2017 Maf [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BIODIVERSITAS TETUMBUHAN OBAT TRADISIONAL SUKU SERAWAI DI SELUMA, BENGKULU



MUHAMMAD ADENG FADILA



SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017



1



PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Biodiversitas Tetumbuhan Obat Tradisional suku Serawai di Seluma, Bengkulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor,



Desember 2017



Muhammad Adeng Fadila NIM G353130331



1 RINGKASAN MUHAMMAD ADENG FADILA. Biodiversitas Tetumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Seluma, Bengkulu. Dibimbing oleh NUNIK SRI ARIYANTI dan EKO BAROTO WALUJO. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki banyak suku bangsa, yang memiliki beragam adat dan budaya, serta kearifan lokal. Pemanfaatan tanaman dari sekitarnya untuk pengobatan tradisional termasuk kearifan lokal suku bangsa di Indonesia. Sebagian besar suku bangsa di Indonesia masih mempraktikkan pengobatan tradisional mereka; berbagai latar belakang budaya, sumber daya hayati, dan kondisi geografis dapat memengaruhi keberagaman pengetahuan terhadap pemanfaatan tanaman obat tradisional di antara mereka. Beragam suku bangsa di Indonesia menyediakan kesempatan untuk dilakukan penelitian etnobotani dan dokumentasi pengetahuan dan kearifan lokal mereka dalam praktik pengobatan tradisional dari masing-masing suku bangsa. Penelitian tentang obat modern dapat diprakarsai dengan melakukan studi etnobotani untuk mencari tanaman potensial yang digunakan untuk pengobatan tradisional dan dilanjutkan dengan penelitian tentang bioprospeksi untuk mencari senyawa komersial dari obat-obatan yang dapat dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi tentang konsepsi mengenai sehat dan sakit, jenis penyakit yang umum dikenali, dan preferensi terhadap penyehat tradisional (hattra) di masyarakat suku Serawai. Penelitian juga bertujuan mengidentifikasi jenis tetumbuhan dan bagian yang dimanfaatkan, serta mendeskripsikan khasiat dan proses pemanfaatan tetumbuhan dalam pengobatan tradisional suku Serawai. Serangkaian survei etnobotani terkait pengobatan tradisional suku Serawai telah dilakukan, pertama-tama dengan mewawancarai informan kunci dan responden untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan. Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan wawancara bebas (open-ended interview). Penelitian ini melibatkan tujuh informan kunci dan 232 responden. Informan kunci ditentukan berdasarkan keahlian dan luasnya pengetahuan mengenai tetumbuhan obat, misalnya penyehat tradisional (hattra) dan tetua adat. Responden ditentukan berdasarkan 30% dari jumlah kepala keluarga. Data dan informasi dari informan kunci dan responden dikonfirmasi secara menyeluruh melalui Focus Group Discussion (FGD). Hasil FGD antara lain representasi pengetahuan pengobatan tradisional suku Serawai; seperti konsep sehat dan sakit, jenis penyakit yang umum dikenali oleh masyarakat Serawai, serta jenis tetumbuhan yang dimanfaatkan dalam pengobatan. FGD juga dilakukan untuk memberi skor pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dibanding pemanfaatan lainnya, serta skor kepentingan suatu jenis tumbuhan obat dibandingkan jenis lainnya. Pemberian skor dilakukan dengan metode distribusi kerikil atau Pebble Distributed Methods (PDM). Kemudian penilaian Local User’s Value Index (LUVI) dilakukan untuk setiap jenis tumbuhan berdasarkan skor yang didapat. Nilai LUVI ini menunjukkan tingkat kepentingan jenis tetumbuhan obat berdasarkan pendapat masyarakat suku Serawai. Spesimen tetumbuhan obat dikoleksi di lapangan dengan melibatkan informan kunci. Spesimen ini digunakan untuk menverifikasi indentitas jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat suku Serawai.



2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sehat menurut masyarakat serawai adalah kondisi fisik yang nyaman dan tidak ada keluhan baik secara jasmani maupun rohani. Masyarakat serawai umumnya (55.6 %) dalam menjaga kesehatan dan menangani penyakitnya mengandalkan hattra dan dokter dengan alasan akses yang sama, ingin membandingkan atau sebagai alternatif pengobatan. Sedikitnya terdapat 37 jenis penyakit yang dikenali oleh masyarakat Suku Serawai. Jenis-jenis penyakit tersebut dapat ditangani dengan memanfaatkan 67 jenis tumbuhan, yang terdiri dari 62 marga dan 32 suku. Suku Asteraceae (7 jenis), Fabaceae (6 jenis), dan Poaceae (5 jenis) merupakan suku tetumbuhan yang jenis-jenisnya paling banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hampir sebagian besar (95%) jenis tetumbuhan yang dikenali oleh masyarakat Suku Serawai bersifat kuratif dan sisanya (5%) bersifat aditif. Tetumbuhan yang dimanfaatkan oleh Suku Serawai sebagai obat tradisional digunakan baik sebagai bahan tunggal maupun ramuan, dalam bentuk obat oles (48%), obat oral (38%), obat tetes (12%) dan obat supossitoria (2%). Obat tunggal yaitu obat yang berasal dari satu jenis tetumbuhan, sedangkan obat ramuan yaitu obat yang berasal dari beberapa jenis tetumbuhan. Bahan obat dapat berupa bagian tumbuhan (akar, rimpang, umbi, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, dan biji, serta getah) maupun seluruh bagian tumbuhan. Masyarakat Serawai paling banyak memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan yang diambil daunnya sebagai bahan obat (39 jenis), kemudian berturut-turut jenis-jenis tumbuhan dengan bagian yang dimanfaatkan adalah buah, akar, kulit batang, dan biji. Pemanfaatan tetumbuhan sebagai obat oleh masyarakat suku Serawai diberi skor sebesar 12.3% dibandingkan dengan pemanfaatan lainnya (makanan utama, makanan tambahan, rempah, ritual, minuman, kosmetik, dan perabotan). Nilai LUVI tetumbuhan obat yang tinggi (0.21%-0.32%) diberikan untuk Oryza sativa, Musa x paradisiaca, Cocos nucifera, Musa acuminata, Zingiber officinale dan Coffea canephora. Nilai LUVI tertinggi diberikan pada Oryza sativa.Tiga jenistetumbuhan obat tradisional suku Serawai ini, yaitu jegangau (Acorus calamus), talas (Colocasia esculenta), dan tuku bumi (Elephantopus scaber), dalam status risiko rendah berdasarkan daftar merah berdasarkan acuan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Status konservasi (berdasarkan IUCN) untuk tetumbuhan obat suku Serawai jenis-jenis lainnya belum dievaluasi. Kata kunci: etnobotani, hattra, ramuan herbal, tetumbuhan obat aditif, tetumbuhan obat kuratif



3 SUMMARY MUHAMMAD ADENG FADILA. The Medicinal Plants Biodiversity of Serawai Tribe at Seluma, Bengkulu. Supervised by NUNIK SRI ARIYANTI and EKO BAROTO WALUJO. Indonesia is known as a nation that has many tribes, which have various customs, culture, and local wisdom. Utilizing plants from the surrounding for traditional medicine is one of the local wisdom in the Indonesian tribes. Most of the tribes in Indonesia are still practicing their traditional medicine,; different cultural backgrounds, biological resources, and geographical conditions can influence the diversity of knowledge on plants used in the traditional medicine. Various tribes in Indonesia provide an opportunity for conducting ethnobotanical research and documenting their knowledge and wisdom in practicing traditional medicine. Research on modern medicine can be initiated by an ethnobotanical study to seek the plants species used in traditional medicine. This research can be continued with bioprospecting for the plants from which medicinal drugs and other commercially valuable compounds can be obtained. This study aims to obtain information on the conception of health and illness, the commonly recognized types of diseases, and the preference for the traditional medicine man/ women (a traditional healer and spiritual leader) in the community of indigenous Serawai people. The study also aims to identify the plants species and its parts that are utilized in the traditional medicine by the Serawai people, and describe the properties and processes of utilizing the plants in their traditional medicine. A series of ethnobotany surveys related to the medicinal plants have been conducted, firstly by interviewing key informants and respondents to obtain the data and information needed. The method used is structured interview and openended interview. This study involved seven key informants and 232 respondents. The key informants were determined on the basis of their expertise and breadth of knowledge about medicinal plants, such as traditional healer and indigenous/ spiritual elders. The respondents were determined based on 30% of the total heads of households. Data and information from the key informants and respondents were confirmed through Focus Group Discussion (FGD). The results of FGDs represented knowledge on the traditional medicinal plants used by the Serawai tribe, type of diseases commonly recognized by their community, as well as the concept of healthy and sick according to their knowledge. The FGDs also gave a score to the utilization of plants as traditional medicinal materials compared to other types of utilization, as well as the score of the usefulness values of each medicinal plants species. The scoring was done by pebble distribution methods (PDM). Then the local user's value index (LUVI) for each medicinal plant species was calculated based on the score obtained. This index shows the importance level of medicinal plants based on the opinion of the Serawai community. The specimens of medicinal plants species were collected in the field by involving the key informants. These specimens were used for verifying identity of the plants used in traditional medicine by the tribe. The results showed that the healthy conditions according to the Serawai Tribe is a comfortable physical condition and no complaints both physically and



4 spiritually. Most of the respondents (55.6%) relies on the hattra (traditional healer) and doctors in maintaining health and curing deases for some reason, such as ease to access both hattra and doctor, want to compare between the two, as an alternative treatment. There are at least 37 types of diseases that are recognized by the Serawai community. The types of diseases can be handled using 67 plant species, which consists of 62 genera and 32 families. Asteraceae (7 species), Fabaceae (6 species), and Poaceae (5 species) are the plant tribe whose species are the most widely used as medicine. The majority (95%) of the medicinal plant species identified by the Serawai community are used for curative medicine, the others (5%) are used for additive medicine. The medicinal plants of Serawai Tribe are used either as single ingredients or mixed with other ingredients. These traditional medicine were used topical (48%), oral (38%), drops (12%) and supossitory (2%). The traditional medicine of Serawai Tribe used material from a part of plants (roots, rhizomes, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruits, and seeds, as well as sap) or whole part of plants. The Serawai people use mostly the medicinal plant (39) species that are taken it leaves rather than fruits, roots, barks, and seeds. The use of plants as a medicine by the Serawai Tribe was scored 12.3% compared to other uses (staple foods, supplementary foods, spices, rituals, beverages, cosmetics, and furnitures). The plants given high LUVI (0.21-0.32%) for tradicional medicine were Oryza sativa, Musa x paradisiaca, Cocos nucifera, Musa acuminata, Zingiber officinale and Coffea canephora. The highest LUVI were assigned to Oryza sativa. These three species of medicinal plants used in the traditional medicine of Serawai tribe, namely jegangau (Acorus calamus), taro (Colocasia esculenta), and tuku bumi (Elephantopus scaber), are in the least concern status based on the red list issued by the International Union for Conservation of Nature (IUCN). The Conservation status (based on the IUCN) for the other medicinal plants of the Serawai tribe have not been evaluated. Key words: additive medicinal plants, curative medicinal plants, ethnobotany, herbal medicine, traditional healer



5



© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB



1



BIODIVERSITAS TETUMBUHAN OBAT TRASIDIONAL SUKU SERAWAI DI SELUMA, BENGKULU



MUHAMMAD ADENG FADILA



Tesis



sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Tumbuhan



SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017



2



Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Dra Yohana C Sulistyaningsih, MSi



3