65BAB 3 Memahami Art Nilai Pancasila Dari Sejarah Budi Utomo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 3 Memahami arti nilai-nilai Pancasila dalam sejarah ke- Indonesia-an dalam peristiwa : 1. Sumpah Palapa 2. Budi Oetomo 3. Sumpah Pemuda



Gunawan Kartapranata, CC BY-SA 3.0 via Wikimedia Commons



1



Patih Gajah Mada dalam relief sejarah di Monas Pelajaran SD Kelas 4, Tema 5 Sub Tema 1, Mahapatih Gajah Mada Salah satu tokoh yang terkenal dari akhir masa kerajaan Hindu-Budha adalah Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada merupakan salah satu tokoh yang membawa kejayaan Kerajaan Majapahit. Patih Gajah Mada juga dikenal akan Sumpah Palapa yang diucapkannya. Apa tujuan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, ya? Yuk, kita cari tahu kisah asal-usul Mahapatih Gajah Mada! Kisah Gajah Mada Sebelum Menjadi Patih Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, yang letaknya di Jawa Timur. Bukan hanya rajanya, patih kerajaan itu juga terkenal, yaitu Patih Gajah Mada. Gajah Mada lahir tahun 1290.  Sejak masih muda, Gajah Mada sudah menjadi ahli bela diri dan ilmunya pun tinggi.



2



Saat berusia 19 tahun, Gajah Mada juga berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara, Raja Kerajaan Majapahit. Tahun 1319, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri. Sebelum menjadi Patih Majapahit, Gajah Mada pernah menolak tawaran Aryo Tadah. Aryo Tadah merupakan Patih Majapahit sebelumnya. Tahun 1329, Aryo Tadah menunjuk Gajah Mada untuk menggantikan dirinya menjadi Patih Majapahit. Namun penunjukkan itu ditolak Gajah Mada. Rupanya, alasan Gajah Mada menolaknya adalah karena ia ingin membuktikan lebih dulu pengabdiannya kepada Kerajaan Majapahit, teman-teman. Gajah Mada ingin menghentikan pemberontakan Keta dan Sadeng. Gajah Mada Menjadi Patih dan Mengucapkan Sumpah Palapa Gajah Mada diangkat menjadi Patih Majapahit pada 1334, teman-teman.



3



Ia diangkat menjadi patih setelah berhasil menghentikan pemberontakan Keta dan Sadeng. Nah, tahun 1336, Patih Gajah Mada mengucapkan sebuah sumpah yang terkenal, yaitu Sumpah Palapa. Sumpah Palapa itu berisi janji beliau yang tidak akan memakan buah palapa bila belum berhasil menguasai Nusantara. Sumpah Palapa itu berbunyi “Lamun humus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, isun amukti palap.” Dalam Bahasa Indonesia, bunyi Sumpah Palapa adalah “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa.” Tujuan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa adalah mempersatukan pulau-pulau di Nusantara. Berkat kegigihan Gajah Mada mempersatukan pulaupulau itu, Kerajaan Majapahit mencapai masa 4



kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Raja Hayam Wuruk sendiri memimpin Majapahit pada 1350 - 1389. O iya, dalam Kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa kekuasaan Majapahit hampir sama dengan luas wilayah Indonesia sekarang, loh. Bahkan, sampai ke negaranegara tetangga. Wah, artinya perjuangan Gajah Mada mempersatukan pulau-pulau Nusantara juga memengaruhi bersatunya wilayah Indonesia saat ini, teman-teman.  



5



STOVIA, Boedi Oetomo, dan Kebangkitan Pergerakan Nasional Hari Kebangkitan Nasional selalu diperingati pada tanggal 20 Mei. Peringatan tersebut tak lepas dari peranan para tokoh nasional dan juga organisasi Boedi Oetomo dalam membangkitkan semangat perjuangan bangsa untuk menuju kemerdekaan. Salah satu Kebijakan Politik Etis dari Belanda di bidang edukasi secara tidak langsung telah menciptakan perkembangan dalam pendidikan kaum bumiputera, seperti melahirkan tokoh-tokoh intelektual yang menggagas pergerakan nasional. STOVIA Pergerakan nasional diawali dengan didirikannya sekolah kedokteran Belanda, STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Di penghujung abad ke-19, berbagai wabah penyakit tersebar di Pulau Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah ini karena sangat mahal untuk mendatangkan dokter dari Eropa. Maka dari itu, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter-dokter yang berasal dari kalangan pribumi. STOVIA membebaskan biaya 6



pendidikan bagi mahasiswanya untuk menarik minat kaum bumiputera. Tidak hanya melahirkan dokter yang cakap dalam bidang kesehatan, STOVIA juga melahirkan tokoh-tokoh aktivis cendekiawan yang berintelektual. Aktivis-aktivis kritis ini membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia. Sebut saja dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka semua adalah para aktivis intelektual sekaligus pendiri Boedi Oetomo, yakni organisasi pertama di masa pergerakan nasional. STOVIA berperan menjadi tempat persemaian para remaja-remaja pribumi dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. Di sana mereka bertukar pikiran dan ide untuk memajukan bangsa ini serta bangkit dari keterpurukan kolonialisme pemerintah Hindia-Belanda. Boedi Oetomo Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti yang telah disebutkan tadi. Boedi Oteomo didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik. 7



Berdirinya Boedi Oetomo tidak terlepas dari peran dr. Wahidin Sudirohusodo, alumni STOVIA. Wahidin sebelumnya bertemu dengan dr. Sutomo dan Suraji untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah pertemuan tersebut dr. Sutomo pun mengadakan pertemuan secara nonformal dengan pelajar-pelajar STOVIA untuk membahas berdirinya organisasi yang bersifat nasional. Pertemuan itu pun membuahkan hasil yang positif, yaitu lahirnya “Perkumpulan Boedi Oetomo”. Boedi Oetomo selaku organisasi pelajar ini secara samarsamar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk masyarakat Tanah Air seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga agama. Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan. Karena hanya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan, beberapa anggotanya seperti dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar 8



Dewantara) keluar dari Boedi Oetomo sebab menginginkan gerakan yang lebih militan dan langsung bergerak dalam bidang politik. Namun, Boedi Oetomo tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk berjuang di bidang sosial-budaya dan pendidikan. “Biar lambat asal selamat daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”, itulah semboyan Boedi Oetomo yang menggunakan filsafat Pohon Beringin. Meski tumbuhnya lambat, semakin lama semakin besar, kokoh, dan rindang. Bangkitnya pergerakan nasional Meskipun Boedi Oetomo tidak langsung terjun ke bidang politik, namun semangat dan pemikiran para anggotanya telah menjadi pemicu api perjuangan untuk melepaskan bangsa ini dari jajahan kolonialisme. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya organisasi-organisasi yang juga berjuang di bidang politik secara diplomatis seperti Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, Muhammadiyah, dan masih banyak yang lainnya. Boedi Oetomo telah mengubah perjuangan bangsa Indonesia yang awalnya secara dilakukan secara fisik 9



menjadi perjuangan secara diplomatis. Boedi Oetomo juga mengubah perjuangan yang bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional. Terakhir, Boedi Oetomo telah memprakarsai satu hal yang paling penting, yaitu membangkitkan semangat nasional untuk mencapai Indonesia merdeka. Hari Kebangkitan Nasional 2021: Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh! Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-113 ini, tema yang diusung adalah “Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!”. Tema ini mengingatkan kita bahwa semangat kebangkitan nasional mengajari untuk selalu optimis menghadapi masa depan. Mari kita hadapi semua tantangan dan persoalan bersama-sama sebagai pewaris ketangguhan bangsa ini. Selamat Hari Kebangkitan Nasional Sobat SMP! Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP Referensi: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/budiutomo-20-mei-1908-awal-pergerakan-nasionalindonesia-menuju-indonesia-merdeka/



10



Buku Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1997 SUMPAH PEMUDA Sumpah Pemuda adalah ikrar pemuda-pemudi Indonesia. Ikrar ini digagas oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri oleh organisasi pemuda lainnya. Ikrar tersebut kemudian melahirkan sebuah sumpah yang dibawa pemuda-pemudi untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejarah Sumpah Pemuda Dalam buku Makna Sumpah Pemuda (2012) oleh Sri Surdaniyatun, sumpah pemuda berasal dari kata sumpah dan pemuda. Sumpah diartikan janji dan harus ditepati. Baca juga: Nilai-Nilai Penting Sumpah Pemuda Sehingga sumpah pemuda berarti janji para pemuda yang diucapkan saat kongres pemuda II di Jakarta, 28 Oktober 1928. Pada 1908, rakyat Indonesia mulai memiliki kesadaran untuk bersatu melawan penjajah. Di berbagai wilayah, pemuda Indonesia mulai membentuk perkumpulan dan menentang penjajah. Kemudian pada 1928, rasa kebangsaan Indoensia dan persatuan Indonesia mulai menjadi cermin dari rasa bangga, rasa 11



memiliki cita-cita tinggi untuk Indonesia merdeka. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email PPPI yang telah dijiwai oleh cita-cita perhimpunan Indonesia memiliki prakarsa untuk mengadakan kongres pemuda kedua. Di mana sebelumnya, pada kongres pertama di Bandung, PPPI meminta supaya semua organisasi pemuda mengadakan fusi. Lahirnya Sumpah Pemuda Dilansir dari situs resmi Museum Sumpah Pemuda, atas inisiatif PPPI, Kongres Indonesia Muda kedua (Kongres Pemdua II) dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda. Baca juga: Sumpah Pemuda, Menandai Periode Penegas Kemerdekaan Bangsa Indonesia Berikut ketiga rapat yang dilakukan di tiga gedung berbeda: Rapat pertama Rapat pertama dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Sabtu 27 Oktober 1928. Dalam rapat tersebut, Mohammad Yamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Rapat kedua Rapat kedua terjadi pada Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung OostJava Bioscoop membahas masalah pendidikan. Di mana 12



anak-anak harus mkendapat pengetahuan kebangsaan. Harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak-anak diwajibkan dididik secara demokratis. Rapat ketiga Rapat ketiga terjadi pada hari dan tanggal yang sama dengan rapat kedua, hanya saja pada sesi berikutnya berpindah ke gedung Indonesische Clubhuis Kramat. Pada rapat ketiga dijelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Dalam kongres terakhir ini sekaligus diumumkan rumusah hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan tersebut diucapkan sebagai sumpah setia, Sumpah Pemuda. Isi Sumpah Pemdua berbunyi sebagai berikut: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonsia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indoensia.



13



Para pahlawan negara kita melakukan berbagai upaya untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Upaya tersebut ada yang dilakukan melalui perjuangan fisik, namun ada pula yang melalui usaha diplomasi. Baik perjuangan fisik maupun diplomasi, semuanya membutuhkan semangat nasionalisme yang tinggi serta sikap pantang menyerah. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik Dalam jurnal yang berjudul Perjuangan Lasykar Rakyat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945, karya Dany Lapeba, dkk, disebutkan jika perjuangan fisik merupakan perjuangan yang dilakukan dengan menggunakan senjata atau mengandalkan kekuatan militer. Perjuangan fisik dilakukan lewat pertempuran. Selain itu, biasanya dalam perjuangan fisik 14



juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan. Dalam memerdekakan Indonesia, banyak pahlawan yang menggunakan perjuangan fisik untuk mengusir penjajah.



Pertempuran Lima Hari di Semarang Pertempuran ini terjadi pada 15 Oktober hingga 20 Oktober 1945. Pertempuran ini bermula dari tawanan Jepang yang kabur saat akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu. Sesaat setelah tawanan kabur, Jepang melakukan serangan mendadak bahkan tersiar kabar pula jika Resevoir Siranda atau cadangan air minum untuk warga Semarang telah diracun oleh Jepang. Dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara pergi untuk mengecek kebenaran soal kabar tersebut. Dalam perjalanan, tiba-tiba Jepang menembak Dr. Kariadi secara brutal. Para pahlawan Indonesia tidak terima karena Jepang tidak mau menghormati bahkan mengakui kemederkaan Indonesia. Akhirnya pertempuran di Semarang tidak dapat dihindarkan. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam pertempuran tersebut. Sebagai bentuk penghargaan, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama Dr. Kariadi diabadikan menjadi nama 15



rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi. Baca juga: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah Pertempuran Margarana di Bali Pertempuran ini juga dikenal dengan istilah pertempuran puputan, yang berarti pertempuran habis-habisan. Pertempuran Margarana terjadi pada 20 November 1946 dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Sebelum pertempuran ini terjadi, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946. Pertempuran ini dimenangkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya. Dua hari setelahnya, Belanda melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya di Tabanan. Belanda mengerahkan seluruh pasukan untuk mengepung dan menyerang Bali. Saat pertempuran tersebut terjadi, I Gusti Ngurah Rai menyerukan pertempuran puputan. Prinsipnya Belanda harus angkat kaki dari Bali, jika ingin Bali dalam kondisi aman dan damai. Pertempuran Medan Area Pertempuran ini terjadi pada 13 Oktober 1945. Pertempuran ini bermula dari aksi seorang penghuni hotel di Jalan Bali, Kota Medan yang menginjak lencana merah putih. Saat itu, para pemuda Indonesia di Medan bersatu dan melawan Sekutu serta NICA. Mereka bertempur untuk merebut gedung pemerintahan yang 16



diambil alih Jepang. Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya, Sekutu dan NICA mengarahkan kekuatannya untuk menyerang dan menduduki Kota Medan pada 10 Desember 1945.



17