123dok Analisis Geologi Daerah Karawang Melalui Pengukuran Geolistrik PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pada umumnya air tanah terbentuk karena air permukaan mengalami peresapan ke dalam tanah. Penyebaran air tanah tidak hanya secara vertical, untuk mengetahui penyebaran secara horizontal dapat diketahui melalui penyebaran formasi geologi yang bertindak sebagai akuifer. Akuifer merupakan lapisan pembawa air (lapisan permeable) yaitu batuan yang mempunyai susunan butiran sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup di bawah permukaan. Sebaliknya lapisan yang kedap air (lapisan impermeable) atau aquielud adalah batuan yang dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang cukup. Sedangkan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air disebut aquifug. Lapisan pembawa air tanah sangat dipengaruhi oleh sifat batuan terutama porositas yaitu persentase jumlah volume pori-pori ruangan yang diberikan dalam volume total batuan, juga tingkat kelolosan batuannya yaitu kemampuan batuan untuk meloloskan air. Lempung mempunyai porositas paling besar yaitu 50-60 % tetapi kemampuan meloloskan air kecil, sebaliknya pasir halus meskipun mempunyai porositas sekitar 5-25 % namun mampu meloloskan air dalam jumlah yang cukup besar ( Lonawarta, 1991).



2



Dalam usaha untuk mendapatkan susunan mengenai lapisan bumi, kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah haruslah dilakukan agar dapat diketahui ada atau tidaknya lapisan pembawa air (akuifer), ketebalan dan kadalamannya. Meskipun air tanah tidak dapat secara langsung diamati melalui permukaan bumi, penyelidikan permukaan tanah merupakan awal penyelidikan yang cukup penting, paling tidak dapat memberi gambaran mengenai lokasi keberadaan air tanah tersebut. Banyak metode yang dilakukan salah satunya dengan metode konfigurasi Schlumberger (Bisri, 1991). Penelitian geolistrik ini dimaksudkan untuk menngetahui sistem air tanah di daerah Kab. Prinhsewu. Penelitian geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa keberadaan material di bawah permukaan akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan jenis lebih rendah daripada batuan mineral (Azhar, dan Handayani., 2003). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, Kabupaten ini terletak 37 Km sebelah barat Bandar Lampung, ibu kota Provinsi. Kabupaten Pringsewu mempunyai sumber daya alam bahan tambang yang cukup potensial. Terdapat beberapa jenis bahan galian seperti Mangan, Bentonit, Marmer, Biji besi, Silika, Biorit, dan Andesit yang tersebar di beberapa lokasi, termasuk potensi sumber air mineral di Kecamatan Ambarawa yakni air karawang yang sudah terkenal di seluruh Provinsi Lampung. Kecamatan Ambarawa merupakan daerah perbukitan, yang mana daerah tersebut merupakan daerah penghasil air mineral.



3



B. Tujuan Penellitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah, (1) Menganalisa sistem air tanah yang terdapat di bukit Karawang, dan (2) Membuat model bawah permukaan potensi air tanah berdasarkan hasil pengukuran Geolistrik.



C. Manfaat Penelitian Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah, (1) Mendapatkan model geologi sistem air tanah di daerah penelitian, dan (2) Sebagai upaya preventif yang dapat dilakukan guna menjaga keseimbangan ketersediaan air tanah seiring semakin tingginya penggunaan untuk berbagai kepentingan.



D. Batasan Masalah Untuk keberadaan sistem air tanah di Karawang, kajian di batasi pada, (1) Analisis memanfaatkan data hasil pengukuran geolistrik di pekon Kabupaten Pringsewu. (2) Pengolahan data memanfaatkan program IP2WIn. Dan (3) interprestasi model dikorelasikan dari beberapa data sumur bor dangkal yang ada di daerah penelitian. (4) Data sekunder Wenner dan data primer Schlumberger.



II. TINJAUAN PUSTAKA



A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Tanggamus. Peta dasar berskala 1:250.000 lembar ini, disusun berdasarkan peta “US Army Map Service” (AMS).



Gambar 1. Peta lembar Kota Agung (Amin dkk., 1994)



A.1. Fisiografi Daerah penelitian termasuk pada Lembar Kotaagung dimana lembar ini dapat dibagi menjadi lima satuan morfologi yang mencerminkan keadaan geologinya.



5



Dataran rendah sepanjang tepian bagian barat, pegunungan dan perbukitan dibagian barat, tengah dan bagian timur laut, perbukitan bergelombang menempati sebagian besar daerah ini, dataran tinggi dan kerucut gunungapi (Gambar 2). Daerah perbukitan bergelombang menempati 70% lembar, terdiri dari sedimen tersier, gunungapi kuarter, batuan terobosan dan sedikit batuan malihan dengan ketinggian beberapa puluh sampai 750m diatas muka laut. Pada daerah penelitian banyak memilik daerah perbukitan dan dataran rendah, sehingga di daerah tersebut berpotensi memiliki akuifer yang bagus.



Gambar 2. Satuan morfologi lembar Kotaagung (Amin dkk, 1994)



B. Tektonika Lembar Kotaagung terletak ditepi barat daya daratan Sunda, sebagai pengembangan daratan Asia Tenggara dari lempeng Eurasia dan dan merupakan bagian dari Busur Sunda. Kerak samudra yang mengalasi samudra India dan bagian dari lempeng India-Australia sekarang menunjam miring sepanjang Parit Sunda di lepas pantai barat Surnatera.



6



C. Jenis Batuan Sekitar Daerah Penelitian Geologi daerah penelitian secara umum terdiri dari batuan urutan kuarter. Jenis- jenis satuan batuan yang ada di daerah penelitian adalah sebagai berikut: a. Formasi Lampung (Qtl) yang terdiri dari Tuf berbatuapung, batupasir Tuf. b. Komplek Gunung Kasih (Pzg) yang terdiri dari sekis, kuarsit, batu pualam, dan migmatit. c. Formasi Menanga (Km) yang terdiri dari serpihan gampingan, batu lempung dan batu pasir, dengan sisipan rijang dan batu gamping. d. Formasi Aluvium (Qa) yang terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. e. Formasi Gunung Api Quarter yang terdiri dari breksi, lava, dan tuf bersusunan andesit-basal. Daerah peneltian berada pada Lembar Kotaagung seperti pada gambar berikut.



Gambar 3. Peta daerah penelitian ( Amin dkk,1994 ).



7



Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian dominan memiliki jenis batuan Qtl. Di daerah Karawang terjadi perbedaan yang cukup dominan diantara satu tempat dengan tempat lainnya, dimana air disekitar daera tersebut berbeda dengan air di daerah lain.



D. Air Tanah Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah. Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis. Sumber air tanah berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, air danau) yang meresap ke dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan yang selanjutnya mengalir menuju daerah lepasan. Air yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah. Sebagian menguap lagi ke atmosfer dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum ada hujan. Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos kebawah sampai zona dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air dalam zona saturasi ( zone of saturation ) ini dinamakan air tanah (ground water). Batas atas zona ini disebut muka air tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zona aerasi (zona of aeration). Muka air tanah umumnya tidak horisontal, tetapi lebih kurang mengikuti permukaan topografi diatasnya. Daerah dimana air hujan meresap kebawah (precipitation) sampai zona saturasi dinamakan daerah rembesan (recharge area),



8



dan daerah tempat air tanah keluar dinamakan discharge area. Pada daerah penelitian potensi air tanah cukup memungkinkan, dikarenakan di daerah tersebut memiliki banyak sekali perbukitan, yang mana daerah tersebut terdapat daerah rembesan yang cukup tinggi.



Gambar 4. Model penampang air bawah permukaan (Wuryantoro, 2007).



D.1. Sumber air tanah Air tanah berasal dari bermacam sumber.



Air tanah yang berasal dari



peresapan air permukaan disebut air meteoric (meteoric water). Selain berasal dari air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada waktu pembentukan batuan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate water). Pada daerah penelitian, Air tanah di temukan pada kedalaman rata-rata 10–20 meter. Sehingga masyarakat sekitar dapat memanfaatkan air tanah tersebut dengan mudah, terutama di daerah Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Daerah penelitian



9



ini memiliki keadaan yang berbukit-bukit, material penyusunnya merupakan material-material yang memiliki permeabilitas yang cukup tinggi. Berdasarkan material penyusunnya, maka air tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: (1) material lepas (unconsolidated materials), (2) material kompak (consolidated materials). Kira–kira 90 % air tanah terdapat pada material lepas misalnya pasir, kerikil, campuran pasir dan kerikil, dan sebagainya.



D.2. Akuifer Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: 1. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer) Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured).



Lapisan



pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zona yang jenuh dengan air tanah dan zona yang aerosi (tak jenuh) di atas zona yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer. 2. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang mengalir berada pada lapisan pembatasnya, karena



10



confined aquifer merupakan aquifer jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya. 3. Akuifer bocor (Leakage Aquifer) Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang. 4. Akuifer melayang (Perched Aquifer) Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zona aerosi terbentuk sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang besar. Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan berpengaruh terhadap akuifer, kedalaman, ketebalan akuifer, serta kedudukan air tanah.



Jenis dan umur



batuan juga berpengaruh terhadap daya hantar listrik, dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada mulanya air memasuki akuifer melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih tinggi daripada daerah buangan (discharge area). Daerah tangkapan biasanya terletak di pegunungan dan daerah buangan terletak di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir kebawah karena pengaruh gaya gravitasi melalui pori-pori aquifer.



Air yang berada dibagian bawah



akuifer mendapat tekanan yang besar oleh berat air diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer terisolasi oleh akiklud di atas dan di bawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Jika sumur dibor



11



hingga confined aquifer, maka air akan memancar ke atas melawan gaya gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah.



Sumur yang airnya



memancar keatas karena tekanannya sendiri disebut sumur artesis (Gambar 5).



Gambar 5. akuifer-akuifer (confine) dan (unconfined) sistem artesis dan permukaan piezometrik (Wuryantoro, 2007).



E. Hidrologi Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: 1.



Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,dsb. Kemudian air akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,



12



permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. 2. Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. 3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.



13



Gambar 6. Proses dari siklus hidrologi di bumi (Anonim, 2012).



III. TEORI DASAR



A. Konsep Umum Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat pengijeksian arus ke dalam bumi (Kanata,dan Zubaidah., 2008). Azhar dan Handayani (2004) telah melakukan pemodelan berskala laboratorium untuk mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger, dengan dasar pemikiran metode tahanan jenis telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ekplorasi lapisan dangkal. Metoda tahanan jenis merupakan metode geofisika yang dipakai untuk pengukuran tahanan jenis semu suatu medium. Pengukuran dengan konfigurasi schlumberger ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (titik sounding). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda, dikenal beberapa jenis konfigurasi resistivitas yaitu: (1) Konfigurasi Wenner, (2) Konfigurasi Schlumberger, (3)



15



Konfigurasi dipole-dipole, dan lain-lain. Masing-masing konfigurasi elektroda di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengukuran harus terlebih dahulu diketahui dengan jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang cocok dan efisien untuk digunakan.



B. Potensial Arus di permukaan Apabila terdapat dua Elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti gambar 11, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut.



Gambar 7. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis dengan tahanan jenis ρ (Bahri, 2005)



Potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 adalah (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) :



(1)



Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada titik P2 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis,



16



(2) Sehingga potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah,



(3)



Gambar 8. Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda arus dengan polaritas berlawanan (Bahri, 2005)



Dengan cara yang sama, potensial pada P2 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah,



(4)



Akhirnya, beda potensial antara P1 dan P2 dapat ditulis sebagai,



(5)



Dari besarnya arus dan beda potensial yang terukur maka nilai resitivitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :



(6)



17



Dengan k adalah factor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan.



Gambar 9. Bentuk susunan elektroda pada survey geolistrik tahanan jenis (Bahri, 2005)



Gambar 9 memperlihatkan elektroda yang digunakan pada penelitian ini dengan factor geometri dengan K 



2 1 1 1   1       AM BM AN BN 







2  1 1 1 1         y  x   y  x   y  x   y  x 



dimana AB/2= y dan MN/2= x, karena y >> x, maka K 



 2x



y



2







 x 2 , sehingga,



  Ab / 22 MN  K    ................................................................................ (7) 4   MN   AB / 22 MN  V sehingga,       4  I  MN







  AB  MN 2  V  4 



MN



 ................ (8)  I



(Soengkono, dan Hochstein., 1997) Resistivitymeter biasanya memberikan nilai resistansi R = V/I sehingga nilai resistivitas dapat dihitung dengan persamaan (6).



Gambar 10. Bentuk konfigurasi yang digunakan pada penelitian ini (Bahri, 2005)



18



C. Sifat Listrik dalam Batuan Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.



C.1. Konduksi secara elektronik Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektronelektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik,begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri. Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:



(9)



Gambar 11. Silinder konduktor



19



Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan : (10) Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ) (11) Namun banyak orang menggunakan sifat konduktifitas (σ) batuan yang merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m (12)



Di mana J adalah rapat arus (ampere/m 2 ) dan E adalah medan listrik (volt/m).



C.2. Konduksi secara elektrolitik Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.



20



Menurut rumus Archie : (13) di mana ρ e adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang berisi air, dan ρ w adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. M disebut juga faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama, schlumberger menyarankan n = 2.



C.3.Konduksi secara dielektrik Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi.



D. Resistivitas Batuan Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar pada 10−8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang bervariasi pula. Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari 1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni). Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas kurang dari 10-8 Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107 Ωm. Dan diantara keduanya adalah bahan semikonduktor.



21



Secara umum berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :  Konduktor baik



: 10-8 < ρ < 1 Ωm



 Konduktor pertengahan



: 1 < ρ < 107 Ωm



 Isolator



: ρ > 107 Ωm



Air tanah secara umum berisi campuran terlarut yang dapat menambah kemampuannya untuk menghantar listrik, meskipun air tanah bukan konduktor yang baik Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai berikut:



Tabel 1. Variasi Material Bumi (Batuan) (Telford, 1974).



Bahan Udara Pirit Galena Kwarsa Kalsit Batuan Garam Mika Basalt Batuan Gamping Batuan Pasir Batuan Serpih Dolomit Pasir Lempung Air Tanah Air Laut



Resistivitas (Ωm) ~ 3x10-1 2x10-3 4x1010 s.d. 2x10-14 1x1012 s.d. 1x1013 30 s.d 1x1013 9x1012 s.d. 1x1014 10 s.d. 1x107 50 s.d. 1x107 1 s.d. 1x108 20 s.d 1x103 102 s.d. 104 1 s.d. 103 1 s.d. 102 0,5 s.d 3x102 0,2



22



E. Permeabilitas dan Porositas Keadaan material bawah tanah sangat mempengaruhi aliran dan jumlah air tanah. Jumlah air tanah yang dapat disimpan dalam batuan dasar, sedimen dan tanah



sangat



bergantung



pada



permeabilitas.



Permeabilitas



merupakan



kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Air tanah mengalir melewati rongga-rongga yang kecil, semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal.



Kejadian semacam ini terjadi pada lempung.



Secara



kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus. Rumus Fair dan Hatch (1933) dapat dipandang sebagai sumbangan yang khas. Perumusan tersebut adalah sebagai berikut:



x



1  1  n 2  3  n



  p    m  100 d m   2



(14)



dimana x adalah permeabilitas spesifik, m adalah faktor pemadatan ≅5, θ adalah faktor bentuk pasir (6 untuk butiran berbentuk bola dan 7,7 untuk butiran bersudut), n adalah porositas, P adalah persentase pasir yang ditahan antara dua ayakan yang berdekatan (%), dan dm adalah rata-rata geometrik ukuran dua ayakan yang berdekatan (m). Porositas juga sangat berpengaruh pada aliran dan jumlah air tanah. Porositas adalah jumlah atau persentase pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen. Porositas dapat di bagi menjadi dua yaitu porositas primer dan porositas



23



sekunder. Porositas primer adalah porositas yang ada sewaktu bahan tersebut terbentuk sedangkan porositas sekunder dihasilkan oleh retakan-retakan dan alur yang terurai. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klastik dan bahan butiran lainnya. Pori berukuran kapiler dan membawa air yang disebut air pori. Aliran melalui pori adalah laminer. Kapasitas penyimpanan atau cadangan air suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang merupakan perbandingan volume rongga (Vv) dengan volume total batuan (V ), yang dirumuskan sebagai berikut:



n



vv x100% v



(15)



dimana n adalah porositas (%), VV adalah volume rongga (cm3), dan V adalah volume total batuan (gas, cair, dan padat (cm3). Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan dalam bentuk %. Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas berkisar antara 25% sampai 75% sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock) berkisar antara 0 sampai 10%. Material dengan diameter kecil mempunyai porositas besar, hal ini dapat dilihat dari diameter butiran material.



Porositas pada material



seragam lebih besar dibandingkan material beragam (well graded material). Lempung mempunyai kerapatan porositas yang tinggi sehingga tidak dapat meloloskan air, batuan yang mempunyai porositas antara 5 – 20 % adalah batuan yang dapat meloloskan air dan air yang melewatinya dapat ditampung.



24



F.



Kelistrikan Dalam mempelajari metode geolistrik, sebaiknya disinggung terlebih dahulu



hukum-hukum kelistrikan yang berlaku. Oleh karena itu, akan dijelaskan dasardasar kelistrikan yang berlaku secara umum. Salah satu sifat muatan listrik adalah adanya dua jenis muatan yang menurut perjanjiannya diberi nama muatan positif dan muatan negatif. Interaksi antara kedua muatan adalah sebagai berikut: dua muatan yang sejenis (kedua-duanya positif atau negatif) saling tolak-menolak, sedangkan dua muatan yang tidak sejenis akan saling tarik-menarik. F.1. Hukum Couloumb Dalam mempelajari metode tahanan jenis, sebaiknya disinggung terlebih dahulu hukum-hukum kelistrikan yang berlaku.



Salah satu sifat yang terjadi



antara dua buah muatan listrik adalah interaksi muatan tersebut. Besarnya gaya interaksi antara dua muatan listrik telah diselidiki oleh Charles Augustin de Couloumb menghasilkan:  F



Qq rˆ 4 0 r 2 1



(16)



 dengan F adalah vektor gaya Couloumb, Q adalah muatan sumber, q adalah muatan uji, r adalah Jarak antara kedua muatan, dan  0 adalah konstanta pemitivitas ruang hampa.



F.2. Medan Listrik Tinjau suatu ruang tertentu yang mula-mula tidak ada muatan di dalamnya, kemudian ke dalam ruangan tersebut dimasukkan muatan q, yang dinamakan muatan uji dan muatan tersebut tidak mengalami gaya apa-apa.



Sekarang



percobaan diulangi, tetapi di dalam ruangan tersebut diletakkan muatan Q, yang



25



dinamakan muatan sumber. Sekarang muatan uji q dimasukkan kembali ke dalam ruangan tersebut, maka padanya akan bekerja suatu gaya yang disebut gaya Couloumb, dan keadaan ini dikatakan bahwa ruangan tersebut mempunyai medan listrik. Medan listrik q yang ditimbulkan oleh muatan sumber Q adalah,



  F 1 Q rˆ E  q 4 0 r 2



(17)



Medan listrik merupakan besaran vektor yang besarnya dapat dihitung dari persamaan tersebut, sedangkan arahnya jika muatan Q positif maka arah medan listrik meninggalkan sumber, kebalikannya bila muatan sumber Q negatif maka arah medan listriknya menuju sumber.



F.3. Potensial Listrik Energi potensial listrik suatu muatan didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan tersebut dari titik tak berhingga ke titik muatan tersebut berada. r   U   F .dr  



Qq 4 0 r 1



(18)



Sedangkan potensial listrik (V) sendiri didefinisikan sebagai energi potensial persatuan muatan uji.



  V   E.dr  r







Q 4 0 r 1



(19)



26



F.4. Hukum Ohm Hukum Ohm memberikan gambaran hubungan antara besarnya potensial listrik (V), kuat arus (I), dan besarnya tahan jenis atau penghantar R, yang dapat dituliskan sebagai, V  RI



(20)



  Sekarang tinjau hubungan antara rapat arus J  , medan listrik E , dan potensial



  listrik V  , dalam notasi skalar V  r  E sehingga, I



V r   E R R



(21)



rapat arus,  J



r  E R A



besaran



(22)



r merupakan besaran yang menunjukkan karakteristik suatu bahan R A



penghantar.



Besaran ini adalah besaran skalar yang biasa disebut sebagai



konduktivitas listrik bahan.







r R A



(23)



Satuannya adalah 1/Ohm meter. Kebalikan dari konduktivitas adalah resistivitas atau biasa disebut dengan tahana jenis bahan.







1











R A r



(24)



dengan satuan Ohm meter, maka dapat dituliskan sebagai berikut,



  1  J  E  E







Atau,



(25)



27



  E  J



(26)



persamaan ini dikenal sebagai hukum Ohm. Berdasarkan hukum Ohm, hubungan   antara kerapatan arus listrik J dengan medan listrik E , dan konduktivitas



medium  yang dinyatakan sebagai:   J  E



(27)



 Untuk medan listrik E adalah medan konservatif, maka dapat dinyatakan dalam bentuk gradien potensial V sebagai,  E  V



(28)



 sehingga rapat arus listrik J dapat dinyatakan oleh,  J  V



(29)



apabila tidak terdapat sumber muatan yang terakumulasi pada daerah regional, maka,   V   2V  0



(30)



untuk medium homogen isotropis, maka  adalah konstanta skalar dalam ruang vector, sehingga persamaan (30) menjadi,  2V  0



(31)



karena simetri bola, potensial hanya sebagai fungsi jarak r dari sumber, selanjutnya persamaan dapat dinyatakan sebagai, d  2 dV  r 0 dr  dr 



(32)



Atau,



d 2V 2 dV  0 dr 2 r dr



(33)



28



penyelesaian persamaan tersebut dapat dilakukan dengan integral atau dengan persamaan diferensial. Dengan mengintegralkan dua kali kita peroleh, V 



A B r



(34)



dimana A dan B adalah konstanta integral yang nilainya bergantung pada syarat batas. Oleh karena itu V = 0 pada r   maka diperoleh B = 0, jadi potensial listrik mempunyai nilai berbanding terbalik dengan jarak dari titik sumber.



G. Konsep Resistivitas Semu Pada metode resistivitas ini diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung pada ekektroda. Pada kenyataannya, bumi ini terdiri dari lapisan-lapisan dengan  yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. Resistivitas semu ini dirumuskan dengan persamaan,



a  K



V I



(35)



dimana  a adalah resisitivitas semu (Ohm meter), K adalah faktor geometri, V adalah beda potensial (Volt), dan I adalah kuat arus (Ampere).



Pada kenyataannya, bumi merupakan medium berlapis dengan masingmasing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau, seperti gambar 3.5.



Medium berlapis yang



29



ditinjau terdiri dari dua lapisan dengan resistivitas berbeda (ρ1 dan ρ2) dianggap medium satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas, yaitu resistivitas semu ρa dengan konduktansi masing-masing lapisan,  a   1   2



ρ1 ρa ρ2



Gambar 12. Konsep resistivitas semu pada medium berlapis (Bahri, 2005).



H. Geolistrik Tahanan Jenis Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode geofisika, prinsip kerja metode ini adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan) (Wuryantoro, 2007). Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik, metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering digunakan. Metode ini pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial (Reynold, 1997).



30



Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah titik ukur (sounding point). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole Sounding. Metode ini lebih efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, karena jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, maka seharusnya resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung atas spasi elektroda, namun pada kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda- beda sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, tetapi beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.



IV. METODOLOGI PENELITIAN



A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012, bertempat di daerah Karawang, Kecamatan Ambarawa, Kab. Pringsewu. Sedangkan pengolahan dan interpretasi data dilakukan di Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.



B. Peralatan Penelitian Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Resistivity meter, (2) Dua buah elektroda potensial, (3) Dua buah elektroda arus, (4) Dua gulung kabel (elektroda arus), (5) Dua gulung kabel (elektroda potensial), (6) Dua buah palu untuk menanamkan elektroda, (7) Baterai kering (Accu) 24 volt, (8) 1 buah GPS Garmin, (9) 3 buah HT (Handie Talkie), (10) Alat tulis (pensil dan buku catatan), (11) Komputer, (12) Peta geologi Lembar Kotaagung,



32



C. Pengamatan Geologi dan Pendugaan Geolistrik Penelitian sistem air tanah yang terbentuk di daerah karawang dilakukan melalui pendugaan geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger dan Wenner. Pada konfigurasi Schlumberger ini elektroda-elektroda potensial diam pada suatu tempat pada garis sentral AB, sedangkan elektroda-elektroda arus digerakkan secara simetri keluar dalam langkah-langkah tertentu dan sama.



Pemilihan



konfigurasi ini didasarkan atas prinsip kemudahan baik dalam pengambilan data maupun dalam analisisnya.



C.1. Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan dengan tujuan : 1).Mengamati berbagai variasi material permukaan, 2).Mengkaji



sisipan-sisipan



material



tertentu



dan



kaitannya



dengan



pembentukan lapisan geologi.



C.2. Pendugaan Geolistrik Telaah geologi bawah permukaan dan kemungkinan keberadaan akuifer dulakukan melalui pendugaan Geolistrik. Teknik yang digunakan adalah pengukuran 1D yang bertujuan untuk mendapatkan perubahan nilai Rho terhadap keadaan pada banyak titik amat. C.2.1. Teknik Pengambilan Data a). Konfigurasi Schlumberger. Banyak metode Geolistrik yang digunakan dalam menentukan akuifer, namun yang lebih sering digunakan adalah metode schlumberger. Dimana metode ini lebih efektif digunakan karena metode ini tidak terlalu sulit untuk digunakan.



33



b). Konfigurasi Wenner. Dalam metode Wenner memang tidak terlalu sulit, namun kebanyakan setiap penentuan akuifer kurang berpengaruh, dikarenakan metode ini lebih cocok untuk mengetahui keadaan geologi bawah permukaan. c). (Azhar, dan Handayani., 2004) Konfigurasi Wenner-Schlumberger, dipilih dengan dasar pemikiran metode tahanan jenis telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ekplorasi lapisan dangkal. Dengan metode ini kita dapat dengan mudah menentukan air tanah. C.2.2. Pengolahan Data Untuk mendapatkan nilai dan ketebalan perlapisan dilakukan melalui pemodelan



menggunakan



Program



IP2Win.



Dengan



metode



ini



pemodelan bawah permukaan lebih mudah ditentukan, karena pada pemodelan ini yang digunakan adalah nilai Rho dari setiap lapisan. Sehingga dapat ditentukan letak akuifernya. Pengolahan data ini dipilih agar dalam penentuan akuifer lebih meyakinkan. C.2.3. Penafsiran Dari penenelitian yang telah dilakukan di daerah karawang, dapat dipastikan di daerah penelitian terdapat air tanah, dimana setelah dilakukan pengamatan tentang keberadaan sumur permukaan milik warga.



34



D. Cara Kerja Data yang diperlukan unruk menentukan sistem air tanah yang terdapat di bukit Karawang meliputi: a. Pada Konfigurasi Schlumberger jarak antara dua elektron (AB/2) adalah 300m-400m. b. Pada konfigurasi wenner sebelumnya digunakan jarak antara kedua elektron (AB/2) adalah 225m.



D.1. Metode Analisis dan Interpretasi Data Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software IP2Win. Software IP2Win Merupakan program yang dibuat untuk menghitung serta menggambarkan harga resistivitas dari hasil perhitungan di lapangan. Dengan memasukkan data yang ada yaitu nilai arus dan beda potensial, kita bisa langsung melihat harga resistivitanya, kemudian dilihat grafiknya dan diusahakan diperoleh model yang bagus yaitu dengan nilai besaran yang sangat kecil, hal ini dapat terlihat dengan grafik yang halus.



35



E. Diagram Alir Penelitian Mulai



Pengambilan Data konfigurasi wennerSchlumberger



Data Lapangan ΔV, I, K



Pengolahan Data



Pemodelan 2D



Interpretasi dan Analisis



Kesimpulan



Selesai Gambar 13. Diagram alir penelitian.



Informasi geologi



48



VI. SIMPULAN DAN SARAN



A. Simpulan Setelah dilakukan akusisi data di lapangan dan dengan hasil pengamatan sumur bor di daerah sekitar, dilengkapi dengan hasil pengolahan dalam bentuk 3D dan 2D, dapat ditarik kesimpulan bahwa. Daerah penelitian yang memiliki lapisan akuifer dengan ketebalan antara 10-15 meter dan kedalaman antara 30-60 meter. B. Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, peneliti menyarankan untuk, Memperlebar jarak AB/2 agar didapatkan informasi keberadaan akuifer dalam. Sedangkan untuk pemanfaatan air tanah di akuifer dangkal dapat lakukan pengeboran di titik S60.



ANALISIS AKUIFER AIR TANAH DAERAH KARAWANG BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (Skripsi)



Oleh RIDO SETIAWAN



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013



ANALISIS AKUIFER AIR TANAH DAERAH KARAWANG BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS



Oleh RIDO SETIAWAN



Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung



FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013



MENGESAHKAN



1. Tim Penguji Ketua



: Prof. Drs. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D. ____________



Sekretaris



: Rustadi, S.Si., M.T.



____________



Penguji Bukan Pembimbing : Dr. Ahmad Zaenudin, M.T.



2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam



Prof. Suharso, Ph.D. NIP. 19690530 199512 1 001



Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 28 Desember 2012



____________



PERNYATAAN



Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri. Apabila pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia dikenai sangsi sesuai dengan hukum yang berlaku.



Bandar Lampung, Januari 2013



Rido Setiawan NPM. 0617041065



Judul skripsi



: ANALISIS AKUIFER AIR TANAH DAERAH KARAWANG BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS



Nama Mahasiswa



: Rido Setiawan



NPM



: 0617041065



Jurusan



: Fisika



Fakultas



: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam



MENYETUJUI 1. KOMISI PEMBIMBING



Prof. Drs. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D. NIP. 196207171987031002



Rustadi, S.Si., M.T. NIP. 197205111997031002



2. KETUA JURUSAN FISIKA



Dr. Yanti Yulianti, M.Si. NIP. 19751219 200012 2 003



ABSTRACT REGIONAL GEOLOGICAL ANALYSIS THROUGH MEASUREMENT KARAWANG GEOELECTRIC



BY RIDO SETIAWAN Aquifer is a water bearing layer (layer permeable) the arrangement of rocks that have grains in such a way that it can drain enough water beneath the surface. The research was conducted in the District Pringsewu, District Ambarawa. Data processing is performed at the Geophysical Laboratory of the University of Lampung using Software IP2Win and CorelDraw. From the processing of the data obtained in the form of 3D modeling and 2D. From the results of the 3D and 2D data processing can be concluded that the study area is a rocky area with aquifer levels are so small.



Keywords: Karawang Water, geological, geoelectric, aquifers.



ABSTRAK ANALISIS GEOLOGI DAERAH KARAWANG MELALUI PENGUKURAN GEOLISTRIK



Oleh RIDO SETIAWAN Akuifer merupakan lapisan pembawa air (lapisan permeable) yaitu batuan yang mempunyai susunan butiran sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup di bawah permukaan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Ambarawa. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Geofisika Universitas Lampung menggunakan Software IP2Win dan CorelDraw. Dari hasil pengolahan data didapatkan pemodelan dalam bentuk 3D dan 2D. Dari hasil pengolahan data 3D dan 2D dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian merupakan daerah berbatuan dengan tingkat akuifer yang begitu kecil. Kata kunci : Air Karawang, geologi, geolistrik, akuifer.



RIWAYAT HIDUP



Penulis dilahirkan di Kecamatan Bukit kemuning, Kabupaten Lampung utara, Provinsi Lampung pada tanggal 09 November 1988. Penulis



merupakan



putera



sulung



dari



2



bersaudara pasangan Bapak Satiri dan Ibu Novi susiana. S.Pd. Penulis pertama kali mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 5 Bukit kemuning dan menyelesaikannya pada tahun 2000, setelah itu dilanjutkan ke jenjang lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Bukit kemuning diselesaikan pada tahun 2003, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bukit kemuning tahun 2006.



Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai



mahasiswa Jurusan Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).



Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif di berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, diantaranya adalah Kepala Biro HIMAFI FMIPA Universitas Lampung periode 2008-2009, panitia Seminar Nasional dan



Workshop Geofisika Universitas Lampung tahun 2008 dan 2009, peserta Seminar Nasional dan Workshop Geofisika Universitas Lampung tahun 2010. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum untuk Mata Kuliah Fisika Dasar. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan survei dan akuisisi data lapangan untuk metode geofisika, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di BMKG Kotabumi. Selain itu, penulis juga pernah melaksanakan penelitian untuk Tugas Akhir di Kecamatan Ambarawa Kab. Pringsewu tentang air tanah dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electrical Sounding (VES) tahun 2012.



MOTTO



Jadikanlah hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin, dan jadikanlah hari esok lebih baik dari hari ini. Janganlah kau meniru yang terbaik dari orang lain, tetapi jadikanlah dirimu labih baik dari orang tersebut. Sabar dan rendah hati merupakan kunci dari kesuksesan. “Ilmu yang berguna adalah Ilmu yang bermanfaat bagI orang laIn” Sayangi orang tua mu,, Karena sayangnya allah S.W.T ada pada sayang nya kedua orang tua mu..



PERSEMBAHAN



Dengan ketulusan dan kerendahan hati, skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orangtua ku yaitu, Bapak Satiri dan Ibu Novi Susiana yang telah memberi dan mengawasi ku serta selalu mengingatkan ku dalam bentuk apapun sehingga aku dapat menyelesaikan pendidikan ku ini. Untuk adik ku Irma Yuliani, Siti Willi yana, Nur Baitinah dan Salma raniah yang sangat aku cintai,,, untuk paman dan bibi ku, om Ujang dan ce’Evi yang selalu member dukungan moril maupun materi, dan untuk seluruh keluarga ku tercinta.



Untuk teman-teman seperjuanganku di Fisika yang telah memberi sensasi dalam pergaulan di kampus, untuk semua kakak tingkat serta adik tingkat jurusan fisika, terimakasih untuk semuanya. Dan tidak lupa pula yang nyangkut di hati ku yaitu Susi Erviana yang selalu menyemangati ku….



Serta untuk almamater ku tercinta, UNIVERSITAS LAMPUNG.



SANWACANA



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan kasih sayang dari Allah di dunia dan di akhirat. Shalawat serta salam semoga senantiasa kita sanjungkan kepada referensi terbaik umat Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan Insya Allah juga tercurah kepada kita semua selaku umat islam. Skripsi ini berjudul, “ANALISIS AKUIFER AIR TANAH DAERAH KARAWANG BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS”.



Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains di Jurusan Fisika FMIPA Unila. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak hal dan ilmu, serta guru spiritual untuk penulis selama menjadi mahasiswa. 2. Bapak Rustadi, M.T. selaku pembimbing II yang banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi dan terima kasih atas ilmu lapangan yang telah diberikan selama ini.



3. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, M.T. selaku penguji yang telah banyak memberikan kritik, saran, dan koreksi yang berharga selama penulisan skripsi. 4. Bapak Arif Surtono, M.Si. M.Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah memotivasi penulis. 5. Ibu Dr. Yanti Yulianti, MSi selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unila, dan seluruh dosen fisika FMIPA. 6. Bapak (Satiri.), Ibu (Novi Susiana), serta adik-adikku (Irma yuliani, Siti williyana, Nur Baitinah dan Salma Raniah) yang aku sayangi. 7. Untuk Paman dan bibi ku yang selalu me nyemangatiku ( Ujang williyandi dan Ce’Evi). 8. Seluruh mahasiwa Jurusan Fisika FMIPA Unila dari angkatan 2003-2010 dan Komunitas Taman Baca Fisika (TBF Community). Teman-teman terbaikku di Geofisika 2006. Untuk Handoyo, S.Si., Rijal A.W., S.Si., mas David terima kasih atas nasihat-nasihat kakak selama ini. Untuk Ajo Dian Yusandika, S.Si., Ahmad Nugroho S.Si, Dwi Arso S.Si, Johan Wahyudi, Dinda Desmala, S.Si., Sartika, S.Si., Poppy Sandy, S.Si., Fitri Medalena, Dina Septi Anggraini S.Si dan seluruh teman-teman fisika angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih kalian telah menjadi sahabat-sahabat terbaikku dan bersama-sama berjuang di fisika. Untuk adik-adikku di fisika, Novia Puspasari, Fitri Anggraini, Zaitun, Riza Amelia, Fitri Afriani, Ilfa Yuni Arta, Firda Aziza, Febriandi Hasibuan, dan Rifqi Almusawi R., tetap berjuang di fisika dan jangan pernah menyerah.



Untuk, Pak Kasdino, Mas Ahmad, Mas Salam, terima kasih atas bantuan yang telah banyak diberikan selama ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.



Mudah-mudahan kritik dan saran dari berbagai pihak tetap menjadi bagian dalam diri dan keseharian penulis agar senantiasa terpelihara dari sifat sombong dan tinggi hati. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.



Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,



Rido Setiawan