4 0 396 KB
KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI I.
PENDAHULUAN : Pelanggan sering complain ke PLN listrik sering padam … pada saat musim, hujan pemadaman listrik tambah parah.. PLN tidak professional dalam mengurusi listrik …. Banyak temuan Pemeriksa pada realisasi pelaksanaan kontrak yang di bayar, tidak sesuai dengan kontrak, sehingga kelebihan bayar harus di kembalikan ke PLN.. Kualitas material terpasang banyak yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku.. Dari masalah masalah yang ada tersebut di atas.. siapa yang harus jadi kambing hitamnya..??? Bagian Perencanaan kah, yang mendesain system konstruksi dari awal, termasuk spek teknis material yang di gunakan.. atau panitia pengadaan yang … atau bagian pengawasan konstruksi yang tidak kompoten mengawasi pekerjaan sesuai kontrak.., atau bagian pemeliharaan yang kurang tanggap mengadakan pemeliharaan jaringan dan pengoperasian jaringan ???
II.
PENGELOLAAN ASET JARINGAN DISTRIBUSI Untuk mencapai visi dan misi PT PLN (Persero) adalah selalu meningkatkan mutu pelayanannya ke masyarakat /konsumen dengan pengelolaan asset jaringan distribusi yang baik.. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan asset jaringan Distribusi untuk memcapai kinerja operasi jaringan Distribusi yaitu penyaluran tenaga listrik yang berkualitas, efiensi dan andal serta aman ke pelanggan adalah pembangunan/konstruksi jaringan Distribusi.. Secara lengkap pengolaan jaringan Distribusi dilihat seperti bagan di bawah ini
Simple Inspiring Performing Phenomenal 1
Hal -
Analisa dan Evaluasi sistem Distribusi
Dari bagan di atas terdiri dari :
Perencanaan Sistem Distribusi : Perencanaan membuat RUPTL (Rencana umum penyediaan tenaga listrik) untuk sepuluh tahun ke de[an dan setiap tahun di perbaharui., master plan dan perencanaan sistem
Konstruksi Jaringan Distribusi Menyiapkan Standar konstruksi, standar material, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi
Pemeliharaan Jaringan Distribusi : bertugas dalam , pengelolaan data asset, Perencanaan pemeliharaan, pemeliharaan dan pemenfaatan asset
Simple Inspiring Performing Phenomenal 2
Hal -
Pengoperasian system Distribusi ; Perencanaan operasi, , pembuatan SOP , pengaturan operasi, Proteksi dan system perpiketan,
Untuk mencapai kinerja operasi yang baik, kempat bagian tersebut di atas saling saling barkaitan dan saling mempengaruhi. Jika hasil kenerja operasi tidak sesuai yang diharapkan maka harus ada umpan balik. Contoh Jaringan kurang andal sering gangguan, maka apakah pengoperasiannya yang keliru, atau pemeliharaannnya yang kurang tepat, atau saat konstruksi tidak sesuai standar, atau perencanaannya yang tidak sesuai criteria desain atau criteria desainnya yang perlu di revisi karena sudah tidak up to date lagi.tidak mengikuti perkembangan tehnologi.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 3
Hal -
III.
KRITERIA DESAIN ENGINEERING KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI
DISTRIBUTION Untuk mengoperasikan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik yang efisien, andal, aman dan berkualitas , maka konstruksi jaringan distribusi harus dibangun dengan benar sesuai kaidah enjinering Di dalam merencanakan Sistem Distribusi Tenaga Listrik sangat diperlukan adanya pedoman untuk menetapkan suatu kriteria atau Desain Kriteria bagi perencanaan saluran udara tegangan menengah dan tegangan rendah. Desain Kriteria ini akan menjadi rujukan dalam mendesain sebuah sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai dari penentuan Lokasi Gardu Induk (GI), desain JTM, Trafo, JTR maupun SR. Sehingga secara bertahap sistem distribusi PLN pada umumnya dan khususnya PLN Distribusi Jawa Timur mempunyai tingkat efisiensi, mutu dan keandalan dan keamanan yang tinggi III.1 Ruang Lingkup Kriteria desain Jaringan Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah : 1)
Sistem Tegangan Menengah 20 kV.
2)
Penentuan Lokasi GI
3)
Gardu Distribusi .
4)
Sistem Tegangan Rendah 231 / 400 Volt .
5)
Sambungan Rumah.
Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah : 1)
Drop Tegangan
2)
Susut
3)
Keandalan Sistem
4)
Cos Phi (0,90)
III.2 Tujuan Tujuan Desain Kriteria Jaringan Distribusi ialah :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 4
Hal -
Memberikan pegangan yang terarah dalam penyusunan desain sistem distribusi yang akan dipergunakan dalam perencanaan jaringan.
Mengikuti perkembangan tehnologi teknik jaringan distribusi dan kelistrikan terakhir
Selaras dengan tuntutan Pelayanan
Dapat dilaksanakan secara konsisten pada seluruh unit PLN, khususnya Distribusi Jatim
Mendapatkan tingkat efisiensi, mutu dan keandalan dan keamanan jaringan distribusi distribusi yang tinggi atau optimal.
Pedoman menentukan besar kapasitas dan Lokasi Gardu Induk, merancang sistem distribusi yang efisien dengan tetap berpedoman pada SPLN dan standarstandar lain yang berlaku.
III.3
Desain Kriteria JTM Desain Kriteria JTM Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan adalah Sistem Tegangan Menengah 20 kV. Beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah : 1)
Kriteria kerapatan beban
2)
Pola Konfigurasi Jaringan
3)
Korelasi Drop Tegangan
4)
Korelasi Susut terhadap standard jaringan.
5)
Jangka Waktu Pengembangan Jaringan Baru
6)
Pembebanan Jaringan.
III.3.1 KRITERIA KERAPATAN BEBAN Dalam mendesain sebuah Jaringan Listrik , maka sangatlah baik bila diketahui kerapatan beban dalam MVA/KM 2 , sehingga dapat ditentukan besar dan lokasi GI, jenis penghantar, panjang penghantar, dan jumlah penghantar yang akan mensuplai beban tersebut. 1)
Beban Ringan Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban
Simple Inspiring Performing Phenomenal 5
Hal -
kurang dari 0,5 MVA per KM2 . 2)
Beban Sedang Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 .
3)
Beban Padat Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban diatas 1 MVA per KM2
III.3.2
POLA KONFIGURASI JARINGAN Pola Konfigurasi Jaringan Tegangan menengah dapat dikelompokkan kedalam 5 kelompok besar, yaitu :
III.3.3
1)
Konfigurasi Radial
2)
Konfigurasi Open Loop (Open Ring) Non Spindel
3)
Konfigurasi Satelit
4)
Konfigurasi Spindel
5)
Konfigurasi Spot Network
POLA JARINGAN UNTUK BEBAN RINGAN Daerah pedesaan atau beban pedesaan umumnya dioperasikan dengan sistem radial murni. Dalam sistem radial murni ini, maka tidak ada pengalihan beban ke penyulang lain jika ada section penyulang yang terganggu, sehingga pada umumnya penyulang radial mempunyai tingkat keandalan yang rendah
Simple Inspiring Performing Phenomenal 6
( Tingkat Keandalan I) .
Hal -
TRAFO DIST TRAFO DIST
TRAFO DIST
PMT 20 KV
TRAFO DIST
TRAFO DIST
TRAFO DIST
PMT 20 KV
20 KV
TRAFO DAYA
150 KV PMT 150 KV
Gbr. 1a Sistem Radial murni CB
LBS
Section 1
CB
III.3.4
PENY. 1
Section 3
LBS
REC
CB
SSO1
SSO2
Section 2
: LBS/SECT/REC CLOSE : LBS/SECT/REC OPEN
PENY. 2
PENY. 3
Section 3 : CO CLOSE : CO OPEN
POLA JARINGAN UNTUK BEBAN SEDANG Untuk daerah atau lokasi
Simple Inspiring Performing Phenomenal 7
Section 2
CB
Section 1 : CB CLOSE CLOSE : CB OPEN
LBS
dengan
beban relatif sedang, maka guna
Hal -
mendukung mutu dan keandalan sistem pada umumnya beroperasi dengan sistem open loop ( open ring) Interkoneksi (sistem 3/3 tiga section dengan 3 Back Up) non spindel. Dalam sistem ini akan banyak terdapat Distribution Apparatus seperti LBS, Recloser, Gardu Hubung ( Gardu Bagi ) , dan Sectionalizer yang dilengkapi dengan motorais serta dapat dioperasikan dengan SCADA guna mendukung manuver beban jaringan serta melokalisir gangguan ( Tingkat Keandalan II )
GI PMT di GI
Key Point Jaringan (NC) bisa LBSm, Recloser atau PMCB, Jika PMCB/Rec jarak dari GI harus > 15 kms Key Point Jaringan hanya LBSm (LBS Motorais) Jumlah Key Point yg digunakan = 8 x 3 = 24 bh Beban Penyulang Maksimum 75 % dari beban yg aman (80 %x 300A = 260 A) Beban Setiap Zone maksimum 25 % (65A) , 25 % cadangan untuk mensuplay satu seksi peny. disebelahnya yg terganggu
GI PMT di GI Key Point Jaringan (NC) bisa LBSm, Recloser atau PMCB, Jika PMCB/Rec jarak dari GI harus > 15 kms Key Point Jaringan hanya LBSm (LBS Motorais) Jumlah Key Point yg digunakan = 10 x 1,5 = 15 bh Beban Penyulang Maksimum 50 % (130 A) dari beban peny. yg aman (80 %x 300A = 260 A) Beban Setiap Zone maksimum 25 % (65A) , 50 % cadangan untuk mensuplay satu/dua seksi peny. disebelahnya yg terganggu Contoh konfigurasi Sistem Satelit Sistem ini merupakan gabungan dari sistem loop dan sistem radial guna memperbaiki keandalan radial sistem untuk section tertentu atau sebaliknya. Hal ini untuk memperingan biaya investasi dari pembangunan sistem jika semuanya dibuat loop sistem, dengan harapan pelanggan pada radial Sistem yang tidak terlalu menguntungkan masih
Simple Inspiring Performing Phenomenal 8
Hal -
dapat dilayani dan masih mampu menutupi kebutuhan perusahaan. Pada Sistem ini, radial Sistem tidak terbebani 100% karena kemampuan dari loop sistem hanya dapat menanggung beban radial maximum 60% dari kapasitas konduktor sesuai kapasitas dari loop Sistem. Beban-beban yang terpusat dan jauh dari GI dilayani oleh beberapa penyulang express. Dipusat beban yang baru, dibuat sistem loop lagi dengan cara yang sama. Sistem ini banyak digunakan pada daerah-daerah dimana pengembangan kebutuhan daya listrik tidak merata. Sistem jaringan satelit dapat dilihat pada gambar berikut :
Gbr 2.c. Sistem Satelit III.3.5
POLA JARINGAN UNTUK BEBAN PADAT Untuk daerah yang mempunyai beban padat , serta mutu pelayanan dan keandalan menjadi tuntutan utama maka sebaiknya sistem beroperasi dalam konfigurasi Spindel. Apabila area pelayanan cukup luas, maka akan terdapat beberapa cluster Spindel yang saling terkait guna mendukung keandalan sistem ( Tingkat Keandalan III)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 9
Hal -
PMT 20 KV
SISTEM SPINDEL
SKB (BUKA)
PMT 20 KV
PMT 150 KV
TRAFO DAYA
150 KV
20 KV
III.3.5.1
KABEL CADANGAN
Gbr. 3 Sistem Cluster Spindel
Simple Inspiring Performing Phenomenal 10
Hal -
SKB (BUKA)
PMT 20 KV
20 KV
TRAFO DAYA
150 KV
PMT 20 KV
PMT 150 KV
EXPRESS FEEDER
Gbr. 4 Sistem Spindel dengan 1(sumber) yang sama III.3.5.2 POLA JARINGAN SPOT NETWORK Untuk pelanggan yang tidak boleh padam ( pelanggan VVIP ) , maka disuplai dengan Pola Jaringan Spot Net Work dengan minimal 2 penyulang sekaligus plus Automatic Change Over/ Automatic Transfer Switch
( Tingkat
Keandalan IV dan atau V ) Misal : 1)
Istana Presiden
2)
Gedung MPR
3)
Bandar Udara
4)
Rumah Sakit
5)
Pelanggan besar > 10 MVA
Simple Inspiring Performing Phenomenal 11
Hal -
GARDU KONSUMEN
PMT 20 KV
PMT 20 KV
20 KV PMT 20 KV
GARDU INDUK
TRAFO DAYA
150 KV PMT 150 KV
FEEDER
Gbr 5. Sistem SPOT NET WORK
III.3.6
PEMBAGIAN JUMLAH SEKSI PENYULANG YANG OPTIMAL . Jumlah seksi dalam konfigurasi sistem radial, sistem loop atau sistem loop yang dapat diinterkoneksikan dengan penyulang lain secara remote akan menentukan keandalan sistem dan pembatasan arus yang mengalir. Makin banyak seksi yang dibuat untuk setiap penyulang maka batas normal arus atau daya yang mengalir akan semakin besar dan keandalan juga semakin tinggi, namun ditinjau dari segi investasi makin banyak seksi investasi juga akan semakin besar. Untuk itu perlu penentuan jumlah seksi yang optimal untuk satu penyulang. Kriteria Pembatasan Arus, penurunan SAIDI dan kerapatan beban untuk pembentukan seksi masing-masing konfigurasi jaringan seperti Tabel 2.2.5 berikut :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 12
Hal -
Tabel 2.2.5 : Pembentukan Seksi KRITERIA
RADIAL MURNI 1 SEKSI
LOOP BIASA 3
SEKSI
LOOP INTERKONEKSI (Setiap seksi di back up Penyulang lain) 2 SEKSI 3 4
3 SEKSI
SEKSI
SEKSI
GAMBAR PEMBATASA N ARUS THD KHA
100 %
100 %
60 %
66,7 %
75 %
80 %
*)
*)
PENURUNAN SAIDI (Untuk ggn Seksi I)
0%
0%
66,7 %
50 %
66,7 %
75 %
KERAPATAN BEBAN
RENDA
RENDA
SEDAN
SEDAN
TINGG
TINGG
H
H
G
G
I
I
Keterangan : *) hanya untuk jaringan pendek (< 7 kms)
III.3.7
TINGKAT KEANDALAN Tingkat Keandalan Sebuah Sistem Distribusi tenaga listrik dibagi menjadi : 1)
Tingkat Keandalan I ,dimungkinkan padam berjam-jam ( radial).
2)
Tingkat Keandalan II, padam beberapa jam ( Open Loop/satelit).
3)
Tingkat Keandalan III, padam beberapa menit ( Loop Murni / Spindle )
4)
Tingkat Keandalan IV, padam beberapa detik ( Double incoming).
5)
Tingkat Keandalan V , tanpa padam ( Double penyulang / Back Up).
III.4 KORELASI DROP TEGANGAN DAN LOSSES TERHADAP STANDAR JARINGAN Panjang
sebuah
Jaringan
Tegangan
Menengah
dapat
didesain
dengan
mempertimbangkan drop tegangan dan susut teknis jaringan. Untuk mendapatkan
Simple Inspiring Performing Phenomenal 13
Hal -
nilai drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu memasukkan parameter – paramater antara lain : 1) Ukuran ( luas penampang ) dan Jenis Penghantar 2) Beban Nominal Penghantar 3) Panjang Jaringan 4) Cos Phi Maka berdasarkan SPLN 72:1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan menengah dengan kriteria drop tegangan sebagai berikut : 1)
Drop Tegangan Spindel maksimum 2 %
2)
Drop Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %
Dengan pertimbangan susut jaringan di atas , maka susut jaringan maksimum yang diharapkan : 1)
Susut Spindel maksimum 1 %
2)
Susut Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %
III.5 KORELASI DROP TEGANGAN TERHADAP STANDAR JARINGAN A. UNTUK BEBAN DIUJUNG DAN SEIMBANG 1)
SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT % Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin ) * 100)/ ( KV) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
L = Panjang jaringan ( km )
Cos = 0,85 , Sin = 0,526
KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 5)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 14
Hal -
2)
SISTEM 1 PHASE
% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos + X Sin )*100)/ ( KV) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
L = Panjang jaringan ( km )
Cos = 0,85 , Sin = 0,526
KV = Tegangan L-N (11,6 KV)
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 6) B. UNTUK BEBAN DITENGAH DAN DI UJUNG (SEIMBANG) 1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT
% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin )* 0,75 *100)/ ( KV) 2
Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) P = Daya Nominal yang tersalur ( MVA ) R = Resistensi Jaringan ( Ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = Panjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 , Sin = 0,526
KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 7)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 15
Hal -
2) SISTEM 1 (SATU) PHASE
% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos + X Sin ) *0,75)*100/ (KV) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
L = Panjang jaringan ( km )
Cos = 0,85 , Sin = 0,526
KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 8) C.
UNTUK BEBAN MERATA DAN SEIMBANG
1)
SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT
% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin ) * 0,5*100)/ ( KV) 2
Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) P = Daya Nominal yang tersalur (MVA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) L = Panjang jaringan ( km ) Cos = 0,85 , Sin = 0,526 KV = Tegangan L-L ( 20 KV ) Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 9)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 16
Hal -
2)
SISTEM 1 PHASE
% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos + X Sin )* 0,5*100)/ (KV) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
L = Panjang jaringan ( km )
Cos = 0,85, Sin = 0,526
KV = Tegangan L-N ( 11,6 KV)
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 10)
III.6 KORELASI LOSSES III.6.1
SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DIUJUNG (SEIMBANG)
Esusut teknis = 3*(I) 2*R*L*LLF*LDF
Dimana :
I
= Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L
LLF= Loss Load Factor
LDF = Load Density Faktor (LDF beban di ujung = 1)
= Panjang Jaringan (km )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 11)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 17
Hal -
III.6.2
SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DITENGAH DAN DIUJUNG (SEIMBANG)
Esusut teknis = 3*(I) 2*R*L*LLF*LDF
Dimana :
I
= Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R
= Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L
= Panjang Jaringan (km )
LLF = Loss Load Factor
LDF = Load Density Factor (0,625)
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 12) III.6.3
SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN MERATA (SEIMBANG) Esusut teknis = 3*(I) 2*R*L*LLF*LDF
Dimana :
I
= Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L
LLF= Loss Load Factor
LDF= Load Density Factor (0,333)
= Panjang Jaringan (km )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 13) III.6.4 LOSS LOAD FACTOR (LLF) Loss Load Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan dalam menghitung susut sebagai
perbandingan antara rugi – rugi daya rata-rata terhadap rugi
daya beban puncak.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 18
Hal -
LLF = 0,3 LF + 0,7 * (LF) 2 Dimana
LF = Load Factor Sistem Region
III.7 JANGKA WAKTU PENGEMBANGAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH Dalam
membangun instalasi ketenagalistrikan khususnya Jaringan Tegangan
Menengah, maka guna efektifitas dan efisiensi dalam pembangunannya harus mempertimbangkan beban dalam 5 tahun mendatang. Hal ini sangat diperlukan agar dana investasi dapat tepat guna dan berhasil guna. III.8 PEMBEBANAN JARINGAN Dalam pengoperasian Jaringan Listrik Tegangan Menengah Pembebanan tidak boleh melebihi kemampuan nominal jaringan yang telah direncanakan, sehingga drop tegangan dan susut teknis tercapai. Pembebanan JTM selain ditentukan oleh hasil perhitungan drop tegangan dan losses yang masih dalam batas standar yang berlaku untuk jenis, luas dan panjang penghantar tertentu juga dibatasi oleh konfigurasi sistem sebagai berikut : III.8.1
Jaringan Konfigurasi Radial murni Untuk Daerah perkotaan yang jaringannya pendek ( < 5 kms) maka pembatasan beban atau arus yang mengalir di JTM maksimum sama dengan KHA (kuat hantar arus) penghantar.
Untuk Daerah perdesaan yang jaringannya panjang maka pembatasan arusnya disesuaikan dengan hasil perhitungan besar drop tegangan diujung jaringan yang masih memenuhi standar (5 %), Sebagai panduan sesuai hasil perhitungan drop tegangan seperti tabel berikut :
KERAPATAN BEBAN JARINGAN Merata dan Seimbang Di Tengah dan di Ujung Seimbang Di Ujung dan Simple Inspiring Performing Phenomenal 19
MOMENT BEBAN (MVA KMS) A3C 240 A3C 150 A3C 70 mm2 mm2 140 93
mm2 106 71
62 41
70
53
31 Hal -
Seimbang Contoh penggunaan : Beban di ujung (plg besar) dengan daya 10 MVA menggunakan A3C 240 mm2 maka panjang jaringan agar drop kecil 5 % adalah maksimum 70/10 = 7 kms 1.
Jaringan dengan Konfigurasi Loop. Pembatasan arus seperti point 2.2.5 Tabel 2.2.5
2.
Jaringan Spindel : Beban penyulang bisa mencapai 100 % KHA dan Penyulang ekspress tidak dibebani
3.
Beban Kota dan Beban perdesaan : Untuk meningkatkan keandalan maka beban yang mensupplay perkotaan dipisahkan dengan beban yang mensuplay perdesaan dengan :
Rekonfigurasi jaringan
Pemasangan pemutus (PMT) atau gardu bagi di perbatasan kota, sehingga pada saat gangguan terjadi di desa hanya pelanggan desa yang padam.
Pembangunan penyulang baru untuk memisahkan pelanggan desa dan kota.
III.8.2
KRITERIA
PEMILIHAN
LOKASI DAN KAPASITAS GI (GARDU
INDUK)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat akan menentukan lokasi dan kapasitas GI adalah sebagi berikut : a.
Lokasi GI Baru dekat ke pusat-pusat beban, sehingga drop tegangan penyulang yang akan mensuplay beban tersebut masih dalam batas kriteria drop tegangan (< 5 %)
b.
Kemudahan dalam penarikan Jaringan Tegangan Tinggi maupun JTM (penyulang)
c.
Jarak antara GI Baru dengan GI lama yang ada disekitarnya tidak terlalu dekat (> 8 km) dan mempertimbangkan kerapatan beban MVA/km2 didaerah tersebut beberapa tahun ke depan dan kapasitas GI yang direncanakan.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 20
Hal -
d.
Kapasitas GI baru mempertimbangkan :
Kerapatan beban hasil Forecast dan Capasity Balance (CB) didaerah tersebut
Kapasitas hubung singkat di GI tersebut yang masih memenuhi kapasitas hubung singkat peralatan distribusi yang ada di GI.
Kemungkinan jumlah penyulang yang dapat ditarik dari GI tersebut yang masih memenuhi segi keamanan dan estetika
e.
Untuk GI eksisting, jumlah dan panjang penyulang disuaikan dengan kapasitas GI eksisting
III.9 KRITERIA DESIN GARDU DISTRIBUSI Gardu distribusi meliputi Trafo Distribusi dan panel TR
adalah salah satu sarana
pendistribusian tenaga listrik dari tegangan menengah ke tegangan rendah yang mempunyai karakteristik tertentu. Untuk hal tersebut diatas, maka perlu ditentukan pola pembebanan trafo, pemilihan kapasitas trafo dan jumlah jurusan yang akan menghasilkan drop tegangan maupun susut paling kecil ( minimal). III.9.1 POLA PEMBEBANAN TRAFO DISTRIBUSI Pola
pembebanan trafo distribusi hendaknya mengikuti karakteristik trafo
sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN D3.002-1 : 2007, agar didapatkan susut yang minimal (pembebanan trafo sebesar 50% -60%). Untuk memenuhi kriteria tersebut ,maka perlu dicantumkan secara jelas spesifikasi trafo distribusi dalam setiap pengadaannya, dan dilaksanakan test sampling sebelum trafo tersebut digunakan dalam operasional. III.9.2 KORELASI ANTARA SUSUT DAN DROP TEGANGAN
PADA TRAFO
DISTRIBUSI Besaran
maksimal dari drop tegangan (regulasi tegangan) maupun
dari trafo distribusi perlu
susut
ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya
akan didapat hasil kinerja yang optimal.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 21
Hal -
A.
DROP TEGANGAN (REGULASI TEGANGAN) MAKSIMUM TRAFO DISTRIBUSI Drop tegangan (regulasi tegangan) maksimum trafo distribusi disisi sekunder trafo saat beban maksimum tergantung dari besaran cosӨ. Makin besar CosӨ regulasi tegangan makin kecil. Regulasi tegangan pada beban maksimum berkisar antara adalah 1 s/d 4 % (SPLN D3.0021 : 2007).
B. KORELASI BEBAN TERHADAP SUSUT TRAFO DISTRIBUSI LOSSES TRAFO = ( i + c. (Pr)2.LLF) Dimana :
i
= Rugi Besi Trafo ( kW)
c
= Rugi Tembaga ( kW)
LLF = Load Loss factor .
Pr
Catatan = Rugi Besi dan tembaga diambil dari SPLN D3.002-1 :
= Pembebanan Trafo rata-rata (%).
2007
Losses maksimum 1.0 s/d 2.00 % ( pada temperatur 75 0C ) Grafik Korelasi Pembebanan terhadap Susut Trafo Distribusi terlampir
III.9.3PEMILIHAN
KAPASITAS
DAN
JUMLAH JURUSAN GARDU
DISTRIBUSI Untuk mendapatkan efisiensi pembebanan trafo yang tinggi maka pemilihan kapasitas
dan
jumlah
jurusan
Gardu
Distribusi
(3
Phasa)
perlu
mempertimbangkan kerapan beban di suatu kawasan (perkotaan atau perdesaan) dengan pembatasan sebagai berikut :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 22
Hal -
KERAP ATAN BEBAN
KAPAS ITAS TRAF O KVA
MVA/K
ARUS NOM INAL
PEMBATASAN ARUS (A) UT
JURU
M2
AM
SAN
Ringan
32 50 63
< 0,5
Sedang 0,5 s.d 1,0 Padat > 1,0
(A)
JUML AH JURU SAN (BH)
25 50 75
36 72 108
2 2 2
A 40 80 125
(3x25) 100 150
144 217
2 4
160 250
80 80
(3x50) 160 200 250 315 400 500 630
231 289 361 455 577 722 909
4 4 4 4 4 4 4
250 315 350 500 600 800 100
80 100 100 125 150 200 200
0 III.10
KRITERIA DESAIN JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)
Untuk Jaringan Tegangan Rendah, maka jenis, luas penampang dan panjang kawat sangat
mempengaruhi tingkat besaran susut energi. Penampang yang dipakai
disesuaikan dengan beban dan perkembangannya 5 tahun ke depan. Untuk mendapatkan nilai drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu memasukkan parameter – paramater antara lain : 1)
Ukuran ( luas penampang ) Penghantar
2)
Beban Nominal Penghantar
3)
Panjang Jaringan
Maka dapat didesain sebuah jaringan tegangan rendah dengan kriteria tertentu.
Drop Tegangan Rendah maksimum 4 % .
Susut Tegangan Rendah diharapkan maksimum 2,5 %
Dengan menggunakan JTR 3 x 70 mm2 +1 x 50mm2
Simple Inspiring Performing Phenomenal 23
Hal -
III.10.1
PEMBEBANAN DIKORELASIKAN DENGAN TEGANGAN JATUH. A.
UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN UJUNG (SEIMBANG)
% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin ) * 100)/ (V) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
V = tegangan L-L ( 400 Volt )
Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 16)
B. UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN MERATA (SEIMBANG)
% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin ) *0,5* 100)/ (V) 2
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
V = tegangan L-L ( 400 Volt ) Tabel dan Kurva Korelasi Terlampir ( Lampiran 17)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 24
Hal -
III.10.2 PEMBEBANAN DIKORELASIKAN DENGAN SUSUT A. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN DIUJUNG (SEIMBANG)
Esusut teknis = 3*(I)2*R*L*LLF*LDF Dimana : I
= Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L
= Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor LDF = Load Distributio Faktor ( LDF = 1 untuk beban di ujung)
B. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN MERATA (SEIMBANG)
Esusut teknis = 3*(I) 2*R*L*LLF*LDF
Dimana
: I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km ) LLF = Loss Load Factor LDF = Load Distribution Factor ( LDF = 0,333 untuk beban merata)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 25
Hal -
III.10.3 PEMBATASAN PANJANG JTR Berpedoman pada hasil perhitungan drop tegangan yang masih memenuhi standar SPLN No.72 : 1987, sesuai point 4.1 di atas demikian juga point 4.2 maka pembatasan panjang pengahatar JTR setiap jurusan untuk penghantar TIC 3x70+50 mmsq (Cos Phi 0,85) dapat dilihat pada tabel berikut :
NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KAPASITAS TRAFO
ARUS JUMLAH PEMBATAS NOMINAL JURUSAN ARUS (In)
PANJANG JTR MAX. BEBAN MERATA
DROP LOSIS BEBAN DI TEGANGAN TEKNIS UJUNG
KVA
A
BH
A
MS
MS
%
25 50 75 100 150 160 200 250 315 400 500 630
36 72 108 144 217 231 289 361 455 577 722 909
2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4
32 50 63 80 80 80 100 100 125 150 200 200
1281 820 651 512 512 512 410 410 328 273 205 205
673 430 342 269 269 269 215 215 172 143 108 108
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
% 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Keterangan : KHA TIC 3*70+50 mmsq = 188 A Panjann JTR Maksimum adalah Panjang JTR Utama (Trunk Line) tidak termasuk pencabangan. III.11
KRITERIA DESAIN SAMBUNGAN RUMAH (SR)
Sambungan Rumah adalah titik akhir dari pelayanan listrik kepada Konsumen, sehingga potret pelayanan dapat dilihat dari mutu tegangan dan tingkat keandalan dari sisi Sambungan Rumah. III.11.1 TEGANGAN NOMINAL SAMBUNGAN RUMAH ( SR )
Simple Inspiring Performing Phenomenal 26
Hal -
Drop tegangan Sambungan Rumah Maksimum 1 % ( SPLN 72 :1987) atau Tegangan Pelayanan tidak boleh kurang dari 208 Volt (sesuai SPLN No 1:1995).
III.11.2 JUMLAH SR SERI Jumlah
sambungan rumah akan berpengaruh pada drop tegangan
maksimum 1 % dan susut SR Seri / Deret diharapkan maksimum 1 %. Untuk itu jumlah maksimum Sambungan Rumah adalah 5 SR Berderet. Formula perhitungan susut SR deret 1 (satu) adalah : Susut Per konsumen S watt = 2*I2*RL*LLF
S kwh = 2*I2*RL*LLF*t*10-3
Susut untuk SR deret 5 Konsumen adalah : S watt = 11*I2*RL*LLF
S kwh = 11*I2*RL*LLF*t*10-3
Dimana :
IV.
I = Arus beban rata-rata per konsumen waktu beban puncak
RL = Tahanan penghantar dgn panjang L rata-rata 35 m
Penampang disesuaikan dengan beban.
JENIS KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI Jenis Konstruksi jaringan distribusi dibagi menjadi : 1. Konstruksi Sambungan tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR) 1 phasa.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 27
Hal -
2. Jenis Sambungan tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR) 3 phasa. a. SLTR 3 Phasa Pelanggan daya 6,6 kVA sampai dengan
41,5 kVA
(Pengukuran Langsung) b. SLTR 3 Phasa Pelanggan daya 50 kVA sampai dengan 197 kVA (Pengukuran tak Langsung). 3. Jenis Sambungan tenaga Listrik Tegangan Menengah (SLTM) a. SLTM daya 200 kVA sampai dengan 690 kVA. b. SLTM daya 691 kVA sampai dengan 2000 kVA. c. SLTM daya 2001 kVA s/d 9.900 kVA. d. SLTM daya 10.000 kVA s/d 30 .000 kVA. 4. Konstruksi SUTR / SKTR. 5. Konstruksi SUTM / SKTM / SKUTM. 6. Konstruksi GTT 1 tiang (cantol), dengan daya 25 s/d 100 kVA, 2 jurusan/group. 7. Konstruksi GTT 2 tiang (portal), dengan daya 160 kVA s/d 250 kVA, 4 jurusan/group. 8. Konstruksi Gardu Beton, dengan daya > 250 kVA, > 4 Jurusan. IV.1 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH (SLTR) 1 PHASA a)
Panjang Twisted Insulated Cable (TIC) dan kabel tanah NYFGBY per SLTR (SLP dan SMP) untuk Perencanaan rata – rata 30 meter, maksimum 40 meter.
b)
Penampang konduktor disesuaikan dengan desain kriteria yang berlaku.
c)
Pemasangan APP tegak lurus dan berada pada daerah yang mudah dibaca (misalnya dekat pagar yang menghadap ke jalan umum, terlindung dari sinar matahari secara langsung dan tetesan air) batas bawah APP setinggi 160 cm dari permukaan tanah/lantai.
d)
Untuk keseimbangan beban Trafo maka penyambungan dengan daya diatas
7.700
VA, (mengacu standar operasi probis pelayanan pusat) diupayakan menggunakan sambungan 3 Phasa. e)
Untuk sambungan yang menggunakan tiang atap, Panjang Tiang atap 1,5 meter (50 cm dibagian bawah atap) dengan pipa besi diameter 1,5 inch ketebalan minimum 2 mm yang telah di hot dip galvanized dengan ketebalan minimum 70 micron.
f)
Khusus untuk rumah-rumah yg mempunyai ketinggian atap yg tinggi atau bangunan bertingkat dipasang dengan konstruksi baut mata jangkar.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 28
Hal -
g)
Pemasangan TIC Saluran Luar Pelayanan (SLP) dan Saluran Masuk Pelayanan (SMP) sampai ke kWH meter pelanggan berada diluar bangunan atau kelihatan secara kasat mata untuk menghindarkan penyambungan illegal.
h)
Jenis kwh meter yang digunakan adalah:
KWh meter Elektromekanik kelas 2
KWh meter Elektronik kelas 1
i)
Jumlah tarikan SLTR per tiang maksimum 6 tarikan.
j)
Jumlah tarikan SLTR seri - paralel per Phasa maksimum 5 pelanggan.
k)
Pada tarikan SDES 1 diwajibkan memasang kabel sadapan sesuai dengan luas penampang JTR dengan panjang ± 40 cm.
l)
Jumper menggunakan Line Tap Connector (sistem dies)
m)
Untuk perumahan perumahan tertentu dapat menggunakan kWH meter terpusat dengan MCB di persil / pelanggan atau di desain khusus didepan pagar.
n)
Untuk kWh meter Elektronik pasca / prabayar penempatan di persil pelanggan yang mudah di lihat dan dibaca serta terlindung dari sinar matahari dan tetesan air.
o)
p)
Batas dan Daya Pengukuran : Daya Tersambung (VA)
Pembatas MCB (Ampere)
450
1X2
900
1X4
1300
1X6
2200
1 X 10
3500
1 X 16
4400
1 X 20
5500
1 X 25
7700
1 X 35
Pengukuran Langsung
Kwh Meter 1Ø 220 Volt 2 Kawat
Instalasi Pelanggan harus mempunyai Surat Laik Operasi yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
IV.2 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH (SLTR) 3 PHASA
a) SLTR 3 Phasa Pelanggan daya 6,6 kVA sampai dengan 41,5 kVA
Simple Inspiring Performing Phenomenal 29
Hal -
1)
Suplay dari JTR yang digunakan bersama dengan pelanggan lainnya.
2)
Dalam hal khusus, bila beban trafo ≥ 80% setelah ada penambahan pelanggan maka disuplay dengan meng uprate trafo atau penambahan gardu sisipan
3)
Pemasangan APP berada pada daerah yang mudah dibaca (misalnya dekat pagar yang menghadap ke jalan umum, terlindung dari sinar matahari secara langsung dan tetesan air).
4)
Penampang konduktor disesuaikan dengan Buku I Kriteria Desain Enjinering konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik (SK No: 475.K/DIR/2010 tanggal 11 Agustus 2010).
5)
APP dimasukkan dalam Kotak APP yang dapat dipasang pada dinding atau tiang pipa besi 3 inch, ditempatkan sesuai butir (iii). Penempatan Kotak APP bagian bawah berada setinggi 150 cm dihitung dari lantai.
6)
Tiang pipa besi pada point (v) dengan ketebalan minimum 2,3 mm yang telah di hot dip galvanized minimum 70 micron dan dipondasi.
7)
8)
Jenis meter energi yang digunakan adalah:
Meter Elektromekanik 3 phasa kelas 2
Meter Elektronik pasca bayar 3 phasa kelas 1,
Khusus pelanggan 23 kVA s/d 41,5 kVA dilengkapi fasilitas AMR.
Kotak APP yang digunakan untuk meter elektromekanik adalah kotak type VI (Tarif ganda ), sedangkan untuk meter elektronik adalah type III.
9)
Batas dan Daya Pengukuran : Daya Tersambung (VA)
Pembatas MCB (Ampere)
6600
3 X 10
10600
3 X 16
13200
3 X 20
16500
3 X 25
23100
3 X 35
33000
3 X 50
41500
3 X 63
Simple Inspiring Performing Phenomenal 30
Pengukuran Langsung
Meter Energi 3Ø 380 Volt 4 Kawat
Hal -
10) Instalasi Pelanggan harus mempunyai Surat Laik Operasi yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
b)
SLTR 3 Phasa Pelanggan daya 50 kVA s/d 197 kVA 1)
Disuplay langsung dari GTT khusus dengan konstruksi gardu portal.
2)
Pemasangan Kotak APP menempel pada tiang GTT dan diusahakan pada tempat yang terlindung dan mudah dibaca (misalnya dekat pagar yang menghadap ke jalan umum).
3)
Current transformer (CT) TR yang digunakan adalah SPLN 76 : 1987, kelas 0,5, burden minimal 5 VA; ratio 150/5 A sd 300/5 A, hanya untuk keperluan PLN.
4)
Wiring CT ke meter energi (kWh meter) dipisah dengan wiring tegangan dengan warna kabel wiring sesuai standar (merah, kuning, hitam dan biru untuk masing – masing phasa R, S, T dan Netral).
5)
Untuk wiring kabel dari CT ke meter menggunakan kabel NYAF 4 mm2, sedangkan kabel tegangan ke meter menggunakan kabel NYAF 2,5 mm2.
6)
Jenis meter energi (kWh meter) yang digunakan adalah meter elektronik
3
phasa, kelas 1 yang dilengkapi fasilitas AMR. 7)
Kotak APP yang digunakan adalah Kotak APP khusus hasil inovasi PLN Distjatim dari bahan Fiber atau alumunium atau plat minimal 2,8 mm dengan dilapisi sistem pelapisan anti karat Hot Dip Galvanized dengan ketebalan minimal 70 micron dan dicat dengan cat desain khusus subtrat metal non ferrous untuk galvanis, aluminium dan atau dengan dilapisi cat sistem powder coating sesuai spesifikasi pada kontrak atau hasil revisi SPLN 55.
8)
Pembatas menggunakan MCCB fixed type.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 31
Hal -
9)
Batas dan Daya Pengukuran : Daya (kVA)
Arus Nomin al
Faktor Kali Ratio CT
(A) Mi n
50
Ma x
66
100
Mi n
70
106
Ma x
82, 5
125
Mi n
85
129
Ma x
13 1
198
Mi n
14 0
212
Ma x
16 4
248
Mi n
17 0
258
Ma x
19 7
298
76
KW H
KVA R
10 0
5
20
20
15 0
5
30
30
20 0
5
40
40
25 0
5
50
50
30 0
5
60
60
Pengukur an Tidak Langsung
Meter Energi 3Ø 380 Volt 4 Kawat, dipasang di sisi tegangan rendah
10) Instalasi SUTM dan gardu distribusi harus mempunyai Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari PLN Jaser. 11) Instalasi Pelanggan harus mempunyai Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
IV.3 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN MENENGAH (SLTM) a)
SLTM daya 200 kVA sampai dengan 690 kVA
Simple Inspiring Performing Phenomenal 32
Hal -
1)
Suplay dari gardu Induk menggunakan penyulang yang digunakan bersama dengan pelanggan lain.
2)
Menggunakan PMCB yang sudah lulus type test PLN Litbang atau Type Kubikel menggunakan 1 LBS incoming, 1 Metering (3 PT) dan 1 CB Out Going (CB Fixed atau drow out dan 3 CT), rating arus 630 A, rating tegangan 24 kV, Ketahanan arus hubung singkat (I th) minimum 16 KA, 1 s dan Breaking Capacity untuk CB Out Going minimum 16 kA.
3)
Kabel incoming yang masuk pada kubikel menggunakan kabel jenis single core.
4)
Pelanggan di wajibkan menyediakan :Lahan minimum 20 m 2 (5m x 4m) dan bangunan gardu tembok PLN dengan tinggi langit langit minimal 3,2 m.
5)
Ketinggian permukaan lantai minimal 30 cm dari ketinggian jalan utama. i.
Konstruksi
bangunan
gardu
605.K/DIR/2010 buku 4 standar
tembok
mengacu
pada
SK
DIR
konstruksi gardu distribusi dan gardu
hubung tenaga listrik. ii.
Penempatan Gardu tembok berada di bagian depan persil diluar bangunan utama dan dekat jalan masuk utama yang memudahkan petugas PLN leluasa keluar - masuk untuk keperluan operasional dan pemeliharaan.
iii.
Penempatan peralatan APP ditanam di dalam atau ditempel pada dinding gardu tembok PLN yang terlindung dari sinar matahari.
6)
Meter energi yang digunakan adalah meter elektronik 3 phasa klas 0,5s dilengkapi fasilitas AMR.
7)
APP disisi TM menggunakan kubikel dengan gardu beton, Apabila menggunakan PMCB, maka peralatan APP ditempatkan berdampingan dengan panel control PMCB dan penempatan PMCB harus di dalam persil pelanggan.
8)
Kelas CT TM 0,2s, 5P10 burden minimal 5 VA untuk keperluan pengukuran dan burden minimal 10 VA untuk proteksi dengan sambungan empat kawat.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 33
Hal -
CLASS 0.2S 9)
Rasio CT single primer, double sekunder 10/5-5 A (240 KVA – 345 KVA) s/d 20/5-5 A (346 KVA – 690 KVA). Ith minimum 8 kA, 1 sec.
10) PT yang digunakan dengan ratio 20000/V3 : 100/V3 – 100/3 (double sekunder ) dengan faktor tegangan 1,2 Vn continous – 1,9 Vn 30 second, kelas akurasi 0,5 atau yang lebih baik (pengukuran) dan 3P (proteksi); burden minimal 30 VA 11) Batas dan daya pengukuran mengacu pada Surat Kepala Divisi Niaga Nomor 504/072/DIVAGA/2013 sesuai lampiran. 12) Batas dan Daya Pengukuran :
Daya (kVA) Mi n
200
(A)
345
9,96
Mi n
380
10,97
500
Simple Inspiring Performing Phenomenal
Ratio PT
Faktor Kali CT
KWH
KVAR
5,77
Ma x
Ma x
34
Arus Nominal
20 0
1 0
5
400
400
20 0
1 5
5
600
600
14,43
Hal -
Mi n Ma x 13)
520
15,01 20 0
690
2 0
5
800
800
19,92
Setting Relai untuk pembatasan arus disesuaikan dengan Daya Kontrak pelanggan dengan kurva Long Time Inverse/ IEC LTI (sesuai TDL dan untuk 4In Setting Waktunya memperhitungkan Inrush current waktu trip 0,1 s/d 0,15 s).
14)
Pada Relai pembatas selain Over Current Relay (OCR) diaktifkan juga relai GFR/DGR untuk:
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM < 300 ms, diaktifkan relai GFR (setting dikoordinasikan dengan GI)
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM > 300 ms, diaktifkan relai DGR (setting dikoordinasikan dengan GI).
15)
Instalasi Milik Pelanggan harus mempunyai Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
16)
Instalasi Milik Pelanggan sisi tegangan menengah (TM) minimal harus dilengkapi dengan pengaman berupa Circuit Breaker (CB) atau Fuse Cut Out (FCO) yang bisa dikoordinasikan dengan proteksi sisi PLN.
b)
SLTM daya 691 kVA sampai dengan 2180 kVA 1)
Suplay dari Gardu Induk menggunakan penyulang yang digunakan bersama dengan pelanggan lain.
2)
APP disisi TM menggunakan kubikel dengan gardu beton.
3)
Kabel incoming yang masuk pada kubikel diutamakan menggunakan kabel jenis single core.
4)
Pelanggan di wajibkan menyediakan :
Lahan minimum
20 m2 (5m x 4m) dan bangunan gardu tembok PLN
dengan tinggi langit langit minimal 3,2 m.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 35
Hal -
5)
Ketinggian permukaan lantai minimal 30 cm dari ketinggian jalan utama
Penempatan Gardu tembok berada di bagian depan persil diluar bangunan utama dan dekat jalan masuk utama yang memudahkan petugas PLN leluasa keluar - masuk untuk keperluan operasional dan pemeliharaan.
6)
Penempatan peralatan APP ditanam didalam atau ditempel pada dinding gardu tembok PLN yang terlindung dari sinar matahari.
7)
Jika lokasi gardu tembok PLN terpisah jauh dengan gardu tembok pelanggan maka segala biaya pengadaan sambungan menjadi tanggung jawab pelanggan.
8)
PT yang digunakan dengan ratio 20000/V3 : 100/V3 – 100/3 (sekunder double ratio) dengan faktor tegangan 1,2 Vn continous – 1,9 Vn 30 second
kelas
akurasi 0,5 atau yang lebih baik (pengukuran) dan 3P (proteksi); burden minimal 30 VA 9)
CT TM kelas 0,2s, 5P10 burden minimal 5 VA untuk keperluan pengukuran dan proteksi dengan sambungan empat kawat.
10)
Rasio CT single primer type S, double sekunder dengan Ith minimum 8 kA, 1 sec.
11)
Batas Daya dan Pengukuran : Daya (kVA) Mi n
72 5
(A)
86 5
24,97
Mi n
90 0
25,98
10 40
Simple Inspiring Performing Phenomenal
Ratio PT
Faktor Kali CT
KWH
KVAR
20,93
M ax
M ax
36
Arus Nominal
20 0
2 5
5
1000
1000
20 0
3 0
5
1200
1200
30,02
Hal -
Mi n
32,04
M ax
13 85
39,98
Mi n
14 55
42,00
M ax
17 30
49,94
Mi n
17 50
50,52
M ax
20 75
59,90
Mi n
21 50
62,07
M ax
12)
11 10
25 00
20 0
4 0
5
1600
1600
20 0
5 0
5
2000
2000
20 0
6 0
5
2400
2400
20 0
7 5
5
3000
3000
72,17
Meter energi yang digunakan adalah meter elektronik / statis 3 phasa kelas 0,5s dilengkapi fasilitas AMR.
13)
Alat pengukur dan pembatas disisi TM dengan menggunakan kubikel tiga sel 1 LBS Incoming, kubikel Metering dan kubikel Out Going (fixed), rating arus 630 A, rating tegangan 24 kV, ketahanan arus hubung singkat (I th) minimum 16 KA, 1 s dan Breaking Capacity untuk CB Out Going minimum 16 kA. dengan proteksi minimal sesuai karakteristik TDL.
14)
Setting Relai untuk pembatasan arus disesuaikan dengan Daya Kontrak pelanggan dengan kurva Long Time Inverse/ IEC LTI (sesuai TDL dan untuk Setting 4In Waktunya memperhitungkan Inrush current waktu trip 0,1 s/d 0,15 s).
15)
Pada Relai pembatas selain Over Current Relay (OCR) diaktifkan juga relai GFR/DGR untuk :
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM < 300 ms, diaktifkan relai GFR (setting dikoordinasikan dengan GI)
Simple Inspiring Performing Phenomenal 37
Hal -
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM > 300 ms, diaktifkan relai DGR (setting dikoordinasikan dengan GI).
16)
Instalasi Pada pembatas dipasang relai UFR dengan setting sesuai SK Dir 1258.K/ DIR/ 2011 (tanggal 16 Agustus 2011)
17)
Instalasi Milik Pelanggan harus mempunyai Surat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
Instalasi Milik Pelanggan harus dilengkapi dengan pengaman OCR dan GFR yang bisa dikoordinasikan dengan proteksi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM < 300 ms, diaktifkan Ground Fault Relai GFR yang setting dikoordinasikan dengan GI
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM > 300 ms, diaktifkan
Directional
Ground
Fault
Relai
(DGR)
yang
settingnya
dikoordinasikan dengan GI c)
SLTM daya 2181 kVA sampai dengan 9.999 kVA 1)
Suplay dari gardu Induk menggunakan penyulang yang digunakan bersama dengan
pelanggan
lain
atau
penyulang
sendiri
untuk
pelanggan
yang
menginginkan pelayanan khusus. 2)
Untuk pelanggan dengan layanan khusus diperlukan sistem proteksi khusus dan dilengkapi ATS-Automatic Transfer Switch, sehingga penyulang dapat difungsikan sebagai backup penyulang yang lain.
3)
Menggunakan Gardu beton.
4)
Alat pengukur dan pembatas disisi TM dengan menggunakan kubikel tiga sel 1 LBS Incoming, kubikel Metering dan kubikel Out Going (drawout), rating arus 630 A, rating tegangan 24 kV, ketahanan arus hubung Singkat (I th) minimum 16 KA, 1 s dan Breaking Capacity untuk CB Out Going minimum 16 kA. dengan proteksi minimal sesuai karakteristik TDL.
5)
Penempatan peralatan APP ditanam didalam atau ditempel pada dinding gardu tembok PLN yang terlindung dari sinar matahari.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 38
Hal -
6)
Untuk
kriteria
pelanggan
yang
menginginkan
keandalan
khusus
dapat
menggunakan kubikel double incoming dengan memakai ATS-Automatic Transfer Switch. 7)
CT TM kelas 0,2s 5P10, burden minimal 15 VA untuk keperluan pengukuran dan proteksi dengan sambungan 4 kawat, sedangkan meter energi yang digunakan adalah meter elektronik kelas 0,5s dengan fasilitas AMR. CT ini hanya khusus keperluan pengukuran dan proteksi PLN.
8)
Rasio CT single primer, double sekunder 75/5-5 A (2181 KVA – 2769 KVA), 80/55 A (2770 KVA – 3464 KVA), 100/5-5 A (3465 KVA – 4329 KVA), 125/5-5 A (4330 KVA – 5539 KVA), 160/5-5 A (5540 KVA – 6929 KVA), 200/5-5 A (6930 KVA – 8659 KVA). Ith minimum 16 kA, 1 sec.
9)
PT yang digunakan dengan ratio 20000/V3 : 100/V3 – 100/3 (sekunder double ratio) dengan faktor tegangan 1,2 Vn continous – 1,9 Vn 30 second kelas akurasi 0,5 atau yang lebih baik (pengukuran) dan 3P (proteksi); burden minimal 30 VA
10) Batas Daya dan Pengukuran :
Daya (kVA)
Arus Nomin al (A)
Mi n
260 0
M ax
277 0
79,97
Mi n
280 0
80,83
M ax
346 5
100,03
Mi n
350 0
101,04
M ax
519 0
Simple Inspiring Performing Phenomenal 39
75,06
149,83
Ratio P T
Faktor Kali
CT
KWH
KVAR
2 0 0
80
5
3200
3200
2 0 0
10 0
5
4000
4000
2 0 0
15 0
5
6000
6000
Hal -
Mi n
540 0
155,89
M ax
693 0
200,06
Mi n
700 0
202,08
M ax
866 0
250,00
Mi n
870 0
251,15
M ax
103 90
299,94
2 0 0
20 0
5
8000
8000
2 0 0
25 0
5
10000
10000
2 0 0
30 0
5
12000
12000
11) Setting relai untuk pembatasan arus disesuaikan dengan daya kontrak pelanggan dengan kurva Long Time Inverse/ IEC LTI (sesuai TDL dan untuk 4In Setting Waktunya memperhitungkan Inrush current waktu trip 0,1 s/d 0,15 s). 12) Pada Relai pembatas selain Over Current Relay (OCR) diaktifkan juga relai GFR/DGR untuk:
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM < 300 ms, diaktifkan relai GFR (setting dikoordinasikan dengan GI)
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM > 300 ms, diaktifkan relai DGR (setting dikoordinasikan dengan GI)
13) Pelanggan di wajibkan menyediakan :
Lahan minimum 20 m2 (5m x 4m) dan bangunan gardu tembok PLN dengan tinggi langit langit minimal 3,2 m.
Gardu tembok milik pelanggan dilengkapi dengan kubikel TM dengan sistem proteksi yang dapat dikoordinasikan dengan sistem proteksi milik PLN dan Instalasi milik Pelanggan harus terpisah dengan instalasi milik PLN dalam bangunan gardu tembok.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 40
Hal -
Ketinggian permukaan lantai minimal 30 cm dari ketinggian jalan utama
14) Penempatan Gardu tembok berada di bagian depan persil diluar bangunan utama dan dekat jalan masuk utama yang memudahkan petugas PLN leluasa keluar masuk untuk keperluan operasional dan pemeliharaan.
15) Jika lokasi gardu tembok PLN terpisah jauh dengan gardu tembok pelanggan maka segala biaya pengadaan sambungan menjadi tanggung jawab pelanggan. 16) Untuk pelanggan dengan layanan khusus diperlukan sistem proteksi khusus dan dilengkapi ATS-Automatic Transfer Switch, sehingga penyulang dapat difungsikan sebagai backup penyulang yang lain.
17) Instalasi Milik Pelanggan harus mempunyai Surat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
18) Instalasi Milik Pelanggan harus dilengkapi dengan pengaman OCR dan GFR yang bisa dikoordinasikan dengan proteksi sisi PLN d)
SLTM daya 10.000 kVA s/d 30.000 kVA 1)
Supplay dengan menggunakan penyulang sendiri dimana jumlah penyulang tergantung luas penghantar yang digunakan (minimum 150 mm2 dengan beban 6 MVA per penyulang) dengan tetap mempertimbangkan drop tegangan sesuai standar dan menggunakan Gardu beton.
2)
Alat pengukur dan pembatas di sisi TM dengan menggunakan kubikel sel 1 LBS Incoming untuk tiap - tiap penyulang, dilengkapi 1 Kubikel Metering, 1 Kubikel Out Going (CB) drawout dan kubikel LBS untuk tapping
(jumper), sesuai tabel
berikut :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 41
Hal -
Faktor Kali
Ratio
Arus Nomi nal
Daya
CT
Min
Min
Min
Max
Min
Max
M e t e r i n g
LBS Out CB Ou t
2
1
1
Busbar 630 A, CB Out 630 A
16000 240
1
1
1
1
13900
401,2 7
150
2
1
1
2
200
Busbar 630 A, CB Out 630 A
20000
17300
499,4 2
240
2
1
1
2
17350
500,8 7
150
3
1
1
2
20780
599,8 8
20850
601,9 1
27700
799,6 5
27750
801,1 0
200
Busbar 1250 A, CB Out 1250 A
24000 240
2
1
1
2
800/5
200
32000
240
3
1
1
3
Busbar 1250 A, CB Out 1250 A
1000/ 5
200
40000
240
3
1
1
3
Busbar 1250 A, CB Out 1250 A
837,1 8
29000
Keterangan
1
399,8 3
600/5 Max
200
L B S In c.
13850
500/5 Max
Kondu ktor/A3 CS (mm2)
150 400/5
Min
KWH / KVAR
303,1 2
10500
Max
PT
Kubikel
*. Untuk penyulang panjang, perlu diperhitungkan drop tegangan sesuai standar
.
3)
Untuk pelanggan dengan layanan khusus diperlukan sistem proteksi khusus, sehingga salah satu penyulang dapat difungsikan sebagai backup penyulang yang lain.
4)
CT TM kelas 0,2s 5P10, burden minimal 15 VA untuk keperluan pengukuran dan proteksi dengan sambungan 4 kawat, sedangkan meter energi yang digunakan
Simple Inspiring Performing Phenomenal 42
Hal -
adalah meter elektronik kelas 0,5s dengan fasilitas AMR. CT ini hanya khusus keperluan pengukuran dan proteksi PLN. 5)
Rasio CT single primer, double sekunder 400/5-5 A (10 MVA – 12 MVA), 600/5-5 A (12 MVA – 18 MVA), 800/5-5 A (18 MVA – 24 MVA), 1000/5-5 A (24 MVA – 29 MVA).Ith minimum 25 kA, 1 sec
6)
PT yang digunakan dengan ratio 20000/V3 : 100/V3 – 100/3 (sekunder double ratio) dengan faktor tegangan 1,2 Vn continous – 1,9 Vn 30 second
kelas
akurasi 0,5 atau yang lebih baik (pengukuran) dan 3P (proteksi); burden minimal 30 VA
7)
Type Kubikel menggunakan LBS incoming, 1 Metering (3 PT) dan 1 CB Out Going (CB draw out dgn 3 CT) serta kubikal LBS untuk Jumper. (type kubikel sama dengan type kubikel di GI), rating arus 630 A, rating tegangan 24 kV, ketahanan arus hubung Singkat (I th) minimum 25 KA, 1 s dan Breaking Capacity untuk CB Out Going minimum 25 kA.
8)
Setting relai untuk pembatasan arus disesuaikan dengan Daya Kontrak pelanggan dengan kurva Long Time Inverse/ IEC LTI (sesuai TDL dan untuk 4In Setting Waktunya memperhitungkan Inrush current waktu trip 0,1 s/d 0,15 s).
9)
Pada Relai pembatas selain Over Current Relay (OCR) diaktifkan juga relai GFR/DGR untuk:
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM < 300 ms, diaktifkan relai GFR (setting dikoordinasikan dengan GI)
Instalasi Milik Pelanggan (IML) yang menggunakan JTM dari kubikel outgoing ke trafo pelanggan dengan panjang SKTM/ SKUTM > 300 ms, diaktifkan relai GFR (setting dikoordinasikan dengan GI).
10)
Pelanggan di wajibkan menyediakan :
Lahan minimum 35 m2 (5m x 7m) dan bangunan gardu tembok PLN dengan tinggi langit langit minimal 3,2 m.
Gardu tembok milik pelanggan dilengkapi dengan kubikel TM dengan sistem proteksi yang dapat dikoordinasikan dengan sistem proteksi milik PLN dan
Simple Inspiring Performing Phenomenal 43
Hal -
Instalasi milik Pelanggan harus terpisah dengan instalasi milik PLN dalam bangunan gardu tembok. 11)
Ketinggian permukaan lantai minimal 30 cm dari ketinggian jalan utama
Penempatan Gardu tembok berada di bagian depan persil diluar bangunan utama dan dekat jalan masuk utama yang memudahkan petugas PLN leluasa keluar - masuk untuk keperluan operasional dan pemeliharaan.
12)
Penempatan Gardu tembok harus di dekat jalan besar yang memungkinkan pelayanan teknik dapat leluasa masuk untuk pemeliharaan.
13)
Instalasi Milik Pelanggan harus mempunyai Surat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan Lembaga Akreditasi yang sah.
14)
Instalasi Milik Pelanggan harus dilengkapi dengan pengaman OCR dan GFR yang bisa dikoordinasikan dengan proteksi sisi PLN
IV.4 Konstruksi SUTR a)
Perhitungan kebutuhan material konstruksi harus berdasarkan hasil survey lapangan
b)
Untuk estimasi perhitungan perencanaan per 1 Kms Murni terdiri dari : Konstruksi TR-1 Konstruksi TR-2 Konstruksi TR-3 Konstruksi TR-4 Konstruksi TR-5 Konstruksi TR-6 Konstruksi TR-7
= = = = = = =
11 4 4 1 1 3 1
Set Set Set Set Set Set Set
diperlukan : i. Guy Wire / Treck scoor ii. Horizontal Guy Wire iii. Strut Pole / Druck scoor iv. Grounding Untuk pelaksanaan di lapangan
= = = =
10 1 2 4
Set Set Set Set
dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan
perubahan harus dituliskan dalam laporan pemasangan. c)
Perhitungan panjang Bundled Condutor atau Twisted Insulated Cable (TIC) dihitung dengan memperkirakan sagging/andongan maksimal sebesar 3% dari panjang JTR.
d)
Pemasangan Grounding Setiap 4 tiang sekali atau minimal pada konstruksi awal, tengah dan akhir jaringan.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 44
Hal -
e)
Pada daerah-daerah dengan tanah labil diperlukan pondasi tiang.
f)
Conductor yang dipakai minimal ukuran 3x70 + 1x50 mm2.
g)
Guy Steel Wire yang dipergunakan ukuran penampang 35 mm2.
h)
Tiang JTR menggunakan tiang beton 9 meter 200 daN.
i)
Tiang JTR untuk grounding menggunakan tiang 9 meter 200 daN+E.
j)
Untuk kondisi konstruksi TR-3 tanpa Guy Wire, menggunakan tiang beton 9 meter 350 daN dengan pondasi dilengkapi Pole Block dan atau menggunakan tiang beton 9 meter 350 daN dengan Guy Wire type Bajong
k)
Jarak antar tiang rata – rata 40 meter, jarak maksimum 50 meter.
IV.5 Konstruksi SKTR a)
Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) dimungkinkan untuk keandalan pasokan dan estetika pemasangan konstruksi tersebut yang dalam pelaksanaanya membutuhkan biaya tinggi dan perlu diperhitungkan rugi – rugi akibat banyaknya tap pada PHB-TR dan pemulihan gangguan.
b)
Jenis kabel bawah tanah harus berpelindung mekanis, jenis NYFGBY dengan ukuran KHA pada suhu (t) = 30oC dengan kedalaman penggelaran bawah tanah ± 70 cm, dan diberi spare kabel untuk by pass Setiap PHB-TR.
c)
Ukuran penampang dan KHA kabel tanah yang dipakai, adalah :
Jenis Kabel
NYFGBY
d)
Ukuran Penampang
KHA
4 x 95 mm2
275 A
4 x 70 mm2
228 A
4 x 50 mm
2
185 A
4 x 25 mm
2
128 A
PHB-TR menggunakan pelat dengan ketebalan minimal 2,8 mm dengan dilapisi dengan Hot Dip Galvanized dan dicat sesuai dengan cat khusus untuk metal non ferrous, galvanis dan Aluminium cat sistem powder coating yang digunakan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 45
Hal -
1.
PHB-TR Utama dengan kabel sirkit masuk jenis NYFGBY ukuran 95 mm2 dan 70 mm2
2.
PHB-TR Cabang dengan kabel sirkit masuk jenis NYFGBY ukuran 50 mm 2 dan 25 mm2.
3.
Kabel saluran ke pelanggan menggunakan NYFGbY ukuran 4x6 mm2. Tidak diijinkan menyambung langsung sambungan pelayanan dengan beban kurang dari 25 A ke PHB-TR Utama.
e)
Perlengkapan PHB-TR harus memenuhi persyaratan : 1.
Kemampuan Hantar Arus.
2.
Kemampuan Hubung Singkat.
3.
Kemampuan kondisi klimatik (Tingkat IP) yaitu untuk Pasangan Luar dengan kualifikasi IP.45 (Outdoor free standing) sedangkan Pasangan Dalam dengan kualifikasi IP.44 (Indoor Wall mounting).
4. f)
Kemampuan Mekanis.
Spesifikasi Teknis PHB-TR sebagai berikut : 1.
Pengaman Sirkit keluar memakai pengaman lebur jenis HRC type NH/NT.
2.
Jumlah Sirkit yang keluar maksimal 6 buah, dengan 1 spare.
3.
Jenis Rel Tembaga.
4.
Pintu dilengkapi dengan kaca atau bahan tembus pandang.
5.
Lampu indikator merah, kuning dan biru pada sisi sirkit masuk.
6.
PHB-TR dihubungkan tanah / dibumikan.
7.
PHB-TR menggunakan pelat dengan ketebalan minimal 2,8 mm dengan dilapisi dengan Hot Dip Galvanized dan dicat sesuai dengan cat khusus untuk metal non ferrous, galvanis dan Aluminium atau dicat dengan sistem powder coating sesuai persyaratan kontrak.
IV.6 Konstruksi SUTM a)
Perhitungan kebutuhan material konstruksi harus berdasarkan hasil survey lapangan
b)
Untuk estimasi perhitungan perencanaan per 1 Kms Murni terdiri dari :
Simple Inspiring Performing Phenomenal 46
Hal -
Konstruksi Konstruksi TM-1 Konstruksi TM-2 Konstruksi TM-4A Konstruksi TM-4X Konstruksi TM-5 Konstruksi TM-8X Konstruksi TM-10 Konstruksi TM-12
Satu
Penguatan
Pelanggan
an Set Set Set Set Set Set Set Set
Jaringan 11 5 1 1 1 1 -
Baru 6 3 3 3 3
diperlukan : i. Guy Wire / Treck scoor ii. Horizontal Guy Wire iii. Strut Pole / Druck scoor iv. Grounding v. Pole Block
Set Set Set Set Set
8 1 4 9
13 1 1 3 3
Untuk pelaksanaan di lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan perubahan harus dituliskan dalam laporan pemasangan. c)
Perhitungan panjang konduktor per phasa dihitung dengan memperkirakan maksimal sagging / andongan dari panjang SUTM sebagai berikut :
d)
JENIS AAAC AAAC-S
ANDONGAN 1,5% 2,0%
Pada daerah-daerah dengan tanah labil diperlukan pondasi tiang. Pemasangan pondasi tiang tersebut dilakukan berdasarkan hasil survei lapangan dan diusulkan oleh PLN unit pelaksana untuk mendapat persetujuan.
e)
Pole suporter Galvanized Steel Wire yang dipergunakan ukuran penampang 70 mm2.
f)
Untuk di daerah perdesaan atau daerah yang pertumbuhan bebannya lambat menggunakan penghantar 70 mm2, dengan tiang beton minimal 12 meter 200 daN (untuk kondisi berbeban menggunakan tiang beton 12 meter 350 daN), sedang di daerah yang pertumbuhan bebannya cepat menggunakan penghantar 150 mm 2, tiang beton 13 meter 350 daN atau 14 meter 350 daN disesuaikan dengan kondisi eksisting (untuk kondisi berbeban menggunakan tiang beton 13 meter 350 daN atau 14 meter 350 daN dengan menggunakan Pole Supporter)
g)
Penghantar yang digunakan secara umum menggunakan penghantar telanjang A3C sedangkan untuk daerah rawan pohon, perkotaan atau sesuai rencana tata kota
Simple Inspiring Performing Phenomenal 47
Hal -
Pemda Setempat dapat menggunakan penghantar terbungkus (AAAC-S), MVTIC dan Kabel Tanah. h)
Karena daerah jatim adalah daerah dengan kepadatan hari petir yang tinggi maka Konstruksi SUTM menggunakan kawat GSW pentanahan dari baja (Ground Shield Wire 35 mm2)
i)
Pemasangan Lightning Arrester untuk jaringan dengan ketentuan sebagai berikut :
Setiap perubahan impedansi jaringan (antara kabel dengan SUTM),
Ujung jaringan,
Percabangan,
Peralatan switching (2bh dipasang pada Normaly Open, 1bh dipasang pada Normaly Close),
Setiap 500ms pada daerah dengan kerapatan petir tinggi,
Setiap 1.000ms pada daerah dengan kerapatan petir sedang,
Setiap trafo,
j)
Pemasangan Lightning Arrester yang digunakan : o Rated tegangan 24 kV, MCOV 19,5 kV o 5 kA pada trafo, o 10 kA pada jaringan.
k)
Pemasangan pentanahan untuk GSW Setiap 250 meter (± 5 tiang) dengan Ground Rod diameter 16 mm dengan panjang 2,5 meter
IV.7 Konstruksi SKUTM (MVTIC) a)
Perhitungan kebutuhan material konstruksi harus berdasarkan hasil survey lapangan
Untuk estimasi perhitungan perencanaan per 1 Kms Murni terdiri dari : Konstruksi Konstruksi MVTIC -1 Konstruksi MVTIC -2 Konstruksi MVTIC -4 Konstruksi MVTIC -4A Konstruksi MVTIC -5 Simple Inspiring Performing Phenomenal 48
Sat uan Set Set Set Set Set
Penguatan Jaringan 27 7 1 1 1
Pelanggan Baru 27 7 1 1 1 Hal -
Konstruksi MVTIC -5A Konstruksi MVTIC -6
Set Set
2 1
2 1
diperlukan : i. Guy Wire / Treck scoor ii. Horizontal Guy Wire iii. Strut Pole / Druck scoor iv. Grounding Untuk pelaksanaan di lapangan
Set Set Set Set
11 1 1 4
11 1 1 4
dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan
perubahan harus dituliskan dalam laporan pemasangan. b)
Perhitungan panjang konduktor maksimal 35 meter dengan memperkirakan maksimal sagging/andongan dari panjang MVTIC sebagai berikut : MVTIC 150 mm MVTIC 240 mm
c)
3,0 % 3,5 %
Pada daerah-daerah dengan tanah labil diperlukan pondasi tiang. Pemasangan pondasi tiang tersebut dilakukan berdasarkan hasil survei lapangan dan diusulkan oleh PLN unit pelaksana untuk mendapat persetujuan.
d)
Menggunakan tiang beton utama minimal 12 meter 200 daN (untuk kondisi berbeban menggunakan tiang beton 12 meter 350 daN) maksimum 4 feeder. Pemasangan untuk Grounding Setiap Sambungan kabel (Jointing) 250 meter (sesuai panjang tiap haspel) dengan Ground Rod dengan diameter 16mm panjang 2,5 meter.
l)
Pemasangan MVTIC, wajib dilakukan pengujian DC Test.
IV.8 Konstruksi SKTM (Kabel Tanah) a)
Konstuksi Pemasangan Kabel Tanah adalah konstruksi yang paling aman dan andal sebagai upaya peningkatan kwalitas untuk pendistribusian tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal biayanya.
b)
Kabel Tanah harus memenuhi SPLN.
c)
Dalam pelaksanaan kedalaman penggalian Kabel Tanah ± 80 cm dan lebar ± 40 cm (memenuhi persyaratan pabrikan) harus menggunakan pasir urug tebal ± 20 cm dan pengaman kabel dari batu bata/concrete slabs.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 49
Hal -
d)
Penarikan Kabel Tanah tidak boleh ditarik oleh mesin (winch/mesin penarik) tetapi dengan tenaga manusia dengan cara memutar haspel dan harus menggunakan Roll (jarak rol maksimal 5 meter) agar kabel tidak rusak.
e)
Penandaan Kabel Tanah harus diberi Patok Tanda Kabel Setiap ± 30 meter dan label/lood segel setiap 5 meter, untuk pemasangan di Gardu Induk dan pemasangan kabel tanah lebih dari 1 (satu) jalur.
f)
Terminasi Kabel Tanah harus ditanahkan dengan Ground Rod diameter 16mm dengan panjang 2,5 meter.
g)
Posisi Out Going Kabel Tanah diberi pengaman menggunakan Pipa Galvanized 4” – 6”
(menyesuaikan
diameter
Kabel
Tanah)
dengan panjang
pipa
6 meter,
menggunakan Ornament Kabel Band sebanyak 4 Set (2 Set pada pipa, dan 2 Set pada kabel). h)
Spelling / Spare Kabel Tanah maksimal 4 meter dalam satu sisi.
i)
Radius belokan Kabel Tanah tidak boleh 900, minimal 20 x (kali) dari diameter luar kabel.
j)
Dalam pengangkutan apabila volume Kabel Tanah kurang dari 1 haspel (terbatas) dalam pelaksanaan dapat dilakukan dengan menggulung kabel membentuk angka 8, minimal dengan radius R = 15 kali diameter luar kabel.
k)
Pemasangan Kabel Tanah, wajib dilakukan pengujian DC Test
IV.9 Konstruksi GTT 1 tiang, daya 50 kVA s/d 100 kVA, 2 jurusan a)
Pada GTT 1 (satu) tiang ; trafo di topang hanya oleh satu tiang dengan spesifikasi : Tiang Beton tinggi minimal 13 meter daN E atau 14 meter 350 daN E.
b)
Panel TR yang digunakan adalah PHB-TR 2 Group/Jurusan, dari bahan Fiber dan atau plat dengan tebal minimal 2,8 mm
sistem pelapisan anti karat Hot Dip
Galvanized dengan ketebalan minimal 70 micron dan dicat dengan cat desain khusus subtrat metal non ferrous untuk galvanis, aluminium dan atau dengan dilapisi cat sistem powder coating sesuai spesifikasi pada kontrak. c)
Pembatas utama TM menggunakan CO sedang pembatas utama TR menggunakan NH fuse atau MCCB, pembatas jurusan menggunakan NH fuse / MCCB / NFB 1 Phasa dengan Kapasitas disesuaikan kapasitas trafo distribusi seperti tabel berikut : Trafo
Simple Inspiring Performing Phenomenal 50
Pembatas
Pembatas
Pembatas Hal -
Utama TM
Utama TR
(A) 2 3
(A) 63 125
50 kVA 100 kVA
Jurusan (A) 35 - 50 63 - 80
Agar drop tegangan JTR (TIC 3x70 + 50 mm2) tidak melebihi 4% maka :
Beban
Panjang JTR max.
(A) 35 50 63 80 100 125
(m) 1.280 820 650 512 410 273
b.
Pondasi type A untuk 1 tiang.
c.
Khusus untuk Trafo yang mempunyai bobot diatas 1.000 kg, menggunakan Konstruksi Dudukan Trafo 2 tiang, dengan 2 jurusan.
IV.10 Konstruksi GTT 2 tiang, daya 160 kVA, 200 kVA, dan 250 kVA, 4 jurusan
a)
Pada GTT 2 (dua) tiang, trafo di topang oleh 2 tiang dengan spesifikasi : Tiang Beton tinggi minimal 13 meter 350 daN E atau 14 meter 500 daN.
b)
Panel TR yang digunakan adalah PHB-TR 4 Group/Jurusan, dari bahan Fiber dan atau plat minimal 2,8 mm sistem pelapisan anti karat Hot Dip Galvanized dengan ketebalan minimal 70 micron dan dicat dengan cat desain khusus untuk subtrat metal non ferrous untuk galvanis, aluminium dan atau dengan dilapisi cat sistem powder coating sesuai spesifikasi pada kontrak.
c)
Pembatas utama TM menggunakan CO sedang Pembatas utama TR menggunakan NH fuse atau MCCB, pembatas jurusan menggunakan NH fuse / MCCB / NFB 1 Phasa dengan Kapasitas disesuaikan kapasitas trafo distribusi seperti tabel berikut : Trafo
160 kVA
Simple Inspiring Performing Phenomenal 51
Pembatas
Pembatas
Pembatas
Utama TM
Utama TR
Jurusan (A)
(A) 5
(A) 200
63 – 80
Hal -
200 kVA 250 kVA
6 8
250 310
80 - 100 100 - 125
Agar drop tegangan JTR (TIC 3x70 + 50 mm2) tidak melebihi 4% maka : Beban (A) 80 100 125 d)
Panjang JTR max. (m) 512 410 273
Pondasi type D untuk 2 tiang.
IV.11 Konstruksi Gardu Beton, dengan daya > 250 kVA, > 4 Jurusan a)
Konstruksi gardu beton diperuntukkan pada daerah padat penduduk (metropolis) yang sudah tersedia gardu beton atau memungkinkan pembangunan gardu beton.
b)
Trafo distribusi yang digunakan adalah trafo type In door (ID).
c)
Type Gardu yang digunakan :
Gardu Beton Type 1 atau 2 Transformator (Sesuai gambar buku 4 standar konstruksi)
Gardu compact (padmount transformer) yang dilengkapi dengan proteksi kebocoran arus ke tanah (Earth Leakage Circuit Breaker)
d)
Menggunakan kubikel incoming LBS dan kubikel transformator, kabel TM menggunakan jenis single core.
e)
Pembatas utama TM menggunakan fuse jenis HRC (High Rupture Capacity), sedang Pembatas utama TR menggunakan NH fuse atau MCCB, pembatas jurusan menggunakan NH fuse atau NFB/MCCB 1 Phasa dengan Kapasitas disesuaikan kapasitas trafo distribusi seperti tabel berikut : Jumlah
Pembatas
Pembatas
Pembatas
Trafo
jurusa
Utama TM (A)
Utama TR
Jurusan
315 kVA 400 kVA 630 kVA
n 4 6 8
10 10 20
(A) 400 600 800
(A) 100 – 125 100 – 125 100 – 125
Simple Inspiring Performing Phenomenal 52
Hal -
Agar drop tegangan JTR (TIC 3x70 + 50 mm2) tidak melebihi 4% maka : Beban (A)
Panjang JTR max.
100 125
(m) 410 273
Simple Inspiring Performing Phenomenal 53
Hal -