk. Rm. 4:4-5). Penyebutan “karunia rohani” sebagai “kasih karunia” memiliki maksud tertentu. Penyebutan ini dimaksudkan sebagai teguran halus kepada jemaat Korintus yang memegahkan diri atas karunia rohani yang mereka miliki (ps. 12-14). Jika mereka menyadari bahwa semua itu adalah kasih karunia, maka mereka tidak akan menyombongkan hal itu (bdk. 4:7 “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”). Secara garis besar bacaan ini mengajak kita untuk mensyukuri kasih karunia dengan cara membagikannya pada semua orang yang juga layak menerima kasih karunia. Yohanes 1:29-42 Istilah anak domba Allah melekat pada maksud dan tujuan penebusan atau penghapusan dosa (bdk. Kel 29:38-42, Bil 28:4). Penghapusan (NIV=takes away) diartikan sebagai yang membawa, memikul, dan mengangkut. Bisa dipahami dengan cara memikul hukuman dosa di kayu salib. Penghapusan dosa 18



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



tersebut ditujukan untuk dunia (Yunani: Kosmos), yang dalam teks-teks perjanjian baru memiliki bermacam-macam makna antara lain: seluruh alam semesta (Kis 17:24), bumi (Yoh 13:1), hal-hal duniawi (Yak 4:4, 1 Yoh 2:15), seluruh umat manusia (Rom 3:19), semua orang yang tidak percaya (Yoh 15:18), semua orang non-Yahudi (Rom 11:12), dan semua orang percaya (2 Kor 5:19). Yang menarik di sini adalah Yohanes menggunakan kata ‘dunia’ di sini untuk menentang pandangan Yahudi yang mengatakan bahwa hanya orang Yahudilah yang bisa diampuni, diselamatkan dan masuk surga. Keselamatan untuk semua orang, kasih karunia Tuhan untuk kita semua. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Dalam minggu baptisan Yesus yang lalu, umat diajak meyakini bahwa Roh Allah dinyatakan kepada siapa saja dan kemudian dipanggil untuk mampu mewujudkan kehidupan yang adil. Roh yang demikian juga dihayati oleh para murid Yesus dalam bacaan Injil kita saat ini (Yohanes 1:29-42). “Kosmos” yang adalah seluruh bagian dari dunia ini juga berhak mendapatkan kasih karunia Tuhan. Ide ini dikuatkan oleh bacaan 1 (Yesaya 49:1-7) yang merupakan kesaksian Yesaya akan panggilan kenabiannya yang tidak terbatas pada suku-suku Israel, tapi seluruh dunia (ay 6) agar semua diselamatkan. Selain itu bacaan II (1 Korintus 1:1-9) mengajak kita untuk mensyukuri kasih karunia dan membagikannya pada orang lain. Inti pewartaan dari ketiga bacaan tersebut adalah bagaimana segala pengalaman indah (berita, panggilan, kesaksian, dll) adalah sesuatu yang perlu kita syukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan membagikannya pada orang lain.



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



19



KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA BERITA YANG MENARIK UNTUK SEMUA Saudara-saudara, Awal tahun merupakan waktu yang tepat untuk mulai mengerjakan apa yang sudah direncanakan. Barangkali di akhir tahun lalu ada pula yang telah melakukan evaluasi, sehingga di tahun yang baru ada pelajaran yang dapat diambil. Oleh sebab itu orang sering mengatakan bahwa awal tahun adalah awal dari kompetisi kehidupan. Maka tak jarang kita mendengar doa-doa yang terpanjatkan berisi permohonan berkat agar dimampukan mengahadapi tahun ini, merealisasikan mimpi-mimpi, menjalankan rencana-rencana yang sudah disusun. Keadaan tersebut bisa saja membuat orang yang sedang menikmati kompetisi, tidak menyadari bahwa dirinya sedang digiring pada sebuah kondisi yang mengharuskan dirinya untuk selalu menang, bahkan sampai menghalalkan segala cara. Juga dalam berelasi antar individu, iklim kompetisi ini bisa merasuki batin seseorang dan membuatnya memiliki cara pandang yang selalu jelek terhadap sesamanya, terlebih kompetitornya, sehingga memiliki hati yang susah melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah. Bahkan bisa menjalar pada kehidupan bersama (pluralitas), makna toleransi menjadi bias, penerimaan antarbudaya juga hambar, bahkan komunikasi yang terjalin jauh dari ketulusan, dipenuhi dengan transaksi kepentingan. Semakin sulit menemukan ketulusan tentang kebersamaan dlm suka dan duka. Bahagiaku, bukan bahagiamu, sedihmu, bukan sedihku. Kecenderungan iklim demikian membuat sesorang lebih memilih untuk menikmati segala kasih karunia Allah untuk dirinya 20



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



sendiri. Tidak berupaya menjadikan diri sendiri sebagai kesaksian dari kasih karunia Allah yg sudah ia rasakan. Dalam minggu baptisan Yesus yang lalu, umat diajak meyakini bahwa Roh Allah dinyatakan kepada siapa saja dan kemudian dipanggil untuk mampu mewujudkan kehidupan yang adil. Roh yang demikian juga dihayati oleh para murid Yesus dalam bacaan Injil kita saat ini (Yohanes 1:29-42), “Kosmos” yang adalah seluruh bagian dari dunia ini juga berhak mendapatkan kasih karunia Tuhan. Ide ini dikuatkan oleh bacaan I (Yesaya 49:1-7), berisi tentang kesaksian Yesaya akan panggilan kenabiannya yang tidak terbatas pada suku-suku Israel, tapi seluruh dunia (ay 6) agar semua diselamatkan. Dan bacaan II (1 Korintus 1:1-9) mengajak kita untuk mensyukuri kasih karunia dan membagikannya pada orang lain. Inti pewartaan dari ketiga bacaan tersebut adalah bagaimana segala pengalaman indah (berita, panggilan, kesaksian, dll) adalah sesuatu yang perlu kita syukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan membagikannya pada orang lain. Saudara-saudara, Dalam bacaan kita hari ini, istilah “anak domba Allah” melekat pada maksud dan tujuan penebusan atau penghapusan dosa (bdk.kel 29:38-42, Bil 28:4). Istilah tersebut diambil dari tradisi agama Yahudi kala itu. Yesus dihayati sebagai anak domba Allah yang dikurbankan di kayu salib. Menariknya, penghapusan dosa tersebut ditujukan untuk dunia (Yunani: Kosmos). Istilah “kosmos” ini dalam teks-teks Perjanjian Baru memiliki bermacam-macam makna antara lain: seluruh alam semesta (Kis 17:24), bumi (Yoh 13:1), hal-hal duniawi (Yak 4:4, 1 Yoh 2:15), eluruh umat manusia (Ro 3:19), semua orang yang tidak percaya (Yoh 15:18), semua orang non Yahudi (Ro 11:12), dan semua orang percaya (2 Kor 5:19). Yang menarik adalah Yohanes menggunakan kata ‘dunia’ untuk menentang pandangan Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



21



Yahudi yang mengatakan bahwa hanya orang Yahudilah yang bisa diampuni, diselamatkan dan masuk surga. Keselamatan untuk semua orang, kasih karunia Tuhan untuk kita semua. Hal yang menarik dari pernyataan Yohanes tersebut adalah bahwa kabar sukacita perlu diwartakan kepada dunia, bukan untuk dinikmati sendirian. Kita tahu bahwa umumnya ada dua kecenderungan mengenai bagaimana seseorang menyikapi sebuah berita sukacita. Kecenderungan pertama, seseorang akan menerima berita tersebut dan memilih menikmatinya untuk diri sendiri. Tidak terpanggil untuk meneruskan berita tersebut sebagai bagian yang juga dapat dinikmati oleh orang lain. Kecenderungan kedua, seseorang menerima berita tersebut, menikmati untuk diri sendiri, kemudian tergerak untuk menyampaikan berita tersebut agar juga merasakan kenikmatan/berkat yang sama dengan apa yg dia rasakan. Pandangan Yohanes yang pada saat itu anti-mainstream, membuka pikiran para murid untuk diutus ke luar (kosmos), membawa orang lain berjumpa dengan Yesus, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya. Bagian ini menarik untuk mereduksi sikap-sikap negatif yang mungkin muncul sebagai konsekuensi iklim kompetisi, sehingga mendorong kita untuk membagikan kabar baik, berita sukacita kepada siapa pun, termasuk competitor kita. Kasih karunia Tuhan merupakan berita menarik yang setiap hari kita rasakan. Setiap orang yang menerima kasih karunia Tuhan, sudah semestinya mewartakan berita baik tersebut pada sesama, tanpa pandang siapa dia, sebagai sebuah bentuk penghayatan dan syukur atas kasih karunia Tuhan yang telah kita terima. AMIN.



22



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA PAWARTOS INGKANG ÉNDAH KANGGÉ SEDAYA TITAH Para Sedhèrèk ingkang kinasih, Lumebet ing purwakaning taun, sedaya tiyang wiwit nglampahi menapa ingkang sampun karancang. Adat sabenipun, rancangan punika ugi mijil saking evaluasi ing taun kepengker, ingkang saged dados piwulang bab nglampahi gesang. Pramila tiyang asring nganggep awal taun minangka awal kompetisi kehidupan. Boten gumun menawi kathah pandonga ingkang ngemu panyuwunan bab kakiyatan ngabenajengi kawontenaning gesang, satemah saged nggayuh pengajeng-ajengipun. Menawi lumampahing gesang kawawas pinangka kompetisi, lajeng saged njalari manungsa nggadhahi pemanggih bilih kedah tansah menang. Kepara, menang kanthi cara menapa kemawon. Mekaten ugi ing gesang sesambetan kaliyan asanès, iklim kompetisi punika saged njalari manungsa nggadhahi pamawas ingkang awon tumrap tiyang sanès, awit tiyang sanès kaanggep pesaing (competitor). Lajeng manungsa sami nggadhahi penggalih kados ingkang kacetha ing unén-unén: “susah melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah.” Para Sedhèrèk ingkang kinasih, Kawontenan ingkang mekaten ugi dados jalaran anggènipun manungsa langkung remen nyimpen “katresnanipun Gusti” kanggé dhirinipun piyambak, tanpa nggadhahi krenteg andum “katresnanipun Gusti” tumrap asanès. Kamangka, Gusti Allah memulang kita sami supados sami purun andum katresnan lan andum berkah. Ing minggu kapengker (minggu Baptisan Gusti Yésus), pasamuwan kawulang bab Roh Allah ingkang kaparingaken tumrap sedaya tiyang. Tiyang punika lajeng kabereg mujudaken Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



23



gesang ingkang adil. Roh mekaten ingkang ugi karaosaken déning para sekabat ing waosan Injil dinten punika: Yokanan 1:29-42. Katresnanipun Gusti katujokaken dhateng jagad (Yun: Kosmos). Babagan punika langkung dipun kiyataken déning waosan I (Yésaya 49:1-7), ingkang isinipun magepokan kaliyan timbalan kenabian ingkang boten winates namung ing suku-suku Israèl, ananging sedaya titah (ay 6), murih sedaya nampi kawilujengan. Waosan II (I Kor 1:1-9) ambereg kita atur panuwun syukur awit Sih katresnanipun Gusti, lajeng makarya andum katresnan tumrap asanès. Injil Yokanan ngginakaken tembung “jagad” minangka sikep ingkang boten sarujuk kaliyan pemanggih tiyang Yahudi ingkang nggadhahi pemanggih bilih namung tiyang Yahudi ingkang kepareng nampi pangapuntening dosa. Miturut Yokanan, kawilujengan punika kanggé sedaya titah, kula lan panjenengan sedaya. Para Sedhèrèk ingkang kinasih, Kita sami nampéni sih katresnanipun Gusti. Wonten kalih pilihan: Sepisan, sih katresnanipun Gusti punika kita tampeni kanggé badan kita piyambak, tanpa krenteg andum katresnan tumrap asanès. Kaping kalih, katresnanipun Gusti kita tampéni lan kita purun ngraos-ngraosaken saha andum berkah dhateng asanès. Injil Yokanan nedahaken bilih dhawuh pangutusan utawi paseksi kedah njangkung sedaya titah (kosmos), ngrengkuh asanès supados ugi ngraosaken sih katresnanipun Allah, tanpa kaalang déning sekat-sekat perbedaan. Perangan punika wigati supados manungsa boten namung gesang ing satengahing iklim kompetisi lan ngudi pikajengipun piyambak. Kosok wangsulipun, kita kabereg sami andum sih katresnan dhateng sedaya titah. Sih katresnanipun Gusti sampun kita raosaken saben dinten. Saben tiyang ingkang nampéni sih katresnan sampun samesthinipun andum kabar bingah punika tumrap sinten kemawon minangka wujud syukur. AMIN. 24



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



Minggu, 26 Januari 2020 Minggu Biasa III (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Kamu Penjala Manusia TUJUAN Umat menghayati identitasnya sebagai milik dan pekerja Kristus. DAFTAR BACAAN Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan III



: Yesaya 9:1-4 : Mazmur 27:1,4-9 : I Korintus 1:10-18 : Matius 4:12-23



DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anugerah : Yesaya 1:18 Petunjuk Hidup Baru : II Korintus 5:15 Persembahan : Filipi 4:19 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 6:1-2 Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1-2 Nyanyian Kesanggupan : KJ 46:1-2 Nyanyian Persembahan : KJ 62:1,8,10,11 Nyanyian Pengutusan : KJ 73:1-2 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kasanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan



: KPJ 30:1-2 : KPJ 45:1-2 : KPJ 67:1-2 : KPJ 183:1-2 : KPJ 439:1-2



Pdt. Erni Ratna Yunita (GKJ Tengahan, Kebumen)



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



25



DASAR PEMIKIRAN Definisi diri (konsepsi identitas) seseorang sangat menentukan caranya menjalani kehidupan. Artinya, cara seseorang memandang dirinya (siapa aku, apa yang aku inginkan) akan mempengaruhi yang dilakukannya. Misalnya, seseorang mendefinisikan diri demikian: “Aku Petrus, seorang nelayan. Aku ingin mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan keluargaku”. Berdasarkan konsep diri yang demikian, ia berusaha menunjukkan diri sebagai nelayan yang giat mencari ikan. Hal tersebut juga berlaku bagi organisasi dan perhimpunan, termasuk gereja. Dr. Jan Hendriks, dalam bukunya Jemaat Vital dan Menarik, mengemukakan temuannya bahwa konsepsi identitas yang jelas mejadi salah satu faktor penting bagi vitalisasi jemaat/gereja. Gereja yang hidup adalah gereja yang memahami identitasnya di hadapan Tuhan dan sesama. Bacaan Alkitab hari ini, khususnya bacaan Injil, menceritakan ketika Yesus memanggil murid-murid pertama-Nya. Yesus berkata bahwa mereka akan dijadikan penjala manusia. Yesus menyatakan kehendak-Nya atas para murid bahwa mereka dipanggil untuk turut bekerja bersama Dia. Para murid dipanggil untukmenebarkan jala, bukan melulu untuk mencari ikan demi kepentingan sendiri, melainkan untuk Tuhan. Artinya mereka dipanggil supaya bekerja untuk Tuhan. Demikian juga kita, orang-orang percaya jaman now. Kita dipanggil dan dilibatkan dalam pekerjaan mulia. Kita diutus untuk memberitakan pertobatan dan kerajaan sorga bersama Dia. Karena itu, fokus kita bukan lagi diri sendiri, melainkan melakukan tugas perutusan dari Tuhan dengan setia.



26



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



KETERANGAN BACAAN Yesaya 9:1-4 Bagian ini berisi nubuat mengenai kelahiran Raja Damai yang memberi pengharapan bagi bangsa yang hidup dalam kegelapan. Kegelapan merupakan gambaran dari kehidupan yang pahit dan penuh penderitaan.Kehadiran Sang Raja Damai itu akan membawa dampak positif bagi kehidupan, yaitu dihapuskannya penindasan dan segala bentuk kekerasan. Hal tersebut terungkap dalam ayat tiga:”... setiap kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan...” dan ayat empat:”... setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api”. Karena itulah, kelahiran Sang Raja Damai akan menimbulkan banyak sorak-sorak dan sukacita yang besar. Mazmur 27:1,4-9 Ungkapan-ungkapan dalam mazmur ini memperlihatkan penghayatan Pemazmur akan arti kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Pengalaman demi pengalaman meneguhkan keyakinannya bahwa: “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku” (ayat 1). Pemazmur bersaksi bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan melindunginya pada saat bahaya mengancam (ayat 5). Jaminan kasih dan perlindungan Tuhan menjadikan pemazmur beroleh keberanian untuk mengatasi musuh-musuhnya (ayat 6). Karena itulah, pemazmur menyatakan kerinduannya untuk “diam di dalam rumah TUHAN seumur hidupku” untuk “menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (ayat 4). Rumah Tuhan adalah simbol kehadiran Tuhan, maka kerinduan Pemazmur untuk diam di dalam rumah Tuhan seumur hidup dapat bermakna keinginan Pemazmur untuk terus merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dengan begitu, ia dapat terus Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



27



melihat dan merasakan kemurahan Tuhan serta menikmati hubungan yang erat dengan Tuhan. I Korintus 1:10-18 Nasihat mengenai jangan adanya perpecahan dalam jemaat merupakan salah satu bagian surat Paulus yang sangat populer. Rupanya bibit-bibit perpecahan mulai tampak dalam jemaat Korintus. Hal itu ditandai dengan adanya sikap menonjolkan golongannya masing-masing. Sikap tersebut jelas bisa membawa dampak buruk bagi kesatuan jemaat Kristus. Sebab itu, Paulus mengingatkan jemaat bahwa orang-orang percaya telah dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Kristus, seperti disimbolkan dengan baptisan. Dengan demikian, tidak sepatutnya jemaat bersikap eksklusif dan membanggakan kelompoknya. Sebaliknya, Paulus membuka pengertian jemaat akan tugas perutusan dari Kristus. Memperhatikan dan menjalankan tugas pemberitaan Injil harus menjadi fokus pelayanan jemaat, bukan malah meributkan identitas eksklusif masing-masing. Syarat untuk melaksanakan tugas perutusan ini adalah inklusivitas, kesediaan membuka diri untuk hidup bersama dengan yang lain. Matius 4:12-23 Perikop ini menceritakan kisah awal pelayanan Yesus. Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes, Yesus meninggalkan Nazaret dan tinggal di Kapernaum. Semula, keterangan dalam Matius 4:12 “... menyingkirlah Ia ke Galilea” memberi kesan bahwa Yesus berusaha melarikan diri. Namun, kemudian, di ayat 14, Matius meluruskan kesan tersebut. Matius menegaskan bahwa kepergian Yesus ke Galilea adalah untuk menggenapi nubuat nabi Yesaya:”supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya”. Jadi kepergian Yesus ke Galilea 28



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



bukan sekadarrespons spontan atas penangkapan Yohanes Pembaptis, melainkan merupakan bagian dari rancangan yang agung. Kedatangan Yesus ke daerah Zebulon dan Naftali mempunyai arti yang sangat penting. Pertama, Yesus memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Kedua, Yesus berkenan memanggil dan melibatkan manusia dalam karya-Nya, seperti nyata melalui pemanggilan para murid.Yesus memanggil Petrus dan beberapa orang lain, lalu berkata “... kamu akan Kujadikan penjala manusia” (ayat 19). POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Orang-orang percaya dipanggil untuk berkarya bersama Yesus dalam menghadirkan Kerajaan Sorga, yaitu kehidupan yang penuh damai dan sejahtera. Untuk itu, mereka harus bergerak meninggalkan kehidupan lama (sibuk dengan urusan sendiri, mengutamakan kelompok sendiri) menuju kehidupan baru (membuka diri terhadap Tuhan dan sesama).



NASKAH KHOTBAH BAHASA INDONESIA KAMU PENJALA MANUSIA Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pernahkah saudara bertanya kepada diri sendiri, ”Siapakah aku?”. Saat ini saya mengajak kita masing-masing bertanya seperti itu kepada diri sendiri. Coba renungkanlah, apa jawaban kita? Pertanyaan sederhana ini tidak mudah untuk dijawab karena pertanyaan “”siapakah aku?” bukan sekadar menanyakan nama atau ciri-ciri fisik yang ada pada diri kita, melainkan menyangkut jati diri dan keberadaan kita. Untuk menjawabnya, kita perlu mengenali diri kita dengan sedalam-dalamnya. Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



29



Menurut teori ”Jendela Johari”, yang digagas oleh psikolog Amerika, Joseph Luft dan Harrington Ingham, pada 1955, pengenalan diri seseorang ditentukan oleh empat ruang/wilayah kesadaran. Pertama, wilayah terbuka, yaitu aspek diri kita yang diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Kedua, wilayah buta, yaitu aspek dari diri kita yang diketahui orang lain tapi tidak disadari oleh diri sendiri. Ketiga, wilayah tersembunyi, ialah aspek dari diri kita yang kita sadari tetapi tidak diketahui orang lain. Keempat, wilayah yang tidak diketahui, yaitu aspek yang tidak diketahui, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Agar dapat mengenali dan mengembangkan diri, maka wilayah pertama harus diperluas. Caranya adalah menjalin komunikasi yang saling percaya dan terbuka dengan orang lain. Dalam hal ini dibutuhkan penyingkapan diri sendiri dan penerimaan umpan balik dari orang lain. Dalam upaya menjawab pertanyaan “Siapakah aku?”, mari kita belajar untuk memahami apa maksud Tuhan atas hidup kita. Kita tidak boleh hanya berpatokan pada “ujarku” atau menurutku sendiri. Kita harus membuka diri terhadap masukan dari pihak lain, terlebih terhadap sabda Tuhan. Bacaan Injil hari ini mengisahkan kedatangan Yesus ke Galilea dan awal pelayanan-Nya di sana. Sangat menarik cara Matius menceritakan kisah ini. Semula, tulisan Matius memberi kesan bahwa kepergian Yesus ke Galilea merupakan respons atas ditangkapnya Yohanes Pembaptis. Perhatikanlah ayat 12: ”...waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea”. Seolah-olah Yesus melarikan diri. Namun, kemudian Matius menjelaskan bahwa sejatinya kepergian Yesus ke Galilea adalah penggenapan atas nubuat Nabi Yesaya (Yesaya 8:23). Kepergian Yesus ke Galilea bukan merupakan 30



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



tindakan yang bersifat spontanitas, melainkan merupakan bagian dari rancangan yang agung. Penangkapan Yohanes Pembaptis menandai berakhirnya pelayanan Yohanes Pembaptis, sekaligus awal pelayanan Yesus. Matius mencatat: ”Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”. Dalam melaksakan karya-Nya, Yesus memanggil beberapa orang secara khusus untuk mengikut Dia. Matius menggambarkan Yesus sedang berjalan menyusuri danau Galilea ketika Ia melihat Petrus dan Andreas, kemudian juga Yohanes dan Yakobus. Kalau kita coba membayangkan keadaan saat itu, mungkin ada banyak orang lain di tepi danau Galilea itu. Tentu Yesus melihat dan bertemu dengan banyak orang di sana. Namun, mengapa Ia memilih keempat orang tersebut? Bacaan kita tidak menjelaskan hal itu. Rupanya, Matius ingin menekankan bahwa murid-murid Yesus adalah orang-orang yang dipilih dan dipanggil secara khusus oleh Yesus sendiri. Dengan demikian, Matius menegaskan bahwa para murid itu menerima wibawa ilahi yang menuntun hidup dan pelayanannya. Berkaitan dengan pemanggilan para murid ini, setidaknya ada dua hal penting yang dicatat Matius. Pertama, isi panggilan Yesus. Yesus berkata: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Panggilan ini menegaskan bahwa para murid diajak untuk menjadi para pekerja Allah. Yang bekerja untuk maksud yang mulia dan besar.Istilah penjala manusia dipakai Yesus untuk menunjukkan tugas perutusan Petrus dan muridmurid lainnya. Pemilihan istilah tersebut tampaknya disesuaikan dengan konteks keseharian Petrus sebagai penjala ikan. Penjala ikan bekerja menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beranjak dari pengalaman tersebut, Yesus mengajak Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



31



Petrus (dan murid-murid lain) untuk memahami bahwa Allah mengutus Petrus dan kawan-kawan menjadi para pekerja-Nya. Tugas mereka ialah “menjala” manusia, agar kemudian dapat bersama-sama menyambut Kerajaan Sorga. Kedua, respons Petrus dan kawan-kawan. “Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia” dan “mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia”. Tanggapan Petrus dan kawan-kawan menunjukkan kesediaan dan kesungguhan mereka untuk mengikut Yesus. Besar kemungkinan pada saat itu keempat murid ini belum memahami tugas perutusan yang dipercayakan pada mereka. Yang mereka tahu adalah bahwa Yesus memanggil mereka dan mereka bersedia untuk mengikut-Nya. Melalui kisah ini, Matius menyampaikan bahwa Tuhan berkenan memanggil manusia, dengan segala keterbatasannya, untuk terlibat dalam karya Allah. Karya itu ialah upaya menghadirkan Kerajaan Allah dalam kehidupan. Selanjutnya, Matius juga menekankan bahwa panggilan Tuhan itu harus direspons sesegera mungkin. Orang percaya tidak boleh menunda-nunda untuk menjawab panggilan Tuhan. Meskipun menyadari ada berbagai keterbatasan dalam diri, misalnya belum paham betul, tidak berpengalaman, tidak memiliki kecakapan dan kemampuan, kita tidak boleh menolak atau sekadar mengulur-ulur waktu untuk menjawab panggilan Tuhan. Saat Kristus memanggilmu, jawablah “ya, dengan segenap hati”. Bukan hanya jawaban di mulut saja, melainkan dengan sikap dan perbuatan nyata. Dengan kedua hal itu, Matius mengingatkan bahwa setiap orang percaya adalah para pekerja Kristus, yaitu penjala manusia. Itulah identitas yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Kita 32



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



adalah para pekerja-Nya. Karena itu, sudah semestinya bahwa seluruh hidup ini kita abdikan kepadaNya. Tuhan mau agar kita menebarkan jala bagi Dia, hidup dan karya kita adalah untuk Dia. Hal ini sejalan dengan nasihat Paulus kepada jemaat Korintus: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (II Korintus 5:15). Seharusnya, itu menjadi kerinduan semua orang. Bekerja dan melayani Kristus bukan sebagai beban, tetapi sebagai kerinduan. Mari kita bersama-sama belajar untuk melihat hidup dan karya setiap hari dengan persepektif baru. Tuhan Yesus memanggil Petrus dan kawan-kawan,yang adalah penjala ikan. Tuhan Yesus berkata: “kamu akan kujadikan penjala manusia”. Tuhan tidak mengubah Petrus, sang penjala ikan, menjadi pekerja tambang, guru, manajer, atau profesi lainnya. Tuhan Yesus hanya mengubah orientasi Petrus dari yang tadinya bekerja untuk diri sendiri (menjala ikan) menjadi bekerja untuk Tuhan (menjala manusia). Maka, yang terpenting bagi kita, bukanlah mencari pekerjaan baru, melainkan menjalani pekerjaan sesuai profesi masingmasing dengan tekad melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Bekerja untuk Tuhan berarti yang menjadi tujuan kita bukanlah melulu pemenuhan kebutuhan hidup, apalagi menumpuk harta di dunia. Bekerja untuk Tuhan berarti baik kerja maupun hasil kerja harus dipersembahkan untuk Tuhan. Tuhan mau agar kita bekerja untuk mengupayakan hadirnya Kerajaan Allah, yaitu damai sejahtera bagi semua orang. Karena itu, dalam setiap pekerjaan kita, ingatlah bahwa kita bekerja untuk kemuliaan Tuhan dan untuk kebaikan sesama. Dengan demikian, mulai Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



33



sekarang kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan. Kita tidak akan bekerja dengan merugikan orang lain. Kita akan dengan senang hati berbagi berkat dengan sesama. Kita akan lebih terbuka untuk bekerjasama dengan orang lain dalam mengupayakan keadilan dan kesejahteraan bersama. Amin.



KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA KOWÉ IKU JURU-AMEK-UWONG Para sadhèrèk ingkang dipun tresnani déning Gusti, Punapa panjenengan naté pitakèn dhateng dhiri pribadi, “sinten ta kula punika?” Ing wekdal punika, sumangga sami pitakèn mekaten dhateng dhiri kita piyambak-piyambak. Pitakènan punika ketingal prasaja sanget, ananging boten gampil anggèn kita atur wangsulan. Awit pitakènan punika boten ateges namung nakèkaken nami utawi ciri-ciri fisik kémawon. Pitakènan punika sesambetan kaliyan jatining dhiri kita. Supados saged mangsuli pitakènan punika, kita kedah saèstu tepang lan mangretosi kawontenaning dhiri piyambak kanthi saèstu. Miturut téori “Jendela Johari” ingkang dipun damel déning psikolog saking Amérika, inggih punika Joseph Luft lan Harrington Ingham rikala taun 1955, bab pengenalan diri punika saged kagambaraken kados déné cendhéla ingkang gadhahpérangan sekawan, ingkang kasebat empat ruang/wilayah kesadaran. Ingkang sepisan, wilayah terbuka. Punika nggambaraken kawontenaning dhiri ingkang kita mangertos lan ugi dipun mangretosi déning tiyang sanès. Ingkang kaping kalih, wilayah buta. Punika nggambaraken kawontening dhiri kita ingkang dipun mangretosi 34



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



déning tiyang sanès, ananging kita piyambak boten mangretos. Ingkang kaping tiga, wilayah tersembunyi. Punika kawontenaning dhiri ingkang kita mangretosi ananging boten dipun mangretosi déning tiyang sanès. Lan ingkang kaping sekawan inggih punika wilayah yang tidak diketahui. Kita piyambak dalah tiyang sanès boten mangretos kawontenaning dhiri ingkang wonten ing wilayah punika. Supados saged mangretosi kawontenaning dhiri kita kanthi langkung wetah, prayogi kita purun ngembangaken dhiri. Caranipun inggih punika kanthi mbangun sesambetan ingkang tinarbuka kaliyan sesami. Supados saged mangsuli pitakènan “sinten ta kula punika?” kalawau, sumangga sami sinau saking pangandikanipun Gusti. Punapa ta ingkang dipun kersaaken déning Gusti wonten ing gesang kita punika? Boten prayogi manawi kita namung manut “ujarku” utawi ngendelaken pangretosan kita piyambak. Prayoginipun, kita purun mbikak manah nampi pamrayoginipun tiyang sanès, langkung-langkung nampi pangandikanipun Gusti. Waosan Injil dinten punika nyariyosaken bab rawuhipun Gusti Yésus lan wiwitaning pakaryanipun wonten ing tlatah Galiléa. Manawi kita maos paseksinipun Matéus wonten ing ayat 12, saged kémawon tuwuh pangretosan bilih saksampunipun Yohanes Pembaptis dipun cepeng déning Herodès, Gusti Yésus punika mbudidaya mlajar dhateng Galiléa. Ananging manawi kita nggatosaken ayat saklajengipun, inggih punika ayat 14, dipun pratelakaken bilih tindakipun Gusti Yésus dhateng Galiléa punika kanggé netepi pamecanipun Nabi Yésaya: “supaya kayektènana kang kapangandikakakédéning Nabi Yésaya...”. Rawuhipun Gusti Yésus wonten ing Galiléa punika kalebet ing rancanganipun Gusti Allah ingkang Mahakuwaos. Prastawa Yohanes Pembaptis dipun cepeng déning prabu Herodès mratandhani pungkasaning Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



35



pakaryanipun Yohanes Pembaptis. Saklajengipun, ugi mratadhani wiwitaning pakaryanipun Gusti Yésus anggènipun martosaken bab pamratobat lan Kratoning Swarga: ”wiwit nalika iku Gusti Yésus nggelaraké piwulang: Padha mratobata, amarga Kratoning Swarga wus cedhak!” (ayat 17). Wonten ing salebeting nidakaken pakaryanipun, Gusti Yésus nimbali para sekabatipun sacara mirunggan. Injil Matéus nyariyosaken ing satunggaling dinten, Gusti Yésus tindak wonten ing Galiléa lan nimbali Pétrus, Andréas, Yohanes, tuwin Yakobus supados ndhèrèk Panjenenganipun. Boten dipun terangaken kénging punapa Gusti Yésus nimbali tiyang sekawan punika. Mbok manawi kanthi cariyos punika Matéus kepéngin nandhesaken bilih para sekabatipun Gusti Yésus saèstu nampi timbalan mirunggan saking Panjenenganipun. Kanthi mekaten para sekabatipun Gusti punika nampèni wibawa Ilahi saking Gusti Yésus piyambak. Sambet rapet kaliyan timbalaning para sekabatipun Gusti Yésus, saboten-botenipun wonten kalih prekawis ingkang wigati. Sepisan inggih punika isining timbalanipun Gusti Yésus: ”Ayo padha mèlua Aku, kowé padha bakal Dak dadèkaké juru-amèkwong” (ayat 19). Ateges, para sekabatipun Gusti Yésus punika dipun timbali dados para ”pekerja Kristus”, inggih punika makarya sesarengan kaliyan Sang Kristus. Mila mekaten, gesang lan pedamelanipun boten namung kanggé dhirinipun piyambak, ananging kagem Gusti Allah. Para sekabat dipun timbali mlebet ing pakaryanipun Gusti Allah ingkang mulya lan agung. Tembung “juru-amèk-wong” dipun agem déning Gusti Yésus kanggé nedahaken bab ayahan utawi timbalanipun Pétrus lan kancakancanipun. Tembung punika kadosipun dipun ginakaken déning Gusti Yésus sesambetan kaliyan gesang lan pedamelanipun Pétrus 36



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja



ing padintenanipun minangka juru amèk ulam. Juru amèk ulam limrahipun nyambut damel kanggé nyekapi kabetahaning gesangipun. Adhedhasar pengalaman punika, Gusti Yésus nimbali Pétrus lan kanca-kancanipun dados para utusanipun Gusti Allah. Pétrus lan kanca-kancanipun dipun paringi ayahan dados juruamèk-tiyang, ingkang mbabaraken Kratoning Swarga dhateng tiyang kathah. Ingkang kaping kalih inggih punika anggènipun Pétrus lan kanca-kancanipun nanggapi timbalanipun Gusti Yésus. Matéus nyerat mekaten: ”Sanalika banjur padha ninggal jalané, ndhèrèkaké Gusti Yésus” (ayat 20) lan “sanalika padha ninggal prauné lan bapakné, nuli ndhèrèkaké Gusti Yésus” (ayat 22). Kanthi mekaten dipun tandhesaken bilih Pétrus lan kanca-kancanipun sumadya nampi timbalanipun Gusti Yésus kanthi saèstu. Sinaosa mbok manawi dèrèng mangretos kanthi wetah bab timbalanipun Gusti punika, ananging para sekabat sumadya nampi kanthi saèstu, boten nengga mangké utawi ngenjang, ananging lajeng sumadya ndhèrèk Gusti. Kanthi mekaten, dipun tandesaken bilih Gusti Allah kepareng nimbali manungsa, ingkang ringkih lan kathah kekirangan, dados rowangipun Gusti ing salebeting nindakaken pakaryanipun. Pakaryanipun Gusti inggih punika nggelaraken Kratoning Swarga wonten ing donya punika. Saklajengipun, Injil Matéus nandhesaken bilih timbalanipun Gusti Allah prayoginipun énggal dipun tanggapi kanthi saèstu; sampun semaya, sampun ditunda-tunda. Sinaosa kita ngrumaosi kasagedan kita punika winates, nalika Gusti Allah nimbali kita kanggé makarya sesarengan kaliyan Panjenenganipun, prayogi énggal dipun tampi kanthi gumolonging manah. Gusti Allah piyambak ingkang badhé njangkepi lan nuntun kita ing salebeting nindakaken timbalanipun punika.



Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah



37



Kanthi kalih prekawis punika, kita sami dipun èngetaken bilih para pitados punika para peladosipun Gusti, inggih punika para juru-amèk-tiyang. Punika idèntitas utawi jati diri ingkang dipun paringaken Gusti dhateng panjenengan lan kula. Mila saking punika sumangga sami ngabdi dhumateng Panjenenganipun kanthi gesang lan pedamelan kita saben dintenipun. Gusti Allah ngersakaken supados kita punika njala kagem Gusti. Tegesipun sasampunipun nampi timbalanipun Gusti, gesang lan pakaryan kita boten namung kanggé kapentingan kita piyambak ananging kagem Gusti lan sesami. Kadosdéné rasul Paulus naté ngendika: “Lan Sang Kristus wus nglampahi séda kanggo wong kabeh, supaya wong kang padha urip, uripé ora lumadi marang awaké dhéwé manèh, nanging lumadia marang kang wus séda lan kang wus kawungokaké marga saka wong-wong mau” (II Korinta 5:15). Mangga sami sinau kanggé ngraos-raosaken lan mangretosi bilih gesang lan pedamelan kita saben dinten punika dipun agem déning Gusti dados sarana mbabaraken Kratoning Swarga. Mila saking punika, prayoginipun kita punika boten namung nengenaken kapentingan kita piyambak ananging purun nggatosaken kapentinganing asanès, lan ugi tansah ngéstokaken dhawuhipun Gusti. Kita boten kedah gantos padamelan, ananging ngginakaken padamelan kita kagem ngluhuraken asmanipun Gusti lan supados migunani tumrap sesami. Makarya kagem Gusti tegesipun boten ngempalaken bandha kadonyan, ananging ngagem barang darbèkipun kagem nindakaken karsanipun Gusti lan mitulungi sesami. Ing sasisih, makarya kagem Gusti ateges makaryakanthi jujur lan tanggel jawab, boten ngalalaken punapa kemawon supados pikanthuk kauntungan, anaging makarya jumbuh kaliyan piwucalipun Gusti. Kanthi mekaten, para pitados ndhèrèk makarya sesarengan kaliyan Gusti Yésus kanggé nggelaraken Kratoning Swarga wonten ing donya punika. Amin. 38



Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja