6 0 932 KB
BAB III
PEMBAHASAN ALAT TENS (TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION)
Gambar 4 Alat TENS PHYSIOMED IONOSON EXPERT
A. DATA ALAT Merk : PHYSIOMED Tipe
: IONOSON EXPERT
B. SPESIFIKASI ALAT Tabel 1 Spesifikasi Alat.
Protection Class
I acc. to VDE 0750 / IEC 601 BF type
Karakteristik CE
acc. to Councli Directive concerning medical devices 93/42 EEC
Class acc. 93/42 EEC
Iia
Koneksi Utama
230 V AC ±10% atau 115 V AC ±10%
Frekuensi koneksivitas
50-60 Hz
Konsumsi Arus
0.3 A (pada 230 V ) atau 0.6 A (pada 115 V)
Daya
68 VA
Fuse
230 V
:T1A
115 V
:T2A
Data output stimulation
75 mAs (peak) pada 500 ohm
Temperatur ruang
+10oC….+ 40oC
Dimensi
34.5 x 13.3 x 34.8 cm
(W x H x D) Berat
5.1 kg
C. TEORI DASAR TENS TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) merupakan salah satu alat yang sering digunakan oleh para Fisioterapis di Indonesia. TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit yang telah terbukti efektif untuk menghilangkan nyeri[1]. TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Efektivitas TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate control) Melzack dan Wall yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable. Lewat stimulasi antidromik TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat
1
http://malangsportclinic.com/?prm=article&cat=5&id=19
25
mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang akan berakibat terjadinya vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses. Mekanisme lain yang dapat dicapai oleh TENS ialah mengaktivasi system saraf otonom yang akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang dapat mengubah kimiawi jaringan. Postulat lain menyatakan bahwa TENS dapat mengurangi nyeri melalui pelepasan opioid endogen di SSP. TENS dapat juga menimbulkan efek analgetik lewat sistem inhibisi opioid endogen dengan cara mengaktivasi batang otak. Stimulasi listrik yang diberikan cukup jauh dari jaringan yang cidera /rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif untuk memodulasi nyeri. Pada penggunaan TENS perlu diperhatikan beberapa hal yaitu tentang indikasi dan kontra indikasi pada penggunaan TENS. Indikasinya dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, indikasinya meliputi : Nyeri akibat trauma, musculoskeletal, sindroma kompresi neurovaskuler, neuralgia, causalgia. Sedangkan kontra indikasi dari TENS yaitu pada penderita dengan alat pacu jantung, alat-alat listrik yang ditemukan pada tubuh pasien. Efek samping dari TENS yang sering timbul adalah alergi pada kulit dimana elektroda ditempelkan. Reaksi tersebut biasanya disebabkan oleh gel pada waktu menempelkan elektroda.
D. PRINSIP DASAR ALAT 1. Electro Stimulation Therapy / TENS TENS
merupakan
salah
satu
alat
yang
digunakan
untuk
menghilangkan rasa nyeri. Alat yang digunakan secara umum terdiri dari sumber pembangkit listrik dengan energi yang berasal dari baterai, beberapa kabel penghubung dan elektrode. Therapy dilakukan dengan cara meletakkan elektrode yang terhubung dengan sumber energi pada kulit baik di area nyeri atau area yang lain di sepanjang jalur perjalanan syaraf. Elektrode akan mengeluarkan aliran listrik dengan daya sebesar mili ampere. Mekanisme kerja dalam mengurangi rasa nyeri masih menjadi perdebatan para ahli. Dua 26
mekanisme yang paling mungkin adalah sensasi yang ditimbulkan dari stimulasi listrik pada serabut syaraf yang terletak di kulit akan menutupi sensasi nyeri yang hendak dikirimkan ke otak melalui serabut syaraf tersebut. Mekanisme yang kedua adalah rangsangan listrik pada kulit dan serabut syaraf akan menyebabkan tubuh mengeluarkan zat endorphin. Endorphin merupakan zat yang menyerupai morphine tetapi diproduksi secara alami oleh tubuh.[2]
2. Ultrasound Therapy (UST) Ultrasound Therapy adalah alat yang digunakan untuk mengurangi kondisi sakit dan mempercepat penyembuhan pada jaringan. Pada UST menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 0.7 – 3 MHz. UST menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk meningkatkan produksi panas jaringan dalam sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Alat ultrasound therapy ini menggunakan rangkaian pembangkit frekuensi tinggi yang menghasilkan arus berfrekuensi tinggi yang mencapai 0.75 – 3 MHz. Arus ini akan mengalir ke tranduser alat dan akan menyebabkan vibrasi (getaran) pada piezoelektrik. Gelombang ultrasonik (gelombang suara frekuensi tinggi) tercipta dari getaran mekanis piezoelektrik tadi. Saat gelombang ultrasonik ini kontak dengan udara maka akan terjadi pemborosan
gelombang
sehingga
disediakan
gel
khusus
dalam
penggunaannya untuk memaksimalkan kontak antara tranduser dan kulit. Frekuensi UST yang digunakan adalah 0.7 – 3.3 MHz dengan penetrasi atau kedalaman menembus jaringan 2 – 5 cm. Semakin menurun intensitasnya maka semakan dalam penetrasinya.[3] .
2 3
Ibid https://dhaenkpedro.wordpress.com/ultrasound-therapy/
27
E. BLOK DIAGRAM DAN CARA KERJA
Monitoring hardware Interface Vacum Unit
Interface
Operating Unit
Measurement & control unit
stimulation current electrodes
Stimulation Current Amplifier Circuit 1
Pulse Interface manual release key
Generation Monitoring hardware Measurement & control unit
Sono Amp
Stimulation Current
Interface power
Interface
PSU
Amplifier Circuit 2
Mikroprosesor
supply Monitoring hardware Measurement & control unit
Sono Amplifier
Gambar 5 Blok Diagram Alat TENS PHYSIOMED
Saat alat ON maka power supply akan mendistribusikan tegangan kepada seluruh blok yang membutuhkan. Informasi data masuk baik dari interface vacum unit, interface manual release key (tombol pause atau trigger manual pada mode tertentu) dan operating unit akan dikirim ke mikroprosesor untuk diproses. Mikroprosesor akan mengirimkan output perintah pada blok Pulse generator untuk membangkitkan baik frekuensi ataupun arus listrik sesuai dengan yang diatur oleh user. Selain itu mikroprosesor juga mengirimkan output untuk display agar dapat menampilkan data. Besar frekuensi dan arus juga akan terbaca dan dapat di control (ubah) oleh blok control and measurement. Besaran yang terbaca akan dikirimkan kembali ke mikroprosesor untuk diproses agar nilainya dapat ditampilkan pada display. 28
F. BAGIAN ALAT Bagian Depan
Gambar 6 Bagian Depan Alat
Bagian Belakang
Gambar 7 Bagian Belakang Alat
1. Main Module
9.
Pulse Indicator Circuit II
2. Status Bar Atas
10. Patient Current Indicator
3. Display
11. Output Indicator
4. Status Bar Bawah
12. Patient Lead Connector
5. Pemilih Data (Rotary Knob)
13. Manual release key or therapy
6. Intensity Control Circuit I
pause buttom socket
7. Pulse Indicator Circuit I
14. SIM socket
8. Intensity Control Circuit II
15. VAC socket
29
G. APLIKASI ALAT Alat TENS merk physiomed ini dibuat berdasarkan aplikasi untuk : 1. TENS Therapy Nyeri Circulation Stimulation Mobilisation and muscle stimulation Spacticity treatment according to Hufschmidt and Jantsch Ionthophoresis
2. Ultrasound Therapy
Faradic Excitability test
Medium frequency test according to Lange
Accumonddation quotient
Rheobase/chronaxy
I/T diagnosis
H. CONTROL DAN INDIKATOR 1. Fungsi Control dan Indikator a. Modul Utama
Gambar 8 Main Module
30
Pada Modul Utama ini terdapat switch ON/OFF, konektor kabel power dan fuse. Modul Utama ini berada dibagian belakang alat. Pada PHYSIOMED Expert switch ON/OFF nya sudah terintergrasi. Setelah Switch ON maka self test akan muncul (dilakukan secara otomatis oleh alat) .
b. Status Bar Atas Status Bar Atas menampilkan beberapa indicator atau parameter aktif.
c. Display
Gambar 9 Tampilan Display
Pada display, ditampilkan menu dan parameter pada level yang berbeda kecuali untuk intensitas. Menu dapat dipilih dengan menggunakan rotary knob. d. Status Bar Bawah Pada status bar bawah ditampilkan pesan ataupun saran langkah selanjutnya untuk user.
e. Rotary Knob
Gambar 10 Rotary Knob
31
Gunakan Rotary Knob untuk memilih parameter therapy dan untuk mengoprasikan instrument dalam artian rotary knob ini merupakan kusor. Gerakan rotary knob ke atas ataupun ke bawah. Setelah itu tekan rotary knob untuk memilih menu. Untuk memilih parameter, gerakan kusor dengan memutar rotary knob. Setelah menekannya maka kusor akan berkedip. Berarti kita sudah dapat memilih parameter dengan menggerakkan rotary knob dan menekannya, kusor pun akan berhenti berkedip. Modifikasi nilai pun akan ditampilkan pada status bar atas.
f. Kontrol Intensitas
Gambar 11 Kontrol Intensitas
Kontrol Intensitas digunakan untuk mensetting intensitas minimal 0.5 mA. Ketika merubah intensitas maka akan muncul timer pada display.
Automatic Output Current Switch OFF PHYSIOMED Expert otomatis akan mengaktifkan Automatic Output Current Switch OFF terjadi permasalah aliran alus pada elektroda (elektroda terjatuh, belum tersambung dan lain-lain). Akan muncul pesan CHECK ELECTRODE I bawah.
32
pada status bar
g. Pulse Indikator
Gambar 12 Pulse Indikator
Pulse Indikator akan menampilkan tingkatan Pulse (pulsa) intensitas dan dosis. Lampu indicator akan mati jika intensitas secara otomatis menurun karena pengaruh settingan timer. Jika intensitas atau dosis dinaikkan nilainya maka indicator akan menyala dan menampiklan tingkatan intensitas dan dosisnya h.
Dosis Kontrol
Gambar 13 Dosis Kontrol
Fungsinya sama dengan Intensitas control hanya perbedaanya pada apa yang dikontrolnya. Dosis control berfungsi untuk mengatur dosis yang akan diberikan pada pasien. Minimal 0.5 mA.
33
i. Patient Current Indikator
Gambar 14 Patient Current Indicator
Led pada sisi kiri symbol merupakan indicator untuk circuit 1 (intensitas) dan sisi kanan untuk circuit 2 (dosis). Menyalanya led berdasarkan dari resistansi kedua circuit. Biasanya led akan menyala ketika pasien mulai pendapatkan sensasi dar proses therapy. Ketika led tidak menyala saat proses therapy, teknisi harus melakukan selft test dan menganalisa mengapa indicator tidak menyala. Jika setelah pengecekan masih tidak menyala berarti circuit harus diperiksa atau menggantinya jika perlu.
j. Output Indikator
Gambar 15 Output Indikator
Indikator
ini
memberitahukan
kita
peringatan
terhadap
permasalahan pada elektroda. Sehingga saat indicator ini menyala kita harus segera mengganti elektroda yang terpasang pada alat karena dapat membahayakan pasien.
34
k. Manual Release Key Socket
Gambar 16 Manual Release Key Socket
Manual Release Key Socket
merupakan untuk mentriger
current pulse secara manual. Penggunaan trigger manual ini digunakan ketika menggunakan mode current FaS, HVS, T/R, MT, dan KOTS. Manual Release Key ini juga dapat digunakan sebagai tombol pause untuk semua current mode lainya. Ketika menekan release key, arus listrik akan dalam keadaan saklar tertutup. Setelah menekan release key pada display akan muncul.
l. SIM Socket
Gambar 17 SIM Socket
SIM Socket digunakan untuk menghubungkan ultrasound therapy unit.
m. VAC Socket
Gambar 18 VAC Socket
35
VAC Socket digunakan untuk menghubungkan aplikasi vacuum (menggunakan plates elektrode).
2. Pengoprasian a. Start Menu
Gambar 19 Start Menu
Gambar 20 Menu Mode FaS
b. Parameter Circuit I 1) Umum Simbol dibawah digunakan untuk semua mode dengan frekuensi rendah.
36
Tabel 2 Simbol Mode Dengan Frekuensi Rendah.
Simbol
Keterangan Intensitas display pada circuit I (mA), akan diset dengan intensitas control I. Tanda (plus / minus) menurupakan polaritas plug merah circuit I Arus µA terukur untuk current mode GMC (1.000 µA = 1000 mA) Merubah
polaritas
dari
2
elektrode. Tanda plus atau minus dari intensitas akan berubah.
2) Current Mode G GMC Tabel 3 Simbol Pada Mode G GMC.
Simbol
Keterangan Merubah dari arus galvanic direct dengan
current
berpemotong
frekuensi
medium.
Arus yang disetting terlihat pada Status Bar Atas Jarak Toggling Intensitas (0 – 3.5 mA atau 0 -25 mA)
Intensitas maksimun dari Current Mode GMC ini sangat kecil dan jarang digunakan. Energinya tidak cukup untuk menyalakan patient current indicator dan output indicator.
37
3) Current Mode DF, MF, CP, LP Tabel 4 Simbol Pada Mode DF, MF, CP, LP.
Simbol
Keterangan Merubah Galvanic Basic (5%) Arus yang disetting terlihat pada Status Bar Atas
4) Current Mode UR, IG 30, IG 50, FM, STOCH Tabel 5 Simbol Pada Mode UR, IG 30, IG 50, FM, STOCH.
Simbol
Keterangan Merubah dari Monophase ke Biphase Pulse Emission. Arus yang disetting terlihat pada Status Bar Atas
5) Current Mode TENS Tabel 6 Simbol Pada Current Mode TENS.
Simbol
Keterangan Merubah dari Monophase ke Biphase Pulse Emission. Arus yang disetting terlihat pada Status Bar Atas Waktu (kemungkinan nilainya : 40 µs sampai 400 µs) Letupan frekuensi (kemungkinan nilainya : OFF, 1-10 Hz, ratio gelombang 1:1, 2:1, 2:2) Lebar pita frekuensi (70 -150 Hz atau 1 – 150 Hz) atau frekuensi sebenernya (1-200 Hz) 38
6) Current Mode FaS Tabel 7 Simbol Pada Current Mode FaS.
Simbol
Keterangan Merubah dari Monophase ke Biphase Pulse Emission. Arus yang disetting terlihat pada Status Bar Atas Sinyal akustik, agar setiap gelombang memiliki signal suara Ti
:
Waktu
gelombang,
kemungkinan nilainya 0.1 – 10 ms Ri
:
Waktu
pelepasan,
kemungkinan nilainya 10 -250 ms Bentuk gelombang segitiga atau persegi panjang Basic Setting : T = 1 ms, R = 20 ms, gelombang segitiga Hubungan (Tension,
kontraksi 1
s)
/
pause
(Release, 1 s). Kemungkinan nilainya T = 1-60, R = 1-60 Manual
release
key
(jika
hanya R > 1 s) Ramp (setting 4 m1 sampai m4) dengan perbedaan waktu kenaikan. Nilai akan terlihat pada display
39
c. Parameter I/T Diagnostic Tabel 8 Simbol Pada Parameter I/T Diagnostic.
Simbol
Keterangan Merubah polaritas dari 2 elektrode. Tanda
plus
atau
minus
dari
intensitas akan berubah. Sinyal
akustik,
agar
setiap
gelombang memiliki signal suara Bentuk gelombang Memilih antara gelombang persegi panjang r1 atau gelombang segitiga d1 Waktu gelombang Memilih
waktu gelombang mulai
dari 1000ms – 0.1 ms Waktu jeda Memilih waktu antara pulsa-pulsa mulai dari 2 – 5 s Mentrigger
gelombang
manual release key Konfirmasi reaksi otot
Menghapus nilai sebelumnya
40
dengan
3. Karakteristik Dari Mode Individual Current a. Low Frequency Current Mode (LF) 1) G (Galvanisation) Direct Current tanpa ada pemotongan gelombang atau jeda.
Variasi Medium frekuensi terpotong direct current ( 8 kHz; duty cycle 95 %.
Pengaplikasian : Ionthoporesis, basic therapy untuk paralyisis dan perawatan atrophy, hipereamia.
2) GMC (Galvanisation With Microcurrent) Direct Current tanpa ada pemotongan gelombang atau jeda.
Variasi Medium frekuensi terpotong direct current ( 8 kHz; duty cycle 95 %.
41
Pengaplikasian
: Iontophoresis, perbaikan thropic, therapy nyeri.
3) DF ( Diadynamic Current Diphase Fixe). Tabel 9 Parameter DF (Diadynamic Current Diphase Fixe)
Parameter Tetap Bentuk pulsa : Sinusoida setengah gelombang T = Pulse Time : 10 ms R = Release Time : 0 ms Frekuensi : 100 Hz Galvanic ON
Aplikasi
Penyetingan Galvanic basic (5%)
Galvanic OFF
: Classic current untuk penghilang nyeri dalam kasus neuralgia dan nyeri kronis, saraf kejepit.
4) HV (High Voltage Current) Tabel 10 Parameter HV (High Voltage Current).
Parameter Tetap Bentuk pulsa : Segitiga T = Pulse Time : 0.1 ms
Penyetingan Mono / Biphase atau dapat diatur 40 – 400 µs Frekuensi stimulasi 2 – 200 Hz (Classic 197 Hz)
42
Monophase
Aplikasi
Biphase
: Teraphy nyeri berbagai macam pasient sensitive derita dari minimal hiperaemia.
5) TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation) Tabel 11 Parameter TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation).
Parameter Tetap Bentuk pulsa : Kotak
Penyetingan Mono / Biphase T = pulse time : 40-400 µs Trigger : 0-10 Hz Frekuensi lebar pita : 1-150 Hz atau 70-150 Hz Frekuensi tetap : 1-200Hz
Monophase
Biphase
Aplikasi : Therapy nyeri untuk neuralgia kronis dan myalgia.
6) STOCH (Stochastic Current) Tabel 12 Parameter STCOH (Stochastic Current).
Parameter Tetap Bentuk pulsa : Persegi panjang T = pulse time : 40-400 µs R = release time :10-100ms Frekuensi stimulasi : 10-100Hz
43
Penyetingan Mono / Biphase
Monophase
Aplikasi
Biphase
: Stimulasi dengan trigger gelombang acak (tidak berurutan).Untuk stimulasi sirkulasi dan analgesi (penghilang nyeri) dengan adaptasi stimulus minimal.
7) FaS (Faradic Surge Current) Tabel 13 Parameter FaS (Faradic Surge Current).
Parameter Tetap
Penyetingan Mono / Biphase T = Pulse Time : 0.1 10ms (classic 1 ms) Waktu kontraksi : 1-60 s Manual
triggering
(manual release key) Pause : 1-60s Ramp (surge time) : 4 setting Bentuk
gelombang
segitiga
atau
panjang
44
:
persegi
Monophase
Aplikasi
Biphase
: Therapy untuk otot atrophies, cidera saat latihan, foster, electrogymnastic, latihan otot pada olah raga dan latihan koordinasi.
b. Medium Frequency Current 1) IF (Classic Interference Current) Tabel 14 Parameter IF (Classic Interference Current).
Parameter Tetap Gelombang Sinus
Penyetingan Fungsi Vektor (dynamic fungsi) Fbas = basic frequency : 2.09.5 kHz MODE
:
Frequency
Modulasi Lebar pita frequency : Pre-set 1-25Hz, 1-50 Hz, 1250 Hz, 100-250 Hz atau yang lain Frekuensi tetap: 0-250 Hz
45
Aplikasi
: Berdasarkan parameter yang dipilih : therapy nyeri, sirkulasi stimulasi, detonisasi.
2) AMF (Amplitude Modulate Medium Frequency Current) Tabel 15 Parameter AMF (Amplitude Modulate Medium Frequency Current).
Parameter Tetap Gelombang Sinus
Penyetingan Fungsi Vektor (dynamic fungsi) Fbas = basic frequency : 2.09.5 kHz MODE
:
Frequency
Modulasi Lebar pita frequency : Pre-set 1-25Hz, 1-50 Hz, 1250 Hz, 100-250 Hz atau yang lain Frekuensi tetap: 0-250 Hz
Aplikasi : Berdasarkan parameter yang dipilih : therapy nyeri, sirkulasi stimulasi, detonisasi. 46
3) KOTS (Medium Frequency Muscle Training) Tabel 16 Parameter KOTS (Medium Frequency Muscle Training).
Parameter Tetap R = Release Time : 10 ms
Penyetingan T = kontraksi 1-60s, manual triggering (manual release key) R = release time antara kontraksi 0-60s T = Time Pulse : 2ms, 4ms, 6ms, 8ms, 10ms: auto Bentuk gelombang : sinus, segitiga dan persegi panjang Ramp (surge time) : 4 mode Frekuensi Modulasi : 0-95 Hz Fbas = basic frequency : 2.09.5 kHz
Sinus
Segi tiga
Aplikasi : Latihan Otot
47
Persegi panjang
I. BASIC SETTING Pilih SETMENU pada display untuk menuju basic setting.
Gambar 21 Basic Setting Display
Tabel 17 Keterangan Simbol Pada Basic Setting.
Simbol
Keterangan Kontras
Menu
aktif
ketika
menyalakan
instrument Biphase
Current
pembatas gelombang
:
Baik
sebuah
antara
dua
setengah
atau
dua
setengah
gelombang cepat satu sama lain.
Keluar dari Basic Setting Untuk alternative parameter dapat dialakukan dengan cara : 1. Pilih SETMENU pada display 2. Pilih parameter yang diinginkan dengan rotary knob, kemudian konfirmasi. 3. Atur nilai parameter yang diinginkan. 4. Keluar dari Basic Set Up
48
J. TROUBLESHOOTING 1. Error Code Untuk TENS Tabel 18 Error Code TENS
Self Test ERROR 0mA CH1
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 1 pada 0 mA Penyebab : Control Power Supply dan F1 (160 mA) Kabel
utama
flat
ribbon/board
depan, V25/24, R113 Fungsi control dari K4 ERROR 10mA CH1
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 1 pada 10 mA Penyebab : Control Power Supply Unit (PSU) dan F1 (160 mA) Kabel
utama
flat
ribbon/board
depan, V25/24, R113 ERROR 50mA CH1
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 1 pada 50 mA Penyebab : Control Power Supply Unit (PSU), V 48 dan CC/CV fungsi dari N9 (81C55) Kabel utama flat ribbon/board depan, V25/24, R113
ERROR 70mA CH1
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 1 pada 70 mA Penyebab : Control Power Supply Unit (PSU), Kabel utama flat ribbon/board depan, V36, V44/45
180_HARD_ERROR Hardware pentrigger pada Current Circuit 1 > 80 mA
49
Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU) (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3, kabel utama flat ribbon/board depan 180_SOFT_ERROR
Software pentrigger pada Current Circuit 1 > 80 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU) (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3, kabel utama flat ribbon/board depan
ERROR 0mA CH2
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 2 pada 0 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), kabel utama flat ribbon/board depan
ERROR 10mA CH2
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 2 pada 10 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), kabel utama flat ribbon/board depan
ERROR 50mA CH2
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 2 pada 50 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), kabel utama flat ribbon/board depan
ERROR 70mA CH2
Point Pengoprasian berbeda dengan current circuit 2 pada 70 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), kabel utama flat ribbon/board depan
180_HARD_ERROR Hardware pentrigger pada Current Circuit 2 > 80 CH2
mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU),
50
(+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3, kabel utama flat ribbon/board depan 180_SOFT_ERROR
Software pentrigger pada Current Circuit 2 > 80
CH2
mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3, kabel utama flat ribbon/board depan
THERAPY ERROR
uP Watchdog ERROR
Watchdog ERROR
Penyebab : Ganti µP Prosesor T2 Timer 2 Watchdog ERROR
Watchdog
Penyebab : Ganti µP Prosesor
ERROR T/R
Impulse/ resting timer error Penyebab : Kabel utama flat ribbon/board depan, KFG Eprom N11
ERROR CH1 I 20%
Point pengoprasian berbeda dengan circuit 1 Penyebab : Kabel utama flat ribbon/board depan, mekanik dose potensiometer rusak, kesalahan penyeimbang
ERROR CH2 I 20%
Point pengoprasian berbeda dengan circuit 2 Penyebab : Kabel utama flat ribbon/board depan, mekanik dose potensiometer rusak, kesalahan penyeimbang
ERROR INTENS.ZERO
CH1 Current circuit 1 > 0, meskipun control 1 pada posisi 0 Penyebab : Kabel utama flat ribbon/board depan, mekanik dose potensiometer rusak, kesalahan penyeimbang kerugian
ERROR
CH2 Current circuit 1 > 0, meskipun control 2 pada 51
INTENS.ZERO
posisi 0 Penyebab : Kabel utama flat ribbon/board depan, mekanik dose potensiometer rusak, kesalahan penyeimbang kerugian
180_HARD_ERROR Hardware pengtrigger current circuit 1 >80 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3 180_SOFT_ERROR
Software pengtrigger current circuit 1 >80 mA Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3
180_HARD_ERROR Hardware pengtrigger current circuit 2 >80 mA CH2
Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3
180_SOFT_ERROR
Software pengtrigger current circuit 2 >80 mA
CH2
Penyebab : Kontrol Power Supply Unit (PSU), (+15 DCV, melebihi toleransi) V10, N3
CH2 NF ERROR
Tegnagan input NF untuk circuit 2 terlalu tinggi (R72)
2. Error Code Untuk Ultrasound Tabel 19 Error Code Ultrasound.
Self Test
Pada resistor internal (R84,85,86 => 50 Ohm)
US ERROR 50ohm
Software pengontrol pengukuran resistansi Penyebab : N6 (NE521) control 84,85,86
US ERROR phi
Softwarre pengontrol pengukuran phase Penyebab : NE (NE521) control
52
US ERROR P 2,0W
Test daya output pada 2.0 W Penyebab : N6 (NE521), saklar temperature TS1/TS2,
+US
(+21DCV),
L2,L12,L13,L14,L5 (solder ulang pin, cek trafo), kesalahan pada penyeimbang US ERROR P 10W
Test daya output pada 1.0 W
Therapy US_ERROR_H10
Hardware pengontrol trigger output error Penyebab : Circiut pengaman untuk pembatas output maksimal Power Supply Unit (PSU),
kesalahan
penyeimbang,
pada
tegangan
puncak
berlebih US_ERROR_S10
Software pengontrol trigger output error Penyebab : Circiut pengaman untuk pembatas output maksimal Power Supply Unit (PSU),
kesalahan
penyeimbang,
pada
tegangan
puncak
berlebih US_ ERROR 11
Software control trigger error, jika daya yang terukur melebihi setting daya sebesar 20% Penyebab : Gunakan dose potensiometer, V24 (BF
245)
,
kesalahan
pada
penyeimbang US_ERROR 13
Arus input dari ventilator (ventilasi) melebihi nilai toleransi Penyebab : Circuit kipas short, kurang
lebih
(arus kipas
>150mA),
kipas
bermasalah (Sinyal kipas ON, tapi arus kipas kurang lebih