81 17016 Devijulyanti Kti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN PROTOKOL PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN GASTRITIS



DEVI JULYANTI NIRM: 17016



AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA TAHUN 2020



PENGEMBANGAN PROTOKOL PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN GASTRITIS



KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Ahlimadya Keperawatan Program Diploma Tiga Keperawatan



Diajukan oleh: DEVI JULYANTI NIRM: 17016



PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA TAHUN 2020



i



KARYA TULIS ILMIAH JUDUL PENGEMBANGAN PROTOKOL PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN GASTRITIS



Di persiapkan dan di susun oleh: DEVI JULYANTI Telah di pertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal 21 Agustus 2020 Susunan Dewan Penguji Pembimbing Utama



Pembimbing Pendamping



Ns. Endang S.,M.Kep.,Sp.Kep.MB NIP.198107302008122002



Ns. Elfira Awalia R,M.Kep.,Sp.Kep.An NIDN.0323048305



Ketua Dewan Penguji



Ns. Isnayati, M.Kep NIDN. 0310116304



Karya Tulis Ilmiah ini telah sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar ahlimadya keperawatan pada program Diploma Tiga Keperawatan Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Tanggal 21 Agustus 2020



ii



LEMBARAN PERNYATAAN PLAGIARISME



Saya yang bertanggung jawab



di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan



bahwa karya tulis ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Akademik Keperawatan PELNI Jakarta. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademik Keperawatan PELNI Jakarta. Jakarta, 21 Agustus 2020 Pembuat pernyataan



Devi Julyanti



iii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Pengembangan Protokol Pemberian Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Gastritis”. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1.



Bapak Ahmad Samdani, SKM, M., PH, Ketua Yayasan Samudra Apta.



2.



Buntar Handayani, S.Kp.,M.Kep., MM, Direktur Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.



3.



Sri Atun Wahyuningsih, Ns., M. Kep., Sp.Kep. J Selaku Kaprodi Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.



4.



Endang Sulistiowati, Ns., M.Kep Sp.Kep KMB Dosen Pembimbing Utama.



5.



Elfira Awalia Rahmawati, Ns., M.Kep., Sp.Kep.An, Dosen Pembimbing Pendamping.



6.



Isnayati, Ns M.Kep. Ketua Dewan Penguji Utama Karya Tulis Ilmiah.



7.



Semua dosen Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan wawasannya dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.



8.



Kedua orang tua, adik, dan anggota keluarga saya lainnya yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini iv



9.



Teman – teman Mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan XXII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.



10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, masukan dan saran di harapkan dari semua pihak, Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.



Jakarta, 21Agustus, 2020 Penulis



v



ABSTRAK



Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (lokal), yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Masalah utama yang perlu ditangani pada penderita gastritis adalah nyeri, nyeri dalam kamus medis yaitu perasaan distres, kesakitan, ketidak nyamanan yang ditimbulkan dari stimulasi ujung saraf tertentu. Manajemen untuk mengurai nyeri adalah terapi kompres air hangat. Penerapan terapi kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Mendiskripsikan asuhan keperawatan dengan penerapan terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis. Instrumen yang digunakan adalah buli-buli dan Numerical Rating Scale (NRS). Penelitian ini menggunakan metode studi kasus literatur review. Diawali dengan pemilihan topik, kemudian ditentukan keyword untuk pencarian jurnal menggunakan bahasa Indonesia melalui beberapa database antara lain Google Scholar, Ebook dan ProQuest. Pencarian ini dibatasi untuk jurnal mulai tahun 2015 sampai 2020. Tujuan Untuk mengembangkan protokol pemberian kompres air hangat dengan masalah keperawatan nyeri pada pasien gastritis. Hasil yang didapat berupa protokol kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis



kata kunci: Gastritis; Kompres hangat; Nyeri.



vi



ABSTRAC



Gastritis is an inflammation or bleeding of the gastric mucosa that can be acute, chronic and diffuse (local), affecting the gastric mucosa. This inflammation can result in swelling of the gastric mucosa to the release of the superficial mucosal epithelium which is the most important cause of disorders in the digestive system. The main problem that needs to be addressed in sufferers of gastritis is pain, pain in the medical dictionary, namely feelings of distress, pain, discomfort caused by stimulation of certain nerve endings. management to relieve pain is warm compress therapy. The application of warm compress therapy is expected to increase muscle relaxation and reduce pain due to spasm or stiffness and provide a local feeling of warmth. Describe nursing care by applying warm compress therapy to reduce pain in gastritis patients. The instruments used were the jar and Numerical Rating Scale (NRS). This study uses a case study literature review method. Starting with the selection of topics, then the keywords for journal searches using Indonesian are determined through several databases including Google Scholar, Ebook and ProQuest. This search was limited to journals from 2015 to 2020. The aim was to develop a protocol for applying warm compresses to the problem of nursing pain in gastritis patients. The results obtained in the form of a protocol of giving warm compresses to reduce pain in gastritis patients. key words: Gastritis; Warm compress; Pain



vii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...……...ii SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME………………………………………..…..iii KATA PENGANTAR………………………………………………………………...…iv ABSTRAK……………………………………………………………………......…..….vi DAFTAR ISI………………………………………………………………………..….viii DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...…..ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..…...x DAFTAR BAGAN……………………………………………………………………....xi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………....xii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….….....1 A. Latar Belakang……………………………………………………………………..….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..5 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………....5 D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………….…6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..………………….....8 A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………..…..8 B. Kerangka Konseptual………………………………………………………………...25 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….…....26 A. Metodelogi…………………………………………………………………...….……26 B. Plan, Do, Study,Act (PDSTA)……………………………………………………..….26 BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………..……..….......28 A. Hasil………………………………………………………………………………......28 B. Pembahasan…………………………………………………………………………..35 BAB V PENUTUP………………………………………………………………………40 A. Kesimpulan………………………………………………………………………...….40 B. Saran…………………………………………………………………………….….....40 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…....………. LAMPIRAN ……………………………………………………………………..………...



viii



DAFTAR TABEL Table 4.1 …………………………………………………………………………28 Table 4.2 ..............................................................................................................33



ix



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Verbal Rating Scale (VRS) ……………………………………..……23 Gambar 2. Skala Pengukur Nyeri (VAS) ……………………………………..….23 Gambar 3. Numeric Rating Scale (NRS) ……………………………………..….24 Gambar 4. Wong Baker Face Pain Rating Scale ................................................24



x



DAFTAR BAGAN Gambar Kerangka konsep......................................................................................25



xi



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Uji Plagiarisme Lampiran 2 Hasil Analisa PICO Lampiran 3 Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 4 Protokol Kompres Air Hangat Lampiran 5 Poster Lampiran 6 Curriculum Vitae Lampiran 7 Lembar Konsul



xii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi nyeri dalam kamus medis yaitu perasaan distres, kesakitan, tidak nyamanan yang ditimbulkan dari stimulasi ujung saraf tertentu. Tujuan nyeri terutama untuk perlindungan, nyeri berperan sebagai suatu sinyal peringatan dari tubuh terhadap jaringan yang sedang mengalami kerusakan dan meminta individu untuk meredakan atau menghilangkan nyeri dari sumber (Rosdahl & Kowalski, 2017). Nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak membawa pasien keluar masuk untuk berobat ke Rumah Sakit hingga saat ini, diperkirakan prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia. Prevalensi nyeri akut di Inggris mencapai 42% dengan angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25% (Murphy dalam Lumunon, 2015; Tanjung, 2016). Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak membawa pasien keluar masuk untuk berobat ke Rumah Sakit, diperkirakan prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia, di Eropa tercatat jumlah pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014). Murphy dalam Lumunon, Sengkey & Angliadi (2015). Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih dilaporkan menderita nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan sebanyak 42% merasakan setiap hari (Latief dalam Sinardja, 2013; Tanjung, 2016). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari world Health Organization pada tahun 2015, jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2011



1



2



tercatat terdapat 140 juta pasien atau sekitar 1,9% diseluruh dunia, pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 148 juta pasien atau sekitar 2,1%. Jumlah prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah diteliti di Indonesia, namun di perkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7 juta orang ada sekitar 5% dari penduduk Indonesia (World Health Organization, 2014. Tanjung 2016), angka kejadian nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6 – 31,3% (Parastuti dalam Fanada & Muda, 2012; Tanjung 2016), sedangkan nyeri punggung bawah (LBP) sebanyak 40% penduduk dengan jumlah prevalensi pada laki-laki 18,2% dan wanita 13,6%. Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin, akan tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif (Tussakinah, 2018). Berdasarkan data dari badan penelitian kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Huzaifah (2017) menemukan bahwa, beberapa negara yang mengalami angka persentase kejadian gastritis tertinggi di dunia diantaranya adalah inggris 22%, China 31%, Jepang 14.5%, Kanada 35%, dan Perancis 29.5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2015). Data Depkes RI (2014), menyatakan angka kejadian gastritis di Indonesia sebesar 40,8%, sedangkan di Jawa Timur angka kejadian gastritis sebesar 31,2% dari seluruh kalangan usia.



3



Gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam . Arikah dan Muniroh (2015) menemukan bahwa, di Indonesia angka kejadian Gastritis pada masyarakat tergolong masih sangat tinggi yaitu sebesar 40,8% dan angka kejadian gastritis beberapa daerah di Indonesia masih cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Pada angka kejadian didapatkan data menurut DKI Jakarta sebanyak 50% penderita gastritis pada tahun 2013 sebanyak 25,8% dan pada tahun 2018 sebanyak 34,1%. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium dan pada skala ringan hingga sedang yaitu 3-6 (Raghavan dan Holmgren 2012). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Ben. 2012). Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan



nafas),



ekspresi



wajah



(meringis,



menggigit



bibir),



pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondarmandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha, 2012 dalam Supetran, 2018). Rencana asuhan yang diterapkan bertujuan untuk mengurangi dan mengontrol nyeri sehingga klien bisa mengatasi rasa nyeri akibat gastritis. Fokus pengkajian pada pasien dengan nyeri adalah Palliative, Quallity, Ratio, Skala, Dan Time (PQRST). Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut,



4



kaji lokasi nyeri, qualitas nyeri yang dirasakan, sering apa nyeri terjadi, skala nyeri (0-10 skala kozier) dan lamanya nyeri yang terjadi (Hirlan, 2014). Salah satu terapi non-Farmakologi yang dapat diberikan pada penderita yang mengalami nyeri dengan skala ringan hingga sedang, yaitu 3-6 skala pada gastritis dengan diberikan terapi komplementer (Indayani, 2018). Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan perawat untuk membantu klien yaitu dengan menggunakan manajemen nyeri untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien yaitu dengan menggunakan kompres air hangat. Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. Penelitian study kasus 1 orang pastisipan pasien gastritis di ruang dahlia Rsud dr. Soedirman Kebumen Metode studi kasus (case study). Terapi kompres hangat terbukti dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis (Subekti & Utami, 2011). Subjek penelitian 1 klien di ruang Lavender Rsud Kota Kendari, penerapan kompres hangat yang dilakukan selama lima hari dapat menurunkan intensitas nyeri (Walipop, 2013). Menurut teori gate-control kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-nosiseptif yang berdiameter besar ( A-a dan A-ß) untuk „‟menutup gerbang‟' bagi serat- serat yang berdiameter kecil ( A-d dan



5



C) yang berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi (Jeon et al. 2015). Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Berdasarkan



latar



belakang



diatas



penulis



tertarik



untuk



mengembangkan protokol pemberian kompres air hangat dengan masalah keperawatan nyeri gangguan gastritis. Yang di lakukan pada daerah epigastrium dengan menggunakan buli-buli panas yang telah diisi dengan air hangat dengan skala nyeri sedang yaitu 3-6 untuk mengurangi nyeri pada gangguan gastritis (Amin, 2017).



B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah pentingnya penanganan yang tepat dalam memberikan kompres air hangat dengan masalah keperawatan nyeri pada gangguan gastritis.



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengembangkan protokol pemberian kompres air hangat dengan masalah keperawatan nyeri pada pasien gastritis. 2. Tujuan Khusus a. mengembangkan protokol pemberian terapi air hangat sebagai penanganan masalah keperawatan nyeri khususnya pada pasien yang mengalami gastritis.



6



b. protokol pemberian kompres air hangat yang benar dan tepat pada pasien gastritis dengan masalah keperawatan nyeri pada pasien yang mengalami gastritis.



D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui serta mengaplikasikan intervensi keperawatan pemberian kompres air hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami gastritis di lingkungan sekitar. 2. Bagi perkembangan teknologi ilmu keperawatan a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih lanjut tentang tindakan pemberian kompres air hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mgngalami gastritis. b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang keperawatan tentang tindakan terapi kompres air hangat terhadap penurunan nyeri pada klien yang mengalami gastritis pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.



7



3. Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan ditatanan pelayanan keperawatan, khususnya penelitian tentang pelaksanaan intervensi terapi pemberian kompres air hangat terhadap penurunan nyeri pada klien yang gastritis.



BAB II LANDASAN TEORITIS



A. Tinjaun Pustaka 1. Konsep Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosiospiritual,



peran



utama



perawat



adalah



memeberikan



asuhan



keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis). (Nursalam, 2008) . Pengertian keperawatan medikal bedah Menurut (Raymond H. & Simamora, 2009) mengandung 3 hal ialah : a. Mengembangkan diri secaraterus-menerus untuk meningkatkan kemampuan professional dalam medikal bedah dengan cara: Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan keperawatan. 1) Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah. 2) Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan keperawatan. 3) Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang menunjang.



8



9



4) Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu. 5) Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan. b. Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah dengan cara: 1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganalisis, menyintesis informasi yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif lintas budaya. 2) Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan keperawatan medikal bedah. 3) Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara logis, kritis, dan mandiri. c. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara: 1) Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu menyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan keperawatan medikal bedah. 2) Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan mengelola sumber yang tersedia.



10



2. Konsep Gastritis a. Definisi Gastritis ini berasal dari bahasa Yunani, dibagi dalam dua kata yaitu gastro berarti lambung atau bisa diartikan perut, serta itis yang berarti inflamasi atau yang biasa dikenal peradangan. Sedangkan istilah maag sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa Belanda (Netherlands) “de maag” yang berarti lambung. Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (lokal). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda, 2015). Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu: 1) Gastritis Superfisialis atau gatritis akut merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), konsumsi kafein, alkohol



dan



aspirin



merupakan



pencetus



lokal



gastritis



superfisialis. 2) Gastritis Atrifik Kronis ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal. Dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa mempunyai permukaan yang rata (Ida, 2016).



b. Etiologi Gastritis Penyebab dari gastritis antara lain: Obat-obatan, seperti obat anti inflamasi nonsteroid, sulfonamide, steroid, kokain, agen



11



kemoterapi



(mitomisin,



5-fluora-2-deoxyuriine),



salisilat,



dan



digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Minuman beralkohol; seperti: whisky, vodka, dan gin. Infeksi bakteri, seperti Helico bacteri, pylor (paling sering), Helico heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, Ecercia coli, tuberculosis, dan secondary syphilis. Infeksi virus oleh Sitomegalo virus , Infeksi jamur; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen



penting



alkali



untuk



aktivitas



enzim-enzim



gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. (Hadi, 2017).



12



c. Faktor- faktor yang menyebabkan Faktor- faktor yang menyebabkan Gastritis



pola makan,



alkohol, kopi, rokok. Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan gastritis yaitu makanan bergas (sawi, kol, kedondong), makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam, dan lain-lain. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi (Suparyanto, 2012).



d. Tanda dan gejala Gastritis Tanda dan gejala pada gastritis yaitu: Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi, rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12. pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ),



13



nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah (Hadi, 2017).



e. Klasifikasi Gastritis Menurut Nuari Afrian (2015) dalam Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal membagi gastritis menjadi 2 yaitu: 1) Gastritis akut Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh pola diet, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alkohol, aspirin, refluks empedu dan terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atatu perforasi. 2) Gastritis kronis Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas, oleh bakteri H. Pylori. Gastritis kronis mungkin diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. Pylori) mengenai natrum dan pylorus. Mungkin berkaitan dengan bacteria H. Pylori. Faktor diet seperti minuman panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alkohol, merokok atau refluks isi usus ke dalam lambung.



14



f. Patofisiologi Gastritis Pertahanan mukosa gastroduodenal dalam keadaan normal merupakan sistem yang mampu melakukan pemulihan dan bisa bertahan terhadap bahan-bahan yang merusak seperti: asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, obat-obatan, bakteri. Patogenesis dasar terjadinya gastritis adalah karena kerusakan mukosa lambung secara umum yang terjadi karena terdapat



gangguan



tidak



seimbangan



antara



faktor-faktor



oftensif/agresif (asam lambung, pepsin, refluks cawan empedu, OAINS (Non Steroidal AntiInflammatory Drugs), kortiko steroid, alkohol, nikotin, helicobacter pylori, stres, radikal bebas) dan faktor faktor



defentif/protektif



(mukus,



bikarbonat,



prostaglandin,



phospholipid, sel epitel permukaan, mikro sirkulasi, motility) dimana faktor agresif lebih dominan dari faktor defensi. Akibat tidak seimbangan tersebut lalu terjadi peradangan atau inflamasi mukosa, kerusakan jaringan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna makanan bagian atas (Nafdzu, 2016). Manifestasi klinis pasien gastritis diantaranya: anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut penuh, nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam dimulut, rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuhan, dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan.



15



g. Komplikasi Gastritis Menurut Muttaqin dan Sari (2010) dalam buku Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah tahun 2010, menjelaskan komplikasi pada penyakit gastritis sebagai berikut: 1) Gastritis akut perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis; terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian. Ulkus, jika prosesnya hebat. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi yang muntah hebat. 2) Gastritis



kronis



anemia



pernisiosa,



yaitu



penyakit



yang



disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 akibat kurangnya faktor intrinsik karena atropi lambung. Ulkus peptikum, yaitu kerusakan pada lapisan mukosa, submukosa sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan oleh aktivitas pepsin dan asam lambung yang berlebihan.



h. Hasil endoskopi pasien gastritis Menurut Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. Pusat endoskopi saluran cerna (PESC) 2016. Endoskopi gastrointestinal (EGI)



merupakan



salah



satu



teknik



dalam



ilmu



gastroenterologyihepatologi untuk melihat secara langsung keadaan di dalam saluran cerna dengan menggunakan alat yang bernama endoskop. Endoskopi saluran cerna untuk melihat kelainan pada



16



mukosa saluran cerna. Endoskopi saluran cerna atas memiliki peran dalam menegakkan diagnosis gastritis serta memantau eradikasi infeksi H. pylori yang bisa menyebabkan gastritis. Data pasien yang melakukan tindakan endoskopi berdasarkan indikasi memperlihatkan bahwa pasien dengan indikasi dispepsia (nyeri epigastrium) memiliki jumlah yang lebih banyak. Kontraindikasi dari pelaksanaan pemeriksaan endoskopi, agar pasien serta keluarga dapat mengetahui dengan pasti hal-hal yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan. Perlu diperhatikan juga informed consent (dokumen tindakan medis) sebelum melakukan tindakan pemeriksaan endoskopi.



B. Konsep Dasar Pemberian Kompres Hangat Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis Perry dan Potter, (2014). Teknik Kompres Hangat Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri (Subekti & Utami, 2011)



17



Kontraindikasi dalam melakukan kompres air hangat 24 jam pertama setelah terjadi cedera atau trauma berat karena rasa panas pada kompres



dapat



menimbulkan



efek



vasodilatasi



sehingga



dapat



meningkatkan perdarahan dan pembengkakan pada bagian tubuh yang dikompres. Indikasi dalam melakukan kompres hangat klien yang suhu tubuhnya tinggi, klien yang mengalami nyeri, klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian, adanya abses. Perdarahan yang masih aktif karena bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan meningkatkan terjadinya perdarahan. Gangguan pada kulit/iritasi yang dapat menyebabkan kemerahan atau lepuh karena rasa panas tersebut dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh. Indikasi dalam melakukan kompes air hangat klien yang kedinginan (suhu tubuh rendah), klien dengan perut kembung, klien yang mempunyai penyakit peradangan, adanya abses hematoma . Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, subjek penelitian 1 klien di ruang Lavender RSUD Kota Kendari. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan berdasarkan Nursing Out Comes (NOC) yaitu tingkat nyeri dan Nursing Intervention Classification (NIC) aplikasi panas dingin yaitu penatalaksanaan kompres hangat. Intensitas nyeri pasien pada hari pertama penelitian yaitu skala 6, setelah dilakukan penerapan kompres hangat menurun menjadi skala 5 pada hari kedua skala nyeri pasien 5, setelah dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri adalah 5 pada hari ketiga skala nyeri 5 setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri menurun



18



menjadi 4. Penerapan kompres hangat yang dilakukan selama lima hari dapat menurunkan intensitas nyeri dari nyeri sedang 6 menjadi skala nyeri ringan 4. Cara mengurangi nyeri gastritis terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah kompres hangat, yaitu memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan buli- buli panas yang telah diisi dengan air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat dengan suhu 45°C – 50,5°C dapat dilakukan dengan menggunakan buli- buli panas yang telah diisi air hangat ke daerah tubuh yang nyeri. Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri (Subekti & Utami, 2011). Menurut teori gate-control kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-nosiseptif yang berdiameter besar ( A-α dan A-β) untuk „‟menutup gerbang‟' bagi serat- serat yang berdiameter kecil (A-δ dan C) yang berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi (Jeon, 2015). Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Berdasarkan latar belakang



19



diatas penulis berminat melakukan penerapan terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada gangguan gastritis (Amin, 2017). Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa skala, salah satu alat untuk mengukur tingkat keparahan nyeri yaitu skala deskriptif verbal yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang didalamnya terdapat beberapa kalimat pendeskripsian yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini, diurutkan dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat. Pengukuran yang kedua adalah skala numerik, yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam pengukuran ini, diberikan skala 0-10 untuk menggambarkan keparahan nyeri. Angka 0 berati klien tidak merasakan nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapeutik. Pengukuran yang ketiga adalah skala analog visual, ini merupakan alat pengukuran yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus yang berbentuk garis lurus serta memiliki alat pendeskripsi verbal disetiap ujungnya. Pada skala ini, memberikan kebebasan pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang di rasakan klien. Dalam pengukuran skala nyeri, yang harus diperhatikan perawat yaitu tidak boleh menggunakan skala tersebut sebagai perbandingan untuk membandingkan



20



skala nyeri klien. Hal ini karena diakibatkan perbedaan ambang nyeri pada tiap-tiap individu (Prasetyo, 2010).



C. Konsep dasar nyeri 1. Pengertian a. Nyeri pada dasarnya merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang rusak, sensasi nyeri menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Syaifudin, 2016). b. Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Saifullah, 2015).



2. Mekanisme nyeri Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensori pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh system sensorik nonsiseptif. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multiple yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi structural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terhadap empat proses terdiri: tranduksi, tranmisi, modulasi dan persepsi.



21



3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri a. Jenis kelamin Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Pricilla, 2015). b. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi individu mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diajarkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka (Pricilla, 2015). c. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat tetapkan diberbagai terapi untuk mengalihkan nyeri seperti teknik relaksasi (Pricilla, 2015). d. Ansietas Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri. Namun nyeri juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan



22



bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas (Pricilla, 2015). e. Kelemahan Kelemahan atau keletihan meningkatkan presepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping (Pricilla, 2015). f. Pengalaman sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, jika individu mengalami jenis nyeri yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan hasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut menginterprestasikan sensasi nyeri (Pricilla, 2015). g. Gaya koping Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri. Sumber koping individu diantaranya komunikasi dengan keluarga atau melakukan latihan atau bernyanyi (Pricilla, 2015).



4. Alat ukur nyeri a. Skala intensitas nyeri deskritif sederhana Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih



23



objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari “ tidak nyeri sampai nyeri” yang tidak tertahankan (Andarmoyo, 2013). Gambar 2.3 Skla Nyeri VDS



Sumber Andarmoyo, (2013)



b. Skala intensitas nyeri numerik Skala penelitian nyeri numerik ( Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan meggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi (Andarmoyo, 2013). Gambar 2.3 Skala Nyeri NRS



Sumber Andarmoyo, (2013)



c. Skala intensitas visual analog scale Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intesitas nyeri yang terus menerus dan mewakili



alat



pendeskripsian



(Andarmoyo, 2013).



verbal



pada



setiap



ujungnya



24



Gamabar 2.4 Skala Nyeri VAS



Sumber Sumber Andarmoyo, (2013)



d. Wong-Baker Face Pain Rating Scale Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai tidak adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan yang berarti skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry, 2014). Gamabar 2.4 Skala Nyeri Wong-Baker Face Pain Rating Scale



Sumber Potter & Perry (2014)



Skala nyeri tersebut banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan kesulitan atau keterbatasan verbal. Dijelaskan kepada pasien mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.



25



B. Kerangka Konsep



Nyeri Alat ukur skala nyeri 1. Numeric Rating Scale(NRS) 2. Verbal Descriptor Scale(VDS) 3. (Visual Analog Scale) 4. Wong-Baker Face Pain Rating Scale



Kompres air hangat Meningkatkan relaksasi otot-otot



Literature Review : terapi kompres hagat untuk mengurangi nyeri gastritis



Faktor-faktor yang mempengaruhi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Pengembangan protokol terapi kompres air hangat untuk mengurang nyeri mengalami penurunan dari skala nyeri sedang menjadi ringan



Ar. Megawahyuni( 2018) Gambar 2.5 Kerangka Konsep Sumber: Andarmoyo, 2013; Ar. Megawahyuni, 2018; Pricilla, 2015.



Jenis kelamin Kebudayaan Perhatian Ansietas Kelemahan Pengalaman Gaya koping



BAB III METODE PENELITIAN A. Metodelogi Metodelogi



yang



digunakan



dalam



pengembangan



protokol



pemberian kompres air hangat dengan masalah nyeri pada pasien gastritis ini adalah literature review. Literature review pada penulisan ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat dalam menanganin masalah nyeri pada gastritis dengan pemberian kompres air hangat. Literature review adalah analisa kritis dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau berupa pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan, berisi uraian tentang teori temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian (Satria, 2016).



B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) 1. Plan a. Pengkajian terkait penyebab nyeri gastritis. b. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada masalah keperawatan nyeri dengan pemberian kompres air hangat pada pasien gastritis.



26



27



c. Menentukan kriteria pasien yang dapat diberikan asuhan keperawatan yaitu dengan melakukan kompres air hangat untuk masalah keperawatan nyeri. 2. Do Penulis mengembangkan protokol berupa pemberian kompres air hangat dengan gastritis.



3. Study a. Penulis melakukan study literature terkait pemberian kompres air hangat untuk menurangi nyeri pada pasien gastritis. b. Penulis menganalisis hasil pencarian study literature terkait pemberian terapi kompres air hangat untuk menuruni nyeri dengan pasien gastritis. c. Penulis jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk rasionalisasi asuhan keperawatan dalam proses dalam setiap proses atau langkah pada protokol yang penulis kembangkan.



4. Act Protokol ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis agar hasil yang didapatkan jauh lebih efektif dan efesien.



28



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil penelusuran jurnal-jurnal yang terkait maka didapatkan literature review sebagai berikut: 4.1 Hasil penelusuran Literature Review No. Judul Penelitian Metode Intervensi 1. Penerapantera Amin, Penelitian a. Identifikasi pi kompres 2017 ini pasien air bersifat b. Cuci tangan hangat deskriptif c. Mengatur untukmengura analitik posisi pasien ngi nyeri dengan senyaman pada pendekatan mungkin pasien gastritis studi kasus. d. Mengukur diruang Dahlia Pengumpulan skala nyari RSUD data e. Suhu air Dr. Soedirman dilakukan 45°C– 50,5°C Kebumen melalui f. Mengisi wawancara, buli-buli observasi, dengan pemeriksaan air panas ½-3/4 fisik, g. Menutup studi dengan dokumentasi. rapat Peserta dan adalah membalikan pasien kepala gastritis. buli-buli Instrumennya dibawah untuk adalah memastikan WWZ bahwa air tidak dan tumpah Numerical h. Mengeringkan Rating Scale buli-buli (NRS). dengan lap kerja lalu masukan kedalam sarung buli-buli i. Meletakan buli-buli 28



Hasil Setelah dilakukan terapi kompres air hangat terjadi penurunan skala nyeri pasien gastritis dari 6 menjadi 3 nyeri ringan.



29



No.



2.



Judul



Penelitian



Penerapan Usman, kompres 2019 hangat untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien gastritis diruang Lavender RSUD kota Kendari.



Metode



Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, subjek penelitian 1 klien di ruang Lavender RSUD Kota Kendari.



Intervensi pada bagian yang akan dikompres bagian kepala buli-buli diarahkan keluar tempat tidur j. Memantau respon pasienuntuk mengetahui apakah pasien merasa nyaman dan merasa kepansan. k. Mengukur skala nyeri post kompres hangat l. Merapihkan peralatan m. Cuci tangan a. Cuci tangan b. Mengukur skala nyeri c. Siapkan bulibuli panas d. Suhuair 40,5ºC-46ºC e. Isi2/3 buli-buli dengan air panas f. Keluarkan udara yang tersisa dan tutup rapatrapat ujungnya g. Keringkan



Hasil



Intensitas nyeri pasien pada hari pertama penelitian yaitu skala 6, setelah dilakukan penerapan kompres hangat menurun menjadi skala 5. Pada hari



30



No.



Judul



Penelitian



Metode



Intervensi buli-buli danpegang buli-buli secara terbalik untuk memeriksa kebocoran h. Bungkus bulibuli dengan handuk atau penutup dan tempatkan pada daerah yang akan dilakukan kompres hangat i. Angkat setelah 15 menit j. Mengukur skala nyeri post kompres hangat k. Dokumentasikan Cuci tangan setelah seluruh prosedur dilaksanakan



Hasil kedua skala nyeri pasien 5, setelah dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri adalah 5. Pada hari ketiga skala nyeri 5, setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri menurun menjadi 4. Pada hari keempat skala nyeri 4, setelah dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri menurun menjadi 3. Pada hari kelima skala nyeri 3, setelah dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri menurun menjadi 2. Penerapan kompres hangat yang



31



No.



3.



Judul



Penelitian



Implementasi Sumarta, pemberian 2019 kompres hangat untuk menghilangkan nyeri lambung pada keluarga dengan gastritis diwilayah kerja Puskesmas Perumnas Lahat Tahun 2019



Metode



Metode penelitian ini menggunakan metode “Quasi Eksperimen” dimana peneliti ingin melihat sejauhmana efektifitas kompres hangat dalam menurunkan nyeri gastritis.



Intervensi



a. Cuci tangan sebelum tindakan dilakukan b. Mengukur skala nyeri c. Kompres air hangat dengan suhu (45-50,5oC) dengan menggunakan buli-buli hangat yang di bungkus kain d. diletakkan pada daerah yang akan dilakukan kompres hangat e. Pengukuran skala nyeri dilakukan saat sebelum dan sesudah intervensi diberikan dengan menggunakan numeric rating scale f. Kompres hangat dengan buli-buli hangat diberikan



Hasil dilakukan selama lima hari dapat menurunkan intensitas nyeri. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 19 responden yang mengalami nyeri gastritis terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan nyeri dan 5 responden lainnya tidak menunjkan penurunan suhu tubuh.



32



No.



4.



Judul



Kompres hangateterhad ap ppenurunan iiintesitas nnyeri ppada pasien apendiktomi



Penelitian



Metode



Widastra, Wirana & Bagiarta, 2018



Penelitian ini merupakan Quasy Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design.



Intervensi selama20 menit dilakukan 2 kali selama sehari. g. Mengukur skala nyeri post kompres hangat a. Siapkan bulibuli b. Cuci tangan c. Persiapan alat d. Melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan Numerik Rating Scale e. Dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat dengan suhu tertentu kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri f. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama 30 menit g. Selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri setelah 30 menit pengompresan dengan skala nyeri.



Hasil



Hasil penelitian sebelum dilakukan kompres hangat dari jumlah responden 34, responden nyeri sedang 21 dan 13 responden nyeri berat , setelah dilakukan kompres hangat didapatkan sebanyak 27 responden mengalami nyeri sedang dan sebanyak 7 responden mengalami nyeri ringan.



33



No. Judul Penelitian Metode 5. Penerapan Riyanto, Jenis kompres 2019 penelitian hangat ini adalah untuk deskriptif mengurangi dengan nyeri pada mengguna pasien kan gastritis di metode ruang rawat pendekatan Puskesmas studi Muara kasus. Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2019.



Intervensi a. Siapkan bulibuli b. cuci tangan c. Mengukur skala nyeri d. Dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat dengan suhu tertentu kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri e. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama 30 menit f. Selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri setelah 30 menit pengompresan dengan skala nyeri.



Hasil penerapan kompres hangat yang dilakukan selama tiga hari dapat menurunkan intensitas nyeri.



2. Pengembangan protokol kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis. Setelah dilakukan literature riview maka didapatkan protokol kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis sebagai berikut:



34



Tabel 4.2 Pengembangan protokol pemberian kompres air hangat



No. Sop Rasionalisasi Memberikan salam kepada Komunikasi awal yang dilakukan 1. klien dan keluarga



melalui salam merupakan awal dan komunikasi diharapkan



terapeutik dapat



yang



membangun



kerja sama dengan tukar menukar perilaku dan perasaan (kementrian kesehatan RI, 2017; Amin, 2017; Sumarta, 2019).



2.



Memberikan consent



informed Menyampaikan atau



persetujuan



informasi



lembar mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan berupa keuntungan dan kerugian yang akan didaptkan tanpa paksaan (Nursalam, 2013; Widastra,



Wirana



&



Bagiarta,



2018; Sumarta, 2019).



3.



Identifikasi klien



Identifikasi



klien



merupakan



sasaran keselamatan klien yang pertama.



Kesalahan



karena



kekeliruan identifikasi klien terjadi di



hampir



semua



aspek



atau



tahapan diagnosis dan pengobatan sehingga ketepatan



diperlukan identifikasi



adanya klien.



Identifikasi klien dilakukan pada saat sebelum melakukan tindakan keperawatan atau prosedur lain, pemberian obat, transfuse atau produk darah, pengambilan darah dan pengambilan specimen lain



35



No.



Sop



Rasionalisasi untuk uji klinis. Cara identifikasi pklien yaitu dengan tanggal lahir, nama pasien, nomor rekam medis dan gelang berkode batang. Nomor kamar atau tempat tidur tidak dapat digunakan (Cintha,



untuk 2016;



identifikasi. Amin,



2017;



Sumarta, 2019).



4.



Mamasang



sampiran



menjaga privasi klien



atau Privasi sebagai suatu kemampuan untuk



mengontrol



kemampuan



interaksi,



untuk



memperoleh



pilihan-pilihan atau kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang



diinginkan



2017;



Widastra,



(Nurdiansah, Wirana



&



Bagiarta, 2018; Sumarta, 2019).



5.



Persiapan alat dan bahan



Mempermudah



saat



akan



dilakukannya tindakan (Wijayanti & Nurlaila, 2017; Usman, 2019; Widastra,



Wirana



&



Bagiarta,



2018).



6.



Mencuci tangan



Menghilangkan menghambat



kotoran atau



dan



membunuh



mikroorganisme pada kulit tangan serta



mencegah



penyebaran



mikroorganisme penyebab infeksi yang ditularkan melalui tangan (World Health Organization, 2010 ;Widastra, Wirana & Bagiarta, 2018; Sumarta, 2019).



36



No. Sop Rasionalisasi 7. Lakukan pengukuran skala Untuk mengetahui skala nyeri, nyeri menggunakan Numeric kemudian di jadikan acuan dalam Rating Scale



bertindak (Aisa. 2017; Riyanto, 2019; Sumarta, 2019).



8.



Lakukan pengisisan terlebih Mengisi buli-buli dengan air panas, dahulu pada buli-buli panas



kencangkan penutupnya kemudian membalik



posisi



berulang-ulang,



buli-buli



lalu



kosongkan



isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (40,5- 46ºC). (Yulita. 2015; Riyanto, 2019; Sumarta, 2019). 9.



Isi buli-buli dengan air panas Letakkan atau tidurkan buli-buli di sebanyak



kurang



lebih atas meja atau tempat datar. Bagian



setengah bagian dari buli- atas buli-buli di Slipat sampai buli tesebut. Lalu keluarkan kelihatan permukaan air di leher udaranya yang tersisa.



buli-buli. Kemudian penutup bulibuli di tutup dengan rapat/benar (Yulita.



2015;



Riyanto,



2019;



Sumarta, 2019).



10. Periksa buli-buli



Untuk memastikan apakah bulibuli bocor atau tidak lalu keringkan dengan washlap dan masukan ke dalam sarung buli-buli (Yulita. 2015;



Widastra,



Wirana



&



Bagiarta, 2018; Riyanto, 2019).



11. Bawa buli-buli kedekat klien Untuk melakukan 2015;



memudahkan



dalam



intervensi



(Yulita.



Widastra,



Wirana



Bagiarta, 2018; Sumarta, 2019).



&



37



No. Sop Rasionalisasi 12. Letakkan atau pasang buli- Memberikan efek kompres yang buli



pada



area



yang optimal dan Pemakaian buli-buli



memerlukan



panas pada bagian abdomen, tutup buli-buli mengarah ke atas atau kesamping (Yulita. 2015; Amin, 2017; Sumarta, 2019).



13



Kaji secara teratur kondisi Untuk mengetahui kelainan yang klien



timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan,



tidak



nyamanan,



kebocoran dan rasa terlalu panas (Lanindy, 2016; Sumarta, 2019; Amin, 2017). 14.



Ganti buli-buli panas setelah Untuk menjaga kehangtan pada 15 menit



pemberian kompres (Yulita. 2015; Riyanto, 2019; Sumarta, 2019).



15.



Lakukan pengukuran skala Mengetahui nyeri menggunakan Numeric melihat Rating Scale



skala



nyeri



untuk



perbandingan



setelah



intervensi



(Yulita.



melakukan



2015; Riyanto, 2019; Sumarta, 2019). 16.



Merapihkan kembali alat



Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik yaitu bebas dari kotoran, agar pasien merasa nyaman dengan lingkungan



yang sudah



bersih



(Yulita, 2015; Widastra, Wirana & Bagiarta, 2018; Sumarta, 2019). 17.



Mencuci tangan



Pencegahan



infeksi



setelah



diberikan tindakan (Putri, 2018;



38



No.



Sop



Rasionalisasi Widastra,



Wirana



&



Bagiarta,



2018; Sumarta, 2019).



18. Dokumentasikan



Pencatatan waktunya



yang



tepat



mencegah



pada



kesalahan



dalam pemberian kompres ( misal, pengulangan



pemberian



atau



pemberian terlewat ) (Yulita. 2015; Widastra,



Wirana



&



Bagiarta,



2018; Sumarta, 2019).



B. Pembahasan Menurut Smeltzer dan Bare (2015) perawat dapat menggunakan terapi kompres hangat untuk mengurai nyeri gastritis. Kompres hangat adalah suatu metode alternatif non farmakologis untuk mengurangi nyeri. Pelaksaaannya dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat dengan suhu tertentu kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama 15 menit. Prinsip kerja kompres hangat dengan menggunakan buli-buli hangat yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan hangat dari buli-buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelepasan pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau menghilang. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat kepada pasien dengan menggunakan buli-buli dengan suhu 40,5-46ºC untuk mengurangi nyeri



39



dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompres hangat bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut, pada otot panas memiliki efek menurunkan ketegangan (Rahayu, 2015). Menurut Andreine (2016) efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya adalah media yang digunakan, yaitu dengan menggunakan handuk sebagai media pengompresan; suhu air, dimana suhu yang paling efektif untuk menurunkan nyeri



dan



aman adalah pada



suhu kehangatan



38OC-40oC waktu



pengompresan yang efektif adalah 20 menit. Penurunan nyeri setiap individu yang diberi tindakan kompres hangat berbeda-beda, hal ini juga disebabkan oleh faktor lain, diantaranya faktor usia dan faktor lingkungan selain itu disebabkan karena perbedaan persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakannya. Menurut



Rezky dan Rizka (2015), menyatakan bahwa kompres



hangat dapat menurunkan nyeri. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan dan pada pasien yang mengalami nyeri. pemberian kompres hangat dapat dilakukan menggunakan buli-buli dengan cara persiapan alat, cuci tangan, lakukan pemasangan telebih dahulu



40



pada buli-buli panas dengan cara :mengisi buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkandan ukur air yang di inginkan (45-50,5ºc), isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar, bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli, kemudian penutupbuli-buli di tutup dengan rapat/benar, periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap kerja dan masukkan ke dalam sarung buli-buli. Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien, letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan selama 20 menit, kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran, ganti buli-buli panas setelah 20 menit di pasang dengan air panas lagi, sesuai yang di kehendak, bereskan alat-alat bila sudah selesai dan cuci tangan. Kompres hangat meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot, merangsang nyeri, Menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah. Pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah dalam jaringan tersebut sehingga terapi kompres hangat efektif untuk menurunkan nyeri. Berdasarkan hasil penelitian Diyana dan Mia tahun 2017 bahwa terdapat 15 responden dengan skala nyeri sebelum dilakukan terapi kompres hangat dengan skala 4-6 (nyeri sedang) sebanyak 5, skala (nyeri berat) 7-10 sebanyak 10, sedangkan skala nyeri sesudah dilakukan terapi kompres



41



hangat dari 15 responden, nyeri terbanyak adalah nyeri dengan skala 4-6 (nyeri sedang) sebanyak 9 dan skala nyeri dengan (nyeri berat) 7-10 adalah sebanyak 6. Data ini menunjukkan bahwa adanya penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi kompres hangat (Diyana & Mia, 2017). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada pasien gastritis, dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Menurut Anugraheni (2013) dan Arovah (2016), manfaat dalam pemberian kompres hangat adalah penggunaan dari kompres hangat dapat mebuat sirkulasi darah lancar, vaskularisasi lancar terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot karena otot mendapat nutrisi yang dibawah oleh darah sehingga kontraksi otot menurun, kompres hangat digunakan untuk meningkatkan aliran darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan, panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurai kekakuan otot.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil pengembangan protokol pemberian kompres air hangat pada pasien gastritis yang mengalami nyeri antara lain: 1. Mengembangkan protokol pemberian terapi air hangat sebagai penanganan masalah keperawatan nyeri khususnya pada pasien yang mengalami gastritis. 2. Protokol pemberian kompres air hangat yang benar dan tepat pada pasien gastritis dengan masalah keperawatan nyeri pada pasien yang mengalami gastritis.



B. SARAN 1. Bagi Bagi Masyarakat Keluarga dapat berperan aktif dalam pengaplikasian pemberian kompres air hangat dalam mengurangi rasa nyeri. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Mengembangkan protokol pemberian terapi kompres air hangat dapat digunakan dalam menangani masalah nyeri pada klien yang mengalami rasa nyeri untuk menciptakan suasana yang menenangkan bagi klien dalam rangka penurunan skala nyeri.



42



43



3. Bagi Peneliti Sebelum



melakukan



penelitian



diharapkan



lebih



banyak



mendapatkan referensi terkait protokol pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis yang akan diteliti, agar tau lebih banyak hal.



DAFTAR PUSTAKA



Agustian, H ,Dadang, M dan Czeresna H. Soejono. (2015). Gambaran endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dispepsia usia lanjut di Rumah sakit CiptoMangunkusumo, Journal Penyakit Dalam Indonesia, 2 (2), 45-48. Amin, M. K. (2017).Penerapan terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Karya Tulis Ilmiah.Program Studi Profesi Ners: STIKES Muhammadiyah Samarinda. Andarmoyo, S. (2013).Konsep & proses keperawatan nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. AndreinieRia. (2016).Analisis efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri gastritis, Rakernas Aipkema Ben, Hui et al. (2012). Observation of painSensitive points along the meridians in patients with gastric ucer or gastritis. Evidence-Based Complementary And Alternative Medicine: 1–7. Depkes RI (2014). Profil kesehatan Indonesia 2014. October 15, 2018. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI.Pusat endoskopi saluran cerna (PESC).2011 April (cited 2016August 25). Dwiningrum, E., Wahyuni & Laily Isro’in.(2020). Efektifitas kompres hangat terhadap perubahan tingkat nyeri pada pasien post operasi turp di ruang rawat inaprsi Siti Aisyah Madiun, Journal Ilmu Kesehatan. 3 (4), 22-25. Gina, O. (2017).Komunikasi terapeutik perawat dalam proses penyembuhan pasien psikosis di Upt. Bina Laras Provinsi Riau, Journal Fisip , 4 (2), 20-23. Hardi, K., & Huda A, N. (2015).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc(2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction. Judha, S. (2012).Teori pengukuran nyeri & nyeri .persalinan.Yogyakarta : Nuha Medika. Koroh, D,.L. (2019).Asuhan keperawatan pada Ny.M.M.R dengan diagnosa medis gastritis di ruangan instalasi gawat darurat Rsud Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang, Journal asuhan keperawatan medikal bedah, 2 (1), 15-18.



Mansjoer,.(20012). Buku ajar asuhan keperawatan pada gangguan sistem gastrointestinal. Mega,A dan Nosi H.(2014). Beberapa faktor yang berhubungan dengankejadian gastritis.Journal ilmiah kesehatan diagnosa.4 (6), 24-26. Mohamad, F. (2018).Faktor-Faktor yang berisiko dengan kejadian penyakit gastritis di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2018.Journal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 8(5), 10-14. Mustaqin A.,& Kumala S (2011). Gangguan gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah Jakarta : Salemba Medika. Muttaqin & Sari (2010).Dalam buku gangguan gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan medikal Bedah tahun 2010. Nuari, A. (2015).Buku ajar asuhan keperawatan pada gangguan sistem gastrointestinal. Nurarif, A.H dan kusuma, H. (2015).Aplikasi asuhan keperawatan Berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc. Jokjakarta: Mediaction jogja. Nurjanah (2011).Efektivitas kompres normal salin dan air hangat terhadapnyeri gastritis. Cimahi: STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi. Octaria, H., Wen, V,.T. (2016).Pelaksanaan pemberian informasi dan kelengkapan informed consent di Rumah sakit umum daerah Bangkinang (RSUD Bangkinang),Journal kesehatan komunitas, 3 (2), 10-12. Perry, A.G & Potter, P. A. 2012.Fundamental keperawatan, konsep, klinis dan praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prasetyo, S.N ( 2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta : Graha ilmu. Price, A., S., Wilson, & Carty, L., M. (2006).Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit, Ed 6, Vol 1&2. Jakarta: EGC. Purwanti Nita. (2016). Asuhan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga gastritis di wilayah kerja puskesmas bangsal Mojokerto, Journal ilmu kesehatan. 3 (2), 14-15. R. Nur Abdurakhman, Suzana, I dan Leny, N,.S. (2020).Pengaruh terapi kompres hangat dengan Wwz (Warm Water Zack) terhadap nyeri pada pasien dyspepsia.Journal Kesehatan, 11 (1), 5-7.



Sastroasmoro, S & Ismael, S. 2014. Dasar-dasar metodologi. Penelitian Klinis Edisi ke-5. Jakarta : Sagung Seto Setiyowati, D., R , Luh T & Fitriana, P. (2017). Pengaruh kompres air hangat terhadap nyeri pada penderita flebitis di Rs Dkt Jember. The Indonesian Journal Of Health Science, 8 (2), 5-6. Subekti, Tri, & Utami, M.S. (2011). Metode relaksasi untuk menurunkan stres dan keluhan tukak lambung pada penderita tukak lambung kronis.Journal Psikologi 38(2), 147–63. Sudoyo, A. (2019). Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid 1,2,3, Edisi 4. Jakarta: internal publishing. Sunarmi.(2018). Faktor-faktor yang berisiko dengan kejadian penyakit gastritis di Poliklinik penyakit dalam rumah sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2018.Journal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 8 (2), 140-143. Sukarmin. (2011). Keperawatan pada system pencernaan. Yogyakarta: pustaka pelajar. Suparyanto.(2012). Etiologi dan penangana. Journal Keperawatan. Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media Syafi, M , Dina Andriani. (2019). Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas, Journal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF) 2 (1), 20-22. WHO.(2016). Methods and data sources for global burden of disease estimates 2000-2016. October 15, 2018. Yosep Dwi Riyanto. (2019). Penerapan kompres hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis di ruang rawat puskesmas Muara Lakitan Kabupaten Musi Rawas tahun 2019, Journal Keperawatan, 2 (2), 101-103.



LAMPIRAN



Lampiran 1



Plagiarism Checker XOriginalityReport Similarity Found:29 % Date: Friday, Juni 26, 2020 Statistics: 1013 words Plagiarized / 3441Totalwords Remarks: Medium Plagiarism Detected-Your Document Needs Selective Improvement. -------------------------------------------------------------------------BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada system pencernaan dapat penyebab terjadinya nyeri, salah satunya yaitu penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal dengan maag. penyakit gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitelmukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan jika penyakit gastritis dibiarkan atau tidak terawat dapat mengalami kekambuhan dan memberikan efek negative pada kondisi kesehatan lansia (Waluyo&Suminar 2017).



Lampiran 2 PENGEMBANGAN PROTOKOL PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI PADAPASIEN GASTRITS No 1.



Jurnal Penerapantera pi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis di ruang dahlia rsud dr. Soedirman kebumen. Penyusun : Mia khoirul amin 2017 Jurnal : Program studi diii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiy ah gombong



Problem Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi. Peserta adalah pasien gastritis. Instrumennya adalah WWZ dan Numerical Rating Scale (NRS).



Intervention a. Identifikasi pasien b. Cuci tangan c. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin d. Mengukur skala nyari e. Suhu air45°c– 50,5°c f. Mengisi buli-buli dengan air panas ½-3/4 g. Menutup dengan rapat dan membalikan kepala buli-buli dibawah untuk memastikan bahwa air tidak tumpah h. Mengeringkan buli-buli dengan lap kerja lalu masukan kedalam sarung buli-buli i. Meletakan bulibuli pada bagian yang akan dikompres bagian kepala buli-buli diarahkan keluar tempat tidur j. Memantau respon pasien k. Mengukur skala nyeri post kompres hangat l. Merapihkan



Comprehension Terapi kompres hangat terbukti dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis



Outcome Pasien mengalami penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 3.



peralatan m.Cuci tangan 2.



Penerapan kompres hangat untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien gastritis di ruang lavender rsud kota kendari. Penyusun :



3. Penerapan kompres hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis di ruang rawat puskesmas muara lakitan kabupaten musi rawas tahun 2019.



Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, subjek penelitian 1 klien di ruang Lavender RSUD Kota Kendari. pelaksanaan tindakan yang dilakukan berdasarkan Nursing Out Comes (NOC) yaitu tingkat nyeri dan Nursing Intervention Classification (NIC) aplikasi panas dingin yaitu penatalaksanaan kompres hangat. Jenispenelitiani niadalahdeskrip tifdenganmengg unakanmetodep endekatanstudik asus



a. Melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan Numerik Rating Scale b. Dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat dengan suhu tertentu kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri c. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama 30 menit d. Selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri setelah 30 menit pengompresan dengan skala nyeri. a. Siapkan buli-buli b. cuci tangan c. Mengukur skala nyeri d. Dilakukan dengan menggunakan kantong diisi dengan air hangat dengan suhu tertentu kemudian menempatkan pada bagian yang nyeri e. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama 30 menit



Kompres hangat terbukti dpat menurunkan rasa nyeri pada pasien penderita gastritis.



Penerapan kompres hangat yang dilakukan selama lima hari dapat menurunkan intensitas nyeri.



penerapan kompres hangat yang dilakukan selama tiga hari dapat menurunkan intensitas nyeri.



Setelah dilakukan perawatan kedua subjek terjadi penurunan skala nyeri yang signifikan. Sebelum dilakukan intervensi keperawatan dengan teknik kompres hangat dalam skala nyeri yang dialami oleh kedua subjek cukup tinggi yaitu subjek I



f. Selanjutnya dilakukan pengukuran nyeri setelah 30 menit pengompresan dengan skala nyeri.



Penyusun : Yosep Dwi Riyanto Jurnal :



dengan skala nyeri 9 dan subjek II juga dengan skala nyeri yang lebih tinggi yaitu 8, setelah 3 hari intervensi diberikan secara berturut-turut, maka skala nyeri pada kedua subjek turun pada subjek I turun menjadi 1 dan skala nyeri pada subjek II turun menjadi 2.



Politeknik kesehatan palembang prodi keperawatan lubuklinggau



4.



Analisis efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri persalinan Penyusun : Ria Andreinie



Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur dengan bersumber pada teori-teori, hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal, artikel, dan tinjauan pustaka secara elektronik (ebook maupun ejournal).



a. Cuci tangan b. Mengukur skala nyeri c. Siapkan buli-buli panas d. Suhu air 40.5ºC46ºC e. Isi 2/3 buli-buli dengan air panas f. Keluarkan udara yang tersisa dan tutup rapat-rapat ujungnya g. Keringkan bulibuli dan pegang buli-buli secara terbalik untuk memeriksa kebocoran h. Bungkus buli-buli dengan handuk atau penutup dan tempatkan pada daerah sekitar luka operasi i. Angkat setelah 15 menit



Terapi kompres hangat terbukti dapat menurunkan nyeri persalinan



Berdasarkan pengkajian terhadap hasilhasil penelitian yang berkaitan dengan pemberian kompres hangat dalam mengurangi nyeri persalinan, dapat diidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian kompres hangat dalam mengurangi nyeri persalinan.



j. Mengukur skala nyeri post kompres hangat k. Dokumentasikan l. Cuci tangan setelah seluruh prosedur dilaksanakan



5.



Efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di ruang g1 lt.2 rsud prof. Dr. H. Aloei saboe kota gorontalo Penyusun : Fatmawati Mohamad



Metode penelitian ini menggunakan metode “Quasi Eksperimen” dimana peneliti ingin melihat sejauh mana efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis.



Sampel dalam penelitian ini sebanyak 19 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive samplingPasien demam tifoid yang sudah diberi terapi antipiretik, Pasien demam tifoid yang tidak mau dilakukan tindakan kompres hangat. Analisis data menggunakan analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik sampel yang diukur dalam penelitian yaitu dengan cara menghitung nilai mean.



Terapi kompres hangat terbukti dapat menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis



Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh.



6.



Pengaruh teknik relaksasi terhadappenur unan Nyeri epigastrium pada pasien gastritis Penyusun : NuryantiErni 1,AbidinM Zainal2, NormawatiAj eng Titah



Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre test and post test design, dimana pasien datang untuk memeriksa tingkat nyeri dengan skala nyeri kemudian dilakukan relaksasi. Setelah dilakukan relaksasi kemudian dilakukan pengecekan ulang dengan cara yang sama.



Penelitian ini melakukan intervensi terhadap responden berupa relaksasi untuk menurunkan nyeri Dengan memberikan pasien posisi nyaman, tarik nafas tahan 5 dekti lalu hembuskan dari mulut kemudian ulangin selama 5 kali.



Ada pengaruh relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis.



Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis sebelum relaksasi terbanyak adalah skala intensitas nyeri 6. Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis sesudah relaksasi terbanyak adalah skala intensitas nyeri 3



Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Consent)



Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini saya memahami bahwa penelitian ini menghargai hak-hak sebagai responden dan saya menyadari penelitian ini tidak berdampak negatif bagi saya dan anak saya. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. Dengan mempertimbangkan tersebut saya memutuskan untuk mendatangani pernyataan ini sebagai bukti saya setuju ikut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.



Jakarta,



2020



(...............................)



Lampiran 4 PROTOKOL KOMPRES AIR HANGAT No



Protokol



1.



Melakukan salam terapeutik kepada klien



2.



Memeberikan Informed consent atau lembar persetujuan



3.



Identifikasi klien



4.



Menjaga privasi klien atan memasan sampiran



5.



Persiapan alat dan bahan



6.



Mencuci tangan



7.



Lakukan pengukuran skala nyei menggunakan NRS



8.



Isi buli-buli dengan air hangat sampai ½ bagian lalu keluarkan udara yang tersisa dan periksa buli-buli Bawa buli-buli kedekat pasien lalu letakan pada area yang nyeri



9. 10. 11.



Kaji kondisi klien secara teratur dan ganti buli-buli setelah 15 menit Lakukan kembali pengukuran skala nyei menggunakan NRS



12.



Rapihkan kembali alat dan mencuci tangan



13.



Dokumentasikan



Ya



Tidak



Lampiran 5



Lampiran 6 CURRICULUM VITAE



DATA PRIBADI Nama



: Devi Julyanti



Tempat, tanggal lahir



: Jakarta, 8 Desember 1997



Jenis kelamin



: Perempuan



Alamat



: Kp. Gaga rt. 06/04 No. 46 Semanan, Kalideres Jak- Bar



Agama



: Islam



Email



: [email protected]



DATA PENDIDIKAN TK



: FAJAR



SD



: SDN 05 PAGI



SMP



: SMP ERA PEMBANGUNAN 3



SMA



: SMAN 94 JAKARTA BARATA



Perguruan Tinggi



: AKPER PELNI JAKARTA



Lampiran 7



AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA SK KEMENDIKNAS RI No. 33 / D / O / 2011 jln. AIPDA KS Tubun No. 92 – 94 JAKARTA BARAT Telp. (021) 5485709. Ex. 1313-1314, Fax. 5485708 (021) E-mail:[email protected] website: http://www.akperrspelni.ac.id LEMBAR KONSULTASI Nama Mahasiswa : .................................................. NIM : .................................................. Nama Pembimbing : .................................................. .................................................. Judul: ……………………………......



NO TANGGAL MATERI



AKPER PELNI JAKARTA KTI



PERBAIKAN/SARAN



TANDA TANGAN