4 & 5 Sifat Fisik Dan Mekanik Batuan Utuh PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH MEKANIKA BATUAN Romla Noor Hakim – Eko Santoso - Sari Melati



1



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Efek Skala – Batuan Utuh – Massa Batuan



2



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengujian di Laboratorium Uji di laboratorium yang pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang diambil di lapangan. Hasil pengujian menunjukkan sifat-sifat batuan utuh. Satu contoh dapat digunakan untuk 2 jenis pengujian.  Pengujian tanpa merusak (non-destructive test) • Penentuan sifat fisik batuan untuk mendapatkan bobot isi, spesific gravity, porositas, absorpsi, dan void ratio • Penentuan sifat dinamik batuan untuk mendapatkan cepat rambat gelombang ultrasonik  Pengujian merusak (destructive test), merupakan pengujian yang dilakukan sampai contoh batu hancur • Penentuan sifat mekanik batuan untuk mendapatkan kuat tekan uniaksial dan triaksial, kuat tarik, kuat geser, indeks kekuatan batuan, Modulus Young, Poisson‟s Ratio, kohesi dan sudut gesek dalam. 3



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



4



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Persiapan Pengujian



5



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Persiapan Contoh Batu Uji Persiapan contoh di Lapangan 



Direct diamond drilling BQ, NQ HQ (35 - 75 mm) & L/D = 2 – 2.5



Persiapan contoh di Laboratorium



6







Contoh batu: di coring dari contoh bongkah batuan







Contoh silinder: BQ, NQ, HQ (35 - 75 mm) & L/D = 2 – 2.5







Contoh batu untuk uji kuat tekan : potong contoh batu rata, paralel kedua muka dan saling tegak lurus.







Ukur L & D, luas muka dan volume



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Persyaratan Contoh Batu untuk Uji UCS & Triaxial Sebuah spherical seat, jika ada, dari sebuah mesin tekan. Jika tidak sesuai dengan spesifikasi berikut, maka







harus dikeluarkan atau diposisikan terkunci, kedua pelat penekan mesin tekan harus paralel satu dengan



lainnya. Pelat besi penekan dalam bentuk disc dan mempunyai Rockwell hardness > HRC58 harus diletakkan pada







kedua ujung muka contoh batu. Diameter kedua pelat besi penekan harus diantara (D) – (D+2 mm). D adalah diameter contoh batu. Ketebalan dari pelat besi penekan paling tidak 15 mm atau D/3. Kedua muka pelat besi penekan harus rata dengan kerataan lebih baik daripada 0.005 mm.



Salah satu sisi muka dari kedua pelat besi penekan harus berbentuk spheris concave dan conves (spherical







seat) sehingga keduanya bisa saling duduk dengan baik. Spherical seat harus ditempatkan di atas muka contoh batu uji.



Kontak spherical seat harus terlubrikasi minyak mineral secukupnya sehingga dapat mengunci







setelah bobot dari cross-head sudah mengena ke sistem contoh batu uji dengan spherical seat. Contoh batu uji, spherical seat dan pelat besi penekan harus dipastikan terpusat sehingga garis







gaya vertikal tidak keluar dari titik pusat penekanan dari mesin hingga pelat besi penekan terbawah. Pusat kurvatur muka dudukan pelat besi penekan harus bertemu dipusat dari muka atas contoh batu uji. 7



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Persyaratan Contoh Batu untuk Uji UCS & Triaxial  Contoh batu uji harus silinder rata semua sisinya dengan L/D 2.5 – 3.0 & diameter > NX, sekitar 54 mm. Diameter contoh silinder harus berkaitan dengan ukuran butir terbesar dengan nisbah minimal 10: 1.



 Kedua muka contoh uji silinder harus rata dengan ketelitian 0.02 mm dan tidak menyimpang dari ketegaklurusan sumbu utama lebih daripada 0.001 radian (sekitar 3.5 menit) atau 0.05 mm dalam 50 mm.



 Sisi panjang silinder harus rata dan bebas dari tonjolan atau benjolan dan tegak lurus terhadapo kedua sisi muka dengan penyimpangan maksimum dari sumbu utama 0.3 mm sepanjang contohnya.  Dilarang menggunakan capping materials atau “end surface treatments” selain polishing dengan mesin



poles.  Diameter contoh uji harus diukur hingga ketelitian mendekati 0.1 mm dengan mengambil rata-rata pada sisi diameter bahwa, tengah dan atas tegask lurus terhadap sumbu utama silinder. Diameter ratarata digunakan untuk menghitung luas sisi muka contoh uji. Tinggi atau panjang contoh uji dikuru dengan ketelitian hingga mendekati 1.0 mm.  Contoh batu uji harus disimpan tidak lebih dari 30 hari agar kandungan air alamiah sedapat mungkin dipertahankan & diuji dalam kondisi demikian. 8



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Mineral



9



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Material Kristal Padat Kekerasan Mineral   







Kemampuan mineral untuk menggores atau mengabrasi mineral atau benda lainnya dikatakan sebagai Mohs hardness (Fredrick Mohs, awal abad ke 19) Ketahanan terhadap indentasi dibawah kondisi tegangan tetap dikatakan sebagai indentation hardness atau microhardness. Masing-masing - sebuah ukuran ketahanan suatu struktur kristal terhadap kerusakan mekanik yang merefleksikan kekuatan ikatan atom dalam crystallographic lattice (pola-pola geometris atom/molekul) dari sebuah material tertentu. Skala kekerasan Mohs:    







kekerasan relatif mineral terhadap kekerasan absolut. Bersifat sebagai sebuah tabel abitrari & bukan representasi inherent mineral hardness Daftar 10 mineral umum yang kekerasannya menaik atau menurun dalam tabel tsb. Tidak dapat langsung digunakan untuk mengkuantitatifkan kekerasan sebuah mineral.



Mohs' scale:  











10



a mineral will scratch another mineral of equal or lesser hardness than itself. This allows the 10 common minerals of Mohs' scale to be used to make a simple scratch test to grade that an unknown mineral can scratch or be scratched by another, and in so giving a rough estimate of relative hardness. This test allows the unknown mineral's relative hardness to be compared to a list of known relative mineral hardnesses to help in identification. Mohs' scale is usually graduated only to 0.5 or 0.25 intervals. Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Material Kristal Padat Kekerasan Mineral 



Vickers atau Knoop microhardness adalah sebuah ukuran kekerasan indentasi.







Metode-metode ini memerlukan mesin uji besar dan mahal, mikroskop dengan kekuatan besar, menyita waktu untuk persiapan contoh uji untuk menentukan kekerasan mineral sebenarnya.







Metode pengujian ini sangan berhubungan masalah kerekayasaan laboratorium.







Microhardness tidak umum digunakan dalam terminologi geologi, tetapi kebanyakan geologist mengetahui hubungan antara skala Mohs dan microhardness.







Karena sifat anisotropy dari indentation hardness dengan orientasi krystalografic dan batasan perbedaan metode uji microhardness, biasanya metode Knoop digunakan untuk menentukan indentation hardness of minerals.







Bentuk Knoop's die sedemikian rupa hingga pengujian dapat dilakukan pada perbedaan orientasi dan bidang crystallographic. Nilai Knoop diperoleh sebagai ratarata dari berbagai orientasi crystallographic. 11



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Knoop vs. Mohs' Hardness & Log Knoop vs. Mohs' Hardness



12



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Mineral



13



Mineral



Knoop



Vickers



Mohs'



Talc



NA



1



1



Gypsum



61



3



2



Calcite



141



9



3



Fluorite



181



21



4



Apatite



483



48



5



Orthoclase



621



72



6



Quartz



788



100



7



Topaz



1190



200



8



Corundum



2200



400



9



Diamond



8000



1600



10



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Mineral



14



Material



Knoop (kg/mm2)



Mohs'



Copper



120



3



Copper (hammered)



150-200



3.25-3.75



Bronze



175



3.5



Cast Iron



200-500



4-5



Steel



400-600



5.5



Glass



700



6-7



Hardened Steel



700-1000



6.5-7.5



Aluminum oxide



2000-2050



8-9



Tungsten Carbide



2050-2150



9



Silicon carbide



2150-2950



9-10



Boron carbide



2900-3900



9-10



Synthetic Diamond



6000-7500



10



Diamond



8000-8500



10



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kekerasan Mineral Mineral



Mohs' Scale



Toughness



Talc



1



poor



Gypsum



2



poor



Calcite



3



Malachite



Mineral



Mohs' Scale



Toughness



poor to good



Plagioclase



6-6.5



poor



3.5-4



poor



Nephrite



6-6.5



exceptional



Fluorite



4



poor



Peridot



6.5-7



fair to good



Apatite



5



fair



Quartz



7



good



Hornblende



5-6



poor to excellent



Garnet



7 - 7 .5



fair to good



Lazulite



5-6



poor



Tourmaline



7 - 7 .5



fair



Hematite



5.5-6.5



excellent



Beryl



7.5- 8



good



Orthoclase



6-6.5



poor



Topaz



8



poor



Corundum



9



excellent (3.3-5.8 MPa(m)1/2)



Diamond



10



good to exceptional (3.4 MPa(m)1/2)



Glass



6



fair to good



Tungsten Carbide



9



exceptional (10.5 MPa(m)1/2)



15



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



I. Uji Sifat Fisik



16



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Manfaat • Perhitungan tegangan akibat beban batuan sebagai gaya



penggerak yang menentukan kelongsoran lereng atau beban batuan sebagai tegangan vertikal pada tambang bawah tanah • Analisis pengaruh kandungan air terhadap kestabilan lereng atau terowongan • Salah satu dasar pertimbangan untuk membangun struktur di



atas dan dalam batuan • Memprediksi kekuatan batuan secara umum



17



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Konsep dasar uji sifat fisik – batuan terdiri dari 3 bagian dan mengalami 3 kondisi



Udara (air) Pori (void) Air (water) Kondisi Asli (natural) Butiran (grain)



18



Padatan (solid)



Kondisi Jenuh (saturated) Kondisi Kering (dry)



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Konsep dasar pengujian – Hukum Archimedes



19



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Konsep dasar pengujian – Hydrostatic Weighing 



Perbandingan densitas benda terhadap densitas fluida :







Densitas benda yang dibenamkan relatif terhadap densitas fluida dapat dihitung tanpa melakukan pengukuran terhadap volumenya



20



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Peralatan







Oven yang mampu memanasi hingga 105oC selama 24 jam







Kontainer contoh batuan yang tidak mudah korosi termasuk penutup kedap udara







Desikator berukuran cukup untuk menampung contoh uji batuan







Pompa Vacum dengan kapasitas sedot 800 Pa untuk selama 1 jam yang dihubungkan dengan desikator agar udara yang terperangkap di dalam contoh batu dapat keluar dan disi oleh air.







Ember atau kontainer yang dapat menampung contoh batu saat menimbang contoh dalam posisi tergantung dari timbangan di dalam air







Timbangan dengan akurasi 0.001% berat contoh 21



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Cara Pengujian • Tentukan berat alamiah contoh batu : Wn



• Tentukan contoh batuan kondisi kering setelah di dalam oven selama 24 jam dengan temperatur ± 90oC : Wo • Tentukan berat contoh batu jenuh setelah dijenuhkan dalam desikator selama 24 jam : Ww • Tentukan berat contoh jenuh tercelup tergantung di dalam air



: Ws • Tentukan volume contoh batuan tanpa pori-pori : Wo - Ws



• Total volume contoh batu : Ww - Ws 22



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Parameter Sifat Fisik Wn Natural density  Ww - Ws Dry density 



Wo Ww  Ws



Ww Ww  Ws  Wo   Wn  Ws  Apparent density  Water density



Saturated density 



 Wo   Wo  Ws  True density  Water density 23



 Wn - Wo  Natural water content    x 100% Wo    Ww - Wo  Saturated water content    x 100% Wo    Wn - Wo  Degree of saturation    x 100% Ww Wo    Ww - Wo  Porosity - n   x 100%   Ww - Ws   n  Void ratio    1 - n  Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



II. Uji Kecepatan Ultrasonik



24



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Manfaat • Memprediksi kuat tekan batuan



• Memprediksi rekahan atau pori dalam batuan • Kemampugalian batuan ditentukan juga oleh karakteristik dinamiknya, karena perjalanan gelombang akibat benturan mata bor dan gigi-gigi alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.



• Salah satu dasar penentuan loading density (muatan bahan peledak per volume target pembongkaran)



25



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Cara Pengujian



Peralatan dan Perlengkapan • PUNDIT (Portable Unit NonDestructive Digital Indicated Tester), untuk mengukur waktu tempuh gelombang ultrasonik • Gemuk, untuk menutup poripori di permukaan kontak contoh 26



1. PUNDIT disiapkan dengan memasang kabel tegangan, kabel emitter, dan kabel receiver. 2. Alat dikalibrasi menggunakan silinder standar kalibrasi yang telah diketahui waktu rambatnya. Permukaan bidang kontak silinder dilumasi sebelum ditempatkan di antara transduser (emitter dan receiver). Pundit dihidupkan kemudian dilakukan pengaturan agar waktu rambat yang tertera di layar sesuai dengan waktu rambat silinder pengkalibrasi. 3. Bidang kontak contoh yang akan diuji dilumasi, kemudian batuan diletakkan di antara transduser seperti pada gambar. PUNDIT dihidupkan dan waktu rambat gelombang primer yang tertera pada layar dicatat. Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Parameter Sifat Dinamik Batuan yang Didapatkan dari Uji Kecepatan Ultrasonik • Cepat rambat gelombang primer (Vp) Vp = L/tp • Cepat rambat gelombang sekunder (Vs) Vs = L/ts • Modulus geser dinamik (Gdyn) Gdyn = .Vs2 • Poisson‟s ratio (dyn) dyn =



1−2



𝑣𝑠 𝑣𝑝



2 1−



𝑣𝑠 𝑣𝑝



2 2



• Modulus Young dinamik (Edyn) Edyn = 2 (1+) G • Modulus Ruah (K dyn)  K dyn = (3𝑣𝑝 2 - 4𝑣𝑠 2 ) 3 • Konstanta Lame ()  =  (𝑣𝑝 2 - 2𝑣𝑠 2 ) 27



L = panjang contoh (m) tp = waktu yang dibutuhkan gelombang primer merambat sepanjang contoh (detik) ts = waktu yang dibutuhkan gelombang sekunder merambat sepanjang contoh (detik)  = bobot isi (massa per satuan volume) Satuan modulus dalam kg/cm2



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Contoh Hasil Uji Sifat Fisik (Melati, 2014)



28



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



III. Uji Kuat Tekan Uniaksial



29



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Manfaat







Uji UCS (Unconfined Compressive Strength) dimaksudkan untuk menentukan nilai kuat tekan uniaksial contoh batu dalam bentuk geometri regular. Tujuan utama pengujian ini untuk klasifikasi kekuatan dan karakterisasi batuan utuh.







Mengetahui perilaku batuan







Memperoleh parameter elastik untuk memprediksi deformasi akibat tegangan



30



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Spherical seat



Steel platen



Peralatan dan Perlengkapan • • • •



Alat uji kuat tekan, untuk memberikan gaya tekan pada contoh batuan Spherical seat, untuk mendistribusikan tekanan pada permukaan contoh batu Dial gauge, untuk menghitung regangan selama pengujian Stopwatch, untuk menghitung laju pembebanan 31



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Cara Pengujian 1. 2.



3.



4. 32



Contoh batuan diletakkan di tengah-tengah pelat dasar alat uji. Tiga unit dial gauge dipasang untuk mengukur perpindahan selama pembebanan, 1 unit untuk mengukur perpindahan aksial, dan dua unit lainnya untuk mengukur perpindahan lateral. Mesin hidrolik dihidupkan untuk menggerakkan piston sehingga menekan pelat ke bawah. Ketika pelat menyentuh bidang kontak contoh, bidang kontak disesuaikan agar rata dengan pelat penekan. Dial gauge diatur pada posisi nol.



5.



6.



Ketika jarum hitam pada alat pengukur gaya mulai bergerak meninggalkan titik nol, pembebanan aksial dimulai dan stopwatch dihidupkan. Deformasi aksial dan lateral dicatat saat jarum hitam pada alat pengukur gaya berada tepat di nilai-nilai tertentu, tergantung estimasi kuat tekan batuan.



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Mekanisme keruntuhan batuan menurut Uji Kuat Tekan



33



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Parameter Sifat Mekanik Batuan yang Diperoleh dari Hasil Uji Kuat Tekan







• •



34



Kuat Tekan Uniaksial (c) 𝐹 c = 𝐴 Modulus Young (E) Nisbah Poisson ()



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Contoh Hasil Uji Kuat Tekan (Melati, 2014)



35



Contoh



c (MPa)



E (Gpa)







beton



27.1



5.07



0.22



andesit



69.31



23.31



0.18



batulempung



21.48



4.22



0.33



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Penentuan Modulus Young  (MPa)



Average



σc σYP



 (MPa)



Δσ



σc σYP



Δε



e Axial (%)



Tangent 50% σc Δσ



 (MPa) σc σYP



Secant



Δε



e Axial (%)



50% σc Δσ Δε



e Axial (%) 36



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Penentuan Modulus Young 



Modulus Young Aksial, E (perbandingan delta tegangan aksial terhadap



regangan aksial akibat perubahan tegangan) contoh batu uji dapat ditentukan melalui salahsatu metode yang diterima dalam praktek



engineering. 



Modulus Young Tangent, Et, ditentukan pada tingkat tegangan sekian persen dari UCS. Biasanya pada tegangan 50% UCS.







Modulus Young Rata-Rata, Eav, ditentukan pada kemiringan rata-rata atau sekitar garis lurus miring proporsi dengan kurva tegangan regangan.







Modulus Young Secant, Es, biasanya diukur dari tegangan nol hingga suatu nilai persen tegangan dan umumnya sekitar 50%. 37



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Young



Hubungan Kekuatan dan Deformabilitas Batuan (Deere & Miller, 1966) (Bell, 1993)



38



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Young



39



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Young



40



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Young



41



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Nisbah Poission 



Nisbah Poisson: nisbah negatif regangan lateral terhadap regangan aksial pada material elastik yang mengalami tegangan uniaksial.







Dalam mekanika struktur terdeformasi, kecenderungan sebuah material untuk mengembang atau mengkerut di dalam arah tegak lurus terhadap arah pembebanan dikenal sebagai “efek Poisson”.







Nisbah Poisson: sifat mekanik yang berperan dalam deformasi suatu material elastik, digunakan dalam masalah-masalah rekayasa yang berasosiasi dengan deformasi batuan, misalnya dalam perhitungan analisa numerik tegangan.







Nilai Nisbah Poisson: 



   



42



Sangat jarang, nilainya negative atau > 0.5 Batuan isotropik: 0 - 0.5 Kebanyakan batuan: 0.05 - 0.45. Aplikasi rekayasa (keteknikan) : 0.2 - 0.3 Batubara: 0.25 – 0.346 Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Nisbah Poisson 



Dalam uji statik UCS atau triaxial untuk penentuan kekuatan atau deformabilitas sebuah batuan, nisbah Modulus Young terhadap Nisbah Poisson (E/) dari pelat besi penekan mengikuti kaidah berikut: 



Mendekati nisbahnya contoh batu untuk menghilangkan pengaruh yang tidak dikehendaki.







Besi baja, material yang sering digunakan sebagai pelat penekan, nisbah (E/) nya = 670; dan ini sungguhnya lebih besar daripada nisbahnya berbagai jenis batuan yang sering dijumpai.







Aluminum (E/ = 200) & brass/kuningan (E/ = 300) bisa jadi memberikan kecocokan (E/) yang lebih baik daripada besi baja, keduanya mudah rusak; untuk alasan tsb, maka lebih baik diperkeras dengan besi baja dan diameter yang sama dengan diameter contoh batu uji akan jauh lebih baik.







Dalam contoh batu uji silinder pada kondisi pembebanan unikasial, variasi regangan sirkumferensial atau radial dengan kenaikan tegangan aksial akan mulai deviasi dari linieritas saat transisi dari fase deformasi elastik linier ke fase „„stable crack propagation.‟‟ Atau, Nisbah Poisson suatu batuan akan tetap sepanjang fase deformasi elastik linearnya, mulai menaik karena adanya pengembangan rekahan baru atau rekahan lama.







Kebanyakan batuan, nisbah tingkat tegangan pembentukan awal rekahan terhadap UCS berada pada selang 0.3 - 0.5 UCS dan variasinya pada uji triaksial 0.36 - 0.6. 43



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Nisbah Poisson Batuan H. Gercek. International Journal of Rock Mechanics & Mining Sciences 44/2007/1-13



44



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Types of Broken Rock Specimens Due to UCS Test Kramadibrata 1990 - L/D=2 Cataclasis



Homogeneous Shear



45



Axial Splitting



Combination Axial & Local Shear



Cone Failure



Homogeneous Shear



Splintery & Onion Leaves & Buckling



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kurva Tegangan Regangan Untuk Kekuatan vs. Deformabilitas



46



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Persamaan Konstitutif



47



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kuat Tekan Uniaksial (UCS)



UCS (MPa) Klasifikasi Bieniawski, 1973



Tamrock, 1988



Sangat keras



250-700



200 [7]



Keras



100-250



120 – 200 [6-7]



Keras sedang



50-100



60 – 120 [4,5-6]



Cukup lunak



-



30 – 60 [3-4,5]



Lunak



25-50



10 – 30[2-3]



Sangat lunak



1-25



- 10



48



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Classification of Rock Hardnesses (Attewell & Farmer 1976) Strength Classification



UCS (MPa)



Very weak



10-20



weathered and weakly-compacted sedimentary rocks



Weak



20-40



weakly-cemented sedimentary rocks, schists



Medium



40-80



competent sedimentary rocks; some low-density coarsegrained igneous rocks



Strong



80-160



competent igneous rocks; some metamorphic rocks and fine-grained sandstones



Very strong



160-320



quartzites; dense fine-grained igneous rocks



49



Typical rock types



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Elastisitas & Nisbah Poisson Untuk Batuan Isotropik Transversal (H. Gercek, 2006)



50



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Modulus Elastisitas & Nisbah Poisson Untuk Batuan Ortothropik (H. Gercek, 2006)



51



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kategori Nisbah Poisson



52



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Nisbah Poisson Berbagai Batuan



53



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Post Failure Behaviour 



For a realistic simulation of tunnel excavation and support and the determination of the required energy for rock excavation, the



rock mass behaviour including post failure behaviour must be known. 



The post-failure behaviour of a rock specimen can be obtained by performing the entire stress-strain performance of UCS test using stiffness compensated piston displacements







When a rock sample is tested at a constant loading rate, in general violent failure occurs when the peak strength is reached.







In case of inappropriate test control brittle rock specimen can fail violently at or shortly afterthe peak strength. This is influenced not by an inherent material property, but also the amount of energy stored in the test machine and the specimen. If, however,



displacement or strain is regarded as the independent variable, the failure of rock can be controlled, but a stiff load frame and electronic servo-controls are required in order to observe the post failure behaviour of brittle materials. There are certain, mostly stiff and brittle rock types at which explosive failure can not be precluded without abstracting energy from the specimen. 



This circumstance was the reason to adopt a differentiation in two rock classes for the post-failure behaviour in unconfined compression







The Class II behaviour of rock is characterized by non-uniform failure, which agrees qualitatively with common experimental



observation, and shows not only class I but also class II behaviour depending on strength variation of springs. The elastic strain of both class I & II rocks, tends to decrease in the post-failure region as the load bearing capacity deteriorates.The remarkable difference between class I & II categories is the magnitude of non-elastic strain. That is, if non-elastic strain increases faster that elastic strain decreases, then rock shows class I behaviour, and in the opposite case class II behaviour. In general, the non-elastic strain increases with confining pressure and in some cases, rock behaviour changes from class II to class 1 at higher confining pressure



54



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Tipikal Kurva Tegangan Regangan Batuan Kelas I & II



55



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Karakteristik Kurva Tegangan Regangan Pasca Runtuh untuk Batuan Lunak dan Batuan Kaku



56



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Bentuk pada UCS



L/D=2



L/D=2.5



L/D=3



ASTM



Protodiakonov



57



 c(  D) =



c 0,222 0,778 + /D



8 c  c( = 2D) = 2 7 + /D Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Orientasi Contoh Batu Terhadap Bidang Perlapisan



58



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Skala pada UCS



UCS MPa 600 BASALTMAFIC



500



PORPHYRY GMD-U8 Ore GMD-U8 MULLOCK



400 300 200



Hoek & Brown (1980) 59



100 0 0 25 75 100 125 150 Mekanika Batuan50- Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh175 Diameter mm



Pengaruh Anisotropik pada UCS







Maximum failure strength is either at b = 0o or 90o and the minimum value usually is around b=30o, more precisely at (45-f/2) where f is the friction angle along the plane of weakness, fracture or sliding.







The shape of the curve between the uniaxial compressive strength (c) and the orientation angle, b; is designated as the „type of anisotropy‟‟ and is found to be generally of three types namely „U-shaped‟‟, „„shoulder shaped‟‟ and „„wavy shaped‟‟



60



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Anistropik pada UCS Devonian Slate & Graphitic Phyllite (Brown et al, 1977 & Salcedo, 1983)



61



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Anistropik UCS Pada Batuan Schist



62



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Penelitian tentang Uji Kuat Tekan Uniaksial di Laboratorium Teknologi Pertambangan, FT UNLAM 



Pengaruh Bentuk dan Ukuran terhadap Kuat Tekan Uniaksial Batulempung dan Batubara Formasi Tanjung (Hakim et. al., 2015)  Skripsi Hajar Bintara



63



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Penelitian tentang Uji Kuat Tekan Uniaksial di Laboratorium Teknologi Pertambangan, FT UNLAM 



Pengaruh Bentuk dan Ukuran terhadap Kuat Tekan Uniaksial Batulempung dan Batubara Formasi Tanjung (Hakim et. al., 2015)  Skripsi Hajar Bintara



64



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



IV. Uji Kuat Geser



65



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Manfaat 



Memperoleh parameter uji kuat geser untuk analisis kestabilan lereng tambang terbuka



Mohr-Coulomb Criteria (Linear) =C+σ  = C + σ tan f







Kuat geser adalah gaya internal melawan gaya yang dikenakan sepanjang bidang geser di dalam batuan itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan gaya-gaya luar.







Untuk menentukan kuat geser batuan dalam kondisi pembebanan normal di atas bidang geser yang memiliki koefisien gesek batuan () memerlukan 5 contoh batuan.







Setiap contoh batuan diberi beban normal yang berbeda () dan tegak lurus bidang geser untuk mendapatkan: garis kuat geser Coulomb (), kuat geser, sudut gesek dalam (f), kohesi (C)



66



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Ilustrasi aplikasi Uji Kuat Geser Displacement



F N 50



Fs



45



Area



40 35



ir



ip



30 25 20



15 10



55



67



50



45



40



35



30



25



20



15



10



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



5



Alat Uji Kuat Geser Langsung



68



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Contoh Data Hasil Uji Kuat Geser Perpindahan horizontal (mm}



FH{kN}



H {kPa}



Perpindahan vertikal {mm}



FN {kPa}



N {kPa}



58.42 55.88 53.34 50.80 48.26 45.72



0.00 2.30 2.90 3.20 2.90 2.42



0.00 85.29 107.54 118.66 107.54 89.74



14.15 14.22 14.40 14.30 14.17 14.02



3.53 3.53 3.53 3.53 3.53 3.53



130.90 130.90 130.90 130.90 130.90 130.90



43.18 4064 38.10 35.56 33.02



4.90 4.80 4.74 4.26 3.68



181.70 178.00 175.77 157.97 136.46



13.84 13.79 13.74 13.69 13.61



9.30 9.30 9.30 9.30 9.30



344.87 344.87 344.87 344.87 344.87



30.48 27.94 25.40 22.86 20.32



8.80 8.71 8.10 7.70 7.20



326.32 322.99 300.37 285.53 266.99



13.41 13.31 13.21 13.08 12.95



18.60 18.60 18.60 18.60 18.60



689.73 689.73 689.73 689.73 689.73



17.78 15.24 12.70 10.16 7.62



13.80 13.00 11.80 10.70 9.20



511.74 482.07 437.57 396.78 341.16



12.65 12.32 11.89 11.40 11.30



37.20 37.20 37.20 37.20 37.20



1379.46 1379.46 1379.46 1379.46 1379.46



69



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Maju Geser Balik geser



70



Perpindahan geser (mm)



Gaya geser, kg



Perpindahan normal ( x 0,01 mm )



0



0



0



1



90.72



21



2



90.72



20



3



90.72



21



4



113.40



24



5



90.72



20



6



90.72



20



7



90.72



21



8



90.72



19



9



90.72



19



10



90.72



20



10



0



0



9



45.36



13



8



45.36



12



7



45.36



13



6



90.72



17



5



90.72



16



4



45.36



12



3



45.36



12



2



45.36



13



1



45.36



12



0



45.36



12



Contoh Data Hasil Uji Kuat Geser



Normal Load = 82.05 kg Saw cut plane : circle - Length : 4.57 cm - Width : 4.57 cm - Area ( A ) : 16.410 cm2 Normal Stress : ( n ) = Pn /A = 5 kg/cm2



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Contoh Hasil Uji Kuat Geser Natural shear strength



Saturated shear strength



1400



1000



Peak



Peak



p = 728,68 + n tan 44,28o 1000



Shear strength (kPa)



Shear strength (kPa)



1200 2



R = 0,9368



800



Residual



600



s = 217,02 + n tan 40,74o



400



R2 = 0,8767



800



Residual



600



p = 105,92 + n tan 57,25o R2 = 0,9401



400



s = 108.64 + n tan 52,17o



200



R2 = 0.8903



200 0



0 0



200



400 600 800 1000 Norm al strength (kPa)



Puncak Peak



71



Sisa



1200



1400



0



200



400 600 800 Norm al strength (kPa)



Puncak Peak



Sisa



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



1000



Faktor Yang mempengaruhi Kuat Geser Batuan 



Faktor Intrinsik  







Faktor Extrinsik (environmental factors)     



   



72



Kohesi Sudut gesek dalam



Tegangan normal, Pre-existing cracks, Air, Mineralogi contoh batuan, Ukuran butiran, Kekasaran bidang geser, Laju perpindahan, Ukuran contoh uji Derajat kekompakan contoh batuan Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Ilustrasi Kohesi & Sudut Gesek Dalam 



Kohesi (c): tegangan geser yang diperlukan untuk menggeser batu



akibat tegangan normal nol. Hal ini akibat semata-mata dari kekasaran bidang geser atau bidang yang sudah disementasi. Pada kondisi sisa, kohesi turun drastis bahkan nol karena ikatan antar



butir terganggu atau rusak. 



Untuk memahami arti sudut gesek dalam (f), bayangkan sebuah blok seberat W berada diatas sebuah bidang miring halus dengan



luas kontak A. 



Blok tsb memiliki gaya penggerak akibat beratnya W sin q & gaya normal (N = W cos q). Koefisien gesek  memberi gaya penahan Fs. Simbol  adalah faktor internal ekuivalen dengan tan f. Sesaat blok meluncur kebawah, gaya penahan ekuivalen dengan gaya penggerak sehingga persamaan keseimbangannya menjadi







W sin q = tan f . (W cos q )







tan q = tan f



 



q= f Pada kondisi demikian, sudut bidang miring ekuivalen dengan sudut gesek dalam (f) mengingat kohesi = 0.



73



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Air dan Tekanan Pori pada Kuat Geser Batuan 



Saat air masuk kedalam sebagian atau seluruh pori contoh batu, keseimbangan tegangan



internal di dalam contoh batu akan dirubah dan konsekuensinya propagasi rekahan dapat menerus dan menurunkan karakteristik kekuatan batuan. 



Air tidak mengontrol karakteristik kekuatan untuk batuan kuat dengan UCS > 100 MPa, kecuali tekanan air pori yang juga menurunkan tegangan normal yang bekerja sehingga menjadi tegangan normal efektif & tentunya menurunkan kuat geser.







Batuan lunak dengan UCS < 25 MPa –mudstone, claystone & batuan lunak lainnya cenderung dipengaruhi kandungan air, khususnya C & f – berkaitan dengan komposisi mineralnya yang dapat dianggap reaktif atau tidak dalam mengikat air seperti monmorilonite dan kaolinite







Kehadiran air di dalam massa batuan menyebabkan bidang diskontinu sebagian tertekan sheingga menurunkan tegangan normal.







Laju geser pada permukaan basah lebih lambat daripada permukaan kering. 74



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan Tegangan normal 



Massa batuan pada umumnya mempunyai rekahan yang ditimbulkan oleh pembebanan sejak awal pembentukan batuan tersebut. Tegangan terkonsentrasi pada rekahan tesebut, sehingga kehadiran rekahan sangat mempengaruhi perilaku massa batuan. Dengan adanya faktor kekasaran bidang rekahan, maka kondisi tegangan normal konstan akan tidak realistik tercapai pada kondisi alami.







Selain itu, peristiwa geologi seperti gempa bumi memungkinkan terjadi perubahan beban normal terhadap massa batuan dan berpotensi membentuk bidang geser baru pada massa batuan.







Kuat geser, dalam hal ini kuat geser puncak, akan meningkat seiring peningkatan tegangan normal. Hal ini mengindikasikan bahwa bidang lemah pada kedalaman yang lebih dalam cenderung akan semakin kuat. Uji kuat geser harus dilakukan pada kondisi tingkat tegangan normal yang tidak melebihi batas elastisitasnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh deformasi yang disebabkan tegangan geser dan bukan oleh tegangan normal.



75



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Keberadaan Material Pengisi Pada Rekahan



a



Filled discontinuity



b



76



i



tebal material pengisi



amplitudo gelombang



c



d



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan Bidang geser dan material pengisi pada bidang geser 



Kuat geser dapat berkurang secara signifikan ketika sebagian atau seluruh permukaan tidak kontak secara



langsung melainkan ditutupi oleh material pengisi yang relatif lunak seperti lempung, kalsit dan lanau. Jika ketebalan material pengisi lebih besar dari amplitudo gelombang (undulation) permukaan geser, maka karakteristik geser akan ditentukan oleh kekuatan material pengisi (Gambar c dan d). Tetapi jika tinggi ketebalan material pengisi tidak melebihi amplitudo gelombang (undulation) permukaan geser (Gambar b), maka perilaku geser batuan akan lebih kompleks. Pada kondisi seperti ini, menurut Barton dan Choubey (1977), mekanisme pergeseran batuan akan mengalami dua tahap. Pertama, tegangan dan perpindahan hanya dipengaruhi oleh kekuatan material pengisi. Setelah terjadi perpindahan, permukaan bidang geser akan mengalami kontak sehingga kekuatan bidang diskontinu ditentukan oleh kekasaran dan kekuatan bidang geser



itu sendiri. Pada Gambar, model kekasaran yang digambarkan merupakan kekasaran permukaan geser dengan sudut kemiringan i pada proyeksi orde dua sehingga pada tegangan normal yang tinggi kekasarannya akan hancur dan sudut proyeksi orde satu akan menggantikan peran sudut proyeksi orde dua. 



Goodman (1970) mengatakan bahwa kuat geser rekahan akan turun dan menjadi sama dengan kuat geser material pengisi jika ketebalan material pengisi minimal 50 % lebih tebal dari amplitudo gelombang (undulation) 77



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengukuran Sudut Kekasaran Permukaan Geser Batuan (Patton,1966)



iII-3



iII-1 iII-2







iII-4 iI



Gambar menunjukkan contoh pengukuran sudut kekasaran permukaan i (roughness angle i) yang dilakukan oleh Patton (1966) pada permukaan geser batuan. Sudut proyeksi orde satu adalah sudut gelombang kekasaran yang utama (major undulation) pada permukaan geser batuan dan ditunjukkan oleh sudut iI, sedangkan gelombang-gelombang kecil dengan sudut yang lebih besar disebut sebagai sudut proyeksi orde dua dan ditunjukkan oleh sudut-sudut iII-1 sampai iII-4.







Menurut Barton (1973), pada tegangan normal yang rendah, sudut proyeksi orde dua memainkan peranan penting dalam menentukan kekuatan geser (sudut gesek dalam) batuan dan kuantifikasinya dinyatakan dalam (f + i). Dengan



meningkatnya tegangan normal, kekasaran orde dua akan hancur sehingga perannya digantikan oleh sudut proyeksi orde satu. Pada tegangan normal yang cukup tinggi kekasaran orde satu juga akan hancur sehingga perilaku kekuatan geser batuan akan lebih dipengaruhi oleh kekuatan batuan utuh (intact rock) daripada kekasaran permukaan geser.



78



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan Kekasaran Permukaan Geser 



Semakin kasar permukaan geser, semakin besar kekuatan geser batuan. Tetapi kekasaran ini akan berpengaruh hanya pada tegangan normal yang redah karena pada tegangan normal yang cukup tinggi permukaan geser akan hancur sehingga perilaku kekuatan geser batuan akan lebih dipengaruhi oleh kekuatan batuan utuh (intact rock) daripada kekasaran permukaan geser. Ladanyi dan Archambault (1970 & 1972) telah melakukan penelitian tentang batas pengaruh kekasaran permukaan geser terhadap kekuatan geser batuan.







Dari penelitian tersebut, diperoleh sebuah kriteria kuat geser batuan yang menunjukkan bahwa kekasaran permukaan geser batuan masih berpengaruh hingga pada batas perbandingan tegangan normal efektif yang bekerja pada permukaan rekahan dan kuat tekan uniaksial permukaan rekahan atau nilai (/JCS) sama dengan 0,15. Artinya bahwa kekasaran permukaan geser batuan masih berpengaruh hingga pada batas tegangan normal efektif yang bekerja pada permukaan rekahan batuan tersebut sekitar 15 % dari kuat tekan uniaksialnya







Menurut Grasselli (2001), kekasaran permukaan bidang diskontinu akan mempengaruhi kekuatan geser batuan pada tingkat tegangan normal hingga 20 % kuat tekan batuan. Tetapi tetap perlu diingat bahwa tegangan normal maksimumnya diusahakan agar tidak melebihi batas elastisitas batuannya 79



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Pengaruh Kekasaran Bidang Geser pada Sifat Kuat Geser F (kN) Fp Y



0,5 Fp



ks



n p



i



u (mm)



fi



m Dy



p



ci



(a) i



n



f



n



(c) σn h



i



p (b)



80



Dx



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



V. Uji Kuat Tarik



81



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Manfaat Uji Kuat Tarik (Tensile Strength) 



Memperoleh nilai kuat tarik batuan







Menganalisis ketidakstabilan pada batuan yang terjadi akibat adanya gaya tarik yang besar







Mengetahui karakter deformasi brittle atau ductile batuan (kuat tekan dibandingkan dengan kuat tarik)



82



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Kuat Tarik Tak Langsung – Brazilian Test σt 



2F πDt







t = Indirect tensile strength, MPa







D = Diameter, mm







F = Load, N







t = Thickness, mm (umumnya 1/3D)







UTS 0,5D



L



L D



D



D W2



W1



P P L > 0,7D a. Uji Diametrikal



118



D/W = 1.1 ± 0.05 b. Uji Aksial



P



D/ W =1.0 – 1.4 W = (W 1+W2)/2



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Peralatan



119



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Tipikal Model Failure Untuk Valid dan Invalid Test Valid diametrical test



Valid axial test



Valid block test



Invalid core test



120



Invalid axial test



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Point Load Index F Is  2 D F Is(50)  k 2 D



D k    50 



0.45



Is = Point load index, MPa F = Failure load, N D = Jarak antara dua konus penekan, mm c = 23 Is - Untuk diamater contoh 50 mm Jika Is = 1 MPa, indeks tsb tidak memiliki arti, maka penentuan kekuatan harus berdasarkan uji UCS 121



Mekanika Batuan - Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh



Hubungan UCS – PLI – Schmidt Hammer Term



UCS (MPa)



PLI (MPa)



Schmidt Hardness (Type L)



Field Estimate of Strength



Examples*



R5 Extremely Strong



>250



>10



50-60



Rock material only chipped under repeated hammer blows



fresh basalt, chert, diabase, gneiss, granite, quatzite



40-50



Requires many blows of a geological hammer to break intact rock specimens



Amphibolite, sandstone, basalt, gabbro, gneiss, granodiorite, limestone, marble rhyolite, tuff Limestone, marble, phyllite, sandstone, schist, shale



R4 Very Strong



100-250



4-10



R3 Strong



50-100



2-4



30-40



Hand held specimens broken by a single blow of a geological hammer



R2 Medium Strong



25-50



1-2



15-30



Firm blow with geological pick indents rock to 5mm, knife just scrapes surface



Claystone, coal, concrete, schist. shale, siltstone



R1 Weak



5-25



**