1 Antropologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410 Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033 Laman: www.psma.kemdikbud.go.id Koordinator Pengembang Modul Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A. Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA Koordinator Pelaksana Dr. Junus Simangunsong, MT Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMA Penulis Modul Yudha Kusniyanto, S. Sos., M. Pd (Guru SMAK 1 Salatiga) Candra Ari Wiyanto, S. Sos (Guru SMAN 2 Malang) Penanggung Jawab Kegiatan Syamsudin, M.Pd Layout Arso Agung Dewantoro, S.Pd



i



Kata Pengantar Keberhasilan sebuah SMA umumnya ditentukan oleh banyaknya peserta didik yang lulus Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, serta banyaknya yang melanjutkan studi kependidikan tinggi. Lebih spesifik lagi keberhasilan dalam ujian, hanya melihat dari hasil Ujian Nasional sebuah sekolah. Ujian Sekolah seakan dipandang sebelah mata walaupun yang menjadi pertimbangan kelulusan dari sebuah SMA adalah hasil dari Ujian Sekolah. Masyarakat luas memandang bahwa hasil Ujian Nasional (UN) lebih objektif untuk menilai keberhasilan sebuah sekolah, karena pembuatan naskah soal dan koreksi tidak dilaksanakan oleh pihak sekolah tetapi oleh lembaga independen, dalam hal ini diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya sebagai pemetaan mutu pendidikan. Dengan demikian hasil UN sebuah sekolah menjadi sangat prestisius yang berdampak kepada nilai jual sekolah tersebut. Akibatnya upaya-upaya untuk meningkatkan hasil UN menjadi sangat penting untuk meningkatkan nilai jual sekolah di samping meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk meningkatkan hasil UN bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah dan stake holdersnya tetapi juga menjadi program Direktorat Pembinaan SMA. Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), namun masih terdapat ribuan sekolah yang memiliki nilai mata pelajaran di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional. Memperhatikan kondisi tersebut Direktorat Pembinaan SMA melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru-guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional dari sejumlah SMA. Bimtek ini bertujuan agar nilai UN pada tahun mendatang meningkat sebagaimana hasil bimtek Pasca EHB pada tahuntahun sebelumnya. Sebagai tindak lanjut bimtek ini sekolah diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi. Modul ini disusun untuk digunakan sebagai salah satu pedoman dalam kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca EHB. Di samping itu modul ini diharapkan dapat digunakan juga oleh guru-guru lain yang tidak berkesempatan untuk mengikuti Bimtek. Jakarta, September 2019 Direktur Pembinaan SMA, Drs. Purwadi Sutanto, M.Si NIP. 196104041985031003



ii



Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan A. Rasional B. Bahan Bacaan C. Tujuan D. Hasil yang Diharapkan Unit 1 Analisis Materi Daya Serap Rendah A. Pemetaan MDSR B. Contoh Soal MDSR, Pembahasan dan Analisisnya C. Penugasan D. Refleksi Unit 2 Strategi Pembelajaran Materi Daya Serap Rendah A. Strategi Pembelajaran B. Penugasan C. Refleksi Lembar Kerja 1 Lembar Kerja 2 Lembar Kerja 3 Daftar Pustaka















ii iii 1 2 2 2 3 3 5 9 9 10 10 16 16 17 21 23 25



iii



Pendahuluan A. Latar Belakang Perubahan komposisi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada Keterampilan Abad 21 sebagai konsekuensi perubahan tuntutan standar-standar pendidikan yang menghendaki lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Berdasarkan kebutuhan lulusan ini, diterbitkanlah standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016. Selanjutnya standar kompetensi lulusan tersebut dipergunakan sebagai dasar menentukan isi kurikulum dan mata pelajaran yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi. Mengacu pada Standar Isi tersebut ditetapkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam rangka mencapai kompetensi yang dibutuhkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Dalam rangka memastikan proses tersebut mencapai kompetensi yang diharapkan diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar terhadap peserta didik oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya yaitu (1) sebagai pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu; (3) sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pendidikan. Atas dasar tuntutan penilaian terhadap ketercapaian kebutuhan kompetensi inilah, soal-soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS) dimasukkan dalam soal Ujian Nasional (UN). Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Namun seperti pada https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/, dimana masih terdapat 11.188 sekolah yang memiliki nilai di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan proporsi soal-soal berpikir tingkat tinggi, yaitu menjadi sepuluh sampai dengan dua puluh persen. Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2019 di atas, Direktorat Pembinaan SMA memprogramkan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru dari SMA dengan hasil UN kategori kurang atau nilai mata pelajaran yang diujikan di bawah 55. Mata pelajaran yang menjadi sasaran Bimtek Pembinaan Pasca EHB meliputi: 1) Bahasa Indonesia, 2) Bahasa Inggris, 3) Matematika, 4) Fisika, 5) Kimia, 6) Biologi, 7) Ekonomi, 8) Geografi, 9) Sosiologi, dan 10) Antropologi. Oleh karena itu, agar bimtek ini berjalan dengan lancar maka disusun lah modul Pasca EHB sebagai pedoman kegiatan bimtek untuk semua mata pelajaran.



1



Materi dalam modul ini difokuskan pada materi-materi yang memiliki daya serap rendah dan yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi tersebut disusun sesuai kebutuhan evaluasi pasca EHB yang meliputi: (1) Unit 1, Analisis Materi-Materi Daya Serap Rendah; (2) Unit 2, Soal-soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya; (3) Unit 3, Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi. Secara umum setiap modul berisi uraian singkat materi, fokus unit, penugasan, dan refleksi. B. Bahan Bacaan Materi-materi terkait untuk memperkaya wawasan agar kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca EHB dapat berjalan dengan lancar adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran dan Penilaian; 2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian; 3. Panduan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah; 4. Panduan Pengembangan Kisi-kisi dan Butir Soal; 5. Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2019 (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/). C. Tujuan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) bertujuan: 1. Mengembangkan kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap rendah. 2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal berpikir tingkat tinggi 3. Mengembangkan keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. D. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan Bimtek Pembinaan Pasca EHB adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap rendah. 2. Meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal berpikir tingkat tinggi. 3. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi yang menuntut berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.



2



Unit 1 Analisis materi Daya Serap Rendah A. Pemetaan Materi Daya Serap Rendah (MDSR) Data hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2018/2019 yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balitbang Kemdikbud menunjukkan bahwa secara umum terdapat kenaikan rerata pada hampir semua mata pelajaran yang diujikan. Namun demikian masih terdapat nilai rendah di bawah 55 pada beberapa mata pelajaran (mapel), termasuk di antaranya adalah pada mapel Antropologi. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya materi-materi Antropologi yang memiliki daya serap rendah pada tingkat nasional UN tahun 2018/2019, sebagaimana dipaparkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Materi Daya Serap Rendah (MDSR) UN 2019 Mapel Antropologi No. Indikator Materi yang Diuji Persentase Daya Serap (%) 1 Menunjukkan persebaran dialek tertentu 28,05 2 Menentukan ciri-ciri penelitian etnografi 31,25 3 Menentukan metode penelitian 33,47 4 Menunjukkan daerah persebaran rumpun bahasa lokal 37,68 tertentu 5 Menunjukkan manfaat penelitian 39,04 6 Memberi contoh peran budaya lokal terhadap budaya 42,54 nasional 7 Menjelaskan fungsi bahasa bagi masyarakat multikultural 43,97 8 Menentukan sampel penelitian 44,61 9 Menunjukkan hubungan antar budaya lokal, budaya asing 44,64 dan budaya nasional 10 Menyimpulkan strategi dalam mempertahankan nilai-nilai 45,75 budaya Indonesia Berdasarkan paparan yang terlihat pada tabel di atas, maka MDSR mapel Antropologi UN 2018/2019 dapat diklasifikasikan ke dalam empat materi pokok. Materi pokok tersebut adalah materi Bahasa, Dialek dan Tradisi Lisan, kemudian materi Penelitian Etnografi, serta materi Kajian Budaya dan Strategi Budaya. Rendahnya daya serap pada empat materi pokok tersebut dapat diduga disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab bisa terkait dengan tingkat kesulitan materi, kemampuan siswa dalam memahami, mengaplikasikan serta menalar materi, namun juga dapat terkait dengan kemampuan guru dalam memahami dan menyajikan materi pada siswa.



3



Tabel 1. Materi Daya Serap Rendah (MDSR) UN 2019 Mapel Antropologi Materi Analisis Faktor No. Kompetensi Dasar (KD) MDSR Pokok Penyebab 1 3.1 Menggunakan Bahasa, Menunjukkan ü Sumber buku pengetahuan dasar metode Dialek dan persebaran dialek terbatas (tidak etnografi dalam Tradisi Lisan tertentu lengkap), mendeskripsikan institusireferensi materi Menunjukkan institusi sosial (antara lain: kurang daerah persebaran sistem kekerabatan, sistem ü Materi bahasa, rumpun bahasa religi, sistem politik, sistem dialek dan lokal tertentu mata pencaharian hidup, tradisi lisan di bahasa, kesenian) dalam Indonesia Menjelaskan suatu kelompok etnik sangat beragam fungsi bahasa bagi tertentu di Indonesia. ü Strategi masyarakat pembelajaran multikultural guru yang kurang mengena 2 3.1 Menggunakan Metode Menentukan ciri- ü Materi yang pengetahuan dasar metode Penelitian ciri penelitian dirasa sulit oleh etnografi dalam Etnografi etnografi siswa dan guru mendeskripsikan institusiü Waktu terbatas Menentukan institusi sosial (antara lain: untuk metode penelitian sistem kekerabatan, sistem melakukan religi, sistem politik, sistem praktek Menunjukkan mata pencaharian hidup, penelitian manfaat penelitian bahasa, kesenian) dalam ü Materi kurang suatu kelompok etnik dikuasai oleh Menentukan tertentu di Indonesia. guru sampel penelitian ü Strategi pembelajaran guru yang kurang mengena 3 3.1 Memahami dampak Kajian Memberi contoh ü Materi yang positif dan negatif dari Budaya peran budaya membutuhkan perubahan sosial, lokal terhadap kepekaan sosial, pembangunan nasional, budaya nasional pengetahuan globalisasi, dan modernisasi umum dan Menunjukkan terhadap kehidupan literasi yang hubungan antar sosialkultural masyarakat luas dari siswa budaya lokal, Indonesia ü Kurangnya budaya asing dan variasi strategi budaya nasional pembelajaran



4



4



3.3 merancang strategi kultural berdasarkan sumber-sumber kearifan lokal dan tradisi lisan untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari perubahan sosial



Strategi Budaya



Menyimpulkan ü Materi yang strategi dalam membutuhkan mempertahankan penalaran tinggi nilai-nilai budaya dari siswa Indonesia ü Kurangnya variasi strategi pembelajaran



Contoh Soal MDSR, Pembahasan Dan Analisisnya Sebagaimana dipaparkan di atas, persebaran Materi Daya Serap Rendah (MDSR) pada mapel Antropologi merujuk pada empat materi pokok. Secara kongrit, kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal UN pada materi-materi tersebut dapat dicermati melalui contoh-contoh berikut ini: 1. Materi Bahasa, Dialek dan Tradisi Lisan Soal: Perhatikan gambar peta berikut!



Berdasarkan peta tersebut, penggunaan bahasa lokal seperti kata-kata horas bah! dan Uda lihat itu rancak bana ditunjukkan pada peta di nomor.... A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 2 dan 4 D. 2 dan 5 E. 3 dan 4 Jawaban: C Pembahasan: “Horas bah!” adalah bahasa daerah masyarakat Batak yang berada di Propinsi Sumatera Utara, yang pada peta ditunjukkan pada nomor 2. “Uda lihat itu rancak bana” adalah bahasa daerah masyarakat Minangkabau yang berada di Propinsi Sumatera Barat, yang pada peta ditunjukkan pada nomor 4. Analisis: Soal semacam ini menjadi permasalahan bagi siswa sehingga menjadi penyebab rendahnya daya serap. Secara level kognitif soal ini hanya berada pada level pemahaman atau L1. Namun demikian menjadi sulit bagi siswa karena beberapa faktor: a. Siswa kurang menguasai konsep persebaran rumpun bahasa dan dialek, karena materi ini memang tidak hanya membutuhkan kemampuan memahami konsep, tapi juga kemampuan siswa melakukan visualisasi menempatkan persebaran rumpun bahasa dan dialek di dalam pemahamannya.



5



b. Siswa kurang mampu menguasai pemahaman dan ketrampilan membaca peta, sehingga tidak mampu mengidentifikasi daerah dimana terjadi persebaran rumpun bahasa dan dialek. c. Siswa kurang memperkaya pengetahuan umum mengenai rumpun bahasa dan dialek yang ada di Indonesia, sehingga kesulitan dalam memahami soal yang menekankan pada pemahaman keragaman rumpun bahasa dan dialek di Indonesia. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka salah satu solusinya dalam pembelajaran, guru perlu tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep, namun juga pada pemahaman akan peta dan ketrampilan membaca peta. Guru dapat memperbanyak contoh visual mengenai persebaran rumpun bahasa dan dialek yang dapat menjadi sarana latihan analisis siswa. Kemudian juga guru perlu mendorong siswa untuk aktif memperkaya pengetahuan umum mengenai persebaran rumpun bahasa dan dialek melalui literasi. Guru juga dapat mendorong siswa melakukan visualisasi, misalnya dengan meminta siswa menggambar peta persebaran rumpun bahasa dan dialek secara mandiri. 2. Materi Penelitian Etnografi Soal: Pak Asep, seorang Antropolog meneliti kehidupan budaya masyarakat Kampung Naga, Tasikmalaya. Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai informan utama, yang merupakan pemuka masyarakat Kampung Naga. Kemudian Pak Asep diarahkan untuk menggali informasi dari Tetua Majelis Adat setempat agar data yang diperoleh lebih lengkap dan jelas. Berdasarkan deskripsi diatas, bentuk pengambilan sampel yang dilakukan merupakan.... A. B. C. D. E.



strata rumpun bertujuan bola salju proporsional Jawaban: D Pembahasan: Sampel Bola Salju (snowball sampling) merupakan Teknik pengambilan sampel dengan menentukan informan kunci, yang kemudian peneliti akan diarahkan kepada infroman lain untuk mendapatkan data / informasi. Analisis: Secara level kognitif soal ini hanya berada pada level aplikasi atau L2. Namun materi ini membutuhkan kemampuan dasar untuk menguasai metode penelitian etnografi secara teoritis, juga kemampuan untuk menganalisis dan mengaplikasikan teori dalam langkahlangkah penelitian secara praktis. Bagi siswa yang memiliki kekurangan dalam penguasaan konsep dan kemampuan melakukan penelitian etnografi akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal dalam materi pokok ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebabnya adalah: a. Siswa kurang memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dalam penerapan metode penelitian etnografi, terutama metode sampling dan pengambilan data. b. Siswa kurang mampu menguasai konsep metode penelitian etnografi, karena materi metode penelitian sebaiknya tidak hanya dipahami namun juga diaplikasikan langsung oleh siswa secara sederhana. c. Siswa kurang memperkaya wawasan mengenai metode penelitian, dengan melakukan studi hasil-hasil penelitian yang sudah ada melalui literasi.



6



d. Guru juga terkadang merasa kesulitan untuk memahami materi ini karena kurang terbiasa melakukan penelitian, atau kurangnya budaya riset di kalangan guru, sehingga penyampaian dan penyajian materi ini pada siswa mengalami kendala. Dalam pembelajaran metode penelitian etnografi, guru sebaiknya tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep, namun juga pada pengalaman melakukan penelitian etnografi secara sederhana. Kemudian juga guru dapat mendorong siswa untuk aktif memperkaya pengetahuan mengenai penelitian etnografi melalui literasi. 3. Materi Kajian Budaya Soal: Lingkungan masyarakat mengalami pergeseran sosial setelah masuknya perusahaan tambang dan perkebunan karena membawa budaya yang belum pernah dikenal oleh masyarakat sehingga terjadi proses alih teknologi. Contoh pengaruh budaya asing terhadap budaya lokal atau budaya nasional dari kasus tersebut adalah... A. B. C. D. E.



hilangnya kearifan lokal budaya leluhur yang di wariskan turun temurun. memajukan budaya lokal sehingga akan menambah kekayaan budaya local. teknologi masyarakat meningkat sehingga pendapatan akan bertambah. lahan masyarakat semakin berkurang sehingga mudah terjadi pertikaian. masyarakat ingin hidup praktis dan mudah berkomunikasi dengan lingkungan.



Jawaban: E Pembahasan: Ketika budaya asing masuk ke satu masyarakat melalui perusahaan, maka terjadi alih teknologi. Teknologi tersebut dirasa lebih mempermudah kehidupan masyarakat, dibanding budaya lokal yang sudah ada semisal di dlam berkomunikasi. Dalam budaya lokal masyarakat berkumpul satu sama lain dan bertatap muka untuk berkomunikasi, namun teknologi baru membuat masyarakat lebih praktis dalam berkomunikasi dan tidak lagi harus bertatap muka. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya asing mempengaruhi budaya lokal. Analisis: Secara level kognitif soal ini hanya berada pada level aplikasi atau L2. Namun materi ini menjadi materi daya serap rendah, karena materi ini membutuhkan kemampuan dasar untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis proses perubahan budaya yang terjadi di sekitar. Penguasaan materi ini tidak hanya terbatas pada konsep, namun juga kepekaan dan daya nalar terhadap fenomena budaya sehari-hari yang seringkali dianggap biasa. Guru harus memberikan penekanan pada contoh riil dan analisis, sehingga kemampuan siswa menjadi terasah dalam menalar dan menguasai materi tersebut. Perkiraan faktor penyebab daya serap siswa rendah adalah sebagai berikut : a. Siswa kurang teliti dan cermat dalam memahami dan mendeskripsikan maksud soal sehingga salah dalam menjawabnya. b. Siswa memahami konsep pengaruh budaya asing pada budaya lokal, namun kurang terlatih dalam menganalisis fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Untuk mengatasinya siswa harus lebih memahami indikator-indikator dari budaya asing dan budaya lokal. Kemudian menerapkannya dalam mengamati fenomena di sekitar. Sehingga kemudian siswa tidak terkecoh, dapat mengklasifikasi dan menganalisis dengan tepat serta menjawab pertanyaan dengan benar. Dalam pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep, namun juga pada penerapannya di dalam analisis fenomena di sekitar. Guru dapat memperbanyak contoh audio visual yang dapat menjadi sarana latihan analisis siswa. Kemudian juga guru perlu



7



mengajak siswa melihat langsung fenomena di sekitar melalui observasi. Menerapkan prinsip inquiry dalam pembelajaran. Sehingga kepekaan dan daya nalar siswa menjadi lebih terlatih di dalam menganalisis fenomena budaya yang dimunculkan dalam soal UN. 4. Materi Strategi Budaya Soal: Globalisasi telah merubah kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya globalisasi bidang teknologi seperti penggunaan traktor, mesin cuci, komputer jinjing, serta gawai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kini terbentuklah masyarakat yang rasional dan individual, karena semua hal dapat dikerjakan secara mandiri dan efisien. Solusi dalam mempertahankan nilai-nilai budaya berdasarkan kearifan lokal bangsa Indonesia adalah.... A. B. C. D. E.



mengedepankan pola tradisional mencegah sikap primordialisme membatasi pengaruh budaya asing menguatkan nilai kekeluargaan mewariskan budaya nenek moyang



Jawaban: D Pembahasan: Fenomena globalisasi telah membuat kehidupan masyarakat menjadi maju dan modern. Kehidupan serba praktis dan efisien. Namun demikian masyarakat juga menjadi lebih individualistis. Sehingga solusi yang tepat berdasarkan permasalahan tersebut adalah menguatkan nilai kekeluargaan, karena budaya lokal Indonesia sangat mengedepankan nilainilai kekerabatan, kekeluargaan dan musyawarah. Analisis: Soal di atas menunjukkan proses dalam mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya, sekaligus membutuhkan kemampuan dalam merumuskan pemecahan masalah. Soal tersebut dapat dikategorikan berada pada level penalaran atau L3. Penguasaan materi pada soal ini tidak hanya terbatas pada konsep, namun juga kepekaan dan daya nalar terhadap fenomena budaya sehari-hari. Guru harus memberikan penekanan pada contoh riil dan analisis, sehingga kemampuan siswa menjadi terasah dalam menalar dan menguasai materi tersebut. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor materi daya serap rendah pada soal ini adalah sebagai berikut: a. Ada kecenderungan siswa memiliki kekurangan dalam melakukan literasi membaca kalimat stimulus dan pokok soal, sehingga kemudian tidak dapat menangkap alur serta makna yang diinginkan dalam soal. b. Siswa menguasai konsep globalisasi dan juga konsep kearifan lokal, namun kurang terlatih dalam mengaitkan kedua konsep tersebut dalam fenomena yang terjadi. Untuk mengatasinya siswa harus lebih memahami dan menerapkannya dalam mengamati fenomena kebudayaan di sekitar. Sehingga kemudian siswa tidak terkecoh, dapat mengaitkan dan menganalisis dengan tepat serta menjawab pertanyaan dengan benar. Dalam pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep, namun juga meningkatkan kepekaan sosial siswa pada fenomena di sekitar. Guru dapat memperbanyak contoh audio visual yang dapat menjadi sarana latihan analisis siswa. Kemudian juga guru perlu mengajak siswa menganalisis langsung fenomena di sekitar. Menerapkan prinsip problem-based dalam pembelajaran. Sehingga kepekaan dan daya nalar siswa menjadi lebih terlatih di dalam menemukan solusi permasalahan budaya yang dimunculkan dalam soal.



8



B. Penugasan 1. Penugasan 1: Kerjakanlah LK 1 untuk mengidentifikasi lebih cermat dan menganalisis Materi Daya Serap Rendah (MDSR) yang dialami oleh siswa di sekolah anda. Anda perlu menyiapkan Data Daya Serap yang dirilis oleh Puspendik melalui situs https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id, serta kompetensi dasar sesuai materi pokok yang diujikan. 2. Penugasan 2: Kerjakanlah LK 3 untuk meningkatkan kompetensi dalam menyelesaikan MDSR di sekolah anda. Anda perlu menyiapkan soal UN yang telah diujikan sebelumnya di sekolah anda. C. Refleksi 1. Peserta a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan analisis MDSR yang dialami siswa di sekolahnya masing-masing. b. Menyampaikan keberhasilan dalam meningkatkan kompetensi siswa menghadapi MDSR di sekolahnya masing-masing. c. Menyampaikan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada aktivitas dan penyelesaian LK 1 dan LK 3. d. Menyampaikan rencana tindak lanjut untuk menerapkan hasil yang diperoleh dari unit 1 modul ini.



2. Fasilitator a. Menyampaikan keberhasilan peserta melalui pengamatan dan penilaian selama kegiatan. b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam mengidentifikasi dan menganalisis MDSR sesuai dengan data daya serap UN mapel Antropologi yang dirilis oleh Puspendik.







9



Unit 2 Strategi Pembelajaran Materi Daya Serap Rendah A. Strategi Pembelajaran



Strategi pembelajaran yang disajikan dalam Unit. 2 ini diharapkan dapat menginspirasi dalam menyajikan materi pada siswa. Pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Seperti halnya hasil yang berakar pada proses, maka pembelajaran yang baik diharapkan akan menghasilkan hasil penilaian yang baik. Berikut ini disajikan beberapa alternatif yang dapat anda gunakan dalam menyajikan Materi Daya Serap Rendah yang telah diidentifikasi pada Unit 1, yakni mengenai Persebaran Bahasa, Dialek dan Tradisi Lisan, kemudian materi Penelitian Etnografi, serta materi Kajian Budaya dan Strategi Budaya. Urutan materi yang disampaikan pada bagian ini disesuaikan pada Data Puspendik tentang Materi Daya Serap Rendah pada tahun 2018/2019. 1. Strategi Pembelajaran Materi Persebaran Bahasa, Dialek dan Tradisi Lisan Materi keragaman dan persebaran rumpun bahasa serta dialek adalah materi yang tidak hanya terbatas pada konsep, namun juga dibutuhkan kemampuan menghubungkan antar materi serta ketrampilan membaca peta. Pokok materi yang paling sering menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa adalah materi yang berkaitan dengan persebaran bahasa Austronesia dan bahasa Papua. Guru terkadang juga kurang mempunyai sumber peta persebaran kedua rumpun bahasa tersebut. Uraian Singkat Materi Persebaran Rumpun Bahasa Austronesia & Papua Ciri Bahasa Austronesia: - Mempunyai sistem diatesis morfologis (Jawa, Bali, NTB, Sebagian besar Sulawesi, dsb) - Mempunyai sistem diatesis campuran dengan persesuaian pronominal (Sulawesi Tenggara) Mempunyai sistem bahasa isolasi (Flores, Pulau Timor) - Mempunyai persesuaian tanpa sistem diatesis (NTT, Maluku) - Mempunyai sistem vokal dan konsonan yang beragam sehingga sistem fonemiknya (bunyi/pengucapan) pun beragam Ciri Bahasa Papua: - Mempunyai sistem bahasa yang terdiri dari 5 vokal (a,i,u,e,o) - Sistem fonemik yang sederhana - Sistem konsonan terdiri dari tiga tempat artikulasi yang meliputi labial, dental/alveolar, dan velar. Kadang-kadang juga menempati posisi palatal - Kerap memberikan pemotongan/penyingkatan dalam kosakata yang berpengaruh pada pengucapan, fonetik maupun morfologisnya







10







Gambar 1. Peta Persebaran Bahasa Austronesia



Gambar 2. Peta Persebaran Bahasa Papua



Dalam menyampaikan materi ini diperlukan metode yang lebih aplikatif dan mendorong siswa untuk melakukan visualisasi. Guru memberikan materi konsep dan teori, siswa kemudian didorong aktif melakukan literasi dan menggali sumber-sumber yang ada. Dari hasil temuan siswa, kemudian Guru mendorong siswa untuk menggambarkan temuan itu secara visual. Guru juga dapat memanfaatkan peta buta sebagai sebuah bagian dari metode pembelajaran.







Gambar 3. Contoh Peta Buta Persebaran Bahasa Austronesia



11



Gambar 4. Contoh Peta Buta Persebaran Bahasa Papua



Salah satu contoh langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan untuk materi ini adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi dengan memanggil dua siswa yang diketahui memiliki logat atau dialek yang berbeda untuk berbicara di depan kelas. Hal itu menjadi stimulus untuk membawa siswa pada pembelajaran teoritis. b. Guru menyampaikan materi mengenai keragaman dan persebaran rumpun bahasa serta dialek melalui media digital atau presentasi. c. Siswa kemudian diminta untuk melakukan literasi mengenai keragaman dan persebaran rumpun bahasa serta dialek di Indonesia d. Siswa menggambarkan keragaman dan persebaran rumpun bahasa serta dialek tersebut di dalam peta secara visual, dan menyampaikannya di depan kelas. e. Guru memberikan umpan balik berupa kesimpulan tentang persebaran bahasa Austronesia dan Papua di Indonesia. 2.







Strategi Pembelajaran Materi Penelitian Etnografi Penelitian etnografi adalah bagian dari penelitian sosial. Hakikat dari penelitian sosial adalah penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam terhadap sebuah gejala atau permasalahan sosial menggunakan metode yang sistematis dan ilmiah. Materi ini seringkali dianggap menyulitkan tidak hanya oleh siswa namun juga oleh guru. Persoalan yang mendasar adalah karena guru juga kurang menguasai materi ini dan juga tidak banyak melakukan penelitian, terutama penelitian etnografi. Uraian Singkat Materi Metode Penelitian Etnografi



Apa itu Etnografi ? ] a. Etnografi adalah bagian dari penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. b. Etnografi bisa merupakan sebuah penelitian lapangan (field research) ataupun studi kasus (case study) c. Etnografi menggunakan metode partisipatif, untuk meneliti biasanya peneliti melakukan observasi partisipatif (pengamatan terlibat) dan in-depth interview (wawancara mendalam). d. Etnografi dikatakan sebagai sebuah keharusan bagi seorang antropolog.











Gambar 5. Jenis Penelitian Sosial



12











Gambar 6. Metode Pengambilan Sampel



Materi ini memiliki tingkat kesulitan yang sama dengan materi lain, hanya lebih membutuhkan kemampuan dasar untuk menguasai metode penelitian etnografi secara teoritis, juga kemampuan untuk menganalisis dan mengaplikasikan teori dalam langkah-langkah penelitian secara faktual. Sehingga agar materi ini bisa dipahami oleh siswa diperlukan metode yang tidak hanya bersifat pemaparan teoritis, namun juga memberikan pengalaman langsung pada siswa.. Guru memberikan materi konsep dan teori, siswa kemudian didorong aktif melakukan penelitian etnografi secara sederhana. Kemudian siswa dapat merefleksikan langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan dan memperoleh pemahaman yang lebih nyata mengenai penelitian etnografi. Salah satu contoh langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan untuk materi ini adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa untuk memahami apa itu “masalah” sebagai objek penelitian etnografi. b. Guru menyampaikan materi mengenai logika dasar dan konsep penelitian etnografi. c. Siswa kemudian diminta untuk menggali informasi melalui literasi dan menentukan topik penelitian etnografi. d. Siswa menuliskan dan menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan di dalam meneliti topik tersebut. e. Siswa berdiskusi menentukan objek penelitian dan sasaran dari penelitian f. Dari penyampaian siswa kemudian guru memberikan pemahaman mengenai langkahlangkah penelitian etnografi dan kaitan penentuan objek penelitian dengan teknik pengambilan sampel secara teoritis..



3.











Strategi Pembelajaran Materi Kajian Budaya dalam Pengaruh Globalisasi Materi kajian budaya dan globalisasi adalah materi yang bersifat aktual dan faktual. Sehingga dalam menyampaikan materi ini diperlukan metode yang lebih aplikatif dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Guru terlebih dulu dapat menyampaikan materi dan cakupan teori mengenai budaya dan globalisasi. Kemudian guru dapat menunjukkan contoh-contoh faktual dan mengajak siswa untuk melakukan analisis. Langkah berikutnya guru perlu mendorong siswa untuk melakukan literasi dari sumber-sumber, dan selanjutnya siswa distimulasi untuk menemukan contoh-contohnya secara mandiri.



13







4.



Uraian Singkat Kajian Budaya dalam Pengaruh Globalisasi Istilah globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas territorial yang mengikat secara nyata. Secara umum globalisasi meliputi dua bentuk, yakni globalisasi ekonomi dan globalisasi kebudayaan. Dalam antropologi konsep globalisasi kebudayaan menjadi penting. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Globalisasi kebudayaan adalah fenomena tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan. Dampak dari globalisasi kebudayaan ini bisa positif dan negatif. Positif misalnya modernisasi budaya, sedangkan negatif misalnya adalah westernisasi budaya, sekularisasi dan juga degradasi budaya lokal.



Salah satu contoh langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan untuk materi ini adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi dengan membawa contoh barang yang berasal dari masa muda guru dan dibandingkan dengan barang yang lekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut sebagai stimulasi siswa agar guru dapat membawa siswa pada penjelasan materi. b. Guru menjelaskan materi perubahan budaya dan globalisasi menggunakan media pembelajaran ataupun media presentasi. c. Guru membagi siswa ke dalam kelompok, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dan menganalisis contoh yang disajikan guru melalui media audio visual. d. Secara klasikal guru memandu penyampaian hasil diskusi dan memberikan kesimpulan e. Guru meminta siswa secara individual untuk melakukan literasi sumber-sumber dan memberikan contoh faktual mengenai perubahan budaya dan globalisasi. Strategi Pembelajaran Materi Strategi Budaya Kearifan Lokal dan Globalisasi Salah satu dampak globalisasi kebudayaan adalah bagaimana globalisasi mempengaruhi sosial budaya masyarakat secara khusus atau kearifan lokal. Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat secara tradisional, sehingga diperlukan strategi yang berdasarkan nilai-nilai budaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Materi ini adalah materi yang bersifat aktual dan faktual. Sehingga dalam menyampaikan materi ini diperlukan metode yang lebih aplikatif dan dekat dengan kehidupan sosial budaya sehari-hari yang ada di masyarakat.



14











Uraian Singkat Materi Strategi Budaya Kearifan Lokal dan Globalisasi Secara Etimologis Kearifan Lokal terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandanganpandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Perkembangan teknologi akibat globalisasi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring budaya kita ke arah dekadensi budaya. Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat. Uraian Singkat Materi Strategi Budaya Kearifan Lokal dan Globalisasi



§



¡



¡



Dari realitas tersebut, maka terdapat cara-cara dan strategi yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal sebagai berikut: Rehumanisasi Rehumanisasi adalah pengutamaan kembali nilai-nilai kemanusiaan. Dimana dalam globalisasi seringkali nilai kemanusiaan dipinggirkan, diganti dengan nilai-nilai efisiensi dan materialisme. Rehumanisasi penting di dalam mengembalikan martabat masyarakat secara budaya. Kemampuan Menyaring Budaya luar perlu disaring mana yang perlu atau tidak perlu, juga mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan budaya bangsa. Revitalisasi Revitalisasi adalah penguatan kembali nilai-nilai budaya lokal. Nilai-nilai budaya lokal yang telah diwariskan turun temurun dapat menjadi sarana terbaik menghadapi arus budaya luar dan globalisasi.



Salah satu contoh langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan untuk materi ini adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan contoh kasus dampak globalisasi lewat media audio visual. Hal tersebut sebagai stimulasi siswa agar guru dapat membawa siswa pada penjelasan materi. b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok, kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dan menemukan solusi permasalaham yang diberikan oleh guru. c. Secara klasikal guru memandu penyampaian hasil diskusi dan memberikan kesimpulan d. Guru menjelaskan materi perubahan budaya dan globalisasi menggunakan media pembelajaran ataupun media presentasi. e. Guru meminta siswa secara individual untuk melakukan literasi sumber-sumber dan memberikan contoh faktual mengenai perubahan budaya dan globalisasi.



15



B. Penugasan Kerjakanlah LK 2 sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi dalam menyajikan MDSR di sekolah anda. Anda perlu menyiapkan materi, Kompetensi Dasar (KD) serta Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai dengan materi pokok tersebut. C. Refleksi 1. Peserta a. Menyampaikan keberhasilan berupa keterampilan menyajikan MDSR di dalam pembelajaran di sekolahnya masing-masing. b. Menyampaikan keberhasilan dalam meningkatkan kompetensi siswa menghadapi MDSR di sekolahnya masing-masing. c. Menyampaikan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada aktivitas dan penyelesaian LK 2. d. Menyampaikan rencana tindak lanjut untuk menerapkan hasil yang diperoleh dari unit 2 modul ini. 2. Fasilitator a. Menyampaikan keberhasilan peserta melalui pengamatan dan penilaian selama kegiatan. b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penyajian strategi pembelajaran MDSR oleh peserta. c. Memberi pencerahan dan pengarahan pada peserta dalam memahami unit 2 modul untuk meningkatkan strategi pembelajaran MDSR di sekolah.



16







LEMBAR KERJA 1 ANALISIS MATERI DAYA SERAP RENDAH



17



Rencana Penyajian Materi Pokok Pembinaan Pasca EHB Antropologi Unit 1. Analisis Materi Daya Serap Rendah Waktu : 4 x 60 Menit











18



19



20



LEMBAR KERJA 2 STRATEGI PEMBELAJARAN MATERI DAYA SERAP RENDAH 21



Unit 2. SOAL UN MATERI DAYA SERAP RENDAH Waktu : 4 x 60 Menit







22



LEMBAR KERJA 3 SOAL-SOAL UN MATERI DAYA SERAP RENDAH 23



Unit 3. Strategi Pembelajaran Materi Daya Serap Rendah Waktu : 4 x 60 Menit



Lembar Kerja 2. Strategi Pembelajaran Materi Daya Serap Rendah







Lembar Kerja (LK) 2 ini akan memandu Anda melakukan Pembelajaran MDSR. Untuk kegiatan ini, lakukan langkah-langkah Strategi Penyajian MDSR sebagai berikut:







24



Daftar Pustaka



Johnson, Elaine B.. 2010. CTL: Contextual Teaching Learning. Bandung: Kaifa. Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Subiyantoro, Slamet & Annisa Nur Rohmah, 2013. Antropologi: Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya. Surakarta: Mediatama. Permendikbud Nomor 37 tahun 2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Jakarta: Kemdikbud



25







26