8 0 204 KB
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kesehatan adalah sebuah sumber daya yang dimiliki semua manusia dan bukan merupakan suatu tujuan hidup yang perlu dicapai (Robert.H.Brook, 2017:585) Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi).1,2,3 Demam tifoid ditandai dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.4,5,6 Penyakit ini masih sering dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropik. (junaldi, 2012) Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai oleh demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang-kadang diare. Gejala seringkali tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnya (dinatanael, 2016). Dari data WHO di dapatkan perkiraan jumlah kasus demam tifoid mencapai angka antara 11 dan 21 juta kasusdan 128.000 hingga 161.000 kematian terkait demam tifoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Penyakit serupa tetapi seringkali kurang parah, demam paratipoid, disebabkan oleh Salmonella Paratyphi(WHO, 2018). Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan.4 Pada tahun 2008, Angka kejadian kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2–4
2
tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 215 tahun.(Kemenkes, 2018). Tabel 1.2 Data Penyakit demam tifoid di Sumbar No 1. 2. 3.
Tahun Jumlah 2014 17.606 kasus 2015 13.397 kasus 2016 244.071 kasus (sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Di Sumatera Barat jumlah angka kejadian dan angka kematian
Berdasarkan data Riskesdas
Kemenkes bagian Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2PL), kasus demam tifoid di Sumatera Barat selama 3 tahun berturut-turut menempati urutan ke-3. Pada tahun 2014 terdapat 17.606 kasus, pada tahun 2015 terdapat 13.397 kasus, sedangkan pada tahun 2016 terdapat sebanyak 244.071 kasus mengalahkan pneumonia, leptospirosis, flu singapura dan penyakit lainnya. Distribusi suspek demam tifoid menurut tempat, Kota Semarang menempati sepuluh besar pada 4 tahun terakhir secara berturut-turut dan tahun 2016 menempati urutan ke-9 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Tabel 1.1 data 10 penyakit di rawat inap terbanyak di RST Padang tahun 2021
3
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama penyakit Penyakit jantung Stroke GEA Demam tifoid PPOK Diabetes melitus Brochopneumonia Fraktur CKD TB
Jumlah 384 260 256 254 250 246 143 137 134 120
(sumber : Medical Record RST Reksodiwiryo Padang ,2020) Berdasarkaan data tabel diatas didapatakan bahwa penyakit demam tifoid di peringkat ke 4 penyakit terbanyak di RST Reksodiwiryo Padang dan dari hasil survey data di medical record RS TK III Dr. Reksodiwiryo padang tercatat bahwa insiden penyakit demam tifoid termasuk dalam penyakit tertinggi di rumah sakit ini yaitu 10% dengan di dapatkan data angka penyakit demam tifoid pada tahun 2018 sebanyak 105 orang dan pada tahun 2019 bertambah menjadi 227 orang. Pada tahun 2020 insiden penyakit Demam Tifoid mengalami penurunan yaitu terdapat penyakit Demam Tifoid sebanyak 137 orang. Data yang di dapatkan pada lima bulan terakhir yaitu dari bulan januari hingga mei terdapat jumlah penyakit demam tifoid sebanyak 22 orang (Rekam medis RS TK III Dr. Reksowiryo padang)
Peranan perawat sangat diperlukan dalam melakukan pencegahan pengobatan, pencegahan, pemulihan, dan berulangnya kemabali penyakit ini oleh karena hal tersebut,maka pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan Judul "AsuhanKeperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang".
4
B. Rumusan Masalah "Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”. C. Tujuan Penilitian a. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”. b. TujuanKhusus Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain,yaitu untuk memahami: 1) Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”.. 2) Mampu melakukan diagnosis keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”. 3) Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”.. 4) Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”. 5)
Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021”.
D. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti Untuk
mengembangkan
kemampuan
peneliti
dalam
penyusunan laporan asuhan keperawatan pada pasien tentang
5
penyakit demam tifoid serta mengaplikasikan ilmu yang didapat keperawatan pada pasien dengan demam tifoid. b. Bagi keluarga Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dan menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapat
tentang
pelaksanaan
keperawatan,merencanakan,melakukan evaluasi permasalahan,dan pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021. c. Bagi Rumah sakit. Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi permasalahan yang ada, Serta menambah pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan pada pasien demam tifoid diruangan II Rumah sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021. d. Bagi Institusi Pendidikan. Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya Universitas Negeri Padang dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
demam
tifoid
diruangan
II
Rumah
sakit
Tk.III
dr.Reksodiwiryo padang pada tahun 2021.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Tifoid 1. pengertian Pengertian Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
6
lebih dari 7hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13tahun (70% - 80% ), pada usia 30 - 40tahun ( 10%-20% ) dan juga diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010). Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015). Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonellatyphosa, salmonella typeA.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2008). Demam typhoid merupakan penyakit
infeksi
sistemik
bersifat
akut
yang
disebabkan
oleh
salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksisistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis. (Simanjuntak, 2009). Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
7
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan kesadaran. (Nursalam, 2005). Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu /lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan /tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007) 2. Anatomi Dan Fisiologi Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zatzat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisaproses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ- organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu:pankreas, hati dan kandung empedu. 1. Mulut Merupakan suaturongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi olehselaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri darimanis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecilyang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagianbagian
dari
makanan
tersebut
dengan
enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludahjuga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
8
juga menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. 2. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan prosesperistaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: a) Bagiansuperior (sebagian besar adalah otot rangka). b) Bagiantengah (campuran otot rangka dan otot halus). c) Sertabagian inferior (terutama terdiri dari otot halus). 3. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: a) Kardia. b) Fundus. c) Antrum. Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmikuntuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Selsel yang melapisi lambung menghasilkan 3zat penting: a. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung darikerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. b. Asam klorida(HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangatasam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
9
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengancara membunuh berbagai bakteri. c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) 4. Usus Halus (usus kecil) Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahanpecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot melingkar (Msirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usushalus terdiri dari pipa berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum). a. Usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usushalus
yang
terletak
setelah
lambung
dan
juga
menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usushalus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir diligamentumTreitz. Usus duabelas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus duabelas jari terdapat duamuara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenumdigitorum, yang berarti dua belas jari.
10
Lambung melepaskan makanan kedalam usus duabelas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. b. Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan jugausus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya selgoblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. c. Usus Penyerapan (ileum) Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan juga garam-garam empedu. 5. Usus Besar (Kolon) Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
11
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam ususbesar berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam ususbesar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare. 6. Usus Buntu (sekum) Usus buntu /sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan juga beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai cacing. 7. Umbai Cacing (Appendix) Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis /radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah didalam rongga abdomen /peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organvestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbaicacing dikenal sebagai appendiktomi.
12
8. Rektum dan Anus Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem sarafyang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke ususbesar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utamaanus. 3.Etiologi Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal dari flagel kuman).
13
3. AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigenVi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing). 4.Manifestasi Klinis 1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 1014hari 2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama 3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma 4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari 5. Nyeri kepala, nyeriperut 6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi 7. Pusing, bradikardi, nyeriotot 8. Batuk 9. Epiktaksis 10. Lidah yang berselaput 11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus 12. Gangguan mental berupa somnolen 13. Delirium / psikosis 14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda : 5.Patofisiologi Bakteri
Salmonellatyphi
bersama
makanan
atau
minuman
masukkedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema. 10) Ekremitas bawah Pada ekstremiitas bawah CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema. b. Pengukuran 1.
Tekanan
darah:
Normal
(
kadang
rendah
karena
kurangistirahat) 2.
Nadi
: Pada umumnya nadi pasienmeningkat
3.
Pernapasan : Biasanya nafas pasienmeningkat
4.
Suhu
: Biasanya kenaikan suhu pada malam hari. Suhu
mungkin tinggi atau tidak teratur. Pemeriksaan Penunjang pada pasien dengan gangguan tifoid : pemeriksaandarahtepi,pemeriksaanserologis,kulturdengancaraisol asikuman,danpemeriksaanmokuler,seperti
polymerase
chain
reaction(PCR). 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
20
dialaminya baik yang berlangsung actaul maupun potensial (Tim pokja SDKI DPP PPNI,2018).Berdasarkan pada kasus yang dihadapi oelh pasien maka diagnosis keperawatan yang mungkin muncul yaitu: 1. Hipovolemia 2. Devisit nutrisi 3. Hiportermia 4. Termoregulasi tidak efektif 5. Nyeri
21
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Penelitian studi kasus adalah sebuah desain penelitian yang menggambarkan fenomena yang diteliti dan juga menggambarkan besarnya masalah yang diteliti. Metode penelitian ini digunakan untuk memecahkan permasalahan dengan menempuh langkahlangkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan (Kartika, 2017). Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan tentanggangguanpada pasien Demam tifoid di Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang Tahun 2021. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang II Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang Tahun 2021. Waktu penelitian dilakukan pada bulan juni 2021. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang diteliti (Kartika, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien demam tifoid yang berada di Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang Tahun 2021.
22
2. Sampel a. Pengertian Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Kartika, 2017). Metode dalam pengambilan sampel disebut dengan teknik sampling. Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dan merupakan suatu proses dalam penyeleksian porsi dari populasi untuk mendapatkan mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan subjek penelitian (Kartika, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah satu pasien yang mengalami demam tifoid. b. Kriteria Sampel Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu : 1) Kriteria Inklusi Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Kartika, 2017). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : a) Pasien bersedia menjadi responden b) Pasien yang kooperatif dan berkomunikasi verbal dengan baik 2) Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi (kriteria yang tidak layak diteliti) adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria ekslusi dan studi karena berbagai sebab (Kartika, 2017). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu : a) Pasien Demam tifoid dengan resisten obat c. Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu jika sampel yang memenuhi kriteria lebih dari satu maka dilakukan pemilihan sampel. Berdasarkan kriteria sampel dari 3 orang populasi yang hanya memenuhi kriteria inklusi ada tiga orang pasien. Tiga orang
23
pasien tersebut dipilih satu orang kasus dengan teknik simple random sampling. Tiga nama pasien ditulis dalam masing – masing potongan kertas kecil dan digulung. Kemudian diambil secara random dan didapatkan satu nama pasien untuk dijadikan sampel. D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa format tahapan proses
keperawatan
dari
pengkajian
sampai
evaluasi.
Instrumen
pengumpulan data berupa format tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. E. Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti yaitu teknik pengumpulan data bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Penelitian dalam pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, pengukuran, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. a. Wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pertanyaan yang dianjurkan secara lisan kepada responden untuk menjawabnya. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin dimana peneliti melakukan wawancara langsung kepada pasien, pertama peneliti memperkenalkan diri dengan baik, menjelaskan berasal dari institusi mana dan menjelaskan apa tujuan serta meminta persetujuan kepadapasien dan keluarga pasien. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara langsung kepada pasien dengan menanyakan identitas, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu dan keluhan istirahat dan tidur yang dirasakan pasien saat ini. Aktivitas sehari-hari pasien seperti makan, minum, buang air kecil, buang air besar dan tidur pasien.
24
b. Pengukuran. Pengukuran adalah melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metode mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik seperti : melakukan pengukuran suhu, pengukuran pernapasan, nadi, tekanan darah dan berapa lama tidur pasien. c. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam metode pemeriksaan fisik ini, penelitian melakukan pemeriksaan meliputi : keadaan umum partisipan dan pemeriksaan head to toe pemeriksaan dilakukan dengan IPPA (inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan pengukuran tekanan darah, suhu,nadi dan lain-lain. d. Dokumentasi. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun. Dokumentasi berupa rekam medik hasil rumah sakit, status pasien serta data penunjang maupun hasil labor yang berkaitan dengan kondisi
pasien.
hematokrit,
Data eritrosit,
pemeriksaan kadar
polisomnografimemonitor aktivitas
laboratorium albumin,
otakatau
hemoglobin, pemeriksaan
elektroensefalogram
(EEG), gerakan bola mata atau elektromiogram (LMG) dan aktivitas otot atau elektro-okulogram (EOG) dan data pemeriksaan diagnostic seperti CT Scan. F. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi : pasien anak berumur 13 tahun. Hasil pengkajian yang ditemukan pasien dengan hipotermia, merasakan nyeri,dan mengalami gangguan pada devisit nutrisi.
25
b. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi di Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang Tahun 2021. Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan G. Langkah – Langkah Pengumpulan Data a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari institusi yaitu DIII keperawatan universitas negri Padang b. Peneliti memasukkan surat izin penelitian yang diberikan oleh instalasiasal penelitian ke Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang c. Setelah dapat surat izin dari Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang surat tersebutdiserahkan ke pihak Instalas dan meminta izin untukpengambilan data yang dibutuhkan peneliti d. Meminta izin Kepala Ruangan di Rumah Sakit Tk.III Reksodiwiryo Padang e. Melakukan pemilihan sampel satu orang pasien dengan diagnosis Demam tifoid dengan cara simple random sampling f. Peneliti mendatangi pasien dan menjelaskan tujuan penelitian tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada responden g. Peneliti
memberikan
inform
consent
kepada
pasien
dan
menandatanganinya untuk bersedia diberikan asuhan keperawatan oleh peneliti. h. Peneliti melakukan pengkajian keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, pengukuran dan studi dokumentasi.
26
H. Rencana Analisis Data yang telah ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarakan data subjektif dan objektif. Hasil analisis akan dinarasikan dan dibandingkan dengan hasil penelitian yang terkait dengan Demam tifoid.Analisis yang dilakukan pada penelitian ini untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori asuhan keperawatan dengan kasus Demam tifoid.
27
BAB IV HASIL KARYA TULIS ILMIAH A. Hasil Karya Tulis Ilmiah a. Deskripsi Kasus Pada bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus tifoid mulai dari pengkajian,merumuskan diagnosa keperawatan, dan melakukan intervensi keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan telah dilakukan dari tanggal 17 juni – 19 juni 2021 di ruang Rasuna Said Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang. Asuhan keperawatan dilakukan pada Nn. D umur 12 tahun, jenis kelamin perempuan, tinggal simpang anduring, Padang, agamaa islam,klien masih bersekolah kelas 1 SMP. Hasil dari sudi kasus dapat dilihat sebagai berikut : b. Identitas a) Identitas klien Identitas Nama Umur Jenis kelamin Alamat Tanggal masuk Tanggal pengkajian No Mr Diagnosa medis
Kasus Nn. D 12 tahun Perempuan Simpang anduring no. 29 14 juni 2021 17 juni 2021 181128 Tifoid
b) Identitas penanggung jawab Identitas penanggung jawab Nama Umur Agama Jenis kelamin Pekerjaan Hubungan dengan klien c. Riwayat Kesehatan No. Riwayat kesehatan
Kasus Ny. A 40 tahun Islam Perempuan Ibu rumah tangga Ibu kandung
Nn. D
28
1.
RK. Sekarang
klien masuk melalui
a) Alasan masuk atau idg pada hari senin keluhan utama
tanggal 14 juni 2021 jam
08.00
dengan
keluhan
demam hari,
wib,
selama batuk,
klien
3 dan
mengatakan
persendiannya sakit, badan terasa lemas atau
lemah,
(+), nyeri
mual
muntah(+), ulu
hati(+),
keluarga mengatakan demam Keluhansaatdilakukanan
naik turun Pada saat diilakukan
pengkajian
pengkajian
klien
mengatakan
badan
terasa
lemas
atau
lemah,demam(-), batuk,mualketika mau makan, nafsu 2.
makan menurun Klien mengatakan
RK. Dahulu a) Penyakit pernah dialami
yang tidak
mengalami penyakit yang
b) Pernah dirawat
pernah sama
sebelumnya. Klien mengatakan tidak diraawat sebelumnya.
pernah
29
c) Alergi
Klien dan keluarga mengatakan
tidak
ada alergi terhadap obat dan makanan. yang Keluarga
d) Obat digunakan
mengatakan
klien
pernah diberi obat penurun 3.
panas
(paracetamol) Keluarga
RK. Keluarga
mengatakan adaa
di
tidak dalam
anggota
keluarg
yang
pernah
mengalami pennyakit
yang
sama seperti klien. Analisa : Berdasarkan hasil dari riwayat kesehatan Nn. D ditemukan klien masuk melalui IGD pada hari senin tanggal 14 juni 2021 jam 08.00 wib, dengan keluhan : demam selama 3 hari, batuk,badan terasa lemah, dan persendian terasa sakit, nyeri ulu hati (+), mual dan muntah (+), nafu makan menurun, keluarga mengatakan demam naik turun.
d. Kebutuhan Dasar a) Pola Nutrisi n o 1.
Data
sehat
Sakit
Nutrisi MB
(makanan ML
(makanan
30
Jenis
biasa)
lunak)
Frekuensi
3x sehari
3x sehari
Porsi
1 porsi
½ porsi
Alergi
Tidak ada
Tidak ada
Kesulitan
Tidak ada
Tidak ada
Air
Infus
putih,teh,susu
24x/m, air putih
i. 2.
Cairan
Jenis
RL
1000ml/hari
Banyak
Alergi
1500ml/hari
Tidak ada
Kesulitan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
b) Pola Eliminasi Pola Eliminasi BAB
Sehat Klien mengatakan
bab
Sakit 1x klien mengaatakan bab
sehari, konsistensi lembek dan 1x sehari, konsistensi bau
khas,
warna
kuning lembek, warna kuning
kecoklatan, tidak ada masalah kecoklatan, bau khas, pada bab BAK
tida ada masalah pada
bab Klien mengatakan bak 4-5x Klien mengatakan bak sehari, warna kuning jernih, 3-4x
sehari,
warna
bau khas, tidak ada masalah kuning
pekat,
bau
pada saaat bak
tidak
ada
khas,
masalah pada saat bak
c) Personal Hygien Data Mandi
Sehat Sakit Klien mengatakan Klien mengatakan
31
mandi
2x selama sakit klien
sehari,gosok 3x sehari
gigi maandi 1x sehari dengan lap basah, dan gosok gigi 1x
Pemelihaaran
sehari Klien mengatakaan Klien mengatakan
Rambut
keramas
Pemeliharaan kuku
seminggu belum ada keramas Klien mengatakan Klien mengataakan
2-3x selama sakit klien
kuku masih terjaga kuku masih terjaga kebersihannya
kebersihannya
d) Istiraahat da tidur Data Waktu tidur
Sehat Sakit Klien mengatakaan Klien pada
malam
hari pada saat sakit klien
klien
tidur
jam tidur jam 23.00 wib
22.00 wib bangun dan Masalah tidur
mengatakan
jam 05.30 wib Klien
bangun
jam
06.00 wib
mengatakan Klien mengaatakan
tidak ada masalah tidak ada masalah ketika mau tidur
ketika tidur
e. Data psikologis, sosial, dan spritual a) Data psikologis Klien mengaatakan tidak merasa cemas atas kondisinya saat ini dan menerima tindakan yang dilakukan demi kesembuhannya b) Data sosial Klien mengatakan anggota keluarga yang paling dekat dengannya saat ini adalah ibu dan adiknya. Klien juga mengatakan memiliki hubungan baik dengan orang yang berada di sekitar tempat tinggalnya. c) Data spritual
32
Klien
mengatakan
menganut
agama
islam,
dan
klien
mengatakaan biasanyaa selalu menjalankan sholat 5 waktu, dan selama sakit klien mengatakan baahwa badannya merasa lemas atau lemah. f. Lingkungan Klien mengatakan
pekaraangaan rumahnya asri banyak
ditanam tumbuhan,tempat pembuaangan sampah tidak jauh dari rumah. g. Pemeriksaan Fisik Keadaaan umum :
Kesadaran : composmentis
Gcs : v :6
Ttv : Td : 100/60 mmHg
m :5
e :4
N : 84x/m P : 22x/m S : 38 C Pemeriksaaan Fisik : Keadaan Fisik
Pemeriksaan (IPPA)
Kepala
I : bentuk kepala normal, rambut warna hitam, rambut bersih, tidak terlihat ketombe, rambut pendek
Mata
P : tidak ada nyeri tekaan dan udem I : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, respon pupil terhadaap cahaya baik, mata masih berfungsi dengan baik
Hidung
P : tidak ada nyeri tekan I : hidung simetris kiri dan kanan , tidak ada polip, fungsii penciuman baik
Mulut dan Gigi
P : tidak terdappaat nyeri tekaan I : mukosa bibir kering, lidah bersih, gigi bersih, tidak ada gigi berlobang P : tidak adaa nyeri tekan
33
Telinga
I : simetris kirri dan kanan, tidak ada kotoran dalam telinga, fungsi pendengaran baik
Leher
P :tidak terdapat nyeri tekan I : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, tidak terdapat
pembengkakan
vena
jagularis,
leher
ssimetris kiri dan kanan, tidak ada lesi atau bekas luka P : tidak ada udem., tidak terdapat nyeri tekan, Paru
pembesaran kelenjer tyroid tidak teraba I : tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan, tidak aada lesi P : tidak ada nyeri tekan, takstil fermitus teraa P : sonor
Jantung
A : bunyi nafas vesikuler I : dada terligat bersih tidak ada kelainan, tidak terdapat lesi P : tidak da nyeri tekan, iktus kordis teraba pada ics 2-5 P : normal, bunyi pekak karena terdaapat orgaan jantung A : tidak ada suara tambahan, bunyi jantung normal
Abdomen
lup-dup I : simetris kiri dan kanan, tidak ada ada bekas luka, tidak ada benjolan P : ada nyeri tekan baada abdomen P : bsing usus 21x/m
Eksremitas
A :tympani I :ekstemitas atas baagiaan kanan terpasang infus RL 24x/m, tidak ada kelainan pada ekstremitas P : tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat, kulit
Integumen
lembab, turgor kulit baik I : terdapat bintiik kemerahan disekitar taangan sebelah kiri, warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, akral hangat
34
P : kulit teraba panas Tidak ada kelainan pada genetaalia
Genetalia
h. Data Penunjang Pemeriksaan Hemoglobin
Hasil
Leukosit Trombosit Hematokrit
10.680 21.000 30,9
Nilai P : 14-18, W : 12-16
10,3
gr/dl 5000-10.000 mm3 150-400 rb mm3 P :40-48, W : 38-48%
i. Therapy Injeksi : a) Dexametasol 2x2 ( untuk mengurangi peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh) b) Ceftriaxone 2x1 (obat antibiotik bisa digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus) c) Ranitidin 2x1 (untuk menangani penyakit yang berkaitan dengan asam berlebihaan di lambung) Tablet : a) Pct (paracetamol) 3x1 ( untuk penurun panas) b) Domperidon 3x1 (untuk meredakan mual muntah) Infus RL 24x/m (untuk mengganti cairan tubuh yang hilang ) j. Data Fokus Data subjektif
Klien
Data objektif mengatakan
badan panas
panas
Keluarga
klien
mengatakan
demam
sejak 3 hari
Keluarga
Badaan klien terasa
Keadaan umum lemah Td : 100/60 mmHg N : 84x/m
mengatakan
demam naik turun
P : 22x/m S : 38 c
35
Klien
mengatakan
persendian sakit
Klien badan Klien
Klien tampak lemah
Badan
mengatakan terasa
lemah
atau lemas
klien
bekeringat
Mukosa bibir kering
Makan habis ½ porsi
mengatakan
mual dan muntah
Klien
mengatakan
nyeri pada ulu hati
Klien
mengaatakan
nafsu maakan menurun
Mengeluh haus
B. Analisa Data No Analisa Data 1. Ds :
Klien
Etiologi Proses penyakit
Problem Hipetermi
Kekurangan
Hipovolemik
mengatakan
badan panas
Keluaga
klien
mengatakan
demam
sejak 3 hari
Keluarga mengatakan demam naik turun
Do :
Badan
klien
terasa
panas
Suhu tubuh meningkat S : 38 C N :84x/m P :22x/m Td :100/60 mmHg
2.
Ds :
36
Klien merasa lemas
Mengeluh haus
intake cairan
Do :
Mukosa bibir kering
Klien tampak lemah
Suhu tubuh meningkat S :38 C N :84x/m P : 22x/m Td : 100/60 mmHg
3.
Ds :
Faktor Klien badan
mengaatakan psikologis (mis: terasa
lemah keengganan untuk makan)
atau lemas
Defisit nutrisi
Klien
mengatakan
nafsu makan menurun
Klien
mengatakan
mual dan muntah Do :
Makana habis ½ porsi
Klien tampak lemah
Keadaan umum lemah
C. Diagnosa keperawatan 1. Hipetermi b/d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (38 C) 2. Hipovolemik b/d kekurangan intake cairan d.d mengeluh haus 3. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (mis: keengganan untuk makan) d.d nafsu makan menurun
37
D. Intervensi Keperawatan Dx.keperawatan D.0130
SLKI Termoregulasi
SIKI Manajemen hipetermia
Hipetermi
L.14134
I.15506
b/dproses penyakit Setelah
diberikan Observasi :
d.d suhu tubuh di asuhanan
keperawatan
atas normal (38 C)
1x8
selama
jam
Identifikasi penyebab
diharapkan suhu tubuh
hipetermia ( mis:
klien membaik dengan
dehidrasi, terpapar
kriteria hasil:
lingkungan panas)
Menggigil menurun skor 5
Kulit
merah
Suhu
tubuh
Suhu
kulit
Monitor
kadar
elektrolit
membaik skor 5
suhu
tubuh
menurun skor 5
Monitor
Monitor
haluan
urine
Monitor
membaik skor 5
komplikasi akibat
Tekanan
hipetermi
darah
membaaik skor Terapeutik : 5
Sediakan lingkungan
yang
dingin
Longgarkan
atau
lepaskan pakaian
Basahi dan kipas permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Gaanti line setiap hari atau jika lebih sering mengalaami hiperhidrosis
38
(keringat berlebihan)
Lakukan pendinginan eksteernall kompres
(mis: dingin
pada
dahi,
leher,dada)
Hindari pemberian antipiretik
atau
aspirin
Berikan
oksigen,
jika perlu Edukasi :
Anjurkan
tirah
baring Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian dan intravena,
D.0003 Hipovolemik kekurangam
elektrolit jika
perlu Manajemen hipivolemia
Status cairan b/d L.03028
I.03116
Setelah
diberikan Observasi :
intake cairan d.d asuhanan
keperawatan
mengeluh haus
1x8
selama
cairan
Periksa tanda dan
jam
gejala hipovolemia
diharapkan intake cairan
(mis: lemah, haus,
klien membaik dengan
nadi
kriteria hasil:
tekanan
Kekuata
nadi
membaik skor 5
menurun, drah
menurun,nai terasa lemah, turgor kulit
39
Turgor
menurun,membran
kulit
mukosa kering)
membaik skor 5
Output
urine
output cairan
membaik skor 5
Keluhan
haus Terapeutik :
menurun skor 5
Frekuensi
Tekanan
darah
Tekanan
cairan oral
Anjurkan memperbanyak
mukosa
asupan cairan oral
Berat
Anjurkan menghindari
badan
membaik skor 5
perubahan
Intake
mendadak
cairan
membaik skor 5
asupan
Membran membaik skor 5
Berikan
nadi Edukasi :
membaik skor 5
posissi
trendelennbung
membaik skor 5
Berikan modified
nadi
membaik skor 5
Hitung kebutuhan cairan
Perasaan lemah menurun skor 5
Monitor intake dan
Suhu
tubuh
posisi
Kolaborasi :
Kolab
pemberian
cairan IV isotonik
membaik skor 5
(mis: NaCl, RL)
Kolab pemberiaan cairan IV hipotonis (mis:NaCl
0.4%,
glukosa 2,5%)
Kolab
pemberian
cairan IV koloid (mis:
albumin,
plasmanate)
40
D.0019
Status nutrisi
I.03119
psikologis Setelah
diberikan Observasi :
(mis: keengganan asuhanan
keperawatan
untuk makan) d.d selama
1x8
nafsu menurun
jam
makan diharapkan status nutrisi
identifikasi
Identifikasi dan
kriteria hasil:
makanan
Porsi
makan
makanan
cukup
disukai
5
Kekuatan
otot
Identifikasi
5
penggunaan selang
Kekutan
otot
nasogastric
Perasaan
cepat
kenyang
cukup
Monitor
asupan
makanan
Monitor
berat
badan
Monitor
hasil
menurun skor 5
pemeriksaan
Berat
laboratorium
badan
membaik skor 5 Indeks
massa
tubuh membaik
Terapeutik
Frekuensi
Lakukan hygiene
skor 5
kalori
perlunya
5
Identifikasi
meningkat skor
meningkaat skor
yang
dan jenis nutrien
menelan
intoleransi
kebutuhan
mengunyah
alergi
Identifikasi
yang dihabiskan meningkat skor
status
nutrisi
klien membaik dengan
pemberian
produk darah Manajemen nutrisi
Defisit nutrisi b/d L.03030 faktor
Kolab
oral sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi
41
makan membaik
menentukan
skor5
pedoman diet
Nafsu
makan
membaik skor 5
Sajikan
makanan
secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan
makanan
tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan,
jika
perlu
Hentikan pemberian makanan selang jika
melalui nasogatrik
asupan
oral
dapat ditoleransi Edukasi
Anjurkan
posisi
duduk, jika perlu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
menentukan jumlah kalori dan
42
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika
perlu
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/tgl
Dx
/jam Kamis
keperawatan Hipetermi
17/06/21 10.45
Implementasi 1. Monitor
Evaluasi suhu S
:klien
mengatakan
tubuh
badan masih terasa panas,
2. Monitor
klien mengatakan ganti
komplikasi
akibat linen setiap hari, klien
hipetermia 3. Monitor
mengatakan
menggigil,
kadar klien mengataka hanya
elektrolit
istirahat aja
4. Sediakan lingkungan
yang O
dingin 5. Longgarkan
:
klien
tampak
lemah,klien tampak diam atau di atas tempat tidur
lepaskan pakiaan
Td : 100/70 mmHg
6. Basahi atau kipas S : 38 c permukaan tubuh 7. Berikan cairan oral
N : 80x/m P : 22x/m
8. Ganti linen setiap hari 9. Anjurkan
A
:
masalah
belum
tirah teratasi
baring P : intervensi dilanjutkan (1 2 3 4 5...) Kamis 17/06/21 10.45
Hipovolemik
1. Periksaa tanda dan S : klien mengatakan gejala hipovolemia
badan terasa lemas, klien
2. Monitor intake dan mengatakan masih sering
43
outpu cairan
terasa haus
3. Hitung kebutuhan cairan
O : klien tampak lemah,
4. Anjurkan
mukosa
menghindari perubahan
A
belum
IV
isotonik
10.45
:
teratasi
pembberian
17/06/21
masalah
posisi
5. Koaborasi
Status nutrisi
tampak
kering
mendadak
Kamis
bibir
P : intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi
(1 2 3 4 5...) S : Klien mengatakan
status nutrisi
mual dan muntah, Klien
2. Mengidentifikasi kebutuhan
mengatakan
kalori nafsu
dan jenis nutrient
makan,
mengatakan
3. Memonitor asupan yang makanan
tidak
dimakan
ada Klien
makanan hanya
habis ½ porsi
4. Memonitor
hasil
pemeriksaan O : klien tampak lemah,
laboratorium 5. melakukan hygiene
oral porsi makan yang sebelum habiskan ½ porsi
di
makan 6. memberikan makanan
tinggi
kalori dan tinggi
A
:
masalah
belum
teratasi
protein 7. memberikan suplemen makanan 8. menganjurkan posisi duduk
P : interensi dilanjutkan (1 2 3 4 5...)
44
9. mengkolaborasi dengan
ahli
gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan Jum’at
Hipetermi
18/06/21
1. Monitor
suhu S : klien mengatakan
tubuh
10.00
2. Monitor
demam sudah berkurang, kadar klien mengatakan sudah
elektrolit
tidak menggigil lagi
3. Sediakan lingkungan
yang
dingin 4. Longgarkan
O : klien tampak lebih atau ceria dari pada kemarin
lepaskan pakiaan
Td :110/70
5. Basahi atau kipas S : 37,5 C permukaan tubuh 6. Berikan cairan oral
N : 81x/m P : 20x/m
A
:
masalah
belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan Jum’at 18/06/21 10.00
Hipovolemik
(1 2 3 4...) 1. Periksaa tanda dan S : klien mengatakan gejala hipovolemia
badan udah gak lemas
2. Monitor intake dan lagi, outpu cairan 3. Hitung kebutuhan cairan
klien
masih haus
mengatakan
45
4. Anjurkan
O : klien sudah tidak
menghindari perubahan
lemah lagi, mukosa bibir posisi masih kering
mendadak 5. Kolaborasi pemberian
IV A
isotonik
:
masalah
belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan Jum’at
Status nutrisi
18/06/21
1. Mengidentifikasi status nutrisi
10.00
mual
2. Mengidentifikasi alergi
( 1 2 3 4...) S : kien mengataakan muntah
berkuraang,
sudah klien
dan mengatakan nafsu makan
intoleransi
sudah mulai meningkat,
makanan
makan yang di habiskan
3. Mengidentifikasi makanan
sudah 1 porsi
yang
disukai 4. Mengidentifikasi kebutuhan
O : klien tampak lemah
kalori sudah mualai berkurang,
dan jenis nutrient 5. makan
makanan
yang
di
habiskan 1 porsi
6. memberikan makanan
tinggi
kalori dan tinggi A protein
:
masalah
belum
teratasi
7. memberikan suplemen makanan P : intervensi dilanjutkan Sabtu
Hipetermi
1. Sediakan
(1 2 3 4...) S : S : klien mengatakan
46
19/06/21
lingkungan
11.00
dingin 2. Longgarkan
yang suhu tubuh sudah kembali normal, klien mengatakan atau sudah
lepaskan pakiaan
tidak
menggigil
lagi
3. Basahi atau kipas permukaan tubuh 4. Berikan cairan oral
O
:
klien
tampak
bersemangat Td :110/80 S : 36,8C N : 80x/m P : 20x/m
A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan Sabtu
Hipovolemik
19/06/21
1. Periksaa tanda dan S : klien mengatakan gejala hipovolemia
11.00
sudah bersemangat, klien
2. Monitor intake dan mngatakan tidaak ada lagi outpu cairan
rasa haus
3. Hitung kebutuhan cairan 4. Kolaborasi pemberian isotonik
O
:
klien
IV bersemangat,
sudah mukosa
bibir lembab
A : masalah teratasi
Sabtu
Status nutrisi
1. Mengidentifikasi
P : intervensi dihentikan S : kien mengataakan
47
19/06/21
makanan
11.00
disukai
yang mual muntah sudah tidak terasa, klien mengatakan
2. Mengidentifikasi kebutuhan
nafsu
makan
sudah
kalori meningkat, makan yang
dan jenis nutrient
di habiskan sudah 1 porsi
3. memberikan makanan
tinggi
kalori dan tinggi O protein
:
klien
bersemangat,
4. memberikan
tampak makanan
yang di habiskan 1 porsi
suplemen makanan A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
F. Pembahasan Kasus 1. Pembahasan Pada pembahasan kasus ini mahasiswa akan membandingkan antara kasus dengan teori, denga aplikasi atau asuhan keperawatan pada Nn. D dengan kasus yang telah dilakukan pada tanggal 17 juni – 19 juni 2021 di ruang Rasuna Said Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo penelitian,
Padang.
diagnosa
Kegiatan keperawatan,
yang
dilakukan
intervensi
meliputi
keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan sebagai berikut : 1) Pengkajian Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang telah dilakukan yaitu pengumpulan data, mengelompokkan data, dan menganalisis data.
48
Pengkajian
dan
pendokumentasian
yang
lengkap
tentang kebutuhan pasien dan dapat mencapai tujuan dalaam pemberian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 17 juni – 19 juni 2021 di Ruang Rasuna Said Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang. Keluhan pada Nn. D yaitu demam tinggi sejak 3 hari, persendian sakit, nyeri pada ulu hati, badan terasa lemah atau lemas, batuk, mual dan muntah, merasa haus, nafsu makan menurun, demam naik turun. 2) Diagnosa Keperawatan Tahap
kedua
merumuskan
darii
asuuhan
diagnosa
keperawatan
keperawtan.
yaitu
Diagnosa
ditegakkan berdaasarkan analisa dan didapatkaan dari hasil pengkaajian. Setelah dilakukn analisa terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan. Dari masalah keperawatan kasus di atas maka diisusunlah diagnosa keperawtan berdasarkan tingkat prioritaas untu pelaksaan intervensi yaitu : a) Hipetermi b/d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (38 C) b) Hipovolemik b/d kekurangan intake cairan d.d mengeluh haus c) Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (mis: keengganan untuk makan) d.d nafsu makan menurun Sedangkan menurut SDKI (2016) diagnosa pasien Tifoid adalah : a) Resiko
perdarahaan
koagulasian
d.d
gangguuan
49
b) Hipovolemia b/d kehilangan volume cairan secara aktif d.d frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, turgor kulit menurun, membrn mukosa kering, mengeluh haus, merasa lemah c) Hipetermia b/d proses insfeksi d.d suhu tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, takipea, kejang d) Defisit
nutrisi
mengadsorbsi
b/d
ketidakmampuan
nutrient
(mual,muntah),
anoreksi d.d berat badan menurun maksimal minima 10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, naafsu makaan mnurun,
otot
mengunyah
lemah,
otot
menelan lemah, diare e) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d.d mengeluh
lelah
frekuensi
jantung
meningkat, merasa lemah, tekanan darah meningkat. 3) Interveni keperawatan Intervensi keperawatan dilakukaan sesuai dengan masalah yang sedang dialami oleh klien. Intervensi dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual daan dilanjutkan
dengaan
intervensi
untuk
masalah
keperwatan bersifat resiko. Intervensi yang dilakukan berdasarkan masalah yang muncul pada klien dengan tindakan yang tepat. Pada kasus Nn. D intervensi yang muncul berdasarkan hasil analisa data dan diagnosa yang muncul, antara lain : a) Hipetermia b/d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (38c)
50
Identifikasi penyebab hipetermia ( mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas), Monitor suhu tubuh, Monitor kadar elektrolit, Monitor haluan urine, Monitor komplikasi akibat hipetermi, Sediakan lingkungan yang dingin, Longgarkan atau lepaskan pakaian, Basahi dan kipas permukaan tubuh, Berikan cairan oral, Gaanti line setiap hari atau jika lebih sering
mengalaami
(keringat
hiperhidrosis
berlebihan),
Lakukan
pendinginan eksteernall (mis: kompres dingin pada dahi, leher,dada), Hindari pemberian
antipiretik
atau
aspirin,
Berikan oksigen, jika perlu, Anjurkan tirah
baring,
Kolaborasi
pemberian
cairan dan elektrolit intravena, jika perlu b) Hipovolemik b/d kekurangan intake cairan d.d mengeluh haus
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis:
lemah,
haus,
nadi
menurun,
tekanan drah menurun,nai terasa lemah, turgor kulit menurun, membran mukosa kering), Monitor intake dan output cairan, Hitung kebutuhan cairan, Berikan posissi
modified
trendelennbung,
Berikan asupan cairan oral, Anjurkan memperbanyak
asupan
cairan
oral,
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak, Kolab pemberian cairan IV isotonik
(mis:
pemberiaan
NaCl,
cairan
RL), IV
Kolab
hipotonis
51
(mis:NaCl 0.4%, glukosa 2,5%), Kolab pemberian
cairan
IV
koloid
(mis:
albumin, plasmanate), Kolab pemberian produk darah c) Defisit nutrisi b/d faaktor psikologis (mis: keengganan untuk makan) d.d nafsu makan menurun
identifikasi status nutrisi, Identifikasi alergi
dan
Identifikasi
intoleransi makanan
makanan,
yang
disukai,
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien,
Identifikasi
perlunya
penggunaan selang nasogastric, Monitor asupan makanan, Monitor berat badan, Monitor hasil pemeriksaan laboratorium, Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu,
Fasilitasi
menentukan
pedoman diet, Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai, Berikan makanan
stinggi
kalori
dan
tinggi
protein, Berikan suplemen makanan, jika perlu, Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi, Anjurkan posisi duduk, jika perlu, Ajarkan diet yang diprogramkan,
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum makan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu Menurut
penelitian
keperawatan
yang
diberikan pada klien tifoid sudah sesuai
52
dengan teori dan hasil penelitian, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara hasil laporan kasus dengan teori sesuai diagnosa yang sudah ditemukan. Hal ini disebabkan intervensi
yang
diteori
bisa
menjadi
perencanaan pada kasus yang sedang diteliti 9revaldi putra,2017) d) Implementasi Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan
ke
dalam
bentuk
intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
melakukan
implementasi
keperawatan, penulis menyesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Selama melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak menemukan kendala. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telat disusun, yang disesuikan dengan kondisi Nn. D, implementasi dicatat kedalam bentuk catatan dokumentasi yang bertujuan untuk melihat perkembangan klien ataupun bentuk dari recana keperawatan yang belum dikerjakan, sehingga intervensi terhadap Nn. D dapat
diberikan
sesuai
dengan
rencana
keperaawatan yang telah disusun. Implementasi diberikan selam 3 hari berturut –turut,
selama
melakukan
implementasi
keperawatan terhadap Nn. D implementasi pertama dilakukan pada tanggan 17 juni 2021
53
dengan hipetermi b/d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (38 c). Monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yaang dingin, gunakan pakaian yang longgar, ganti linen setiap hari, bsahi dan kipas permukaan tubuh. Impleementasi kedua dilakukan pada tanggal 18
juni
2021
dengan
hipovolemik
b/d
kekurangan intake cairan d.d mengeluh haus, monitor intake dan output cairan, Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: lemah, haus, nadi menurun, tekanan drah menurun,nai terasa lemah, turgor kulit menurun, membran mukosa kering). Implementasi ketiga dilakuan pada tanggal 19 juni 2021 pada Nn. D adalah defisit nutrisi b/d faktor psikologis (mis:keengganan untuk makan) d.d nafsu makan menurun. Mengidentifikasi
makanan
yang
disukai,
mengidentifikaasi kebutuhan kalori, dan jenis nutrient, memberikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein, memberikan suplemen makanan. e) Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan
yang
merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil
yang
dibuat
pada
tahap
perencanaan. Dalam tahap evaluasi keperawatan penulis menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
54
keefektifan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari rawatan. Hasil evaluasi yang didapatkan pada Nn. D masalah hipetermi b/d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (38 C), klien mengatakan suhu sudah kembali normal, klien mengatakan sudah tidak menggigil lagi, klien tampak bersemangat, td: 110/80 mmHg, s: 36,8C, N: 80x/m, p: 20x/m, maasalah terataasi pasien pulang Hasil evaluasi yang dilakuakan pada Nn. D masalah
keperawatan
hipovolemik
b/d
kekurangan intake cairan d.d merasa haus, klien mengatakan
sudah
bersemaangat,
klien
mengatakan sudah tidak merasa haus lagi, mukosa
bibir
lembab,
masalah
teratasi,
Hasil evaluasi pada Nn. D
masalah
intervensi dihentikan. keperawataan
defisit
nutrisi
b/d
faktor
psikologis (mis: keenggaanan untuk makan) d.d naafsu makan menurun, klien mengatakan muaal muntah sudah tidak terasa, nklien mengatakan nafsu makan meningkat,porsi makn yang
dihaabiskan
bersemangat, dihentikan.
BAB V
1
masalah
porsi,klien teratasi,
tampak intervensi
55
PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil asuhan keperawatan Nn.D dengan Tifoid maka dapat di ambil kesimpulan bahwa : 1. Pengkajian Berdasarkan hasil dari riwayat kesehatan pada kasus klien,klien masuk ruang II dengan keluhan demam tinggi. Berdasarkan haasil pengkajian di atas dapat penulis asumsikan bahwa penyakit yang dialami oleh klien turut dipengaruhi oleh kelelahan 2. Diagnosa Dianalisa dari diagnosa keperawatan yang didapatkan ditemukan adanya sedikit perbedaan antara teori dengan data di lapangan yang didapatkan. Pada hasil anaalisa diagnosa keperawatan pada klien ditemukanadalaahpeningkatansuhu tubuh (hipetermi),hipovolemik, dan defisit nutrisi 3. Intervensi Dalam
membuat
intervensi
keperawatan
penulis
dapat
melaksanakan dengan baik, karena disesuaikan teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah klien dengan tifoid 4. Implementasi Pada tahap ini tindakan keperawatan terhadap klien disesuaikan dengan perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis. Semua perencanaan di implementasi oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang di inginkan. 5. Evaluasi Klien mampu mengetahui penyebab tifoid Klien mampu mengatasi tifoid B. SARAN 1.Bagi Mahasiswa Diharapkan mengaplikasikan atau menerapkan ilmu yang telah dapat sebelumnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien
56
melalui asuhan keperawatan pada klien Nn. D dengan masalah tifoid 2.Bagi Klien Diharapkan dengan memberikan asuhan tentang penyakitnya, pengetahuan klien bertambah dan mengatasi masalah penyakit secara baik. 3.Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat sebagai bahan masukan kepustakaan untuk meningkatkan
dan
pengembangan
pendidikan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan tifoid
DAFTAR PUSTAKA
serta
ilmu
57
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius. Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna Publishing. Asmadi. 2008. Konsep
Dasar
Keperawatan.
Edisi
1.
EGC.
Jakarta
Bare
&
Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG. Direktorat Bina Gizi Fadhillah Harif , 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia).Jakarta Galuh, 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Di RSUD Tugurejo Semarang. (Di download tanggal 20 juni 2019) Handayani, 2017. Kejadian Demam Typoid Di Wilayah Puskesmas Karang Malang. (Di download tanggal 20 juni 2019) Hilda, 2013. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid Berdasarkan Kebersihan Diri Dan Kebiasaan Jajan Di Rumah. (Di download tanggal 20 juni 2019) Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang Kemenkes Ri Kohlberg, Lawrence. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius, 1968. Mansur, H. 2008. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: SalembaMedika. Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).
58
Asuhan Keperawatan Bayi danAnak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika Potter, P.A, Perry, A.G, 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC; Rampengan, T.H. (2007). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC Simanjuntak, N.A. 2009. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Universitas Sumatra Utara Medan. Soedarmo,Sumarmo S. Poorwo.dkk, 2008.Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi Kedua.Jakarta:Badan Penerbit IDAI.Hal.155-18 Supartini. 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta WHO, 2014. Maternal
Mortality:
World
Health
Organization.
Organization (WHO), 2014. Angka Kematian Bayi. Amerika
World
Health