2a Kelompok 1 Makalah BSR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BODY SECTION RADIOGRAPHY Disusun untuk memenuhi tugas Fisika Radiodiagnostik Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si ,MT



Disusun Oleh: Kelompok 1 / Kelas 2A 1.



Riszki Nur Hidayah



(P1337430116041)



2.



Eri Fitriani



(P1337430116022)



3.



Ofir Febiola Anggarini



(P1337430116032)



4.



Rohmatullah



(P1337430116030)



5.



Dini Maharani



(P1337430116048)



6.



Nafi’udin Dwi Andaya Putra



(P1337430116021)



7.



Sulkhi Annisatul Quthwah



(P1337430116033)



8.



Sandra Putri Wahyuningtias



(P1337430116014)



9.



Aulia Rizki Ananda



(P1337430116027)



10.



Finaa Rizqi Khalaliyah



(P1337430116019)



11.



Priagung Putra Satria



(P1337430116026)



12.



Dily Anisa Rismawati



(P1337430116024)



PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2018



i



KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini berjudul “Body Section Radiography”. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Fisika Radiodiagnostik Jurusan DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penulisan Makalah: 1. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes selaku kepala Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang, 2. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST, MSi selaku ketua Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang, 3. Ibu Sri Mulyati, S.Si, MT selaku Pembimbing Mata Kuliah Fisika Radiodiagnostik. 4. Rakan-rekan mahasiswa Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang, 5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dibidang radiologi. Amin.



Semarang, 11 Februari 2018



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Body Section Radiografi ............................................... 3 B. Macam Pesawat Body Section ......................................................... 4 C. Phantom Image ................................................................................ 22 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 27 B. Saran. .............................................................................................. 27



DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 28



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah tomografi berawal jauh sebelum ditemukannya teknik pengolahan



citradigital,



yaitu



pada



tahun



1917



ketika



Radon



mempublikasikan artikelnya yang kemudian dikenal sebagai transformasi Radon. Selama bertahun-tahun orang tidaktahu kegunaan dari transformasi ini, hingga pada era 1960-an ketika beberapa peneliti mengembangkan teknik tomografi transmisi sinar-X. Siapa yang sebenarnya pertama kali menemukan CT (Computed Tomography atau Computerizes Tomography) masih merupakan kontroversi. Namun pengakuan diberikan kepada Godfrey Hounsfield dan Allan Cormack yang pada tahun 1971 membangun CT. Delapan tahun kemudian, pada tanggal 10 Desember 1979, kedua ilmuwan ini mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi (Medicine and Physiology) untuk penemuan tersebut. Body Section Radiography (Radiografi Irisan Tubuh) merupakan teknik radiografi khusus menggunakan sinar-X untuk memperlihatkan struktur tubuh yang diperiksa secara lebih jelas dengan mengaburkan bayangan dari struktur yang berada di bawah dan di atas obyek yang akan diperiksa. Body section dalam radiologi antara lain : pemeriksaan foto rontgen (foto sinar-x) konvensional, pemeriksaan panoramic, Fluoroskopi, CT scan. Berbagai pemeriksan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan sumber-sumber sinar-x yang digunakan. Antara lain dengan menghasilkan sumber sinar-x sehingga dapat menghasilkan gambaran anatomi tubuh yang sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan, dengan tetap mengutamakan proteksi radiasi yang harus dilakukan. Makalah ini akan membahas metode-metode body section yang digunakan untuk memperlihatkan anatomi tubuh pasien dengan menggunakan berbagai modalitas. Diharapkan materi ini dapat memberikan pengetahuan lebih jelas kepada para pembacanya.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari body section radiografi ? 2. Apa saja pesawat yang digunakan pada modalitas body section? 3. Bagaimana pengaruh penyudutan tabung terhadap lapisan yang tergambar ?



C. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari body section. 2. Mengetahui pesawat-pesawat yang digunakan pada modalitas body section 3. Untuk mengetahui pengaruh penyudutan tabung terhadap lapisan yang akan tergambar pada radiograf



2



BAB II LANDASAN TEORI



A.



PENGERTIAN BODY SECTION RADIOGRAPHY Body Section Radiography atau Radiografi Irisan Tubuh merupakan teknik radiografi khusus menggunakan sinar-X yang mengaburkan bayangan dari struktur yang superposisi untuk memperlihatkan struktur tubuh yang diperiksa secara lebih jelas (Curry dkk, 1990). Body section radiography bukan metode untuk meningkatkan ketajaman dari semua gambaran radiograf. Pada tahun 1962, International Commission on Radiologic Unit and Measurement memberikan istilah tomografi untuk menggambarkan semua tipe dari teknik-teknik body section. Nama lain dari body section radiography : 1. Tomografi 2. Planigrafi 3. Stratigrafi 4. Laminografi Revolusi teknik baru ditemukan di inggris tahun 1972 yang disebut Computed Tomography ( CT ) ( Christenensen’s,1984 ) Beberapa hal yang penting dalam tomografi antara lain, tabung sinar-X, film, dan sebuah penghubung yang dapat berotasi pada sebuah fulcrum yang tetap. Ketika sebuah tabung bergerak pada satu arah, film akan bergerak ke arah yang lainnya. Film ditempatkan pada sebuah tempat dibawah meja pemeriksaan jadi pergerakan film ini tidak akan mengganggu pasien. Fulcrum merupakan sebuah titik yang tetap pada system ini. Amplitude pergerakan tabung sinar-X diukur dalam satuan derajat (˚), dan disebut sebagai tomographic angle. Bidang yang setinggi fulcrum merupakan bidang yang tetap focus. Sedangkan, bidang di atas atau dibawahnya akan tampak kabur. Manfaat utama dari pergerakan linear ini adalah dapat



3



diterapkan pada sebuah pesawat sinar-X standard dan tidak memerlukan peralatan tambahan yang mahal.



B.



MACAM PESAWAT BODY SECTION 1. Tomografi Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan struktur jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang jaringan dimana struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur. Gambar tomografi dapat diproduksi oleh gerakan relatif antara pasien, kaset dan tabung sinar X. Dalam prakteknya, gambar tomogram dapat dihasilkan dengan pasien yang tetap diam, sedangkan tabung sinar X dan kaset bergerak. a. Faktor yang mempengaruhi tomografi 1) Amplitudo Exposure Jumlah perjalanan tabung selama eksposur. Semakin besar jarak tempuh atau sudut geraknya, semakin besar tingkat blurring dari tomografi. Semakin besar sudutnya juga menghasilkan irisan yang tipis dan kontras yang rendah, sedangkan semakin kecil sudutnya irisan yang dihasilkan semakin tebal dan kontras yang tinggi (short-scale).



Gambar 1. Amplitudo Exposure atau Exposure arc



4



Perbandingan prinsip wide-angel dan narrow angel: Wide-Angle Tomography



Narrow-Angle Tomography



Tomographic arc lebih dari 10°



Tomographic arc kurang dari 10°.



(biasanya 30° sampai 50°) Ketebalan irisan kurang



Ketebalan irisan lebih tinggi



Terdapat ketidaktajaman pada



Sangat sedikit ketidaktajaman



gammbaran bidang fokal



ppada gambaran bidang fokal



Objek di luar bidang fokal



Objek di luar bidang fokal



mengalami blur maksimal



mengalami blur yang minimal



Baik untuk memperlihatkan



Baik untuk memperlihatkan



jaringan dengan kontras tinggi



jaringan dengan kontras yang rendah (misalnya paru-paru)



Dapat dilakukan dengn



Biasanya digunakkan dengan



pergerakan linear maupun



pergerakan sirkular



sirkular Waktu eksposi tinggi



Waktu eksposi singkat



2) Jarak objek dari bidang focus Semakin jauh sebuah benda dari bidang fokus, semakin besar tingkat blurring objek yang terlihat. 3) Tomographic mode utilize Semakin kompleks gerakan tomografi, semakin seragam blurring yang dihasilkan b. Komponen Pesawat Tomografi 1) Tiang



penghubung



(



Telescopic



Rod



)



adalah



yang



menghubungkan tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak sewaktu eksposi (movement cassette tray), tiang penghubung ini menghubungkan fokus pada tabung sinar-X sampai pada cassette tray. 2) Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kedalaman lapisan yang dikehendaki.



5



Gambar 2. fulcrum dan focal plane



3) Tabung sinar X , dapat bergerak selama eksposi. 4) Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi. 5) Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi.



Gambar 3. Perakit Fulcrum pada pesawat tomografi konvensional



6



Gambar 4. Komponen pada pesawat tomografi konvensional.



b. Prinsip Tomografi Sebagaimana tabung X-ray dan kaset bergerak relatif terhadap pasien, gambar dari struktur yang diproyeksikan pada tingkat yang berbeda dari tubuh akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda pula. Semakin dekat struktur dengan tabung sinar x atau kaset, semakin cepat citra akan bergerak. Tabung ini terkait dengan kaset, sehingga tabung dan kaset bergerak pada kecepatan yang sama hanya saat gambar struktur pada poros/pivot. Oleh karena itu, hanya gambar-gambar yang direkam pada bagian yang sama dari reseptor gambar selama gerakan. Gambar struktur di semua lapisan lain bergerak dengan kecepatan berbeda dari kaset dan tidak dicatat pada bagian yang sama dari reseptor gambar selama pergerakan dan karena itu gambarnya menjadi kabur (Whitley dkk, 2005)



7



Gambar 5. Prinsip kerja pesawat tomografi Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan teknik tomografi, yaitu pada permulaan eksposi tabung dan film pada posisi T1 dan F1, selama eksposi tabung akan bergerak berlawana dengan film dan pergerakan keduanya akan berakhir pada posisi T2 dan F2. Focal plane adalah bidang yang berada tepat pada titik fulcrum. Struktur gambaran yang setinggi focal plane akan terproyeksi jelas yaitu titik 2, sedangkan daerah diatas focal plane yaitu pada titik 1, dan dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam tomografi ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan pengaturan fulcrum atau pivot point. Focal plane dari focus maksimal mewakili sumbu (fulcrum) dari tabung sinar-X dan film yang berotasi. Gambar maya didefinisikan oleh Webster sebagai sesuatu yang dapat dilihat tetapi tidak memiliki eksistensi. Gambaran ini terlihat pada tomogram, tetapi sebenarnya gambar ini tidak ada. Gambar yang tidak nyata ini selalu memiliki sedikit ketebalan dan ketajaman daripada gambar nyata, tetapi masih memberikan kesulitan interpretasi. Gambar maya ini dihasilkan oleh kekaburan pada tepi dari struktur terluar focal plane, dan hal ini kebanyakan terjadi pada circular tomography dan narrow-angle technique. Dengan pegerakan sudut tabung yang sedikit obyek diluar bidang fokal akan mengalami kekaburan yang minimal. Phantom images dibentuk oleh dua mekanisme



8



yang berbeda. Phantom images tipe pertama dihasilkan oleh narrowangle tomogram dari pengulangan obyek secara teratur. Tipe kedua dibentuk oleh perubahan tempat yang mengalamai kekaburan pada gambar pada obyek terluar bidang fokal untuk mensimulasikan tebal struktur pada bidang fokal. Seringkali kekaburan gambar dari tulang akan simulasikan ke struktur jaringan lunak. Tomographic angle merupakan amplitude yang dinyatakan dalam satuan derajat. Kita dapat menggunakan tomografi untuk berbagai macam tujuan. Satu sistem menggunakan tomographic arc yang lebar, system lainnya menggunakan tomograpic yang sempit dan disebut sebagai zonography. Zonografi bertujuan untuk memperlihatkan gambaran keseluruhan obyek tidak mengalami perubahan bentuk dan memiliki ketajaman yang tinggi. Pemilihan antara keduanya tergantung pada tipe jaringan yang diperiksa dan masalah yang dihadapi.



2. Computed Tomography Scan (CT-Scan) CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut. Antara tahun 1957 dan 1963, seorang ahli fisika Afrika Selatan, A. Cormick, secara mandiri mengembangkan metode penghitungan distribusi penyerapan radiasi dalam tubuh manusia, berdasarkan pengukuran transmisi. Dia mendalilkan bahwa akan ada kemungkinan untuk menampilkan perbedaan yang sangat kecil dalam penyerapan melalui tubuh, tetapi tidak pernah diterapkan dalam penelitiannya. Pada awal 1970-an CAT scanning (juga disebut computerized tomography, atau CT, scan) lagi-lagi digagas, oleh William Oldendorf dan dikembangkan oleh Godfrey Hounsfield. Meskipun sering menggunakan media kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang diperoleh, tes



9



ini hampir tidak invasif. Pengukuran CT yang paling dasar dilakukan ditahun 1970an, melibatkan rotasi dan perpindahan kolimasi sumber sinar x (pencil beam) memutari pasien seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah.



Gambar 6. CT scan sederhana meliputi pengukuran intensitas dari pencil beam sinar x dari berbagai posisi sudut yang berbeda



Untuk mempercepat proses, CT scanner yang lebih modern terdiri dari sumber sinar x yang menghasilkan fan-beam, yang menembus pasien dan menimpa pada kumpulan detektor. Perakitan lengkap ini berputar di sekitar inti pusat untuk menghasilkan urutan pengukuran intensitas lebih dari 360 °. Dalam kasus lain, algoritma rekonstruksi citra yang kompleks memecahkan persamaan ini yang diperoleh dari pengukuran himpunan besar untuk menghasilkan citra yang menggambarkan kerapatan dari bahan dalam irisan melintang yang melalui pasien.



10



Gambar 7. Skema CT scan



Pergerakan pasien yang mengakibatkan kekaburan pada gambar di atasi dengan dikembangkannya generasi CT yang lebih cepat. Perputaran yang terus menerus pada sistem CT dan menghasilkan gambar irisan lengkap kurang dari satu detik diperkenalkan pertama kali pada tahun 1987. Namun, sistem ini masih mengontruksi gambar 3D dari irisan individu melalui pasien. Pada tahun 1990 scanner spiral dengan kemampuan multiple slice diperkenalkan untuk menghasilkan gambar 3D dengan resolusi tinggi yang bahkan lebih cepat. Uraian penemuan adalah waktu scan kurang dari 0.5s dengan ketebalan irisan antara 0,5 dan 1 mm.



Gambar 8. Spiral scan tomography. 11



Hal ini memungkinkan visualisasi dari bagian yang sangat tipis dari otak, cranium, medula spinalis, dan tulang belakang (serta bagian lain dari tubuh) dalam dua dimensi dan dengan perbedaan yang cukup jelas antara hitam, abuabu, dan daerah putih dari gambar untuk memungkinkan diagnosis patologis dalam banyak kasus. a. Komponen Pesawat CT-Scan Komponen pesawat CT –Scan antara lain : 1)



Meja pemeriksaan, merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan, bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja akan bergeser sesuai ketebalan slice (slice thickness).



2)



Gantry,



merupakan



komponen



pesawat



CT-Scan



yang



didalamnya terdapat tabung sinar-x, filter, detector, DAS (Data Acquisition System), dan lampu indikator untuk sentrasi. Di dalam gantry terdapat komponen-komponen sebagai berikut: a) Tabung sinar-x, berfungsi sebagai pembangkit sinar-X. b) Kolimator, pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu : i.



Kolimator pada tabung sinar-x, yang fungsinya adalah untuk: mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.



ii.



Kolimator pada detector, yang fungsinya adalah untuk : pangarah radiasi menuju ke detector, pengontrol radiasi hamburan dan menentukan ketebalan lapisan (slice thickness).



3) Detector dan DAS (Data Acquisition System), jumlah detector keseluruhan adalah 512 detector, yang menggunakan gas Xenon bertekanan tinggi. Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang selajutnya dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS



12



secara garis besar adalah : menangkap sinar-x yang telah menembus objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak menjadi signal-signal elektron dan mengubah signal tersebut ke dalam data digital. 4) Komputer, merupakan pengendali dari semua instrumen pada CTScan, berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan (display) gambar serta menganalisa gambar. Adapun elemen-elemen pada komputer adalah sebagai berikut : a) Input device adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar ke dalam bahasa komputer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi. b) CPU (Central Processing Unit), merupakan pusat pengolahan dan pengontrolan dari keseluruhan system komputer yang sedang bekerja. Terdiri atas : ALU (Arithmetric Logic Unit) yang melaksanakan proses berupa arithmetric operation seperti penambahan,



pengurangan,



pembagian



serta



perkalian,



kemudian terdapat Control Unit yang berfungsi mengontrol keseluruhan sistem komputer dalam melakukan pengolahan data, dan Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun yang sedang dikerjakan. c) Output device, digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube). i.



Layar TV monitor, berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.



ii.



Image recording, berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. Di R.S. Pusat



13



Pertamina digunakan : Compact Disc, Multi-format Camera b.



Prinsip Dasar Pesawat CT-Scan Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi.



c. Rekontruksi Citra Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7, pengukuran dilakukan dari intensitas sinar X-ray dan dikonversi ke satu set pengukuran atenuasi. Ini dikenal sebagai "Radon Transform" gambar. Transformasi inverse harus kemudian dilakukan untuk menentukan distribusi atenuasi untuk setiap pixel μ(x, y) elemen yang melalui target. Proses termudah untuk memahami adalah satu dimana ada N2 yang tidak diketahui adalah matriks N × N piksel. Jika pengukuran independen yang cukup dibuat, maka dimungkinkan untuk memecahkan semua yang tidak diketahui. Dalam kasus yang paling sederhana dari sebuah target dengan hanya empat unsur, dua pengukuran, dari dua proyeksi akan menghasilkan sistem empat persamaan dan empat yang tidak diketahui yang dapat dengan mudah dipecahkan. Ekstensi untuk matriks 3 × 3 dengan sembilan yang tidak diketahui juga dapat diselesaikan dengan mudah menggunakan dua belas persamaan seperti yang didefinisikan secara skematis pada gambar berikut.



14



Gambar 9. Solusi untuk N2 yang tidak diketahui dari matriks citra N × N dapat ditentukan dengan memecahkan sistem persamaan linear.



Proses ini digunakan pada awal CT scanner di mana jumlah elemen terbatas. Namun, dengan persyaratan untuk resolusi lebih halus dan piksel yang lebih banyak, perhitungan diatas tidak dapat digunakan. Dalam CT scanner modern, prosedur konvolusi - backprojection biasa diterapkan. Dimulai dengan matriks diisi dengan nol, dan setiap pengukuran dilakukan, nilai proyeksi ditambahkan ke semua elemen dalam larik disepanjang arah pengukuran. Namun, karena masingmasing komponen tidak memberikan kontribusi hanya untuk nilai pada titik yang diinginkan, tetapi untuk seluruh gambar, jelas bahwa gambar yang tidak tajam akan dihasilkan. Untuk meminimalkan besarnya unsharpening ini, masing-masing proyeksi



dikonvolusikan



dengan



kernel



konvolusi



sebelum



backprojection. Kernel konvolusi ini merupakan pass filter tinggi. Karena konvolusi dalam domain spasial adalah setara dengan perkalian dalam domain frekuensi, ada kemungkinan untuk melakukan proses konvolusi-backprojection ini di domain tersebut.



15



Gambar 10. Rekontruksi citra oleh backprojection menunjukkan bahwa konvolusi dengan high pass kernel diperlukan untuk menghasilkan gambar yang tajam. d. Yang ditampilkan dalam citra CT scan Seperti dijelaskan sebelumnya, CT menghitung distribusi spasial dari koefisien atenuasi linier μ (x, y). Namun, karena μ sangat tergantung pada energi dari foton X-ray, hal itu akan membuat perbandingan langsung antara gambar yang dibuat dengan sistem yang berbeda tidak mungkin. Oleh karena itu, gambar ditampilkan sebagai atenuasi relatif



16



terhadap air. Ini disebut sebagai CT unit, atau kadang-kadang Unit Hounsfield (HU) untuk menghormati penemu CT scan.



Pada skala ini, air, dan akibatnya air setara dengan jaringan μjaringan = μair memiliki nilai 0 HU. Udara sesuai dengan nilai -1000 HU karena μudara mendekati nol. Tulang dan kalsifikasi lainnya yang memiliki nomor atom tinggi dan kepadatan tinggi meningkatan atenuasi dan karena itu memiliki nilai CT yang lebih tinggi - biasanya sampai dengan 2000. Kebanyakan scanner medis memenuhi rentang nilai CT 1.024 sampai +3071, total nilai 4.096, dapat dinyatakan juga dengan 12bit.



Gambar 11. Nilai CT untuk menormalisasi atenuasi dari material yang berbeda Kontras dari CT citra jauh lebih tinggi dari citra sinar x konvensional, bukan karena daya yang lebih tinggi digunakan, tetapi karena perbedaan dalam cara menghasilkan gambar. Pada gambar di bawah ini, perbandingan dibuat antara citra CT dan citra sinar x. Sebelumnya, kontras antara dua piksel yang berdekatan terbukti bernilai 28HU yang sesuai dengan 50% dalam skala ini. Intensitas sinar x akan ditentukan oleh penjumlahan atenuasi di



17



sepanjang jalur yang dilalui sinar. Hal ini dapat dilihat pada contoh ini, bahwa kontras antara dua jalur yang berdekatan yang melewati cranium hanya 0,23%.



Gambar 12. Kontras dari citra CT dan sinar X



3. Pesawat Konvensional Sinar-X Pesawat rontgen adalah alat / pesawat medik yang bekerjanya dapat menghasilkan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografi. Output yang dihasilkan dari pesawat ini adalah berkas sinar ( xray) Secara skematis, proses radiografi dapat dilihat dengan jelas dalam gambar. Berkas sinar X setelah melewati obyek akan sampai ke detector



18



film. Citra pada film terbentuk karena adanya perbedaan atenuasi antara obyek satu dengan obyek yang lain. Grid digunakan untuk menyerap radiasi hambur yang akan mengaburkan citra. Film dengan resolusi tinggi dipakai agar mampu untuk menghasilkan citra struktur halus. Proses terjadinya sinar –x yaitu: a.



Didalam tabung rontgen ada katoda dan anoda yang dipanaskan (besar 20.000oC) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator



b.



Karena panas electron-electron dari katoda (filament) terlepas



c.



Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi , electron-elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing cup



d.



Awan-awan electron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%)



e.



Pelindung (perisai) timah akan meencegah keluarnya sinar – x sehingga sinar –x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela



f.



Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan radiator pendingin



4. Panoramic Radiograf panoramik adalah scanning gigi X-ray panorama rahang atas dan bawah. Ini menunjukkan tampilan dua dimensi dari setengah lingkaran dari telinga ke telinga. Radiografi panoramik adalah bentuk tomography; dengan demikian, gambar dari beberapa pesawat yang diambil untuk membuat gambar panorama komposit, di mana rahang atas dan rahang bawah berada di palung fokus dan struktur yang dangkal dan mendalam untuk palung adalah kabur.



19



Gambar 13. Pesawat Panoramic



a. Komponen Pesawat Panoramic 1) Tube head sinar-X, menghasilkan berkas sinar-X yang sempit dengan penyudutan ke arah atas kira-kira 80 dari bidang horizontal. 2) Kaset film dan kaset carriage (tempat kaset), terbuat perisai tembaga, dihubungkan dengan tube head sehingga dapat bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal ini menghasilkan pergerakan tomografi yang singkron pada bidang vertikal. Kaset yang digunakan adalah kaset tipis yang fleksibel atau kaset yang kaku dengan dilengkapi screen, biasanya ukuran kaset 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi. 3) Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam marker. 4) Hand Grips, digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi berdiri (stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat duduk pasien yang dapat diputar untuk memudahkan penataan posisi pada pesawat panoramik posisi duduk (sit down unit). Light beam marker (sinar penanda) digunakan untuk membantu memposisikan pasien jika pasien menghadap ke dinding. Bite block digunakan untuk mengganjal gigi agar insisivus sentral atas dan bawah pada posisi



20



“ujung dengan ujung” sehingga dapat menghindari superposisi. Penopang dagu digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak bergerak. b. Prinsip Kerja Pesawat Panoramic Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam, sumber sinarX dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film kaset berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan tempat kaset bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris untuk bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan.



5. Fluoroskopi



Gambar 14. Gambar Komponen Fluoroskopi



21



Fluoroskopi digunakan untuk observasi obyek dalam tubuh real time, sehingga dapat mengamati gerakan berbagai organ. Untuk fluoroskopi digunakan tabung intensifikasi pencitraan (image intensifyer), yang memiliki komponen detector layar fluoresensi. Pada mulanya citra yang dibentuk oleh layar fluoresensi dilihat langsung oleh pengamat (dokter). Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, citra yang dihasilkan oleh layar fluoresensi ditangkap oleh system kamera yang langsung dihubungkan dengan TV, dan/atau oleh system video. Selain itu dapat pula hasil citra di ubah menjadi sampel digit yang kemudian diteruskan ke computer. Dengan demikian citra yang ditayangkan TV adalah hasil rekonstruksi computer.



C. PHANTOM IMAGES Gambar maya didefinisikan oleh Webster sebagai sesuatu yang dapat dilihat tetapi tidak memiliki eksistensi. Gambaran ini terlihat pada tomogram, tetapi sebenarnya gambar ini tidak ada. Gambar yang tidak nyata ini selalu memiliki sedikit ketebalan dan ketajaman daripada gambar nyata, tetapi masih memberikan kesulitan interpretasi. Gambar maya ini dihasilkan oleh kekaburan pada tepi dari struktur terluar focal plane, dan hal ini kebanyakan terjadi pada circular tomography dan narrow-angle technique. Dengan pegerakan sudut tabung yang sedikit obyek diluar bidang fokal akan mengalami kekaburan yang minimal. Phantom images dibentuk oleh dua mekanisme yang berbeda. Phantom images tipe pertama dihasilkan oleh narrow-angle tomogram dari pengulangan obyek secara teratur. Tipe kedua dibentuk oleh perubahan tempat yang mengalamai kekaburan pada gambar pada obyek terluar bidang fokal untuk mensimulasikan tebal struktur pada bidang fokal. Seringkali kekaburan gambar dari tulang akan simulasikan ke struktur jaringan lunak.



22



a. Jenis pergerakan tomografi 1.



Line to Line Movement Pergerakan tabung dan film pada teknik ini berupa garis lurus yang sejajar tetapi arahnya berlawanan. Sehingga bidang obyek sejajar dengan pergerakan tabung dan film pada setinggi fulcrum.



Gambar 15. Pergerakan tabung dan film line to line



Gambar 16. Pergerakan tabung dan film line to line



23



2.



Arc to Arc Movement Pergerakan ini termasuk pergerakan sudut yang berlawanan secara sinkron antara tabung dan film. Pertengahan sudut putaran berada di sekitar pivoting point. Film parallel terhadap objective plane, meskipun pertengahannya mengikuti pergerakan sudut. Keduanya yakni antara FFD dan focus-object, object-film ratio adalah konstan dan secara konsekuen parallel terhadap objective plane dengan film setinggi fulcrum dipilih secara konstan.



Gambar 17. Pergerakan tabung dan film arc to arc



3.



Arc to Line Movement Pergerakan ini termasuk pergerakan sudut yang berlawanan secara sinkron dari pergerakan tabung dengan pergerakan garis lurus dari film. Meskipun system ini tidak menjamin terjadinya magnifikasi yang konstan, tetapi masih bisa ditolerir dalam pandangan dari hubungan antara subject-film yang terdekat dibandingkan dengan arc to arc movement.



24



Gambar 18. Pergerakan tabung dan film arc to line



Gambar 19. Pergerakan tabung dan film arc to line



b. Hubungan antara tomographic angle dengan objective plane Titik O terletak pada bidang potong dan pergerakan tomografi dianggap sempurna. Titik X dengan jarak t di atas bidang yang diinginkan akan dikaburkan dengan seluas Bm yang dianggap menjadi maximum



25



tomographic blurring yang tidak dapat diperhatikan. Akan ada titik yang sama (X’) di bawah O dan potongan XX’ akan menjadi tomographic layer. Ketebalan (2t) pada potongan ini dapat dihitung. Pergerakan film (yakni pergerakan bayangan obyek O) dirumuskan sebagai: U=S. Sedangkan pergerakan dari bayangan X dirumuskan sebagai: V=S Pergerakan dari bayangan ini ada film yakni pengaburan (Bm) adalah selisih dari kedua pergerakan tersebut. Bm = V – U = S . . Bila t lebih kecil dari a, Bm = S . . t atau T = Bm . . atau 2t = 2Bm . . Sudut putar (ɵ) dari tabung sinar-X terhadap titik O, ɵ = (dalam radian) dengan memasukkan persamaan sebelumnya, akan didapatkan 2t = 2Bm . .



26



BAB III PENUTUP



A. Simpulan Dari pemaparan pada bab sebelumnya maka dapat kesimpulan bahwa: 1. Menurut Curry dkk Body Section Radiography atau Radiografi Irisan Tubuh merupakan teknik radiografi khusus menggunakan sinar-X yang mengaburkan



bayangan



dari



struktur



yang



superposisi



untuk



memperlihatkan struktur tubuh yang diperiksa secara lebih jelas. 2. Komponen pesawat tomografi yaitu tiang penghubung (Telescopic Rod), Fulcrum, tabung sinar X, meja control dan panel control. Prinsip kerja pesawat tomografi ialah dimulai dari permulaan eksposi tabung dan film pada posisi awal, selama eksposi tabung akan bergerak berlawanan dengan film dan bergerak 60° dari posisi awal. Struktur gambaran yang setinggi focal plane akan terproyeksi jelas yaitu pada titik tengah, sedangkan daerah diatas dan dibawah focal plane akan terproyeksi kabur. 3. Tebal lapisan gambar yang tergambar dalam foto tergantung pada besar kecilnya sudut pergerakan tabung. Makin kecil sudut maka lapisan yang tergambar akan semakin tebal, sudut yang makin besar maka lapisan yang tergambar akan semakin tipis.



B. Saran 1. Dalam pembuatan makalah sebaiknya menggunakan referensi yang terbaru agar materi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan ilmu. 2. Sebaiknya penggunaan tomografi disesuaikan dengan kebutuhan karena menggunakan dosis yang cukup besar yang akan diterima oleh pasien, jika terdapat modalitas penunjang seperti pesawat konvensional, maka dapat menggunakan modalitas penunjang tersebut tetapi jika hasil yang diharapkan kurang memuaskan maka dapat menggunakan modalitas tomografi.



27



DAFTAR PUSTAKA Clark, K. C. 1974. Positioning in Radiography, Ninth Edition.London : Ilford Limited. Curry, Thomas S, dll. 1984. Christensen’s Introduction to the Physics of Diagnostic Rdiology. Philadelphia :Lea & Febriger. Meredith, W.J. dan J.B. Massey. 1977. Fundamental Physics of radiology, Third Edition. Bristol : John Wright & Sons Ltd. Plaata, G.J. Van Der. 1969. Medical X-Ray Technique, Third Revised and Enlarged Edition. Netherlands : Centrex Publishing Company. RAD 216 Advanced Imaging Modalities, Whitley, A Stewart dkk. 2005. Clark’s Positioning in Radiography. 12th edition. Great Britain : Arnold. http://radiologiymc.blogspot.sg/2011/01/modalitas-pencitraan-radiologi.html http://www.acfr.usyd.edu.au/pdfs/training/sensorSystems/17%20Tomography%20 and%203D%20Imaging.pdf http://www.mccc.edu/~petroskw/outlines/rd_216/tomography.pdf/



28