1.2.5 Problematika Umat Edit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROBLEMATIKA UMAT Tujuan pembelajaran: 1. 2. 3. 4.



Mengetahui potensi umat Islam yang dapat dikembangkan Mengetahui kondisi riil umat Islam saat ini Mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Mengetahui solusi dari problematika umat saat ini



Pokok pembelajaran: 1. 2. 3. 4.



Masa-masa kejayaan Islam dan keruntuhannya Akar permasalahan umat: faktor internal dan eksternal Solusi mengatasi problematika umat Kemenangan Islam adalah janji Allah



Sejenak Merenung Pada zaman sekarang ini, kebanggaan yang dapat ditampilkan bagi umat Islam saat ini masih sangat sedikit sekali. Komplek sekali problematika umat islam yang terjadi di dunia. Negara Arab yang kaya dengan minyak misalnya, masih belum bisa dioptimakan dan masih dikuasai oleh negara-negara barat. Dibidang ekonomi, aampai sekarang sistem yang dipakai tetap kapitalisme, akibatnya negara-negara Muslim yang memang sudah miskin semakin miskin saja dengan kapitalisme yang dibanggakan Amerika. Sistem perekonomian Islam yang menjanjikan keadilan itu tidak mencul sama sekali. Padahal beberapa abad sistem ini dipakai dan pernah terbukti keampuhannya. Sistem bank konvensional (riba) masih menjadi pilihan utama masyarakat dunia. Belum lagi dengan kemiskinan negara-negara Muslim yang menyebabkan mereka harus berhutang pada negara-negara kapitalis. Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan PBB sebagai tunggangannya praktis menguasai seluruh negara didunia tidak terkecuali negara Muslim. Dengan kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi, secara politis Amerika telah menjadi polisi dunia. Begitu pula kelompokkelompok pertahanan dan plitik seperti NATO yang lumayan represif terhadap Islam. Dipentas dunia, negara-negara Muslim sendiri tidak punya kekuatan jika dibanding mereka. Organisasi negara-negara Islam seperti OKI tidak bisa berbuat banyak menghadapi PBB dan NATO. Bahkan sekedar turun berperan serta dalam menentukan harga dan kuota minyak – yang negaranegara Arab sangat berkepentingan terhadap hal itu- tidak mampu dilakukan. Fakta-fakta masih terpingirkannya peran Islam dalam dunia internasional ditambah lagi dengan intervensi yang



berlebihan terhadapap negara-negara Muslim Arab dan ketidak jelasan sikap mengenai Palestina, Kashmir, Bosnia, Cechnya, dan Pakistan. Campur tangan pihak luar yang bisanya sangat ditentukan oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi selalu saja membersamainya. Ismail Raji al Faruqi menjelaskan kondisi umat ini: Dunia Ummah Islam saat ini berada pada anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Didalam abad ini, tidak ada kaum lain yang mengalami kekalahan dan kehinaan seperti yang dialami kaum Muslimin. Kamum Muslimin telah dikalahkan, dibantai, dirampas negeri dan kekayaannya, dirampas kehidupan dan harapannya Saat ini kondisi umat Islam terpecah belah kedalam 50-an negara. Kolonialisme telah berhasil melakukan hal itu. Dan dari sana selalu saja memunculkan friksi antar umat Islam sendiri mengenai batas wilayah yang lebih sering menimbulkan peperangan berkepanjangan daripada kepahaman dan persaudaraan. Amerika sangat berkepentingan dengan negara Muslim (khusunya Arab) guna kepentingan ekonomi karena ladang minyaknya, sekaligus memuaskan ambisi politiknya. Fathy Yakan mengatakan: Selama ini Amerika Serikat membidikkan matanya pada dunia ketiga, khususnya negara-negara Timur Tengah. Washhington mencari jalan memulai melaksanakan poltik perluasan yang bertujuan untuk dapat menjamah ladang-ladang minyak, menghantam segala apa yang disebut dengan gerakan-gherkan teror, menyebarkan pangkalan-pangkalan perang dibeberapan negara kawasan itu. Alasan yang dipakai adalah untuk menjaga keamanan Bagaimanapun umat Islam telah berhasil dikelabuhi oleh berbagai gerakan pemBaratan yang berakibat ada semacam trend dikalangan umat Islam untuk meniru Barat dan merasa asing serta phobi pada Islam sendiri. Dari segi sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat dalam banyak hal seperti model berpakaian, cara bergaulan, bahasa dan simbol-simbol budaya lainnya. Kemudian ini juga berlanjut dengan menganggap baik segala apa yang berasal dari Barat. Hal ini cukup lama dirasakan sehingga keagungan Islam sendiri semakin tidak dirasakan, bahkan oleh umat Islam sendiri. Umat Islam pernah memimpin dalam hal ilmu pengetahuan. Ilmuan Islam telah menemukan banyak hal, kemudian ilmu itu disusun dalam buku-buku pengetahuan yang senantia dikembangkan melalui penelitian-penelitian. Ilmuan besar seperti Abu Sina, al Farabi, Ibn Khaldun dll membuktikan bahwa Islam pernah memimpin kejayaan ilmu pengetahuan. Namun seiring dengan kemunduran Islam, para ilmuan Islam pun semakin sedikit dan malah sumbersumberi ilmu pengetahuan dalam ribuan buku dihancurkan dan sebagian diambil pihak Barat untuk dikembangkan. Akhirnya kemudian yang mengalami perkembangan pesat ilmu pengetahuan justru bukan golongan Islam. Sehingga saat ini seolah-olah bahwa semua ilmu pengetahuan itu berasal dari Barat. Meskipun harus diakui bahwa perkembangan lebih lanjut ilmu tersebut, sehingga mencapai struktur yang baik dan mendalam memang berasal dari sana. Karena memang kajian, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan memang sangat giat



dilakukan di Barat. Sedangkan negara Muslim sendiri tidak serius terhadap hal itu sehingga senantiasa tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu dan metodologi yang dikeluarkan juga merupakan produk Barat yakni sekulerisme. Yang kemudian menghilangkan unsur ketauhidan dalam ilmu pengetahuan. Teknologi kemudian juga mengikuti pola yang sama. Karena pada prinsipnya science today is technology tomorrow, sedangkan bangsa Muslim memang sangat kurang penguasaan konsep keilmuan disamping tidak ada uang dan tidak memiliki perhatian untuk pengembangan ilmu menjadi teknologi. Maka semakin lengkaplah ketertinggalan umat Islam. Industri yang berkembang dan dimiliki oleh negara Muslim sebenarnya adalah industri yang tidak lebih untuk sekedar memenuhi kebutuhan yang kebanyakan tidak pokok. Itupun selalu saja bahwa bahan-bahan baku harus diimpor dari negara-negara kapitalis. Industri yang didirikan dan mendapat bantuan asing memang tidak pernah bisa memandirikan negara Muslim. Karena tetap saja ada ketergantungan pada negara Barat.



Materi Perjalanan ummat muslim Pada sebelumnya, kita telah melihat betapa hancur umat muslim sekarang. Jika menilik pada sejarah masa lampau, maka Rasulullah SAW dalam hadits beliau membagi bahwa umat muslim mengalami 5 masa: 1. Masa Nubuwah Inilah masa terbaik, dimana Rasulullah SAW masih membersamai ummatnya 2. Masa Khulafaurrasyidin Masa ketika dipimpin oleh 4 khalifah yg lurus (mulai kepemimpinan Abu bakar r.a sampai Ali bin Abi Thalib r.a) 3. Masa Mulkam ‘Adhan Ditandai oleh era kedinastian, dimana kepemimpinan memakai sistem kerajaan, Quran dan Sunnah masih menjadi sumber hukum tertinggi, namun pada prakteknya para pemimpin memerintah dengan gaya raja-raja. 4. Masa Mulkan Jabbariyah Masa penguasa diktator, pemimpin bukan islam lagi dan umat islam terjajah dari banyak aspek. Ini dikatakan sebagai masa terburuk. Ditandai dengan diruntuhkannya kekhalifaham Utsmani di Turki tahun 1924 dan masih hingga saat ini. 5. Masa Khalifah yang tegak di atas minhaj Nubuwwah (sistem yg telah digariskan oleh Rasulullah) Ini adalah masa yang akan datang, dimana umat islam akan berjaya kembali. Sebuah masa yang ditunggu-tunggu dan harus diperjuangkan.



Menilik akar permasalahan Jika mau ditelusuri kebelakang, ada banyak faktor yang menyebabkan permasalahan yang begitu kompleks terjadi dengan umat Islam. Yang secara garis besar berupa faktor eksternal dan internal. Faktor Eksternal 1. Gazwul Fikri Yang dimaksud dengan invasi pemikiran (Ghazwul Fikri) adalah usaha suatu bangsa untuk menguasai pemikiran bangsa lain (kaum yang diinvasi), lalu menjadikan mereka (kaum yang diinvasai) sebagai pengikut setia terhadap setiap pemikiran, idealisme, way of life, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa, etika, serta norma-norma kehidupan yang ditawarkan kaum penginvasi. Invasi pemikiran jelas-jelas bermaksud merusak tatanan masyarakat Islam, mengganti norma dan budaya Islam dengan Barat dan menjauhkan umat Islam dengan diennya sendiri. Garis besar langkah kerja meraka adalah: 1. Merusak Islam dari segi aqidah, ibadah, norma dan akhlak; 2. Memecah dan memilah kaum Muslimin di muka bumi dengan sukuisme dan nasionalisme sempit; 3. Menjelek-jelekkan gambaran Islam; 4. Memperdayakan bangsa Muslim dengan menggambarkan bahwa segala kemajuan kebudayaan dan peradaban dicapai dengan memisahkan bahkan menghancurkan Islam dari masyarakat. Yang terkait dengan ghazwul fikri ini antara lain adalah Zionisme, Orientalis dan kristenisasi. Ketiga hal in sebenarnya berbeda dan belum tentu saling terkait satu sama lain. - Zionisme merupakan gerakan politik dari sebuah etnis Yahudi ekstrim, yang bertujuan mendirikan negara bagi bangsa Yahudi di Palestina, sebagi batu loncatan untuk meraih apa yang mereka cita-citakan, yaitu menguasai dunia dan menciptkan pemerintahan Yahudi Raya. - Orientalisme adalah kajian yang dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap negaranegara timur (khususnya Islam) mengenai budaya, sejarah, agama, sosial, ekonomi, politik dan segala hal yang terkait dengannya Motivasi mereka adalah motivasi imperialisme, menjauhkan umat dari Islam, juga motivasi ekonomi. Yang bertujuan untuk menciptakan keraguan kepada Islam serta membangkitkan Nasionalisme dan etnisme. - Kristenisasi secara bahasa adalah upaya untuk mengkristenkan orang lain dan menyebarkan ajaran kristen keberbagai negara. Namun tujuan mereka sebenarnya bukan cuma menjadikan orang masuk agama kristen, tapi malah yang utama adalah mengeluarkan orang Islam dari keIslamannya



2. Sekulerisme Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu non-agama memang merupakan bagian dari upaya untuk menghilangkan peran agama dalam masyarakat dan memunculkan keraguan akan kebenaran agama. Sekulerisme menjadi sesuatu yang dianggap baik oleh Barat karena secara historis ia terlahir dari perlawanan atas kejumudan pemikiran gereja diabad pertengahan. Sekulerisme berdampak cukup serius kepada umat Islam, selain hilangnya kepahaman akan syumuliataul Islam juga menjadikan agama hanya sebatas ritual-ritual semata. Agama yang merupakan sumber terbesar dari energi serta aspirasi dan merupakan pemandu menuju kehidupan yang bermakna diatas bumi ini menjadi begitu berubah. Agama hanyalah urusan akhirat. Dan yang menyebar justru kemudian hal-hal yang menyangkut dengan mistik, takhayul, dll. 3. Kapitalisme, materialisme, metode ilmiah-positifisme dan modernisasi Hal-hal diatas muncul dan menjadi masalah besar bagi umat Islam sebagai salah satu produk ghazwul fikri. Berawal dari temuan metode ilmiah dan pengembangan iptek yang bersumberkan pada paradigma material kemudian berlanjut dengan kapitalisme, yang merasuki sistem pembangunan dan ekonomi umat Islam. Hal ini tidak menyebabkan kecuali semakin terpuruknya umat Islam secara ekonomi dan politik. Rayuan mereka pada pembesar kaum Muslimin adalah dengan memberikan pinjaman/hutang dan sebagai imbalannya mereka memperoleh hak investasi ekonomi dan memasok negara Muslim dengan harta dan proyek ekonomi melalui perusahaan dan kemudian mengendalikan prilaku ekonomi seperti yang mereka kehendaki. Dan setelah itu mereka leluasa mengubah aturan-aturan seperti pendidikan, hukum, pemerindatan sampai pada peradaban. Bahkan kemudian mereka memasukkan unsur-unsur merusak seperti WTS, tempat-tempat hiburan, film, diskotek, telenovela. Yang kemudian ditiru justru oleh umat Islam sendiri. 4. Ancaman berupa sanksi ekonomi, perdagangan maupun politik (hubungan luar negari). Hal ini lebih mengerikan lagi. Sudah mengarah kepada menimbulkan rasa ketakutan yang berlebihan kepada pihak Barat, khususnya Amerika dengan PBB nya. Sehingga banyak menghalangi tindakan ataupun sikap umat Islam menanggapi sebuah permasalahan maupun isu. Karena apabila macam-macam saja dengan Amerika dan cs-nya, alamat negara tidak akan tentram dalam waktu yang lama. Secara psikologis bangsa-bangsa Muslim memang masih terjajah. Faktor Internal 1.Lemahnya Iman Keadaan ini dimulai sejak umat islam ragi atas kebenaran ajarannya sendiri, mulai jauh dari Quran dan Sunnah dan mulai tidak menghormati para ulama dan tidak taat pada pemimpin islam.



“dan jika kamu (tetap) dalam keadaan keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan al-Quran itu dan ajaklah penolongh-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Al-Baqarah: 23-24) 2. Runtuhnya Khilafah Keruntuhan Daulah Islamiyah melalui pembubaran Khalifah oleh Mustapa Kamal tanggal 3 Maret 1924, kemudian diikuti oleh pemisahan agama dan negara dan model-model sekuler lainnya telah merusakkan dan mencabik-cabik umat Islam. Setelah itu seolah-olah Islam benarbenar telah hancur dan tidak akan pernah seperti itu lagi. Dan langkah ini malangnya kemudian seolah menjadi preseden bagi umat Islam untuk mulai meninggalkan ajarannya. Demikian ‘Abdullah ‘azzam menceritakan kehancuran Khilafah Islamiyah, Sebenarnya kehancuran ini bukan semata-mata karena faktor luar, tapi karena memang telah terbangun kebobrokan yang besar disana sehingga memang mencenderungkannya kepada kehancuran. Dalam risalah Hari Ini dan Kemarin, Hasan al Banna mengatakan bahwa ada 7 faktor penghancur eksistensi Daulah Islamiyah. Yakni, 1. Pergolakan politik, fanatisme kesukuan, perebutan kekuasanan dan ambisi terhadap kedudukan. 2. Pertentangan agama dan mazhab. 3. Tenggelam dalam aneka bentuk kemewahan dan kenikmatan. 4. Terjadinya transformasi kekuasaan kepada bangsa non Arab yang belum mengeyam Islam dengan penghayatan yang benar. 5. Mengabaikan ilmu-ilmu terapan, ilmu kauniyah. 6. Banyak penguasa yang lengah oleh kekuasaannya, tertipu oleh kekuatannya dan tidak memperhatikan perkembangan sosial. 7. Tertipu oleh tipu daya musuh-musuhnya, kagum dan taklid terhadap apa yang mereka perbuat 3. Perpecahan Umat Islam dan kurang ukhuwah Dijadikannya negara Muslim menjadi banyak dan kecil-kecil menjadikan umat Islam selalu dalam keadalaan berpecah belah. Sehingga negara Muslim lebih banyak disibukkan dengan perebutan batas negara dan munculnya paham sukuisme dan nasionalisme sempit. 4. Fanatisme Mazhab Bahkan hingga sekarangpun umat Islam masih sering terjebak dengan pembahasan permasalah Mazhab yang notabene adalah permasalahan furu’ (cabang). Yang lebih sering perbedaan ini menimbulkan perpecahan, walau banyak yang mengikuti mazhab dengan taklid bukan ‘ala bashira. Pada kajian-kajian keislaman kemudian juga lebih membahas permasalahan perbedaan mazhab dan seringnya mengarah pada menjelekkan mazhab yang lain. Seolah surga hanya untuk mazhabnya sendiri. Perdebatan kadang lebih sering dipermasalahkan meski sudah tahu bahwa itu tidak akan selesai kecuali dengan menimbulkan ‘luka’. Hal ini kemudian menjadikan



umat Islam tidak mau bekerja sama untuk menegakkan Islam. Justru lebih senang bergaul dengan orang sekuler atau non Islam. Padahal perbedaan semacam ini adalah sebuah keniscayaan. Yang harus dilakukan justru adalah berhimpun bukan berpecah-belah. 5. Pluralisme Gerakan Sebenarnya banyaknya gerakan Islam bisa menjadi suatu sinergi dakwah jika saja semua elemen itu memiki visi bersama dan melakukan gerakan dengan landasan kebersamaan, profesionalisme dan spesifikasi gerakan. Namun karena tidak ada misi bersama, yang terjadi saat ini adalah masing-masing gerakan bekerja nafsi-nafsi yang kadang-kadang overleap sehingga tidak optimal. Bahkan banyak yang bertentangan secara diametral sehingga justru malah menghasilkan resultan yang lebih kecil karena saling melemahkan. Dan malangnya, kadang bukannya fastabiqul khairat malah saling menyikut, saling menyalahkan dan mengkafirkan. 6. Tingkat Intelektualitas Keterpurukan ekonomi biasanya memang dibersamai dengan kurangnya intelektual di sana. Yang sangat terkait dengan itu adalah pendidikan. Tingkat pendidikan dunia Islam masih sangat memprihatinkan. Sistem pendidikan dinegara Muslim selama ini adalah sistem yang mengadopsi Barat yang penuh dengan sekulerisme dan menimbulkan keraguan pada umat Islam tentang ajaran agamanya. Disekolah justru para pemuda Islam diasingkan dengan ajaran Islam. Kepala mereka diisi dengan pemikiran-pemikiran Barat. Pemuda Islam tidak diajarkan bagaimana sejarah masa lampau dan kejayaan agamanya. Malah diberikan keraguan terhadap kesempurnaan Islam melalui kebohongan-kebohongan dan membelokan sejarah. Hal ini bertujuan melepaskan pemuda Muslim dari warisan budaya Islam dan mengagungkan apa saja yang berbau Barat. Meremehkan agama dan minder dengan identitas keIslamannya. Mereka yakin bahwa semua yang datang dari Barat adalah sesuatu yang baik dan ideal. 7. Pemahaman yang tidak utuh mengenai ajaran islam Dampak lain dari keberhasilan sekulerisasi dan keminderan dengan identitas Islam adalah merosotnya pemahaman Muslim terhadap konsep Islam sendiri. Kesempurnaan (syamil mutakammil) Islam tidak dikenal lagi. Sehingga terjadi kerancuan dan kekaburan makna dan persepsi terhadap ajaran Islam. Banyak yang menjadikan islam hanya sebagai ritual saja tanpa menyentuh sisi-sisi kehidupan duniawinya. Atau banyak yang meng-elu-elukan perjuangan islam tanpa mengcharge ruhiyahnya dengan ibadah dan ilmu. Akibatnya tidak terjadi kesinkronan antara ibdah dan amal. Islam adalah agama yang sempurna (syamil) yang menyempurnakan (mutakamil) yang sebenarnya melingkupi seluruh aspek dalam kehidupan manusia. Tidak hanya ibadah daja, tapi juga ekonomi, bidaya, politik, iptek,dll. 8. Kurangnya komitmen melaksanakan ajaran Islam. “Integritas kultur Islam dan kesatuan way of life Islam terpecah-pecah di dalam diri merekea, di dalam pemikiran dan aksi mereka, di dalam rumah dan keluarga mereka.”. Jauhnya umat Islam



dari kehidupan Islami menyebabkan ajaran-ajaran Islam menjadi sesatu yang aneh justru bagi kaum Muslimin sendiri. 9. Gap antara kaum terpelajar dan kelas bawah. Munculnya kaum intelektual Muslim adalah sebuah kemajuan bagi aset pengembalian peradaban. Namun sayangnya orang-orang intelektual ini masih terlalu melangit. Hanya sibuk dengan diri dan intelektualitasnya saja tanpa memandang kepada permasalahan konkrit yang dihadapi umat saat ini. Terdapat pula diantara kaum intelektual ini orang yang telah sadar akan apa yang menimpa umat Islam dan telah memikirkan pula langkah-langkah yang harus dilakukan. Namun terdapat kegagalan dalam mensosialaisasikan dan mengkomunikasikan hal itu kepada kebanyakan umat. Intelektual ini gagal menyadarkan umat dengan kesadaran yang telah ia peroleh. Sehingga terkesan perjuangan elit, bukan perjuangan umat. 10. Ibadah, Akhlak dan taqwa Lemahnya ibadah dan akhlak di kalangan umat islam akan mengakibatkan ketidakberdayaan umat dalam mempertahankan eksistensinya di dunia. Umar bin khatab pernah berkata: “sesungguhnya kita hanya dapat mengalahkan orang-orang kafir itu karena ketakwaan kita dan kekafiran mereka. Maka ketika kita berdosa kepada Allah, tiada lagi sumber kemenangan yang kita niliki, sebab orang-orang kafir selalu melebihi kira dalam sarana perang dan jumlah pasukan. Maka bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Solusi dalam menghadapi problematika umat 1. Kesadaran Kesadaran bahwa problematika umat adalah permasalahan bersama yang harus diselesaikan bersama secara amal jama’i. 2. Keislaman Melandaskan kembali keislaman berdasarkan apa yang telah digariskan oleh Allah dan RasulNya. Meluruskan orientasi dakwah untuk islam bukan untuk kepentingan individu, keluarga maupun golongan 3. Rendah hati Sadar bahwa Allah saja yang pantas menyandang sifat Maha Besar dan tidak pantas bagi manusia untuk sombong 4. Adil Objektif dalam menilai diri sendiri, orang lain, maupun realitas islam 5. Sistematis Kesadaran bahwa dakwah perlu dilakukan dengan sistem yang teratur, bahwa kebaikan yang tidak terstruktur dapat terkalahkan oleh kejahatan yang terstruktur 6. Menyeluruh Dakwah perlu dilakukan secara menyeluruh sebagaimana konsep islam yang syamil mutakamil, termasuk di dunia kesehatan dan kedokteran. 7. Modern



Perlunya berdakwah dengan metode konservatif dan tidak kuno namun tetap berlandaskan pada Quran dan hjadits, hanya saja cara berdakwahnya yang harus lebih kreatif. 8. Perubahan Perubahan secara totalitas, sehingga umat tersadarkan pikirannya, semangat dan aktivitasnya. Menuju peradaban Islam, solusi alternatif Sampai dengan tercapainya cita-cita membentuk peradaban Islam membutuhkan waktu yang lama, bahkan beberapa generasi. Namun bagaimanapun hal itu harus dimulai sejak sekarang. Dan selain waktu yang lama juga dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan intelektual muslim yang berkualitas. Karenanya upaya ini harus senantiasa dikontinukan dan harus ada pewarisan ide dan langkah kerja. Untuk mencapai tujuan bersama peradaban Islam, sekiranya ada beberapa hal-hal penting sebagai piranti utama dari peradaban itu. 1. Islamisasi Pengetahuan Al Faruqi mengusulkan 12 langkah utnuk Islamisasi ilmu yakni - penguasaan disiplin ilmu pengetahuan modern, - survei disiplin ilmu, - penguasaan khazanah Islam: sebauah Ontologi, - penguasaan khazanah ilmiah Islam: sebuah sintesa, - penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu, - penilaian kritis terhadapilmu maodern, - penilaiak kritis terhadap khazanah Islam, - survei permasalahanyang diahadapai umat Islam, - survei permasalahan yang dihadapi umat manusia, - analisis kreatif dan sintesis, - penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam - penyebarluasan ilmu yang telah diIslamisasikan itu. 2. Penguasaan teknologi Konsekuensi dari penguasaan ilmu pengetahuan adalah penguasaan teknologi. Hal ini sangat membantu umat Islam dalam upaya mensejahterkan umat Islam. Tanpa struktur pengetahuan yang baik, teknologi tidak bisa dikuasai secara penuh, pengalaman dibeberapa negara yang hanya mengcopy teknology bangsa lain hanyalah menghasilkan teknologi yang senantiasa bergantung pada orang lain. rendah pula. 3. Kemandirian ekonomi negara Muslim



Kemandirian ekonomi negara Muslim adalah hal yang seharusnya dijadikan hal penting. Meski saat ini kondisi perekonomian hampir disemua negara Muslim dalam kondisi memprihatinkan, namun basis-basis bagi kemandirian itu harus ditanamkan dengan kokoh. Selain iptek yang tak kalah penting adalah pertanian mengarah pada swasembada, kemudian usaha-usaha bagi pemenuhan kebutuhan primer masyarakat. Hal terakhir ini sangat penting dalam kemandirian dan independensi negara-negara Muslim. Kita mana mungkin bisa lantang menyuarakan kebenaran jika itu terkait dan dapat menyinggung perasaan negara donor atau negara tempat mengimpor bahan pokok. Selain itu pembangunan yang butuh banyak dana dapat dilakukan dengan kebersamaan sesama negara Muslim. Meski uang negara muslim tidak sebanyak IMF atau World Bank. Tapi hal ini akan menjamin independensi dan semangat kemandirian negara muslim. 4. Meningkatkan kualitas umat muslim Tugas yang tak kalah penting dan mendesak adalah membentuk pribadi-pribadi yang memiliki loyalitas yang tinggi kepada Islam yaang berlandaskan atas pengetahuan (‘ala Bashira) yang utuh terhadap ajaran Islam. Pembentukan syakhsiyah islamiyah ini harus dilakkan secara terus menerus dengan intens, karena pribadi-pribadi inilah yang akan mengisi, bekerja dan berjuang membangun peradaban muslim. Kepribadian yang dimaksud adalah juga melingkupi pola fikir dan tingkah laku yang mencerminkan pelaksanaan nilai-nilai keislaman secara kaaffah. Dari pribadi-pribadi Islam akan terbentuk keluarga yang islami yang membina keluarganya secara islami dan melahirkan kader dakwah, dari keluarga ini akan tercipta masyarakat yang islami dan kemudian akan membentuk kebudayaan Islam dan pada muaranya akan tercipta peradaban Islam. 5. Menjadi orang yang tercerahkan Dr Ali Syari’ati menyatakan bahwa seorang intelektual haruslah mampu mengkomunikasikan ide dan keintelektualannya kepada masyarakat, yang dengan itu ia lebih mudah membangun masyarakatnya. Mereka adalah orang yang sadar akan ‘keadaan kemanusiaan’ (human condition) di masanya, serta setting kesejarahnnya dan kemasyarakatnnya. Kesadaran semacam ini dengan sendirinya akan memberinya rasa tanggung jawab sosial. Jika kebetulan ia termasuk kalangan terpelajar, maka ia akan lebih berpengaruh; dan jika tidak, maka kurang pula pengaruhnya.[33] 6. Membentuk jaringan dan kerjasama antar gerakan dan elemen organisasi Islam. Lembaga, pusat studi dan kajian serta ormas Islam harus memiliki jaringan yang kuat dan luas sehingga informasi dan ukhuwah dapat senantiasa terbina. Dari sana kemudian gagasan kemajuan Islam dapat disintesiskan dan kerja serta gerakan dapat disinergiskan sehingga dakwah bisa lebih optimal. 7. Konsentrasi memperbaiki pendidikan juga menghapus sekulerisasi dari akar-akarnya. Islamisasi ilmu juga harus pula dibarengi dengan upaya memperbaiki kebobrakan sistem pendidikan. Hal ini mutlak dilakukan karena dari pendidikan inilah generasi muda dibentuk.



8. Ukhuwah Islamiyah, bagaimana menghapuskan perselisihan panjang antar negara Muslim. Jika itu menyangkut egoisme, nasionalisme sempit kesukuan, maka persatuan umat Islam tidak akan terwujud. Yang harus dibangun adalah kesadaran bahwa umat Islam saat ini tengah dalam kondisi terpuruk, oleh karenanya umat Islam harus berupaya menegakkan kembali izzah Islam dan hal itu membutuhkan banyak energi, oleh karenanya sangat dibutuhkan persatuan dan persaudaraan dikalangan umat Islam sehingga dapat dibentuk sinergi. Tindak lanjut dari adanya kesatuan dan kekeluargaan itu adalah harus ada upaya memunculkan kesadaran akan urgensi gerakan yang kontinu dan kebangkitan kolektif umat itslam. Wallahu’alam Semoga bermanfaat.. Maraji’: Fathi Yakan, Globalisasi Telaah dan Peran Islam Terhadap Tatanan Dunia Baru. Pustaka Progresif, Surabaya, 1993 Pemikiran Islamisasi pengetahuan Raji al Faruqi dpat ditelaah Ismail Raji al Faruqi juga makalahnya dalam Internasional Conference of Islamic Thougt and Islamizations of Knowledge. http://hermawaneriadi.com/problematika-umat-islam-dan-alternatif-solusinya/