10 Tokoh PSHT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH TOKOH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE Disusun Dari Berbagai Sumber Oleh: Sakti Tamat, Jakarta, Tahun 2018



Daftar Isi Cover ........................................................................................................... Daftar Isi ...................................................................................................... 1 1. Ki hajar Harjo Utomo ......................................................................... 2 2. Harjo Marjut ....................................................................................... 8 3. Jendro Darsono ................................................................................. 13 4. RM. Sutomo Mangkujoyo .................................................................. 15 5. Santoso ............................................................................................. 17 6. Irsad Hadi Widagdo ........................................................................... 20 7. R. Yohanes Saljo Harsoutomo .......................................................... 24 8. Sastro Hardjono (Mbah Mantri Botok) ............................................... 26 9. Badini ................................................................................................. 28 10. Hasan Joyoadi Suwarno .................................................................... 31



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



1



SEJARAH TOKOH-TOKOH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE



KI HAJAR HARJO UTOMO 1. Ki Hajar Harjo Utomo lahir di Madiun tahun 1890. Nama kecil beliau adalah Mingun yang saat beliau dewasa dipanggil Harjo. 2. Tahun 1905, Lulus SD (Sekolah kelas II atau HIS) kemudian magang guru di SD Beteng Madiun. Karena tidak cocok dengan bakatnya, Bapak Harjo Utomo bekerja di SS (PJKA) sebagai Leerling Boombts di Bondowoso, Panarukan, dan Tapen. Sikapnya terlalu berani kepada atasan, kemudian meninggalkan pekerjaan dan pulang ke Madiun. 3. Tahun 1906, Menjadi mantri pasar di pasar Spoor Madiun. Empat bulan ditempatkan di Mlilir, mendapat promosi karena dapat memungut pleser penjual kayu yang sengaja tidak bersedia membayar pleser. Diangkat menjadi ajunct opsioner pasar Mlilir, Dalapa, Uteran, dan Pagotan, belum 1 tahun keluar. 4. Tahun 1916, Menikah dan bekerja di pabrik gula Rejo Agung Madiun. 5. Tahun 1917, ujian Boombte rumah gadai. Setelah lulus kemudian keluar dari pabrik gula Rejo Agung sambil menunggu panggilan rumah gadai. Selama menganggur satu tahun, bertemu orang tua dari Tuban. Diajak jalan-jalan malam di Derde kanaal (tiga kanal) Jiwan Madiun. Mendapat lambang baik kemudian bekerja di stasiun Madiun sebagai pekerja harian. Mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” memberantas rentenir VSTD (Persatuan Pegawai KA). Kemudian diangat menjadi Hoofd Commissariesmen Madiun. Pada tahun ini juga beliau nyantrik ke Pak Suro menjadi calon anggota SH. Pada tahun itu SH baru berdiri dengan nama “Jaya Gendilo Cipto Mulyo”. Bapak Harjo Utomo menjadi SH-wan yang disayang Pak Suro. 6. Tahun 1922, dalam keadaan menganggur, Bapak Harjo Utomo berkeliling mendirikan SH Pencak Sport Club. Seiring berjalannya waktu SH Pencak Sport Club berubah nama menjadi Pemuda Sport Club (SH PSC) yang pertama kali berdiri di Pare Kediri. Siswa pertamanya adalah Sdr. IDRIS di Dandang Lonceret (Nganjuk). Siswa yang lain adalah: MUJINI dan JAYAPANA, sisanya tersebar di Kertosono, Jombang, Ngantang, Madiun, Lamongan, Yogyakarta, dan Solo. ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~ 2



Pendirian Pencak ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan semangat keberanian kepada penjajah Belanda. Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan, juga karena aksi buruh di SS (PJKA). 7. Tahun 1923, Masuk Sarekat Islam (SI) menjadi pengurus. Kemudian memimpin pemogokan bersama Sdr. Jayadiharja. Bapak Harjo Utomo dipecat. SI pecah menjadi SI Hijau dan SI Merah, dimana SI Merah diketuai oleh Joyodiharjo dan Bapak Harjo Utomo sebagai penulis. Bapak Harjo Utomo keluar masuk tahanan dan akhirnya ayahnya meninggal. 8. Tahun 1924, Bapak Harjo Utomo berkeliling mendirikan SH Pencak Sport Club. Seiring berjalannya waktu SH Pencak Sport Club berubah nama menjadi Pemuda Sport Club (SH PSC) yang pertama kali berdiri di Pare Kediri. Siswa pertamanya adalah Sdr. IDRIS di Dandang Lonceret (Nganjuk). Siswa yang lain adalah: MUJINI dan JAYAPANA, sisanya tersebar di Kertosono, Jombang, Ngantang, Madiun, Lamongan, Yogyakarta, dan Solo. Pendirian Pencak ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan semangat keberanian kepada penjajah Belanda. Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan, juga karena aksi buruh di SS (PJKA). 9. Tahun 1925, pulang dari tahanan. Putrinya yang bernama Harsining sudah berumur 1 tahun 6 bulan. 10. Tahun 1926, ditangkap lagi saat Ibu Harjo mengandung 6 bulan (Harsono). Dalam penjara Madiun tercium adanya gejala pemberontakan. Bapak Harjo terlibat dalam kasus tersebut, sehingga tahanannya ditambah 5 tahun. Bapak Harjo dipindahkan ke bui Cipinang, 2 bulan pindah ke bui Padang Panjang (Sumatra). 11. Tahun 1931, beliau pulang dari pembuangan. Mulai tahun inilah menetap di Pilangbango Madiun dan memberikan pelajaran Pencak (SH PSC). Sejak menetap di Pilangbango nama Mingun dirubah menjadi Hardjo. Ki Hadjar adalah gelar yang disematkan pada beliau oleh para muridnya sebagai penghargaan sebagai guru. Adapun penghidupannya selalu tidak tetap, pernah ditolong Pak Suraji menjadi Rectewtenen (Direktur tenun), Redactur harian, dan juga Pakrul (Pengacara). 12. Tahun 1932, Bapak SUNAR (keponakan Bapak Harjo Utomo), Bapak HARJO MARJUT (anak angkat Bapak Harjo Utomo), dan SUNYONO WARDOYO mulai berlatih Pencak ke Bapak Harjo Utomo. Latihan diadakan di Pilangbango. ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



3



13. Tahun 1933, Bapak SUWARNO (Oro-Oro Ombo), Bapak SURATNO (Oro-Oro Ombo), Bapak IRSAD dan Bapak SANTOSA dari Surabaya. 14. Pada tahun 1934 LULUSLAH KADER PERTAMA SETIA HATI DIBAWAH ASUHAN BAPAK HARJO UTOMO, yang terdiri dari : a. Bapak Sunar ( keponakan beliau ) b. Bapak Harjo Marjut ( anak angkat beliau ) c. Bapak. Sunyono Wardoyo d. Bapak Suratno e. Bapak Irsad f. Bapak Santosa 15. Tahun 1934 bersamaan dengan lulusnya kader pertama Setia Hati, masuk pula menjadi siswa SH antara lain : a. Bapak HARJO SUYONO b. Bapak SUMODIRAN c. Bapak SUTOMO d. Bapak SUMODIRJO e. Bapak BADINI f. Bapak PAMUJI (Laksamana Purnawirawan) 16. Tahun 1935 diadakanlah RAPAT



penggantian nama PENCAK SPORT CLUB



menjadi PEMUDA SPORT CLUB, dan sekaligus dibentuk pengurus organisasinya yang terdiri dari : Bp. Harjo Utomo, Bp. Santosa, Bp. Sutomo, Bp. SUNARYO, Bp. DANU, Bp. Sunyono. 17. Pada tahun 1936, telah terbentuk Cabang2 pelatihan SH. PSC. Antara lain di: a. Jl. Ponorogo, Madiun, dibawah Leider Bp. Sumo Sudarjo b. Ponorogo, dibawah leider Bp. GUTOMO c. Di Oro2 Ombo Madiun, dengan pimpinan Sdr. Suwarno d. Di Kapatihan Madiun, dipimpin Bp. Harjo Sayono e. Di Taman Siswa, dipimpin Bp. Sunaryo & Bp. SUKOCO f. Klegen Madiun , dipimpin Bp. Sumodiran g. Pengangangan Madiun, dipimpin Bp. Harjo Pramodjo h. Saradan Madiun, dipimpin Bp. M. Irsad i.



Di Muhammaddiyah Madiun, dipimpin Bp. Suwarno



j.



Cabang Sala, dipimpin Bp. DARSONO



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



4



18. Pada tahun 1937, diadakan CONGGRES PERTAMA, yang menghasilkan keputusan re organisasi antara lain: PENGURUS PUSAT: Bp. Harjo Utomo, Bp. Sumo Sudarjo, Bp. Sunaryo, Bp. Suwarno, Bp. Danu. 19. Pada tahun 1938, terjadi penyempurnaan Leiderschaap SH. PSC. Sebagai berikut: Bp. Harjo Utomo, Bp. Sumo Sudarjo, Bp. HARJO GIRING, Bp. Sunaryo, Bp. Danu, Bp. Sumodiran, Bp. Harjo Pramojo, Bp. Suwarno. Leider Cabang diluar Madiun : a. Maospati, dipimpin Bp. ISLAM dan Bp. SOEMO SOEDARDJO, juga meliputi Magetan b. Saradan, dipimpin Bp. M. Irsad c. Pati, dipimpin Bp. Sumo Sudarjo d. Ponorogo, dirangkap oleh Bp. Suwarno (Bp. Gutomo dipindah ke Jombang) e. Sala, dipimpin Bp. Darsono, yang kemudian diganti oleh Bp. MURTAJI WIJAYA, dibawah pengawasan Bp. Suwarno 20. Pada tahun 1940, dengan Bp. Harjo Utomo sakitnya bertambah parah, maka diadakan reformasi, dimana UNTUK SEMENTARA MANDAT PENUH SEBAGAI PIMPINAN PUSAT DISERAHKAN KEPADA Sumo Sudarjo. Dimana tidak lama kemudian



Sumo Sudarjo pindah pekerjaan ke Surabaya, sehingga otomatis



pimpinan pusat menjadi kosong. 21. Pada tahun 1942, PECAH PERANG DUNIA, dan Jepang masuk secara mendadak ke Indonesia, dan SH. PSC. Menjadi berhenti sementara. 22. Pada tahun 1943, oleh Pemerintah DAE NIPPON telah diijinkan kembali bahkan pencak silat agar DIHIDUPKAN KEMBALI dibawah suatu ikatan dengan nama : SHI THAI KU KAI, dimana Bp. Suwarno ditunjuk sebagai pimpinan pelatih kota. Perkumpulan Pencak Silat di Madiun yang tergabung dalam SHI THAI KU KAI pada saat itu adalah: a. SETIA HATI WINONGO, dibawah pimpinan Bp. Mustomo b. SH. PSC, dibawah pimpinan Bp. Suwarno c. TUHU TEKAD, dibawah pimpinan Bp. Subeni d. BUDINING TARUNG, dibawah pimpinan Bp. Djarmin e. PAS ANDALAS, dibawah pimpinan Bp. Ilyas f. PECUT JAKARTA, dibawah pimpinan Bp. Diran g. SADEWA, dibawah pimpinan Bp. Panji Suryonitiharjo ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



5



h. SUMARAH, dibawah pimpinan Bp.Musirin i.



CIMANDE, dibawah pimpinan Bp. Wirya dari Cianjur



23. Pada tahun 1948, Bp. Harjo Utomo sakitnya bertambah parah, maka beliau memanggil saudara2 untuk berkumpul dan mengamanatkan tiga hal, yaitu : 1. Kumpulkan Saudara-saudara tunggal kecer. 2. Buatlah wadah baru yang kuat. 3. Lestarikan ajaranku. Disepakati saudara Sutomo Mangkujoyo sebagai saudara termuda yang ditunjuk menjadi ketua untuk mengumpulkan Saudara Tunggal Kecer. Saat itu Bapak Suratno Surengpati mempunyai ide untuk mengubah bentuk perguruan menjadi organisasi dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate. 24. Tahun



1951,



tepatnya



tanggal



25



Maret



diadakan



deklarasi



pendirian



Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Nama Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan usulan dari Bapak Suratno Surengpati sejak tahun 1948. Tempat deklarasi di rumah saudara Santosa Jalan Dr. Sutomo No.76 Madiun. Di ikuti oleh 30



kadang



Setia



Hati,



antara



lain:



RM.Sutomo



Mangkujoyo,



Santosa



Kartoatmodjo, Irsad, Harjo Pramodjo (Harjo Marjut), RADEN SUMAJI, RADEN BAMBANG SUDARSONO, Jendro Darsono, SUGIARTO, Sumo Sudardjo, ARSIDIN, Harjo Giring, HARJO WAGIRAN, HARSONO, Badini, SUHARYO, UTOMO MULYOPROJO, HADIWIJOYO, UMAR KARSONO, SALYO HS, MUNTORO, SULAIMAN, Sumodiran, SUKIMAN, MAKUN, SAYOGYO, ASMADI, DARMADI, SUYONO, ASMUNGI, SASTRO BASUKI. 25. Hari Ahad Pahing tanggal 18 April 1952, Bapak Harjo Utomo wafat. Karena jasajasa sebagai Perintis Kemerdekaan, beliau mendapatkan pensiun sebagai pahlawan Perintis Kemerdekaan.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



6



DAFTAR SISWA KI HAJAR HARJO UTOMO 1924 – 1951



1. IDRIS 2. MUJINI 3. JAYAPANA 4. SUNAR 5. HARJO MARJUT 6. SUNYONO WARDOYO 7. SUWARNO 8. SURATNO 9. IRSAD 10. SANTOSA KARTOATMOJO 11. HARJO SUYONO 12. SUMODIRAN 13. RM. SUTOMO MANGKUJOYO 14. SUMO SUDARJO 15. SUNARYO 16. DANU 17. GUTOMO 18. SUKOCO 19. JENDRO DARSONO 20. HARJO GIRING 21. ISLAM 22. MURTAJI WIJAYA 23. RADEN SUMAJI 24. RADEN BAMBANG SUDARSONO



25. SUGIARTO 26. ARSIDIN 27. HARJO WAGIRAN 28. HARSONO 29. BADINI 30. SUHARYO 31. UTOMO MULYOPROJO 32. HADIWIJOYO 33. UMAR KARSONO 34. SALYO HS 35. MUNTORO 36. SULAIMAN 37. SUKIMAN 38. MAKUN 39. SAYOGYO 40. ASMADI 41. DARMADI 42. SUYONO 43. ASMUNGI 44. SASTRO BASUKI 45. MBAH MANTRI BOTOK (SASTRO HARDJONO) 46. KIAI SLURU (SURYADI)



MURID SURABAYA : 47. ARIE SUTIKNO 48. GUNAWAN PAMUDJI (Menantu) 49. HARJO SANYOTO 50. SUGIARTO 51. PINGI 52. ABDULRAHMAN MURID JAKARTA : 53. PAMUJI (Laksamana Purnawirawan)



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



7



HARJO MARJUT Marjut alias Harjo Pramojo atau yang lebih dikenal dengan nama populer “Harjo Marjut” dilahirkan pada tahun 1908 di Desa Sendung Lor Watu Gede Wlingi Blitar. Ia merupakan anak kedua dari 13 bersaudara. Ibunya bernama Sariyem. Di Blitar, ia mengenyam pendidikan di SR (Sekolah Rakyat) dan setelah lulus meneruskan pendidikan melalui kursus-kursus yang antara lain di bidang grafika (percetakan). Sebagai seorang yang dikenal pemberani, ia mulai mengadakan pergerakan dengan para pemuda Blitar dalam melawan Belanda di tahun 1925. Kemudian ditangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda di tahun 1926 dan dimasukkan ke penjara Blitar, kemudian dipindahkan ke penjara di Nganjuk dan dikirim ke penjara Cipinang Jatinegara Jakarta. Di penjara Cipinang tersebut, ia pernah berusaha melarikan diri dan telah berhasil melompat keluar dari tembok penjara, namun dapat tertangkap lagi, sehingga karena perbuatannya itu, hukumannya ditambah. Di tahun 1926 itu, ia bertemu dengan Hajar Harjo Utomo yang satu sel tahanan si penjara Cipinang. Di ceritakan oleh Hajar Harjo Utomo kalau dirinya dituduh Belanda sebagai komunis dan kebetulan Sarekat Islam yang di ikutinya juga berusaha mengadakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda, yang bersamaan pula dengan organisasi lain serta Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan di Desa Pilangbango Madiun, ia telah mendirikan kelompok latihan pencak silat di tahun 1922, yang mana dalam sistem perekrutannya berbeda dengan cara yang dilakukan di Persaudaraan Setia Hati di Winongo tempatnya belajar pencak silat kepada Ki Ngabehi Surodiwiryo dan telah memiliki beberapa anggota yang antara lain adalah Harjo Sayono (Harjo Giring, Jendro Darsono dan lain-lain. Di sel tahanan penjara Cipinang inilah kemudian Harjo Marjut belajar pencak silat kepada Hajar Harjo Utomo bersama juga dengan yang lain diantaranya Siswo Sudarmo (Wongso Sudarmo). Namun di tahun 1929, Hajar Harjo Utomo lebih dulu dikeluarkan, yang dipindahkan terlebih dahulu ke penjara di Pamekasan Madura selama 3 bulan, kemudian dikirim ke penjara Madiun dan di bebaskan. Tahun 1930, Harjo Marjut di bebaskan dari penjara Cipinang, dikirim ke penjara Kalisosok Surabaya selama 3 bulan menjalani proses pembebasan. Keluar dari penjara Kalisosok, ia dijemput oleh Hajar Harjo Utomo dan kemudian dibawa untuk ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



8



menetap di Desa Pilangbango Madiun, tinggal dirumahnya karena sudah diangkat sebagai anak angkat. Di Desa Pilangbango Madiun, Harjo Marjut bertemu dengan Sudarso yang juga menjadi anak angkat, menetap dan bertempat tinggal di kediaman Harjo Utomo. Dengan demikian, Harjo Marjut menjadi putra angkat kedua. Demikian juga dengan Sumo Sudarjo diambil sebagai putra angkat ketiga tahun 1933. Dari ketiga anak angkat tersebut, yang mendalami pencak silat hingga tingkat tiga adalah Harjo Marjut dan Sumo Sudarjo, sedangkan Sudarso hanya mendalami pelajaran kerohaniannya saja (yang di kemudian hari menjadi Tim Penasehat Kerohanian Presiden Sukarno di Jakarta). Kegiatan sehari-hari Harjo Marjut, disamping belajar pencak silat, ia juga bertugas mengantarkan putra Hajar Harjo Utomo yang masih kecil yang bernama Harsono ke sekolah dan juga berjualan keliling hasil lukisan Hajar Harjo Utomo ke desa-desa, hingga pernah ke Pacitan berjalan kaki sampai tiga hari sekali pulang ke Pilangbango. Penghasilan dari jualan lukisan dibagi tiga yakni untuk yang menjual, untuk Harjo Utomo dan untuk kas di tempat latihan di Pilangbango. Kemudian, Harjo Marjut mendapatkan pekerjaan di Bengkel Kereta Api Madiun sebagai Tukang Bubut. Di PJKA Madiun ini, anggota SH Pilangbango yang bekerja antara lain Mohammad Irsad, R.Suwarno (Hasan Joyoadi Suwarno). Pendiri Persaudaraan Setia Hati yakni Ki Ngabehi Surodiwiryo juga bekerja di bengkel PJKA Madiun tersebut. Tahun 1935, bertemu dengan Badini yang tinggal di Oro-Oro Ombo Madiun yang ikut latihan pencak silat di Pilangbango dan juga ikut melatih Badini. Di kemudian hari, Badini menjadi pasangan demonstrasi seni pencak silat baik di Madiun maupun di Istana Kepresidenan di Jakarta di tahun 1954, yang mana pasangan Harjo Marjut sebelumnya adalah Sutomo Mangkujoyo dan R.Suwarno. Badini ini juga ikut (Jawa: ngeger) kepada Hajar Harjo Utomo dan menjualkan lukisan berkeliling ke desa-desa denga berjalan kaki. Tahun 1943, pemerintah militer Jepang menyelenggarakan pertandingan adu bebas melawan jago-jago Jepang yang menjadi Perwira Tentara Jepang dalam memperingati dan merayakan Hari Kemerdekaan Jepang. Dalam pertandingan itu, Harjo Marjut berhasil mengalahkan jago Sumo dan atas kemenangannya itu mendapatkan hadiah uang. Anggota SH Pilangbango lainnya yang juga berhasil memenangkan pertandingan tersebut adalah R.Suwarno. ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



9



Sementara itu, RM.Mustomo dari Persaudaraan Setia Hati di Winongo juga berhasil menang atas Jagoan Sumo dari Perwira Tentara Jepang, yang kemudian di kirim ke Singapura untuk melawan Jagoan Sumo dari seorang Perwira Tentara Jepang dan berhasil mengalahkannya sehingga mendapat medali emas dan uang. Tahun 1946, Hajar Harjo Utomo mengalami sakit parah sehingga tidak dapat aktif menjalankan organisasi, yang kemudian untuk sementara waktu diserahkan secara aklamasi kepada Harjo Marjut untuk mengaktifkan kembali. Selain sebagai pelatih tetap, Harjo Marjut juga pernah duduk menjabat sebagai Ketua Bagian Teknik Pencak Silat di IPSI Madiun pada tahun 1954, yang saat ini Ketua IPSI Cabang Madiun dijabat oleh Ruslan Wiryosumitro dari Persaudaraan Setia Hati di Winongo Madiun. Tahun 1965, Harjo Marjut ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia dan memperoleh pensiunan dari Departemen Sosial. Pada November 1967, Harjo Marjut meninggal dunia dan di makamkan di kampung halamannya di Wlingi Blitar, dengan meninggalkan seorang istri bernama Sriyati yang berasal dari Jogjakarta (menikah tahun 1937) dan empat putra, yakni: Haryono, Harsoyo, Harmini dan Mardiono.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



10



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



11



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



12



JENDRO DARSONO Dilahirkan di Nglames Madiun, 1 Suro 1917 Masehi dan merupakan putra dari seorang warga Setia Hati yakni Darissalam. Oleh ayahnya dititipkan kepada Hajar Harjo Utomo untuk di didik pencak silat SH di Pilangbango Madiun pada tahun 1933. Kemudian disahkan sebagai saudara SH pada tahun 1934. Dibawah binaan Hajar Harjo Utomo, ia berhasil menjadi juara dalam kejuaraan pencak silat pasar malam yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda di Madiun dan juga menjadi juara ketika membuka cabang latihan di Solo pada tahun 1935. Tahun 1938, pindah ke Surabaya dan cabang latihan di Solo diteruskan oleh Murtaji Wijaya dan Padmo Siswoyo. Keberhasilan menjadi juara tersebut dapat di ulanginya pada masa pemerintahan militer Jepang di Semarang dan di Surabaya dengan mengalahkan seorang jago dari perwira tentara Jepang. Tahun 1948, pada musyawarah di rumah Hajar Harjo Utomo di Pilangbango Madiun, ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate. Pada tahun 1950 masuk militer di TNI-AD pada Kodam Brawijaya di Kediri dan kemudian dipindah tugaskan ke Surabaya sejak tahun 1954 hingga pensiun pada tahun 1982 dengan pangkat Kapten. Selanjutnya di Surabaya, ia dikenal dengan nama “Kapten Darsono”. Pada waktu mudanya memelihara rambut sampai panjang dan suka bertukar kepandaian dengan aliran pencak lain. Ia terkenal agresif, keras dan berdisiplin tinggi baik di dalam latihan maupun diluar latihan pencak. Dalam melatih pencak SH juga terkenal perfeksionis (ingin selalu sempurna benar). Semenjak menetap di Surabaya, ia mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate antara lain bersama saudara Tomo dan Kuncoro Sastrodarmojo hingga berkembang pesat dan cukup disegani. Kader-kadernya antara lain: Karyono, Karmuji, Richard Wahyudi (kelak menjadi menantunya), Mulyanto, Saleh Sumanto, Hersubeno, Margono, Iswoyo. Di Surabaya, bersama dengan Kuncoro Sastrodarmojo aktif mengundang Saudara Tua SH yakni Munandar Harjowiyoto (pendiri Setia Hati Organisasi/SHO) ke Surabaya untuk memberikan ceramah ke-SH-an dan sering pula berkunjung ke rumah Munandar Harjowiyoto di Ngrambe Ngawi guna menambah pengetahuannya di bidang kerohanian (ke-SH-an). Dalam kunjungannya ke Ngrambe Ngawi tersebut, ia selalu mengajak putri sulungnya yang bernama Yatna Reni. Di samping itu, Munandar ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



13



Harjowiyoto merupakan bekas komandannya sewaktu beliau ditempatkan bertugas di Surabaya. Pada tahun 1960, ia ditetapkan sebagai sesepuh Persaudaraan Setia Hati Terate Surabaya. Beliau wafat pada bulan Suro 1984 di Surabaya. Dari perkawinannya dengan Sugiarti dikaruniai tujuh orang anak, yakni: Yatna Reni, Yatna Gata, Jendra Gangga, Hangga Satya, Bratawati, Fidya Rastri dan Juala Ratri. Sebagai seorang tokoh panutan Setia Hati di Surabaya, beliau mempunyai andil yang cukup besar dalam menorehkan citra baik pencak silat SH pada khususnya dan pencak silat secara keseluruhan. Beliau juga merintis mengadakan tulisan-tulisan sebagai salah satu materi ke-SH-an. Karyanya antara lain berjudul “Wasiat Setia Hati” yang disusun tahun 1963. Beliau juga sering memberikan wejangan-wejangan yang hingga kini masih melekat dalam ingatan para kader binaannya. Semboyannya yang terkenal antara lain: 1. Ojo gumunan (jangan heran) 2. Ojo rumongso biso, nanging biso-o rumongso (jangan merasa bisa, melainkan bisalah untuk merasa) 3. Berani karena benar, takut karena salah dan janganlah gampang berbicara, kalau sudah berbicara harus ada dasarnya.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



14



RM. SUTOMO MANGKUJOYO Dilahirkan di Madiun, 20 Januari 1910. Ayahnya bernama KYI.Karto Warsito dan ibunya bernama Sumarni. Karena masih memiliki hubungan keluarga dengan Ki Hajar harjo Utomo, maka pada tahun 1930 belajar pencak silat SH kepada Ki Hajar Harjo Utomo di Desa Pilangbango. Kawan-kawan berlatihnya antara lain: Harjo Marjut, Harjo Giring, Santoso, Sunar, Muhammad Irsad, R.Sunyono, Suratno. Tahun 1936, sambil bekerja, ia mengembangkan sayap organisasi SH Pilangbango Cabang Ponorogo dan berhasil mengadakan pengesahan di Ponorogo pada tahun 1938 oleh Ki Hajar Harjo Utomo. Saudara-saudara yang disahkan tersebut antara lain: Sunardi, Gunawan, R.S.Hadi Subroto (Agen), Niti. Kemudian, ia pindah kerja ke Jombang, selanjutnya cabang Ponorogo ditangani oleh R.Suwarno (Hasan Joyoadi Suwarno). Tahun 1945 – 1947 ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Dan di tahun 1948 berkumpul kembali dengan para saudara SH di rumah Ki Hajar Harjo Utomo guna menggagas lahirnya AD/ART organisasi. Saat itu kondisi kesehatan Ki Hajar Harjo Utomo sudah mulai menurun. Dalam musyawarah tersebut di pilihlah RM.Sutomo Mangkujoyo sebagai Ketua dan Wakilnya adalah Djendro Darsono. Yang hadir dalam musyawarah tersebut antara lain: Darsono, Suprojo, Harjo Giring, Gunawan, Hadi Subroto, Harjo Wagiran, Sunardi (Letnan), Sumaji alias Atmaji, Badini, Muhammad Irsad, Santoso dan lain-lain. Tahun 1949, berjuang bergerilya di lereng Gunung Wilis dalam Agresi Belanda II. Setelah itu berdinas di BISBO Madiun pada bagian Kas Militer hingga pangkat Letnan Satu. Tahun 1950, dipindahtugaskan ke BRI Madiun, lalu pindah tugas ke Ponorogo (1953), kemudian pindah tugas ke Surabaya (1954), kemudian pindah lagi tugas ke Ngawi dan terahir ke Madiun hingga pensiun tahun 1973. Ketika berdinas di BRI dan sering dipindahtugaskan, pada tahun 1953 jabatan Ketua diserahterimakan kepada Muhammad Irsad, namun hanya setahun dipegang oleh Muhammad Irsad karena pindah tugas kerja. Selanjutnya digantikan oleh Jendro Darsono di tahun 1954. Tahun 1956 dipilih kembali sebagai Ketua hingga tahun 1958 karena tugas pindah kerja. Selanjutnya jabatan Ketua diserahterimakan kepada Sumo Sudarjo. Tahun 1964, dipilih kembali sebagai Ketua sampai tahun 1974. Dan pada tahun 1975 dalam ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



15



Mubes PSHT di Madiun, ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pusat dan sebagai Ketua Umum adalah RM.Imam Koessupangat. RM.Sutomo Mangkujoyo wafat pada 14 Desember 1975, dimakamkan di Cangkring Madiun. Dari perkawinannya dengan Raden Ajeng Maria Rujiah dikaruniai 14 anak (11 putra yang semuanya ikut berlatih di PSHT dan 3 putri yang tidak ikut berlatih di PSHT), sebagai berikut: 1. Sri Yudiastuti 2. Bambang Tunggul Wulung Judhyasmara 3. Bambang Susetyaning Prang (Gunung) 4. Bambang Yudi Hartanto (Yontil) 5. Bambang Iswahyu Widodo 6. Sri Yudihartatik 7. Bambang Herianto Widiatmoko 8. Bambang Hariadi 9. Bambang Heri 10. Bambang Agus Dasaputra 11. Sri Yudicahyani (Yuni) 12. Bambang Cahyanto Heru Tomo (Rudi) 13. Bambang Slamet Esti Subagyo (Mamit) 14. Bambang Waspodo Budi Hendriawan



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



16



SANTOSO Lahir di 10 oktober 1901 dan wafat di Surabaya pada Oktober 1990. Ayahnya bernama Kartodimejo alias Kerto Lampu dan ibunya bernama Suminah. Kedua orang tua Santoso ini tinggal di oro-oro ombo Madiun. Kartodimejo merupakan saudara SH Ki Hajar Harjo Utomo dan menitipkannya untuk dilatih pencak kepada Harjo Utomo. Setelah menamatkan di HIS Madiun, melanjutkan ke MTS (midlebare teknik school) di Surabaya yang sekelas dengan Irsad. Lulus dari MTS bekerja di Perusahaan Marine Surabaya (sekarang PT.PAL). Kemudian pindah kerja ke Pabrik Gula Rejo Agung Madiun. Pindah kerja lagi hingga menjadi Kepala Jawatan Listrik dan Gas Madiun sampai tahun 1947. Pada clash Belanda I ditangkap karena dituduh telah melakukan sabotase pemboman PLTA Gondosuli Madiun dan dimasukkan dalam penjara Madiun. Sekitar 6 hulan dilepas kembali. Setelah itu menjadi guru dengan mendirikan Sekolah Teknik I Madiun yakni STP (Sekolah Teknik Pertama setingkat SMP untuk masa sekarang). Kemudian mendirikan STM Madiun dan STM Kediri hingga pensiun sebagai Guru Tinggi. Sebelum Ki Hajar Harjo Utomo wafat, mewasiatkan kepada Santoso sebagai berikut: 1. Kumpulkan saudara Sedulur Tunggal Kecer 2. Buat wadah yang kuat 3. Lestarikan ajaran saya Kemudian ditunjuklah RM.Sutomo Mangkujoyo dengan pertimbangan saudara yang termuda untuk bertugas mengumpulkan saudara-saudara SH. Tempat pertemuan ditetapkan di rumah Santoso di Jalan Dr.Sutomo No.76 Madiun. Yang berhasil dikumpulkan sebanyak 30 saudara, antara lain: 1. RM.Sutomo Mangkujoyo 2. Irsad 3. Harjo Marjut 4. Raden Sumaji 5. Raden Bambang Sudarsono 6. Jendro Darsono 7. Sugiarto 8. Sumo Sudarjo ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



17



9. Arsidin 10. Harjo Giring 11. Harjo Wagiran 12. Harsono 13. Badini 14. Suharyo 15. Utomo Mulyoprojo 16. Hadiwijoyo 17. Umar Karsono 18. Salyo HS 19. Muntoro 20. Sulaiman 21. Sumodiran 22. Sukiman 23. Makun 24. Sayogyo 25. Asmadi 26. Darmadi 27. Suyono 28. Asmungi 29. Sastro Basuki 30. Santoso Kartoatmojo (tuan rumah) Pada tanggal 25 Maret 1951 inilah nama SH Terate dicetuskan. Hasil musyawarah tersebut menghasilkan: 1. Membuat AD dan ART serta lambang SH Terate. 2. Terbentuk susunan pengurus, yakni: Ketua oleh Santoso, Sekretaris oleh Sumaji, Bendahara oleh Bambang Sudarsono dan Pelatih oleh Harjo Marjut dan Badini. Selama



memimpin



PSHT,



kebijakannya



adalah



menyetujui



usulan



memberlakukan hasil karya Irsad berupa materi Senam 1 – 90, senam toya, senam belati dan kerambit yang diajarkan sebelum Jurus Pokok. Tahun 1966 kepemimpinan SH Terate diserahkan kepada RM.Sutomo Mangkujoyo. Istri Santoso bernama Sumini yang dikaruniai sebanyak 11 anak, yakni: ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



18



1. Susanto Pudyodarmo 2. Suseno Darmosasono 3. Suwignyo Dibyomartono 4. Suyudi Purboyono (disahkan bersama RM.Imam Koesupangat) 5. Sundari Miliarti 6. Sulistyo Budiharjo 7. Sutopo Risharyono (Jalan Semampir Tengah Gang II No.31 Surabaya) 8. Suci Lestari Rahayu 9. Subandrio Hervin Ismoko 10. Nanang Sudiro Edisartono 11. Meninggal pada saat lahir.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



19



IRSAD HADI WIDAGDO "PENYEMPURNA JURUS & KRIPEN SETIA HATI TERATE & PENCIPTA 90 SENAM DASAR" Bapak Irsad adalah salah satu murid langsung Ki Hadjar Hardjo Oetomo beliau adalah Derde Trap (Tingkat 3e) dan menjabat sebagai Dewan Pelatih 2 Persaudaraan Setia Hati Terate tahun 1951-1961. Pak Irsad dikenal sebagai pendekar yang menguasai teknik beladiri cukup matang. Pada era beliau ini, dilakukan penggalian teknik dan akurasi gerakan pencak silat. Beberapa gerakan jurus SH dicermati dan dikaji ulang. Terutama gerak serangan yang menurut keyakinannya lemah, dicoba untuk lebih diakurasikan.Pendalaman, penelitian dan kajian yang dilakukan Pak Irsad ini,



melahirkan



sejumlah



gerakan



teknik



yang



kemudian



dipakai



untuk



mengakurasikan beberapa gerakan jurus di SH Terate. Setelah Pak Irsad melakukan uji materi dan pendalaman akurasi jurus saat menjadi ketua pusat, lahir sejumlah temuan : Beberapa gerakan jurus, sebut misalnya, Jurus 1 sampai dengan Jurus 4, diakurasikan. Sementara untuk mendasari gerakan siswa SH Terate, Pak Irsad menciptakan gerakan senam dari senam 1 (satu) hingga senam 90 (sembilan puluh). Pada era kepemimpinan Pak Irsad ini juga lahir keputusan penting lainnya. Yakni, penciptaan Kode Pendekar SH Terate. Beliau sendiri yang menciptakan. Salah satu alasan penciptaan Kode Pendekar, karena jumlah warga SH Terate saat itu sudah mulai banyak, sehingga di antara warga mulai tidak saling mengenal karena beda tempat latihan dan pengesahan. Melalui Kode Pendekar SH Terate ini, seorang warga bisa melakukan deteksi secara akurat, apakah orang yang baru dikenal itu warga SH Terate atau bukan. Sambil berbasa basi, misalnya, dia secara diam diam memberikan Kode Pendekar SH Terate kepada orang yang baru dikenalnya. Jika kode itu dijawab dengan tepat, berarti orang yang baru dikenalnya itu warga SH Terate. Sudah barang tentu, karena bertemu saudara seperguruan, kedua orang yang baru saling mengenal itupun berangkulan. Menyatu dalam rasa, seakan tak ada lagi sekat diantara mereka. Kode Pendekar SH Terate juga bisa digunakan untuk mendeteksi, apakah seseorang yang mengaku sebagai warga SH Terate, benar benar warga atau bukan (warga awu awu alias bohong). Kode Pendekar SH Terate yang diciptakan Pak Irsad ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



20



tersebut sampai sekarang masih digunakan dan diberikan kepada anggota SH Terate yang sudah disyahkan menjadi warga. Salah seorang murid Pak Irsad yang langsung menerima pelajaran senam 1 (satu) sampai dengan 90 (sembilan puluh) dan pendalaman akurasi jurus, adalah RM Imam Koesoepangat. RM Imam Koesoepangat, lebih akrab dengan panggilan Mas Imam, mulai latihan SH Terate tahun 1953. Selama tiga tahun beliau berlatih di bawah asuhan langsung Pak Irsad. Boleh dibilang, pendalaman teknik dan akurasi jurus serta senam yang dilakukan pada era kepemimpian beliau diajarkan kepada Mas Imam. Mas Imam disyahkan penjadi Pendekar SH Terate pada tahun 1958. Dalam perkembangannya, anak didik langsung Pak Irsad yang satu ini, muncul sebagai tokoh yang cukup diperhitungkan. Pak Irsad adalah anak sulung dari 3 bersaudara. 1. Irsad Hadi Widagdo, 2. Aminin Honggojoyo, 3. Waluyo Hadi Pramono. Pak Irsad sekolah di KSE Surabaya jurusan Sipil dan Bangunan. Berikut beberapa tahun penting Pak Irsad: 1940an beliau ditugaskan sebagai menteri muda 3 membawahi kereta api seluruh Sumatra yang berkedudukan di Sigli. 1946 Arumansyah lahir di Sigli. 1950 Ida Irawati lahir di Kotaraja. 1951 Pak Irsad dipindahkan ke Semarang, sebagai kepala bengkel kereta api. 1952 Samodra lahir. 1954 Wibowo lahir. 1955 Pak Irsad dipindahkan ke Madiun, sebagai kepala bengkel kereta api. 1957 Aribowo lahir. 1959 Pak Irsad dipindahkan kembali ke Sigli, sebagai kepala bengkel kereta api. 1961 Edhie Tjahjono lahir. 1961 – 1962 Pak Irsad ditugaskan ke Jepang. 1963 dipindahkan ke Bandung sebagai kepala perencanaan dan teknik, di kantor pusat sampai pensiun.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



21



IRSAD HADI WIDAGDO Lahir 18 Mei 1911 dan wafat 7 Juni 1974 Berputra (6) orang: Hans Arumansyah (alm.), Ida Wati Irsad, Samudra Irsad, Wibowo, Aribowo Irsad dan Edi Tjahjono.



Keluarga P Irsad Hadi Widagdo bersama Mertua dan Ipar



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



22



Putra / putri Pak Irsad Hadi Widagdo (2017)



Sebagai pejabat di Jawatan Kereta Api, Pak Irsad beberapa kali dipindahkan keluar kota Madiun, antara lain 1946 di Sigli, 1951 di Banda Aceh, di Semarang 1952, 1957 di Madiun, Jepang, kembali ke Aceh 1959, dan terakhir beliau di tempat di Bandung 1963 – sampai pensiun. Beliau wafat 7 Juni 1974, dan dimakamkan di pemakaman Sirnaraga di Bandung. Kediaman terakhir beliau di Jalan Elang I no. 10 Bandung.



*Ditulis kembali oleh: Sakti Tamat, Februari 2018



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



23



R. YOHANES SALJO HARSOUTOMO1 Salah satu murid ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah Pak Saljo. Menurut Mas Joko Kuncoro (salah satu murid Pak Saljo) Pak Saljo belajar Setia Hati dari Pak Badini di Madiun. Pak Saljo lahir di Madiun pada tanggal 17 Juli 1917. Setelah menamatkan latihan di Madiun, Pak Saljo pindah ke Solo menjadi Guru di sekolah SPK. Di Solo mengembangkan SH dengan murid diantaranya: Made, Margono, Heru, dan Joko Kuncoro.2 Menurut mbak Retno (putri Pak Saljo) pagi hari Pak Saljo bekerja di Instansi Transmigrasi, sore mengajar di sekolah. Dari Solo kemudian pindah ke Pati dan kembali mengembangkan SH, sebelum akhirnya menetap di Yogyakarta sekitar tahun 1960an. Di Jogja Tinggal di Jl. Ireda MG 1/27, Gang Kemundung Keparakan Lor Yogyakarta. Beliau dikenal sebagai sesepuh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) DI. Yogyakarta. Diantara murid beliau adalah Joko Kuncoro, Muhammad Ngemron, dan Mas Ir. Sukamto. Setelah muridnya disyahkan, latihan dilaksanakan Pak Ngemron dalam pengawasan Pak Saljo Pak Saljo bersama Istri ibu Siti Sukarsilah (kerabat Pakualaman) dikaruniai 13 keturunan, mereka adalah: 1. Soebagjono, 2. Soediono, 3. Sri Sudarmi, 4. Sri Murwati, 5. Bambang, 6. Bambang Laksono Wibowo, 7. Bambang Widodo, 8. Sri Winarni Pujiastuti, 9. Bambang windarto, 10. Endang Widowati, 11. Endang Widayati kusumaningrum, 12. Agus Sudjojono, 13. Retno Nugrohowati. Meninggal pada tanggal 22 April 1985 dan di makamkan di TPU Sasanalaya Yogyakarta.



1



Sumber Retno Nugrohowati (Putri Pak Saljo), Mas Joko Kuncoro, Mas Lardjo, Mas Djoko SUmaryono, Mas Abas, Mbak Rosa, Mbak Triyani, Mas Arie Paseh, Mas Bahroni Abusiri (foto makam) 2 Wawancara dengan mas Joko Kuncoro tgl 12 Maret 2018.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



24



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



25



SASTRO HARDJONO (MBAH MANTRI BOTOK) Sastro Hardjono (Mbah Mantri Botok) lahir di Botok, tgl 8 Maret 1910 wafat tgl 5 Maret 1994 (84th) dikaruniai 7 putra - putri: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Warsoedi, BA (alm) Sudomo (purn TNI / alm) Sudarso (alm) Harmi Pudji Saswati Ir. Hadi Hardoyo Ir. Suharto, MMT.



Beliau mengikuti latihan Setia Hati di Pilangbangu dengan guru Eyang Hardjo Utomo dengan pelatih langsung Eyang Irsad disahkan pada tahun. 1932 tingkat 1 bersama teman seangkatan; Pak Santoso, Pak Niti, Pak Ratno, Pak Darsono, Pak Hasan Suwarno, Pak Tomo, Pak Darjo, Pak Harsono, Pak Badini. Pada tahun 1936 disyahkan tingkat 3 di Pilangbango. Murid-murid mbah Sastro Hardjono (Mbah Mantri) yang sudah tingkat 3 sebanyak 11 orang: Angkatan pertama tahun 1983; 1. Mas Mas Rumadi (alm) 2. Mas Martono (Depok) 3. Mas Marsono 4. Mas Ir. Hadi Hardoyo 5. Mas Ir. Suharto, MMT 6. Mas Sadikun 7. Mas Sugito (Botok) 8. Mas Suyatno 9. Mas Suradi (alm) 10. Mas Widoto 11. Mas Lelantya Prasti S, ST (Ito') Mbah Mantri disahkan Trap 2 tahun 1934. Selama berlatih dengan giat dari desa Botok Magetan naik sepeda sampai desa Pilangbangu Madiun untuk menjadi seorang Warga SH. Karena dipercaya cepat menangkap pelajaran selama berlatih, maka beliau bisa naik trap tiap 2 tahun. Putra mbah mantri Trap 3 adalah Ir. Hadi Hardoyo dan Ir. Suharto, MMT. Putra lainnya Trap 2 dan Putra ke 3 Sudarso (Alm) adalah leting mas Tarmadji, angkatan pertama latihan di mas R. Imam Koesupangat. Beliau yg mendampingi saat mas Imam bertanding pencak silat. Saat ini mjd ketua IPSI cabang Tulungagung Sebelum akhir hayat mbah Mantri, pada tahun 1993 melatih dan mengesahkan Trap 3 terakhir antara lain Suradi, Widoto (keponakan) dan Lelantya Prasti Swastana (cucu) putra dari Warsoedi (Alm)



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



26



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



27



BADINI Badini lahir di Magetan, 9 September 1923 dan wafat Kamis Kliwon 3 November 1988. Dimakamkan di Desa Ringin Agung, Ngariboyo, Magetan. Pernah tinggal di Jl. Mayangkembar 5, desa Oro-Oro Ombo, Kec. Kartoharjo, Madiun. Pada tahun 1934 bersamaan dengan lulusnya kader pertama Setia Hati dibawah asuhan Harjo Utomo, Badini masuk menjadi siswa SH. Badini tidak sendiri, saat itu beliau berlatih bersama 5 siswa SH lainnya yaitu: Harjo Suyono, Sumodiran, Sutomo, Sumodirjo, dan Pamuji (Laksamana Purnawirawan). Tahun 1935 bertemu dengan Harjo Marjut yang kemudian ikut melatih Badini hingga disyahkan pada tahun 1938. Pada tanggal 25 Maret 1951 memenuhi wasiat Harjo Utomo mengumpulkan saudara SH untuk membuat wadah yang kuat dan melestarikan ajaran SH. 30 Kadhang SH termasuk Badini dapat berkumpul dan merumuskan beberapa hal diantaranya: pencetusan nama Setia Hati Terate, pembuatan AD ART, pembuatan Lambang SH Terate, serta terbentuk pengurus. Saat itu badini ditunjuk sebagai Pelatih bersama Harjo Marjut. Badini adalah tokoh SH yang mempunyai jiwa seni tinggi yang mampu menyempurnakan Lambang SH Terate hingga dipakai sampai saat ini. Badini ahli solo spell dan pernah menjadi juara 1 tuggal putra Jawa Timur di Jember. Tahun 1954 Badini bersama Harjo Marjut menjadi pasangan demonstrasi seni pencak silat di istana kepresidenan Jakarta dan disaksikan langsung oleh Presiden Sukarno. Saat “ngenger” kepada Harjo Utomo, Badini juga ikut menjualkan lukisan karya Harjo Utomo berkeliling dari desa ke desa dengan berjalan kaki. Tahun 1977-1984 Badini menjabat sebagai ketua umum dan ketua dewan pusat Persaudaraan Setia Hati Terate



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



28



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



29



Mbak Hertik adik Bu Badini domisili sekarang di Madiun



Pak Bambang Suyono putra Pak Badini domisili sekarang di Karangmojo



Badini – Imam Kusupangat - Tarmadji



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



30



HASAN JOYOADI SUWARNO Terkenal di wilayah Jawa Tengah dengan nama lain Hasan Joyoadi Suwarno, dilahirkan di Winongo, tahun 1912. Wafat di Surakarta, 10 Oktober 1989. Ia adalah adik kandung Raden Sunyono (Nyono Wardoyo). Tahun 1930 bersama kakaknya R.Sunyono datang ke rumah Ki Hajar Harjo Utomo untuk dapat berlatih pencak silat SH atas rekomendasi ayahnya yang juga warga SH. Di rumah Ki Hajar Harjo Utomo saat itu ada Harjo Marjut dan keponakannya yang bernama Sunar. Pada saat itu Ki Hajar Harjo Utomo masih menjalani pengawasan dari pemerintah Belanda setelah dibebaskan dari penjara. Berdasarkan peraturan hanya boleh menerima tamu paling banyak tiga orang. Sementara, ia saat itu masih sebagai pelajar KES (Sekolah Guru Emma) di Surabaya. Maka oleh Ki Hajar Harjo Utomo yang diterima berlatih pencak SH hanyalah R.Sunyono yang kemudian berlatih bersama dengan Harjo Marjut dan Sunar. Tahun 1933, Ki Hajar Harjo Utomo sudah dapat menerima tamu lebih dari lima orang karena peraturan sudah mulai melunak. Dan pada tahun 1934, ia sudah lulus dari KES Surabaya dan kemudian ikut latihan pencak SH di Pilangbango dan sambil bekerja di PJKA Madiun. Pada tahun tersebut sudah berlatih bersama dengan Suratno Surengpati yang bertempat tinggal tak jauh dari rumah Ki Hajar Harjo Utomo, Muhammad Irsyad (saudara sepupu R.Suwarno dan R.Sunyono), Santoso. Tahun 1934, ia mengikuti pertandingan (kongkurs) pencak silat di Pasar Malam Madiun berhadiah uang 22, 5 Gulden dan medali emas. Saat itu R.Suwarno baru mendapat Jurus 20 Tingkat 1 dan ahirnya berhasil menjadi Juara. Kemudian tahun 1935 disahkan sebagai Saudara SH di Pilangbango. Dalam setiap kejuaraan pencak silat, hasil sebagai juara dapat diulanginya di berbagai kota mewakili SH dan sebagai jago SH waktu itu di dukung oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ronggo Koesnindar, hingga menjadi Juara Jawa pada kejuaraan pencak silat di Semarang sebanyak tujuh kali dari tahun 1934 sampai tahun 1940. Tahun tahun 1941 – 1944 ditunjuk oleh Ki Hajar Harjo Utomo sebagai Ketua Bidang Tehnik di organisasi Pencak Sport Club (PSC) menggantikan Sumo Sudarjo yang pindah kerja ke Porong Malang. Kemudian 1945 bergabung menjadi tentara dan berjuang dalam kemerdakaan Indonesia, sehingga jabatan organisasi sebagai Ketua ~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



31



Bidang Tehnik diserahkan secara aklamasi kepada Harjo Marjut. Sejak tahun itu, Ki Hajar Harjo Utomo tidak mendengar kabar berita keberadaan R.Suwarno lagi.



*Penjelasan gambar oleh Kang Mas Djoko Kuncoro dari Solo (via whatsapp Senin, 14 Oktober 2019) Ketiga tokoh tersebut merupakan SHier yang masih terikat saudara. Mas Irsad adalah keponakan pak Hasan dan pak Puh Nyono. Dalam perguruan silat, pak Hasan adalah murid pak Hardjo termuda, karena masuk SH setelah pak Nyono dan mas Irsyad sudah jadi murid pak Hardjo. Pak Hasan berguru ke pak Hardjo setelah tamat berguru di Cempaka Putih. Sampai wafatnya Pak Hasan tercatat sebagai ketua SH Pemuda Sport Club yg ditunjuk oleh pak Hardjo Oetomo. Pak Hasan tidak tahu-menahu tentang PJL, jurus kawak, dst. Beliau tetap ngugemi dawuh gurunya (pak Hardjo) untuk ngesuhi SH PSC sampai akhir hayatnya. Beliau menghornati Terate yang didirikan saudara-saudaranya dari PSC. Demikian yang saya ketahui dari dawuh bapak langsung sebelum beliau wafat, dan titip pada kami siswa-siswanya untuk melestarikan wejangan-wejangan eyang Hardjo Oetomo dan menyempurnakannya sejauh diridhoi Allah. Salam.



~ Sejarah Tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate ~



32