2005-08-Tahapan Dan Metode Pelaksanaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TSE – 08 = TAHAPAN DAN METODE PELAKSANAAN



PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN



DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



KATA PENGANTAR Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan teknologi. Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja dan lain-lain. Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti pekerjaan konstruksi baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung. Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang Sumber Daya Air, telah menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam pekerjaan konstruksi bidang sumber daya air. Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) ini terdiri dari 12 (Dua belas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer). Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya untuk modul Tahapan dan Metode Pelaksanaan pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Jakarta,



Desember 2005 Tim Penyusun



i



LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : AHLI SUPERVISI TEROWONGAN TUJUAN PELATIHAN



A.



Tujuan Umum Pelatihan Mampu melaksanakan supervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja, gambar teknik dan spesifikasi teknik yang tertuang dalam dokumen kontrak kontraktor maupun konsultan supervisi dan ketentuan administrasi proyek.



B.



Tujuan Khusus Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu: 1.



Menguasai dokumen kontrak kontraktor dan konsultan supervisi



2.



Melakukan pertemuan awal konstruksi



3.



Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara gambar desain kondisi lapangan



4.



Melaksanakan pemeriksaan kesiapan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan



5.



Mensupervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dokumen kontrak dan metode pelaksanaan



6.



Mengikuti rapat koordinasi bulanan



7.



Melakukan pengendalian mutu, dimensi dan waktu



8.



Melakukan pengukuran bersama untuk pembayaran



9.



Memverifikasi dokumen pembayaran



10. Melakukan evaluasi kinerja kontraktor, pelaporan dan penyerahan pekerjaan.



NOMOR / JUDUL MODUL : TSE - 08 /



TAHAPAN



DAN METODE



PELAKSANAAN



TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu membuat dan menyusun tahapan pelaksanaan pekerjaan metode kerja pelaksanaan pekerjaan sumber daya air yang mengacu kepada ketentuan dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam dokumen kontrak.



TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan peserta mampu : 1. Menjelaskan dan mengendalikan tahapan pelaksanaan secara benar 2. Menjelaskan dan mengendalikan penerapan metode kerja pelaksanaan pengukuran as terowongan, pekerjaan penggalian dan pekerjaan pembetonan. 3. Menjelaskan dan mengendalikan penerapan metode kerja pekerjaan pondasi struktur 4. Menjelaskan dan mengendalikan penerapan metode kerja pekerjaan struktur beton 5. Menjelaskan dan mengendalikan penerapan metode kerja pekerjaan terowongan 6. Mengendalikan tahapan dan metode pelaksanaan terowongan dalam rangka pekerjaan supervisi terowongan.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................................i LEMBAR TUJUAN................................................................................................................ii NOMOR / JUDUL MODUL..................................................................................................iii DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL.......................................................vii DAFTAR MODUL..............................................................................................................viii PANDUAN PEMBELAJARAN............................................................................................ix MATERI SERAHAN............................................................................................................xii BAB I



BAB II



PENDAHULUAN...............................................................................................1-1 1.1



Umum.........................................................................................................1-1



1.2



Lingkup Pekerjaan Pelaksana Terowongan................................................1-2



1.3



Maksud dan Tujuan....................................................................................1-3



PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA ...................................................................................................



2-1



2.1



Penyusunan Rencana Kerja ........................................................ 2-1



2.2



Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya ........................................ 2-1 2.2.1



Kebutuhan Tenaga Kerja ................................................. 2-2



2.2.2



Kebutuhan Bahan ............................................................ 2-3



2.2.3



Kebutuhan Peralatan Proyek ............................................ 2-3



BAB III



PRINSIP PEMBUATAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI ..... 3-1



BAB IV



PERSIAPAN DAN SURVAI LAPANGAN .............................................. 4-1 4.1



Persiapan Lapangan .................................................................... 4-1 4.1.1



Fasilitas Lapangan Konstruksi........................................... 4-1



4.1.2



Mobilisasi .......................................................................... 4-1



4.1.3



4.2



Access Road .................................................................... 4-1



4.1.4



Mutual Check ................................................................... 4-1



4.1.5



Test Material .................................................................... 4-2



4.1.6



Job Mix Formula ............................................................... 4-2



Pematokan dan Pengukuran ....................................................... 4-2 4.2.1



Metode Pelaksanaan Penetapan Bench Mark .................. 4-2



4.2.2



Metode Pelaksanaan Pengukuran As Terowongan .......... 4-5



BAB V



TAHAPAN DAN METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN TEROWONGAN.......................................................................5-1 5.1



Umum.........................................................................................................5-1



5.2



Pelaksanaan Pembuatan Terowongan.........................................................5-3 5.2.1



5.2.2



5.2.3



5.2.4



Tahap I, Pekerjaan Persiapan.........................................................5-3 5.2.1.1



Pekerjaan Survai............................................................5-3



5.2.1.2



Pembuatan Jalan Kerja..................................................5-3



5.2.1.3



Penyiapan bangunan fasilitas sementara........................5-3



5.2.1.4



Land Clearing................................................................5-3



Tahap II, Pekerjaan Penggalian Terbuka.......................................5-3 5.2.2.1



Pembersihan Lapangan Kerja........................................5-3



5.2.2.2



Penggalian Tanah..........................................................5-4



5.2.2.3



Penggalian Batu.............................................................5-4



5.2.2.4



Open Cut Excavation.....................................................5-6



5.2.2.5



Perkuatan Bidang Galian Miring...................................5-6



Tahap III, Pekerjaan Penggalian Dalam Tanah..............................5-9 5.2.3.1



Pekerjaan Persiapan.......................................................5-9



5.2.3.2



Pola Pengeboran..........................................................5-10



5.2.3.3



Penggalian Terowongan..............................................5-19



5.2.3.4



Sistem Drainase...........................................................5-21



5.2.3.5



Kontrol Survai.............................................................5-21



5.2.3.6



Tahapan Penggalian.....................................................5-21



Pelaksanaan Pembetonan.............................................................5-21 5.2.4.1



Pekerjaan Persiapan.....................................................5-21



5.2.4.2



Pelaksanaan Pembetonan.............................................5-22



5.3



Contoh Metoda Konstruksi Pekerjaan Tunnel..........................................5-23



5.4



Pekerjaan Beton........................................................................................5-29 5.4.1



Pemeriksaan Bahan......................................................................5-30 5.4.1.1



Semen Portland............................................................5-30



5.4.1.2



Agregrat Halus............................................................5-31



5.4.1.3



Agregrat Kasar............................................................5-31



5.4.1.4



Air...............................................................................5-32



5.4.1.5



Bahan Pembantu..........................................................5-32



5.4.1.6



Baja dan Batang Tulangan...........................................5-33



5.4.1.7



Pemeriksaan Mutu Beton dan Benda Uji.....................5-33



5.4.2



Persiapan.....................................................................................5-34



5.4.3



Pengadukan.................................................................................5-34



5.4.4



Pengangkutan..............................................................................5-34



5.4.5



Pengecoran..................................................................................5-35



5.4.6



Pemadatan...................................................................................5-35



5.4.7



Pemeliharaan Beton.....................................................................5-36



5.4.8



Metode Konstruksi Beton Lining dan Struktur............................5-42



DAFTAR PUSTAKA RANGKUMAN



DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI SUPERVISI TEROWONGAN PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer), unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisa dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam daftar modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer).



DAFTAR MODUL Merupakan salah satu dari :



NO.



KODE



JUDUL



1.



TSE - 01



UUJK, Etika Profesi, Etos Kerja dan UUSDA



2.



TSE - 02



Sistem Manajemen K3 dan RKL, RPL



3.



TSE - 03



Dokumen Kontrak



4.



TSE - 04



Survei dan Investigasi



5.



TSE - 05



Kriteria dan Perhitungan Desain



6.



TSE - 06



Pengetahuan Gambar Konstruksi



7.



TSE - 07



Perhitungan Harga Satuan



8.



TSE - 08



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



9.



TSE - 09



Manajemen Mutu



10.



TSE - 10



Manajemen Konstruksi



11.



TSE - 11



Administrasi Proyek



12.



TSE - 12



Pemeliharaan Terowongan



PANDUAN PEMBELAJARAN Pelatihan



:



Ahli Supervisi Terowongan



Judul



:



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



Deskripsi



:



Tahapan dan Metode Kerja pelaksanaan SDA (Sumber Daya Air) menguraikan tentang tahapan pelaksanaan pekerjaan dan metode kerja sebagai pedoman atau panduan bagi para Ahli Supervisi Terowongan dan pelaksana subtansi pekerjaan. Dengan mengikuti dan menerapkan metode kerja diharapkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi betul-betul sesuai spesifikasi yang tertuang dalam dokumen kontrak.



Tempat Kegiatan



: Dalam Ruang Kelas



Waktu Kegiatan



: 7 Jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit)



No. 1.



Kegiatan Instruktur



Kegiatan Peserta



Pendukung



Ceramah : Pembukaan - Menjelaskan Tujuan Instruksional (TIU & TIK) - Merangsang



motivasi



pertanyaan atau



peserta



dengan



pengalamannya dalam



- Mengikuti penjelasan TIU &



OHT



TIK dengan tekun dan aktif



No.1 - 7



- Mengajukan pertanyaan Apa bila kurang jelas



menerapkan tahapan dan metode pelaksanaan. - Waktu : 15 menit 2.



Ceramah : Pendahuluan - Menjelaskan bahwa metode pelaksanaan konstruksi



adalah



kunci



untuk



dapat



mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk



bangunan



fisik.



Penggunaan



metode yang sesuai akan meyakinkan pelaksanaan dapat selesai



dengan baik



sesuai batas waktu, biaya dan mutu. Juga dijelaskan macam klasifikasi terowongan dan lingkup pekerjaan SDA serta maksud dan tujuan. - Waktu : 15 menit - Bahan : Materi serahan (Bab 1 : Pendahuluan)



- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya Bila Perlu



OHT No. 8 - 10



No. 3.



Kegiatan Instruktur



Kegiatan Peserta



Pendukung



Ceramah : Penyusunan Rencana Kerja dan Kebutuhan Sumber Daya. - Menguraikan pelaksanaan



cara



menyusun



baik



untuk



rencana



keseluruhan



maupun item per-item yaitu menghitung



- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan - Mencatat hal-hal yang perlu



dan



- Bertanya Bila Perlu



yang



dibutuhkan



untuk



No. 11 - 19



aktif



jumlah tenaga, jumlah bahan, jumlah alat waktu



OHT



menyelesaikan item per-item pekerjaan tersebut dan metode yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan secara manual dan atau dengan alat-alat berat. - Waktu : 30 menit - Bahan : Materi serahan (Bab 2 : Penyusunan Rencana Kerja dan Kebutuhan Sumber Daya)



4.



Ceramah : Prinsip Pembuatan Metode Pelaksanaan Konstruksi. - Menjelaskan bahwa metode pelaksanaan



- Mendengarkan penjelasan



merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan



instruktur dengan tekun dan



yang logis secara teknik sehubungan



aktif



dengan tersedianya Sumber Daya dalam



- Mencatat hal-hal yang perlu



kondisi medan kerja guna memperoleh cara



- Bertanya Bila Perlu



OHT No. 20 - 25



pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi dalam tender. Metode pelaksanaan banyak variasinya. - Waktu : 15 menit - Bahan : Materi serahan (Bab 3 : Prinsip Pembuatan



Metode



Pelaksanaan



Konstruksi)



5.



Ceramah : Persiapan dan Survai Lapangan - Menjelaskan metode pelaksanaan penetapan



- Mendengarkan penjelasan



Bench Mark dilokasi proyek



instruktur dengan tekun dan



yang dibawa dari Bench Mark yang



aktif



OHT No. 26 - 36



No.



Kegiatan Instruktur



Kegiatan Peserta



sudah ada, metode pelaksanaan



- Mencatat hal-hal yang perlu



pengukuran as terowongan.



- Bertanya Bila Perlu



Pendukung



- Waktu : 30 menit - Bahan : Materi serahan (Bab 4 : Persiapan dan Survai Lapangan) 6.



Ceramah : Tahapan dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan pembuatan terowongan - Menjelaskan berbagai macam terowongan, pelaksanaan pembuatan terowongan yang tempat



yang



akan



dikerjakan.



Juga



diuraikan cara galian tanah dengan cara pengeboran untuk blasting



serta



pelaksanaan



dan



pembetonan



pekerjaan beton. - Waktu : 225 menit - Bahan : Materi serahan (Bab 5 : Tahapan dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan SDA



- Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif - Mencatat hal-hal yang perlu



tahapan



- Bertanya Bila Perlu



OHT No. 37 - 65



MATERI SERAHAN



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Umum Buku ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan tahapan dan metode konstruksi (Metode Pelaksanaan) untuk pekerjaan terowongan / pekerjaan Sumber Daya Air. Buku ini berisi prosedur standar dan pedoman yang perlu diikuti dalam pelaksanaan pembangunan proyek Sumber Daya Air. Penggunaan metode konstruksi atau metode pelaksanaan yang sesuai akan menyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia serta mutu yang tercantum di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses pelaksanaan pekerjaan akan mengurangi pekerjaan perbaikan atau Rework yang jelas menambah biaya dan waktu penyelesaiannya. Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyarataan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. dalam bentuk bagan diberikan pada gambar 1.1. konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana yang bersifat sementara sekalipun. Banyak faktor yang mempengaruhi pembuatan metode pelaksanaan konstruksi (Construction Method), antara lain keadaan lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan, ketersediaan sumber daya yaitu bahan, tenaga dan peralatan. Oleh karena itu metode konstruksi adalah sangat bervariasi tergantung dari keahlian dan pengalaman seorang. Dari beberapa alternatif metode tersebut dipakai, alternatif terbaik yaitu yang ekonomis dan mudah dilaksanakan. Dalam proses tender disini dimaksudkan proses penyusunan program untuk ditenderkan, terdapat hal-hal pokok yang berhubungan dengan peralatan yang digunakan yaitu : a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu



1-1



b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti harus menerapkan jenis dan jumlah alat, bahan dan lain-lain untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. c. Atau bisa sebaliknya dengan jenis dan jumlah alat, bahan dan lain-lain sudah umum digunakan dapat diprogramkan berapa volume dan lama waktu pekerjaan tersebut bisa diselesaikan. Dari butir-butir diatas dapat diprogramkan suatu proyek untuk selanjutnya ditenderkan dengan harapan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung dengan analisa kapasitas peralatan, bahan dengan cermat. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan proyek oleh kontraktor, disini umumnya kontraktor mengajukan jenis dan jumlah alat, bahan yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Sehingga sebagai kontraktor pelaksana, usulan jenis dan jumlah alat,bahan perlu diadakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dengan adanya analisa yang baik dalam metode pelaksanaan diharapkan tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut. Dalam hubungannya dengan pengendalian / pengawasan proyek oleh konsultan, ini perlu monitoring terus menerus oleh tim konsultan dalam rangka mencapai target kemajuan pekerjaan, sehingga bila terjadi keterlambatan dalam suatu saat, tim konsultan dapat mendeteksi lebih awal dan memberikan suatu analisa rinci dan teknis yaitu berupa metode pelaksanaan yang baik dan pada akhirnya bisa bermanfaat untuk kontraktor.



Gambar 1.1. Konsep Metode Pelaksanaan 1.2



Lingkup Pekerjaan Pelaksanaan Terowongan Yang menjadi lingkup pekerjaan pengawasan terowongan umum dilakukan 4 (empat) tahapan kerja yaitu :



a. Tahap I pekerjaan persiapan b. Tahap II pekerjaan penggalian terbuka c. Tahap III pekerjaan penggalian dalam tanah d. Tahap IV Pekerjaan pelaksanaan pembetonan 1.3



Maksud dan Tujuan Seperti diketahui seorang Ahli Supervisi Terowongan harus mempunyai standar kompetensi seperti yang dikehendaki dalam tujuan pelatihan. Tahapan dan metode pelaksanaan adalah salah satu bagian terpenting dalam pelaksanaan karena hal ini turut menentukan keberhasilan pekerjaan secara keseluruhan. Jadi maksud dan tujuan dari modul ini adalah untuk memperkenalkan dan membekali pelatihan dalam melakukan pengawasan tahapan dan metode pelaksanaan pada pekerjaan dibidang Sumber Daya Air khususnya Terowongan.



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



BAB II PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 2.1



Penyusunan Rencana Kerja Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan rencana persiapan fisik dilapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek menjadi lebih lancar. Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar atau pedoman untuk kesuksesan pelaksanaan dilapangan demi tercapainya pengendalian biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan Dengan dibuatnya rencana pelaksanaan dan pada tahap operasional proyek dilakukan control atas pengendalian pada setiap pekerjaan sesuai bidanganya masing-masing, maka kegiatan operasional tersebut akan terarah, terukur dan terorganisasi dengan baik Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari : 1. Organisasi proyek dan Job Description 2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya. 3. Rencana mutu kontrak 4. Metode pelaksanaan (Construction Method) 5. Survai lapangan 6. Mobilisasi dan Site Plan 7. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan Cash Flow 8. Rencana K3 proyek 9. Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Jelas bahwa metode pelaksanaan atau metode konstruksi (Construction Method) dapat bermanfaat di dalam memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan dan merupakan kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan proyek.



2.2



Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya Manajemen dalam penyelenggaran proyek tergantung dari 2 faktor utama yaitu sumberdaya dan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen sebagaimana diketahui antara lain dirumuskan sebagai POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Sedangkan Sumber Daya biasanya diuraikan sebagai 4M yaitu Man



2-1



(Manusia, Tenaga Kerja) Money (Uang), Material (Bahan) dan Machine (Peralatan). Tetapi ada suatu pendapat dimana Sumber Daya bisa dikembangkan lagi menjadi 5 M, dimana ada tambahan satu M lagi yaitu Method. Dengan Method atau metode konstruksi yang baik, memenuhi syarat teknis, aman dilaksanakan, memenuhi syarat ekonomis (bisa termurah dan efisien) dan merupakan alternative / pilihan terbaik sesuai kondisi lapangan akan merupakan sumber daya yang sangat menentukan didalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan analisa kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang akan dipakai dan paling penting adalah daftar kebutuhan peralatan. 2.2.1



Kebutuhan Tenaga Kerja Didalam menganalisa dan menyusun kebutuhan tenaga kerja, penentuan produktivitas pekerja sulit karena hal itu sangat bervariasi dari kontraktor yang satu dengan kontraktor yang lain dan dari satu cabang keahlian ke cabang keahlian lainnya. Namun demikian dengan diskusi dengan pihak kontraktor dan survai kebutuhan proyek didaerah tersebut, akan dapat juga memberikan manfaat. Memperkirakan biaya konstruksi dalam daerah dimana diberikan toleransi terhadap jam istirahat, minum kopi, jam makan yang lama, penghentian saat kerja lebih dini, dan lainlain akan sangat berlainan dengan pekerjaan yang sama dengan kontraktor yang mempunyai pengendalian yang cukup ketat terhadap tenaga kerja. Juga penentuan ketersediaan tenaga kerja adalah penting. Adalah perlu untuk selalu “memegang” mandor-mandor yang cakap dan mempunyai jaringan- jaringan pekerja dengan jumlah yang cukup besar dengan keahlian yang cukup baik. Apabila kontraktor mendapat proyek tertentu, mandor-mandor langganan selalu harus dipanggil, dengan demikian ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan jumlahnya mencukupi akan selalu tersedia. Setelah kita mendapatkan jumlah pekerja untuk menyelesaikan suatu detail item pekerjaan maka kita harus membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja. Jadwal tersebut antara lain: - Rincian item pekerjaan secara detail - Rencana waktu pelaksanaan proyek - Rincian waktu pelaksanaan pekerjaan per item pekerjaan



- Rincian jumlah pekerja (mandor dan tenaga terampil) untuk melaksanakan suatu item pekerjaan pada waktu tertentu 2.2.2



Kebutuhan Bahan Sebelum kita menghitung kebutuhan bahan, setelah kita mempelajarii spesifikasi dan metode yang dipakai, maka kita perlu mengadakan survai dan penelitian bahan lokal yang cocok untuk dipergunakan. Bila didalam perencanaan, kondisi setempat belum dipahami secara mendalam, adalah sangat mungkin kita mendapat bahan yang jauh lebih murah yang sesuai dengan spesifikasi dan metode yang akan dipakai. Juga yang sangat penting adalah waktu pengadaan bahan. Berdasarkan pengalaman yang ada, meskipun bahan lokal volumenya berlimpah tetapi karena banyaknya proyek pembangunan di daerah tersebut menyebabkan waktu pengadaan bahan menjadi tersendat bahkan bisa terlambat dari jadwal. Setelah kita mendapatkan jumlah bahan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan dengan spesifikasi tertentu, maka kita harus membuat jadwal kebutuhan bahan. Jadwal tersebut berisi antara lain: - Rincian item pekerjaan secara detail - Rencana waktu pelaksanaan proyek - Rencana waktu pelaksanaan per item pekerjaan - Rincian



jumlah



/



volume



bahan



dengan



spesifikasi



tertentu



untuk



melaksanakan item pekerjaan tersebut pada waktu tertentu. 2.2.3



Kebutuhan Peralatan Proyek Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hampir semua proyek menengah sampai besar merupakan proyek padat modal dan padat alat. Dengan menggunakan peralatan berat maka sasaran pekerjaan dapat dicapai dalam waktu relatif cepat. Didalam pembuatan Dokumen Metoda Konstruksi, pertama kali kita harus menetapkan dan menghitung Construction Plant atas kebutuhan peralatan berat yang dipakai pada suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan, tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.



Manajemen alat berat ini perlu dipahami oleh Tim Konsultan lapangan, terutama bila terjadi keterlambatan-keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal teknis (sebab non teknis dikecualikan), karena disini bisa dianalisa secara teknis dimana letak keterlambatan itu terjadi : Misal keterlambatan terjadi pada aktivitas penggalian terowongan, disini bisa dianalisa jumlah alat berat yang kurang seperti excavator, wheel loader, dump truck dan lain-lain yang kurang atau alternatif lain jam kerja ditambah (over time). Dengan penguasaan teknis alat berat ini, maka Team Supervisi lapangan dapat berperan aktif dan berdaya guna dalam mengatasi keterlambatan pekerjaan. Demikian juga bila terjadi perpanjangan waktu pelaksanaan dapat dianalisa dengan cermat berdasarkan kapasitas alat yang diperlukan. Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut: 1. Menghitung produksi alat per jam (Hourly Production Of Equipment) Contoh perhitungan: Alat berat yang digunakan : - Exacavator, Komatsu PC



:



200, 0.80 m3



- Dump Truck, Toyota



:



DA - 110



Produksi Excavator



:



Produksi per-cycle (q)



:



- Kapasitas Bucket



:



q1 = 0,80 m3



- Faktor Bucket



:



k = 0,85 (tabel



1) q = q1 x k = 0,8 x 0,85 = 0,68 m3 Cycle time (Cms)



:



Cms = (Standar Cycle time) x (Faktor konvensi) Cms = 18 detik x 1,3 = 23,4 detik = 0,39 menit Job effisiensi = E = 0,65 (tabel 1) Produksi per-jam (Q)



= [(2x60xE) / Cms] = 68,0 m3/jam (Loosened Condition)



Produksi Dump Truck (Cmt)



:



a. Waktu muat



:



Cycle time Excavator = Cms = 0,39 menit Jumlah siklus pengisian



:



Kapasitas Dumpt Truck



n = Pr oduksi percycle Excavator  7 Waktu muat



:



n.Cms = 2,73 menit



Jarak angkut rata-rata



:



D = 5 km



Kecepatan max



:



50 km/jam = 833 m/menit



Faktor kecepatan



:



0,85



Kecepatan rata-rata



:



V1 = 833 x 0,85 = 708



m/menit Waktu angkut



:



D/V1 = 7,06 menit



b. Waktu angkut



c. Waktu Dumping : t1 = 1,30 menit d. Waktu kembali



:



Kecepatan max.



:



60 km/jam ~ 1.000 m/menit



Faktor kecepatan



:



0,85



Kecepatan rata-rata



:



V2 = 1.000 x 0,85 = 850



m/menit Waktu kembali



:



D/V2 = 5.000 : 850 = 5,88 menit



e. Waktu tunggu untuk pengisian kembali : t2 = 0,35 menit Cmt = n.Cms + D/V1 + t1 + D/V2 + t2



= 16,51 menit



Produksi percycle Dump Truck (C) : -



Jumlah siklus pengisian : n = 3



-



Produksi percycle Excavator = 0,68 m3 C = n x q = 7 x 0,68 = 4,76 m3 diperhitungkan C = 4,5 m3 Job effisiensi



:



E = 0,65



Produksi 1 bh Dump Truck (P1)



P1 xE 



Cx60 Cmt



 10,63 m3 / jam



(Loosened Condition)



P1  10,63x0,7  7,44m3 / jam



(Bank Condition)



Dengan menggunakan Wheel Loader, Komatsu W90 : Produksi per-cycle (q)



:



Kapasitas Bucket



:



q1 = 2,3 m3



Faktor Bucket



:



k = 0,8



q = q1 x k = 1,84 m3 Cycle time (Cms)



:



Jarak Kerja



:



D = 10 m



Kecepatan maju



:



F = 6 km/jam = 100 m/menit



Kecepatan mundur



:



R = 6,4 km/jam = 107 m/menit



Fixed time



:



Z = 0,25



menit Cms = (2D/F + 2D/R + Z) = 0,64 menit Job Efisiensi : E = 0,65 Produksi perjam (Q)



Q E 



Q x 60 x Cms



:



 112,13 m3 / jam



Q  112,13 x 0,7



(Loosened Condition)



 78,49 m3 / jam



(Bank Condition)



Produksi Dump Truck : Cycle time Dump Truck (Cmt) : a. Waktu muat



:



Cycle time Wheel Loader



:



Cms = 0,64



menit Jumlah siklus pengisian (n)



:



Kapasitas Dumpt Truck 4,5 m3 n  Pr oduksi percycle  1,84 m3  3 Loader Waktu muat



: n . Cms = 1,92 menit



b. Waktu angkut : Jarak angkut rata-rata



:



D = 5 km



Kecepatan max.



:



50 km/jam = 833 m/menit



Faktor kecepatan



:



0,85



Kecepatan rata-rata



:



V1 = 833 x 0,85 = 708 m/menit



Waktu angkut



:



D/V1 = 5000 : 708 = 7,06



Kecepatan Max.



:



60 km/jam ~ 1.000 m/menit



Faktor kecepatan



:



0,85



Kecepatan rata-rata



:



V2 = 1.000 x 0,85 = 850 m/menit



Waktu kembali



:



D/V2 = 5,88 menit



menit c. Waktu Damping : t1 = 1,30 menit d. Waktu kembali :



e. Waktu tunggu untuk pengisian kembali t2 = 0,35 menit Cmt = n . Cms + D/V1 + t1 + D/V2 + t2 = 16,51 menit



Produksi percycle Dump Truck (C) : Jumlah siklus pengisian Produksi percycle Wheel Loader



:



n=3 : q = 1,84 m3



C = n x q = 5,52 m3, diperhitungkan C = 4,5 m3



Job effisiensi, E = 0,65 Produksi 1 bh Dump Truck (P1)



P E



C x 60 x



 10,63 m3 / jam



Cmt



(Loosened Condition)



P  10,63 x 0,7  7,44 m3 / jam (Bank Condition) Tabel – 1 Relationship between material and bucket factor Material



Bucket Factor



Moist-Loan or Sand Clay



0.1 – 1.1



Common Soil Sand



0.9 – 1.0



and Gravel Hard.



0.85 - 0.95



Tough Clay Rock-



0.8 – 0.9



Well Blasted



0.6 – 0.75



Rock-Poorly Blasted



0.4 – 0.5



Tabel – 2 Standar cycle time for each machine (sec. 1) Model



Swing angle 450 - 900



Bucket Factor



PC10



11 - 13



13 - 15



PC20



12 - 14



14 - 16



PC40



12 - 14



14 - 16



PC60



13 - 15



15 - 17



PC100



13 - 15



15 - 17



PC120



14 - 16



16 - 18



PC200



16 - 18



18 - 21



PC220



18 - 20



20 - 23



PC300



20 - 22



22 - 25



Tabel – 3 Standar cycle time for each machine (sec. 1) Digging Condition (Digging depth



Easy



specified max.



(Dump onto spoil pile)



diging depth)



Rather



Difficult (Small



difficult



dump target



(Large dump



(small



requiring max.



target)



dump



dumping



Normal



Below 40 %



0.7



0.9



target) 1.1



reach) 1.4



40 – 75 %



0.8



1.0



1.3



1.6



Over 75 %



0.9



1.1



1.5



1.8



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



BAB III PRINSIP PEMBUATAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’ (Construction Method) merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis secara teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan. Dengan demikian ’CM’ tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen tendernya terutama Construction Method nya, namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, CM perlu atau harus dirubah. Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu Manajer Proyek dan perusahaan yang bersangkutan. Karena itu dalam penilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender / pelelangan. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:



 Project Plan 



Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)







Lokasi pekerjaan







Jarak angkut







Komposisi alat (tingkat produktivitas alatnya)







Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan pelaksanaan



 Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.  Uraian pelaksanaan pekerjaan. 



Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek (urutan secara global)







Urutan pelaksanaan per-pekerjaan atau per-kelompok pekerjaan yang perlu penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang jarang ada atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya



3-1



cukup diberi uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar / sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan  Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan  Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja)  Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material  Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan yang diperlukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik  Memenuhi syarat teknis 



Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi informasi yang dibutuhkan







Bisa dilaksanakan dan efektif







Aman untuk dilaksanakan







-



Terhadap bangunan yang akan dibangun



-



Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan



-



Terhadap bangunan lainnya



-



Terhadap lingkungan sekitarnya



Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu, memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing tertentu.



 Memenuhi syarat ekonomis 



Biaya murah







wajar dan efisien



 Memenuhi pertimbangan non teknis lainya 



Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui oleh lingkungan setempat







Rekomendasi dan policy dari pemilik proyek







Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan apabila hal itu merupakan alternatif pelaksanaan pelaksanan yang istimewa dan riskan



 Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan. Masalah metode pelaksanaan pekerjaan banyak sekali variasinya, sebab tidak ada keputusan ”Engineering” yang sama persis dari dua ahli teknik. Jadi pilihan yang terbaik yang merupakan tanggung jawab manajemen dengan tetap mempertimbangkan Engineering Economies.



 Manfaat positif Construction Method 



Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan.







Merupakan acuan / dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek.



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



BAB IV PERSIAPAN DAN SURVAI LAPANGAN 4.1



Persiapan Lapangan Pada tahap persiapan lapangan, aktifitas-aktifitas konstruksi antara lain meliputi hal-hal dibawah ini : 4.1.1



Fasilitas Lapangan Konstruksi -



Kantor Kontraktor Fasilitas lapangan kontraktor biasanya ditempatkan dekat dengan lokasi pekerjaan dengan konstruksi semi permanen. Kantor Kontraktor harus lengkap termasuk peralatan administrasi, peralatan gambar, computer, ruang rapat dll. Fasilitas listrik / genset, air bersih, sistem komunikasi dll



-



Laboratorium Biasanya kontraktor harus menyediakan peralatan lab untuk tanah dan beton. Semua perlatan harus dikalibrasi secara rutin



-



Gudang Untuk melindungi material seperti Portland semen atau bahan lain yang sensistif terhadap air dan sinar matahari, gudang yang cukup aman harus dibuat termasuk rak dari kayu agar bahan tidak langsung bersinggungan dengan tanah.



-



Fasilitas-fasilitas lain seperti Batching Plant, Work Shop, Labour, Camp, parkir mobil dan motor, musholla dll.



4.1.2



Mobilisasi Bersamaan dengan pembuatan fasilitas lapangan, peralatan berat harus mulai dimobilisasikan. Program mobilisasi harus dibuatt detail dan diawasi ketat karena sering sekali keterlambatan mobilisasi menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan



4.1.3



Access Road Penentuan Access Road yang dipakai penting karena mobilisasi dan dislokasi peralatan berat dan pendatangan bahan / material proyek harus tidak boleh terlambat. Access Road harus dirawat dan diperbaiki selama masa pelaksanaan konstruksi



4.1.4



Mutual Check Pekerjaan surveying harus segera dilaksanakan dan biasanyaa terdiri dari longitudinal Cross Section survai. Hasil dari mutual check 0% harus



4-1



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



diselesaikan dulu dari pengawas pekerjaan, sebelum datanya dijadikan pedoman pembuatan Shop Drawing 4.1.5



Test Material Semua test material harus dilaksanakan di laboratorium dan disaksikan / disetujui oleh Konsultan Supervisi.



4.1.6



Job Mix Formula (JMF) Setelah test material, segera dilaksanakan pembuatan Job Mix Formula terutama untuk pekerjaan beton.



4.2



Pematokan dan Pengukuran 4.2.1



Metode Pelaksanaan Penetapan Bench Mark I. Bahan - Patok jadi yang diberi kaki / alas: a. Segi empat 15 / 15 panjang 80 cm b. Bulat diameter 6” panjang 80 cm c. Ujung atas dibuat halus, rata dan ditanam baut berkepalaan panjang 15 - 20 cm dan yang kelihatan kepala bautnya saja. Catatan : a,b,c (sesuai gambar / spek) II. Tenaga Kerja a. Tenaga kerja menggali / memasang patok TBM tersebut. b. Juru Ukur / pembantu untuk mengarahkan / memberi petunjuk pelaksanaan, agar betul-betul elevasi / kedudukan mantap / stabil. III. Peralatan 1. Unit pesawat Water Pass dan Theodolit 2. Bak ukur dan prisma 3. Jalon secukupnya 4. Patok, cat, cangkul, linggis, alat angkut patok, dll. IV. Methode Pelaksanaan 1. Persiapan -



Siap gambar kerja / Shop Drawing



-



Siap peta rintisan-rintisan



-



Siap tenaga



-



Siap Patok



-



Siap Lahan



4-2



2. Pelaksanaan -



Pada waktu awalnya pihak I dan Pihak II (Kontraktor-Bouwher) mengadakan pemeriksaan bersama ke lokasi / letak BM dimana untuk pedoman elevasi yang akan dibawa ke lokasi proyek.



-



Hal ini bisa terjadi lokasi awal pengambilan jauh dari lokasi, biasanya proyek-proyek terowongan.



-



Adapun yang dekat untuk pembuatan gedung, bisa mengambil daerah sekitar (telah ditentukan)



-



Setelah ditentukan kesepakatan letak pengambilan BM kemudian dipindahkan ke lokasi proyek sbb : a. Pengukuran dengan alat Water Pass. Dimulai pengambilan elevasi dari BM awal, dipindahkan secara bertahap/ berurutan dengan alat bak ukur dan patok-patok pembantu. b. Demikian seterusnya setiap jarak 50 m sampai dengan lokasi proyek c. Pada lokasi proyek untuk TBM kedua setelah dari BM awal diukur ulang menuju ke BM awal dengan melalui bantuan- bantuan patok yang telah ada. d. Setelah elevasi cocok, kemudian dibuat berita acara antara pihak kesatu dan pihak kedua bahwa TBM kedua (diproyek) dinyatakan sah. e. Untuk bangunan gedung, TBM kedua dipindahkan ke TBM-TBM di sekitar areal gedung cukup dibuat 4 (empat) buah (daerah sisi- sisi luar dekat dengan pagar dengan cara diukur ulang). f.



TBM kedua dan seterusnya diamankan dan diberi tanda/ pagar agar tidak terganggu elevasinya.



g. Untuk bangunan air / irigasi biasanya dibuat setiap jarak 200 m sepanjang irigasi, dan ditempatkan dilokasi yang paling aman, hal ini sangat mempengaruhi elevasi/ debit aliran air apabila terjadi TBM yang terganggu. h. Patok-patok beton tersebut ditanam secara permanen dan vertical. i.



Patok beton diusahakan + 20-30 cm diatas permukaan tanah.



j.



Baut sebagai titik elevasi kelihatan kepala bautnya saja.



V. Lingkungan -



Letak BM betul-betul harus aman dari gangguan orang, hewan, dll (diberi pagar)



VI. Standar Hasil -



Perpindahan TBM dari BM awal harus menunjukan elevasi yang betul setelah diukur ulang (bolak-balik)



-



Mendapatkan perpindahan-perpindahan TBM yang menunjukan elevasi yang benar



-



Pada tiap-tiap BM / TBM tentunya menunjukan elevasi yang tidak sama, untuk ini dalam penulisan di patok harus jelas.



-



Elevasi TBM / BM dibuatt daftar untuk dibuat Berita Acara.



VII.Lampiran W I (Flow Chart)



MULAI



MEMPELAJARI SHOP DRAWING



PERSIAPAN PETA RINTISAN



PERSIAPAN LOKASI PERSIAPAN ALAT DAN TENAGA



CHECK LOKASI ANTARA KONTRAKTOR DAN BOUWHER



Mulai Pengambilan Elevasi dari BM awal dan dipindahkan ke lokasi Proyek secara berurutan



CHECK



Buat Berita Acara antara Kontraktor dan Bouwher Bahwa TBM di Proyek dinyatakan Syah



SELESAI



4.2.2



Metode Pelaksanaan Pengukuran As Terowongan I.



Bahan -



Kaso 5/7 sebagai patok



-



Bambu diameter 10 cm sebagai patok



-



Cat Merah, kuas, paku, palu besar 8 kg & palu kecil 1 kg, benang



II. Tenaga Kerja -



Juru ukur mengerti / Professional / terampil



-



Pembantu mengerti seluk beluk dalam hal pengukuran



III. Peralatan -



Pesawat Theodolit 1 unit



-



Meteran 50 m, 5 m, payung



-



Prisma



IV. Methode Pelaksanaan 1. Persiapan -



Siap gambar kerja / Shop Drawing



-



Siap alat, bahan, tenaga ukur



-



Siap lahan / pembersihan



2. Pelaksanaan Pengukuran: -



Mengadakan rintisan



-



Membuat pelurusan sesuai dengan jarak propil pada P I – P I yang sudah ditentukan



-



Pasang ROW dan memberi nomor profil



-



Buat Simpanan P I.



-



Demikian seterusnya sesuai dengan arah terowongan sesuai gambar



-



Patok as dicat merah 10 cm dari atas



-



Patok batas terowongan cat hijau



V. Lingkungan -



Bersihkan dulu dari pohon, rumput-rumput, dll agar tidak mengganggu pengukuran



VI. Standar Hasil -



Mendapatkan posisi / letak as yang benar sesuai rencana



-



Mendapatkan batas-batas tanah yang benar dan mengetahui batas- batas terowongan.



VII.



Lampiran W I (Flow Chart)



MULAI



PEKERJAAN PERSIAPAN



MENGADAKAN RINTISAN



MEMBUAT PELURUSAN MEMASANG ROW BERI NOMOR PROFIL ROW PENGECATAN PATOK



SELESAI



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



BAB V TAHAPAN DAN METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN TEROWONGAN 5.1



Umum Terowongan adalah suatu lobang yang dibuat didalam bumi (dibawah laut atau didalam bukit), untuk berbagai kegunaan antara lain untuk ; saluran air, lalu lintas kendaraan mobil / kereta api, manusia, untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pelaksanaan pembuatan terowongan untuk saluran air sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan baik untuk tujuan serbaguna (PLTA dan Irigasi), atau khusus untuk irigasi atau khusus untuk PLTA. Secara fisik ada tiga macam terowongan yaitu : i.



Terowongan mendatar Terowongan mendatar lazim dibangun untuk ; terowongan pengelak (diversion tunnel), waterway (terusan air), terowongan pembantu (adit tunnel), terowongan masuk (acces tunnel), terowongan drainase (drainage tunnel), inspection tunnel, terowongan saluran buri (tail race tunnel), terowongan pelimpah (spillway tunnel), terowongan penghubung (connection tunnel) dan lain sebagainya.



ii. Terowongan miring (incliding tunnel) Terowongan miring lazim dibangun untuk : pelimpah (spillway), terowongan tekan (penstock tunnel), terusan air (waterway) iii. Terowongan tegak (vertical shaft) Pada umumnya terowongan tegak (vertical shaft) dibangun untuk : sumur pengendali pintu pengambilan (intake gate control shaft, sumur pendatar air (surge tank), terowongan tekan (penstock) Dari ketiga macam terowongan tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan dapat berdiri sendiri ataupun antara satu dengan yang lain, sebagai contoh : -



Bangunan spillway pada bendungan Selorejo, Malang Jawa Timur, Spillway Bendungan Cirata, di Purwakarta, Jawa Barat, adalah gabungan terowongan mendatar dengan terowongan miring.



-



Bangunan terusan air (waterway) pada bangunan Saguling, kabupaten Bandung, Jawa Barat, adalah gabungan terowongan mendatar (headrace tunnel) dengan terowongan tegak (surge tank) dan terowongan miring (penstock tunnel).



Dalam kondisi tertentu juga dimungkinkan gabungan antara gabungan antara terowongan dengan conduit dan saluran terbuka, sebagai contoh bangunan saluran



5-1



pengelak pada bendungan batutegi, yang terdiri dari upstream conduit, upstream dan downstream tunnel, downstream conduit dan terminal structure. Terowongan untuk saluran air pada umumnya dilapisi beton atau pasangan batu ada yang dilapisi kombinasi beton dan pelat baja, namun ada juga yang tanpa pelapisan. Perlu tidaknya pelapisan (linning) pada terowongan tergantung dari kegunaan terowongan dan kondisi batuan sepanjang terowongan tersebut. Sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan, biasanya terowongan dilapisi beton bertulang atau kombinasi beton bertulang dengan pelat baja. Terowongan untuk saluran air, sesuai dengan jenis aliran air terdapat dua macam terowongan yaitu : 1. Free flow tunnel (terowongan aliran bebas) Free flow tunnel lazim dibangun untuk terowongan pengelak dan spillway, sebagai contoh : terowongan pengelak Bendungan Wonorejo, Tulungagung Jawa Timur, terowongan pengelak & spillway bendungan batutegi, lampung, spillway bendungan cirata, kabupaten purwakarta jawa barat, terowongan pengelak bendungan Selorejo, Malang Jawa Timur. Free flow tunnel juga sudah lama dibuat di bali untuk keperluan irigasi yang tergabung dalam sistem “irigasi subak”. Terowongan ini biasanya dibangun dengan tenaga orang secara tradiosional dengan peralatan sederhana, yang hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Terowongan yang dibangun untuk irigasi subak di Bali ada yang berdiri sendiri ada juga yang gabungan antara terowongan mendatar sebagai saluran air dan terowongan tegak sebagai sumur kontrol pada saat membangun, ada yang dilapis pasangan batu ada pula yang tanpa pelapisan tergantung dari kondisi tanah disepanjang terowongan tersebut. Terowongan Tulungagung Selatan I dan II yang juga disebut sebagai Terowongan Neyama, dibangun untuk membuang air banjir didaerah Tulungagung, kearah laut selatan (Samudera Indoseia). Terowongan ini juga termasuk free flow tunnel. 2. Pressure tunnel (terowongan aliran tekan) Pressure tunnel biasanya untuk terusan air (waterway) atau headrace tunnel, sebagai saluran air guna pembangkitan listrik pada proyek PLTA. Pressure tunnel bisa terdiri dari pressure tunnel dan penstock tunnel, sesuai dengan keadaan topografi dan kebutuhan. Namun ada pula pressure tunnel untuk bangunan saluran pengelak, sebagai contoh terowongan pengelak (diversion tunnel) bendungan Saguling, Kabupaten Bandung Jawa Barat.



5.2



Pelaksanaan Pembuatan Terowongan Pelaksanaan pembuatan terowongan pada umumnya dilakukan dalam 4 tahapan kerja : 5.2.1



Tahap I, Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pekerjaan utama pembuatan terowongan dapat dimulai. 5.2.1.1 Pekerjaan survai (surveying & lay out of works) meliputi : -



Pembuatan Peta situasi pekerjaan lapangan (lay out of works)



-



Pembuatan bench marks (patok BM) dan patok / titik referensi.



-



Pembuatan ground profile (potongan memanjang tanah / bukit), dan ground section (potongan melintang tanah / bukit)



5.2.1.2 Pembuatan jalan kerja (construction & houlding roads), termasuk jembatan / gorong-gorong sementara jika diperlukan. Apabila untuk mencapai lapangan kerja terdapat sungai dan untuk kegiatan lapangan harus menyeberang sungai tersebut, maka kontraktor harus membuat jembatan atau gorong-gorong sementara yang biasanya hal ini termuat dalam dokumen tender atau penawaran. 5.2.1.3 Penyiapan bangunan fasilitas sementara (temporary facilities works), antara lain : kantor lapangan & camp, gudang material, instalasi pemecah batu (crushing plant), instalasi pengaduk beton



(batching plant), bangunan fasilities



laboratorium berikut peralatannya, gudang bahan peledak / dinamik, instalasi listrik dan air (untuk keperluan kantor, camp dan lapangan) dan bangunan fasilitas lainnya yang diperlukan sehubungan dengan kontrak. 5.2.1.4 Land clearing dan grubbing. Land clearing dan grubbing adalah kegiatan pembersihan medan kerja dari pepohonan, semak belukar berikut bonggol-bonggolnya. Pekerjaan ini biasanya dilakukan dengan alat bulldozer atau dapat dikombinasi dengan excavator, sesuai dengan keadaan dilapangan. 5.2.2



Tahap II, Pekerjaan Penggalian Terbuka (open excavation) 5.2.2.1 Pembersihan lapangan kerja (clearing of site) Sebelum memulai kegiatan penggalian, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan kerja (clearing of site), pada areal yang akan digali yang diikuti dengan pekerjaan survai untuk menentukan batasan areal kerja, sesuai dengan gambar rencana.



Pembersihan lapangan kerja dapat dilakukan dengan tenaga orang atau dengan peralatan mesin sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan kerja. Setelah medan kerja dan batasan daerah yang akan digali telah dipasang sesuai dengan gambar kerja (working drawing), maka kegiatan pekerjaan penggalian dapat dilakukan. 5.2.2.2 Penggalian Tanah (excavation of the common material) Sebelum kegiatan penggalian dimulai, terlebih dahulu disiapkan batas- batas galian yang lazimnya dipasang bowplank atau papan batas & penunjuk kemiringan galian, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam gambar kerja yang telah disetujui Engineer atau approved working drawing. Untuk pengerjaan penggalian tanah (common material), biasanya dilakukan dengan alat excavator (back hoe), sedangkan bahan hasil galian diangkut kelokasi pembuangan (disposal area) yang telah ditetapkan dalam kontrak atau yang telah disetujui Engineer. Penetapan jenis, kapasitas dan jumlah excavator maupun truck yang digunakan untuk menggali dan mengangkut hasil galian perlu disesuaikan dengan volume galian yang direncanakan, agar dapat diselesaikan sesuai dengan schedule yang disetujui Engineer. Sudah barang tentu perhitungan yang teliti agar efisiensi kerja dapat dicapai dengan hasil kerja yang baik. Ditempat pembuangan hasil galian tanah (disposal area), perlu dioperasikan setidak-tidaknya sebuah bulldozer, untuk perataan (spreading) dan mengatur bentuk timbunan buangan tanah tidak mudah longsor dan sesuai dengan gambar disposal area yang disetujui Engineer. Agar pekerjaan penggalian tanah ini dapat sesuai dengan gambar kerja, perlu adanya pemantauan secara terus menerus oleh petugas pengukuran (survai) sampai penggalian tanah selesai. 5.2.2.3 Penggalian batu (rock excavation) Sebelum kegiatan penggalian batu dilakukan terlebih dahulu mempelajari keadaan batuan didaerah yang akan digali, agar penggalian batu dapat dilaksanakan dengan baik. Mengenal jenis dan kondisi batuan yang terdapat dalam dokumen tender serta memeriksa keadaan dilapangan.



Formasi geologi (Geological formation) dan kelas batuan dilokasi rencana terowongan perlu diketahui dengan seksama untuk menentukan jenis maupun kapasitas alat yang akan digunakan. Ada 5 keadaan batuan yang sering ditemui dilapangan yaitu : a. Fresh Rock



(F)



b. Slightly weathered



(SW)



c. Moderately weathered



(MW)



d. Higly wearthered



(HW)



e. Completely wearthered



(CW)



Untuk a, b dan c dapat disebut batuan, sehingga sebelum memulai pekerjaan penggalian diperlukan pengukuran guna mengetahui batas galian common dan galian batu. Hal ini dilakukan karena umumnya unit price (harga satuan) galian batu jauh lebih mahal dari galian tanah (common). Metode penggalian batu pada medan terbuka biasanya dilakukan dengan cara peledakan (blasting) oleh karenanya metode kerja ini harus diajukan kepada Engineer untuk mendapatkan persetujuan (approval). Agar dapat dicapai efisiensi kerja yang baik perlu adanya trial blasting setidak-tidaknya 3 kali. Dalam trial blasting ini yang paling penting adalah penetapan jarak lobang bor, tinggi benchcut dan koefisien blasting guna menghitung jumlah bahan peledak yang digunakan. Pada trial blasting yang pertama biasanya digunakan angka koefisien blasting terkecil, kemudian yang kedua lebih besar dan yang ketiga lebih besar lagi, misalnya untuk quartzite fresh rock pertama dengan C = 0.3, kemudian kedua dengan C = 0.35 dan yang ketiga dengan C = 0.4. Dari ketiga hasil trial blasting tersebut kita bandingkan mana yang paling baik dan efektif kita pilih, yang selanjutnya ditetapkan sebagai “Blasting Pattern”, yang digunakan untuk penggalian batu secara menyeluruh. Namun demikian tidak menutup kemungkinan adanya perubahan sesuai dengan keadaan dilapangan. Untuk melakukan pekerjaan penggalian dengan cara blasting ini, Site Engineer kontraktor harus mengatur sedemikian rupa agar memperhatikan keamanan bagi para pekerja dan orang-orang yang berada disekitar areal kerja blasting. Sistem peringatan dengan cara memasang tanda bendera merah maupun dengan membunyikan sirine atau pemberitahuan dengan pengeras suara sangat diperlukan. Apabila pekerjaan blasting ini dilakukan dengan kurang hati-hati dapat



menimbulkan kecelakaan yang fatal bagi tenaga kerja maupun orang- orang yang berada disekitar areal kerja. Apabila blasting telah dilakukan perlu ada petugas khusus yang memeriksa lapangan di areal blasting apakah semua bahan peledak telah meledak semua atau belum. Setelah dilakukan pemeriksaan dilapangan ternyata dinyatakan bahan peledak telah meledak semua baru petugas yang akan membuang hasil ledakan dapat diijinkan mengambil batuan hasil ledakan untuk dibuang ke disposal area. Namun apabila dari hasil pemeriksaan oleh petugas khusus tersebut ternyata masih ada bahan peledak yang meledak, maka Site Engineer harus memerintahkan tim blasting untuk meledakkan bahan peledak yang belum meledak tersebut. 5.2.2.4 Open Cut Excavation Pada hakekatnya open cut excavation adalah sama dengan open excavation, hanya biasanya open cut excavation merupakan kelanjutan dari open excavation, sehingga kegiatannya juga hampir sama. Perbedaan antara open excavation dan open cut excavation adalah sebagai berikut : -



Open cut excavation merupakan galian terbuka dengan batasan terbawah berupa dataran (plat form)



-



Open cut excavation merupakan galian terbuka dengan bentuk tertentu yang biasanya ditempat ini didirikan bangunan, misalnya untuk power station, untuk conduit dan sebagainya.



Open cut excavation ada yang merupakan kelanjutan dari open excavation namun ada pula yang berupa galian tersendiri. Metode kerja Open cut excavation secara prinsip sama dengan open excavation hanya ada sedikit perbedaan pada bentuk galiannya. 5.2.2.5 Perkuatan Bidang galian miring (slope protection) Pada bidang galian terbuka baik yang permanen maupun sementara, harus diperhitungkan apakah perlu perkuatan lereng (slope protection) atau tidak, ini tentunya disesuaikan dengan keadaan geologi di lapangan maupun yang tertuang dalam kontrak. Juga tercantum didalam kontrak maka kontraktor harus melaksanakan sesuai kontrak, namun jika tidak tercantum dalam kontrak dan keadaan memerlukan proteksi, maka hal ini dapat dibicarakan dengan pihak Engineer atau dapat juga kontraktor melaporkan masalah ini kepada



Engineer. Sudah barang tentu hal ini atas dasar keamanan pekerjaan agar tidak menimbulkan longsoran yang dapat mempersulit operasi kerja dilapangan. Perkuatan lereng yang lazim diterapkan pada suatu proyek terowongan shotcrete, shotcrete dengan wiremesh, pasangan batu atau cukup dengan gebalan rumput (sodding). Untuk menetapkan jenis perkuatan lereng ini tergantung dari keadaan geologi di lapangan. Apabila dengan perkuatan seperti atas masih dipandang kurang memadai dapat pula dikombinasi dengan penambahan batang angker baja digrouting (grouted anchor bar), dapat pula ditambah dengan lubang-lubang pematusan (drain holes). - Perkuatan lereng dengan shotcrete. Perkuatan lereng dengan shotcrete, diterapkan pada bagian bidang galian permanen maupun sementara tergantung kebutuhan. Pada bidang galian batu biasanya dengan shotcrete tebal 5 cm sedangkan pada bidang galian tanah (common) dengan shotcrete tebal 10 cm dengan tambahan jaring kawat baja (wire mesh). Perkuatan lereng dengan shotcrete dilakukan dengan menyemprotkan



bahan shotcrete kepermukaan bidang galian



dengan menggunakan mesin. Bahan shotcrete adalah campuran semen, air dan aggregrat pasir halus & kasar dengan proporsi campuran yang telah ditetapkan didalam spesifikasi teknik (technical spesification). Sebelum shotcrete diterapkan pada bidang permukaan galian, biasanya dilakukan trial di lapangan didekat batching plant, yang dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium untuk mengetahui strenghtnya. Hasil pengujian ini disusun dalam laporan kemudian diajukan kepada Engineer untuk mendapatkan (approval. Sudah barang tentu yang diajukan tersebut harus memenuhi persyarat yang ditetapkan didalam technical specification. Jika approval dari Engineer telah diterbitkan, pekerjaan shotcrete dapat dilaksanakan dilapangan. Pada pekerjaan shotcrete dengan wire mesh, pelaksanaanya dapat dilakukan dua kali, yaitu shotcrete layer pertama diterapkan kemudian wire mesh dipasang dan dilanjutkan dengan shotcrete layer kedua. Namun adapula yang dilakukan sekaligus, dengan cara memasang wire mesh terlebih dahulu kemudian di shotcrete dengan harus mengangkat wire mesh pada jarak tertentu agar wire mesh berada pada bagian tengah lapisan shotcrete. Cara shotcrete secara



langsung ini harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul berpengalaman. Untuk mencegah air tanah menekan lapisan shotcrete lazimnya dilengkapi dengan weep hole dari pipa pvc  50 atau sesuai petunjuk Engineer. Dengan deep hole ini air tanah dapat disalurkan keluar, sehingga shotcrete dapat lebih stabil dan



kemungkinan terkelupasnya lapisan shotcrete dapat



dicegah. - Perkuatan lereng dengan shotcrete yang dikombinasi dengan anchor bar & drain holes. Sebelum pekerjaan shotcrete dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengeboran pada titik-titik yang telah ditentukan untuk rencana pemasangan anchor bar atau drain holes. Apabila pengeboran telah selesai, lubang bor dibersihkan dengan semburan angin kemudian material semen mortar dimasukkan kedalam lubang dengan volume sesuai perhitungan, yang selanjutnya anchor bar dimasukkan dengan hati-hati kedalam lubang. Cara seperti ini lazim dilakukan di lapangan, namun ada pula setelah lubang disiapkan, batang angker dimasukkan kedalam lubang baru kemudian diisi bahan semen mortar hingga penuh. Cara yang kedua ini biasanya tidak dapat diyakini apakah penggroutingan dapat penuh hingga ujung angker atau tidak. Jika drain hole harus dibuat, terlebih dahulu disiapkan lubangnya dengan cara pengeboran pada titik-titik yang telah ditetapkan. Setelah lubang bor dibersihkan kemudian pipa pvc yang telah dilobangi dibalut geotextile atau tanpa geotextile, dimasukkan kedalam lubang dengan sedikit diputar, agar mudah memasukkannya. Dibagian ujung luar pipa pvc kurang lebih sedalam 20 cm lubang ditutup dengan semen mortar. Apabila anchor bar dan drain holes telah terpasang semua baru kemudian shotcrete diterapkan. Untuk mencegah lubang drain hole tertutup material shotcrete, sebelum shotcrete diterapkan, terlebih dahulu lubang pipa pvc ditutup dengan bahan kertas atau bahan lain, baru setelah shotcrete selesai tutup / sumbat tersebut dilepas. Shotcrete yang dikombinasi denan anchor bar dan drain hole biasanya diterapkan pada perkuatan bidang galian yang kondisi batuannya kurang baik atau atau rawan longsor. Kondisi batuan yang harus dishotcrete dan tambahan anchor bar serta drain hole



biasanya pada bidang galian yang terdapat dyke, shear zone, jalur mica schist dan fractures. -



Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu. Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu dapat diterapkan pada bidang-bidang galian yang apabila galian. Sudah barang tentu jenis perkuatan lereng ini atas dasar pertimbangan yang masak oleh ahli geologi. Untuk mengendalikan air tanah agar tidak membahayakan stabilitas pasangan batu, lazimnya dipasang weep hole atau drain hole.



-



Perkuatan lereng dengan gebalan rumput (sodding) Pada bidang galian yang masih cukup banyak material clay nya dan dimungkinkan rumput bisa tumbuh, gebalan rumput (sodding) dapat diterapkan. Biasanya jenis perkuatan bidang galian dengan sodding ini untuk arel yang tidak membahayakan terhadap bangunan yang ada disekitarnya atau untuk daerah yang kurang penting, misalnya untuk access road.



5.2.3



Tahap III, Pekerjaan Penggalian Dalam Tanah (Under Ground Excavation) Pekerjaan penggalian dalam tanah (under ground excavation) atau lazim juga disebut penggalian terowongan (tunnel excavation) adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus pula. 5.2.3.1 Pekerjaan persiapan Sebelum melakukan penggalian didalam terowongan, perlu dikaji dengan seksama kondisi geologi baik yang tercantum dalam dokumen tender maupun keadaan setelah open excavation dan open cut excavation selesai. Mempelajari kondisi batuan terutama pada bagian portal hulu (upstream portal) dan portal hilir (downstream portal) harus dilakukan untuk menyiapkan pekerjaan awal galian terowongan. Lazimnya pada kedua bagian ini dipasang steel rib support dari baja H yang dirangkai dengan batang baja atau kayu sebagai penahan. Pada steel rib support ini biasanya dilapisi shotcrete atau papn kayu sebagai penutup dan dibebani karung plastik berisi pasir (sand bag) sebagai pemberat. Dari jenis batuan yang ada dilapangan maupun yang tertuang dalam dokumen tender dapat ditetapkan alat untuk pelaksanaan penggalian. Penggalian didalam terowongan pada umumnya dilakukan dengan cara peledakan (blasting), yang sebelumnya dibor terlebih dahulu dengan



mesin bor. Biasanya untuk terowongan ukuran besar digunakan peralatan mesin bor CDR (Craw Drail) ataupun alat lainnya sesuai petunjuk Engineer. Untuk terowongan yang mempunyai ruang gerak kecil biasanya digunakan mesin bor Rotary. Namun jika tidak mungkin dilakukan dengan blasting, misalnya ada tanah atau batuan lunak dalam jumlah besar didalam terowongan, dapat pula digali dengan mesin bor horisontal dengan diameter hingga 2 meter, yang biasanya hasil galian bor tadi langsung dimasukkan (di loading) kedalam truk disebelah belakangnya, sebagai contoh penggalian terowongan headrace bendungan Saguling di Jawa Barat. Dalam menentukan posisi awal dibagian portal hulu dan hilir, tim survai harus bekerja dengan teliti guna menentukan alignment, elevasi dan station pada kedua portal tersebut. 5.2.3.2 Pola Pengeboran Terdapat perbedaan dalam rancangan pola pengeboran untuk areal bawah tanah dan terbuka. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas area, volume hasil peledakan, suplai udara segar, dan keselamatan kerja. Tabel 5.1 memperlihatkan beberapa alasan atau penyebab yang membedakan pola pengeboran di tambang bawah tanah dan terbuka. Tabel 5.1. Penyebab yang membedakan pola pengeboran di areal bawah tanah dan terbuka Faktor



Areal bawah tanah



Luas area Volume hasil peledakan



Suplai udara segar Keselamatan kerja



Terbatas, sesuai dimensi bukaan yang luasnya dipengaruhi oleh kestabilan bukaan tersebut. Terbatas, karena dibatasi oleh luas permukaan bukaan, diameter mata bor dan kedalaman pengeboran, sehingga produksi kecil. Tergantung pada jaminan sistem ventilasi yang baik. Kritis, diakibatkan oleh: ruang yang terbatas, guguran batu dari atap, tempat untuk penyelamatan diri terbatas.



Areal terbuka Lebih luas karena terdapat dipermukaan bumi dan dapat memilih area yang cocok Lebih besar, bisa mencampai ratusan ribu meterkubik per peledakan, sehingga dapat direncanakan target yang besar. Tidak bermasalah karena dilakukan pada udara terbuka Relatif lebih aman karena seluruh pekerjaan dilakukan pada area terbuka.



a. Pola Pengeboran pada Areal Terbuka Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan dengan hanya satu bidang bebas,



disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan lemparan fragmentasi keatas dan tidak terkontrol. Dengan mem- pertimbangkan hal tersebut, maka pada tambang terbuka selalu dibuat minimal dua bidang bebas, yaitu (1) dinding bidang bebas dan (2) puncak jenjang (top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin dibuat secara teratur, yaitu : (lihat Gambar 5.1) 1) Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama 2) Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih besar dibanding burden 3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang



3m



3m



2,5 m



3m



Bidang bebas



Bidang bebas



a. Pola bujursangkarb. Pola persegipanjang



3m



3m



2,5 m



3m



Bidang bebas



c. Pola zigzag bujursangkar



Bidang bebas



d. Pola zigzag persegipanjang



Gambar 5.1. Sketsa pola pengeboran pada areal terbuka b. Pola Pengeboran Bawah Tanah Mengingat ruang sempit yang membatasi kemajuan pengeboran dan hanya terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat suatu pola pengeboran yang disesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti telah



diuraikan sebelumnya bahwa minimal terdapat dua bidang bebas agar proses pelepasan energi berlangsung sempurna, sehingga batuan akan terlepas atau terberai dari induknya lebih ringan. Pada bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapat satu bidang bebas, yaitu permuka kerja atau face. Untuk itu perlu dibuat tambahan bidang bebas yang dinamakan cut. Secara umum terdapat empat tipe cut yang kemudian dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi batuan setempat, yaitu: 1) Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut (lihat Gambar 5.2). Empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, sehingga berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan sekitar 15 cm (6 inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Pada bagian puncak piramid terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut sangat efektif untuk betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batubatu kecil. Gambar 5.2. Sketsa dasar center cut



2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji (lihat Gambar 1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding pyramid meledakkan batuan yang keras.



cut, tetapi kurang efektif untuk



Gambar 5.3. Sketsa dasar wedge cut 3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-tengan bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga di lantai atau dinding. Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian dinding disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. Beberapa pertimbangan pada penerapan pola drag cut :  Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan sedimen lainnya.  Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.  Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu. Gambar 5.4 memperlihatkan drag cut yang dibuat dari arah lantai.



4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara lain:



 Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam dibanding jenis cut yang lainnya  Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini, sehingga pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat berlangsung efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak. Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan dengan pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang memuaskan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:  Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor yang konvergen atau divergen, jadi harus benar- benar lurus dan sejajar.  Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk menghindari pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam lubang yang kosong.  Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan pada fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut. Gambar 5.5. Sketsa dasar burn cut



180 210 75



80 500



500



75



35



210 mm



250 mm



a. GRONLUND CUT



35



200



160



250 mm



c. CAT HOLE DENGAN 75 mm (3 inci) LUBANG KOSONG



b. MICHIGAN CUT



100170 60 150



300 140



d. TRIANGULAR BURN CUT DENGAN LUBANG 35 mm



90



e. BULLOCK CUT



520



Gambar 5.6. Variasi burn cut (Langerfors,1978) c. Pengisian Muatan Lubang bor Pengisian bahan peledak dapat dilaksanakan dengan beberapa macam antara lain : 1. Pengisian biasa Cara pengisian ini segera bisa dilaksanakan setelah bahan peledak dibagi-bagikan disetiap lubang sesuai dengan jumlah perhitungan bahan peledak yang telah direncanakan. Setelah itu melaksanakan pengecekan lubangnya dengan tongkat (bambu bergaris tengah lebih kecil dari lubang bor). Kalau lubang ternyata baik, maka bahan peledak dapat dimasukkan, pelaksanaan pengisian yang baik yaitu = + 2/3 H berisi bahan peledak (lihat gambar 5.5) dan 1/3 H untuk penutupan. Setiap saat memasukkan bahan peledak selalu dikontrol agar dapat mencapai pengisian yang dikehendaki. Dalam pengisian ini jangan lupa memasang muatan primer yaitu pelor dinamit yang diberi detonator lengkap dengan sumbu bakarannya. Selanjutnya ditutup dengan penutup dan sedikit dipadatkan. Dengan selesainya pengisian ditiap-tiap lubang, sumbu



detonator-detonator (leg wire) dihubungkan dengna sumbu utama yang menghubungkan ke alat peledak. Bilamana menggunakan detonator listrik maka sumbu detonator (leg wire) bisa dihubungkan dengan seri atau macam hubungan lain. Didalam pelaksanan peledakan primer dengan bench cut ini perlu juga pengeboran suatu holes, yang berfungsi untuk mendorong maju batubatu pada peledakan banch cut tersebut, selanjutnya diperiksa lagi dengan tester. Setelah selesai semua dapat dipersiapkan kabel-kabel penyala sebagai penghubung kemesin peledak (blasting machine). Kemudian bila keadaan sekitarnya betul-betul aman dari peralatan maupun tenaga kerja, maka bisa dimulai ledakan dengan membunyikan sirene mesin peledak (blasting machine) bisa dikontak sehingga bench cut meledak. Sumbu



Penutup



M u a t a n P rim e r (d e t o n a t o r)



Gambar 5.5 Pengisian biasa 2. Pengisian dua step Cara ini sama halnya dengan cara biasa, hanya dapat dilaksanakan apabila lapisan batu tidak sama misalnya lapisan atas keras dan lapisan bawah agak lunak atau lubang pengisian terlalu dalam (lihat gambar 5.6). Didalam melakukan pengisian semacam ini harus menggunakan ketelitian agar supaya sumbu detonator (leg wire) dari detonator tidak mengalami putus diwaktu penyumbatan. Adapun maksud dari cara ini terutama untuk menghindari adanya hasil peledakan



yang tidak berhasil, batu banyak yang besar-besar karena dari pengisian atau keadaan batunya. S um bu



M uatan K edua P enutup



M uatan P rim er



M uatan P ertam a



Gambar 5.6 Pengisian dua step 3. Pengisian menggunakan detonating cord (coldtex) Cara pengisian ini sama saja didalam pelaksanaanya, hanya dalam pemakaiannya, sumbu pembakaran bukan detonator akan tetapi memakai detonating cord (coldtex). Didalam pelaksanaannya juga menggunakan ketelitian sewaktu pengisian dinamit, pengecekan maupun penutupan untuk menghindarkan terputusnya detonating cord (coldtex). Adapun keuntungan menggunakan detonating cord antara lain : a. Dalam pengisian tidak ada kesukaran dikarenakan lubang dapat dicek sedalam lubangnya b. Tidak mungkin terjadi detonating cord putus didalam lubang c. Tidak berbahaya jika ada petir / kilat. d. Pembakaran bisa merata sampai bagian bawah e. Biaya pelaksanaan lebih murah dibanding dengan menggunakan detonator listrik Didalam pelaksanaan seterusnya setelah tiap lubang diisi dinamit lengkap dengan sumbu detonating cord, selanjutnya dapat dipasang detonating



cord



penyambung sebagai



penghubungnya,



panjang



sambungan kurang lebih 5 cm. Selain itu pada ujung dari detonating cord penghubung diberi detonator sebagai sumbu pembakaran, biasanya digunakan Relay Detonator dengan



nomor relay menurut banyaknya baris dana nomor relay yang terkecil pada baris yang terdepan. 75 cm



Detonating Penghubung



Detonating Cord



Gambar 5.7 Pengisian dua step Untuk seterusnya relay detonator tersebut dihubungkan sebagai jaringan peledak dan diperiksa dengan Ohm tester, bilamana pemeriksaan baik lalu dihubungkan dengan mesin peledak (blasting machine) untuk diledakkan. Delay detonator No. lebih besar



Delay detonator No. agak besar



Delay detonator No. paling kecil



Detonating Cord Penghubung



Kabel penyala



Gambar 5.8 Mesin peledak



Mesin peledak (Blasting Machine)



d. Pola pengeboran pada bukaan bawah tanah Trial blasting (percobaan peledakan) Trial blasting sangat diperlukan untuk mendapatkan standar blasting yang baik yang biasanya dilakukan pada bagian portal hulu maupun hilir. Trial blasting ini sangat besar manfaatnya agar tidak terjadi over break atau terjatuhnya batuan dengan volume yang besar yang sudah barang tentu sangat merugikan kontraktor. Seperti hal pada



galian batu dibagian open excavation, koefisien blasting ditentukan mulai dari yang terkecil yang kemudian ditambah sedikit demi sedikit. Trial blasting sebaiknya dilakukan pada luasan terbatas, sebagai contoh untuk quartzite fresh rock dengan C = 0.3 untuk yang pertama, dengan C = 0.35 untuk yang kedua, kemudian C = 0.4 untuk yang ketiga dan terakhir dengan C = 0.45. Dengan trial blasting ini akan diseleksi dan dipilih hasil ledakan yang paling baik, artinya tidak terlalu banyak over break dan tidak terlalu banyak tersisa, dan hasil pilihan ini dapat digunakan sebagai blasting pattern untuk penggalian dalam terowongan (tunnel excavation). Tabel dibawah adalah contoh batuan dan angka koefisien blasting rata-rata yang lazim digunakan. No.



Nama Batuan



Koefisien “C”



1



Soft limestone



0.20



2



Soft sandstone, conglomerate



0.26



3



Hard sandstone, conglomerate



0.30



4



Middle limestone, slate



0.35



5



Hard slate, grain limestone



0.40



6



Weathered andesite



0.20 – 0.30



7



Hard andesite



0.30 – 0.35



8



Quartzite, andesite (fresh)



0.42 – 0.50



9



Granite, gneiss



0.45



10



Hard granite



0.57



Catatan : untuk trial blasting dapat digunakan C = 75% dari tabel, dapat pula ditentukan lain sesuai dengan pengalaman blasting expert. 5.2.3.3 Penggalian Terowongan (tunnel excavation) Setelah berhasil menentukan blasting pattern, dapat dilanjutkan penggalian di dalam terowongan dengan tahapan kedalaman antara 1.5 meter hingga 2 meter tunnel driving. Pada umumnya setelah mucking selesai dilakukan, disusul dengan pekerjaan supporting. Supporting atau perkuatan yang perlu diaplikasikan didalam permukaan galian terowongan ada beberapa macam antara lain : -



Supporting jenis rockbolt Supporting jenis rockbolt diterapkan untuk memperbaiki struktur batuan agar ada tahanan yang baik antara butiran batu yang satu



dengan butiran batu lainnya, sehingga kemungkinan runtuhnya butiran batu yang besar dapat dicegah. Rockbolt biasanya dengan menggunakan batang besi beton ulir (deformed bar) D-25 dengan panjang 3 meter masuk kedalam batuan. Dibagian ujung luar dilengkapi plat baja landasan, plat ring dan mur (nut) dan dibagian dalam diperkuat dengan epoksi resin, sedalam kira-kira 75 cm sebagai angkernya. Untuk menentukan panjang rock bolt yang masuk kedalam batuan tergantung dari ukuran diameter terowongan dan biasanya ditentukan oleh design Engineer. Epoxi resin merupakan bahan yang dikemas seperti kapsul dan akan pecah jika ditusuk besi beton dan akan mengeras dalam waktu yang cepat. Jika rockbolt dengan epoxi resin sebagai angker telah mengeras dengan sempurna plat landasan plat ring dan mur dipasang yang selanjutnya dilakukan penarikan batang rock bolt dengan cara memutar mur dengan daya antara 60% hingga 80% dari kapasitas baja rock bolt. Untuk rock bolt D-25 ditetapkan daya torsi sebesar 8 – 12 ton atau diambil rata-rata 10 ton. Pemasangan rock bolt ini lazimnya dilakukan dengan jarak rata-rata 3 meter satu sama lain unbtuk seluruh bidang galian batu. Pada bidang galian yang bukan batu misalnya shear zone atau soft dyke, rock bolt biasanya tidak perlu karena tidak efektif. -



Shotcrete tanpa wire mesh Shotcrete tanpa wire mesh (chain link) diterapkan pada permukaan galian batu yang baik (fresh rock), biasanya dengan tebal rata-rata 5 cm. Shotcrete didalam terowongan dilaksanakan dengan sarana kerja untuk pekerja yaitu dengan bucket yang ada di mesin jumbo driil.



-



Shotcrete dengan wire mesh (chain link fabric) Shotcrete dengan wire mesh (chain link) diterapkan pada bagian permukaan galian batuan yang fractures. Pelaksanaan Shotcrete dengan tambahan material wire mesh (chain link) lebih sulit dibandingkan dengan di pekerjaan open excavation karena penempatannya pada bidang melengkung dan menggantung, untuk ini perlu dipasang dengan pertolongan angkerangker dari batang baja, yang ditancapkan disela-sela batuan atau dengan membuat lobang khusus pada batuan.



-



Steel Rib Support Steel Rib Support biasanya diterapkan pada bagian galian yang kondisinya lembek misalnya shear zone atau soft dyke atau sangat fractures. Ada juga steel support ini masih dikombinasi dengan grouted anchor bar.



5.2.3.4 Sistem Drainase (drain system) Selama penggalian terowongan berlangsung sistem drainase harus mendapat perhatian karena pekerjaan shotcreteing tidak dapat dilaksanakan pada bagian yang terdapat sumber airnya. Demikian pula saat mucking air yang ada dalam terowongan harus disalurkan keluar dengan baik agar tidak mengganggu transportasi angkutan bahan galian keluar terowongan. 5.2.3.5 Kontrol Survai Kontrol survai juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan sangat teliti, karena jika terdapat kesalahan sedikit saja akan menimbulkan arah (alignment) terowongan bisa berubah. Kontrol survai ini untuk memantau alignment (tunnel axist), slope dan diameter dari terowongan 5.2.3.6 Tahapan penggalian terowongan Terowongan dengan diameter besar lazimnya digali secara bertahap dari bagian upper half yang setelah selesai upper half dilanjutkan dibagian lower half. Untuk terowongan dengan diameter kecil, misalnya 4 – 5 meter, dapat digali secara langsung dengan mengatur bentuk permukaan bagian dasar, agar peralatandapat beroperasi dengan baik terutama untuk transportasi angkutan bahan hasil ledakan keluar terowongan. 5.2.4



Pelaksanaan Pembetonan (Concreting) 5.2.4.1 Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembetonan (concreting) adalah sebagai berikut : -



Pengecekan secar menyeluruh permukaan galian terowongan untuk mengetahui apakah galian terowongan telah masuk desain line atau belum. Dalam hal ini survai terhadap alignment, elevasi dan diameter hasil galian sudah selesai atau belum. Jika ternyata ada permukaan



galian yang belum sesuai dengan desain perlu adanya galian susulan yang untuk ini dapat dilakukan dengan alat ”giant breaker” atau alat lain yang sesuai. -



Penyiapan dan pemasangan baja tulangan (reinfoced bar) Apabila terowongan harus dilapisi dengan beton bertulang perlu disiapkan pabrikasi tulangan sesuai dengan working drawing yang telah disetujui Engineer. Apabila pabrikasi baja tulangan telah selesai dibuat, dapat dilanjutkan dengan pemasangan ditempat yang akan dicor.



-



Penyiapan dan pemasangan bekisting (form work) Untuk terowongan dengan diameter besar misalnya terowognan pengelak bendungan batutegi 11.50 m di hilir dan 10 m di hulu, form work dapat dibuat 3 macam, pertama untuk bagian lower (invert) yang kedua untuk bagian site wall dan yang ketiga untuk bagian upper half.



-



Penyiapan peralatan pembetonan berikut penerangan Jika persiapan lapangan telah cukup selanjutnya penyiapan concrete pump agitator truck (AT), vibrator untuk pemadatan beton, peralatan untuk test beton, lampu penerangan dan sarana kerja lainnya yang diperlukan.



5.2.4.2 Pelaksanaan Pembetonan Untuk pembetonan terowongan bagian invert perlu disiapkan placement squence agar dapat hasil yang tidak keropos atau terdapat hanoy comp. Oleh karenanya metode konstruksi untuk pembetonan perlu diajukan kepada Engineer untuk mendapatkan persetujuan. Khusus untuk bagian inver ini apabila terdapat permukaan yang dikwatirkan keropos atau honey comp sesaat setelah form dibuka dimana beton masih belum begitu mengeras dapat langsung diperbaiki, namun kalau beton telah mengeras perbaikannya harus dilakukan secara khusus setelah benar-benar beton telah keras dan dingin. Pemadatan beton dengna vibrator harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman untuk mencegah rusaknya mutu beton, hal ini dimungkinkan akibat konsentrasi vibrator disuatu tempat yang terlalu lama. Construction squence sangat menentukan hasil pembetonan oleh karenanya petugas yang mengerjakan pembetonan harus diberi penjelasan dengan baik oleh Site Engineer dan jika dipandang perlu



pada saat awal Site Engineer harus ikut memantau jalannya pengecoran (concrete placement). 5.3



Contoh Metoda Konstruksi Pekerjaan Tunnel Major item dari pekerjaan Tunnel Diversion terdiri dari : 1. Excavation open cut a. Common excavation open cut



……… m3



b. Soft rock excavation open cut



……… m3



c.



……… m3



Rock excavation open cut



2.



Rock excavation for diversion tunnel ……… m3



3.



Concrete work



……… m3



4. Drilling and grouting a. Drilling hole in tunnel



……… linear m



b. Drilling test hole



……… linear m



c. Pressure grouting



……… linear m



Metoda konstruksi galian mulut terowongan ……… ton a. Open cut excavation pada mulut terowongan 



Pemasangan patok pedoman untuk menentukan alignment terowongan serta awal penggalian dengan tanda-tanda pada bagian rencana mulut terowongan.







Uji coba peledakan dengan kekuatan rendah, kemudian dichek hasil ledakannya untuk mengetahui karekteristik batuannya sehingga tidak timbul kelebihan / overbreak dan juga adanya retakan-retakan yang sangat merugikan – kondisi batuan harus dichek pada portal hulu (upstream portal) dan portal hilir (downstream portal)







Perkuatan terdiri steel rib support ditutup dengan papan kayu dan diberi pemberat karung pasir.



Gambar 5.9 Perkuatan Dimulut terowongan



PERCOBAAN PELEDAKAN



Gambar 5.10 Penampang Percobaan Peledakan b. Galian Terowongan (Tunnel Excavation) a. Persiapan / Surveying Pekerjaan persiapan terdiri dari marking, surveying, persiapan peralatan, pengaturan tenaga kerja dan lain-lain. Sebelum memulai pekerjaan Drilling dan Blasting untuk pekerjaan Tunnel, kontraktor harus menyiapkan : 



Supply air







Supply udara







Supply aliran listrik







Ventilasi







Drainase







Portal untuk support







Sistem komunikasi



b. Drilling i. Peralatan drilling : -



Leg drill untuk membuat lubang detometer



-



Rock Hammer



-



Pick Hammer



-



Air Compressor 



Metoda yang dipakai adalah full face method dimana diadakan pengeboran dengan jarak kedalaman tertentu diseluruh permukaan



terowongan sehingga seluruh penunjang tunnel diledakan dan terbongkar semua. 



Pola Pengeboran Pola pengeboran yang umum dipakai antara lain ”burn cut” dimana bagian terjadi penampang yang pertama kali meledak, kemudian diikuti bagian sekelilingnya berturut-turut sampai bagian terkecil yang terletak di bagian tepi penampang.



Gambar 5.11 c. Charging Mengisi material dinamit dengan memakai timber stick diameter 30 mm material : Detonator, power gell, Stamming. d. Blasting Setelah semua aktifitas selesai, kemudian leg wire, connecting wire, lead wire dipasang disambungkan dengan blasting machine. Contoh blasting equipment dan material adalah : i.



Exploder (blasting machine) T100



ii.



Test meter T100



iii.



Lead wire



iv.



Connecting wire



v.



Leg wire



vi.



Timber stick dia 30 mm



e. Ventilating Setelah tahap peledakan selesai, langsung diikuti pelaksanaan ventilasi terowongan dengan peralatan blower. Dengan bertambahnya panjang terowongan dibutuhkan pipapipa ventilasi dan blower yang lebih besar.



Gambar 5.12 Ventilasi f.



Mucking Setelah peledakan dan pelaksanaan ventilasi selesai, segera dilanjutkan pelaksanaan mucking yaitu pengeluaran blasting material, umumnya peralatan yang digunaan adalah : a. Rail type – memakai rel, material diangkut dengan lori b. Wheel type – memakai antara lain tractor shovel dan dumptruk c. Conveyor type – memakai conveyor belt



g. Scalling Setelah fase peledakan selesai, kadang-kadang ada batu-batu yang masih menggantung yang membahayakan pekerja-pekerja di tunnel. Untuk itu batu tersebut harus dibersihkan dengan peralatan excavator dan dumptruk h. Steel support installation Akibat ledakan, biasanya batuan mengalami retak-retak yang mudah lepas atau runtuh, untuk itu diperlukan penyangga atau perkuatan untuk keselamatan kerja. Konstruksi penyangga atau baja profil H dengan jarak + 1,20 m dan diantara penyangga diselipkan papan kayu yang tebal untuk menahan reruntuhan. Perkuatan juga dapat dilaksanakan dengan pemasangan rock bolt atau dengan shotcrete. c. Pembetonan Terowongan Pembuatan dilaksanakan dengan Metoda Menerus dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Invert Excavation Agar pekerjaan lalu lintas pembetonan lancar, maka bagian lantai digali / dirapikan, kemudian dilapisi beton sebagai jalan masuk karena bagian ini rusak akibat lalu lintas alat berat selama penggalian. b. Pengukuran kembali penampang galian Pengukuran penampang galian dengan platform yang dilengkapi dengan alat pengecekan cetakan / maal dari kayu (tebal maal = 0,50 m sesuai tebal beton)



dan dipandu dengan theodolit untuk galian sudah memenuhi ketentuan atau belum. c. Pemasangan pembesian -



Tulangan sebelah atas dipasang menggunakan bantuan penopang/ steger.



-



Pengangkutan besi tulangan dengan truck masuk kedalam terowongan.



Gambar 5.13 Pemasangan Steger d. Pemasangan Bekisting (form) Salah satu contoh bekisting adalah shutter form. i. Cetakan / shutter Cetakan beton / shutter untuk terowongan adalah teleskopic steel rounded dengan panjang total 60 m yang terdiri dari 6 unit @ 10 m dan setiap unit dibagi pias-pias sepanjang 8 @ 1,25 m. Shutter ini dibuat dengan menggunakan sendi yang dapat dilipat ke arah dalam sehingga cetakan dapat dimajukan tanpa mengganggu cetakan yang ada di depannya. Pada shutter bagian atas, samping kiri, kanan dan bawah dilengkapi dengan pintu-pintu (gate) untuk memasukkan concrete. Pada lubang samping kiri/kanan dan bawah tersebut, disamping untuk jalan pengecoran juga untuk jalan orang dalam melaksanakan pemadatan dengan vibrator secara manual. Dibagian cetakan ini juga terdapat vibrator secara mekanis / listrik.



Gambar 5.14 Cara Pemasangan Shutter Form



a)



b)



c)



d) Gambar 5.15 Pembongkaran Flat Form



Keterangan : No. a pembongkaran bagian bawah, panjang 10 m. No. b sampai dengan no. d pembongkaran shutter 9form) bagian secara serentak dengan dilipat sekali pembongkaran panjang 20 m (unit). Untuk pemasangan menggunakan metoda yang sama. e. Pengecoran Beton Cara pembetonan dilaksanakan blok per blok yaitu adalah : 1. Setiap blok 60 m 2. Diujung form dipasang cetakan beton dari kayu (maksudnya agar hubungan antara shutter dan beton lama menjadi bagus). 3. Perindahan form sekaligus sampai 60 m menunggu beton keras. Urut-urutannya pekerjaan sebagai berikut : a) Setelah pengecoran (blok 60 m) selesai, alat-alat penyalur concrete, concrete pump dan alat-alat lainnya di pindah keluar untuk dibersihkan. b) Setelah beton mengeras shutter form dibongkar untuk dipindahkan ke blok yang lain (blok berikutnya). c) Pembetonan siap dimulai lagi d) Demikian apabila pembetonan selesai proses kembali awal.



f.



Perbaikan Cacat-cacat Masalah-masalah seringkali timbul pada pelaksanaan : i.



Ruang kosong antara shutter dengan batuan galian pada waktu shutter masih dijumpai concrete yang tidak terisi.



ii.



Kurang menyatunya antara beton lama dan beton baru (cold joint), karena pembetonan dilaksanakan tidak menerus, hari libur panjang, juga antara beton lama dan beton baru perlu dichipping.



iii.



Honey comb (bekas gelembung udara) dan segregation (permisahan material) yang disebabkan kurangnya pemadatan dalam pelaksanaan dan kurang lamanya pengadukan di batching plant.



Untuk hasil beton yang cacat, diperbaiki dengan cara ; 1. Keretakan-keretakan pada sambungan dan keropos-keropos di chippping sedalam 75 cm, untuk honey comb sedalam 3 cm. 2. Beton yang runtuh diperbaiki dengan beton kembali, setelah semua pelaksanaan selesai dengan menggunakan form khusus seluar beton yang runtuh, dilaksanakan dari bawah. 3. Rongga diantara beton dan galian, diisi dengan semen mortal dengan tekanan rendah (filling grouting). Setelah filling grouting, diperkuat, dengan contact grouting dengan tekanan lebih tinggi, dengan bahan cairan semen. Contact grouting dilakukan terutama pada bagian atas (crown). 5.4



Pekerjaan Beton Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton bertulang, tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut : Pemeriksaan Bahan



Semen Agregat halus (pasir)



Pemeriksaan Benda Uji



Agregat kasar, kerikil, batu pecah Air



Persiapan



Baja Tulangan Bahan pembantu



Pengadukan



Pengangkutan



Pengecoran



Pemadatan



Perawatan beton



Gambar 5.16 Tahapan pekerjaan konstruksi beton bertulang



5.4.1



Pemeriksaan Bahan-Bahan 



Bila dianggap perlu Pengawas Bangunan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan pada bahan-bahan atau pada campuran bahan- bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang untuk menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.







Pemeriksaan bahan-bahan dan beton harus dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan demikian harus dipelihara baik dan disimpan oleh Pengawas Ahli dan apabila diminta harus dapat ditunjukkan kepada Pengawas Bangunan setiap saat selama pekerjaan berlangsung dan setiap saat selama 2 tahun sesudah pekerjaan selesai. 5.4.1.1



Semen Portland 



Ketika



semen



dicampur



air



timbullah



reaksi



kimia



antara



campurannya dengan air 



Persenyawaan mengalami hidrasi sangat cepat disertai pelepasan sejumlah panas dan akan mengeras dalam beberapa jam







Pengikatan dan pergeseran adalah reaksi kimia dimana air memegang peranan penting dan pengikatan serta pengerasan berhenti segera setelah beton menjai kering.



Jenis-jenis Semen Portland : 1. Jenis I Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya. 2. Jenis II Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang 3. Jenis III Untuk konstruksi-konstruksi yang menurut persyaratan kekuatan awal yang tinggi 4. Jenis IV Untuk konstruksi-konstruksi yang persyaratan panas hidrasi yang rendah 5. Jenis V



Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis dan gips sebagai bahan pembantu. 5.4.1.2



Agregat halus (pasir) 



Dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrai alami dari batuanbatuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu







Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan







Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5%.







Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak







Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneke ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan harus memenuhi syarat-syarat berikut :  sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat  sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat  sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95%.







Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.



5.4.1.3



Agregat Kasar (kerikil dan batu pecah) 1. Berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan- batuan batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. 2. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dan harus bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh- pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 3. Tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar Lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.



4. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali. 5. Harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :  Sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 0% berat  Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat  Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat. 1. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari cetakan, sepertiga dari tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. 5.4.1.4



Air 



Air tawar yang dapat diminum







Tidak mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton baja







Air



yang



jernih



tidak



mengandung



kotoran-kotoran,



tidak



mengandung bahan-bahan perusak (fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organis atau garam-garam) 



Air untuk perawatan beton dengan syarat keasaman tidak boleh dengan pH lebih besar dari 6 dan tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur.



5.4.1.5



Bahan Pembantu (Admixture) Untuk maksud-maksud tertentu maka pada campuran beton dapat ditambahkan bahan pembantu (admixture). Yang dimaksud dengan maksud-maksud tertentu adalah jika dikehendaki beton tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti waktu pengikatan yang cepat (accelerate), waktu pengikatan yang lambat (retardes) pengurangan pemakaian air (water reducers), menaikkan kekuatan tekan dengan cepat dan sebagainya. Bahan pembantu dapat dibagi 5 jenis yaitu : -



Jenis A : Bahan pembantu untuk mengurangi jumlah air yang dipakai (water reducing admixture)



-



Jenis B : Bahan pembantu untuk memperlambat proses pengikatan dan pengerasan beton (Recording admixture)



-



Jenis C : Bahan pembantu untuk mempercepat proses pengikatan dan pengerasan beton (accelerating admixture)



-



Jenis D : Bahan pembantu yang berfungsi untuk mengurangi air dan sekaligus untuk memperlambat proses pengikatan dan pengerasan beton (water reducing and retording admixture)



-



Jenis E : Bahan pembantu yang berfungsi untuk mengurangi air sekaligus untuk mempercepat proses pengikatan dan pengerasan beton (water reducing and acceleration admixture)



5.4.1.6



Baja dan Batang Tulangan 



Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan pabrik-pabrik baja yang terkenal, dapat dipakai







Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa di lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.







Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofilkan







Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.







Berkas tulangan hanya boleh terdiri dari 2, 3 atau 4 batang yang sejajar.



5.4.1.7



Pemeriksaan Mutu Beton dan Benda Uji 



Selama masa pelaksaaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus diperiksa secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji







Benda-benda uji kubus harus dibuat dengan cetakan-cetakan yang paling sedikit mempunyai dua dinding yang berhadapan.







Adukan beton yang harus diambil langsung dari mesin pengaduk







Beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang ditunjukan oleh pesawat penguji.



Variasi Kekuatan Kubus Beton Dipengaruhi oleh Berbagai Faktor yaitu : 



Kuat karekteristik semen







Perbandingan air / semen 5.4.2 Persiapan







Perubahan gradasi bahan







Kandungan rongga 



udara pada beton yang telah dipadatkan 



Perawatan







Suhu dan kesalahan pengujian



Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih







Sebelum beton dicor semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan pasanganpasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh, sedangkan tulangan harus terpasang dengan baik sesuai gambar kerja.







Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton baru harus dikasarkan dan dibersihkan



 5.4.3



Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton



Pengadukan 



Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu Bo, harus dilakukan dengan mesin pengaduk.







Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru.







Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk, banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya harus diambil paling sedikit 1.5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan kedaam drum pengaduk.







Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal,misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur denga bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.



5.4.4



Pengangkutan Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.



Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang akan dicor. Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini dapat diperpanjang apabila digerakkan kontinu secara mekanis dan bila perlu dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan setelah mendapat izin. 5.4.5



Pengecoran Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan sebagai berikut : 1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa hingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. 2. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada waktu yang cukup untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom untuk mengeras. 3. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di tengahtengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang.



5.4.6



Pemadatan 



Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan sarang-sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran.







Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan atau dengan memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-alat pemadat mekanis (alat penggetar).







Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan kira- kira vertical, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring 45 derajat.







Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan







Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.







Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm ;







Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap sekitar jarum.







Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerahdaerah pengaruhnya saling menutupi.



5.4.7



Pemeliharaan Beton Setelah pelaksanaan pengecoran, beton akan mengeras dan menyusut. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara air dan semen yang mengeringkan sebagian masa beton. Besarnya penyusutan sangat dipengaruhi oleh banyaknya air yang digunakan dalam campuran beton. Penyusutan pada beton cair akan lebih besar dari beton kental. Beton di udara yang lembab akan berkurang penyusutannya bila dibandingkan beton yang berada pada udara kering. Dengan demikian maka untuk mengurangi penyusutan menjadi sekecil mungkin seminimum mungkin, menggunakan alat penggetar mekanik dan beton dalam keadaan lembab selama mungkin setelah pengecoran. Adanya penyusutan dapat menimbulkan retak. Biasanya retak terjadinya karena adanya penahanan penyusutan. Untuk mengurangi terjadinya keretakan, maka diusahakan agar beton pada kondisi kelembaban yang merata. Dalam aplikasi di lapangan maka setelah pelaksanan pengecoran dilakukan pemeliharaan dengan cara membasahi permukaan beton dengan air, menutup permukaan beton dengan karung yang basah, membasahi permukaan dengan membuatkan pelindung / atap disertai dengan pengukuran kelembaban udara.



Gambar 5.17 Pemeliharaan Beton



Gambar 5.18 Proses Pemadatan dengan Jarum Penggetar



Pekerjaan menggetar beton memakan banyak waktu tenaga kerja dan harus secara akurat, agar menghasilkan konstruksi beton yang baik, dibutuhkan tenaga kerja dan pekerja harus diberi instruksi cara bekerja alat tersebut.



Gambar 5.19 Kesalahan pemadatan beton



Beberapa pedoman umum yaitu : -



pada tempat-tempat yang dekat jaraknya dilakukan dengan waktu getar yang pendek



-



masukkan jarum penggetar dalam arah vertikal dan dengan beratnya sendiri (jangan dipaksakan);



-



bila tampak permukaan di sekitar jarum penggetar mulai licin, tarik peralahan-lahan sehingga lubang yang ditinggalkan jarum penggetar akan menutup dengan sendirinya



-



perhatikan letak kerja dari alat penggetar, jarak yang digetarkan harus sedemikian agar tidak saling berlewatan



-



jangan sampai menggetarkan konstruksi tulangan



-



hindarkan singgungan antara alat penggetar dan bekisting



-



pengangkutan / memindahkan spesi beton dengan alat penggetar tidak diizinkan.



Gambar 5.20 Penggetaran spesi beton



Pendarahan (bleeding) Pada penuangan spesi beton senantiasa akan terdapat tidak tercampurnya spesi beton (dari salah satu sebab). Bahan-bahan yang halus (ringan) biasanya oleh bahan kasar (berat). Air merupakan bahan yang paling ringan dalam campuran dan akibatnya yaitu air naik ke permukaan beton. Pengendapan dan penaikan air ini dinamakan pendarahan susunan butir, banyaknya air dan kecepatan spesi mengeras. Akibat dari pendarahan akan menghasilkan kualitas permukaan beton sangat buruk.



Gambar 5.21 Pendarahan (bleeding)



Sangkar kerikil Akibat dari tinggi jatuh yang tinggi atau kerapatan tulangan dalam bekistinig dan jarak dari dinding yang terlalu dekat, dapat terjadi sungkar kerikil. Hal ini adalah pengumpulan kerikil di satu tempat di mana kadar air pasir dan semennya sedikit. Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara : -



tinggi jatuh yang rendah



-



kecukupan ruangan antara batang tulangan dan bekisting



-



ukuran butir-butir sesuai dengan ruang bebas di bekisting



-



pemampatan yang baik



Penuangan Pengisian acuan dengan beton dinamakan „penuangan / pengecoran“, karena spesi beto harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu pekeraan yang kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan penjagaan yang cukup. Apabila pada penuangan terjadi suatu kesalahan, maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Kemungkinan bahwa nivo kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Bergantung pada masalah yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak „tinggi jatuh“ dari spesi beton tidak boleh jatuh, agar mencegah segresi spesi beton. Pencampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Selanjutnya kerikil dan kemudian pasir dan akhirnya pasta semen



yang akan jatuh dalam bekisting. Pencampuran sebelumnya yang baik itu akan terpengaruh dan kualitas beton buruk sekali.



Gambar 5.22 Percampuran akibat jarak tinggi jatuh yang besar



Karena itu maksimal tinggi jatuh bebas akan dibatasi sampai sekitar 1,5 meter. Untuk tinggi jatuh yang sangat tinggi harus digunaan talang cor atau klep cor pada bekisting. Tulangan pada lantai-lantai dimana pekerja cor akan berjalan diatasnya jangan dirancang terlalu kecil (lunak). Perhitungkan pula dengan pembebanan yang tinggi akibat kendaraan angkutan pada dasar tanah. Cheklist berikut ini harus dilakukan sebelum penuangan : -



apakah tulangan telah selesai



-



apakah bekisting / acuan telah dibasahi dan atau diberi minyak bekisting



-



kecukupan adanya perancah, tangga dan papan untuk dijalani



-



cukup personil



-



listrik / lampu bila dibutuhkan



-



cukup adanya bahan-bahan



-



apa dan bahan persediaan



-



apakah ada jalanan masuk, rute pengangkutan



-



adanya alat pemadatan



Gambar 5.23 Metoda pengisian campuran beton dan pemadatan



5.4.8



Metoda Konstruksi Beton Lining dan Struktur Pekerjaan beton tersebut terdiri dari semua struktur beton termasuk pembesian pre cast dan composite struktur sesuai dengan spesifikasi kontrak dan dimensi seperti tertera dalam gambar yang telah disetujui engineer supervisi. Pekerjaan termasuk persiapan tempat dimana beton akan dicor, persiapan dan pemeliharaan dari pondasi, pengadukan beton dan dewatering. 



Untuk gudang semen, kita harus membuat lantai yang aman dari pengaruh cuaca dimana dibuat lantai kayu yang ditinggikan dan semen selalu ditutup plastic pelindung.







Hasil uji material beton dan job mix formula untuk setiap type / kelas beton harus sudah dilaksanakan dan disetujui oleh engineer.







Lokasi pengecoran harus diperhitungkan cukup luas untuk pelaksanaan pengecoran beton dan memudahkan akses kelokasi baik material peralatan maupun tenaga kerja.







Fabrikasi bekisting terbuat dari kayu atau besi dengan joint yang kedap mortar dan cukup kuat / kaku dan tidak mengalami deformasi pada waktu pengecoran beton dan konstruksinya harus gampang dilepas tanpa merusak betonnya.







Permukaan ditempat sambungan beton harus dikasarkan dan harus dibersihkan dengan air dan disemprot dengan mortar pada waktu pengecoran lanjutan.



Metode konstruksi beton lining : 



Ditempat yang ada airnya, dilakukan dewatering dengan memakai sub mersible pump 4” diameter







Pekerjaan tanah diselesaikan lebih dahulu







Setting out dilokasi lining







Bekisting disiapkan sesuai tebal lining dan dipasang diantara segmen lining sampai dengan kaki lining. Posisi yang tepat dari bekisting pada expansion joint, control joint dan construction joint dan joint sealant untuk memudahkan pengecoran beton.







Batching Plant digunakan untuk lokasi yang bisa dijangkau truk mixer dan beton mixer digunakan ditempat yang sempit.







Setelah adukan beton mengering, bekisting dapat dilepas dan diisi dengan expansion joint atau joint sealant untuk dilatasi.







Setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari premature drying, temperatur udara yang terlalu panas dan mechanical in jury.







Beton harus diaga selalu dari hilangnya kelembaban dengan suhu yang relative konstan untuk memastikan hidrasi yang sesuai untuk semen dan pengerasan dari betonnya.



Metoda Konstruksi untuk Struktur 



Setting out lokasi oleh survey bersama supervisi engineers







Galian ditempat lokasi struktur dilakukan dengan excavator dan / atau man power







Potong dan bengkok pembesian di base camp







Menyiapkan lantai kerja







Memasang pembesian struktur lantai sesuai gambar kerja







Kontraktor bersama konsultan supervisi memeriksa pemasangan pembesian dan menyiapkan cek list apakah pembesian perlu diperbaiki atau tidak







Pasang bekisting dari struktur lantai termasuk supporting, kalau diperlukan







Pengecoran untuk struktur lantai dapat dilaksanakan biasanya dengan memakai talang







Bekisting dan supporting bisa dilepas







Tahapan



untuk



pelaksanaan



struktur



dinding



seperti



pada



tahapan



pelaksanaan struktur lantai 



Hasil dari pengecoran beton diperiksa bersama supervisi engineer dan dipersiapkan check list perbaikan / penyempurnaan







Setelah perbaikan beton diselesaikan, dapat dilanjutkan menyiapkan pemasangan batu dan aksesorisnya.



Peralatan : a. Untuk beton lining : - Batching Plant



…… Unit



- Truck Mixer



…… Unit



- Steel Slepform Screed



…… Unit



- I m mersion type vibrator ……Unit - Winset



……. Unit



b. Untuk beton struktur : - Batching Plant



……. Unit



- Truck Mixer



……. Unit



- Concrete Vibrator



……. Unit



Flow Chart Beton Lining Saluran



DAFTAR PUSTAKA



1. Istaka Karya PT. Kumpulan Metode Konstruksi 2. Mahendra Sultan Syah Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Januari 2004 3. Proyek Pembinaan Pengembangan dan Penyelenggaraan Air Baku Bagian Proyek Keamanan Bendungan, Pedoman Final Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, November 2004 4. Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (Puslatjakons), Judul : Site Plan, Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan (GSP) 5. Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (Puslatjakons), Judul : Beton, Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan (GSP) 6. Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (Puslatjakons), Judul : Construction of Tunnel, Pelatihan General Superintendent Pekerjaan Pengairan (GSP). 7. Waskita Karya PT. Bekri Irrigation System Section 1 & 2, Construction Plant and Method. 8. Waskita Karya PT. Tilong Dam Kupang, Construction Method. 9. Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976 10. Review detail desain Waduk Jatigede, 2004



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



RANGKUMAN



Bab I Tahapan dan Metode Pelaksanaan berisi prosedur standar dan pedoman yang perlu diikuti dalam pelaksanaan pembangunan proyek Sumber Daya Air. Penggunaan metode yang sesuai akan meyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia serta mutu sesuai spesifikasi. Metode ini hakekatnya merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan yang merupakan inti dari seluruh kegiaan dalam Sistem Manajemen Konstruksi. Bab II Didalam penyusunan rencana kerja dan kebutuhan sumber daya, pada tahap pertama harus disiapkan sarana dan prasarana yang meliputi pembuatan dokumen dan rencana persiapan fisik di lapangan. Jadi jelas bahwa metode pelaksanaan dapat bermanfaat didalam memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan. Dalam penyelesaian pekerjaan sudah barang tentu harus didukung dengan sumber daya dan fungsi-fungsi manajemen seperti yang kita kenal 5 M meliputi : Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), dan Machince (peralatan) serta Method (tata cara). Bab III Metode pekerjaan merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis secara teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode pelaksanaan yang diterapkan merupakan cerminan dari profesionalitas dari tim pelaksana dan perusahaan yang bersangkutan. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari : 1. Rencana proyek 2. Sheet atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan 3. Uraian pelaksanaan pekerjaan 4. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja 5. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan 6. Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material 7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



Untuk melaksanakan pekerjaan diperlukan metode pelaksanaan pekerjaan yang baik yaitu : 1. Memenuhi syarat teknis 2. Memenuhi syarat ekonomis 3. Memenuhi pertimbangan non teknis lainnya 4. Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan 5. Manfaat positif metode pelaksanaan Bab IV Dalam tahap persiapan dan survai lapangan, aktifitas-aktifitas konstruksi meliputi : 1. Fasilitas lapangan konstruksi 2. Mobilisasi 3. Acces road 4. Mutual check 5. Test material 6. Job mix formula Kemudian tahap survai lapangan yaitu pekerjaan penentuan pematokan dan pengukuran untuk penentuan as terowongan dengan penetapan Bench Mark. Elevasi dan koordinat diambil dari Bench Mark yang sudah ada atau diambil dari Bench Mark yang terdekat yang selanjutnya dipindahkan ke patok/ Bench Mark dekat lokasi terowongan melalui bantuan titik bantu selanjutnya elevasi TBM (Titik Bantu Monitoring) dibuat daftar untuk dibuat Berita Acara. Bab V Terowongan adalah suatu lubang yang dibuat didalam bumi untuk berbagai kegunaan antara lain untuk saluran air, lalu lintas kendaraan mobil/ kereta api, manusia untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya. Terowongan sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan baik untuk tujuan serbaguna (PLTA dan Irigasi) atau khusus untuk irigasi atau PLTA saja. Secara fisik ada 3 (tiga) macam terowongan yaitu : 1. Terowongan mendatar 2. Terowongan miring 3. Terowongan tegak Kemudian sesuai jenis saluran air ada dua macam terowongan umumnya dilakukan dalam 4 (empat) tahapan yang terdiri dari : 1. Tahap I Pekerjaan persiapan 2. Tahap II Pekerjaan penggalian terbuka



Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan



Tahapan dan Metode Pelaksanaan



3. Tahap III Pekerjaan penggalian dalam tanah 4. Tahap IV Pekerjaan pembetonan Maka dapat disimpulkan ke empat tahapan dalam pelaksanaan terowongan tersebut bahwa dalam pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengadaan fasilitas sementara dan pengadaan sumber daya. Selanjutnya daam pekerjaan penggalian terbuka merupakan open cut excavation dimulut terowongan dengan tujuan untuk pembuatan portal. Kemudian penggalian terowongan dilaksanakan dengan cara pengeboran untuk peledakan, setelah itu dilakukan perkuatan pada lapisan upper lining dengan shotcrete. Bagisting yang digunakan pada pembetonan terowongan digunaan flat form yang berlandaskan rel, agar mudah dan praktis untuk melakukan pengecoran berikutnya. Setelah pemasangan selesai, maka pekerjaan pembetonan dapat dilakukan sesuai spesifikasi agar diperoleh mutu sesuai rencana.