77 Problematika Aktual Halaqah Jilid I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

77 PROBLEMATIKA AKTUAL HALAQAH Solusi praktis mengelola pengajian kelompok, ta’lim, usrah, dan mentoring



Satria Hadi Lubis



PRAKATA Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sholawat dan salam kepada teladan manusia, Nabi Muhammad saw, beserta para sahabatnya dan orang-orang sholih yang mengikuti risalah beliau. Buku berjudul 77 Problematika Aktual Halaqah ini ditulis karena banyaknya pertanyaan tentang cara mengatasi problem halaqah yang disampaikan pada penulis, baik secara langsung maupun melalui forum formal, seperti ceramah dan seminar, dimana penulis menjadi pembicaranya. Dari berbagai pertanyaan tersebut, penulis merasa perlu untuk membukukannya agar para aktivis dakwah memiliki tambahan rujukan dalam memecahkan masalah di halaqahnya. Penulisan buku ini juga juga dilatarbelakangi oleh kondisi saat ini yang menuntut para aktivis untuk lebih serius dalam berdakwah. Salah satunya dengan mengintensifkan pembinaan melalui halaqah, sebagai ajang pembinaan yang paling mumpuni dalam membentuk syakhsiyah Islamiyah (pribadi Islami). Halaqah adalah kelompok pengajian Islam dengan jumlah anggota terbatas (biasanya tidak lebih dari 12 orang). Beberapa aktivis dakwah ada yang menyebut halaqah dengan istilah pengajian kelompok, mentoring, ta’lim, usrah, tarbiyah, dan lain-lain. Apapun istilahnya, yang jelas halaqah sangat strategis untuk menumbuhkan kader-kader dakwah berkualitas. Hal ini sudah dibuktikan oleh berbagai kelompok pergerakan Islam (harakah) di seluruh dunia. Namun dalam realitanya, membina halaqah bukanlah pekerjaan mudah. Ada berbagai kendala dan persoalan yang menghadang perjalanan halaqoh. Sayangnya, persoalan itu acapkali kurang ditanggapi serius. Bahkan mungkin dibiarkan selesai dengan waktu. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil pembinaan yang kurang optimal. Oleh karena itu, di dalam buku ini penulis mencoba menawarkan solusi untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam perjalanan halaqah. Dengan harapan agar para pembaca –khususnya mereka yang akan atau telah membina halaqah—menjadi semakin terampil membina halaqah. Teknik penulisan buku ini disusun dengan gaya tanya jawab. Dimisalkan yang bertanya adalah seorang murobbi (pembina, ustadz, mentor, naqib) dalam halaqah. Dapat dikatakan buku ini disusun dalam perspektif murobbi yang mencoba menyelesaikan persoalan halaqahnya. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca seolah-olah menjadi murobbi dan merasa dekat dengan persoalan-persoalan yang terdapat di halaqah. Mudah-mudahan hal itu membuat pembaca menjadi termotivasi untuk menjadi murobbi yang lebih baik dan lebih peduli kepada mad’unya (peserta halaqah). Penulis juga berupaya membahas berbagai problem halaqah ini dengan pembahasan praktis serta menghindari teori yang bertele-tele. Disusun dalam enam bab, yang masing-masing bab membahas persoalan halaqah menurut objek atau waktu terjadinya problem. Buku ini juga disertai boks berisi kata kunci agar mudah diingat. Apabila para pembaca telah berkesempatan membaca buku ini, silakan beri penulis umpan balik. Umpan balik para pembaca begitu penting sehingga penulis merasa perlu memasukkan Formulir Umpan Balik pada akhir buku ini. Anda bisa



mengirimkannya melalui faks ke Lembaga Manajemen LP2U (021) 53678452, atau email: [email protected]. Bagi pembaca yang ingin berkonsultasi atau mengikuti pelatihan yang khusus membahas apa yang disampaikan buku ini, silakan menghubungi kami di Lembaga Manajemen LP2U Jl. Anggrek Nelimurni Blok B No. 12 Slipi – Jakarta Barat Telp. (021) 5494719. Akhirnya, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku ini. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Kingkin Anida, isteri setia yang selalu memberikan dukungan dan masukan berharga. Juga kepada Bang Tizar –orang yang jauh di mata, dekat di hati-- dan rekan-rekan lainnya yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Ittaqullaha haqqo tuqotihi. Selamat beraktivitas!



Satria Hadi Lubis



DAFTAR ISI Kata Pengantar H.M.Ihsan Tanjung Prakata Bab I - Problem Rekrutmen 1. Enggan Membina Halaqah 2. Tidak Percaya Diri Untuk Membina 3. Kurang Mampu Merekrut 4. Ketiadaan waktu untuk merekrut 5. Tidak bertahan lama dalam membina 6. Prioritas orang yang perlu direkrut Bab II - Problem Di Awal Pembinaan 7. Gugup di awal halaqoh 8. Cara menarik simpati 9. Cara menumbuhkan kepercayaan 10. Cepat memahami pribadi peserta 11. Memproritaskan halaqoh 12. Menghilangkan kebiasaan merokok 13. Kendala tempat pertemuan 14. Kendala waktu pertemuan 15. Masih pacaran 16. Dilarang orang tua ikut halaqoh 17. Mantan pecandu narkoba 18. Komposisi peserta terlalu heterogen 19. Tidak dapat membaca Al Qur’an Bab III - Problem Komunikasi 20. Mendominasi pembicaraan 21. Kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat 22. Memotong pembicaraan 23. Salah paham terhadap materi yang disampaikan 24. Pendengar yang buruk 25. Kurang antusias mendengarkan 26. Terlalu banyak bertanya 27. Bertanya di luar topik Bab IV - Problem Personal 28. Peserta jarang hadir 29. Peserta sering terlambat 30. Iri terhadap keberhasilan orang lain 31. Peserta yang mengantuk 32. Enggan berinfaq 33. Tidak melaksanakan tugas 34. Lambat memahami materi 35. Lambat mencatat materi



36. Emosi yang labil 37. Kurang lancar membaca Al Qur’an 38. Lemahnya ibadah harian 39. Sifat sombong dan ujub 40. Menyimpan kemarahan 41. Mengkultuskan murobbi 42. Ketahuan pacaran 43. Tidak memberi kabar jika tidak hadir 44. Tidak hadir dalam waktu yang lama tanpa kabar 45. Tidak hadir karena sibuk 46. Kekecewaan terhadap murobbi 47. Pindah tempat tinggal ke kota (negara) lain 48. Jenuh dan tidak tertarik lagi ikut halaqoh 49. Peserta yang baru dipindahkan 50. Peserta ingin menikah 51. Memilih jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan 52. Problem suami isteri Bab V - Problem Sistem 53. Tidak tercapainya sasaran tarbiyah 54. Materi tidak sistematis 55. Pengulangan materi 56. Disiplin kehadiran yang lemah 57. Sulit bekerjasama 58. Penyampaian materi yang kurang menarik 59. Keterbatasan media 60. Kesulitan mengetahui dan mengembangkan potensi peserta 61. Perkembangan pemahaman yang berbeda 62. Penanganan terhadap peserta yang berbeda pemahaman 63. Amniyah yang kendor atau kaku 64. Pelanggaran amniyah 65. Solid, tapi tidak produktif 66. Produktif, tapi tidak solid 67. Tidak solid dan tidak produktif 68. Suasana yang membosankan 69. Kreativitas dalam membina 70. Mengatasi konflik 71. Memindahkan peserta 72. Murobbi malas dan bosan Bab VI - Problem Keakhwatan 73. Enggan memakai jilbab 74. Tabaruj dalam penampilan 75. Lambat menikah 76. Bau badan yang mengganggu 77. Ingin berkarir



BAB I PROBLEM REKRUTMEN 1. Enggan Membina Halaqah Sebagai murobbi, apa yang perlu saya lakukan jika peserta enggan membina halaqoh? Peserta yang tidak mau membina halaqah perlu dimotivasi secara berulangulang tentang urgensi membina. Anda dapat mengemukan beberapa urgensi membina halaqah di bawah ini: 1. Membina halaqah adalah kewajiban syar’i Menuntut ilmu wajib hukumnya dalam Islam. Apalagi jika yang dituntut itu ilmu Islam. Cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah melalui halaqah, seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Menurut kaidah fiqih, jika pelaksanaan kewajiban membutuhkan sarana, maka sarana itu menjadi wajib untuk diadakan. Logikanya, jika menuntut ilmu Islam itu wajib dan cara yang paling efektif menuntut ilmu Islam adalah halaqah, maka halaqah menjadi wajib diadakan. Halaqoh tidak bisa berjalan tanpa adanya dua pihak, pengajar (murobbi) dan peserta (mad’u). Karena itu, menjadi murobbi dan peserta menjadi wajib juga. Allah berfirman : “..Hendaklah kamu menjadi orangorang robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (QS. 3 :79). Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan setiap muslim menjadi murobbi (mengajarkan Al Kitab) dan sekaligus menjadi peserta halaqah (mempelajari Al Kitab). Tidak boleh hanya mau menjadi peserta, tapi tidak mau menjadi murobbi. Jadi kesimpulannya, setiap muslim wajib mengupayakan dirinya untuk menjadi murobbi. 2. Membina halaqah adalah sunnah Rasul Membina halaqah berarti melaksanakan sunnah Rasul, sebab Rasulullah saw senantiasa membina para sahabatnya dalam majelis zikir atau halaqah. Selama hidupnya, Rasulullah saw selalu membina halaqah, baik ketika di Mekah (contohnya di Darul Arqom) maupun di Madinah (contohnya majelis ta’lim di Masjid Nabawi). Jadi, membina halaqah adalah melaksanakan sunnah rasul. 3. Membina halaqah bisa mendatangkan pahala berlipat ganda Barang siapa yang mengajarkan Islam kepada orang lain maka ia akan mendapatkan pahala. Semakin efektif sarana pengajarannya, semakin berlipat ganda pahala yang akan didapatkan. Halaqah adalah sarana paling efektif untuk mengajarkan Islam. Karena itu dengan menjadi murobbi, seseorang akan meraih pahala yang berlipat ganda. 4. Membina halaqah adalah sarana untuk mencetak pribadi-pribadi unggul Nabi Muhammad saw adalah murobbi yang telah berhasil mencetak generasi terbaik sepanjang masa. Karena itu, dengan menjadi murobbi berarti kita telah



turut membina terwujudnya pribadi-pribadi unggul harapan umat dan bangsa. Sangat disayangkan jika seorang muslim tidak mau menjadi murobbi padahal ia sebenarnya sedang melakukan tugas besar dan penting bagi masa depan umat dan bangsa. 5. Membina halaqah merupakan sarana mempelajari berbagai keterampilan Dengan membina, seorang murobbi akan belajar tentang berbagai hal. Misalnya, ia akan belajar tentang bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, bergaul, mengemukakan pendapat, mempengaruhi orang lain, merencanakan sesuatu, menilai orang lain, mengatur waktu, mengkreasikan sesuatu, mendengar pendapat orang lain, mempercayai orang lain, dan lain sebagainya. Pembelajaran tersebut tak akan didapatkan di sekolah formal. Dari sisi manfaat, pembelajaran itu bukan hanya akan meningkatkan kualitas pembinaan selanjutnya, tapi juga bermanfaat untuk kesuksesan hidupnya di masa mendatang. 6. Membina halaqah adalah sarana meningkatkan iman dan taqwa Dengan menjadi murobbi, seseorang dapat meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah SWT. Secara psikologis, seseorang yang mengajarkan orang lain akan merasa seperti menasehati dirinya sendiri. Ia akan berupaya meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah seperti yang ia ajarkan kepada orang lain. Dampaknya, hidupnya akan menjadi tenang karena dekat dengan Allah dan terhindar dari kemaksiatan. 7. Membina halaqah adalah sarana merasakan manisnya ukhuwah Untuk mencapai sasaran-sasaran halaqoh, murobbi dituntut untuk bisa bekerjasama dengan peserta halaqah. Kerjasama ini akan mewujudkan jalinan ukhuwah Islamiyah di antara murobbi dan peserta halaqah. Betapa banyak orang Islam yang tak dapat merasakan manisnya ukhuwah. Namun dengan menjadi murobbi, seorang muslim akan mendapat kesempatan untuk merasakan manisnya ukhuwah. Dengan menjelaskan urgensi membina, Anda memotivasi peserta yang enggan membina agar mau membina. Khusus bagi peserta yang sudah lama halaqah, selain dengan memberikan motivasi, Anda juga perlu memberikan perintah yang tegas agar mereka mau membina. Anda perlu tegaskan kepada peserta yang sudah lama halaqah bahwa semua orang pada dasarnya berbakat untuk membina. Tak ada alasan untuk tidak membina walau seseorang telah gagal berulang kali dalam membina. Kegagalan bukanlah alasan untuk mengatakan ketidakbakatan terhadap sesuatu. Bahkan ia merupakan sarana untuk mengetahui jalan-jalan keberhasilan, termasuk jalan untuk berhasil dalam membina halaqah. Oleh karena itu, Anda perlu memberikan perintah yang tegas kepada peserta yang sudah lama halaqah untuk membina. Jika perlu, perintah tersebut disertai dengan target waktu kapan mereka harus membina. Selama waktu itu Anda melakukan evaluasi secara rutin tentang apa yang telah mereka upayakan untuk membina. Setelah waktunya habis, Anda dapat memberikan sangsi yang mendidik untuk mereka, misalnya kultum secara terus menerus selama belum membina, membayar denda uang dalam jumlah tertentu, menghafal Al Qur’an dan Hadits, atau mengajar anak-anak sebagai ajang latihan untuk membina. (Tidak mau membina berarti mengabaikan kesempatan menjadi orang besar)



2. Tidak Percaya Diri Untuk Membina Bagaimana mengatasi peserta yang tidak percaya diri untuk membina? Peserta yang tidak percaya diri untuk membina mungkin merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Kekurangan yang sering diungkapkan adalah kurangnya ilmu Islam, kurang lancar berkomunikasi, malu menghadapi banyak orang, kurang mampu memimpin, merasa belum baik (sholeh), merasa terlalu banyak dosa, dan takut gagal dalam membina. Namun sebenarnya kekurangan tersebut terlalu dibesar-besarkan olehnya, sehingga menutupi kelebihan yang dimiliki. Cara mengatasi peserta yang tidak percaya diri untuk membina adalah : 1. Menjelaskan kepadanya cara menumbuhkan kepercayaan diri, yakni dengan : - Meyakini bahwa setiap manusia adalah makluk Allah yang mulia dan memiliki banyak kelebihan - Memfokuskan diri pada kelebihan, bukan pada kekurangan - Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimiliki dengan cara belajar dan berlatih - Menumbuhkan kesadaran bahwa manusia bisa lebih baik dari yang ia duga - Menghindari alasan karena sebagian besar alasan adalah fiktif dan dibuat-buat - Meyakini bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan adalah penting - Melakukan persiapan dan perencanaan sebelum melakukan kegiatan - Meyakini bahwa kegalan adalah jalan kesuksesan - Meyakini bahwa Allah lebih cinta kepada orang yang mau memperbaiki diri daripada orang yang merasa sudah baik 2. Melatih peserta agar meningkat kepercayaan dirinya. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menugaskan ia untuk membuka/menutup acara halaqah, kultum (ceramah singkat), mengisi daurah, membina pengajian anakanak, mengisi halaqah di tempat lain, memimpin rapat, mengikuti atau memimpin diskusi kelompok. (Orang yang percaya diri mencari alasan untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri mencari alasan untuk tidak berbuat) 3. Kurang Mampu Merekrut Apa yang perlu dilakukan bila mnghadapi peserta halaqah yang merasa kurang mampu merekrut? Anda perlu meyakinkan peserta tersebut bahwa ia mampu merekrut. Merekrut adalah mempengaruhi orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya setiap orang selalu mempengaruhi orang lain. Namun hal itu sering tidak disadari. Karena itu, Anda perlu memotivasi peserta tersebut agar tidak menganggap rekrutmen sebagai aktivitas luar biasa dan sulit. Anda perlu meyakinkan dirinya bahwa rekrutmen adalah aktivitas biasa seperti yang biasa ia lakukan sehari-hari dalam mempengaruhi orang lain. Ia hanya tinggal mengubah kegiatan mempengaruhinya yang telah dilakukan tiap hari dengan memasukkan nilai-nilai Islam. Jelaskan juga kepadanya tentang cara mempengaruhi orang lain (akan dijelaskan pada problem nomor 8 dan 9 --Cara Menarik Simpati dan Cara Menumbuhkan Kepercayaan). Berikan juga kepadanya buku-buku fiqhud da’wah (cara berdakwah), khususnya tentang da’wah fardiyah (dakwah interpersonal). Bisa juga buku-buku tersebut dijadikan bahan diskusi untuk acara bedah buku di halaqah.



Setelah Anda memotivasi dan menerangkan cara merekrut, Anda juga perlu membuat program rekrutmen bersama. Tugaskan kepada setiap peserta untuk merekrut beberapa orang sampai batas waktu tertentu. Kalau perlu buat kesepakatan dengan peserta untuk memberikan sangsi bagi yang belum merekrut sampai batas waktu tertentu. Evaluasi perkembangan rekrutmen mereka setiap pertemuan halaqah. Beri motivasi dan jalan keluar jika mereka mengalami kesulitan merekrut. Hasil rekrutmen bisa dipegang (dibina) oleh yang merekrut atau diberikan kepada ikhwah lain. (Jangan anggap rekrutmen sebagai aktivitas luar biasa dan sulit. Ia sama dengan aktivitas mempengaruhi orang lain seperti yang kita lakukan tiap hari, hanya saja rekrutmen memasukkan nilai-nilai Islam) 4. Ketiadaan Waktu Untuk Merekrut Bagaimana sikap saya bila menghadapi peserta halaqah yang sangat antusias membina, tapi merasa tidak memiliki waktu dan kesempatan karena kesibukan di tempat kerja? Jika peserta merasa tidak memiliki waktu untuk merekrut karena kesibukan di tempat kerja berarti ia belum cukup jeli melihat peluang rekrutmen. Anda perlu menjelaskan kepadanya bahwa rekrutmen dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, walau waktunya sempit. Rekrutmen tidak hanya berarti mengajak orang lain kepada Islam dengan waktu khusus, tapi juga mengajak orang lain kepada Islam pada waktu sempit. Caranya adalah dengan menyampaikan nilai-nilai Islam sedikit demi sedikit. Mulai dari mengucapkan salam, lalu jika ketemu lagi dilanjutkan dengan menanyakan kabar. Seterusnya obrolan ringan dengan membicarakan nilai-nilai Islam yang mudah dipahami, diskusi tentang Islam, sampai akhirnya mengajak orang itu ikut halaqah. Sasaran rekrutmen juga bisa siapa saja, termasuk orang-orang yang dijumpai sesaat di mana saja. Jadi sebenarnya tidak ada alasan kurang waktu untuk rekrutmen, karena rekrutmen bisa dilakukan berangsur-angsur dengan memanfaatkan setiap peluang dan waktu yang ada. (Merekrut persis seperti menabung, sedikit tapi pasti) 5. Tidak Bertahan Lama dalam Membina Peserta di halaqah saya ada yang tidak pernah awet dalam membina halaqah. Apa sebabnya dan bagaimana caranya supaya awet dalam membina halaqah? Ada beberapa sebab mengapa halaqah tidak bertahan lama : 1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta 2. Murobbi sering tidak hadir 3. Murobbi tidak mampu memotivasi peserta 4. Peserta lebih memprioritaskan kegiatan lain 5. Peserta terlalu tergantung pada teman halaqahnya yang dianggap sebagai motivator Anda bisa meminta peserta yang tidak pernah awet membina tersebut agar menganalisa penyebabnya, kemudian memperbaikinya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki adalah : 1. Murobbi tidak mampu menarik simpati peserta



Cara memperbaikinya dengan mengubah sikap. Mungkin murobbi terlalu kaku, sombong atau menggurui. Ubah sikap itu dengan sikap yang lebih rileks, ramah, rendah hati dan persuasif. Pertemuan di awal-awal halaqah sangat menentukan untuk menarik simpati peserta. Karena itu, seorang murobbi harus bersikap simpati sejak awal. 2. Murobbi sering tidak hadir Cara memperbaikinya adalah dengan hadir lebih rutin. Kalau perlu tunda acara lain demi menghadiri pertemuan halaqah secara rutin. Murobbi hanya boleh tidak hadir jika ada uzur syar’i (alasan yang sesuai syar’i). Jangan sampai tidak hadir karena perasaan malas atau jenuh. Jika ia tidak hadir tanpa uzur syar’i berarti ia ingkar janji. Sebab seorang murobbi sejak awal sudah berjanji kepada peserta untuk menghadiri halaqah secara rutin. 3. Murobbi tidak mampu memotivasi peserta Cara memperbaikinya adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang mampu memotivasi orang lain. Belajarlah berbicara dengan semangat dan ekspresif. Selain itu, keteladanan juga sangat penting ketika memotivasi orang lain. 4. Peserta lebih memprioritaskan kegiatan lain Cara memperbaikinya dengan menjelaskan tentang pentingnya halaqah dan membuat aturan tentang kedisiplinan yang disepakati bersama (lihat problem nomor 11Memprioritaskan Halaqah). 5. Peserta terlalu tergantung pada peserta lain yang dianggap sebagai motivator. Hal ini dapat menjadi sebab ketidakawetan halaqah jika sang motivator tak lagi hadir di halaqah. Cara memperbaikinya dengan memberikan taujih (arahan) tentang pentingnya bersifat mandiri. Jangan tergantung pada orang lain untuk menuju kebaikan. Jika sang motivator pergi, murobbi perlu segera melakukan pendekatan kepada peserta lain untuk menjadi motivator pengganti bagi teman-teman satu halaqahnya. (Murobbi yang mampu menarik simpati, mampu memotivasi dan hadir secara rutin merupakan kunci awal suksesnya halaqah) 6. Prioritas Orang yang Perlu Direkrut Apa kriteria orang yang perlu diprioritaskan untuk direkrut? Sebenarnya setiap orang berhak untuk direkrut. Namun ada kalanya orang-orang tertentu perlu diprioritaskan untuk direkrut. Hal ini jika waktu orang yang merekrut terbatas atau ingin melakukan akselerasi dakwah di suatu tempat. Kriteria orang yang perlu diprioritaskan untuk direkrut adalah : 1. Orang yang memiliki sifat ikhlas, berani dan cerdas 2. Orang yang menjadi tokoh atau pemimpin masyarakat 3. Orang yang menjadi pejabat pemerintah/ atau pemimpin perusahaan 4. Orang yang berpendidikan tinggi 5. Orang yang memiliki kekayaan ekonomi Mereka ini perlu diprioritaskan karena perannya yang sangat besar untuk mempengaruhi orang banyak. Jika berhasil dibina, mereka akan menjadi agen perubah (agent of change) yang efektif bagi masyarakat. (Orang yang memiliki unsur perubah (agent of change) dalam masyarakat merupakan prioritas rekrutmen)



BAB II PROBLEM DI AWAL PEMBINAAN



7. Gugup di Awal Halaqah Ketika pertama kali mengisi halaqah, saya gugup dan merasa minder. Bagaimana cara mengatasi perasaan tersebut? Gugup dan minder di awal mengisi halaqah merupakan hal yang wajar. Bahkan murobbi yang “jam terbangnya” sudah lama masih mengalami perasan gugup dan minder ketika mengisi halaqah. Gugup merupakan reaksi alami dari diri karena berada di hadapan orang banyak dan suasana baru. Biasanya gugup dan minder juga terkait dengan kurang persiapan. Baik itu persiapan bahan materi yang akan disampaikan, maupun persiapan mental dan fisik. Murobbi yang siap dengan materi, mental dan fisik, tingkat kegugupannya akan jauh berkurang daripada murobbi yang tidak siap. Karena itu, sebelum mengisi halaqah siapkanlah materi yang akan Anda sampaikan. Siapkan juga mental dan fisik Anda. Jangan mengisi halaqah dengan jadwal mendadak. Hal itu dapat membuat mental Anda kurang siap. Juga kurangi kegiatan yang melelahkan sebelum mengisi halaqah agar ketika mengisi halaqah fisik Anda masih segar. Jika persiapan sudah cukup, tapi Anda masih merasa gugup dan minder, mungkin kiat praktis berikut ini bisa membantu : 1. Yakinkan diri Anda bahwa selama Anda masih beriman kepada Allah, Anda tidak boleh merasa gugup atau minder. Anda diperintah langsung oleh Allah untuk selalu percaya diri. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. 3 : 139). 2. Ingatkan diri Anda terus menerus bahwa Anda memiliki kelebihan dibandingkan peserta (Anda perlu lebih spesifik mengingat-ingat kelebihan Anda, misalnya : kelebihan Anda dalam pengalaman dakwah, dalam keahlian tertentu, dalam usia, dalam pendidikan, dan lain-lain). Jika muncul pikiran bahwa Anda juga memiliki kekurangan, segera buang pikiran semacam itu. Yakinkan diri Anda bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan, termasuk peserta di depan Anda. 3. Lakukan visualisasi tentang akhir yang sukses dari halaqah yang Anda isi. Misalnya, Anda memvisualisasikan di akhir halaqah, para peserta akan tersenyum puas mendengarkan penyampaian Anda. Mereka antusias untuk membicarakan pertemuan selanjutnya dan mengucapkan selamat kepada Anda dengan tulus. Visualisasikan sejelas dan senyata mungkin. Semakin jelas dan nyata visualisasi yang Anda lakukan, semakin membuat Anda percaya diri dan semakin hilang rasa minder Anda. 4. Bisa juga Anda melakukan visualisasi tentang peserta di depan Anda. Bayangkan mereka dengan bayangan yang lebih “rendah” daripada Anda. Misalnya, membayangkan mereka adalah bayi-bayi kecil yang lucu, anak-anak yang lincah, atau kakek nenek yang sudah uzur. Walaupun visualisasi semacam ini kedengarannya aneh dan lucu, tapi ternyata pernah dilakukan oleh para pembicara kondang dan hasilnya cukup ampuh untuk menghilangkan rasa gugup dan minder.



5. Untuk menghilangkan kegugupan, sebagian murobbi melakukannya dengan cara tidak memandang peserta. Cara ini salah dan justru membuat semakin gugup. Pandanglah mata peserta satu per satu secara merata, acak dan tidak terlalu cepat. Pandanglah mereka dengan pandangan yang ramah dan bersahabat. Hal ini akan mengurangi rasa gugup Anda dan membuat Anda terlihat percaya diri di hadapan peserta. Jika Anda tetap gugup untuk memandang peserta, pandanglah bagian atas batang hidung mereka. Niscaya mereka tidak tahu perbedaannya. Mereka menduga Anda tetap menatap mereka. 6. Agar kegugupan Anda tidak terlihat, jangan terlalu banyak melakukan gerakan non verbal, misalnya dengan menggerakan tangan atau kaki, meremas ujung kertas atau memutar-mutar pena Anda. Ingatkan pikiran Anda agar jangan terlalu banyak bergerak. Selain hal itu akan membuat Anda terlihat gugup dan gemetaran, juga akan mengganggu konsentrasi perhatian peserta. 7. Untuk menghilangkan kegugupan, bisa juga dengan melakukan tarikan napas panjang. Kalau perlu lakukan berulang-ulang sampai hati Anda merasa lebih tenang. 8. Berdoalah kepada Allah agar Anda sukses mengisi halaqah. Berdoalah agar Allah membantu mengatasi kegugupan dan minder Anda. Luruskan niat bahwa Anda melakukan hal ini semata-mata untuk mencari ridho Allah, bukan karena yang lain. (Kegugupan akan berkurang bersamaan pengalaman)



dengan banyaknya



persiapan dan



8. Cara Menarik Simpati Apa yang perlu saya lakukan untuk menarik simpati peserta halaqah? Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menarik simpati peserta halaqah, yaitu cara jangka pendek dan cara jangka panjang. Cara jangka pendek adalah cara agar peserta simpatik kepada Anda dengan cepat dan pada “pandangan pertama” di awal halaqah. Cara ini bersifat sementara, tapi penting dan sangat menentukan keberlangsungan perjalanan halaqah selanjutnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya: 1. Tampillah dengan pakaian yang bersih dan rapi, serta sesuai dengan latar belakang peserta. Utamakan memakai baju yang memberi kesan “ustadz”, seperti memakai baju koko, gamis, sorban, peci, dan sebagainya. Tapi jangan memakai pakaian yang terlalu “berat”, sehingga peserta merasa minder terhadap Anda. Boleh juga memakai wangiwangian untuk menghilangkan bau badan Anda. 2. Perbanyaklah senyum. Senyum membuat Anda terkesan ramah dan bersahabat. Seyumlah dengan tulus, bukan senyum yang dipaksakan. Buatlah hati Anda tersenyum, niscaya senyum Anda akan terlihat lebih tulus. 3. Untuk menarik simpatik peserta, banyaklah mendengar dan jangan terlalu mendominasi pembicaraan. Orang akan lebih simpatik kepada mereka yang pandai mendengarkan, bukan hanya pandai berbicara. 4. Tampillah dengan penuh percaya diri. Siapkan materi, mental dan fisik untuk berjumpa dengan mereka. Kalau perlu materi berikut dalil-dalilnya Anda hapal di luar kepala, sehingga terkesan Anda kompeten dan layak membina mereka. 5. Jika berjabat tangan, jabatlah tangan mereka dengan erat dan jangan dilepaskan sebelum mereka lebih dahulu melepaskan. Rasulullah saw juga melakukan hal ini untuk menarik simpati orang lain. Jabat tangan yang hangat adalah ketika telapak



tangan Anda menyentuh erat telapak tangannya. Jangan hanya sekedar menyentuh tangan, karena hal itu terkesan tidak tulus, tidak peduli atau tidak percaya diri. 6. Berbicaralah dengan lemah lembut dan sopan. Pembicaraan yang lembut dan sopan menunjukkan kedewasaan Anda dan penghargaan Anda kepada orang lain. Hindari kata-kata yang terlalu mengkritik dan menggurui. Apalagi mencaci atau menghina. Pada dasarnya orang tidak suka jika terlalu digurui dan dikritik. Jika ingin memberi kritik kepada peserta, sampaikan dengan kalimat sindiran atau kalimat pertanyaan yang membuat mereka berpikir untuk mencari jawabnya. Hal itu lebih menjaga harga diri peserta daripada Anda mengkritiknya secara langsung dan vulgar. Selain cara jangka pendek, Anda juga perlu melakukan cara jangka panjang untuk menarik simpatik peserta. Cara ini dilakukan simultan dengan cara jangka pendek. Cara ini akan membuat simpatik peserta kepada Anda lebih lama dan permanen. Cara jangka panjang hanya satu, yakni tumbuhkan kepercayaan peserta. Hanya dengan kepercayaan, orang dapat simpati kepada Anda secara permanen. Tanpa kepercayaan, simpati tidak akan bertahan lama dan mudah rapuh oleh kepentingan dan situasi. Bahkan kepercayaan akan membuat Anda lebih mudah mempengaruhi orang lain, sehingga mudah pula bagi Anda untuk meminta orang lain mengikuti keinginan Anda. (Simpati pada pandangan pertama menentukan keberlangsungan hubungan) 9. Cara Menumbuhkan Kepercayaan Apa yang perlu saya lakukan agar peserta cepat mempercayai saya sebagai murobbinya? Tidak ada cara cepat dan instan agar seseorang percaya kepada Anda. Anda membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kepercayaan peserta kepada Anda. Namun Anda dapat mengakselarasi kepercayaan tersebut jika Anda melakukan beberapa kiat berikut ini: 1. Memberikan keteladanan Biasanya orang akan percaya kepada mereka yang konsisten melakukan apa yang mereka katakan atau yakini. Para nabi dan para pemimpin dunia yang melegenda, seperti Umar bin Khatab, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, atau Hitler sekalipun, adalah orang-orang yang konsisten melakukan apa yang mereka yakini kebenarannya. Mereka rela berkorban apa saja, termasuk nyawa mereka sendiri, untuk mempertahankan konsistensi antara kata dengan perbuatan. Mereka mampu memberikan keteladanan. Karena itu, jadikan keteladanan sebagai dasar menumbuhkan kepercayaan peserta kepada Anda. Keteladanan merupakan cara yang paling efektif untuk menumbuhkan kepercayaan. Orang akan percaya kepada mereka yang mampu memberikan keteladanan (konsisten antara kata dengan perbuatan) daripada orang yang plin-plan dan berbeda antara kata dan perbuatannya. 2. Rajin memberikan “setoran” Yang dimaksud “setoran” adalah setiap tindakan yang dapat membuat peserta merasa simpati dan berhutang budi kepada Anda. Contoh “setoran” adalah menepati janji, meminta maaf, mengucapkan terima kasih, meminjamkan atau memberikan sesuatu, memberikan pertolongan, dan lain-lain. Jika Anda rajin memberikan “setoran”, secara otomotis peserta akan merasa simpati dan berhutang budi kepada Anda. Hal ini akan berdampak pada tumbuhnya kepercayaan terhadap Anda.



Namun perlu diingat, “setoran” harus diberikan secara ikhlas tanpa pamrih. “Setoran” yang diberikan secara pamrih akan membuat peserta merasa “ada udang, di balik batu”, sehingga bukannya kepercayaan yang Anda dapatkan, tapi malah ketidakpercayaan. 3. Terlebih dahulu percaya kepada peserta Kepercayaan kepada Anda tumbuh bersamaan dengan tingkat kepercayaan Anda kepada peserta. Anda tidak mungkin membuat peserta percaya kepada Anda, jika Anda sendiri tidak percaya kepada mereka. Kepercayaan harus timbal balik. Tidak hanya satu arah. Karena kepercayaan merupakan masalah hati. Isi hati akan terlihat pada sikap. Walaupun Anda berupaya menutupi isi hati Anda, namun akan terlihat juga melalui sikap Anda. Jika Anda tidak percaya kepada peserta, lama kelamaan ia akan mengetahuinya. Kemudian ia akan bereaksi serupa dengan Anda, yakni tidak mempercayai Anda. Karena itu, percayalah kepada peserta terlebih dahulu, niscaya ia akan mempercayai Anda. Salah satu cara untuk menunjukkan kepercayaan Anda kepada mereka adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada mereka. Terutama tugas yang mereka tahu hal itu merupakan wewenang Anda (misal tugas membuka dan menutup halaqah, tugas memimpin diskusi, tugas menghubungi ikhwah lain, tugas menggantikan Anda ceramah di tempat lain, dan lain-lain). Cara lainnya adalah dengan memberikan informasi “eksklusif” kepada mereka. Misalnya informasi tentang perkembangan dakwah yang tidak ada di media massa, informasi tentang diri Anda yang jarang diketahui orang lain, informasi tentang rencana Anda terhadap halaqah, dan lain-lain. Namun jangan sampai informasi yang Anda berikan merupakan informasi amniyah (keamanan) dakwah atau menceritakan aib seseorang. 4. Sabar menjelaskan pentingnya kepercayaan. Anda juga perlu dengan sabar menjelaskan pentingnya kepercayaaan. Peserta akan mempercayai Anda, jika Anda mampu menjelaskan dengan sabar mengapa mereka harus percaya kepada Anda. Sampaikan hal itu dengan berbagai dalil naqli (Al Qur’an dan Hadits) dan aqli (logis). Sampaikan hal itu dalam berbagai kesempatan, tapi dengan cara yang variatif. Selain itu, sampaikan juga manfat dan kerugian yang akan dialami jika ia tidak percaya kepada Anda. Namun perlu diingat, jangan sekali-kali Anda mencoba memaksa mereka untuk percaya kepada Anda. Cara paksaan hanya akan membuat mereka lari dari Anda. Kepercayaan tidak dapat dibangun dengan cara paksaan, tapi dengan cara persuasif. 4. Tunjukkan kompetensi di bidang agama dan dakwah. Kepercayaan juga tumbuh, jika Anda dianggap memiliki kompetensi di bidang agama dan dakwah. Hal ini amat penting terutama untuk peserta pemula. Karena itu, tunjukkan kepada peserta bahwa Anda memiliki kompetensi dalam agama dan dakwah. Contohnya, ketika memberikan materi sampaikan dalil-dalil yang Anda hapal di luar kepala. Sampaikan materi dengan menyertakan bahasa Arabnya. Bisa juga dengan menceritakan pengalaman Anda dalam dakwah. Namun jika Anda sendiri belum memiliki pengetahuan agama yang cukup dan belum memiliki pengalaman yang memadai dalam dakwah, jangan sekali-kali terlalu merendahkan diri di hadapan peserta. Tunjukkan saja sikap bahwa Anda akan sungguh-sungguh belajar untuk meningkatkan pengetahuan Anda. 5. Tampil dengan berwibawa. Penampilan tak boleh dilupakan dalam menumbuhkan kepercayaan. Penampilan terdiri dari cara berjalan, cara duduk, gerakan tubuh, ekspresi wajah, intonasi suara,



sampai dengan pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan. Atur agar semua itu nampak berwibawa dan kharismatis di hadapan peserta. Pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan perlu disesuaikan dengan pakaian atau perhiasan yang pantas dipakai oleh seorang murobbi. Misalnya, sering tampil di hadapan peserta dengan pakaian “ustadz” (baju koko, gamis, peci, dan semacamnya). Jangan tampil dengan pakaian semaunya. Apalagi dengan pakaian yang bertentangan dengan status Anda sebagai murobbi. Misalnya memakai celana jeans belel, kaos oblong yang kusam, atau kemeja yang terlalu ketat dan funky. Cara-cara menumbuhkan kepercayaan seperti yang disebutkan di atas tentu saja perlu Anda lakukan secara sungguh-sungguh, berkesinambungan dan simultan agar Anda dapat memetik hasilnya. Ingat hukum tanaman, hanya yang ditanam dan dipelihara dengan sungguh-sungguh yang akan dipanen. (Keteladanan kunci kepercayaan) 10. Cepat Memahami Pribadi Peserta Apa saja yang perlu dilakukan agar saya cepat memahami pribadi peserta? Cepat atau tidaknya memahami pribadi peserta tergantung dari tingkat interaksi Anda terhadap mereka. Semakin sering Anda berinteraksi dengan mereka, semakin cepat Anda memahami mereka. Begitu pun sebaliknya, semakin kurang interaksi Anda dengan mereka, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memahami mereka. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar cepat memahami peserta: 1. Minta peserta untuk menyerahkan daftar riwayat hidup (biodata). Kalau perlu contoh formulir biodatanya dari Anda agar Anda dapat memperoleh informasi sesuai kebutuhan Anda. Beberapa informasi pada biodata yang dapat dijadikan bahan untuk memahami pribadi peserta adalah riwayat pekerjaan, aktivitas, suku, hobi, jumlah saudara, pekerjaan orang tua, penyakit yang pernah diderita, riwayat tarbiyah, daftar hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai, dan lain-lain. 2. Ajak mereka untuk mabit, rihlah atau melakukan perjalanan jauh. Umar bin Khatab ra menganjurkan cara ini untuk memahami pribadi orang lain. Kegiatan tersebut perlu dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta dapat berekspresi secara bebas. Jangan dirancang terlalu formal dan kaku. Berikan juga waktu luang yang cukup agar Anda dapat mengetahui kecenderungan masing-masing peserta dalam mengisi waktu luang. 3. Pancing mereka untuk curhat (mencurahkan isi hati) kepada Anda. Caranya dengan terlebih dahulu menceritakan diri Anda dan kepribadian Anda apa adanya (kecuali aib) kepada mereka. Cara lainnya dengan secara terbuka menyampaikan kepada mereka bahwa Anda siap mendengarkan dan membantu persoalan mereka. Sampaikan juga bahwa Anda siap menyimpan rahasia pribadi mereka, jika memang itu diperlukan. 4. Beri mereka tugas tertentu yang sesuai dengan kepribadian yang ingin Anda ketahui. Misalnya tugas hapalan untuk mengetahui kemampuan daya ingat mereka, tugas kliping untuk mengetahui tingkat ketekunan mereka, tugas membedah buku untuk mengetahui daya analisa mereka, tugas mengisi dauroh untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri mereka, tugas dengan jadwal ketat untuk mengetahui tingkat stres mereka, dan lain-lain.



5. Kunjungi rumah atau tempat kerja mereka. Kondisi rumah dan tempat kerja dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Misalnya, jika di rumah atau di kamarnya banyak terdapat poster bintang film berarti pribadinya mungkin masih mencerminkankan pribadi bintang film tersebut. Atau jika meja kerjanya berantakan, mungkin menunjukkan kepribadian yang sembrono. 6. Perhatikan pakaian, isi tas, perhiasan dan asesoris kendaraan yang mereka pakai. Semua itu dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui keperibadian seseorang. Sebagai misal, jika ada stiker Islam di dalam mobilnya mungkin dapat mununjukkan ghirohnya terhadap Islam. Jika memakai cincin dengan lambang horoscope tertentu, mungkin pribadinya masih percaya dengan takhyul atau mitos. Anda bisa membaca buku-buku psikologi untuk menambah wawasan Anda mengenai kepribadian manusia dan hubungannya dengan apa yang disukai dan dikenakannya. (Memahami orang lain berarti menghargai mereka) 11. Memproritaskan Halaqah Bagaimana memberikan kesadaran kepada peserta agar ia memprioritaskan halaqah? Memperioritaskan halaqah berarti mengutamakan hadir untuk pertemuan halaqah dan jika jadwal halaqah berbenturan dengan acara lain, maka yang diutamakan adalah halaqah (kecuali jika uzur syar'i). Dengan memperioritaskan halaqah, peserta akan hadir secara rutin. Hal ini akan mempercepat akselarasi pembentukan fikroh (pola pikir) Islam dibandingkan jika peserta hadirnya tidak rutin. Selain itu, kehadiran yang rutin juga menunjukkan kesungguh-sungguhan peserta untuk mempelajari dan mengamalkan Islam. Namun bagi peserta pemula, mereka belum dapat memahami pentingnya memprioritaskan halaqah. Mereka sering menganggap halaqah tak ubahnya pengajian biasa yang pesertanya boleh hadir atau tidak. Mereka juga masih terbiasa dengan kegiatan-kegiatan yang orientasinya keuntungan jangka pendek atau yang sesuai mood (perasaan) mereka. Untuk menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya memperioritaskan halaqah, Anda perlu menyampaikannya secara sabar dan berulang-ulang. Baik melalui materi, diskusi maupun nasehat secara langsung. Sampaikan kepada peserta mengenai berbagai manfaat memprioritaskan halaqah dan konsekuensinya jika tidak memprioritaskan halaqah. Sampaikan juga apa yang disebut uzur syar'i dan bagaimana cara mengatur waktu agar jadwal halaqah tidak berbenturan dengan acara lain. Anda juga harus memberikan teladan tentang memprioritaskan halaqah. Keteladanan adalah cara yang paling ampuh untuk mempengaruhi orang lain. Anda sendiri harus memberikan contoh kepada peserta bahwa Anda mengutamakan halaqah daripada acara-acara lain. Suatu hal yang naif, jika Anda menuntut peserta untuk hadir secara rutin dan memprioritaskan halaqah, tapi Anda sendiri sebagai murobbi tidak hadir secara rutin dalam halaqah. Yang juga perlu diingat, jangan terlalu cepat menuntut peserta memprioritaskan halaqah. Memprioritaskan halaqah membutuhkan proses dan waktu yang lama. Jika Anda tergesa-gesa menuntut peserta memprioritaskan halaqah, mereka akan merasa terkekang, sehingga akhirnya hengkang dari halaqah.



Sebetulnya, proses penyadaran memprioritaskan halaqah akan sejalan dengan proses kepercayaan yang tumbuh pada diri peserta kepada Anda. Semakin percaya kepada Anda, semakin mudah bagi Anda untuk menuntut peserta memprioritaskan halaqah. Bahkan jika Anda betul-betul telah dipercaya oleh mereka, Anda boleh menerapkan sangsi terhadap mereka agar mau memprioritaskan halaqah. (Kesadaran untuk memprioritaskan halaqah harus dimulai dari Anda sebagai murobbi) 12. Menghilangkan Kebiasaan Merokok Bagaimana sikap saya jika ada di antara peserta halaqah yang masih merokok? Merokok merupakan kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan mental dan fisik. Secara mental, kebiasaan merokok membuat seseorang tergantung kepada sesuatu (rokok). Ketergantungan itu kadangkala sampai pada tingkat berlebihan, sehingga ia tak bisa melakukan aktivitas tertentu tanpa merokok. Ketergantungan berlebihan ini dapat membuat seseorang melakukan kesyirikan kecil. Selain itu secara fisik, merokok dapat membahayakan kesehatan. Para ahli kesehatan telah membeberkan sekian banyak penyakit yang dapat diidap karena rokok. Karena itu, seharusnya peserta tidak merokok. Sangat musykil jika seseorang yang ingin berislam dengan baik, tapi membiarkan kesehatan dirinya rusak. Lagi pula, bagaimana ia dapat menjaga dan memberi manfaat kepada orang lain kalau ia sendiri tak mampu menjaga dan memberi manfaat kepada dirinya sendiri dengan membiarkan kesehatan dirinya rusak karena rokok? Peserta yang masih merokok perlu disadarkan secara perlahan untuk berhenti merokok. Ia tidak bisa dipaksa untuk berhenti seketika. Sebab rokok bagaikan candu baginya, yang membutuhkan waktu untuk menghentikannya. Berikan pemahaman tentang bahaya merokok secara perlahan-lahan, tapi makan lama makin tegas. Kalau perlu, Anda juga memberikan terapi tentang cara menghentikan kebiasaan merokok. Berikan juga motivasi dan dukungan agar ia mau menghentikan kebiasaan merokoknya. Menurut para ahli, kebiasaan merokok dapat dihentikan jika ada kemauan yang besar dari pelakunya serta ada dukungan yang kuat dari lingkungannya. Kalau setelah diberikan pemahaman ia tetap merokok, Anda sebagai murobbi tidak bisa memaksanya. Apalagi mengeluarkan ia dari halaqah. Tindakan mengeluarkan seseorang dari halaqah gara-gara merokok merupakan tindakan kurang bijaksana. Berarti Anda bukan menyelesaikan masalah, tapi menyingkirkan masalah. Biarkan ia tetap dalam halaqah walau masih tetap merokok. Hanya saja marhalah (tingkat) halaqahnya tidak perlu dinaikkan. Mudah-mudahan dengan membiarkan ia tetap dalam halaqah, ada lingkungan yang senantiasa mengingatkannya untuk berhenti merokok. Mungkin suatu ketika, berkat hidayah Allah, ia akan berhenti dari kebiasaan merokok. (Sangat musykil jika seseoarng ingin berislam dengan baik, tapi membiarkan kesehatannya rusak karena rokok) 13. Kendala Tempat Pertemuan Bagaimana mengatasi peserta yang tempat tinggalnya berjauhan satu sama lain?



Tempat tinggal peserta yang berjauhan satu sama lain bukanlah penghalang dari terlaksananya halaqah. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengupayakan agar tempat halaqah berada di tempat strategis, sehingga mudah dijangkau oleh para peserta yang tempat tinggalnya berjauhan. Tempat tersebut bisa saja merupakan rumah Anda atau rumah salah seorang peserta. Bahkan jika tidak ada rumah yang strategis, bisa digunakan tempat-tempat umum, seperti mesjid, taman, dan semacamnya. Idealnya, tempat halaqah itu berpindah-pindah tempat, tapi jika situasi tidak memungkinkan karena tempat tinggal peserta berjauhan satu sama lain, tempat halaqah dapat ditentukan di satu tempat yang strategis dan mudah dijangkau. Jika pun ingin berpindah-pindah tempat dengan alasan agar tidak jenuh dan untuk lebih saling mengenal tempat tinggal satu sama lain, hal tersebut bisa dilakukan secara insidental, misalnya ditetapkan dalam sebulan tiga kali pertemuan di tempat strategis dan satu kali pertemuan di rumah salah seorang peserta yang kurang strategis. Kemudian bulan berikutnya, jatah satu kali pertemuan di tempat yang kurang strategis itu digilir ke tempat peserta lainnya yang juga kurang strategis, demikian seterusnya. Yang penting, Anda sebagai murobbi tidak memaksakan kehendak dengan menentukan tempat halaqah di tempat Anda atau di tempat yang mudah Anda jangkau, padahal bagi kebanyakan peserta tempat tersebut kurang strategis. Apalagi untuk halaqah dengan peserta pemula, maka Anda perlu lebih banyak mengalah mengenai penentuan tempat halaqah. Sebab mereka belum memiliki kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk menghadiri halaqah di tempat yang jauh. Musyawarahkan masalah tempat halaqah kepada peserta pemula dan biarkan mereka yang memutuskan. Jika halaqah sudah berjalan stabil dan peserta telah hadir secara rutin, barulah Anda mulai memotivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah yang jaraknya jauh. Anda bisa mengungkapkan tentang pahala besar yang Allah berikan kepada orang-orang yang menghadiri majelis zikir di tempat yang jauh. Bisa juga dengan menyebutkan kisah para sahabat dan para ulama yang mau bersusah payah untuk menghadiri majelis zikir walau jaraknya jauh. Bisa juga dengan menyampaikan bahwa orang yang memilih-milih majelis zikir (sebagai sarana berjuang di jalan Allah) hanya berdasarkan jaraknya yang dekat dapat terjerumus menjadi orang yang binasa dan berdusta, seperti yang Allah sebutkan di surah At Taubah ayat 42. “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: “Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu”. Mereka membinasakan diri mereka sendiri; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta” (QS. 9 :42). Tahap selanjutnya, Anda bisa mencoba untuk memindahkan tempat halaqah ke tempat yang jauh dan kurang strategis, misalnya ke rumah Anda atau ke rumah salah seorang peserta. Jika kehadiran mereka tetap konsisten, berarti mereka telah memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya halaqah. Namun jika setelah dipindahkan ke tempat yang kurang strategis kehadiran peserta menjadi berkurang, maka Anda jangan memaksakannya. Kembalikan halaqah ke tempat semula yang mudah dijangkau peserta. Lalu terus beri motivasi peserta agar mau hadir ke tempat halaqah yang jauh. Kemudian coba lagi di lain waktu untuk memindahkan halaqah ke tempat yang jauh. Jika kehadiran mereka berkurang, kembalikan lagi halaqah ke tempat semula yang mudah dijangkau dan beri motivasi lagi. Begitu seterusnya, sampai



akhirnya mereka betul-betul menyadari pentingnya halaqah dan tidak lagi mempersoalkan masalah jauh atau dekatnya tempat halaqah. (Tempat halaqah yang jauh akan terasa dekat, bila ada keikhlasan) 14. Kendala Waktu Pertemuan Bagaimana cara mengatur jadwal halaqah agar semua peserta dapat hadir? Bagi peserta halaqah pemula, mereka masih belum dapat membedakan mana kegiatan penting dan mana kegiatan kurang penting yang dapat dijadikan alasan untuk tidak hadir dalam halaqah. Seringkali kegiatan yang sebetulnya kurang penting, seperti kegiatan olahraga, menonton tivi atau rekreasi, bagi mereka lebih penting daripada menghadiri halaqah. Karena itu, Anda jangan memaksa mereka agar mengikuti jadwal Anda dalam menentukan pertemuan halaqah. Anda perlu mengalah dan membiarkan mereka yang menentukan jadwal pertemuan halaqah. Jika setelah dimusyawarahkan oleh peserta, ternyata ada sebagian kecil peserta yang tidak bisa hadir karena waktunya berbenturan dengan kegiatan yang dianggap penting oleh peserta tersebut, maka jadwal pertemuan dapat dibuat fleksibel (berubahubah). Sekali waktu sesuai dengan waktu yang dapat dihadiri sebagian besar peserta dan waktu yang lain disesuaikan dengan waktu yang dapat dihadiri oleh sebagian kecil peserta. Konsekuensinya, jumlah yang hadir juga akan berubah-ubah. Tapi hal ini dapat dimaklumi untuk halaqah pemula yang mengalami kesulitan dalam menentukan jadwal halaqah. Sambil halaqah terus berjalan, Anda lalu memberikan pengertian kepada mereka tentang apa yang dimaksud kegiatan penting yang dapat dijadikan uzur syar’i. Paling tidak ada tiga alasan yang membuat suatu kegiatan lebih penting daripada halaqah : 1. Jika kegiatan tersebut merupakan kegiatan mencari nafkah (bekerja) 2. Jika kegiatan tersebut bersifat mendesak dan darurat 3. Jika kegiatan tersebut merupakan tugas dari struktur dakwah yang lebih tinggi Kemudian Anda meminta kepada mereka untuk mempertimbangkan mana kegiatan mereka yang penting dan mana yang kurang penting sesuai dengan tiga kriteria di atas. Lalu minta mereka menentukan kembali beberapa alternatif jadwal halaqah yang waktunya tidak berbenturan dengan tiga kriteria diatas. Pilihlah waktu halaqah yang seluruh peserta bisa menghadirinya. Jika tidak ada, pilihlah waktu halaqah yang sebagian besar peserta bisa menghadirinya. Jadikan pilihan waktu itu sebagai jadwal rutin pertemuan halaqah dan minta mereka untuk tidak membenturkannya dengan kegiatan lain. Bagi peserta yang tetap tidak bisa menyesuaikan waktunya dengan jadwal halaqah yang telah ditetapkan, Anda memberikan mereka dua alternatif. Pertama, beri kesempatan kepada mereka menyesuaikan waktu kegiatannya yang berbenturan dengan jadwal halaqah hingga batas waktu tertentu. Dan selama waktu itu, ia boleh tidak menghadiri halaqah. Kedua, pindahkan halaqahnya ke halaqah lain yang jadwalnya lebih cocok untuk peserta tersebut. Alternatif kedua ini adalah alternatif terakhir, jika peserta tersebut tetap tidak bisa menyesuaikan waktunya dengan jadwal halaqah yang telah ditetapkan. (Manusia yang mengatur waktu, bukan waktu yang mengatur manusia) 15. Masih Pacaran



Bagaimana sikap saya menghadapi peserta yang masih pacaran? Islam melarang pacaran karena dampak negatifnya lebih banyak dari dampak positifnya. Semestinya taujih tentang hukum pacaran dalam Islam diberikan dalam halaqah, sehingga peserta mengetahuinya. Namun untuk halaqah pemula, taujih tentang pacaran jangan dilakukan pada pertemuan-pertemuan awal. Kecuali jika ada pertanyaan tentang pacaran dan itupun dijawab dengan sindiran saja, tidak perlu tegas. Hal ini karena peserta halaqah pemula masih awam terhadap ajaran Islam. Jika tema pacaran diberikan di awal halaqah, dikhawatirkan akan terjadi salah paham. Bisa jadi mereka menganggap ajaran Islam terlalu keras. Jika ada peserta yang masih pacaran di awal halaqah, Anda belum saatnya mempersoalkan hal itu. Sebab jika langsung dilarang, ia bisa ‘ngambek’ dan tidak mau datang lagi ke halaqah. Biarkan pemahamannya terhadap nilai-nilai dasar Islam tumbuh dahulu. Nanti ia sendiri yang akan mengintrospeksi dirinya apakah pacaran yang dilakukannya sesuai tidak dengan ajaran Islam. Jika materi tentang dasar-dasar Islam telah diberikan dan ia masih tetap pacaran. Barulah Anda memberi taujih tentang pacaran sebagai tema khusus. Lalu lihat reaksinya. Jika ia masih pacaran juga, maka Anda dapat menasehatinya secara langsung dalam pertemuan empat mata. Nasehati ia tentang dampak negatif pacaran. Beri ia jalan keluar untuk memutuskan pacarnya. Kalau perlu, Anda memberi waktu kepadanya untuk memutuskan pacarnya. Jika setelah dinasehati secara langsung ia masih terus pacaran, maka beri peringatan sebanyak dua kali lagi pada rentang waktu yang sama. Anda katakan padanya jika ia terus pacaran maka ia belum layak mengikuti halaqah. Karena halaqah adalah tempat bagi mereka yang serius mengislamkan dirinya. Lalu jika setelah diberi nasehat sebanyak tiga kali ia masih pacaran juga, Anda keluarkan ia dari halaqah dengan cara yang baik atau pindahkan ia ke pengajian umum. (Islam melarang pacaran, karena dampak negatifnya lebih besar daripada dampak positifnya) 16. Dilarang Orang Tua ikut Halaqah Bagaimana caranya menghadapi peserta yangdilarang orang tuanya mengikuti halaqah? Ada beberapa alasan mengapa orang tua melarang anaknya ikut halaqah: 1. Khawatir anaknya mengikuti aliran sesat 2. Khawatir mengganggu pelajaran atau pekerjaan anaknya yang dianggap orang tua penting 3. Jadwal halaqah berbenturan dengan waktu orang tua ketika membutuhkan anaknya Jika ada peserta yang dilarang orang tuanya ikut halaqah, Anda perlu memberikan pemahaman kepadanya bahwa halaqah adalah sarana menuntut ilmu Islam yang paling efektif. Dalam Islam, menuntut ilmu (Islam) itu wajib hukumnya. Menurut kaidah fiqih, jika untuk melakukan kewajiban dibutuhkan sarana, maka sarana tersebut menjadi wajib juga untuk diadakan. Jadi mengikuti halaqah menjadi wajib jika halaqah dipandang sebagai sarana yang paling efektif untuk memenuhi kewajiban menuntut ilmu Islam. Dalam Islam juga diajarkan bahwa mematuhi perintah orang tua ada batasnya. Yakni selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah dan tidak



berupa kemaksiatan. Allah memerintahkan setiap muslim untuk menuntut ilmu Islam dan halaqah adalah sarana efektif untuk menuntut ilmu Islam. Oleh sebab itu orang tua tidak berhak melarang anaknya mengikuti halaqah sebab halaqah merupakan sarana menuntut ilmu Islam yang merupakan kewajiban setiap muslim. Namun karena seorang anak perlu bersikap ihsan (baik) kepada orang tuanya, Anda perlu menganjurkan agar cara penolakannya harus sebaik mungkin. Lakukan dengan beberapa tahapan berikut ini: 1. Jelaskan kepada orang tua secara persuasif dan berulang-ulang pentingnya menuntut ilmu Islam dan pentingnya halaqah sebagai sarana efektif untuk menuntut ilmu Islam. 2. Jika orang tua belum mengizinkan juga, jelaskan secara lebih tegas bahwa anak dengan berat hati terpaksa tidak bisa memenuhi perintah orang tua untuk tidak ikut halaqah. 3. Jika orang tua masih melarang juga, anak dapat mengikuti halaqah secara diamdiam (tidak perlu memberitahu orang tua). 4. Kalau pun suatu ketika ketahuan masih ikut halaqah dan orang tua marah besar, anak harus tetap konsisten untuk ikut halaqah secara diam-diam. Biarlah kemarahan orang tua menjadi salah satu ujian yang akan menambah tabungan pahala di hari akhirat. (Halaqah harus diikut dengan atau tanpa izin orang tua) 17. Mantan pecandu narkoba Ada peserta di dalam halaqoh saya yang mantan pecandu narkoba. Bagaimana saya harus bersikap? Kondisi peserta yang pernah menjadi pecandu narkoba amat rentan. Ia mungkin saja bisa kembali lagi memakainya jika tidak ada kemauan yang kuat darinya. Oleh karena itu, Anda perlu memberikan motivasi padanya untuk benar-benar bertaubat meninggalkan narkoba. Anda juga perlu mengawasinya secara ketat dengan siapa dia bergaul dan bagaimana pergaulannya di luar halaqah. Sebab lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi seorang mantan pecandu narkoba untuk kembali atau tidak memakai narkoba. Anda perlu menasehati dia untuk tidak lagi bergaul dengan temanteman lamanya sesama pecandu narkoba. Ia harus betul-betul menjauhi diri dari teman-teman lamanya kalau mau sembuh. Selain itu, Anda juga perlu segera membantu permasalahannya jika ia ada masalah. Sebab jiwa seorang mantan pecandu narkoba masih labil dan tidak tahan dengan tekanan masalah. Kalau sudah tidak tahan bisa saja ia kembali lagi memakai narkoba. Karena itu, ia perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya. (Jiwa seorang mantan pecandu narkoba sangat rentan terhadap tekanan. Karena itu, ia perlu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya) 18. Komposisi peserta terlalu heterogen Saya baru membina sebuah halaqah, tapi pesertanya terlalu heterogen, baik dari sisi pendidikan, sosial, maupun pemahaman. Saya khawatir akan sulit menangani mereka. Bagaimana cara membina peserta halaqah yang terlalu heterogen?



Di awal berjalannya halaqah, peserta halaqah yang terlalu heterogen merupakan hal lumrah. Anda tidak perlu mempermasalahkannya. Yang perlu Anda lakukan adalah mengenal kebutuhan mereka yang beragam. Upayakan agar Anda dapat memenuhinya secara adil. Misalnya, pada pertemuan tertentu Anda memberikan materi aqidah untuk memenuhi kebutuhan sebagian peserta, tapi pada pertemuan berikutnya Anda memberikan materi dakwah untuk memenuhi kebutuhan peserta lainnya. Upayakan juga perhatian dan pelayanan yang adil. Jangan mengistimewakan beberapa orang yang Anda anggap memiliki potensi daripada yang lain. Sebab kadangkala yang dianggap memiliki potensi malah tidak bertahan lama di halaqah. Namun setelah beberapa waktu, halaqah yang terlalu heterogen perlu dipisahkan sesuai dengan tahapan kriteria sebagai berikut : 1. Persamaan marhalah (tingkat) pemahaman 2. Persamaan tempat tinggal 3. Persamaan lama tarbiyah 4. Persamaan usia 5. Persamaan pendidikan/latar belakang sosial Alasan pemisahan berdasarkan kriteria di atas adalah agar mereka dapat berkembang lebih maksimal. Tahapan kriteria di atas menunjukkan semakin ke atas semakin penting memisahkan peserta berdasarkan kriteria tersebut. Jika Anda tidak memiliki halaqah lain untuk menampung mereka sesuai dengan kriteria, Anda harus rela menyerahkan peserta ke murobbi lain yang memiliki halaqah lebih sesuai dengan kriteria. (Bila peserta halaqah terlalu heterogen, upayakan agar Anda dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan adil) 19. Tidak Dapat Membaca Al Qur’an Apa yang perlu saya lakukan jika di antara peserta halaqah ada yang belum mampu membaca Al Qur’an? Sebaiknya Anda mencari informasi terlebih dahulu siapa diantara peserta yang sudah bisa membaca Al Qur’an dan siapa yang belum. Jika ternyata ada satu atau lebih yang belum mampu membaca Al Qur’an, jangan memulai halaqah dengan tilawah Al Qur’an. Sebab hal itu akan membuat peserta yang tidak bisa membaca Al Qur’an menjadi minder. Mungkin ia tidak mau lagi datang ke halaqah pada pertemuan selanjutnya. Lalu untuk memotivasi peserta agar mau belajar membaca Al Qur’an, Anda bisa memberikan taujih tentang pentingnya tilawah Al Qur’an. Tawarkan kepadanya untuk belajar Al Qur’an dengan Anda atau belajar di tempat lain. Jika mereka sibuk, tawarkan untuk belajar dengan Anda pada waktu pertemuan halaqah. Jadi di dalam halaqah, ada acara khusus untuk belajar membaca Al Qur’an. Namun jika pesertanya hanya satu atau dua orang, sebaiknya waktunya dipisah dengan waktu halaqah agar tidak terkesan terlalu mengistimewakan peserta yang belum bisa membaca Al Qur’an. Setelah seluruh peserta bisa membaca Al Qur’an (walau masih ada yang terbatabata), barulah Anda membuat acara tilawah Al Qur’an secara bergilir di awal acara halaqah.



(Jika ada peserta yang belum bisa membaca Al Qur’an, jangan memulai halaqah dengan tilawah Al Qur’an secara bergiliran)



BAB III PROBLEM KOMUNIKASI



20. Mendominasi Pembicaraan Bagaimana cara mengatasi peserta yang selalu mendominasi pembicaraan di dalam halaqah? Ada beberapa sebab mengapa seorang peserta mendominasi pembicaraan dalam halaqah : 1. Ia memiliki kebiasaan banyak bicara. Kebiasaan ini ia lakukan dimana saja. Ciri orang semacam ini biasanya sering nyeletuk tanpa makna, berbicara keluar dari topik yang dibicarakan, berkomentar tentang sesuatu yang sudah dibahas atau yang sudah jelas. 2. Ia ingin terlihat pintar dan populer. Biasanya orang semacam ini terlihat dari katakatanya yang sering menyelipkan istilah-istilah ilmiah atau asing, berlebihan dalam menyampaikan data dan dalil, atau menambahkan data dan dalil dari pendapat orang lain. 3. Ia ingin mempengaruhi dan menguasai kelompok. Biasanya terlihat dari nada bicaranya yang memaksakan pendapat, mengajak berdebat, dan sering menyimpulkan pendapat orang lain. Sebagai murobbi, Anda perlu memahami terlebih dahulu apa yang menyebabkan seorang peserta mendominasi pembicaraan. Bisa saja ketiga sebab tersebut ada pada diri peserta. Setelah mengetahui sebabnya, Anda lalu memberi pengertian melalui taujih tentang adab berbicara dalam halaqah. Salah satunya tentang mengapa kita tidak boleh mendominasi pembicaraan dalam halaqah. Anda dapat menggunakan dalil naqli dan aqli untuk memperkuat argumentasi Anda. Berikan pengertian tentang adab berbicara ini berulang-ulang sampai peserta yang mendominasi pembicaraan menyadarinya dan merubah perilakunya. Jika setelah diberi taujih ternyata belum juga berubah, Anda perlu membuat mekanisme tentang tata tertib berbicara dalam halaqah. Misalnya, jika ingin berbicara harus terlebih dahulu izin dengan mengacungkan jari, setiap berbicara dibatasi waktunya, setiap peserta hanya mendapatkan giliran berbicara sebanyak satu atau dua kali, dan lain-lain. Mekanisme ini berguna untuk mencegah ada peserta tertentu saja yang mendominasi pembicaraan. (Mendominasi pembicaraan merupakan tanda dari orang yang kurang menghargai orang lain) 21. Kurang Percaya Diri dalam Mengemukakan Pendapat



Ada peserta di halaqah saya yang minder mengemukakan pendapat. Ia lebih banyak diam dan mendengarkan. Bagaimana kiat agar ia lebih aktif dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat? Peserta yang minder mengemukakan pendapat biasanya karena khawatir pendapatnya salah, sehingga akan ditertawakan atau dianggap remeh. Biasanya mereka juga termasuk orang yang kurang percaya diri. Mungkin pengalaman masa lalu membuat mereka trauma menyampaikan pendapat. Untuk mengatasinya, Anda perlu menciptakan lingkungan halaqah yang membuat peserta berani mengemukakan pendapat. Lingkungan seperti itu biasanya memiliki ciri sebagai berikut : 1. Apabila ada peserta yang mengemukakan pendapat atau bertanya, peserta lainnya tidak boleh mencemooh dan mentertawakan. 2. Apabila ada peserta mengemukakan pendapat atau bertanya, peserta lainnya harus mendengarkan dan tidak boleh memotong pembicaraan. 3. Anda sebagai murobbi perlu memberikan respon positif terhadap pendapat atau pertanyaan dari peserta. 4. Menghindari suasana yang menjurus kepada perdebatan. Apalagi kalau masingmasing pihak sudah emosi. Lebih baik tunda pembahasan tersebut di lain waktu, walau sebenarnya belum selesai. 5. Menghindari sikap menyalahkan secara langsung terhadap pendapat yang dikemukakan, walau pendapat tersebut memang salah. Lebih baik berikan argumentasi lain yang lebih kuat. 6. Sering memberikan dukungan dan pujian kepada peserta yang bertanya atau mengemukakan pendapat. 7. Memberikan waktu khusus kepada peserta yang jarang mengemukakan pendapat atau bertanya untuk berbicara. Kalau perlu, sebut namanya dan beri dukungan, misalnya dengan mengatakan bahwa halaqah membutuhkan kontribusi pendapatnya. Lingkungan yang cirinya seperti di atas membuat peserta yang minder akan berani mengemukakan pendapat. Kepercayaan dirinya bisa pulih dan ia tidak lagi takut menyampaikan pendapat. Sebaliknya, jika lingkungan halaqah jauh dari ciri-ciri di atas peserta akan takut mengemukakan pendapat. Bahkan boleh jadi, peserta yang tadinya berani dan percaya diri bisa berubah menjadi takut dan minder untuk mengemukakan pendapat. (Lingkungan menentukan keberanian orang untuk mengemukakan pendapat) 22. Memotong Pembicaraan Bagaimana mengatasi peserta yang sering memotong pembicaraan saya atau pembicaraan peserta lainnya? Ada beberapa sebab mengapa seseorang suka memotong pembicaraan orang lain, antara lain karena sulit konsentrasi mendengarkan pembicaraan orang lain, tidak sabar mendengarkan, merasa sudah tahu maksud pembicaraan, ingin segera menjawab, keinginan untuk dianggap pintar, dan ingin menonjolkan diri. Memotong pembicaraan sebenarnya hanya dapat dilakukan jika orang yang berbicara terlalu lama bicara, sehingga tidak memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk bicara. Atau jika pembicaraannya telah menyinggung perasaan orang lain. Namun pada dasarnya, memotong pembicaraan merupakan suatu kebiasaan



buruk karena kurang menghargai dan dapat menimbulkan salah paham tentang pesan yang disampaikan. Jika salah satu peserta ada yang memiliki tabiat seperti itu, Anda perlu memberikan taujih tentang dampak negatif memotong pembicaraan orang. Sampaikan hal ini berulang-ulang dalam berbagai kesempatan sampai kebiasaan memotong pembicaraan tersebut hilang. Jika setelah diberi taujih berulang-ulang ternyata kebiasaan buruk itu masih ada, Anda perlu bertindak tegas dengan meminta peserta tersebut untuk tidak memotong pembicaraan orang lain. (Memotong pembicaraan berarti memotong tali silaturahmi) 23. Salah Paham terhadap Materi yang Disampaikan Setiap saya memberikan materi seringkali ada peserta yang salah paham dalam memahaminya. Mengapa hal itu dapat terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya? Salah paham terhadap materi yang diberikan disebabkan adanya hambatan komunikasi antara Anda sebagai komunikator (pembicara) dengan peserta sebagai komunikan (pendengar). Hambatan komunikasi dapat terjadi pada diri komunikator, saluran yang digunakan, atau pada diri komunikan. Pada diri komunikator bisa disebabkan karena pemilihan kata yang sulit dipahami, suara yang kurang jelas atau terlalu cepat, uraian kalimat yang tidak sistematis, argumentasi dan contoh yang kurang, dan lain-lain. Pada saluran atau media yang digunakan biasanya hanya kebisingan yang patut diperhitungkan. Sedang sebab lain jarang. Hal ini karena pertemuan halaqah merupakan media tatap muka langsung, sehingga hambatan lainnya, seperti jarak, kurang berfungsinya alat yang digunakan, dapat ditiadakan. Hambatan komunikasi karena faktor komunikan bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain wawasan dan pengalaman yang kurang, sulit konsentrasi, pendengaran kurang baik, merasa sudah tahu sehingga tidak mau mendengarkan, dan mengantuk. Untuk memperbaiki kesalahpahaman dalam memberikan materi, Anda perlu memperbaiki kemampuan komunikasi Anda agar lebih efektif. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar komunikasi lebih efektif : 1. Gunakan pilihan kata yang mudah dimengerti Sesuaikan pilihan kata Anda dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya peserta. Jangan terjebak untuk memilih kata-kata yang asing di telinga mereka, walau bagi Anda sendiri kata-kata tersebut sudah biasa. Ingatlah, Anda sedang menyampaikan pesan, bukan sedang menjual kepandaian. Tak ada gunanya Anda memakai kata-kata yang kelihatannya canggih dan ilmiah tapi tidak dimengerti oleh pendengar Anda. Jika pun terpaksa menggunakan kata-kata yang baru dan asing, berikan penjelasan mengenai arti kata tersebut. 2. Berikan argumentasi yang cukup Ketika menyampaikan suatu pendapat, sertakan argumentasinya. Jangan hanya menyampaikan sesuatu sekedar kesimpulannya saja tanpa alasan yang kuat. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang apa yang Anda maksudkan. Argumentasi sebaiknya menggunakan dua perspektif. Pertama, argumentasi dari perspektif naqli (Al Qur’an dan Hadits), dan kedua, argumentasi dari perspektif aqli (logika). Kedua perspektif itu perlu Anda sampaikan agar pendapat Anda kuat dan dapat dipahami.



3. Tambahkan dengan ilustrasi atau contoh Penggunaan ilustrasi atau contoh mempermudah pendengar untuk memahami sesuatu, apalagi jika yang Anda sampaikan adalah konsep yang abstrak. Ilustrasi dapat berupa permisalan (seperti menjelaskan bagian-bagian dari ajaran Islam dengan sebuah rumah), gambar yang Anda buat di papan tulis, atau kisah fiktif. Sedangkan contoh bisa berupa peristiwa nyata yang dialami oleh Anda sendiri atau orang lain. Bisa juga merupakan contoh kasus yang sesuai dengan tema yang Anda sampaikan, atau alat peraga yang Anda tunjukkan di depan peserta. 4. Uraian yang sistematis Anda perlu menyampaikan materi secara sistematis, tidak berputar-putar atau melompat-lompat. Ada beberapa metode yang dapat Anda gunakan untuk menyampaikan materi secara sistematis, antara lain metode 5W-1H (What, Why, Who, Where, When, How), metode deduktif (mulai dari kesimpulan, lalu diuraikan data dan fakta pendukungnya), metode induktif (mulai dari data dan fakta, lalu disimpulkan), metode proses (input-proses-output), dan metode sintesa (memaparkan pernyatan yang saling bertentangan lalu dicari jalan tengahnya). 5. Ekspresikan dengan bahasa non verbal yang tepat Pesan menjadi efektif bila ditunjang oleh bahasa non verbal yang tepat. Bahasa non verbal (bahasa tubuh) terdiri dari gerak-gerik tubuh, mimik wajah, dan intonasi suara. Sesuaikan apa yang Anda sampaikan dengan bahasa non verbal yang wajar. Jangan berlebihan, tapi juga jangan terlalu kalem, sehingga tidak terlihat ekspresi bahasa non verbal Anda. Jika Anda merasa telah melakukan komunikasi efektif dengan menerapkan lima hal di atas, tapi ternyata masih ada peserta yang kurang memahami apa yang Anda sampaikan berarti masalahnya bukan pada Anda tapi pada peserta tersebut. Untuk mengatasinya, Anda perlu mengetahui apa sebabnya peserta tersebut sulit memahami materi yang Anda sampaikan. Beberapa sebab yang dapat dikemukakan disini adalah peserta tersebut mungkin termasuk pendengar yang buruk (sulit konsentrasi dalam mendengarkan pembicaraan orang), fungsi pendengarannya kurang baik, merasa sudah tahu sehingga tidak mau mendengarkan, dan mengantuk. (Agar salah paham tidak terjadi, tempatkan diri Anda di posisi orang yang Anda ajak bicara) 24. Pendengar yang Buruk Bagaimana cara mengatasi peserta yang kurang menyimak dan termasuk kategori “pendengar yang buruk”? Selain kemampuan berbicara, komunikasi efektif juga dipengaruhi oleh kemampuan mendengar. Setiap orang memiliki kemampuan mendengar yang berbeda-beda tergantung dari tipenya. Tipe pendengar ada lima, yaitu : 1. Pendengar mengabaikan Orang yang termasuk tipe ini sama sekali tidak mendengarkan apa yang dibicarakan. Bahkan seringkali tidak melihat kepada yang berbicara. Ia asyik dengan kegiatannya sendiri, seperti mencoret-coret, mengobrol, dan melamun. 2. Pendengar pura-pura Pendengar tipe ini terlihat seperti mendengarkan, karena matanya tertuju kepada si pembicara. Bahkan kadangkala ia bereaksi positif dengan apa yang dibicarakan, seperti mengangguk-angguk atau bergumam. Namun sebenarnya, ia tidak



mendengarkan sama sekali apa yang dibicarakan oleh pembicara. Ia asyik melamun dengan pikirannya sendiri. 3. Pendengar selektif Pendengar tipe ini mendengarkan hanya yang disukainya saja dari apa yang disampaikan pembicara. Konsentrasinya sering terpecah, sehingga ia tidak menangkap seluruh pesan yang disampaikan pembicara. 4. Pendengar atentif Pendengar tipe ini adalah pendengar yang lebih baik dari ketiga tipe pendengar di atas. Ia dapat berkonsentrasi mendengarkan seluruh pembicaraan. Namun fokus pendengarannya hanya pada bahasa verbal, dan tidak memperhatikan bahasa non verbal dari pembicara. Ia bisa saja memahami pesan yang disampaikan pembicara, tapi seringkali tidak empati terhadap apa yang disampaikan. 5. Pendengar empati Orang tipe ini bukan hanya memahami pesan yang disampaikan, tapi juga empati terhadap pesan tersebut. Hal itu karena ia bukan hanya mendengarkan seluruh bahasa verbal pembicara, tapi juga memperhatikan bahasa non verbal dari si pembicara, sehingga lebih menghayati pesan tersebut. Inilah pendengar terbaik. Pendengar yang menghargai orang lain, sehingga orang lain juga menghargainya dan mengakui pengaruhnya. Pendengar yang buruk bukanlah pendengar empati. Ia mungkin pendengar atentif, selektif, pura-pura, bahkan mengabaikan. Cara mengatasi pendengar yang buruk adalah dengan menjelaskan kepadanya dampak negatif dari kurang mendengarkan pembicaraan orang lain. Dampak negatif itu antara lain, terjadinya salah pengertian (miscommunication) yang dapat memicu konflik dan permusuhan. Selain itu, beri tahu juga kepadanya bagaimana caranya menjadi pendengar empati. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi pendengar empati adalah : 1. Tumbuhkan minat untuk mendengar Minat mendengar akan tumbuh jika seseorang menyadari manfaat mendengar, antara lain memahami pesan yang disampaikan, menghindari salah paham, menghargai, dan mempengaruhi orang lain. 2. Perhatikan bahasa verbal dan non verbal Memperhatikan bahasa verbal dan non verbal membutuhkan konsentrasi tinggi. Diperlukan kemampuan untuk menepis gangguan-gangguan yang terjadi saat mendengarkan, seperti keinginan melamun, kegaduhan lingkungan, dan kebosanan. Memperhatikan bahasa verbal membutuhkan konsentrasi pendengaran, sedang memperhatikan bahasa non verbal membutuhkan konsentrasi penglihatan. 3. Menjaga kontak mata dan posisi tubuh Untuk membantu konsentrasi mata dan penglihatan, sekaligus agar pembicara merasa lebih dihargai, menjaga kontak mata dan posisi tubuh dengan pembicara perlu dilakukan secara konsisten. Tatap mata pembicara sesering mungkin dengan pandangan yang menyiratkan penghargaan dan minat untuk mendengarkan pembicaraannya. Jaga juga posisi tubuh agar tetap menghadap kepada pembicara atau setidak-tidaknya condong kepadanya. 4. Merefleksikan bahasa verbal dan bahasa non verbal Merefleksikan berarti meniru bahasa verbal (kata-kata) dan bahasa non verbal pembicara sehingga pendengar seakan-akan menjadi bayangan atau cermin bagi pembicara. Namun hal ini bukan berarti meniru bahasa verbal dan bahasa non verbal pembicara secara persis sama dan pada waktu yang sama, tetapi meniru dengan cara yang sedikit berbeda dengan bahasa verbal dan non verbal pembicara dan dengan jeda



waktu yang tidak bersamaan. Misalnya, bila pembicara berkata, “saya senang” maka refleksi bahasa verbalnya adalah “ooo…Anda sedang bergembira” atau jika pembicara mimiknya sedih, maka refleksinya adalah menujukkan wajah yang sedih juga. 5. Tidak memotong pembicaraan Jangan memotong pembicaraan. Sebab hal ini hanya berakibat kepada kesalahpahaman dan terkesan tidak menghargai pembicara. Jika terpaksa harus memotong, gunakan dengan isyarat non verbal (misalnya dengan mengacungkan jari atau dengan melihat ke arah jam). Jika pembicara tetap bicara, hargai ia dan dengarkan terus apa yang disampaikan. 6. Mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti Jika pembicaraan telah selesai, ajukan pertanyaan bila ada hal-hal yang kurang dimengerti. Jangan malu untuk bertanya jika kurang mengerti. Kesalahpahaman dapat terjadi jika pendengar mencoba menyimpulkan apa yang dimaksud pembicara, padahal ada hal-hal yang belum dimengertinya. (Orang sukses bukanlah orang yang banyak bicara, tapi banyak mendengar) 25. Kurang Antusias Mendengarkan Bagaimana cara mengatasi peserta yang kurang antusias mendengarkan ketika saya menyampaikan materi karena ia merasa sudah tahu tentang materi itu? Peserta yang kurang antusias mendengarkan karena merasa sudah tahu tampak pada sikapnya yang kurang memperhatikan dan terkesan angkuh. Ini merupakan salah satu penyakit dakwah yang perlu diobati karena di dalamnya terkandung kesombongan dan ujub (kebanggaan pada diri sendiri). Lagi pula ajaran Islam adalah ajaran yang perlu disampaikan berulang-ulang, sehingga sudah sepatutnya pula perlu didengarkan berulang-ulang. Untuk mengatasinya, Anda perlu menyampaikan taujih tentang bahaya kesombongan dan apa saja karakteristik orang sombong. Salah satu karakteristik orang sombong adalah tidak mau mendengarkan pembicaraan orang lain, karena merasa sudah tahu. Sampaikan juga bahwa seringkali manusia bukan memperhatikan apa yang dibicarakan, tapi siapa yang bicara. Ini adalah penyakit komunikasi yang dapat merugikan orang itu sendiri, karena dapat terjebak pada figuritas tanpa bersikap kritis terhadap kebenaran yang disampaikan. Selain memberikan taujih, Anda juga perlu melakukan instrospeksi terhadap cara penyampaian materi Anda. Mungkin yang Anda sampaikan terlalu monoton dan kurang variatif, sehingga terkesan tidak ada yang baru dari apa yang Anda sampaikan. Sebenarnya Anda dapat memancing perhatian peserta dengan cara memberikan “sentuhan” baru terhadap materi yang Anda berikan. Misalnya dengan memasukan data, dalil, ilustrasi atau contoh baru. (Tidak mau mendengarkan orang lain karena merasa sudah tahu merupakan ciri orang yang sombong) 26. Terlalu Banyak Bertanya Bagaimana cara mengatasi peserta yang terlalu banyak bertanya pada pertemuan halaqah?



Terlalu banyak bertanya disebabkan beberapa hal, antara lain : 1. Keingintahuan yang besar Orang dengan tipe semacam ini bertanya dengan pertanyaan yang semakin lama semakin mendalam dan seringkali tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Ia juga seringkali bertanya tentang sesuatu yang tidak relevan lagi dengan kepentingannya. Untuk mengatasinya, Anda perlu bersikap tegas dengan menghentikan pertanyaannya sampai pada apa yang relevan untuk kepentingannya. Katakan padanya bahwa keingintahuan yang besar merupakan hal yang positif, tapi tidak semua yang ingin diketahui dapat sekaligus terjawab pada saat itu juga. Sebab bisa jadi kalau dijawab sekaligus malah membingungkan dan menjadi beban baginya, seperti ibroh yang terdapat pada kisah Khidr dan Nabi Musa as pada surah Al Kahfi ayat 60-82. 2. Suka berandai-andai Orang yang suka berandai-andai seringkali mengajukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena ia berandai-andai dengan sesuatu yang belum terjadi atau yang tidak mungkin terjadi. Cara mengatasinya adalah dengan menegurnya bahwa Nabi Muhammad saw sendiri tidak suka dengan orang yang suka berandai-andai karena akan mempersulit dirinya sendiri. Bahkan dapat berdampak pada kekufuran. 3. Menguji kemampuan Biasanya orang yang termasuk tipe ini, ketika bertanya tidak puas hanya dengan jawaban singkat. Biasanya ia menuntut data dan dalil yang beragam. Jika Anda tidak bisa menjawabnya, kadangkala ia yang malah menjawabnya. Untuk mengatasinya, Anda perlu memberikan taujih tentang adab bertanya. Salah satunya tentang kurang terpujinya maksud bertanya jika sekedar untuk mengetes orang lain. Sikap tersebut merupakan sikap pengecut, karena bisa menjatuhkan orang lain dengan cara yang curang. Orang lain tidak akan menaruh simpati kepada mereka yang bertanya padahal ia sudah tahu jawabannya dan hanya sekedar mengetes orang yang ditanya. 4. Menegaskan pendapat Pertanyaan orang tipe ini seringkali mengulang-ulang apa yang sudah jelas jawabannya. Ia kurang puas dengan jawaban yang kurang sesuai dengan pendapatnya, sehingga ia mengulangnya dengan harapan lama kelamaan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan jawaban yang konstan dan tegas, serta tidak terpengaruh dengan pendapatnya. Ia juga perlu diberikan penjelasan bahwa tujuan bertanya adalah untuk mencari kebenaran. Pendapat bisa saja benar atau salah. Orang yang bersikukuh dengan pendapatnya walau salah adalah orang yang takabur dan keras kepala. Ia dapat terjerumus pada kesesatan, seperti terjadi pada kisah Bani Israil yang terus bertanya kepada Nabi Musa as ketika diperintahkan untuk memotong sapi betina (QS. Al Baqarah : 67-74). Seorang muslim sudah sepatutnya menerima kebenaran walau tidak sesuai dengan pendapatnya. Orang yang selamat di dunia dan akhirat adalah orang yang bersedia menerima kebenaran dari siapa saja tanpa sikap keras kepala terhadap pendapatnya sendiri. (Malu bertanya sesat di jalan, terlalu banyak bertanya sesat pemahaman) 27. Bertanya di luar topik Bagaimana cara mengatasi peserta yang sering bertanya di luar topik materi yang disampaikan?



Peserta yang bertanya di luar topik biasanya karena ia mempunyai masalah yang mendesak untuk dipecahkan. Sikap Anda adalah melayani dan menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini karena sudah menjadi tugas Anda sebagai murobbi untuk membantu persoalan yang dihadapi peserta. Namun Anda tidak perlu menjawabnya dengan panjang lebar, sehingga banyak menyita waktu. Jawablah seperlunya. Jika ia kurang puas, ajak ia untuk membicarakan hal tersebut di luar forum. Namun ada juga peserta yang sering bertanya di luar topik materi karena keinginan untuk menonjol (populer), sehingga ia mencari-cari pertanyaan. Jika bahan pertanyaan tak ia dapatkan dari topik materi yang disampaikan, ia mencari-cari bahan pertanyaan lain walau tidak relevan dengan topik materi. Cara mengatasi peserta yang seperti ini adalah membuat aturan bahwa pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan topik yang disampaikan, kecuali bila ada masalah yang mendesak maka baru boleh bertanya di luar topik materi yang disampaikan. (Pandai mengatur hidup dimulai dari pandai mengatur pertanyaan)



BAB IV PROBLEM PERSONAL



28. Peserta Jarang Hadir Bagaimana cara memotivasi peserta halaqah yang jarang hadir? Peserta yang jarang hadir dalam pertemuan halaqah biasanya karena motivasi yang rendah. Ada dua faktor yang menyebabkan motivasi menjadi rendah, yaitu faktor orang itu sendiri (intrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Jika motivasi yang rendah berasal dari orang itu sendiri, maka hal itu bisa karena kurang menyadari pentingnya halaqah, kurang disiplin, pemalas, pembosan, dan kurang mandiri. Namun biasanya peserta yang jarang hadir tidak memberikan alasan sebenarnya saat ditanya. Mereka akan menjawab dengan seribu satu alasan yang sesuai syar’i tentang ketidakhadirannya dalam halaqah. Anda sebagai murobbi tentu perlu memahami bahwa sebagian besar alasan tersebut bukanlah alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya adalah kurangnya motivasi. Cara mengatasi peserta semacam itu adalah dengan memberikan motivasi agar mau hadir secara rutin. Anda juga perlu memberikan taujih tentang kiat meningkatkan motivasi terhadap diri sendiri (motivasi intrinsik). Kiat ini diberikan agar peserta dapat memotivasi diri sendiri untuk hadir dalam halaqah. Kiat tersebut antara lain : 1. Mengetahui manfaatnya Dengan mengetahui manfaat mengerjakan sesuatu, seseorang akan termotivasi untuk mengerjakannya. Kalau bisa, cari tahu manfaat dari mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan, niscaya akan semakin besar motivasi untuk melakukannya. Manfaat ini perlu dingat-ingat dan diyakini perolehannya agar motivasi tak pernah padam. 2. Hindari alasan Sebagian besar alasan adalah mengada-ada. Banyak orang yang berlindung pada alasan agar tidak melakukan sesuatu. Padahal kalau direnungkan alasan tersebut tidak tepat dan mengada-ada. Biasanya alasan mulai muncul ketika seseorang menunda melakukan sesuatu. Semakin ditunda semakin banyak alasan yang akan dibuat, sehingga semakin merasa logis untuk tidak mengerjakannya. Karena itu, jangan menunda pekerjaan agar alasan tidak sempat muncul. 3. Lakukan sekarang juga Semakin menunda untuk melakukan sesuatu, semakin menumpuk pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga semakin malas untuk mengerjakannya. Karena itu, lakukan sekarang juga walau dalam keadaan berat dan terpaksa. Sebab motivasi itu seringkali muncul bukan sebelum melakukan pekerjaan, tapi pada saat sedang melakukan pekerjaan. “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. At Taubah: 41) 4. Miliki sikap kemandirian Orang yang mandiri akan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu daripada orang yang tidak mandiri. Sebab orang yang mandiri sadar bahwa masa depannya tergantung pada dirinya sendiri bukan dari orang lain. Hal ini akan membuat ia



bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu tanpa melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Ia menjadi termotivasi melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Selain menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta, Anda juga perlu menumbuhkan motivasi ekstrinsik dengan mewujudkan lingkungan halaqah yang berciri : 1. Menghargai prakarsa dan kritik peserta 2. Berusaha memenuhi kebutuhan peserta 3. Membudayakan musyawarah/mufakat 4. Memberikan penghargaan/pujian 5. Mempercayai peserta 6. Memelihara sikap adil (tidak berat sebelah) 7. Memperkuat identitas bersama 8. Melakukan pengawasan secara wajar (tidak terlalu ketat) 9. Mendorong inisiatif dan kreativitas peserta Bila Anda berhasil mewujudkan lingkungan dengan ciri di atas, kemudian Anda juga rajin mengingatkan peserta untuk memiliki motivasi intrinsik, niscaya peserta yang tadinya jarang hadir akan menjadi lebih rajin untuk hadir dalam halaqah. (Jangan tunggu termotivasi, baru berbuat. Berbuatlah! Niscaya Anda termotivasi) 29. Peserta Sering Terlambat Apa yang perlu saya lakukan jika beberapa peserta halaqoh sering datang terlambat? Cara mengatasinya sama seperti yang harus dilakukan untuk menghadapi peserta yang jarang hadir tersebut di atas. Yakni dengan menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta dan menciptakan lingkungan yang dapat memotivasi peserta (motivasi ekstrinsik). Selain itu, Anda bisa juga membuat aturan atau sangsi yang tegas tentang masalah keterlambatan dan menjalankannya dengan konsisten. (Biasakanlah terlambat! Niscaya Anda biasa juga kehilangan kesempatan) 30. Iri terhadap Keberhasilan Orang Lain Salah seorang peserta pernah curhat (mencurahkan isi hati) kepada saya bahwa ia seringkali iri dengan keberhasilan orang lain. Bagaimana merubah sifatnya? Anda perlu menjelaskan kepadanya tentang hakekat iri. Iri adalah salah satu penyakit hati. Orang yang iri hatinya akan selalu gelisah terhadap keberhasilan orang lain. Ia mempunyai anggapan bahwa keberhasilan orang lain akan mempersempit peluang dirinya untuk berhasil. Paradigmanya tentang dunia seperti orang berebut kue. Jika orang lain mendapatkan kue, maka peluangnya untuk mendapatkan kue tersebut menjadi kurang. Karena ‘jatah’ kuenya berkurang, lalu ia menjadi iri terhadap keberhasilan orang lain. Padahal Allah telah menentukan takdir setiap orang bukan seperti paradigma berebut kue. Setiap orang pada dasarnya menjalankan takdirnya masing-masing. Takdir seseorang tidak akan tertukar dengan takdir orang lain. Jika ada orang yang berhasil, sesungguhnya ia hanya menjalankan takdirnya sendiri tanpa



mengurangi ‘jatah’ takdir orang lain sedikit pun. Maka orang yang iri pada dasarnya adalah orang yang memiliki pemahaman yang sempit terhadap takdir Allah. Hal inilah yang perlu Anda jelaskan kepada peserta yang iri tersebut. Mudahmudahan ia segera sadar dan bertaubat, sehingga hatinya menjadi bersih dari penyakit iri. (Takdir kita tidak akan tertukar dengan takdir orang lain. Lalu mengapa kita iri terhadap keberhasilan orang lain?) 31. Peserta yang Mengantuk Saat halaqah sedang berjalan, ada peserta yang sering mengantuk. Bagaimana cara mengatasinya? Biasanya, peserta yang sering mengantuk karena terlalu lelah, suasana yang monoton, atau memang mempunyai kebiasaan ‘ngantukan’. Ada beberapa alternatif untuk mengatasi peserta yang suka mengantuk : 1. Mengubah suasana monoton menjadi dinamis. Metode penyampaian Anda perlu diubah, dari yang tadinya monoton dan satu arah (analog) menjadi variatif dan dua arah (dialog). Misalnya, metode penyampaian tidak melulu ceramah, tapi dengan metode diskusi, studi kasus, games (permainan), simulasi, bermain peran (role play), dan lain-lain. Ditunjang juga dengan intonasi suara, mimik wajah, dan gerakan tubuh yang ekspresif. 2. Meminta peserta yang suka mengantuk duduk di dekat Anda atau Anda sendiri yang duduk di dekatnya. Dengan berada di dekatnya, Anda membuat dia sungkan untuk mengantuk. Paling tidak suara Anda akan terdengar lebih jelas olehnya, sehingga mencegahnya untuk mengantuk. 3. Memintanya untuk cuci muka atau berwudhu. 4. Bila sering mengantuk karena terlalu lelah, Anda perlu menasehatinya untuk istirahat yang cukup sebelum datang pada pertemuan halaqah. 5. Merubah waktu pertemuan halaqah ke waktu yang lebih fresh. Misalnya, peserta sering mengantuk jika waktu pertemuannya malam hari. Anda perlu mencoba untuk memindahkan waktu pertemuan menjadi sore hari atau pagi hari (ba’da subuh). 6. Ketika acara halaqah tengah berlangsung dan ada peserta yang mengantuk, sesekali Anda perlu memberi keleluasaan padanya untuk tidur beberapa saat. Setelah itu bangunkan ia. Biasanya hal ini akan membuatnya merasa lebih segar, karena sudah diberi waktu untuk tidur. (Sampai taraf tertentu, mengantuk bisa dikalahkan dengan motivasi yang tinggi) 32. Enggan Berinfaq Ada peserta halaqoh saya yang enggan berinfaq, termasuk berinfaq untuk kas halaqoh. Bagaimana cara saya menyadarkannya tentang pentingnya berinfaq? Peserta yang enggan berinfaq merupakan indikasi dari sifat pelitnya (bakhil). Enggan berinfak juga merupakan indikasi enggan berkorban. Padahal menjadi muslim dan da’i membutuhkan pengorbanan yang tinggi. Khusus untuk kas halaqah, infaq ini bermanfaat untuk membiayai kegiatan-kegiatan amal jama’i (aktivitas bersama) halaqah. Produktivitas amal jama’i salah satunya ditentukan oleh jumlah infaq halaqah yang berhasil dikumpulkan.



Karena itu sebagai murobbi, salah satu tugas Anda adalah mendidik peserta agar gemar berinfak. Walaupun peserta kurang mampu dari segi ekonomi, Anda tetap perlu menumbuhkan kebiasaan gemar berinfak pada diri peserta. Sebab dalam infak yang penting bukan jumlah infaknya, tapi keikhlasannya. Cara mengatasi peserta yang enggan berinfak adalah dengan memberikan taujih tentang urgensi infaq dalam Islam. Kalau perlu topik ini disampaikan berulang-ulang pada berbagai kesempatan sampai kegemaran berinfaq peserta tumbuh. Selain itu, Anda juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang kondusif untuk berinfaq, antara lain dengan cara : 1. Menetapkan agenda acara khusus untuk berinfaq. Pada agenda tersebut, halaqah dapat melakukan berbagai kegiatan infaq, seperti memungut infaq dari peserta, melaporkan jumlah infaq halaqah, memberikan taujih singkat tentang infaq, mengevaluasi infaq peserta di luar halaqah, dan membicarakan pemberdayaan infaq dari peserta atau dari sumber di luar halaqah. 2. Menentukan batas minimal infaq halaqah setiap pertemuan. Hal ini untuk melatih peserta mau berinfaq dan juga mengakselarasi pertambahan jumlah kas halaqah untuk kegiatan amal jama’i. 3. Membuat aturan tata tertib halaqah yang salah satu sangsinya adalah berinfaq. 4. Sesekali, perlu juga membacakan jumlah infaq halaqah dari masing-masing peserta pada periode tertentu. Hal ini bukan untuk riya, tapi untuk memberikan motivasi kepada peserta agar memperbanyak infaq. 5. Mengubah cara memungut infaq halaqah dari tertutup menjadi terbuka. Misalnya, dahulu infaq halaqah dikumpulkan dengan menggunakan kotak yang diedarkan (tertutup), maka sekarang uang infaq diletakkan di tengah-tengah halaqah tanpa ditutup-tupi (terbuka). 6. Menganjurkan agar peserta memberikan zakatnya kepada halaqah. Bahkan untuk halaqah yang telah memiliki kesadaran infaq tinggi dapat diharuskan untuk menyerahkan zakatnya kepada halaqah. Namun hal ini perlu ditunjang dengan mekanisme pemungutan dan penyaluran zakat yang adil dan tegas. (Infaq bukan pengeluaran (cost), tapi investasi) 33. Tidak Melaksanakan Tugas Untuk lebih memahami materi dan meningkatkan kedisiplinan, saya sering memberikan tugas kepada peserta. Namun ada di antara peserta yang sering tidak melaksanakan tugas. Bagaimana sikap saya terhadapnya? Anda perlu secara tegas menanyakan kepadanya mengapa ia tidak melaksanakan tugas tersebut. Anda perlu mendapatkan penjelasan yang logis darinya. Kalau perlu Anda membicarakannya secara khusus dengan memanggilnya di luar halaqah. Ada beberapa murobbi yang membiarkan peserta halaqahnya tidak melaksanakan tugas dan tidak menanyakan alasannya. Hal ini dapat berdampak pada pengabaian tugas selanjutnya. Peserta menjadi meremehkan tugas dan berbuat seenaknya, sehingga sulit diatur. Padahal salah satu esensi halaqah adalah membentuk kader dakwah yang taat kepada pemimpinnya (dalam hal ini murobbi), sehingga mereka menjadi barisan yang teratur seakan-akan bangunan yang kokoh. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh” (QS. 61 : 4).



Setelah Anda menanyakan kepadanya apa sebabnya ia tidak melaksanakan tugas, barulah Anda mencari jalan keluarnya. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan adalah : 1. Sebab : Peserta belum memiliki pemahaman tentang ketaatan kepada murobbi Cara mengatasinya : memberikan taujih tentang ketaatan kepada murobbi. Anda perlu menjelaskan bahwa murobbi adalah pemimpin dakwah, sehingga perlu ditaati. Jika murobbi sebagai pemimpin tidak ditaati, maka barisan dakwah akan kacau balau. Ketaatan kepada murobbi sebagai pemimpin hanya bisa batal jika perintahnya bertentangan dengan syar’i. Murobbi tetap perlu ditaati walau perintahnya bertentangan dengan pendapat peserta. Inilah esensi ketaatan dalam dakwah dan jama’ah yang perlu Anda jelaskan secara berangsur dan berulang-ulang kepada peserta, sehingga peserta memiliki pemahaman yang utuh tentang ketaatan terhadap murobbi. 2. Sebab : Peserta merasa sulit melaksanakan tugas Cara mengatasinya : Tanyakan kepada peserta apakah ia telah mencobanya. Jika jawabannya belum, minta ia mencobanya terlebih dahulu. Beri motivasi kepadanya agar tidak cepat menyerah dan menyimpulkan tugas itu sulit padahal belum dicobanya. Seringkali suatu tugas itu sulit dalam bayangan, tapi ternyata tidak sulit ketika dikerjakan. Namun jika ia telah mencobanya dan ternyata memang sulit, Anda perlu merevisi tugas tersebut agar lebih mudah dikerjakan. Yang perlu dipahami, tidak semua orang dapat memikul beban tugas yang sama. Berikan tugas sesuai dengan kemampuan orang yang diberi tugas. Jika pun Anda ingin melatihnya untuk mendapatkan tugas yang lebih berat, lakukan secara bertahap agar ia tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakannya. 3. Sebab : Peserta tidak sependapat dengan tugas yang diberikan Cara mengatasinya : Beri kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya. Peserta bisa tidak sependapat dengan murobbi pada aspek tujuan, strategi, teknis pelaksanaan atau partner tugas. Bila perlu, Anda mengalah pada pendapatnya selama hal itu tidak menyimpang dari prinsip Islam dan dakwah. Jika pendapatnya sudah menyimpang dari prinsip, nasehati ia agar taat pada perintah Anda. Tegaskan posisi Anda sebagai pemimpin dakwah. Berikan dalil aqli dan naqli untuk mendukung perintah Anda. Jika ia tetap membantah, sampaikan kepadanya bahwa Anda kecewa (dapat dilakukan dengan kata-kata atau dengan isyarat non verbal). Untuk sementara Anda dapat menyimpulkan bahwa peserta tersebut belum paham tentang ketaatan kepada murobbi. Anda perlu waktu lebih banyak lagi untuk membimbingnya. Sebagai tambahan, jika peserta tersebut sudah lama halaqah dan ia telah berkalikali tidak melaksanakan tugas semata-mata karena berbeda pendapat dengan Anda. Anda perlu memberikan sangsi kepadanya secara bertahap. Mulai dari yang ringan, seperti peringatan lisan, sampai kepada yang berat, seperti memindahkannya ke murobbi lain. 4. Sebab : Peserta tersinggung dengan cara murobbi memberikan tugas Cara mengatasinya : Ada juga peserta yang tidak mau melaksanakan tugas karena ia tersinggung dengan cara murobbinya memberikan tugas. Mungkin kata-kata murobbi terlalu kasar, menyinggung harga diri atau terlalu menggurui. Karena itu sebagai murobbbi, Anda perlu menyesuaikan cara memerintah Anda dengan karakter orang yang Anda perintah. Orang yang sensitif perasaannya perlu diberi perintah dengan



cara persuasif atau sindiran. Namun orang yang tidak sensitif perasaannya, bisa Anda perintah dengan cara yang lebih keras dan langsung. 5. Sebab : Peserta tidak sempat mengerjakan tugas karena sibuk atau ada masalah. Cara mengatasinya : Jika peserta tidak bisa melaksanakan tugas karena sibuk atau ada masalah, maka Anda perlu menelitinya apakah kesibukan atau masalahnya termasuk mendesak dan penting atau tidak. Contoh kesibukan atau masalah yang mendesak dan penting, antara lain adalah sakit, mempersiapkan ujian kuliah, mengurus anak yang sakit, isteri melahirkan, tugas mendadak dari kantor, mempersiapkan walimah, atau menghadiri acara penting keluarga. Jika termasuk penting dan mendesak, Anda sebagai murobbi perlu memakluminya. Namun jika setelah diteliti ternyata kesibukannya tidak penting dan tidak mendesak, Anda perlu menasehatinya agar menyediakan waktu dan perhatian untuk dapat melaksanakan tugas yang Anda berikan. 6. Sebab : Pemberian tugas kurang jelas, sehingga peserta bingung melaksanakannya. Cara mengatasinya : Anda perlu membuat tugas yang jelas. Beberapa faktor yang perlu Anda perhatikan dalam memberikan tugas adalah : a. Jelaskan tujuan yang ingin dicapai b. Jelaskan sarana yang dapat digunakan c. Jelaskan larangan yang tidak boleh dilanggar d. Jelaskan jadwal penyelesaian tugas Sebaiknya semua faktor diatas dibuat dengan terukur (kuantitatif) dan ditulis, sehingga menjadi jelas dan tidak menimbulkan interprestasi berbeda. 7. Sebab : Terlalu banyak memberikan tugas Cara mengatasinya : Jangan terlalu banyak memberikan tugas. Apalagi memberikan tugas secara simultan dan beruntun. Hal ini dapat membuat peserta menjadi kewalahan, bosan, dan stres. Akhirnya, mereka masa bodoh terhadap tugas yang diberikan. Berikan tugas secara wajar. Tidak terlalu sering, tapi juga tidak terlalu jarang. Sebab jarang memberi tugas juga akan membuat wawasan dan pengalaman peserta menjadi lambat berkembang. Selain itu, lama kelamaan peserta akan merasa kurang diperhatikan dan kurang diberdayakan oleh murobbinya. Bisa jadi ia akhirnya merasa kurang dihargai dan kurang diakui keberadaannya dalam dakwah. (Mengabaikan ketaatan berarti mengabaikan kekuatan jama’ah) 34. Lambat Memahami Materi Mengapa kadang ada peserta yang lambat memahami materi, meski saya telah menyampaikannya dengan jelas dan gamblang? Bagaimana cara mengatasinya? Peserta yang lambat memahami materi bukan berarti kecerdasannya kurang. Tetapi ia mungkin belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan potensi kecerdasannya. Saat ini ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengidentifikasi kecerdasan manusia menjadi beragam. Tidak hanya faktor IQ (Intelectual Quotient) saja seperti dulu. Kecerdasan manusia dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu kecerdasan analitik, bahasa, kinestetik, visual, audio, interpersonal, dan intrapersonal. Jadi jika ada peserta yang lambat memahami materi, mungkin ia belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe kecerdasannya. Sebagai contoh, jika Anda sering menyampaikan materi dengan metode ceramah, maka orang yang memiliki kecerdasan kinestetik atau visual akan sulit memahami. Metode ceramah hanya cocok



untuk mereka yang memiliki kecerdasan audio. Karena itu, Anda perlu menyampaikan materi dengan berbagai metode belajar (tidak hanya ceramah), sehingga dapat lebih dipahami oleh banyak orang dengan tipe kecerdasan yang berbeda-beda. Namun bisa jadi peserta yang lambat memahami materi itu adalah orang yang kecerdasannya sangat kurang (agak idiot). Jika ini yang terjadi, Anda perlu menanganinya secara khusus. Berikan ia waktu tambahan untuk mengaji privat dengan Anda. Disitu Anda perlu memberikan materi dengan kecepatan bicara yang lambat, kalimat yang diulang-ulang, bahasa yang sangat sederhana, serta ditunjang dengan tulisan, gambar atau alat peraga yang cukup. Bisa juga ditambah dengan tugas-tugas sederhana yang sesuai dengan materi. Misalnya, untuk memahami materi mengenal Allah (ma’rifatullah), ia diberi tugas menulis nama-nama Allah (asma’ul husna) dalam bahasa Indonesia. Untuk memahami materi mengenal Al Qur’an (ma’rifatul qur’an), ia diberi tugas menghapal nama-nama Al Qur’an. (Pada dasarnya setiap orang cerdas. Cara belajar yang salah yang membuat orang tidak cerdas) 35. Lambat Mencatat Materi Jika saya menyampaikan materi dengan menggunakan tulisan Arab, ada di antara peserta yang lambat dan selalu ketinggalan mencatat materi. Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lambat mencatat materi? Lambat mencatat materi disebabkan peserta kurang terbiasa mencatat atau karena ia harus mencatat dalam bahasa yang asing baginya (bahasa Arab). Peserta yang lambat mencatat dapat membuat ia kurang konsentrasi mendengarkan Anda menjelaskan materi, karena ia harus mencatat sambil mendengarkan. Sebetulnya lambat mencatat dapat teratasi dengan sendirinya jika peserta semakin terbiasa mencatat. Namun sementara ia menyesuaikan diri dengan belajar mencatat lebih cepat, Anda perlu membantunya dengan memberikan kesempatan padanya untuk mencatat. Artinya, Anda perlu memberi waktu jeda padanya untuk mencatat dan tidak langsung menerangkan atau beralih ke topik lain. Anda juga jangan terlalu banyak mencatat di papan tulis tanpa memberikan waktu kepadanya untuk menyalinnya. Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah membuat tulisan mengenai pokokpokok pikiran yang akan Anda sampaikan di kertas. Kemudian bagikan kertas tersebut kepada peserta, sehingga mereka hanya tinggal menambahkan catatan tambahan di kertas tersebut. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak ketinggalan dalam mencatat materi. Selain itu juga memberi kesempatan lebih banyak kepada mereka untuk mendengarkan apa yang Anda sampaikan. (Semakin terbiasa kita melakukan sesuatu, semakin cepat kita mengerjakannya) 35. Emosi yang Labil Bagaimana cara mengatasi peserta yang emosinya labil (cepat berubah-ubah)? Peserta yang emosinya berubah-ubah dan labil terlihat pada sikapnya yang cepat gembira, tapi juga cepat sedih. Cepat menyukai seseorang, tapi cepat juga membenci. Ia juga tidak tahan terhadap tekanan, sehingga cepat patah semangat dan stres.



Kemauannya juga berubah-ubah, misalnya sekarang mengatakan iya, tidak lama kemudian mengatakan tidak. Pendek kata orang lain mengalami kesulitan untuk memahami perasaannya, karena perasaannya cepat berubah-ubah dan labil. Cara mengatasi peserta yang emosinya labil adalah dengan memberikan taujih tentang pengendalian emosi dan ketahanan mental. Di dalam taujih, Anda bisa selipkan kisah para nabi, sahabat atau ulama yang hidupnya penuh dengan cobaan tapi mampu menghadapinya dengan mental yang kuat. Selain taujih, Anda perlu memberikan latihan-latihan yang dapat memperkuat emosinya. Beberapa cara dan sarana latihan yang dapat dilakukan adalah: 1. Mengikutkan ia pada pelatihan-pelatihan pengembangan pribadi, terutama pelatihan kecerdasan emosi, motivasi, konsep diri, pengendalian stres, dan manajemen diri. 2. Mengadakan acara simulasi atau games di dalam halaqah yang terkait dengan pengembangan emosi. 3. Mengadakan acara mukhayyam atau rihlah yang didalamnya terkandung pelajaran tentang kerjasama, pengendalian diri, sabar, dan kemampuan bertahan hidup (survival). 4. Meminta ia ikut serta dalam organisasi/kepanitiaan, sehingga ia bisa belajar menghadapi berbagai karakter orang. 5. Meminta ia membimbing anak-anak, misalnya mengajar TPA atau pengajian anak-anak. Disitu ia dituntut untuk sabar dan mampu mengendalikan diri. 6. Memberikan tugas mengisi dauroh/ceramah yang tempatnya agak jauh dan sulit ditempuh, sehingga ia belajar tentang kesabaran dan keuletan. Cara dan sarana di atas hanyalah contoh. Anda dapat melakukan cara lain yang berbeda. Tapi intinya Anda harus melatih emosi dan mentalnya supaya lebih kuat dan tahan uji. Melatih emosi orang membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu, Anda harus sabar dan konsisten membimbingnya. (Emosi yang terlatih membuat orang tampak bijaksana) 36. Kurang Lancar Membaca Al Qur’an Ada peserta yang meski sudah bertahun-tahun halaqoh, tapi ia tetap tidak lancar membaca Al Qur’an. Bagaimana caranya agar ia dapat lebih lancar membaca Al Qur’an? Peserta yang tidak lancar membaca Al Qur’an disebabkan kurang rutin membaca Al Qur’an. Jika setiap hari ia membaca Al Qur’an dengan jumlah tertentu, niscaya akan lancar membaca Al Qur’an. Hal yang perlu Anda lakukan adalah memantau bacaan Qur’annya di luar halaqah Anda misalnya dapat membuat formulir evaluasi ibadah harian yang salah satunya berisi tentang aktivitas membaca Al Qur’an. Minta peserta untuk mengisinya setiap pertemuan halaqah sebagai laporan aktivitas ibadah harian mereka sepekan yang lalu. Bisa juga dengan cara sering menanyakan kepada mereka tentang berapa kali mereka mambaca Al Qur’an dalam sepekan. Jika ada peserta yang belum rutin membaca Al Qur’an setiap hari, motivasi mereka dengan taujih tentang pentingnya membaca Al Qur’an secara rutin. Cara lainnya adalah dengan meminta peserta yang lambat dan kurang lancar membaca Al Qur’an untuk mengikuti kursus tilawah dan tahsin Al



Qur’an. Kursus tersebut sekarang sudah ada dimana-mana dan dengan biaya yang cukup murah. (Jika setiap hari membaca Al Qur’an, niscaya kita akan lancar membaca Al Qur’an) 37. Lemahnya Ibadah Harian Ketika saya mengevaluasi ibadah harian peserta, ternyata ada beberapa peserta yang lemah dalam pelaksanaan ibadah harian, misalnya jarang sekali melakukan sholat tahajud. Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lemah dalam pelaksanaan ibadah harian? Lemahnya ibadah harian, seperti sholat tepat waktu, tilawah Al Qur’an, zikir, sholat sunat, qiyamul lail, dan lain-lain, dapat merupakan indikasi dari lemahnya iman dan amal seseorang. Seorang muslim tidak mungkin imannya mantap dan amalnya ikhlas kalau ibadah hariannya lemah. Oleh karena itu, cara yang paling efektif bagi murobbi untuk mengetahui tingkat iman dan amal peserta adalah dengan memantau perkembangan ibadah hariannya. Cara mengatasi lemahnya ibadah harian peserta dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan memberikan taujih berulang-ulang tentang pentingnya ibadah harian dalam Islam. Kedua, dengan mengevaluasi ibadah harian peserta secara tertulis dan lisan pada pertemuan halaqah. Sebelum Anda mengevaluasi ibadah harian peserta, Anda perlu menyepakati bersama peserta jenis ibadah harian apa yang akan dievaluasi dan berapa banyak target minimalnya. Setelah itu, Anda membuat formulir evaluasi ibadah harian yang harus diisi pada setiap pertemuan halaqah. Formulir ini berisi laporan aktivitas ibadah harian sepekan sebelumnya. Minta peserta mengisinya secara jujur dan rutin. Jika evaluasi tertulis ternyata belum mampu meningkatkan aktivitas ibadah harian peserta, Anda perlu melakukan evaluasi secara lisan. Buat agenda acara khusus dalam halaqah untuk mengevaluasi ibadah harian peserta secara lisan. Waktunya cukup 5 atau 10 menit dan tidak perlu mengevaluasi seluruh ibadah harian. Cukup satu atau dua jenis ibadah harian yang dipilih secara acak dari daftar evaluasi ibadah harian. Pada acara itu, Anda perlu menanyakan kepada peserta tentang berapa kali ibadah harian yang mereka lakukan dalam sepekan. Jika kurang dari target, tanyakan apa sebabnya dan beri motivasi untuk meningkatkannya di waktu mendatang. Kalau perlu, Anda bisa membuat aturan sangsi bagi peserta yang ibadah hariannya kurang memenuhi target. Hal ini terutama berlaku untuk halaqah yang pesertanya sudah percaya (tsiqoh) kepada Anda dan sudah cukup lama usia tarbiyahnya. (Cara efektif untuk mengetahui tingkat iman seseorang adalah dengan mengetahui sejauh mana tingkat ibadah hariannya) 38. Sombong dan Ujub Bagaimana cara mengatasi peserta halaqah yang masih memiliki sifat sombong dan ujub? Sombong dan ujub dapat diatasi dengan memberikan taujih tentang bahaya sifat tersebut dalam Islam. Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa kiat berikut :



1. Perlakukan ia secara wajar, jangan diistimewakan, termasuk dalam sapaan dan perhatian. 2. Jangan puji dirinya, terutama ketika ia sedang ‘memamerkan’ kesombongannya. 3. Adakan acara bedah buku tentang sombong. Minta peserta yang Anda indikasikan memiliki sifat sombong untuk menjadi pembahasnya. Cara ini bertujuan agar ia dapat menasehati dirinya sendiri. 4. Beri tugas kepada halaqah untuk menghapal doa-doa agar terhindar dari penyakit ujub. Evaluasi hapalan mereka. Minta mereka untuk sering membaca doa tersebut. 5. Minta kepada peserta yang memiliki sifat sombong untuk menghadiri acara yang didalamnya ada renungan (muhasabah) tentang sombong dan ujub.. 6. Berikan kepadanya buku-buku atau kaset ceramah tentang bahaya sombong dan ujub dalam Islam. 7. Ikut sertakan ia pada acara sejenis ploncoan agar ia merasa direndahkan dan dihina. 8. Buat acara ke tempat-tempat kumuh atau ke panti-panti sosial agar ia merasa bersyukur terhadap nikmat Allah yang diberikan kepadanya. 9. Tempatkan ia pada halaqah yang pesertanya ‘dibawah’ dirinya, baik dalam pemahaman maupun status sosial. Hal ini dimaksudkan agar ia merasa dirinya tidak sehebat yang ia duga. 10. Nasehati ia secara langsung dalam pertemuan empat mata tentang sifat sombong dan ujubnya. (Sombong perlu dilawan dengan kesadaran bahwa hanya Allah SWT yang boleh sombong) 39. Menyimpan Kemarahan Akibat suatu kejadian, ada peserta yang sangat kecewa dan marah dengan teman satu halaqahnya. Perasaan tersebut disimpannya dan tidak pernah dikomunikasikan. Hal ini membuat ia menjauhi teman satu halaqahnya, sehingga berdampak pada amal jama’i dalam halaqah. Bagaimana cara mengatasinya? Peserta yang menyimpan kemarahan harus segera diobati, karena hal itu dapat menimbulkan dendam dan dengki. Cara mengatasinya dengan memintanya untuk curhat (mencurahkan isi hati) kepada Anda sebagai murobbinya. Jika ia merasa sungkan untuk curhat kepada Anda, Anda dapat mengutus ikhwah lainnya untuk mendekatinya sampai ia mau curhat kepada ikhwah tersebut. Dengan curhat, mudah-mudahan kemarahannya dapat terlampiaskan, sehingga ia tidak lagi menyimpan kemarahannya. Lebih baik lagi jika Anda atau ikhwah yang Anda utus bisa memberikan nasehat kepadanya agar ia mau islah (melakukan perbaikan) dengan teman satu halaqahnya yang telah membuatnya kecewa. Bisa juga islah tersebut diperantarai oleh Anda. Biasanya, dengan cara mempertemukan langsung, permasalahan bisa jelas dan selesai. Permasalahn menjadi besar dan berlarut-larut karena adanya kebuntuan komunikasi. Masing-masing pihak tidak mau mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya. Karena itu, Anda perlu aktif untuk membantu menyelesaikannya. (Keterbukaan dapat menghilangkan kemarahan) 40. Mengidolakan Murobbi



Bagaimana cara mengatasi peserta yang terlalu mengidolakan murobbinya? Sebagai muslim kita hanya boleh mengidolakan Nabi Muhammad saw. Peserta yang terlalu mengidolakan murobbinya merupakan salah satu penyakit dakwah, kecuali jika peserta tersebut sekedar mengagumi murobinya, maka hal tersebut tidak masalah. Cara mengatasi peserta yang terlalu mengidolakan murobbinya adalah dengan memberi taujih tentang dampak negatif dari sikap pengidolaan tersebut, antara lain : 1. Hilangnya sikap kritis dan tumbuhnya taqlid buta. 2. Hilangnya suasana saling menasehati antara murobbi dan peserta 3. Hanya mau menerima pendapat dan nasehat dari murobbi saja 4. Wawasan peserta menjadi sempit 5. Hilangnya sikap toleran terhadap perbedaan pendapat 6. Terlalu tergantung kepada murobbi 7. Hilangnya inisiatif dan kreativitas peserta 8. Sulit diajak beramal jama’i di luar halaqah 9. Sulit dipindahkan, jika tiba saatnya harus pindah murobbi Murobbi secara tak sadar bisa membuat peserta mengidolakannya. Misalnya, dengan sikapnya yang terlalu “memanjakan” peserta. Persis seperti orang tua yang memanjakan anaknya, sehingga anak menjadi tidak mandiri dan kehilangan rasa percaya diri. Ada juga murobbi yang secara sadar malah membiarkan peserta mengidolakannya. Dengan alasan agar mudah diatur dan mudah disuruh-suruh. Namun tanpa disadarinya, ia menjerumuskan peserta pada ketidakdewasaan sikap dan perilaku. (Tidak ada manusia yang patut diidolakan, kecuali Nabi Muhammad saw) 41. Ketahuan Pacaran Bagaimana sikap saya jika ada di antara peserta di halaqoh saya yang ketahuan pacaran, padahal ia sudah lama ikut halaqah? Peserta yang pacaran, padahal sudah lama mengikuti halaqah, berarti tergoda dengan bujuk rayu setan. Setan berupaya menggoda para da’i dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pacaran agar sang da’i bergelimang maksiat. Jika infomasi ia pacaran Anda dapatkan dari ikhwah lain sebaiknya Anda meminta ikhwah tersebut untuk menasehatinya secara langsung. Tapi jika ikhwah tersebut sungkan, Anda yang harus berani menasehatinya dalam pertemuan empat mata. Namun sebelum Anda memanggil dan menasehatinya, Anda harus yakin terlebih dahulu tentang kebenaran informasi tersebut dengan mengumpulkan berbagai bukti pendukung. Peserta halaqah yang pacaran perlu diberikan alternatif pemecahan sebagai berikut : 1. Segera menikah dengan pacarnya (sebaiknya tenggat waktunya tidak lebih dari 6 bulan). 2. Jika ia belum segera mau menikah, ia harus memutuskan pacarnya. Apapun alternatif yang ia pilih, Anda perlu memantau pelaksanaanya (termasuk tenggat waktunya). Jika ia plin-plan (tidak segera menikahi pacarnya tapi juga tidak memutuskannya), Anda perlu memberi peringatan sebanyak tiga kali pada rentang



waktu yang sama. Anda katakan padanya jika ia terus pacaran maka ia belum layak untuk mengikuti halaqah. Karena halaqah adalah tempat bagi mereka yang serius mengislamkan dirinya. Lalu jika setelah diberi peringatan sebanyak tiga kali, ia masih pacaran juga, maka Anda keluarkan ia dari halaqah dengan cara yang baik. (Pacaran tidak akan membuat orang yang menjalaninya serius mengamalkan Islam) 42. Tidak Memberi Kabar Jika Tidak Hadir Bagaimana mengatasi peserta yang sering tidak memberi kabar jika tidak hadir dalam halaqah? Jika peserta tidak hadir tanpa kabar, Anda perlu menanyakan pada pertemuan selanjutnya tentang alasan ketidakhadirannya. Jika alasannya layak dan sesuai syar’i, Anda dapat memakluminya. Tapi jika tidak, Anda perlu menjadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi perkembangan peserta. Peserta yang sering tidak memberi kabar pada waktu tidak hadir dalam halaqah dapat berdampak pada su’zhon (sangka buruk) dari peserta lain atau dari Anda sendiri. Selain itu, dapat dijadikan indikasi bahwa dia kurang serius mengikuti halaqah. Yang perlu Anda lakukan adalah membuat aturan yang disepakati bersama bahwa jika peserta tidak hadir dalam halaqah harus memberi kabar. Kabar tersebut bisa disampaikan langsung ke Anda, bisa juga disampaikan melalui teman satu halaqah. Tergantung dari kesepakatan. Kalau perlu aturan tersebut ditambah dengan pemberian sangsi. Sangsi yang diberikan bisa berupa denda, push up, hafalan, dan sebagainya. Jika setelah dibuat aturan ternyata masih ada juga peserta yang tidak memberi kabar, Anda perlu mengingatkannya. Jika setelah diingatkan masih melanggar juga (walau dengan berbagai alasan), Anda perlu menjadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi perkembangan peserta. (Sangka buruk dapat muncul dari ketidakjelasan informasi) 44. Tidak Hadir dalam Waktu yang Lama Tanpa Kabar Saya mempunyai peserta halaqah yang sekarang ini tidak pernah hadir lagi tanpa kabar. Bagaimana seharusnya sikap saya? Sebenarnya peserta yang keluar dari halaqah tanpa kabar sama sekali jarang terjadi. Namun jika hal itu terjadi mungkin disebabkan beberapa alasan berikut : 1. Terjadi kekecewaan mendalam pada diri peserta. Kekecewaan tersebut bisa terhadap Anda, aturan/mekanisme halaqah, atau terhadap peserta lain. Mungkin kekecewaan tersebut sudah dipendamnya sejak lama. 2. Kesibukan di tempat kerja atau kegiatan lain yang mendadak, sehingga ia tidak sempat memberi kabar. 3. Pindah tempat tinggal atau pekerjaan ke kota lain yang cukup jauh. 4. Jenuh atau tidak tertarik lagi mengikuti halaqah. Apa pun alasannya, jika ia tidak memberi kabar dalam waktu yang lama tentang ketidakhadirannya pada halaqah, maka hal itu merupakan indikasi kurangnya keseriusan dan penghargaannya terhadap halaqah. Mestinya ia memberi kabar (meminta izin) kepada Anda atau melalui teman satu halaqahnya mengenai ketidakhadirannya.



Anda sendiri mestinya juga tidak menunggu terlalu lama membiarkan ia tidak hadir tanpa kabar. Anda perlu proaktif menghubunginya dan menanyakan sebab ketidakhadirannya. Jika Anda sibuk, Anda dapat mendelegasikannya dengan meminta teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan menanyakan sebab ketidakhadirannya. (Jika Anda tidak tahu tentang kabar seseorang, segeralah mencari tahu!) 45.Tidak Hadir karena Sibuk Peserta di halaqah saya sudah lama tidak hadir tanpa kabar. Setelah saya selidiki ternyata ia tidak hadir karena kesibukan yang luar biasa di tempat kerjanya. Apa yang perlu saya lakukan? Anda perlu membiarkannya menyelesaikan kesibukannnya. Biarkan ia tidak hadir dalam halaqah untuk beberapa lama. Anggap ia “cuti” dari halaqah. Namun Anda sebaiknya terus memelihara kontak dengannya. Minta juga agar teman satu halaqahnya memelihara kontak denganya. Mudah-mudahan dengan tetap memelihara kontak dengannya, ia tetap merasa dekat dengan Anda atau teman satu halaqahnya. Jika kesibukannya telah usai, ada tiga kemungkinan yang terjadi : 1. Ia akan menghubungi Anda untuk mengabarkan kesediaannya mengikuti halaqah lagi. Sikap Anda adalah menerimanya kembali. Kalau bisa kelompokkan ia ke halaqah asal (sebelum ia “cuti”). Namun jika waktu “cutinya” terlalu lama, sehingga marhalah (tingkat pemahaman) halaqah tersebut sudah berbeda dengannya, kelompokkan ia ke halaqah lain yang pemahamannya sama dengannya. Jika Anda tidak memiliki halaqah lain yang tingkat pemahamannya sama dengannya, pindahkan ia ke murobbi lain. 2. Ia tidak menghubungi Anda karena tidak mau lagi ikut halaqah. Sikap Anda adalah merelakannya keluar dari halaqah. Doakan ia supaya menjadi muslim yang baik dan suatu ketika tergerak hatinya untuk ikut halaqah kembali. 3. Ia tidak menghubungi Anda, tapi menghubungi ikhwah lain untuk ikut halaqah di tempat lain. Sikap Anda adalah mengikhlaskannya bergabung dengan murobbi lain. Jangan merasa tersinggung dan sakit hati, apalagi bersikap posesif. Sudah merupakan takdir Allah ia bergabung dengan halaqah lain. (Seringkali kontak-kontak yang sederhana namun sering lebih berharga daripada kontak yang intim tapi jarang) 46. Kekecewaan terhadap Murobbi Apa yang harus saya lakukan bila ada peserta halaqah yang kecewa terhadap saya sebagai murobbinya? Ada banyak alasan yang menyebabkan peserta kecewa terhadap murobbinya. Tapi acapkali kekecewaan tersebut disimpan sendiri oleh peserta, dan seiring dengan berjalannya waktu, ia bisa melupakan kekecewaan terhadap murobbinya. Sebaiknya, sejak awal Anda memberikan pemahaman tentang posisi murobbi yang hanya manusia biasa dengan segala kekurangan. Anda sampaikan kepada peserta bahwa jika ada perbedaan pendapat atau sifat dengan Anda, selayaknya diselesaikan



dengan komunikasi terbuka dan kelapangan dada. Jangan disimpan sendiri karena hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman dan permusuhan. Namun ada juga peserta yang tingkat kekecewaan terhadap murobbinya sudah begitu mendalam. Biasanya hal itu karena perbedaan pendapat atau sifat yang terlalu mencolok. Kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan cara jarang berkomunikasi dengan Anda, jarang hadir, atau tidak hadir lagi dalam halaqah. Sikap Anda terhadap peserta yang memiliki kekecewaan mendalam adalah : 1. Mencari informasi sebab yang lebih spesifik mengapa ia kecewa dengan Anda. Perkataan, sikap atau peristiwa apa yang membuat ia kecewa. Anda dapat mengetahuinya dengan menanyakan langsung kepadanya atau meminta ikhwah lain yang dekat dengannya untuk membantu Anda mencari informasi. 2. Setelah Anda mengetahuinya, lakukan instrospeksi apakah kekecewaan peserta tersebut disebabkan kesalahan Anda atau bukan. Jika disebabkan kesalahan Anda, Anda perlu merubah perilaku Anda terhadapnya. Bila perlu Anda meminta maaf kepadanya. Namun jika bukan merupakan kesalahan Anda, Anda perlu melakukan klarifikasi (penjelasan) lebih lanjut kepadanya tentang persoalan yang membuat ia kecewa. Jelaskan dengan persuasif. Jika ia mengkritik Anda, terimalah dengan lapang dada. Bukan merupakan aib jika murobbi dikritik peserta halaqahnya. Bahkan murobbi yang baik akan bersedia menerima kritik peserta yang tidak bertentangan dengan syar’i atau kebijakan jama’ah. 3. Jika setelah dilakukan langkah di atas ternyata ia masih kecewa juga, maka Anda perlu memindahkannya ke murobbi lain. Sebab hubungan Anda dengannya sudah kurang harmonis. Jika dipaksakan, dampaknya kurang baik untuk perkembangan jiwa Anda dan dia. Lebih baik pindahkan ia ke murobbi lain yang karakternya lebih cocok dengan peserta. (Kekecewaan dapat terhapus dengan kebaikan yang banyak) 47. Pindah Tempat Tinggal ke Kota (Negara) Lain Apa yang harus saya lakukan jika peserta pindah kerja atau tempat tinggal ke kota (negara) lain? Jika peserta pindah ke kota atau negara lain tanpa memberi kabar, maka Anda tidak dapat berbuat apa-apa. Doakan saja agar disana ia tetap ikut halaqah. Namun jika ia memberitahu kepindahannya kepada Anda, beri motivasi agar ia tetap ikut halaqah di tempatnya yang baru. Pindahkan ia melalui prosedur baku pemutasian yang berlaku dalam jama’ah. Biasanya prosedur ini membutuhkan waktu yang agak lama. Alternatif lain yang dapat Anda lakukan adalah menghubungi ikhwah yang Anda kenal di tempat itu. Minta ia membantu menempatkan peserta di sana. Jika Anda tidak mempunyai kenalan ikhwah di tempat itu, cari informasi tentang ikhwah yang dapat Anda hubungi di tempat itu. Hubungi ikhwah tersebut dan minta bantuannya untuk menempatkan peserta disana. (Dimana pun Anda berada, sebisa mungkin Anda harus halaqah) 48. Jenuh dan Tidak Tertarik Lagi Ikut Halaqah



Bagaimana jika ada peserta yang tidak hadir lagi ke halaqah dengan alasan sangat jenuh dan tidak tertarik lagi ikut halaqah? Apa yang harus saya lakukan? Anda perlu menghubunginya dan minta waktu untuk bertemu dengannya. Setelah bertemu, beri motivasi agar ia kembali mau mengikuti halaqah. Anda juga bisa minta kepada teman satu halaqah yang dekat dengannya untuk menghubunginya dan memotivasinya. Katakan padanya bahwa rasa jenuh adalah hal yang lumrah. Tapi jika terlalu lama hanyut dengan kejenuhan maka bisa merugikan diri sendiri. Di antara kerugiannya adalah menunda datangnya hidayah Allah dan menunda datangnya kesuksesan. Jika setelah diberi motivasi ia masih tidak mau hadir dalam halaqah, relakan ia dengan keputusannya. Doakan ia agar menjadi orang yang baik dan suatu ketika hatinya tergerak untuk ikut halaqah kembali. (Terlalu lama hanyut dalam kejenuhan berarti terlalu lama hanyut dalam kubangan kegagalan) 49. Peserta yang Baru Dipindahkan Saya baru mendapatkan transfer peserta dari murobbi lain. Peserta tersebut saya satukan ke halaqah yang telah berjalan cukup lama. Bagaimana caranya supaya peserta yang baru dipindahkan tersebut cepat berinteraksi dengan teman-teman satu halaqahnya? Peserta yang baru dipindahkan ke halaqah yang sudah lama berjalan perlu dibantu untuk cepat berinteraksi dengan teman-teman satu halaqahnya. Cara yang dapat Anda lakukan untuk mempercepat interaksi tersebut adalah : 1. Mengadakan acara ta’aruf (perkenalan), dimana peserta yang baru dipindahkan bisa mengetahui biodata teman-teman satu halaqahnya, begitu pula sebaliknya. Lebih baik lagi jika dalam acara ta’aruf dapat diungkapkan tentang karakter masing-masing. 2. Memberitahu kepadanya tentang sistem atau mekanisme yang ada dalam halaqah. 3. Meminta peserta yang baru dipindahkan untuk berperan aktif dalam pertemuan halaqah (misal: memintanya untuk kultum, membuka/menutup acara, kesempatan pertama untuk bertanya/mengemukakan pendapat, dan lain-lain). Dengan cara ini diharapkan ia lebih cepat dikenal dan merasa diakui keberadaannya. 4. Mengadakan acara di dalam halaqah yang dapat membuat suasana cepat akrab antara peserta yang baru bergabung dengan peserta lama (misalnya, permainan, simulasi, dan lain-lain). 5. Mengadakan acara khusus di luar halaqah yang dapat membuat suasana cepat akrab antara peserta yang baru dengan peserta lama (misalnya, rihlah, mukhoyyam, mabit, dan lain-lain). (Bantulah orang lain mengenali teman-temannya, membantunya mengenali dirinya sendiri)



maka



Anda



50. Peserta ingin Menikah Bagaimana sikap saya jika ada peserta yang ingin menikah? Jika peserta ingin menikah, maka pertimbangkanlah hal-hal berikut ini : 1. Apakah ia telah siap secara mental (jiwanya sudah mantap dan dewasa)



telah



2. Apakah ia telah siap secara fikroh (mengetahui tujuan menikah, mengetahui hak dan kewajiban suami isteri) 3. Apakah ia telah siap secara fisik (tidak ada penyakit yang dapat mengganggu aktivitas seksualnya) 4. Apakah ia telah siap secara ekonomi (memiliki uang untuk membiayai pernikahan dan rumah tangganya) Jika ia telah siap, bantu ia untuk menikah. Jika belum siap, minta ia untuk mempersiapkannya lebih dahulu. Jika ia telah siap, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu peserta menikah: 1. Mencarikan jodoh yang sesuai dengannya. Prosesnya berawal dari meminta ia membuat biodata (disertai foto) dan kriteria jodoh yang diinginkannya, mencarikan jodoh dengan bantuan ikhwah/akhwat lain, jika cocok dilanjutkan dengan ta’aruf (perkenalan), khitbah (melamar) dan akhirnya menikah (ijab qobul/walimah). Kalau bisa seluruh proses ini tidak berlangsung lama. Waktu yang ideal adalah kurang dari enam bulan. 2. Meminta ia mencari jodoh dengan perantara lain (ikhwan/akhwat di sekitarnya). Prosesnya hampir sama denga cara pertama, bedanya hanya yang melakukan itu semua adalah ikhwan/akhwat lain. Anda sebagai murobbi hanya mengawasi proses tersebut dan memberi masukan jika perlu. Jika Anda kurang setuju dengan pilihannya, Anda harus menyampaikan kepadanya tanpa sungkan dan dengan alasan yang kuat. Anda tidak boleh berlepas tangan. Sebagai murobbi, Anda harus tetap bertanggung jawab atas pilihannya. Sebab jika ia salah memilih jodoh, bukan hanya ia dan Anda yang menyesal, tapi juga bisa menjadi beban dakwah di kemudian hari. Dua cara tersebut bisa Anda ajukan kepadanya untuk memilihnya. Jika ia memilih cara di luar dua cara tersebut (misalnya pacaran, pendekatan langsung kepada lawan jenis, atau ‘ngetekin’), Anda harus melarangnya. Sebab hal tersebut tidak sesuai dengan syar’i dan lebih banyak mudharatnya. (Indahnya pernikahan dini, indahnya pernikahan tanpa pacaran) 51. Memilih Jodoh Berdasarkan Kecantikan/Kegantengan Ada peserta halaqah yang memilih jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan saja. Apa yang perlu saya lakukan? Pemilihan jodoh berdasarkan kecantikan/kegantengan saja menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap cara mencari jodoh menurut Islam. Juga menunjukkan dominasi syahwatnya. Ia terpesona dengan yang nisbi dan melupakan yang esensi, yakni dien (agama). Biasanya peserta seperti ini tidak mengungkapkannya secara terus terang. Namun hal itu dapat dilihat dari gelagatnya yang sering menolak jodoh yang ditawarkan tanpa alasan jelas. Atau bersikukuh dengan pilihannya walau ada masukkan kurang baik terhadap pilihannya. Yang perlu Anda lakukan adalah menasehatinya dengan tegas. Katakan kepadanya bahwa Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk memilih jodoh berdasarkan dien. “Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan diennya. Dapatkanlah wanita yang memiliki din, niscaya kedua tanganmu akan penuh dengan debu (banyak rezeki)” (HR. Bukhari-Muslim). Anda katakan juga bahwa kecantikan bersifat fana dan memperdayakan, sedang dien



bersifat langgeng. Betapa banyak orang yang terpedaya dengan kecantikan yang akhirnya terjerumus pada fitnah dan penderitaan. Namun jika ia terus melangkah, Anda katakan padanya bahwa Anda dan jama’ah tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pernikahannya kelak. (Kecantikan fisik itu semu, kecantikan rohani itu sejati) 52. Problem Suami Isteri Apa yang harus saya lakukan jika peserta mempunyai persoalan rumah tangga dengan suami/isterinya? Jika Anda mendengar peserta mempunyai persoalan rumah tangga dengan suami/isterinya, Anda jangan tergesa-gesa untuk ikut campur. Berikan kesempatan kepadanya untuk menyelesaikan persoalannya. Anda hanya perlu memantau dan melihat hasilnya. Namun jika peserta meminta nasehat dari Anda, berikan nasehat Anda. Jika persoalan tersebut berkembang menjadi besar dan berlarut-larut, baru Anda ikut campur dengan membantu menyelesaikannya. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu : 1. Memanggil peserta dan meminta ia menyampaikan persoalan rumah tangganya secara terus terang. Lalu beri ia masukkan untuk menyelesaikan persoalannya. 2. Jika langkah pertama tidak menyelesaikan persoalan, hubungi murobbi dari suami/isterinya untuk melakukan koordinasi mengenai persoalan rumah tangga peserta. Minta juga agar murobbi suami/istri dari peserta memberikan nasehat kepada suami/isteri peserta yang ditanganinya. 3. Jika belum selesai juga, minta peserta dan suami/isterinya untuk melakukan musyawarah didampingi Anda dan murobbi suami/istrinya sebagai penengah. (Untuk melatih kemandirian, biarkan seseorang menyelesaikan persoalannya sendiri)



BAB V PROBLEM SISTEM



53. Tidak Tercapainya Sasaran Tarbiyah Apa saja sasaran tarbiyah dan bagaimana jika sasaran itu belum tercapai? Anda terlebih dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud sasaran tarbiyah. Sasaran tarbiyah adalah sasaran yang harus dicapai peserta pada tingkat (marhalah) tarbiyah tertentu. Secara umum sasaran tarbiyah adalah : 1. Tercapainya aqidah yang bersih (salimul aqidah) 2. Tercapainya ibadah yang benar (shohihul ibadah) 3. Tercapainya akhlaq yang kokoh (matinul khuluq) 4. Tercapainya penghasilan yang baik dan cukup (qodirul ‘alal kasbi) 5. Tercapainya pikiran yang berwawasan (mutsafaqul fikr) 6. Tercapainya tubuh yang kuat (qowiyul jism) 7. Tercapainya kemampuan memerangi hawa nafsu (mujahidu linafsihi) 8. Tercapainya kemampuan mengatur segala urusan (munazhom fi syu’unihi) 9. Tercapainya kemampuan memelihara waktu (haritsun ‘ala waqtihi) 10. Tercapainya manfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) Setelah mengetahui sasaran tarbiyah, barulah Anda berupaya mencapainya. Namun ada kalanya sasaran tarbiyah tidak tercapai atau tercapai dalam waktu yang sangat lama. Hal tersebut karena : 1. Murobbi tidak mengetahui sasaran tarbiyah. 2. Murobbi sudah mengetahui sasaran tarbiyah, tapi tidak melaksanakannya dengan konsekuen. 3. Jalannya halaqah tidak lancar, karena murobbi sering tidak hadir. 4. Pemberian materi sering tidak sesuai dengan sasaran tarbiyah. 5. Halaqah hanya asal jalan. Tidak memiliki sistem pengendalian yang baik. 6. Pribadi peserta yang lambat atau sulit berubah ke arah sasaran tarbiyah. Cara mengatasinya dengan memperbaiki segala kekurangan di atas, yakni dengan: 1. Mengetahui sasaran tarbiyah dan mengetahui indikator keberhasilan untuk setiap sasaran. 2. Mewarnai setiap program halaqah dengan sasaran-sasaran tarbiyah. Jangan terlalu banyak program yang menyimpang dari sasaran tarbiyah. 3. Memperbaiki tingkat kehadiran murobbi, sehingga lebih rutin hadir dalam halaqah. 4. Memberikan materi yang sesuai dengan sasaran tarbiyah. Jangan terlalu banyak memberikan materi yang kurang sesuai dengan sasaran tarbiyah. 5. Membuat sistem pengendalian dan evaluasi yang terukur dan dilaksanakan secara konsisten. Kalau perlu buat aturan penghargaan dan sangsinya (reward and punishment). 6. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta untuk mau dan tidak menunda-nunda merubah dirinya ke arah sasaran tarbiyah. Hal ini perlu ditunjang dengan keteladanan dari murobbi.



(Fokuskanlah pada sasaran, nikmatilah prosesnya) 54. Materi Tidak Sistematis Bagaimana cara menghindari pemberian materi yang kurang sistematis? Pemberian materi yang kurang sistematis disebabkan faktor keinginan murobbi untuk memberikan materi sesuai dengan kebutuhan peserta. Atau karena materi yang telah diberikan tidak dicatat (didokumentasikan) dengan baik oleh murobbi. Pemberian materi yang kurang sistematis dapat berdampak pada kurang tertatanya pemahaman peserta dan tidak tercapainya sasaran tarbiyah. Selain itu, pemberian materi yang kurang sistematis mempersulit peserta untuk mentransfernya ke orang lain (ketika ia kelak menjadi murobbi). Karena itu sebagai murobbi, sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan urutan pemberian materi. Jika Anda ingin memberikan materi tidak berurutan disebabkan kebutuhan peserta, Anda perlu memberitahu urutan materi tersebut kelak, yakni ketika mereka sudah tiba saatnya untuk memegang halaqah. Suatu ketika (misalnya pada acara dauroh), Anda juga perlu mengulang dengan singkat (talaqi) materi yang telah Anda berikan sambil memberitahu urutannya. Hal ini agar alur pemahaman peserta terhadap materi benar dan tertata. Anda juga perlu mencacat materi yang telah Anda berikan agar tidak lupa mana materi yang telah diberikan dan mana yang belum. Tidak dicatatnya materi menyebabkan terjadinya pengulangan materi dan kurang sistematisnya Anda dalam memberikan materi. (Hidup yang tertata berawal dari pemahaman yang tertata) 55. Pengulangan Materi Bolehkan saya sebagai murobbi mengulang materi yang telah saya sampaikan pada waktu yang lalu? Pengulangan materi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan kejenuhan. Selain itu, dapat mengurangi kredibilitas Anda sebagai murobbi karena terkesan hanya memiliki ‘stock’ materi terbatas. Pengulangan materi hanya boleh dilakukan jika alasannya adalah: 1. Sebagian besar peserta tidak hadir ketika materi tersebut disampaikan di waktu lalu. 2. Ada permintaan dari sebagian besar peserta untuk mengulang materi tersebut karena dianggap penting dan menarik 3. Anda merasa perlu untuk mengulangnya sebagai solusi terhadap permasalahan peserta. Namun Anda perlu melengkapinya dengan dalil dan ilustrasi yang baru agar tidak membosankan. (Hindari kejenuhan dengan melakukan sesuatu yang baru) 56. Disiplin Kehadiran yang Lemah Bagaimana cara meningkatkan disiplin kehadiran dalam halaqah? Anda perlu menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri peserta (telah diterangkan pada problem nomor 28-Peserta Jarang Hadir). Namun perlu juga dipahami bahwa



disiplin kehadiran yang lemah bisa disebabkan tidak adanya aturan tentang kedisiplinan, sehingga peserta menganggap dirinya boleh saja tidak hadir atau terlambat tanpa uzur syar’i. Kalau pun aturan tersebut ada, tapi tidak dijalankan secara tegas dan rutin, sehingga disiplin menjadi kendor dan tidak lagi diperhatikan. Karena itu, aturan tentang disiplin kehadiran perlu dibuat dan dijalankan dengan rutin. Di dalamnya terdapat sangsi bagi yang tidak disiplin kehadirannya (terlambat atau tidak hadir tanpa uzur syar’i). Juga ada penghargaan bagi yang disiplin kehadirannya. Sebaiknya, ketika menetapkan aturan disiplin dimusyawarahkan dengan peserta agar mereka mempunyai rasa memiliki terhadap aturan tersebut. Bentuk sangsi dari aturan disiplin harus bersifat mendidik. Juga jangan terlalu berat atau terlalu ringan. Misalnya, setiap satu menit keterlambatan tanpa alasan yang layak dan syar’i diberikan sangsi berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push up satu kali. Jika tidak hadir tanpa alasan yang layak dan syar’i dikenakan sangsi berupa denda uang dalam jumlah tertentu atau push up dua puluh kali. Sebaliknya, penghargaan juga diberikan kepada peserta yang disiplin. Misalnya, jika hadir tepat waktu selama tiga kali berturut-turut diberikan hadiah berupa uang atau barang. Jika dalam sebulan tidak pernah absen, diberikan penghargaan berupa buku atau uang dalam jumlah tertentu. Namun disamping membuat aturan disiplin dengan sangsi dan penghargaan, Anda juga perlu menciptakan lingkungan halaqah yang memotivasi peserta untuk hadir (motivasi ekstrinsik). Beberapa ciri lingkungan yang memotivasi adalah : 1. Menghargai prakarsa dan kritik peserta 2. Berusaha memenuhi kebutuhan peserta 3. Membudayakan musyawarah/mufakat 4. Memberikan penghargaan/pujian 5. Saling mempercayai 6. Memelihara sikap adil (tidak berat sebelah) 7. Memperkuat identitas bersama 8. Melakukan pengawasan secara wajar (tidak terlalu ketat) 9. Mendorong inisiatif dan kreativitas peserta (Allah membuat dosa untuk meningkatkan kualitas manusia. Pemimpin membuat sangsi untuk meningkatkan kualitas anggota) 57. Sulit Bekerjasama Bagaimana cara mengatasi sebuah halaqah yang pesertanya sulit bekerjasama satu sama lain? Ada dua faktor yang menyebabkan peserta halaqah sulit bekerjasama, yaitu kesibukan masing-masing induvidu dan perbedaan karakter. Jika masalahnya terletak pada kesibukan masing-masing induvidu, Anda perlu memakluminya dan tidak usah memaksakan mereka untuk seluruhnya terlibat dalam amal jama’i. Cukup mereka yang masih memiliki waktu luang yang mengerjakan program amal jama’i. Sedang yang lainnya memberikan kontribusi pemikiran atau dana. Anda perlu memahami bahwa yang dimaksud amal jama’i bukan berarti semuanya harus terlibat dalam kegiatan operasional. Namun yang dimaksud amal jama’i adalah kegiatan yang dimusyarawahkan dan disepakati bersama. Mengenai pelaksananya bisa sebagian orang saja, sedang yang lainnya memberikan kontribusi pemikiran atau dana.



Jika yang menyebabkan sulitnya kerjasama adalah faktor perbedaan karakter, maka Anda perlu mengatasinya dengan cara : 1. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter merupakan hal yang biasa dan alami. 2. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter bukanlah penghalang amal jama’i. Para sahabat dan para da’i sepanjang masa dapat melakukan amal jama’i walau karakter mereka berbeda-beda. 3. Menjelaskan kepada mereka bahwa perbedaan karakter disebabkan perbedaan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing manusia. Karena itu perbedaan karakter merupakan unsur kekuatan amal jama’i, bukannya penghalang amal jama’i. Sebab esensi amal jama’i adalah saling memberikan kelebihan masingmasing dan saling menutupi kekurangan masing-masing. 4. Menempatkan mereka pada posisi tugas/jabatan yang sesuai kelebihan masingmasing, bukan kekurangan masing-masing. 5. Memilih pemimpin amal jama’i yang karakternya disukai oleh sebagian besar anggota amal jama’i. 6. Menempatkan orang-orang yang karakternya tidak jauh berbeda pada tugas/jabatan yang berdekatan, misalnya sekertaris umum dengan sekertaris I. Sebaliknya, orang-orang yang karakternya sangat berbeda ditempatkan pada tugas/jabatan yang berjauhan dan kurang interaksinya, misalnya bagian publikasi dengan bagian konsumsi. (Perbedaan adalah faktor kekuatan jama’ah, asalkan bisa mengelolanya) 58. Penyampaian Materi yang Kurang Menarik Bagaimana agar materi yang saya sampaikan selalu menarik bagi peserta? Penyampaian materi yang menarik tergantung dari berbagai aspek : 1. Tema materi Tema materi yang menarik adalah tema materi yang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta. Kebutuhan adalah masalah yang sedang dipikirkan peserta dan belum memperoleh pemecahannya. Misalnya, peserta yang belum menikah kebutuhannya adalah materi tentang pergaulan atau cara mencari jodoh yang Islami. Peserta yang bekerja di kantor membutuhkan materi tentang etos kerja, pengembangan karir, atau komunikasi. Minat adalah apa yang disenangi peserta berdasarkan sifat, keterampilan atau hobinya, misalnya peserta yang kuliah di jurusan eksakta akan berminat dengan materi tentang Islam dan Sunnatullah, berpikir ilmiah, atau Islam dan ilmu pengetahuan. Mad’u yang berminat dalam bisnis akan tertarik dengan materi tentang etika bisnis dalam Islam, metode Rasulullah dalam berdagang atau keutamaan mencari rezeki dalam Islam. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui kebutuhan dan minat peserta. Cara mengetahuinya dengan meminta mereka mengisi biodata, melalui obrolan informal, menanyakan kepada temannya tentang masalah dan minat mereka, memperhatikan aktivitas mereka, memperhatikan apa yang sering mereka bicarakan, dan lain-lain. 2. Metode belajar yang menarik Metode belajar yang sering dipakai di halaqah adalah ceramah. Metode belajar ini paling mudah digunakan, tapi juga paling potensial membuat peserta bosan. Karena itu sebagai murobbi, Anda perlu menggunakan berbagai metode belajar agar peserta tidak bosan. Contoh metode belajar yang lain adalah diskusi, seminar, simulasi,



permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku, dan lain-lain. Anda dapat berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode belajar ini. Yang penting metode belajar yang dipakai harus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai, kepribadian peserta, fasilitas yang ada, waktu yang tersedia, dan tempat yang digunakan. 3. Media belajar yang tepat Media belajar yang sering digunakan di halaqah adalah papan tulis. Sebenarnya masih banyak media belajar lain yang dapat Anda gunakan untuk menarik perhatian peserta, misalnya media tulisan (makalah), media visual (Over Head Projector, Slide Projector), media audio (tape recorder), media audio visual (televisi), media peraga, dan lain-lain. Namun untuk menggunakan media selain papan tulis membutuhkan persiapan dan biaya. Disinilah seringkali murobbi tidak punya waktu dan dana untuk menyediakannya. Mungkin hal ini dapat diatasi dengan bekerjasama bersama peserta untuk menyiapkan media belajar yang dikehendaki. 4. Cara penyajian yang terampil Ada beberapa keterampilan penyampaian materi yang perlu dimiliki murobbi, antara lain adalah keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, meyakinkan, memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut dapat dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan dan pengalaman. Seringkali penyampaian yang monoton dan membosankan disebabkan murobbi tidak memiliki berbagai keterampilan penyajian tersebut. 5. Penampilan penyajian yang ekspresif dan mempesona Materi yang menarik juga tergantung dari bagaimana penampilan Anda. Ada beberapa aspek yang perlu Anda perhatikan dalam penampilan penyajian., yakni ekspresi wajah, intonasi suara, gerakan tubuh, dan pakaian/perhiasan yang dikenakan. Anda perlu memperhatikan berbagai aspek penampilan itu dan menggunakannya dengan tepat sesuai dengan pesan yang akan Anda sampaikan. (Tema lama yang disampaikan dengan menarik lebih terkesan daripada tema baru yang disampaikan dengan tidak menarik) 59. Keterbatasan Media Saya sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi karena keterbatasan media, misalnya tidak ada papan tulis. Bagaimana mengatasi keterbatasan media yang ada? Jika tidak ada media yang dapat digunakan, seperti tidak adanya papan tulis, Anda perlu mengandalkan penjelasan materi kepada cara penyampaian yang menarik, yakni dengan keterampilan menjelaskan, memberikan ilustrasi/contoh, menguatkan/ meyakinkan, memberikan penghargaan, bertanya, dan humor. Keterampilan tersebut dapat dipelajari dan ditingkatkan kemampuannya melalui buku bacaan, pelatihan dan pengalaman (Anda juga dapat membaca buku Murobbi Skills (Keterampilan untuk Murobbi) oleh Satria Hadi Lubis untuk penjelasan lebih lanjut). Selain itu, Anda juga dapat menggunakan metode belajar yang variatif, seperti diskusi, seminar, simulasi, permainan (games), demonstrasi, studi kasus, bedah buku, dan lain-lain. Anda dapat berkreasi sebebas mungkin untuk penggunaan metode belajar ini. Yang penting Anda harus tetap berupaya agar penyajian Anda menarik, walau dengan keterbatasan media yang ada. (Media belajar yang paling penting adalah diri Anda sendiri)



60. Kesulitan Mengetahui dan Mengembangkan Potensi Peserta Setiap orang memiliki potensi berbeda-beda. Bagaimana cara agar saya mengetahui dan mengembangkan potensi yang beragam dari peserta halaqah? Potensi adalah kelebihan dari setiap orang yang masih terpendam (belum aplikatif). Sebagai murobbi, tugas Anda adalah mengetahui dan mengembangkan potensi peserta. Memang ada juga murobbi yang mengabaikan potensi peserta. Namun hal ini tak perlu Anda tiru. Anda perlu berupaya mengembangkan potensi peserta, sehingga mereka merasa dihargai dan diberdayakan. Dampaknya, mereka juga akan merasa betah berhalaqah. Cara praktis untuk mengetahui potensi peserta adalah menanyakan secara langsung kepada peserta tentang potensinya. Tapi kadangkala peserta juga tidak tahu potensinya sendiri. Karena itu Anda perlu membantu peserta menemukan potensi mereka, yakni dengan cara mengetahui hobinya, keterampilan yang dimiliki, sifat utamanya, atau prestasi masa lalunya. Dari keempat aspek itu, Anda dapat menarik kesimpulan tentang apa potensi peserta. Jika Anda masih kesulitan untuk mengetahui potensinya, Anda bisa meminta peserta untuk mengikuti pelatihan pengembangan potensi atau berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk mengetahui potensi yang dimiliki. Sekarang ini, sudah banyak pelatihan dan konsultasi semacam itu di berbagai kota dengan biaya yang relatif murah. Setelah mengetahui potensinya, Anda perlu membantu untuk mengembangkan potensinya. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan potensi peserta adalah : 1. Memintanya mengikuti/melanjutkan pendidikan formal yang sesuai potensinya. 2. Memintanya mengikuti pelatihan atau pendidikan informal yang sesuai potensinya. 3. Memintanya banyak mambaca buku-buku yang sesuai dengan potensinya. 4. Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan potensinya. 5. Memintanya bergaul dengan orang-orang yang sesuai dengan potensinya. 6. Memintanya menambah pengalaman/magang yang sesuai potensinya. 7. Memintanya mencari pekerjaan yang sesuai potensinya. (Anda tidak akan bahagian, jika Anda belum mengembangkan potensi yang Anda miliki) 61. Perkembangan Pemahaman yang Berbeda Setelah halaqah berjalan sekian lama, perkembangan pemahaman dan pengamalan keislaman di antara peserta menjadi berbeda-beda. Padahal tadinya mereka berangkat dari pemahaman yang relatif sama. Faktor apa yang menyebabkan perbedaan perkembangan pemahaman tersebut? Perkembangan pemahaman yang berbeda di antara peserta merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan perbedaan dalam : 1. Tingkat kemauan untuk berubah 2. Tingkat dukungan dari lingkungan rumah/pergaulan 3. Tingkat interaksi peserta dengan para ikhwah 4. Tingkat interaksi peserta dengan murobbi 5. Tingkat kecerdasan yang dimiliki



6. Tingkat ibadah mahdhoh (khusus) yang dilakukan 7. Tingkat ketaatan (tidak maksiat) yang dilakukan 8. Tingkat akses lahan da’wah yang dikelola 9. Tingkat interaksi dengan mad’u (halaqah yang dibinanya) 10. Tingkat kegemaran membaca dan mengikuti perkembangan kontemporer 11. Tingkat interaksi dengan masyarakat Semakin tinggi nilai pada masing-masing aspek di atas, biasanya semakin cepat perkembangan pemahaman dan pengamalan peserta. Sebaliknya, semakin kurang nilai pada masing-masing aspek di atas, semakin lambat pemahaman dan pengamalan peserta terhadap Islam. Oleh karena itu sebagai murobbi, Anda perlu memotivasi dan mendukung peserta untuk meningkatkan diri dalam berbagai aspek di atas. (Pemahaman seseorang tergantung dari pengamalannya) 62. Penanganan terhadap Peserta yang Berbeda Pemahaman Setelah halaqah berjalan satu tahun, ternyata tingkat pemahaman dan pengamalan keislaman peserta menjadi heterogen. Ada yang cepat, tapi ada juga yang lambat. Bagaimana cara menangani halaqah yang perkembangan pemahaman masing-masing peserta berbeda? Sebaiknya peserta yang perkembangannya berbeda dipisahkan sesuai dengan tingkat (marhalah) perkembangannya. Yang cepat disatukan dalam satu halaqah dan yang lambat disatukan dalam halaqah lain. Namun ada beberapa murobbi yang tidak memisahkan peserta yang berbeda pemahaman karena alasan berikut: 1. Peserta berasal dari lahan da’wah atau aktivitas yang sama, sehingga memisahkan mereka akan mempersulit koordinasi. 2. Ada peserta yang kehadirannya belum mandiri (masih tergantung dengan peserta lain yang ingin dipisah). 3. Peserta yang ingin dipisah masih dibutuhkan perannya sebagai motivator dalam halaqah. 4. Jika dipisah, jumlahnya tidak memadai untuk terbentuknya satu halaqah baru. 5. Jika dipisah ada kesulitan waktu dari murobbi. Semua alasan tersebut dapat saja ditolerir untuk memisahkan peserta berdasarkan tingkat pemahamannya. Namun hal itu hanya sementara. Pada dasarnya Anda harus memisahkan mereka. Sebab jika Anda tidak memisahkan mereka berarti telah bertindak tidak adil dan tidak proporsional. Karena peserta yang lambat perkembangannya dipaksa untuk ‘bersaing’ dengan peserta yang cepat perkembangannya. Dampaknya, peserta yang lambat akan merasa minder, sehingga mungkin tidak akan hadir lagi dalam halaqah. Sebaliknya, peserta yang cepat perkembangannya akan bosan karena harus menyesuaikan diri dengan peserta yang lambat perkembangannya. Mereka bisa merasa kurang dihargai. Mereka mungkin saja akan pindah mencari murobbi lain. Semua dampak itu perlu Anda pertimbangkan jika ingin tetap menyatukan peserta yang berbeda pemahamanan dalam satu halaqah. Sebaiknya Anda memindahkan mereka sesuai dengan tingkat pemahamannya. Namun agar tidak menimbulkan kendala seperti di atas, Anda perlu menyelesaikan kendala tersebut terlebih dahulu. Misalnya, jika Anda khawatir koordinasi di antara mereka tidak berjalan dengan baik setelah mereka dipisah (karena mereka berada



dalam satu lahan dakwah), Anda perlu membuat mekanisme koordinasi baru, yakni koordinasi antar halaqah. Jika Anda khawatir ada peserta yang futur (patah semangat) jika dipisah karena belum mandiri, Anda perlu mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu. Jika Anda khawatir halaqah akan kehilangan motivator kalau dipisah, Anda perlu mengkader motivator baru sebagai pengganti motivator lama. Jika Anda sulit memisahkan mereka karena jumlahnya kurang untuk membentuk satu halaqah baru, Anda perlu mencari peserta tambahan. Jika peserta tambahan tidak didapat, Anda harus rela menyerahkan mereka ke murobbi lain. Jika Anda mengalami kesulitan waktu untuk memegang halaqah baru hasil pemisahan, Anda dapat memindahkan halaqah itu ke murobbi lain. Namun jika Anda masih ingin memegangnya, Anda perlu menjadwal kembali kegiatan Anda agar dapat memegang halaqah baru tersebut. Jadi intinya Anda harus memindahkan peserta sesuai dengan tingkat (marhalah) pemahamannya. Namun pemindahan tersebut sebaiknya dilakukan setelah segala kendala terselesaikan, sehingga pemisahan dapat berjalan dengan mulus. (Tempatkanlah seseorang sesuai dengan kemampuannya) 63. Amniyah yang Kendor atau Kaku Saya mempunyai peserta yang terlalu ketat terhadap amniyah (keamanan) dakwah. Tapi sebaliknya ada juga peserta yang terlalu kendor terhadap amniyah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Amniyah adalah hal-hal yang perlu dirahasiakan dan tidak boleh diketahui oleh sembarang orang. Amniyah merupakan salah satu unsur dalam halaqah yang perlu dipahami peserta. Sebab amniyah terkait dengan keberlangsungan perjalanan halaqah dan jama’ah. Tanpa amniyah, halaqah dan jama’ah akan mengalami hambatan dari para penentang dakwah. Bahkan pada kondisi mi’nah (tribulasi), bocornya amniyah dapat berakibat pada hancurnya eksistensi jama’ah. Hal-hal yang termasuk amniyah bersifat temporer. Tergantung dari situasi dan kondisi di sekitar halaqah dan jama’ah. Dalam kondisi sulit dimana penentang dakwah berusaha menghancurkan jama’ah, hal-hal yang termasuk amniyah bisa semakin banyak. Namun ketika kondisi lapang dan aman, hal-hal yang termasuk amniyah bisa menjadi sedikit atau bahkan tidak ada. Dalam prakteknya, ada peserta yang terlalu ketat atau kendor dengan amniyah. Hal itu disebabkan tidak jelasnya batasan-batasan amniyah yang dibuat oleh jama’ah atau murobbi, sehingga peserta mempunyai persepsi sendiri-sendiri tentang batasan amniyah. Karena itu sebagai murobbi, Anda perlu dengan jelas menyampaikan kepada peserta tentang apa saja batasan-batasan amniyah dan kepada siapa saja amniyah tersebut harus dijaga. Kalau bisa penjelasan tersebut disertai contoh-contoh kasus tentang mana yang melanggar amniyah dan mana yang tidak. Penjelasan tersebut juga perlu didukung dengan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan dalil naqli maupun aqli’, sehingga peserta betul-betul paham dan turut bertanggung jawab terhadap amniyah. Selain itu, pemahaman tentang amniyah juga perlu disampaikan berulangulang, terutama ketika peserta mulai kelihatan lengah dan agak mengabaikannya. (Terlalu ketat terhadap amniyah membuat dakwah menjadi eksklusif, terlalu kendor terhadap amniyah membuat dakwah menjadi hancur)



64. Pelanggaran Amniyah Pada saat kapan seorang peserta dianggap melanggar amniyah? Dan bagaimana sikap saya sebagai murobbi terhadap pelanggaran amniyah tersebut? Hal-hal yang dikatakan melanggar amniyah akan berbeda dalam setiap kondisi. Dalam kondisi dakwah yang sulit dan banyak tribulasi, sesuatu yang tadinya bukan amniyah bisa menjadi amniyah. Sebaliknya dalam kondisi lapang, sesuatu yang tadinya amniyah bisa tidak lagi menjadi amniyah. Namun yang penting, sebelum Anda mengatakan peserta telah melanggar amniyah, Anda sendiri harus paham betul tentang batasan amniyah pada suatu kondisi. Jangan sampai Anda terlalu ketat menerapkan amniyah, padahal kondisinya lapang atau sebaliknya terlalu kendor menerapkan amniyah padahal kondisinya sulit. Pada prinsipnya batasan pelanggaran amniyah adalah perbuatan menginformasikan sesuatu yang bila diketahui orang yang tidak berhak mengetahuinya dapat secara langsung atau tidak langsung menghambat atau menghentikan perjalanan dakwah dan jama’ah mencapai cita-citanya. Biasanya batasan amniyah dalam suatu kondisi sudah ditentukan oleh jama’ah dan telah disebarluaskan secara internal. Setelah Anda memahami betul batasan amniyah dalam suatu kondisi, barulah Anda melakukan langkah-langkah berikut : 1. Mengevaluasi apakah yang dilakukan peserta sudah termasuk pelanggaran amniyah atau tidak. 2. Jika dari evaluasi Anda, ternyata betul peserta telah melanggar amniyah, maka hal yang perlu Anda lakukan adalah memperkirakan dampak dari pelanggaran amniyah peserta. 3. Jika ternyata dampaknya cukup berbahaya bagi dakwah dan jama’ah, maka Anda perlu melakukan peringatan keras kepada peserta. Kalau perlu disertai sangsi yang proporsional. Juga perlu melakukan langkah-langkah koordinasi dengan ikhwah yang berwenang dalam hal tersebut untuk mengamankan dakwah dan jama’ah. 4. Jika ternyata dampaknya tidak cukup berbahaya, maka Anda perlu menasehati peserta agar tidak mengulanginya lagi. Kalau perlu sampaikan juga konsekuensinya, jika ia melanggar amniyah lagi. Anda juga perlu memantau dampaknya agar tidak semakin berbahaya bagi dakwah dan jama’ah. Semua langkah di atas, sebaiknya Anda musyawarahkan dengan ikhwah yang terpercaya di sekitar Anda. (Pelanggaran amniyah perlu disikapi dengan bijaksana dan proporsional) 65. Solid, tapi tidak produktif Halaqah saya sangat solid tapi kurang produktif. Bagaimana cara meningkatkan produktivitas halaqah? Sebelumnya Anda perlu mengetahui apa yang dimaksud halaqoh solid dan halaqoh produktif. Halaqoh solid adalah halaqoh yang anggotanya memiliki tingkat ukhuwah dan kekompakkan yang tinggi. Sedang halaqoh yang produktif adalah halaqoh yang anggotanya mencapai tingkat sasaran (muwashofat) tarbiyah yang tinggi dan rata-rata anggota telah memiliki akses terhadap lahan dakwah tertentu atau memiliki halaqoh. Ditinjau dari aspek soliditas dan produktivitas, ada empat tipe halaqoh : 1. Halaqoh solid dan produktif



2. Halaqoh solid, tapi tidak produktif 3. Halaqoh tidak solid, tapi produktif 4. Halaoqh tidak solid dan tidak produktif Halaqoh solid dan produktif adalah halaqoh yang anggotanya memiliki tingkat ukhuwah yang tinggi, mencapai tingkat sasaran tarbiyah yang tinggi dan rata-rata anggota telah memiliki lahan dakwah atau halaqoh. Inilah halaqoh ideal yang menjadi idaman setiap murobbi. Halaqoh yang solid, tapi tidak produktif adalah halaqoh yang anggotanya memiliki tingkat ukhuwah yang tinggi, tapi rata-rata anggota tidak memiliki lahan dakwah atau halaqoh. Cara meningkatkan halaqoh solid, tapi tidak produktif adalah dengan meningkatkan produktivitas halaqoh tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: 1. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta agar meningkatkan produktivitas. 2. Merancang program peningkatan pencapaian sasaran tarbiyah dan mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh. 3. Merancang program peningkatan keterampilan dakwah umum dan khusus serta mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh. 4. Merancang program peningkatan rekrutmen dan mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh. 5. Membuat target pencapaian yang terukur dan jadwal waktu yang ditepati untuk masing-masing program. 6. Membuat sistem penghargaan dan sangsi (reward dan punishment) yang terkait dengan peningkatan produktivitas dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. 7. Melakukan studi banding dengan mendatangi atau mengundang ikhwah lain yang halaqohnya produktif 8. Memberikan keteladanan kepada mad’u tentang produktivitas (murobbi sendiri harus produktif dan hal itu perlu diketahui oleh peserta) 66. Produktif, tapi tidak solid Sebaliknya, halaqoh saya yang lain sangat produktif, karena peserta banyak yang memiliki halaqoh dan aktif dalam dakwah. Namun mereka kurang solid dan kurang akrab satu sama lain. Perasaan ukhuwah di antara mereka juga kurang. Mengapa begitu dan bagaimana solusinya? Halaqoh yang produktif tapi tidak solid disebabkan semangat dakwah yang tinggi, tapi tidak diiringi dengan kemauan untuk menyediakan waktu bagi aktivitas bersama (amal jama’i). Hal ini tentu saja perlu diperbaiki agar kekompakkan meningkat dan anggota dapat merasakan manisnya ukhuwah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan soliditas halaqoh adalah: 1. Memberikan motivasi terus menerus kepada peserta agar meningkatkan soliditas. 2. Memperbanyak program amal jama’i dan meminta peserta menyediakan waktu untuk aktivitas bersama (amal jama’i) tersebut. 3. Melakukan kegiatan-kegiatan di dalam halaqoh yang dapat menambah keakraban dan keterbukaan. 4. Membuat suasana halaqoh yang santai dan menyenangkan, tapi tetap serius. 5. Membuat program silaturahmi antar anggota halaqoh dan mengevaluasinya dengan sungguh. 6. Membuat atribut-atribut untuk memperkuat identitas bersama.



7. Membuat mekanisme komunikasi yang terbuka di dalam maupun di luar halaqoh. 8. Memberikan keteladanan kepada peserta tentang soliditas (murobbi sendiri harus menunjukkan kekompakan yang tinggi kepada mad’unya). 67. Tidak solid dan tidak produktif Lalu jika halaqoh tidak solid dan tidak produktif, bagaimana cara mengatasinya? Halaqoh yang tidak solid dan tidak produktif merupakan halaqoh yang tidak sehat. Halaqoh yang paling tidak diharapkan oleh setiap murobbi. Halaqoh yang sehat adalah halaqoh yang dapat mencapai tujuan pembentukan halaqoh, yaitu: 1. Tercapainya sepuluh sasaran tarbiyah (salimul aqidah, shohihul ibadah, matinul khuluq, qodirul ‘alal kasbi, mutsafaqul fikr, qowiyul jism, mujahidu linafsihi, munazhom fi syu’unihi, haritsun ‘ala waqtihi, nafi’un lighoirihi) 2. Tercapainya ukhuwah Islamiyah 3. Tercapainya kaderisasi dan estafeta dakwah (anggota halaqoh mampu membina halaqoh lagi dan memiliki lahan dakwah) 4. Tercapainya pengembangan potensi anggota secara maksimal Cara mengatasi halaqoh yang tidak solid dan tidak produktif adalah dengan menggabungkan cara-cara meningkatkan kekompakkan dan produktivitas halaqoh seperti yang telah dibahas pada problem nomor 65 dan 66 di atas. 68. Suasana yang membosankan Sebagian besar peserta halaqoh saya mengeluh bahwa suasana halaqoh akhir-akhir ini membosankan, tidak seperti dulu yang menarik dan menggairahkan. Mengapa hal itu terjadi dan bagaimana sikap saya? Terjadinya suasana yang membosankan dalam halaqoh disebabkan banyak faktor, antara lain adalah : 1. Halaqoh terjebak pada kegiatan rutinitas, tanpa variasi dan inovasi. 2. Halaqoh kurang melakukan amal jama’i. 3. Halaqoh kurang mengadakan kegiatan yang kental dengan nuansa ruhiyah. 4. Adanya konflik berkepanjangan di antara anggota halaqoh. 5. Anggota memiliki pemahaman terhadap Islam dan dakwah yang timpang dan terlalu heterogen. 6. Sebagian besar anggota memiliki masalah pribadi yang berkepanjangan. 7. Kurangnya komunikasi di dalam dan di luar halaqoh antara anggota halaqoh (termasuk dengan murobbinya). 8. Murobbi kurang meningkatkan wawasan dan ilmu keislaman, sehingga pendapatnya tidak lagi aktual. 9. Murobbi kurang meningkatkan keterampilan membina halaqoh, sehingga pembawaannya monoton. 10. Murobbi jarang hadir, sehingga halaqoh sering berjalan tanpa kehadiran murobbi Suasana yang membosankan akibat satu atau beberapa sebab di atas dapat berakibat pada hilangnya kekompakkan dan produktifitas halaqoh. Dengan kata lain, dapat berdampak pada tidak tercapainya tujuan halaqoh. Oleh karena itu, sebagai murobbi Anda perlu mengatasi suasana yang membosankan dalam halaqoh. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan adalah: 1. Buat kegiatan halaqoh menjadi variatif dan inovatif



2. Perbanyak kegiatan-kegiatan amal jama’i yang dapat melibatkan seluruh atau sebagian besar anggota halaqoh 3. Perbanyak kegiatan-kegiatan yang bernuansa ruhiyah seperti mabit, dauroh ruhiyah, dauroh Qur’an, ziarah kubur, zikrul maut, melawat orang mati, menjenguk orang sakit, i’tikaf, zikir bersama, sahur dan buka puasa bersama, dan lain-lain. 4. Atasi konflik dengan manajemen konflik yang tepat 5. Pindahkan anggota yang memiliki perbedaan terlalu heterogen ke halaqoh lain 6. Bantu permasalahan anggota agar masalah mereka tidak berkepanjangan 7. Lakukan komunikasi di dalam dan di luar halaqoh. Kalau perlu buat mekanismenya. 8. Sebagai murobbi, tingkatkan wawasan dan ilmu keislaman Anda. 9. Sebagai murobbi, tingkatkan keterampilan membina Anda. 10. Intensifkan kehadiran Anda, sehingga tidak sering “bolos” halaqoh 69. Kreativitas dalam membina Sebagai murobbi saya sering kehilangan ide untuk mendinamiskan halaqoh saya. Bagaimana caranya supaya saya dapat lebih kreatif dalam membina halaqoh? Halaqoh yang dinamis membutuhkan kreativitas murobbi. Kurang kreativitasnya murobbi menyebabkan halaqoh terjebak pada rutinitas yang dapat berdampak pada : 1. Jalannya halaqoh menjadi membosankan 2. Pencapaian sasaran tarbiyah menjadi lambat 3. Kreativitas dan inisiatif mad’u menjadi berkurang 4. Potensi mad’u tidak berkembang dengan maksimal 5. Kehadiran mad’u menjadi kurang rutin Kurang kreatifnya murobbi disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah : 1. Kurangnya waktu untuk mengadakan persiapan mengisi halaqoh. 2. Kurangnya wawasan dan pengalaman dakwah murobbi. 3. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya membina halaqoh secara kreatif. 4. Kurang terbiasanya melakukan aktivitas harian secara kreatif. 5. Kurangnya motivasi untuk membina secara serius (halaqoh hanya sekedar jalan). 6. Kurangnya keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru. Semua faktor di atas semestinya tidak dijadikan penghalang bagi Anda untuk menjadi murobbi kreatif. Anda perlu mengetahui dari seluruh faktor di atas mana yang merupakan sebab dari kurang kreatifnya Anda dalam membina dan kemudian berupaya mengatasinya. Jika sebabnya karena Anda kurang waktu dalam persiapan, maka Anda harus menyediakan waktu untuk persiapan mengisi halaqoh. Minimal Anda perlu menyediakan waktu 60 menit untuk persiapan halaqoh. Jika sebab kurang kreatifnya Anda karena kurang wawasan dan pengalaman, maka Anda perlu memperbanyak wawasan dengan membaca dan rajin diskusi dengan sesama ikhwah. Sedang mengenai pengalaman, Anda dapat menambahnya dengan memperbanyak aktivitas dakwah. Jika sebabnya karena kurang kesadaran tentang pentingnya membina secara kreatif, maka Anda perlu memahami manfaat membina secara kreatif dan kerugian membina secara tidak kereatif. Jika sebabnya karena Anda tidak terbiasa kreatif, Anda perlu mengikuti pelatihan tentang kreativitas atau membaca buku tentang cara meningkatkan krerativitas dalam kehidupan sehari-hari.



Jika sebabnya karena kurang serius membina, maka Anda perlu meningkatkan keseriusan. Anda harus menjadi murobbi yang profesional. Anda harus yakin bahwa Anda sedang membina calon-calon pemimpin bangsa dan umat, sehingga tidak bisa tidak serius dalam membina. Jika sebab kurang kreatifnya Anda karena kurang berani mencoba, maka Anda perlu berani mencoba. Dengan berani mencoba, Anda akan mendapatkan pengalaman baru. Jika pun gagal, Anda akan menjadi lebih tahu mana yang salah dan mana yang benar dalam membina halaqoh, sehingga Anda menjadi semakin terampil dalam membina. 70. Mengatasi konflik Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di antara peserta halaqoh? Konflik adalah suatu pertentangan antar dua pihak yang dimulai jika satu pihak merasa pihak lain mempengaruhi secara negatif sesuatu yang dianggap penting oleh pihak yang lain. Konflik yang terjadi di dalam halaqoh disebabkan ketersinggungan perasaan yang berawal dari perbedaan karakter antar dua pihak dalam berbicara, bersikap dan berperilaku. Konflik tidak akan terjadi jika perasaan salah satu pihak tidak tersinggung. Tapi kalau perasaan sudah tersinggung konflik akan potensial terjadi. Bahkan jika tidak cepat diselesaikan akan berkembang menjadi konflik yang besar. Konflik dalam halaqoh tidak selamanya berdampak negatif. Ada juga konflik yang berdampak positif, yaitu konflik yang dapat meningkatkan kemampuan instrospeksi diri dari pihak yang berkonflik. Dari instrospeksi diri tersebut, pihak yang berkonflik akan termotivasi untuk meningkatkan kekompakkan dan produktivitas. Yang perlu dihindari adalah konflik yang berdampak negatif pada kekompakkan dan produktivitas. Hal ini misalnya dapat dilihat dari komunikasi yang macet, tidak mau kerjasama, seringnya terjadi perdebatan kosong, saling menjatuhkan dan memfitnah, sampai dengan benturan fisik. Sebagai murobbi, Anda perlu memiliki kemampuan untuk mengelola konflik dalam halaqoh, sehingga konflik berdampak positif. Ada beberapa cara mengelola konflik dalam halaqoh yang perlu Anda ketahui: 1. Kompetisi, yakni memenangkan salah satu pihak dan mengalahkan pihak lain (jika Anda sendiri yang berkonflik dengan mad’u berarti memenangkan Anda dan mengalahkan mad’u) Cara ini diambil jika : salah satu pihak jelas salah, tindakan cepat diperlukan, persoalannya prinsip, pilihan lainnya mustahil dilaksanakan, salah satu pihak tidak mau bekerjasama. 2. Penghindaran, yakni menghindar dari konflik (membiarkan konflik terjadi) Cara ini diambil jika : yakin konflik akan berdampak positif, persoalannya terlalu remeh, ada persoalan lain yang lebih mendesak, memberikan kesempatan untuk instrospeksi diri, butuh waktu untuk mengumpulkan informasi, orang lain lebih mampu menyelesaikan konflik. 3. Penyesuaian diri, yakni mengalah terhadap pihak lain (jika Anda sendiri yang berkonflik dengan mad’u berarti mengalah terhadap mad’u). Cara ini diambil jika : berada pada pihak yang salah, ingin membangun dukungan orang lain yang kelak bermanfaat, memperkecil kerugian, mendidik pihak lain belajar dari dari kesalahan.



4. Kompromi, yakni kedua pihak sama-sama mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan sebagian dari kepentingan masing-masing. Cara ini dimabil jika : sasaran penting, tapi usaha untuk mencapainya butuh pengorbanan, meraih penyelesaian sementara dari persoalan yang rumit, ingin mendapat pemecahan masalah secara bijaksana di bawah tekanan waktu. 5. Kolaborasi, yakni kedua pihak sama-sama untung tanpa masing-masing pihak melakukan pengorbanan. Cari ini diambil jika : ingin memperoleh pemecahan masalah yang menyeluruh dan dua kepentingan terlalu penting untuk dikompromikan, ingin memadukan pendapat banyak orang yang pendapatnya beragam, ingin memperoleh komitmen dengan menggunakan semua kepentingan menjadi keputusan konsensus, ingin membereskan perasaan yang terganggung oleh satu hubungan. 71. Memindahkan peserta Bagaimana cara memindahkan peserta ke halaqoh lain tanpa menimbulkan prasangka negatif? Prasangka negatif yang mungkin timbul dalam pemindahan peserta adalah anggapan dari peserta bahwa murobbi telah bertindak pilih kasih. Anggapan ini wajar muncul jika murobbi tidak mampu menjelaskan secara rasional tentang sebab kepindahan peserta. Untuk itu, Anda perlu menjelaskan kepada mad’u, baik yang akan dipindahkan maupun kepada mad’u yang ditinggalkan, bahwa pemindahan mad’u merupakan hal yang wajar sehingga tak perlu dipersoalkan. Jelaskan juga bahwa pemindahan halaqoh memiliki alasan syar’i dan rasional. Anda perlu mengemukakan alasan pemindahan tersebut dengan bahasa diplomatis (tidak berbohong, tapi juga tidak terlalu polos). Juga dengan bahasa yang sesuai pemahaman peserta. Biasanya timbulnya prasangka negatif dari peserta akibat murobbi tidak mampu menjelaskan pemindahan peserta dengan alasan yng kuat dan rasional. Bahkan ada murobbi yang memindahkan peserta tanpa alasan rasional sama sekali, hanya dengan alasan ketaatan (sami’na wa atho’na). Cara ini kurang bijaksana dan dapat menimbulkan prasangka negatif. Sebagai murobbi, Anda perlu pandai mengemukakan alasan yang syar’i dan rasional tentang pemidahan peserta. Beberapa alasan yang bisa Anda kemukakan antara lain adalah : 1. Alasan kebutuhan dakwah. Katakan pada peserta bahwa dakwah membutuhkannya untuk pelaksanaan tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Dan agar pelaksanaan tugas tersebut dapat berjalan lebih optimal dan lebih terkoordinasi maka perlu dipindahkan. 2. Alasan menempatkan orang sesuai dengan tempatnya (the right man on the right place). Anda kemukakan bahwa pemindahan halaqoh dalam rangka menempatkan orang sesuai dengan kemampuannya. Jika tidak ditempatkan sesuai dengan tempatnya berarti telah bertindak tidak amanah dan dapat menghambat perkembangan peserta. 3. Bersikap adil dan proporsional. Setiap orang perlu diperlakukan dengan adil. Karena itu pemindahan dilakukan agar peserta mendapatkan pembinaan dengan adil sesuai prestasinya. Sebaliknya jika tidak dipindahkan berarti murobbi telah berlaku kurang adil kepada peserta. Namun perlu diingat, jangan sekali-kali Anda menjelaskan kepada peserta bahwa alasan pemindahannya karena alasan negatif, misalnya karena telah berlaku buruk



atau karena “tidak naik kelas”. Alasan semacam itu dapat membuat peserta menjadi patah semangat, sehingga menjadi apatis terhadap halaqoh.dan dakwah.. 72. Murobbi malas dan bosan Sebagai murobbi, saya kadangkala malas dan bosan datang ke halaqoh? Bagaimana cara mengatasi kemalasan dan kebosanan saya? Malas dan bosan datang ke halaqoh bukan hanya bisa terjadi pada diri peserta, tapi juga murobbi. Hal itu terkait dengan masalah motivasi. Motivasi adalah dorongan yang untuk melakukan sesuatu. Motivasi akan tinggi jika ada dorongan yang kuat dari diri dan lingkungan. Tapi jika dorongan yang kuat tidak ada, maka akan muncul perasaan malas dan bosan. Oleh karena itu, yang perlu Anda lakukan adalah memperkuat dorongan ketika ingin datang ke halaqoh. Cara yang paling efektif adalah dengan membangkitkan mortivasi intrinsik di dalam diri Anda. Diantaranya dengan cara: 1. Mengingat-ingat bahwa Anda akan mendapat pahala yang besar karena membina halaqoh. 2. Mengingat-ingat bahwa Anda berdosa jika tidak hadir ke halaqoh tanpa uzur syar’i. 3. Mencari tahu manfaat membina halaqoh sebanyak-banyaknya. 4. Bayangkan wajah-wajah peserta yang sangat berharap untuk mendapatkan bimbingan dari Anda 5. Jika pikiran Anda ingin membuat alasan rasional agar tidak hadir ke halaqoh, maka sadari itu sebagai godaan syetan. Kemudian buang jauh-jauh berbagai alasan tersebut. 6. Bayangkan bahwa Anda akan sukses mengisi halaqoh. 7. Lakukan persiapan yang akan Anda sampaikan di halaqoh. Persiapan menimbulkan motivasi untuk hadir. 8. Segarkan badan Anda dengan istrirahat yang cukup sebelum mengisi halaqoh. Badan yang segar akan membangkitkan motivasi dan menghilangkan perasaan malas. Bisa juga Anda mandi atau berwudhu sebelum mengisi halaqoh untuk menyegarkan kondisi fisik Anda. 9. Sadari bahwa motivasi melakukan pekerjaan seringkali bukan muncul sebelum melakukan pekerjaan, tapi ketika melakukan pekerjaan. Karena itu jangan menunggu termotivasi, datang saja ke halaqoh walau merasa berat. Nanti di sana Anda akan termotivasi dengan sendirinya. “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan sempit adatau lapang …” (QS. 9…) Selain dengan membangkitkan motivasi intrinsik, Anda juga perlu membuat lingkungan halaqoh yang memotivasi Anda untuk hadir. Seringkali kemalasan dan kebosananan murobbi disebabkan lingkungan halaqoh tidak memotivasi, misalnya peserta yang hadir tidak pernah lengkap, peserta lambat perkembangannya, ada kekecewaan dengan peserta tertentu, dan lain-lain. Kondisi peserta yang seperti itu jangan menjadi alasan untuk tidak hadir. Perangi perasaan itu. Karena hal itu merupakan godaan syetan. Syetan menginginkan agar Anda tidak sungguh-sungguh membina. Tugas Anda sebagai murobbi memang mendidik orang-orang yang banyak kekurangannya. Anda harus sabar dan pantang kecewa ketika membina mereka. Beberapa cara untuk menciptakan lingkungan yang memotivasi Anda untuk hadir adalah :



1. Lakukan variasi agenda acara. Bisa variasi susunan agenda acara atau variasi agenda acara. 2. Lakukan variasi tempat halaqoh. Bisa dari rumah ke rumah, dari tempat tertutup (indoor) ke tempat terbuka (outdoor), atau dari rumah ke mesjid. 3. Lakukan variasi waktu halaqoh. Bisa pagi, siang, sore, atau malam. 4. Lakukan kegiatan halaqoh yang banyak dialognya (interaktif). 5. Buat suasana halaqoh menjadi hangat, akrab dan terbuka. 6. Buat suasana halaqoh yang lebih banyak menyampaikan “berita gembira” (optimis) bukan “berita sedih” (pesimis).



BAB VI PROBLEM KEAKHWATAN



73. Enggan memakai jilbab Bagaimana sebaiknya sikap saya terhadap peserta yang enggan memakai jilbab? Sikap terhadap peserta yang enggan memakai jilbab adalah : 1. Jika ia peserta pemula (halaqoh masih baru), Anda tidak perlu memaksanya untuk memakai jilbab. Peserta tersebut masih perlu waktu untuk mengamalkan Islam. Biarkan ia mengikuti halaqoh, walau belum berjilbab. Perlakukan ia sama dengan teman satu halaqohnya yang sudah berjilbab. Jangan “dianaktirikan”. Yang penting, Anda terus memberikan materi dasar-dasar Islam kepadanya. Nanti setelah ia memahami Islam dan memahami kewajiban seorang muslim (termasuk kewajiban memakai jilbab) dengan sendirinya ia akan memakai jilbab. 2. Jika ia peserta yang sudah lama halaqoh, maka Anda perlu bersikap lebih tegas. Sebab ia telah mendapatkan materi tentang Islam dan tentang kewajiban seorang muslim. Termasuk telah mengetahui tentang kewajiban memakai jilbab. Tidak ada alasan baginya untuk tidak memakai jilbab. Anda perlu memberikan peringatan kepadanya untuk memakai jilbab. Jika ia tetap menolak, berikan peringatan dua kali lagi. Jika ia tetap tidak mau berjilbab, keluarkan ia dari halaqoh dengan cara yang baik. Ia belum layak ikut halaqoh karena belum serius mengislamkan dirinya.



74. Tabaruj dalam penampilan Walaupun peserta telah memakai jilbab, tapi ia masih suka berdandan yang berlebihan (tabaruj). Bagaimana cara saya menasehatinya? Anda perlu jelaskan kepadanya tentang larangan tabaruj (dandan berlebihan) dalam Islam. “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.. (QS. 33 : 33). Allah melarang muslimah (termasuk muslim) untuk tabaruj seperti orang jahiliyah. Hal itu disebabkan : 1. Tabaruj merendahkan derajat manusia 2. Tabaruj menghilangkan rasa malu 3. Tabaruj menghilangkan harga diri 4. Tabaruj membangkitkan hasrat syahwat orang yang melihatnya 5. Tabaruj identik dengan bermewah-mewahan 6. Tabaruj membawa kepada sifat riya’ (sombong) Semua dampak negatif itu sudah cukup menjadi alasan agar setiap muslimah menjauhi tabaruj. Anda juga perlu memberi penjelasan kepada peserta tentang batasan tabaruj. Menurut Al Qur’an dan Hadist batasan tabaruj untuk muslimah adalah : 1. Memperlihatkan bagian tubuh, kecuali muka dan telapak tangan 2. Memakai pakaian ketat yang membentuk tubuh 3. Memakai pakaian transparan 4. Memakai pakaian yang terlalu mewah 5. Memakai pakaian yang bagian bawahnya terhampar sampai ke tanah 6. Memakai kosmetik yang terlalu mencolok 7. Memakai wangi-wangian yang tercium baunya 8. Memakai tato pada bagian tubuh tertentu 9. Memakai rambut palsu Setelah Anda menjelaskan kepada peserta tentang larangan dan batasan tabaruj, minta ia untuk menjauhi tabaruj. Jika ia tetap tabaruj, Anda ulangi nasehat Anda berkali-kali. Anda juga bisa meminta bantuan teman satu halaqoh yang dipercayainya untuk menasehatinya. 75. Lambat menikah Bagaimana sikap saya terhadap peserta yang lambat menikah, padahal usianya sudah di atas 30 tahun? Ada beberapa alasan mengapa peserta lambat menikah, diantaranya : 1. Terlalu selektif memilih jodoh Cara mengatasinya : minta ia “menurunkan” kriteria jodohnya. Sadarkan ia tidak ada manusia yang ideal. Setiap manusia pasti ada kekurangannya. Justru pernikahan merupakan ajang bagi masing-masing pihak untuk memperbaiki kekurangannya. Jadi jika ia terlalu selektif memilih jodoh, hal itu ibarat pungguk merindukan bulan. Apalagi dirinya pun punya kekurangan. 2. Belum mendapat izin orang tua Cara mengatasinya: minta agar peserta bertanya kepada orang tuanya apa alasan mereka tidak mengizinkannya menikah. Jelaskan pada orang tua bahwa Islam menganjurkan setiap muslim untuk menikah dini. Memperlambat menikah berarti mrmperbanyak maksiat. Orang tua seharusnya mempercepat pernikahan anak, bukan memperlambatnya.



3. Sibuk meniti karir Cara mengatasinya: Anda katakan padanya bahwa menikah adalah jalan memperoleh kebahagiaan. Memperlambat nikah berarti memperlambat kebahagiaan. Karir di tempat kerja bukanlah segala-galanya bagi muslimah. Justru menikah dan membentuk keluarga harmonis yang merupakan karir seorang muslimah sesungguhnya. 4. Fisik kurang cantik/cacat Cara mengatasinya : Minta peserta agar memperbaiki penampilannya. Ajari ia berdandan yang Islami, tapi tidak tabaruj. Minta ia agar rajin berolahraga. Sebab olahraga membuat penampilan seseorang menjadi lebih segar dan cantik. Minta juga agar ia mempercantik rohaninya. Sebab kecantikan rohani akan memancar keluar dan membuat orang nampak lebih cantik. 5. Trauma untuk menikah Cara mengatasinya : Cari tahu mengapa ia trauma menikah. Apakah karena melihat contoh pernikahan yang gagal dari orang di sekitanya, apakah dahulu ia pernah gagal ketika dijodohkan, pernah disakiti pria, atau sebab lainnya. Setelah tahu sebabnya, beri motivasi kepadanya bahwa apa yang dilihat atau dialaminya di masa lalu belum tentu terjadi lagi kepadanya. Nasehati ia agar tidak terpaku ke masa lalu. Hidup akan lebih berarti jika berani menerima kegagalan dan mencobanya lagi. Jika setelah dinasehati ia tetap tidak bisa menghilangkan traumanya, minta ia agar konsultasi dengan ahlinya (psikolog/psikiater). 6. Kurang supel dalam pergaulan Cara mengatasinya: Ajari ia agar supel bergaul. Sekarang ini telah banyak buku-buku tentang cara bergaul. Minta ia membacanya. Minta juga ia agar memperluas pergaulannya. Kalau perlu, tunjukkan padanya dimana tempat-tempat bergaul yang cocok untuknya. 7. Memiliki sifat buruk Cara mengatasinya : Tunjukkan pada peserta apa sifat buruknya. Minta ia agar memperbaiki sifat buruknya. Jika ia mengatakan bahwa sifat tersebut sulit diubah, yakinkan bahwa tidak ada sifat yang sulit diubah. Persoalannya adalah mau atau tidak merubah sifat buruk. 8. Ujian dari Allah Cara mengatasinya : Jika semua alasan diatas tidak ada, besarkan hatinya bahwa mungkin lambatnya ia menikah karena ujian dari Allah SWT. Allah Maha Tahu bagaimana cara menguji hamba-Nya. Ujian dari Allah pasti bertujuan baik dan suatu ketika orang yang diuji akan mengetahui hikmahnya. Anda perlu berbicara kepadanya dari hati ke hati tentang mana saja alasan yang menyebabkan peserta lambat menikah. Minta ia melakukan instrospeksi diri dan memperbaikinya. 76. Bau badan yang mengganggu Walaupun hal ini sepele, tapi cukup mengganggu kalau dibiarkan. Bagaimana cara memberitahu peserta yang bau badannya mengganggu (terlalu bau)? Bau badan yang mengganggu dapat berdampak pada pergaulan. Orang lain jadi enggan berdekatan dengan orang yang bau badannya mengganggu. Di dalam halaqoh, bau badan yang terlalu bau juga dapat menggangu konsentarasi dan membuat suasana jadi tidak nyaman. Ironisnya orang yang bau badannya mengganggu itu sering tidak menyadarinya. Ia acuh saja terhadap bau badannya. Karena itu, perlu ada orang lain yang memberitahukannya. Tapi hal ini sensitif dan dapat membuat orang tersinggung.



Sebaiknya yang memberitahukan kepadanya adalah teman dekatnya. Anda bisa minta bantuan kepadanya. 77. Ingin berkarir Bagaimana sikap saya bila peserta (akhwat) ingin berkarir di tempat kerjanya? Katakan padanya bahwa berkarir di tempat kerja dibolehkan dalam Islam selama tidak mengganggu pekerjaan utamanya, yakni mengasuh anak. Di dalam Islam, pekerjaan utama wanita adalah di rumah (mengasuh anak dan suami) bukan di luar rumah. “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (QS. 33 : 33). Jika karir di tempat kerja telah mengganggu “karir” di rumah, maka ia harus berani mengorbankan karir di tempat kerja demi anak-anaknya. Jika ia tidak mau, maka ia berdosa karena telah menelantarkan pekerjaan utamanya (yakni mengasuh anak).



BAB VII PROBLEM LAIN-LAIN 1. Kaderisasi yang proporsional 2. Rekrutmen dengan cara “dijebak” 3. Peserta direkrut oleh harakah lain 4. Merekrut orang yang sudah tarbiyah di halaqah lain 5. Mekanisme komunikasi di dalam dan diluar halaqoh Bagaimana cara membuat mekanisme komunikasi di dalam halaqoh? 6. Peserta terlalu tertutup tentang permasalahan yang dihadapi Ada peserta di halaqah saya yang terlalu tertutup terhadap permasalahan yang ia hadapi? Ia tidak mau menceritakan masalahnya kepada saya sebagai murobbi? Bagaimana sikap saya semestinya? 6. Batasan iqob (sangsi) dari murobbi dan cara memberikan iqob kepada mutarobbi? Bolehkan memvakumkan dari halaqah sebagai iqob? 7. Batasan memberikan kritik dan mentaati murobbi 8. Mengkompromikan antara kegiatan dari murobbi dengan kegiatan dakwah lainnya 9. Mengadakan acara mabit atau mukhoyyam bagi akhwat Bolehkah akhwat mengadakan acara mabit atau mukhoyyam? Jawab : 10. Menikah dengan aktivis harakah lain



Bolehkah seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah yang berbeda? Jawab : Idealnya seorang aktivis dakwah menikah dengan aktivis dakwah dari harakah yang sama. Sebab menikah dengan aktivis dakwah dari harakah lain kemungkinan besar akan berdampak pada: 1. Terjadinya tarik menarik pengaruh antar suami isteri untuk mengajak pasangannya mengikuti harakahnya. 2. Terjadinya perbedaan sudut pandang dalam melihat sesuatu karena masingmasing mendapatkan pengajaran (pembinaan) yang berbeda dari harakahnya. 3. Terjadinya perbedaan uslub (tata cara) dan manhaj (metode) dalam berdakwah dan mengurus rumah tangga/anak. 4. Terjadinya perbedaan kepentingan antar suami isteri dalam mantaati murobbi masing-masing. Apalagi jika perintah murobbi diberikan pada saat bersamaan. 5. Terjadinya komunikasi dakwah yang tidak terbuka, karena masing-masing pihak harus menyimpan amniyah (keamanan) dakwah dari harakahnya masing-masing. 6. Terjadinya kesenjangan pergaulan dengan teman suami atau isteri, karena berasal dari harakah yang berbeda. Semua hal itu akan berdampak pada kurang harmonisnya hubungan suami isteri dan terbengkalainya kerja-kerja dakwah yang bersifat amal jama’i antar suami isteri. Karena itu, sangat disarankan agar para aktivis menikah dengan aktivis dari harakah yang sama. [Menikah bukan hanya menyatukan cinta, tapi juga menyatukan pemahaman dan pengamalan] --Biografi Singkat Penulis: Satria Hadi Lubis, MM., MBA lahir di Jakarta pada 19 September 1965 adalah Direktur Eksekutif Lembaga Manajemen LP2U yang bergerak dalam bidang pemberdayaan manusia (Human Resources). Selain sebagai wirausahawan dan dosen, aktivitas ayah dari lima orang anak ini juga menjadi trainer pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan dengan lebih dari 3000 jam pelatihan, penceramah agama (Islam) dan pembicara di berbagai seminar. Peraih gelar Magister Manajemen (MM) dari STIE-IPWI (1997) dan Master of Business Administartion (MBA) dari American World University (AWU) tahun 1998 ini aktif di berbagai kegiatan dan organisasi Islam sejak mahasiswa tahun pertama. Termasuk aktif membina berbagai halaqoh selama lebih kurang 14 tahun (1988 sampai sekarang). Selain buku ini, ia juga tengah menyusun buku serial halaqoh lainnya; Manajemen Halaqoh, Keterampilan-Keterampilan Murobbi (Murobbi Skills), 99 Tips Menjadi Murobbi Sukses, dan 77 Kiat Mengatasi Problema Halaqoh Jilid II. Juga tengah menyusun buku serial pengembangan pribadi, diantaranya: Cara Mudah Mengatur Waktu, Sukses dengan Kepercayaan Diri Permanen, dan Kreativitas Plus.