19-1007 - Tri Budi Waluyo - Acara 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN KONTROL BIOSITEM



Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi Dan Kontrol Biositem Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember



Oleh:



Nama



: Tri Budi Waluyo



NIM



: 191710201007



Kelas



: TEP A



Acara



: (I) Pengenalan Beberapa Alat Ukur dan Komponen Elektronika



Asisten



:



LABORATORIUM ENERGI OTOMASI DAN INSTRUMENTASI JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran listrik mempunyai tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk mengetahui, menilai atau menguji besaran listrik. Alat yang digunakan sebagai pembanding/penunjuk disebut instrumen pengukur. Instrumen ini berfungsi sebagai penunjuk nilai besaran listrik yang diukur. Kegunaan instrumen pengukur listrik dibuat dengan kepekaan dan ketelitian penunjukan yang disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing. Pengukuran listrik mempunyai tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk mengetahui, menilai atau menguji besaran listrik. Alat yang digunakan sebagai pembanding/penunjuk disebut instrumen pengukur. Instrumen ini berfungsi sebagai penunjuk nilai besaran listrik yang diukur. Pengukuran merupakan faktor yang penting dalam pekerjaan elektronika. Salah satu syarat alat ukur dalam instrumen adalah alat yang dipakai tidak boleh menghambat sistem atau variabel yang diukur. Untuk memenuhi syarat ini diperlukan instrumen yang sempurna dalam segala hal. Tentu saja alat ini tidak ada tapi hal ini dapat didekati dengan menggunakan peralatan ukur yang tepat dalam suatu pekerjaan pengukuran dan mengetahui range dan batasan alat ukur tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari praktikum pengenalan beberapa alat ukur dan komponen elektronika adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prinsip kerja dari alat untuk mengukur tegangan? 2. Bagaimana sifar dari konduktor projek board? 3. Bagaimana cara untuk penbasaan kode warna resistor? 4. Bagaimana cara mengukur tahanan, arus dan tahanan? 5. Bagaimana sifat dari sensor cahaya dan temperature?



1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum pengenalan beberapa alat ukur dan komponen elektronika sebagai berikut : 1. Mengetahui prinsip kerja alat ukur tegangan 2. Mengetahui sifat konduktor papan projek (project board) 3. Mengetahui cara pembasaan kode warna resistor 4. Mengukur tahanan, arus, dan tahanan 5. Mempelajari sifat sensor cahaya dan temperatur 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat dari praktikum pengenalan beberapa alat ukur dan komponen elektronika adalah sebagai berikut : 1. Praktikan dapat memahami prinsip kerja dari alat ukur tegangan 2. Praktikan dapat memahami sifat konduktor dari projek board 3. Praktikan dapat memahami pembasaan dari kode warna resistor 4. Praktikan dapat memahami pengukuran tahanan, arus dan tahanan 5. Praktikan dapat memahami sifat dari sensor cahaya dan sensor temperature



BAB 2. TINJUAUAN PUSTAKA 2.1 Listrik Listrik dapat diartikan sebagai kondisi dari partikel subatomik tertentu, seperti elektron dan proton yang menyebabkan penarikan dan penolajan gaya diantaranya. (Setiawan, 2014). Listrik adalah kondisi partikel subatomik tertentu seperti proton dan elektron yang mengakibatkan penarikan dan penolakan gaya diantaranya. Arus listrik adalah aliran elektron dari titik yang mempunyai tegangan potensial tinggi menuju potensial rendah melalui suatu penghantar listrik (konduktor). Sewaktu muatan listrik bergerak dari titik potensial tinggi ke potensial rendah, energi potensialnya diubah ke dalam berbagai bentuk energi yang lain yang dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya. Dalam alirannya melalui konduktor, elektron mengalami tahanan dari bahan yang dilewatinya sehingga gerakan elektron berkurang. Hambatan suatu konduktor terhadap aliran muatan disebabkan oleh benturan yang terjadi antara elektron-elektron yang bergerak dengan atom-atom stasioner. Hambatan listrik dinyatakan dengan satuan Ohm (Ω). Kuat arus adalah kecepatan pemindahan elektron dalam waktu tertentu. Dinyatakan dalam satuan Ampere (A). Elektron dapat mengalir bila ada suatu penggerak yang disebut Gaya Gerak Listrik atau Tegangan. Satuan tegangan listrik adalah Volt (V). Ada dua macam gelombang arus listrik. Pertama yaitu gelombang bolakbalik dimana arah arusnya berbalik tiap setengah putaran sehingga disebut arus bolak-balik (Alternating Current/AC). Kedua yaitu gelombang searah yang arusnya selalu mengalir dalam satu arah sehingga disebut arus searah (Direct Current/DC). 2.2 Amperemeter Ampere Meter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus listrik yang melewati suatu rangkaian. Biasanya, pada Ampere



Meter



akan



ditemukan



tulisan



Ampere



Meter



(A),Milliamperemeter (mA), atau Mikroamperemeter. Sekarang ini



terdapat dua jenis Ampere Meter yaitu; Ampere Meter Analog dan Amperemeter Digital. Amperemeter Ideal adalah Amperemeter yang memiliki hambatan dalam yang sangat kecil, sehingga kuat arus yang terukur oleh Ampere Meter sama dengan kuat arus yang melewati rangkaian. Ampere Meter memiliki batas ukur tertentu, namun dalam penggunaannya batas ukur ini dapat diperbesar dengan merangkainya secara paralel bersama Resistansi yang disebut Resistansi Shunt (Rsh). (Daryanto, 2016) 2.3 Multimeter Multimeter adalah alat ukur serba guna yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai besaran listrik. Multimeter dapat digunakan untuk mengukur resistensi (berfungsi sebagai ohmmeter), mengukur kuat arus dalam rangkaian (berfungsi sebagai amperemeter), maupun mengukur tegangan



antara



dua



terminal



(berfungsi



sebagai



voltmeter),



(Dasatrio,2015). 2.4 Voltmeter Volt Meter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besara tegangan atau beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan Volt Meter (V), Mili Volt Meter (mV), Mikro volt Meter, dan Kilo Volt (kV). Sekarang ini, Volt Meter ditemukan dalam dua jenis yaitu Volt Meter Analog (jarum penunjuk) dan Volt Meter Digital. Volt Meter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang dapat diukur oleh Volt Meter tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh Volt Meter melebihi batas ukurnya, Volt Meter akan rusak. (Daryanto, 2016) 2.5 Ohmmeter Ohm Meter adalah alat pengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat Ohm Meter ini menggunakan Galvano Meter untuk mengukur besarnya



arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm. (Daryanto, 2016) 2.6 Resistor Resistor terbuat dari lilitan kawat, filmmetal, film oksida metal, cerment dan unsur carbon. Unit satuan resistor adalah Ohm (Ω), dan secara fisik besar sebuah resistor dapat dibaca dengan kode warna pada badan resistor. Kode warna terdiri atas 4 warna yang terdiri atas 2 warna adalah nilai nominal, 1 warna adalah jumlah 0, dan warna terakhir merupakan teloransi resistor. Hubungan antar resistor dengan tegangan dan kuat arus diformulasikan dalam HK. Ohm sebagai I = V/R, dimana V: tegangan (volt); I= kuat arus (ampere); R= tahanan (Ω ). Resistor dapat disusun secara seri, dan besar resistor yang tersusun seri tersebut mengikuti persamaan RT = R1+R2+R3+...+Rn, dimana RT adalah nilai hambatan total. Selain itu dapat pula disusun secara paralel dengan persamaan 1/RT= 1/R1+1/R2+1/R3+...+1/Rn. Menurut Suyadhi (2008), Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Menurut Rusmadi Dedy (2007:8) “hampir semua rangkaian elektronika pada umumnya menggunakan komponen resistor ini, dalam prakteknya



resistor



disebut



juga



tahanan



atau hambatan listrik,



ada juga menyebut resistance atauwestand”. Resistor disingkat dengan huruf R. Fungsi dari tahanan adalah sebagai penghambat arus listrik, memperkecil arus listrik dan membagi arus listrik dalam suatu rangkaian.Resistor dapat dibagi menjadi, resistor tetap dan resistor tidak tetap atau resistor yang dapat berubah nilai. 2.7 Fotoresistor Fotoresistor adalah detektor yang berguna untuk penerapan kecepatan tanggap rendah dan menengah. Kecepatan tanggap fotoresistor tidak tinggi dan memerlukan waktu beberapa puluh milidetik untuk mencapai tahanan yang baru bila intensitas cahaya diubah secara



mendadak. Fotoresistor juga disebut LDR (light dependent resistor). Fotoresistor dibuat berdasarkan kenyataan bahwa sebuah kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar kalau tidak terkena sinar dan tahanannya menurun jika dikenai sinar. Fotoresistor dapat digunakan secara luas dalam sistem alarm yang berdasarkan sinar, lampu jalanan dengan saklar otomatis yang akan menyala pada keadaan gelap, dan masih banyak lagi.



2.8 Thermistor Thermistor atau tahanan thermal adalah komponen semikonduktor yang memiliki karakter sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Ada 2 jenis termistor yang sering kita jumpai dalam perangkat elektronika yaitu NTC (Negative Thermal Coeffisien) dan PTC (Positive Thermal Coeffisien). Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur secara presisi.



BAB 3. PEMBAHASAN



3.1 Pembacaan dan Pengukuran Resistor Berikut hasil dari perhitungan pengukuran resistor disajikan pada Tabel 3.1 berikut. No. 1. 2. 3.



Tabel 3.1 Hasil pembacaan dan pengukuran resistor Pembacaan kode Pengukuran (Ω) Warna Resistor warna (Ω) MMJE 22K Toleransi 5% 22K CHKE 100K Toleransi 5% 100K KUKE 470K Toleransi 5% 470K Berdasarkan Tabel 3.1 menunjukkan bahwa resistor berdasarkan



kode warnanya dan dapat menunjukkan hasil pengukuran berupa besar resistansi yang dapat disajikan pada Gambar 3.1 berikut Pengukuran Resitor 600 400 200 0



MMJE



CHKE Teori



KUKE



Pengukuran



Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Pembacaan dan Pengukuran Resistor Pada Tabel 3.1 didapatkan tiga data perhitungan secara teori dengan menggunakan kode warna dan pengukuran resistor pada software proteus. Pada percobaan pertama menggunakan kode warna MMJE yang didapatkan pembacaan kode sebesar 22 kOhm dengan toleransi 5%, dan dilakukan metode pengukuran pada resistor menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 22 KiloOhms. Pada percobaan kedua menggunakan kode warna CHKE yang artinya didapatkan pembacaan kode sebesar 100 KiloOhm dengan toleransi 5%, dan dilakukan metode



pengukuran pada resistor menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 100 KiloOhms. Pada percobaan terakhir menggunakan kode warna KUKE yang didapatkan pembacaan kode sebesar 470 KiloOhm dengan toleransi 5%, dan dilakukan metode pengukuran pada resistor menggunakan Aplikasi proteus diperoleh nilai sebesar 470 KiloOhm. 3.2 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Seri Berikut hasil dari perhitungan pengukuran rangkaian seri disajikan pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Hasil pembacaan dan pengukuran Rangkaian Seri No.



Warna Resistor



Teori (Ω)



Pengukuran (Ω)



1.



CHKE + KUKE



100K+470K



570K



2.



CHKE + MMJE



100K+22K



122K



Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.2 maka diperoleh grafik pada Gambar 3.2 yang menggambarkan perbandingan dari metode pembacaan hambatan pada resistor menggunakan metode kode warna dan perhitungan. Pengukuran Rangkaian Seri 600 400 200 0



CHKE + KUKE Teori



CHKE + MMJE Pengukuran



Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Seri Pada Tabel 3.2 didapatkan dua data perhitungan pengukuran rangkaian seri secara teori dengan menggunakan kode warna dan pengukuran resistor pada software proteus. Pada percobaan pertama menggunakan kode warna CHKE + KUKE didapatkan pembacaan kode



sebesar 100k + 470k = 570 KiloOhm, dan dilakukan metode pengukuran pada resistor menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 570 KiloOhm. Pada percobaan kedua menggunakan kode warna CHKE + MMJE



yang didapatkan pembacaan kode sebesar 100k + 22k =



122kOhm,



dan



dilakukan



metode



pengukuran



pada



resistor



menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 122 KiloOhms. 3.3 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Paralel Berikut hasil dari perhitungan pengukuran rangkaian pararel disajikan pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Hasil pembacaan dan pengukuran Rangkaian Pararel Teori (Ω) Pengukuran (Ω)



No.



Warna Resistor



1.



CHKE + KUKE



100K+470K



82.456K



2.



CHKE + MMJE



100K+22K



18.33K



Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.3 maka diperoleh grafik pada Gambar 3.3 yang menggambarkan perbandingan dari metode pembacaan hambatan pada resistor menggunakan metode kode warna dan perhitungan. Pengukuran Rangkaian Pararel 100 80 60 40



20 0



CHKE + KUKE Teori



CHKE + MMJE Pengukuran



Gambar 3.3 Grafik Perbandingan Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Paralel. Pada Tabel 3.3 didapatkan dua data perhitungan pengukuran rangkaian seri secara teori dengan menggunakan kode warna dan



pengukuran resistor pada software proteus. Pada percobaan pertama menggunakan kode warna CHKE + KUKE yang didapatkan pembacaan kode sebesar 100k + 470k = 82,456 KiloOhm, dan dilakukan metode pengukuran pada resistor menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 82,456 KiloOhms. Pada percobaan kedua menggunakan kode warna CHKE + MMJE yang didapatkan pembacaan kode sebesar 100k + 22k = 18,033 KiloOhm, dan dilakukan metode pengukuran pada resistor menggunakan apk proteus diperoleh nilai sebesar 18,033 KiloOhms. 3.4 Pembacaan dan Pengukuran Arus DC Berikut hasil dari perhitungan pengukuran arus DC disajikan pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Hasil pembacaan dan pengukuran Arus DC No



Resistor



Tegangan DC Arus Pengukuran (V) (mA) 1. 5 +1.06 2. 9 +1.91 4700Ω 3. 12 +2.55 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.4 maka diperoleh grafik pada



Gambar 3.4 yang menggambarkan perbandingan dari pengukuran arus DC secara teori dan pengukuran. Pengukuran Arus DC 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0



5



9 Teori



12



Pengukuran



Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Perhitungan Arus DC



Pada Tabel 3.4 didapatkan data percobaan arus DC sebanyak 3 kali berturut-urut dengan menggunakan resistor sebesar 4700 Ω dan tegangan yang berbeda. Pada percobaan pertama menggunakan tegangan sebesar 5 Volt didapatkan hasil arus secara teori sebesar 1,06 mA dengan arus pengukuran menggunakan software proteous sebesar 1,06 mA. Pada percobaan kedua menggunakan tegangan sebesar 9 Volt didapatkan hasil arus secara teori sebesar 1,91 mA dengan arus pengukuran menggunakan software proteous sebesar 2,13 mA. dan Pada percobaan terakhir menggunakan tegangan sebesar 15Volt didapatkan hasil arus secara teori sebesar 2,55 mA dengan arus pengukuran menggunakan software proteous sebesar 2,55 mA 3.5 Pembacaan dan Pengukuran Tegangan DC Hasil dari praktikum pengenalan beberapa alat ukur dan komponen elektronik diperoleh hasil perhitungan tegangan DC dapat dilihat pada tabel Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Hasil pembacaan dan pengukuran Tegangan DC No 1. 2. 3. 4. 5. 6.



0



5



√ 0



-12



12



0 0 0 √



Pengukuran 12.0 7.00 -17.0 5.00 24.0 12.0















0



3.6 Pembacaan dan Pengukuran Karakteristik Sensor Suhu Tabel 3.6 Hasil pembacaan dan pengukuran karakteristik sensor suhu V Sumber:



No 1. 2. 3. 4. 5.



R1 (Ω) 390 390 390 390 390



5 volt Suhu 25 20 15 10 5



V out 4.90 4.92 4.94 4.95 4.96



R Out 5.2833 5.6890 5.7085 5.7243 5.7369



12 volt V out 11.7 11.8 11.8 11.9 9.92



R Out 12.104 12.170 12.221 12.261 12.292



Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Tabel 3.6 maka diperoleh grafik pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 yang menggambarkan karakteristik sensor suhu dari 5 kali perhitungan dengan nilai R out dan V out pada saat nilai tegangan 5 volt dan 12 volt. NILAI V OUT KARAKTERISTIK SUHU 11,7



11,8



11,8



11,9



11,2



4,9



4,92



4,94



4,95



4,96



25



20



15



10



5



5V



12 V



Gambar 3.6 Grafik Nilai V Out Karakteristik Sensor Suhu NILAI R OUT KARAKTERISTIK SUHU 12,104



12,17



12,221



12,261



12,292



5,2833



5,689



5,7085



5,7243



5,7369



25



20



15



10



5



5V



12 V



Gambar 3.7 Grafik Nilai R Out Karakteristik suhu Pada Tabel 3.6 didapatkan data percobaan karakteristik suhu sebanyak 2 kali percobaan dimana dalam 1 percobaan dilakukan menggunakan 5 kali pengulangan dengan Tegangan yang berbeda yaitu 5 Volt dan 12 Volt dengan sumber R1 yang sama yaitu sebesar 390 Ohm serta 5 suhu yang berbeda yaitu 25, 20, 15, 10, dan 5 Celcius. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 5 Volt dari



percobaan tersebut didapatkan V out sebesar secara berurutan dan R out sebesar 5.2833,



5.6890, 5.7085, 5.7243 dan 5.7369 Ohm secara



berurutan. Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 12 V dengan percobaan suhu sebesar 25, 20, 15, 10, dan 5 Celcius secara berurutan, dari percobaan tersebut didapatkan V out sebesar 11.7, 11.8, 11.8, 11.9, dan 9.92 secara berurutan dan R out sebesar 12.104, 12.170, 12.221, 12.261 dan 12.292 secara berurutan. 3.7 Pembacaan dan Pengukuran Karakteristik Sensor Cahaya Tabel 3.7 Hasil pembacaan dan pengukuran karakteristik sensor cahaya No 1. 2. 3. 4. 5.



V Langkah Sumber:



5 volt



12 volt



R1 (Ω)



Ke-



V out



R Out



V out



R Out



390



1 2 3 4 5



5,3796 5,3692 5,3484 5,2870 5,1877



4,99 4,98 4,96 4,90 4,81



12,366 12,342 12,294 12,153 11,925



12,0 12,0 11,9 11,8 11,5



Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada Tabel 3.7 maka diperoleh grafik pada Gambar 3.8 dan Gambar 3.9 yang menggambarkan karakteristik sensor cahaya dari 5 kali perhitungan dengan nilai R out dan V out pada saat nilai tegangan 5 volt dan 12 volt



NILAI R OUT KARAKTERISTIK CAHAYA 12



12



11,9



11,8



11,5



4,99



4,98



4,96



4,9



4,81



1



2



3



4



5



5V



12 V



Gambar 3.8 Grafik Nilai R Out Karakteristik Cahaya NILAI V OUT KARAKTERISTIK CAHAYA 12,366



12,342



12,294



12,153



11,925



5,3796



5,3692



5,3484



5,287



5,1877



1



2



3



4



5



5V



12 V



Gambar 3.9 Grafik Nilai V Out Karakteristik Cahaya Pada Tabel 3.7 didapatkan data percobaan karakteristik sensor cahaya sebanyak 2 kali percobaan dimana dalam 1 percobaan dilakukan menggunakan 5 kali pengulangan dengan V sumber R1 yang sama yaitu sebesar 390 dan langkah yang berbeda. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 5 V dengan percobaan langkah sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 secara berurutan, dari percobaan tersebut didapatkan V out sebesar 5.3796, 5.3692, 5.3484, 5.2870 dan 5,1877 secara berurutan dan R out sebesar 4.99, 4.98, 4.96, 4,90 dan 4,81 secara berurutan.



Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 12 V dengan percobaan percobaan langkah sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 secara berurutan, dari percobaan tersebut didapatkan V out sebesar 12.366, 12.342, 12.294, 12.153 dan 11.925 secara berurutan dan R out sebesar 12.0, 12.0, 11.0, 11.8 dan 11.5 secara berurutan.



BAB 4. KESIMPULAN



4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) AVO meter merupakan alat ukur uantuk mengukur kuat arus, tegangan dan resistensi 2) Untuk mengetahui nilai resistor dapat menggunakan AVO meter, Penghitungan kode warna gelang dan dengan aplikasi Proteus 3) Rangkaian seri merupakan rangkaian listrik yang terdiri hanya satu jalur untuk melewatkan arus, pada rangkaian seri besar resistor yang disusun sesuai dengan persamaan : RT = R1+R2+R3+...+Rn 4) Rangkaian pararel merupakan rangkaian listrik yang lebih dari satu jalur untuk melewatkan arus, besar resistor yang disusun sesuai dengan persamaan : 1/RT= 1/R1+1/R2+1/R3+...+1/Rn. 5) Thermistor jenis NTC memiliki nilai hambatan atau resistensi yang berubah seiring dengan perubahan suhu atau temperature. Mempunyai sifat perubahan suhu berbanding terbalik dengan nilai resistensi yang artinya apabila suhu semakin tinggi, maka resistensi yang terbentuk semakin rendah. 6) Tipikal dari sensor cahaya Light Dependent Resistant (LDR) adalah salah satu jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oelh cahaya yang diterima olehnya. Semakin kecil intensitas cahaya yang mengenainya maka semakin besar resistensinya



Daftar Pustaka Darmawan, M. H., & Kusharjanta, S. D. P. PRAKTIKUM AMPEREMETER DAN VOLTMETER BERARUS SEARAH (DC). Daryanto, 2002, Sistem Kelistrikan Mobil, Jakarta : Bumi Akasara. Dasatrio, Y. 2015. Dasar-dasar Teknik Elektronika. Cetakan Pertama. Javalitera. Jogjakarta. Depari, G., 1992, Teori Rangkaian Elektronika, Sinar Baru, Bandung. Rusmadi Dedy, Deny Prihadi. 2007. Belajar Rangkain Elektronika Tanpa Guru. Bandung: Delfajar Utama Suyadhi, Taufiq Dwi Septian. 2008. Build Your Own Line Follower ROBOT. Yogyakarta: And