1.makalah Pertumbuhan Wawasan Kebangsaan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tama
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEWARGANEGARAAN



PERTUMBUHAN WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan Dosen Pengajar:, M.Pd



Disusun Oleh: Kelompok 1 1. Ro’i Khatul Janah (155080200111010) 2. Atika Mahartini (175080200111002) 3. Ramadhan (175080201111013) 4. Hanny Izzatul Wafa (175080207111009)



PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018



1



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan Wawasan Kebangsaan di Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang sumbernya berupa artikel dan tulisan telah tim penyusun jadikan referensi guna makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Tim penyusun berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi tim penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umunya. Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan, dan kesalahan. Tim penyusun menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.



Malang, 3 September 2018



Tim penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ...................................................................................... 1



1.2



Tujuan ................................................................................................... 1



1.3



Rumusan Masalah ................................................................................. 1



BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 2 2.1 Wawasan Kebangsaan .............................................................................. 2 2.1.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan ...................................................... 2 2.2 Nusantara pada Masa Prakolonial dan Kolonial ......................................... 3 2.2.1 Masa Prakolonial ................................................................................. 3 2.2.2 Masa Kolonial ...................................................................................... 4 2.3 Nusantara pada Masa Pasca Kemerdekaan ............................................ 10 2.3.1 Masa Revolusi ................................................................................... 10 2.3.2 Masa Orde Lama ............................................................................... 11 2.3.3 Masa Orde Baru ................................................................................ 12 2.3.4 Masa Reformasi ................................................................................. 13 BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 14 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14 3.2 Saran ....................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15



ii



BAB I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan, negara kepulauan dan berbagai gelar yang dimilikinya. Sebegai negara kesatuan, tentulah Indonesia memiliki aturan dan tata cara bernegara dalam mewujudkan kesatuan seluruh wilayahnya. Selain itu, negara Indonesia memiliki cara pandang tertentu dalam setiap hal baik intern maupun ekstern. Termasuk juga dalam memandang dirinya sendiri untuk menentukan sikapnya dalam menjalani kehidupan bernegara. Oleh karena itu, dirasa penting untuk membahas hal ini dalam konteks wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara. Penentuan cara pandang tidak hanya dibuat sekedarnya, melainkan disusun pula atas histori yang dialami suatu bangsa, contohnya di Indonesia. Indonesia dalam sejarahnya mengalami berbagai jalan yang ditempuhnya. Masa kerajaan, masa penjajahan, dan bahkan setelah merdeka pun Indonesia mengalami perubahan-perubahan sistem pemerintahan.Sebagai warga negara Indonesia, sepatutnya kita mengetahui jalan sejarah tersebut yang akan di bahas dalam makalah ini. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan wawasan kebangsaan. 2. Untuk mengerti bagaimana keadaan nusantara pada masa prakolonial dan kolonial 3. Untuk mengerti bagaimana keadaan nusantara pasca kemerdekaan 1.3 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan wawasan kebangsaan? 2. Bagaimana keadaan nusantara pada masa prakolonial dan colonial? 3. Bagaimana keadaan nusantara pasca kemerdekaan?



1



BAB II. PEMBAHASAN



2.1 Wawasan Kebangsaan 2.1.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan Wawasan kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “wawasan” dan “kebangsaan” dan secara etimologi istilah wawasan berarti hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti konsepsi cara pandang. Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang / cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang diri dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Wawasan kebangsaan menentukan cara suatu bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan



nasional. Wawasan



kebangsaan



menentukan



cara



bangsa



menempatkan diri dalam tata hubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa bangsa lain di dunia internasional. Nilai-nilai wawasan Kebangsaan yaitu: 



Penghargaan terhadap harkat dan martabat sebagai makhluk tuhan yang maha kuasa,







Tekat bersama untuk berkehidupan yang bebas,



merdeka, dan



bersatu , cinta tanah air dan bangsa, dan 



Demokrasi dan kedaulatan rakyat , kesetiakawanan sosial , masyarakat adil dan makmur. Wawasan Kebangsaan Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan



Republik



Indonesi



berkembang



dan



mengkristal



dalam



perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam membentuk negara Indonesia yang tercetus pada waktu diikrarkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan yang merupakan kenvensi nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia yaitu satu nusa, satu bangsa dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Ada empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, keempat



pilar



tersebut



yakni



Pancasila,



UUD



Negara



RI



1945,



Negara Kesatuan RI (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika. Saat ini pola kehidupan remaja atau generasi muda kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dalam



2



ideoiogi Negara, sikap toleransi dan tanggung jawab menjadi bagian dalam kehidupan berkebangsaan. 2.2 Nusantara pada Masa Prakolonial dan Kolonial 2.2.1 Masa Prakolonial Pada masa prakolonial (kurang lebih 5-17 M).Nama Indonesia belum dikenal dan untuk kawasan Asia tenggara bagian selatan orang lebih megenalnya dengan sebutan Nusantara. Secara politik kawasan ini terdiri dari berbagai kekuasaan politik, di antaranya: Nama kawasan



Nama kerajaan



Sumatera



Sriwijaya



Jawa



Singasari, Majapahit, Mataram



Kalimantan



Kutai



Sulawesi



Gowa



Maluku



Ternate & tidore



Bali



Buleleng Kesimpulannya, hampir setiap pulau atau etnis diatur oleh kekuasaan



politik yang berbeda. Pada masa itu kekuasaan politik tidak dapat diharapkan sebagai jembatan



penyatu



sebagai



bangsa,



karena



dalam



kenyataannya kerajaan- kerajaan tersebut saling berebut pengaruh, perang, dan melakukan penaklukan terhadap yang lain. Kesadaran yang mereka memiliki sebagai identitas bersama adalah kesadaran geopolitik dimana mereka menyadari terletak wilayah nusantara. Padamasa



itu



pusat-pusat



kebudayaan



besar



dia Asia ada



tiga



yaitu: India, Cina dan Nusantara. Di dalam pencaturan internasional perebutan pengaruh ketiga kekuasaan tersebut tampak jelas.Hubungan nusantara dengan India sangat terasa khususnya dalam kebudayaan.Agama Hindu Budha tersebar luas di nusantara.Begitu juga hubugan India Nusantara tidak terlalu mesra di dalam bidang politik.Kerajaan sriwijaya pernah berperang dengan kerajaan Colamandala dari India.Dalam skala makro hal ini dapat dipahami sebagai representasi perebutan identitas “Nasional” antara kekuatan besar dari India dan nusantara. Hubungan nusantara dengan Cina lebih banyak bersifat hubungan perdagangan.Sebelum abad ke- 13 orientasi politik Cina adalah ekspansi kewilayah utara yaitu ke Eropa. Pada abad ke -13 kerajaan Cina mengambil 3



kebijakan untuk ekspansi ke Nanyang (ke selatan).Secara riil sasaran keijakan ini adalah nusantara.Cina mengirim utusan kerajaan ke nusantara dengan disertai armada oerang yang tangguh.Kebijakan Cina itu mendapat reaksi keras dari raja singasari prabu kertanegara.Untuk dapat menghadapi Cina, kerajaan singasari berusaha untuk menyatukan nusantara.Selain itu juga membentengi gerak Cina ke selatan dengan mengadakan ekspedisi pamalayu.Tujuan utamanya adalah menahan pengaruh atau ekspansi Cina di daerah sumatera.Namun sayang usaha tersebut gagal karena kurang adanya konsolidasi ke dalam, sehingga singosari dapat dihancurkan oleh Jaya katwang dari Kediri. Pada masa Majapahit kerjasama antara Nusantara dan Cina walaupun pada awalnya penuh dengan ketegangan sebagai akibat dari pembantaian orang- orang Cina di Majapahit, tetapi hubungan selanjutnya terjadi dengan diplomatis. Sebagai suatu kekuatan besar Majapahit dan Cina tidak saling tunduk tetapi mereka mengembangkan hubungan Mitreka satata (bertetangga baik) dengan saling memberi hadiah. Dari Cina, Majapahit mendapat Putri Campa. Dari tiga kasus kerajaan tersebut tampak walaupun sebagai suatu bangsa nusantara belum dapat dipersatukan secara politik, tetapi kawasan nusantara telah memberikan kesadaran geopolitik bagi para raja pada waktu itu sebagai identitas dalam berhadapan dengan kekuasaan dari kawasan lain. 2.2.2 Masa Kolonial Masa kolonial dalam tulisan ini dimaksudkan adalah suatu periode panjang, mulai dari jatuhnya Malaka pada tahun 1511 M hingga proklamasi kemerdekaan RI 1945. Dengan modal kesadaran sebagai ‘Bangsa Nusantara”kerajaankerajaan nusantara memasang kuda- kuda kecurigaan terhadap kehadiran orang asing di nusantara. Kemenangan portugis atas Malaka pada tahun 1511 telah mengubah peta kekuatan di Nusantara. Sebagaimana diketahui portugis datang ke Malaka membawa 3 misi yaitu, demi kejayaan bangsa portugis (Glory) demi kemakmuran Portugis (Gold) dan penyebaran agama nasrani (Gospel). Dari



segi



kejayaan



dan



kekuatan



suatu



bangsa,



portugis



telah



menyetakkan kerajaan - kerajaan di nusantara dengan dentum mariamnya yang menggetarkan. Sebelum itu nusantara tak pernah berpengalaman berperang dengan menggunakan meriam “sang Penghancur”itu. Dari sudut ekonomi kehadiran portugis telah mengubah struktur ekonomi nusantara.Sebelum kedatangan



portugis,



ekonomi



nusantara



bersifat



perdagangan



antara



4



pulau.Hubungan produsen dengan konsumen tidak langsung, maka rantai ekonomi panjang dan biaya operasional mahal. Portugis merusak struktur yang telah mapan itu karena kehadiran nya telah mengubah hubungan ekonomi antara pulau menjadi ekonomi dunia.Hubungan produsen dengan konsumen bersifat langsung, sehingga biaya mahal “Mata rantai” perdaganga menjadi lebih murah. Dari sudut agama, portugis secra agresif menyebarkan agama nasrani. Misi ini berbenturan dengan kekuatan- kekuatan Islam nusantara yang pada waktu itu sedang berkembang pesat. Ketiga misi portugis tersebut hanya tampak berhadapan dengan kehendak penduduk nusantara. Kerajaan Demak, sebagai representasi kekuatan nusantara yang sekaligus kekuatan islam yang mencoba menghadapi kekuatan portugis di Malaka. Di bawah pimpinan Pati Unus (pangeran sabrang lor).Demak mengawali menyerang pantai potugis di Malaka. Usaha yang dilakukan oleh Pati Unus mengalami kegagalan, namun demikian serangan demak tersebut telah mampu membangkitkan solidaritas kekuatan islam di nusantara seperti aceh dan banten. Senagai kekuatan terdepan dalam menghadapi portugis dari malaka. Walaupun agak berbeda strategi kehadiran VOC di nusantara juga tidak jauh beda dengan bangsa portugis, perbedaannya. Perbedaan nya VOC lebi konsentrasi pada perdagangan daripada penyebaran misi agama. Hal ini mengingat akan pengalaman berhubungan dengan bangsa eropa pada masa sebelumnya (portugis). Dalam menyambutkehadiran VOC penguasa- penguasa nusantara juga sangat berhati- hati. VOC hanya dapat diterima dengan baik apabila berkaitan dengan pengusiran portugis diwilayah tersebut. Pada walnya VOC hanya tertarik pada masalahperdagangan, akan tetapi lama kelamaan VOC menyadari bahwa dalam rangka menciptakan monopoli perdagangan VOC perlu menanamkan pengaruhnya pada penguasa- penguasa nusantara. VOC mulai mencampuri urusan- urusan istana untuk dapat memperoleh hak monopoli atas perdagangan yang diperlukan. Perbedaan mendasari reaksi penduduk nusantara terhadap portugis dan terhadap



VOC adalah



perlawanan



terhadap



portugis



dipenuhi



dengan



kesadaran kenusantaraan dan keagamaan. Sedangkan perlawanan terhadap VOC jiwa kenusantaraan itu seolah menghilang, dan para penguasa pribumi terjebak pada persoalan local masing- masing wilayah kekuasaannya . sedikit banyak perubahan itu adalah akibat dari politik divide et impera VOC terutama dengan cara mengadu domba kekuatan- kekuatan dalam istana. Oleh karena,



5



kekuatan – kekuatan istana bergolak maka masing- masing dengan demikian upaya untuk menyatukan mereka atas dasar kekuatan politik menjadi mustahil.Perekat yang masih ada adalah solidaritas agama dan ketertindasan. Sebagaimana



sering



dijumpai



dalam



berbagai



kepustakaan



bahwaperlawanan terhadap VOC itu dianggap sebagai perang melawan orang ”kafir” (nonmuslim). Ini tampak dalam perang antara Sultan Agung dengan VOC dan perang makasar antara sultan Hasanundin dengan VOC, perang Trunojoyo dengan VOC dsb. Unsur- unsur yang bersifat ketertindasan akibat monopoli dialami oleh Mataram, Makassar dan Maluku. Sultan Baabullah berjung keras untuk membebaskan rakyat dari penindasan monopoli perdagangan VOC di Maluku. Mataram kehilangan pelabuhan – pelabuhan pantai utara jawa. Dan Makassar kehilangan kebebasannya untuk berdagang dengan bangsa lain. Baik langsung atau tidak langsung kehadiran VOC telah menumbuhkan kesadaran Islam Nusantara mengaku i akan adanya ancaman dari orang asing berkulit putih. Selain itu adanya perasaan yang sama terhadap penindasan ekonomi akibat monopoli VOC dalam jangka panjang telah memberikan pondasi bagi tumbuh kembangnya nasionalisme Indonesia. Ketika VOC dibubarkan dan diganti oleh pemerintah Belanda, wilayah Nusantara ini dimasukkan dalam strukrtur pemerintahan Belanda sebagai daerah “HindiaBelanda. Yang dimaksud HindiaBelanda adalah daerah- daerah diwilayah nusantara yang berbatasan dengan wilayah- wilayah kekuasaan asing lainnya yaitu Inggris di Malaysia, Brunei, Papua Nugini dan Australia, Spanyol di Filipina dan Portugis di Timor- Timur. Dalam hal penjajahan, pemerintahan Belanda tidak banyak mengubah strategi VOC. Kekuatan- kekuatan islam yang risih dengan kaum kafir mencoba untuk melawan dan menggulingkan otoritas Belanda, seperti yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien dsb. Yang sedikit berbeda setelah usantara menjadiHindiaBelanda adalah Belanda masuk pada struktur masyarakat Indonesia.Walaupun jumlah orang Belanda sedikit, tetapi dengan bertahap Belanda dapat mengatur pola piker orang nusantara berdasar mekanisme berpikir orang Belanda. Birokrasi pemerintahan mengikuti caraBelanda maka dengan demikian siapapun yang masuk dalam struktur itu akan menjadi seperti Belanda. Cara demikian mencapai puncaknya ketika Belanda memutuskan untuk menerapkan gagasan Snouk horgrunya menjadi politik asosiasi. Politik asosiasi mengintroduksikan agar Belanda menanamkan



6



berpikir kulturBelanda terhadap penduduk hindi Belanda. Dengan demikian untuk menjajah nusantara tidak perlu dengan senjata, karena cara berpikir penduduk HindiaBelanda sudah sama dengan Belanda. Pada tahap ini keinginan Belanda yang utama adlah menyatukan seluruh HindiaBelanda



di



dalam



satu



kesatuan



yang



disebut Pax



Nederlandica (menyatukan seluruh wilayah HindiaBelanda dalam satu kesatuan administrasi). Untuk mewujudkan impian tersebut Belanda menumpas satu persatu menyatukan seluruh kekuatan politik nusantara. Bagi



bangsa



Indonesia



konsepsi



Hindia-Belanda



membangkitkan



kembali jiwa nusantara yang sempat tenggelam pada zaman VOC. Jiwa HindiaBelanda ini memang dibentuk oleh kaum penjajah akan tetapi pondasi yang sesungguhnya sudah ada juah sebelumnyasebsagai salah satu kesadaran geografis



atas



nama



bangsa



nusantara.



Dengan



adanya



konsepsi



HindiaBelanda, kesadaran penduduk Nusantara bertambah lagi bukan saja kesadaran geografis, tetap juga kesadaran politik dan adminitrasi. Dua kesadaran terakhir itu nanti akan bertemu dengan solidaritas islam dan perasaan ketertindasan oleh orang asing. Pada awal abad ke- 20 pemerintah Belanda membuat kebijakan politik etis, yang meliputi tiga bidang yaitu, Emigrasi, edukasi, dan irigasi.Program emigrasi telah menempatkan penduduk jawa keluar jawa untuk mengisi tenaga kerja diberbagai perkebunan dan proyek Belanda. Program ini walapun kecil sifatnya tetapi telah memberikan wawasan baru bagi suku bangsa, khususnya jawa, Madura dan bali dalam berinteraksi dengan etnis lain di luar jawa. Adanya perbedaan etnis tidak menghalang- halangi pengalaman bersama mereka didalam



penindasan



bersama.



Solidaritas



baru



terbentuk



atas



dasar



pengalaman- pengalaman historis yang sama. Di bidang irigasi, kebijakan pemerintahan HindiaBelanda ini menyebabkan terjadinya



ketidak



adilan



dalam



penggunaan



prasarana



dan



sarana



pertanian.Proyek- proyek waduk dan saluran – saluran irigasi digunakan oleh pengusaha- pengusaha Belanda, sementara para petani mengandalkan pada hujan. Dalam hal ini petani bukan hanya tidak mendapan manfaat dari saluran waduk yang dibuat, tetapi juga sama sekali kehilangan potensi air yang biasa digunakan untuk mngairi lahannya. Program ini memancing sentiment ras untuk antara Belanda dan penduduk pribumi, yang sebenarnya berawal dari ketimpangan kepentingan ekonomi.



7



Di bidang Edukasi, politik etis telah membuka mata generasi muda HindiaBelanda, untuk melihat kondoisi bangsanya secara kritis.Melalui aktivitas membaca, mereka dapat menemukan informasi- informasi yang sebenanya tak pernah mereka ketahui.Bersamaan dengan itu dikawasan Negara tetangga di Asia dan afrika muncul gerakan- gerakan nasionalisme untuk menemukan identitasnya sendiri. Pada awal abad ke- 20 bangsa Asia yaitu Jepang mempertontonkan kemenangannya pada rusia. Momen ini tampaknya memberikan pengaruh yang besar



terhadap



gerakan



nasionalisme



Asia.



Kemenangan



itu



telah



menggugurkan mitos bahwa ras kulit putih adalah ras yang lebih hebat dan tak terkalahkan.Di



kalangan



pelajar



Indonesia



perbedaan



perlakuan



antara



pendidikan untuk orang Belanda dan peribumi juga menjadi keprihatinannya. Dampak lain dari kebijakan edukasi ini adalah pertemuannya pelajar dari berbagai daerah disuatu lembaga pendidikan. Pertemuan mereka itu dapat menjembatani munculnya kembali jiwa nusantara yang telah lama terpendam. Dengan kekeritisan cara berpikirnya, mereka dapat mengkaji perkembanganperkembangan nasionalisme di luar negri dan memadukannya dengan kebangkitan jiwa nusantara. Kali ini mereka tidak mempersalahkan lagi dari mana mereka berasal atau dari etnis mana dia lahir tetapi batasan HindiaBelanda yang diciptakan birokrasi Belanda itu yang dijadikan kerangka perjuangan mereka untuk mengubah nasibnya. Melalui berbagai organisasi seperti budi utomo, serikat islam, indishce partai, partai nasionalindonesia dan sebagainya.penduduk nusantara mulai bangkit kesadarannya atas keterbelakangannya dari bangsa lain. Bagi mereka sumber keterbelakangan itu adalahkebodohan masyarakat akibat dari tiadanya aatu rendahnya pendidikan mereka. Oleh krena itu,kegiatan utama dari organisasi pergerakan pada masa awal ini adalah meningkatkan pendidikan dan kultur daerah/ etnis. Budi utomo misalnya, pada awalnya hanya bermaksud untuk meningkatkan pendidikan masyarakat jawa. Keterbelakangan pendidikan di HindiaBelanda tentu tidak terlepas dari peran penjajahan Belanda.Selama masa VOC sumber- sumber ekonomi perdagangan kita di monopoli oleh Belanda. Ketika pemerintah Belanda mengambil alih penjajahan atas nusantara tanam paksa segera mengikutinya. Sumber perekonomian rakyat diperas sedemikian rupa, sehingga perlu waktu yang lama untuk memulihkannya.Ketika perusahaan- perusahaan asing



8



diperkenankan untuk menjalankan liberalisasi ekonomi di nusantara, rakyat yang baru terhimpit tanam paksa tersebut tertindas oleh arus kapitalisme yang takpernah berpihak pada kaum papa. Rentetan historis diatas disadari betul oleh kaum penggerakan.Oleh karena itu, setelah gerakan pendidikan dimulai, segera disusul dengan suatu gerakan politik untuk mengusir suatu kekuasaan asing dari bumi nusantara. Menyadari akan perjalanan- perjalanan masa lalu dari pergerakan perlawanan yang mengalami kegagalan, kaum pergerakan lebih menyukai gerakan- gerakan melalui organisasi. Pada bagian awal dari periode ini para pemimpin organisasi pergerakan menghimpun kekuatan berdasarkan pada basis organisasi masingmasing. Misalnya, Budi utomo menghimpun kekuatan pada priyahi jawa, syarikat islam menghimpun kekuatan islam, Indisce partai menghimpun kekuatan campuran antara peribumi dan indo, partai nasional Indonesia menghimpun kekuatan kelompok nasionalis dan marhaen, dsb. Konsolidasi ini jua ditandai suatu kontrak sosial antara pemuda diseluruh HindiaBelanda yang terkenal dengan sumpah pemuda 1928. Sumpah pemuda itu secara simbolis telah mempersatukan seluruh kekuatan yang ada di HindiaBelanda.Untuk kemudian power itu dikerahkan pada satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. Sejak sumpah pemuda diucapkan, nama Indonesia dan kemerdekaan Indonesia selalu menjadi perbincangan dikalangan kaum pergerakan. Pemerintahan HindiaBelandayang pada masa sebelumnya bersifat toleran terhadap kaum penggerakan berbalik arah menjadi sangat reaksioner.Banyak pergerakan yang ditangkap oleh Belanda misalnya, soekarno, hatta dan syahri. Berbeda dengan masa lalu apabila tokoh suatu perlawanan tertangkap, gerakan akan berhenti dan mati. Tetapi dengan menggunakansuatu organisasi, walaupun tokoh kuncinya tertangkap, organisasi perjuangan tetap dapat terus dijalankan. Hadirnya Jepang pada tahun 1945 memperkuat keyakinan kaum pergerakan, bahwa kemerdekaan sudah didepan mata.Sebagai saudara yang tua mengusir Belanda dari indoneia dalam perang Dunia II, Jepang diharapkan dapat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang sudah lama ditunggutunggu.Dalam kenyataan penjajahan Jepang jauh lebih menyengsarakan dibanding pada masa penjajahan Belanda.Hikmah yang dapat dipetik dari penjajahan Jepang barangkali berbeda dengan masa penjajahan Belanda.Pada masa penjajahan Jepang ditandai dengan munculnya patriotism dikalangan



9



pemuda Indonesia. Penjajahan Belanda telah melahirkan kesadaran berbangsa dikawasan HindiaBelanda (Nasionalme), sedangkan penjajahan Jepang telah melahirkan keberanian untuk menentang, membela dan mempertahankanTanah air Indonesia dari kaum penjajah (patriotisme). Jepang walaupun kejam telah memberikan kekuatan baru bagi bangsa Indonesia berupa dasar- dasar kemiliteran dan bela Negara. Pada umumnya mereka yang tergabung dalam “kemiliteran” Jepang baik heiho maupun peta, bukanlah puta- putra yang sangat terpelajar. Tetapi mereka yang memiliki keberanian dan semangat yang menggelora.Kaum terpelajar pada umumnya tergabung dalam perkumpulan- perkumpulan yang berbau politik, birokrasi atau lembaga propaganda Jepang.Poin penting dalam era ini yaitu kekuatan bangsa Indonesia yang selama ini tertidur, telah digugah oleh Jepanguntuk turut dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.Terlepas dari factor kemenangan sekutu terhadap Jepang, bagi banga Indonesia berpadunya kekuatan nasionalisme dan patriotism pada masa itu merupakan suatu modal besar dalam mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan. 2.3 Nusantara pada Masa Pasca Kemerdekaan 2.3.1 Masa Revolusi Masalah yang segera dihadapi pemerintah RI pascakemerdekaan adalah bagaimana menempatkan dan memanfaatkan potensi bangsa yang telah mengantarkan pada proklamasi itu dalam mengisi kemerdekaan. Dalam hal ini yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan konsolidasi ke dalam. Beberapa kebijakan segera diambil pemerintah RI antara lain: melengkapi lembagalembaga kenegaraan, membentuk badan keamanan rakyat, menetapkan birokrasi pemerintahan dan menata kekuatan- kekuatan politik. Dalam hal mnetapkan struktur birokrasi idealnya pemerintah RI yang baru menyusun struktur pemerintahan yang baru untuk mencapei cita- cita proklamasi, tetapi karena keterbatasan SDM, pemerintah mengambil kebijakan tetap mempertahankan struktur birokrasi colonial. Dalam jangka panjang kebijakan ini membawa dampak yang mendalam karena ternyata kemerdekaan ini tidak mampu menggusur kultur feodalis yang telah mengakar dalam tradisi pemerintahan di Nusantara. Dalam menata kehidupan politik pemerintah menghendaki terhimpunnya kekuatan- kekuatan politik dari berbagai aliran perjuangan itu bergabug dalam satu wadah semacap “kongres India”.Keinginan itu terbentur pada keinginan



10



barat (sekutu) sebagai pemenang perang dunia II yang menghendaki suatu wadah yang lebih demokratis, bila Indonesia ingin diterima di dunia barat.Atas pertimbangan ini maka keluarlah maklumat pemerintah yang memperbolehkan berdirinya banyak partai. Ketika masa awal yang kritis itu dapat dilalui republik Indonesia, NICA (Belanda) datang ke Indonesia.Belanda menganggap republiknya yang baru diproklamasikan itu tetap sebagai wilayah kedaultan nya seperti sebelum perang II. Bagi Belanda Indonesia akan diformat dalam bentuk konferensi dalam kerajaan



Belanda



yang



terdiridai



Tiga



nsur,



yaitu



kerajaan



Belanda,



HindiaBelanda, dan Suriname. Keinginan Belanda tersebut tentu bertentangan denas realitas politik bahwa republik Indonesia telah merdeka dan berdaulat. Berbagai perundingan dilakukan untuk menyelesaikan masalah masalah ini di antaranya Linggarjati dan Renville, tetapi tidak banyak dapat menyelesaikan persoalan.Sementara itu milliter Belanda terus bergerak untuk mempersempit wilayah kkuasaan RI.di bidang pemerintahan Belanda terus berusaha memprovokasi penduduk untuk menciptakan Negara- Negara baru baik yang bersifat etnis maupun kawasan seperti Negara Madura dan Negara Indonesia timur (NIT).Persoalan ini akhirnya dapat terselesaikan berkat bantuan PBB di dalam konferensi Meja bundar di Den Hag tahun 1949. 2.3.2 Masa Orde Lama Pada masa Orde lama bangsa Indonesia disibukkan oleh konsolidasi ke dalam babak ke dua terutama dalam menata kekuatan- kekuatan yang ada di dalam masyarakat.Pada periode ini kelompok yang kecewa terhadap pemerintah melakukan kegiatan maker, seperti DI, PRRI, dan Kahar Muzakar.Di dalam pemerintahan, cabinet jatuh bangun sebagai akibat dari adanya polarisasi kepentingan politik yang sangat tajam.Melihat kondisi yang demikian, soekarno selaku presiden RI menganggap bahwa Negara dalam kondisi bahaya, sehingga dikeluarkanlah dekrit presiden untuk kembali ke UUD 1945.Selanjutnya presiden soekarno



lebih



mengkonsolidasikan



memilih seluruh



menerapkan kekuatan



demokrasi



masyarakat.Pada



terpilih



untuk



perkembangan



selanjutnya demokrasi terpimpin ternyata lebih menguntungkan kaum kiri (PKI) dari pada kelompok – kelompok lainnya.Dominasi kaum kini ini menyebabkan kegusaran dikalangan militer dan kaum kanan (kelompok yang berbasis agama).Bagi militer kekuatan Revolusioner PKI dianggap sebagai potensi



11



penghancur cita- cita proklamasi.Dan bagi kaum kanan, PKI adalah musuh yang nyata karena sifatnya atheis.Puncak dari segala pertikaian kekuatan- kekuatan itu adalah peristiwa G.30/ S PKI yang dampaknya masih terasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sampai saat ini. 2.3.3 Masa Orde Baru Pada masa Orde lama jargon utamanya adalah ‘politik sebagai panglima’artinya bahwa urusan- urusan politik lebih dominan di bandingkan urusan lain.Ketika aplikasi jargon ini mengalami kegagalan, maka orde baru sebagai pengganti orde lama mengambil sikap lebih berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi Indonesia pemerintah berusaha untuk menarik modal asing segencar- gencarnya.Melalui program yang sangat terencana dalam masing- masing pelita, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merangkak naik.Dari Negara yang kekurangan pangan menjadi Negara yang mampu swasembada pangan. Pada



masa



itu



segala



potensi



dikerahkan



untuk



mensukseskan



pembangunan ekonomi.Demi stabillitasi politik, organisasi peserta pemilu (OPP) dibatasi tiga kontestan saja.Dwi fungsi ABRI dijabarkan demikian lebarnya sehingga hampir setiap birokrasi pemerintah dikuasai militer. Militer juga dimanfaatkan untuk mendukung berbagai macam proyek pembangunan.Demi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional hak- hak politik warga terpasung dan hak asasi manusia terabaikan. Di bidang ekonomi, pemerintah lebih mendorong pertumbuhan ekonomi mikro dengan memberikan dukungan terhadap perkembangan konglomerasi dari pada menerapkan ekonomi kerakyatan. Dampak dari kebijakan itu pertumbuhan ekonomi Negara meningkat tetapi kesejahteraan rakyat tidak berubah.Pertumbuhan ekonomi Negara hanya dinikmati. Sejak kelahirannya, orde baru bertekad untuk melaksanakan kehidupan yang konstitusionil berdasarkan undang- undang dasar 1945, maka : 1. Orde baru adalah tatanan kehidupan Negara dan bangsa yang diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian pancasila dan undang – undang dasar 1945. 2. Orde baru ingin mewujudkan cita- cita kemerdekaan, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. 3. Orde baru ingin menegakkan kehidupan bernegara dan kemasyarakatan yang konstitusionil, demokrasi dan berdasarkan hokum.



12



4. Orde baru adalah “orde konstitutionil”dan “orde pembangunan”. 2.3.4 Masa Reformasi Dalam masa Reformasi, terjadi beberapa perubahan, yaitu pemerintahan berubah menuju pemerintahan Desentralisasi, peran militer dipisahkan dari kekuasaan-kekuasaan sipil, orientasi sistem perekonomian nasional berubah menjadi ekonomi kerakyatan yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia , sistem kepartaian berubah menjadi sistem multi partai, desakralisasi Undang-Undang Dasar 1945 yaitu proses penyesuaian Undang-Undang Dasar 1945 melalui proses amandemen, dan kebijakan partisipatoris yaitu pembuatan kebijakan pemerintah sedapat mungkin harus melibatkan rakyat. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, hal utama yang harus dilakukan yaitu pembentukan lembaga-lembaga Negara yang belum utuh. Pada masa orde lama, sistem pemerintahan yang diterapkan yaitu system demokrasi terpimpin. Pada masa itu juga terjadi pemberontakan G 30/S PKI, yang hendak menjadikan Negara ini menjadi Negara komunis, namun hal itu gagal. Pada masa berikutnya, yaitu masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto konsentrasi pemerintah lebih mengacu pada pembangunan ekonomi dan politik. Namun dalam orde ini terjadi banyak penyimpangan, salah satunya yaitu praktek KKN. Sekarang ini, Indonesia telah memasuki masa Reformasi. Sistem Pemerintahan di Indonesia lebih bersifat Desentralisasi dan demokrasi. Pada periode ini, terjadi proses amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Nantinya, masa



Reformasi



diharapkan



dapat



meningkatkan



kemakmuran



dan



kesejahteraan bangsa Indonesia.



13



BAB III. PENUTUP



3.1 Kesimpulan 1. Wawasan Kebangsaan adalah sudut pandang / cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang diri dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 2. Pada masa prakolonial, Indonesia dikenal sebagai Nusantara. Nusantara terdiri dari beberapa kawasan yang dipimpin oleh kerajaan-kerajaan tertentu. Nusantara termasuk salah satu pusat budaya terbesar selain India, dan Cina. Kebudayaan India sangat terasa di Nusantara yaitu adanya agama Hindu Budha. Dengan cina, nusantara berhubungan dalam bidang perdagangan. Pada masa kolonial, diawali dengan hadirnya portugis dengan membawa tiga misi, yakni Gold, Glory, dan Gospel. Kemudian berdiri VOC yang awalnya bertujuan mengeruk keuntungan di bidang peragangan, kemudian semakin menjadi karena bertujuan untuk mempengaruhi



penguasa-penguasa



Nusantara



untuk



memonopoli



perdagangan. Setelah hancur, Belanda datang untuk menjajah selama 3,5 abad kemudian digantikan oleh Jepang baru Indonesia merdeka tepat tanggal 17 Agustus. 3. Pada pasca kemerdekaan dapat digolongkan ke dalam beberapa masa, yaitu masa Revolusi, masa Orde Lama, Orde Baru, dan masa Reformasi. Bangsa



Indonesia



sudah



memproklamasikan



kemerdekaan



dan



membentuk Negara yang baru, yaitu Indonesia. 3.2 Saran 1. Hendaknya penyusunan makalah tidak sekedar untuk memenuh tugas, melainkan juga untuk penambahan ilmu untuk diaplikasikan. 2. Hendaknya wawasan kebangsaan dan nusantara ini ditanamkan sejak awal.



14



DAFTAR PUSTAKA



IKAPI. 2012. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dankebangsaan. Malang: UM Press Yuslainiwati. 2012. Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda dan Lembaga Lsm. Dalam http://yuslainiwati.blogspot.com/ Kusnardi, Moh dkk. 1994. Susunan Pembagian Kekuasaan menurut Sistem Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Satriya, Bambang. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta:Nirmana Media Suparlan Al Hakim dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang:Madani



15