224-Article Text-276-1-10-20180519 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

224-Article Text-276-1-10-20180519 [PDF]

Jurnal Farmasetis Volume 4 No 1, Hal 1 - 6 , Mei 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN FarmasetisVolume : Cetak

5 0 224 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

File loading please wait...
Citation preview

Jurnal Farmasetis Volume 4 No 1, Hal 1 - 6 , Mei 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN FarmasetisVolume : Cetak 2252-9721 4 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2015 Jurnal



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



PENGARUH PERBEDAAN PEMBUATAN DENGAN METODE DISPERSI DAN PRESIPITASI PADA KARAKTERISTIK FISIK DAN RASIO KEKERUHAN SUSPENSI KLORAMFENIKOL Rina Pujiharti1, Metta Dewi1, Nengah Dhiasa1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected]



ABSTRAK



Pendahuluan: Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut dalam air. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembuatan suspensi Kloramfenikol dengan metode dispersi dan metode presipitasi pada karakteristik fisik dan rasio kekeruhan suspensi Kloramfenikol. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di laboratorium. Evaluasi dalam penelitian ini meliputi organoleptis, pH, bobot jenis, rasio kekeruhan, viskositas dan ukuran partikel dengan membandingkan hasil dari kedua metode yang digunakan yaitu metode dispersi dan metode presipitasi. Hasil: Hasil dari rasio kekeruhan pada metode presipitasi menunjukkan hasil (0,60) lebih besar dari pada metode dispersi (0,57). Pada metode presipitasi harga F lebih mendekati 1, suspensi yang baik pada perhitungan rasio kekeruhan dimana harga F=1. Berarti metode presipitasi lebih baik daripada metode dispersi. Berdasarkan perhitungan statistika dengan parameter evaluasi suspensi kloramfenikol didapatkan kesimpulan ada perbedaan yang signifikan pada pembuatan suspensi kloramfenikol dengan metode presipitasi dan metode dispersi yang berpengaruh pada karakteristik fisik dan rasio kekeruhan. Kata kunci : Suspensi Kloramfenikol, Metode Dispersi, Metode Presipitasi, Stabilitas Fisik



ABSTRACT



Introduction: Suspension is a liquid preparation containing solid particles that are not soluble in water. Methods: This study aims to to know the effect of the method of making chloramphenicol suspension by dispersion method and precipitation method on physical characteristic and turbidity ratio of chloramphenicol suspension. The research is experimental research in laboratory. The evaluation in this study includes organoleptis, pH, type weight, turbidity ratio, viscosity and particle size by comparing the results of the two methods used are the method of dispersion and precipitation method. Results: The results of the turbidity ratio on the precipitation method showed a result (0.60) greater than the dispersion method (0.57). In the precipitation method the price of F is closer to 1, a good suspension on the calculation of the turbidity ratio where the price of F = 1. Mean precipitation method is better than dispersion method. Based on statistical calculation with evaluation parameters of chloramphenicol suspension, it is found that there is significant difference in making chloramphenicol suspension by precipitation method and dispersion method which influence on physical characteristic and turbidity ratio. Keywords:Chloramphenicol Suspension, Dispersion Method, Precipitation Method, Physical Stability



PENDAHULUAN



Suspensi merupakan bentuk sediaan farmasi yang dibuat karena mengandung bahan obat tidak larut dan terdispersi dalam fase cair. Suspensi mempunyai banyak keuntungan diantaranya dapat digunakan untuk pasien yang susah menelan terutama anak-anak, mudah dalam penggunaan dan lebih tepat dosis, lebih cepat menimbulkan efek dibandingkan dengan sediaan padat seperti tablet (Ansel, 2008). Suspensi yang baik harus memiliki sifat-sifat diantaranya: mengendap secara lambat dan



harus dapat didispersikan lagi dengan cara penggojokan yang ringan. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari zat terdispersi tetap konstan pada lama penyimpanan, suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan mudah dan homogen (Anief, 1999). Metode pembuatan suspensi ada 2 yaitu metode dispersi dan metode presipitasi. Metode dispersi digunakan karena partikel pada pembuatan suspensi harus benar-benar terdispersi dalam fase air. Sedangkan pada metode presipitasi menggunakan pelarut 1



Jurnal FarmasetisVolume 4 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2015



organik untuk melarutkan partikel yang tidak larut agar dapat tercampur dengan air. Penggunaan metode dispersi dan metode presipitasi dapat berpengaruh pada karakteristik fisik dan rasio kekeruhan suspensi Pada metode presipitasi dengan adanya pembasahan serbuk maka didapatkan inti partikel yang lebih halus sehingga dapat memperlambat rasio kekeruhan. Sedangkan pada metode dispersi bahan langsung didispersikan maka maka bentuk partikel masih kasar maka mempercepat rasio kekeruhan (Lachman, 2008). Kestabilan merupakan faktor penting dalam suatu sediaan farmasi. Kestabilan fisik dalam suspensi dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdispersi merata, meskipun partikel tersebut tetap mengendap, harus mudah disuspensikan kembali dengan penggojokan yang ringan (Voigt. R, 1995).



METODE



Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembuatan suspensi Kloramfenikol dengan metode dispersi dan metode presipitasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik dan rasio kekeruhan suspensi Kloramfenikol. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis obat, alat dan bahan yang digunakan serta cara pembuatan obat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mortir dan stamper, Piknometer (IWAKI PYREX), Alat gelas (gelas ukur,



Uji Organoleptis Bentuk Bau Warna Rasa



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



beker glass, pipet tetes, botol, objek glass dan cover glass), Mikser, Neraca (AND CF-600), Termometer, Stopwatch, Mikroskop, Viskosimeter stormer, pH meter. Bahan yang digunakan adalah Kloramfenikol (Palmitat), CMC Na, Propilenglikol, Sirup Simplek, Sorbitol, Nipagin, Nipasol, FDC Red, Essens strawberry, Aquadest. Formula : R/ Kloramfenikol 125mg/5ml CMC Na 1% Propilen Glikol 15 % Sirup Simplek 10 % Sorbitol 10 % Nipagin 0,1 % Nipasol 0,01 % FDC Red q.s Essens Strawberry q.s Aquadest ad 60 ml Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : suspensi dibuat dengan metode dispersi dan metode presipitasi kemudian dilakukan evaluasi sediaan berupa uji organoleptis, uji pH, uji bobot jenis, uji ukuran partikel, uji rasio kekeruhan dan uji kekentalan (viskositas).



HASIL A. Uji Organoleptis Organoleptis digunakan untuk mengetahui hasil fisik dari suatu supensi yang meliputi bentuk, bau, warna dan rasa.



Tabel 1. Uji Organoleptis Suspensi Kloramfenikol Metode Presipitasi Metode Dispersi Cairan Cairan Aroma strawberry Aroma strawberry Merah muda Merah muda Manis Manis



B. Uji pH Dilakukan pengujian pH yaitu untuk mengetahui derajat keasaman suatu larutan. Pada suspensi kloramfenikol yang dibuat dengan menggunakan metode



presipitasi mempunyai pH 6,30. Sedangkan suspensi kloramfenikol yang dibuat dengan menggunakan metode dispersi mempunyai pH 6,26.



2



pH



Jurnal FarmasetisVolume 4 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2015



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



6,5 6,45 6,4 6,35 6,3 6,25 6,2 6,15 6,1 6,05 Presipitasi



Dispersi



Metode Pembuatan



Gambar 1. Grafik pH Suspensi Kloramfenikol



C. Uji Bobot Jenis



Bobot jenis dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air pada temperature yang sama.



Jumlah zat yang terdispersi kecil dari pada medium sehingga pengukuran bobot jenis dari suspensi dianggap sam dengan bobot jenis medium pandispersi.



Bobot Jenis



1,04 1,02 1 0,98 0,96 0,94 0,92 Presipitasi



Dispersi



Metode Pembuatan



Gambar 2. Grafik Bobot Jenis Suspensi Kloramfenikol



D. Uji Rasio Kekeruhan



Rasio kekeruhan adalah perbandingan dari tinggi endapan yang terjadi (Hu) terhadap tinggi awal dari suspensi sebelum mengendap (Ho) sebelum suspensi didiamkan. Pemisahan pada sediaan suspensi pasti terjadi dan tidak dapat dihindarkan karena partikel dalam sediaan tidak dapat benar-benar larut.



Tetapi pemisahan tersebut harus dapat dihomogenkan kembali dengan cara penggojokan yang ringan. Berdasarkan hukum STOKES rasio kekeruhan yang terjadi adalah sedimentasi menurun terhambat dimana terbentuk pemisahan yang sangat tinggi dan cairan yang tersisa adalah jernih (Lachman, 2008). Hasil dapat dilihat pada gambar 3.



3



Jurnal FarmasetisVolume 4 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2015



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



Gambar 3. Grafik Rasio Kekeruhan Suspensi Kloramfenikol



E. Uji Viskositas



Viskositas adalah suatu untuk mengalir” dari mendapat suatu tekanan. cairan maka semakin



pernyataan “tahanan suatu sistem yang Semakin kental suatu besar gaya yang



dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Suspensi kloramfenikol yang dibuat berdasarkan metode presipitasi mempunyai hasil viskositas yang lebih kecil dibandingkan dengan metode dispersi. Adapun hasil uji viskositas dapat dilihat pada gambar 10.



Gambar 4. Grafik Sifat Alir Suspensi Kloramfenikol



F. Uji Ukuran Partikel



Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik fisik suspensi yaitu pada laju pemisahan. Kecepatan jatuhnya partikel yang tersuspensi cepat bila ukuran partikelnya lebih besar. Pemisahan yang terjadi terlalu cepat salah satu disebabkan oleh ukuran partikel yang terlalu besar, sehingga bentuk fisik suspensi menjadi tidak menarik karena ada pemisahan.



Kumpulan partikel yang terdapat pada suspensi kloramfenikol semuanya bersifat polidispers. Artinya dalam suatu sampel terdapat partikel yang berukuran berbeda-beda. Ukuran partikel yang kecil dapat mempercepat absorpsi dalam tubuh. Sedangkan ukuran partikel yang besar akan mempercepat pemisahan. Tetapi suspensi dapat tercampur kembali dengan proses penggojokan (Ansel, 2008).



4



Jurnal FarmasetisVolume 4 No 1, Hal 1 - 6, Mei 2015



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



Tabel 2. Uji Ukuran Partikel Suspensi Kloramfenikol



Diameter partikel Panjang jumlah purata (dln) Luas jumlah purata (dsn) Volume jumlah purata (dvn) Panjang permukaan purata (dsl) Volume luas purata (dvs) Bobot volume purata (dwm)



Metode Presipitasi (µm) 76,6011 82,0867 87,4536 87,9653 99,2640 108,9276



PEMBAHASAN



A. Uji Organoleptis Penggunaan pewarna dan perasa agar didapatkan sediaan suspensi yang memiliki warna yang menarik dan menutupi rasa yang tidak enak. Pada suspensi kloramfenikol kedua metode didapatkan hasil organoleptis yang sama karena kedua metode tersebut menggunakan formula yang sama pula. Hasil dari suspensi kloramfenikol pada metode presipitasi dan metode dispersi tidak mengalami perubahan dan tetap stabil. Karena kloramfenikol merupakan suatu antibiotik maka penggunaannya kurang lebih dalam jangka waktu 1 minggu (Tjay, 2007). B. Uji PH Berdasarkan Gambar 1 dari kedua metode tersebut didapatkan hasil bahwa suspensi dalam keadaan asam karena bahan obat yang digunakan yaitu kloramfenikol sendiri mempunyai pH yang asam juga yaitu antara 4,5 sampai 7 (Anonim, 1979). C. Uji Bobot Jenis Hasil evaluasi bobot jenis pada suspensi kloramfenikol pada metode presipitasi yaitu lebih besar dari pada metode dispersi. Bobot jenis medium berpengaruh pada rasio kekeruhan. Karena semakin besar bobot jenis medium maka semakin lambat laju kekeruhan. Pada metode presipitasi laju kekeruhannya terjadi lebih lambat dibandingkan metode dispersi. Berdasarkan hukum STOKES kecepatan sedimentasi berbanding lurus dengan bobot jenis dan ukuran diameter partikel. Apabila bobot jenis besar, ukuran diameter partikel besar maka kecepatan rasio kekeruhan besar pula sesuai pada metode presipitasi. Sedangkan bobot jenis kecil, ukuran diameter partikel kecil maka kecepatan rasio kekeruhan lambat sesuai dengan metode dispersi.



Metode Dispersi (µm) 73,0657 78,2905 83,3577 83,8883 94,4976 95,9229



Berdasarkan hasil perhitungan statistika bobot jenis dengan menggunakan uji t dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara metode presipitasi dan metode dispersi. D. Uji Rasio Kekeruhan Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa laju pemisahan pada suspensi kedua metode tersebut semakin menurun selama penyimpanan 7 hari. Kecepatan pemisahan pada suspensi dipengaruhi oleh besarnya bobot jenis dan viskositas dari suspensi. Semakin besar bobot jenis maka menyebabkan partikel lebih cepat memisah pula. Viskositas lebih besar maka kecepatan pemisahan semakin lambat. Suspensi yang baik tidak menghasilkan pemisahan yang terjadi cepat dan harga F=1. Rasio kekeruhan suspensi kloramfenikol didapatkan hasil pada metode presipitasi (0,60) lebih besar daripada metode dispersi (0,57). Berarti dapat disimpulkan metode presipitasi lebih baik daripada metode dispersi karena harga F mendekati 1. Metode dispersi didapatkan hasil rasio kekeruhan yang lebih kecil karena partikel secara langsung terbungkus suspending agent sehingga laju pemisahannya juga terjadi cepat dan lebih sedikit. Sedangkan pada metode presipitasi serbuk dibasahi dulu dengan pelarut organik dan belum terdispersi ke dalam suspending agentnnya sehingga laju pemisahan yang terjadi lambat dan banyak. Berdasarkan hasil perhitungan statistika volume sedimentasi dengan menggunakan uji anava dua jalan didapatkan kesimpulan yaitu ada perbedaan yang signifikan antara metode dispersi dan metode presipitasi. E. Uji Viskositas Berdasarkan pada gambar 4 dapat diketahui bahwa suspensi pada kedua metode tersebut memiliki sifat alir pseudoplastik. Dimana 5



Jurnal Farmasetis Volume 3 No 1, Hal 1 - 5, Mei 2014



dengan penambahan beban (shearing stress) maka waktu yang diperlukan untuk memutar rotor semakin cepat dan rpm semakin bertambah pula dan viskositas semakin menurun. Dari hasil perhitungan statistika viskositas dengan menggunakan uji anava dua jalan dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara metode presipitasi dan metode dispersi. F. Uji Ukuran Partikel Berdasarkan pengamatan ukuran partikel didapatkan hasil pada metode presipitasi diameter partikelnya lebih besar daripada metode dispersi. Pada proses pembuatan metode presipitasi bahan obat langsung ditambah dengan Propilenglikol yaitu sebagai pelarut organik, dengan penambahan pelarut tersebut bahan obat dapat larut sebagian dalam pelarut maka ukuran partikel semakin kecil. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar diameter partikel. Sedangkan pada metode dispersi bahan obat langsung didispersikan ke dalam suspending agent yaitu CMC Na maka bahan obat terbungkus oleh suspending agent tersebut dan belum terlarut dalam pelarutnya, maka ukuran partikel semakin besar. Ukuran partikel semakin besar maka diameter partikel semakin kecil.



SIMPULAN DAN SARAN



Simpulan 1. Pembuatan suspensi kloramfenikol dengan metode presipitasi dan metode dispersi berpengaruh pada karakteristik fisik dan rasio kekeruhan suspensi. 2. Berdasarkan rasio kekeruhan metode pembuatan dengan karakteristik fisik yang baik adalah metode presipitasi. Saran Perlu dilakukan penelitian terhadap stabilitas kloramfenikol dalam suspensi yang dibuat



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal



dengan metode presipitasi dan metode dispersi dengan menggunakan formula yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA



Anief, Moh. 1994. Farmasetika. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anief, Moh. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anonim, 1979, Farmakope Indonesi. Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Edisi Keempat. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Lachman L, Lieberman H.A, Kanig J.L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Tjay, T.H., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta : PT. Gramedia. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noerono Soewandhi. Edisi Kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wade, A., and Weller, P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 2nd edition. Washington : American Pharmaceutical Association.



6