2 Reg B - Kelompok 3 - Makalah Konsep Terapi Musik Pada Pasien Gangguan Jiwa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ELEKTIF KONSEP TERAPI MUSIK DENGAN KLIEN GANGGUAN JIWA



Dosen Pembimbing : H. Kastubi, S.Kep.Ns., M.M.Kes. Disusun Oleh : 1.



Prasetyo Pujo R.



(P27820119085)



2.



Putri Dewi Cahyani



(P27820119086)



3.



Putri Dewi Nurbayti



(P27820119087)



4.



Rendy Andhika P.



(P27820119088)



5.



Rine Priga Auratika



(P27820119089)



6.



Riris Vernanda Putri



(P27820119090)



7.



Shofia Widya Safitri



(P27820119091)



8.



Silvia Kusumaningtyas



(P27820119092)



9.



Siti Nur’aini



(P27820119093)



10.



Syafillah Rahmania



(P27820119094)



11.



Umam Farisal L. M.



(P27820119095)



12.



Wieke Sharah F.



(P27820119096)



13.



Wulan Sekar O.



(P27820119097)



14.



Yuniar Sulistyo K.



(P27820119098)



15.



Zalsabila Ramadhani



16.



Zelika Nur Aviva



(P27820119099) (P27820119100)



TINGKAT II REGULER B PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA TAHUN AJARAN 2020/202



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama bapak H.Kastubi, S.Kep.Ns.,M.M.Kes. yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Surabaya, 12 Desember 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................i KATA PENGANTAR..........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2 1.3 Tujuan .....................................................................................................2 1.4 Manfaat....................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Terapi Musik.........................................................................4 2.2 Sejarah Terapi Musik..............................................................................5 2.3 Mekanisme Musik Terhadap Tubuh Manusia dan Perilaku....................5 2.4 Manfaat Terapi Musik.............................................................................6 2.5 Indikasi Terapi Musik.............................................................................8 2.6 Jenis Terapi Musik..................................................................................8 2.7 Proses Terapi Musik................................................................................9 2.8 Langkah-Langkah Terapi Musik............................................................11 2.9 Kasus dan Penyelesaian Pasien Gangguan Jiwa Dengan Terapi Musik 15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................17 3.2 Saran.......................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak selamanya terlahir di dunia dengan kesempurnaan fisik. Banyak anak yang terlahir dengan keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut meliputi tunadaksa (cacat tubuh), tuna rungu (cacat telinga), tuna grahita (cacat mata), dan tuna wicara (tidak bisa bicara). Depresi menurut Ibrahim (2004) adalah gangguan alam perasaan (afek) yang ditandai dengan kemurungan, rasa sedih, rasa tak berdaya, rasa bersalah, dan rasa berdosa. Apabila makin berat maka akan sampai pada rasa putus asa dan tak jarang akan timbul pikiran ingin mati, bahkan tindakan bunuh diri. Freud (dalam Ibrahim, 2004) membedakan depresi dari duka cita atas dasar bahwa individu terdepresi merasakan penurunan harga diri yang mendalam, terutama dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri. Penelitian dengan menggunakan intervensi musik untuk menurunkan depresi cukup banyak dilakukan. Dewi (2006), melakukan penelitian pada kelompok eksperimen yang dikenal terapi gending. Hasilnya menunjukkan mereka mengalami penurunan pada manifestasi ekspresi gejala depresi dengan proses yang cepat, dominan pada aspek emosi dan segera diikuti oleh aspek perilaku, motivasi, kognitif, dan vegetatif. Selanjutnya pada penelitian Maratos, dkk (2005), melakukan penelitian dengan menggunakan terapi musik yang terbukti dapat diterima oleh orang-orang depresi yang berhubungan dengan perbaikan suasana hati. Penelitian yang dilakukan oleh Siedliecki dan Good (2006), menunjukkan hasil pada kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan musik memiliki kekuatan lebih dalam mengurangi rasa sakit, depresi, serta cacat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Perez dkk (2010), menyatakan bahwa grup musik-terapi menunjukkan berkurangnya gejala depresi dari kelompok psycohterapy, dan ini terbukti signifikan secara statistik dengan uji Friedman. Perez dkk (2010) mengusulkan bahwa pasien dengan depresi 1



rendah dan sedang dapat menggunakan musik untuk meningkatkan efek dukungan psikologis. Dewi (2006) menggunakan subjek penelitiannya dengan kategori depresi berat dan sedang. Lerik dan Prawitasari (2005), melakukan penelitian pada subjek dengan kategori depresi 25 keatas (depresi berat). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dari terapi musik? 2. Bagaimana sejarah dari terapi musik? 3. Bagaimana mekanisme terapi musik terhadap tubuh manusia dan perilaku? 4. Bagaimana manfaat terapi musik? 5. Bagaimana indikasi dilaksanakannya terapi musik? 6. Bagimana jenis-jenis dari terapi musik? 7. Bagaimana proses terapi musik? 8. Bagaimana langkah-langkah terapi musik? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi musik 2. Untuk mengetahui sejarah dari terapi music 3. Untuk mengetahui mekanisme terapi musik terhadap tubuh manusia dan perilaku 4. Untuk mengetahui manfaat terapi musik 5. Untuk mengetahui indikasi dilaksanakannya terapi musik 6. Untuk mengetahui jenis-jenis dari terapi musik 7. Untuk mengetahui proses terapi musik 8. Untuk mengetahui langkah-langkah terapi musik



2



1.4 Manfaat 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari terapi musik 2. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah dari terapi music 3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme terapi musik terhadap tubuh manusia dan perilaku 4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat terapi musik 5. Mahasiswa dapat mengetahui indikasi dilaksanakannya terapi musik 6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dari terapi musik 7. Mahasiswa dapat mengetahui proses terapi musik 8. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah terapi musik



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Terapi Musik Menurut Djohan (2016), terapi musik didefinisikan sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Terapis musik sudah memiliki banyak metode dan pendekatan, beberapa menggunakan alat yang berorientasi pada perilaku interaksi, berimprovisasi sambil mendengarkan dan atau aktif bermain musik (Wimpory dalam Djohan, 2016). Otak manusia adalah otak yang musikal dan irama musik memiliki kekuatan langsung untuk memengaruhi kinerja kognitif. Musik menyediakan proses belajar melalui model sensori aural kinetik, dan visual yang sekaligus mengembangkan inteligensi musical. Musik mampu menghadirkan rasa aman, mendukung dan mengurangi stress karena musik memiliki daya Tarik alamia sebagai stimulus dan sebagai bagian proses belajar (Djohan, 2016). Terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik merupakan terapi yang bersifat non verbal, penyembuhan melalui suara yaitu penggunaan vibrasi frekuensi atau bentuk suara yang dikombinasikan (Djohan, 2016). Terapi musik adalah sebuah teknik pelengkap pengobatan dengan menggunakan perintah musik oleh pelatih terapis. Sedangkan menurut Sulistyowati (2009) terapi musik adalah kontrol penggunaan musik di bawah panduan pelatih terapi musik untuk membantu orang mengatasi kondisi bermasalah. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terapi musik adalah teknik penyembuhan baik fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia serta bersifat non verbal dengan menggunakan bunyi atau irama, dibawah pelatih terapi musik.



4



2.2 Sejarah Terapi Musik Teknologi terapi musik mulai dikenal diakhir abad 18. Kemudian tahun 1950 dibentuk organisasi professional yang dikenal sebagai organisasi NANT (National Asociation for Music Therapy). Pada tahun 1998 kemudian berganti nama menjadi AMTA (American Music Therapy Asosiation) pada tahun 2008. 2.3 Mekanisme Musik Terhadap Tubuh Manusia dan Perilaku Gambaran mekanisme sensorik musik terhadap fisiologi tubuh manusia otak bagian kiri adalah proses analisa kognitif dan aktifitas, sedangkan otak bagian kanan sebagai proses artistik, aktifitas imajinasi. Unsur unsur musik yaitu irama, nada dan intensitasnya masuk ke kanalis iuditorus telinga luar yang disalurkan ketulang-tulang pendengaran, musik tersebut akan dihantarkan ke thalamus berkurang (Djohan, 2016). Musik mampu mengaktifkan memori yang tersimpan di limbik dan mempengaruhi sistem syaraf otonom melalui neuritransmiter yang akan memengaruhi hipotalamus lalu ke hipofise. Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofise mampu memberikan tanggapan terhadap emosi oral melalui feedback negatif ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon pinepris, neropineprin dan dopamin yang disebut hormon-hormon stres. Masalah mental seperti ketegangan dan stres berkurang (Djohan, 2016). Pengaruh musik dalam perilaku di gambarkan pada gambar berikut :



2.4 Manfaat Terapi Musik 5



Menurut Sulistyowati (2009) terapi musik dapat meningkatkan inteligensi seseorang, dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran memotifasi dari segala yang dilakukan, perkembangan kepribadian, memberi kekuatan komunikasi. Terapi musik bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, mengendalikan stress, mengurangi rasa sakit, mengekspresikan



perasaan,



meningkatkan



memori,



meningkatkan



kemampuan komunikasi, mempercepat rehabilitasi (Pratiwi, 2008). American Music Therapy Association (2008) mengungkapkan tujuan terapi musik yaitu untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh dalam fungsi fisik dan fungsi sosial. Sedangkan tujuan spesifik untuk menurunkan ketegangan otot, menurunkan kecemasan, menurunkan agresi, memperbaiki hubungan interpersonal, meningkatkan motivasi, meningkatkan konsep diri, meningkatkan kelompok yang kohesif, meningkatkan kemampuan verbal, melepaskan emosi dengan nyaman. Sedangkan menurut Sulistyowati (2009) manfaat terapi musik adalah untuk memberikan rasa nyaman, menurunkan stress, kecemasan dan kegelisahan, melepaskan tekanan emosi yang dialami, meningkatkan control diri dan perasaan berharga pasien, meningkatkan kreatifitas, serta memotifasi pasienagar dapat berinteraksi dan meningkatkan sosialisasi dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan citra dirinya dan menghindarkan pasien dari keterasingan. Dari



penjelasan



diperoleh



tujuan



terapi



musik



yaitu



untuk



meningkatkan kesehatan secara menyeluruh dalam fungsi mental, fungsi fisik dan fungsi sosial. Tujuan spesifikasi terapi musik menurut Stuart (2009) sebagai berikut: 1. Sebagai sarana mengekpresikan perasaan 2. Menurunkan tegangan otot 3. Menurunkan kecemasan 4. Menurunkan stress 5. Melepaskan tekanan emosi 6. Menurunkan agitasi/kegelisahan 7. Memberikan rasa nyaman 6



8. Memotivasi pasien dapat berinteraksi dan meningkatkan sosialisasi dengan orang lain 9. Meningkatkan kemampuan verbal 10. Meningkatkan kreatifitas 11. Meningkatkan kontrol diri 12. Meningkatkan perasaan berharga 13. Meningkatkan konsep diri Sifat musik yang non verbal, menjangkau sistem limbik yang secara langsung memengaruhi emosional dan reaksi fisik manusia seperti detak jantung, tekanan darah, sirkulasi nafas, temperatur tubuh (Sulistyowati, 2009). Penggunaan terapi musik sebagai kesatuan kekuatan dan isyarat stimulus untuk untuk meningkatkan atau memotifasi perilaku adaptif dan menghilangkan perilaku maladaptif. Dari beberapa paraparan diatas disimpulkan bahwa terapi musik adalah terapi non verbal, teknik penyembuhan yang memakai bunyi irama yang dapat dipakai untuk mempengaruhi perubahan fisik, emosi, pikiran dan perilaku (Brucia, 1998 dalam Djohan, 2016). Menurut Djohan (2016), beberapa kriteria jenis musik yang dapat dijadikan sebagai jenis musik terapis antara lain: musik yang dapat meningkatkan energi tubuh, musik yang menstimulasi otak, musik yang membangkitkan suasana hati, musik yang membangkitkan semangat, musik yang menenangkan pikiran, musik yang melepaskan emosi, musik yang memulihkan semangat dan memotivasi perilaku, dan musik yang mampu mengembangkan pikiran. Suara dan musik dapat menjadi media penting dalam proses penyembuhan. Gaynort dalam Djohan (2016), penulis buku Saund of Healing: A Physician Refeals the Therapiutic Power of Saunds, Foice, and Music, mengatakan, “suara merasuk kedalam kesehatan dengan cara mengubah fungsi sel melalui pengaruh energetik. Sistem niologis kefungsi homeostatis; menenangkan pikiran dan tubuh; atau memiliki efek emosional yang dapat memengaruhi neurotransmiter dan neuropeptides. Kondisi



7



tersebut pada gilirannya sangat membantu mengatur sistem kekebalan tubuh sebagai penyembuh.” 2.5 Indikasi Terapi Musik Terapi musik merupakan salah satu metode alternatif yang mendukung terapi pada pasien gangguan jiwa. Indikasi terapi musik telah menjadi salah satu pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia, gangguan emosional, stress dan kecemasan (Sulistyowati, 2009). Penelitian tentang efek terapi musik pada anak dengan perilaku kekerasan. Dilaporkan hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbaikan perilaku pada perilaku kekerasan dan peningkatan harga diri pada anak setelah mendapat terapi musik. Gold (2007) melakukan penelitian terapi musik untuk memperbaiki gejala pada pasien skizofrenia dewasa di rumah sakit. Dilaporkan setelah mengikuti terapi musik terjadi perbaikan gejala dibanding standar perawatan dalam 12 minggu Perubahan Positive Negative Syndrome Scale (PANSS) dengan total skor -9.00 dengan musik terapi ditambah standar perawatan (okupasi, sosial, aktivitas, dan asuhan keperawatan) dibanding hanya memakai standar keperawatan (-2,96) dengan P=0.045. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada pasien skizofrenia, perilaku kekerasan, diberi tindakan dengan terapi musik hasilnya menunjukkan lebih positif terjadi dibanding dengan pasien yang tidak menerima tindakan terapi musik. 2.6 Jenis Terapi Musik Pusat Terapi Indonesia tahun 2016 menyatakan bahwa pada dasarnya hampir semua jenis musik dapat digunakan untuk keperluan terapi musik. Namun, setiap musik sebelumnya harus diketahui dapat memberikan pengaruh terhadap pikiran manusia. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap pikiran dan tubuh. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin dicapai.



8



Menurut asosiasi terapi musik Amerika pada tahun 2008 terapi musik menggunakan musik sebagai alat terapi, genre dan jenis instrumen disesuaikan dengan individu berdasarkan tujuan yang ditetapkan antara klien dan terapis musik. Karena pilihan/penggunaan musik disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing klien, tidak ada jenis terapi musik "paling umum" dari musik atau instrumen. Semua gaya musik memiliki potensi untuk menjadi berguna dalam mempengaruhi perubahan klien atau hidup pasien. preferensi, keadaan individu dan kebutuhan untuk perawatan, dan tujuan yang ditetapkan akan membantu terapis musik terlatih menentukan jenis musik apa yang cocok digunakan untuk pasien. 2.7 Proses Terapi Musik Di Indonesia, secara formal akademis bidang terapi musik belum banyak memperoleh penelitian, sebaliknya praktik terapi musik di negaranegara maju telah dibakukan sebagai ilmu pengetahuan dan bagian dari terapi sehingga sudah memilki panduan tahapan yang perlu dilakukan untuk mengaplikasikan. Seorang terapis musik dituntut untuk memamahami benar mengapa dan oleh siapa seorang klien untuk dirujuk untuk memperoleh terapi. Terapis musik perlu mempelajari lebih dulu riwayat kesehatan seperti data rekam medis dan data pemeriksaan psikologis. Selain data-data klien, dibutuhkan kreatifitas terapis untuk mengembangkan rancangan terapi yang sesuai dengan klien serta kemampuan untuk bersikap lentur terhadap keadaan dilapangan. Menurut Djohan (2016), proses-proses dalam terapi musik antara lain: 1. Asesmen Asesmen adalah serangkaian analisis terhadap kemampuan, kebutuhan dan permasalahan klien yang harus dilengkapi sebelum seseorang menjalani terapi. Di dalam asesmen, terapis musik melakukan observasi meyeluruh terhadap kliennya sehingga ia memperoleh gambaran yang lengkap tentang latar belakang, keadaan sekarang, keterbatasan klien dan potensi-potensi yang masih dapat dikembangkan. 9



2. Perencana perlakuan Setelah data asesmen terkumpul dan dianalisis, langkah berikutnya adalah mematangkan rencana perlakuan terapi musik. Halhal yang perlu ditentukan dalam proses ini yakni menentukan sasaran dan objek terapeutik serta sistem pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang termudah dan terpopuler adalah melalui rekaman frekuensi dan durasi (Ottenbacher dalam Djohan, 2016). Terapi musik dapat dilakukan dengan frekuensi 7 kali perlakuan berupa pemberian terapi musik dengan tiap kali pelaksaan dilakukan dengan durasi waktu 30 menit (Candra & Ekawati, 2013). 3. Pencatatan Sebuah proses terapi musik perlu mempertimbangkan riwayat kesehatan klien dari banyak sisi. Selain riwayat sebelum terapi seluruh proses terapi juga harus dicatat sehingga terapis musik perlu mempelajari hasil rekam diagnosis dan hal-hal yang berkaitan dengan rekam medis. Informasi ini harus ditulis dengan jelas, ringkas tidak bersifat memihak dan mengadili serta menggunakan terminologi objekstif. Salah satu metode dokumentasi yang banyak digunakan dirumah sakit disebut APIP (Luksch dalam Djohan 2016) yang terdiri dari: a. A = Asesmen, pada bagian ini terapis menuliskan kebutuhan klien sesuai penilaian awal yang dilakukan serta seberapa jauh klien masih dapat berfungsi secara fisik dan sosial. Terapis juga memberikan gambaran tentang sejumlah assesment spesifik yang sesuai kebutuhan klien. b. P = Perencanaan, terapis membuat daftar semua sasaran yang ingin dicapai melalui terapi dan membuat rincian untuk setiap sesi dan intervensi yang digunakan. c. I = Intervensi, dengan terminologi yang mudah dipahami, terapis menuliskan



secara



objektif



hasil



observasi



selama



terapi



berlangsung, proses intervensi, lamanya sebuah sesi berlangsung,



10



jumlah klien dalam kelompok, kualitas sesi dan ekspresi-ekspresi efektif yang terlihat. d. E = Evaluasi, pada bagian akhir ini terapis melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara sasaran yang ingin dicapai dengan hasil akhir setiap sesi, kemajuan klien secara umum, serta pengalamanpengalaman yang spesifik yang dialami klien. Evalusai dan terminasi



perlakuan,



pada



bagian



ini



terapis



menyiapkan



kesimpulan akhir dari proses perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah mengembangkan sasaran dan objek. Sasaran adalah pernyataan secara luas sedangkan objek menjelaskan secara rinci perlakuan yang akan diterima oleh klien. Selama perlakuan kemajuan klien dimonitor secara menyeluruh. Melalui data subjektif dan objektif ketika klien mencapai target perlakuan maka perlakuan dihentikan. Pada saat itu, terapis membuat evaluasi keseluruhan proses terapi musik termasuk sasaran yang direncang dan kemajuan yang diperoleh. Setelah itu akan dibuat rekomendasi untuk perlakuan selanjutnya atau perlakuan lain bila suatu saat diperlukan. 2.8 Langkah-Langkah Terapi Musik Sulistyowati (2009) menyatakan bahwa terapi musik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan sasaran terapi Sasaran dalam terapi musik diindikasikan melalui target yang akan dituju. Target harus jelas berdasarkan alasan-alasan dan informasi yang dikumpulkan dari hasil penelitian. Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan ketika memilh sasaran dan target perilaku adalah nilai atau manfaat, prasyarat, hambatan, proses penilaian, proses awal peralihan terapi, persetujuan, keberhasilan data-data awal dan efesiensi. 2. Membangun relasi



11



Saat pertama kali bertatap muka dengan klien merupakan awal dari pengalaman baru, hubungan baru dan dinamika yang baru. Perjumpaan awal diupayakan menggunakan waktu yang seproduktif mungkin dan menjalin hubungan terapeutik yang sehat sehingga dapat menentukan peran dan ekspektasi yang akan datang. Salah satu unsur terpenting dalam keberhasilan program terapi adalah terjadinya hubungan saling percaya antara terapis dan klien. setelah tercapai kesepakatan, pertemuan pertama diakhiri dengan kontrak yang berisi tanggung jawab kedua belah pihak termasuk jadwal, waktu, cara pembayaran, lama terapi dan kebijakan yang menyangkup kerahasiaan klien. Beberapa pedoman guna mengembangkan hubungan antara lain : a. Memperkenalkan diri dan mengusahakan agar klien merasa nyaman dengan menemukan topik pembicaraan yang dapat menjadi pembuka, menginformasikan tentang identitas terapis, terapi musik dan pemahaman mengapa klien berada ditempat terapi. b. Kegiatan terapi lebih dititikberatkan pada observasi mengamati dan mendengarkan. c. Gunakan bahasa tubuh yang menunjukkan ketertarikan, salam yang positif dan perhatian. d. Ajukan pertanyaan dalam rangka mengklarifikasi apa yang hendak dikomunikasikan klien. e. Menawarkan



kesempatan



kepada



klien



untuk



memilih



dan



mengikutsertakan aktifitas musik. f. Memaksimalkan aktifitas interaksi musikal yang ada dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan g. Melatih kesabaran 3. Proses asesmen awal Pada tahap ini seorang terapis harus sedapat mungkin mencari gambaran yang lengkap dan menyeluruh mengenai kliennya. Salah satunya adalah melakukan uji keterampilan musik yang telah dirancang. 4. Asesmen komprehensif



12



Sebelum klien menjalani terapi musik perlu diberikan assesmen komprehensif mengenai manfaat yang diperoleh dari terapi musik. Laporan komprehensif assesmen adalah garis besar dari assesmen awal tetapi lebih mendalam. 5. Target perilaku Pada tahap ini berguna untuk mengetahui perubahan klien melalui sebuah pengukuran. Beberapa pedoman dalam merancang sasaran baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek antara lain : a. Mejelaskan hasil pengamatan terhadap perilaku yang terukur: menggunakan kata-kata yang mudah diinterpretasikan dan jelaskan apa yang telah dilakukan. b. Pastikan petunjuk ada tidaknya perubahan: apakah ada peningkatan perilaku, penurunan perilaku atau tetap saja dan secara tepat seberapa banyak. c. Gambarkan batasan-batasan: sebutkan setiap kondisi, spesifikasi dan kriteria keberhasilan. 6. Strategi terapi Berbagai strategi musik dapat dilakukan dalam terapi musik dengan menggunakan aneka macam alat musik, genre musik, pendekatan, sistem, metode, aliran maupun falsafah. Mekanisme pelaksanaan terapi musik berdasarkan beberapa penelitian, bentuk, dan perencanaan mendengarkan musik secara struktur berbeda-beda. Para ahli medikal riset dalam beberapa tahun ini telah mengetahui pengaruh yang positif dalam medikal resonansi musik. Prosedur terapi musik yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan sesi terapi musik menurut Pratiwi (2008) sebagai berikut : a. Pilih tempat yang tenang jauh dari gangguan b. Kegiatan mendengarkan dapat disertai dengan aroma terapi c. Sebelum mulai pasien didengarkan berbagai musik, untuk membantu menenangkan tubuh sehingga lebih mudah untuk pemilihan d. Posisi tubuh duduk bersila dengan posisi tegak kaki bersilang, ambil nafas dalam-dalam dan keluarkan 13



e. Saat musik diperdengarkan, arahkan pasien untuk mendengarkan dengan seksama dan resapi musik f. Posisi dapat duduk lurus, didepan speaker, biarkan musik mengalir keseluruh tubuh, biarkan suaranya hanya bergaung di telinga g. Bayangkan gelombang suara datang mengalir ke seluruh tubuh, musik dirasakan secara spesifik, fisik, difokuskan ke jiwa. Musik difokuskan ditempat yang ingin disembuhkan melalui suara yang mengalir kesana h. Musik didengarkan, membayangkan aliran musik mengalir melewati seluruh tubuh diteruskan ke sel-sel lapisan dan organ dalam tubuh i. Idealnya terapi musik difokuskan kurang lebih 30 menit. Terapi musik 10 menit sehingga cukup membuat otak beristirahat. Durasi dan frekuensi dalam pelaksanaan terapi musik beberapa penelitian mengungkapkan bentuk dan perencanaan mendengarkan musik secara struktur berbeda-beda. Siedleck (2008, dalam Sulistyowati, 2009) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pemberian durasi dalam terapi musik dilaporkan berbeda-beda dari 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, sampai 90 menit. Frekuensi dalam pelaksanaan terapi musik diberikan satu atau dua kali dalam sehari. Lehrman (2008, dalam Sulistyowati, 2009) menyebutkan bahwa mendengar musik lebih baik kurang dari 15-20 menit sudah cukup. Frekuensi dalam pelaksanaan terapi musik diberikan satu atau dua kali dalam satu hari (Goog et all, 1999 dalam Sulistyowati, 2009). 2.9 Kasus dan Penyelesaian Pasien Gangguan Jiwa Dengan Terapi Musik A. Kasus gangguan jiwa yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Tahun 2010 pasien yang dirawat yaitu 3878 orang, sebanyak 3521 (90,79 %) mengalami skozofrenia. Pada tahun 2011 pasien yang dirawat yaitu 3945 orang, sebanyak 3661 (92,80%) mengalami skozofrenia. Tahun 2012 pasien yang dirawat yaitu 4024 orang, sebanyak 3821 (94,95 %) mengalami skozofrenia. Jumlah pasien berdasarkan masalah utama keperawatan perilaku agresif/kekerasan tahun 2010 sebanyak 2053 orang (52,93%),



14



tahun 2011 sebanyak 2256 orang (56,19%) dan tahun 2012 sebanyak 2562 orang (63,66%) (Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, 2012). Karakteristik dari pasien yang terdiagnosis skizofrenia sangat beragam, satu diantaranya yang sering ditemukan pada pasien skizofrenia adalah gangguan emosi yang dapat berupa ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan yang berlebihan. Kecemasan yang terjadi pada pasien skizofrenia dapat berupa gangguan parathimi atau yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira,sehingga pada pasien muncul rasa cemas, sedih dan marah (Maramis, 2008). B. Penanganan pada pasien dapat dilakukan dengan berbagai



macam



termasuk pengobatan untuk mengurangi perilaku agresif. Obat-obatan yang diberikan dapat mengurangi gejala yang muncul. Pengobatannya cenderung membutuhkan biaya yang mahal dan juga menimbulkan berbagai macam efek samping bagi tubuh. Salah satu terapi yang bermanfaat serta mudah ditemukan dan dilakukan sering kali dilupakan salah satunya adalah terapi musik (Campbell, 2010). Sebelum melakukan terapi musik teknik pertama yang dilakukan yaitu mengukur gejala perilaku agresif pada pasien skizofrenia. Selanjutnya terapi musik klasik dilaksanakan di ruangan dengan menggunakan panduan terapi musik klasik, pelaksanaan terapi musik klasik dilakukan sebanyak tujuh kali, tiap kali pelaksanaan dilakukan selama 30 menit. Setelah sampel diberikan perlakuan berupa terapi musik klasik sebanyak 7 kali, selanjutnya dilakukan observasi gejala perilaku agresif yang dialami oleh pasien skizofrenia. Observasi ini meliputi aspek fisik, kognitif, emosional, perilaku dan sosial yang sudah dibakukan sehingga dapat diandalkan untuk digunakan. Menurut Djohan, (2005) secara psikologis pengaruh penyembuhan musik pada tubuh adalah pada kemampuan saraf dalam menangkap efek akustik. Dilanjutkan dengan respons tubuh terhadap gelombang musik yaitu dengan meneruskan gelombang tersebut keseluruh sistem kerja tubuh. Efek terapi musik pada sistem limbik dan saraf otonom adalah menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan sehingga 15



merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic Acid (GABA), enkefallin, atau beta endorphin yang dapat mengeliminasi neurotransmiter rasa tertekan,stres dan cemas, sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood) pasien.



16



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari bebagai kalangan usia serta bersifat non verbal dengan menggunakan bunyi atau irama, dibawah pelatih terapi musik. Terapi musik merupakan salah satu metode alternatif yang mendukung terapi pada pasien gangguan jiwa. Indikasi terapi musik telah menjadi salah satu pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia, gangguan emosional, stress, dan kecemasan (Sulistyowati, 2009). Kriteria jenis musik yang dapat dijadikan sebagai jenis musik terapis antara lain: musik yang dapat meningkatkan energi tubuh, musik yang menstimulasi otak, musik yang membangkitkan suasana hati, musik yang membangkitkan semangat, musik yang menenangkan pikiran, musik yang melepaskan emosi, musik yang memulihkan semangat dan memotivasi perilaku, dan musik yang mampu mengembangkan pikiran. 3.2 Saran Bagi para pembaca disarankan bahwa terapi musik sangat dibutuhkan untuk membantu terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia, gangguan emosional, stress, dan kecemasan. Dan disarankan bagi para pembaca bahwa makalah ini kurang dari kesempurnaan maka diharapkan dapat memberikan manfaat dengan membaca makalah ini.



17



DAFTAR PUSTAKA Djohan, 2006, Terapi Musik, Teori, dan Aplikasi, Yogyakarta, Galangpress. Djohan, 2003, Psikologi Musik, Yogyakarta, Buku Baik. Langer, Susanne, 1964, Philosophical Sketches, New York, The American Library of Word Literature. Mubarak, Iqbal, 2009, Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi, Jakarta, Salemba Medika. Suryana, Dayat, 2012, Terapi Musik, Jakarta, Salemba Medika. Satiadarma, 2004, Cerdas Dengan Musik, Jakarta, Puspa Suara. Geraldina, 2017, ‘Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya?’, Buletin Psikologi, vol. 25, no. 1, hh. 45-53.



18