Abhidhamma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Abhidhamma [PDF]

1 Buddha Abhidhamma Ultimate Science

Kata Pengantar. Ajaran2 Sang Buddha. Ajaran2 dari Sang Buddha dalam Khotbah2 selam

12 0 2 MB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

1 Buddha Abhidhamma Ultimate Science



Kata Pengantar. Ajaran2 Sang Buddha. Ajaran2 dari Sang Buddha dalam Khotbah2 selama 45 tahun dalam masa Kebuddhaannya telah di bagi dalam Tiga Kumpulan di sebut Tipitaka dalam bahasa Pali , yang artinya secara Literatur “Tiga Keranjang” Kumpulan yang Pertama di ketahui sebagai “Sutta Pitaka”, ialah Ajaran biasa (Vohara desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan Perbendaharaan Kata yang biasa untuk menjelaskan Ajaran2-nya. Aspek praktis dari Meditasi Ketenangan dan Meditasi-Pandangan Terang termasuk dalam Kumpulan ini. Kumpulan yang Kedua di sebut “Vinaya Pitaka” ialah Ajaran yang harus di ikuti (Ana desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan Wewenangnya kepada para Bhikkhu untuk menetapkan Aturan2 dan Disiplin bagi mereka untuk di jalani. Disiplin2 ini mewujudkan Kode Etik yang tertinggi dan dengan pasti dapat memurnikan Perbuatan2 Seseorang, Pembicaraan dan Pikiran dengan demikian membuat Seseorang mulia dan di hargai. Kumpulan yang Ketiga ialah “Abhidhamma Pitaka” ialah Ajaran Sang Buddha yang lebih tinggi. Disini Sang Buddha menggunakan Istilah2 abstrak untuk menjelaskan Realitas2 yang tertinggi (paramatthas) dalam Semesta dan Nibbana yaitu Kebaikan utama dan tujuan tertinggi dari Buddhisme. Dengan demikian Abhidhamma bisa di anggap sebagai Ajaran tertinggi (Paramattha desana) dari Sang Buddha. Prinsip2 dan Hubungan Sebab2 yang Sang Buddha uraikan dalam Abhidhamma begitu Alamiah, masuk Akal dan begitu Indah bahwa mereka dapat menunjuk dengan tepat Akar dari Sebab Kesengsaraan. Hal yang sangat luar biasa dari Ajaran2 Sang Buddha adalah Ajarannya mencakup Teori dan Praktek dan mereka dengan jelas dan pasti menegaskan Nilai Kemanusiaan, Kode Moral terbaik, dan Kedamaian abadi dan Jalan Utama Beruas Delapan menuju ke Kedamaian itu.



2 Semua Ajaran2 yang berharga ini telah di buktikan sering kali oleh jutaan para Ariya, ialah Orang2 mulia yang telah menapaki di atas Jalan itu dan masih dapat di buktikan setiap Waktu pada setiap Tempat oleh setiap Orang yang sanggup yang dengan Kemauan dan Ketabahan mengikuti Jalan itu. Arti Abhidhamma. Sutta Pitaka dan Abhidhamma bersamaan dikenal sebagai Dhamma.- Satu Kata bahasa Pali berarti “Doktrin atau Ajaran” dari Sang Buddha. Dhamma adalah Ajaran yang dapat menyelamatkan Orang2 yang mematuhi Dhamma dari Kejatuhan dalam Empat Alam Rendah (apayas) dan yang dapat memurnikan Pikiran dari Kekotoran2 Batin dengan demikian untuk mencapai Kedamaian abadi dan Kebahagiaan. Awalan “Abhi” di gunakan dalam menyatakan Lebih Besar, Besar, Tinggi sekali, Luhur, Luar biasa dst.. Abhidhamma Pitaka lebih besar, lebih mulia dan luar biasa dari Sutta Pitaka dalam Hal bahwa; i. Abhidhamma Pitaka berisi lebih banyak Kelompok Dhamma (Dhammakkhandhas) dari pada Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka (Abhidhamma terdiri dari 42.000 dhammakkhandas sedangkan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka masing2 berisi 21.000 dhammakkhandas). ii.Sang Buddha menggunakan banyak Metode dalam menjelaskan Abhidhamma dari pada beliau mengajarkan Sutta Dhamma, dan iii.Dalam Abhidhamma Sang Buddha menganalisa Pikiran dan Materi dengan mendetail dalam Istilah Kenyataan tertinggi dikenal sebagai “Paramatthas”. Paramatthas ini akan di jelaskan di dalam Bab Pendahuluan. Apakah Pikiran itu? Para Filsuf biasa memakai “Pikiran dan Materi” sebagai Dua Prinsip Dasar dari Dunia. Tetapi mereka gagal mendapatkan Satu Kesepakatan tentang Apakah Pikiran itu. Para Ahli Jiwa memulai tugas mereka dengan menyelidiki Alamiah Pikiran.. Tapi, ketika mereka tidak dapat menetapkan dan menggabungkan Pikiran, mereka kembali kepada Kebiasaan dari Binatang dan Manusia. Maka Ilmu Jiwa menjadi “Pembelajaran dari Perilaku” dari pada “Ilmu tentang Pikiran”



3 Sekarang Ilmu Pengetahuan tidak mempunyai Alat2 untuk melacak Pikiran. Maka Ahli2 Ilmu Pengetahuan menyangkal Keberadaan dari Pikiran dan mengikuti Teori bahwa Otak berfungsi sebagai Pikiran. Teori ini tidak dapat menjelaskan Fenomena yang aneh dari Telepati, Klairvoyan, Persepsi diluar batas Indera, Psichokinesis, Percobaan2 keluar dari Tubuh, Kehidupan setelah Kematian. Dst.. yang tidak dapat di sangkal oleh Ilmu Pengetahuan sekarang. Selain itu Penyelidikan Otak telah mengungkapkan, walau Fungsi Otak sebagai sebuah Komputer yang super, ia memerlukan Satu Unsur luar untuk menjalankannya sama seperti Komputer biasa memerlukan untuk di Program oleh Manusia. Bukankah itu Unsur Luar sebagai Pikiran? Abhidhamma menjelaskan Pikiran sebagai Satu Gabungan dari Citta (Kesadaran) dan Cetasika (Faktor2 Mental atau yang selalu bersama dengan Pikiran). Ada 52 Cetasika atau Faktor2 Mental—Beberapa dapat mengotori Pikiran, beberapa dapat memurnikan Pikiran dan beberapa Netral. Jumlah dari Kombinasi yang memungkinkan antara Citta dan Cetasika adalah 121. Kombinasi2 ini menyatakan dari berbagai Keadaan Pikiran. Mereka secara penuh menjelaskan mengapa kadang2 Pikiran buruk dan kadang2 baik, kadang2 sedih dan kadang2 bahagia, kadang2 jahat dan kadang2 mulia, dsb.. Dalam Segi Praktek dari Ajaran beliau, Sang Buddha menjelaskan beberapa Cara untuk mengembangkan Samadhi (Konsentrasi). Ketika Faktor2 Mental yang tidak Bermanfaat seperti Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), Uddhacca (Kegelisahan), Kukkucca (Penyesalan), Vicikiccha (Keraguan), Thina-middha (Kemalasan dan Kelambanan) dapat di tenangkan untuk tidak timbul dalam Pikiran, maka Pikiran tidak gentar, damai dan dalam Keadaan cerah. Ini adalah Keadaan dari Upacara Samadhi (Tetangga Konsentrasi atau Jalan masuk Konsentrasi), berarti ia dekat kepada Jhana (Pencerapan). Pada Keadaan Upacara Samadhi, karena Kekotoran Batin tidak ada dalam Pikiran, Se-seorang menikmati Ketenangan dan damai tak dapat di bandingkan dengan Kenikmatan Indera. Satu Berkah yang lebih tinggi di nikmati ketika Se-seorang dapat mencapai tingkat Konsentrasi sedikit lebih tinggi dari Jhana Samadhi. Setelah mengembangkan Empat Rupa-Jhana (Meditasi Pencapaian dari Alam Materi Halus) dan Empat Arupa-Jhana (Pencerapan dari Alam Tanpa Materi), Se-seorang dapat melanjutkan Satu Langkah lebih lanjut untuk mengembangkan Abhinna (Pengetahuan Super Normal). Ada Lima Kekuatan Super Normal Keduniawian (Lokiya): (1). Kekuatan Dewa



4 (iddhi-vidha), (2). Telinga Dewa (dibhasota), (3). Mata Dewa (dibhacakkhu), (4). Menembus Pikiran Orang lain (ceto-pariya-nana) dan (5). Mengingat Kehidupan2 lampau (pubbe-nivasanussati). Kekuatan2 Super Normal ini jauh melebihi Kekuatan Telepati, Klairvoyan, Psichokinesis,dsb.. Dengan iddhi-vidha-abhinna Se-seorang dapat menembus Dinding dan Gunung tanpa di halangi, menyelam ke dalam Tanah, berjalan di atas Air dan terbang di Udara. Dengan dibhacakkhu-abhinna Se-seorang dapat melihat Alam apaya (Alam lebih rendah) begitu juga Alam2 Dewa dan Brahma dan Mahluk2 yang di lahirkan Kembali di dalam Tiga puluh satu Alam Kehidupan sesuai dengan Kamma mereka (Kamma atau Perbuatan). Dengan ceto-pariyanana, Se-seorang dapat melihat Pikiran2 Orang lain dan mengetahui Keinginan mereka. Pencapaian Kekuatan2 Super Normal ini, bagaimanapun bukanlah Tujuan dari Buddhisme. Kekuatan menembus Pikiran disertai dengan upacara-samadhi atau jhana-samadhi di gunakan untuk memperhatikan timbul dan lenyapnya nama (Pikiran dan yang mengikutinya) dan rupa (Materi tertinggi) di dalam Tubuh. Nama dan Rupa ini tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop Elektronik sekalipun, tetapi mereka dapat di lihat dengan Pikiran Samadhi! Dengan meditasi pada Tiga Sifat Umum dari Nama dan Rupa yaitu, Tidak kekal (anicca), Menderita (dukkha) dan Tanpa-Diri (anatta) dan juga pada Hubungan Sebab Musabab antara Nama dan Rupa, Seseorang sedang menelusuri sepanjang Jalan Utama Beruas Delapan dan cepat atau lambat akan mencapai Magga (Jalan) dan Phala (Buah) Pertama. Kemudian Se-seorang menjadi Seorang Pemenang Arus (Orang mulia) dan sepenuhnya terjamin tidak akan di lahirkan Kembali dalam Alam2 rendah lagi. Pemenang Arus (Sotapana ariya) dapat menikmati Kedamaian di atas Duniawi, dari Nibbana bilamana ia memilihnya. Bila ia meneruskan dengan Meditasi Vipassana-nya (Pengertian) ia akan mewujudkan Tiga Maggas dan Phalas (Jalan dan Buah) yang lebih tinggi dalam Hal itu dan menjadi Seorang Arahat (Yang sempurna) dalam Kehidupan ini juga. Walau ia tidak meneruskan dengan Meditasi Vipassana-nya, Sotapana akan dengan sendirinya menjadi Seorang Arahat tidak lebih dari pada Tujuh Kehidupan. Dalam Diri Arahat semua Kekotoran Batin di cabut sampai ke Akar2nya sepenuhnya dan di hancurkan. Karena Kekotoran2 Batin ini adalah Penyebab sebenarnya dari semua Kesengsaraan. Penghancuran



5 totalnya berarti Kebahagiaan yang sempurna dan Kedamaian abadi bagi Arahat. Maka dengan memurnikan Pikiran dari semua Kekotoran Batin yang menyebabkan Kesengsaraan dan merendahkan Satu Orang, ia dapat menjadi Seorang Arahat yaitu Orang yang paling mulia diantara Manusia dan Dewa dan yang dapat menikmati Kedamaian tertinggi dan abadi dari Nibbana selamanya. Maka untuk menjadi Seorang Arahat adalah Tujuan yang benar bagi Manusia dan Dewa, dan Tujuan tertinggi dalam Kehidupan ini dapat di capai hanya melalui Analisa dan Pengertian yang benar dari Pikiran dan Materi sebagaimana yang di ajarkan oleh Sang Buddha. Harus di tekankan di sini bahwa Apa-pun yang Buddha telah ajarkan pada kita diluar daripada Kemahatahuan beliau dan Pengalaman sendirilah dapat di uji dan di buktikan oleh Siapa saja dengan Pengalamannya sendiri. Sebuah Pembicaraan Intelektual Abhidhamma bersangkutan dengan Kenyataan2 yang betul2 ada dalam Alam. Ia menganalisa keduanya Pikiran dan Materi dengan benar dan mendetail yang merupakan Mesin yang rumit dari Manusia. Ia membabarkan Enam Pintu2 Indera dalam Diri Manusia, Enam Rangsangan Indera datang dari luar dan Proses2 Pikiran yang timbul ketika Rangsangan datang kedalam Kontak dengan Pintu2 Indera. Berbagai Keadaan Mental berbareng dengan Sebab2 dari Keadaan2 Mental ini di jelaskan Satu per Satu Pikiran Bermanfaat dan tidak Bermanfaat dan Akibat2nya di teliti. Juga Proses Kehidupan dan Kematian dan bahwa Kelahiran Kembali dalam berbagai Alam di pengaruhi Kekuatan Kamma dengan jelas di terangkan. Rupa, yang terdiri dari Materi dan Energi, di bagi-bagi lagi dan di Golongkan pada Keadaan tertinggi. Ke-dua2nya Nama (Pikiran dan yang mengikutinya) dan Rupa (Materi dan Energi) hidup sangat singkat. Mereka timbul dan berakhir dalam Aturan Satu triliun kali ( 10 pangkat 12) dalam Satu Detik. Maka Pandangan bahwa Kesadaran mengalir seperti Sebuah Arus sebagaimana yang di kemukakan oleh beberapa Ahli Ilmu Jiwa modern seperti William James jadi betul2 jelas bagi Orang yang mengerti Abhidhamma. Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan dan Hukum Hubungan Sebab yang di bicarakan secara sistimatis dan menyeluruh di



6 dalam Abhidhamma, Hukum2 ini tidak ada Persamaannya dalam Suatu Filsafat yang lain. Akhirnya Empat Kebenaran Mulia, ialah Kebenaran Mulia tentang Dukkha, Sebab Dukkha, Berhentinya Dukkha dan Jalan menuju berhentinya Dukkha, jadi secara jelas sebagaimana Seorang menjalani Abhidhamma. Empat Kebenaran Mulia ini adalah Kebenaran tertinggi yang meliputi semua Hubungan2 Sebab dalam Dunia begitu juga dalam tingkat di luar Keduniawian. Mereka yang dapat dengan jelas melihat Kebenaran Mulia ini dengan Pikiran Samadhi atau Mata-Kebijaksanaan mereka akan menjadi tercerahkan sebagai Orang yang mulia. Inti sari dari Buddha Abhidhamma. Sama seperti Ilmu Pengetahuan Alam menyelidiki Hukum2 Alam yang mengatur Proses2 Alamiah, begitu juga Abhidhamma menggambarkan Kebenaran2 Alamiah yang mengatur Proses2 Alamiah. Tetapi Tingkatan2 dan Penyajiannya berbeda. Semua Ilmu2 Pengetahuan Alamiah, seperti Ilmu Alam, Kimia, Biologi, Geologi, Ilmu Bumi Alam, Teknik, Elektrik dan Ilmu Pengobatan berhubungan dengan Materi dan Energi-Aspek2 pisik dari Alam. Malah Ilmu Jiwa, yang mengikuti Perilaku, tidak dapat menunjukkan Pikiran dan menganalisanya. Tetapi Pikiranlah yang memimpin Dunia dan Kehidupan setiap Orang. Semua Ilmu Pengetahuan dan Filsafat di haslikan oleh Pikiran, di kendalikan oleh Pikiran. Maka tidak di ragukan lagi Pikiranlah Unsur yang paling utama di dalam Dunia. Abhidhamma menunjuk Pikiran, menganalisa dan Menggolongkan Pikiran, menjelaskan Fungsi2 dari Pikiran dan meletakkan Pikiran dalam Posisi yang benar. Kesanggupan yang sebenarnya dari setiap Orang terdapat dalam Pikirannya. Maka tak Seorang-pun perlu untuk melihat ke Langit dan memohon Pertolongan dari beberapa Kekuatan2 Super Natural karena Kekuatan yang paling besar terdapat dalam Dirinya sendiri ! Abhidhamma juga menyatakan tentang Materi dalam Hubungannya dengan Pikiran. Ia juga membabarkan Nibbana (Nirwana) yang terbebas dari Pikiran dan Materi. Ilmu2 Pengetahuan Alamiah tidak dapat mengubah Seorang Bajingan menjadi Seorang yang mulia sedangkan Abhidhamma bisa. Para Ilmuwan dan Filsuf tidak dapat menunjukkan Jalan kepada Penghentian Dukkha dan ke Kedamaian abadi sedangkan Abhidhamma bisa.



7 Para Ilmuwan, Filsuf, Ahli Ilmu Jiwa dan setiap Pencinta Kebenaran akan mendapatkan Abhidhamma menjadi Satu Pembicaraan Intelektual yang khusus. Pengetahuan Apa yang ada di dalam Kehidupan ini yang lebih berharga dari pada Abhidhamma yaitu ajaran tertinggi dari yang tercerahkan ? --oOo—



8 Pendahuluan. Satu Pendahuluan yang pantas. Abhidhamma Pitaka terdiri dari Tujuh Risalah – yaitu, Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggala pannatti, Kathavatthu, Yamaka dan Patthana. Materi Pokok dari Abhidhamma adalah Empat Kenyataan tertinggi (paramatthas) dan hubungan Sebab2 diantara mereka. Perlakuan pada Materi Pokok adalah tehnik tinggi dan sistimatis yang luar biasa menggunakan Syarat2 Filsafat yang murni yang sebenarnya di dalam Pengertian yang absolut. Bila Seorang dapat mempelajari dengan sabar Risalah2 Abhidhamma, ia tidak bisa tidak mengagumi Kebijaksanaan yang besar dan Pengertian yang mendalam dari Sang Buddha. Tetapi tidaklah mudah mempelajari Abhidhamma pada Usaha sendiri karena ia bisa secara mudah tersesat di dalam Rimba dari Kondisi2 yang abstrak dan Metode yang asing. Ada, bagaimanapun, Satu Risalah yang terkenal di sebut Abhidhammattha Sangaha, yaitu Pendahuluan yang paling cocok untuk Abhidhamma. Risalah ini di tulis oleh Y.M. Anuruddha Thera, Seorang Bhikkhu India dari Kancipura (Kanjeevaram), merangkum semua Titik2 yang penting dari Abhidhamma sangat terperinci. Risalah ini, Aslinya di tulis dalam Bahasa Pali, telah di terjemahkan ke dalam beberapa Bahasa. Di Myanmar Materi Pokok dari Risalah ini termasuk dalam Mata Pelajaran bagi Bhikkhu muda dan para Bhikkhu, dan juga di gunakan sebagai Pelajaran Ujian Abhidhamma yang berlangsung setiap tahun di seluruh Myanmar yang di adakan oleh Kementerian Agama. Buku yang sekarang, berjudul The Essence of Buddha Abhidhamma, lebih meneliti Materi Pokok yang ada dalam “Abhidhammattha Sangaha” dalam Satu Cara Sistim sederhana dengan Ketelitian tertentu dengan Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Segi2 Praktis. Itu di tulis lebih kurang dalam Bentuk yang di gunakan oleh Penulis sebagai Petunjuk Kuliah dalam memimpin Kuliah Singkat Abhidhamma. Kuliah2 terbukti sangat berhasil. Maka Pembaca akan mendapatkan Buku ini secara Keseluruhan membuktikan dan menarik untuk belajar Kenyataan2 Pokok dari Abhidhamma. Abhidhamma sesungguhnya adalah Pengetahuan Emas yang akan membantu Seorang untuk membuang Pandangan2 Salah dan untuk



9 mendapat Pandangan Benar bagi Kebebasan sepenuhnya untuk Seorang dari semua Kesengsaraan.



Kenyataan2 Ada Dua macam dari Kenyataan – Kenyataan dan Kenyataan tertinggi. Kenyataan yang sebenarnya ialah Kebenaran Konvensional biasa atau Kebenaran biasa yang di terima (Sammuti-sacca). Disebut pannatti dalam Abhidhamma. Kenyataan tertinggi ialah Kebenaran tertinggi (paramattha-sacca) di sebut paramattha dalam Abhidhamma. Dalam Ilmu Pengetahuan Dasar kita belajar tentang Kenyataan Kedalaman dari Satu Benda di dalam Air. Kedalaman yang Nyata adalah lebih dangkal dari pada Kedalaman yang sebenarnya. Ia kelihatan muncul sebagai Kedalaman sebenarnya karena pembiasan dari Cahaya yang melewati dari satu Media lebih rapat (Air) ke Media yang lebih ringan (Udara). Maka bila Seorang Penangkap Ikan melempar Sebuah Tombak ke Se-ekor Ikan di mana ia melihatnya di bawah Air, Tombak itu tidak akan mengenai Ikan sebab si Ikan sebenarnya tidak ada di sana. Dengan Cara yang sama pannattis atau Kenyataan yang sebenarnya walau mereka se-olah2 Ada, sebenarnya tidak ada. Apa pannattis itu? Pannattis adalah Nama2 dari yang hidup dan yang tidak hidup, mereka juga mengacu pada Barang2 dan Orang2 itu sendiri. Maka tidak hanya Nama-nama, Orang, Anjing, Meja, Rumah, dsb.. adalah pannattis, tapi Orang itu, Anjing itu, Meja itu, Rumah itu, dsb..juga adalah pannattis. Adalah Nyata bahwa “Nama-nama” bukanlah Kenyataan tertinggi sebab Satu Barang yang khusus telah di berikan Nama2 yang berbeda dalam Bahasa yang berbeda. Ada Satu Episode yang menarik terutama pemberian Nama di Myanmar. Seorang Anak Laki2 bernama Mr.Ba muncul untuk Ujian masuk Universitas, Ia gagal dalam Usahanya yang pertama. Ia muncul lagi untuk Ujian yang sama Tahun berikutnya dengan Nama baru Mr.Ba. Hla, Ia gagal lagi. Dalam Tahun ke Tiga ia mengganti Namanya jadi Mr.Ba. Hla. Than dan duduk lagi untuk ujian. Lagi ia tidak mendapat Nasib baik. Maka untuk memperbaiki Keberuntungannya ia memakai Nama Mr.Ba. Hla. Than. Tin pada Tahun ke Empat. Ia gagal lagi dalam Ujian. Walaupun begitu ia muncul lagi untuk Ujian pada Tahun ke Lima dengan Nama yang lebih panjang Mr.Ba. Hla. Than. Tin. Nyunt. Wah, ia lulus



10 Ujian sekali ini. Maka ia di kenal sebagai Mr.Ba. Hla. Than. Thin. Nyunt ketika ia bergabung pada University of Yangon. Tujuanya ialah, karena Nama2 dapat di pilih atas Kehendak untuk menandakan Macam2 Barang dan Orang, mereka tidak dapat jadi Kenyataan yang tertinggi. Namun kita harus menggunakan Nama2 ini dalam Ungkapan kita se-hari2 dan berbicara untuk berkomunikasi Satu sama lain. Orang lain jadi mengerti dengan benar Apa yang kita maksudkan dan Apa yang kita mau maka Ungkapan2 dan Pembicaraan2 ini dengan tidak ada Keinginan berdusta di sebut, Samuti-sacca atau Kebenaran Konvensional. Sekarang menurut Abhidhamma, tidak hanya Nama-nama tapi juga Barang2 dan Orang2, Nama2 yang di maksud tidaklah benar2 Ada. Anda mungkin membantah: “Mengapa?, kita kan bisa melihat Meja, Rumah, Orang, Anjing, dan kita juga dapat menyentuh dan merasakan mereka. Mengapa mereka tidak Ada? “ Kalau begitu sudilah perlihatkan saya Meja itu. Bukankah Kayu itu yang sedang anda sentuh atau tunjuk itu? Bila anda mengambil keluar Potongan2 Kayu dari Meja itu, apakah Meja itu masih Ada? Sama juga dengan Rumah. Bila anda mencopot Ke-empat Dinding2nya dan membongkar Atap2nya, Rumah itu akan tidak Ada. Bagaimana dengan Orang dan Anjing? Bila anda mengambil setiap Bagianya seperti, Rambut, Kuku, Kulit, Daging, Darah, Tulang, Usus, Jantung, Hati, Paru2, Limpa, dst..pada gilirannya dan mengajukan Pertanyaan: “Apakah ini Orang atau Anjing itu?” Jawabnya selalu “Bukan”. Maka Orang dan Anjing itu sebenarnya tidak Ada. Lagi ada Satu Cuplikan yang menarik, dalam Kitab Suci agama Buddha antara Dua Orang bijaksana-Raja Milinda dan Y.M. Arahat Nagasena. Raja bertanya, “Dengan Nama Apa saya akan mengenal anda, Tuan?” Y.M. Nagasena menjawab, “Rekan2ku memanggil saya Nagasena. Tapi Nama dan Orang yang di panggil sehubungan itu tidak benar2 Ada.” Raja berkomentar, “Bila Nagasena dan Orangnya tidak Ada, kepada siapa Orang2 mempersembahkan Dana dan siapa yang menerima Dana2 ini? Karena anda menerimanya, anda sebenarnya Ada. Mengapa anda berdusta sedangkan anda punya Kemuliaan yang tinggi?” Y.M. Nagasena bertanya, “Yang mulia, apakah anda datang ke Vihara ini jalan kaki atau naik Kereta?” Raja menjawab, “Saya datang naik Kereta.”



11 Y.M. Nagasena bertanya selanjutnya, “Kalau begitu, sudilah memperlihatkan Kereta Anda? Apakah Kuda Kereta anda? Apakah Roda Kereta anda? Apakah As Roda Kereta itu, Apakah Gerobak yang di tarik, Kereta itu?” Raja menjawab, “Bukan” pada semua Pertanyaan2 ini. Y.M. Nagasena berkata, “Apakah ada Satu Kereta di samping Kuda itu, Roda itu, As Roda itu, Gerobak yang di tarik, dst..?” Raja berkata lagi, “Tidak” Y.M. Nagasena berkomentar, “Yang mulia, anda kata anda datang kesini dengan Kereta, namun anda tidak dapat menunjukkan pada saya Kereta itu! Mengapa anda berdusta sedangkan anda mempunyai Kemuliaan yang tinggi?” Raja bersetuju, “Tidak ada Kereta di samping Kuda, Roda, As Roda, dan Gerobak itu. Hanya Satu Gabungan dari Barang2 ini yang di namakan Kereta.” Y.M. Nagasena berkata, “Baik sekali, Yang mulia, anda seharusnya mengerti Nagasena sebagai anda mengerti Kereta itu.” Tujuan yang penting adalah bahwa paramattha atau Kenyataan tertinggi kita maksudkan Sesuatu yang tidak dapat di ganti ke Barang yang lain atau di pecah menjadi Barang2 lain. Ia tidak dapat di ciptakan ataupun di musnakan oleh Manusia. Ia benar2 ada dalam Alam dan terus seperti itu Karakteristiknya sampai ia hilang. Ia dapat menahan Percobaan2 atau Penyelidikan2 dengan Metode Apa-pun tentang Kenyataannya dan Keberadaan yang sebenarnya. Para Filsuf dan Ahli2 Ilmu Pengetahuan telah mencari Kenyataan2 yang sebenarnya bahwa benar2 Ada di Alam Semesta. Para Filsuf tidak dapat menyetujui pada Kenyataan tertinggi Apa-pun – Apa yang di usulkan oleh Seorang Filsuf yang terkenal di debat oleh yang lainnya. Pada awalnya para Ahli Ilmu Pengetahuan menganggap Materi dan Energi sebagai Dua Kenyataan tertinggi. Materi telah di bagi ke dalam 92 Elemen2 Alam, yang pada gilirannya telah di bagi ke dalam 92 Macam Atom2 Alam dan berbagai Macam Isotopnya. Sekarang umumnya Atom di percaya di bentuk dari Proton, Neutron dan Elektron – Proton dan Neutron membentuk Inti dengan Elektron2 berkeliling dalam Orbit mengitari Inti. Walau Proton, Neutron dan Elektron bisa di anggap sebagai Balok Dasar Bangunan dari Atom, mereka bukan Partikel dengan Rupa dan Bentuk tertentu karena dapat di pancarkan dari Atom2 sebagai Cahaya. Lebih cocok mereka dianggap sebagai Ikatan dari energy persis seperti Sinar Matahari terbentuk dari Proton – Ikatan Dasar dari Energi Cahaya.



12 Para Ahli Ilmu Pengetahuam telah menyelidiki lebih dari 80 Subatomik Partikel dari Pemecahan Inti Atom. Semua dari Partikel2 ini bisa juga dianggap sebagai Ikatan2 dari Energi, sebagaimana Materi dan Energi saling menggantikan menurut Persamaan Albert Einstein: E = mc2, dimana E adalah Energi, m adalah massa dari Materi dan c kecepatan Cahaya. Maka dari titik pandang Ilmu Pengetahuan, Manusia, Anjing, Meja, Rumah, dan semua yang hidup dan Barang2 mati bukanlah Kenyataan2 tertinggi karena mereka terbentuk dari Elektron, Proton, Neutron dan Energi. Lebih lanjut, karena semua Partikel2 Sub-Atom bisa di anggap sebagai Ikatan2 dari Energi, hanya energy bisa di ambil sebagai Kenyataan tertinggi dalam Ilmu Pengetahuan. Dalam Abhidhamma ada Empat paramattha atau Kenyataan2 tertinggi. Mereka adalah rupa, citta, cetasika dan nibbana. Dalam analisa dari rupa, di dapatkan untuk menentukan Dasar2 dari Materi dan Energi. Citta adalah Kesadaran, dan Cetasika adalah Faktor2 Mental atau Sekutu2 Mental. Sebagaimana citta dan cetasika dapat mengambil Indera dan menyadari Indera itu, mereka ber-sama2 di kenal sebagai nama (Pikiran). Seorang Manusia terdiri dari rupa, citta, dan cetasika, atau dengan kata lain Hanyalah Rupa dan Nama (Materi dan Pikiran). Ini adalah Kenyataan2 yang tertinggi, sedangkan Manusia hanyalah Satu Kenyataan yang nyata kelihatan. Nibbana - Dasar dari Penghentian dari Penderitaan dan Kedamaian abadi – selalu ada di dalam Alam. Kekurangannya hanya adalah bahwa kita tidak menyadarinya. Itu hanya dapat di sadari oleh Magga-nana dan Phala-nana yaitu Mata Kebijaksanaan di sertai oleh Jalan dan Buah. Dasar2 dari citta, cetasika dan nibbana masih harus di temui oleh Ilmu Pengetahuan. Mereka betul2 di khususkan dan di golongkan di dalam Abhidhamma dan dapat di buktikan oleh Samatha-Vipassana Bhavana, ialah Meditasi Ketenangan dan Pandangan benar. Empat Paramattha: i. Citta – Kesadaran Indera atau Kesadaran pada Satu Objek. Citta, ceta, cittupada, mana, mano, vinnana digunakan sebagai Persamaan Istilah dalam Abhidhamma. Dalam Pembicaraan biasa, Pikiran biasanya mengacu pada citta atau mano



13 ii. Cetasika – Faktor2 Mental atau Sekutu2 Mental. Cetasika timbul dan lenyap bersama citta. Mereka bergantung pada citta untuk Kemunculannya dan mereka mempunyai Pengaruh pada citta. Ada 52 Macam dari cetasikas. Apa yang biasa kita sebut “Pikiran” sebenarnya adalah Satu Gabungan dari citta dan cetasika. Tiada citta ataupun cetasika dapat timbul sendiri-sendiri. iii. Rupa – Pemenuhan Kebutuhan atau Mutu Materi. Ia bisa berubah-ubah Bentuk dan Warna karena panas atau dingin. Ada 28 Macam dari rupa. iv. Nibbana – Penghentian dari Kekotoran Batin dan Penderitaan, Kedamaian abadi yang absolut. Kekotoran Batin dari citta adalah Keserakahan, Kebencian, Khayalan dsb.. mereka adalah Akar2 dari Penderitaan dan dari Kesinambungan Kehidupan. Maka Penghentian yang sempurna dari Kekotoran Batin berarti Pelepasan dari semua Kelahiran Kembali masa akan datang, usia tua, penyakit dan kematian, dari semua penderitaan dan kesengsaraan. Ada Kedamaian abadi yang sempurna dalam Nibbana. Kata Sansekerta “Nirvana” secara literatur berarti “Terbebas dari Napsu Keinginan”. “Penghentian dari Keserakahan, Penghentian dari Kebencian, Kebencian dan Kebodohan, ini di sebut Nibbana” (Samyutta Nikaya 38, 1.)



Masing2 dari Empat paramathas di atas bisa di periksa dengan teliti bagi Keberadaan yang sesungguhnya. Ilmu Pengetahuan bisa menyanggah Keberadaan dari Pikiran karena ia tidak dapat menemukannya. Tetapi Keberadaan dari citta yaitu Kesadaran dari Indera pada Manusia dan Binatang tidak dapat di sanggah oleh siapapun. Keberadaan dari cetasikas seperti lobha (Keserakahan), dana (Kemurah Hatian), mana (Kesombongan), issa (Iri Hati), alobha (Tanpa Kemelekatan), adosa (Kemauan Baik), dst.. pada Manusia dan Binatang juga Nampak jelas. Tapi adalah penting untuk melihat mereka sebagai Suatu yang sungguh2 Ada dan bukan sebagai Bagian dari Pikiran atau Keadaan Mental yang berbeda. Cetasika2 yang Tidak Bermanfaat seperti, lobha, dosa, mana dan issa bisa seluruhnya di hilangkan dari Pikiran oleh Meditasi Pandangan Terang.



14 Keberadaan rupa sebagai Materi dan Energi mudah di lihat. Tetapi Nibbana, Keadaan di atas Keduniawian, tidak dapat di rasa oleh Pikiran biasa, tapi ia bisa di amati oleh lokuttara (diatas Keduniawian) citta. Harus di catat bahwa semua paramathas dalam Indera tertinggi, mereka tidak berbentuk dan tanpa Rupa persis sebagai Ikatan dari Energi tidak berbentuk maupun ber-rupa. Mereka tidak kelihatan di bawah Mikroskop yang terbaik, tapi cittas, cetasikas, dan rupa dapat di lihat oleh Mata Samadhi. Nibbana dapat di sadari dengan Empat Jalan Kebijaksanaan. Setiap paramathas akan di suguhkan panjang lebar dalam Bab selanjutnya. Nama dan Rupa. Ke-dua2nya citta dan cetasika sadar pada Indera. Mereka selalu cenderung menuju Indera untuk mengambil Indera, dan makanya mereka bersama di sebut “nama” Satu Manusia terdiri dari nama dan rupa (Pikiran dan Tubuh). Dari ke-duanya, nama, menyadari Indera, dan rupa tidak. Dengan demikian nama adalah Pemimpin dan rupa Pengikut. Tetapi dalam Alam Indera dan Alam Materi-Halus, nama membutuhkan Dukungan dari rupa bagi Kemunculannya. Nama sama seperti Satu Orang dengan Mata Penglihatan yang baik tapi tidak punya Kaki, sedangkan rupa seperti Satu Orang buta dengan Kaki yang baik. Satu Orang tanpa Kaki dan Satu Orang buta bertemu di luar Satu Kampung dan mereka mendengar Pengumuman dari Pengeras Suara bahwa Makanan sedang di bagikan di dalam Kampung. Mereka ingin mendapatkan Makanan di Tempat itu. Bagaimana mereka pergi? Nah, bila Orang dengan Penglihatan yang baik duduk di atas Bahu Orang yang buta, dan yang belakangan berjalan sepanjang Jalan sebagaimana yang di tunjukkan oleh yang pertama, mereka segera tiba pada Tempat yang di inginkan dan menikmati Makanan. Nama dan Rupa bekerja bahu membahu seperti ke-dua Orang di atas. Guna dari Analisa tertinggi Untuk melihat Hal2 sebagaimana mereka adanya adalah Tujuan yang sangat dihargai oleh para Pencinta Kebenaran termasuk para Filsuf dan Ilmuwan. Bila Seorang tidak dapat melihat Gambaran yang sebenarnya dari Sesuatu, Seorang melihat Gambar yang berbeda dan jadi ber-Pandangan Salah tentang mereka.



15 Satu Dasar Pandangan Salah yang telah mengganggu Manusia untuk waktu yang lama sekali ialah Sakkayaditthi. Ialah “Percaya-Ke-Aku-an” . Saling menafsirkan Kumpulan dari Rupa dan Nama sebagai Satu “Individu” atau “Saya” atau “Atta”. Disebabkan sakkayaditthi ini, Seorang ingin menjadi Seorang yang sangat Penting (VIP), menginginkan untuk menumpuk Kekayaan bagi Keuntungan “Saya” dan bertingkah laku mementingkan Diri sendiri. Dalam Kenyataannya semua Bentuk Persoalan dan Kesengsaraan berasal dari Pandangan Salah ini. Melihat Orang lain sebagai Satu Orang, Seorang Lelaki, Seorang Perempuan, Satu Individu, dsb.. juga Sakkayaditthi. Sakkayaditthi menimbulkan Pandangan2 Salah yang lain lagi yang tidak terhitung di Dunia ini sekarang. Hal yang sangat menakutkan tentang Sakkayaditthi adalah bahwa ia dapat berpasangan dengan Kamma Buruk yang sering menghempaskan Seorang ke Alam-alam lebih rendah. Menurut Ajaran Sang Buddha untuk membuang sakkayaditthi sangatlah perlu dan penting. Ia seperlu bagai mematikan Api di atas Kepala ketika Kepalanya terbakar dan sebagai mencabut Tombak dan mengobati Luka di Dada ketika Dada tertusuk oleh Sebuah Tombak. Pembelajaran Abhidhamma melengkapi Seseorang dengan Pandangan Benar bahwa “Saya atau “Atta” tidaklah Ada dan Apa yang benar2 Ada dalam Manusia adalah citta, cetasika, dan rupa. Mengerti Keadaan Mental dapat membantu Seorang untuk mengontrol Temparamennya dan menghindari Keadaan Mental yang Tidak Bermanfaat, dengan demikian mengurangi Ketegangan dan mengobati banyak Penyakit2 Mental. Bila Seorang mengerti bahwa Kehendak (cetana), yang langsung membuat Perbuatan, Bicara dan Berpikir, Seseorang menumbuhkan Kamma2 yang ada yang menyebabkan Kelahiran Kembali dan membentuk Nasib dari Mahluk2, ia menjadi sadar untuk menghindari Kehendak yang tidak Bermanfaat. Lebih lanjut bila Seorang mengerti Hubungan Sebab Akibat yang di jelaskan dalam Abhidhamma, ia dapat membersihkan semua Pandangan2 Salah dan memegang Satu Pengertian Benar dari Apa yang terjadi di Dunia. Ketika Seorang memutuskan untuk mengikuti Jalan Utama Beruas Delapan untuk membebaskannya dari semua Kesengsaraan, ia memulai dengan Pandangan Benar dan mengembangkan Sila (Kemoralan), Samadhi (Konsentrasi) dan panna (Kebijaksanaan) selangkah demi selangkah. Dalam melakukan itu ia harus melaksanakan SamathaVipassana (Ketenangan dan Pandangan terang) meditasi dan mencoba



16 untuk memperhatikan bagaimana cittas, cetasikas dan rupa berfungsi, bagaimana mereka di hasilkan terus-menerus, bagaimana Hubungan Sebab Akibat betul2 bekerja, segera, bagaimana Fenomena yang di jelaskan dalam Abhidhamma benar2 terjadi. Demikianlah analisa yang tertinggi pada Abhidhamma bukanlah untuk Kesenangan membaca atau juga untuk Pengetahuan semata, ia juga untuk di teliti oleh Pikiran Samadhi dengan maksud untuk mengembangkan Kebijaksanaan Pandangan Terang yang menuju pada Jalan dan Buahnya (Magga dan Phala). --oOo—



17 Chapter 1. Citta Kesadaran. Empat tingkatan dari cittas. “Citta” di definisikan sebagai “Kesadaran akan Indera” atau “Kesadaran pada Sebuah Objek” Citta bisa di bagi dalam Empat Tingkatan menurut pada Empat Alam (Bhumi) atau Dunia (Avacara). 1. Kamavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam Dunia Indera (kama-loka) 2. Rupavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam Dunia-Halus (rupa-loka) 3. Arupavacara cittas: Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam Dunia Tanpa-Materi (arupa-loka) 4. Lokuttara cittas: Kesadaran yang di alami dalam tingkat diatas Keduniawian. (diluar Pengertian Manusia biasa)



Empat tingkatan Cittas diatas bisa di sebut dengan singkat, Kama Cittas, Rupa Cittas, Arupa Cittas dan Lokuttara Cittas. Kama Vacara Cittas di alami tidak hanya dalam Dunia Indera tapi juga dalam Dunia2 yang lainya. Hal yang sama juga terdapat dengan Rupa Vacara Cittas dan Arupa Vacara Cittas. Dunia Indera mengacu pada Empat Alam apaya, Alam Manusia dan Enam Alam Deva. Di dalam semua Alam2 ini Kenikmatan Hawa Napsu di nikmati. Dunia Materi-Halus mengacu pada Enam belas Alam yang di huni oleh Rupa-Brahmas, yaitu para Brahma dengan Bentuk atau Tubuh. Dunia Tanpa-Materi mengacu pada Empat Alam yang di huni oleh Arupa Brahma, yaitu para Brahma Tanpa Bentuk atau Tubuh. Brahmas lebih berkekuatan dari pada Devas. Mereka mengalami Kedamaian lebih besar dan hidup lebih lama dari pada Devas.



18



Kamavacara Cittas. (Kesadaran yang kebanyakan di alami dalam kama-loka) Ada 54 Kamavacara Cittas yang bisa di bagi ke dalam Tiga Tingkatan. 1. Akusala Cittas (Kesadaran2 yang tidak Bermoral) . . . . . 12 2. Ahetuka Cittas (Kesadaran2 yang tidak ber-Akar) . . . . . 18 3. Kama-Sobhana Cittas (Kesadaran2 yang cantik di Dalam Dunia – Indera) . . . . . . . . . . 24 Jumlah semua dari Kamavacara Cittas ialah : 12 + 18 + 24 = 54. Mereka akan di sebutkan dan di jelaskan selanjutnya di bawah ini Disarankan pada Pembaca atau Pelajar agar jadi terbiasa dengan Nama2 Pali yang di sebutkan dalam Buku ini. Mereka singkat dan tepat dan akan membantu Se-seorang untuk mengerti terjemahannya atau Tulisannya di dalam Buku2 Teks yang lain atau Uraian2 pada Buddhisme. Akusala Cittas. (Kesadaran2 Tidak Bermoral) “Akusala” artinya “Tidak Bermoral” UmumnyaG Orang2 berbuat jahat, dan Perbuatan2 jahat dengan akusala cittas. Maka akusala cittas membuahkan Akibat2 Buruk. 12 Akusala cittas itu selanjutnya dapat di bagi dalam Tiga Tingkatan. 1. Lobha-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Keserakahan atau Kemelekatan) – 8 2. Dosa-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Kebencian atau Kehendak jahat) – 2 3. Moha-mula cittas (Kesadaran yang di Akari oleh Khayalan atau Kegelapan Batin) – 2



19 Lobha-Mula cittas. Delapan Cittas yang di Akari oleh Lobha (Keserakahan) di berikan dalam Simbul2 berikut supaya Nama2 mereka gampang di ingat. ditthi sam



ditthi - vi



ditthi - sam



+ +



-



a sa



a sa



-



ditthi - vi -



-



+ + a sa



a sa Tanda “ + “ menunjukkan “Somanassa – sahagatam” Tanda “ – “ menunjukkan “Upekkha – sahagatam” Huruf2 yang lain dalam Tabel mengacu pada Apa, akan jelas dari Nama2 Delapan Lobha-Mula cittas berikut. 1) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam asankharikam ekam 2) Somanassa-sahagatam ditthigata-sampayuttam sasankharikam ekam. 3) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam asankharikam ekam. 4) Somanassa-sahagatam ditthigata-vipayuttam sasankharikam ekam. 5) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam asankharikam ekam. 6) Upekkha-sahagatam ditthigata-sampayuttam sasankharikam ekam. 7) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam asankharikam ekam. 8) Upekkha-sahagatam ditthigata-vipayuttam sasankharikam ekam. Artinya : Somanassa : Perasaan menyenangkan secara Mental Sahagatam : Bersama dengan, di kawani oleh. Ditthi : Pandangan salah menganggap Kamma dan Akibat2nya tidak ada. Sampayuttam : Berhubungan dengan, bersekutu bersama. Vipayuttam : Tidak berhubungan dengan.



20 Asankharikam Sasankharikam tidak aktif. Upekkha Ekam



: Spontan, Tidak di ajak, otomatis. : Diajak oleh Seorang atau yang lain, Keinginan : Perasaan Netral : Satu.



Delapan Lobha-Mula cittas bila di terjemahkan adalah sebagai berikut: 1. Satu Kesadaran, spontan, disertai dengan Kesenangan, dan bersekutu dengan Pandangan Salah 2. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, disertai dengan Kesenangan dan bersekutu dengan Pandangan Salah 3. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kesenangan dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah 4. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kesenangan dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah 5. Satu Kesadaran, spontan, dengan Perasaan Netral dan bersekutu dengan Pandangan Salah 6. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, dengan Perasaan Netral dan bersekutu dengan Pandangan Salah 7. Satu Kesadaran, spontan, dengan Perasaan Netral dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah. 8. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, dengan Perasaan Netral dan Tidak bersekutu dengan Pandangan Salah.



Penerapan2-nya. Sejak kita bangun di pagi hari sampai waktunya kita tidur di malam hari kita selalu kontak dengan Lima Indera (Objek yang kelihatan, Suara, Bau2an, Pencerapan, Sentuhan) dan dengan Pikiran kita sendiri. Bila Indera atau Pikiran itu Baik, kita menyukainya, kita merasa melekat padanya dan kita ingin menikmatinya lebih banyak lagi. Pada waktu ini Lobha (Keserakahan atau Kemelekatan atau Napsu) timbul dalam Pikiran kita dan Lobha-Mula Cittas akan terjadi. Bila kita juga merasa senang pada waktu itu, Lobha-Mula Cittas akan menjadi Somanassa-Sahagatam. Bila kita merasa Netral pada waktu itu, Cittas akan menjadi Upekkha-Sahagatam. Bila kita tidak menyadari Kenyataan bahwa Akusala Cittas sedang timbul dan mereka akan membuahkan Akibat2 Buruk, maka Lobha-



21 Mula Cittas kita akan menjadi Ditthigata-Sampayuttam. Sebaliknya, bila kita menyadari bahwa Akusala cittas sedang timbul dan mereka akan membuahkan Akibat2 Buruk, maka Lobha-Mula Cittas kita akan menjadi Ditthigata-Vippayuttam. Lebih lanjut bila kita merasa melekat pada Indera itu tanpa di Ajak (di Bujuk) oleh kita sendiri atau Orang lain, maka Lobha-Mula Citta kita akan menjadi asankharikam. Bila kita mereasa melekat pada Indera itu hanya setelah di Ajak oleh Seorang, maka Lobha-Mula Cittas kita akan menjadi sasankharikam. Asankharikam Citta lebih kuat dari pada Sasankharikam citta dan ia timbul secara spontan. Sekarang dapatkah anda menyebutkan Citta yang sedang timbul pada Satu Orang yang sedang mendengarkan Satu Lagu merdu tanpa memberikan Satu-pun Pemikiran pada Kamma dan Akibatnya? Itu adalah: Lobha-Mula Citta yang di sebut, “SomanassaSahagatam ditthigata-Sampayuttam asankharika citta.” Sekarang Seorang Lelaki sedang mencuri Satu Tas setelah di bujuk oleh Dirinya Sendiri sebab ia sadar pada Kamma Tidak Bermoral dan Akibat Buruknya. Apa Citta-nya? Itu Lobha-Mula Citta lagi, sebab Lobha (Keserakahan) adalah Sebab dari Pencurian. Nama Citta itu adalah: “Upekkha-Sahagatam ditthigata-Vipayuttam sasankharika citta” Contoh2 lain untuk menggambarkan Delapan Bentuk Lobha-Mula cittas diberikan di bawah ini: Tipe 1. Satu Orang sedang menikmati Makanan dan Minuman tanpa memperhatikan pada Kamma Tipe 2. Satu Orang sedang di ajak oleh Temannya, menonton Film dengan senang Tanpa Perhatian Apa-pun pada Kamma. Tipe 3. Seorang Wanita muda dengan senang memakai Satu Baju baru, tapi ia menyadari bahwa Kemelekatan pada Baju menimbulkan Lobha-Mula Citta. Tipe 4. Seorang Gadis sadar akan Kamma dan Akibatnya, tapi ia untuk memenuhi Permintaan Temannya, mendengarkan Lagu2 modern dengan senang. Tipe 5. Seorang anak Lelaki sedang makan Nasi sederhana dengan Garam dengan rasa Kemelekatan tapi tanpa senang dan Pengetahuan Kamma Tipe 6. Seorang anak Perempuan menghargai Pakaiannya setelah di jelaskan oleh Ibunya bahwa Pakaian itu bagus. Tapi ia merasa netral dan tanpa Pengetahuan akan Kamma.



22 Tipe 7. Tipe 8.



Memikirkan Kamma, anda minum Kopi dengan Rasa netral tapi anda masih mengagumi Rasanya. Seorang Wanita muda mempunyai Pengetahuan Kamma. Tetapi setelah di-bujuk-bujuk oleh Seorang Sales Woman, ia membeli Satu Pakaian baru dengan Rasa segan.



Dosa Mula Citta. Hanya ada Dua Tipe dari Citta yang di Akari dalam Dosa (Kebencian atau Keinginan Jahat). Simbul2 dan Nama2-nya adalah sebagai berikut:



Tanda * menunjukkan “Domanassa-Sahagatam” 1. Domanassa-Sahagatam patigha-sampayuttam asankharikam ekam. 2. Domanassa-Sahagatam patigha-sampayuttam sasankharikam ekam. Penerapan2 dan Artinya. Domanassa : Perasaan Batin yang menyakitkan, tidak nyaman. Patiga : Dosa – Kebencian, Keinginan Jahat, Dendam. Maka Dua Dosa-Mula Citta artinya adalah : 1. Satu Kesadaran, spontan, di sertai Ketidak Nyamanan, dan bersekutu dengan Keinginan Jahat 2. Satu Kesadaran, dengan Ajakkan, di sertai Ketidak Nyamanan dan bersekutu dengan Keinginan Jahat. Bilamana kita merasa marah atau tidak senang atau sedih atau tertekan, Dosa-Mula Citta akan timbul. Dan bila ia timbul, ia di sertai dengan Keinginan Jahat dan Perasaan Batin yang menyakitkan. Bila ia timbul Spontan tanpa Ajakkan dari Seseorang ia adalah asankharika.



23 Bila ia timbul perlahan-lahan setelah banyak di bujuk oleh Diri Sendiri atau Orang lain ia adalah sasankharika. Sekarang Seorang Ibu sedang mengkawatirkan Anak Perempuannya. Citta Apa yang timbul pada Ibu itu? Itu adalah Dosa-Mula Citta, dengan Nama; Domanassa-Sahagatam citta.



patigha-Sampayuttam



asankharikaGG



Seorang Ayah menjelaskan kepada Anak Lelakinya bahwa ia telah di tipu. Anak itu menjadi Sedih. Citta Apa yang akan di miliki Anak itu? Ialah; Domanassa-Sahagatam sasankharika dosa-mula Citta.



patigha-Sampayuttam



Moha Mula Citta. Lagi ada Dua Tipe Citta di Akari Moha (Kegelapan Batin atau Khayalan). Simbul2 dan Nama2 mereka sebagai berikut:



1. Upekkha – Sahagatam, Vicikiccha – Sampayuttam ekam. 2. Upekkha – Sahagatam, Uddhacca – Sampayuttam ekam. Penerapan2 dan Arti2. Vicikiccha : Sifat ragu2 tentang Agama Buddha, Dhamma, Sangha dan pada Latihan2. Uddhacca : Kegelisahan. Arti dari Dua Moha – Mula Citta, ialah : 1. Satu Kesadaran, di sertai Rasa Netral dan bersekutu dengan Sifat Ragu-ragu. 2.Satu Kesadaran, di sertai Rasa Netral dan bersekutu dengan Kegelisahan.



24 Karena Dua Citta ini sama Kuat, tak Satu-pun lebih spontan dari yang lain, mereka tidak ada Perbedaan dengan asankharika dan sasankharika. Satu Orang yang mempunyai Keraguan tentang Kamma dan Akibatnya akan mempunyai Satu Moha-Mula Citta dengan Nama: Upekkha-sahagatam vicikiccha-sampayuttam citta. Satu Orang sedang mendengarkan Satu Kuliah, tapi ia tidak mengerti Satu Kata-pun karena Pikirannya Gelisah. Apa Citta-nya? Ialah; Satu Moha – Mula Citta. Dengan Nama; upekkha – sahagatam, uddhacca-sampayuttam citta. Menimbun dalam Satu Hari. Biarpun jumlah Citta Tidak Bermoral hanya Duabelas Tipe, mereka terjadi lebih sering dari pada Citta Bermoral dalam Diri Seorang setiap Hari. Ini di sebabkan karena Pikiran di pengaruhi oleh Lobha, Dosa dan Moha hampir setiap Waktu. Tiga Cetasika Tidak Bermoral ini di kenal sebagai Akusala – Mula, ialah: Asal Mula dari Ketidak Moralan. Disebabkan Moha dan Lobha, kita ingin menikmati Kesenangan sepanjang Waktu, dan selama menikmati ini Lobha – Mula Citta akan timbul rata-rata miliaran per-detik. Pada waktu kita memakai Pakaian dengan senang, pada waktu kita sedang menikmati Makanan dan Minuman, pada waktu kita sedang mendengarkan Musik dan melihat Acara2 T.V., pada waktu kita sedang membaca Novel, pada waktu kita sedang memikirkan Penghasilan dan Harta-harta kita, Lobha-Mula Citta akan timbul miliaran. Ketika kita tidak senang dengan Perasaan dan Pemandangan yang kita hadapi, Dosa – Mula Citta akan timbul lagi miliaran. Kadang2 ketika Perasaan tidak tertarik, kita merasa Netral dan Pikiran di alihkan. Moha – Mula Citta akan timbul pada waktu ini. Demikianlah bila kita menimbun Citta Bermoral dan Citta Tidak Bermoral dalam Satu Hari, Citta Tidak Bermoral akan melebihi jumlah Citta Bermoral jutaan kali. Karena Citta Tidak Bermoral meninggalkan Benih2 Kamma2 Tidak Bermanfaat yang akan membawa Akibat2 Tidak menguntungkan dan Kelahiran Kembali atau Nasib yang tidak Bahagia, Tidak Bijaksana untuk membiarkan Pikiran mengambil sesukanya. Bila kita dapat membedakan Citta Bermoral dari Citta Tidak Bermoral, kita dapat mengontrol mereka untuk Keuntungan kita sendiri.



25 Ahetuka Citta (Kesadaran tidak Ber-Akar) Hetu – mula : Sebab atau Akar – Kondisi. Akusala-hetu : Akar-akar Tidak Bermanfaat (lobha, dosa, moha) Kusala –hetu : Akar-akar Bermanfaat (alobha, adosa, amoha) Kesadaran Tanpa Akar yang cocok di kenal sebagai Ahetuka Citta Sedangkan Kesadaran dengan Akar-Kondisi yang cocok di sebut Sahetuka Citta. Ada Delapan belas Ahetuka Citta. Mereka dapat di golongkan kedalam Tiga Kelompok sebagai berikut: 1. Akusala Vipaka Citta Jumlah Cittas Tidak Bermanfaat yang timbul sebagai Akibat yang pasti terjadi dari Akusala Citta . . . . . 7 2. Ahetuka kusala Vipaka Cittas Jumlah Cittas Tanpa Akar dan Bermanfaat yang timbul sebagai Akibat2 yang pasti terjadi dari Kusala Cittas . . . . . . 8 3. Ahetuka Kiriya Cittas Fungsi Kesadaran Tanpa Akar . . . . . . .3 Catatan: Vipaka Kiriya



: Hasil Kamma : Kriya = Fungsi



Vipaka Cittas dan Kiriya Cittas adalah Cittas Kamma Netral, Kamma yang tidak efektif, ialah mereka tidak menghasilkan Kamma. Akusala Vipaka Cittas. Tujuh Akusala Vipaka Cittas di berikan dengan Simbul2 dan Namanama sebagai berikut:



1. 2.



Upekkha-Sahagatam Cakkhuvinnanam : Kesadaran Mata di sertai dengan Perasaan Netral. Upekkha-Sahagatam Sotavinnanam : Kesadaran Telinga di sertai dengan Perasaan Netral.



26 3. 4. 5. 6. 7.



Upekkha-Sahagatam Ghanavinnanam : Kesadaran Hidung di sertai dengan Perasaan Netral. Upekkha-sahagatam Jivhavinnanam : Kesadaran Lidah di sertai dengan Perasaan Netral. Dukkha-Sahagatam Kayavinnanam : Kesadaran Tubuh di sertai dengan Rasa Menyakitkan. Upekkha-Sahagatam Sampaticchana-cittam: Kesadaran Menerima di sertai dengan Perasaan Netral Upekkha-Sahagatam Santirana cittam : Kesadaran Menyelidiki di sertai dengan Perasaan Netral.



Dari Tujuh Cittas yang di sebut di atas, Lima yang Pertama di kenal sebagai Panca-Vinnana, ialah Lima Cittas yang menyadari Lima Indera. Dua yang terakhir, ialah Sampaticchana-citta dan Santirana-citta menampilkan Dua Keadaan yang di hubungkan dalam Proses Pengenalan (Kesadaran pada Satu Objek). Contoh; Ketika Sebuah Objek Penglihatan muncul di dalam Mata, Satu Rentetan dari Kesadaran harus timbul dan berlalu supaya melihat Objek. Per-tama2 Panca-dvaravajjana (Lima-Pintu Penuh Perhatian) menarik Kesadaran menuju Objek. Lalu Sampaticchana (Kesadaran Menerima) menerima Kesan-Indera. Lalu Santirana (Kesadaran Menyelidik) menyelidiki Kesan-Indera itu. Lalu Vottappana (Kesadaran Memutuskan) juga di kenal sebagai Mano-dvaravajjana (Pintu Pikiran Penuh Perhatian) memutuskan Kesan Indera apakah itu Baik atau Buruk. Kita mengenali Objek secara kasar pada Keadaan ini. Begitu juga, ketika Sebuah Objek Pendengaran mengenai Gendang Telinga, Satu Rentetan dari Kesadaran, yakni, Panca-dvaravajjana, Sotavinnana, Sampaticchana, Santirana, Mano-dvaravajjana, dst.. harus timbul dan berlalu sebelum kita dapat mendengar Suara itu. Maka Sampaticchana-citta, Santirana-citta bersama dengan Panca-dvaravajjana-citta dan Manodvaravajjana-citta adalah Dasar untuk mengenal Indera pada Lima Pintu-Indera (Mata, Telinga, Hidung, Lidah dan Tubuh).



27 Ahetuka Kusala Vipaka Cittas. Tingkat ini terdiri dari Delapan Cittas yang Simbul dan Namanya sama dengan Akusala-Vipaka Cittas yang baru saja kita jelaskan di atas.



1. Upekkha-Sahagatam Cakkhuvinnanam : Kesadaran Mata di sertrai dengan Perasaan Netral. 2. Upekkha-Sahagatam Sotavinnanam : Kesadaran Telinga di sertai dengan Perasaan Netral. 3. Upekkha-Sahagatam Ghanavinnanam : Kesadaran Hidung di sertai dengan Perasaan Netral. 4. Upekkhas-Sahagatam Jivhavinnanam : Kesadaran Lidah di sertai dengan Perasaan Netral. 5. Sukkha-Sahagatam Kayavinnanam : Kesadaran Tubuh di sertai dengan Perasaan Menyenangkan. 6. Upekkha-Sahagatam Sampaticchana-cittam : Kesadaran Menerima di sertai dengan Perasaan Netral. 7. Upekkha-Sahagatam Santirana-cittam : Kesadaran Menyelidiki di sertai dengan Perasaan Netral. 8. Somanassa-Sahagatam Santirana-cittam : Kesadaran Menyelidiki di sertai dengan Perasaan Kegembiraan. Menurut Abhidhamma, Seseorang Kontak dengan Rasa yang tidak di setujuinya berhubungan dengan Akusala-Kamma lampaunya sendiri (Perbuatan Tidak Bermanfaat) dan pada Hal ini Akusala-Vipaka Cittas akan timbul dalam Proses Pengenalan. Sebaliknya Seseorang Kontak dengan Rasa yang di setujui-nya berhubungan dengan Kusala-Kamma lampaunya sendiri (Perbuatan Bermanfaat), dan dalam Hal ini Kusala-Vipaka Cittas akan timbul dalam Proses2 Pengenalan. Maka itu ada Sepasang dari Cakkhuvinnana (Kesadaran Mata), Satu Pasang Sotavinnana (Kesadaran Telinga), Satu Pasang dari Ghanavinnana (Kesadaran Hidung), Satu Pasang Jivhavinnana (Kesadaran Lidah) dan Satu Pasang Kayavinnana (Kesadaran Tubuh). Lima Pasang ini bersama-sama di sebut “Dvipancavinnana” Tentu saja ada Dua Sampaticchana Cittas dan Tiga Santirana Cittas, semuanya Akusala-Vipaka Cittas dan Ahetuka-Kusala Vipaka Cittas,



28 termasuk lemah karena mereka belum menyadari pada Indera Baik atau Buruk, di sertai oleh Perasaan Netral, Pengecualiannya ialah bahwa Dua Cittas Kayavinnana Tubuh di sertai baik oleh Perasaan Menyakitkan ataupun Menyenangkan dan Somanassa-Santirana citta, yang timbul ketika Rasa Enak di sertai oleh Kegembiraan.



Ahetuka Kiriya Cittas Tiga Ahetuka-Kiriya cittas di berikan Simbul2 dan Nama2nya sebagai berikut:



1. 2. 3.



Upekkha-Sahagatam pancadvaravajjana-cittam : Lima Pintu Kesadaran Penuh Perhatian di sertai Perasaan Netral. Upekkha-Sahagatam manodvaravajjana-cittam : Pintu Pikiran Kesadaran Penuh Perhatian di sertai Perasaan Netral. Somanassa-Sahagatam Hasituppada-cittam : Senyum menghasilkan Kesadaran di sertai dengan Kegembiraan.



Fungsi2 dari Dua avajjana-cittas, yaitu No.1 dan No.2 diatas, dalam Proses2 Pengenalan telah di jelaskan diatas. Bila Objek Indera muncul pada salah Satu dari Lima Pintu Indera, adalah Pancadvaravajjana yang memperlihatkan Kesadaran menuju Indera. Pancadvaravajjana bekerja bagaikan Satu Pemilih Panjang Gelombang dari Satu Radio. Karena-nya kita dapat mencatat Rasa2 Satu setelah yang lain-nya. Ketika Indera atau Objek Pikiran muncul pada Pintu Pikiran adalah Mano-dvaravajjana yang memperlihatkan Kesadaran menuju Indera. Hasituppada-Citta hanya dapat timbul pada Buddha dan para Arahat ketika mereka tersenyum. Catatan bahwa itu di sertai oleh Kegembiraan sedangkan Dua Avajjana-cittas di sertai oleh Perasaan Netral.



29 Kama-Sobhana Cittas. (Kesadaran yang cantik dari Dunia Indera). Ada 24 Kama-Sobhana-cittas . Mereka di bagi dalam Tiga Tingkatan. 1. Maha-Kusala Cittas : Kesadaran Moral Besar . . . . . . . . 8 2. Maha-Vipaka Cittas : Kesadaran Besar yang di hasilkan . . . . . . 8 3. Maha-Kiriya Cittas : Kesadaran Fungsional Besar. . . . . . .. . . . . . 8 Disini “Maha” – “Besar” berarti “Lebih besar dalam angka”. Mahakusala citta juga di kenal sebagai Kamavacara-kusala citta. Karena ada 8 Kamavacara-kusala cittas; 5 Rupavacara-kusala cittas, 4 Arupavacarakusala cittas dan 4 Lokuttara (diatas Duniawi) kusala cittas, Angka dari Kamavacara-kusala cittas paling banyak. Hal yang sama juga untuk Maha-vipaka cittas (juga di kenal sebagai Kamavacara-Vipaka cittas) dan Maha-kiriya cittas (Kamavacara-kiriya cittas). “Sobhana – Cantik” secara tidak langsung bahwa Sobhana cittas menghasilkan kwalitas yang baik dan mereka bersekutu dengan Akar2 Bermanfaat seperti alobha (Kedermawanan), adosa (Keinginan Baik) dan amoha (Pengetahuan). Maha-kusala cittas timbul ketika Orang biasa (putthujjanas) dan Orang2 mulia dengan Pengecualian Arahat melakukan Perbuatan2 Baik seperti dana (sedekah), sila (Moralitas) dan bhavana (Meditasi). Maha-Vipaka Cittas ialah Hasil2 Kamma dari Maha-kusala cittas masa lampau. Mereka berfungsi sebagai patisandhi-citta (Kesadaran Kelahiran Kembali), bhavanga-citta (Bawah Sadar atau Kesadaran Kelanjutan hidup) dan cuti-citta (Kesadaran Kematian) pada Manusia dan Dewa dalam Kehidupan mereka yang sekarang. Maha-kiriya citta timbul pada Arahat ketika mereka melakukan Perbuatan2 Bermanfaat. Para Arahat tidak mempunyai Kemelekatan pada Apa-pun. Mereka tidak mengharap Balasan dari Perbuatan2 Bermanfaat mereka. Maka Kiriya cittas mereka hanyalah Fungsional dan tidak akan membuahkan Akibat2 Kamma di Kehidupan akan datang. Para Arahat tidak mempunyai Kehidupan yang akan datang lagi.



30 Maha-Kusala cittas. Delapan Maha-kusala cittas di nyatakan dengan Simbul2 dan Nama2 yang sama dengan Delapan Lobha-mula cittas.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharikam ekam. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam sasankharikam ekam. Somanassa-Sahagatam nana-vipayuttam asankharikam ekam. Somanassa-Sahagatam nana-vipayuttam sasankharikam ekam. Upekkha-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharikam ekam. Upekkha-Sahagatam nana-Sampayuttam sasankharikam ekam. Upekkha-Sahagatam nana-Vipayuttam asankharikam ekam. Upekkha-Sahagatam nana-Vipayuttam sasankharikam ekam



Artinya. Delapan Cittas diatas dapat di terjemahkan dengan Cara yang sama seperti kita telah menterjemahkan delapan Lobha-mula citta. Satusatunya Perubahan yang perlu ialah mengganti “ditthi – Pandangan Salah” dengan “nana – Pengetahuan atau Pengertian”. Pengetahuan ini Dasarnya berarti Pengetahuan dari mengetahui Keberadaan pada Kamma dan Akibat2-Kamma. Maka sekarang kita lanjutkan: 1. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan bersekutu dengan Pengetahuan. 2. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan bersekutu dengan Pengetahuan. 3. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Kegembiraan dan tidak bersekutu dengan Pengetahuan. 4. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Kegembiraan dan Tidak bersekutu dengan Pengetahuan. 5. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan Bersekutu dengan Pengetahuan. 6. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral dan Bersekutu dengan Pengetahuan. 7. Satu Kesadaran, spontan, di sertai dengan Perasaan Netral dan Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan. 8. Satu Kesadaran, dengan Ajakan, di sertai dengan Perasaan Netral dan Tidak Bersekutu dengan Pengetahuan.



31



Penerapan2. Hanya Ada Dua Tipe Cittas yang membuahkan Bibit2 Kamma dan yang akan menimbulkan Akibat2 Kamma. Mereka adalah Akusala-citta dan Kusala citta. Maka bila kita dapat mengontrol Pikiran kita terbebas dari Pengaruh Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian) dan Moha (Khayalan), kita akan mempunyai Kusala Cittas. Bila kita memberi Sedekah, kita tidak mempunyai Kemelekatan (Alobha) pada Sedekahnya dan Keinginan Baik (Adosa) bagi Kesejahteraan Orang yang menerima Sedekah. Selanjutnya, bila kita juga punya Pengetahuan (Amoha) Kamma dan Akibat2 Kamma pada saat kita memberikan, kita mempunyai semua Tiga Akar2 Bermanfaat untuk menyertai Citta kita. Bila kita mempersembahkan Sedekah tanpa di bujuk oleh Seseorang dan bila kita juga gembira pada waktu memberikan, Kusala Cittas akan menjadi Somanassa-sahagatam nana Sampayuttam asankharikam maha-kusala citta Bila Anak2 Kecil, tanpa Pengetahuan Kamma atau Akibat2 Kamma memuja dengan gembira pada Seorang Bhikkhu atau Buddha Rupang setelah di bujuk oleh Orang Tua mereka, Somanassa-Sahagatam-nanaVipayuttam sasankharika maha-kusala citta, akan timbul. Delapan Tipe dari Kusala citta di gambarkan lebih lanjut dengan Contoh2 berikut: 1. Seorang Wanita muda dengan Pengetahuan Kamma dan dengan gembira mempersembahkan Bunga pada Satu Pagoda atas Kemauan sendiri. 2. Seorang Anak Perempuan setelah di bujuk oleh Kelompoknya, pergi mendengarkan Pembicaraan Dhamma dengan gembira dan dengan Pengetahuan Kamma. 3. Seorang Anak Lelaki dengan secara spontan memberikan Sejumlah Uang pada Seorang Pengemis dengan gembira Tanpa Pengetahuan Kamma. 4. Seorang Lelaki setelah di minta oleh Kepala Sekolah untuk menyumbang Seratus Dollar dengan gembira Tanpa mengetahui Kamma dan Akibat2nya. 5. Seorang Anak Perempuan menyapu Lantai dengan Perasaan Netral tapi mengetahui bahwa itu adalah Sesuatu yang Bermanfaat untuk di kerjakan.



32 6. Seorang Lelaki di bujuk oleh Seorang Bhikkhu, membelah Kayu dengan Perasaan Netral tapi mengetahui itu menjadi Satu Perbuatan Baik. 7. Seorang Wanita membaca Satu Buku Dhamma atas Kemauan sendiri tanpa mengerti Artinya dan Tanpa mengetahui Kamma dan Akibat2nya. 8. Seorang Anak Perempuan di bujuk oleh Ibunya, mencuci Pakaian Orang Tuanya tanpa Kegembiraan dan tanpa memikirkan tentang Kamma dan Akibat2 Kamma



Maha-Vipaka Cittas & Maha-Kiriya Cittas. Delapan Maha-Vipaka Cittas begitu juga Delapan Maha-Kiriya Cittas di namakan dengan Cara yang sama sebagaimana Delapan Maha-Kusala Cittas, bila Seorang ingin membedakan antara Tiga Tingkatan dari Citta ini, ia bisa mengatakan seperti ini : 1. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika mahaKusala citta. 2. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika mahaVipaka citta. 3. Somanassa-Sahagatam nana-Sampayuttam asankharika mahaKiriya citta. Secara Umum bisa di katakan bahwa Maha-kusala citta yang Pertama memberikan Akibat pada Maha-Vipaka citta Pertama dan Maha-Kusala citta yang Kedua pada Maha-Vipaka citta Kedua, dst… Kondisi2 untuk timbulnya Maha-Kiriya Citta pada para Arahat adalah sama sebagaimana yang di jelaskan untuk Maha-Kusala citta. Citta yang Normal pada Satu Orang. Walaupun semua 54 Tipe dari Kamavacara Cittas dapat timbul pada Orang2 dalam Alam Manusia, Hasituppada Citta dan Delapan Maha Kiriya Cittas hanya dapat terjadi pada para Arahat Dengan demikian hanya 45 Tipe Kamavacara Cittas timbul pada Orang2 biasa yang bukan Arahat. Lebih lanjut Satu Orang bisa memperoleh 5 Rupavacara-Kusala Cittas (Rupa Jhana) dan 4 Arupavacara-Kusala Cittas (Arupa-Jhana) bila ia dapat menjalankan Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan).



33 Rupavacara Cittas. (Kesadaran yang pada umumnya di alami dalam Rupa-Loka) Ada Limabelas Rupavacara Cittas yang di bagi dalam Tiga Tingkatan dengan Cara sama sebagaimana Kamavacara-Sobhana Cittas sama di bagi menjadi Kusala, Vipaka dan Kiriya Cittas. 1. Rupavacara kusala cittas . . . . . . . . : 5 Rupa Jhana. Kesadaran Moral 2. Rupavacara vipaka cittas . . . . . . . : 5 Rupa Jhana. Hasil2 dari Kesadaran. 3. Rupavacara kiriya cittas . . . . . . . . . : 5 Rupa Jhana. Kesadaran Fungsional. Satu Orang, dengan Kesadaran Kelahiran Kembali nana-Sampayutta dan yang belum jadi Arahat, bisa mengembangkan Lima rupavacarakusala citta Satu setelah yang lainnya dengan melakukan Samatha Bhavana Seperti meditasi pada Kasina atau pada Pernapasan. Rupavacara Vipaka Cittas adalah Hasil2 Kamma dari Rupavacara Kusala Cittas. Mereka adalah Kesadaran Kelahiran Kembali dari RupaBrahmas. Satu Orang yang telah mendapat Rupavacara Kusala Cittas Pertama dan mempertahankannya sampai Kematiannya, akan di lahirkan Kembali dalam Tingkat Pertama Rupa Jhana dari Rupa-Loka dengan Rupavacara Vipaka Cittas Pertama sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali-nya. Para Arahat, dengan melakukan Samatha Bhavana, bisa mengembangkan Lima Rupavacara Kiriya Cittas Satu setelah yang lainnya. Catatan; bahwa Kiriya Cittas timbul sebagai ganti dari Kusala Cittas pada Arahat. Karenanya Rupavacara Kusala Cittas dan Rupavacara Kiriya Cittas di alami dalam Dunia Indera sebagaimana juga dalam Dunia Materi Halus sedangkan Rupavacara Vipaka Cittas hanya di alami dalam Dunia Materi Halus. Apakah Jhana? Jhana adalah Satu Keadaan Konsentrasi yang di sengaja atau Pencerapan pada Satu Objek. Itu adalah Satu Gabungan Faktor2 Pencerapan (jhananga). Faktor2 ini jumlahnya Lima, mereka adalah:



34 1. Vitakka : Penerapan awal yang menujukan Pikiran ke Objek. 2. Vicara : Mempertahankan Penerapan yang memeriksa Objek terus dan terus. 3. Piti : Kegembiraan atau Kegiuran di dalam Objek. 4. Vedana : Perasaan, Sensasi (Dua jenis Vedana yang terjadi dalam Jhana) ialah: Sukha : Menyenangkan atau Perasaan yang nyaman, Kebahagiaan. Upekkha : Perasaan Netral, Ketenangan. 5. Ekaggata: Satu Pemusatan, Konsentrasi (Samadhi). Vitakka, Vicara, Piti, Sukha atau Upekkha, dan Ekaggata adalah Cetasika2 yang dapat mempengaruhi Pikiran untuk di tetapkan pada Satu Objek. Mereka dapat di perkembangkan dan di perkuat dengan Samatha-Bhavana yang sebenarnya adalah Satu Bentuk latihan Mental. Pikiran kita normalnya tidak tenang atau tidak Kalem. Ia secara terus menerus di pacu oleh Lima Rintangan (Nivaranas), yaitu, Napsu Kenikmatan (Kamacchanda), Keinginan Jahat (Vyapada), Malas dan Lamban (Thina-Middha), Kegelisahan dan Penyesalan (Uddhaccakukkucca) dan Sifat Ragu (Vicikiccha). Napsu Kenikmatan mempengaruhi Pikiran untuk mengembara tentang Objek2 Kenikmatan yang telah di nikmati sebelumnya. Keinginan Jahat menggerakkan Pikiran memperhatikan Hal2 yang tidak di setujui. Malas dan Lamban, Gelisah dan Menyesal, dan Keraguan membutakan Pandangan Mental dan mengganggu Konsentrasi. Lord Buddha membandingkan Napsu Kenikmatan dengan Air yang bercampur macam2 Warna, Keinginan Jahat dengan Air mendidih, Malas dan Lamban dengan Air yang di tutupi Lumut, Gelisah dan Penyesalan dengan Air bergerak yang di terpa Angin, Keraguan dengan Air Keruh dan Air Lumpur. Dengan Air yang seperti itu Se-seorang tidak dapat melihat Bayangannya sendiri, maka dengan adanya Lima Rintangan ini, Seorang tidak dapat melihat dengan jelas Keuntungannya sendiri, tidak juga pada yang lainnya, tidak juga pada Kedua2nya. Rintangan2 ini dapat di atasi dan sementara di hilangkan dengan Meditasi Ketenangan (Samatha-bhavana). Kita bisa memilih Pathavikasina (Lingkaran Bumi) sebagai Satu Objek Meditasi. Sebuah Nampan sekitar Satu Jengkal Empat Jari (Kira2 Satu Kaki) Diameternya di isi rata



35 dengan Lempung atau Tanah. Objek ini di tempatkan di atas Satu Stand dengan demikian Seorang dapat melihatnya dengan baik. Duduk dengan nyaman Dua setengah Cubit (3,75 Kaki) Jaraknya dari Lingkaran Bumi, Seorang berkonsentrasi padanya, berkata dalam Hati, “pathavi, pathavi” atau “tanah, tanah…” Lingkaran Hipnotis yang sedang di lihat di kenal sebagai Parikamma-nimitta (Bayangan Persiapan) Sekarang Lima Faktor2 Jhana di kembangkan per-lahan-lahan. Penerapan Awal (Vitakka) menujukan Pikiran ke Arah Objek (LingkaranBumi), ia untuk sementara mencegah Kemalasan dan Kelambanan. Pertahanan Penerapan (Vicara) menetapkan Pikiran pada Objek dengan memeriksa Objek itu lagi dan lagi, ia untuk sementara mencegah Keraguan (Vicikiccha). Piti mengembangkan Kegembiraan atau Keinginan yang menyenangkan pada Objek, ia untuk sementara mencegah Keinginan Jahat. Piti juga adalah Sebuah Pertanda dari Sukha (Perasaan menyenangkan). Piti menciptakan Satu Ketertarikan pada Subjek sedangkan Sukha memungkinkan Seorang menikmati Objek. Sukha memegang Pikiran untuk tinggal lebih lama pada Objek dengan Berkahnya, ia untuk sementara menyingkirkan Kegelisahan dan Penyesalan. Ekaggata mengumpulkan Citta dan Sekutu2nya pada Objek untuk mencapai Keadaan Satu Pemusatan, ia untuk sementara mencegah Napsu Kenikmatan. Ketika Rintangan2 untuk sementara surut, Pikiran tidak mengembara dari Objek se-sering sebelumnya dan Sebuah Tingkat Konsentrasi yang lemah di capai. Pada Keadaan ini Seorang dapat melihat Lingkaran Bumi dengan Mata tertutup sebagaimana ia telah melihatnya dengan membuka Mata. Bayangan visualisasi ini di sebut Uggaha-nimitta (Bayangan yang di terima). Sekarang Seorang bermeditasi pada Bayangan yang di terima ini dengan Mata tertutup, berkata dalam Hati; “pathavi, pathavi” seperti sebelumnya. Bila Seorang mencapai Satu Tingkat Konsentrasi yang lebih tinggi, Bayangan itu tiba2 berubah Warna dan Penampilannya. Ia menjadi berlipat kali lebih terang dan ia sehalus Permukaan dari Sebuah Cermin. Perubahan ini seperti mengambil Satu Cermin keluar dari Kantong Kulitnya yang kasar. Bayangan baru ini juga di kenal sebagai Patibhaganimitta (Bayangan Tandingan). Perbedaan diantara Dua Bayangan sangat jelas. Uggaha-nimitta ialah Sebuah Tiruan Pikiran Nyata dari Objek asli, ia memuat semua



36 Cacat2 yang ada dalam Objek asli. Patibhaga-nimitta terbebas dari semua Cacat2, ia sangat terang dan halus. Yang belakangan tidak memiliki Satu Bentuk atau Warna tertentu- “Ia hanya Sebuah Model Penampilan, dan di lahirkan dari Ingatan” Segera setelah Patibhaga-nimitta timbul, Konsentrasi (Samadhi) mencapai Keadaan di kenal sebagai Upacara-Samadhi, ialah Tetangga (atau Jalan masuk) Konsentrasi. Pada Keadaan ini Lima Faktor2 Jhana menjadi jelas dan kuat, Piti dan Sukha begitu kuatnya bahwa si Meditator mengalami Kegembiraan yang luar biasa dan Kebahagiaan yang ia tidak pernah alami sebelumnya. Ia sekarang membiarkan Patibhaga-nimitta menyebar tiada habis ke semua Jurusan dengan Kekuatan Kemauannya, dan bermeditasi “pathavi, pathavi” sebagaimana sebelumnya. Akhirnya ia memperoleh Jhana Samadhi atau appana Samadhi (Konsentrasi Meditasi). Pada Keadaan ini ia dapat menikmati Ketenangan, Ketentraman, Kegembiraan dan Kebahagiaan Jhana lagi dan lagi sebanyak yang ia kehendaki. Bila ia berlatih dengan baik, ia dapat tetap dalam Pencerapan atau Trance selama Satu Jam, Dua Jam, Satu Hari, Dua Hari atau sampai Tujuh Hari. Selama Penyerapan ini ada Penutupan dari Kegiatan Panca Indera dan Ke-Lima Rintangan, yang sempurna walau untuk sementara Keadaan Kesadaran ialah penuh siaga dan jelas. Maka itu, Siapa yang ingin menikmati Kebahagiaan yang luar biasa yang lebih besar dari pada Kenikmatan Indera, harus menjalankan Meditasi-Ketenangan. Ada beberapa Pusat Meditasi di Myanmar, seperti International Buddha Sasana Centres, dimana Sistim dan Bimbingan yang cocok berada untuk Pengembangan Konsentrasi sampai ke Tingkat Jhana. Dalam Jhana Pertama, semua Lima Faktor2 Jhana Ada, Lalu dengan meditasi pada Patibhaga-nimitta dari Pathavi-kasina lebih lanjut dan menghilangkan Faktor2 Jhana yang lebih rendah satu per satu, Seorang dapat mencapai Jhana2 yang lebih tinggi. Ia mencapai Jhana Kedua ketika Vitakka di hilangkan, Jhana Ketiga ketika Vicara selanjutnya di hilangkan, Jhana Ke-empat ketika Piti juga di hilangkan, dan akhirnya Jhana Ke-lima ketika Sukha di gantikan oleh Upekkha.



37 Rupavacara Kusala Cittas. (Kesadaran Moral Dunia Materi-Halus) Lima Rupavacara Kusala Cittas di rancang dengan Simbul2 dan Nama2 sebagai berikut:



1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ ekaggata sahitam pathamajhana kusala-cittam. 2.Vicara, piti, sukh’ ekaggata sahitam dutiyajhana kusala-cittam 3.Piti, sukh’ ekaggata sahitam tatiyajhana kusala-cittam 4.Sukha ekaggata sahitam catuttajhana kusala-cittam 5.Upekkha ekaggata sahitam pancamajhana kusala-cittam. Artinya. 1. Jhana Pertama Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan Awal, Penerapan yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan 2. .Jhana Kedua Kesadaran Moral bersama dengan Penerapan yang bertahan, Kegembiraan, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 3. Jhana Ketiga Kesadaran Moral bersama dengan Kegembiraan, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 4. .Jhana Ke-empat Kesadaran Moral bersama dengan Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 5. .Jhana Ke-lima Kesadaran Moral bersama dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan Catatan: Empat Citta yang Pertama bersimbul “ + “ sebab mereka bersama “Sukha” yang sama sebagaimana “Somanassa”. Citta yang Kelima bersimbul “ – “ sebab ia bersama “Upekkha”



38 Rupavacara Vipaka Cittas (Kesadaran Hasil Dunia Materi-Halus) Lima Rupavacara Vipaka Cittas di rancang dengan Simbul2 dan Nama2 yang sama seperti Lima Rupavacara kusala cittas.



Dalam Penamaan Rupavacara Vipaka Cittas, hanya ganti “kusala” (Moral) pada Nama dari Rupavacara kusala cittas menjadi “Vipaka” (Hasil). Rupavacara Kiriya Cittas. (Kesadaran Fungsional Dunia Materi-Halus) Lima Rupavacara Kiriya Cittas , lagi di rancang dengan Simbul2 dan Nama2 yang sama seperti Lima Rupavacara Kusala Citta. Disini “Kusala” (Moral) harus di ganti dengan “Kiriya” (Fungsional). Arupavacara Cittas. (Kesadaran yang umumnya di alami dalam Arupa-loka) Ada 12 Arupavacara Cittas yang di bagi sama menjadi Tiga Grup dari Kusala, Vipaka dan Kiriya Cittas. 1.Arupavacara Kusala Cittas . . . . . . . . . . . : 4 Arupa Jhana (Kesadaran Moral). 2.Arupavacara Vipaka Cittas . . . . . . . . . . . . : 4 Arupa Jhana (Kesadaran Hasil) 3.Arupavacara Kiriya Cittas . . . . . . . . . . . . : 4 Arupa Jhana (Kesadaran Fungsional). Ke-empat Arupavacara Kusala Cittas bisa di dapat oleh Orang2 yang belum Arahat, sedangkan Empat Arupavacara Kiriya Cittas hanya dapat timbul pada para Arahat. Dua Tipe dari Arupavacara Cittas ini di alami dalam Dunia Indera sebagaimana juga dalam Dunia Tanpa Materi. Empat Arupavacara Vipaka Cittas hanya di alami dalam Dunia Tanpa Materi. Mereka adalah Hasil2 Kamma dari Arupavacara Kusala Cittas. Satu Orang yang mendapat Arupa Jhana dan mempertahankannya sampai Kematiannya akan di lahirkan Kembali dalam Dunia Tanpa Materi.



39



Arupa Jhanas. Orang yang telah mengembangkan Lima Rupa Jhanas bisa naik lagi ke Tangga Konsentrasi ke Arupa Jhana. Dalam mengerjakan itu ia menggunakan Konsentrasi yang di sertai dengan Rupa Jhana Ke-lima sebagai Dasarnya. Ia juga harus mempertimbangkan tentang Ketidak Puasan dari Tubuh Pisik dan Persoalan2 yang di buatnya karena Panas dan Dingin, Gigitan Serangga, Kelaparan dan Kehausan, Penyakit2, Usia Tua dan Kematian. Ketika ia merasa terlepas dari Tubuh Pisik dan Rupa, ia pertamatama mengembangkan Jhana Ke-lima dengan Meditasi pada Patibhaga Nimitta dari Pathavi-kasina. Ia kemudian keluar dari Jhana Ke-lima dan, walaupun Patibhaga Nimitta ada di dalam Pandangannya, ia mengabaikannya dan mencoba untuk berkonsentrasi pada Ruang Tak Terbatas (Akasa) di balik itu dan Bermeditasi “Akasa, akasa” diulangulang. Ketika Kemelekatannya yang lemah (nikanti) pada Patibhaga Nimitta lenyap, Nimitta juga tiba2 lenyap membeberkan Ruang Tidak Terbatas. Memusatkan Kesadarannya pada Ruang Tidak Terbatas ini, ia meneruskan Meditasi pada “Akasa, akasa” hingga ia mencapai Arupa Jhana Pertama. Jhana ini di sebut Akasanancayatana kusala citta sebab ia memusatkan pada Akasa. Ia kemudian melanjutkan Meditasinya dengan memusatkan Kesadarannya pada Akasanancayatana kusala citta, bermeditasi “Vinnana, vinnana” berulang-ulang sampai ia mencapai Arupa Jhana Kedua. Jhana ini di sebut Vinnanancayatana Kusala Citta. Untuk mengembangkan Arupa Jhana Ke-tiga, ia memusatkan Perhatian bukan pada Akasanancayatana kusala citta tapi pada Kekosongan, bermeditasi “Nathi kinci” (Tidak ada Apa-pun juga) berulang-ulang sampai ia mencapai Jhana. Jhana ini di sebut “Akincannayatana kusala citta. – “akincanna” Artinya juga “Kekosongan”. Dengan mengambil Kesadaran Arupa Jhana Ke-tiga sebagai Objek meditasi, ia lebih lanjut dapat mengembangkan Arupa Jhana Ke-empat. Jhana ini di sebut Nevasanna-nasannayatana kusala citta. Ini secara literatur Artinya “Tidak ada Persepsi atau-pun bukan Tidak ada Persepsi” Itu mengacu pada Kenyataan bahwa Kesadaran Arupa Jhana Ke-empat begitu halus dan tidak kentara bahwa Seseorang tidak dapat



40 memastikan apakah ada Satu Kesadaran ataukah tidak. Kesadaran tidak lagi dapat di amati pada Keadaan Jhana ini. Semua Empat Arupa Jhana termasuk dalam Golongan dari Jhana Ke-lima sebab mereka berdasar pada Rupa Jhana Ke-lima. Mereka semua hanya mempunyai Dua Faktor Jhana ,yaitu upekha dan ekaggata. Itu harus di catat bahwa Lima Rupa Jhana berbeda Satu dengan yang lainnya di dalam Faktor2 Jhana, sedangkan Empat Arupa Jhana berbeda Satu dengan yang lainnya pada Objek2 Meditasi. Arupavacara Kusala Cittas. (Kesadaran Moral Dunia Tanpa Materi) Empat Arupavacara Kusala Cittas di rancang dengan Simbul2 dan Nama2 sebagai berikut :



1.Upekha ekaggata sahitam akasanancayatana kusala cittam. 2.Upekha ekaggata sahitam vinnanancayatana kusala cittam. 3.Upekha ekaggata sahitam akincannayatana kusala cittam 4.Upekha ekaggata sahitam n’eva sanna n’sannayatana kusala cittam. Artinya; 1.Akasanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan. Ruang Tidak Terbatas 2.Vinnanancayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan, Kesadaran mendalam. 3.Akincannayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan, Kekosongan. 4.N’evasanna n’sannayatana, Kesadaran Moral dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan, Bukan Pencerapan pun bukan, Bukan Pencerapan. Arupavacara Vipaka Cittas (Kesadaran Hasil Dunia Tanpa Materi) Empat Arupavacara Vipaka Cittas di rancang dengan Simbul2 yang sama seperti Empat Arupavacara Kusala Cittas. Nama2 juga sama,



41 hanya Perubahan yang perlu untuk menulis “Vipaka” (Hasil) di Tempatnya “Kusala” (Moral). Arupavacara Kiriya Cittas. (Kesadaran Fungsional Dunia Tanpa Materi) Lagi Simbul2 sama dan Nama2 sama, hanya Perubahan yang perlu untuk menulis “Kiriya” (Fungssional) di Tempatnya “Kusala” (Moral) Abhinnana Cittas (Kesadaran Supernormal) Seseorang yang mencapai Lima Rupavacara kusala cittas dan Empat Arupavacara kusala cittas dalam meditasi Pathavi kasina dapat dengan mudah mengembangkan Sembilan Jhana cittas ini dalam meditasi dari Sembilan kasina yang lainnya. Kemudian ia dapat melatih dalam 14 Cara pada Sepuluh kasina ini dan Sembilan Jhana untuk membuat Pikirannya sangat mahir dan kuat. Lalu ia dapat mengembangkan Lima Kekuatan Supernormal berdasarkan pada Rupavacara kusala citta Ke-lima. Seorang Arahat yang mencapai Lima Rupavacara Kiriya Cittas dan Empat Arupavacara Kiriya Cittas dalam meditasi Pathavi-kasina dapat juga mengembangkan Sembilan Jhana ini dalam meditasi dari Sembilan kasina yang lain. Dengan melatih dalam Cara yang sama pada Sepuluh kasina dan Sembilan Jhana ini, ia juga dapat mengembangkan Lima Kekuatan Supernormal Dunia berdasarkan pada Rupavacara Kiriya Citta ke- Lima. Maka itu Rupavacara kusala cittas Ke-Lima di sebut Kusala abhinna citta, dan Rupavacara kiriya citta Ke-lima di sebut Kiriya abhinnana citta bilamana mereka di sertai dengan Pengetahuan Supernormal. Lokuttara Cittas (Kesadaran Diatas Duniawi) Lokuttara cittas bisa di dapat dengan meditasi Vipassana (Pengertian). Ada Dua Cara untuk mendapatkan Jalan Kesadaran (Magga-nana), mereka adalah; 1.Vipassana –Yanika – Mengambil Meditasi Pengertian sebagai Kesadaran. 2.Samatha-Yanika – Mengambil Meditasi Ketenangan sebagai Kesadaran. Se-seorang pertama-tama bisa mengembangkan Konsentrasi Tetangga (upacara Samadhi) dengan Meditasi Ketenangan (Samathabhavana) dan lalu melanjutkan pada Meditasi Pengertian (Vipassana



42 bhavana). Disini Orang menggunakan “Upacara Samadhi” sebagai Dasar dari Kebijaksanaan Mata-nya untuk melihat ke dalam nama dan rupa tertinggi dan Sifat umum mereka akan Ketidak Abadian (anicca), Penderitaan (dukkha) dan Tanpa-Pribadi (anatta). Orang ini, bila akhirnya berhasil, akan mendapat 4 Jalan dan 4 Buah. Maka dalam Jalur ini hanya ada 8 Citta diatas Keduniawian, yaitu; Empat lokuttara kusala cittas (Kesadaran Moral diatas Keduniawian) dan Empat lokuttara vipaka cittas (Kesadaran Hasil di atas Keduniawian). Sekarang dalam Jalur Ke-dua, Pertama Seorang mengembangkan Satu Jhana Samadhi (Konsentrasi meditasi) dengan Meditasi Ketenangan dan menggunakan Konsentrasi ini sebagai Dasar dari MataKebijaksanaan-nya di dalam Meditasi Pengertian. Bila ia menggunakan Jhana Samadhi Pertama sebagai Dasarnya, Jalan Kesadarannya Yang Pertama juga di sertai dengan Jhana Samadhi Pertama, maka itu di kenal sebagai Jalan-Kesadaran Jhana-Sotapatti Pertama. Sama juga bagi Satu Orang yang menggunakan Jhana Samadhi Kedua sebagai Dasarnya untuk Meditasi Pengertian, Jalan Kesadaran Keduanya di kenal sebagai Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-dua. Dengan Cara yang sama bagi Orang2 yang menggunakan Jhana Samadhi Ke-tiga, Jhana Samadhi Ke-empat dan Jhana Samadhi Ke-lima, masing2 sebagai Dasar Meditasi Pengertian mereka, Jalan Kesadaran mereka akan di kenal sebagai Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-tiga, Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-empat dan Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-lima, masing2-nya. Maka ada 5 Jalan Kesadaran Sotapatti. Dengan Kata lain kita menggandakan Jalan Kesadaran Sotapatti dengan 5 Rupavacara Jhanas. Dengan Cara yang sama ada 5 Jalan Kesadaran Sakadagami, 5 Jalan Kesadaran Anagami dan 5 Jalan Kesadaran Arahatta. Maka itu jumlah Jalan Kesadaran ialah 20. Sebagaimana Buah segera mengikuti Jalan tanpa Selang Waktu, juga ada 20 Buah-Kesadaran. Maka itu dalam Jalur Samatha-Yanika semuanya ada 40 Tipe Kesadaran di atas Keduniawian.



Lokuttara Kusala Cittas. (Kesadaran Moral di atas Keduniawian) Pada Dasarnya ada Empat Lokuttara kusala cittas sebagaimana yang di dapat dalam Jalur Vipassana-Yanika. Mereka adalah:



43 1.Sotapatti – Magga – Cittam. 2.Sakadagami – Magga – Cittam 3.Anagami – Magga – Cittam 4.Arahatta – Magga – Cittam. Artinya: 1.Jalan – Kesadaran Sotapatti. (Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Pemasuk Arus). 2.Jalan – Kesadaran Sakadagami. (Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Kembali Sekali). 3.Jalan – Kesadaran Anagami. (Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Yang Tidak Kembali). 4.Jalan – Kesadaran Arahatta. (Kesadaran yang di miliki pada Jalan dari Arahat). Karena setiap Dasar Jalan – Kesadaran dari yang Empat ini dapat bersama dengan Lima Rupavacara Jhana bergiliran, maka ada 20 Jalan Kesadaran Jhana yang di capai di dalam Jalur Samatha – Yanika.



Lima Jhana Sotapatti Magga Cittas.



1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam pathamajjhana sotapatti-magga cittam. 2.Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam dutiyajjhana sotapatti-magga cittam. 3.Piti, sukh’ekaggata sahitam tatiyajjhana sotapatti-magga cittam. 4.sukh’ekaggata sahitam catutthajjhana sotapatti-magga cittam. 5.Upekh’ekaggata sahitam pancamajjhana sotapatti-magga cittam Artinya: 1.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Pertama bersama dengan Penerapan awal, Penerapan Terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan.



44 2.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Kedua bersama Penerapan Terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 3.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-tiga bersama dengan Kegiuran, Kebahagiaan, dan Satu Pemusatan. 4.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-empat bersama dengan Kebahagiaan, dan Satu Pemusatan. 5.Jalan Kesadaran Jhana Sotapatti Ke-lima bersama dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan. Lima Jalan Kesadaran sakadagami, Lima Jalan Kesadaran anagami dan Lima Jalan Kesadaran arahatta di namakan dengan Cara yang sama. Lokuttara Vipaka Cittas. (Hasil Kesadaran Diatas Kenuniawian). Pada Dasarnya disini ada Empat lokuttara vipaka citta sebagai Buah dari Empat lokuttara kusala cittas. Empat Tipe Hasil Kesadaran diatas Keduniawian ini di sadari di dalam Jalur vipassana-yanika. 1.Sotapatti-phala-cittam. 2.Sakadagami-phala-cittam. 3.Anagami-phala-cittam. 4.Arahatta-phala-cittam. Artinya; 1.Buah Kesadaran Sotapatti. (Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Pemasuk Arus). 2.Buah Kesadaran Sakadagami. (Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Kembali Sekali). 3.Buah Kesadaran Anagami. (Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Yang Tidak Kembali). 4.Buah Kesadaran Arahatta. (Kesadaran yang di miliki pada Buah dari Ke-Arahatan). Lagi masing2 dari Empat Buah Kesadaran Dasar ini dapat bekerja sama dengan Lima Rupavacara Jhana bergantian, menimbulkan 20 Buah Kesadaran semuanya. Ini semua di sadari dalam Jalur Samathayanika. Nama2 dari Lima Buah Kesadaran Jhana Arahatta di jelaskan di bawah ini sebagai Contoh;



45



Lima Jhana Arahatta Phala Cittas.



1.Vitakka, Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam pathamajjhana arahatta-phala cittam. 2.Vicara, piti, sukh’ekaggata sahitam dutiyajjhana arahatta-phala cittam. 3.Piti, sukh’ekaggata sahitam tatiyajjhana arahatta-phala cittam. 4.Sukh’ekaggata sahitam catutajjhana arahatta-phala cittam. 5.Upekh’ekaggata sahitam pancamajjhana arahatta-phala cittam. Artinya: 1.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Pertama bersama dengan Penyerapan awal, Penyerapan terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 2.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-dua bersama dengan Penyerapan terus menerus, Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 3.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-tiga bersama dengan Kegiuran, Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 4.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-empat bersama dengan Kebahagiaan dan Satu Pemusatan. 5.Buah Kesadaran Jhana Arahatta Ke-lima bersama dengan Keseimbangan dan Satu Pemusatan. Peninjauan cepat pada Cittas. Seorang Pembaca atau Pelajar seharusnya menggunakan Grafik No.1 berjudul The complete Chart on Cittas. Yang di lampirkan pada akhir dari Buku ini. 1.Akusala Cittas . . . . . . . : 12 Mereka adalah 8 Lobha mula Cittas, 2 dosa mula cittas dan 2 moha mula cittas. 2.Ahetuka Cittas . . . . . . : 18



46 Mereka terdiri dari 7 akusala vipaka cittas, 8 ahetuka kusala vipaka cittas dan 3 ahetuka kiriya cittas. 3.Kama-sobhana Cittas . . . :24 Mereka di bagi dalam 8 maha kusala cittas, 8 maha vipaka cittas dan 8 maha kiriya cittas. 4.Kamavacara Cittas atau Kama Cittas. . . . . : 54 Mereka terdiri dari 12 akusala cittas, 18 ahetuka cittas dan 24 kama-sobhana cittas. 5.Mahaggata Cittas . . . . . . : 27 15 Rupavacara Cittas dan 12 Arupavacara Cittas bersama-sama di kenal sebagai Mahaggata Cittas. “Mahaggata” secara literatur berarti “Tumbuh besar”, yakni berkembang, mulia dan Supernormal. Mahaggata Citta adalah Keadaan dari “Kesadaran yang berkembang” di capai di dalam Penyerapan Materi-Halus dan Tanpa-Materi. Mahaggata Citta lebih berkembang atau lebih mulia dari pada Kama Cittas. 6.Lokiya Cittas . . . . . . . : 81 54 Kamavacara Cittas dan 27 Mahaggata Cittas bersama-sama di kenal sebagai 81 Lokiya Cittas. Lokiya – Dunia atau bekerja sama dengan Tiga Dunia Keberadaan, yaitu Dunia Kama, Dunia Rupa dan Dunia Arupa, (Dunia Indera, Dunia Materi-Halus dan Dunia Tanpa Materi). 7.Lokuttara Cittas . . . . . . . : 8 atau 40. 4 Magga Cittas (Jalan Kesadaran) dan 4 Phala Cittas (Buah Kesadaran) merupakan 8 Lokuttara Cittas. Bila mereka di gandakan dengan 5 Rupavacara Jhana, kita dapatkan 40 Lokuttara Cittas. Lokuttara – Diatas Keduniawian atau di balik Tiga Dunia Keberadaan. 8 Lokuttara Cittas bersama dengan Nibbana merupakan “9 Dhamma diatas Keduniawian” (Nava-lokuttaradhamma). 8.Jumlah Citta ialah 89 atau 121. 81 Lokiya Cittas bersama dengan 8 Lokuttara Cittas (Cara Vipassana-Yanika) menjadikan semuanya 89 Cittas. Atau bila kita gabung 81 Lokiya Cittas dengan 40 Lokuttara Cittas (Cara samatha-Yanika) kita dapat semuanya 121 Cittas. 9.Asobhana Cittas . . . . . . . : 30 Mereka terdiri dari 12 Akusala Cittas dan 18 Ahetuka Cittas. Akusala Cittas ialah Tidak “Cantik” (Sobhana) sebab mereka



47 bekerja sama dengan Akar2 Jahat – yaitu Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian) dan Moha (Khayalan/Ketidak- tahuan). Ahetuka Cittas dianggap sebagai “Tidak cantik” (Asobhana) sebab mereka tidak di sertai dengan Akar-Akar Bermanfaat, yaitu Alobha (Kedermawanan), Adosa (Keinginan Baik) dan Amoha (Kebijakan). 10.Sobhana Cittas . . . . . . . : 59 atau 91. Bila kita kurangi 30 Asobhana dari 89 Cittas, kita dapat 59 Sobhana Cittas. Atau bila kita kurangi 30 Asobhana Cittas dari 121 Citta, kita dapat 91 Sobhana Cittas. Sobhana Cittas bersama dengan Akar-Akar Bermanfaat.. 11.Jhana Cittas . . . . . . . . : 67 27 Mahaggata Cittas di kenal sebagai Lokiya Jhana Cittas. Menggabungkan ini dengan 40 Lokuttara Jhana Cittas kita dapatkan 67 Jhana Cittas. Diantara ini semua, ada 11 Jhana Cittas Pertama, 11 Jhana Cittas Ke-dua, 11 Jhana Cittas Ke-tiga, 11 Jhana Cittas Ke-empat, dan 23 Jhana Cittas Ke-lima. Ini semua dapat dengan mudah di hitung dari Grafik No.1. Catatan bahwa ada 3 Jhana Cittas Pertama dalam Mahaggata Cittas dan 8 Jhana Citta Pertama dalam Lokuttara Citta, mereka bersama jadi 11 Jhana Citta Pertama. Kedua, Ke-tiga dan Jhana Citta Ke-empat di hitung dengan Cara yang sama. Dalam menghitung Jhana Citta Ke-lima, semua 12 Arupavacara Cittas termasuk dalam Perhitungan – maka kita dapatkan 11 + 12 = 23 Jhana Cittas Ke-lima. 12.Pembagian menurut Jati (Kelahiran). Citta di bagi dalam 4 Tingkatan menurut Jati – Yaitu, Akusala, Kusala,Vipaka, dan Kiriya Cittas. Dengan melihat pada Grafik No.1 kita dapat bagi 54 Kamavacara Cittas ke dalam 12 Akusala Cittas, 8 Kusala Cittas, 23 Vipaka Cittas dan 11 Kiriya Cittas. Ke-23 Vipaka Cittas bersama-sama di kenal sebagai Kama vipaka Cittas. Dan Kiriya Cittas di kenal sebagai Kama kiriya cittas. Lebih lanjut 27 Mahaggata Cittas dapat di bagi ke dalam 9 Kusala Cittas, 9 Vipaka Cittas dan 9 Kiriya Cittas. Grup Citta ini juga mengacu pada 9 Mahaggata Kusala Citta, 9 Mahaggata Vipaka Cittas dan 9 Mahaggata Kiriya Cittas. 81 Lokiya Cittas bisa di bagi ke dalam 12 Akusala Cittas, 17 Kusala Cittas, 32 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya Cittas.



48 Grup2 Cittas yang belakangan, Lokiya masing2 di kenal sebagai 17 Lokiya Kusala Cittas, 32 Lokiya Vipaka Cittas dan 20 Lokiya Kiriya Cittas. Sekarang 89 Cittas (Jumlah singkat) dapat di bagi ke dalam 12 Akusala Cittas, 21 Kusala Cittas, 30 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya Cittas. Ke - 121 Cittas (Jumlah besar) dapat di bagi ke dalam 12 Akusala Cittas, 37 Kusala Cittas, 52 Vipaka Cittas dan 20 Kiriya Cittas. 13.Pembagian menurut Vedana (Perasaan). Ada Lima Tipe dari Vedana yang di rancang oleh Simbul2 terpisah dalam Grafik No.1 Sebagai: i. Somanassa (+) : Kegembiraan, Kesenangan Mental atau Perasaan yang dapat diterima secara Mental. ii. Domanassa (*) : Ketidak-senangan Mental atau Perasaan yang tidak dapat di terima secara Mental. iii. Sukha (v) : Kebahagiaan Pisik. iv. Dukkha (^) : Sakit Pisik v. Upekkha (--) : Perasaan Netral. Dalam Grafik No.1 kita akan perhatikan bahwa 8 Lokuttara Cittas (ialah: 4 Maggas dan 4 Phalas) di rancang dengan Dua Simbul+ memperlihatkan bahwa mereka bisa di sertai dengan Somanassa atau juga Upekkha. Ke-40 Lokuttara Cittas bagaimana-pun dapat di bedakan oleh Vedana. Kita dapat membuat Satu Tabel (lihat Tabel 1.1) untuk membagi Grup2 terpisah dari Cittas menurut Vedana. Dalam 54 Kamavacara Cittas, Ada 18 Somanassa, 2 Domanassa, 32 Upekkha, 1 Sukha dan 1 Dukkha Cittas. Dalam 81 Lokiya Cittas, Ada 30 Somanassa, 2 Domanassa, 47 Upekkha, 1 Sukha dan 1 Dukkha Cittas. Akhirnya dalam Jumlah 121 Cittas, Ada 62 Somanassa, 2 Domanassa, 55 Upekkha, 1 Sukha dan 1 dukkha Cittas.



49 Table 1.1 Classification of Cittas according to Feeling.



--oOo--



50 Chapter 2 Cetasika (Faktor2 Mental). Sifat2 Khas dari Cetasika. Cetasika Adalah Faktor2 Mental atau yang bersamaan dengan Mental yang timbul dan padam bersama dengan Citta, tergantung pada Citta bagi Kemunculan mereka dan mempengaruhi Pikiran jadi Buruk, Baik atau Netral selagi mereka timbul. Satu Cetasika mempunyai Empat Sifat yang di miliki sebagai berikut: i. Ia timbul bersama dengan Citta (Kesadaran). ii. Ia padam bersama dengan Citta. iii. Ia mengambil Objek yang sama (arammana) yang di ambil Citta. iv.Ia berbagi Satu Landasan Pisik (Vatthu) bersama dengan Citta. Mana yang lebih kuat? Bila kita mengatakan bahwa Pikiran adalah Alat yang paling kuat dalam Dunia dan ia memimpin Dunia, itu bukanlah Penampilan dari Citta sendiri, tapi Penampilan dari Citta dan Cetasika bersama yang membuat Pikiran jadi paling kuat. Sekarang mana yang lebih kuat – Citta atau Cetasikas? Tidak di ragukan Citta adalah Pemimpin dari Grup, tapi Cetasikas mempengaruhi Citta dan menujukan Citta untuk melakukan Perbuatan, Pembicaraan dan Pemikiran baik itu Bermoral atau Tidak Bermoral. Perbuatan2, Pembicaraan2 dan Pemikiran2 ini merubah Dunia setiap hari dan Kekuatan2 Kamma mereka akan menciptakan Dunia2 baru di masa akan datang. Untuk memutuskan yang mana dari Ke-duanya -- Citta atau Cetasika yang lebih kuat, marilah kita pertimbangkan Dua Perumpamaan ini. 1. Dalam Satu Keluarga Ayah adalah Pemimpin, tapi Ibu mempunyai Pengaruh yang sempurna pada Ayah, dan Ayah mengerjakan Apa yang Ibu minta ia berbuat. Sekarang Siapakah yang lebih penting -- Ayah ataukah Ibu? 2. Dalam Satu Penggergajian, Se-ekor Gajah memindahkan Gelondong Kayu sebagai mana ditunjukkan oleh Pawangnya. Si Gajah tidak dapat bekerja sendiri, begitu juga si Pawang. Gajah mempunyai Kekuatan untuk memindahkan Gelondong Kayu, Pawang tidak dapat



51 memindahkannya, tapi ia dapat memerintahkan Gajah untuk bekerja. Siapa yang lebih penting -- Gajah ataukah Pawang? Bisa di perkirakan bahwa Keduanya Ayah dan Ibu dalam Perumpamaan (1) dan Keduanya Gajah dan Pawang dalam Perumpamaan (2) sangat di perlukan. Maka bukankah mereka sama2 . Citta seperti Gajah dan Cetasika sama seperti Pawang. Tidak ada Citta berada terpisah dari Pengikutnya dan tidak ada Cetasika berada terpisah dari Citta. Mereka berfungsi bersama. Mereka adalah Kekuatan dan Kesanggupan kita yang sesungguhnya. Semakin kita dapat mengembangkan mereka semakin kuat kita tumbuh. Tingkatan dari Cetasika. Annasma na (13)



Cetasi kas (52)



Akusala (14)



Sobhana (25)



1 Sabba-citta saddharana (7) 2 Pakinnaka (6) 1 Moha-catukka (4) 2 Lobha-tri (3) 3 Dosa-catukka(4) 4 End-tri(3) 1 Sobhana sadharana(19) 2 Virati (3) 3 Appamanna(2) 4 Pannindriya(1)



Semuanya ada 52 Cetasikas. Pertama mereka di bagi dalam Tiga Tingkatan sebagai berikut: 1.Anna Samana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Umum – 13) 2.Akusala Cetasikas (Pengikut2 Mental Tidak Bermoral – 14) 3.Sobhana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Cantik – 25) Anna Samana Cetasikas (Pengikut2 Mental yang Umum). 13 annasamana cetasikas itu dapat bersekutu dengan Sobhana dan Asobhana Cetasikas. Mereka adalah Netral dan mereka meninggikan Kepemilikan dari Cetasikas dengan siapa mereka bersekutu. Mereka di bagi lagi dalam Dua Bagian Grup.



52 1.Sabbacitta-Saddharana. Yang Pokok yang bersekutu dengan Semua Cittas -- 7. 2.Pakinnaka. Yang Khusus yang memilih bersekutu dengan beberapa sobhana begitu juga dengan asobhana cittas. -- 6. Sabbacitta-Sadharana Cetasikas. ( Yang Pokok atau yang Utama – 7 ) Sabba . . . . : Semua ; Sadharana . . . : Bersekutu dengan. 7 Sabbacitta-Sadharana bersama-sama bersekutu dengan Semua Citta. Kesadaran pada Satu Objek oleh Citta baru lengkap dengan Pertolongan dari Cetasikas ini. 1.Phassa 2.Vedana 3.Sanna 4.Cetana 5.Ekaggata 6.Jivitindriya 7.Manasikara



-- Kontak atau Kesan Mental -- Perasaan atau Sensasi -- Persepsi -- Kehendak atau Keinginan -- Satu Pemusatan – Konsentrasi (Samadhi) -- Kehidupan atau Kehidupan Pisik -- Perhatian atau Penuh Perhatian.



1.Phassa. Phassa melengkapi Kontak antara Objek Indera, Organ Indera dan Citta. Contoh: Kontak antara Objek Penglihatan, Organ Penglihatan (Mata) dan Kesadaran Mata (Cakkhu-Vinnana) di sertai oleh phassa. Tanpa phassa tidak akan ada Kesan Indera dan Akibatnya tidak ada Kesadaran. 2.Vedana. Vedana menikmati Citarasa dari Objek Indera. Ia bagaikan Seorang Raja yang menikmati Satu Hidangan lezat. Perasaan adalah sangat penting bagi Orang Sedunia. Orang2 berjuang Siang Malam untuk Kenikmatan pada Kesenangan Indera yang bukanlah Apa-apa kecuali Perasaan menyenangkan. Dalam Hubungan Sebab Akibat dari Hukum sebab Akibat yang saling Bergantungan (paticca-samuppada), Kontak mengkondisikan timbulnya Perasaan, dan Perasaan mengkondisikan timbulnya Kemelekatan (tanha).



53 Semua Grup dari Perasaan – masa lampau, sekarang, yang akan datang, dari Diri sendiri dan dari Luar – di rangsang sebagai Vedanakhandha, salah Satu dari Lima Kelompok Kehidupan. 3.Sanna. Sanna mencatat Objek2 Indera seperti Warna, Bentuk, Rupa, Nama dst… Ia berfungsi sebagai Ingatan. Adalah Sanna Yang memungkinkan Se-orang mengenali Sebuah Objek yang ia pernah terima oleh Pikiran melalui Indera2. Tanpa Sanna, kita tidak dapat mengingat Nama kita, Orang tua kita, Istri kita dan Anak2 kita, Rumah kita dst… Demikian ia tidak akan mungkin hidup di dalam Komunitas. Semua Grup dari Ingatan – masa lampau, sekarang, akan datang, dari Diri sendiri dan dari luar – di rancang sebagai Sannakhandha, yang juga salah satu dari Lima Kelompok Kehidupan. 4.Cetana. Cetana mengatur Keadaan Mental bersekutu dengan Dirinya sendiri pada Objek dari Kesadaran seperti Seorang Ketua Pengikut atau seperti Seorang Pemilik Pertanian yang memenuhi Tugas2nya dan begitu juga mengatur Pekerjaan2 yang lainnya. Cetana memuhi Fungsinya dan mengatur Fungsi2 dari Pengikut2 Mental yang lainnya, yang bersekutu dengannya. Cetana bertindak pada Pengikut2nya, bertindak dalam mendapatkan Objek, dan bertindak dalam Penyempurnaan Tugas; demikianlah ia menentukan Tindakan. Menurut Anguttara Nikaya (VI, 13), Sang Buddha mengatakan : “Kehendak adalah Perbuatan (Kamma), demikian saya katakan, O para Bhikkhu, begitu Kehendak timbul, Seorang melakukan Perbuatan, baik dengan Tubuh, Perkataan atau Pikiran”. Demikianlah Cetana memainkan Satu Peran penting dalam semua Perbuatan – ia menentukan apakah Satu Perbuatan Bermoral atau Tidak Bermoral. Ia adalah Cetasika yang paling menonjol dalam Kesadaran Dunia (Lokiya) sedangkan Panna (Kebijaksanaan) adalah Cetasika yang paling Penting dalam Kesadaran diatas Keduniawian (Lokuttara). Tidak termasuk Vedana dan Sanna, Semua Sisa-nya Limapuluh Cetasikas, dengan Cetana yang Utama, di rancang sebagai Sankharakhandha (Grup- Bentukan), yang juga salah Satu dari Lima Grup Kehidupan.



54 5.Ekaggata. Ekaggata memusatkan Citta dan Pengikut2nya pada Satu Objek. Ia mencegah Pembantu2-nya dari Pemborosan dan menetapkan mereka pada Satu Objek. Ia sama seperti Air yang merekatkan bersama beberapa Zat untuk membentuk Satu Massa yang Konkrit. Ia seperti Sebuah Tiang yang teguh dan kokoh yang tidak dapat di guncang oleh Badai. Ekaggata adalah salah Satu dari Lima Faktor Jhana. Bila di kembangkan dan di olah melalui Meditasi, ia di kenal sebagai Samadhi. Ia adalah Bibit dari semua Kesadaran yang penuh Perhatian, terpilih, terpusat dan terkonsentrasi. 6.Jivitindriya. Jivitindriya adalah Satu Gabungan dari Dua Kondisi. Jivita + indriya = Kehidupan + Kemampuan Batin mengontrol. Disebut jivita karena ia mempertahankan Pengikut2nya. Disebut indriya karena ia mengatur Pengikut2nya. Persis seperti Teratai di topang oleh Air, dan seorang Anak oleh seorang Perawat, demikianlah Pengikut2 Mental di topang oleh Jivitindriya. Walaupun Cetana menentukan Kegiatan2 dari semua Pengikut2 Mental, adalah jivitindriya yang memasukkan Kehidupan ke dalam Cetana dan Pengikut2 yang lainnya.



7.Manasikara. Manasikara ialah Pikiran Pertama “Berhadapan dengan Sebuah Objek” dan “Mengarahkan Pengikut2 Mental yang bersekutu pada Objek”. Selanjutnya ialah Faktor yang menonjol di dalam Dua Avajjanacitta -- yaitu, pancadvaravajjana-citta dan mano-dvaravajjana-citta, ialah Penuh Perhatian pada Lima-Pintu-Indera dan Penuh Perhatian pada Pintu-Pikiran. Dua Keadaan Kesadaran ini, menembus KelanjutanKehidupan (Bhavanga), membentuk Keadaan Pertama dalam Proses Ingatan. Sebagaimana Kemudi dari Satu Kapal mengarahkan kepada Tujuannya, maka manasikara mengarahkan Citta dan Pengikut2-nya menuju Objek Indera. Tanpa manasikara, Pikiran seperti sebuah Kapal tidak berkemudi dan ia tidak dapat menyadari Sebuah Objek. Kita punya Satu Peribahasa di Myanmar seperti ini: “Bila kita tidak penuh Perhatian, kita tidak akan melihat Sebuah Gua”.



55 Dalam Sebuah Rasa yang lebih Umum, manasikara sering kali muncul dalam Sutta2 sebagai Yoniso-manasikara (Perhatian bijak atau Ingatan Bijak) dan Ayoniso-manasikara (Perhatian Tidak bijak atau Ingatan-Tidak bijak). Perhatian bijak menuju pada Kesadaran Bermoral sedangkan Perhatian Tidak-Bijak menuju pada Kesadaran Tidak Bermoral. Arti dari Sabbacitta-Sadharana. Sebagaimana di jelaskan di atas, semua 7 Cetasikas Pokok melakukan Tugas2 penting dan mereka adalah Inti bagi Kesadaran dari Satu Objek oleh Pikiran. Manasikara pertama-tama menghadapi Objek dan mengarahkan Citta serta Pengikut2 Mental yang bersekutu dengannya kepada Objek itu. Cetana bertindak pada Citta dan Pengikut2 Mental bersekutu denganya untuk melaksanakan Tugas2 mereka masing2 dengan efisien sampai Tugas untuk mendapat atau mengetahui Objek itu di selesaikan. Phassa membiarkan Citta dan Pengikut2 Mentalnya menjadikan Kontak dengan Objek-Indera. Vedana menikmati Citarasa dari Sensasi yang timbul dari Kontak (phassa). Sanna membuat Catatan dari Objek dan membantu untuk mengenali Objek. Ekaggata memusatkan Citta dan Pengikut2 Mentalnya pada Objek, Ia mengikat Pengikut2 Mental bersama dengan Citta membuat Keadaan dari Satu-Pemusatan pada Objek itu -- Satu Kondisi yang juga adalah Inti bagi Kesadaran pada Objek itu. Jivitindriya mempertahankan Daya Hidup Citta dan Pengikut2 Mental dengan demikian mereka akan tetap hidup dan aktif sepanjang hidup mereka. Sebaliknya, mereka akan padam sebelum Tugas mendapat atau mengetahui Objek di laksanakan.



Pakinnaka Cetasika (Yang khusus – 6) Enam Cetasika yang khusus ini bersekutu dengan Sobhana dan Asobhana Cittas, tetapi tidak dengan mereka semua. Mereka bersekutu hanya dengan Cittas dengan siapa mereka akan bersekutu. 1. Vitakka -- Penerapan awal atau Konsep Pikiran. 2. Vicara -- Penerapan yang di pertahankan atau Pikiran berkesinambungan. 3. Adhimokhka -- Keputusan atau Penentuan. 4. Viriya -- Usaha atau Pengerahan Energi



56 5. Piti 6. Chanda



-- Kegiuran / Kegairahan -- Keinginan, Kemauan atau Kehendak.



1.Vitakka. Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2-nya kepada Objek Indera. Bagaikan Anggauta Istana kesayangan Raja memperkenalkan Seseorang kepada Raja, demikian juga Vitakka memperkenalkan Citta dan Pengikut2nya kepada Objek. Sebagaimana di jelaskan di atas, manasikara menujukan Citta dan Pengikut2nya kepada Objek, sedangkan Vitakka mengerahkan kepada Objek. Vitakka, manasikara, dan cetana bisa di bedakan lebih lanjut dengan membandingkan mereka dengan Orang2 dalam Satu Perahu Lomba menuju Satu Bendera. Manasikara seperti Kemudi-Pengatur Perahu, Vitakka seperti para Pendayung di Lambung Perahu, dan Cetana seperti Pendayung Utama yang tidak saja mendayung Perahu tapi juga mendorong yang lainnya untuk mendayung sepenuh Tenaga mereka dan merebut Bendera Kemenangan ketika Perahu mencapai Tujuan. Sebagaimana Vitakka mengerahkan Citta dan Pengikut2nya pada berbagai Objek menjuruskan ke berbagai Proses berpikir, ia juga di kenal sebagai Konsep Pikiran. Vitakka adalah Salah satu dari Lima Faktor2 Jhana. Ia mencegah Kemalasan dan Kelambanan (Thina – Middha). Bila ia di kembangkan dan di kuatkan, ia menjadi Faktor paling Utama dari Jhana Pertama. Ia adalah juga Faktor Ke-dua di kenal sebagai “Samma-sankappa” (BeGrpikir benar) di dalam Jalan Utama Berunsur Delapan. 2.Vicara. Vicara mempertahankan Citta dan Pengikut2nya pada Objek dengan membiarkan mereka menerima Objek lagi dan lagi. Seperti Vitakka, ia adalah Sebuah Faktor Jhana. Ia mencegah Vicikiccha (Keraguan). Vitaka ialah Perintis dari Vicara. Ke-duanya akan di bedakan seperti ini : Seperti Kepakkan dari Seekor Burung berusaha untuk terbang ialah Vitakka, Seperti Rencananya Pergerakan di Udara ialah Vicara, Seperti memukul Tambur atau Genta ialah Vitakka, Seperti Gema-nya ialah Vicara.



57 3.Adhimoka. Adhimoka membuat Keputusan dengan Rasa Hormat pada ObjekIndera. Ia Seperti Se-orang Hakim memutuskan Sebuah Kasus. Ia juga di bandingkan kepada Sebuah Tiang yang Kokoh menjamin tidak bergoyang dalam membuat Keputusan. Ia berlawanan dengan Vicikiccha – Keraguan atau Kebimbangan. 4.Viriya. Viriya lebih kurang sama dengan Usaha, Tenaga, Pengerahan Tenaga, Keberanian, Kejantanan atau Kepahlawanan. Ia bisa di definisikan sebagai Satu Keadaan penuh Energi atau Keberanian. Ia mempunyai Sifat Khusus dari membantu, menegakkan atau mempertahankan Pengikut2-nya. Bagaikan Satu Rumah yang miring, di tunjang oleh Tiang2 yang baru, tidak akan roboh, demikian juga para Pengikut di bantu oleh Viriya, tidak akan mengalah. Persis sebagai Satu Bala Bantuan yang kuat akan membantu Satu angkatan Perang untuk bertahan sebagai ganti dari Mundur, begitulah Viriya menegakkan atau mengangkat Pengikut2-nya. Viriya di anggap sebagai Satu Kemampuan Spiritual (Indriya) sebab ia mengatur dan mengatasi Kemalasan. Ia juga salah satu dari Lima Kekuatan (Bala) sebab ia tidak dapat di guncang oleh Lawannya, Kemalasan. Ia juga melayani sebagai Satu dari Empat Cara dari menyempurnakan Hidup Se-seorang (Iddhipada). Menurut Kitab Atthasalini, Viriya harus di anggap sebagai Akar dari semua Pencapaian. 5.Piti. Piti umumnya di terjemahklan sebagai Terpesona, Kegembiraan, Kebahagiaan, Ketertarikan atau Semangat yang besar. Ia berhubungan pada Pamojja (Kegembiraan) dan pada Sukha (Perasaan Senang), tapi ia bukan Satu Perasaan atau Sensasi, dan makanya ia tidak termasuk pada Grup-Perasaan (Vedana-khandha). Piti ialah Pertanda dari Sukha. Seperti Penglihatan pada Sebuah Kolam dari Seorang Pengelana yang cemas, adalah piti. Seperti meminum Air dan mandi di sana ialah Sukha. Menciptakan Satu Keinginan yang menggembirakan dalam Objek adalah Sifat khusus dari piti. Piti adalah Satu Faktor Jhana. Ia mencegah Vyapada (Keinginan Jahat atau Ketidaksukaan). Ada Lima Tingkatan dari Piti; 1. Khuddaka piti : Gejolak Hati Kegembiraan yang menyebabkan tegaknya Bulu-roma.



58 2. Khanika piti : Kegembiraan spontan bagai Satu Kilatan Cahaya. 3. Okkantika piti : Banjir Kegembiraan bagai Gelombang besar pada sebuah Pantai. 4. Ubbega piti : Kegembiraan yang membubung yang bisa mengangkat Orang mengapung di Udara. 5. Pharana piti : Dipenuhi Kegembiraan yang meliputi seluruh Tubuh seperti Satu Kandung Kemih yang penuh memancar atau seperti Satu Gumpalan Kain di dalam Minyak atau seperti Sebuah Banjir meluapkan anak Sungai dan Kolam. 6.Chanda. Chanda telah di terjemahkan sebagai “conation, Kemauan, Keinginan, napsu atau Hendak” oleh beberapa Pengarang. Sifat Utama dari Chanda ialah “Keinginan untuk berbuat”. Ia bagaikan mengulurkan Tangan untuk menggenggam sebuah Objek. Juga “Satu Napsu untuk Sesuatu”. Chanda ialah Satu Kondisi psykologis-etis yang Netral. Ia harus di bedakan dari Tidak Bermoral, Lobha yang adalah “Satu Napsu dengan Kemelekatan”. Dalam kamacchanda (Napsu Indera) dan Chanda-raga (Napsugairah), Chanda berpasangan dengan Lobha, dua Gabungan Kata2 ini sebenarnya menunjukkan Lobha. Stiap Tindakan di mulai dengan Chanda. Contoh, Perbuatan berdiri di mulai dengan Keinginan (Chanda) untuk berdiri. Adalah jelas bahwa Perjalanan sejauh seribu Mil di mulai dengan Langkah Pertama, dan Langkah Pertama itulah Chanda. Kita tidak dapat pergi tanpa Keinginan untuk pergi, dan kita tidak dapat sampai pada Satu Tempat tanpa Keinginan untuk berada di sana. Bila di giatkan, Chanda menjadi “Kehendak” dan mengarah pada Keberhasilan sebagaimana “Ada Jalan bila ada Kemauan”. Maka seperti Viriya, Chanda termasuk di dalam Empat Cara untuk menyempurnakan Hidup Se-seorang. (iddhipada). Akusala Cetasika. (Pengikut Mental Tidak Bermoral). Ada 14 Cetasika yang secara etis Tidak Bermoral. Mereka bisa di bagi dalam 4 Grup sebagai berikut: 1



Moha – Catukha -- Akusala-sadharana -- 4



59 Satu Grup dari Empat Cetasika di Kepalai oleh Moha. 1). Moha (avijja) -- Khayalan, Ketidaktahuan, Kebodohan. 2). Ahirika -- Tidak punya Rasa Malu, Kurang ajar. 3). Anottapa -- Tidak takut berbuat Salah, Sembrono. 4). Uddhacca -- Kegelisahan, Gangguan. 2



Lobha-Tri -- papanca-dhamma -- 3 Satu Grup dari Tiga Cetasika di kepalai oleh Lobha. 5). Lobha -- raga - tanha-- Keserakahan, Kemelekatan, Napsu Indera. 6). Ditthi -- Pandangan Salah, Pendapat yang jahat 7). Mana -- Kesombongan, Kebanggaan.



3 Dosa -- Catukha -- Kebencian -- 4 Satu Grup dari Empat Cetasika di kepalai oleh Dosa. 8). Dosa- - patigha -- Kebencian, Kemarahan, Ketidaksukaan. 9). Issa -- Irihati, cemburu. 10). Macchariya – Ketamakan, Kekikiran, Egois. 11). Kukkucca -- Kawatir, Berkeberatan, Penyesalan. 4 End – tri -- Tumpul dan Orang yang ragu-ragu. -- 3 Tiga Cetasika terakhir yang Tidak Bermoral. 12). Thina -- Malas 13). Middha -- Kelambanan 14). Vicikiccha -- Keraguan, Kebingungan. 1.Moha. Moha adalah Ketidaktahuan pada Alamiah sebenarnya dari ObjekIndera. Sesuatu yang Hidup atau Tidak Hidup terdiri dari nama dan rupa (Pikiran dan Materi) yang di berkahi dengan Empat Sifat Umum dari anicca (Tidak kekal), dukkha (menderita), anatta (Tidak berpribadi) dan asubha (Kejijikkan). Karena moha menyelubungi Mata Mental kita dan menghalangi kita dari Penglihatan akan Alamiah Sebenarnya dari Barang2, kita tidak dapat melihat Hal yang sebenarnya dari timbul dan berakhirnya yang terus menerus dari nama dan rupa dan Konsekwensi Empat Sifat2 yang di sebut diatas. Bila kita tidak dapat melihat Alamiah Hal-hal yang sebenarnya, kita jadi binggung dan menganggap Sifat yang berlawanan



60 sebagai yang Asli. Maka kita melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha (menyenangkan), atta (Pribadi atau Orang) dan subha (cantik). Karena Hal-hal Pandangan Salah dari moha, Satu Mata Rantai dari Akibat2 yang tidak di inginkan termasuk Penderitaan dan Kesengsaraan timbul Satu setelah yang lainnya. Maka moha adalah sebagai Direktur Satu Film Layar Putih, ia mengarahkan Segalanya tapi kita tidak menyadari-nya karena kita tidak dapat melihat si Direktur pada Film itu. Ia benar2 Akar mula dari semua Kejahatan dan Penderitaan di dalam Dunia. Moha adalah Pemimpin dari semua Cetasika Tidak Bermoral. Moha dan Tiga Sejenisnya (ahirika, anottappa dan uddhacca) bersekutu dengan semua Kesadaran Tidak Bermoral. Maka mereka di kenal sebagai “akusala sadharana”. Karena Moha berlawanan dengan Pengertian atau Kebijaksanaan, ia di kenal sebagai “avijja”. Moha menutupi Pengetahuan kita sehubungan dengan Kamma dan Akibat2-nya dan Empat Kebenaran Mulia. 2.Ahirika. Ahirika mendorong Orang untuk Tidak mempunyai rasa malu melakukan Perbuatan, Pembicaraan dan Pikiran2 Tidak Bermoral. Dalam Puggala-pannatti (para.59) di tulis demikian : “Tidak malu pada Perbuatan jahat atau Hal-hal yang Tidak Bermanfaat; Ini di sebut tidak ada Malu secara Moral. Bagaikan Se-ekor Babi kampung yang tidak punya rasa jijik memakan Najis, maka ahirika tidak punya rasa Jijik dalam melakukan Perbuatan2 Jahat”. 3.Anotttappa. Anottappa mendorong Se-seorang untuk tidak takut melakukan Perbuatan, Perkataan dan Pikiran2 Tidak Bermoral. Dalam Kitab Puggala-pannatta (para. 60) tertulis: “Tiada rasa takut kepada Apa yang Seorang harus takuti, tiada takut pada Kejahatan, Hal2 yang Tidak Bermanfaat ini di sebut tidak takut melanggar Moral” Anottappa di bandingkan pada Se-ekor Ngengat yang hangus oleh Api. Ngengat itu tidak menyadari akibat2nya, merasa tertarik oleh Api dan menyerbu ke dalam Api. Dengan Cara yang sama anottappa tidak menyadari Akibat2nya, merasa tertarik oleh Kejahatan, Hal-hal yang tidak Bermanfaat dan mencebur ke dalam Perbuatan2 Jahat. Di katakan dalam Kitab Anguttara Nikaya (ii, 6): “Ada Dua Hal yang menakutkan, yaitu Tidak malu berbuat Salah dan tidak takut berbuat



61 salah, dst..” Harus di catat bahwa Kesemberonoan karena ahirika dan anottappa timbul sebagai Satu Akibat dari Moha yang menutupi Pikiran dan membutakan Mata dari melihat Akibat2 Perbuatan2 Jahat (Kamma). 4.Uddhacca. Uddhacca ialah Keadaan Pikiran yang gelisah yang di bandingkan pada Keadaan yang bergolak dari Se-onggok Abu bila di timpa dengan Sebuah Batu. Seperti kita tidak dapat melihat Wajah kita dalam Air yang mendidih. Satu Pikiran yang gelisah tidak akan melihat Akibat2 dari Perbuatan Jahat. Uddhacca juga Satu Pengikut dari Moha yang membuat Pikiran bingung dan membiarkan Gangguan (Uddhacca) timbul sebagai Akibatnya. 5.Lobha. Lobha ialah Satu Napsu yang kuat pada Objek2 Indera atau Kebahagiaan Jhana. Ia tidak pernah berhenti, Hakekat Alamiah ini dari Napsu bagaimana banyak-pun Orang memiliki. Walaupun seluruh Kekayaan di Bumi tidak dapat memuaskan Napsu karena Lobha. Ia selalu mencari-cari Sesuatu yang baru. Demikianlah Seseorang tidak dapat betul2 bahagia bila ia tidak dapat menghilangkan Lobha. Alamiah Ke-dua dari Lobha ialah Kemelekatan atau menempel pada Objek2 Indera atau pada Jhana dan Kebahagiaan Jhana. Kemelekatan secara Alamiah ini di bandingkan dengan Kemelekatan Alamiah dari Perekat Penangkap Monyet. Perekat ini dipersiapkan dengan memanaskan beberapa Jenis Getah lengket yang ada di Hutan, di bentuk jadi Satu Pasta yang lengket. Penangkap Monyet menaruh Perekat yang lengket ini pada beberapa Batang Pohon. Ketika Sinar Matahari menyinari Perekat itu, berbagai Sinar Spektrum memancarkan Sinarnya. Se-Ekor Monyet, jadi kepingin tahu, memegang Perekat dengan Satu Cakarnya yang menjadi menempel dengan kuat pada Perekat itu. Dalam Perjuangannya untuk menarik Cakarnya ini, Monyet mendorong Dahan Pohon dengan Cakarnya yang lain dan juga menendang Pohon itu dengan Kedua Kakinya. Dengan demikian Kedua Cakar dan Kedua Kakinya menempel pada Perekat itu. Lalu Monyet itu mencoba untuk menarik Dirinya dengan mendorong Pohon dengan Kepalanya. Maka demikian juga Kepala itu menempel pada Pohon itu. Sekarang Penangkap Monyet keluar dari



62 Tempat Persembunyiannya dan menangkap atau membunuh Monyet itu dengan mudahnya. Ingatlah bahwa di Dunia, Orang2 melekat dengan kuat pada Lobha pada Objek2-Indera begitu juga pada Harta Benda mereka. Mereka tidak dapat melepas Dunia dan Milik2 Keduniawian mereka termasuk Istri2 atau Suami2, Anak2 Lelaki dan Anak2 perempuan. Dengan demikian mereka terperangkap oleh Usia tua, Penyakit dan Kematian dari Kehidupan demi Kehidupan. Lobha bersama dengan Dua Pengikut Besarnya, yaitu Ditthi (Pandangan Salah) dan Mana (Kesombongan), bertanggung jawab pada Perluasan dari Lingkaran Kehidupan atau Lingkaran Kelahiran Kembali yang di kenal sebagai Samsara. Sehubungan dengan Kenyataan ini, Lobha, Ditthi dan Mana bersama-sama di sebut “papanca dhamma” 6.Ditthi Ditthi biasanya di terjemahkan sebagai Pandangan, Kepercayaan, Pendapat dst… Samma ditthi artinya Pandangan Benar dan Micchaditthi artinya Pandangan Salah. Disini, sebagai Satu Cetasika Tidak Bermoral, ditthi di gunakan dalam Indera dari Pandangan Salah. Telah di jelaskan di atas bahwa Moha menyelubungi Pikiran dan membutakan Mata tidak melihat Hal-hal sebagaimana adanya. Ia membuat Se-seorang melihat Hal-hal sebagai nicca (kekal), sukha (menyenangkan), atta (diri atau Orang) dan subha (cantik). Disebabkan dari Pandangan Salah ini, lobha menempel atau melekat pada “Diri atau Orang” dan ditthi mengambil Pandangan Salah itu bahwa “Diri” dan “Orang” betul2 Ber-ada. Yang paling mendasar dari Pandangan Salah yang Umum ialah, “Kepercayaan-Kepribadian” (Sakkaya-ditthi) atau “Ilusi-Keakuan” (attaditthi). Sakaya-ditthi mempercayai bahwa Gabungan ini dari Pikiran dan Tubuh adalah “Saya”, “Kamu”, “Dia (laki2)”, “Dia (perempuan)”, “Laki2”, “Perempuan”, “Orang”, dst…. Atta-ditthi mempercayai Keberadaannya dari Satu “atta atau Jiwa” atau “Diri” atau “Kehidupan yang sungguh2 Ada” di dalam Tubuh. Dari Sakaya-ditthi atau atta-ditthi ini, begitu juga dari Kegelapan Batin karena Moha dari sana keluar ribuan Pandangan2 Salah. Sakaya-ditthi adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu yang mengikat pada Keberadaan. Ia di hilangkan hanya pada Pencapaian Jalan dari Pemenang Arus (Sotapatti – magga).



63 7.Mana. Mana (Kesombongan), seperti ditthi, adalah juga Satu Hasil Sampingan dari Moha dan Lobha. Moha menjadikan Pandangan Salah bahwa “Orang” ber-ada dan bahwa mereka kekal. Menyenangkan dan cantik. Maka lobha menempel pada Orang2 ini, terutama Se-seorang diwakili oleh Dirinya. Mana menganggap Diri Orang ini sebagai Saya-terbaik, Saya palingmengetahui, Saya tidak ada Bandingnya di Dunia. Kesombongan ini atau Kebanggaan ada Tiga Jenis: KesombonganKesamaan (mana), Kesombongan-Kekurangan (omana) dan Kesombongan-Kelebihan (atimana) sebagaimana Pepatah mengatakan: “Kebanggaan akan mendapat Satu Kejatuhan”, Kebanggaan atau Kesombongan bukanlah Satu Kebajikan untuk di banggakan. Mana adalah salah Satu dari Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia hilang sepenuhnya pada Pencapaian Ke-Arahatan. 8.Dosa. Dosa di terjemahkan sebagai “Kebencian, Kemarahan atau Ketidaksukaan”. Ia adalah Unsur yang paling menghancurkan di Dunia. Ia lebih menakutkan dari pada Senjata Atom. Tentu saja, ketika Se-seorang menarik Pelatuk pada Senjata Atom, ia melakukan itu di bawah Pengaruh dari Dosa. Umumnya, ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek-Indera yang di inginkan, Penempelan atau Kemelekatan (lobha) timbul, dan ketika Seorang berhadapan dengan Satu Objek yang Tidak di-inginkan, Kemarahan atau Ketidak-sukaan timbul. Kemarahan (Dosa) menghancurkan ia lebih dulu sebelum menghancurkan yang lainnya. Tidak hanya menggelembung, Dosa sebagaimana di perlihatkan Seseorang dalam Satu Kemarahan juga Tekanan Dosa seperti yang Seorang rasakan oleh Satu Kesedihan atau Orang yang tertekan adalah merusak. Menurut Abhidhamma, Orang yang membalas Satu Hinaan adalah lebih bodoh dari pada Orang yang menghina-nya. 9.Issa. Issa mempunyai Karakteristik iri pada Keberhasilan dan Kesejahteraan Orang lain. Ia adalah Objektif, ia tidak melihat pada Diri sendiri tetapi pada Orang lain. 10.Macchariya. Macchariya mempunyai Karakteristik menyembunyikan Milik Seseorang. Ia tidak menghargai untuk berbagi Milik Se-seorang atau Hak



64 khusus dengan Orang lain. Ia mengambil bentuk dari Ke-kikiran ketika Se-seorang tidak mau memberi Uang untuk berdana. Sebagaimana di sebutkan dalam Anguttara Nikaya (ix, 49), Ada Lima Macam dari Ke-kikiran berhubungan pada Tempat tinggal, Keluarga, Hasil, Penghargaan dan Pengetahuan. Berlawanan dengan Issa, macchariya adalah Subjektif. Issa dan Macchariya membuat Se-seorang tidak bahagia tanpa Bujukan Apa-pun dari yang lain-nya. Se-seorang akan segera merasa bahagia bila ia dapat menyingkirkan mereka dari Pikirannya. 11.Kukkucca. Kukkucca mempunyai Karakteristik bersedih hati atas Kejahatan yang telah di lakukan dan atas Perbuatan Baik yang tidak di lakukan. Sebagaimana tidak berguna untuk menangisi Susu yang tumpah, itu tidak berguna untuk menyesali atau merasa menyesal tentang Perbuatan salah. Issa, Macchariya dan Kukkucca adalah Tiga Sekawan dari Dosa. Mereka timbul secara terpisah sebab Garis2 Alasan mereka berbeda, tetapi bila Salah Satu dari mereka timbul, ia selalu di sertai oleh Dosa. 12.Thina. Thina ialah Keadaan Pikiran yang menyusut (Segan2) seperti Bulu Ayam di dekat Api. Ketika Seorang tidak berbuat Apa2 karena kurang Viriya (Usaha), Seorang itu di bawah Pengaruh thina. Ia adalah Penyakit dari Citta. 13.Middha. Middha ialah Keadaan dari Pengikut Mental yang tidak waras. Bila Seorang merasa tidak aktif atau lamban, ia di pengaruhi oleh middha. Ia adalah Penyakit dari Cetasika. Ke-duanya thina dan middha berlawanan dengan Viriya. Dimana ada thina dan middha, disana tidak ada Viriya. 14.Vicikiccha. Vicikiccha ialah Ke-ragu2-an tentang ajaran Buddha, Dhamma, Sangha, Pelatihan, tentang Hal2 dalam Kehidupan lampau dan Kehidupan masa akan datang, tentang Hubungan Sebab Akibat, dan akhirnya tentang Empat Kebenaran Mulia.



65 Vicikiccha adalah Salah Satu dari Lima Rintangan dan juga termasuk dalam Sepuluh Belenggu pada Kehidupan. Ia terhapus seluruhnya dan selamanya pada Pemasuk-Arus.



Sobhana Cetasika. (Pengikut2 Mental yang cantik). Ada 25 Sobhana Cetasika yang untuk baiknya bisa di bagi ke dalam 4 Grup. 1. Sobhana Sadharana -- 19 Yang bersekutu dengan semua sobhana Cittas. 2. Virati --- 3. Yang berhubunggan dengan Pantangan dari Perbuatan2, Pembicaraan dan Kehidupan Yang Tidak Bermoral. 3. Appamanna --- 2. Yang berhubungan dengan “Keadaan tanpa Batas” 4. Pannindriya --- 1. Yang berhubungan dengan Kebijaksanaan atau Pengertian. Sobhana – Sadharana Cetasika : (Yang Cantik). 19 Pengikut Mental ini bersekutu dengan semua Kesadaran yang cantik secara bersama-sama. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Saddha -- Kejujuran, Keyakinan. Sati -- Kesadaran, Penuh Perhatian. Hiri --Malu berbuat Salah. Ottappa -- Takut akan Akibat Perbuatan Jahat. Alobha -- Tidak melekat, Ketidak-serakahan, Dermawan. Adosa -- Tidak membenci, Keinginan Baik, Penahanan Napsu, Cinta Kebaikan (metta). Tatramajjhattata -- Keseimbangan, Keseimbangan Mental. Kaya-passaddhi -- Ketenangan dari Pengikut2 Mental. Citta-passadhi -- Ketenangan dari Kesadaran. Kaya-lakuta -- Kegesitan atau Keringanan dari Pengikut2 Mental.



66 11. Citta-lakuta -- Kegesitan atau Keringanan dari Kesadaran. 12. Kaya-muduta -- Elastisitas dari Pengikut2 Mental. 13. Citta-muduta -- Elastisitas dari Kesadaran. 14. Kaya-Kammannata -- Penyesuaian dari Pengikut2 Mental. 15. Citta-Kammannata -- Penyesuaian dari Kesadaran. 16. Kaya-pagunnata -- Keahlian dari Pengikut2 Mental. 17. Citta-pagunnata -- Keahlian dari Kesadaran. 18. Kayujjukata -- Kelurusan dari Pengikut2 Mental. 19. Cittujjukata -- Kelurusan dari Kesadaran. 1.Saddha. Saddha ialah Keyakinan yang terbentuk dengan baik atau Keyakinan dalam Buddha, Dhamma dan Sangha. Bila Seorang Buddhist mengambil Perlindungan dalam Tiga Permata, Keyakinannya harus beralasan dan ber-Akar dalam Pengertian, dan ia di minta untuk menyelidiki atau menguji Objek dari Keyakinannya. Keyakinan Seorang Buddhist tidak berlawanan dengan Semangat untuk menyelidiki, Keraguan Apa-pun tentang Se-suatu di bolehkan dan menyelidiki ke dalam mereka di anjurkan. Saddha di bandingkan kepada Batu Zamrud yang unik dari Raja Dunia, Zamrud ini, ketika di taruh di dalam Air yang hangat, menyebabkan semua Kotoran mengendap dan Panasnya hilang, maka akan meninggalkan Satu Air dingin yang bersih. Dalam Cara yang sama ketika Saddha bersekutu dengan Citta, semua Kekotoran Batin seperti Lobha, Dosa, Moha hilang dengan menghasilkan Pikiran menjadi dingin dan jernih. Saddha juga di bandingkan dengan Tangan yang dapat menggenggam Permata, bila Seorang punya cukup Keberuntungan berada pada Satu Gunung penuh Permata. Sesungguhnya Seorang lebih beruntung bisa mengenal Ajaran Buddha (Sasana) dari pada berada di atas Gunung Permata. Sebab Seorang dengan Saddha bisa mendapatkan banyak Perbuatan2 Baik yang lebih berharga dari pada Permata2. Karena Satu Orang tanpa Tangan tidak dapat menggenggam Permata, maka Satu Orang tanpa Saddha tidak bisa mendapat Perbuatan2 Baik. Sebagaimana Moha adalah Pemimpin dari Cetasika tidak Bermoral, maka Saddha adalah Pemimpin dari Sobhana Cetasika. Ia adalah Harta Karun yang paling berharga dan juga salah satu dari Lima Kemampuan



67 (Indriya) spiritual sebagaimana juga Satu dari Lima Kekuatan (Bala) Spiritual. 2.Sati Sati adalah Penuh Perhatian pada Sesuatu yang terjadi. Karakteristik Utamanya ialah “Tidak mengalir berlalu”, ialah tidak membiarkan Sesuatu terjadi tanpa di amati. Ketika Seorang tidak cukup Perhatian, ia tidak ingat Apa yang di lihat atau di dengar, ia bagaikan Pot kosong dan bagai Labu mengalir berlalu dalam Arus Air. Se-seorang dapat mengingat Kejadian2 yang lampau dengan Sati, dan Sati dapat di kembangkan. Bila ia di kembangkan dengan sungguh2, Seorang mendapat Kekuatan untuk mengingat Kelahiran2 yang lampau. Maka Sati dapat berfungsi sebagai Ingatan. Sang Buddha mengingatkan Pengikut2-nya setiap hari untuk tidak melupakan Perbuatan2 Bermanfaat dan selalu Penuh Perhatian untuk memenuhi Janjinya berusaha untuk Kebebasan dari semua Kesengsaraan. Bila Se-seorang Penuh Perhatian pada Enam Pintu-Indera untuk mencatat Apa yang di perhatikan, hanyalah sebagai “Mendengar, mendengar” atau “Melihat, melihat”, dst.. Se-seorang dapat menghentikan Kekotoran2 Batin memasuki Pikiran. Dalam Indera ini Sati di bandingkan pada Seorang Penjaga Pintu Gerbang, yang menghentikan Pencuri2 dan Perampok2 memasuki Kota. Sati juga adalah Satu Anggauta dari Lima Kemampuan Spiritual begitu juga Satu Anggauta dari Lima Kekuatan Spiritual. Ia juga salah Satu dari Tujuh Faktor2 Pencerahan (Bojjhanga) dan Matarantai KeTujuh dari Jalan Utama Beruas Delapan. 3.Hiri. Hiri membuat Satu Orang mundur dengan Rasa Malu Bermoral dari melakukan Perbuatan2 Tidak Bermoral. Satu Orang yang mempunyai hiri, mundur dari Kejahatan persis bagai sehelai Bulu Ayam menyusut di depan Api. “Merasa malu pada Apa yang harus di malukan, merasa malu untuk melakukan Kejahatan dan Hal2 tidak Bermanfaat, Ini di sebut Rasa Malu Bermoral” (Puggala-pannatti, para. 79). Hiri lawan Ahirika yang mau melakukan Kejahatan Apa saja tanpa sedikitpun Penyesalan.



68 4.Ottappa. Ottapa adalah Takut Moral atau takut berbuat Kejahatan, sebab ia menyadari ber-macam2 Akibat2 Kejahatan. Sebagaimana Hiri berbeda dengan Rasa Malu yang biasa, Ottapa berbeda dari Rasa Takut yang biasa dari Seorang Individu. Seorang Buddhist tidak di harapkan takut pada Individu Apa-pun, malah pada Satu Dewa, karena Buddhisme tidak di Dasarkan pada Rasa Takut pada Sesuatu yang tidak di ketahui. “Jadi takut pada Apa yang semustinya di takuti, jadi takut dari melakukan Kejahatan dan Hal2 yang tidak Bermanfaat, ini di sebut takut pada Moral” (Puggala-pannatti , para. 80) Ottapa lawan Anottapa dan dapat mengusir yang belakangan. Hiri timbul dengan Rasa Hormat pada Diri Sendiri sedangkan Ottapa timbul dengan Rasa Hormat pada yang lain. Seandainya ada Satu Batang Besi, Ujung yang satu di panasi sampai merah membara dan yang lain di lumuri dengan Kotoran. Ujung yang kotor Orang tidak mau menyentuh karena merasa jijik, dan Ujung yang merah membara tidak mau di sentuh karena Rasa Takut. Hiri di bandingkan pada Contoh yang duluan dan Ottapa pada Contoh yang belakangan. Hiri dan Ottapa membedakan Manusia dari Binatang Buas, tidak menuruti sekehendak hati dalam Kelakuan Tidak Bermoral seperti Hubungan Kelamin antara Ibu dan Anak Lelaki dan Ayah dengan Anak Perempuan walau pada Waktu ketika Kebudayaan masih sangat rendah sekalipun. Demikianlah Hiri dan Ottapa di ketahui sebagai Lokapala Dhamma, ialah Penjaga Dunia. 5.Alobha. Tidak melekat pada Objek2 Indera dan Tanpa Keserakahan adalah Karakteristik yang Utama dari Alobha. Sebagaimana Air menetes mengalir jatuh di atas Daun Teratai tanpa menempel padanya, alobha mengalirkan keluar Objek2 Kenikmatan tanpa menempel pada mereka. Dalam Indera ini alobha bagaikan Seorang Arahat yang tidak mempunyai lobha sama sekali. Ketika Se-seorang tidak melekat pada Milik Se-seorang, ia dapat memberikan Uang dan Barang2 dalam berdana. Disini alobha mewujudkan Dirinya dalam bentuk Kedermawanan. Alobha lawan dari Lobha dan ia dapat mengatasi Lobha. Ia adalah salah satu dari Tiga Akar Kebaikan. Ia adalah Satu Kebajikan Positip menyertakan Sifat mementingkan Orang lain yang aktip.



69



6.Adosa Adosa adalah lawan dari Dosa dan ia dapat mengatasi Dosa. Ia bukan semata tidak adanya Kebencian atau Ketidaksukaan, tapi ia adalah Satu Kebajikan yang Positip. Dosa mempunyai Karakteristik Kekasaran dan Kekejaman sedangkan Kelembutan dan Pemaafan adalah Karakteristik Utama dari Adosa. Dosa bagaikan Seorang Musuh sedangkan Adosa seperti Seorang Kawan yang baik yang Sepemahaman. Adosa juga mencerminkan sebagai Keinginan Baik karena Alamiah dari Kebaikannya dan Bantuan-nya. Bila adosa mengubah Perhatiannya pada Mahluk Hidup mengharapkan mereka berbahagia, ia di kenal sebagai Metta, yakni Cinta Kebaikan. Adosa adalah juga salah Satu dari Akar2 Baik. 7.Tatramajjhattata. Karakteristik Utama dari Tatramajjhattata adalah Pandangan yang tidak berat sebelah pada Objek, yakni; “Menjaga di tengah-tengah dari semua Hal.” Ia di bandingkan pada Seorang Pengendara Kereta Perang yang mengemudikan Dua Ekor Kuda untuk berlari dengan Langkah selaras. Ia juga bertindak seperti Ketua Sebuah Rapat memberikan Kesempatan yang sama pada seluruhnya untuk berbuat. Ia menyeimbangkan Citta dan Pengikut2 Mental untuk berfungsi bersama pada Langkah yang selaras, mencegah Apa-pun yang berlebihan atau Kekurangan. Dalam Rasa Keseimbangan, ia umumnya di kenal sebagai Upekkha. Upekkha ini adalah Keadaan di-tengah2 antara Karuna (Rasa Kasihan) dan Mudita (Turut bergembira). Upekkha inilah (Yakni, Tatramajjhattata) yang di bangunkan pada Martabat dari Satu Bojjhanga, salah satu dari Tujuh Faktor Pencerahan. Itu berbeda dari Kesenangan, Upekkha adalah Perasaan Netral. 8 & 9 Kaya-passadhi dan Citta-passadhi. Disini “kaya” bukan berarti “Tubuh” ia mengacu pada “Grup” dari Pengikut2 Mental. Passadhi ialah Keheningan, Ketenangan, Keadaan tenang atau Ketentraman. Jadi Kaya-passadhi adalah Ketenangan dari Pengikut2 Mental sedangkan Citta-passadhi adalah Ketenangan Citta atau Kesadaran.



70 Dari Passadhi kepada Ujjukata ada 6 Pasang Cetasika yang bersama Kaya dan Citta. Alasan mereka dalam Pasangan di jelaskan oleh Sang Buddha ialah bahwa mereka terjadi bersama dan bersama mereka menentang Lawan2 mereka. Dalam Kasus Saddha, Sati, Hiri dst.. mereka di jelaskan sebagai Tunggal sebab secara Perseorangan mereka dapat melawan lawan2 mereka. Dari Citta-passadhi, hanya Citta yang tenang. Dari Kaya-passadhi, tidak hanya Pengikut2 Mental, tapi juga Tubuh yang tenang di karenakan dari Penyebaran Cittaja-rupa Bermanfaat, yaitu; Pikiran menghasilkan Badaniah. Passadhi mempunyai Karakteristik Utama dari menekan atau menghilangkan Demam akan Napsu. Ia melayani seperti Naungan yang teduh dari Sebuah Pohon pada Satu Orang yang di akibatkan oleh Panasnya Matahari. Passadhi Lawan dari Kukkucca (Kawatir). Bila di kembangkan dengan sungguh2 ia menjadi Satu Faktor dari Pencerahan (Bojjhanga). 10 & 11 Kaya-lahuta dan Citta-lahuta. Lahuta ialah Keringanan atau Daya mengapung atau Kegesitan. Menekan Daya Berat dari Pengikut2 Mental ialah Karakteristik Utama dari Kaya-lahuta, Menekan Daya Berat dari Citta adalah Karakteristik Utama dari Citta-lahuta. Ia adalah meletakan Satu Beban yang berat. Kaya-lahuta dan Citta-lahuta lawan dari Thina dan Middha (Malas dan lamban) yang menyebabkan Keberatan dan Kekakuan pada Pengikut2 Mental dan Kesadaran. 12 & 13 Kaya-muduta dan Citta-muduta. Dua Cetasika ini mengacu masing2 pada Elastisitas dari Pengikut2 Mental dan Elastisitas dari Kesadaran. Mereka menghilangkan Kekakuan dalam Pikiran di sebabkan oleh Cetasika tidak Bermoral seperti Ditthi (Pandangan Salah) dan Mana (Kesombongan). Muduta di bandingkan pada Sehelai Kulit yang mulur sebab itu telah di bentuk dengan baik dengan menaruh Minyak, Air dsb.. . Muduta lawan dari Pandangan Salah dan Kesombongan. 14 & 15 Kaya-kammannata dan Citta-kammannata. Dua Cetasika ini mengacu pada Kemampuan Penyesuaian dari Pengikut2 Mental dan Kesadaran dan Kebaikan dalam menjalankan Tugas2 mereka.



71 Karakteristik Utama mereka ialah menekan Ke-tidaksanggupan melayani atau Ke-tidakmampuan bekerjanya Citta dan Pengikut2 nya. Dinyatakan dalam Kitab Atthasalini bahwa Dua Cetasika ini menghasilkan Ketenangan (Pasada) dalam Hal2 yang menguntungkan, dan dapat menyesuaikan seperti Emas Murni untuk Kerjaan yang menguntungkan. 16 & 17 Kaya-pagunnata dan Citta-pagunnata. Mereka mengacu pada Keahlian atau Ketangkasan dari Pengikut2 Mental dan Kesadaran dalam mengerjakan Kerjaan mereka. Karakteristik Utama mereka ialah menekan Penyakit dalam Pengikut2 Mental dan Kesadaran. 18 & 19 Kayujjukata dan Cattujjukata. Mereka mengacu masing2 pada Ke-tegakkan atau Ke-lurusan dalam Pengikut2 Mental dan dalam Kesadaran. Dengan demikian mereka adalah lawan dari Ke-tidak jujuran, Kecurangan dan Kepandaian karena Khayalan atau Kebohongan (maya) dan Penghianatan (Satheyya). Ke 19 Pengikut2 cantik yang di sebut di atas menjadi menonjol pada Orang2 yang secara teratur melakukan Perbuatan dan Berdana, Kemoralan dan Meditasi. Karena mereka bersekutu bersama dalam Semua Sobhana Cittas, mereka di kenal sebagai Sobhana-sadharana Cetasikas. Virati Cetasika (Pantangan – 3). Tiga Virati Cetasika di kenal sebagai Sila manggangas (Bagian Kemoralan dari Jalan). Mereka terdiri dari Sila-Sikkha (Latihan Kemoralan) yaitu Dasar dari pada Jalan Utama Beruas Delapan. Mereka adalah : 1).Samma-vaca - Pembicaraan Benar. 2).Samma-kammanta - Perbuatan Benar. 3).Samma-ajiva - Penghidupan Benar. 1.Samma – vaca Pembicaraan Benar ada Empat Bagian, ialah, Berpantang dari; 1.Musavada - Berdusta. 2.Pisunavaca - Memfitnah.



72 3.Pharusavaca - Bicara kasar. 4.Samphappalapa - Omong kosong. Ketika Seorang berhadapan muka dengan Situasi untuk melakukan Salah satu dari Empat Pembicaraan salah di atas, dan ia menjauhkan Diri untuk mengatakannya, maka ia mendapat Samma-vaca pada waktu ia melakukan Pantangan itu. 2.Samma-kammanta. Perbuatan Benar di sini artinya Perbuatan Badaniah Yaitu Berpantang dari ; 1.Panatipata - Membunuh. 2.Adinnadana - Mencuri. 3.Kamesu-micchacara - Hubungan Sex yang tidak senonoh. Lagi ketika Seorang dalam Situasi untuk melakukan Salah satu dari Perbuatan Tidak Bermoral di atas, dan ia menjauhkan Diri untuk melakukannya, maka ia mendapat Samma-kammanta pada saat ia melakukan Pantangan itu. 3.Samma-ajiva. Penghidupan Benar berarti berpantang dari Satu Penghidupan yang membawa Celaka pada Mahluk lain, seperti berdagang Senjata, berdagang Mahluk Hidup, berdagang Minuman yang memabukkan dan berdagang Racun, begitu juga Penyembelihan, Menangkap Ikan, Tentara, Penipuan, Penghianatan, Meramal, Kebohongan dsb…. Appamanna Cetasika. (Tidak terbatas - 2) 1).Karuna 2).Mudita



- Rasa Kasihan. - Turut Bergembira.



Ada Empat Keadaan Tidak berlimit atau Tanpa Batas. Untuk menyebutkan mereka dalam Urutan yang biasa adalah; Metta (CintaKebaikan), Karuna (Rasa Kasihan), Mudita (Turut bergembira) dan Upekkha (Keseimbangan). Telah di jelaskan di atas bahwa Metta termasuk di dalam adosa, dan upekkha dalam tatramajjhattata. Maka hanya tinggal Dua yang tersisa yang di jelaskan di sini.



73 Dalam melatih Salah Satu dari Empat Tidak Terbatas itu, kita bisa memusatkan Perhatian kita pada Satu Orang atau pada semua Mahluk Hidup di seluruh Dunia. Begitulah mereka di sebut “Tidak terbatas”. Dalam berlatih Cinta-Kebaikan, kita bermeditasi; “Semoga semuanya berbahagia”. Dalam mengolah Rasa Kasihan, kita bermeditasi; “Semoga semuanya terbebas dari Kesengsaraan”. Untuk latihan Mudita, kita bergembira atas Kesejahteraan Mahluk2 dan bermeditasi; “Semoga Keberhasilan bersama mereka untuk waktu yang lama”. Dalam melatih Upekkha, kita mempertahankan Satu Pikiran Seimbang dan bermeditasi ; “Semua Mahluk sebagaimana yang di kondisikan oleh Kamma mereka.” Barang siapa yang meliputi seluruh Dunia dengan Cinta-Kebaikan, Rasa Kasihan, Turut Bergembira dan Keseimbangan di katakan ia hidup di dalam “Kediaman yang Luhur” atau “Kediaman Brahma”. Maka Empat yang tidak terbatas juga di kenal sebagai Brahma-vihara, yakni, Cara hidup yang Luhur. Metta ialah Keinginan yang tulus bagi Kebaikan dan Keselamatan semua Mahluk. Ia membuang Keinginan Jahat yaitu Musuh Langsungnya. Musuh Tidak langsungnya ialah Kesayangan (Pema). Sikap yang penuh Kebajikan ialah Karakteristiknya yang Utama. Karuna membuat Hati bergetar Kebaikan ketika Orang lain menderita Kesusahan. Ke-inginan untuk menghilangkan Penderitaan Orang lain adalah Karakteristik Utamanya. Ia membuang Ke-kejaman atau Kejahatan (Himsa) yaitu Musuh Langsungnya. Musuh tidak langsungnya ialah Rasa Berduka (Domanassa). Mudita bukan hanya Simpati tapi Penghargaan Kegembiraan. Karakteristik Utamanya ialah bergembira dengan Kesejahteraan Orang lain. Musuh langsungnya ialah Iri-Hati (Issa)dan Musuh tidak langsungnya ialah Kegembiraan yang meluap-luap (Pahasa). Ia membuang Ketidak sukaan (Arati). Upekkha memandang Mahluk Hidup tidak berat sebelah, yakni, tidak dengan Kemelekatan juga tidak dengan Ketidaksukaan. Ia adalah Keadaan Pikiran yang seimbang. Musuh langsungnya ialah Napsu (Raga), dan Musuh tidak langsungnya ialah Netral yang tidak Ber-Akal. Sikap yang tidak berat sebelah adalah Karakteristiknya yang Utama.



74 Pannindriya. Panna ialah Kebijaksanaan atau Pengertian, dan indriya adalah Pengaturan Kemampuan. Pannindriya mengontrol atas Pengertian dari Sesuatu sebagaimana mereka adanya, ialah dalam Cahaya Anicca (Tidak kekal), Dukkha (Penderitaan) dan Anatta (Tanpa Diri). Sebab ia dapat mengatasi Kebodohan Batin, ia di sebut Amoha (Tiada Khayalan atau Kebijaksanaan). Sebab ia dapat menyingkirkan Selubung Moha dari Awan Mental Mata Orang dan membuang Kegelapan yang di buat oleh Moha (Avijja), ia di sebut Vijja (Pengetahuan lebih tinggi). Pannindriya biasanya di sebut “Panna Cetasika”. Dalam abhidhamma, panna, nana, dan amoha adalah sama. Amoha adalah salah Satu dari Tiga Akar Moralitas. Sebagai Satu dari Empat Alat untuk melengkapi Akhir dari Se-seorang (iddhipada), panna mengambil Nama Vimamsa (Kebijaksanaan menganalisa). Bila di murnikan dan di giatkan oleh Samadhi, panna merupakan Kekuatan peran dari abhinna (Pengetahuan Supernormal). Bila di kembangkan dengan sungguh2, panna menjadi Satu Faktor dari Pencerahan (bojjhanga) di bawah Nama sebagai dhamma-vicaya (Penyelidikan Kebenaran), dan juga Satu Bagian dari Jalan Utama Berunsur Delapan dengan Nama Samma-ditthi (Pandangan Benar). Pencapaian tertinggi dari panna adalah Buddha yang Maha tahu. Persekutuan dari tiap2 Cetasika dengan Citta2 yang berbeda. Secara Umum kita dapat katakan bahwa: 1.—7 sabbacitta-sadharanas (Dasar2/Pokok) bersekutu dengan semua Citta. 2.-- 6 pakinnakas (Yang khusus) bersekutu dengan sobhana dan asobhana Cittas tertentu. 3.—14 akusala cetasika (Tanpa Moral) hanya bersekutu dengan Citta2 Tidak Bermoral. 4.—4 akusala sadharanas berhubungan dengan semua citta Tidak Bermoral. 5.—19 sobhana sadharanas berhubungan dengan semua sobhana cittas. 6.-- Sisanya yang 6, sobhana cetasika (Yang cantik) hanya bersekutu dengan sobhana cittas.



75 Untuk survey yang mendetail Kombinasi dari setiap Cetasika dengan Citta2 yang berbeda, Grafik Sampayoga Method (ialah Chart No.2, pada akhir di Buku ini) akan di bahas. Pembacaan Grafik sebagai berikut: Persekutuan dari Annasamana Cetasikas. 1.—7 sabbacitta-sadharanas bersekutu dengan semua Cittas. 2.—Vitakka bersekutu dengan 55 Cittas. Terdiri dari 44 kama-cittas (10 dvipanca-vinnanas di kecualikan) dan 11 Jhana-citta Pertama. 3.-- Vicara bersekutu dengan 66 Cittas terdiri dari 44 kama-cittas (10 dvipanca-vinnanas di kecualikan), 11 Jhana-citta Pertama dan 11 Jhana-citta Ke-dua. 4.-- Adhimoka bersekutu dengan 78 cittas Yang Singkat atau 110 cittas dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian dari dvipancavinnana dan Vicikiccha-sampayutta citta. 5.-- Viriya bersekutu dengan 73 cittas Yang Singkat atau 105 cittas dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian 10 dvipanca-vinnana, 2 sampaticchana cittas, 3 santirana cittas dan 1 pancadvaravajjana citta. 6.-- Piti bersekutu dengan 51 somanassa-sahagata cittas, terdiri dari 4 lobha-mula somanassa citta, 1 somanassa-santirana citta, 1 hasituppada citta, 12 kama sobhana somanassa cittas, 11 Jhana citta Pertama, 11 Jhana citta Ke-dua dan 11 Jhana citta Ke-tiga. 7.-- Chanda bersekutu dengan 69 cittas Yang Singkat atau 101 cittas dalam Jumlah Besar dengan Pengecualian 2 moha-mula cittas dan 18 ahetuka cittas. Persekutuan dari Akusala Cetasikas. 1. 4 Akusala Sadharanas yaitu, moha, ahirika, anotappa dan uddhacca – bersekutu dengan semua 12 akusala cittas. 2. Lobha bersekutu dengan 8 lobha mula citta. Ditthi bersekutu dengan 4 ditthigata sampayutta cittas. Mana bersekutu dengan 4 ditthigata vipayutta cittas. 3. Dosa, issa, macchariya dan kukkucca bersekutu dengan 2 Dosa mula citta. 4. Thina dan Middha bersekutu dengan 5 akusala sasankharika cittas.



76 5. Vicikiccha bersekutu dengan moha mula vicikiccha-sampayutta cittas. Persekutuan dari Sobhana Cetasika. 1. 19 sobhana sadharana cetasika bersekutu dengan semua sobhana cittas. Berjumlah 59 Yang Singkat dan 91 Yang Besar. 2. 3 virati cetasikas, yaitu samma vaca, samma kammanta, dan samma ajiva, bersekutu sebentar2 dan sendiri2 dengan 8 maha kusala citta dan terus menerus dan bersatu dengan 8 lokuttara cittas. 3. 2 appamanna cetasikas- yaitu, karuna dan mudita – bersekutu sebentar2 dan sendiri2 dengan 28 cittas terdiri dari 8 maha kusala cittas, 8 maha kiriya cittas dan 12 mahaggata cittas, Tidak termasuk 15 Jhana cittas Ke-lima. 4. Pannindriya, yakni panna-cetasika, bersekutu dengan 47 cittas yang terdiri dari 12 kama-sobhana nana-sampayutta cittas, 27 mahaggata cittas dan 8 lokuttara cittas. Kombinasi2 yang berbeda dari Cetasika2 dengan Citta2 yang berbeda. Pembaca di sarankan untuk memeriksa Cetasika Chart on Sangha Method (ialah: Chart No.3 pada Halaman akhir Buku ini). Cara membaca Grafik itu di jelaskan di bawah ini: Pengikut2 dari Akusala Cittas. Nama dari setiap Citta dalam Bahasa Pali harus di periksa sebelum menghitung Pengikut2 yang bersekutu dengan citta yang khusus. (particular) Bila citta itu somanassa sahagatam, semua 13 annasamana cetasikas akan bersekutu dengan citta. Bila citta itu upekkha sahagatam atau domanassa sahagatam, piti harus di kecualikan dari 13 annasamanas. 1. Lobha mula asankharika citta Pertama bersekutu dengan 19 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana cetasikas, lobha dan ditthi. 2. Lobha mula asankharika citta Ke-dua bersekutu dengan 19 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 askusala sadharana cetasikas, lobha dan mana.



77 3. Lobha mula asankharika citta Ke-tiga bersekutu dengan 18 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, lobha dan ditthi. 4. Lobha mula asankharika citta Ke-empat bersekutu dengan 18 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, lobha dan mana. Catatan; bahwa 4 lobha mula sasankharika cittas bersekutu dengan cetasikas yang sama sesuai dengan asankharika cittas di tambah thina dan middha. 5. Lobha mula sasankharika cittas Pertama bersekutu dengan 21 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana cetasikas, lobha, ditthi, thina dan middha. 6. Lobha mula sasankharika cittas Ke-dua bersekutu dengan 21 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas, 4 akusala sadharana cetasikas, lobha, mana, thina dan middha. 7. Lobha mula sasankharika citta Ke-tiga bersekutu dengan 20 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, lobha, ditthi, thina dan middha. 8. Lobha mula sasankharika citta Ke-empat bersekutu dengan 20 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, lobha, mana, thina, dan middha. 9. Dosa mula asankharika citta bersekutu dengan 20 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan 4 dosa catukha cetasikas. 10. Dosa mula sasankharika citta bersekutu dengan 22 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan 4 dosa catukha cetasikas, thina, dan middha. 11. Moha mula vicikiccha sampayutta Bersekutu dengan 15 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (adhimokka, piti, dan chanda di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan vicikiccha. 12. Moha mula uddhacca sampayutta citta bersekutu dengan 15 cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (piti dan chanda di kecualikan) dan 4 akusala sadharana cetasikas. Pengikut2 dari Ahetuka Cittas. 1. 10 dvipanca-vinnana cittas bersekutu hanya dengan sabbacitta sadharana cetasikas.



7



78 2. Somanassa-santirana citta bersekutu dengan 11 annasamana cetasikas (Viriya dan Chanda di kecualikan). 3. Manodvaravajjana-citta bersekutu dengan 11 annasamana cetasikas, (piti dan chanda di kecualikan). 4. Hasituppada citta bersekutu dengan 12 annasamana cetasikas (chanda di kecualikan). 5. Pancadvaravajjana citta, 2 sampaticchana cittas dan 2 upekha santirana cittas masing2 bersekutu dengan 10 annasamana cetasikas (viriya, piti dan chanda di kecualikan). Pengikut2 dari Mahakusala Cittas. 1. Pasangan pertama dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu dengan 38 Cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 25 sobhana cetasikas. 2. Pasangan Ke-dua dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu dengan 37 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 24 sobhana cetasikas (panna di kecualikan). 3. Pasangan Ke-tiga dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu dengan 37 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 25 sobhana cetasikas. 4. Pasangan Ke-empat dari Maha kusala cittas masing2 bersekutu dengan 36 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 24 sobhana cetasikas (panna di kecualikan). Catatan bahwa thina dan middha adalah cetasikas Tidak Bermoral, tidak bersekutu dengan sasankharika sobhana cittas. Demikianlah Pengikut2 bersekutu dengan asankharika dan sasankharika di dalam setiap Pasangan adalah sama, perbedaan dalam intensitas dari dua cittas itu di karenakan dari Perbedaan Kekuatan Dua Cetana itu. Pengikut2 dari Mahavipaka Cittas. Vipaka Cittas, adalah Hasil2 dari kamma masa lampau, tidak melakukan Apa-pun Perbuatan Baik. Maka mereka tidak bersekutu dengan 3 Virati Cetasikas dan 2 Appamana Cetasikas karena cetasika2 ini membuat timbulnya Perbuatan2 Baik. 1. Pasangan Pertama dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu dengan 33 cetasikas, yaitu, 13 annasama cetasikas, dan 20 sobhana cetasikas (Viratis dan appamanas di kecualikan).



79 2. Pasangan Ke-dua dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu dengan 32 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 19 sobhana sadharana cetasikas. 3. Pasangan Ke-tiga dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu dengan 32cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 20 sobhana cetasikas (viratis dan appamanas di kecualikan). 4. Pasangan Ke-empat dari maha vipaka cittas masing2 bersekutu dengan 31 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 19 sobhana sadharana cetasikas. Pengikut2 dari Mahakiriya Cittas. Ketiga Virati-cetasikas, adalah kusala dhammas, tidak bersekutu dengan maha kiriya cittas, yang adalah Avyakata-dhammas (Avyakata – Kamma Netral). Kedua Appamana Cetasikas, bagaimanapun juga bersekutu dengan maha kiriya cittas, sebab para Arahat bermeditasi pada karuna dan mudita. 1. Pasangan Pertama dari maha kiriya citta masing2 bersekutu dengan 35 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 2. Pasangan Ke-dua dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu dengan 34 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 21 sobhana cetasikas (viratis dan panna di kecualikan). 3. Pasangan Ke-tiga dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu dengan 34 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 4. Pasangan Ke-empat dari maha kiriya cittas masing2 bersekutu dengan 33 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan) dan 21 sobhana cetasikas (viratis dan panna di kecualikan). Pengikut2 dari Mahaggata Cittas. Dalam menghitung Cetasikas yang bersekutu dengan mahaggata cittas, Faktor2 Jhana harus di perhitungkan, Vitakka di hilangkan mulai dari Jhana Ke-dua, Vicara dari Jhana Ke-tiga dan piti dari Jhana Keempat. Dalam Jhana Ke-lima, dengan menggantikan upekkha untuk Sukha, tidak ada Perubahan pada Jumlah Cetasikas, sebab keduanya upekkha dan sukha mewakili Vedana cetasikas.



80 Lebih lanjut ketiga viratis cetasikas tidak bersekutu dengan mahaggata cittas, sebab citta2 ini berkonsentrasi pada patibhanganimita dari kasina dst… dan dengan begitu mereka tidak dapat mengambil Objek2 berhubungan dengan Tiga Viratis. Karuna dan mudita bisa bersekutu dengan Jhana Pertama sampai Jhana Ke-empat, sebab Jhana2 ini bisa di kembangkan oleh Meditasi pada Karuna atau Mudita. Dalam Jhana Ke-lima Konsentrasi pada upekkha, maka keduanya, karuna dan mudita harus di hilangkan. 1. 3 Jhana mahaggata cittas yang Pertama masing2 bersekutu dengan 35 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 2. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-dua masing2 bersekutu dengan 34 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (Vitakka di kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 3. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-tiga masing2 bersekutu dengan 33 cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (vitakka dan vicara di kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 4. 3 Jhana mahaggata cittas Ke-empat masing2 bersekutu dengan 32 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan) dan 22 sobhana cetasikas (viratis di kecualikan). 5. 15 Jhana mahaggata cittas Ke-lima masing2 bersekutu dengan 30 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan) dan 20 sobhana cetasikas (viratis dan appamannas di kecualikan). Pengikut2 dari Lokuttara Cittas. 40 Lokuttara Cittas itu adalah juga Jhana Cittas, maka Faktor2 Jhana harus di hilangkan sebagaimana di sebutkan di atas. Tiga Viratis cetasika, adalah Faktor2 dari Jalan Utama Beruas Delapan, bersekutu secara bersama dengan semua Lokuttara cittas. Dua appamanna cetasikas, bagaimanapun tidak bersekutu dengan Lokuttara cittas, yang berkonsentrasi pada Nibbana dan dengan begitu tidak dapat mengambil Objek2 berhubungan dengan karuna dan mudita. 1. 8 Jhana lokuttara cittas Pertama masing2 bersekutu dengan 36 cetasikas, yaitu, 13 annasamana cetasikas dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di kecualikan).



81 2. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-dua masing2 bersekutu dengan 35 cetasikas, yaitu, 12 annasamana cetasikas (vitakka di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di kecualikan). 3. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-tiga masing2 bersekutu dengan 34 cetasikas, yaitu, 11 annasamana cetasikas (vitakka dan vicara di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di kecualikan). 4. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-empat masing2 bersekutu dengan 33 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di kecualikan). 5. 8 Jhana lokuttara cittas Ke-lima juga masing2 bersekutu dengan 33 cetasikas, yaitu, 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan) dan 23 sobhana cetasikas (appamannas di kecualikan). Niyata-yogis dan Aniyatayogis. Dari 52 Cetasikas, 41 disebut Niyata-yogis (Cetasikas tertentu) dan Sisanya yang 11 di sebut Aniyata-yogis (Cetasika tidak tertentu). Niyata-yogis tanpa kecuali bersekutu dengan Citta yang mereka ketahui untuk bersekutu. Aniyata-yogis tidak selalu bersekutu dengan Citta yang mereka ketahui untuk bersekutu, mereka timbul hanya bila mereka akan timbul. 11 Aniyata-yogis, adalah; issa, macchariya, kukkucca, mana, thina, middha, Tiga Viratis dan Dua appamannas. Cara-cara mereka bersekutu dengan Citta akan di jelaskan di bawah ini: 1.Walau itu di sebutkan dalam Chart No.3 bahwa, issa, macchariya dan kukkucca bersekutu dengan Dua dosa mula citta, mereka tidak timbul bilamana dosa mula citta timbul. Issa, hanya timbul bila Seorang iri pada Keberhasilan atau Kemakmuran Orang lain, kalau tidak, ia tidak timbul. Bila issa timbul, macchariya dan kukkucca tidak timbul. Macchariya hanya timbul bila Seorang menyembunyikan Milik Orang lain atau bila Seorang merasa pelit, kalau tidak, ia tidak timbul. Ketika macchariya timbul, issa dan kukkucca tidak timbul. Kukkucca hanya timbul bila Seorang berduka atas Kejahatan yang telah di perbuat atau atas Perbuatan Baik yang tidak di lakukan, kalau tidak ia tidak timbul. Ketika kukkucca timbul issa dan macchariya



82 tidak timbul. Maka issa, macchariya dan kukkucca tidak timbul ber-sama-sama, mereka timbul terpisah dan hanya bila Kondisi2 tertentu. Cara Persekutuan ini oleh Cetasikas di kenal sebagai nana-kadaci. 2.Walaupun mana di sebut bersekutu dengan Empat lobha mula ditthigata-vipayutta cittas, ia hanya timbul bila Seorang berpikir merasa Dirinya tinggi atau memandang rendah Orang lain. Ia tidak timbul bila Seorang tidak mempunyai Kesombongan. 3.Walaupun thina dan middha di katakan bersekutu dengan Lima akusala-sasankharika cittas, mereka bersekutu dengan Citta-citta ini hanya bila Citta-citta dan Pengikut2 mereka tumpul, tidak berdaya dan tidak wajar, kalau tidak, ia tidak timbul. 4.Tiga viratis cetasikas, yaitu, samma-vaca, samma-kammanta dan samma-ajiva, juga timbul dalam Cara nana-kadaci. Samma-vaca hanya timbul bila Seorang berpantang dari berbicara Tidak Benar, kalau tidak, ia tidak timbul. Samma-kammanta hanya timbul bila Seorang berpantang dari Perbuatan Salah, kalau tidak, ia tidak timbul. Samma-ajiva hanya timbul bila Seorang berpantang dari Penghidupan Salah, kalau tidak, ia tidak timbul. 5.Dua appamanna cetasikas, yaitu, karuna dan mudita, juga timbul dalam Cara nana-kadaci. Karena hanya timbul bila Seorang mempunyai Rasa Kasihan pada Se-seorang, kalau tidak ia tidak timbul. Mudita hanya timbul bila Seorang merasa girang atas Keberhasilan atau Kemakmuran Se-seorang, kalau tidak ia tidak timbul. Penerapan. 1.Seorang Lelaki marah, sebab Makanan yang di siapkan oleh Istrinya tidak baik. Apa Tipe dari Citta Lelaki ini, dan Cetasika apa yang bersekutu dengan Citta itu? Karena Lelaki ini marah, ia mempunyai dosa mula citta. Nama citta ini adalah ; “Domanassa-sahagatam patigha-sampayuttam asankharika citta”. Cetasikas yang bersekutu dengan Citta ini adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas dan



83 dosa. Issa, macchariya dan kukkucca tidak bersekutu dengan Citta ini. 2.Seorang merasa tidak senang sebab Orang lain mendapatkan Satu Pekerjaan lebih baik dari pada Dirinya. Apa Tipe dari Citta ini dan Apa Pengikut2-nya? Nama Citta adalah sama dengan yang di atas. Tapi sekarang Seorang iri hati atas Keberhasilan Orang lain, maka issa juga akan bersekutu dengan cittas dalam Tambahan pada 17 cetasikas yang di sebut di atas. 3.Seorang merasa kawatir sebab ia tidak mau berbagi Kantornya dengan Satu Pendatang baru. Apa Tipe Citta ini dan Apa Cetasikas yang bersekutu dengan Citta itu? Lagi citta adalah “domanassa-sahagatam patigha sampayuttam asankharika dosa mula citta”. Cetasikas yang bersekutu dengan Citta ini adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 4 akusala sadharana cetasikas, dosa, dan macchariya (Jumlah – 18) 4.Seorang Wanita muda sedang memuja Satu Pagoda dengan gembira dan dengan Pengetahuan tentang Kamma. Apakah Cittanya dan Pengikut2 yang bersekutu dengan-nya? Citta-nya adalah, “Somanassa-sahagatam nana sampayuttam asankharika citta”. Cetasikas yang bersekutu dengan Citta adalah 13 annasamana cetasikas, 19 sobhana-sadharana cetasikas dan panindriya (Viratis dan appamanas tidak bersekutu dengan citta ini). 5.Seorang Anak Perempuan segan mengakui pada Ibunya bahwa ia telah mengambil 5 Kyats dari Dompet Ibunya, ia tidak punya Kegembiraan dan tanpa Pengetahuan Kamma pada Saat itu. Apakah Citta-nya dan cetasikas yang bersekutu dengan-nya? Citta Anak Perempuan itu adalah; “upekha sahagatam nanavipayuttam sasankharika mahakusala citta”. Cetasikas adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 19 sobhana-sadharana cetasikas dan samma-vaca (Jumlah – 32).



84 6.Mengetahui Kamma dan Akibatnya, Seorang Nelayan berhenti menangkap Ikan sebagai Mata pencaharianya, walaupun secara terpaksa. Apakah Citta dan Pengikut2nya? Citta-nta adalah “upekkha-sahagatam nana-sampayuttam sasankharika maha kusala citta”. Cetasika- nya adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 19 sobhana-sadharana cetasikas, pannindriya dan samma-ajiva (Jumlah – 33) 7.Seorang Anak merasa kasihan pada Se-ekor Anjing yang telah tertubruk sebuah Mobil. Anak itu tidak punya Kegembiraan dan Pengetahuan akan Kamma pada waktu itu. Maka Citta Anak itu adalah “upekkha-sahagatam nanavipayuttam asankharika maha kusala citta”. Cetasika yang bersekutu dengan Citta adalah 12 annasamana cetasikas (piti di kecualikan), 19 sobhana sadharana cetasikas dan karuna (Jumlah – 32). 8.Seorang ayah dengan gembira mengucapkan selamat kepada Anak Lelakinya untuk Keberhasilannya dalam Ujian. Ayah itu tidak berpikir pada Kamma dan Akibatnya pada Saat itu. Maka Citta Ayah itu adalah “somanassa-sahagatam nanavipayuttam asankharika maha kusala citta”. Cetasika-nya adalah 13 annasamana cetasikas, 19 sobhana sadharana cetasikas dan mudita (Jumlah – 33). 9.Seorang Lelaki tercerapkan dalam Jhana Ke-empat oleh Meditasi pada patibhaga-nimitta dari pathavi kasina. Apa Nama dari Citta dan Pengikut2 yang bersekutu dengan citta? Citta-nya adalah “Rupavacara jhana Ke-empat-jhana-kusala citta”. Ia bisa juga di sebut “sukh’ekaggata sahitam catutthajjhana kusala citta”. Cetasikas yang bersekutu dengan Citta adalah 10 annasamana cetasikas (vitakka, vicara dan piti di kecualikan), 19 sobhana sadharana cetasikas dan pannindriya (Jumlah – 30) 10.Cetasika Apa yang bersekutu dengan sotapatti-phala-citta yang di sertai oleh Jhana Pertama?



85 Cetasika-nya adalah 13 annasamana cetasikas, 19 sobhana sadharana cetasikas, 3 virati cetasikas dan pannindriya. (Jumlah – 36). Mengerjakan yang tidak mungkin. Dalam Abhidhamma, Sang Buddha telah menganalisa Pikiran sampai pada Bagian2nya yang paling tinggi di sebut Citta dan Cetasika. Bagian2 ini adalah Kenyataan2 tertinggi di kenal sebagai paramatthas. Mereka sangat halus bahwa mereka tidak mempunyai Bentuk dan Rupa makanya tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop Elektronik yang paling kuat sekali-pun. Kita sekarang mengetahui bahwa Citta ialah Satu Kesatuan Lahir yang tertinggi dengan Karakteristik dari Kesadaran pada Sebuah Objek. 52 Cetasikas itu juga adalah Kesatuan Lahir Tertinggi yang berbeda dengan Sifat2 yang berbeda. Dengan bermacam-macam tapi Kombinasi2 yang sistimatis dari Cetasikas dan Citta ada 89 Tipe Kesadaran yang singkat atau 121 Tipe Kesadaran dalam Jumlah yang Besar. Citta yang semula itu bagaikan Satu Gelas Air murni. Ketika Setetes Tinta merah di tambahkan pada Air itu seluruh Air di Gelas itu menjadi merah. Ketika Setetes Tinta hitam di tambahklan, seluruh Massa Air menjadi hitam. Dengan Cara yang sama ketika Citta bersekutu dengan Cetasikas Yang Tidak Bermoral, seluruh Massa – yakni – Pikiran menjadi Tidak Bermoral dan Buruk. Ketika Citta bersekutu dengan Cetasikas yang cantik, Pikiran menjadi cantik dan Bermanfaat. Sekarang Kombinasi dari Cittas dan Cetasikas timbul dan berlalu pada Satu Kecepatan yang luar biasa – lebih dari pada Satu Triliun kali dalam Sekedipan Mata sebagaimana di nyatakan dalam Buku Komentar Abhidhamma. Bagaimana Seseorang dapat mengetahui Unsur2 dari Kombinasi2 yang berubah-ubah sangat cepat ini? Sebagai Gambaran, kita ambil Satu Cangkir Air dari Satu Sungai. Apakah itu mungkin untuk membedakan Air2 menetes dari Anak2 Sungai dan Sungai yang berbeda-beda yang telah mengalir ke dalam Sungai itu? Pekerjaan ini akan jauh lebih mudah di bandingkan menganalisa Kombinasi dari Citta dan Cetasika yang tidak kelihatan dan berubah-ubah dengan sangat cepat ini. Demikianlah Sang Buddha telah mengerjakan yang tidak mungkin dalam menganalisa yang paling tinggi dari Pikiran. Sekarang bisa di pertanyakan; “Apa Keperluannya dari Analisa ini?”



86 Itu di kerjakan untuk melihat Hal2 sebagaimana mereka adanya dalam Rasa yang paling tinggi. Bila Seseorang dapat melihat Fungsi2 dari Hal2 yang paling tinggi, ia dapat mengerti bahwa tidak ada Diri atau Jiwa atau juga Orang, dan dengan demikian dapat melepaskan Pandangan Salah dari “Kepercayaan Diri Pribadi” (sakhaya-ditthi). Bila ia terus melanjutkan pada Jalan Mulia ia akan segera merealisasikan Nibbana. Sekarang Pertanyaan yang lain : “Dapatkah Kombinasi2 dari Cittas dan Cetasikas ini di lihat dan di bedakan selagi mereka berlalu segera begitu mereka muncul?” Jawabnya; “Ya”. Bagaimana kita dapat melihatnya? Kita harus mengembangkan Konsentrasi (Samadhi) kita terlebih dahulu. Ketika di sertai oleh upacara-samadhi atau Jhana-samadhi, Pikiran yang paling dalam (mana-vinnana) dapat melihat Kombinasi dari Cittas Cetasikas dan menganalisa mereka. Cara-cara dari analisa di jelaskan di dalam Kitab2 Suci Agama Buddha, seperti Samyutta Nikaya (2, 12), Samadhi Sutta, Visuddhi Magga (2, 222), Bodhipakkiya Dipani dan Kammathan Vyangyi oleh Ledi Sayadaw dari Myanmar, dsb.. Metode2 ini di lakukan dengan berhasil di dalam Pusat2 Meditasi di Myanmar seperti di International Buddha Sasana Centres (Pa-auk Tawya Meditation Centres). Demikianlah Pengetahuan Abhidhamma bukanlah Pengetahuan yang spekulatif juga bukan Pengetahuan yang lebih tinggi untuk Kepentingan Pengetahuan. Pengetahuan Abhidhamma untuk di pelajari, di cerna dan di latih untuk Kepentingan Pencerahan dan Kebebasan dari semua Kesengsaraan. --oOo--



87 Chapter 3 Pakinnaka (Bagian Serba Aneka) Kita telah melihat bahwa Citta dan 52 Cetasika adalah 53 Kesatuan Lahir Tertinggi yang berbeda dengan Sifat2 berbeda tapi tertentu. Klasifikasi2 mereka menurut Perasaan, Akar, Fungsi, Pintu2, Objek2 dan Landasan akan di uraikan dalam Bab ini. Judul Bab ini “Pakinnaka” artinya “Serba Aneka atau Campuran”. Kita juga akan melihat saling Hubungan antara nama dan rupa (Pikiran dan Materi) di dalam Bab ini. Vedana Sangaha. “Sangaha” artinya “Rangkuman” . Disini Citta dan Cetasika akan di kumpulkan secara singkat menurut Perasaan (Vedana). Pertama, Perasaan di Golongkan dalam Dua Cara. A. Penggolongan menurut Objek2 Rasa. 1. Sukha vedana -- Perasaan menyenangkan di alami ketika kontak dengan Objek2 yang di setujui. 2. Dukkha vedana -- Perasaan Menyakitkan di alami ketika kontak dengan Objek2 yang tidak di setujui. 3. Upekkha vedana -- Perasaan Netral atau Netral yaitu bukan menyenangkan bukan juga menyakitkan. Itu di alami ketika kontak dengan Objek yang bukan di setujui bukan juga yang tidak di setujui. B.



Penggolongan menurut Indriya (Kemampuan).



1. Somanassa vedana -Perasaan menyenangkan dalam Pikiran/Batin 2. Domanassa vedana -Perasaan menyakitkan dalam Pikiran/Batin. 3. Sukha vedana -- Perasaan menyenangkan pada Tubuh 4. Dukkha vedana -- Perasaan menyakitkan pada Tubuh. 5. Upekkha vedana -- Perasaan Netral.



88 Dalam Golongan (A) Sukha termasuk Perasaan menyenangkan baik dalam Pikiran atau pada Tubuh, sedangkan Dukkha termasuk Perasaan menyakitkan baik dalam Pikiran atau pada Tubuh. Dalam Golongan (B) Sukha di bagi dalam somanassa dan sukha, Sedangkan dukkha di bagi dalam domanassa dan dukkha. Maka harus di catat bahwa Perasaan dalam Pikiran dan Perasaan pada Tubuh berbeda dan makanya Satu Orang dapat merasa bahagia walau bila Tubuhnya sakit.. Penggolongan Cittas menurut Perasaan. Dalam Grafik Cittas, Cittas di rancang dengan Lima Macam Simbul menurut Lima Tipe Perasaan. Dan di dalam Tabel 1.1 (Halm. 49 ) kita telah menggolongkan Citta menurut Lima Tipe Perasaan.



Dengan melihat pada Tabel itu, Pernyataan berikut dapat di buat; 1. Sukha vedana hanya bersekutu dengan Satu Citta – Yaitu, ahetuka kusala vipaka sukha-sahagatam kaya-vinnana citta. 2. Dukkha vedana juga hanya bersekutu dengan Satu Citta – yaitu, akusala vipaka dukkha-sahagatam kaya-vinnana citta. 3. Domanassa vedana bersekutu dengan Dua dosa mula citta. 4. Somanassa vedana bersekutu dengan 62 Cittas – yaitu, 18 kama somanassa cittas, 12 mahaggata somanassa cittas dan 32 lokuttara somanassa cittas. 5. Upekkha vedana bersekutu dengan 55 Cittas yaitu, 32 kama upekkha cittas, 15 mahaggata upekkha cittas dan 8 lokuttara upekkha cittas. Catatan: Penggolongan Cittas di atas sama juga bisa di anggap termasuk Penggolongan dari Cetasikas menurut Perasaan. Alasannya ialah bahwa Cetasika yang bersekutu dengan Sukha sahagatam citta juga akan bersekutu dengan Sukha vedana, Cetasika yang bersekutu dengan Dukkha sahagatam juga akan bersekutu dengan dukkha vedana, Cetasikas yang bersekutu dengan domanassa cittas juga akan bersekutu dengan Domanassa vedana, dan seterusnya.



89 Hetu Sangaha. Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat menurut hetu (Akar). Ada 6 Tipe dari hetu atau Akar. 1.Akusala hetu (3) -- Lobha, Dosa, Moha. 2.Kusala hetu (3) -- Alobha, Adosa, Amoha. 3.Avyakata hetu (3) -- Alobha, Adosa, Amoha. Akusala hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Akusala Cittas. Kusala hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Kusala Cittas. Avyakata hetu adalah Akar2 yang bersekutu dengan Vipaka Cittas dan Kiriya cittas. Akar2 Avyakata adalah sama sebagai Akar Kusala. “Avyakata” artinya “Yang tidak menentukan” ialah, tidak menentukan sebagai Kamma “Bermanfaat” tidak juga sebagai “Tidak Bermanfaat”. Vipaka citta dan Kiriya citta bersama-sama dengan Pengikut2 mereka di istilahkan sebagai avyakata, sebab mereka adalah Kamma Netral. Penggolongan2 Citta menurut Akar2. 1. Ahetuka cittas – Cittas tanpa Akar2 . (18). Mereka adalah; 7 akusala vipaka cittas, 8 ahetuka kusala vipaka cittas dan 3 ahetuka kiriya cittas. 2. Sahetuka cittas – Cittas dengan Akar2 (71). Cittas ini lebih lanjut di bagi sebagai berikut: 1. Ekahetuka cittas – Citta dengan Satu Akar (1). Mereka adalah 2 moha mula cittas yang hanya punya moha sebagai Akar. 2. Dvi hetuka cittas -- Citta dengan Dua Akar (2). Mereka adalah 8 lobha mula cittas berisi lobha dan moha sebagai Akar, 2 dosa mula cittas berisi dosa dan moha sebagai Akar, dan 12 kama sobhana nana-vipayutta citta berisi alobha, dan adosa sebagai Akar. 3. Tihetuka cittas – Citta dengan Tiga Akar (47), mereka adalah 12 kama- sobhana nana-sampayutta cittas, 27



90 mahaggata cittas dan 8 lokuttara cittas. Citta2 ini mempunyai alobha, adosa, dan amoha sebagai Akar2. Catatan: Cetasikas2 yang bersekutu dengan masing2 Cittas akan termasuk pada Tingkat yang sama seperti Cittas. Para Pembaca bisa mengacu pada Chart on Hetuka (Chart No. 4.1) terlampir di belakang, untuk melihat kembali dengan cepat dari Penggolongan berlandaskan hetu. Kicca Sangaha. Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat menurut Fungsi2 mereka (kicca). Ada 14 Macam Fungsi2 di bentuk oleh berbagai Cittas. Sangat luar biasa untuk di catat bahwa setiap Citta membentuk sedikitnya Satu Tipe Fungsi. 1. Patisandhi-kicca – Fungsi Kelahiran Kembali atau menghubungkan Kehidupan lampau dengan Kehidupan sekarang. 2. Bhavanga-kicca – Kelanjutan Kehidupan atau melanjutkan Bentuk Arus Kehidupan terus menerus sampai Kematian. 3. Avajjana-kicca – Memahami atau menunjukkan Kesadaran menuju Objek. 4. Dassana-kicca – Melihat Objek. 5. Savana-kicca – Mendengar Objek. 6. Ghayana-kicca – Membaui Objek. 7. Sayana-kicca – Mengecap Objek. 8. Phugana-kicca – Menyentuh Objek. 9. Sampaticchana-kicca – Menerima Objek. 10. Santirana-kicca – Menyelidiki Objek. 11. Votthapana-kicca – Menentukan Objek. 12. Javana-kicca – Merasakan atau menikmati Rasa dari Objek. 13. Tadalambana-kicca – Mencatat atau melanjutkan menikmati Rasa dari Objek. 14. Cuti-kicca – Fungsi Kematian. Citta-citta melaksanakan Fungsi masing2. Silahkan lihat Chart. No.4.2 pada Bagian belakang untuk melihat dengan cepat dari Citta melaksanakan Fungsi-fungsi mereka masing2. 1. Ada 19 Cittas yang melaksanakan Fungsi Kelahiran Kembali. Mereka adalah 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas. Citta2 ini di kenal sebagai



91



2.



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



13.



14.



“Kesadaran Kelahiran Kembali” (patisandhi-cittas) saat mereka melaksanakan Fungsi Kelahiran Kembali. Ada 19 Cittas yang melaksanakan Proses Kelanjutan Kehidupan. Mereka sama dengan 19 patisandhi cittas. Mereka di kenal sebagai bhavanga cittas (Bawah Kesadaran) saat mereka melaksanakan Proses Kelanjutan Kehidupan. Ada 2 Cittas yang melaksanakan avajjana-kicca. Mereka adalah panca-dvaravajjana cittas dan mano-dvaravajjana citta. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi melihat. Mereka adalah dvi-cakkhuvinnana cittas. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi mendengar. Mereka adalah dvi-sotavinnana cittas. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi membaui. Mereka adalah dvi-ghanavinnana cittas. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi pengecapan. Mereka adalah dvi-jivhavinnana cittas. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi sentuhan. Mereka adalah dvi-kayavinnana cittas. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Fungsi menerima. Mereka adalah dvi-sampaticchana cittas. Ada 3 Cittas yang melaksanakan Fungsi penyelidikan. Mereka adalah Tiga santirana cittas. Ada 1 Citta yang melaksanakan Vothapanna-kicca (Fungsi menentukan). Ialah mano-dvaravajjana citta. Ada 55 Cittas yang melaksanakan javana-kicca. Mereka adalah; 12 akusala cittas, 21 kusala cittas, 4 phala-nana cittas dan 18 kiriya cittas (2 avajjana cittas di abaikan). Citta-citta ini dapat di ingat dengan mudah dengan Ungkapan : “Ku – Ku – Kri – Phala”. Kama-javana cittas (29) --- 12 akusala cittas + 8 maha kusala citta + 8 maha kiriya citta + 1 hasittupada citta. Appanajavana cittas (26) --- 9 mahaggata kusala citta + 9 mahaggata kiriya cittas + 4 magga-nana cittas + 4 phala nana cittas. Ada 11 Cittas yang melaksanakan tadalambana-kicca (Fungsi Pencatatan). Mereka adalah; 3 santirana citta dan 8 mahavipaka cittas. Ada 19 Cittas yang melaksanakan cuti-kicca (Fungsi Kematian). Mereka adalah; 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas.



92



Untuk Pemeriksaan. 1. Ada 68 Cittas yang melaksanakan masing2 Satu Fungsi tunggal. Mereka adalah 10 dvi-pancavinnana cittas, 3 manodathu cittas dan 55 javana-cittas. Manodathu cittas terdiri dari panca-dvaravajjana cittas dan 2 sampaticchana cittas. 2. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Dua Fungsi. Mereka adalah, somanassa santirana citta dan mano-dvaravajjana citta. 3. Ada 9 Cittas yang melaksanakan Tiga Fungsi. Mereka adalah, 9 mahaggata-vipaka cittas yang melaksanakan pati sandhibhavanga dan cuti cittas. 4. Ada 8 Cittas yang melaksanakan Empat Fungsi. Mereka adalah, 8 mahavipaka cittas yang melaksanakan patisandhi, bhavanga, cuti, dan tadalamana-kiccas. 5. Ada 2 Cittas yang melaksanakan Lima Fungsi. Mereka adalah, 2 upekkha-santirana cittas yang melaksanakan patisandhi, bhavanga, cuti, santirana dan tadalambana-kiccas. Thana. “Thana” artinya “Fungsi Tempat”. Seperti kita membutuhkan Sebuah Tempat atau Kantor untuk mengerjakan Satu Pekerjaan khusus, maka Cittas memerlukan Tempat untuk melaksanakan Fungsi2 mereka. Itu adalah Bagian Tubuh dari setiap Citta yang melayani sebagai Tempat untuk melaksanakan Fungsinya. “Bagian Tubuh dari setiap Citta” mengacu pada Citta itu sendiri. Maka Fungsi Tempat dari setiap Citta adalah sama seperti Citta. Ada 10 Thanas sebab 5 Fungsi yang berhubungan (yakni, 5 Kesan Indera) di laksanakan bergantian dalam Satu Thana tunggal di sebut “panca-vinnana thana”. Kesepuluh Thanas adalah: 1. Patisandhi-thana --- 19 patisandhi cittas. 2. Bhavanga-thana --- 19 bhavanga cittas. 3. Avajjana-thana --- 2 avajjana cittas. 4. Panca-vinnana-thana --- 10 dvi-pancavinnana cittas. 5. Sampaticchana-thana --- 2 sampaticchana cittas. 6. Santirana-thana --- 3 santirana cittas. 7. Votthapana-thana --- mano-dvaravajjana cittas. 8. Javana-thana --- 55 javana cittas. 9. Tadalambana-thana --- 11 tadalambana cittas. 10. Cuti-thana --- 19 cuti cittas.



93



Dvara Sangaha. Disini Cittas dan Cetasikas akan di kumpulkan secara singkat berlandaskan pada Enam Pintu-Indera. “Dvara” artinya “Pintu”. Ada Enam Pintu dalam Tubuh kita, melaluinya Indera2 luar dapat masuk. 1. Cakkhu-dvara --- Pintu Mata (cakkhu-pasada). 2. Sota-dvara --- Pintu Telinga (sota-pasada). 3. Ghana-dvara --- Pintu Hidung (Ghana-pasada). 4. Jivha-dvara --- Pintu Lidah (jivha-pasada). 5. Kaya-dvara --- Pintu Tubuh (kaya-pasada). 6. Mano-dvara --- Pintu Pikiran (19 bhavanga-cittas). Catatan: Nama2 di dalam Kurung menjelaskan Elemen Pokok dari tiap Pintu. “pasada” ialah “Pemenuhan Kebutuhan yang sensitive” pada-nya Kesan Indera terjadi. Lima dvara yang Pertama adalah rupa-dvaras, sedangkan Pintu Keenam adalah Sebuah nama-dvara. Citta-citta dalam setiap Pintu Para Pembaca bisa mengacu pada Chart No.4.3 di bagian belakang untuk melihat dengan cepat. 1. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu Mata. a.-panca-dvaravajjana (memahami) 1. b.-cakkhu-vinnana (melihat) 2. c.-sampaticchana (menerima) 2. d.-santirana (menyelidiki) 3. e.-votthapana atau mano-dvaravajjana (menentukan) 1. f.-kama-javana (merasa) 29. g.-tadalambana (mencatat) 8. ------Jumlah 46 Catatan: Dari 11 tadalambana cittas, 3 santiranas telah di hitung di dalam 1(d). Maka hanya 8 mahavipaka cittas yang di hitung dalam 1(g)



94 2. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu –Telinga. Citta2 seperti yang di (1)- Hanya ganti cakkhu-vinnana dengan sotavinnana. 3. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Hidung. Citta2 seperti yang di (1) – Ghana-vinnana menggantikan cakkhuvinnana. 4. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Lidah. Citta2 seperti yang di (1) – jivha-vinnana menggantikan cakkhuvinnana. 5. Empat puluh enam Cittas timbul pada Pintu-Tubuh. Citta2 seperti di (1) – kaya-vinnana menggantikan cakkhu-vinnana. 6. Enam puluh tujuh Cittas timbul pada Pintu-Pikiran. a. Mano-dvaravajjana (memahami dan memutuskan) . . . . 1. b. Kama-javana (merasa) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55. c. Tadalambana (mencatat) . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11. ---Jumlah 67 ----Catatan: 1. Jumlah total dari Cittas yang timbul pada Lima panca-dvaras atau rupa dvaras ialah 54, Yaitu, panca-dvaravajjana 1, dvipanca-vinnana 10, sampaticchana 2, santirana 3, vottapana atau mano-dvaravajjana 1, kama-javana 29, dan tadalambana 8. Ini semua adalah 54 kamavacara cittas. 2. Citta2 yang dapat timbul pada Lima Pintu ialah; pancadvaravajjana dan 2 sampaticchana cittas, 3 Cittas ini secara bersamaan di ketahui sebagai mano-dhatu. (Unsur Pikiran). 3. Citta2 yang selalu timbul pada 6 Pintu adalah; somanassasantirana, mano-dvaravajjana dan 29 kama-javana cittas (Jumlah – 31) 4. Citta2 yang kadang2 timbul pada 6 Pintu dan kadang2 tidak timbul pada 6 Pintu adalah; 2 upekkha-santirana cittas dan 8 maha-vipaka cittas (jumlah – 10) 5. Citta2 yang selalu timbul tanpa Satu Pintu adalah 9 mahaggatavipaka cittas. 6. Ke- 19 patisandhi-cittas, 19 bhavanga-cittas dan 19 cuti-cittas di sebut dvaravimutti (yakni, Bebas-Pintu), sebab: i. Mereka tidak timbul dalam Pintu Indera mana-pun, seperti Pintu Mata, dst…



95 ii. Bhavanga-cittas mereka sendiri melayani sebagai Pintu-Pikiran, dan iii. Mereka ada tanpa menerima Objek luar yang baru Apa-pun mengenai pada Kehidupan sekarang.



Alambana Sangaha. Alambana atau Arammana artinya Objek-Indera. Cittas dan Cetasikas di sini akan di kumpulkan secara singkat menurut Enam Objek-Indera. 1. Rupa-rammana . . . . . . . – Objek yang kelihatan (rupa atau vanna) 2. Sadda . . . . . . . - Suara (sadda) 3. Gandha . . . . . . . -- Membaui (gandha) 4. Rasa . . . . . . . -- Cita rasa (rasa) 5. Photthaba . . . . . . . -- Objek Nyata (pathavi, vayo dan tejo) 6. Dhamma . . . . . . . -- Objek Pikiran.



Objek Pikiran ada Enam: i. 5 pasada rupas (Bagian2 sensitif dari Organ) ii. 16 sukhuma rupas (Materi Halus) iii. 89 Cittas (Kesadaran) iv. 52 Cetasikas (Pengikut2 Mental) v. Nibbana, dan vi. Konsep2 seperti kasina, nimitta. Objek Pikiran tidak dapat timbul pada Lima panca-dvaras, tapi ia dapat timbul dalam Pintu-Pikiran. Catatan: Nama2 di dalam kurung untuk Lima Indera Pertama adalah Unsur2 Pokok dari Indera. Untuk Objek Pikiran , Objek yang Enam yang di sebut diatas adalah Unsur2 Pokok. Cittas dan Objek2 Indera menurut Pintu2 1. 46 Cittas yang timbul pada Pintu Mata di kenal sebagai cakkhudvarika-cittas, mereka hanya menyadari Objek yang Kelihatan pada masa Sekarang.



96 2. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Telinga di kenal sebagai sotadvarika-cittas, mereka hanya menyadari Suara waktu Sekarang. 3. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Hidung di kenal sebagai ghanadvarika-citta mereka hanya menyadari Bau2an waktu Sekarang. 4. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Lidah di kenal sebagai jivhadvarika-cittas, mereka hanya menyadari Citarasa waktu Sekarang. 5. 46 Cittas yang timbul pada Pintu-Tubuh di kenal sebagai kayadvarika citta, mereka hanya menyadari pada Objek2 Nyata waktu Sekarang. 6. 67 Cittas yang timbul pada Pintu-Pikiran di kenal sebagai manodvarika cittas, mereka menyadari semua Enam Objek2 Indera, yaitu bisa waktu Sekarang, masa Lampau, masa Akan Datang atau waktu2 yang bebas. Cittas Individu dan Objek2 Indera. Sudilah lihat Chart No.5.1 pada Bagian belakang Buku ini untuk melihat dengan cepat. 1. Cakkhu-vinnana-dvi hanya menjadi Objek Kelihatan waktu Sekarang. Sota-vinnana-dvi hanya menyadari Suara waktu Sekarang. Ghana-vinnana-dvi hanya menyadari Bau2an waktu Sekarang. Jivha-vinnana-dvi hanya menyadari Citarasa waktu Sekarang. Kaya-vinnana-dvi hanya menyadari Objek Nyata waktu Sekarang. 2. Ke-3 mano-dhatu (panca-dvaravajjana dan sampaticchana-dvi) menyadari Lima Indera diatas mengenai waktu Sekarang. 3. 11 Tadalambana dan hasituppada menyadari Enam Objek2 kama, terdiri dari 54 kama-cittas, 52 kama-cetasikas dan 28 Tipe dari rupa. 4. 12 Akusala-cittas, 4 nana-vipayutta maha-kusala cittas dan 4 nana-vipayutta maha-kiriya cittas menyadari Enam Objek2 Indera lokiya (duniawi) terdiri dari 81 lokiya cittas, 52 lokiya cetasikas, 28 Tipe Rupa dan Konsep2. 5. 4 Nana-sampayutta maha kusala cittas dan rupa-kusalaabhinnana menyadari semua Enam Objek2 Indera kecuali arahata-magga dan phala. Objek2 ini terdiri dari 87 cittas (arahata magga dan phala di kecualikan), 52 cetasikas bersekutu dengan 87 cittas, 28 Tipe rupa, Konsep2 dan Nibbana.



97 6. 4 Nanasampayutta maha kiriya cittas, kiriya abhinnana dan mano-dvaravajjana citta menyadari semua Objek2 Enam Indera terdiri dari 89 cittas, 52 cetasikas, 28 Tipe rupa, Konsep2 dan Nibbana. 7. 15 Rupavacara cittas, dengan Pengecualian abhinnana-dvi, mempunyai Konsep2 sebagai Objek2 mereka. 8. 3 Akasanancayatana cittas dan 3 akincannayatana cittas mempunyai akasa (Ruang tanpa batas) dan akincana (Kekosongan) masing2 sebagai Objek2 mereka. 9. 3 Vinnanacayatana cittas dan 3 neva-sannanasanna-yatana cittas mempunyai akasanancayatana kusala/kiriya cittas dan akincannayatana kusala/kiriya cittas masing2 sebagai Objek2 mereka. 10. 8 Lokuttara cittas mempunyai nibbana sebagai Objek mereka. 11. 19 Patisandhi-cittas, 19 bhavanga-cittas dan 19 cuti-cittas mempunyai marana sanna nimitta sebagai Objek mereka. Nimitta ini bisa dalam Bentuk dari “Kamma”, “Tanda dari kamma” atau “Tanda dari Takdir”. Vatthu Sangaha. “Vatthu” artinya “Landasan Pisik” tergantung dari macam2 Cittas dan Cetasikas yang bersekutu yang timbul. Ada Enam Landasan Pisik seperti itu. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Cakkhu-Vatthu --- cakkhu-pasada (Organ Indera Mata). Sota-Vatthu --- sota- pasada (Organ Indera Telinga) Ghana-Vatthu --- Ghana-pasada (Organ Indera Hidung). Jivha-Vatthu --- jivha-pasada (Organ Indera Lidah). Kaya-Vatthu --- kaya-pasada (Organ Indera Tubuh). Hadaya-Vatthu --- Landasan Pisik yang berada di dalam Darah dari Jantung (Landasan Jantung).



Maka Lima yang pertama Landasan Pisik adalah Lima Organ Indera sedangkan yang Ke-enam adalah Landasan-Jantung. Ada Satu Perumpamaan dari “Mematik Sebuah Korek Api”. Korek api adalah Sebuah Unsur Pematik, Permukaan yang kasar dari Korek Api adalah Unsur Penerima, dan Api adalah Unsur Hasil. Sekarang Api tidak ada dimana-mana sebelum mematik Korek Api. Ketika Kondisi2 nya untuk timbul di penuhi, Api timbul.



98 Dengan Cara yang sama Objek2 yang kelihatan ialah Unsur2 Pematik, Organ Indera ialah Unsur Penerima, dan Kesadaran Mata ialah Unsur Hasil. Kesadaran Mata tidak ada sebelum atau setelah Kontak antara Objek yang kelihatan dan Organ Indera, ia timbul persis pada waktu kontak. Sekarang Organ Mata yakni, Cakkhu pasada adalah Pintu melalui mana Objek yang Kelihatan memasuki ke Pikiran. Maka Cakkhu pasada di sebut cakkhu-dvara, yakni Pintu Mata. Kemudian Kesadaran Mata bersama dengan Tujuh Pengikutnya timbul pada Titik Kontak , yakni, pada cakkhu pasada bergantung pada cakkhu pasada sebagai Landasan Pisik. Maka cakkhu pasada juga di kenal sebagai Cakkhu Vatthu. Hal yang sama juga begitu untuk Empat Organ Indera yang lainya atau pasada-rupa. Vatthu dan Bhumi. “Bhumi” artinya “Alam Keberadaan” 1. Didalam Sebelas Alam2 Kama, yakni, Dunia Indera, semua Enam Landasan (Vatthu) ada. 2. Didalam Dunia Materi-Halus (Rupa-loka) hanya Tiga Landasan Pisik, yaitu, Cakkhu vatthu ada. Selagi Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan) memasuki Rupa-Jhana, Meditator harus menghilangkan Penikmatan dari Kenikmatan Hawa Napsu dengan mengontrol Pikirannya tidak mengembara di sekitar Objek2 Indera. Maka ketika Jhana-kusala-kamma mengkondisikannya untuk di lahirkan kembali di dalam Rupaloka, ia tidak di berkahi dengan Ghana-vatthu, jivha-vatthu dan kaya-vatthu karena tidak ada Penikmatan dari Kenikmatan Hawa Napsu berada di sana. Para Brahma berbahagia dengan Jhana-sukha. Bagaimanapun mereka memerlukan Mata untuk melihat Buddha, Telinga untuk mendengarkan Dhamma dan Hadaya-vatthu untuk Timbulnya mano-vinnana cittas dan Pengikut2nya yang bersekutu. 3. Didalam Dunia Tanpa Materi (Arupa-loka) Tidak ada Vatthu yang ada sebab tidak ada Pemenuhan Kebutuhan berada di sana. Lagi berkenaan dari Kekuatan Meditasi dari Samathabhavana memasuki Arupa-Jhana.



99 Vinnana Dhatu. “Vinnana” artinya “Citta” (Kesadaran) Sedangkan “Dhatu” artinya “Unsur” atau yang membawa Tanda Sifatnya Sendiri. Citta sebagai Dhatu atau Unsur2 di bagi dalam 7 Tingkatan. 1. Cakkhu-vinnana-dhatu --- 2 Kesadaran Mata. Mereka bergantung pada cakkhu-vatthu untuk Timbulnya mereka. 2. Sota-vinnana-dhatu --2 Kesadaran Telinga. Mereka bergantung pada sota-vatthu untuk Timbulnya mereka. 3. Ghana-vinnana-dhatu --2 Kesadaran Hidung. Mereka bergantung pada Ghana-vatthu untuk Timbulnya mereka. 4. Jivha-vinnana-dhatu --2 Kesadaran Lidah. Mereka bergantung pada jivha-vatthu untuk Timbulnya mereka. 5. Kaya-vinnana-dhatu --2 Kesadaran Tubuh. Mereka bergantung pada kaya-vatthu untuk Timbulnya mereka. 6. Mano-dhatu --- Panca-dvaravajjana dan sampathicchana dvi, Mereka bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya mereka. 7. Mano-vinnana-dhatu --76 cittas sisanya. Mereka bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya mereka. Penggolongan Cittas menurut Vatthu. Silahkan lihat Chart No. 5.2 di bagian belakang dari Buku ini untuk melihat dengan cepat. 1. Ada 10 cittas yang selalu bergantung pada panca vatthu (cakkhu-vatthu, sota-vatthu, Ghana-vatthu, jivha-vatthu, kayavatthu.) untuk Timbulnya mereka. Mereka adalah dvi-pancavinnana --- yakni, Sepuluh Kesan Indera. 2. Ada 33 cittas yang selalu bergantung pada hadaya-vatthu untuk Timbulnya mereka. Mereka adalah 2 dosa-mula cittas, 3 manodhatu-cittas, 3 santirana cittas, hasituppada cittas, 8 mahavitaka cittas, 15 rupavacara cittas dan 1 sotapatti-magga citta. 3. Ada 42 cittas yang kadang2 bergantung pada vatthu dan kadang2 tidak bergantung pada vatthu untuk Timbulnya mereka. Mereka adalah 10 akusala cittas (2 dosa mula cittas di kecualikan), 8 maha kusala cittas, 8 maha kiriya cittas, 4 arupavacara kusala cittas4 arupavacara kiriya cittas, 7 lokuttara cittas (sotapatti magga di kecualikan) dan mano-dvaravajjana citta. Citta-citta ini bergantung pada vatthu ketika mereka Timbul di dalam Dunia Materi (Alam Kama dan Alam Rupa), dan



100 mereka tidak bergantung pada vatthu ketika mereka Timbul di dalam Dunia Tanpa Materi (Alam Arupa). 4. Ada 4 cittas yang tidak pernah bergantung pada vatthu untuk Timbulnya mereka. Mereka adalah 4 arupavacara vipaka cittas yang hanya Timbul di dalam Alam Arupa. Catatan: Ada 46 citta (Sebagaimana di sebut di dalam No.3 dan 4 diatas) yang Timbul di dalam Alam Arupa.



---oOo---



101 Chapter 4 Vithi (Kesinambungan Kesadaran). Proses Kesadaran. “Vithi” berarti Sebuah Mata Rantai dari Kesadaran atau Kesinambungan Kesadaran yang timbul ketika Sebuah Objek Indera pada salah Satu dari Pintu2 Indera dengan maksud untuk menyadari Objek itu. Sebagaimana Jalan melewati Satu Desa ke Desa tanpa melompati atau mengubah Urutan dari Desa2 itu, demikian juga Cittacitta (Kesadaran2) timbul Satu setelah yang lain dalam Keteraturan sesuai dengan Hukum Citta. (Citta-Niyama). Jangka Waktu-hidup dari Citta. Citta-citta timbul dan berlalu pada Se-seorang dalam jangka Waktu yang hebat sekali, lebih dari pada Seribu Miliar (10 pangkat 12) kali tiap Kedipan Mata, ada kira2 250 Kedipan Mata dalam Satu Detik. Maka Jangka Hidup dari Sebuah Citta (Kesadaran) ialah kurang dari Seperseribu miliar Detik. Jangka Waktu hidup atau Masa hidup dari Sebuah Citta di ukur oleh Tiga Saat yang singkat dari Ciri2 yang berbeda dari Timbul dan Berlalunya Sebuah Citta. Ini adalah: 1. Uppada --- Saat timbul 2. Thiti --- Saat Keberadaan 3. Bhanga --- Saat Kelarutan (Kepadaman). Tiga Saat yang singkat ini (khanas) di sebut sama dengan Satu Saat Kesadaran atau Saat-Sadar (Cittakkhana). Maka Jangka Waktu-hidup dari Sebuah Citta sama dengan Tiga Saat Singkat dari, Timbul, Keberadaan dan Kepadaman Citta atau sama dengan Satu Saat-Sadar atau Satu Cittakhana. Satu Cittakkhana lebih baik, di wakili oleh “Satu Saat-Sadar” dari pada “Satu Saat-Berpikir” yang di gunakan oleh beberapa Penterjemah. Masa hidup dari Satu Cittakkhana (Yaitu, Satu Saat-Sadar) akan lebih sulit untuk di jelaskan oleh Ilmu Pengetahuan. Tapi kita sendiri mengetahui dari Pengalaman bahwa itu mungkin di dalam Satu Detik untuk mimpi dari Hal-hal dan Kejadian2 yang tidak terhitung banyaknya.



102 Jangka Waktu-hidup dari Rupa. Jangka Waktu-hidup dari Rupa atau Pemenuhan Kebutuhan ialah 17 kali lebih lama dari pada Citta. Maka kita dapat katakan bahwa Jangka Waktu-hidup dari Rupa sama dengan 17 Cittakkhana atau 17 SaatSadar atau 17 x 3 = 51 Saat2 singkat, karena ada 3 Saat2 singkat dalam Satu Saat Kesadaran. Maka itu Rupa juga timbul dan berlalu dalam Jangka Waktu yang hebat sekali lebih dari 58 miliar kali Per Detik. Perbedaan antara Citta dan Rupa adalah Citta timbul Satu setelah yang lain, sedangkan Rupa timbul oleh ribuan Unit pada Satu Saat singkat dan terus timbul terusmenerus pada setiap Saat yang singkat. Karena itu rupa bisa menumpuk Gundukan besar yang bisa di lihat Mata telanjang sedangkan Aliran Arus Kesadaran tidak terlihat oleh Mata telanjang. Enam Tipe dari Vinnana. Vinnana citta (Kesadaran) bisa di golongkan sebagai berikut menurut Enam Pintu-Indera dan Enam Landasan Pisik (Vatthu): 1. Cakkhu-vinnana --- 2 Kesadaran Mata 2. Sota-vinnana --- 2 Kesadaran Telinga 3. Ghana-vinnana --- 2 Kesadaran Hidung 4. Jivha-vinnana --- 2 Kesadaran Lidah 5. Kaya-vinnana --- 2 Kesadaran Tubuh 6. Mano-vinnana --- 79 Kesadaran Pikiran Catatlah bahwa Kesadaran Mata timbul pada Pintu-Mata tergantung pada Landasan –Mata (Vatthu) dan seterusnya. Kesadaran Pikiran timbul pada Pintu-Pikiran bergantung pada hadaya vatthu di dalam Jantung. Lima vinnanas Pertama terdiri dari masing2 2 Kesan-Indera, sedangkan mano-vinnana terdiri dari 79 Tipe Kesadaran. Enam Tipe Vithi Vithi atau Rentetan Kesadaran juga di bagi dalam Enam Kelas yang di namakan sesuai kepada Enam Pintu-Indera atau Enam Tipe Vinnana sebagai berikut: 1. Cakkhu-dvara-vithi = Cakkhu- vinnana-vithi. Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Mata atau dengan Kesadaran Mata



103 2. Sota-dvara-vithi = Sota-vinnana-vithi. Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Telinga atau dengan Kesadaran Telinga. 3. Ghana-dvara-vithi = Ghana-vinnana-vithi. Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Hidung atau dengan Kesadaran Hidung. 4. Jivha-dvara-vithi = Jivha-vinnana-vithi Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Lidah atau dengan Kesadaran Lidah. 5. Kaya-dvara-vithi = Kaya-vinnana-vithi Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Tubuh atau dengan Kesadaran Tubuh. 6. Mano-dvara-vithi = Mano-vinnana-vithi Adalah Rentetan Kesadaran berhubungan dengan Pintu-Pikiran atau dengan Kesadaran Pikiran. Sebab-sebab timbulnya Vithi 1. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Cakkhu-dvaravithi, Ini adalah : i. Cakkhu-pasada (Pintu-Mata) harus baik. ii. Rupa-rammana (Objek yang kelihatan) harus ada. iii. Aloka (Cahaya) harus ada. iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. 2. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Sota-dvaravithi i. Sota-pasada (Pintu-Telinga) harus baik. ii. Sadda-rammana (Suara) harus ada. iii. Akasa (Ruangan) untuk merambatnya Suara harus ada iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. 3. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Ghana-dvaravithi. i. Ghana-pasada (Pintu-Hidung) harus baik. ii. Gandha-rammana (Bau2an ) harus ada. iii. Vayo (Elemen Udara yang membawa Bau2an) harus ada. iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. 4. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Jivha-dvaravithi i. Jivha-pasada (Pintu-Lidah) harus baik. ii. Rasa-rammana (Rasa) harus ada. iii. Apo (Elemen cair seperti Liur) harus ada.



104 iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. 5. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Kaya-dvaravithi. i. Kaya-pasada (Pintu-Tubuh) harus baik. ii. Photthabba-rammana (Sentuhan) harus ada. iii. Thaddha-pathavi (Unsur padat ) harus ada untuk menyalurkan Sentuhan. iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. 6. Empat Kondisi harus di penuhi untuk Timbulnya Mano-dvaravithi, i. Mano-dvara (Pintu-Pikiran) harus ada. ii. Dhamma-rammana (Objek Pikiran) harus ada iii. Hadaya-vatthu (Landasan-Jantung) harus ada. iv. Manasikara (Perhatian) harus ada. Catatan: Dari Empat Sebab2 yang di butuhkan bagi timbulnya setiap Tipe Vithi, Tiga yang pertama sedikitnya sejalan per-Syaratan yang di ketahui oleh Ilmu Pengetahuan. Sebab yang Ke-empat, yaitu, Manasikara, tidak di ketahui dalam Ilmu Pengetahuan. Tapi banyak Kejadian2 bisa di catat bahwa Sebab ini sangat di perlukan untuk Kesadaran dari Sebuah ObjekIndera. Sebagai Gambaran, Seorang Ibu dengan Seorang Bayi yang masih muda harus bangun beberapa kali setiap malam untuk menyusui Bayinya. Setelah tidak tidur sempurna untuk beberapa malam, ia mungkin sekali-kali tertidur lelap malah ketika Sebuah Petir yang keras mengguncang Rumah bisa tidak membangunkan dia. Namun bila si Bayi menangis dengan perlahan, ia akan segera terbangun. Ini menggambarkan bagaimana Pentingnya Manasikara itu. Enam Tipe dari Visayappavatti “Visayappavatti” artinya “Penampilan dari Objek-Indera pada Pintu2-Indera” Ada Enam Tipe dari pada Visayappavatti . Empat pada Lima Pintu2-Indera dan Dua pada Pintu-Pikiran. a. Visayappavatti pada Panca-dvara. (Penampilan dari Objek Indera pada Lima Pintu-Indera). 1.Atimahanta-rammana. 5 Objek2 Indera dengan intensitas yang sangat besar menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran yang sangat panjang/lama timbul.



105 2.Mahanta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas besar menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran yang panjang/lama timbul. 3.Paritta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas lemah menyebabkan Sebuah Rentetan Kesadaran yang pendek timbul. 4.Atiparitta-rammana. 5 Objek2-Indera dengan intensitas sangat lemah tidak menyebabkan Rentetan Kesadaran timbul.



b. Visayappavatti pada Mano-dvara. 1.Vibhuta-rammana. Penampilan yang jelas dari Objek2-Indera. 2.Avibhuta-rammana. Penampilan yang tidak jelas dari Objek2-Indera. Vithi-cittas dan Vithi-Vimutti-cittas. (Kesadaran Vithi dan Vithi yang bebas dari Kesadaran). Citta-citta yang turut ambil bagian dalam Rentetan Kesadaran di sebut Vithi-citta Citta-citta yang tidak ambil bagian dalam Rentetan Kesadaran di sebut Vithi-Vimutti-cittas. 19 Cittas, yaitu, 2 upekkha-santirana cittas, 8 maha-vipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas tidak termasuk dalam Rentetan Kesadaran selagi mereka melaksanakan Fungsi-Kelahiran Kembali, Fungsi Kelanjutan Kehidupan atau Fungsi Kematian. Dengan demikian mereka di kenal sebagai Vithi-Vimutti-cittas, yaitu, jumlah dari Vithi yang bebas dari Kesadaran adalah 19 (Yang 19 Citta-citta ini adalah dvara-vimutti, yakni, Bebas Pintu, telah di sebutkan dalam Chapter 3,) Dari 19 Cittas diatas, 2 Upekkha-santirana cittas termasuk dalam Rentetan Kesadaran ketika mereka melakukan Fungsi Penyelidikan atau Fungsi Pendaftaran, dan 8 Maha-vipaka cittas ambil bagian dalam Rentetan Kesadaran ketika mereka melakukan Fungsi Pendaftaran. Maka 10 Cittas ini harus di masukan dalam Perhitungan Vithi-cittas. Karena hanya 9 mahaggata-vipaka cittas yang seharusnya bebas dari Rentetan Kesadaran, Jumlah semua Vithi-cittas ialah; 89 - 9 = 80. Tiga Tipe dari Citta-citta yang identik. Kehidupan dari Mahluk hidup di mulai dengan Sebuah Kesadaran Kehidupan Kembali (patisandhi-citta). Setelah padamnya Kesadaran ini,



106 bhavanga-citta (Kelanjutan Kehidupan) timbul dan larut seterusnya sampai Kematian melaksanakan Fungsi dari Kelanjutan-Kehidupan. Bhavanga-citta yang terakhir di ketahui sebagai Kesadaran Kematian (cuti-citta), sebab ia melaksanakan Fungsi Kematian. Bagi Satu Mahluk hidup, Tiga Cittas ini, yaitu, patisandhi-citta, bhavanga-citta, dan cuti-citta adalah sama dalam Jati (Kelahiran), dalam Kecocokan dan dalam Objek-Indera yang mereka ambil. Bagi Manusia normal, Satu dari 8 Maha-vipaka cittas berfungsi sebagai patisandhi-citta, bhavanga-citta dan cuti-citta. Tiga Cittas ini identik pada Satu Orang, sebab mereka adalah Hasil2 dari “Kamma” yang sama, yang bersekutu dengan Sebuah Kusala-citta. Jika Kusala citta,” somanassa-sahagatam nana sampayuttam asankharika maha kusala citta”, maka “somanassa-sahagatam nana-sampayuttam asankharika maha-kusala citta” akan berfungsi sebagai patisandhi-citta, bhavangacitta dan cuti-citta. Objek-Indera, yang di ambil Cittas ini adalah maranasannanimitta yang muncul sejenak sebelum Kematian dalam Kehidupan lampau yang dekat. Nimitta dalam Bentuk “Kamma”, “Tanda Kamma” atau “Tanda dan Takdir”. Phenomena ini akan di jelaskan lebih lanjut. Maranasanna nimitta (Kamma-sehubungan Objek2 pada Saat2 Sekarat). Dalam Kehidupan Saat kini Seorang akan terus hidup selama kusala kamma (Perbuatan Bermanfaat), yang telah memberikannya Kelahiran Kembali dalam Kehidupan ini terus menyokongnya, yaitu, terus menghasilkan bhavanga-citta (Kelanjutan Kehidupan) sebagai Hasil (Buah) Kamma. Tepat sebelum Kamma Pendukung habis/hilang, dari begitu banyak Kusala-Kamma dan Akusala-kamma yang bersaing Satu sama lain untuk mendapatkan Kesempatan membuahkan Hasil2 Kamma, Satu Kamma akan muncul sebagai Pemenangnya. Kamma yang berhasil ini bisa muncul dalam Kelanjutan-Kehidupan (Pintu-Pikiran) dari Orang itu sebagai Objek Kamma. Ketika ini terjadi Orang itu akan mengingat kembali Perbuatan Baik dan Buruk yang ia telah lakukan di masa lampau dalam Hubungan dengan Kamma yang berhasil itu. Kesadaran Bermoral atau Tidak Bermoral, yang di alami pada Saat khusus itu, sekarang timbul sebagai Sebuah Kesadaran yang segar.



107 Dengan Kata lain, itu adalah Sebuah Pengulangan dari Kesadaran yang ia telah alami dalam melakukan Perbuatan. Pada waktu itu mungkin bisa Sebuah Tanda atau Simbul bersekutu dengan Kamma yang berhasil muncul pada Satu Pintu-Indera. Itu mungkin Satu dari Lima Objek Pisik yang Nampak melalui salah Satu dari Pintu2 sebagai Sebuah Objek yang ada, atau Nampak melalui PintuPikiran sebagai Satu Objek masa lampau, Objek lampau atau yang ada sekarang bersekutu dengan Kamma yang berhasil di sebut “Kammanimitta” atau “Tanda-Kamma”. Contoh: Mari kita andaikan bahwa Seorang mendengarkan Dhamma pada Saat Sekaratnya dan Kamma Baik ini menjadi Kamma yang berhasil untuk membuahkan Hasil Kamma bagi Kehidupan selanjutnya. Dalam Hal ini Kata-kata Dhamma yang terdengar di genggam melalui Telinga menjadi “Kamma-nimitta”. Dalam Kasus lain, umpamanya Seorang Guru yang Sekarat melihat melalui Mental Matanya (mano-vinnana) Murid2 yang telah di didiknya. Ini juga “Kamma-nimitta” dalam Bentuk dari Sebuah Objek masa lampau yang muncul pada Pintu-Pikiran. Atau katakan, dalam Hal yang lain, Seorang Tukang Jagal yang Sekarat mendengar Rintihan2 Ternak yang ia telah bunuh. Objek masa lalu yang terdengar ini juga “Kamma-nimitta” datang kepadanya melalui Pintu-Pikiran. Kadang beberapa Simbul dari Tempat di mana ia akan di lahirkan kembali sesuai dengan Kamma yang berhasil bisa muncul pada PintuPikiran. Contoh: Mahluk Dewa, atau Istana Dewa, dsb… bisa muncul pada Orang yang Sekarat bila ia akan di lahirkan kembali dalam salah Satu Tempat tinggal Dewa, atau Orang2 yang sengsara dalam Neraka dsb… , bisa muncul padanya bila ia akan di lahirkan kembali dalam Neraka. Objek2 ini berhubungan dengan Tempat Kelahiran Kembali di katakan sebagai “Gati-nimitta” atau “Tanda dari Takdir”. Maka, ketika Seorang sedang Sekarat, Satu dari Tiga Tipe dari maranasanna-nimitta, yaitu, “Kamma”, “Kamma-nimitta” atau “Gatinimitta”, akan selalu muncul pada salah Satu dari Enam Pintu-Indera. Orang itu akan segera mati setelahnya dan akan di lahirkan Kembali dalam Kehidupan selanjutnya. Kemudian, patisandhi-citta, bhavanga-citta dan cuti-citta-nya dalam Kehidupan yang baru akan menggenggam maranasanna-nimitta dari Kehidupan yang lampau.



108



Tiga Tipe dari Bhavanga Citta. Pada Kehidupan Sekarang bhavanga-citta mengambil maranasanna-nimitta dari Kehidupan lampau yang dekat sebagai Objek mereka. Karena Objek ini bukan Objek luar yang baru yang muncul dalam Salah Satu Pintu2-Indera dalam Kehidupan Sekarang yang menimbulkan Sebuah Rentetan Kesadaran, kita tidak menyadarinya. Maka bila kita tidur atau ketika kita tidak mengetahui Apa-apa, bhavanga-citta ini akan timbul dan lenjap pada Satu Kecepatan yang sangat luar biasa lebih dari seribu miliar kali setiap Kejapan Mata. Sekarang seandainya Sebuah Objek-Indera muncul pada Salah Satu Pintu-Indera, adalah perlu untuk mengetahui Objek baru ini dengan demikian kita bisa bereaksi padanya sewaktu Kebutuhan timbul, supaya membalik Arus Kesadaran menuju Objek baru ini, Arus bhavanga-citta harus di tahan atau di putus lebih dahulu. Arus bhavanga tidak dapat di tahan dengan tiba2 segera begitu Objek Indera yang baru muncul dalam Salah Satu dari Pintu2-Indera. Sebagaimana Seorang sedang berlari dengan cepat, tidak dapat berhenti segera pada Satu Titik dan setidaknya beberapa Langkah lagi sebelum ia berhenti, demikian juga Dua bhavanga citta harus lewat setelah Kemunculan dari Objek Indera sebelum Arus bhavanga dapat di hentikan. Dan bhavanga-citta ini, dalam Percobaannya untuk membiarkan maranasanna-nimitta yang lama lewat dan mengambil Objek Indera yang baru, agak bergetar dari Keadaan Normal mereka. Dengan demikian mereka di kenal sebagai Kelanjutan Kehidupan yang bergetar (Bhavanga-calana). Tetapi, karena Arus bhavanga di tahan atau di putus setelah bhavanga-calana Ke-dua, Citta ini di namakan lagi sebagai Bhavangupaccheda. Sekarang Pisik Lima Objek2 Indera tidak muncul atau menjadi jelas pada Pintu2-Indera segera begitu mereka Kontak dengan Pintu2-Indera, malah Objek dari intensitas yang sangat besar (atimahanta-rammana) mengambil Satu Saat Kesadaran (cittakkhana) untuk mengembangkan Dirinya kedalam Kemenonjolan untuk muncul pada Pintu-Indera. Demikianlah Satu bhavanga-citta harus lewat dari waktu Kontak si Objek-Indera dengan Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu itu. Citta ini di sebut Atita-bhavanga (Kelanjutan Kehidupan lampau).



109 Bila Objek Indera dari intensitas yang besar (mahanta-rammana), 2 atau 3 bhavanga citta harus melewati dari Waktu Kontak Objek-Indera dengan Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu. 2 atau 3 bhavanga citta ini juga di sebut atita-bhavanga. Dengan demikian kita mempunyai 3 Macam bhavanga-citta. 1. Atitabhavanga. Ialah Bhavanga citta yang lewat dari Waktu Objek-Indera mengenai Pintu-Indera ke Waktu Objek muncul pada Pintu. 2. Bhavanga-calana. Bhavanga yang bergetar yang timbul ketika Objek Indera muncul pada Pintu. 3. Bhavangupaccheda. Bhavanga yang di tahan yang mengikuti bhavanga-calana. Setelah ini, Arus bhavanga di putus dan Vithi-citta mulai timbul. Cakkhu-Dvara Vithis (Rentetan Kesadaran pada Pintu-Mata). 1. KEJADIAN DARI ATIMAHANTA RAMMANA VITHI. Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dari Intensitas yang sangat besar mengenai Pintu-Mata, atimahanta-rammana vithi timbul. Rentetan Kesadaran bisa di tunjukkan oleh Simbul2 sebagai berikut: Bha – “Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja



ooo



ooo



– Ja – Ja – Da – Da “ Bha -.. ooo



Penjelasan: Bha : Bhavanga -- Kelanjutan Kehidupan. Pada Awalnya ada Satu Arus bhavanga citta (Kelanjutan Kehidupan). (Lingkaran kecil menunjukkan 3 Saat singkat yang menjadikan Satu cittakkhana). Ti : Atita-bhavanga -- bhavanga lampau.



110 Pada Saat timbul, Saat dari citta ini, Objek yang kelihatan dan cakkhu-pasada timbul serentak. Ini adalah Saat timbul (uppada) dari ruparammana (Objek yang kelihatan). Na : Bhavanga-calana -- Kelanjutan Kehidupan yang bergetar Pada Saat timbulnya Citta ini, rupa-rammana muncul (menjadi jelas) pada cakkhu-pasada (Pintu-Mata). Catatan: Bahwa atimahantarammana mengambil Satu cittakkhana bagi Pengembangan penuhnya setelah uppada. Da : Bhavanga-paccheda -- Kelanjutan Kehidupan yang di tahan. Arus bhavanga diputus setelah padamnya Citta ini. Pa : Panca-dvaravajjana -- Lima Pintu memperlihatkan Kesadaran. Ia selalu Citta Pertama dalam Rentetan Kesadaran dari panca-dvara-vithis. Ia memperlihatkan Arus Kesadaran menuju Pintu-Indera Ca : Cakkhu-vinnana – Kesadaran Mata. Ia melihat Objek. Ia membuat Kesan Indera dan mengirim Kesan itu ke Kesadaran selanjutnya sebelum ia padam. Sam : Sampaticchana -- Menerima Kesadaran. Ia menerima Objek yang kelihatan bersama dengan Kesan Indera dan memancarkan mereka ke Kesadaran selanjutnya. Na : Santirana -- Menyelidiki Kesadaran. Ia menyelidiki Objek dan Kesan itu. Vo : Votthapana -- (mano-dvaravajjana) -- Menentukan Kesadaran. Ia menentukan apakah Objek itu Baik atau Buruk. Ja : Javana -- Kesadaran menurut Kata Hati menikmati Rasa dari Objek Indera. Satu dari 29 kama-javana-citta, yang di kondisikan oleh manasikara dan votthapana, kebanyakan timbul 7 kali, yaitu, ia berlalu untuk 7 Saat Kesadaran. Da : Tadalambana -- Mencatat Kesadaran. Ia segera mengikuti javana dan berlalu untuk Dua Saat Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera. Pada Saat Pemadaman dari tadalambana citta Ke-dua, Objek yang kelihatan dan cakkhu-pasada padam bersama, sebab masa hidup mereka dari 17 Saat2 Kesadaran Sekarang jadi lengkap.



111 Bha



: Bhavanga -- Kelanjutan Kehidupan. Karena Objek yang kelihatan tidak ada lagi, Rentetan Kesadaran berakhir dan Arus Kesadaran tenggelam ke dalam Kelanjutan Kehidupan (Bawah sadar).



Catatan: Atimahanta-rammana vithi juga di kenal sebagai “Tadalambanavara vithi” sebagaimana ia berakhir dengan Tadalambana citta. 2. KEJADIAN DARI MAHANTA-RAMMANA VITHI. Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intensitas agak baik mengenai Pintu-Mata, dua mahanta-rammana vithi bisa timbul. Rentetan Kesadaran dapat di tunjukkan sebagai berikut: a. “Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – ooo



ooo



Ja – Ja –Bha “- Bha.. ooo



b. “Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja –



ooo



ooo



Ja –Ja – Ja “ Bha.. ooo Penjelasan. A. Dalam mahanta-rammana vithi pertama Objek Indera dan cakkhupasada (Pintu Mata) timbul (uppada) bersama pada Saat timbulnya atita bhavanga Pertama. Objek Indera mengambil Dua Saat2



112 Kesadaran (Ti – Ti) untuk mengembangkan Penuhnya dan ia menjadi jelas pada Pintu-Pikiran pada Saat Timbulnya bhavangacalana (Na). Kemudian Kelanjutan Kehidupan (bhavanga) bergetar untuk 2 Saat Sadar (Na – Da) dan menjadi di tahan atau di putus pada Saat padamnya bhavangu-paccheda (Da). Maka Rentetan Kesadaran berlangsung sebagai berikut: Pa : Panca-dvaravajjana – Lima Pintu – memperlihatkan Kesadaran ia memperlihatkan Arus Kesadaran menuju Objek Indera Ca : Cakkhu-vinnana - Kesadaran Mata. Ia melihat Objek dan membuat Kesan Indera. Sam : Sampaticchana – Menerima Kesadaran. Ia menerima Objek bersama dengan Kesan Indera. Na : Santirana -- Menyelidiki Kesadaran. Ia menyelidiki Objek dan Kesan itu. Vo : Votthapana - Menentukan Kesadaran Ia menentukan Apakah Objek Baik atau Buruk. Ja : Javana - Kesadaran menurut Kata Hati. Satu dari 29 kama-javana-cittas timbul 7 kali menikmati Rasa dari Objek Indera. Sebegitu jauh 16 Saat2 Sadar telah berlalu sejak Kejadian dari Objek Indera pada Pintu-Mata, dan hanya Satu Saat Sadar yang tinggal sebelum Objek padam. Maka Dua tadalambana cittas (Pencatatan Kesadaran) tidak dapat timbul lagi. (tadalambana hanya timbul dalam ati-mahanta-rammana). Sebagai gantinya Satu bhavanga citta timbul, dan Objek Indera dan cakkhu-pasada yang telah timbul bersama, padam bersama pada Saat padamnya bhavanga citta. Setelah itu Kebersambungan Kehidupan mengalir sebagaimana biasanya. B. Dalam mahanta-rammana vithi yang Ke-dua, Intensitas dari Objek Indera sedikit lebih lemah dari pada Intensitas Objek dalam (1). Maka setelah Kejadian dari Objek Indera pada Pintu-Mata , Tiga atita-bhavanga-citta berlalu sebelum Objek menjadi di kenal Baik dan jelas pada Pintu-Mata. Lalu Kelanjutan Kehidupan bergetar dan jadi di tahan (Na – Da).



113 Setelah itu Rentetan Kesadaran berlanjut sebagai di (1), yakni, dalam Urutan panca-dvaravajjana, cakkhu-vinnana, sampaticchana, santirana, votthapana dan tujuh javana. Pada Saat Kepadaman dari javana Ketujuh, Objek dan Cakkhu-pasada (Pintu-Mata) juga padam. Maka Rentetam Kesadaran berakhir dan Kelanjutan Kehidupan berlanjut sebagaimana biasanya. Maka itu ada Dua mahanta-rammana vithi yang berakhir bersama javana-cittas, mereka di kenal sebagai javana-vara-vithi. 3. KEJADIAN DARI PARITTA-RAMMANA VITHI. Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intentsitas yang kecil/sedikit, mengenai Pintu-Mata, paritta-rammana vithi timbul. Rentetan Kesadaran bisa di tunjukkan sebagai berikut: a. “Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo – Bha – Bha – Bha – Bha” ooo



ooo



ooo



b. “Ti – Ti – Ti – Ti –Ti – Na – Da – Pa - Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo – Bha – Bha – Bha” ooo



ooo



c. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo – Bha – Bha “ ooo



ooo



d. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo – Bha” ooo



ooo



114 e. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo – Vo”-Bha.. ooo



ooo



f. Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Da – Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Vo “- Bha… ooo Penjelasan. a. Dalam paritta-rammana vithi yang Pertama, Objek Indera dan cakkhu-pasada (Pintu-Mata) timbul bersama pada Saat timbulnya atitabhavanga Peretama. Objek Indera mengambil 4 Saat2 Sadar bagi Pengembangan penuhnya dan ia menjadi jelas pada Saat timbulnya bhavanga-calana (Na). Kelanjutan Kehidupan (Arus bhavanga) bergetar Dua kali dan menjadi tertahan (Na – Da). Kemudian Rentetan Kesadaran berlangsung dalam Urutan dari panca-dvaravajjana, cakkhuvinnana, sampaticchana, santirana, dan votthapana. Pada Titik ini, 11 Saat2 Sadar telah lewat sejak asal/mula dari Objek Indera itu dapat bertahan selama 6 Saat Sadar lagi. Pada Situasi normal, javana biasanya terjadi untuk 7 Saat2 Sadar dan bila tidak ada cukup Waktu, ia tidak terjadi sama sekali. Dengan Kata lain, karena Objek tidak jelas dan tidak di ketahui dengan tepat, tidak ada javana yang timbul untuk merasakan Objek itu. Dengan demikian Dua votthapana citta lagi timbul pada Tempat dari javana untuk memutuskan Dua Waktu lagi apakah Objek itu Baik atau Buruk. Setelah itu Arus-Sadar tenggelam dalam Kelanjutan Kehidupan. Objek Indera ini dan Pintu-Mata padam pada Saat padamnya bhavanga Ke-empat, dan Kelanjutan Kehidupan mengalir sebagaimana biasanya, setelah itu. b–f Dalam Lima Urutan vithi selanjutnya, atita-bhavanga (Ti) bertambah Satu per satu karena Objek menjadi lebih lemah dan lemah, dan sesuai dengan itu, Citta di belakang harus di putus Satu per satu karena total



115 Saat2 Sadar tidak dapat melebihi Masa-Kehidupan (Yaitu, 17 Saat2 Sadar) dari Objek Indera. Maka pada vithi Ke-enam, Rentetan Kesadaran berhenti setelah Dua Votthapana citta. Jumlah votthapana citta tidak dapat di kurangi terus karena harus ada setidaknya Dua votthapana citta yang berfungsi dalam Tempat javana. Demikian ada 6 paritta-rammana vithi yang semuanya berakhir dengan votthapa, mereka di kenal sebagai votthapana-vara-vithi. Dikarenakan tidak ada javana dalam vithi ini, tidak ada Penikmatan Rasa dari Objek-Indera. Objek tidak di ketahui dengan tepat – Se-olah2 di ketahui sangat kasar . Vithi-vithi ini terjadi pada bagi yang mempunyai cakkhu-pasada lemah, maka, walau ketika Objek-Indera-nya berintensitas besar, Penampilannya tidak jelas. 4. KEJADIAN DARI ATIPARITTA-RAMMANA-VITHI. Ketika Sebuah Objek yang kelihatan dengan Intensitas sangat lemah mengenai Pintu-Mata, Objek mengambil 10 sampai 15 Saat2 Sadar untuk Pengembangan penuhnya. Dikarenakan Intensitas Objek itu sedemikian lemah menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan hanya bergetar dua kali tanpa jadi tertahan. Maka vithi-citta tidak timbul, dan Objek tidak di ketahui sama sekali. Bagaimanapun Bentuk2 Enam vithi berikut dapat di tulis mewakili ati-paritta-rammana vithi. A. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha – Bha – Bha – Bha”-… ooo



ooo



ooo



B. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha – Bha – Bha”-… ooo C. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha – Bha “-…



116 D. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha – Bha “… E. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na – Bha “… F. “Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Ti – Na – Na “- Bha.. ooo Penjelasan. Sebagaimana biasanya Objek Indera dan cakkhu-pasada (PintuPikiran) timbul bersama pada Saat atita-bhavanga Pertama timbul. Objek Indera Keadaannya dari Intensitas yang sangat lemah, memerlukan 10 sampai 15 Saat2 Sadar bagi Pertumbuhan penuhnya. Ketika ia telah berkembang dengan baik, ia muncul pada Pintu-Pikiran. Tetapi sangat lemah, ia hanya dapat menyebabkan KeberlanjutanKehidupan bergetar dua kali tanpa merusak Arus KeberlanjutanKehidupan. Maka, setelah dua bhavanga-calana-citta, hanya bhavanga-citta terus mengalir. Objek-Indera dan cakkhu-pasada akan padam bersama pada akhir dari 17 Saat2 Sadar setelah Kejadian mereka. Objek itu tidak di ketahui sama sekali di karenakan vithi-citta tidak timbul. Karena Vithi-vithi ini kehilangan vithi-citta, mereka di kenal sebagai “mogha-vara-vithis” (Rentetan Kesadaran yang gagal). 75 pancadvara-vithis. Dalam Proses Kesadaran pada Pintu-Mata, adalah: 1. Satu tadarammana-vara vithi untuk atimahanta-rammana. 2. Dua javana-vara vithi untuk mahanta-rammana. 3. Enam votthapana-vara vithis untuk paritta-rammana 4. Enam mogha-vara vithis untuk atiparitta-rammana. Semuanya ada 15 Vithis pada Pintu-Mata. Sama juga, ada 15 vithis masing2 pada Pintu-Telinga, Pintu-Hidung, Pintu-Lidah, dan pada Pintu-



117 Tubuh. Maka jumlah seluruh panca-dvara vithi pada Lima Pintu adalah : 5 x 15 = 75. Dalam menulis Bentuk2 vithi dan menjelaskan Bentuk2 bagi PintuTelinga, Sota-vinnana (So) harus di sisipkan dalam Tempat dari cakkhuvinnana, dan “Bunyi” dan “cakkhu-pasada”, masing2nya. Dengan Cara yang sama Perubahan2 yang cocok harus di lakukan bagi Ke-tiga Pintu2 sisanya. Perumpamaan dari Sebuah Mangga. Atimahanta-rammana bisa di perbandingkan dengan jatuhnya Sebuah Mangga. Seumpamanya Seorang Pengelana yang letih tertidur di bawah Sebuah Pohon Mangga. Keadaan dari tertidur ini sesuai seperti mengalirnya Kebersambungan-Kehidupan dalam atimahantarammana. Sekarang Sebuah Mangga yang masak jatuh ke Tanah di dekat Pengelana itu. Kejadian ini sesuai seperti mengenainya Sebuah Objek yang kelihatan dari Intensitas sangat besar pada Pintu-Mata. Suara dari Mangga menubruk Tanah membangunkan Pengelana dan menyebabkan ia mengangkat Kepalanya. Kejadian ini sesuai seperti Kemunculan dari Objek yang kelihatan pada Pintu-Mata menyebabkan Kebersambungan Kehidupan bergetar dua kali dan jadi tertahan. Pengelana membuka Matanya dan melihat sekeliling untuk menyelidiki Apa yang menimbulkan Suara. Tingkah laku ini sesuai seperti panca-dvara-vajjana memperlihatkan Arus Kesadaran menuju ke Objek-Indera. Si Pengelana melihat Buah Mangga itu. Ini sesuai seperti Kesadaran Mata melihat Objek itu. Orang itu mengambil Buah Mangga . Ini sesuai seperti sampaticchana menerima Objek yang kelihatan. Orang itu kemudian memeriksa Buah Mangga apakah itu pantas untuk di makan. Ini sesuai seperti Santirana menyelidiki Objek Indera. Orang itu memutuskan bahwa Buah Mangga itu baik dan dapat di makan. Ini sesuai seperti votthapana memutuskan bahwa ObjekIndera baik. Karena lapar, Orang itu menggigit Buah Mangga Tujuh kali memakannya dan menikmati Rasa-nya. Ini sesuai seperti Kejadian dari Tujuh javana-cittas menikmati Rasa dari Objek Indera. Kemudian Orang itu mengumpulkan Sisa Buah dan Serpihan yang tersangkut di Gigi dengan Lidahnya dan menelannya Dua kali. Ini sesuai seperti Dua tadalambana citta mengikuti javana dan menikmati Rasa dari Objek Indera.



118 Kemudian Orang itu berbaring dan tertidur . Ini sesuai seperti bhavanga-citta terbenam kedalam Keberlanjutan-Kehidupan. Pancadvara-Vithi Cittas Bila kita memeriksa panca dvara vithis, kita akan mengamati bahwa Tujuh Tipe dari Kesadaran ambil Bagian dalam vithis. Tujuh Tipe dari Kesadaran itu adalah: “Panca-dvaravajjana, panca-vinnana, sampaticchana, santirana, votthapana, javana dan tadalambana”. Jumlah Citta yang diambil dalam vithi yang paling panjang yaitu, atimahanta-rammana vithi, adalah : a. Panca-dvaravajjana 1. b. Panca-vinnana 1. c. Sampaticchana 1 d. Santirana 1. e. Votthapana 1. f. Javanas 7. g. Tadalambanas 2. -----Jumlah 14 -----Jumlah Citta yang dapat ambil bagian dalam panca-dvara-vithi adalah: a. Panca-dvaravajjana citta 1. b. Panca-vinnana citta (10 Kesan2 Indera) 10 (untuk 5 Pintu) c. Sampaticchana cittas 2 d. Santirana cittas 3 e. Votthapana citta (mano-dvaravajjana) 1 f. Kama-javana cittas 29 g. Tadalambana cittas 8 ----Jumlah 54 ----Inilah 54 Kama-vacara citta itu. Bila kita menghitung Cittas bagi Sebuah Pintu, Contoh: Pintu-Mata, kita dapatkan Dua cakkhu-vinnana cittas sebagai ganti dari 10 panca-vinnana cittas pada (b), maka jumlah cittas ialah 46.



119 Ini cocok dengan jumlah yang di perlihatkan pada Halaman 93 dari Chapter 3. Contoh : bahwa bhavanga cittas tidak termasuk dalam vithi cittas. Objek dan Vatthu yang di ambil oleh tiap Vithi-Citta. Semua pancadvara-vithi cittas menggenggam Objek Indera Sekarang yang berada pada Pintu-Indera. Panca-vinnana cittas di lahirkan oleh panca-vatthus, yakni, cakkhuvinnana cittas di lahirkan oleh cakkhu-vatthus, Sota-vinnana cittas di lahirkan oleh sota-vatthu, dst.. Sedangkan Mano-vinnana cittas di lahirkan oleh hadaya-vatthus. Sebagai Gambaran, semua cakkhu-dvara-vithi-cittas dari atimahanta-rammana menggenggam Objek yang kelihatan yang muncul pada Pintu-Mata pada Saat timbulnya bhavanga-calana dan padam pada Saat padamnya tadalambana citta Ke-dua. Kedua cakkhu-vinnana citta terlahir oleh cakkhu-vatthu (cakkhupasada) yang telah timbul bersama dengan Objek yang kelihatan pada Saat timbulnya atita-bhavanga. Vatthu ini yang punya Rentang hidup yang sama seperti Objek yang kelihatan, di sebut “MajjhimayukaVatthu”. Vatthu yang telah timbul lebih dulu pada Objek yang kelihatan dan makanya akan padam lebih dulu pada Objek yang kelihatan di kenal sebagai “mandayuka-vatthus”. Vatthus yang timbul kemudiannya dari pada Objek yang kelihatan dan makanya akan padam lebih kemudian dari pada Objek yang kelihatan, di kenal sebagai “amandayuka-vatthus”. Semua panca-dvara-vithi-cittas yang tersisa adalah mano-vinnanacittas, mereka adalah Individu2 dan masing2 terlahir oleh hadayavatthu yang telah timbul bersama Citta yang mendahuluinya, yakni, hadaya-vatthu yang telah berakhir selama Satu Saat Kesadaran. Sebagai Contoh: pancadvaravajjana di lahirkan oleh hadayavatthu yang telah timbul bersama dengan bhavanga-calana, sampaticchana di lahirkan oleh hadaya-vatthu yang telah timbul bersama dengan cakkhu-vinnana, Santirana di lahirkan oleh hadayavatthu yang telah timbul bersama sampaticchana, dan seterusnya.



120 Mano – Dvara – Vithi.



Ketika salah Satu dari Enam Indera memasuki Jalan ke Pintu-Pikiran, manodvara-vithi terjadi. Mano-dvara-vithi pertama-tama di bagi dalam Dua Tingkatan; 1. Kamajavana-vara-vithi – Disini satu dari 29 Kama-javana-cittas mengambil Fungsi dari javana, yakni, menikmati Cita Rasa dari Objek-Indera. 2. Appanajavana-vara-vithi -- Disini satu dari 26 Appana-javanacittas mengambil Fungsi dari Javana. Kamajavana-vara-vithi lebih lanjut di bagi dalam Empat Tipe sebagaimana di jelaskan pada Schema diatas, sedangkan appanajavana-vara-vithi di bagi lagi ke dalam Dua Tipe -- Yaitu, Loki-appanavithi dan Lokuttara-appana-vithi. Semua vithi-vithi ini akan di jelaskan di bawah ini: Kama-Javana Mano-dvara-vithis. 1.Ativibhuta-rammana vithi (Tadalambana-vara vithi) “Na – Da – Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da” – Bha..



121 2.Vibhuta-rammana-vithi (Javana-vara-vithi) “Na – Da – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja “ – Bha – Bha.. 3.Avibhuta-rammana-vithi (Votthapana-vara vithi) “Na – Da – Ma – Ma – Ma “ – Bha – Bha-.. 4.Atiavibhuta-rammana-vithi (Mogha-vara-vithi) “Na – Na “ – Bha – Bha – Bha – Penjelasan. Satu dari Enam Objek Indera yang mungkin Waktu Sekarang, masa Lampau, masa Akan Datang atau Waktu kapan saja, harus memasuki Jalan dari Pintu-Pikiran untuk memprakarsai kama-javana mano-dvara vithis. 1. Ketika Objek Indera itu dari Intensitas sangat Besar, KelanjutanKehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap (Na – Da) pada Penampilan dari Objek Indera di Pintu-Pikiran. Kemudian manodvara-vajjana (Ma) membuat Perhatian Arus Kesadaran kepada Objek Indera, memperhatikan Objek itu dan memutuskan Apakah ia Baik atau Buruk. Sehubungan dengan Keputusan ini, Satu dari 29 kama-javana cittas melaksanakan Fungsi javana untuk Tujuh Saat Kesadaran menikmati Rasa dari Objek Indera. Lalu Dua Tadalambana cittas turut mengikuti menikmati Rasa Objek Indera selanjutnya. Setelah itu, bhavanga cittas tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan. Vithi ini di kenal sebagai “ativibhuta-rammana vithi” atau tadalambana-vara vithi sebagaimana ia berakhir. 2. Bila Objek Indera Intensitasnya agak Besar, Urutan Kesadaran terjadi sebagaimana diatas tapi berakhir dengan javana cittas tanpa tadalambana. Vithi ini di kenal sebagai “vibhutarammana vithi” atau “javana-vara-vithi” 3. Dalam “avibhuta-rammana vithi” , Objek Indera Intensitasnya Kurang dan Penampilannya pada Pintu-Pikiran tidak se-jelas sebagai Dua Kasus yang diatas. Maka setelah KelanjutanKehidupan di tangkap, mano-dvaravajjana citta terjadi Tiga kali mencoba mengamati dan memutuskan Objek-Indera. Tapi Objek itu tidak di ketahui dengan tepat dan Akibatnya tidak ada



122 javana cittas terjadi untuk merasakan Objek Indera. Setelah mano-dvaravajjana, bhavanga cittas terbenam dalam Kelanjutan-Kehidupan. Vithi ini di kenal sebagai “Votthapanavara-vithi” sebagaimana ia berakhir dengan votthapana cittas. 4. Dalam atiavibhuta-rammana vithi, Objek Indera Intensitasnya sangat Lemah. Ia hanya dapat menyebabkan KelanjutanKehidupan bergetar Dua kali tanpa jadi tertangkap. Maka tidak ada terjadi vithi cittas dan Objek Indera tidak di ketahui. Vithi ini di sebut “Mogha-vara-vithi” karena ia kehilangan vithi cittas. Catatan: 1. Pintu-Pikiran (mano-dvara) bukanlah Satu Pintu Pisik, Satu dari 19 bhavanga cittas berfungsi sebagai Pintu-Pikiran pada Satu Orang. 2. Semua Enam Objek Indera yaitu, di waktu Lampau, Sekarang, Yang akan Datang atau Setiap waktu, dapat muncul pada PintuPikiran. 3. Sebagaimana Objek Pikiran seperti Cittas, cetasikas, kasina, nimittas atau Nibbana sendiri bisa muncul pada Pintu-Pikiran, tidak perlu terjadi atita-bhavanga, Objek itu muncul pada Pintu Pikiran begitu ia mengenai Pintu. 4. Objek2 yang muncul pada Pintu-Pikiran tidak harus di bedakan sebagai atimahanta-rammana atau mahanta-rammana, Mereka harus di bedakan sebagai vibhuta-rammana (Objek yang jelas) atau avibhuta-rammana (Objek yang tidak jelas/kabur). Kama-Javana Mano-Dvara-Vithi-Cittas. Didalam mano-dvara-vithis Hanya ada 3 Tipe dari Kesadaran yaitu, “avajjana, javana, dan tadalambana”. Jumlah Cittas di dalam mano-dvara-vithis yang terpanjang adalah : 1 mano-dvaravajjana citta, 7 javana cittas dan 2 tadalambana cittas, Jumlah semuanya 10. Jumlah Cittas yang dapat ambil bagian dalam mano-dvara vithis ialah; 1 mano-dvaravajjana citta, 29 kama-javana cittas dan 11 tadalambana cittas, Jumlah semua 41. Mano-Dvara-Vithis Ke-dua Ketika salah Satu dari Enam Objek Indera memasuki Jalan PintuPikiran secara langsung, bila mendapat mano-dvara vithi Utama



123 sebagaimana di jelaskan diatas. Tetapi ada mano-dvara vithi Ke-dua yang mengikuti tiap2 dan setiap panca-dvara-vithi. Dalam Satu panca-dvara-vithi Kesan Indera di proses hanya di kembangkan untuk di ketahui secara Kasar, Apakah ia Baik atau Buruk. Bentuk, Rupa, Gambaran yang detail dan Nama dari Objek belum di ketahui. Maka itu, setelah Satu panca-dvara-vithi, Satu mano-dvara-vithi secara cepat mengikutinya ia mengambil kembali Objek Indera dari panca-dvara-vithi sebagai Satu Objek Lampau. Lalu mano-dvara-vithi Ke-dua mengikuti sesuai mengamati Bayangan yang Baru dan Kesan yang Lama bersama-sama. Lalu mano-dvara-vithi Ke-tiga mengikuti mengamati lagi Bentuk dan Rupa, dari Objek Indera. Lalu mano-dvara-vithi Ke-empat mengikuti mempertimbangkan Nama yang berhubungan dengan Objek itu. Bila perlu banyak manodvara-vithi cepat terjadi terus menerus mempertimbangkan Gambaran Objek secara detail dan juga Waktu dan Tempat yang berhubungan dengan Objek itu bila ia pernah berhadapan denganya sebelumnya. Hanya setelah banyak mano-dvara-vithi Ke-dua ini barulah Seseorang mengetahui Objek itu bersama Bentuk, Rupa, Nama dan detail2 yang lainnya. Mempertimbangkan Kenyataan bahwa Cittas dapat terjadi pada Satu Kecepatan luar biasa lebih dari Satu triliun kali dalam Sekejapan Mata dan Satu mano-dvara vithi hanya berisi sekitar 10 vithi cittas, lebih dari Satu miliar vithi dapat terjadi dalam Satu bagian dari Sedetik. Demikianlah kita dapat mengetahui Objek2 yang kita lihat atau dengar hampir dengan segera dan malah kita berpikir bahwa kita melihat dan mendengar dengan bersamaan.. Praktek Pembuktian. Bahwa panca-dvara-vithi dan mano-dvara-vithi terjadi pada Satu Kecepatan luar biasa terus menerus pada Satu Orang dapat di buktikan oleh Orang itu sendiri. Karena Cittas tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop terbaik sekalipun, Satu Alat yang lebih kuat dari pada Elektronik Mikroskop terbaru akan di perlukan untuk memperhatikan Cittas. Alat ini tidak lain adalah Pikiran itu sendiri yang di sertai oleh upacara-samadhi (Tetangga atau masuk ke Konsentrasi) atau lebih baik dengan Jhana Samadhi (Pencerapan Meditasi) Saya telah banyak mewawancarai para Meditator di International Buddha Sasana Centre (Pa-auk Tawya Meditation Centres) di Myanmar



124 di mana Samatha dan Vipassana-bhavana (Meditasi Ketenangan dan Pengertian) di ajarkan dengan benar menurut Petunjuk2 yang di berikan dalam Kitab2 Suci Buddhist. Disini para Meditator di haruskan mengembangkan Konsentrasi terlebih dahulu. Setelah mereka mencapai Konsentrasi yang di wajibkan, mereka di ajar bermeditasi pada Rupa (Mengenai Tubuh) menganalisanya ke dalam 27 Macam dalam Satu Orang dengan demikian melihat Kenyataan tertinggi sehubungan pada Rupa. Kemudian para Meditator di ajar Meditasi pada Nama (Kesadaran dan Pengikut2-nya). Mereka harus memusatkan Perhatian mereka pada Setiap Landasan Pisik (Vatthu) bergiliran, mengamati Satu Objek Indera mengena-i Landasan dan mengamati Urutan Pengenalan dari Kesadaran yang timbul dalam panca-dvaras (Lima Pintu) begitu juga dalam Pintu-Pikiran. Mereka dapat melihat vithi-cittas terjadi persis sebagaimana di jelaskan di dalam Buku, dan selanjutnya juga dapat membedakan berbagai Cetasikas bersekutu dengan setiap Citta. Hasilnya sangat memuaskan. Bila para Pembaca mempunyai Keraguan, ia Lelaki/Perempuan di undang untuk datang dan bermeditasi di International Buddha Sasana Centres kapan saja yang ia sukai. Appana-Javana Mano-Dvara-Vithis. Dalam Meditasi Ketenangan dan Pengertian, appana-javana mano dvara vithi timbul ketika Jhana atau Magga di realisasikan. Dalam Vithis2 ini, salah Satu dari 26 appana-javana cittas ambil bagian di dalam Fungsi javana. Rupavacara kusala cittas Arupavacara kusala cittas Mahaggata kiriya cittas Lokuttara cittas



. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .



5 4 9 8 ---Appana-javana cittas 26 ---Bila Satu Orang, yang belum Arahat, melatih Meditasi Ketenangan, ia bisa mencapai 5 rupavacara kusala Jhanas dan 4 arupavacara kusala Jhanas, yang secara bersama di sebut “9 mahaggata kusala cittas”. Bila Seorang Arahat melakukan Meditasi Ketenangan, ia bisa mencapai 5 rupavacara kiriya Jhanas dan 4 arupavacara kiriya Jhanas yang secara bersama di sebut “9 mahaggata kiriya cittas”



125 Bila Satu Orang di berkahi dengan Tiga Akar, yaitu, Tanpa Keserakahan, Tanpa Kebencian dan Tanpa Kegelapan Batin – melakukan Meditasi Pengertian dengan benar dan sungguh2 ia bisa mencapai Empat Maggas dan Empat Phalas (Empat Jalan dan Buah2 mereka), yang di ketahui sebagai 8 lokuttara cittas. Lima Rupavacara Appana Vithis. (Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha” – Bha – Bha – (Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha” – Bha – Bha1. Ketika patibhaga-nimitta dari kasina muncul pada Pintu Pikiran, Kelanjutan Kehidupan bergetar dua kali dan jadi tertangkap (Na – Da). Lalu mano-dvaravajjana (Ma) memberi Perhatian Arus-Kesadaran menuju patibhaga-nimitta, memperhatikan dan memutuskan Objek Indera itu Apakah ia Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua somanassa-sahagatam nanasampayuttammaha-kusala-cittas melaksanakan Fungsi upacara-samadhi javana Empat kali pada Orang yang lambat atau kurang Bijaksana (Manda-panna) di bawah Nama dari; Pa : parikamma . . . : Persiapan Jhana. U : upacara . . . : Mendekati Jhana Nu : Anuloma . . . .: Penyesuaian atau Hubungan antara parikamma dan Jhana, Ia bertindak sebagai Satu Jembatan menyelaraskan Cittas yang lebih rendah dengan Cittas yang lebih tinggi. Go : gotrabhu . . . . : Citta yang memotong Garis Keturunan Kamma untuk membentuk Yang Mulia, atau Garis Keturunan mahaggata. Empat Cittas ini di kenal sebagai upacara-samadhi javanas. Dalam Kasus pada Satu Orang yang cepat atau mempunyai Kebijaksanaan yang baik (tikkha-panna), parikamma (Pa) tidak termasuk. Segera setelah gotrabhu, Jhana citta Pertama rupavacara kusala timbul hanya Satu kali sebagai appana-javana. Setelah Jhana citta Pertama ini berakhir, Arus bhavanga mengalir sebagaimana biasanya.



126 2.Rupavacara-appana vithi Ke-dua timbul sebagaimana diatas membiarkan Jhanacitta Ke-dua Rupavacara kusala untuk berfungsi sebagai appana-javana hanya Satu kali. 3.Rupavacara-appana vithi Ke-tiga juga muncul sebagaimana dalam (1) membiarkan Jhana citta Ke-tiga Rupavacara kusala untuk berfungsi sebagai appana-javana hanya Sekali. 4. Rupavacara-appana vithi Ke-empat lagi timbul sebagaimana dalam (1) membiarkan Jhana citta Ke-empat Rupavacara kusala untuk berfungsi sebagai appana-javana hanya Sekali. 5. Rupavacara-appana vithi Ke-lima timbul sebagaimana dalam (1), tapi sebagai ganti salah Satu dari dua somanassa-sahagatam nanasampayuttam maha kusala cittas, Satu dari Dua upekkha-sahagatamnana-sampayuttam maha kusala cittas melaksanakan Fungsi upacarasamadhi javana empat atau tiga kali dan Jhana citta Ke-lima Rupavacara-kusala timbul hanya sekali untuk berfungsi sebagai appana-javana. Catatan; 1.Bilamana Seorang bermeditasi pada kasina, apakah somanassa atau upekkha-maha kusala citta akan melaksanakan fungsi javana. 2.Bilamana Seorang memasuki Pencerapan Meditasi, upacarasamadhi javanas dan Jhana-javanas harus setuju dalam Perasaan (vedana). Karena Empat Jhanas Pertama disertai oleh sukha (Perasaan menyenangkan), mereka di anggap sebagai somanassa cittas. Maka dalam Kasus2 ini, upacara Samadhi javana haruslah somanassasahagatam. Dalam Kasus dari Jhana Ke-lima, ialah upekkha-sahagatam, maka upacara-samadhi javanas juga harus upekkha-sahagatam. 3.Satu Javana Bermoral (kusala citta) di ikuti oleh Satu javana Bermoral. Empat Arupavacara Appana Vithis. (Manda-panna) Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha “ – Bha – Bha – (Tikkha-panna) Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha “ – Bha – Bha –



127 Vithi2 ini adalah sama dalam Bentuk sebagaimana rupavacaraappana vithis. Tetapi arupavacara jhanas lebih tinggi dari pada rupavacara jhanas dalam Tingkat Konsentrasi, Ketenangan dan Keagungan. Seseorang harus menggunakan Jhana Ke-lima sebagai Dasar untuk melangkah lebih tinggi ke arupavacara jhana dan juga harus berkonsentrasi pada Satu Objek yang tidak bersekutu dengan rupa. Dalam prakteknya, Seseorang harus pertama-tama mengembangkan Jhana Ke-lima dengan Meditasi pada patibhaganimitta dari kasina, Kemudian ia keluar dari Pencerapan Rasa Gembira, mengabaikan patibhaga-nimitta yang bersekutu dengan rupa (Dalam Hal ini kasina), berkonsentrasi pada Ruang Tak Terbatas (akasa) yang berada di balik patibhaga-nimitta, dan bermeditasi “Akasa, akasa”. Ketika Kemelekatan yang Halus kepada patibhaga-nimitta di hilangkan, nimitta tiba2 menghilang membuka Ruang Tak Terbatas. Ia bermeditasi; “Akasa, akasa”, dan ketika Tingkat Konsentrasi cukup tinggi, appana vithi akan memperlihatkan Efeknya. 1. Ketika Objek dari Ruang Tak Terbatas (akasa) muncul pada PintuPikiran, Arus bhavanga bergetar Dua kali dan jadi tertangkap (Na –Da). Pintu-Pikiran Kesadaran yakni, mano-dvaravajjana, memperlihatkan Objek itu dan memutuskan apakah ia Baik atau Buruk. Lalu Satu dari pada Dua upekkha-sahagatam nana sampayuttam maha-kusala citta berfungsi sebagai parikamma (Pa), upacara (U), anuloma (Nu), dan gotrabhu (Go) pada Seseorang yang kurang bijaksana (manda-panna), atau sebagai upacara, anuloma dan gotrabhu pada Seseorang yang cepat bijaksana (tikkha-panna). Lalu akasanancayatana-kusala cittas timbul Satu kali sebagai appana-javana dan bhavanga-cittas tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan. 2. Dalam menaiki Tangga ke arupavacara jhana Ke-dua, Meditator bermeditasi pada akasanancayatana-kusala citta. Ketika Tingkat Konsentrasi cukup tinggi arupavacara-appana Ke-dua akan terjadi. Objek yang muncul pada Pintu-Pikiran ialah akasanancayatana-kusala-citta yang menyebabkan Urut2-an Pengenalan dari bhavanga-calana, bhavanga-paccheda, mano-dvaravajjana, parikamma (diabaikan pada Orang yang tikkha-panna), upacara, anuloma, gotrabhu dan vinnanacayatana-kusala-citta sebagai appana-javana untuk timbul. Kemudian Kelanjutan Kehidupan mengalir sebagaimana biasa.



128 3. Dalam Kasus arupavacara-jhana Ke-tiga, Objek yang muncul pada Pintu-Pikiran ialah Kekosongan yang adalah Hasil dari pada Penghilangan akasanancayatana-kusala-citta. Urut2-an Pengenalan dari Kesadaran, timbul sebelum berakhirnya dengan akincannanayatana-kusala-citta sebagai appana-javana. 4. Meningkat selanjutnya ke arupavacara jhana Ke-empat, Meditator bermeditasi pada akincannayatana-kusala-citta sebagai Objek Meditasi. Pada realisasi arupavacara jhana Keempat, Objek ini, akincannayatana kusala-citta muncul pada Pintu-Pikiran menyebabkan Urutan Pengenalan dari Kesadaran timbul sebagaimana sebelumnya. Dalam Kasus ini neva-sannan’asannayatana-kusala-citta timbul Satu kali sebagai appanajavana dan lalu bhavanga-cittas tenggelam dalam KelanjutanKehidupan. Catatan: Para Pembaca harus melihat Gambaran dari “Arupa jhanas” pada Halaman 40 - 41 sebagai Satu Bantuan untuk mempelajari arupavacara-appana vithis. Jhana Samapatti Vithis. “Samapatti” Artinya “Pencapaian”. Satu Orang yang telah mencapai rupavacara jhana, bisa memasuki Pencerapan Meditasi sesuai pada Jhana itu bilamana ia menginginkan. Bila ia berlatih dengan baik, ia bisa mencapai Keadaan Trance yang menggembirakan dengan cepat dan mempertahankan Keadaan itu selama Satu Jam, dua Jam, Tiga Jam dst.. sampai Tujuh Hari. Selama Trance ini terjadi berkali-kali dan secara spontan memusatkan Perhatian pada patibhaga-nimitta dari kasina. Maka ia tidak dapat mendengar atau mengetahui setiap Objek Indera yang lain selama Keadaan Trance ini. Satu Orang, yang mencapai semua rupavacara dan arupavacara Jhana, bisa memasuki Pencerapan Meditasi sesuai pada Jhana Apa-pun. Tetapi ia harus memasuki Jhana Pertama dulu, lalu dengan menghilangkan Vitakka, ia memasuki Jhana Ke-dua, lalu dengan menghilangkan Vicara, ia memasuki Jhana Ke-tiga, dan seterusnya.. Jhana Samapatti berlangsung sebagai berikut: (Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Jha – Jha – Jha –ber-kali2 – Bha— (Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Jha – Jha – Jha –berkali2 – Bha –



129



1. Untuk Pencapaian Rupavacara Jhana : Patibhaga-nimitta dari kasina muncul pada Pintu Pikiran menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua kali dan menjadi tertangkap (Na – Da). Lalu mano-dvaravajjana memeriksa patibhaga-nimitta dan memutuskan apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua somanassa sahagatam nana-sampayuttam maha kusala citta (ambil upekkhasahagatam memasuki Jhana Ke-lima) berfungsi sebagai parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, anuloma dan gotrabhu. Kemudian Jhana Pertama, rupavacarakusala (atau Ke-dua, Ke-tiga, Ke-empat atau Jhana Ke-lima) citta berfungsi banyak kali sebagai appana-javana. Ketika Pencerapan menggembirakan berakhir, bhavanga-cittas terbenam dalam Kelanjutan-Kehidupan. 2. Untuk Pencapaian Arupavacara Jhana: Ruang yang tidak terbatas (akasa) di bentangkan oleh Menghilangnya patibhaga-nimitta (ambil Objek yang sesuai untuk arupavacara Jhana yang lebih tinggi) memasuki Jalan dari Pintu-Pikiran menyebabkan Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap. Lalu mano-dvaravajjana memeriksa Ruang Tak Terbatas dan memutuskan Apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua upekkha-sahagatam nanasampayuttam maha kusala citta berfungsi sebagai parikamma ( di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, anuloma, dan gotrabhu. Kemudian akasa-nancayatana-kusala-citta (atau arupavacara kusala citta yang lebih tinggi) berfungsi banyak kali sebagai appana-javana. Ketika Pencerapan Meditasi berakhir, bhavanga-citta terbenam dalam Kelanjutan-Kehidupan. Abhinna Appana Vithis Mereka yang telah mencapai semua rupavacara jhanas dan semua arupavacara jhana bisa berlatih lebih lanjut menurut Petunjuk yang di berikan di dalam Kitab Visuddhimagga atau Kitab2 Buddhist yang lain untuk mencapai Lima Lokiya Abhinnas (Pengetahuan Supernormal Duniawi). Kekuatan Supernormal ini di capai melalui Kemampuan Utama dalam Konsentrasi Mental, dan mereka itu berhubungan pada Pengetahuan yang lebih tinggi yang beresekutu dengan rupavacara jhana Ke-lima. Apa mereka itu?



130 1. Iddhi-Vidha Abhinnana. Ber-macam2 Kekuatan yang hebat, seperti dari Satu Orang, dia menjadi banyak, dan setelah menjadi banyak dia menjadi Satu lagi. Tanpa Rintangan ia dapat lewat melalui Dinding dan Gunung, sama seperti ia melalui Udara. Di dalam Bumi ia menembus dan timbul lagi, persis seperti di dalam Air. Ia berjalan di atas Air tanpa tenggelam, seperti di atas Tanah. Dengan melipat Kaki ia mengapung melalui Udara, persis seperti Burung bersayap. 2. Dibba-Sota Abhinnana. Telinga Dewa yang dapat mendengar Suara2 ke-dua2nya, Suara Surgawi dan Manusia, jauh dan dekat. 3. Dibba-Cakkhu Abhinnana. Mata Dewa yang dapat melihat Ke-dua2nya Objek Surgawi dan Manusia, jauh dan dekat, tersembunyi atau terlihat. Ia dapat melihat Mahluk di Alam apaya (Lebih rendah) begitu juga Alam2 Dewa. Ia melihat Mahluk2 menghilang dan muncul kembali, rendah dan Mulia, yang cantik dan yang buruk. Ia melihat bagaimana Mahluk2 muncul kembali sesuai dengan Perbuatan2 mereka (Kamma). 4. Paracitta-Vijjanana Abhinnana atau Ceto-pariya-nana. Kemampuan untuk mengetahui Pikiran2 Orang lain dalam Cara menembus Pikiran2 Orang lain. 5. Pubbe-nivasanussati-Abhinnana. Kemampuan untuk mengingat banyak Kelahiran2 yang lampau seperti Satu Kelahiran, dua, tiga, empat, atau lima Kelahiran2….. seratus ribu Kelahiran, mengingat banyak Pembentukan dan Penghancuran dari Dunia, “Disana saya berada, dengan Nama ini….dan meninggal dari sana saya memasuki di Suatu Tempat dalam Kehidupan….. dan meninggal dari sana lagi saya muncul di sini”. Abhinna-Vithi Bentuknya ialah : Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Bhin “ – Bha – Misalkan Satu Orang, yang telah mencapai Kekuatan Supernormal Duniawi, menginginkan menjadi banyak. Ia beremeditasi pada pathavikasina dan mengembangkan Jhana Ke-lima, rupavacara kusala untuk beberapa Saat. Lalu ia keluar dari Pencerapan Jhana dan dapat



131 menangkap Kelanjutan-Kehidupannya, membuat Satu Keinginan: “Jadilah 1.000 Bentuk dari saya sendiri yang sama tetapi secara terpisah”. Ia mempunyai Keyakinan yang sempurna dalam Ke-inginannya. Bentuk2 Nimitta muncul di Pintu-Pikirannya menyebabkan KelanjutanKehidupan bergetar Dua kali dan jadi tertangkap. Mano-dvaravajjana memperhatikan Bentuk2 nimitta dan memutuskan Apakah Objek yang kelihatan Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Dua upekkha sahagatam nana sampayuttam maha kusala citta berfungsi sebagai parikamma, upacara, anuloma dan gotrabhu. Kemudian mengamati 1.000 Bentuk2 nimitta, Jhana Ke-lima rupavacara kusala timbul sekali berfungsi sebagai abhinna-javana. Lalu, bhavanga citta mengikuti dan Orang itu keluar dari Jhana. Begitu Abhinnana javana terjadi, 1.000 Bentuk2 nimitta datang dalam Keberadaan. Kekuatan2 Supernormal Duniawi yang lain di lakukan dalam Satu Cara yang sama.



Magga Appana Vithis. Mereka, yang melakukan Meditasi Pengertian, bermeditasi pada Tiga Sifat dari Keberadaan (ti-lakkhana) yaitu, Tidak Kekal (anicca), Penderitaan atau Kesengsaraan (dukkha) dan Tanpa Diri (anatta). Setelah mengembangkan Sepuluh Pengetahuan Pengertian (vipassanananas), realisasi dari Jalan dan Buah-nya (Magga dan Phala) mengikutinya. Ada Empat Tingkat dari magga dan phala. Maggaappana vithis berlangsung sebagai berikut : (Manda-panna). Na – Da – “Ma – Pa – U – Nu – Go – Mag – Pha – Pha “ – Bha – (Tikkha-panna). Na – Da – “Ma – U – Nu – Go – Mag – Pha – Pha – Pha “ – Bha – Bha – 1. Ketika Salah Satu dari Tiga Sifat Keberadaan memasuki Jalan dari Pintu-Pikiran dari Seorang puthujjana (Keduniawian atau Seorang yang terikat oleh Sepuluh Belenggu). KelanjutanKehidupan bergetar Dua kali dan menjadi tertangkap (Na – Da). Lalu, memperhatikan dan mempertimbangkan Sifat2 dari Keberadaan, mano-dvaravajjana (Ma) timbul Satu kali.



132 Kemudian Satu dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas memperhatikan Sifat2 dari Keberadaan, berfungsi Tiga kali sebagai parikamma (Pa), upacara (U), anuloma (Nu), dan lalu, memperhatikan Nibbana, berfungsi Satu kali lagi sebagai gotrabhu (Go). Kemudian Sotapatti-magga-javana timbul Satu kali memperhatikan Nibbana. Lalu tanpa Selang Waktu, Buah dari Magga, yakni, Sotapatti-phala citta berfungsi Dua kali sebagai appana-javana. Lalu bhavanga cittas tenggelam dalam Kelanjutan-Kehidupan dan Orang itu keluar dari magga-vithis. (Bila Orang itu dari tikkha-panna, parikamma di abaikan dan phala-javana terjadi Tiga Kali). Catatan: Kata2 diatas, magga vithi, parikamma, upacara, anuloma dan gotrabhu berarti Hal2 sebagai berikut :



Pa : Parikamma : Persiapan dari magga. U: Upacara : Mendekati magga. Nu: Anuloma : Penyesuaian atau Hubungan, ia menyelaraskan citta lebih rendah dengan cittas lebih tinggi. Go : Gotrabhu : Cittas yang memotong Garis TurunanPutujjana untuk membentuk Garis Turunan Ariya (Mulia). Sekali Seseorang menjadi Seorang Ariya , ia tidak pernah kembali lagi kepada Seorang puthujjana. Maka gotrabhu harus memotong Garis Turunan puthujjana hanya Satu kali. Demikian kemudian magga dan phala vithis, Vo – Vodana (artinya; Kemurnian) di sisipkan di Tempat gotrabhu. 2. Untuk merealisasi magga dan phala Ke-dua, Sotapanna atau Sotapan (Pemenang Arus yang telah merealisasikan magga dan phala Pertama) harus bermeditasi pada Tiga Sifat Keberadaan lagi. Ketika magga vithi Ke-dua timbul, ia berlangsung sebagaimana diatas, hanya Perubahan yang perlu ialah: “Vodana” di Tempat “Gotrabhu”, “Sakadagami-magga” di



133 Tempat “Sotapatti-magga” dan “Sakadagami-phala” di Tempat “Sotapatti-phala”. Setelah magga-vithi Ke-dua ini, Orang itu menjadi Seorang Sakadagami atau Sakadagam (Yang kembali Sekali, yakni, ia akan kembali ke Kediaman kama hanya sekali). 3. Bila Sakadagam melakukan meditasi-Pengertian lebih lanjut, ia bisa mengembangkan magga-vithi Ke-tiga yang berlangsung seperti magga-vithi Ke-dua – hanya mengganti “sakadagami” menjadi “Anagami”. Sekarang Orang yang menjadi Seorang anagami atau anagam (Yang tidak kembali, yakni, ia tidak akan di lahirkan Kembali dalam Tempat Kediaman kamma lagi). 4. Bila anagam melakukan Meditasi-Pengertian lebih lanjut, ia bisa mengembangkan magga-vithi Ke-empat. Vithi ini, lagi berlangsung seperti sebelumnya - hanya mengganti “anagami” jadi “arahatta”. Orang itu sekarang menjadi Seorang arahant (Seorang yang sempurna) Phala Samapatti Vithis. Ada Empat Perorangan Mulia (ariya-puggala): Pemenang Arus (Sotapanna), Yang kembali sekali (Sakadagami), Yang tidak kembali (Anagami) dan Seorang yang sempurna (arahat). Setiap Perorangan Mulia bisa memasuki Pencerapan Meditasi sesuai pada Buah dari Jalan yang ia telah capai. Dengan berbuat demikian, ia sedang menikmati Kedamaian Nibbana, dan selama Pencerapan ini phala-samapatti vithis terjadi sebagai berikut : (Manda panna); Na – Da –“Ma – Pa – U – Nu – Vo – Pha – Pha – banyak kali” – Bha – (Tikkha-panna); Na – Da –“Ma – U – Nu – Vo – Pha – Pha – banyak kali” – Bha – Dalam Pengembangan phala-samapatti vithis, Perorangan Mulia harus Bermeditasi pada Tiga Sifat2 Keberadaan, sampai phalasamapatti-vithis timbul. 1. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan PintuPikiran dari Seorang Sotapanna, Kelanjutan Kehidupan bergetar Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-upaccheda dan di tangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek



134 dan memutuskan Apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas, memperhatikan Objek ti-lakkhana, berfungsi Tiga kali sebagai parikamma (di abaikan pada Orang yang tikkha-panna), Upacara dan Anuloma, dan , memperhatikan Nibbana, berfungsi Satu kali sebagai Vodana. Setelah itu Sotapatti-phala cittas, memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appanajavana banyak kali selama Orang itu menginginkan sampai Tujuh Hari. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari phalasamapatti. 2. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan PintuPikiran dari Seorang Sakadagami, Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavangaupaccheda dan jadi di tangkap Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek dan memutuskan Apakah itu Baik atau Buruk. Lalu Satu dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas memperhatikan Objek ti-lakkhana, berfungsi Tiga kali sebagai parikamma (di abaikan pada Orang yang tikkhapanna), upacara, dan anuloma, dan memperhatikan Nibbana, berfungsi sekali sebagai Vodana. Setelah itu Sakadagami phala citta, memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appanajavana banyak kali selama Orang itu menginginkan sampai Tujuh Hari. Kemudian bhavanga-cittas terbenam ke dalam Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari phalasamapatti. 3. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan PintuPikiran dari Seorang Anagami , Kelanjutan Kehidupan bergetar Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-paccheda dan jadi tertangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek dan memutuskan apakah itu Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas memperhatikan Objek ti-lakkhana. Berfungsi Tiga kali sebagai parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, dan anuloma, dan memperhatikan Nibbana, berfungsi sekali sebagai appana-javana banyak kali selama Orang itu menginginkannya sampai Tujuh Hari. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam Kelanjutan Kehidupan dan Orang itu bangun dari Phalasamapatti.



135 4. Ketika Satu dari Tiga Sifat2 Keberadaan memasuki Jalan PintuPikiran dari Seorang Arahant, Kelanjutan-Kehidupan bergetar Dua kali sebagai bhavanga-calana dan bhavanga-upaccheda dan tertangkap. Mano-dvaravajjana mempertimbangkan Objek dan memutuskan Apakah ia Baik atau Buruk. Kemudian Satu dari pada Empat nana-sampayuttam maha kusala cittas, memperhatikan Objek ti-lakkhana berfungsi Tiga kali sebagai parikamma (di abaikan pada Orang tikkha-panna), upacara, dan anuloma, dan memperhatikan Nibbana, berfungsi Satu kali sebagai Vodana. Setelah itu arahatta-phala citta, memperhatikan Nibbana, berfungsi sebagai appana-javana banyak kali selama Orang itu menginginkannya sampai Tujuh Hari. Kemudian bhavanga-cittas tenggelam dalam KelanjutanKehidupan dan Orang itu bangun dari phala samapatti. Nirodha-Samapatti-Vithi. “Nirodha-samapatti” artinya “Pencapaian Pemadaman”. Vithi ini di kembangkan untuk menunda sementara semua Kesadaran dan Kegiatan Mental, mengikuti dengan segera pada Keadaan setengah Sadar yang di sebut; “Keadaan dari bukan Pencerapan bukan juga bukan Pencerapan” (neva-sanna-n’asanna-yatana jhana). Hanya Seorang Anagami atau Arahat yang telah menguasi semua Sembilan Pencerapan (Jhanas) sanggup mengembangkan nirodhasamapatti vithi. Prosedur untuk mengembangkan nirodha-samapatti vithi adalah sebagai berikut : Pertama-tama Orang memasuki rupa vacara jhana Pertama, keluar dari situ dan Meditasi pada Unsur2 Jhana sebagaimana pada Sifat2 mereka yang tidak Kekal, Penderitaan dan Tanpa-Diri. Ia mengulangulang Prosedur ini dengan rupavacara jhana Ke-dua, Ke-tiga, Ke-empat dan Ke-lima, dan kemudian juga dengan arupavacara-jhana Pertama, Ke-dua, dan Ke-tiga. Kemudian ia membuat Empat Tekad yang kuat (adhitthana). 1. Semoga saya tetap dalam Keadaan nirodha-samapatti selama Satu Jam, Dua Jam, Tiga Jam,… Satu Hari, Dua Hari, . . . atau Tujuh Hari (menetapkan Jangka Waktu tidak melampaui Jangka Waktu Hidupnya yang ia dapat ketahui). 2. Semoga Tubuhku, Barang2 yang saya pakai dan Bangunan yang saya tinggali tidak di rusak atau di hancurkan oleh Alat Apa-pun (Ia dapat membatasi Lingkungan sebanyak yang ia inginkan).



136 3. Semoga saya keluar dari nirodha samapatti segera begitu Lord Buddha ingin melihat saya (Keadaan ini pada Waktu ketika Sang Buddha hidup). 4. Semoga saya keluar dari nirodha samapatti segera begitu Sangha para Bhikkhu menginginkan Kehadiran saya (ini di lakukan sebagai Penghargaan bagi Sangha para Bhikkhu). Sekarang Orang itu mengembangkan Arupavacara Jhana Ke-empat dan segera setelah terjadinya neva-sanna-n’asanna-yatana citta sebagai appana-javana untuk Dua Saat Kesadaran, Arus Kesadaran di putus -Tak ada Cittas, cetasikas, dan cittaja-rupa (Pemenuhan Tubuh yang di bentuk oleh Citta) timbul lagi. Orang itu akan tetap dalam Keadaan dari Pemadaman Kesadaran, Pengikut2nya dan cittaja-rupa sampai akhir masa Waktu yang ia telah tetapkan untuk tinggal dalam nirodha-samapatti. Walaupun ia tidak bernapas , makan, minum atau mengetahui Sesuatu, ia masih tetap hidup. Ketika ia keluar dari nirodha-samapatti, anagami-phala-citta timbul Satu kali sebagai appana-javana bila ia adalah Seorang Anagami, atau arahatta-phala citta timbul Satu kali sebagai appana-javana bila ia adalah Seorang Arahant. Kemudian bhavanga cittas tenggelam dalam Kelanjutan Kehidupan. Vipaka Niyama. “Niyama” Artinya “Hukum”. Sedangkan Vipaka Cittas adalah Hasil2 dari Kammas (Perbuatan), mereka timbul dalam Vithis secara teratur sesuai pada Kammas persis seperti Bayangan muncul di dalam Cermin sesuai dengan Orang yang di depan Cermin itu. Sekarang Seseorang mempunyai Objek2 yang tidak menyenangkan seperti Satu Bangkai yang membusuk, Najis, dsb.. pada Keadaan dari Akusala Kammas (Perbuatan Tidak Bermanfaat). Maka pada Saat seperti itu, Akusala vipaka cittas – yaitu, Cakkhu-vinnana, sampaticchana, santirana, dan tadalambana timbul di dalam Vithis. Bila Seseorang menjumpai Objek yang agak bagus, kusala vipaka cittas yaitu, cakkhu-vinnana, sampaticchana, upekkha-santirana dan upekkha-tadalambana timbul dalam Vithis. Bila Objek sangat Baik, somanassa-santirana dan somanassa-tadalambana timbul sebagai ganti dari upekkha. Kusala dan Akusala-Javanas tidak terjadi secara teratur seperti vipaka-cittas. Yoniso-manasikara (pemikiran bijak) menuju pada



137 timbulnya Kusala-javanas sedangkan Ayoniso-manasikara (Pemikiran tidak bijak) membuat timbulnya Akusala-javanas. Banyak kali terjadinya kama-javanas. Pada Umumnya kama-javanas timbul Tujuh kali dalam Satu Vithi. Tetapi pada Bayi yang masih muda dan Orang yang tidak sadar, hadayavatthu lemah, dan sesuai dengan itu, kama-javanas timbul Enam atau Lima kali dalam Satu Vithi. Dalam marana-sanna-vithi, yang terjadi pada waktu Sekarat kamajavanas terjadi hanya Lima kali. Dalam paccavekkhana-vithis (Proses mengingat Hal2 yang dahulu), Orang itu sedang memeriksa, Faktor2 Jhana sangat cepat sekali dan makanya kama-javana terjadi hanya Empat atau Lima kali setiap Vithi. Dalam upacara-samadhi-javana, kama-javana terjadi Empat kali sebagaimana parikamma, upacara, anuloma dan gotrabu pada Orang2 yang lambat Pemikirannya, atau Tiga kali seperti upacara, anuloma dan gotrabu pada Orang2 yang cepat Pemikirannya. Banyak kali terjadinya Appana-javanas. Dalam semua rupavacara-jhana dan arupavacara-jhana vithis, appana-javanas yang sesuai terjadi hanya Satu kali pada Satu Orang yang mencapai Jhana itu untuk Pertama kalinya. Untuk masuk ke dalam Pencerapan yang menggembirakan sesuai pada Jhana itu, ia dapat mengembangkan jhana-samapatti vithis di dalam mana appana-javana terjadi ber-ulang2, berkali-kali. Dalam abhinna appana vithis, rupavacara kusala javanas Ke-lima timbul Satu kali berfungsi sebagai abhinna-javana. Pada Seorang Arahant, rupavacara kiriya – Jhana Ke-lima timbul Satu kali sebagai abhinna javana. Dalam magga appana vithi, magga javana yang sesuai timbul hanya Satu kali di ikuti oleh Dua phala cittas yang lain sebagai appana javanas pada Satu Orang yang lambat Kebijaksanaannya atau Tiga phala cittas sebagai appana javanas pada Orang yang cepat Kebijaksanaannya. Dalam phala samapatti vithi, phala citta yang sesuai terjadi banyak kali tanpa memutus Fungsinya sebagai appana javanas. Dalam nirodha samapatti vithi, nevasanna n’ asana yatana citta timbul Dua kali persis sebelum Pemadaman Kesadaran dan semua Kegiatan Mental. Selama nirodha samapatti, cittas begitu juga cetasikas dan cittaja rupa padam, maka tidak ada javana yang tinggal.



138 Pada waktu keluar dari nirodha-samapatti anagami-phala citta terjadi Satu kali sebagai appana-javana pada Seorang anagami atau arahata-phala-citta terjadi Satu kali sebagai appana javana pada Seorang Arahant. Sebagaimana Satu Prosedur yang teratur dari javana, segera setelah Satu somanassa (Yang menyenangkan) kama javana, Satu somanassa appana javana akan di harapkan, dan setelah Satu kama javana, di sertai oleh Ketenangan, Satu appana javana, disertai oleh Ketenangan, di harapkan. Prosedur dari Tadalambana. Tadalambana (Penyimpanan) hanya terjadi pada Orang2 – kama ketika mereka sedang memperhatikan Objek2 Indera – kama dengan kama javana vara vithis. Umumnya upekkha javana atau domanassa javana di ikuti oleh upekkha-tadalambana sedangkan somanassa-javanas di ikuti oleh somanassa-tadalambana. Dalam Praktek Prosedur berikut di perhatikan. 1. Setelah 4 maha kiriya upekkha javanas dan 2 domanassa javanas, 4 maha vipaka upekkha tadalambanas dan 2 santirana upekkha tadalambana bisa timbul. 2. Setelah 4 maha kiriya somanassa javanas dan hasituppada javana, 4 maha vipaka somanassa tadalambanas dan Satu somanassa santirana tadalambanas bisa timbul. 3. Setelah 10 akusala javanas dan 8 maha kusala javanas yang tinggal, semua 11 tadalambanas bisa timbul. Agantuka Bhavanga. Bagi Satu Orang yang Kesadaran Kelahiran Kembalinya adalah Satu somanassa citta, Kelanjutan Kehidupan-nya juga harus somanassa bhavanga untuk hidup. Kesadaran Kelahiran Kembali dan bhavanga citta dari Satu Orang harus sesuai pada bhumi, citta, sampayuttadhamma (Pengikut2), vedana dan sankara. Ketika Orang itu marah, domanassa javanas-nya tidak bisa di ikuti oleh somanassa tadalambana dan somanassa bhavanga sebab domanassa vedana melawan somanassa vedana persis seperti Api melawan Air. Tetapi menurut Kesadaran Kelahiran-nya, somanassa tadalambana dan somanassa bhavanga harus timbul. Dalam Keadaan yang sulit ini, upekkha santirana timbul Satu kali sebagai Satu Agantuka-bhavanga (agantuka artinya “Tamu” atau



139 “Orang asing”) melaksanakan Fungsi bhavanga dan bukan Fungsi santirana. Upekkha-vedana dapat di sesuaikan dengan Keduanya, domanassa vedana dan somanassa vedana. Agantuka bhavanga tidak dapat merasakan Objek Indera yang di perhatikan oleh domanassa javana, Ia merasakan Satu Objek kama yang telah di perhatikan beberapa kali di masa lampau. Bhumi dan Cittas. “Bhumi” Artinya “Alam Keberadaan”. Dalam Alam –kama, 80 Cittas dengan Pengecualian dari 9 mahaggata-cittas bisa ambil bagian dalam Vithis. 9 mahaggata-cittas berfungsi sebagai Kesadaran-Kelahiran Kembali, Kelanjutan Kehidupan dan Kesadaran Kematian di dalam masing2 Alam Brahma. Dalam Alam – rupa , 2 ghana-vinnana cittas, 2 jivha-vinnana cittas dan 4 arupa-vipaka cittas, jumlah semua 20, tidak timbul. Maka 69 cittas sisanya, bisa timbul dalam Alam-rupa. Dari 69 cittas ini, 5 rupa-vipaka cittas tidak ambil bagian dalam vithis, maka hanya 64 cittas sisanya akan ambil bagian dalam vithis. Dalam alam – Arupa, 42 cittas yang bisa atau tidak bisa bergantung pada hadaya-vatthu untuk timbulnya mereka sebagaimana di sebutkan dalam “Pakinnaka-Section” (Chapter 3) bersama dengan 4 arupa-vipaka cittas, jumlah semua 46, bisa timbul. Dari 46 cittas, 4 arupa-vipaka cittas tidak ambil bagian dalam vithis, maka hanya 42 cittas yang sisa akan ambil bagian dalam vithis. Puggala – Bheda (Penggolongan Individu2) “Puggala” artinya “Orang” atau “Individu”. Ada 4 Tipe dari puthujjana (Duniawi) dan 8 Tipe dari ariya-puggala (Individu yang mulia). Puthujjana. 1. Duggati – ahetuka – puggala. 2. Sugati – ahetuka – puggala. 3. Dvi – hetuka puggala. 4. Ti – hetuka – puggala. Ariya – puggala. a. Maggattha. 5. Sotapatti - maggattha



140 6. Sakadagami – maggattha 7. Anagami – maggattha 8. Arahatta – maggattha b. Phalattha. 9. Sotapatti – phalattha 10. Sakadagami – phalattha 11. Anagami – phalattha 12. Arahata – phalattha. “Duggati” Artinya “Keberadaan yang menderita” Sedangkan “Sugati” artinya “Keberadaan yang berbahagia” “Duggati-ahetuka-puggala” mengacu pada Orang2 dalam apaya, yakni, Empat “Dunia lebih rendah”, yaitu, Dunia Binatang, Dunia Setan, Dunia Jin dan Neraka (niraya). “Sugati-ahetuka-puggala” mengacu pada Orang2 yang terkebelakang, buta dan tuli sejak lahir dalam Dunia Manusia dan Tempat Tinggal catumaharajika deva. “Dvi-hetuka-puggala” mengacu pada Manusia dan Devas yang di lahirkan dengan nana-vipayutta maha-vipaka cittas yang kurang Kebijaksanaan. Orang2 ini tidak dapat mencapai Jhanas dan Maggas dalam Kehidupan sekarang walau bagaimana Giat-pun ia berusaha. Mereka mungkin, bagaimana-pun menjadi “Ti-hetuka-puggala” dalam Kehidupan selanjutnya sebagai Hasil dari Usaha Meditasi mereka dalam Kehidupan sekarang, dan kemudian mencapai Jhanas dan Maggas dengan mudah bila mereka akan melatih Meditasi lagi. “TI-hetuka-puggala” mengacu pada Manusia dan Devas yang di lahirkan dengan nana-sampayutta maha-vipaka cittas yang berisi Kebijaksanaan. Orang2 ini bisa mencapai Jhanas dan semua Maggas bila mereka dengan sungguh2 menjalankan Meditasi Ketenangan dan Meditasi Pengertian. Empat Orang2 Maggattha dan Empat Orang2 Phalattha adalah Orang2 Ti-hetuka-puggala. Orang2 maggattha terakhir hanya untuk Satu Saat Kesadaran selagi mereka merealisasi magga-nana yang sesuai. Setelah magga-nanas, mereka menjadi Orang2 Phalattha.



141 Puggala dan Cittas. Citta-citta yang dapat timbul dalam berbagai Orang dalam Tempat2 Kehidupan yang berbeda di buat Tabel seperti di bawah:



Disambung dalam Chart No.10. terlampir pada bagian belakang Buku ini.



---oOo---



142 Chapter 5. Vithimut atau Bhumi Alam Keberadaan. Vithimutta Cittas. Dalam Bab sebelumnya Fungsi2 dari Vithi Cittas telah di jelaskan. Sekarang dalam Bab ini, kita akan uraikan Fungsi2 dari 19 Vithimutta cittas, yakni, Proses Pembebasan Kesadaran. 19 Vithimutta-cittas teermasuk 2 Upekkha-santirana cittas, 8 mahavipaka cittas dan 9 mahaggata-vipaka cittas. Citta-citta ini berfungsi sebagai Kesadaran –Kelahiran Kembali bagi semua Mahluk hidup di lahirkan kembali dalam Alam Keberadaan yang bersesuaian, kemudian mereka berfungsi sebagai Kelanjutan-Kehidupan bagi semua Keberadaan dari setiap Mahluk hidup dan akhirnya sebagai Kesadaran Kematian dari Mahluk. Sebagaimana Alam Keberadaan di libatkan dalam Penjelasan Fungsi2 dari Vithimutta-cittas ini, Bab ini di beri Judul sebagai “Bhumi” sama sebagai “Vithimut” Empat Catukka. “Catukka” Artinya “Satu Grup dari Empat”. Empat Catukka yang akan di uraikan dalam Bab ini adalah: 1. Bhumi-catukka . . . . . . --- Empat Alam Keberadaan 2. Patisandhi-catukka . . . . --- Empat Model Kelahiran Kembali. 3. Kamma-catukka . . . . . . --- Empat Macam Perbuatan, dan 4. Maranuppatti-catukka . . . --- Empat cara datangnya Kematian. Empat Alam Keberadaan. Alam Keberadaan (Bhumi) adalah Tempat dimana Mahluk Hidup dilahirkan, berkeliling untuk waktu Satu Kehidupan, dan akhirnya mati. Empat Alam Keberadaan adalah: 1. Apaya – bhumi atau kamaduggati-bhumi – Alam Kesengsaraan. 2. Kamasuggati – bhumi – Alam Kenikmatan Indera yang di berkahi 3. Rupa – bhumi - Alam Materi Halus. 4. Arupa – bhumi - Alam Non Materi. 1. Apaya – Bhumi. Diantara ini, Apaya bhumi lagi ada Empat macam yaitu,



143 1. Niraya (Neraka) atau Keadaan yang sengsara. 2. Tiracchana (Kerajaan Binatang) 3. Alam Peta (Setan2 yang tidak berbahagia) 4. Gerombolan dari asura (Jin-Jin). Apaya – Tanpa Kebahagiaan, kamaduggati Kenikmatan Indera tapi terikat Kesengsaraan.







menikmati



2. Kamasuggati (Banyak Kenikmatan Indera). Kamasuggati terdiri dari Kerajaan Manusia dan 6 Alam Deva, menjadi 7 Alam, semuanya. 3. Rupa-Bhumi Rupa bhumi terdiri dari 3 Alam Jhana-Pertama, 3 Alam Jhana-Kedua, 3 Alam Jhana-Ketiga dan 7 Alam Jhana-Keempat, jumlah semua 16 Alam. 4. Arupa-Bhumi. Arupa-bbumi ada empat yaitu; 1. Akasanancayatana-bhumi – Kerajaan Ruang yang tak terbatas. 2. Vinnanancayatana – bhumi – Kerajaan Kesadaran yang tak terbatas. 3. Akincannayatana-bhumi – Kerajaan Kekosongan. 4. N’evasanna-n’asannayatana-bhumi – Kerajaan bukanPencerapan bukan juga Bukan Pencerapan. Dihitung semua Alam2 secara terpisah, kita dapatkan 4 Alam apaya, 7 Alam kamasuggati, 16 Alam Rupa dan 4 Alam Arupa, jadi semua ada 31 Alam. Keadaan dari Bhumi-Bhumi 1. Kerajaan Manusia, Kerajaan Binatang, Kerajaan Peta dan Kerajaan Asura berada di atas Permukaan Bumi. Kerajaan2 itu tidak di pisahkan, tapi Mahluk2 bergerak berkeliling dalam Dunia mereka sendiri. 2. Niraya melambangkan beberapa Keadaan yang sengsara dimana Mahluk2 menebus untuk Kamma buruk mereka. Mereka bukanlah Neraka2 yang kekal. Melewati kamma buruk, Mahluk2 mungkin di Lahirkan Kembali dalam Keadaan yang baik sebagai Hasil dari Perbuatan2 Baik mereka di masa lampau.



144 Ada 8 Niraya Besar atau Neraka yang berada di bawah Permukaan Bumi. Nama2 mereka menurut Jarak dari Permukaan Bumi, adalah; Sanjiva, Kalasutta, Sanghata, Roruva, Maharoruva, Tapana, Mahatapana dan Avici. (Pembaca bisa melihat Peta-Bhumi yang di lampirkan di belakang Buku ini. Peta itu juga menyebutkan Jarak diantara Alam2 dalam Yojana yang kira-kira 8 mile). Setiap Niraya Besar mempunyai Bentuk dari Satu Segi Empat. Pada setiap Tepi dari Segi Empat lagi ada Empat Niraya Kecil, yaitu, Rawa2 Kotoran, Lapangan dari Debu panas, Hutan dan Pohon2 berduri dan Sungai panas dengan Tonggak2. Maka ada 16 Niraya Kecil pada Empat Sisi dari Satu Niraya Besar dan 128 Niraya Kecil untuk 8 Niraya Besar. 3. Enam alam Dewa Kenikmatan Indera (Alam2-deva) bertempat di atas Tanah dan meninggi ke Angkasa i. Catumaharajika – Kerajaan Dewa yang paling rendah dimana Empat Penjaga Dewa bertempat tinggal bersama Pengikut2 mereka. Beberapa Mahluk lebih rendah dari Alam ini mempunyai Tempat tinggal mereka di atas Bumi. ii. Tavatimsa – Kerajaan dari 33 Dewa dan Pengikut2 mereka. Sakka, Raja para Dewa, bertempat tinggal dalam Alam Dewa ini. iii. Yama – Kerajaan dari Dewa2 Yama iv. Tusita – Surga Kesenangan v. Nimmanarati – Surga para Dewa yang bergembira dalam Ciptaan2 mereka. vi. Paranimmita-vasavati - Surga para Dewa yang membawa Barang2 diciptakan oleh yang lain2 di bawah Kekuasaan mereka. Enam alam Dewa ini adalah tempat tinggal sementara yang di berkahi dimana Mahluk2 hidup dengan bahagia menikmati Kenikmatan2 Indera sebagai Hasil dari Kamma-kamma Baik mereka. Yang lebih tinggi dari Alam2 Kenikmatan ini adalah Kerajaan Brahma dimana Mahluk2 senang dalam Berkah Jhana di dapat oleh Rupavacara dan Arupavacara-kusala-kamma mereka. 4. Enam belas Alam Materi Halus (Rupa – Bhumi) Keadaannya jauh lebih tinggi dari pada 6 Alam Yang di berkahi Kenikmatan Indera.



145 i. 3 Alam Jhana Pertama adalah: Brahma-parisajja - Kerajaan dari Rombongan Brahma. Brahma-purohita - Kerajaan dari Menteri2 Brahma. Maha- brahma - Kerajaan dari Brahma Agung.



ii. 3 Alam Jhana Kedua adalah: Parittabha - Surga dari Kilauan terbatas Appamanabha - Surga dari Kilauan tidak terbatas Abhassara - Surga dari Dewa2 yang bersinar. iii. 3 Alam Jhana Ketiga adalah: Paritta-subha - Surga dari Dewa2 dengan sinar lemah Appamana-subha - Surga dari Dewa2 dengan sinar tak terbatas. Subha-kinha - Surga dari Dewa2 dengan sinar Penuh yang tetap. Iv .7 Alam Jhana Ke-empat adalah: Vihapphala - Surga dari Dewa2 dengan Berkah Besar. Asanna-satta - Surga dari Dewa2 dengan hanya Rupa tanpa Nama Suddhavasa - Surga dari Tempat Tinggal murni – hanya para Anagami Dan Arahat di temui dalam Tempat ini. Suddhavasa terdiri dari 5 Alam: Aviha - Surga yang bertahan lama Atappa - Surga yang tenang. Sudassa - Surga yang indah Sudassi - Surga yang berpandangan bersih. Akanittha - Surga yang paling tinggi. 5. Empat Alam Non Materi (Arupa-bhumi). Keadaannya tinggi di atas Alam2 Materi Halus. Nama 4 Alam Arupa telah di sebutkan di atas. Bhumi dan Orang. Duabelas Tipe Orang (Puggala) telah di sebutkan tadi sebelum Kesimpulan dari Bab.IV. Sekarang kita akan menempatkan Orang2 ini di dalam berbagai Alam Keberadaan dimana mereka termasuk.



146 1. Didalam Tempat Kediaman Apaya hanya Orang duggati – ahetuka di temui. 2. Didalam Kerajaan Manusia dan Catumaharajika, Sebelas Tipe Orang dengan Pengecualian Orang duggati-ahetuka ada di sana. 3. Dalam Lima Alam yang di berkahi Kenikmatan Indera, sepuluh Tipe Orang dengan Pengecualian Orang duggati-ahetuka dan Orang sugati-ahetuka ada di sana. 4. Dalam sepuluh Alam Rupa-Brahma dengan Pengecualian dari asanna-satta dan Lima Suddhavasa; satu Orang tihetukaputhujjana dan Delapan Orang Ariya ada di sana. 5. Dalam Surga asannasatta, Hanya Satu Orang sugati-ahetuka yang di lahirkan hanya dengan jivita-rupa ada di sana. 6. Dalam Lima Surga Suddhavasa, Orang Anagami-phalattha, Orang Arahatta-maggattha dan Orang Arahatta-phalattha ada di sana. Anagami yang mencapai Jhana Ke-empat di dalam Kerajaan Manusia, di lahirkan disini setelah Keakhiran mereka dalam Kerajaan Manusia. Dalam Keadaan itu mereka mencapai KeArahatan di dalam Surga Suddhavasa. 7. Dalam Empat Alam Arupa , Tujuh Orang Ariya (Dengan Pengecualian dari Orang Sotapatti-maggattha) dan Satu Orang tihetuka-puthujjana ada di sana. Sotapatti-magga tidak di capai dalam Alam ini. Orang2 Sotapanna yang mencapai Arupa-jhana dalam Kerajaan Manusia, mungkin di lahirkan dalam Alam Arupa dan mereka bisa mencapai magga dan phala yang lebih tinggi dalam Keadaan ini. Empat Cara dari Kelahiran Kembali (Patisandhi-catukha). 1. Apaya-patisandhi (Kelahiran Kembali yang sengsara). Akusalavipaka upekkha santirana ahetuka citta. 2. Kama-sugati patisandhi (Kelahiran Kembali yang diberkahi Kenikmatan Indera): a. Kama-sugati ahetuka patisandhi = kusala-vipaka santirana ahetuka-citta. b.Kama sugati sahetuka patisandhi = 8 maha-vipaka citta. 3. Rupa-patisandhi (Kelahiran Kembali dalam Alam Rupa) 5Rupavacara-vipaka citta + jivita-navaka kalapa rupa patisandhi. 4. Arupa-patisandhi (Kelahiran Kembali dalam Alam Arupa). – 4 Arupavacara-vipaka citta.



147 Catatan: a. Satu Apaya-patisandhi, Satu kama-sugati ahetuka-patisandhi dan 8 kamasugati sahetuka patisandhi, bersama menjadikan 10 kama-patisandhi. b. Lima Rupavacara-vipaka citta dan Jivita-navaka-kalapa-rupapatisandhi, bersama menjadikan 6 Rupa-patisandhi. c. Sepuluh patisandhi, 6 Rupa patisandhi dan 4 Arupa patisandhi, bersama menjadikan 20 Tipe Patisandhi (Kelahiran Kembali). Jumlah patisandhi lebih Satu dari jumlah Kesadaran Kelahiran Kembali, sebab ada Satu Rupa-patisandhi. Orang dan Patisandhi. 1. Empat Penghuni Apaya dalam Alam2 Niraya, Tiracchana, Peta, Asura, di lahirkan dengan Akusala-vipaka upekkha santirana ahetuka citta. Citta ini adalah Hasil dari Kamma Tidak bermoral. Ia menjadi Penghubung kembali (Kesadaran Kelahiran Kembali) pada Saat turun ke dalam Keadaan Sengsara. Kemudian ia tergelincir ke dalam Kelanjutan-Kehidupan (Bhavanga) dan akhirnya ia menjadi Kesadaran-Kematian dan di putuskan. 2. Dalam Kerajaan Manusia dan Kerajaan Catumaharajika, Mahluk2 yang cacat seperti mereka yang buta, tuli, dungu, terkebelakang, atau cacat karena Kelahiran, dan Dewa Tanah yang rendah (deva) di lahirkan dengan kusala-vipaka upekkha santirana ahetuka citta. 3. Di dalam semua Tujuh Alam yang diberkahi Kenikmatan Indera, Manusia2 Normal dan Dewa2 di lahirkan dengan salah satu dari Delapan Mahavipaka citta. Maka itu Hasil dari Delapan Perbuatan Besar sebagai Penghubung kembali (Kesadaran2 Kelahiran Kembali), Kelanjutan Kehidupan dan Kesadaran Kematian di mana saja di dalam Dunia-Indera yang di berkahi. Diantara Manusia2 dan Dewa2 , Orang2 dvi-hetuka di lahirkan dengan Empat Mahavipaka nanavipayutta citta, sedangkan Orang2 ti-hetuka di lahirkan dengan Empat Mahavipaka nana sampayutta citta. 4. Diantara para Rupa-Brahma; i. Brahma dari 3 Alam Jhana Pertama di lahirkan dengan rupavacara Jhana Pertama vipaka citta.



148 ii.



iii. iv.



v.



Brahma dari 3 Alam Jhana Kedua di lahirkan baik dengan rupavacara Jhana Kedua vipaka citta atau juga dengan rupavacara citta Jhana Ketiga. Brahma dari 3 Alam Jhana Ketiga di lahirkan dengan rupavacara citta Jhana Ke-empat. Brahma dari alam Jhana ke Empat, dengan Kekecualian dari Brahmas asannasatta, di lahirkan dengan rupavacara citta Jhana Ke-lima dan, Asannasatta Brahma dilahirkan dengan jivita-navakakalapa-rupa.



5. Akasanancayatana-brahma di lahirkan dengan akasanancayatana-vipaka citta. Vinnanancayatana-brahma di lahirkan dengan Vinnanancayatana-vipaka citta. Akincannayatana-brahma di lahirkan dengan akincannayatana-vipaka citta, dan N’evasanna-n’asannayatana-brahma di lahirkan dengan n’evasann-n’asannayatana-vipaka citta.



Metode Penamaan dari Alam2 Rupa. Alasan bagi beberapa Ketidak sepahaman dari Nama2 Alam2 Rupa dan Kesadaran Kelahiran Kembali dari para Brahma adalah karena ada Dua Cara untuk menghitung Rupa-Jhana. Bagi Orang2 dengan Kebijaksanaan yang lambat, setelah mencapai rupavacara jhana-Pertama, mereka harus menghilangkan Faktor2 Jhana Satu per Satu dalam Perjalananannya ke Jhana yang lebih tinggi. Maka bagi Orang dengan Tipe ini, Ada Lima rupavacara jhana. Bagi Orang2 dengan Kebijaksanaan yang cepat, setelah mencapai Jhana Pertama, mereka menghilangkan Vitakka dan Vicara bersamaan dalam Perjalanannya ke Jhana Kedua. Maka itu Jhana Kedua mereka, sama dengan Jhana Ketiga dari Orang2 dengan Kebijaksanaan yang lambat, dan Jhana Ke-empat mereka, sama dengan Jhana Ke-lima dari Orang2 yang Kebijaksanaannya lambat. Begitulah, hanya ada Empat rupavacara Jhana bagi Orang2 yang Kebijaksanaannya cepat. Didalam Praktek, sebagaimana yang di amati di International Buddha Sasana Centres (Pa-auk Meditatioan Centre) hampir semua Orang menghapuskan Vitakka dan Vicara bersamaan. Disini Metode



149 Penghitungan rupavacara jhana ke-atas sampai Tingkat Ke-empat lebih Umum, dan akibatnya, Alam2 Jhana di namakan menurut Metode ini. Di dalam Bhumi Chart (Yakni Chart No. 5.1 dilampirkan di belakang Buku ini), Kesadaran Kelahiran Kembali di jelaskan menurut Metode Lima rupavacara-jhana sedangkan Alam2 Rupa di jelaskan menurut Metode Empat rupavacara-jhana. Dua Metode Penghitungan rupavacara jhana,bersama dengan Nama2 dari Alam2 Rupa di gambarkan dalam Tabel 5.1



Empat Cara dari Mengandung. 1. Andaya-patisandhi - Dikandung dalam Telur bercangkang. 2. Jalabuja-patisandhi - Dikandung dalam Rahim. 3. Sansedaja-patisandhi - Dikandung dalam Lubang, atau Satu Batang Pohon, dalam Buah2an, dalam Bunga, dalam Paya2, dalam Air yang menggenang, dalam Mayat dan Mayat yang membusuk, dsb.. seperti Lalat dan Nyamuk. 4. Opapatika-patisandhi - Kelahiran Kembali dalam Bentuk dari Seorang yang dewasa sekitar 16 tahun seperti melompat keluar tidak tahu dari mana. Catatan: Andaya-patisandhi dan jalabuja-patisandhi juga secara bersamaan di kenal sebagai gabbhaseyaka-patisandhi.



150 Penerapan: 1. Orang2 menderita dalam Niraya di lahirkan hanya dengan Cara opapatika-patisandhi. 2. Peta dan Asura di lahirkan baik melalui jalabuja-patisandhi atau juga opapatika-patisandhi. 3. Binatang2 di lahirkan dengan semua Empat Cara Kandungan. 4. Manusia Pertama-tama dilahirkan dengan Cara opapatikapatisandhi pada Permulaan dari Dunia, dan kemudian baik dengan jalabuja-patisandhi atau juga sansedaja-patisandhi. 5. Kelompok Dewa Tanah di lahirkan baik dengan Cara jalabujapatisandhi atau opapatika-patisandhi. 6. Mahluk Deva dan Brahma di lahirkan hanya dengan Cara opapatika-patisandhi. Rentang Waktu Kehidupan Mahluk2. 1. Orang2 yang menderita dalam Empat Tempat tinggal apaya tidak mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang tetap.. Mereka menderita dalam Keadaan sengsara sesuai dengan Kamma2 mereka. Batas Usia mereka berbeda sesuai dengan Perbuatan2 Jahat mereka. Beberapa berumur pendek dan beberapa berumur panjang. Selama masa Buddha, Bhikkhu Tissa, waktu meninggal menjadi Seekor Kutu selama tujuh hari di dalam Jubah baru yang di persembahkan kepadanya oleh Saudari Perempuannya dan ia melekat padanya pada waktu meninggalnya. Lagi, Mallika, Ratu dari Raja Kosala, harus menderita dalam Satu Keadaan sengsara hanya selama tujuh hari di karenakan Satu Perbuatan Tidak Bermoral, dan kemudian ia di lahirkan Kembali di dalam Alam yang di berkahi Kenikmatan Indera karena Perbuatan Baiknya. Pada Kejadian yang lain, Devadatta di takdirkan menderita selama Satu aeon di dalam Niraya karena Kamma Buruknya yang serius menyebabkan Satu Perpecahan dalam Sangha. 2. Manusia juga tidak mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang tetap, Batas umur timbul dari Sepuluh tahun sampai tahun2 yang tidak terhitung (assankheyya) dan kemudian jatuh kembali sampai Sepuluh Tahun. Periode sementara, ketika Batas Usia Manusia timbul dari Sepuluh sampai Tahun2 tidak terhitung dan kemudian jatuh ke sepuluh lagi, di kenal sebagai Satu antarakappa. Dengan kata lain, Satu antara-kappa di ukur oleh Waktu yang di perlukan oleh Bandul dari Generasi Pengakhiran-



151 Kehidupan untuk berayun dari Satu Pengakhiran-Sepuluh tahun ke Satu Pengakhiran – asankkeyya dan kembali lagi ke Pengakhiran Sepuluh Tahun. Enam puluh empat antara-kappa , secara Harfiah , Satu Siklus tidak terhitung. Satu asankheyyakappa melebihi Waktu yang di butuhkan untuk menghabiskan Satu Kotak yang besar masing2 Satu Yojana Panjang, Lebar dan Tingginya, di penuhi dengan Biji2 Lada, dengan membuang Satu Biji sekali dalam Seratus tahun. Satu asankheyya-kappa mungkin memerlukan selama Satu aeon. Empat asankheyyakappa sama dengan Satu maha-kappa, secara harfiah Satu Siklus Besar, Satu maha-kappa juga di kenal sebagai Satu Siklus Dunia. 3. Kelompok Dewa2 Tanah dan Asura yang rendah, keduanya termasuk pada Alam Catumaharajika. Mereka tidak mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang tetap. 4. Deva dan Brahma dalam Alam Dewa mempunyai Rentang Waktu-Hidup yang tetap. Tabel 5.2



Catatan: i. Satu ‘Hari Dewa’ dalam Catumaharajika yang lebih tinggi sama dengan 50 Thn. Manusia; Satu Hari Dewa dalam Tavatimsa sama dengan 100 Thn. Manusia; satu Hari Dewa dalam Yama sama dengan 200 Thn. Manusia dst.. . Tiga puluh Hari Dewa menjadi Satu Bulan dan 12 Bulan jadi Satu Tahun. ii. Kalau kita naik ke atas dari Alam yang lebih rendah ke Alam yang lebih tinggi, Masa-Kehidupan, dua kalinya dan Lama Hari Dewa juga Dua kalinya. Ini adalah Kunci untuk mengingat Rentang-



152 Kehidupan dari Alam2 Dewa yang berbeda -- Kalikan dua Tahun2 Dewa dan kalikan Tahun Manusia dengan 4 bila naik Satu Tangga ke Atas. iii. Lord Buddha mengkhotbahkan Abhidhamma-desana dalam Tavatimsa selama Tiga Bulan pada Satu Masa tanpa berhenti. Tidak ada Manusia yang sanggup untuk mendengarkan Khotbah yang panjang itu tanpa berhenti. Tapi Satu Periode dari 90 Hari Bumi, hanyalah 3,6 Menit di dalam Tavatimsa. Maka para Dewa tidak mempunyai Masalah untuk mendengarkan Lord Buddha Penghancuran Dunia. Menurut Kitab Suci Agama Buddha, ada sejumlah Dunia tidak terbatas dan tidak ada Dunia yang abadi. Bumi kita sendiri akan berakhir pada suatu hari. Ini agak berhubungan dengan Pengamatan melalui Teleskop yang paling kuat bahwa Bintang2 tua sedang mati dan Bintang2 muda sedang terbentuk. Dunia bisa di hancurkan oleh Api, Air, atau Angin. Bila di hancurkan oleh Api, semua Dunia sampai 3 Alam Jhana-Pertama akan terbakar. Setelah di hancurkan Tujuh kali berturutan oleh Api, Dunia akan di hancurkan oleh Air pada yang ke Delapan kalinya ketika semua Dunia sampai 3 Alam Jhana-Kedua akan di hancurkan. Setelah di hancurkan dalam Siklus yang teratur, 7 kali oleh Api dan Satu kali oleh Air, Dunia akan di hancurkan oleh Angin pada yang ke 64 kalinya. Biasanya Lokapala-deva (Dewa2 Penjaga Dunia) memberitahukan Orang2 terlebih dahulu tentang Penghancuran Dunia yang sedang mendatang. Dengan demikian Orang karena takut melakukan Perbuatan2 Baik dan melaksanakan Meditasi Samatha (Ketenangan) untuk mencapai Jhana2 yang lebih tinggi supaya di lahirkan Kembali di dalam Alam Surga yang lebih tinggi dengan demikian terhindar dari Bencana itu.



153 Tabel 5.3.



154 Empat Jenis dari Kamma (Kamma-Catukka). Kamma, biasa di sebut Karma. Secara harfiah Artinya, Kehendak berbuat atau Perbuatan. Sebagaimana Satu Aturan, Perbuatan2 Baik membuahkan Kebaikan dan Perbuatan2 Buruk membuahkan Akibat2 Buruk. Sekarang Perbuatan dapat di lakukan oleh Gerakan Tubuh (kaya), oleh Kata2 dari Mulut (vaci), atau oleh Pikiran (mano). Tetapi Tubuh dan Mulut tidak dapat bergerak atas Kehendak mereka sendiri, mereka harus di gerakan oleh Pikiran (citta) melalui Cittaja-rupa. Lagi pula, Citta hanyalah Kesadaran dari Satu Rasa Objek, ia tidak memberikan Perintah atau Pengarahan untuk melakukan Satu Perbuatan atas Kehendaknya sendiri. Adalah Kehendak (Cetana) yang mengarahkan Citta dan Pengikut2-nya untuk melakukan Perbuatan, maka Cetana bertanggung jawab untuk menyelesaikan Satu Perbuatan. Demikianlah secara tegas di katakan, Kamma ber-arti Semua Kehendak yang Bermoral dan yang Tidak Bermoral (Cetana). Kehendak yang mempunyai Akar Kegelapan Batin (Moha), Keserakahan atau Kemelekatan (Lobha) atau Kemarahan (Dosa) ialah Kejahatan. Kehendak yang disertai oleh Kedermawanan (Alobha), Kehendak Baik (Adosa), dan Kebijaksanaan (Panna) ialah Bermanfaat. Dengan Kata lain, Cetana yang ada dalam 12 Akusala citta adalah Kamma2 yang Tidak Bermoral sedangkan Cetana yang ada dalam 8 Maha-kusala citta, 5 Rupavacara-kusala citta dan 4 Arupavacara-kusala citta adalah Kamma2 yang Bermoral. Sekarang Cetana dan Pengikut2-nya (yaitu, Citta dan Cetasika lain daripada Cetana) berlalu setelah melakukan Keperluannya masing2. Tetapi sebelum ia berlalu, mereka meninggalkan Milik2 Kamma mereka di dalam Arus Citta. Milik2 Kamma ini, adalah Kamma2 yang Potensial yang akan menghasilkan Akibat2 yang bersesuaian pada Waktu2 yang sesuai, dan Akibat itu akan jatuh pada si Pelaku sendiri. Ada sedikit Persamaan dengan Hukum Newton yang Ketiga dari Pergerakan dalam Ilmu Alam. Hukum itu mengatakan : “Pada setiap Aksi ada Satu Reaksi Perlawanan yang sama”. Maka Satu Orang, yang melakukan Satu Perbuatan Baik atau Buruk, akan mengharapkan Satu Reaksi Perlawanan yang sama baik dalam Kehidupan ini atau dalam beberapa Kehidupan di masa depan. Terlebih lagi, Reaksi Perlawanan itu bisa datang banyak kali karena Kamma telah di lipat gandakan sampai lebih dari Satu Miliar oleh Milik dari Citta. Bagaimana? Sebagaimana telah di sebutkan di muka, Citta dapat terjadi pada Kata2 lebih dari Satu Triliun kali Se-kedipan Mata.



155 Maka ber-miliar Citta disertai oleh Kehendak untuk membunuh Se-ekor Nyamuk akan timbul, waktu memukul Nyamuk. Citta yang ber-miliar ini bersama dengan Kehendak untuk membunuh akan menimbun bermiliar Benih2 Kamma di dalam Arus Citta. Sebagaimana Satu Benih Sayuran akan menumbuhkan Satu Tanaman baru dari Jenis Pohon yang sama dari Benih, begitu juga Satu Benih Kamma akan menghasilkan Satu Mahluk baru dalam Satu Alam yang bersesuaian dengan Kamma aslinya. Satu Kamma Yang Tidak Bermoral akan memberikan Kelahiran Kembali dalam Satu Alam yang menderita sedangkan Satu Kamma Yang Bermoral akan memberikan Kelahiran Kembali dalam Satu Alam yang di berkahi. Persis seperti Miliaran Kamma2 Tidak Bermoral di hasilkan dalam Satu Perbuatan dari membunuh Se-ekor Nyamuk, begitu juga dalam melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat, seperti memberikan Kedermawanan, ber-miliar Kamma2 Bermoral di hasilkan. Demikianlah jumlah Kamma2 Bermoral begitu juga yang Tidak Bermoral di timbun dalam Kehidupan ini begitu juga dalam Kehidupan2 lampau yang tidak terhitung sedemikian banyak hingga tidak dapat di tangani oleh Satu Komputer yang Super. Namun semua Kamma2 ini berada dalam Arus Citta dari setiap Individu mengikutinya di mana-pun ia muncul dalam Satu Kehidupan yang baru. Seperti setiap Objek disertai oleh Sebuah Bayangan, begitu juga setiap Kamma di-ikuti oleh Akibatnya yang bersesuaian. Kamma adalah Perbuatan dan Vipaka (Buah atau Hasil) ialah Reaksinya. Ia adalah Sebab dan Akibat. Seperti Sebuah Benih, ialah Kamma, seperti Satu Tumbuhan ialah Vipaka. Sebagaimana kita menabur, begitulah kita menuai, baik dalam Kehidupan ini ataupun dalam Kehidupan masa depan. Apa yang kita tuai hari ini adalah apa yang telah kita taburkan baik sekarang atau-pun pada masa yang lampau. Kamma, adalah Satu Hukum-nya sendiri, dan ia bekerja di dalam Lingkungannya sendiri tanpa suatu campur Tangan dari Satu Perantara luar yang mengatur, sudah menjadi Sifatnya Kamma ialah Potensi dari menghasilkan Akibatnya yang bersesuaian. Kamma adalah Sebab, Vipaka adalah Akibat. Sebab menghasilkan Akibat, Akibat menjelaskan Sebab. Hukum Sebab dan Akibat berlaku di mana-pun. Walaupun kita tidak dapat mengetahui Kamma2 Individu dalam Satu Orang, kita dapat menggolongkan Kamma2 ke dalam beberapa Tipe sebagaimana di babarkan oleh Sang Buddha, dan meramalkan kapan, dimana dan bagaimana setiap Tipe akan membuahkan Akibatnya.



156



A. Kicca – Kamma Catukka. Berkenaan dengan Fungsi, ada Empat macam Kamma: 1. Janaka - Kamma : Kamma Produktif yang menghasilkan Kelompok Mental dan Kelompok Materi pada Saat Pembuahan begitu juga sepanjang Waktu-Kehidupan dari Individu. 2. Upatthambhaka - Kamma : Kamma Pendukung yang mendukung Janaka-Kamma begitu juga Akibat dari JanakaKamma sepanjang Waktu-Kehidupan dari Individu. 3. Upapilaka – Kamma : Kamma Penghalang yang memperlemah, menyela atau memperlambat Buah dari Janaka-Kamma. 4. Upaghataka – Kamma : Kamma Penghancur yang tidak saja memutus Akibat dari Janaka-Kamma tapi juga merusak JanakaKamma dan menghasilkan Akibatnya sendiri. Dengan Kata lain Orang itu mati dengan tiba2 dan di lahirkan Kembali sesuai dengan Upaghataka-Kamma. Sebagai Satu Contoh dari bekerjanya Empat Kamma2 diatas, Kasus dari Devadatta dapat di katakan. Janaka-Kamma-nya yang baik menghasilkan ia di lahirkan dalam Satu Keluarga Kerajaan. Kenyamanan2 dan Kesejahteraan-nya yang berlanjut sesuai dengan Perbuatan dari Janaka-Kamma begitu juga dari Kamma Pendukung. Kamma Penghalang mulai ber-peran ketika ia di kucilkan dari Sangha dan Subjek dari banyak Kehinaan. Kemudian Kamma Tidak Bermoralnya yang serius menyebabkan Satu Perpecahan dalam Sangha, bekerja sebagai Kamma Penghancur yang mengirimnya jatuh ke Neraka Avici. B.



Pakadanapariyaya – Kamma Catukka. Berkenaan pada Prioritas dalam Membuahkan Akibat2, Ada Empat Macam Kamma : 1. Garuka – Kamma : Kamma Berat yang begitu Kuatnya sampai tidak ada Kamma yang lain dapat menghasilkan Fungsinya dalam Kehidupan selanjutnya. Dengan Kata lain, ia pasti menghasilkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya. Kamma2 Berat yang Buruk adalah Pancanantariya Kamma, yaitu, (i) Menimbulkan Satu Perpecahan di dalam Sangha, (ii) Melukai Seorang Buddha, (iii) Membunuh Seorang Arahat , (iv) Membunuh Ibu dan, (v) Membunuh Ayah. Niyata-micchaditthi (Pandangan Salah yang permanen) juga di masukkan sebagai Satu Kamma Berat.



157 Disamping itu, 5 Rupavacara-kusala kamma dan 4 Arupavacarakusala kamma adalah Kamma2 Berat yang Baik. Lokuttaramagga juga adalah Satu Kekuatan Berat karena ia menutup Pintu2 dari Empat Tempat tinggal apaya untuk selamanya. 2. Asanna – Kamma : Kamma yang mendekati yang di lakukan atau di ingat Sesaat sebelum Kematian. 3. Acinna – Kamma : Kamma Kebiasaan yang di lakukan secara teratur, atau yang dapat menjadi Satu Kamma yang di lakukan Sekali dan itu di Ingat kembali dan di kenang sepanjang waktu. 4. Katatta – Kamma : Kamma Tidak Tentu yang sekali di lakukan dan segera di lupakan. Sekarang, bila kita punya Garuka-Kamma Apa saja, ia akan menghasilkan Akibatnya ketika kita mati dan mengkondisikan Kehidupan kita selanjutnya. Bila kita tidak punya Garuka Kamma Apapun yang mana Hal ini yang sering terjadi, maka kita harus mengandalkan pada Asanna-kamma untuk mengkondisikan Kehidupan Kembali kita selanjutnya. Untuk mendapatkan Satu Asanna-kamma yang Baik, Anak2 Lelaki dan Perempuan atau Kerabat2 dan Kawan2 harus menyiapkan Perbuatan2 Bermanfaat seperti mempersembahkan Jubah2 pada para Bhikkhu atau untuk mendengarkan Khotbah Dhamma bagi Orang2 pada Tempat tidur Kematiannya. Orang yang sekarat juga harus di ingatkan pada Perbuatan2 Baik-nya di masa lampau. Satu Contoh yang baik adalah ayah dari Y.M. Sona di Ceylon. Sang Ayah bermata Pencaharian sebagai Seorang Pemburu. Ketika ia terlalu tua untuk pergi berburu, ia menjadi Seorang Bhikkhu dalam Vihara Anak Lelakinya. Segera ia jatuh sakit dan mendapatkan Satu Penampakkan bahwa Anjing2 Neraka merambat menaiki Bukit untuk menggigit-nya. Ia ketakutan, dan ia meminta Anak Lelakinya untuk mengusir Anjing2 itu. Anak Lelakinya, yang adalah Seorang Arahat, mengetahui bahwa Ayahnya mengalami Satu Gati-nimitta yang akan melemparnya ke dalam Niraya. Ia meminta Pengikut2-nya cepat2 untuk mengumpulkan Bunga2 dan menebarkannya ke seluruh Pagoda di dalam Vihara. Kemudian ia membawa Ayahnya beserta Tempat tidurnya ke Pagoda. Yang mulia Sona mengingatkan Ayahnya untuk memberi Penghormatan ke Pagoda dan untuk bergirang Hati dalam mempersembahkan Bunga2 bagi Kepentingannya. Bhikkhu tua itu menjadi tenang, menghormat kepada Pagoda dan bergirang Hati waktu melihat Bunga2 di persembahkan ke Pagoda atas Namanya. Pada Saat itu, Gati-nimitta-nya berubah. Ia berkata kepada



158 Anak Lelakinya, “Ibu-ibu angkat-mu yang cantik2 dari Tempat Kediaman Dewa2 telah datang untuk membawa saya”. Anak Lelaki itu puas dengan Hasil dari Usahanya. Ini adalah Satu Cara yang sangat baik untuk membalas Rasa Terima Kasih yang kita terima dari Orang tua kita. Supaya yakin untuk mendapat Satu Asanna-kamma yang baik, bagaimanapun, kita harus mengembangkan Satu Acinna-kamma selagi kita hidup. Acinna-kamma terbaik adalah Meditasi Ketenangan atau Meditasi-Pengertian yang dapat di lakukan sepanjang waktu. Bilamana itu menjadi Kebiasaan, itu akan di ingat dan di lakukan pada Waktu mendekati Kematian. Raja Dutthagamani dari Ceylon mempunyai Kebiasaan memberikan Sedekah kepada para Bhikkhu sebelum ia makan. Suatu Waktu Saudaranya memberontak dan mengasingkan-nya ke dalam Hutan. Selagi bersembunyi di dalam Hutan, ia bertanya kepada Pembantunya, Apakah mereka punya Sesuatu untuk di makan. Pembantunya menjawab bahwa ia telah membawa Satu Mangkuk Makanan Raja. Raja membagi Makanan itu menjadi Empat Bagian – Satu Bagian untuk-nya, Satu untuk Pembantu, Satu untuk Kuda dan Satu untuk Persembahan. Ia lalu meminta Pembantu untuk mengundang para Bhikkhu atau Pertapa untuk datang dan mengambil Persembahan-nya. Tentu saja mereka tidak dapat melihat Siapa2 di sekitarnya. Tetapi atas Desakan Raja, Pembantu itu mengundang dengan Suara keras. Lo! Seorang Bhikkhu terhormat sedang mendatang dari Udara. Bhikkhu itu adalah Seorang Arahat dengan Pengetahuan abhinna. Raja sangat bergembira hingga ia tidak hanya mempersembahkan Bagian Ke-empat dari Makanan itu tapi juga Bagian-nya. Pembantu itu ikut menyusul dan mempersembahkan Bagian-nya. Waktu melihat pada Kuda-nya, ia manggut2 menandakan Kuda-nya juga menginginkan mempersembahkan Bagian-nya juga. Raja merasakan begitu Senangnya untuk beberapa Saat, dan kemudian merasa lapar lagi. Mengetahui bahwa Arahat itu dapat mendengarnya dengan Telinga Dewa-nya (dibha-sota), ia membuat Satu Permohonan agar mengirimi kepadanya setiap Sisa dari Makanan itu. Arahat itu mengirimkan padanya Mangkok-Sedekah yang datang terbang melalui Udara. Raja mengambil Mangkuk itu dan mendapatkannya penuh dengan Makanan. Makanan itu bisa di gandakan dengan idhi-vidha-abhinna (Kekuatan Supernormal). Raja, Pembantu dan Kuda itu bisa makan sampai kenyang.



159 Kemudian Raja mendapatkan kembali Kekuatannya dan mendanakan Satu Jumlah yang sangat besar dari Kekayaan-nya kepada Buddha Sasana (Agama Buddha) untuk membangun Thupa besar di sebut Maha-cetiya, banyak Vihara dan Bangunan2 Keagamaan lainnya. Ia telah meminta semua Perbuatan2 Baiknya di catat. Ketika ia terbaring di atas Tempat Tidur Kematian-nya, ia mendengarkan pada Catatan-nya, yang di bacakan kepadanya. Sampai pada Hal dari Persembahan Makanan pada Arahat di dalam Hutan, ia meminta pada Pembacanya untuk berhenti membaca. Ia dalam Keadaan sangat girang, ketika mengingat Perbuatan ini, lalu ia meninggal. Kamma Baik ini membuahkan Kelahiran Kembali-nya di dalam Kerajaan Tusita. Cunda, Seorang Penjagal, menuntut Penghidupan dengan memotong Babi secara kejam selama lebih dari Lima puluh tahun. Ketika Waktunya tiba, Api dari Niraya datang dan membakarnya membuat ia memekik seperti Seekor Babi selama Tujuh Hari. Ia berada di Niraya segera begitu ia meninggal. Acinna Kamma itu menjadi Asanna-kamma dan menghasilkan Akibatnya. Perumpamaan dari Sebuah Bangsal – Ternak. Se-umpamanya banyak Ternak di kurung di dalam Satu Bangsal yang Besar selama Semalam. Pagi harinya Pintu Bangsal di buka untuk membiarkan Ternak2 keluar ke Padang Rumput. Sekarang siapa yang akan keluar lebih dulu? Semua Ternak2 ingin keluar se-segera mungkin. Bila ada Satu Pemimpin diantara mereka dimana setiap Ternak menghormatinya, yang Satu ini akan berjalan dengan Keangkuhan-nya ke Pintu dan keluar duluan. Yang satu ini seperti Satu Garuka-kamma yang tanpa ada Perlawanan untuk membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya. Sekarang, bila tidak ada Pemimpin, Se-ekor yang paling dekat ke Pintu bisa keluar yang pertama. Ini sama dengan Asanna-kamma membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya. Kadang2 Se-ekor yang waspada, yang telah selalu memperhatikan dengan teratur kapan Waktu Pintu Bangsal itu di buka, bisa berjalan ke Pintu tepat sebelum Pintu di buka dan keluar pertama begitu Pintunya di buka. Ini seperti Acinna-kamma menghasilkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya.. Kadang2, Se-ekor yang lemah yang tidak di harapkan, karena di dorong2 oleh yang lebih kuat, bisa keluar dari Bangsal yang pertama. Ini



160 sama seperti Kasus ketika Satu Katata-kamma yang tidak di harapkan mempunyai Kesempatan untuk mengkondisikan Kehidupan selanjutnya. Ratu Mallika menjalankan Satu Penghidupan yang bajik, tetapi ia ingat Satu Kebohongan, yang ia telah katakan pada Raja Kosala pada Waktu yang lampau, pada Saat2 Kematiannya. Demikianlah Katatakamma ini telah melemparnya jatuh ke bawah ke Satu Keadaan yang menderita selama Tujuh hari. C. Pakakala – Kamma Catukka. Berkenaan pada Waktu dalam membuahkan Akibat, Ada Empat Macam Kamma: 1. Ditthadhammavadaniya – kamma : Kamma yang berlaku dengan segera yang membuahkan Akibat dalam Kehidupan sekarang. 2. Upapajjavedaniya - kamma : Kamma yang berlaku sesudahnya yang membuahkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya (Yang Ke-dua). 3. Aparapariyavedaniya – kamma : Kamma yang berlaku tidak terbatas yang membuahkan Akibatnya dari Kehidupan Ke-tiga sampai Kehidupan terakhir Orang itu merealisasikan Nibbana. 4. Ahosi – kamma : Kamma Kadaluwarsa yang tidak lagi membuahkan Akibat. Dalam mempelajari vithi kita amati bahwa maha-kusala citta atau akusala citta berfungsi Tujuh kali sebagai Javana dalam Keadaan biasa. Cetana (Kehendak) bersekutu dengan Javana Pertama di sebut Ditthadhammavedaniya-kamma yang akan menghasilkan Akibatnya dalam Kehidupan ini juga. Bila ia tidak bekerja dalam Kehidupan ini, ia menjadi Kadaluwarsa. Devadatta dan Cunda di bakar oleh Api Niraya dalam Kehidupan mereka yang sekarang. Pasangan Kakavaliya yang miskin, setelah mempersembahkan Bubur Nasi pada Y.M. Sariputta, menjadi sangat kaya dalam Tujuh hari. Dari Tujuh Javana , Javana Pertama yang paling lemah. Yang paling kuat adalah Javana Ke-tujuh. Cetana yang bersekutu dengan javana ini di sebut upapajjavedaniya-kamma. Ia menghasilkan Akibatnya dalam Kehidupan selanjutnya (Ke-dua). Bila ia tidak bekerja dalam Kelahiran Kedua, ia juga menjadi Kadaluwarsa atau tidak berlaku (ahosi).



161 Javana Pertengahan yang Lima adalah Kuat, dan Cetana yang bersekutu dengan mereka di kenal sebagai aparapiriya-vedaniyakamma. Sebagaimana jutaan vithi terjadi dalam Satu Perbuatan Bermanfaat atau Tidak Bermanfaat, akan timbul jutaan dari kamma Tipe ini selama Perbuatan itu. Maka kamma ini akan bekerja tidak terbatas dari Kelahiran Ketiga sampai Se-seorang berakhir ketika Individu itu mencapai Nibbana. Tidak Seorang-pun, juga Sang Buddha dan Arahat, di kecualikan dari tingkat Kamma ini. Maka untuk setiap Perbuatan yang telah kita lakukan kita akan mengharapkan Akibat2 tidak hanya dalam Kehidupan ini tapi dalam Kehidupan yang tidak terbatas di masa depan sehubungan dari Pengembaraan kita dalam Samsara. Maka hati-hati-lah! D. Pakathana – Kamma Catukka. Berkenaan pada Tempat dimana Akibat2 Kamma terjadi, Kamma ini di bagi ke dalam Empat Tingkatan: 1. Akusala – Kamma : Perbuatan2 tidak Bermoral yang menghasilkan Akibat2-nya di dalam Empat Tempat tinggal apaya. 2. Kamavacara – kusala - Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di dalam Alam Indera yang menghasilkan Akibat2-nya di dalam Tujuh Kerajaan2 Kenikmatan Indera yang di berkahi (Kamaloka). 3. Rupavacara-kusala-Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di dalam alam Materi-Halus yang menghasilkan Akibat2-nya di dalam Enam belas Kerajaan2-Rupa (Rupaloka). 4. Arupavacara-kusala-Kamma : Perbuatan2 yang Bermoral di dalam Alam-Bukan Materi yang menghasilkan Akibatnya di dalam Empat Kerajaan-Arupa (Arupaloka). Catatan: i. Pada Intinya, harus dicatat bahwa: a) Akusala-kamma : 12 Cetana bersekutu dengan 12 akusalacitta. b) Kamavacara-kusala-kamma : 8 Cetana disertai dengan 8 mahakusala-citta c) Rupavacara-kusala-kamma : 5 Cetana disertai dengan 5 rupavacara kusala citta. d) Arupavacara-kusala-kamma : 4 Cetana disertai dengan 4 arupavacara-kusala-citta.



162



ii



Akibat Kamma ada Dua Jenis: - Vipaka-namakkhandha dan Katata-rupa. a) Vipaka – namakhandha – vipaka – citta dan Pengikut2-nya. b) Katatta-rupa – kammaja-rupa dan utuja-rupa. Kammaja-rupa ialah Pemenuhan Kebutuhan Tubuh di hasilkan oleh kamma dan Utuja-rupa ialah Pemenuhan Kebutuhan Tubuh di hasilkan oleh Temperatur. Lebih lanjut Akibat Kamma terjadi pada patisandhi-kala (yakni, Saat Timbulnya patisandhi citta) sama juga pada pavatti-kala (yakni, Sejak Saat Keberadaan patisandhi-citta sampai Kematian). Kamma – Dvara dan Tiga Tipe Kamma. Tempat dimana Kamma terjadi atau Peralatan dengan mana Kamma timbul di sebut Kamma-dvara. Ada Tiga Kamma-dvara. 1. Kaya-dvara : Gerakan Tubuh yang khusus disebut kayavinnatti dimana Gerakan Tubuh terjadi (kaya – kamma) 2. Vaci-dvara : Pembicaraan menghailkan Gerakan Mulut disebut vacivinatti dimana Gerakan Perkataan timbul (vaci – kamma) 3. Mano-dvara : Dimana Tindakan Mental semua citta (mano – kamma) timbul. Sehubungan dengan Tiga Kamma-dvara, Ada Tiga



Tipe



Kamma. 1. Kaya – Kamma : Tindakan Tubuh umumnya di lakukan oleh Gerakan Tubuh yang khusus disebut kayavinnatti. 2. Vaci – Kamma : Tindakan Perkataan umumnya di lakukan oleh Gerakan Mulut yang khusus disebut vacinnatti. 3. Mano – Kamma : Tindakan Mental di laksanakan oleh Pikiran melalui, berpikir, merencanakan, meditasi dsb… Sepuluh Akusala Kamma-Patha “Kamma-patha” Artinya, “Bagian dari Tindakan”. Itu adalah Nama dari Satu Grup dari 10 Macam Perbuatan, baik Tidak Bermanfaat atau Bermanfaat. Perbuatan2 Tidak Bermanfaat dapat di bagi dalam Tiga Grup sehubungan dengan Tiga Tipe dari Kamma. 1 Akusala – kaya – kamma : Ada 3 Perbuatan Tubuh Tidak Bermanfaat 1 Panatipata - Membunuh Apa-pun Mahluk hidup



163 2 Adinnadana - Mencuri atau mengambil Milik Orang lain secara tidak Sah. 3 Kamesu-micchacara – Hubungan Kelamin yang tidak senonoh, seperti hubungan Kelamin yang menyalahi Hukum. 2 Akusala – vaci –kamma : Ada 4 Perbuatan Perkataan yang tidak Bermanfaat 1. Musavada - Berdusta. 2. Pisunavaca - Memfitnah. 3. Pharusavaca - Tidak sopan atau Bicara kasar. 4. Samphappalapa - Pembicaraan yang Sia-sia atau omong kosong. 3 Akusala – mano Bermanfaat. 1. Abhijjha -2. Vyapada -3. Micchaditthi --



- kamma : Ada 3 Perbuatan Mental Tidak Ke-irihatian / Ketamakkan Ke-inginan Jahat Pandangan Salah.



Sepuluh Perbuatan2 Tidak Bermanfaat juga disebut “Sepuluh ducarita” artinya “Sepuluh Kelakuan Jahat”. Dari Sepuluh itu, Membunuh, Berkata Kasar, dan Keinginan Jahat di sempurnakan oleh dosa-mula-citta. Hubungan Sex yang tidak senonoh, Ke-irihatian dan Pandangan Salah di sempurnakan oleh lobha-mulacitta. Mencuri, Berdusta, Memfitnah dan Omong Kosong di sempurnakan oleh lobha-mula atau dosa-mula-citta. Sepuluh Kusala Kamma Patha. Ada Sepuluh Perbuatan Bermanfaat juga di kenal sebagai “Sepuluh sucarita” Artinya “Sepuluh Tipe Kelakuan Baik”. Mereka juga di bagi dalam Tiga Grup sehubungan dengan Tiga Tipe dari Kamma. A. Kusala-kaya-kamma : Ada Tiga Perbuatan Tubuh yang Bermanfaat 1. Panatipatta – virati -- Penghindaran Pembunuhan 2. Adinnadana – virati -- Penghindaran Pencurian. 3. Kamesu-micchacara- virati -- Penghindaran Hubungan Sex yang salah. B. Kusala-vaci-kamma : Ada Empat Perbuatan Perkataan yang Bermanfaat.



164 1. 2. 3. 4.



Musavada – virati -- Penghindaran Dusta. Pisunavaca – virati -- Penghindaran Fitnah. Pharusavaca – virati -- Penghindaran Bicara Kasar. Samphappalapa – virati -- Penghindaran Omong Kosong. Dengan Kata lain , Se-seorang harus berlaku berbicara benar, berbicara penuh Damai, bicara halus dan bicara Bijaksana.



C. Kusala-mano-kamma : Ada Tiga Perbuatan Mental yang Bermanfaat. 1. Anabhijjha -- Meninggalkan Ke-irihatian (Tidak mementingkan diri sendiri). 2. Avyapada -- Ke-inginan Baik 3. Samma-ditthi -- Pandangan Benar. Punna – Kiriya Vatthu (Landasan Perbuatan Bajik) Bila Seseorang ingin menimbun Kamma Bermanfaat dalam Kehidupan ini, Ada Sepuluh Landasan dari Perbuatan Bajik yang menghasilkan Akibat Baik dan yang harus di kerjakan dengan semua Cara. 1. Dana -- Memberi Kedermawanan atau Kemurahan Hati . 2. Sila -- Kemoralan, melaksanakan Panca Sila, Delapan Sila, Sepuluh Sila , dst.. 3. Bhavana -- Meditasi, Ke-dua2nya Ketenangan dan Pengertian. 4. Appacayana -- Menghormat yang lebih tua dan Orang2 mulia. 5. Veyavacca -- Melayani dengan Perbuatan2 Bermanfaat. 6. Pattidana -- Melimpahkan Jasa2 Kebaikan. 7. Pattanumodana -- Bergembira pada Jasa2 Baik Orang lain. 8. Dhamma-savana -- Mendengarkan Dhamma. 9. Dhamma-desana -- Menjelaskan Dhamma 10. Ditthijjukamma -- Meluruskan Pandangan Salah Se-seorang. Punna-kiriya-vatthu diatas dapat di golongkan menjadi Tiga Grup:



1. Grup Dana -- Dana, Pattidana, Pattanumodana 2. Grup Sila -- Sila, Appacayana, Veyavaca. 3. Grup Bhavana -- Bhavana, Dhamma-savana, Dhammadesana, Ditthijjukamma.



165



Ditthijjukamma bisa juga di masukkan ke dalam Tiga Grup, sebab Se-seorang akan melakukan dana, sila, dan bhavana hanya bila Seseorang telah mempunyai Pandangan Benar tentang Kamma dan Akibat2-nya. Grup Dana mewakilkan alobha (Kedermawanan), dan melawan lobha (Kemelekatan) dan macchariya (Ke-kikiran). Ia di bandingkan sebagai Kaki. Grup Sila mewakilkan adosa (Ke-inginan Baik) dan melawan issa (Kecemburuan) dan dosa (Kemarahan). Ia di bandingkan sebagai Tubuh. Grup Bhavana mewakilkan amoha (Kebijakan) dan melawan moha (Kegelapan Batin). Ia di bandingkan sebagai Kepala. Untuk memiliki Kumpulan yang lengkap dari Kaki, Tubuh dan Kepala Se-seorang harus melaksanakan Semua Tiga Grup dari punna-kiriyavatthu. Sepuluh punna-kiriya-vatthu di bentuk dengan 8 maha-kusala-citta kecuali Se-seorang mencapai Jhana atau Magga dalam Meditasi. Demikian mereka umumnya membuahkan kepada kamavacara-kusalakamma. Rupavacara-kusala-kamma dan Arupavacara-kusala-kamma adalah murni Perbuatan2 Mental dan mereka Milik dari Grup Bhavana. Dvihetuka dan Tihetuka Kusala Kamma. Bila Se-seorang melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat dengan Pengetahuan Kamma dan Akibatnya, yakni, kammassakata-nana lalu nana-sampayutta-maha-kusala-citta timbul. Cetana bersekutu dengan Citta2 ini di sertai dengan Tiga Akar Baik, yaitu, alobha, adosa, dan amoha. Demikianlah tihetuka-kusala-kamma di dapatkan. Masih lebih Baik, bila selama Perbuatan Kemoralan, Seseorang dapat mengembangkan Vipassana-nana dengan alasan bahwa segala Sesuatu adalah Tidak Kekal, Tidak Memuaskan dan Tanpa-Diri. Kusala-kamma yang di dapat lagi di sertai oleh Tiga Akar yang Baik. Sebaliknya, bila Seseorang melakukan Satu Perbuatan Bermanfaat Tanpa Pengetahuan akan Kamma dan Akibat-nya atau Tanpa Vipassana-nana, ia melakukan itu dengan nana-vippayutta-mahakusala-citta. Maka Cetana-nya akan di sertai oleh Dua Akar, yaitu, alobha dan adosa. Dengan demikian ia hanya mendapatkan dvihetukakusala-kamma.



166 Ukkattha dan Omaka Kusala Kamma. Ukkattha Artinya; “Terbaik atau teratas” sedangkan “Omaka” artinya; “Lebih lemah” Bila Seseorang dapat mengembangkan kusala citta sebelum dan sesudah Satu Perbuatan Bermoral, lalu Moral Cetana, yaitu kamma yang di dapat selama Perbuatan, akan di kelilingi oleh Cetana yang Baik dan Akibatnya Potensialnya akan lebih tinggi. Maka Tipe kamma ini di sebut; ukkattha-kamma. Untuk memperoleh Kamma Tipe ini , Seseorang harus berpikir pada Perbuatan Kemoralan selanjutnya dan merasa gembira karena mendapat Kesempatan untuk melakukan itu. Lagi, setelah melakukan Perbuatan, seseorang harus di penuhi Pikiran Gembira tentang Aspek2 baik dari Perbuatan itu. Sebaliknya, bila Seseorang merasa malas atau segan atau cemburu atau pelit sebelum Satu Perbuatan Bermoral seperti selagi memberikan Dana dan menjadi menyesal setelah melakukannya, lalu Moral Cetana akan di kelilingi oleh akusala-cetana dan akibatnya Potensinya akan jadi berkurang. Kusala-kamma yang di peroleh dalam Keadaan ini di sebut omaka-kamma. Bagaimana Kamma2 membuahkan Akibat2. Pembaca harus mengacu pada Chart No.7 dengan Judul ini di lampirkan di bagian belakang Buku ini. Empat Tipe Kamma disebutkan di Kolom Pertama. Hanya Vipaka-citta dijelaskan di dalam Grafik sebagai Hasil2 langsung dari Kamma2 ini. Ia harus di mengerti bahwa vipakacitta ini akan disertai oleh Cetasika2 masing2 yang timbul bersama dengan Citta. Satu Vipaka-citta bersama dengan Cetasika Pengikutnya melengkapi Vipaka-namakhandha, yakni, Empat Hasil Grup Nama. Kamma juga menghasilkan Kammaja-rupa pada setiap Saat yang singkat (khana kecil) terus-menerus, dan berlandaskan ini Kammaja-rupa, Utuja-rupa juga timbul. Empat Grup Nama (namakhandha) dan Grup Pemenuhan Kebutuhan (rupakkhandha) bersama membentuk Lima Grup dari Keberadaan (Lima khandha) yang menjadikan Seseorang Individu. 1.



Akibat2 dari Akusala Kamma. 11 Akusala cetana, cetana yang lemah bersekutu dengan uddhacca-sampayutta citta di kecualikan, pada patisandhi-kala



167 menghasilkan akusala-vipaka upekkha-santirana-citta yang membentuk apaya-patisandhi di dalam Empat Tempat tinggal apaya. Semua 12 akusala-cetana, pada pavatti-kala, menghasilkan 7 akusala-vipaka-citta di dalam 11 Alam2 kama. Mereka menghasilkan 4 akusala-vipaka-citta dengan Pengecualian dari Ghana-vinnana, Jivhavinnana dan Kaya-vinnana, dalam 15 Alam2 rupa tidak termasuk Kerajaan asannasatta. 2. Akibat2 dari Kamavacara-Kusala Kamma. Pertama ada Dua Tipe dari kamavacara-kusala-kamma: dvihetuka dan tihetuka . Lagi dvihetuka-kamma di bagi dalam Sub. Grup: ukkatha dan omaka. Sama juga tihetuka-kamma di bagi dalam Dua Sub.Grup: ukkatha dan omaka. Maka semuanya bersama kita dapat 4 Sub. Grup.:



Sekarang 4 nana-vipayutta maha-kusala citta menimbulkan 4 dvihetuka-maha-kusala-kamma, sedangkan 4 nana-sampayutta-mahakusala-citta, menimbulkan 4 tihetuka-maha-kusala-kamma. Sebagaimana 4 dvihetuka-maha-kusala-kamma dapat menjadi omaka atau-pun ukkattha, kita dapatkan. i. 4 dvihetuka-omaka maha-kusala-kamma, dan ii. 4 dvihetuka-ukkatha maha-kusala-kamma, Begitu juga, dari 4 tihetuka-maha-kusala-kamma, kita dapat a. 4 tihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, dan b. 4 tihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma Dari 4 Sub.Grup, ( i ) yang terlemah, ( ii ) dan ( a ) sedikit banyak sama dan ( b ) yang paling baik. Akibat2 yang mereka hasilkan sebagai berikut:



168 ( i ). 4 dvihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, pada patisandhikala, menghasilkan kusala-vipaka-upekkha-santirana-citta yang membentuk kama-sugati-ahetuka-patisandhi di dalam Kerajaan Manusia dan di Kerajaan Catumaharajika yang lebih rendah. Pada pavatti-kala, mereka menghasilkan 8 ahetuka-kusalavipaka-citta di dalam 15 Alam2 Rupa dengan Pengecualian dari Kerajaan asannasatta, mereka menghasilkan 5 ahetukakusala-vipaka-citta, mengecualikan Ghana-vinnana, jivhavinnana dan kaya-vinnana ( ii ) & ( a ). 4 dvihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma dan 4 tihetuka-omaka-maha-kusala-kamma, pada patisandhi-kala, menghasilkan 4 nana-vipayutta-maha-vipaka-citta yang membentuk 4 kama-sugati-dvihetuka-patisandhi di dalam 7 Alam2 kama-sugati. Pada pavatti-kala mereka menghasilkan 8 ahetuka-kusalavipaka-citta dan 4 nana-vippayutta-maha-vipaka-citta di dalam 7 Alam2 kama-sugati; mereka menghasilkan 8 ahetuka-kusala-vipaka-citta di dalam 4 Alam apaya, mereka menghasilkan 5 ahetuka-kusala-vipaka-citta tidak termasuk Ghana-vinnana, Jivha-vinnana dan Kaya-vinnana di dalam 15 Alam2 Rupa dengan Pengecualian dari Kerajaan asannasatta. ( b ). 4 tihetuka-ukkatha-maha-kusala-kamma, pada patisandhikala, menghasilkan 4 nana-sampayutta-maha-vipaka-citta yang membentuk 4 kama-sugati-tihetuka-patisandhi di dalam 7 Alam2 kama-sugati; mereka menghasilkan 8 ahetukakusala-vipaka-citta di dalam 4 Alam2 apaya, dan mereka menghasilkan 5 ahetuka-kusala-vipaka-citta, tidak termasuk Ghana-vinnana, jivha-vinnana dan kaya-vinnana di dalam 15 Alam2 rupa dengan Pengecualian dari Kerajaan asannasatta. 3. Akibat2 dari Rupavacara-Kusala-Kamma. Diantara chanda, citta, viriya dan panna yang bersekutu dengan jhana-citta, biasanya salah satu menjadi Utama (adhipati). Berlandaskan pada Kwalitas Faktor Utama ini, Jhana2 dapat di bedakan sebagai paritta (lemah), majjhima (sedang, cukupan) dan panita (kuat).



169 1. Paritta –Jhana Pertama kusala-kamma memberikan Kelahiran dalam Kerajaan Brahma-parisajja dengan Jhana-Pertama vipakacitta sebagai Kesadaran Kelahiran Kermbali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. MajjhimaJhana Pertama kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Brahma-purohita dengan Jhana-Petama vipaka-citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Panita-JhanaPertama kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Maha-Brahma dengan Jhana-Pertama-vipaka-citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. 2. Paritta – Jhana Kedua kusala-kamma dan paritta jhana-Ketiga kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Parittabha dengan Jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana Ketiga Vipaka Citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali, masing2nya dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Majjhima-Jhana-Kedua kusala kamma dan majjhima jhana Ketiga kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Appamanabha dengan Jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana Ketiga vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Panita-Jhana Kedua kusala kamma dan panita jhana Ketiga kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Abhassara dengan jhana Kedua Vipaka Citta dan Jhana Ketiga vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali, masing2nya dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. 3. Paritta-Jhana Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Parittasubha dengan Jhana Keempat vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Majjhima Jhana Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Appamanasubha dengan Jhana Keempat vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Panita-jhana Keempat kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Subhakinha dengan Jhana Keempat vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan.



170 4. Jhana Kelima kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Vehapphala dengan Jhana Kelima vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Setelah mencapai Jhana Kelima , bila Seseorang melatih Sanna viraga bhavana (Meditasi yang mengembangkan tiada Ke-inginan untuk Persepsi dan Kesadaran) sampai selesai, kemudian kamma ini akan memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Asannasatta dengan Rupa-patisandhi. Jhana Kelima kusala kamma pada Orang anagami, memberikan Kelahiran dalam Alam Suddhavasa dengan Jhana Kelima vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Lagi disini, tergantung pada Kemampuan yang Utama, Kelahiran Kembali terjadi di dalam 5 Alam Suddhavasa sebagai berikut: a. b. c. d. e.



Kemampuan dari Saddha (Keyakinan) -- Kerajaan Aviha Kemampuan dari Viriya (Usaha) -- Kerajaan Atappa Kemampuan dari Sati (Penuh Perhatian) -- Kerajaan Sudassa Kemampuan dari Samadhi (Konsentrasi) -- Kerajaan Sudassi Kemampuan dari Panna (Kebijaksanaan) -Kerajaan Akanittha.



4. Akibat2 dari Arupavacara - Kusala Kamma. Akasanancayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Akasananca-yatana dengan akasanancayatana-vipaka-citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali. Vinnanancayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Vinnanancayatana dengan Vinnanancayatana-vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. Akincannayatana-kusala-kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan Akincanna-yatana dengan akincannayatana-vipaka-citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai Kelanjutan Kehidupan. N’evasanna-n’asannayatana-kusala kamma memberikan Kelahiran di dalam Kerajaan N’evasanna-n’asannayatana dengan n’evasannan’asanna-yatana vipaka citta sebagai Kesadaran Kelahiran Kembali dan kemudian sebagai KelanjutanKehidupan.



171 Empat Macam Datangnya Kematian (Maran’Uppatti-Catukka). Empat Macam Datangnya Kematian dapat di bandingkan dengan Empat Cara dari padamnya Sebuah Lampu Minyak. Nyala Api dari Lampu Minyak bisa padam ketika: 1. Sumbu habis terbakar. 2. Minyak habis terbakar 3. Ke-dua2-nya Sumbu dan Minyak habis terbakar, atau 4. Angin tiba2 meniup atau Api di padamkan dengan sengaja walau Sumbu dan Minyak masih ada Dengan Cara yang sama, Satu Orang bisa mati dengan salah Satu Cara sebagai berikut: 1. Ayukkhaya – marana : Kematian karena habisnya Batas-Usia. 2. Kammakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Kekuatan Kamma Produktif. 3. Ubhayakkhaya – marana : Kematian karena habisnya Ke-dua2nya Batas-Usia dan Kamma. 4. Upaccheda – marana : Kematian karena Intervensi / Campur Tangan dari Satu Kamma Penghancur. Yaitu, Kematian yang tiba2 seperti Seorang menghadapi Satu Kecelakaan Mobil atau Bunuh Diri. Penampilan dari Kamma berhubungan dengan Objek2. Sekarang, mereka yang akan segera meninggal, dengan Kekuatan Kamma akan di kondisikan pada Kelahiran selanjutnya, Salah Satu dari Tiga Objek ini selalu ada dengan sendirinya melalui Salah Satu dari Enam Pintu: 1. Objek Kamma : Kamma yang menghasilkan Kelahiran Kembali Kehidupan berikutnya memasuki Pintu Pikiran. 2. Kamma – Nimitta : Tanda2 Kamma, ialah Pemandangan, Suara, Bau2-an dsb.. yang di perhatikan selama Kamma itu di lakukan yang akan membuahkan Akibat. 3. Gati – Nimitta : Tanda dari Nasib, ialah Pemandangan dari Orang2 atau Bangunan2 yang bersangkutan dengan Tempat di mana Seseorang akan Lahir Kembali sesuai dengan Kamma yang sudah di lakukan. Bilamana Objek Kamma dalam Bentuk dari Cetana dimasa lampau, ia hadir dengan sendirinya melalui Pintu Pikiran.



172 Bila Kamma-nimitta termasuk pada kamma-lampau, ia juga hadir dengan sendirinya melalui Pintu Pikiran. Bila ia termasuk pada Kamma Sekarang, ia dapat masuk melalui Enam Pintu yang mana saja tergantung dari Bentuknya. Bila ia Objek yang kelihatan, ia akan masuk melalui Pintu – Mata, bila ia Satu Objek Suara, ia akan masuk melalui Pintu-Telinga. Dan seterusnya… Gati – Nimitta termasuk yang Sekarang. Maka tergantung dari Bentuknya, ia bisa hadir dengan sendirinya melalui Enam Pintu yang mana saja. (Pembaca di sarankan melihat kembali “Maranasanna Nimitta” yang di jelaskan pada Hlm. 106 ). Maranasanna Vithi. Sekarang, ketika maranasanna-nimitta muncul pada Salah Satu dari Enam Pintu, azvajjana – citta (Kesadaran yang di tujukan) akan mengambil Objek Indera dan Satu Arus Kesadaran, yang di kenal sebagai Maranasanna – vithi, terus mengalir. Sehubungan dengan Kamma yang bertujuan menghasilkan Kelahiran Kembali selanjutnya, Satu Akusala atau Kusala citta umumnya berfungsi 5 Kali sebagai Javana dalam Vithivithi ini. Javana-javana ini di kenal sebagai “Marana-sanna-javana”. A



Ati-mahanta-rammana Cakkhu-dvara. Maranasanna Vithi. Dua Tipe maranasanna-vithi untuk Satu Objek yang Kelihatan dari Intensitas yang besar mengenai Pintu Mata: 1. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja - Ja – Da – Da – Bha – Cuti – Pati – “ – Bha – 2. Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da – Cuti – Pati” – Bha.



Kamma – nimitta Sekarang atau gati – nimitta mengenai Pintu Mata pada Saat timbul dari atita-bhavanga ( Ti ) yang pertama. Sebab Intensitasnya sangat besar, ia menjadi jelas sebagai bhavanga-calana ( Na ) yang timbul dengan segera. Kelanjutan Kehidupan (bhavanga) bergetar untuk dua Saat Kesadaran ( Na – Da ) dan putus. Kemudian mengamati nimitta, pancadvaravajjana ( Pa ), cakkhu-vinnana ( Ca ), sampaticchana ( Sam ), santirana ( Na ), votthapana ( Vo ), Lima



173 javana ( Ja ), dua tadalambana ( Da ) dan Satu bhavanga ( Bha ) timbul dalam Urutan. Kemudian Kesadaran Kematian (cuti) terjadi ketika Orang itu mati. Dalam Vithi Ke-dua, Cuti mengikuti tadalambana secara langsung tanpa Intervensi Apa-pun dari Satu bhavanga-citta. Segera setelah Kesadaran Kematian padam, Kesadaran Kelahiran Kembali (patisandhi-citta) timbul dalam Kehidupan selanjutnya tanpa Jedah di dalam Arus Kesadaran dan tanpa Jangka Waktu Apa-pun. Kehidupan selanjutnya bisa muncul dalam Satu Tempat yang sangat jauh seperti Satu Kerajaan Brahma, namun tidak ada Jangka Waktu Apapun. Dengan demikian Arus Kesadaran terus mengalir, tidak ada Batas Waktu dan Ruang. Ide dari tanpa Waktu dan tanpa Ruang di laksanakan disini. Juga Ide bahwa Jiwa mengembara berkeliling sebelum ia memasuki Kehidupan berikutnya Tidak-lah benar. Tidak Ada Jiwa ataupun Orang di dalam Abhidhamma, Yang Ada hanyalah Arus yang tidak terputus dari Arus-nama dan Arus-rupa sesuai dengan Hukum Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (paticca samuppada) yang akan di jelaskan dalam Bab: VIII. B Mahanta-rammana Cakkhu-dvara Maranasanna Vithi. 1. Ti –Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Bha – Cuti – Pati “ – Bha – 2.



Ti – Ti – Ti – Na – Da – “Pa – Ca – Sam – Na – Vo – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Cuti – Pati” – Bha –



C Ati-Vibhuta-rammana Mano-dvara Maranasanna Vithi. 1. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da – Bha – Cuti – Pati” – Bha – 2. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Da – Da - Cuti – Pati” – Bha – Ketika Kamma yang hendak menghasilkan Kelahiran Kembali selanjutnya atau kamma-nimitta atau gati-nimitta yang berhubungan dengan Kamma itu muncul pada Pintu-Pikiran, Kelanjutan Kehidupan bergetar dua kali dan putus ( Na – Da ). Kemudian mano-dvaravajjana menunjukan Arus Kesadaran menuju Objek, mengamati Objek dan membuat Keputusannya. Lalu datang Lima Javana di ikuti oleh Dua



174 tadalambana dan Satu atau Tanpa Bhavanga. Kemudian Kesadaran Kematian (Cuti) terjadi ketika Orang itu mati. Segera setelah Kematian, Kesadaran Kelahiran Kembali (patisandhi) timbul di dalam Kehidupan selanjutnya tanpa Jedah Waktu di dalam Arus Kesadaran. Setelah itu Kelanjutan Kehidupan (Bhavanga) terus mengalir dalam Kehidupan selanjutnya. D Vibhuta-rammana Mano-dvara Maranasanna Vithi. 1. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Bha – Cuti – Pati “ – Bha – 2. Na – Da – “Ma – Ja – Ja – Ja – Ja – Ja – Cuti – Pati” – Bha Kesadaran Kelahiran Kembali. Kesadaran Kelahiran Kembali timbul dalam Kehidupan baru sebagai Hasil dari Kamma yang mempunyai Kesempatan mengkondisikan Kehidupan baru. Kesadaran Kelahiran Kembali menghubungkan Keberadaan yang baru dengan yang lama, maka ia di sebut patisandhicitta. Kesadaran Kelahiran Kembali akan disertai dengan Pengikut2-nya (Cetasika). Ia adalah Awal begitu juga yang terdahulu dan Pemimpin dari Sekutu-nya. Ia akan mempunyai Satu Landasan Pisik (hadayavatthu), yang di sediakan oleh Kamma yang sama, Jika Keberadaan yang baru terjadi dalam Alam Panca-vokara (Alam Lima Khandha). Bila Keberadaan yang baru terjadi dalam Alam Catu-vokara (Alam Empat Khandha), ialah; Alam-Arupa, akan tidak ada Landasan Pisik. Kesadaran Kelahiran Kembali menggenggam Objek Indera yang telah di amati oleh marana-sanna-javana. Bila Javana mengamati kamma-nimitta, Kesadaran Kelahiran Kembali juga mengamati kammanimitta. Lebih lanjut, semua bhavanga-citta dalam Kehidupan baru juga mengamati Objek Indera yang sama. Objek dari rupa-patisandhi ialah kamma-nimitta yang mungkin patibhaga-nimitta dari kasina yang biasanya muncul pada Pintu-Pikiran pada Saat Kematian. Objek dari arupa-patisandhi juga adalah kamma-nimitta yang mungkin Salah Satu Konsep seperti Ruang tidak terbatas (akasa) atau mahaggata-citta. Alam2 Kelahiran Kembali setelah Kematian. Kematian adalah Keberakhiran sementara dari Satu Kejadian Alam Sementara. Karena Kematian, di artikan Kematian dari Kehidupan Pisik (Jivitindriya), Panas (usma = tejodhatu) dan Kesadaran (vinnana) dari



175 Seorang Individu dalam Satu Kehidupan Khusus. Tetapi Kematian bukanlah Penghancuran seluruhnya dari Satu Mahluk. Kematian pada Satu Tempat berarti Kelahiran Kembali di Tempat lain selama Sebab2 untuk Kehidupan selanjutnya tidak Padam. Sekarang Alam2 yang mungkin dimana Kehidupan Kembali bisa terjadi setelah Kematian dalam Satu Alam Khusus di katakan Satu per Satu sebagai berikut: 1. Bila Seorang Brahma dalam Satu Alam-Arupa mati, ia bisa di lahirkan Kembali dalam Alam yang sama atau Satu alam yang lebih tinggi tapi tidak dalam Satu Alam-Arupa yang lebih rendah. Selain itu ia bisa di Lahirkan Kembali di dalam Dunia-Indera dengan Tiga Akar, apakah sebagai Seorang Deva atau Seorang Manusia. Maka itu, i. Setelah Kematian dalam Alam-Akasanancayatana, 4 arupapatisandhi dan 4 kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan. ii. Setelah Kematian dalam Alam-Vinnanancayatana, 3 arupapatisandhi (akasanancayatana-patisandhi di kecualikan) dan 4 kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan. iii. Setelah Kematian dalam Alam-Akincannayatana, akincannayatana-patisandhi, n’evasanna-n’asannayatanapatisandhi dan 4 kama-tihetuka-patisandhi di mungkinkan. iv. Setelah Kematian dalam Alam-Nevasanna-n’asannayatana, n’evasanna-n’asannayatana-patisandhi dan 4 kama-tihetukapatisandhi di mungkinkan 2 Ketika Seorang Brahma di dalam Satu Alam-Arupa (Kecuali Asannasatta dan Suddhavasa) mati, ia bisa di Lahirkan Kembali dalam Segala Alam kecuali Empat Tempat tinggal Apaya tergantung pada Kamma-nya. Juga ia tidak akan di lahirkan Kembali baik sebagai Seorang Manusia rendah atau Satu Asura yang rendah. Dengan kata lain, 4 kama-dvihetuka-patisandhi, 4 kama-tihetuka-patisandhi, 6 rupavacara-patisandhi, dan 4 arupavacara-patisandhi dengan Pengecualian dari 2 ahetukapatisandhi di mungkinkan. Bilamana Asannasatta Brahma mati, ia akan di lahirkan Kembali dalam Dunia Indera baik sebagai Seorang Manusia atau-pun sebagai Seorang Dewa. Maka 4 kama-dvihetuka-patisandhi dan 4 kama-tihetukapatisandhi di mungkinkan. 3 Sekarang, bila Seorang Manusia atau Seorang Dewa dari DuniaIndera mati, ia bisa di lahirkan Kembali dalam Alam Apa saja, bila ia Seorang tihetuka, sebab ia dapat mengembangkan Jhana



176



4



untuk di Lahirkan Kembali sebagai Seorang Brahma atau ia bisa melakukan Perbuatan2 Tidak Bermoral untuk di lempar ke dalam Tempat Kediaman Apaya. Bilamana Seorang Manusia atau Seorang Dewa, atau Orang Dvihetuka mati, Satu yang mana saja dari 10 kama-patisandhi di mungkinkan. Bilamana Orang2 ahetuka dalam Kerajaan Manusia begitu juga di dalam Kerajaan Catumaharajika yang lebih rendah mati, semua 10 kama-patisandhi di mungkinkan. Bilamana Orang2 menderita dari Empat Tempat Kediaman apaya mati, lagi semua 10 kama-patisandhi di mungkinkan.



---oOo---



177 Chapter 6 RUPA Ringkasan Materi. Pendahuluan. Dari Empat Kenyataan Tertinggi (Paramatha), Kesadaran (Citta) dan Faktor2 Mental (Cetasika) telah di jelaskan dalam Lima Bab Pertama dari Buku ini. Kita telah melihat 89 atau 121 Tipe dari Kesadaran, 52 Faktor2 Mental, Persekutuan dari Faktor2 ini dengan Citta, Ketergantungan dari nama (Pikiran) pada Objek2 Indera (arammana) begitu juga pada Landasan Pisik (vatthu), Timbulnya Proses2 Pengenalan untuk menyadari pada Objek2 Indera, 31 Alam Keberadaan dan Tipe2 Mahluk2 yang mendiami mereka, Tipe Kamma yang berbeda2 bekerjanya mereka melalui Hasil2 mereka seperti sebagai Kesadaran-Kelahiran-Kembali, Kelanjutan-Kehidupan dan KesadaranKematian, dan akhirnya Kematian dan Kelahiran-Kembali. Sekarang dalam Bab ini, kita akan bahas Dua Kenyataan Tertinggi yang masih ada, yaitu, Rupa dan Nibbana. Apakah Rupa? Rupa telah di terjemahkan sebagai “Materi”, “Pemenuhan Kebutuhan”, “Bahan2”, “Bentuk”, dsb… Tapi tidak ada yang tepat. Mempertimbangkan dari Aspek2 Rupa , “Materi” adalah yang paling mendekati Kesamaan. Tapi Rupa terdiri dari Sifat2 Materi begitu juga dari Energi. Rupa bisa berubah Keadaan, Bentuk dan Warna di karenakan Panas dan Dingin sama seperti di lakukan Materi. Walaupun Bentuk, Rupa dan Massa menjadi jelas kelihatan ketika banyak rupa telah bertimbun di dalam Indera tertinggi, rupa tidak berbentuk, tidak ber-rupa dan tidak ber-massa persis sebagaimana Energi. Para Ilmuwan sekarang mengetahui bahwa Materi dan Energi bisa saling bertukaran dan serupa dalam Indera yang tertinggi. Tetapi tidak sama dengan Hukum Kekekalan Massa dan Energi, yang mengatakan bahwa Energi tidak dapat di ciptakan ataupun di hancurkan, kita dapatkan dalam Abhidhamma bahwa rupa timbul dan mati terus-menerus pada Selang Waktu yang sangat singkat di ukur oleh “Saat Kecil” di sebut khana kecil. Rupa terus-menerus di hasilkan dari Empat Sumber Pokok yaitu, kamma, citta, utu (panas) dan ahara



178 (Nutrisi). Dan rupa hidup sangat singkat, ia ber-selang hanya 17 Saat2 Kesadaran. Apa yang di bentuk hampir Saat itu berlalu. Sangat mungkin bahwa rata2 Pembentukan dan rata2 Penghancuran dari rupa saling menghapuskan Satu sama lain menjadikan Hukum Kekekalan Massa dan Energi untuk bertahan sebagai Kumpulan. Disamping itu rupa dan nama saling bergantungan. Kita akan mengetahui rupa lebih baik dengan mempelajari berbagai Aspek dari rupa yang di jelaskan di bawah ini. Rupa - Samuddesa (Penentuan – Rupa) Pertama rupa Ada Dua yaitu; i. Bhuta – rupa : Sifat Dasar, dan ii. Upadaya – rupa : Turunan. Bhuta – rupa lebih menonjol dari pada Upadaya – rupa . Massa yang besar seperti Bumi dan Matahari terbentuk ketika sejumlah besar bhuta-rupa telah ditimbun. Akibatnya bhuta-rupa juga disebut mahabhuta (Sifat Dasar yang Besar) Empat Mahabhuta (Empat Sifat Dasar yang Besar) 1. Pathavi Unsur dari Perluasan dengan Sifat dari Kekerasan dan Kelembutan. Perluasan artinya, menempati Ruangan. Perluasan Tiga Dimensi menimbulkan Ide pada Satu Badan yang padat. Sebagaimana Dua Badan tidak bisa menempati Ruang yang sama pada Waktu yang bersamaan, Orang Buddhist mendapat Ide Kekerasan dari patthavi. Sifat mendua dari Kekerasan dan Kelembutan menyatakan Kenisbian. Contohnya, Sebuah Batu bisa di katakan “Keras” bila di bandingkan dengan Tanah Lempung, tapi “Lunak” bila di bandingkan dengan Besi. Patthavi melayani sebagai Sebuah Pendukung atau inti bagi rupa-rupa lain yang berdampingan. 2. Apo Unsur dari Perpaduan dengan Sifat2 Kepaduan dan Kecairan. Adalah Unsur Apo yang membuat Partikel2 yang berbeda dari Materi berpadu dan memegang mereka bersama. Itu seperti Gaya dari Tarikan antara Muatan Positip dan Muatan Negatip dari Kelistrikan. Bila kita menambahkan sedikit Air ke Tepung , Partikel2 Tepung berpadu menjadi sebuah Gumpalan. Bila kita menambahkan lebih banyak Air , Campuran menjadi encer dan mengalir.



179 3. Tejo. Unsur Panas atau Energi panas dengan Sifat2 Kepanasan dan Kedinginan. Kehidupan, Kematangan, Kepanasan, dan Kedinginan adalah berkenaan dengan tejo . Ke-duanya Panas dan Dingin adalah Sifat2 tejo atau Energi Panas. Bila Panas mengalir ke dalam Tubuh, kita merasa panas bila Panas mengalir ke luar Tubuh kita ke sekitarnya , kita merasa dingin. 4. Vayo. Unsur dari Gerak atau Tenaga Gerak dengan Sifat mendorong dan menyokong. Bila kita mengalirkan Udara ke dalam Sebuah Balon, Udara mendorong Dinding Balon ke arah luar, dan bila tidak ada Gaya penyeimbang yang di keluarkan oleh Dinding2 Balon, Balon itu akan pecah. Ingat bahwa ada Aksi dan Reaksi pada setiap Titik. Gerakan, Getaran, Goyangan, Putaran dan Tahanan di sebabkan oleh Vayo. Catatan: Empat Sifat Dasar yang Besar juga di kenal sebagai Empat Unsur Besar. Dhatu Dalam Bahasa Pali artinya, yang membawa Tanda2 Sifatnya sendiri atau Atribut. Unsur adalah Kesamaan yang terdekat untuk dhatu. Sekarang pathavi-dhatu Secara bahasa artinya Unsur Tanah, apo-dhatu Unsur Air, tejo-dhatu Unsur Panas, dan Vayo-dhatu Unsur Angin. Tetapi pathavi bukanlah Tanah, apo bukan juga Air, juga vayo bukan Angin. Empat Sifat Dasar Besar adalah Unsur Materi Dasar yang berada bersamaan dan yang tidak dapat di pisahkan. Setiap Zat Materi , apakah Tanah, Air, api, atau Angin, mulai dari Partikel yang kecil sampai Objek yang paling besar , di buat dari empat Unsur2 ini yang memiliki Sifat2 Khusus sebagaimana di jelaskan di atas. Dari sini, Seseorang dapat dengan mudah melihat bahwa Orang Buddhist tidak berurusan dengan Thales’ Air, Anaximenes’ Udara, Herakleitus’ Api, atau Peripatetics’ Materi dari Filsafat Junani Pathavi, Apo, Tejo, dan Vayo tidak berbentuk dan tidak ber-massa di dalam Indera yang tertinggi. Dalam Meditasi Pandangan Terang, kita bermeditasi hanya pada Sifat2 mereka di dalam Tubuh, yaitu, Kekerasan dan Kelembutan, Kepaduan dan Kecairan, Panas dan Dingin, Dorongan dan Penyeimbangan.



180 24 Upada Rupa (Dua puluh empat Turunan). Ada 24 Turunan atau Sifat Materi Kedua bergantung pada Empat Sifat Dasar Besar. Seperti Bumi/Tanah adalah Sifat Dasar, seperti Pohon2 adalah Turunan yang muncul dari sana. 4 Sifat Dasar Besar bersama dengan 24 Turunan menjadikan 28 Macam Rupa dengan Sifat2 yang berbeda. Mereka dapat di hitung sebagai 11 Macam Mutu Materi sebagai berikut: 1. Mutu Sifat Dasar Materi -- pathavi, apo, tejo, vayo. 2. Mutu Materi yang sensitif -- Mata, Telinga, Hidung, Lidah, dan Tubuh. 3. Mutu Materi Objek2-Indera -- Bentuk yang dapat di lihat, Bunyi, Bau2-an Cita rasa, dan Kepadatan. 4. Mutu Materi Sex. -- Kewanitaan dan Kejantanan 5. Mutu Materi Landasan -- Landasan Jantung 6. Mutu Materi Kehidupan -- Kekuatan vital 7. Mutu Materi Nutrisi -- Makanan yang dapat di makan 8. Mutu Materi Batasan -- Unsur Ruang 9. Mutu Materi Komunikasi -- Isyarat Tubuh dan Isyarat Pembicaraan 10. Mutu Materi Perubahan -- Materi Keringanan, Keliatan, Penyesuaian bersama dengan Dua Bentuk Isyarat. 11. Mutu Materi dari Sifat2 -- Materi Daya Produktif, Kesinambungan, Kebusukan dan Ketidak kekalan. Lima Pasada Rupa (Mutu Materi-Sensitif) Mereka adalah Bagian2 yang Sensitif dari Organ Tubuh – Mata, Telinga, Hidung, Lidah dan Tubuh. Mereka cenderung untuk membuktikan Keberadaan Mutu Materi. Mereka menerima Kesan2 dari Objek2 Indera. 1. Cakkhu – pasada : Bagian peka dari Mata, ia menyebar dalam 7 Lapis di dalam Pupil Mata dimana Bayangan2 muncul. 2. Sota – pasada : Bagian peka dari Telinga, ia menyebar di dalam Tempat yang berbentuk Sebuah Cincin di dalam Lubang-Telinga. 3. Ghana – pasada : Bagian peka dari Hidung, ia menyebar di dalam Tempat yang berbentuk seperti Kaki Kambing di dalam Lubang Hidung 4. Jivha – pasada : Bagian peka dari Lidah, ia menyebar di tengah Permukaan Atas dari Lidah.



181 5. Kaya – pasada : Bagian peka dari Tubuh, ia menyebar ke seluruh Tubuh peka pada Sentuhan, tidak termasuk RambutKepala, Rambut-Tubuh, Kuku dan Kulit Keras yang kering. Tujuh Gocara rupa (Mutu Materi dari Objek2 Indera). Mereka adalah Lima Objek Indera di amati dan di ulangi oleh pancavinnana: 1. Ruparammana -- Bentuk yang kelihatan. 2. Saddarammana -- Bunyi (sadda). 3. Gandharammana -- Bau2-an (gandha) 4. Rasarammana -- Cita-rasa (rasa). 5. Photthabbarammana -- Objek2 Nyata (pathavi, tejo, vayo) Catatan: a) Nama yang di dalam Tanda Kurung adalah Unsur2 Pokok dari Lima Indera. Catatan; bahwa ada 7 Unsur2 semuanya. b) Karena Kehalusannya, apo tidak dapat di rasa oleh Indera Sentuhan. Contohnya, Ketika kita memasukan Tangan kita ke dalam Air, dingin yang terasa adalah tejo, Kelembutan adalah pathavi, dan Tekanan adalah vayo. Maka hanya Tiga Unsur2 Dasar yang di anggap sebagai yang Nyata. Dua Bhava rupa (Mutu Materi Sex). 1. Itthi – bhava - Mutu Materi yang menanamkan Kewanitaan, ia tersebar pada seluruh Tubuh Wanita. 2. Purisa – bhava - Mutu Materi yang menanamkan Kejantanan, ia tersebar pada seluruh Tubuh Laki-laki. Catatan: Dua rupa ini membedakan Laki-laki dan Wanita. Hadaya – Vatthu Landasan Jantung) Hadaya – vatthu ialah Landasan-Jantung yang menyebar di dalam Darah di dalam Jantung. Ia adalah Tempat duduk Kesadaran (manovinnana). Hadaya-vatthu bukanya Satu – Ada miliaran hadaya-vatthu yang menyebar dalam Darah dari Jantung.



182 Jivita - Rupa (Mutu Materi Kehidupan) Ia adalah Jivitindriya-rupa - Daya vital dari kammaja-rupa yang tersebar di seluruh Tubuh. Ia harus di catat bahwa ada Kekuatan Keduanya dalam Pikiran dan Materi. Kekuatan dari Pikiran ialah “Jivitindriya”, yaitu, Satu dari Tujuh sabba-citta-sadharana-cetasika. Kekuatan dari Materi ialah Jivitarupa. Jivitindriya bisa di anggap sebagai Kehidupan Kejiwaan dan jivitarupa sebagai Kehidupan Pisik. Ahara - Rupa / oja (Mutu Materi Nutrisi) Makanan kasar yang masuk di buat menjadi Butiran2 di sebut; kabalikarahara. Disini ahara-rupa artinya Sari dari Nutrisi (oja) yang menyokong Tubuh. Pariccheda – Rupa / Akasa – Dhatu (Mutu Materi Batasan). Pariccheda-rupa ialah antara Atom atau diantara Ruang Atom yang membatasi atau memisahkan Grup Materi (rupa-kalapa). Sepertinya disana ada Ruang diantara Telur2 dalam Keranjang, demikian ada Ruang diantara rupa-kalapa (Partikel yang sangat kecil sekali) sebagaimana mereka di hasilkan oleh Empat Sebab – yaitu, kamma, citta, utu, dan ahara. Maka pariccheda-rupa juga di perkirakan di hasilkan oleh Sebab yang sama. Pariccheda-rupa juga di sebut “akasa-dhatu”. Akasa ialah Ruang, yang di dalamnya ialah Kekosongan. Akasa ialah sebuah dhatu dalam Pengertian dari Satu yang bukan Ada (nijjiva), bukan sebagai Satu Unsur yang ada seperti Empat Unsur Dasar Besar. Sebagaimana Satu dari 28 rupa-akasa-dhatu artinya tidak terlalu banyak diluar Ruang karena Ruang antara Atom atau Ruang diantara Atom yang memisahkan rupakalapa. Dua Vinnatti – Rupa (Mutu Materi Komunikasi) Vinnatti – Rupa adalah tingkah laku khusus dari Tubuh dan Mulut yang Seorang gunakan untuk mengkomunikasikan Ide Seseorang kepada yang lain-nya dan dengan Cara yang Seorang mengerti Maksud yang lain-nya. 1. Kaya – Vinnatti – Gerakan oleh Tangan, Kepala, Mata, Kaki dsb… yang membuat Orang lain mengerti Maksudnya. 2. Vaci – Vinnatti -Gerakan Mulut untuk menghasilkan Pembicaraan yang membuat Orang lain mengerti Maksudnya.



183



Kaya – Vinnatti dan Vaci – Vinnatti di sebabkan oleh Vayo – dhatu di hasilkan oleh Pikiran, dan mereka berakhir hanya untuk Satu SaatKesadaran. Lima Vikara Rupa (Mutu Materi Perubahan) Ledi Sayadaw menjelaskan “Vikara-rupa” sebagai “Kondisi khas tersendiri”. Y.M.Narada mengartikan itu sebagai “Kesanggupan Perubahan dari rupa”. Maka kita bisa menganggap “Vikara-rupa” sebagai Kondisi khusus dari rupa. 1. Rupassa-lahuta -- Keringanan Pisik atau Kemampuan mengapung, ia menekan Keberatan dalam Tubuh. 2. Rupassa-muduta -- Elastisitas Pisik, ia memindahkan Kekakuan dalam Tubuh dan di perbandingkan pada Satu Kulit yang di tempa dengan baik. 3. Rupassa-kammannata -- Kemampuan Penyesuaian Pisik, ia melawan Kekakuan dari Tubuh dan di bandingkan pada Emas yang di tempa dengan baik. Tiga rupa ini ber-sama2 dengan Dua Vinnatti-rupa menjadikan Lima Vikara-rupa. Empat Lakkhana-Rupa (Mutu Materi dari Sifat2) Ada Tiga Sifat yang umum dari rupa dan nama- yaitu, timbul (uppada), Keberadaan (thiti) dan Pembubaran (bhanga). Rupa yang merupakan Rupa sebenarnya yang singkat ini di sebut Lakkhana-rupa. “Lakkhana” secara Literatur artinya “Tanda atau Simbul” 1. Upacaya – rupa -- Timbulnya rupa pada Saat Pembuahan, dan berlanjut dari tumbuhnya rupa sampai rupa yang di dapat dalam Kehidupan sempurna terbentuk. 2. Santati – rupa -- Urut2-an timbulnya rupa selama Jangka Waktu-Kehidupan. 3. Jarata – rupa -- Rupa yang merupakan Perkembangan dan Pembusukan selama Periode Keberadaan dari 15 Saat2 Sadar. 4. Aniccata - rupa -- Rupa yang merupakan Peleburan pada Saat Pembubaran dari Rupa yang sebenarnya.



184 Catatan: a) Upacaya dan Santati kadang2 di perlukan sebagai jati (Kelahiran). Maka banyaknya Rupa jadi berjumlah 27 sebagai ganti dari 28. b) Dengan Pengecualian dari Lima Rupa yaitu, Dua Vinnatti, jati, jarata, dan aniccata, semua Rupa yang tinggal berakhir untuk 17 Saat2 Sadar. c) Singkat Kata hanya ada Tiga lakkhana-rupa yaitu, jati, jarata, dan aniccata. Jati mengacu pada rupa Saat timbul yang segera, jarata mengacu pada rupa pada Periode Keberadaan, dan aniccata mengacu pada rupa Pembubaran yang segera. Delapanbelas Nipphanna – Rupa. Delapanbelas rupa terdiri dari 4 Sifat Dasar Besar, 5 pasada-rupa, 7 gocara-rupa (di hitung sebagai 4 tidak termasuk Materi yang Nyata), 2 bhava-rupa, hadayaivatthu, jivita-rupa dan ahara-rupa di sebabkan dan di kondisikan oleh kamma, citta, utu (tejo) dan ahara (oja). Demikianlah mereka di sebut nipphanna-rupa. Masing2 dari 18 rupa ini mempunyai Sifat2 Bawaannya seperti Kekerasan untuk patthavi dan Panas untuk tejo. Maka mereka di sebut juga Sabhava-rupa. Masing2 dari 18 rupa ini juga mempunyai Tiga Sankhata-lakkhana (Tanda2 Pembawaan) yaitu, jati Kelahiran), jara (Pembusukkan), dan aniccata (Kematian). Maka mereka juga di sebut sa-lakkhana-rupa. Karena mereka bisa berubah Keadaan, Bentuk dan Warna dsb.. di karenakan Panas dan Dingin, dst.. mereka di kenal sebagai rupa. Karena mereka harus di renungkan sebagai anicca (Tidak kekal), dukkha (Tidak memuaskan) dan anatta (Tanpa Diri), mereka di sebut sammasana-rupa. Sepuluh Anipphana – Rupa. Ke-sepuluh rupa terdiri dari pariccheda-rupa, 2 vinnatti-rupa, 3 vikara-rupa dan 4 lakkhana-rupa tidak di sebabkan dan di kondisikan oleh kamma, citta, utu, dan ahara. Maka mereka di kenal sebagai anipphana-rupa. Mereka juga di kenal sebagai asabhava-rupa sebab mereka tidak mempunyai Sifat Bawaan, asalakkhana-rupa sebab mereka tidak mempunyai sankhata-lakkhana, sebagai arupa sebab mereka tidak dapat berubah oleh Panas, Dingin dsb… Dan sebagai asammasana-rupa mereka tidak harus di renungkan di dalam Meditasi Pandangan Terang.



185



Rupa - Vibhanga (Bahasan – Rupa) Semua Rupa hanyalah Satu dalam Aspek2 berikut: 1. Ahetuka -- Semua tidak Ber-Akar. 2. Sappacaya -- Semua berhubungan kepada Sebab2 (kamma, citta, utu dan ahara). 3. Sasava -- Semua melayani sebagai Objek2 bagi Kekotoran Batin 4. Sankhata -- Semua di kondisikan oleh Empat Sebab. 5. Lokiya -- Semua di hubungkan dengan Dunia dari Lima Kelompok Kemelekatan. 6. Kamavacara -- Semua datang diantara Batas2 Objek Indera 7. Anarammana -- Semua tidak merasai Objek2 8. Appahatabba -- Semua tidak di hapus oleh Magga. Bagaimanapun, ketika rupa di bedakan sebagai Bagian Dalam, atau Bagian Luar dan selanjutnya, rupa menjadi ber-macam2. Para Pembaca bisa memeriksa Grafik Rupa untuk sebuah Penelitian kembali dari Bahasan seperti itu. 1. Ajjhattika-rupa : Lima pasada-rupa di sebut ajjhattika (Bagian Dalam), dan 23 rupa Sisanya di sebut bahira (Bagian Luar), Sebab Lima Organ yang peka adalah Sifat Dasar untuk melihat, mendengar, membaui, dst.. Orang menilai tinggi pada mereka. Tanpa mereka, Orang2 adalah Balok Kayu yang mati. 2. Vatthu-rupa : Kelima pasada-rupa bersama dengan hadayavatthu di namakan Vatthu-rupa sedangkan Sisanya di sebut avatthu-rupa. Mereka bertindak sebagai Tempat duduk dari Kesadaran. 3. Dvara-rupa : Kelima pasada-rupa bersama dengan Dua Vinnatti-rupa disebut dvara-rupa sedangkan Sisanya disebut advara-rupa. Kelima pasada-rupa melayani sebagai Pintu2 yang menyampaikan kepada panca-dvara-vithi sedangkan Dua Vinnatti-rupa adalah Tempat dan Alat untuk melakukan Tindakan Badaniah (kaya-kamma) dan Tindakan Verbal (vacikamma) 4. Indriya-rupa : Lima pasada-rupa, dua bhava-rupa dan jivitarupa bersama membentuk Delapan indriya-rupa, sedang Sisanya 20 rupa di tentukan anindriya-rupa. “Indriya” artinya “Kesanggupan” yang mempunyai Kekuatan mengontrol dalam Dunia-nya. Contohnya, cakkhu-pasada mengontrol



186



5.



6.



7.



8.



Penglihatan, sota-pasada mengontrol Pendengaran dst…. Itthibhava mengontrol Kewanitaan dan purisa-bhava mengontrol Kejantanan Olarika-rupa : Lima pasada-rupa dan Tujuh gocara-rupa bersama membentuk 12 olarika-rupa sedang 16 rupa Sisanya, ditentukan sukhuma-rupa. “Olarika” artinya “Besar atau Kasar”; “Sukhuma” artinya “Halus atau Kecil”. Disebabkan dari Kekasaran dan Kebesaran mereka, Organ2 peka dari Lima Objek2 Indera dapat dengan mudah di lihat atau di mengerti. Dan sebab mereka mudah di mengerti, mereka di anggap dekat kepada – Pikiran Bijaksana. Maka olarika-rupa juga di sebut santike-rupa (santike - dekat) sedangkan sukhuma-rupa di sebut dure-rupa (dure – jauh). Lebih lanjut, Organ peka dari Objek2 Indera dapat bertubrukan Satu sama lainnya – Objek Penglihatan menubruk Pintu Mata, Bunyi bisa di dengar menubruk Pintu Telinga, dst… Maka ke-12 olarika-rupa di sebut sappatigha-rupa sedangkan 16 sukhuma-rupa di sebut appatigha-rupa. “Sappatigha” secara literatur artinya “Dengan tubrukan” sedang “appatigha” artinya “Tanpa Tubrukan”. Upaddinna-rupa : 18 kammaja-rupa di sebut upadinna-rupa, Sisanya ditentukan anupadinna-rupa. 18 rupa di hasilkan oleh kamma di genggam oleh kamma sebagai Hasilnya di dalam Kerja sama dengan Napsu (tanha) dan Pandangan Salah (ditthi) Sanidassana-rupa : Ruparammana (Vanna) di sebut Sanidassana-rupa, Sebab ia dapat di lihat Mata. Rupa-rupa yang lainya disebut anidassana-rupa, sebab mereka tidak dapat dilihat oleh Mata. Gocaraggahika-rupa : Lima pasada-rupa dapat mengambil Objek2 Indera Luar sebagai Padang Rumput. Maka mereka di sebut gocaraggahika-rupa sedang Sisanya disebut agocaraggahika-rupa. Dari Lima Organ Indera, Mata dan Telinga mengenali Objek2 yang jauh tanpa ada Kontak langsung. Kita dapat melihat Sekuntum Bunga tanpa Bunga itu datang bersentuhan dengan Mata. Kita dapat mendengar Apa yang Seorang katakan tanpa Orang itu bersentuhan dengan Telinga. Di Pihak yang lain, Be-bauan harus bersentuhan dengan Lubang Hidung, Cita Rasa harus menyentuh langsung Lidah, dan Sesuatu harus betul2 menyentuh Tubuh supaya mengetahui Rasa-rasa ini. Maka, cakkhu-pasada dan sota-pasada di sebut



187 asampatta-gahaka, sedangkan Sisanya yang Tiga pasada-rupa di sebut Sampatta-gahaka. 9. Avinibbhoga-rupa : Delapan rupa terdiri dari pathavi, apo, tejo, vayo, vanna, gandha, rasa, dan oja bergabung bersama dan tidak dapat di pisah dan tidak dapat dibagi. Maka mereka disebut avinibbhoga-rupa, sedangkan Sisanya disebut Vinibbhoga-rupa. Definisi dari “avinibbhoga-rupa” Bunyinya seperti definisi asli dari “Atom”. Tetapi kemudian Atom di temukan dapat di bagi menjadi elektron, proton dan neutron. Menurut Abhidhamma, Partikel2 di bawah Atom ini dapat di anggap sebagai avinibbhoga-rupa. Empat Sifat Dasar dan Empat Turunan bawaan di hasilkan bersama di dalam Alam sebagai kalapa yaitu, Unit2 Pokok dari Materi. Kalapa-kalapa ini kira2 mempunyai Ukuran yang sama sebagai elektron2. Maka, bagaimana-pun kecil Satu Partikel adanya, ia selalu terbuat dari avinibbhoga-rupa yang betul2 tidak dapat dilihat dan tidak dapat di pisah. Api di dalam Air dan Air di dalam Api. Sekarang Satu Partikel Debu atau seluruh Tanah terdiri dari avinibbhoga-rupa. Maka Bumi harus berisi semua Delapan rupa, yaitu, pathavi, apo, tejo, vayo, vanna, gandha, rasa, dan oja. Dari semua ini pathavi yang dominan. Begitu juga, Air juga harus berisi semua Delapan avinibbhoga-rupa, tetapi disini apo yang dominan. Karena Air berisi tejo – Unsur Api, kita bisa mengatakan disana ada Api di dalam Air. Dengan Cara yang sama, Api harus berisi semua Delapan avinibbhoga-rupa, tejo yang dominan. Karena Api berisi apo – Unsur Air, kita bisa mengatakan bahwa Api berisi Air. Pernyataan Abhidhamma bahwa “Air berisi Api dan Api berisi Air” tidak bersesuaian dengan Kenyataan Ilmu Pengetahuan. Kita tahu bahwa Air berisi Panas yang adalah zat yang sama seperti Api. Juga dalam Pembakaran Kayu atau Kertas, yaitu Celulose berisi Carbon, Hidrogen dan Oksigen, Panas berkembang di sebabkan Gabungan dari Carbon dengan Oksigen membentuk Carbondioksida dan juga karena Gabungan antara Hidrogen dan Oksigen membentuk Air. Jumlah Panas yang besar muncul sebagai Satu Nyala Api yang betul2 berisi Uap-Air.



188 Rupa – Samutthana (Penyebab dari Gejala Materi) Ada Empat Penyebab yang menghasilkan Rupa, mereka adalah : kamma, citta, utu, dan ahara. 1. Gejala Materi timbul dari kamma. Ada 25 Tipe kamma yang menghasilkan rupa Bagian Dalam di Tubuh Mahluk bagi Kelanjutan mereka sendiri dari Gejala Materi. Ke- 25 Tipe dari kamma terdiri dari 12 akusala cetana, 8 kamavacara kusala cetana dan 5 rupavacara kusala cetana. Kamma2 Yang tidak Bermoral dan yang Bermoral ini menghasilkan rupa di dalam Dunia-kama dan Dunia rupa pada Saat yang sangat singkat di mulai dari Timbulnya Kesadaran Kelahiran Kembali yang singkat sampai Kematian. Rupa yang di hasilkan oleh Kamma disebut Kammaja-rupa. Catatan: bahwa arupavacara-kamma tidak menghasilkan Rupa. 2. Gejala Materi timbul dari Citta. Citta2 yang menghasilkan rupa berjumlah 75, tidak termasuk 10 dvi-pancavinnana citta dan 4 arupavacara-vipaka-citta. Semua patisandhi-citta dan Kesadaran Kematian dari para Arahat juga tidak menghasilkan Rupa. Dimulai sejak bhavanga-citta Pertama dari Kelanjutan Kehidupan hingga Kematian, ke- 75 citta tersebut diatas menghasilkan cittaja-rupa pada setiap begitu timbulnya dari masing2 Citta. Rupa yang dihasilkan oleh citta di ketahui sebagai cittaja-rupa. Dari 75 Citta, 26 appana-javana citta tidak hanya menghasilkan cittaja-rupa tapi juga mendukung Empat Postur Tubuh-Yaitu, berdiri, duduk, berbaring dan berjalan. 32 Citta terdiri dari manodvaravajjana, 29 kamavacara javana dan 2 abhinna (Pengetahuan Supernormal) menghasilkan cittaja-rupa, mendukung Postur Tubuh dan juga menghasilkan Dua vinnatirupa untuk Tindakan Badaniah dan Tindakan Vokal. Dari 32 Citta tersebut diatas, 13 somanassa javana juga menghasilkan Senyuman dan Tertawa sedangkan 2 domanassa javana, yakni, 2 dosa mula citta menghasilkan Rintihan dan Tangisan. Hasituppada dan 4 somanassa-maha kiriya citta menghasilkan Senyuman pada Buddha dan Arahat. Dua lobha-mula ditthigata vipayutta somanassa citta dan 4 somanassa maha kusala citta menghasilkan Senyuman dan Tertawa pada Orang2 – sekha ialah, sotapana, sakadagami dan anagami. Empat lobha mula somanassa citta dan 4



189 somanassa maha kusala citta menghasilkan Senyuman dan Tertawa pada putthujjana (Keduniawian). Tiga manodhatu, 11 tadalambana dan 5 rupavacara vipaka citta (Berjumlah 19) hanya menghasilkan cittaja-rupa se-umumnya. 3. Gejala Materi timbul dari Utu. Unsur Panas, tejo, yang terdiri dari keduanya Dingin dan Panas dan yang berada dalam semua rupa-kalapa, untuk mencapai Keadaan Tetapnya, menghasilkan utuja-rupa dan terus menghasilkan utuja-rupa pada setiap Saat2 yang singkat ke-duanya Bagian Dalam dan Bagian Luar. 4. Gejala Materi rtimbul dari Ahara. Sari Nutrisi oja, ada dalam semua rupa-kalapa baik di dalam Tubuh (Bagian Dalam) maupun di Luar Tubuh (Bagian Luar). Makanan dari luar yang dimakan, di cerna dalam Perut dan di edarkan melalui Darah ke seluruh Bagian Tubuh. Dengan demikian oja Bagian Dalam dan oja Bagian Luar bertemu dalam setiap Bagian dari Tubuh. Waktu mereka bertemu di sebut Saat Timbul (Uppada). Setelah Saat ini, Saat yang tetap (thiti) di capai. Sedari Saat Tetap ini Gabungan dari oja Bagian Dalam dan oja Bagian Luar mulai menghasilkan aharaja-rupa dan terus menghasilkan mereka pada setiap Saat yang singkat sehinga Gabungan berhenti. Tipe – Tipe Rupa. Ekaja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Satu Sebab Tunggal. Dvija – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Dua Sebab. Tija – rupa -- Rupa di hasilkan oleh tiga Sebab. Catuja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh Empat Sebab Anekaja – rupa -- Rupa di hasilkan oleh lebih dari Satu Sebab atau oleh banyak Sebab. 1. Lima pasada-rupa, dua bhava-rupa, hadaya-vatthu dan jivitarupa (berjumlah 9) di hasilkan oleh Kamma sendiri. Dua vinnatti-rupa di hasilkan oleh citta sendiri. Maka jumlahnya ekaja-rupa ialah 11. 2. Sadda Satu2-nya dvija-rupa di hasilkan oleh citta dan utu. Bunyi Vokal seperti Pembicaraan, Tertawa, Rintihan, Tangisan, Nyanyian, dan Siulan di hasilkan oleh citta. Bunyi2 bukan Vokal seperti Halilintar, Nada Lagu dari Alat Musik, Pembicaraan dari



190



3.



4.



5. 6.



7. 8.



Radio, Nyanyian dari Kaset, Suara Berisik dari Mobil dan Kereta Api dsb… di hasilkan oleh utu. Ada Tiga Tija-rupa yaitu, rupassa-lahuta, rupassa-muduta dan rupassa-kammannata. Mereka di hasilkan oleh citta, utu, dan ahara. Rupa-rupa ini bertanggung jawab bagi Perasaan2 mengambang yang menyenangkan yang kita rasakan ketika Pikiran kita jernih atau ketika Cuaca menyenangkan atau ketika setelah kita menikmati Makanan ringan yang menyenangkan. Ada 9 catuja-rupa yang di hasilkan oleh semua Empat Sebab. Mereka adalah Delapan avinibbhoga-rupa dan akasa-dhatu yang timbul ketika Grup2 Materi (kalapa) dari avinibbhoga-rupa terbentuk. Kammaja-rupa (18). 9 kammaja-ekaja rupa + 9 kammajaanekaja rupa (yakni, 9 catuja-rupa). Cittaja-rupa. (15). 2 cittaja-ekaja rupa + 13 cittaja-anekaja rupa. Ke 13 cittaja-anekaja rupa adalah 9 catuja-rupa + 1 sadda + 3 tija-rupa. Utuja – rupa (13). 13 utuja-anekaja rupa yang adalah sama sebagai 13 cittaja-anekaja rupa Aharaja – rupa (aharaja-anekaja rupa) (12). 9 catuja-rupa + 3 tija-rupa.



Catatan: 1. Tiga tija-rupa, yaitu, lahuta, muduta, dan kammannata juga di sebut lahutadi-rupa. 2. Empat lakkhana-rupa tidak di hasilkan oleh Sebab Apa-pun. Mereka hanya merupakan Pemunculan (Kelahiran), Keberadaan (Pembusukan) dan Pembubaran (Kematian). Alamiah dari rupa yang sebenarnya. Penggolongan dari Mutu2 Materi (Rupa-Kalapa) 28 Tipe Rupa tidak di dapatkan secara terpisah di Alam. Mereka di hasilkan oleh Empat Sebab dalam Bentuk dari Grup Materi yang kecil yang disebut kalapa. Kalapa mempunyai Ciri2 sebagai berikut: 1. Semua Rupa dalam Satu Kalapa timbul bersama, ialah mereka mempunyai Satu Asal yang sama. 2. Mereka juga padam atau bubar bersama, ialah, mereka mempunyai Satu Penghentian yang sama.



191 3. Mereka semua bergantung pada Empat Sifat Dasar Besar yang ada dalam kalapa untuk timbulnya, ialah, mereka mempunyai Satu Ketergantungan yang sama. 4. Mereka begitu bercampur menyeluruh sampai mereka tidak dapat di pisahkan, ialah, mereka berada bersama-sama. Harus dicatat bahwa kalapa begitu kecilnya sampai mereka tidak dapat terlihat walau di bawah Mikroskop Elektronik sekali-pun. Ukuran dari kalapa di dalam Kerajaan Manusia hanyalah 10-5 dari Satu paramanu, yang lebih kecil dari Sebuah Atom. Maka kalapa bisa di bandingkan dengan elektron, proton dan neutron dalam Ukurannya. Ada 21 Tipe dari kalapa --- 9 kammaja kalapa + 6 cittaja kalapa + 4 utuja kalapa + 2 aharaja kalapa. 1 Sembilan Kammaja-kalapa Ini semua di bentuk dari 18 kammaja-rupa. Dalam semua kalapa, 8 avinibbhoga-rupa membentuk Intinya. Semua kammaja-rupa berisi jivita-rupa yaitu, Kehidupan Pisik. Maka Satu Grup dari 8 avinibbhogarupa dan jivita-rupa Unit yang paling sederhana dari kammaja-rupa. Itu di sebut jivita-navaka-kalapa artinya “Grup dari 9 rupa termasuk jivita”, dapat di singkat jadi “jivita-nonad”. Dengan menambahkan Sisanya 8 kammaja-ekaja-rupa serentak kepada Unit Dasar ini “jivita-nonad”, kita mendapatkan Sisanya 8 kammaja-kalapa. 1. Cakkhu-dasaka (Mata – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa + jivita-rupa + cakkhu-pasada. 2. Sota-dasaka (Telinga – Grup 10). 8 avinibbhoga-rupa + jivita rupa + sota-pasada. 3. Ghana-dasaka (Hidung – Grup 10) 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + ghana pasada. 4. Jivha-dasaka (Lidah – Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + jivha pasada. 5. Kaya-dasaka (Tubuh - Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + kaya pasada. 6. Itthibhava-dasaka (Perempuan Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + itthibhava rupa. 7. Pumbhava-dasaka (Laki2 Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + pumbhava rupa 8. Hadaya-dasaka (Jantung Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + jivita rupa + hadaya vatthu



192 9. Jivita-navaka (Hidup Grup 9). jivita rupa. Catatan: Atthaka-8; navaka-9; dvadasaka-12; terasaka-13.



8 avinibbhoga rupa +



dasaka-10;



ekadasaka-11;



2 Enam Cittaja-Kalapa. Mereka di bentuk dengan membentuk Grup 14 cittaja-rupa (Tidak termasuk pariccheda-rupa) bersama sebagaimana di perlukan. 1. Cittaja-suddhatthaka (Murni octad) 8 avinibbhoga rupa di hasilkan oleh citta. 2. Kayavinnatti-navaka (Isyarat Badaniah Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + kayavinnatti. 3. Vacivinnatti-sadda-dasaka (Isyarat Vokal Grup 10). 8 avinibbhoga + vacivinnatti + sadda (Bunyi). 4. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan bukan Grup 10). 8 avinibbhoga + lahuta +muduta + kammannata. 5. Kayavinnatti-lahutadi dvadasaka (Perubahan dodecad). 8 avinibbhoga + kayavinnatti + lahutadi rupa. 6. Vacivinnatti-sadda lahutadi-terasaka (Perubahan tridecad). 8 avinibbhoga + vacivinnatti + 3 lahutadi rupa + sadda. 3 Empat utuja – Kalapa. Mereka di bentuk dengan membentuk 12 utuja-rupa (Tidak termasuk pariccheda rupa) bersama sebagaimana di perlukan. 1. Utuja-saddhatthaka (Murni octad). 8 avinibbhoga rupa di hasilkan oleh utu. 2. Sadda-navaka (Bunyi Grup 10). 8 avinibbhoga rupa + sadda. 3. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan undecad). 8 avinibbhoga + 3 lahutadi rupa. 4. Sadda-lahutadi-dvadasaka (dodecad dari Bunyi dan Perubahan). 8 avinibbhoga + sadda + 3 lahutadi rupa.



4 Dua Aharaja – Kalapa. Mereka di bentuk dengan membentuk bersama 8 avinibbhogarupa dan 3 lahutadi rupa di hasilkan oleh ahara. 1. Aharaja-suddhatthaka (Murni octad). 8 avinibbhoga rupa di hasilkan oleh ahara.



193 2. Lahutadi-ekadasaka (Perubahan undecad). rupa + 3 lahutadi rupa.



8 avinibbhoga



Bagian dalam dan Bagian luar Kalapa. Semua 21 rupa-kalapa yang tersebut diatas terjadi di Bagian Dalam Mahluk Hidup. Itthibhava dasaka tidak terjadi dalam Laki2. Sama juga Pumbhava-dasaka tidak terjadi dalam Perempuan. Bagi mereka yang Terlahir buta atau tuli, cakkhu-dasaka atau sota-dasaka harus di hilangkan. (Catatan: dari 28 Tipe Rupa, itthibhava rupa tidak ada di dalam Laki2 dan purisabhava rupa tidak ada di dalam Perempuan, Maka hanya 27 Tipe Rupa yang akan ada di dalam setiap Species). “Ajjhatta” mengacu pada “Bagian Dalam atau diantara Individu” “Bahiddha” mengacu pada “Bagian Luar atau di luar Individu” Sekarang di Dunia Bagian Luar (bahiddha), hanya Dua utuja-kalapa di dapatkan. Semua Barang2 mati seperti Pohon2, Batu2, Tanah, Air, Api, Mayat2 dsb… terbuat dari utuja-saddhatthaka kalapa. Bunyi yang di hasilkan karena me-mukul2 Dua Tongkat bersama atau dengan menggosok Batang2 karena Angin atau oleh Alat2 Musik seperti Biola, Piano, Radio, Kaset dsb… adalah utuja sadda navaka kalapa. Rupa – Pavattikamma (Gejala timbulnya Materi) Sebelum membaca Bagian ini, para Pembaca di sarankan untuk melihat kembali “Empat Model Kandungan” pada Halaman 149. Semua 28 Mutu Materi terjadi tidak berkurang, bila Lingkungan mengizinkan, di dalam Satu Individu selama Satu Jangka Kehidupan dalam Kamaloka (Dunia-Indera). Tetapi pada Saat Kelahiran Kembali (patisandhi-kala), pada Orang2 samsedaya dan Orang2 oppapatika, paling banyak tujuh kammajakalapa terdiri dari Mata-Grup 10, Telinga-Grup 10, Hidung-Grup 10, Lidah-Grup 10, Tubuh-Grup 10, Kelamin-Grup 10 dan Jantung-Grup 10 adalah jelas. Namun, Mata, Telinga, Hidung dan Kelamin-Grup 10 kadang2 tidak jelas. Dalam Orang2 gabbhaseyaka (Mahluk2 lahir dari Kandungan) hanya Tiga kammaja-kalapa terdiri dari Tubuh-Grup 10, Kelamin-Grup 10 dan Jantung-Grup 10, di tunjukan pada Saat Kehamilan (patisandhi-kala) . Lagi disini Kelamin-Grup 10 bisa tidak jelas dalam beberapa Individu



194 khusus. Setelah Kehamilan, Selama Kehidupan (pavatti-kala), MataGrup 10 dan Sisanya menjadi jelas per-lahan2 sesuai dengan Aturannya. Dari Grup2 Mutu Materi yang di hasilkan dalam Empat Cara, kamaja-rupa mulai terbentuk pada Saat Kehamilan dan ia terus membentuk terus menerus pada setiap Saat yang singkat. Cittaja-rupa mulai terbentuk sedari Saat Kedua dari Kesadaran, yakni, dari Saat timbul bhavanga Pertama yang mengikuti Kesadaran Kelahiran Kembali. Cittaja-rupa terus di bentuk pada setiap Saat timbul dari Citta-citta berikutnya selama hidup. Utuja-rupa mulai terbentuk sedari Saat Keberadaan dari Kesadaran Kelahiran Kembali. Alasanya adalah bahwa tejo-dhatu (Utu) hadir dalam kammaja-kalapa Pertama datang ke Keadaan tetap (thiti) pada Saat itu. Sejak Waktu itu seterusnya tejo-dhatu lalu menghasilkan utuja-rupa pada setiap Saat yang singkat. Karena tejo-dhatu hadir dalam setiap kalapa , setiap kalapa, sedari Waktu ia mencapai Keadaan tetap, menghasilkan utuja-kalapa yang baru pada setiap Saat yang singkat. Dan Utuja-kalapa yang baru, sedari Waktu mereka mencapai Keadaan tetap, lagi menghasilkan utuja-kalapa baru pada setiap Saat yang singkat. Demikianlah Proses ini akan berjalan selamanya. Setiap kalapa juga berisi Sari Nutrisi, oja. Tetapi aharaja-rupa mulai terbentuk ketika oja Bagian Dalam, oja Bagian Luar pada Waktu Penyebaran dari Sari Nutrisi dan Gabungan dari oja Bagian Dalam dan oja Bagian Luar mencapai Keadaan tetap. Dari Saat itu, aharaja-rupa juga di bentuk pada setiap Saat yang singkat. Sebagaimana Grup2 baru dari Mutu Materi terus menerus di hasilkan, Grup2 yang lama bubar dan hilang ketika Jangka Waktu hidup mereka 17 Saat2 Kesadaran selesai. Demikianlah Gejala Materi berjalan tanpa terputus di dalam Dunia-Indera sampai akhir Kehidupan seperti Nyala Api sebuah Pelita, atau seperti Arus sebuah Sungai. Gejala Materi pada Kematian. Pada waktu Kematian, Kehidupan Kejiwaan dan Kehidupan Pisik harus berhenti bersama. Ini artinya bahwa semua kammaja-rupa yang berisi Kehidupan Pisik harus berhenti pada waktu Kematian. Maka pada Saat timbulnya dari citta ke-tujuh belas di hitung mundur dari Kesadaran Kematian (cuti-citta), kammaja-rupa terakhir di bentuk. Kammaja-rupa terakhir ini akan berhenti pada Saat bubarnya dari Kesadaran-Kematian. Cittaja-rupa di bentuk sampai Saat timbulnya cuti-citta. Cittajarupa terakhir akan berakhir untuk Satu Saat-Kesadaran pada Kebubaran



195 cuti-citta, dan akan mati dalam Enam belas Saat Kesadaran yang lain yang terjadi hampir bersamaan. Aharaja-rupa di bentuk sampai Saat bubar-nya cuti-citta, sebab Dukungan yang di dapat bagi Pembentukan aharaja-rupa dapat di sediakan oleh citta sampai pada waktu itu. Maka pada Kematian, aharaja-rupa terakhir yang di bentuk itu telah berakhir hanya untuk Satu Saat singkat. Namun dalam Lima puluh Saat singkat yang lain-nya (Jangka Hidup-rupa – 51 Saat singkat atau 17 Saat2 Kesadaran), aharajarupa itu juga berhenti. Maka pada Waktu Kematian, kammaja-rupa, cittaja-rupa, dan aharaja-rupa berhenti hampir bersamaan. Tetapi utuja-rupa berlanjut membentuk dan bubar sampai Mayat di ubah menjadi Abu. Sesosok Mayat hanya terdiri dari utuja-rupa. Dengan demikian ketika Seorang meninggal dan Dilahirkan Kembali dalam Kehidupan yang lain, Gejala Materi dengan Cara yang sama di mulai dari Saat Kehamilan dan berlangsung terus timbul sampai waktu Kematian. Gejala timbulnya Materi dalam Alam – Rupa. Dalam Alam- Rupa, Hidung-Grup 10, Tubuh-Grup 10, Sex-Grup 10 dan aharja-kalapa tidak timbul. Pada waktu dari Kelahiran Kembali opapatika, disana timbul Empat kammaja-kalapa yaitu, Mata-Grup 10, Telinga-Grup 10, Jantung-Grup 10 dan Kehidupan-Grup 9. Selama Kehidupan, bagaimanapun, cittaja-kalapa dan utuja-kalapa juga timbul. Pada Asannasatta Brahma, Mata-Grup 10, Jantung-Grup 10, dan Suara-Grup 9 (sadda-navaka) tidak timbul. Juga cittaja-kalapa tidak timbul. Oleh karena itu pada waktu Kelahiran-Kembali opapatika mereka, hanya Kehidupan – Grup 9 (jivita-navaka) timbul, selama Kehidupan, utuja-kalapa, dengan Pengecualian dari Suara-Grup 9, timbul dalam Penambahan. Maka itu, kama-loka dan rupa-loka, Proses dari timbulnya Gejala Materi harus di mengerti dalam Dua Cara , yaitu, (1) pada Kelahiran Kembali dan (2) selama Kehidupan. Rangkuman dari Gejala Materi. Dalam Rangkuman harus di catat bahwa: 1. Semua 28 rupa timbul di dalam Dunia-kama.



196 2. Didalam 15 Alam-rupa, dengan Pengecualian dari Asannasatta, 23 Rupa timbul (ghana-pasada, jivha-pasada, kayapasada, itthi-bhava, dan purisa-bhava tidak di masukan). 3. Hanya 17 Rupa timbul dalam Dunia Asanna-satta, mereka adalah, 8 avinibbhoga, jivita, pariccheda, 3 lahutadi, 4 lakkhana-rupa. 4. Tidak ada Materi timbul di dalam Dunia-Arupa. 5. Delapan Rupa terdiri dari sadda, Lima vikara-rupa, jarata-rupa, dan aniccata-rupa, tidak timbul pada Saat Kelahiran (patisandhikala) sedangkan, selama waktu Kehidupan, tidak ada Rupa yaitu, tidak di bentuk. Praktek Pengamatan. Semua Gejala Materi yang di jelaskan dalam Bab ini dapat di amati dan di buktikan oleh Seorang yang berminat yang akan menjalankan Meditasi Ketenangan dan Meditasi Pandangan Terang dengan sungguh2. Walau rupa-kalapa tidak dapat dilihat di bawah Mikroskop yang kuat, mereka dapat di amati oleh Mata-samadhi yaitu, Mata-Pikiran di sertai oleh Jalan masuk Konsentrasi atau yang lebih baik oleh Konsentrasi Jhana. Se-seorang akan memperhatikan dengan Mata-samadhi bahwa ada Enam Tipe kalapa dalam Mata, yaitu, Mata-Grup 10, Tubuh-Grup 10, Sex-Grup 10, dan Tiga Grup 8 Murni yang di hasilkan masing2 oleh citta, utu, dan ahara. Dengan Cara yang sama Seorang akan memperhatikan setiap Enam Tipe kalapa dalam Telinga, Hidung, dan Lidah – hanya dengan menggantikan Mata-Grup 10 dengan TelingaGrup 10, Hidung-Grup 10, Lidah-Grup 10, masing2 , dengan memperhatikan Satu per Satu kalapa-kalapa ini. Catatan: bahwa kayapasada, bhava-rupa, cittaja-rupa, utuja-rupa dan aharaja-rupa tersebar di seluruh Tubuh, dan dengan begitu mereka akan berada di Mata, Telinga, Hidung, dan di dalam setiap Bagian dari Tubuh. Memperhatikan kalapa bukan berarti Seorang melihat Rupa tertinggi. Bila Rupa di perhatikan dalam Bentuk Partikel2 , bagaimana kecil-pun mereka adanya, rupa yang di perhatikan itu belum yang tertinggi. Rupa yang tertinggi tidak berbentuk dan tidak ber-massa. Maka Seorang harus menganalisa setiap Tipe kalapa untuk memperhatikan Isinya, persis seperti Seorang mengerjakan Sebuah Analisa secara teliti dari Sebuah Contoh Kuningan untuk mengetahui Isi-nya.



197 Ledi Sayadaw telah menulis di Myanmar dalam Buku Berjudul “Kammathan Kyan Gyi” pada halaman 240 yang mengatakan bahwa: “Ketika Seorang melihat melalui Sebuah Mikroskop atau Sebuah Teleskop, ia melihat dengan mudah tanpa Gangguan Ke-aslian yang Kelihatan, Objek2 yang halus dan jauh. Dengan Cara yang sama bila Seorang mengembangkan Jhana , membuat Konsentrasi Jhana sebagai Landasan dan melakukan Meditasi Pandangan Terang, Seorang dapat dengan mudah melihat tanpa Gangguan Tanda2 dari Ketidak Kekalan, Penderitaan dan Tanpa Diri, yang sangat dalam, halus, sangat jauh dan sangat sukar untuk di lihat. Akibatnya disana timbul magga-nana dan phala-nana yang dapat meniadakan Empat Asava (Kebusukan) selengkapnya. Empat Kebenaran Mulia dan Nibbana, yang sangat dalam, halus, sangat jauh dan sangat sukar di lihat, juga di perhatikan” Baru-baru ini saya telah mewawancarai banyak para Yogi di International Buddha Sasana Centres (Pa-Auk Meditation Centre) di Myanmar, dimana Meditasi Samatha – Vipassana di ajarkan menurut Kitab Visuddhi-Magga dan Kitab Suci Pitaka. Saya mempunyai Pendapat bahwa para Yogi ini dapat mengamati kalapa dan menganalisa mereka sampai pada Keadaan tertinggi. Tentu saja Seorang dapat melihat Kenyataan tertinggi bila ia di bimbing dengan Cara yang benar oleh Seorang Guru yang pandai. Nibbana. 1. Nibbana ialah di luar Keduniawian (lokuttara), yaitu, di balik 31 Alam Keberadaan, di balik Dunia Pikiran dan Tubuh (yakni Lima Kelompok). 2. Nibbana di realisasi melalui Pengetahuan yang termasuk dalam Empat Jalan dan Empat Buah. Ia di amati oleh magga-nana dan phala-nana. 3. Nibbana adalah Objek dari Empat Jalan dan Buah2 mereka. 4. Ketika Penyebab Penderitaan, ialah, Kekotoran Batin (kilesa) secara sempurna di basmi oleh 4 Jalan-Kebijaksanaan, Penderitaan juga di hilangkan. Kemudian hanya Kebahagiaan (sukha) dan Kedamaian (santi) berada di dalam Arus Mental. Kebahagiaan dan Kedamaian yang unik ini disebut Nibbana. Dalam Bahasa Sansekerta , Nibbana disebut Nirvana yang terdiri dari “ni” dan “vana”. “Ni” terdiri dari “Terbebas dari”, dan “Vana” artinya “merajut atau menginginkan”. Ke-inginan inilah (tanha) yang



198 bertindak sebagai Seutas Tali yang menyambungkan Urut2-an dari hidup Seorang Individu dalam Keberadaan dari Pengembaraan di dalam Samsara – Lingkaran abadi dari Kelahiran dan Kematian. Selama Seorang di jerat oleh Kemelekatan, ia menimbun Kammakamma baru yang akan menimbulkan Kelahiran baru, Kematian berulang2. Ketika semua Bentuk2 Kemelekatan di hilangkan oleh Empat Jalan, Kekuatan Kamma berhenti bekerja dan Seorang terhindar dari Lingkaran Kelahiran dan Kematian. Maka ia di katakan mencapai Nibbana. Konsep Buddhist dari “Pelepasan atau Kemerdekaan” adalah Penghindaran ini dari yang selalu terjadi Lingkaran Kelahiran dan Kematian dan semua Penderitaan yang bersekutu dengan mereka. Secara Alamiah atau pada Hakekatnya Nibbana ialah rasa Damai (Santi). Sepertinya ia adalah Unik. Walau ia adalah Satu oleh Santilakkhana, Nibbana di pandang sebagai Dua menurut Cara yang di alami sebelum dan sesudah Kematian dari Seorang Arahat. 1 Sa-upadisesa – Nibbana Sa – Dengan, upadi – Lima Kelompok di genggam oleh Kemelekatan dan Pandangan Salah, sesa – Yang tersisa. Pada para Buddha dan Arahat , walau semua Kekotoran Batin (kilesa) telah di hilangkan, vipaka-citta dan Pengikut2 mereka (Bersama di kenal sebagai vipaka-namakkhandha) dan kammaja-rupa masih tertinggal. Namun para Buddha dan Arahat dapat sepenuhnya mengalami Nibbana. Unsur Nibbana yang di realisasikan oleh para Buddha dan Arahat sebelum Kematian dengan Vipaka-namakkhandha dan kammaja-rupa tertinggal disebut Sa-upadi-sesa Nibbana-dhatu. 2 Anupadisesa – Nibbana Ini adalah Nibbana yang di alami oleh para Buddha dan Arahat setelah Kematian. Unsur Nibbana yang di realisasikan tanpa Vipakanamakkhandha dan kammaja-rupa Apa-pun yang tertinggal disebut anupadisesa Nibbana dhatu. Sa-upadisesa Nibbana = Kilesa Nibbana, ialah itu dicapai dengan Penghilangan Kilesa. Anupadisesa Nibbana = Khandha Nibbana, ialah itu dicapai dengan Penghilangan Lima Kelompok.



199 Tiga Mode Nibbana. 1. Sunnata – Nibbana : Nibbana ialah tidak adanya Napsu, Kebencian dan Kegelapan Batin, ia juga tidak ada Grup2 dari rupa dan nama. Maka ia disebut Sunnata-Nibbana. Sunna – Ketiadaan atau Nol, disini Artinya bahwa Napsu, Kebencian, Kegelapan Batin, rupa dan nama Nol, tapi ia tidak berarti bahwa Nibbana adalah “Kekosongan” 2. Animitta – Nibbana : Grup2 Materi , yang terdiri dari rupakalapa, mempunyai Bentuk2 dan Rupa yang berbeda. Grup2 Mental terdiri dari citta dan Pengikut2-nya mungkin dianggap mempunyai beberapa Macam Bentuk sebab mereka dapat di lihat oleh Orang2 tertentu yang telah mengembangkan Kekuatan Supernormal (abhinna). Nibbana bagaimana juga tidak mempunyai Bentuk dan Rupa sama sekali. Maka ia disebut Animitta-Nibbana. 3. Appanihita – Nibbana : Nibbana tidak mempunyai nama dan rupa juga Bentuk dan Rupa Apa-pun untuk di rindukan oleh tanha (Kemelekatan atau Napsu). Tidak ada Napsu atau Kemelekatan di dalam Nibbana. Nibbana benar2 terbebas dari Napsu begitu juga dari Keinginan yang sangat atau Napsu. Maka ia di kenal sebagai Appanihita-Nibbana. Beberapa Definisi lagi dari Nibbana. Nibbana dapat juga di golongkan oleh Sifat2 Baik sebagai berikut: 1. Accutam - Ia telah melampaui Kematian, dan maka itu tidak ada terjadi Kematian dalam Nibbana. 2. Accantam - Ia telah melampaui Akhir yang disebut Kematian, maka ia tidak ber-Akhir. 3. Asankhatam - Ia tidak di kondisikan oleh Empat Sebab. Yaitu, kamma, citta, utu, dan ahara. Disini ia abadi dan ia bukan Sebuah Sebab ataupun Sebuah Akibat. 4. Anuttaram - Ia adalah lebih Kuat dan lebih Mulia dari pada setiap Dhamma. 5. Padam - Ia adalah Satu Objek Kenyataan (Vatthu-dhamma) yang dapat di realisasikan oleh ariya (Orang2 Mulia).



–oOo--



200



Chapter 7



Samuccaya Ringkasan dari Keberadaan yang tertinggi. Kata Pengantar. Tujuh puluh dua Macam dari Keberadaan yang tertinggi, yang disebut Vatthu-Dhamma Sebab mereka mempunyai Sifat2 –nya sendiri, sebegitu jauh telah di jelaskan. Mereka adalah Citta, 52 Cetasika, 18 Nipphanna-rupa dan Nibbana. Citta. Semua 89 atau 121 Tipe Kesadaran di anggap sebagai Satu karena mereka semua mempunyai Sifat2 dari “Kesadaran”. Sebenarnya mereka adalah 89 atau 121 Tipe dari Kombinasi Citta dengan berbagai Cetasika. Cetasika. Semua 52 Faktor2 Mental dipandang secara terpisah karena mereka mempunyai Sifat2 berbeda. Nipphanna-rupa Semua 18 Rupa yang disebabkan dan di kondisikan oleh kamma, citta, utu, dan ahara di anggap Nyata dan di pandang secara terpisah karena mereka memiliki Sifat2 yang berbeda. Nibbana Ia adalah Satu sehubungan pada Sifat-nya akan Kedamaian (Santilakkhana). Maka jumlah dari Vatthu-dhamma : 1 + 52 + 18 + 1 = 72 Semua ke- 72 ini adalah Kenyataan2 yang Subjektif dan Objektif. Yang ber-hubung-hubungan akan di golongkan ke dalam Katagori2 dalam Bab ini. Ringkasan dari Katagori2. Ringkasan Katagori2 yang akan di bicarakan adalah Empat Macam. 1. Ringkasan dari Katagori2 Tidak Bermoral. 2. Ringkasan dari Katagori2 Campuran.



201 3. Ringkasan dari Katagori2 yang menyinggung pada Pencerahan, dan 4. Ringkasan dari Katagori2 Semua Vatthu-dhamma. ( 1 ) Akusala Sangaha (Ringkasan dari Katagori Tidak Bermoral) Ada Sembilan Katagori yang tidak Bermoral – yaitu, Asava, Ogha, Yoga, Gantha, Upadana, Nivarana, Anusaya, Samyojana dan Kilesa. 1 Empat Asava (Empat Kebusukan atau yang Memalukan). “Asava” Artinya, Minuman Keras, Kekotoran Batin, Kecurangan, Noda, Mengotorkan, Kebusukan dsb… Kita tahu bahwa Minuman Keras yang di fermentasi yang telah di simpan di dalam Guci Fermentasi untuk Waktu yang lama dapat membuat Orang2 mabuk. Begitu juga asava, yang telah di simpan untuk di fermentasikan di dalam Arus Khandha Mahluk2 untuk waktu yang sangat lama, yakni, sebuah Samsara, membuat Orang2 mabuk dan melupakan Kebebasan mereka. Ada Empat Asava: 1. Kamasava - Kemelekatan pada Kenikmatan Indera di dalam Dunia Indera, ialah; lobha, bersekutu dengan 8 lobha-mulacitta. 2. Bhavasava - Kemelekatan pada Rupa-Jhana dan Arupa-Jhana begitu juga pada Keberadaan dalam Alam-Rupa dan Arupa, ialah, lobha bersekutu dengan 4 lobha-mula ditthigatavipayutta-citta. 3. Ditthasava - 62 Macam Pandangan Salah, ialah ditthi, ada di dalam 4 lobha-mula-ditthigata-sampayutta-citta. 4. Avijjasava - Kegelapan Batin sehubungan pada Empat Kebenaran Mulia, Kehidupan lampau, Kehidupan akan datang, Ke-dua2nya Kehidupan Lampau dan akan Datang dan Hukum Sebab Akibat yang saling Bergantungan. Ia adalah Ketidak tahuan bersekutu dengan 12 Akusala-citta. Catatan: Unsur2 Pokok dari Empat Asava hanyalah Tiga yaitu, lobha, ditthi, dan moha. Ketiganya ini sangat kuat memabukkan Mahluk2 dan membuat mereka mengembara dalam Samsara. 2 Empat Ogha (Empat Banjir) “Ogha” Artinya Banjir, Air yang deras, Pusaran Air, Menyelimuti atau Mencekik. Persis bagai Banjir besar menyapu Orang2 dan



202 Binatang2 ke dalam Laut, menyelimuti, mencekik dan menenggelamkan mereka, maka begitu juga Empat Ogha menyapu Mahluk2, menyelimuti, mencekik dan menenggelamkan mereka ke dalam Lautan Besar dari Samsara. Bagaikan Empat Pusaran Air yang besar di Lautan lepas, mereka dapat menenggelamkan Mahluk Apa-pun yang berada di atasnya, dan menjadikan ter-amat sulit untuk menyeberangi mereka. Empat Ogha adalah sama dengan Empat Asava, Unsur2 Pokok mereka adalah sama. 1. Kamogha -- Banjir Napsu Indera 2. Bhavagha -- Banjir Napsu akan Jhana dan Kelahiran dalam Alam-Rupa dan Alam-Arupa. 3. Ditthogha -- Banjir Pandangan2 Salah 4. Avijjogha -- Banjir Kegelapan Batin. 3 Empat Yoga (Empat Ikatan) “Yoga” Artinya Persilangan, Persatuan, Ketekunan, Kesetiaan, Kemelekatan, Ikatan, Perekat, atau “Mengikat” Sapi yang di-ikat pada Pedati tidak dapat lepas dari Pedati. Sama juga Mahluk2 yang terikat pada Mesin Kelahiran dan melekat kuat pada Roda Samsara dengan Alat Empat Yoga, tidak dapat lepas dari Mesin Kelahiran dan dari Samsara. Lagi Empat Yoga sama dengan Empat Asava, Unsur2 Pokoknya sama. 1. Kamayoga -- Kemelekatan pada Kenikmatan Indera 2. Bhavayoga -- Kemelekatan pada Jhana2 dan pada Kelahiran dalam Alam Rupa dan alam Arupa. 3. Ditthiyoga -- Kemelekatan pada Pandangan Salah 4. Avijjayoga -- Kemelekatan pada Kegelapan Batin. 4 Empat Gantha (Empat Ikatan) “Gantha” Artinya “Satu Ikatan” atau “Satu Bundelan”. Empat gantha adalah Ikatan yang kuat mengikat Grup Rupa dan Nama dari Kehidupan bagi mereka akan Kelahiran di masa akan datang. Dalam Nama2 gantha berikut, ‘kaya’ di gunakan dalam rasa dari Grup atau Massa yang menyatakan ke-dua2nya Mental dan Pisikal. 1. Abhijjha-kayagantha -- Semua Bentuk2 Napsu Keinginan (tanha) ialah lobha berada dalam 8 lobha-mula-citta 2. Vyapada-kayagantha -- Semua Bentuk2 Kemoralan atau Kehendak Jahat. Ialah dosa berada dalam 2 dosa-mula –citta



203 3. Silabbataparamasa-kayagatha -- Ketaatan pada Pandangan Salah bahwa Seorang menjadi Suci dan maka dapat terbebaskan dengan atau bertingkah laku seperti Sapi dan Anjing. Juga termasuk Ketaatan pada Upacara dan Peribadatan, ialah, ditthi berada dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta citta. 4. Idamsaccabhinivesa-kayagantha -- Kepercayaan Dogmatis bahwa hanya Pandanganya saja yang benar dan yang lain Sia-sia atau bahwa “Hanya inilah yang benar”. Juga ialah ditthi yang ada dalam 4 lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta 5 Empat Upadana (Empat Genggaman Kuat) “Upadana” Artinya Kemelekatan yang Kuat atau menempel atau menggenggam, ia bagaikan Se-ekor Ular menggenggam Se-ekor Katak tanpa melepaskannya. Upadana lebih kuat dari pada tanha (Keinginan kuat). Tanha Bagaikan Seorang Pencuri mencari-cari di Kegelapan untuk mencuri Sesuatu Sedangkan Upadana bagaikan Pencurian yang terjadi. 1. Kamupadana -- Napsu Indera atau melekat pada Lima Objek2Indera ialah, lobha berada dalam 8 lobha-mula-citta. 2. Ditthupadana -- Melekat pada semua Pandangan Salah kecuali Dua Pandangan yang disebut di dalam (3) dan (4) ialah ditthi berada di dalam 4 lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta. 3. Silabbatupadana -- Kemelekatan pada Pandangan Salah bahwa Seorang menjadi Murni dan jadi Terbebaskan dengan Moral atau Bertingkah laku seperti Sapi dan Anjing, melekat pada Ritualitas dan Upacara, ialah juga ditthi berada dalam 4 lobhamula-ditthi-sampayutta-citta. 4. Attavadupadana -- Kemelekatan pada Teori bahwa Jiwa ada,dan bahwa Saya, Kamu, Dia (laki2/Perempuan), Orang2 dst… Ada, ialah sama dengan “Sakkaya-ditthi” yaitu, “Kepercayaan adanya Diri”. Ia juga ditthi berada di dalam 4 lobha-mula-ditthi-sampayutta-citta. Catatan: Tiga Upadana yang belakangan menunjukkan ditthi cetasika Sendiri. Mereka di bedakan sebagai yang Tiga Sebab Cara2 dan Objek2 dari Kemelekatan-nya berbeda. 6



Enam Nivarana (Enam Rintangan) “Nivarana” Artinya “Rintangan” atau “Hambatan” . Nivarana merintangi atau mencegah timbulnya Pikiran2 dan Perbuatan2 Baik,



204 Jhana dan Magga. Maka mereka menghalangi Jalan ke Alam Dewa dan Kebahagiaan Nibbana. Terutama Lima Nivarana Pertama membutakan Pandangan Mental kita dan menghambat Tindakan Moral kita. Kita harus bergumul dengan mereka bilamana kita mencoba melaksanakan beberapa Perbuatan Baik Apakah itu mengucapkan Doa-doa atau melakukan Meditasi. Dalam Kehadiran mereka kita tidak dapat mencapai Tetangga Konsentrasi (Upacara-samadhi) dan Konsentrasi penuh (appana-samadhi), dan tidak dapat melihat Kebenaran dengan jelas. 1. Kamacchanda -- Napsu Indera, ialah lobha dalam 8 lobhamula-citta. 2. Vyapada -- Kehendak Jahat, ialah dosa dalam 2 dosamula-citta 3. Thina-middha -- Kemalasan dan Kelambanan, mereka adalah ; thina-cetasika dan middha-cetasika. 4. Uddhacca-kukukucca -- Kegelisahan dan selalu di pikirkan atau Kawatir, mereka adalah, uddhacca-cetasika dan kukkuccacetasika. 5. Vicikiccha -- Keraguan atau Kebingungan, ialah vicikicchacetasika. 6. Avijja -- Kegelapan Batin, ialah moha berada dalam 12 akusala citta. Catatan: a. Ke-dua2nya Kemalasan dan Kelambanan, Kegelisahan dan selalu Dipikirkan di golongkan bersama sebab Fungsi2 mereka (kicca), Sebab2 mereka (hetu) dan Faktor2 Perlawanan mereka adalah sama. Fungsi dari Kemalasan dan Kelambanan ialah Ketidakaktifan Mental, Sebab2 mereka adalah Kemalasan, dan mereka menentang pada Semangat Usaha (Viriya). Fungsi dari Kegelisahan dan Kepikiran ialah Ketidak-tenangan, sebab mereka adalah Kejengkelan tentang Kehilangan Kepemilikan, dsb… dan mereka menentang pada Ketenangan. b. Dalam Perumpamaan yang indah yang di berikan Sang Buddha dalam Anguttara-Nikaya, Napsu Indera dibandingkan dengan Air yang di campur dengan macam2 Warna, Keinginan Jahat dengan Air yang mendidih, Kemalasan dan Kelambanan dengan Air yang di tutupi oleh Lumut, Kegelisahan dan Kepikiran dengan Air yang di rangsang oleh Deraan Angin, dan Ke-ragu2an dengan Air keruh yang berlumpur. Sehinga dalam Air yang



205 seperti itu Seorang tidak dapat menerima Bayangan-nya Sendiri, maka juga dalam Kehadiran Lima Rintangan Mental ini, Seorang tidak dapat melihat dengan Jelas Keuntungan-nya sendiri, tidak juga pada yang lain, tidak juga ke-dua2-nya. 7 Tujuh Anusaya (Tujuh Kekotoran Batin yang terpendam). “Anusaya” Artinya “Terbaring terbengkalai” atau “Tinggal terpendam”. Tujuh anusaya adalah Benih2 atau Kekotoran2 Batin (kilesa) yang berpotensi yang terbaring terbengkalai dalam Arus-khandha dari Mahluk2 dari Kehidupan ke Kehidupan sepanjang Samsara yang sangat lama. Mereka bagaikan Kesanggupan dari Sebuah Pohon untuk Menghasilkan Buah, Kesanggupan itu tidak dapat di temui dimana-pun diantara Pohon itu, tapi kita tahu ia disana dengan melihat Buah2 yang ia hasilkan ketika Waktu masak-nya tiba. Anusaya tidak di lihat dimana-pun. Mereka tidak mempunyai Penampilan yang Nyata, dan mereka bukanlah khusus dari Sifat2 seperti Timbul-Berlangsung-Berlalu. Tapi mereka tinggal Siap untuk datang ke Permukaan sebagai Kekotoran2 Batin yang sebenarnya pada Saat Satu Kesempatan ketika mereka kontak dengan Objek2 Indera yang bersesuaian. 1. Kamaraganusaya -- Kemelekatan pada Objek2 Indera, ialah lobha yang berada dalam 8 lobha-mula-citta. 2. Bhavaraganusaya -- Kemelekatan pada Rupa-Jhana, Arupajhana, dan Kelahiran di Alam2 Rupa dan Arupa, ialah, lobha berada dalam 4 lobha-mula ditthi-vipayutta-citta. 3. Patighanusaya -- Keinginan2 Jahat atau Kebencian, ialah dosa berada dalam 2 dosa-mula-citta. 4. Mananusaya -- Kesombongan, ialah mana-cetasika berada dalam 4 lobha-mula ditthi-vipayutta-citta. 5. Ditthanusaya -- Pandangan Salah, ialah ditthi-cetasika berada dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta-citta 6. Vicikicchanusaya -- Ke-ragu2an, ialah vicikiccha-cetasika berada dalam moha-mula vicikiccha-sampayutta-citta 7. Avijjanusaya -- Kegelapan Batin, ialah moha berada dalam 12 akusala-citta. 8



Sepuluh Samyojana (Sepuluh Belenggu) “Samyojana” Artinya Belenggu yang mengikat Mahluk2 kepada Roda Keberadaan dan Penderitaan yang ber-putar2. Ada Sepuluh Belenggu yang mengikat setiap Individu pada Roda Keberadaan.



206 a Sepuluh Belenggu menurut Sutta Pitaka 1. Kamaraga-samyojana – Kemelekatan pada Objek2 Indera. 2. Ruparaga-samyojana – Kemelekatan pada Rupa-Jhana dan Kelahiran di Alam Rupa. 3. Aruparaga-samyojana – Kemelekatan pada Arupa-Jhana dan Kelahiran di Alam Arupa. 4. Patigha-samyojana – Keinginan Jahat atau Kebencian. 5. Mana-samyojana – Kesombongan. 6. Ditthi-samyojana – Pandangan Salah 7. Silabbata-paramasa-samyojana – Ketaatan pada Pandangan Salah bahwa Seorang menjadi Murni dengan Moral Tingkah laku seperti Sapi dan Anjing atau oleh Ritualitas dan Upacara. 8. Vicikiccha-samyojana – Ke-ragu2-an. 9. Uddhacca-samyojana – Kegelisahan. 10. Avijja-samyojana – Kegelapan Batin. Unsur2 Pokok pada Sepuluh Belenggu di atas adalah lobha (untuk 1,2,3), dosa, mana, ditthi (untuk 6,7), vicikiccha, uddhacca dan moha, yakni, 7 cetasika semuanya. b Belenggu2 menurut Abhidhamma Pitaka 1. Kamaraga-samyojana – Kemelekatan pada Objek2 Indera. 2. Bhavaraga-samyojana – Kemelekatan pada Rupa dan Arupa Jhana dan Kelahiran di Alam2 Rupa dan Arupa. 3. Patigha-samyojana – Keinginan Jahat atau Kebencian. 4. Mana-samyojana – Kesombongan. 5. Ditthi-samyojana – Pandangan Salah. 6. Silabbata-paramasa-samyojana - Sama seperti diatas. 7. Vicikiccha-samyojana – Ke-ragu2an. 8. Issa-samyojana – Iri hati/ Cemburu. 9. Macchariya-samyojana – Ke-kikiran. 10. Avijja-samyojana – Kegelapan Batin Unsur2 Pokok pada Sepuluh Belenggu Abhidhamma adalah lobha (untuk 1,2), dosa, mana, ditthi (5,6), vicikiccha, issa, macchariya dan moha, yakni, 8 cetasika semuanya. Unsur2 Pokok Belenggu2 bagi ke-duanya , Sutta dan Abhidhamma adalah 9 cetasika -- 7 untuk Belenggu2 Sutta + issa + macchariya.



207 9



Sepuluh Kilesa (Sepuluh Kekotoran Batin) “Kilesa” Artinya “Kekotoran Batin atau Siksaan”. Kilesa mengotori, membakar dan menyiksa Pikiran. Ada Sepuluh Kilesa. 1. Lobha -- Keserakahan atau Kemelekatan. 2. Dosa -- Kebencian atau Kehendak Jahat. 3. Moha -- Khayalan atau Kebodohan. 4. Mana -- Kesombongan atau Angkuh 5. Ditthi -- Pandangan Salah. 6. Vicikiccha -- Ke-ragu2an atau Ketidak-tegasan. 7. Thina -- Kemalasan. 8. Uddhacca -- Kegelisahan. 9. Ahirika -- Tidak malu berbuat Salah. 10. Anoottappa -- Tidak takut Akibat berbuat Salah. 1500 Kilesa. Satu Citta, 52 cetasika, 18 nipphanna-rupa dan 4 lakkha-rupa jumlah semua 75 Kesatuan yang ada. 75 Kesatuan nama dan rupa ini Ada, Ke-dua2nya di Bagian Dalam dan Bagian Luar. Maka bila kita kalikan 75 x 2 untuk ajjhattika (Bagian Dalam) dan bahiddha (Bagian Luar), kita dapat 150. Sebagaimana 150 Kesatuan yang Ada ini adalah Objek dari bekerjanya setiap Kilesa, bila kita kalikan 150 x 10 Kilesa maka kita dapatkan 1500 Kilesa. 108 Model dari Tanha. “Tanha” ialah Keinginan yang sangat. Ia adalah Akar Pemimpin dari Penderitaan, dan Lingkaran Kelahiran Kembali yang berkelanjutan. Pertama, Keinginan yang sangat ada Tiga Macam: 1. Kama-tanha -- Keinginan yang sangat pada Objek2-Indera. 2. Bhava-tanha -- Keinginan yang sangat pada Rupa dan Arupa Jhana dan Kelahiran Kembali di Alam2 Rupa dan Arupa. 3. Vibhava-tanha -- Keinginan yang sangat untuk tidak di Lahirkan. Sehubungan pada Enam Objek Indera, Ada Enam Macam Keinginan yang sangat: 1. Rupa-tanha -- Keinginan yang sangat pada Objek2 yang Kelihatan. 2. Sadda-tanha -- Keinginan yang sangat pada Bunyi2-an. 3. Gandha-tanha -- Keinginan yang sangat pada Bau2-an. 4. Rasa-tanha -- Keinginan yang sangat pada Cita-rasa.



208 5. Photthabba-tanha Tubuh. 6. Dhamma-tanha Mental.



-- Keinginan yang sangat pada Kesan2 -- Keinginan yang sangat pada Kesan2



Bila kita menggandakan Grup Pertama dari 3 Macam Keinginan dengan Grup Kedua yang 6 , kita dapatkan 18 Macam Keinginan. Lagi gandakan ini dengan 2 karena mereka dapat berada Ke-dua2nya di Bagian Dalam dan Luar, kita dapatkan 36 Macam Keinginan. Sekarang 36 Macam Keinginan yang sangat ini dapat terjadi di masa Lampau, di masa Sekarang dan di masa akan Datang. Maka mereka berjumlah 108 Macam tanha.



209



Tabel 7.1 Akusala-sangaha.



210



Petunjuk untuk membaca Tabel 7.1. a Pembacaan mendatar/membujur 1. Lobha terjadi di dalam semua 9 Bagian sebagai, Asava, Ogha,Yoga, Gantha, Upadana, Nivarana, Anusaya, Samyojana dan Kilesa. 2. Ditthi terjadi di dalam 8 Bagian sebagai Asava, Ogha, dst.. sebagaimana yang di perlihatkan dalam Tabel. 3. Sisanya dapat di baca dengan Cara yang sama. b Pembacaan Tegak lurus 4. Empat Asava mempunyai 3 Unsur Pokok – lobha, ditthi dan moha. Juga sama untuk Ogha dan Yoga. 5. Empat Gantha juga mempunyai 3 Unsur2 Pokok - lobha, ditthi, dan dosa. 6. Sisanya dapat di baca dengan Cara yang sama. ( 2 ) Missaka –Sangaha (Ringkasan dari Katagori2 Campuran) Ada Tujuh Katagori Campuran- yakni, Hetu, Jhananga, Magganga, Indriya, Bala, Adhipati dan Ahara. 1 Enam Hetu (Enam Akar) “Hetu” Artinya Akar, Sebab, Kondisi atau – Kondisi Akar. Sebagaimana Akar2 membuat Sebuah Pohon Kokoh, makmur dan tumbuh baik, maka dengan Cara yang sama Enam Hetu membuat Citta dan Cetasika kokoh bersekutu dengan mereka, subur dan tumbuh dengan baik pada Objek2 Indera. Ada 3 Akar2 Bermoral dan 3 Akar2 tidak Bermoral. Tiga Akar2 Tidak Bermoral (Akusala-hetu) adalah: 1. Lobha -- Keserakahan atau Kemelekatan 2. Dosa -- Kehendak Jahat atau Kebencian 3. Moha -- Kebodohan atau Khayalan.



Tiga Akar2 Bermoral (Kusala-hetu) adalah: 4. Alobha -- Tanpa Kemelekatan 5. Adosa -- Keinginan Baik 6. Amoha -- Kebijaksanaan.



211 Akar2 Bermoral juga bersekutu dengan sobhana-kiriya-citta dan vipaka-citta. Maka mereka juga di kenal sebagai Akar2 yang tidak menentukan (avyakata-hetu) sebab kiriya-citta dan vipaka-citta disebut Tidak menentukan (avyakata). 2 Tujuh Jhananga (Tujuh Unsur2 Pokok Jhana) “Jhananga” Artinya “Faktor2 Jhana” atau “Unsur2 Pokok dari Pencerapan”. Faktor2 Jhana membantu citta dan cetasika2 Sekutu mereka untuk memperhatikan Sebuah Objek, apakah Buruk atau Baik, secara tekun, teliti dan pasti. 1. Vitakka -- Penerapan awal 2. Vicara -- Penerapan yang menyokong 3. Piti -- Kegiuran 4. Ekaggata -- Pemusatan pada Satu Titik 5. Somanassa-vedana -- Perasaan menyenangkan 6. Domanassa-vedana -- Perasaan tidak menyenangkan 7. Upekkha-vedana -- Perasaan Netral atau Keseimbangan 3 Duabelas Magganga (Duabelas Unsur2 Pokok dari Jalan). “Magga” Artinya “Jalan” dan “magganga” artinya “Unsur2 Pokok dari Jalan”. Unsur Pokok yang Tidak Bermanfaat bergabung untuk membentuk Satu Jalan menuju ke Keadaan Penderitaan, sedangkan Unsur2 Pokok yang Bermanfaat bergabung untuk membentuk Satu Jalan menuju ke Keadaan Bahagia sampai ke Nibbana. 1. Samma-ditthi -- Pandangan Benar. Ia adalah panna yang berada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26 appana-javana. 2. Samma-sankappa -- Pikiran Benar. Ia adalah vitakka yang ada dalam 42 citta diatas. 3. Samma-vaca -- Pembicaraan Benar. Ia adalah samma vaca cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8 lokuttara-citta. 4. Samma-kammanta -- Perbuatan Benar. Ia adalah sammakammanta-cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8 lokuttara citta. 5. Samma-ajiva -- Penghidupan Benar. Ia adalah sammaajiva-cetasika yang ada dalam 8 maha-kusala-citta dan 8 lokuttara-citta.



212 6. Samma-vayama -- Usaha Benar. Ia adalah viriya yang ada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26 appana-javana. 7. Samma-sati -- Perhatian Benar. Ia adalah sati-cetasika yang ada dalam 42 citta diatas. 8. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar. Ia adalah ekaggata di dalam 42 citta diatas. 9. Miccha-ditthi -- Pandangan Salah. Ia adalah ditthi yang ada dalam 4 lobha-mula ditthi-sampayutta-citta. 10. Miccha-sankappa -- Pikiran Salah Ia adalah vitakka yang ada dalam 12 akusala-citta. 11. Miccha-vayama -- Usaha Salah. Ia adalah viriya yang ada dalam 12 akusala citta. 12. Miccha-samadhi. -- Konsentrasi Salah. Ia adalah ekaggata yang ada dalam 12 akusala-citta. 4 Duapuluh dua Indriya. (Duapuluh dua Kemampuan). “Indriya” Artinya “Kemampuan” atau “Mengontrol Kekuatan” sebagaimana para Menteri mengontrol Kementeriannya masing2, Indriya mengontrol Sekutu2 mereka (sampayutta-dhamma) dalam Lapangan Pengaruh mereka MASING2. Ke-22 Indriya adalah sebagian Pisik dan sebagian Mental. 1. Cakkhundriya-cakkhu-pasada -- Bagian sensitif dari Mata. 2. Sotindriya-sota-pasada -- Bagian sensitif dari Telinga. 3. Ghanindriya-ghana-pasada -- Bagian sensitif dari Hidung. 4. Jivhindriya-jivha-pasada -- Bagian sensitif dari Lidah. 5. Kayindriya-kaya-pasada -- Bagian sensitif dari Tubuh. 6. Itthindriya-itthibhava-rupa -- Kewanitaan. 7. Purindriya-purisa-bhava-rupa -- Kejantanan. 8. Jivitindriya-jivita-rupa dan jivitindriya-cetasika -- Kehidupan. 9. Manindriya- 89 atau 121 citta 10. Sukhindriya-sukha-vedana --Perasaan Tubuh yang menyenangkan. 11. Dukkhindriya-dukkha-vedana -- Kesakitan Tubuh. 12. Somanassindriya-somanassa-vedana -- Kegembiraan. 13. Domanassindriya-domanassa-vedana -- Kesedihan. 14. Upekkhindriya-upekkha-vedana -- Keseimbangan. 15. Saddhindriya-saddha -- Keyakinan. 16. Viriyindriya-viriya -- Usaha. 17. Satindriya-sati -- Perhatian / Kesadaran.



213 18. Samadhindriya-ekaggata -- Konsentrasi. 19. Pannindriya-panna -- Kebijaksanaan. 20. Anannatinnassamitindriya -- panna bersekutu dengan sotapatti-magga. 21. Annindriya -- panna bersekutu dengan 3 magga lebih tinggi dan 3 phala lebih rendah. 22. Annatavindriya -- panna bersekutu dengan arahatta-phala. Catatan : 1. Harap di catat bahwa Bagian sensitif dari Mata mengontrol Penglihatan, Bagian sensitif dari Telinga mengontrol Pendengaran dst… Ke-dua bhava-rupa mengontrol Sifat2 Sex Primer dan Sekunder. Kehidupan mengontrol Syarat2 Kehidupan dari Sekutu2-nya. Citta mengontrol Pengikut2 mereka dalam Usaha2 bersama dari mengambil dan mengetahui Objek. 2. Indriya 1 – 7 adalah Pisik, 8 adalah Ke-duanya Pisik dan Mental dan Sisanya adalah Mental. 3. 1 – 5 dan 9 mewakilkan 6 Landasan. 6, 7 adalah dua bhava-rupa 10 – 14 mewakilkan 5 Perasaan. 15 – 19 mewakilkan 5 Kemampuan Spiritual Tiga yang terakhir adalah Kemampuan2 di Luar Keduniawian 4. Jumlah Indriya Keduniawian yang ada pada Satu Orang Lelaki atau Satu Orang Perempuan adalah 18, tidak termasuk Sex-rupa yang berlawanan dan 3 yang terakhir Kemampuan diatas Keduniawian. 5 Sembilan Bala. (Sembilan Kekuatan). “Bala” Artinya “Kekuatan”. Sembilan “Kekuatan” kuat dan kokoh dan mereka tidak dapat di guncang oleh Kekuatan2 yang berlawanan. Disamping itu mereka menguatkan Pengikut2 dan Sekutu2 mereka. 1. Saddha-bala -- Keyakinan, Ia adalah saddha yang ada dalam sobhana-citta. 2. Viriya-bala -- Usaha, ia adalah viriya yang ada dalam 73 citta yang bersekutu dengan viriya. 3. Sati-bala -- Kesadaran/Perhatian, ia adalah sati dalam sobhana-citta. 4. Samadhi-bala -- Konsentrasi, ia adalah ekaggata yang ada dalam 72 citta, tidak termasuk 16 citta yang tidak bersekutu dengan viriya dan juga vicikiccha-sampayutta-citta.



214 5. Panna-bala -- Kebijaksanaan, ia adalah panna yang ada dalam 47 tihetuka-citta. 6. Hiri-bala -- Malu berbuat Salah, ia adalah hiri-cetasika yang ada dalam sobhana-citta. 7. Ottappa-bala -- Takut Akibat Perbuatan Salah, ia adalah ottappa yang ada dalam sobhana-citta. 8. Ahirika-bala -- Tidak malu berbuat Salah, ia adalah ahirika yang ada dalam 12 akusala citta. 9. Anottappa-bala -- Tidak takut Akibat Perbuatan Salah, ia adalah anottappa yang ada dalam 12 akusala citta. Dari 9 Kekuatan, Tujuh yang Pertama bisa di anggap sebagai Kemoralan, sedangkan dua yang terakhir sebagai Ketidak Moralan. Ahirika dan Anottappa menonjol pada Orang2 yang Jahat. Sehubungan dengan Definisi bahwa Bala tidak terguncang oleh Lawan2 mereka, (1) Kekuatan Keyakinan tidak dapat di guncang oleh Ketidak-Yakinan, (2) Usaha oleh Kemalasan, (3) Kesadaran oleh Kelupaan, (4) Konsentrasi oleh Kebingungan, (5) Kebijaksanaan oleh Kebodohan. Hiri dan Ottappa dengan kuat menyokong Perbuatan2 Bermoral, sedangkan ahirika dan anottappa menjuruskan ke Jalan Perbuatan2 Tidak Bermoral. 6 Empat Adhipati (Empat Faktor2 yang menguasai). “Adhipati” Artinya tertinggi, berkuasa, Tuan, Ketua, Raja dsb… Ia adalah Ketua diantara Sekutu2-nya dan ia tiada Bandingnya. Sebagaimana ada Satu Raja dalam Satu Negara, maka hanya ada Satu adhipati dalam Satu Grup Mental dari Citta dan Pengikut2-nya. Adhipati harus di bedakan dari Indriya. Adhipati boleh di bandingkan pada Seorang Raja yang tidak dipersoalkan lagi jadi Kepala Negara, Tuan dari semua Menteri2-nya dan Rakyat-nya. Indriya seperti para Menteri yang hanya mengontrol Kementerianya masing2 tanpa Campur Tangan dari yang lain. Indriya mempunyai Bandingan dan mereka harus mengikuti Adhipati. Adhipati dapat dianggap sebagai “Faktor yang menguasai” dalam Satu Grup Mental. 1. Chandadhipati -- Keinginan atau Kemauan, ia adalah chanda cetasika yang ada dalam 18 dvi-hetuka-javana dan 34 tihetuka-javana



215 2. Viriyadhipati -- Energi atau Usaha, ia adalah viriya yang ada dalam 18 dvi-hetuka-javana dan 34 tihetuka-javana. 3. Cittadhipati -- Kesadaran atau Pikiran, ia adalah 18 dvihetuka-javana-citta dan 34 tihetuka-javana-citta. 4. Vimamsadhipati -- Kebijaksanaan, ia adalah panna yang ada dalam 34 tihetuka-javana. Vimamsa ialah Kebijaksanaan yang dapat menyelidiki dan menimbang. Catatan: 1. Delapan belas dvi-hetuka-javana --- 8 lobha-mula-citta, 2 dosamula-citta, 4 nana-vipayutta-maha-kusala-citta, dan 4 nanavipayutta-maha-kiriya-citta. Tiga puluh Empat ti-hetuka-javana --- 4 nana-sampayuttamaha-kusala-citta, 4 nana-sampayutta-maha-kiriya-citta, 9 mahaggata-kusala-citta, 9 mahaggata-kiriya-citta, 4 magga dan 4 phala. 2. Ketika Satu Adhipati sangat kuat, semua Sekutu2-nya ber-sama2 mendukungnya, dan mereka beersama akan mendapat Tujuan yang di arah. 7 Empat Ahara (Empat Jenis Makanan). “Ajhara” Artinya Nutrisi, Penyebab, Makanan. Dhamma Apa-pun yang dapat menghasilkan dan mendukung Hasilnya bilamana Tubuh kita di tunjang oleh Makanan yang dapat di makan, di sebut Ahara. Ada Empat Tipe ahara: 1. Kabalikarahara -- Makanan yang dapat di makan, ia adalah ojarupa Ia menghasilkan dan mendukung aharaja suddhatthaka – Delapan Macam Pemenuhan Kebutuhan Badan mendapat Sari Nutrisi sebagai Delapan Faktor-nya. 2. Phassahara – Kontak atau rasa Tumbukkan, ia adalah phassa cetasika berada dalam semua citta. Ia menghasilkan dan mendukung Lima Macam Perasaan (vedana). 3. Manosancetanahara -- Keinginan Mental, ia adalah cetana yang mewujudkan Dirinya sendiri sebagai 29 Tipe Kamma. Ia menghasilkan dan mendukung Kesadaran Kelahiran Kembali. 4. Vinnanahara -- Kesadaran, ia mewakilkan 89 atau 121 Tipe citta. Ia menghasilkan dan mendukung Pengikut2nya (cetasika) dan cittaja-rupa.



216 Bodhipakkhiya – Sangaha (Ringkasan dari Faktor2 Pencerahan). “Bodhi” Artinya Pencerahan atau magga-nana. “Bodhipakkhiya” artinya Unsur2 atau Faktor2 Pencerahan. Ada 37 Faktor2 itu. Bila Seorang dapat mengembangkan mereka semuanya, ia akan mencapai Pencerahan. Ke-37 Faktor2 itu di anggap sebagai Inti Sari dari Tipitaka. Ke-37 Faktor2 itu adalah; 4 Dasar Kesadaran, 4 Usaha yang tertinggi, 4 Dasar Pencapaian, 5 Kemampuan Batin, 5 Kekuatan, 7 Unsur2 Pokok Pencerahan dan 8 Unsur2 Jalan. 1 Empat Satipatthana (Empat Dasar Kesadaran). “Sati” Artinya Kesadaran atau Penuh Perhatian. “Patthana” artinya Penegakan, Penerapan, Penetapan atau Dasar/Fondasi. Maka empat satipatthana adalah Empat “Dasar2 dari Kesadaran”, bersamanya Seorang mencegah Pikiran mengembara ke Objek2 yang lain dan menjaga Pikiran tetap Penuh Perehatian dan kokoh pada Objek tunggal dari Meditasi. Komentar Srilanka mendefinisikan “Satipatthana” sebagai Kesadaran yang di tegakkan diatas Objeknya dengan Penembusan, maka berbicara ke dalam-nya. Empat “Dasar2 Kesadaran” di perlukan sekali bagi Pengembangan Ketenangan dan Pengertian. Dalam Dua Satipatthana-Sutta, Kata2 penting berikut ini di sebutkan ke-dua2nya pada Permulaan dan pada Kesimpulannya: “Satu2-nya Cara yang menuju ke Pencapaian Kesucian, mengatasi Kesedihan dan Ratapan, untuk mengakhiri rasa sakit dan Kedukaan, untuk memasuki Jalan Benar, dan untuk merealisasikan Nibbana, ialah Jalan yang terdiri dari Empat Dasar2 Kesadaran” 1. Kayanupassana-satipatthana -- Perenungan pada Tubuh atau Kesadaran dari Grup Pemenuhan Kebutuhan Badaniah (rupakhandha) 2. Vedananupassana-satipatthana – Perenungan pada Perasaan atau Kesadaran dari Grup Perasaan (Vedanakkhandha). 3. Cittanupassana-satipatthana -- Perenungan dari Kesadaran atau Penuh Perhatian dari Grup Kesadaran (Vinnanakkhandha). 4. Dhammanupassana-satipatthana -- Perenungan pada Dhamma atau Penuh Perhatian pada Grup Persepsi (sannakkhandha) dan Grup Bentuk2 Mental (Sankharakkhandha).



217 Catatan: 1. Unsur Pokok dari Empat satipatthana ialah sati-cetasika berada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26 appana-javana. Sama juga Sati berada dalam 8 lokuttara citta. 2. Alasan mengapa “Sati” telah di jelaskan sebagai Empat satipatthana ialah: i. Objek2 dari Perenungan ber-beda2 seperti, kaya, vedana, citta, dan dhamma. ii. Cara Perenungan pada Empat Objek2 adalah berbeda seperti asubha (menjijikan), dukkha (Penderitaan), anicca (selalu berubah) dan anatta (tanpa Diri). iii. Keperluan dari Perenungan pada Empat Objek berbeda seperti untuk menghilangkan Pandangan Salah, mereka masing2 adalah subha (cantik), sukkha (menyenangkan), nicca (abadi) dan atta (diri). 2 Empat sammappadhana (Empat Usaha yang tertinggi) “Sammappadhana” berarti bukanlah Usaha yang biasa-biasa, tetapi Usaha Konsentrasi yang tidak goyah dari Seorang yang berjanji: “Biar saya jadi tinggal Kulit dan Tulang, biar Darah Daging saya mengering, biar saya sampai mati, tapi saya tidak akan berhenti sampai saya berhasil!” Sammappadhana mewakili viriya, berada dalam 8 maha-kusalacitta, 9 mahaggata-kusala-citta dan 4 lokuttara-kusala-citta (21 kusala-citta semuanya). Empat Usaha tertinggi adalah: 1. Usaha untuk membuang Kejahatan2 yang telah timbul 2. Usaha untuk mencegah Timbulnya Kejahatan2 yang belum timbul. 3. Usaha untuk menghasilkan Tibulnya Kebaikan2 yang belum timbul. 4. Usaha untuk melanjutkan lagi Kebaikan yang telah timbul. Menurut Usaha diatas, Seorang harus mengusahakan membuang Keserakahan, Kebencian, Iri-hati, dst… begitu mereka timbul dalam Pikiran. Ia harus mengembangkan dana, sila dan bhavana sebanyak mungkin. Dan akhirnya, untuk menghasilkan timbulnya Kebaikan yang belum timbul yang tidak pernah timbul di dalam Samsara yang panjang, ia harus memurnikan Pikiran-nya setingkat demi setingkat dengan



218 Meditasi Ketenangan dan Pengertian sampai ia memasuki Jalan dari Pemenang Arus (Sotapanna) dan Jalan2 yang lebih tinggi (magga). Catatan: Alasan mengapa viriya di jelaskan sebagai Empat Usaha Tertinggi ialah bahwa Fungsi viriya telah di bedakan dalam 4 Katagori. 1. Untuk membuang Kejahatan yang telah timbul 2. Untuk mencegah timbulnya Kejahatan2 yang belum timbul 3. Untuk mengembangkan Kebaikan yang belum timbul 4. Untuk melanjutkan lagi Kebaikan yang telah timbul. 3 Empat Iddhipada (Empat Dasar Pencapaian) “Iddhi” Artinya “Pencapaian” sementara “pada” artinya “Dasar”.disini “Pencapaian” mengacu pada Timbulnya jhana, magga, dan phala. Dan Dasar untuk mendapatkan ini berakhir pada chanda, viriya, citta dan vimamsa – Sama seperti Empat adhipati. 1. Chandiddipada -- Kemauan, ialah chanda berada dalam 21 kusala-citta 2. Viriyaddhipada -- Energi atau Usaha, ialah viriya berada dalam 21 kusala-citta. 3. Cittiddhipada -- Kesadaran atau Pikiran, ialah 21 kusala-citta – terdiri dari 8 maha-kusala-citta, 9 mahaggata-kusala citta dan 4 lokuttara-kusala-citta. 4. Vimamsiddhipada -- Kebijaksanaan, ialah panna berada dalam 21 kusala-citta. 4 Lima Indriya (Lima Kemampuan Batin) Dari Duapuluh dua Kemampuan Batin yang disebut di muka, Lima Kemampuan disini diambil sebagai Faktor2 Pencerahan. 1. Saddhindriya -- Keyakinan atau Percaya Diri, ialah saddha yang berada dalam 8 maha-kusala-citta, 8 maha-kiriya-citta dan 26 appana-javana. 2. Viriyindriya -- Energi atau Usaha, ialah viriya berada di dalam 42 citta diatas. 3. Satindriya -- Penuh Perhatian, ialah sati berada dalam 42 citta diatas 4. Samaddhindriya -- Konsentrasi, ialah ekaggata berada dalam 42 citta diatas. 5. Pannindriya -- Kebijaksanaan, ialah panna berada dalam 42 citta diatas.



219 5 Lima Bala (Lima Kekuatan). Unsur2 Pokok dari Lima Kekuatan adalah sama dengan Lima Kemampuan Batin. Harus di mengerti bahwa masing2 dari Lima Unsur ini mempunyai Dua Sifat yang jelas; 1).Kemampuan untuk mengontrol Pikiran, dan 2).Kemampuan untuk Kokoh dan tidak dapat di goyang oleh Kekuatan yang berlawanan. 1. Saddha-bala -- Keyakinan atau Percaya Diri 2. Viriya-bala -- Energi atau usaha 3. Sati-bala -- Penuh Perhatian 4. Samadhi-bala -- Konsentrasi 5. Panna-bala -- Kebijaksanaan Dalam praktek, Saddha dan Panna harus seimbang satu sama lain, Sebab terlalu banyak Keyakinan menjurus pada Kepercayaan yang tidak masuk Akal dan terlalu banyak Penyelidikan menjurus pada tidak adanya Konsentrasi. Sama juga Viriya dan Samadhi harus seimbang satu sama lain,Sebab terlalu banyak Usaha menjurus pada Kegelisahan dan terlalu banyak Konsentrasi bisa menjurus menjadi mengantuk. Sati tidak perlu di imbangi oleh Faktor Apa-pun, makin banyak Sati makin baik. 6 Tujuh Bojjhanga (Tujuh Unsur Pokok Pencerahan) “Bojjhanga” berasal dari Kata “bodhi-anga”, yaitu, bodhi – Pencerahan dan anga – Unsur Pokok. Jadi “bojjhanga” artinya “Unsur Pokok dari Pencerahan” Dalam Kata Sambojjhanga, “Sam” artinya “Baik atau mulia”. 1. Sati-sambojjhanga -- Penuh Perhatian 2. Dhammavicaya-sambojjhanga -- Kebijaksanaan menyelidiki yang sesungguhnya. 3. Viriya-sambojjhanga -- Energi atau Usaha 4. Piti-sambojjhanga -- Gairah atau gembira 5. Passaddhi-sambojjhanga -- Ketenangan dari Pikiran yang terdiri dari Citta dan cetasika. 6. Samadhi-sambojjhanga -- Konsentrasi 7. Upekkha-sambojjhanga -- Keseimbangan Batin Unsur2 Pokok dari Tujuh bojjhanga masing2 (1) Sati, (2) Panna, (3) Viriya, (4) Piti, (5) Kaya-passaddhi dan Citta-passaddhi, (6) Ekaggata,



220 dan (7) Tatramajjhattata, --- Semuanya berada di dalam 42 Citta terdiri dari 8 mahakusala citta, 8 mahakiriya citta dan 26 appana javana. Dhammavicaya, Viriya dan Piti berlawanan dengan Thina-middha (Malas dan lamban); Passaddhi, Samadhi dan Upekkha ialah lawan dari Uddhacca (Kegelisahan). 7 Delapan Magganga (delapan Unsur2 Pokok dari Jalan) Mereka terdiri dari Delapan magganga Pertama, diluar dari Duabelas yang disebutkan di dalam Ringkasan dari Golongan Campuran. Unsur2 Pokoknya juga sama Panna-magganga : (Kebijaksanaan) 1. Samma-ditthi -- Pandangan Benar 2. Samma-sankappa -- Pikiran Benar Sila-magganga : (kemoralan) 1. Samma-vaca -- Pembicaraan Benar 2. Samma-kammanta -- Perbuatan Benar 3. Samma-ajiva -- Penghidupan Benar Samadhi-magganga : (Konsentrasi) 1. Samma-vayamo -- Usaha Benar 2. Samma-sati -- Perhatian Benar 3. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar. Dalam Pengembangan Unsur2 Pokok yang di buat dari Jalan, Seorang harus memulai dengan Pembicaraan Benar, Perbuatan Benar dan Penghidupan Benar -- Tiga Sila yang berisi Latihan Moral (Silasikkha). Berlandaskan pada Sila Seorang lalu mengembangkan Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar --- Tiga samadhi-magganga yang berisi Latihan Mental (Samadhi-sikkha). Ketika Seorang mencapai Upacara-samadhi (Konsentrasi Tetangga) atau lebih baik Jhana-samadhi (Konsentrasi yang bersekutu dengan Pencerapan), Seorang dapat menembus ke Kenyataan Tertinggi dan mengamati Alamiah sebenarnya dari Pikiran dan Materi. Disini Sammasankappa --- Pikiran Benar berdasarkan Metode Perhatian yang Benar timbul Ber-peran. Metode Perhatian yang Benar dan Analisa mengungkap Kebenaran yang membangkitkan Pandangan Benar --- Samma-ditthi. Pandangan Benar adalah Faktor paling penting dari Pencerapan. Ia menetapkan



221 Satu Fondasi yang sungguh2 tidak tergoyangkan dan aman dari Sang Jalan. Dimulai dari Permata terkecil dari Keyakinan dan Pengetahuan, ia berangsur se-tahap demi se-tahap mengembang memasuki menembus Pengertian (Vipassana-nana) dan lebih jauh memasuki Pengetahuan dari Empat Kebenaran Mulia ketika magga-nana atau Pencerahan di capai. Samma-sankappa dan samma-ditthi bersama berisi Panna-sikkha (Latihan Kebijaksanaan). Semua Delapan Unsur2 Pokok bersama berisi Jalan Mulia atau Jalan Tengah yang menuju ke Nibbana. Tijauan pada Bodhipakkhiya Walau ada 37 Faktor2 Pencerapan, Unsur2 Pokok hanya berjumlah 14 yaitu, Sati, Viriya, Chanda, Citta, Panna-saddha, ekaggata, Piti, Passaddhi (Keduanya kaya dan Citta), Tatramajjhattata, Vitakka, Samma-vaca, Samma-kammanta dan Samma-ajiva. Dari 14 Unsur2 Pokok ini , Piti, Passaddhi, Tatramajjhattata, Vitakka, 3 Virati, Chanda, dan Citta, terjadi masing2 hanya sebagai Satu Faktor. Viriya terjadi 9 kali, yakni, sebagai 9 Faktor; Sati sebagai 8 Faktor; Ekaggata sebagai 4 Faktor; Panna sebagai 5 Faktor; dan Saddha sebagai 2 Faktor. Silahkan lihat Tabel 7.2. Sabba – Sangaha (Ringkasan dari seluruh Vatthu-dhamma). Lima Katagori akan di uraikan disini. Mereka adalah; Khandha, Upadanakhandha, Aayatana, Dhatu dan Ariya sacca. 1 Lima Khandha (Lima Kelompok). “Khandha” artinya Grup atau Kelompok. Sang Buddha telah menyimpulkan Semua Fenomena Pisik dan Mental dari Keberadaan/Kehidupan ke dalam Lima Grup atau Kelompok. 1. Rupakhandha -- Kelompok Badaniah terdiri dari 28 Rupa. 2. Vedanakkhandha -- Kelompok Perasaan terdiri dari sukkhavedana, dukkha-vedana, somanassa-vedana, domanassavedana dan upekkha-vedana. 3. Sannakkhandha -- Kelompok Persepsi/Ingatan, terdiri dari Ingatan akan Bentuk, Bunyi, Be-bau-an, Cita-rasa, Kesan Badaniah dan Kesan Mental.



222 4. Sankharakkhandha -- Kelompok Bentuk2 Mental, terdiri dari 50 cetasika selain dari pada Vedana, dan Sanna. 5. Vinnanakkhandha -- Kelompok Kesadaran, terdiri dari 89 atau 121 Citta. Tabel 7.2 Bodhipakkhiya-Sangaha.



223



Dalam mengelompokan Unsur2 dari setiap Khandha, Sebelas Aspek harus di ambil dalam Pertimbangan. Aspek2 ini adalah ; Masa Lampau, Sekarang, Yang akan Datang, Bagian Dalam (ajjhattika), Bagian Luar (bahiddha), Yang lemah (hina), Yang kuat (panita), Jauh (dure), Dekat (santike), Besar (olarika) dan Halus (sukhuma). Kegunaan dari menganalisa Satu Mahluk ke dalam Lima Kelompok dari Keberadaan ialah untuk menghilangkan Pemahaman Salah dan Pandangan Salah bahwa Ego, Diri, Pribadi atau Atta Ada. Penghilangan ini akan membimbing kepada Jalan dari Pemenang Arus. 2 Lima Upadanakkhandha. (Lima Kelompok Kemelekatan). Dalam mengkhususkan Lima Khandha, Sang Buddha telah mengambil dalam Perhitungan semua Fenomena2 Pisik dan Mental. Tetapi dalam Meditasi Vipassana Seorang tidak mengamati Lokuttaracitta dan Cetasika Sekutu mereka. Ke-81 Lokiya-citta, Pengikut2 mereka dan Kelompok Badaniah membentuk Objek2 Kemelekatan oleh lobha dan ditthi. Bagian dari Objek2 ini dari Kemelekatan di dalam Lima Kelompok menimbulkan Lima Upadanakkhandha. 1. Rupupadanakkhandha -- Kelompok Badaniah terdiri dari 28 Rupa. 2. Vedanupadanakkhandha -- Kelompok Perasaan terdiri dari vedana bersekutu dengan 81 lokiya citta. 3. Sannupadanakkhandha -- Kelompok Persepsi terdiri dari Sanna bersekutu dengan 81 lokiya citta. 4. Sankharupadanakkhandha -- Kelompok dari Bentuk2 Mental, terdiri dari 50 lokiya cetasika selain dari pada vedana dan sanna. 5. Vinnanupadanakkhandha -- Kelompok Kesadaran terdiri dari 81 lokiya citta. Alasan untuk menggolongkan Dua Tipe dari Khandha. 1. Dengan Maksud untuk memperlihatkan bahwa hanya ada Lima Kelompok Keberadaan dan disana tidak ada ego, Diri, Orang atau atta, Sang Buddha menggolongkan Semua Fenomena2



224 Pisik dan Mental, apakah lokiya atau lokuttara, ke dalam Lima Kelompok. Ini adalah khandha-desana beliau yang Pertama. 2. Dalam Meditasi Pengertian Benar, lokuttara citta dan Pengikut2 mereka tidak di amati, Sebab mereka tidak termasuk pada Kelompok Penderitaan (dukkha-sacca). Hanya lokiya citta dan Pengikut2 mereka begitu juga Kelompok Badaniah di amati di dalam Meditasi Pengertian Benar, Sebab mereka di lekati oleh upadana (lobha dan ditthi) dan mereka terlibat di dalam Lingkaran Penderitaan. Disamping itu mereka memiliki Sifat2 dari Ketidak-kekalan (anicca), Penderitaan (dukkha) dan TanpaDiri (anatta). Demikianlah, lagi Sang Buddha menggolongkan Fenomena Pisik dan Mental yang di lekati oleh upadana ke dalam Lima Kelompok. Inilah Upadanakhandha-desana beliau yang Kedua. Nibbana Adalah Khandha – Vimutti. Dalam Penggolongan Lima Kelompok Keberadaan, Nibbana tidak termasuk. Alasanya adalah bahwa hanya ada Satu Nibbana dan ia termasuk pada Satu Tingkatnya sendiri. Sebagaimana ia selalu ada, ia tidak dapat di bedakan sebagai masa Lampau , masa Sekarang dan masa akan Datang. Ia tidak dapat di bedakan sebagai di Dalam dan di Luar – Ia termasuk pada Bagian Luar (bahiddha). Ia tidak dapat di bedakan sebagai Dasar dan Yang Tertinggi -- Ia termasuk pada Yang Tertinggi (panita). Ia tidak dapat di bedakan sebagai dure (Jauh) dan santike (Dekat) – Ia sendiri adalah dure Sebab ia Jauh dari Pengetahuan yang biasa . Ia tidak dapat di bedakan sebagai Kasar dan Halus – Ia adalah Halus (sukhuma). Bahiddha, Sukhuma, Panita, dan Dure tidak menyatakan Nibbana berbeda --- mereka adalah Perlengkapan2 yang berbeda dari Nibbana yang sama. Maka tidak ada Dua Macam Nibbana. Maka itu Nibbana tidak perlu di golongkan sebagai Sebuah Khandha. 3 Duabelas Ayatana (Duabelas Landasan) “Ayatana” artinya Landasar Dasar, Sumber atau Lingkungan. Disini Duabelas ayatana artinya 12 Dasar atau Sumber dari padanya Kesadaran dan Pengikut2-nya timbul. Ke-12 Landasan di bagi sama ke dalam Dua Grup. (a). ajjhattika (Bagian Dalam) dan (b).bahira (Bagian Luar).



225



a Ajjhattikayatana (Enam Landasan Bagian Dalam) 1 Cakkhayatana-cakkhu-pasada -- Landasan Mata (Bagian peka dari Mata) 2 Sotayatana-sota-pasada -- Landasan Telinga (Bagian peka dari Telinga) 3 Ghanayatana-ghana-pasada -- Landasan Hidung (Bagian peka dari Hidung) 4 Jivhayatana-jivha-pasada -- Landasan Lidah (Bagian peka dari Lidah) 5 Kayayatana-kaya-pasada -- Landasan Tubuh (Bagian peka dari Tubuh) 6 Manayatana -- 89 atau 121 Citta -- Landasan Pikiran. b 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Bahirayatana (Enam Landasan Bagian Luar) Rupayatana-vanna -- Objek yang Kelihatan Saddayatana-sadda -- Bunyi Gandhayatana-gandha -- Bau2-an Rasayatana- rasa -- Cita rasa Photthabbhayatana- patthavi, tejo, vayo -- Objek Nyata Dhammayatana -- Objek Pikiran terdiri dari 52 cetasika, 16 sukhuma rupa dan Nibbana.



Catatan: 1. Enam Landasan Bagian Dalam terdiri dari Lima Organ Indera Pisik dan Kesadaran. Manayatana adalah Sebuah Persyaratan bersama untuk semua Kesadaran. 2. Enam Landasan Bagian Luar terdiri dari Enam Objek-Indera. Dhammayatana adalah sedikit lebih singkat dari Dhammarammana karena ia tidak berisi citta, pasada-rupa, dan Konsep2. Citta dan pasada-rupa telah di jelaskan sebagai Enam Landasan Bagian Dalam sedangkan Konsep2 tidak termasuk pada Kenyataan, maka mereka tidak termasuk dalam dhammayatana. 3. Semua Citta, semua cetasika, semua rupa dan Nibbana termasuk dalam 12 ayatana. 4. Proses Pengenalan timbul dari Kontak antara Landasan Bag: Dalam dan Landasan Bag: Luar. Ketika Objek yang Kelihatan mengenai Landasan Mata , cakkhu-dvara vithi timbul. Ketika



226 Bunyi mengenai Landasan Telinga, sota-dvara-vithi timbul, dan seterusnya. 5. Maka itu, Siapa yang mendapat Kesukaran untuk mengerti Lima upadanakkhandha, bisa mengerti Duabelas ayatana dan dengan demikian melihat Ketiadaan dari Satu Ego-Kesatuan lahir yang disebut “atta” atau “diri”. Pengertian ini bisa menuju pada Kebebasan mereka. 6. Satu Alasan lagi mengapa “ayatana” di sebut demikian adalah karena mereka menyebabkan Lingkaran Penderitaan yang panjang. 4 Delapanbelas Dhatu (Delapanbelas Unsur2) “Dhatu” adalah yang membuahkan Sifat2nya sendiri. Ia berada di dalam Alam dan memfungsikan Keperluannya, tapi ia bukan Satu Mahluk Hidup. Sang Buddha telah membagi semua Kenyataan2 dalam 18 Dhatu atau Elemen2 bagi Ke-untungan mereka yang tidak dapat mengerti upadanakkhandha dan ayatana untuk memperlihatkan mereka dengan jelas bahwa tidak ada “atta” ataupun juga “Satu Mahluk Hidup”. Delapanbelas dhatu secara sama di bagi dalam Tiga Grup: (a) Enam Unsur2 Subjektif, (b) Enam Unsur2 Objektif, dan (c) Enam Unsur2 Intelektual. a 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Enam Unsur2 Subjektif (Dvara) Cakkhu-dhatu – cakkhu-pasada -- Pintu Mata. Sota-dhatu – sota-pasada -- Pintu Telinga. Ghana-dhatu - ghana-pasada – Pintu Hidung Jivha-dhatu – jivha-pasada -- Pintu Lidah Kaya-dhatu – kaya-pasada -- Pintu Tubuh Mano-dhatu – panca-dvaravajjana dan 2 sampaticchana.



b 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Enam Unsur2 Objek (Objek2 Indera) Rupa-dhatu – vanna -- Objek yang kelihatan Sadda-dhatu – sadda -- Bunyi Gandha-dhatu – gandha -- Bau2-an Rasa-dhatu – rasa -- Cita-rasa. Photthala-dhatu – pathavi, tejo, vayo -- Objek Nyata Dhamma-dhatu -- 52 cetasika, 16 sukhuma-rupa dan nibbana (sama sebagai dhamma-yatana).



227 c Enam Unsur2 Intelektual (Kesadaran) 1. Cakkhu-vinnana-dhatu -- 2 cakkhu-vinnana citta -- Kesadaran Mata 2. Sota-vinnana-dhatu -- 2 sota-vinnana citta -- Kesadaran Telinga 3. Ghana-vinnana-dhatu -- 2 ghana-vinnana citta -- Kesadaran Hidung 4. Jivha-vinnana-dhatu -- 2 jivha-vinnana citta -- Kesadaran Lidah 5. Kaya-vinnana-dhatu -- 2 kaya-vinnana citta -- Kesadaran Tubuh 6. Mano-vinnana-dhatu -- 76 citta tidak termasuk 10 dvi-pancavinnana citta dan 3 mano-dhatu citta. Catatan: 1. Berdasarkan pada Enam Pintu dan Enam Objek-Indera, timbulah Enam Tipe Kesadaran. Maka itu ada 18 dhatu atau Elemen2 . 2. 18 Dhatu termasuk semua Rupa, semua Citta, semua Cetasika dan Nibbana persis sebagai 12 ayatana. 3. Empat Unsur Pokok yaitu, pathavi-dhatu, apo-dhatu, tejodhatu dan vayo-dhatu, Tidak di hitung diantara 18 Unsur2, yang mana tentu saja termasuk 4 Unsur2 Pokok. 5 Empat Ariya sacca (Empat Kebenaran Mulia) “Sacca” artinya “Yang Sebenarnya”. Kebenaran yang dapat di mengerti sepunuhnya hanya oleh Ariya (Orang2 Mulia) disebut ariyasacca (Kebenaran Mulia). Ada Empat Kebenaran Mulia yaitu Perpaduan/Sintesa yang paling singkat dari seluruh Ajaran Sang Buddha. Mereka mencakup Segala Hal dan berisi dari ber-macam2 Doktrin dari Tiga Kitab Suci (Tripitaka) Mereka adalah Hukum Alam yang sesungguhnya dari Bentuk Tertinggi dan bagi mereka yang melihatnya akan menjadi Mulia. Nama2 menurut Abhidhamma, Nama2 yang umum dan arti dari Empat Kebenaran Mulia di jelaskan dalam Tabel 7.3



228 Tabel 7.3 Empat Kebenaran Mulia.



Unsur2 Pokok dari Setiap Kebenaran Mulia Dan apa yang diAjarkan Kebenaran 1. Delapan puluh satu lokiya citta, 51 lokiya cetasika tidak termasuk lobha, dan 28 Tipe dari rupa adalah Unsur Pokok Kebenaran Mulia dari Penderitaan. Mereka menyebabkan Lingkaran Kelahiran Kembali dan Penderitaan yang panjang di dalam Tiga Alam yaitu, Kama-loka, Rupa-loka, dan Arupa-loka. Kebenaran Pertama mengajarkan kita bahwa Semua Bentuk2 Kehidupan bagaimanapun juga Tidak Memuaskan karena mereka adalah Subjek dari Penderitaan (Dukkha) 2. Inti Sari sebenarnya dari Kebenaran Mulia dari Sebab Penderitaan ialah Tanha yaitu, lobha yang ada dalam 12 akusala-citta. Tanha menyebabkan Kelahiran Kembali dan Penderitaan dalam Mata Rantai yang tiada berakhir dari Keberadaan yang berlanjut. Kebenaran yang Kedua mengajarkan kita bahwa Semua Penderitaan, termasuk Semua Kelahiran Kembali , di hasilkan oleh Napsu Keinginan (Tanha)



229 3. Inti Sari sebenarnya dari Kebenaran Mulia Berhentinya Penderitaan ialah Nibbana yang timbul sebagai Hasil dari berhentinya Napsu Ke-inginan. Kebenaran yang Ketiga mengajarkan kita bahwa Pemadaman Napsu Keinginan, Hasil2 yang di perlukan dalam Pemadaman (Nirodha) Kelahiran Kembali dan Penderitaan. Pemadaman Kelahiran Kembali dan Penderitaan menghasilkan Kedamaian Abadi (Santi-sukha) yaitu Nibbana. 4. Delapan Magganga berada dalam magga-nana adalah Unsur2 Pokok dari Kebenaran Mulia dari Jalan menuju ke Penghentian Penderitaan. Kebenaran yang Ke-empat mengajarkan kita bahwa delapan Magganga adalah Sarana yang sesungguhnya Dengan-nya Pemadaman Kelahiran Kembali dan Penderitaan dapat di hasilkan. 5. Kebenaran Mulia dari Penderitaan dan Kebenaran Mulia Sebab Penderitaan di ketahui sebagai lokiya-sacca, yang belakangan adalah Sebab dan yang terdahulu adalah Akibat. Kebenaran Mulia dari Penghentian Penderitaan dan Kebenaran Mulia dari Jalan menuju ke Penghentian Penderitaan di ketahui sebagai lokuttara-sacca, lagi, yang belakangan adalah Sebab dan yang terdahulu adalah Akibat. 6. Ada Kepercayaan yang Umum di Myanmar bahwa Kehidupan Seseorang tidak berharga bila ia tidak mengetahui Khandha, Ayatana, Dhatu dan Sacca. Maka kita beruntung mempelajari mereka Sekarang, dan kita harus mengerahkan Usaha Benar untuk mengetahui mereka dengan Kebijaksanaan-Pengertian (Bhavananaya-nana).



---oOo—



230



Chapter 8 P A C C A Y A SEBAB ATAU KONDISI Pendahuluan. “Paccaya” Artinya “Sebab atau Kondisi” ialah Sesuatu , padanya Sesuatu yang lain, yang di sebut “Suatu yang berkondisi” (paccayuppana), bergantung, dan tanpa yang belakangan tidak dapat terjadi. Paccaya adalah Sebab dari Sesuatu yang berkondisi. Paccayuppanna adalah Akibat atau Hasil dari Sebab. Dalam mengkondisikan, paccayuppanna-nya (Akibat atau Hasil), paccaya (Sebab atau Kondisi) bertindak dalam Dua Cara mendukung. 1. Ia menyebabkan Akibat yang belum timbul menjadi timbul, dan 2. Ia memperbuat Akibat yang telah timbul. Ada Dua Metode dari Pengkondisian: 1. Metode Paticcasamuppada – Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan, 2. Metode Patthana – Hukum Sebab yang berhubungan. Metode Pertama menjelaskan Sebab dan Akibat tanpa menyebutkan bagaimana Sebab mengkondisikan Akibat untuk Timbul. Bagaimana-pun Paticcasamuppada adalah Sebuah Doktrin yang penting karena ia menjelaskan Sebelas Hubungan Sebab2 yang menjelaskan Kondisi dan saling Bergantungan-nya Alamiah, dari begitu banyaknya Fenomena2 Keberadaan Pisik dan Mental yang terus menerus berubah2 tanpa tersela. Dengan Kata lain ia menjelaskan bagaimana tiap2 Individu terlibat dalam Roda Keberadaan menjalani Lingkaran dari Kelahiran Kembali dan Penderitaan dalam Samsara yang begitu panjang. Metode Patthana tidak hanya menjelaskan Sebab dan Akibat tapi juga menjelaskan bagaimana Sebab mengkondisikan Akibat untuk timbul. Sangat baik sekali untuk mempelajari bahwa ada 24 Mode dari Kondisi yang mempengaruhi semua Fenomena Pisik dan Mental oleh Sebab dan Akibat dengan Penggambaran khusus yang terjadi dalam Kehidupan Nyata.



231 1. Metode Paticcasamuppada Metode Ini dari Hubungan Sebab dan Akibat secara Umumnya di kenal sebagai Hukum Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan. Secara Singkat Pernyataan Pokok dari Hukum itu berjalan seperti ini: 1. Avijja-paccaya sankhara : Bergantung pada Ketidaktahuan/Kegelapan Batin menimbulkan Kelahiran Kembali – Menghasilkan Kehendak Hati atau Bentuk2 Kamma. 2. Sankhara-paccaya vinnanam : Bergantung pada Bentuk2 Kamma (dalam Kehidupan yang Lampau) menimbulkan Kesadaran Kelahiran Kembali (dalam Kehidupan Sekarang) 3. Vinnana-paccaya-nama-rupa : Bergantung pada Kesadaran Kelahiran Kembali menimbulkan Fenomena Mental dan Pisik. 4. Nama-rupa-paccaya-salayatanam : Bergantung pada Fenomena Mental dan Pisik menimbulkan Enam Landasan Indera. 5. Salayatana-paccaya-phasso : Bergantung pada Enam Landasan Indera menimbulkan Kontak (antara Landasan Indera , Objek Indera dan Kesadaran) 6. Phassa-paccaya-vedana : Bergantung pada Kontak menimbulkan Perasaan. 7. Vedana-paccaya-tanha : Bergantung pada Perasaan menimbulkan Ke-inginan yang sangat. 8. Tanha-paccaya-upadanam : Bergantung pada Ke-inginan yang sangat menimbulkan Kemelekatan. 9. Upadana-paccaya-bhavo : Bergantung pada Kemelekatan menimbulkan Kamma menghasilkan-Kelahiran Kembali (kamma-bhava) dan Proses Kelahiran Kembali (upapatti-bhava). 10. Bhava-paccaya-jati : Bergantung pada Kamma menghasilkanKembali (dalam Kehidupan Sekarang) menimbulkan Kelahiran Kembali (dalam Kehidupan yang akan datang) 11. Jati-paccaya jara-maranam-soka-parideva-dukkha-domanassa, upayasa sambhavanti, : Bergantung pada Kelahiran Kembali menimbulkan Usia tua, Kematian, Kecemasan, Ratapan, Kesakitan, Kedukaan dan Putus Asa. Dengan demikian menimbulkan Semua Penderitaan lagi di masa yang akan datang.



232 Penjelasan dari Hubungan2 Sebab. 1 Avijja-pasccaya Sankhara. Avijja mengkondisikan sankhara untuk timbul, dengan Kata lain, sankhara timbul sebagai Satu Akibat dari Avijja. Sekarang Avijja ialah Ketidak-tahuan atau Khayalan. Intinya adalah moha berada dalam 12 akusala-citta. Sebagaimana Ketidak-tahuan menyelimuti Kesadaran Mata, Orang mencegahnya melihat Alamiah sesungguhnya dari Sesuatu Hal. Sebagaimana Khayalan ia menipu Orang dengan membuat Kehidupan muncul pada mereka sebagai Sesuatu yang Abadi, Menyenangkan, Penting (atta) dan indah (subbha) sedangkan Segala Sesuatu dalam Kenyataan-nya adalah Tidak Kekal, cenderung ke Penderitaan, Tak ada Inti, dan memuakkan. Ada Delapan Objek Penting (Bagian2) yang di-tutupi oleh Avijja maka itu Alamiah Kenyataan mereka tidak di ketahui. Ini adalah: (1) dukkha sacca, (2) samudaya sacca, (3) nirodha sacca, (4) magga sacca, (5) khandha masa Lampau-dan Grup ayatana, (6) khandha akan datang-dan ayatana Grup, (7) Bagian depan akhir dan bagian belakang akhir dari khandha Sekarang-dan Grup2 ayatana, (8) paticcasampuppada Hubungan2 Sebab yaitu,termasuk Kamma dan Akibatnya. Sankhara artinya Kelahiran Kembali-Menghasilkan Kehendak (Cetana) atau Bentuk2 Kamma. Itu mengacu pada punnabhisankhara, apunnabhisankhara, dan anenjabhisankhara. 1. Punnabhisankhara menunjukan 13 Cetana (Kehendak) yang ada dalam 5 rupavacara-kusala citta. Ini di namakan demikian sebab ia mengkondisikan vipaka-namakhandha dan katattarupa yang Baik untuk timbul di dalam Kama-loka dan Rupa-loka. 2. Apunnabhisankhara menunjukan 12 Cetana yang ada dalam 12 akusala-citta. Ia di namakan demikian sebab ia mengkondisikan vipaka-namakhandha dan katatta-rupa yang Buruk untuk timbul di dalam 4 Tempat tinggal Apaya. 3. Anenjabhisankhara menunjukan 4 Cetana yang ada dalam 4 arupavacara-kusala citta. Ia di namakan demikian sebab ia mengkondisikan timbulnya Keberadaan Arupa yang tidak tergoyahkan. Singkatnya, sankhara menunjukan 29 Tipe Kamma bersekutu dengan 17 lokiya kusala citta dan 12 akusala citta. Bagaimanakah avijja menghasilkan sankhara ? Disebabkan Ketidaktahuan tentang Kamma dan Akibatnya, Orang melakukan Perbuatan2 yang Tidak Bermoral untuk Keuntungan Sendiri yang segera.



233 Disebabkan Khayalan, berpikir bahwa Kenikmatan Indera dan Kenikmatan-Jhana adalah Bentuk2 Kebahagian yang Nyata, Orang2 melaksanakan Dana, Sila dan Bhavana supaya mencapai Kebahagiaan seperti itu, baik dalam Kehidupan Sekarang maupun dalam hidup yang akan Datang. Demikianlah Orang2 menumpuk ke-duanya KammaBermoral dan Kamma-Tidak Bermoral (sankhara) sebagai Hasil dari Ketidak-tahuan atau Khayalan (Avijja). 2 Sankhara – paccaya Vinnanam. Sankhara mengkondisikan Vinnana untuk timbul, dengan Kata lain, Vinnana timbul sebagai Satu Akibat dari Sankhara. Disini Sankhara artinya 29 Cetana (Kamma) yang Bermanfaat dan yang Tidak Bermanfaat yang disebutkan diatas, Vinnana artinya Kesadaran Kelahiran Kembali yaitu, Hasil awal dari Bentuk2 Kamma. Tetapi Sankhara terus menghasilkan vipaka-citta sepanjang seluruh Kehidupan yang baru. Dengan demikian semua 32 lokiya-vipaka-citta diambil untuk menunjukan “vinnana” sebagai Akibat langsung dari sankhara. Maka itu Hubungan Sebab yang Kedua harus di artikan sebagai Berikut: Pada patisandhi-kala, 11 akusala-cetana (Tidak termasuk uddhacca-cetana) dan 17 lokiya kusala cetana (Tidak termasuk 2 abhinna-cetana) mengkondisikan Timbulnya 19 Kesadaran Kelahiran Kembali. Pada pavatti-kala semua 12 akusala citta dan 17 lokiya kusala cetana (Tidak termasuk 2 abhinna-cetana) melanjutkan mengkondisikan Timbulnya 32 lokiya-vipaka-citta. Ini dapat di pisahkan sebagai berikut: 1. Apunnabhisankhara (12 akusala cetana) mengkondisikan Timbulnya 7 akusala-vipaka citta. 2. Punnabhisankhara (8 maha kusala cetana dan 5 rupavacara kusala cetana) mengkondisikan Timbulnya 8 kusala ahetuka vipaka citta, 8 maha-vipaka citta dan 5 rupavacara vipaka citta. 3. Anenjabhisankhara (4 arupa vacara cetana) mengkondisikan Timbulnya 4 arupavacara vipaka citta. Maka itu harus di mengerti bahwa sejak Saat2 Pertama dari Kehamilan dalam Rahim Ibu Kamma Hasil Kesadaran dari Janin berfungsi, dan terus berfungsi sebagai Kelanjutan-Kehidupan dan Kesadaran melihat, Kesadaran mendengar, dst…. Sepanjang



234 Kehidupan yang baru. Tentu saja ia berhenti sebagai KesadaranKematian pada Akhirnya. 3 Vinnana – paccaya – Nama Rupam. Vinnana mengkondisikan nama-rupa untuk Timbul atau dengan Kata lain, nama-rupa timbul sebagai Satu Akibat dari Vinnana. Vinnana, disini menunjukan Dua Kesatuan yang lahir : Vipakavinnana dan Kamma-vinnana. Vipaka-vinnana Artinya 32 lokiyavipaka-citta yang disebutkan dalam Hubungan Sebab yang Kedua. Kamma-vinnana artinya citta bersekutu dengan Cetana-kamma dan itu mengacu ke kebelakang kepada 29 Kamma2 Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat yang kita telah jelaskan sebagai Sankhara. Tinjauan ke belakang ini di perlukan sebab hanya kusala dan akusala kamma , dan bukan vipaka-citta, dapat menghasilkan 18 Tipe dari kammaja-rupa. Dalam nama-rupa, nama menunjukan 35 cetasika yang bersekutu dengan 32 lokiya vipaka citta. Dalam Persyaratan Grup dari Keberadaan, 35 cetasika mewakili Tiga Mental Grup – yaitu, vedanakkhandha, sannakkhandha, dan sankharakkhandha. Bagian yang Kedua, rupam, artinya 18 kammaja-rupa. Kesimpulan, 32 lokiya-vipaka-vinnana mengkondisikan timbulnya 35 cetasika atau Tiga namakkhandha, sedangkan 29 kamma-vinnana mengkondisikan timbulnya 18 kammaja-rupa. Fenomena ini merupakan Hubungan Sebab yang Ketiga. Kita harus mengingat bahwa Kamma mulai menghasilkan kammajarupa pada Saat Pertama sekali dari Kehamilan di dalam Rahim Ibu, dan ia terus berbuat demikian terus-menerus pada Saat yang sangat singkat sehinga Kematian. Kita telah mempelajari ini dalam Chapter 6 , dalam Hubungan dengan Timbulnya Fenomena Materi di dalam Individu2 (Hlm 193). Diantara kammaja-rupa ini, nonad yang penting (yakni, jivita-navaka-kalapa) melayani sebagai rupa-patisandhi dari asannasatta brahma. Sebegitu jauh, yakni hingga Hubungan Sebab Ketiga , kita telah melihat bahwa avijja mengkondisikan timbulnya berbagai kamma, yang pada Giliranya mengkondisikan timbulnya 32 lokiya-vipaka-citta dan 18 kammaja-rupa. Ke- 32 lokiya vipaka citta , pada Giliran mereka, mengkondisikan timbulnya 35 cetasika, ialah Tiga Grup Mental. Karena vipaka-citta menunjukan Vinnanakkhandha, dan kammajarupa menunjukan rupakkhandha, Sekarang kita mempunyai semua Lima Grup Keberadaan untuk Janin baru untuk mewujudkan Dirinya sebagai



235 Mahluk Hidup. Harus dicatat, bagaimana-pun bahwa hanya 4 Grup Mental timbul dalam Alam Arupa, hanya Grup Kebutuhan Badaniah di dalam Alam Tanpa Mental (Asanna), dan semua Lima Grup di dalam Alam Kamma – dan Alam rupa. 4 Nama-rupa- paccaya Salayatanam. Nama-rupa mengkondisikan Salayatana untuk timbul, dengan Kata lain, Salayatana timbul sebagai Satu Akibat dari Nama-rupa. Nama-rupa disini artinya 35 cetasika (Tiga namakkhandha) yang bersekutu dengan 32 lokiya vipaka citta, dan 18 kammaja-rupa sebagai yang dinyatakan dalam Hubungan Sebab Ketiga. Salayatana mengacu pada Enam ajjhattikayatana (Enam Landasan Bagian dalam) yaitu, cakkhayatana, sotayatana, ghanayatana, jivhayatana, kayayatana dan manayatana. Lima ayatana Pertama menunjukan Lima pasada-rupa yang berada dalam 18 kammaja-rupa. Manayatana disini hanya menunjukan 32 lokiya-vipaka citta sebagaimana yang kita sedang jelaskan Hubungan2 Sebabnya. Kita telah lihat dalam Hubungan Sebab Ketiga bahwa 35 cetasika timbul sebagai Sebab Akibat dari 32 lokiya vipaka citta. Sekarang kita lihat bahwa ke-35 cetasika mengkondisikan kembali timbulnya 32 lokiya vipaka citta. Ini menggambarkan anna-manna-paccaya (Kondisi dengan Cara Kebersamaan) diantara citta dan cetasika. 5 Salayatana – paccaya Phasso. Salayatana mengkondisikan timbulnya phassa atau, dengan Kata lain, phassa timbul sebagai Satu Akibat dari Salayatana. Salayatana artinya Enam ajjhattikayatana (Enam Landasan Bagian Dalam) sebagaimana diatas. Disini phassa menunjukan phassa cetasika yang berada dalam 32 lokiya-vipaka citta. Untuk menjelaskan Hubungan timbal balik Individu,cakkhayatana mengkondisikan timbulnya cakkhusamphassa (ialah, phassa, bersekutu dengan cakkhu-vinnana), Salayatana menghasilkan timbulnya sotasamphassa, ghanayatana mengkondisikan timbulnya ghanasamphassa; jivhayatana mengkondisikan timbulnya jivhasamphassa; kayayatana mengkondisikan timbulnya kayasamphassa, manayatana mengkondisikan timbulnya manosamphassa. Samphassa adalah sama dengan phassa. Cakkhayatana (Landasan-Mata) adalah cakkhu-pasada, Pintu-Mata, dimana Objek yang kelihatan mengena untuk menimbulkan Kesadaran



236 Penglihatan (cakkhu-vinnana). Kemudian phassa bersekutu dengan Kesadaran Penglihatan di katakan oleh Landasan Mata. Lima phassa yang Sisanya di hasilkan dengan Cara yang sama. Tanpa Lima Landasan Pisik atau Organ2-Indera, tidak ada Kesan2 Indera, dan tanpa Landasan Ke-enam atau Kesadaran, disana tidak ada Kesan Mental. 6 Phassa paccaya Vedana. Phassa mengkondisikan timbulnya vedana atau, dengan Kata lain, vedana timbul sebagai Satu Akibat dari phassa. Phassa disini adalah phassa cetasika bersekutu dengan 32 lokiya vipaka citta. Vedana adalah juga vedanas cetasika yang berada dalam 32 lokiya vipaka citta. Phassa dan vedana timbul serentak di dalam Kesadaran2 yang sama. Namun phassa di-anggap sebagai Penyebab, dan Vedana sebagai Akibat. Sehubungan dengan Enam Tipe dari phassa yang telah di sebutkan Satu per Satu dalam Hubungan Sebab yang terdahulu, Ada Enam Tipe dari Vedana. Disebabkan cakkhusamphassa, cakkhusamphassaja-vedana timbul. Disebabkan sotasamphassa, Sotasamphassaja-vedana timbul. Disebabkan ghanasamphassa, Ghanasamphassaja-vedana timbul. Sehubungan jivha samphassa, jivhasamphassaja-vedana timbul. Sehubungan kayasamphassa, kayasamphassaja-vedana timbul. Sehubungan manosamphassa, manosamphassaja-vedana timbul. Cakkhusamphassaja-vedana artinya vedana (perasaan) di dalam Kesadaran-Mata di hasilkan oleh cakkhu samphassa yaitu, Kesan Indera atau Indera-kontak di dalam Kesadaran-Mata. Vedana2 yang lainya harus di mengerti dengan Cara yang sama. 7 Vedana - paccaya - Tanha. Vedana mengkondisikan timbulnya tanha, atau tanha timbul sebagai Satu Akibat dari Vedana. Disini vedana artinya Enam vedana , diatas yang disebutkan Satu per Satu sebagai cakkhusamphassaja-vedana, sotasamphassaja-vedana, dst….Dalam Hubungan Sebab menjelaskan bagaimana setiap Individu berputar-putar dalam Roda Keberadaan. Sebab menghasilkan Akibat, dan Akibat menjadi Sebab untuk menghasilkan Akibatnya lagi. Beberapa Penulis bagaimana-pun menyukai mengambil semua Vedana yang bersekutu dengan 81 lokiya citta sebagai paccaya, karena vedana disini memainkan Peran sebagai Penyebab.



237 Sekarang tanha (Keinginan yang sangat) yang timbul sebagai Hasil dari vedana (Perasaan) juga dari Enam Tipe – yaitu, rupa-tanha (Keinginan pada Objek yang kelihatan), sadda-tanha (Keinginan pada Suara), gandha-tanha (Keinginan pada Bau2an), rasa-tanha (Keinginan pada Cita-rasa), photthaba-tanha (Keinginan pada Objek2 yang Nyata), dan dhamma-tanha (Keinginan pada Objek2 Pikiran). Enam Tipe Tanha ini berada di dalam Diri sendiri dan pada Orang lain di Bagian Luar. Maka secara bersama mereka membentuk 12 Tipe tanha. Mereka menjadi 36 bila masa Lalu, Sekarang dan masa akan Datang di ambil sebagai Pertimbangan. Bila di gandakan dengan Tiga Tipe tanha disebut Satu per Satu sebagai Samudaya-sacca, mereka menjadi 108 Tipe tanha. Tiga Tipe tanha Satu per Satu sebagai Samudaya-sacca adalah: 1. Kama-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan Kenikmatan2 Jhana. 2. Bhava-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan Kenikmatan2 Jhana bersekutu dengan Pandangan Ke-abadian, ialah menikmati Kenikmatan2 berpikir bahwa mereka adalah Kekal. 3. Vibhava-tanha -- Keinginan pada Kenikmatan Indera dan Kenikmatan2 Jhana bersekutu dengan Pandangan Nihilisme, ialah, menikmati Kenikmatan2 berpikir bahwa segala Sesuatu Habis/Nihil setelah Kematian. Pada Dasarnya semua Tipe yang berbeda dari tanha menunjukan lobha yang bersekutu dengan Delapan lobha-mula-citta. 8 Tanha paccaya Upadanam. Tanha mengkondisikan Upadana untuk timbul atau upadana timbul sebagai Satu Akibat dari tanha. Disini tanha mengacu pada Enam Tipe Keinginan pada Enam Objek Indera, yaitu, rupa-tanha, sadda-tanha, gandha-tanha, rasa-tanha, patthobha-tanha dan dhamma-tanha atau bisa diambil sebagai 108 Mode tanha sebagaimana di jelaskan di dalam Hubungan Sebab Ketujuh. Upadana terdiri dari Empat Tipe Kemelekatan – yaitu, kamupadana, ditthupadana, silabbatupadana dan attavadupadana, yang mana telah di jelaskan dalam Chapter 7.



238 Pertama, marilah kita anggap timbulnya kamupadana sebagai Satu Akibat dari tanha. Kamupadana adalah Napsu-Indera atau melekat pada Lima Objek, dan Dasarnya ialah lobha yang ada di dalam Delapan lobhamula-citta. Maka kita lihat bahwa keduanya, Sebab (tanha) dan Akibat (kamupadana) masing2 terdiri dari lobha. Bagaimana bisa lobha jadi Sebab begitu juga sebagai Akibat? Penjelasannya ada Empat: 1. Tanha lemah Intensitasnya dari pada kamupadana. Ketika kita melihat Satu Objek yang indah, per-tama2 Kemelekatan yang lemah dalam Bentuk tanha timbul. Bilamana kita memikirkan terus alangkah indahnya Objek itu, Kemelekatan tumbuh semakin kuat sampai ia menjadi kuat sekali atau melekat dengan kuat ini adalah kamupadana. 2. Komentator yang lain mempunyai Pandangan bahwa Napsu untuk mendapat Satu Objek ialah tanha dan Kemelekatan yang kuat atau Genggaman yang kuat yang berkembang setelah mendapatkan Objek adalah kamupadana. 3. Lebih lanjut, tanha adalah lawan dari appicchata (Kesederhanaan) sedangkan kamupadana adalah lawan dari santutthita (Kepuasan) 4. Tanha adalah Sebab Penderitaan menghadapi untuk mendapatkan Kekayaan sedangkan kamupadana adalah Sebab Penderitaan menghadapi melindungi Kekayaan. Maka itu adalah cocok untuk mengatakan bahwa kamupadana timbul sebagai Satu Akibat dari tanha. Kita harus menjelaskan lebih lanjut bagaimana Kemelekatan Sisanya yang Tiga timbul sebagai Hasil dari Tanha. Kemelekatan2 ini adalah : ditthu-padana (Melekat pada Pandangan Salah), silabbatupadana (Melekat pada Kemoralan Binatang seperti Anjing dan Sapi) dan attavadupadana (Melekat pada Teori “atta” atau “Jiwa”). Kemelekatan pada Teori itu bahwa “atta” atau “saya” ada, sama dengan “Sakkaya-ditthi” yaitu “Percaya-Pribadi” menganggap Lima Kelompok Keberadaan sebagai Satu Orang atau sebagai “Saya”. Kepercayaan ini jelas Hasil dari pada Kemelekatan (tanha) pada Dirinya. Mereka, yang melatih Kemoralan Binatang atau Latihan2 lain yang sia2 seperti tidur diatas Duri2, sebenarnya sedang melakukan perbaikan dari “Diri” mereka keluar dari Kemelekatan pada “Diri” mereka.



239 Demikianlah Hubungan Sebab bahwa tanha mengkondisikan timbulnya upadana menjadi jelas. 9 Upadana - paccaya Bhavo. Upadana mengkondisikan bhava atau bhava timbul sebagai Satu Akibat dari upadana. Disini “Upadana” artinya Empat Sifat Tamak – kamupadana, ditthupadana, silabbatupadana dan attavadupadana -- sebagaimana di jelaskan dalam Hubungan Sebab Kedelapan. “Bhava” secara literatur artinya “Menjadi” atau “Keberadaan”. Tetapi disini artinya “Kamma-bhava” seperti juga “Upapatti-bhava”. Kamma-bhava artinya Kamma menghasilkan Kelahiran Kembali. Itu termasuk semua Perbuatan2 (Kamma) Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat yang di lakukan dalam Kehidupan ini. Untuk lebih khususnya , itu termasuk 29 cetana bersekutu dengan 17 lokiya-kusala citta dan 12 akusala-citta. Itu sama sebagai sankhara yang di jelaskan dalam Hubungan Sebab Pertama. Perbedaan Satu2-nya antara sankhara dan kamma-bhava adalah bahwa yang lebih dulu membicarakan masa Lampau dan yang belakangan masa Sekarang. Kamma-bhava adalah Proses-Kamma aktif dari menjadi sedangkan upapatti-bhava adalah Proses Hasil Kamma pasif, yang disebut “Proses Kelahiran Kembali”. Inti-nya upapatti-bhava terdiri dari 32 lokiyavipaka citta, Sekutu mereka 35 cetasika dan 18 kammaja-rupa. Catatan bahwa Unsur2 Pokok ini adalah sama sebagaimana yang di Simbulkan oleh “Vinnana” dan “Nama-rupa” di dalam Hubungan Sebab yang Kedua dan Ketiga. Sebagaimana sankhara mengkondisikan timbulnya “Vinnana” dan “Nama-rupa” dalam Kehidupan Lampau, begitu juga Kamma-bhava akan mengkondisikan timbulnya “upapatti-bhava” dalam Kehidupan yang akan Datang. Upadana tidak dapat mengkondisikan Proses Kelahiran Kembali secara langsung. Ia hanya dapat mengkondisikan Proses-Kamma dari Kelahiran yang baru. Ketika Seorang begitu kuat Napsunya pada Sesuatu, ia akan bertindak dengan Satu atau lain Cara untuk memproses Hal itu, dan dalam melakukan itu, Proses-Kamma yang baru di laksanakan. Bila ia melaksanakan Kamma Bermanfaat, itu akan mengkondisikan Proses Kelahiran Kembali di dalam Alam yang Bahagia. Bila ia membawa Kamma Tidak Bermanfaat, itu akan mengkondisikan Proses Kelahiran Kembali di dalam Empat Tempat tinggal apaya.



240



10 Bhava – paccaya Jati. Bhava mengkondisikan Jati untuk timbul atau Jati timbul sebagai Satu Akibat dari bhava. Disini “Bhava” artinya Kamma-bhava yang terdiri dari 29 Tipe Kamma2 Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat sebagaimana di jelaskan di dalam Hubungan Sebab Kesembilan. “Jati” mengacu pada timbulnya atau menjadinya upapatti-bhava, Proses Kelahiran Kembali. Segera pada Saat pertama dari Kehamilan (patisandhi-kala), ada 32 lokiya-vipaka citta, 35 cetasika bersekutu dengan lokiya-vipaka citta dan 18 kammaja-rupa yang membentuk upapatti-bhava. Ke-32 lokiya-vipaka citta dan 18 kammaja-rupa terdiri semua dari 20 Bentuk Proses Kelahiran Kembali. Maka melalui Proses2 – Kamma (Kamma-bhava) mengkondisikan Proses2 Kelahiran Kembali (Upapatti-bhava). Hubungan Sebab Kesepuluh menggabungkan Hubungan Sebab Kedua dan Ketiga, mereka mengajarkan secara praktek Hal yang sama, yaitu, bahwa Kamma adalah Sebab Kelahiran Kembali. 11 Jati-paccaya jara maranam soka parideva dukkha domanassa upayasa sambhavanti. Jati mengkondisikan jara-marana untuk timbul atau Jara-marana timbul sebagai Satu Sebab dari Jati. Sekarang Jati mengacu pada timbulnya upapatti-bhava yaitu Hal yang sama seperti timbulnya 32 lokiya-vipaka citta, 35 cetasika yang bersekutu dan 18 kammaja-rupa. Sekarang setiap Kenyataan yang tertinggi (paramattha) mempunyai sifat2 dari timbul (uppada), berada (thiti) dan berakhir (bhanga). Maka setelah uppada, pastilah thiti dan bhanga mengikuti. Uppada di sebut jati, thiti, jara dan bhanga, marana. Maka jaramarana harus timbul sebagai Satu Akibat dari jati. Sebagaimana timbul, berada dan berlarut dari upapatti-bhava, masing2 di rancang sebagai Jati, jara dan marana, kita harus catat bahwa Mahluk2 menghadapi Kelahiran Kembali, Kelapukan (Usia tua) dan Kematian pada setiap Saat2 yang singkat menurut Abhidhamma. Menurut Kebiasaan yang berlaku, kita pikir kita di Lahirkan hanya Sekali, menjadi tua karena Tahun2 berlalu dan kemudian mati hanya Sekali dalam Kehidupan ini. Gambaran Alamiah bahwa kemudian timbul sebagai Satu Akibat dari Kelahiran Kembali pada setiap Saat Kesadaran di kenal sebagai “Khanika-marana”.



241 Sebagai Hasil2 dari Kelahiran Kembali (Jati), Kekawatiran (Soka), Ratapan (parideva), Kesakitan (dukkha), Duka-cita (domanassa) dan Putus Asa (upayasa) juga bisa timbul. Ke-lima Hasil2 ini bukanlah Hal Utama ataupun harus, mereka adalah yang kedua dan bisa timbul ataupun tidak bergantung dari Kondisi2. Mereka tidak ada di dalam Brahma-loka dan bisa juga tidak di ketahui pada Satu Embrio yang mati dalam Rahim atau dalam Sebuah Telur. Maka kita harus membedakan diantara Akibat2 dari Kelahiran Kembali yang Utama dengan yang Sekunder. Jara dan marana adalah Hasil2 Keharusan yang Utama dari jati, soka, parideva, dukkha, domanassa dan upayasa adalah yang Sekunder dan Hasil2 Pilihan dari Jati. Soka (kawatir atau duka) adalah Perasaan yang tidak Menyenangkan (domanassa-vedana) Ada dalam 2 dosa-mula-citta. Parideva (Ratapan) adalah cittaja-vipallasa-sadda-rupa yang artinya Pikiran- menghasilkan-Suara yang Kebalikkannya. Dukkha (Kesakitan) adalah vedana-cetasika bersekutu dengan dukkha-sahagata kaya-vinnana citta. Domanassa (duka cita) adalah vedana-cetasika bersekutu dengan 2 dosa-mula-citta. Upayasa (Putus Asa) adalah dendam yang di hasilkan oleh Penderitaan Mental yang berat . Adalah Kemarahan (dosa) ada dalam 2 dosa-mula-citta. Satu Perbandingan diantara Duka cita, Ratapan dan Putus Asa menyatakan bahwa Duka cita seperti Air mendidih dalam Satu Bejana, Ratapan (yaitu ungkapan duka cita yang di keluarkan) seperti melimpah (meluap) dari Bejana ketika memasak di kerjakan dengan Satu Api yang marak, Ratapan seperti mendidih di dalam Bejana dari apa yang tersisa setelah mendidih berakhir sampai semuanya habis mendidih. Beberapa Aspek yang terkemuka dari Hukum. Didalam Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan , Duabelas Faktor (anga), Tiga Periode (kala), duapuluh Cara (akara), Tiga Hubungan (sandhi), Empat Pemendekan (sankhepa), Tiga Putaran (Vatta) dan Akar (mula), harus di jadikan Pertimbangan. 1 Duabelas Faktor (Anga) . Avijja, Sankhara, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, Bhava, Jati, Jara-marana.



242 2 Tiga Periode (Kala). 1. Masa Lampau -- avijja, sankhara 2. Masa Sekarang -- Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, Kamma-bhava. 3. Masa akan Datang -- Jati, Jara-marana. Didalam Masa Lampau, sebab Pikiran Seseorang di selubungi oleh Kegelapan Batin (Avijja), ia tidak mengerti Kesengsaraan dari Lingkaran Kelahiran Kembali (Samsara). Maka ia melakukan keduanya Kamma2 (Sankhara) Bermanfaat dan Tidak Bermanfaat. Maka avijja dan sankhara termasuk Masa Lampau. Kamma masa Lampau menghasilkan Kelahiran Kembali di Masa Sekarang. Maka dimulai dari Saat2 mula Kehamilan sampai Kematian, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, dan Kamma-bhava timbul. Maka yang Delapan ini termasuk pada Masa Sekarang. Kamma-bhava yang di lakukan dalam Kehidupan ini menghasilkan Kelahiran Kembali dalam Bentuk upapatti-bhava dalam Kehidupan selanjutnya. Timbulnya, Keberadaan-nya dan Kelarutan-nya upapattibhava disebut jati, Jara dan marana. Maka Jati, Jara, marana termasuk pada Masa akan datang. (Dicatat, bahwa bhava telah dibagi ke dalam kamma-bhava dan upapatti-bhava, yang lebih dulu termasuk pada Masa Sekarang dan yang belakangan, pada Masa akan Datang). 3 Duapuluh Cara (Akara). 1. Sebab-Sebab Masa Lampau (Atita Hetu); Avijja, Sankhara,. Tanha, Upadana, Kamma-bhava. 2. Akibat-Akibat Masa Sekarang (Vattamana Phala); Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana. 3. Sebab Sebab Masa sekarang (Vattamana Hetu); Tanha, Upadana, Kamma-bhava, Avijja, Sankhara. 4. Akibat-Akibat Masa Akan Datang (Anagata Phala); Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana. Bila kita melihat pada Periode Masa Lampau, kita hanya melihat Avijja dan Sankhara yang di masukan sebagai Sebab2 Masa Lampau. Tapi Avijja, adalah kilesa-vatta-dhamma, maka juga adalah tanha dan upadana. Karena Vatta-dhamma ini terjadi bersama di dalam citta yang sama, tanha dan upadana harus juga di masukan dalam Sebab2 Masa Lampau.



243 Lagi Sankhara adalah Satu Kamma-vatta-dhamma, dan dengan demikian juga adalah kamma-bhava. Maka ketika sankhara di masukan dalam Perhitungan, kamma-bhava- juga secara pasti di perhitungkan. Dengan demikian kita mempunyai Lima dhamma yaitu, Avijja, Sankhara, Tanha, Upadana, dan Kamma-bhava – sebagai Sebab2 Masa Lampau.. Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan Vedana dalam Periode Sekarang adalah Akibat2 Masa Sekarang dikarenakan Sebab2 dari Masa Lampau. Lagi dalam Periode Sekarang, Tanha, Upadana, dan Kamma-bhava dapat bertindak sebagai Sebab2 Masa Sekarang bagi Kelahiran Kembali di Masa akan Datang. Dengan Alasan seperti di atas , bila Tanha dan Upadana di masukan dalam Perhitungan, avijja juga secara pasti di perhitungkan. Lebih lanjut Sankhara juga harus di masukan bersama dalam Grup dengan Kamma-bhava. Demikian kita dapatkan Tanha, Upadana, Kamma-bhava, Avijja dan sankhara sebagai Sebab2 Masa sekarang yang akan mengkondisikan Proses Kelahiran-Kembali di dalam Kehidupan Selanjutnya.



Didalam Periode Akan Datang, hanya Jati dan Jara-marana yang Ada. Mereka masing2 menunjukan Kejadian, Kelapukan dan Kematian. Disini timbul Pertanyaan yaitu; Kelapukan dan mati dari Mahluk masuk pada Kesatuan Lahir yang mana. Jawabannya adalah: “Vinnana, Nama-rupa, salayatana, Phassa, dan Vedana masuk dalam Mahluk, Kelapukan dan Mati”. Timbul, Keberadaan dan Fenomena Peleburan dan Kesatuan2 yang lahir ini masing2 di masukan sebagai Jati, Jara dan marana. Dengan demikian kita dapatkan Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan Vedana sebagai Akibat2 dari Masa Akan Datang. Demikianlah ini di nyatakan di dalam Visuddhi-Magga (Jalan Kesucian) bahwa: “Ada Lima Sebab2 dalam Masa Lampau, Lima buah kita dapatkan dalam Kehidupan Sekarang, Lima Sebab2 kita hasilkan Sekarang, Lima buah kita panen dalam Kehidupan akan Datang” Kita harus catat bahwa; walaupun Paticcasamuppada mengatakan Satu Sebab untuk Satu Akibat, dan Akibat itu menjadi Sebab bagi



244 timbulnya Akibat yang lain, Kenyataan-nya banyak Sebab2 ambil Bagian pada Waktu yang sama untuk menimbulkan banyak Akibat2 di dalam Kehidupan sebenarnya. Duapuluh Cara yang di bahas diatas dapat di gambarkan seperti di dalam Tabel 8.1 untuk memperlihatkan Hubungan dari Ketergantungan antara Tiga Kehidupan yang ber-urutan. TABEL 8.1 Hubungan Sebab2 diantara Tiga Kehidupan yang ber-urutan.



4 1. 2. 3. 4.



Empat Penyingkatan (Sankhepa). Lima Sebab2 Masa Lampau merupakan Sebuah Penyingkatan. Lima Akibat2 Masa Sekarang merupakan Sebuah Penyingkatan Lima Sebab2 Masa Sekarang merupakan Sebuah Penyingkatan Lima Akibat2 Masa Akan datang merupakan Sebuah Penyingkatan.



245 5 Tiga Hubungan (Sandhi). Di dalam Tabel 8.1 dapat kita lihat bahwa Hubungan antara Sankhara dan Vinnana merupakan Hubungan antara Sebab2 Masa Lampau dan Akibat2 Masa Sekarang, Hubungan antara Vedana dan Tanha merupakan Hubungan antara Akibat2 Masa Sekarang dan Sebab2 Masa Sekarang, dan Hubungan antara Kamma-bhava dan Jati menunjukan Hubungan antara Sebab2 Masa Sekarang dan Akibat2 Masa Akan Datang. Pada Saat Sekarang kita ber-urusan dengan Mata Rantai bagianTengah, ialah Hubungan antara Vedana dan Tanha. Bila kita sadar pada Enam Pintu untuk mencatat Penglihatan hanya sebagai Penglihatan, Pendengaran hanya sebagai Pendengaran, dan seterusnya, dan tidak membiarkan Vedana berkembang menjadi Tanha, lalu kita mendapatkan kembali Mata Rantai sebagai “Vedana-panna” bukan-nya “Vedana-tanha” . Ini artinya bahwa kita sedang menghentikan Roda dari Paticcasamuppada untuk sementara dan mencoba untuk memutus Mata Rantai dengan Penuh Perhatian. 6 Tiga Putaran (Vatta) “Vatta” artinya berputar dan berputar seperti Putaran dari Sebuah Roda. Roda Paticcasamuppada bisa di bagi dalam Tiga Bagian disebut “Tiga Putaran” atau “Tiga Vatta”. 1. Kilesa – Vatta (Putaran Kegelapan Batin) – Avijja, Tanha, Upadana. 2. Kamma – Vatta (Putaran Kamma) – Kamma-bhava, Sankhara. 3. Vipaka – Vatta (Putaran Hasil) – Upapatti-bhava, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Jati, Jara-marana. Penjelasan: Avijja, Tanha, Upadana, adalah Kegelapan Batin (kilesa). Maka mereka di masukan Grup sebagai Kilesa-Vatta. Kamma-bhava dan Sankhara adalah Bentuk2 Kamma. Maka mereka di masukan Grup sebagai Kamma-Vatta. Upapatti-bhava, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Jati, Jara-marana adalah Hasil (Vipaka) dari Bentuk2 Kamma, maka mereka dimasukan Grup sebagai Vipaka-Vatta. Pada Masa Lampau, di sebabkan Kegelapan Batin (Avijja), kita mempunyai Pandangan Salah dan Kemelekatan (Tanha) pada Objek2 – Indera. Bilamana Kemelekatan dan Pandangan Salah tumbuh menjadi Keinginan yang kuat atau Kemelekatan (Upadana), kita melakukan



246 Perbuatan2 Bermanfaat atau yang Tidak Bermanfaat (Kamma-bhava dan Sankhara). Ini menggambarkan bagaimana Kilesa-vatta menimbulkan Kamma-Vatta pada Masa Lampau. Sekarang disebabkan oleh Bentuk2 Kamma (Kamma-bhava dan Sankhara) pada Masa Lampau, Vipaka-vatta, yaitu, Upapatti-bhava, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Jati, Jara-marana -- timbul di Kehidupan Sekarang. Pada Waktu yang sama Avijja, Tanha, dan Upadana jalan bersama dengan Vinnana sebagai Anusaya-kilesa (Kekotoran Batin yang terpendam). Ketika Enam Landasan (Salayatana) mengadakan Kontak dengan Objek2-Indera dan Phassa dan Vedana, timbul, maka Anusaya-kelisa timbul sebagai Kilesa yang matang. Dengan demikian kita mendapat Kilesa-vatta lagi. Sebagai Hasil dari Kilesa-vatta, Kamma-vatta timbul. Sebagai Hasil dari Kamma-vatta; Vipaka-vatta timbul; dan sebagai Hasil dari Vipakavatta; Kilesa-vatta timbul lagi. Dengan demikian Putaran Vatta akan terus berputar, dan demikianlah Roda Paticcasamuppada berputar selamanya. Diagram 8.2 Roda Paticcasamuppada.



247 7 Dua Akar (Mula). Roda Paticcasamuppada (Lihat Tabel 8.1) dapat di bagi jadi Dua Bagian. Bagian pertama dimulai dari Sebab2 masa Lampau dan berakhir pada Akibat2 masa Sekarang terdiri dari Avijja, Sankhara, Vinnana, Nama-rupa, Salayatana, Phassa, dan Vedana. Dalam Bagian ini , Avijja adalah Akar atau Awal (Mula). Bagian Kedua dimulai dari Sebab2 masa Sekarang dan berakhir pada Akibat2 pada masa Akan Datang meliputi, Tanha, Upadana, Bhava, Jati dan Jara-marana. Dalam Bagian ini Tanha adalah Akar atau Awal (Mula). Dengan demikian Akar2 dari Paticcasamuppada adalah Avijja dan Tanha. Bila kita memotong Dua Akar2 ini, Roda paticcasamuppada akan Hancur selamanya sejauh kita ber-sungguh2 , persis seperti Sebuah Pohon akan mati bila akar2 Utamanya di potong. Kita dapat memotong Dua Akar2 Utama dari Paticcasamuppada dengan Meditasi Ketenangan dan Meditasi-Pengertian. Bila kita melihat semua Alamiah Sebenarnya dari Batin dan Jasmani dan membuka Delapan Bagian yang di tutupi oleh Avijja, maka Tanha tidak mempunyai Tempat untuk melekat. Maka Ke-dua-nya Avijja dan Tanha harus di potong dan kita akan terbebas dari Putaran Samsara. 8 Sebab Dari Avijja. Dalam Penjelasan yang rinci Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan,Sang Buddha memulai dengan Avijja (Kegelapan Batin) dan selanjutnya menjelaskan bahwa di sebabkan Avijja, Sankhara timbul, di sebabkan sankhara, Vinnana timbul, dst…. Maka Seorang akan bertanya Apakah Avijja Sebab Pertama ataukah ada Sebab lainya untuk Avijja. Jawabnya adalah pasti: Avijja Bukanlah Sebab Pertama dan Empat Asava (Kebusukan atau Minuman keras) adalah Penyebab Avijja. Empat Asava adalah Kamasava (Kemelekatan pada Kenikmatan2 Indera), Bhavasava (Kemelekatan pada Keberadaan Jhana dan Brahma), Ditthasava (Pandangan Salah), dan Avijjasava (Kegelapan Batin). Ketika Satu Kerugian besar pada Milik kita atau Kerabat dekat kita terjadi, Duka cita (Soka), Ratapan (Parideva), Keduka-an (domanassa) dan Putus Asa (Upayasa) timbul dalam Pikiran kita. Ini memperlihatkan bagaimana Kemelekatan kepada Milik dan Kerabat kita (Kamasava) mengkondisikan Kesedihan, Ratapan, Kedukaan dan Putus Asa untuk timbul.



248 Demikian juga para Brahma, yang hidup dalam Kedamaian Jhana, menghadapi Kematian, mereka merasa takut dan sedih. Demikian Kesedihan, Kedukaan dan Putus Asa juga timbul pada Diri mereka dan Kemunculan ini adalah Satu Akibat dari Bhavasava. Barang siapa, yang melekat pada Pandangan Salah sebagaimana Sakkaya-ditthi (Kepercayaan adanya Diri Pribadi) menganggap Tubuh atau Pikiran sebagai “Saya”, merasa sedih atau marah ketika Suatu ada yang salah dengan Tubuh dan Pikiran. Maka itu ditthasava juga menyebabkan Kesedihan atau Kekawatiran, Ratapan, Keduka-an dan Putus Asa untuk timbul. Juga pada Keadaan Kegelapan Batin tentang Keadaan Alamiah sebenarnya dari Mental dan Jasmani, Kesedihan, Ratapan, Kedukaan, dan Putus Asa timbul. Maka itu Avijjasava adalah juga Satu dari Penyebab bagi timbulnya Soka, Parideva, Domanassa, Upayasa, dst… Sekarang bila Soka, Parideva, Domanassa, dan Upayasa timbul, Akusala-citta juga timbul. Karena Moha (Avijja) bersekutu dengan semua Akusala-citta ini, Avijja juga timbul. Maka pada Empat Keadaan dari Empat Asava, Soka, Parideva, Domanassa dan Upayasa timbul, dan ketika Soka, Parideva, Domanassa, dan Upayasa timbul, Avijja juga timbul. Maka Empat Asava adalah Penyebab dari Avijja. 9 Tidak ada Permulaan dalam Samsara. “Samsara” secara literatur artinya “Pengembaraan Abadi”. Itu adalah Sebuah Sebutan yang di berikan pada Proses Berkesinambungan dari selalu lagi dan lagi di Lahirkan, menjadi tua, menderita dan mati. Untuk menyatakan itu lebih tepat, Samsara adalah Mata Rantai yang tidak terputus dari Gabungan Lima Khandha yang selalu ber-ubah2 dari Saat ke Saat dan selalu mengikuti Kehidupan demi Kehidupan Seseorang melalui Periode Waktu yang tidak terbayangkan. Sebagaimana tidak Seorang-pun dapat melacak Batas dari Ruang, begitu juga tidak Seorang-pun dapat melacak kembali sampai ke Permulaan dari Samsara dan tidak Seorang-pun dapat memahami kapan itu akan ber-akhir. Dibandingkan pada Keadaan Samsara, Satu masa Kehidupan hanyalah merupakan Pecahan yang sangat kecil yang cepat berlalu. “Lingkaran dari Kelahiran Kembali” di dalam Tiga puluh satu Alam Kehidupan menurut Hubungan2 Sebab telah di jelaskan oleh Hukum Sebab dan Akibat yang Saling Bergantungan. Hukum ini dapat di buktikan dengan memuaskan oleh Meditasi Pandangan Terang dan Saya



249 telah melihat ini di lakukan di International Buddha Sasana Centres (Paauk Meditation Centres) di Myanmar. Bilamana kita menggambarkan Sebuah Lingkaran, kita memulainya dari Satu Titik, dan ketika kita telah menyelesaikan Lingkaran itu, tidak ada Titik Mula dan Titik Akhir yang dapat di lihat. Begitu juga, ketika Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan di jelaskan, Penjelasan harus mulai dari Satu Titik, dan Avijja adalah Satu Titik yang cocok. Ketika Penjelasan itu sudah berakhir, Kita melihat bahwa tidak ada Permulaan dan Akhirnya. Roda Paticcasamuppada akan terus berputar bagi setiap Individu sampai atau terkecuali ia dapat me-mutus Dua akar2 Pokok, yakni, Avijja dan Tanha. Dalam Kitab Digha Nikaya (Sutta 15) Sang Buddha bersabda: “Sangat dalam, Ananda, Sebab Akibat yang saling Bergantungan ini, dan sangat dalam ia muncul. Karena tidak mengerti, tidak menembus Hukum ini, bahwa Dunia ini menyerupai Satu Gulungan Benang kusut, Satu Sangkar Burung, Satu yang tidak dapat di harap, dan Orang tidak dapat terhindar dari Kehidupan yang lebih rendah, dari Kesengsaraan dan Kehancuran , menderita dari Lingkaran Kelahiran Kembali.” 2 Metode Patthana. Duapuluh empat Kondisi (Paccaya) ber-urutan dalam Bahasa Pali sebagai berikut: (1) Hetu-paccayo, (2) arammana-paccayo, (3) adhipati-paccayo, (4) anantara-paccayo, (5) samanantara-paccayo, (6) sahajatapaccayo, (7) annamanna-paccayo, (8) nissaya-paccayo, (9) upanisaya-paccayo, (10) purejata-paccayo, (11) pacchajatapaccayo, (12) asevana-paccayo, (13) kamma-paccayo, (14) vipakapaccayo, (15) ahara-paccayo, (16) indriya-paccayo, (17) jhanapaccayo, (18) magga-paccayo, (19) sampayutta-paccayo, (20) vippayutta-paccayo, (21) atthi-paccayo, (22) natthi-paccayo, (23) vigata-paccayo, (24) avigata-paccayoti. Pali-gatha yang singkat ini sangat berguna untuk membatasi Sebuah Tempat Perlindungan untuk melindungi Seorang dari Serangan Orang2 jahat, Binatang2 buas dan Setan2. 24 1) 2) 3)



Cara Ketergantungan. Hetu – paccayo -- Kondisi Akar Arammana-paccayo -- Kondisi Objek Adhipati-paccayo -- Kondisi Ke-unggulan



250 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24)



Anantara-paccayo Samanantara-paccayo Sahajata-paccayo Annamanna-paccayo Nissaya-paccayo Upanisaya-paccayo Purejata-paccayo Pacchajata-paccayo Asevana-paccayo Kamma-paccayo Vipaka-paccayo Ahara-paccayto Indriya-paccayo Jhana-paccayo Magga-paccayo Sampayutta-paccayo Vippayutta-paccayo Atthi-paccayo Natthi-paccayo Vigata-paccayo Avigata-paccayo



-- Kondisi Kedekatan -- Kondisi Kesiapan -- Kondisi Bersamaan -- Kondisi Kebersamaan -- Kondisi Kebebasan -- Kondisi Kekuatan Kebebasan -- Kondisi Sebelum Bersamaan -- Kondisi Setelah Bersamaan -- Kondisi Pengulangan -- Kondisi Kamma -- Kondisi Hasil Kamma -- Kondisi Nutrisi -- Kondisi Kemampuan -- Kondisi Jhana -- Kondisi Sang Jalan -- Kondisi Persekutuan -- Kondisi Pemisahan -- Kondisi Kehadiran -- Kondisi Ketiadaan -- Kondisi Ketidak-munculan -- Kondisi Bukan Ketidak-munculan



Sifat dari setiap Kondisi 1 Hetu (kondisi Akar). Hetu, serupa dengan Akar Utama dari Sebatang Pohon, Sebagaimana Akar Utama menunjang Pohon jadi kokoh, tumbuh dan subur, begitu juga Enam Akar (lobha, dosa, moha, alobha, adosa, amoha) menunjang citta dan cetasika yang bersekutu dengan mereka dan juga cittaja-rupa dan patisandhi-kammaja-rupa jadi kokoh, kuat dan subur. 2 Arammana (Kondisi Objek). Seorang yang Cacat dapat bangun dengan menarik Se-utas Tali dan dapat berdiri dengan Bantuan Sebuah Tongkat Penopang. Sama sebagai Se-utas Tali dan Tongkat Penopang mendukung Seorang yang Cacat, begitu juga Enam Objek memberikan Dukungan pada citta dan cetasika untuk membuat ia mampu bangkit.



251 3 Adhipati (Kondisi Ke-unggulan) “Adhipati” artinya yang tertinggi, berkuasa, Tuan, Ketua, Raja dst… Raja dari Sebuah Negara, menggunakan Kekuasaannya menguasai semua Orang2-nya, dapat mengembangkan pada Perdamaian dan Kemakmuran pada Negrinya menjadi Negara yang besar. Ini artinya ia dapat mengkondisikan Negaranya dengan Cara ini dengan Keunggulannya mengatasi semua yang lain2-nya. Didalam Keadaan Alamiah, Ada Dua Macam Keunggulan – yaitu, Arammanadhipati dan Sahajatadhipati. Arammanadhipati adalah Sebuah Objek yang terkemuka yang dapat menarik Perhatian kita kepadanya. Kita tidak berdaya tapi memperhatikannya atau mendengarkannya. Sahajatadhipati artinya Sebuah Faktor yang Unggul yang timbul bersama Sekutunya. Empat Faktor ini mengacu pada Empat adhipati – yaitu, Chanda (Ke-inginan yang terpusat), Viriya (Energi atau Usaha), Citta (Kesadaran) dan Vimamsa (Penyelidik Kebijaksanaan). Didalam Satu dan Kesadaran yang sama, hanya Satu dari Empat adhipati ini bisa menjadi Unggul. Faktor yang Unggul ini lalu mengkondisikan Sekutunya (Citta dan cetasika) untuk menyelesaikan Tujuan yang di siapkannya. 4 Anantara (Kondisi Kedekatan) Anantara artinya Kedekatan tanpa Satu Pemisah dalam Waktu dan Ruang. Ketika Seorang Raja mangkat, Anak Lelakinya yang tertua menjadi Raja tanpa Suatu Gangguan di dalam Garis Kerajaan. Maka kita dapat katakan bahwa Raja membantu anak Lelaki tertuanya untuk menjadi Raja dengan Kondisi Kedekatan. Dalam Cara yang sama ketika Sebuah Kesadaran bersama dengan Pengikutnya berlarut atau berlalu, Kesadaran yang lain dengan Pengikutnya timbul tanpa ada sela Waktu. Keadaan ini timbul sebab Citta dan Cetasika yang lama mengkondisikan Citta dan Cetasika berikutnya untuk timbul tanpa Gangguan dengan Bantuan dari Kondisi Kedekatan. 5 Samanantara (Kondisi Kesiapan) “Samanantara” artinya Hal yang sama sebagai “Kedekatan” Anantara-paccaya dan Samanantara-paccaya adalah sama, “Sama” artinya “Baik”. Mereka mengacu pada segala Keadaan dari Kesadaran dan Mental bersekutu dengan-nya, yang mana adalah Kondisi bagi Keadaan yang segera mengikuti-nya di dalam Proses Kesadaran.



252



6 Sahajata (Kondisi Bersamaan) Sahajata-paccaya artinya Kondisi dengan Cara timbul Bersamaan. Co-nascene artinya timbul Bersama. Ketika Sebuah Lampu Minyak di nyalakan, Sinar datang bersamaan. Maka kita bisa mengetahui bahwa Lampu itu mengkondisikan Sinar menyebar segera begitu Lampu di nyalakan. Ini adalah Contoh dari Kondisi-Bersamaan. Secara Umum Keadaan Apa-pun yang Sebabnya mengkondisikan Akibat untuk timbul Bersamaan dengan Penyebab di sebut KondisiBersamaan.



7 Annamanna (Kondisi Kebersamaan) Bilamana Tiga Tongkat di bentuk bersama dalam Formasi sebuah Piramida, mereka Seimbang Satu sama lain. Bila Salah Satu Tongkat di pindahkan, Dua Tongkat yang lain akan jatuh. Dukungan yang saling bersamaan diantara Tongkat2 ini menggambarkan Kondisi Kebersamaan. Dalam Keadaan Pisik dan Mental, dimana Sebab dan Akibat Bersamaan mengkondisikan timbulnya Satu sama lainya, maka kita katakan bahwa Sebab dan Akibat mendukung Satu sama Lain dengan Bantuan dari Kondisi Kebersamaan. 8 Nissaya (Kondisi Ketergantungan) Nissaya-paccaya adalah Sebuah Kondisi yang membantu dengan Alat yang mendukung atau Ketergantungan. Seorang Lelaki menyeberangi Sungai dengan mendayung Sebuah Perahu Kano. Maka kita katakan bahwa Kano membantu Orang itu menyeberangi Sungai dengan Alat Kondisi Ketergantungan, dan sebaliknya Orang itu membantu Kano itu membuatnya sampai di seberang Sungai dengan Alat Kondisi Ketergantungan. Mari kita pertimbangkan Contoh lain. Tumbuhan dan Binatang bergantung pada Bumi bagi Kehidupan mereka. Disini Bumi membantu Tumbuhan dan Binatang dengan Cara Kondisi Ketergantungan, tetapi tidak ada Timbal Balik. 9 Upanissaya (Kondisi Ketergantungan yang kuat) Upanissaya adalah Satu Sebab yang kuat yang membantu dengan Alat Kondisi Ketergantungan. Contoh; Hujan adalah Sebuah Sebab yang



253 kuat yang mendukung Pertumbuhan Tanaman dan Binatang. Sama juga Orang Tua adalah Sebuah Dukungan yang kuat bagi Anak2 mereka. Dalam Keadaan Apa saja dimana Sebab adalah Sebuah Dukungan yang kuat bagi Akibatnya, maka kita katakan bahwa Sebab membantu Akibat untuk timbul dengan Alat Kondisi Ketergantungan yang kuat. 10 Purejata (Kondisi sebelum Bersama) Kondisi sebelum Bersama mengacu pada Sesuatu yang telah terjadi Sebelumnya, yang menyediakan sebagai Sebab bagi Sesuatu, timbul kemudian-nya. Sebagai Contoh; Matahari dan Bulan telah ada sejak Formasi dari Sistim Matahari. Mereka memberikan Cahaya pada Orang2 yang hidup di Bumi Sekarang, maka kita bisa katakan bahwa Matahari dan Bulan membantu Orang2 dengan Alat Kondisi SebelumBersama.



11 Pacchajata (Kondisi Setelah-Bersama) Ini mengacu pada Hubungan Sebab dimana Sebab (paccaya) timbul belakangan dan Barang/Hal yang terkondisikan (paccayuppana) timbul terlebih dulu. Ini bisa di Gambarkan pada Se-ekor Anak dari Burung Hering. Sekarang Anak Burung yang muda , setelah di tetaskan dari Telur, merasa lapar. Ia mengharap Induknya akan membawakan Makanan untuk Makannya. Tetapi si Induk Burung Hering sebagai Sebuah Aturan, tidak pernah membawakan Makanan bagi Anak2-nya. Maka Burung muda itu tidak mempunyai Sesuatu untuk di makan. Tetapi Alam datang untuk membantunya. Kehendak (Cetana) Anak Burung untuk makan menyebabkan Tubuhnya tumbuh. Disini Tubuh (Paccayuppana) Anak Burung itu telah timbul lebih dulu, dan Kehendak untuk makan (paccaya) timbul belakangan. Maka Kehendak membantu Tubuh Burung untuk tumbuh dengan Alat Kondisi Setelah-Bersama. 12 Asevana (Kondisi Pengulangan) Bila kita membaca Sebuah Petikan yang sukar, kita bisa tidak mengerti pada mulanya. Tetapi bila kita terus membacanya lagi dan lagi, biasanya kita jadi mengerti lebih baik. Juga menghafal dengan Cara terus mengulang-ulang ber-angsur2 Pengucapan jadi lebih mudah dan lebih mudah. Demikian kita bisa katakan, Pembelajaran yang terlebih dahulu membantu Pembelajaran kemudian-nya dengan Cara Kondisi Pengulangan.



254 Begitu juga dengan menggunakan Larutan Kayu-Cendana atau merias di Wajah, ia tidak harus menggunakan Satu Lapisan tebal sekaligus. Ia harus pertama menggunakan Satu Lapisan yang Tipis, di angin2kan agar kering, dan lalu menaruh Lapisan yang lain – dan Lapisan yang lain lagi. Penggunaan yang lebih dulu akan membantu Penggunaan yang kemudiannya dengan Kondisi Pengulangan menjadi lebih menempel dan lebih halus dan juga lebih wangi. Didalam Proses Pengenalan kita telah melihat bahwa biasanya javana-citta terjadi Tujuh kali. Disini semua javana yang lebih dulu untuk javana selanjutnya Sebuah Kondisi dengan Cara Pengulangan dan Keseringan. 13 Kamma – paccaya (Kondisi Kamma). Satu Benih yang di rawat, ketika di tanam dalam Satu Tanah subur, tumbuh dan mengeluarkan Cabang. Sama juga Kamma Bermanfaat atau tidak Bermanfaat , dengan Dukungan Avijja dan Tanha tumbuh menjadi Satu Keturunan yang baru dalam Bentuk Keberadaan dari Lima Kelompok. Dalam Dua Hal yang di nyatakan diatas, Benih atau Kamma adalah Sebab (paccaya), dan Cabang atau Lima Kelompok dari Keberadaan adalah Hasil atau Barang yang berkondisi (paccayuppana). Sebab di katakan mengkondisikan Hasil untuk timbul dengan Cara KondisiKamma. 14 Vipaka (Kondisi – Hasil Kamma) Vipaka-citta dan cetasika2 Pengikutnya adalah Hasil Kamma dari Sebuah Kamma Lampau. Sebagaimana mereka di sebabkan untuk timbul oleh Kekuatan Kamma Lampau, mereka sama sekali tidak punya rasa Kawatir bagi Kemunculan-nya. Ketika Waktu Kemunculan-nya tiba,mereka dapat timbul dengan Damai dan Santai tanpa Perlawanan Apa-pun. Sekarang Sebuah Hembusan Angin Sepoi yang sejuk membuat Satu Orang yang berada di Keteduhan merasa lebih sejuk. Begitu juga Vipaka-citta dan Cetasika2 Pengikut-nya , yang secara Alamiah timbul dengan Damai, saling bantu-membantu Satu sama lain dengan Kondisi Hasil Kamma untuk timbul lebih Damai dan lebih Santai. 15 Ahara (Kondisi Nutrisi) Orang Tua menghasilkan Anak2, mendukung dan memelihara mereka dengan demikian mereka akan tumbuh Dewasa dengan



255 Bahagia. Sebuah Tiang menopang Sebuah Rumah yang miring,menjadikan Rumah itu Stabil dan bertahan. Dengan Cara yang sama Empat Nutrisi, yaitu, Makanan yang dapat di makan (oja), Kontak )phassa), Kehendak (cetana), dan Kesadaran (vinnana) membantu Hasil2 mereka atau Barang2, berkondisi untuk timbul, dan terus mendukung mereka dengan demikian mereka Stabil dan Bertahan. Kondisi Proses ini di kenal sebagai “Kondisi Nutrisi” 16 Indriya (Kondisi Kemampuan) Indriya, seperti para Menteri , masing2 telah mengatur departemen atau Bagian mereka, dan dengan Kebajikan ini mereka menyumbang Kemajuan dan Kemakmuran pada seluruh Sistim. Sumbangan ini di katakan terjadi oleh Cara/Alat dari Kondisi Kemampuan. Dari 22 Indriya yang kita telah lewati dalam Chapter 7. Dua Bhavarupa tidak mengambil Bagian sebagai Kondisi-Kemampuan. Ke-Lima Organ-Indera Pisik, dalam Kapasitas mereka sebagai Kemampuan, membentuk Satu Kondisi hanya untuk Fenomena Mental seperti sebagai timbulnya Kesadaran-Mata. dst… Kehidupan Pisik (jivita-rupa) dan semua Kemampuan2 yang lainya membentuk Satu Kondisi untuk timbulnya Fenomena Mental dan Pisik Bersamaan.



17 Jhana - paccaya (Kondisi Jhana). Kondisi Jhana terdiri dari Tujuh Faktor2 Jhana disebut Jhananga. Faktor2 Jhana ini mengkondisikan Citta, Cetasika, dan Cittaja-rupa, mereka ber-sama2 untuk memusatkan pada Satu Objek khusus dengan dekat dan pasti. Tipe Pengkondisian ini di katakan terjadi dengan Cara Kondisi-Jhana. 18 Magga - paccaya (Kondisi Jalan) Kondisi Jalan terdiri dari 12 Unsur Pokok dari Jalan di sebut Magganga (lihat Chapter 7.) Jalan Unsur2 Pokok Bermanfaat membentuk Sebuah Jalan mengkondisikan Citta, Cetasika, dan Cittajarupa mereka ber-sama2 untuk membuahkan Hasil dalam Keadaan yang di berkahi. Unsur2 Pokok-Jalan Tidak Bermanfaat sama juga membentuk Sebuah Jalan yang mengkondisikan Citta, Cetasika, dan Cittaja-rupa mereka bersama untuk membuahkan Hasil dalam Keadaan Menderita. Tipe Pengkondisian ini dikatakan mengambil Cara dari Kondisi-Jalan



256 19 Sampayutta (Kondisi Persekutuan) Sari Teh, Susu, Gula, dan Air begitu di campur merata dalam Sebuah Mangkok Teh sampai mereka tidak dapat di bedakan, dan mereka memberikan Satu Cita rasa Campuran yang lezat. Begitu juga Kesadaran dan Pengikut2-nya yang ber-sama2 membentuk Empat Kumpulan Mental, begitu bercampur merata sampai mereka tidak dapat di bedakan. Disamping mereka timbul bersama, berlarut bersama, mempunyai Satu Landasan Pisik yang Umum dan Satu Objek yang Umum, dan mereka saling membantu Satu sama lain dengan bersekutu bersama. Mereka di katakan membantu Satu sama lain dengan Cara “Kondisi Persekutuan”. 20 Vippayutta (Kondisi Terpisah) Enam Cita rasa – yaitu, asam, pahit, manis, masam, asin, cuka,-tidak bercampur bersama, namun mereka mendukung satu sama lain untuk memberikan Satu Cita rasa yang di sukai dalam Masakan Kari. Lagi dalam Sebuah Mahkota atau Kalung, Emas dan Permata tidak bercampur, mereka dapat di bedakan dengan mudah oleh Penglihatan. Namun Emas menjadikan Permata jadi lebih indah, dan Permata membuat Emas lebih menarik. Begitu juga Grup Kebutuhan Pisik dan Grup Mental tidak Bercampur, tidak juga mereka timbul atau-pun padam bersama. Namun Grup Pisik membantu Grup Mental dan Grup Mental membantu Grup Pisik dalam banyak Cara. Mereka di katakan membantu Satu sama lain dengan Cara “Kondisi Terpisah”. 21 Atthi paccaya (Kondisi Keberadaan) Bumi dapat mendukung Tumbuh2-an tumbuh di atasnya , Sebab ia ada. Orang2 Tua dapat mendukung dan memelihara Anak2 mereka selagi mereka ada atau hidup. Satu Fenomena seperti itu – apakah Tidak Bersama atau Bersamaan yang melalui Keberadaan-nya adalah Satu Kondisi bagi Fenomena yang lain untuk timbul, disebut “Kondisi Keberadaan” 22 Natthi - paccaya (Kondisi Ketidak-hadiran) Ketidak-hadiran Matahari menjadikan Kemunculan Bulan, Ketidakhadiran Cahaya menjadikan Kemunculan Kegelapan, Kematian Seorang Raja menjadikan Penobatan Anak Lelaki sulung-nya, maka Seorang dapat menjadikan Sesuatu oleh Ketidak-hadiran-nya.



257 Dalam Fenomena Mental, Sebuah Kesadaran dan Pengikut2-nya yang baru saja padam membentuk Kondisi memerlukan yang disebut “Kondisi Ketidak-hadiran” bagi Pemunculan yang segera dari Kesadaran dan Pengikut2-nya yang berikutnya. 23 Vigata – paccaya (Kondisi Pelenyapan) Bila Sesuatu Lenyap atau Padam, ia tidak ada lagi, tidak ada. Begitulah Vigata-paccaya sama dengan Natthi-paccaya. Kondisi Pelenyapan seperti Kondisi Ketidak-hadiran, hanya menggunakan Fenomena Mental di dalam mana Satu Kesadaran dengan Pengikut2nya hanya dapat timbul ketika Kesadaran yang mendahului-nya bersama dengan Pengikut2nya Padam atau Lenyap. 24 Avigata – paccaya (Kondisi Bukan Kelenyapan) Bila Sesuatu tidak Lenyap , ia Ada. Maka “Avigata-paccaya” sama dengan “Atthi-paccaya” (Kondisi Kehadiran) Lautan Besar, dengan Keberadaan-nya menjadikan Kebahagiaan pada Ikan dan Kura2 Laut yang hidup di dalam-nya. Satu Fenomena seperti itu – Apakah tidak bersamaan atau-pun Bersamaan yang melalui Keberadaan-nya/Ketidak-Lenyapan-nya adalah Satu Kondisi bagi Fenomena lain untuk timbul disebut “Kondisi BukanKelenyapan”.



Penerapan dari 24 Kondisi-Kondisi. Bekerjanya dari 24 Kondisi2 (paccaya) dalam Mental dan Kebutuhan Pisik di Gambarkan dalam Patthana-Niddesa-Pali. Bahwa Pali ini sering di lafalkan sendiri atau berkelompok sebagai Satu Bentuk Pemujaan (Puja) kepada Ke-maha-Tahuan Lord Buddha (Sabbannuta-nana). Banyak Keinginan untuk di mengerti Arti dari Bahasa Pali ini . Tanpa Latar belakang Abhidhamma, bagaimana juga , akan sangat sulit untuk di mengerti. Tetapi dengan Pengetahuan yang sebegitu jauh kita telah dapat dari Buku ini, itu tidak akan sukar untuk di mengerti. Satu Terjemahan langsung dari Patthana-Niddesa-Pali akan diberikan untuk memungkinkan Pembaca mengerti Artinya dalam melafalkan Bahasa Pali.



258 Patthana Pali.



259



260



261



262



263



264



265



266



267



268



269



270



1 Kondisi Akar (Hetu Paccaya) Enam akar (lobha, dosa, moha, alobha, adosa, amoha) berhubungan pada Citta dan Cetasika bersekutu dengan Akar dan juga pada Pemenuhan Kebutuhan Materi yang di Hasilkan oleh Citta dengan Kondisi Akar. 2 1 2 3



Kondisi Objek (Arammana Paccaya) Objek yang Kelihatan berhubungan pada Kersadaran Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi Objek. Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi Objek Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi Objek



271 4 5 6



7



3 1



2



3



4



5



Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi Objek Objek2 Nyata berhubungan pada Kesadaran Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi Objek. Objek2 yang Kelihatan, Bunyi, Bau2an, Cita-rasa, dan Objek Nyata berhubungan pada Unsur2 Pikiran (Sampaticchana-dvi dan pancadvaravajjana) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi Objek. Menggenggam Dhamma apa-pun sebagai Objek, Dhamma2 ini, yaitu, Kesadaran dan Pengikut2nya, timbul. Dhamma yang duluan berhubungan pada Dhamma yang belakangan oleh Kondisi Objek. Kondisi Ke-unggulan (Adhipati-paccaya) Keinginan yang Utama atau Kehendak (Chanda) berhubungan pada citta dan cetasika yang bersekutu dengan chanda dan juga Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta dengan Kondisi KeUnggulan. Usaha yang Utama (Viriya) berhubungan pada citta dan cetasika yang bersekutu dengan viriya dan juga Kebutuhan Materi dihasilkan oleh citta dengan Kondisi Ke-unggulan. Kesadaran Utama (Citta) berhubungan pada Pengikut2nya cetasika dan juga pada Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta dengan Kondisi Ke-unggulan. Ke-unggulan Menyelidiki-Kebijaksanaan (Vimamsa) berhubungan pada citta dan cetasika bersekutu dengan-nya dan juga pada Kebutuhan Materi di hasilkan oleh citta dengan Kondisi Ke-unggulan. Menggenggam Dhamma Apa-pun sebagai Satu Objek yang penting, dhamma yang kemudiannya ini – yaitu, Kesadaran dan Pengikut2nya – timbul, dhamma yang sebelumnya berhubungan pada dhamma yang kemudianya oleh Kondisi Keunggulan.



4 Kondisi Perhubungan (Anantara paccaya) (Para Pembaca hendaknya mengacu pada Urutan Pengenalan untuk mengerti Hubungan Sebab ini). 1 Kesadaran Mata dan Pengikut2nya berhubungan pada sampaticchana (Unsur Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi Perhubungan, sampaticchana dan Pengikut2nya berhubungan



272 pada Santirana (Kesadaran Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi Perhubungan. 2 Kesadaran Telinga dan Pengikut2nya berhubungan pada Sampaticchana (Unsur Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi Hubungan; Sampaticchana dan Pengikut2nya berhubungan pada Santirana (Kesadaran Pikiran) dan Pengikut2nya oleh Kondisi Perhubungan. 3 Kesadaran Hidung dan Pengikut2nya dst…. Idem. 4 Kesadaran Lidah dan Pengikut2nya dst…. Idem. 5 Kesadaran Tubuh dan Pengikut2nya dst… idem. 6 Javana-kusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu berhubungan pada Javana-kusala-citta dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan. 7 Kusala-citta dan Pengikut2 mereka terdahulu berhubungan pada avyakata (tadalambana atau bhavanga) dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan. 8 Javana-akusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu berhubungan pada Javana-akusala-citta dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan. 9 Akusala-citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu berhubungan pada avyakata (tadalambana atau bhavanga) citta dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan 10 Avyakata (kiriya atau phala) citta dan Pengikut2 mereka berhubungan pada avyakata citta dan Pengikut2 mereka berikutnya oleh Kondisi Perhubungan. 11 Avyakata (Votthapana atau mano-dvara vajjana) citta dan Pengikut2 mereka yang terdahulu berhubungan pada kusalacitta dan Pengikut2nya berikutnya oleh Kondisi Perhubungan. 12 Avyakata (Votthapana atau mano-dvaravajjana) citta dan Pengikut2nya terdahulu berhubungan pada akusala citta dan Pengikut2nya oleh Kondisi Perhubungan. 5 Kondisi Kesiapan (Samanantara Paccaya) Hubungan2 Sebab adalah sama sebagaimana di dalam Kondisi Perhubungan. 6 Kondisi Ber-samaan (Sahajata Paccaya) 1. Empat Kumpulan Non Materi (yaitu Mental) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Ber-sama-sama



273 2. Empat Unsur2 Pokok (mahabhuta) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Ber-sama-sama. 3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi (Kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Ber-sama-sama. 4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Pikiran menghasilkan Materi (cittaja-rupa) oleh Kondisi Ber-sama-sama. 5. Unsur2 Pokok yang besar berhubungan pada Unsur2 Turunannya (upada-rupa) oleh Kondisi Ber-sama-sama. 6. Fenomena Materi kadang2 berhubungan pada Fenomena Non Materi (ialah Mental) oleh Kondisi Ber-sama-sama dan kadang2 tidak berhubungan dengan Kondisi Ber-sama-sama. 7 Kondisi saling Bersamaan (Annamanna Paccaya) 1. Empat Kelompok Non Materi (Mental) berhubungan Satu dengan yang lainya dengan Kondisi Kebersamaan. 2. Empat Unsur2 Pokok Besar berhubungan Satu dengan yang lainya dengan Kondisi Kebersamaan. 3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi Tubuh (kammaja-rupa) berhubungan Satu dengan yang lainya dengan Kondisi Kebersamaan. 8 Kondisi Ketergantungan (Nissaya Paccaya) 1. Empat Kelompok Non Materi saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Ketergantungan 2. Empa Unsur2 Pokok Besar saling berhubungan Satu sama lain dengan Kondisi Ketergantungan. 3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan Materi Tubuh (Kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain dengan Kondisi Ketergantungan. 4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Pikiran – Menghasilkan Materi Tubuh (Cittaja-rupa) oleh Kondisi Ketergantungan. 5. Unsur2 Pokok Besar berhubungan pada Materi Turunannya (upada-rupa) oleh Kondisi Ketergantungan. 6. Landasan Mata berhubungan pada Kesadaran Mata dan Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan. 7. Landasan Telinga berhubungan pada Kesadaran Telinga dan Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan.



274 8. Landasan Hidung berhubungan pada Kesadaran Hidung dan Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan. 9. Landasan Lidah berhubungan pada Kesadaran Lidah dan Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan 10. Landasan Tubuh berhubungan pada Kesadaran Tubuh dan Pengikut2nya dengan Kondisi Ketergantungan 11. Bergantung pada Materi Tubuh ini, (yakni, Landasan Jantung) Unsur-Pikiran dan Unsur Kesadaran-Pikiran (mano-dhatu dan mano-vinnana-dhatu) timbul, Materi Tubuh itu berhubungan pada Unsur Pikiran, Unsur Kesadaran Pikiran dan Pengikut2 mereka dengan Kondisi Ketergantungan. 9 Kondisi Ketergantungan yang kuat (Upanissaya Paccaya) 1. Dhamma Bermanfaat (kusala-citta, saddha, alobha, dst…) yang terdahulu berhubungan pada Dhamma Bermanfaat yang berikutnya oleh Kondisi Ketergantungan. 2. Dhamma Bermanfaat yang terdahulu kadang2 berhubungan pada Dhamma Tidak Bermanfaat berikutnya (akusala-citta, lobha, dosa, dst…) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat. 3. Dhamma Bermanfaat terdahulu berhubungan pada Dhamma selanjutnya Tidak tertentu (avyakata-vipaka dan kiriya) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat. 4. Dhamma Tidak Bermanfaat (akusala citta, lobha, dosa, dst..) berhubungan pada Dhamma Tidak Bermanfaat selanjutnya oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat. 5. Dhamma Tak Bermanfaat terdahulu kadang2 berhubungan pada Dhamma Bermanfaat selanjutnya (kusala-citta, saddha, alobha dst..) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat 6. Dhamma Tak Bermanfaat terdahulu berhubungan pada Dhamma Tak Tertentu selanjutnya oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat, 7. Dhamma Tak Tertentu terdahulu (vipaka-citta, kiriya citta dan Pengikut2 mereka, dst..) berhubungan pada Dhamma Tak Tertentu selanjutnya oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat. 8. Dhamma Tak Tertentu terdahulu berhubungan pada Dhamma Bermanfaat (kusala citta, dan Pengikut2 mereka, dst..) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat 9. Dhamma Tak Tertentu terdahulu berhubungan pada Dhamma Tak Bermanfaat selanjutnya (akusala citta dan Pengikut2 mereka dst..) oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat



275 10. Juga Cuaca, Makanan, Orang dan Tempat-Pondokan berhubungan pada Mahluk2 oleh Kondisi Ketergantungan yang kuat. 10 Kondisi Tidak Bersamaan (Purejata Paccaya) 1. Landasan-Mata berhubungan pada Kesadaran-Mata dan Pengikut2-nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 2. Landasan-Telinga berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang Tidak Bersamaan. 3. Landasan-Hidung berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 4. Landasan-Lidah berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan 5. Landasan-Tubuh berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang Tak Bersamaan. 6. Objek yang Kelihatan berhubungan pada Kesadaran-Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 7. Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 8. Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 9. Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 10. Objek yang Nyata berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 11. Objek yang Kelihatan, bunyi, bau2-an, cita-rasa, dan Objek Nyata berhubungan pada Unsur2-Pikiran (pancadvaravajjana dan sampaticchana-dvi) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi yang tidak Bersamaan. 12. Bergantung pada Bagian Tubuh ini (yakni, Landasan-Jantung), Unsur-Pikiran dan Unsur2 Kesadaran-Pikiran (yakni, manodhatu dan mano-vinnana-dhatu) timbul, Bagian Tubuh ini berhubungan pada Unsur Pikiran dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan, Bagian Tubuh itu kadang2 berhubungan pada Unsur2 Kesadaran-Pikiran dan Pengikut2nya oleh Kondisi yang tidak Bersamaan dan kadang2 tidak berhubungan oleh Kondisi yang tidak Bersamaan.



276 11 Kondisi Sesudahnya (Pacchajata Paccaya). Kesadaran Sesudahnya dan Pengikut2nya berhubungan pada Bagian Tubuh yang tidak Bersamaan ini (yaitu, Landasan Jantung, Landasan Telinga, dst…) oleh Kondisi Sesudahnya. 12 Kondisi Pengulangan (Asevana Paccaya) i. Javana kusala citta terdahulu dan Pengikut2 mereka berhubungan pada javana kusala citta selanjutnya dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi Pengulangan. ii. Javana-akusala-citta terdahulu dan Pengikut2 mereka behubungan pada javana akusala citta selanjutnya dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi Pengulangan. iii. Fungsional Dhamma yang terdahulu berhubungan pada Fungsional Dhamma selanjutnya oleh Kondisi Pengulangan 13 Kondisi Kamma (Kamma Paccaya) i. Kusala dan Akusala-Kamma berhubungan pada Hasil Kelompok Mental mereka dan Kamma Produksi Materi oleh Kondisi Kamma. ii. Kehendak (Cetana) berhubungan pada Pengikut2nya (yaitu, Citta dan Cetasika) dan pada Materi Hasil-citta oleh Kondisi Kamma. 14 Kondisi Akibat Kamma (Vipaka Paccaya) Ke-empat Kelompok Non-Tubuh (yakni, Mental) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Akibat-Kamma. 15 Kondisi Nutrisi (Ahara Paccaya) i. Makanan yang dapat di makan berhubungan pada Tubuh ini oleh Kondisi Nutrisi. ii. Nutrisi Non-Materi (phassa, vinnana, cetana) berhubungan pada Pengikut2 mereka (citta dan cetasika) dan pada MateriHasil Citta oleh Kondisi Nutrisi 16 Kondisi Kemampuan (Indriya Paccaya) i. Kemampuan-Mata (Cakkhu-pasada) berhubungan pada Kesadaran-Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan. ii. Kemampuan-Telinga (Sota-pasada) berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan. iii. Kemampuan-Hidung (Ghana-pasada) berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan.



277 iv. v. vi. vii.



Kemampuan-Lidah (Jivha-pasada) berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan. Kemampuan-Tubuh (Kaya-pasada) berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi Kemampuan. Kemampuan-Hidup Pisik (Jivita-rupa) berhubungan pada Tubuh Hasil-Kamma oleh Kondisi Kemampuan. Kemampuan Non-Materi (yakni, Mental) berhubungan pada Pembantu2 mereka (yakni, Citta dan Cetasika) dan pada Materi Hasil-Citta oleh Kondisi Kemampuan.



17 Kondisi Jhana (Jhana Paccaya). Faktor2 Jhana berhubungan pada Pembantu2 mereka (yakni, Citta dan Cetasika) dan pada Tubuh Hasil-Citta oleh Kondisi-Jhana. 18 Kondisi Jalan (Magga Paccaya) Faktor2 Jalan berhubungan pada Pembantu2 mereka (yakni, citta dan cetasika) dan pada Tubuh Hasil-Citta oleh Kondisi Jalan. 19 Kondisi Persekutuan (Sampayutta Paccaya) Ke-empat Kelompok Non-Tubuh (yakni, Mental) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Persekutuan. 20 Kondisi Pemisahan Diri (Vippayutta Paccaya) 1. Fenomena Materi/Tubuh (dhamma) berhubungan pada Fenomena Mental oleh Kondisi Pemisahan Diri. 2. Fenomena Mental berhubungan pada Fenomena Tubuh oleh Kondisi Pemisahan Diri. 21 Kondisi Keberadaan (Atthi Paccaya) 1. Ke-empat Kelompok Non-Tubuh saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Keberadaan. 2. Ke-empat Unsur2 Pokok saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Keberadaan. 3. Pada Saat Kehamilan, Mental (patisandhi-citta) dan MateriTubuh (kammaja-rupa) saling berhubungan Satu sama lain oleh Kondisi Keberadaan. 4. Kesadaran dan Pengikut2nya berhubungan pada Tubuh HasilPikiran (cittaja-rupa) oleh Kondisi Keberadaan. 5. Unsur2 Pokok Besar berhubungan pada Materi-Turunannya oleh Kondisi Keberadaan.



278 6. Landasan-Mata berhubungan pada Kesadaran-Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 7. Landasan-Telinga berhubungan pada Kesadaran-Telinga dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 8. Landasan-Hidung berhubungan pada Kesadaran-Hidung dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 9. Landasan-Lidah berhubungan pada Kesadaran-Lidah dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 10. Landasan-Tubuh berhubungan pada Kesadaran-Tubuh dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 11. Objek Yang Kelihatan berhubungan pada Kesadaran-Mata dan Pengikut2nya oleh Kondisi Keberadaan. 12. Bunyi berhubungan pada Kesadaran-Telinga … idem. 13. Bau2-an berhubungan pada Kesadaran-Hidung …. Idem 14. Cita-rasa berhubungan pada Kesadaran-Lidah … idem 15. Objek Nyata berhubungan pada Kesadaran-Tubuh …. Idem 16. Objek Yang Kelihatan, Bunyi, Bau2-an, Cita-rasa, dan Objek Nyata berhubungan pada Unsur2 Pikiran (pancadvaravajjana dan sampaticchana-dvi) dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi Keberadaan 17. Bergantung pada Materi-Tubuh ini (yakni, Landasan Jantung) Unsur Pikiran dan Unsur Kesadaran-Pikiran (yakni, mano-dhatu dan mano-vinnana-dhatu) timbul, bahwa Materi-Tubuh berhubungan pada Unsur-Pikiran, Unsur Kesadaran-Pikiran, dan Pengikut2 mereka oleh Kondisi Keberadaan. 22 Kondisi Ketidak-Hadiran (Natthi Paccaya) Kesadaran dan Pengikut2nya, yang baru saja berhenti berhubungan/Kontak, berhubungan pada Kesadaran Sekarang dan Pengikut2nya yang telah timbul dalam Satu Kejadian yang sama, oleh Kondisi Ketidak-Hadiran. 23 Kondisi Kelenyapan (Vigata Paccaya) Kesadaran dan Pengikut2nya, yang baru saja lenyap dalam Kontak, berhubungan pada Kesadaran Sekarang dan Pengikut2nya , yang telah timbul dalam Satu Kejadian yang sama, oleh Kondisi Kelenyapan.



279 24 Kondisi Bukan Pelenyapan (Avigata Paccaya) Hubungan2 Sebab adalah sama sebagaimana di dalam Kondisi Keberadaan. “Bukan-Pelenyapan” dan “Keberadaan” mengacu pada Kondisi yang sama. Rangkuman Dari Hubungan2 Sebab. 1 Pikiran berhubungan pada Pikiran dalam Enam Cara. – yakni, Anantara, Samanantara, Asevana, Sampayutta, Natthi dan Vigata. (Disini “Pikiran” berarti “nama” yaitu Satu Gabungan dari Citta dan Cetasika). Bagaimanakah Pikiran berhubungan pada Pikiran dalam Enam Cara? Citta dan Cetasika yang baru saja padam berhubungan pada Citta dan Cetasika Sekarang dengan Cara Kondisi2 Anantara (Berhubungan), Sammanantara (Kesiapan), Natthi (KetidakHadiran) dan Vigata (Ketidak-Munculan). Javana terdahulu berhubungan pada Javana selanjutnya dengan Cara Kondisi Asevana (Pengulangan). Citta dan Cetasika yang bersamaan saling berhubungan dengan Cara Kondisi Sampayutta (Persekutuan). 2 Pikiran berhubungan pada Pikiran dan Benda dalam Lima Cara. – yakni, Hetu, Jhana, Magga, Kamma dan Vipaka. Bagaimanakah Pikiran berhubungan pada Pikiran dan Benda dalam Lima Cara ? Hetu (Akar2), Jhananga (Faktor2 Jhana) dan Magganga (Unsur Pokok Jalan) berhubungan pada Pikiran dan Benda berbarengan dengan Cara Kondisi2 dari Hetu (Akar), Jhana (Pencerapan) dan Magga (Jalan). Cetana yang bersamaan (Sahajata-Kamma) berhubungan pada Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi dari Kamma, Maka juga Ke-inginan yang tidak berbarengan (nanakkhanika-Kamma)berhubungan pada Pikiran dan Materi Kelahiran Kamma dengan Cara Kondisi Kamma. Empat Grup Hasil Mental (Vipaka-namakkhandha) juga berhubungan Satu sama lain pada Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi Vipaka (Hasil-Kamma). 3



Pikiran berhubungan pada Benda hanya pada Satu Cara, itu adalah Pacchajata (Sesudahnya)



280 Citta dan Cetasika berikutnya berhubungan pada Grup Materi Tubuh yang terdahulu dan yang sebelumnya (Landasan-Jantung dan Landasan-Indera) dengan Cara dari Kondisi Pacchajata. 4 Benda Dihubungkan pada Pikiran hanya dalam Satu Cara.- itu adalah Purejata (Sebelumnya). Enam Landasan (Vatthu) selama hidup di hubungkan pada Tujuh Vinnana-dhatu (yaitu, Semua Citta) dengan Cara Kondisi Purejata. Demikian juga Lima Objek-Indera di hubungkan pada Lima Vinnana-vithi (Proses2 Pengenalan Indera) oleh Cara Kondisi Purejata. 5 Konsep2, Pikiran dan Benda di hubungkan pada Pikiran dalam Dua Cara. – yaitu, Arammana dan Upanissaya. Arammana-paccaya terdiri dari Enam Objek-Indera yang terdiri dari Konsep2 , Pikiran dan Benda. Mereka di hubungkan pada Citta dan Cetasika dengan Cara Kondisi Arammana (Objek). Upanissaya-paccaya (Kondisi Ketergantungan yang kuat) ada Tiga, yaitu, Ketergantungan yang kuat sebagai Objek, Ketergantungan yang kuat sebagai Hubungan, dan Ketergantungan yang kuat sebagai Hakekat Alamiah. Dari mereka Objek itu sendiri, bila ia menjadi menonjol dan menarik Perhatian kita, berlaku sebagai Satu Ketergantungan yang kuat. Citta dan Cetasika, yang baru saja padam, bertindak sebagai Ketergantungan yang kuat dari Hubungan. Ketergantungan yang kuat dari Hakekat Alamiah ialah dari beberapa Macam : Akusala-Dhamma seperti raga, dosa dst… Kusala Dhamma seperti saddha, sati, dst.. Perasaan Tubuh yang menyenangkan, Sakit Tubuh, Orang, Makanan, Cuaca, Musim, Tempat tinggal, dst… Ini semua di hubungkan oleh Cara Ketergantungan yang kuat pada Keadaan Moral, Keadaan Tidak Bermoral, Keadaan Akibat (Vipaka) dan Keadaan Fungsional (Kiriya) yang sesudah itu timbul baik dari Dalam (Ajjhattika) atau dari Luar (Bahiddha). Kamma yang kuat juga sama di hubungkan pada Akibat2-nya. 6 Pikiran dan Benda Dihubungkan pada Pikiran dan Benda dalam Sembilan Cara – yaitu, Adhipati, Sahajata, Annamanna, Nissaya, Ahara, Indriya, Atthi dan Avigata.



281 1 Dalam Hubungan dari Adhipati (Ke-unggulan) ada Dua: i. Objek yang sangat menonjol yang menarik Perhatian Se-seorang berhubungan pada Citta dan Cetasika dengan Cara dari Kondisi Objek Ke-Unggulan (Arammanadhipati) ii. Empat Ke-Unggulan bersama (Chanda, Viriya, citta, Vimamsa) berhubungan pada Citta, Cetasika dan Benda yang bersamaan dengan Cara dari Kondisi Ke-Unggulan yang bersamaan (Sahaja tadhipati). 2 Hubungan dari Sahajata (Ber-samaan) ada tiga: i. Citta dan Cetasika yang bersamaan berhubungan Satu pada yang lain dan juga pada Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi Sahajata ii. Empat Unsur Pokok Besar (Mahabhuta) berhubungan Satu pada yang lainya dan juga pada Materi Turunan yang bersamaan (Upada-rupa) dengan Cara Kondisi Sahajata. iii. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung (Hadaya-Vatthu) di hubungkan pada Kesadaran Kelahiran Kembali dan Pengikut2nya dengan Cara Kondisi Sahajata. 3 Hubungan dari Annamanna (Saling Hubungan) ada Tiga: i. Citta dan Cetasika yang bersamaan saling berhubungan dengan Cara Kondisi annamanna. ii. Empat Unsur Pokok Besar saling berhubungan dengan Cara dari Kondisi Annamanna. iii. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung berhubungan pada Kesadaran Kelahiran Kembali dan Pengikut2nya dengan Cara Kondisi Annamanna. 4 Hubungan dari Nissaya (Ketergantungan) ada Tiga: i. Citta dan Cetasika yang bersamaan berhubungan Satu dengan yang lainya dan juga Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi Nissaya. ii. Empat Unsur2 Pokok Besar berhubungan Satu dengan yang lainya dan juga pada Materi Turunan yang bersamaan dengan Cara dari Kondisi Nissaya. iii. Enam Landasan (Vatthu) berhubungan pada Tujuh Vinnanadhatu dengan Cara Kondisi Nissaya.



282 5 Hubungan dari Ahara (Nutrisi) ada Dua: i. Makanan yang dapat di makan berhubungan pada Grup Tubuh dengan Cara Kondisi – Ahara. ii. Tiga Nutrisi Mental (phassa, cetana, Vinnana) berhubungan pada Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi – Ahara. 6 Hubungan dari Indriya (Kemampuan Mengatur) ada Tiga : i. Lima Organ Sensitif (Pasada-rupa) berhubungan pada pancavinnana (Kesadaran Mata, Kesadaran Telinga dst… ) dengan Cara Kondisi Indriya. ii. Jivita-rupa (Materi Kehidupan) berhubungan pada kammajarupa dengan Cara Kondisi Indriya. iii. Mental Indriya (Faktor Pengatur Mental) berhubungan pada Pikiran dan Benda yang bersamaan dengan Cara Kondisi Indriya. 7 Hubungan dari Vippayutta (Perurai-an) ada Tiga: i. Pada Saat Kehamilan, Landasan Jantung berhubungan pada Kesadaran Kelahiran Kembali dan Pengikut2nya dengan Cara Kondisi Sahajata-Vippayutta. Citta dan Cetasika juga sama berhubungan pada Benda yang bersamaan. ii. Citta dan Cetasika selanjutnya berhubungan pada Grup Tubuh terdahulu dan yang sebelumnya (Landasan Jantung dan Landasan Indera) dengan Cara dari Kondisi PacchajataVippayutta iii. Enam Landasan, selama hidup berhubungan pada Tujuh Vinnana-dhatu (yakni, semua Citta) dengan Cara Kondisi Purejata-Vippayutta. 8



Hubungan Atthi (Kehadiran) dan Avigata (Tanpa-Kelenyapan) ada Lima: Hubungan dari Sahajata (Bersamaan), Purejata (Sebelumnya), Pacchajata (Sesudahnya), Ahara (Nutrisi), dan Rupa-Jivitidriya (Kehidupan Materi) juga melayani sebagai Hubungan pada Atthi dan Avigata. Atthi dan avigata lebih kurang sama.



283 Satu Rangkuman Umum. Semua 24 Hubungan dapat di ganti kepada Empat ini: Arammana, (2) Upanissaya, (3) Kamma dan (4) Atthi.



(1)



Pembagian Nama dan Rupa. Grup Tubuh (Rupakkhandha) terdiri dari 28 Macam Rupa yang di sebut Rupa (Materi). Empat Grup Mental (Namakkhandha) terdiri dari semua Citta dan semua Cetasika, dan Nibbana adalah Lima Macam dari Non Materi di sebut Nama. Adalah penting bahwa Nibbana di klasifikasikan di bawah Nama : Ini bisa menempatkan Nibbana adalah Sebuah Objek Indera yang di amati oleh Lokuttara-Citta. Pannatti (Konsep/Gambaran). Selain dari Nama dan Rupa, ada pannatti (Konsep). Pannatti ada Dua: 1. Attha-pannatti: Itu adalah Sesuatu yang membuat Bentuk, Rupa, Massa, Penampilan, dst… dari Sesuatu yang di kenal dalam Komunikasi. Sesuatu itu bisa mengacu pada Satu Orang, Se-ekor Anjing, Sebuah Rumah, atau Sebuah Gunung yang bukanlah Kenyataan yang tertinggi. Juga Bentuk, Rupa, Massa, Penampilan dst.. dari Barang itu bukanlah yang sebenarnya. Mereka adalah Ide2 atau Konsep2/Gambaran2 yang muncul di dalam Pikiran. Lebih jauh, Nama itu bukan Satu Kenyataan karena Macam2 Nama bisa di pilih mengacu pada Satu Barang tertentu. 2. Sadda-pannatti: Karena “Sadda” berarti “Bunyi”, “Sadda pannatti” mengacu pada Kata-Kata yang di ucapkan dalam berbagai Bahasa. Ketika kita mengucapkan Nama2 dari berbagai Barang dalam Komunikasi, kita membuat Barang2 itu di ketahui oleh yang lainya. Maka dengan Attha-pannatti Sesuatu di buat di ketahui dengan memberikan Sebuah Nama yang sesuai padanya, dan dengan sadda-pannatti kita membuat bahwa Sesuatu di katakan oleh Orang lain dengan mengucapkan-nya. Sebagai Gambaran, Ucapan Kata “Orang” membuat yang lain tahu bahwa kita mengacu pada Bentuk, Rupa, Massa, dan Penampilan dari Satu Orang. Seperti itulah “Sadda-pannatti”. Sekarang Bentuk, Rupa, Massa, dan Penampilan dari Satu Orang yang di buat di ketahui oleh Kata “Orang” harus dianggap sebagai “Attha-pannatti”.



284 Berbagai Bentuk dari Attha – Pannatti. Dalam membicarakan Macam2 Bentuk dari Attha-pannatti, Octad Bagian Besar (Suddhatthaka-kalapa) akan di hubungkan sebagai “Mahabhuta” (Unsur Pokok Besar). 1. Santana-pannatti : Kata2 seperti “Tanah”, “Gunung”, “Bukit” dan Semacamnya di rancang pada Model Hubungan dan Perluasan dari maha-bhuta . Mereka di sebut “Santanapannatti”. 2. Samuha-pannatti : Istilah2 seperti “Rumah”, “Sekolah”, “Kereta”, “Pedati”, dan Semacamnya di namakan pada Model Hubungan dari Gabungan dari Materi. Mereka di sebut “Samuha-pannatti”. 3. Sandhana-pannatti : Istilah2 seperti “Piringan”, “Mangkuk”, “Sendok”, “Cangkir-Teh”, dan Semacamnya di namakan begitu sehubungan dari Bentuk atau Rupa dari Materi-nya (Dalam Hal ini Porselen). Mereka di sebut “Sandhana-pannatti”. 4. Satta-pannatti : Istilah2 seperti “Orang Lelaki”, “Perempuan”, “Anak2”, “Anjing”, dan Semacamnya di namakan begitu sehubungan dari Lima Kelompok. Mereka disebut “Sattapannatti”. 5. Disa-pannatti : Istilah2 seperti “Timur”, “Barat”, “Utara”, “Selatan”, “Arah” dan Semacamnya dinamakan begitu sehubungan dari Perputaran Matahari dan Bulan dsb… . Mereka disebut “Disa-pannatti”. 6. Kala-pannatti : Istilah2 seperti “Pagi”, “Siang”, “Sore”, “Tengah hari”, “Malam”, “Waktu” dan Semacamnya di rancang sehubungan dari Waktu. Mereka disebut “Kala-pannatti” 7. Akasa-pannatti : Istilah2 seperti “Gua”, “Sumur”, “Lubang”, “Terowongan”, dan Semacamnya dinamakan demikian sehubungan dari Ruang Kosong (akasa). Maka mereka disebut “Akasa-pannatti”. 8. Kasina-pannatti : Istilah2 seperti “pathavi-kasina”, “apokasina”, “tejo-kasina”, “vayo-kasina”, dan Semacamnya, dirancang sehubungan dari Unsur yang menonjol dalam mahabhuta. Mereka disebut “Kasina-pannatti”. 9. Nimitta-pannatti : Istilah2 seperti “parikamma-nimitta”, “uggaha-nimitta”, “Patibhaga-nimitta” dan Semacamnya dirancang sehubungan dari Tingkat Konsentrasi dalam Meditasi. Mereka disebut “Nimitta-pannatti”.



285 Catatan: Bermacam Bentuk dari Attha-pannatti tidak ada dalam Indera Tertinggi. Mereka mengacu pada Objek2 terbuat dari Barang2 Nyata tetapi yang muncul dalam Pikiran sebagai Pembayangan/Gambaran. Walaupun mereka tidak berada di dalam Indera yang tertinggi, mereka menjadi Objek2 dari Pikiran dalam Bentuk Bayangan2 Barang2 (yang tertinggi). Mereka di gunakan dalam Percakapan untuk mengungkapkan Pandangan Se-seorang dan untuk membuat yang Lain2 mengetahui Maksud Se-seorang. Enam Nama2 untuk Sadda - Pannatti. Kata2 yang di ucapkan dalam Bahasa2 yang berbeda semua adalah Sadda-pannatti. Masing2 dan setiap Sadda-pannatti mempunyai Enam Nama sebagai berikut: 1. Nama : Ia adalah Nama dari Sesuatu dan ia selalu cenderung pada Arti yang ia dapat tunjukan. Contoh; Kata “bhumi” dapat menunjukan arti dari “Tanah” dan demikian ia selalu cenderung pada Arti itu. Lebih lanjut, sebab ia dapat menunjukan demikian ia selalu mengartikan “Tanah” cenderung sebagai artinya sendiri. 2. Nama-kamma : Nama bhumi telah di berikan untuk itu oleh beberapa Orang Penting yang berpendidikan di masa Lampau. Maka itu juga di kenal sebagai “Nama-kamma” 3. Nama-dheyya : Nama bhumi telah lama di nyatakan oleh Orang2 berpendidikan. Maka itu juga di sebut “Nama-dheyya” 4. Nama-nirutti : Nama “bhumi” tersembunyi sebelum ia di ucapkan, dan ia harus di tunjukan dengan mengungkapkan-nya dalam Bahasa. Maka ia disebut “Nama-nirutti”. 5. Nama-byanjana : Sebab Nama bhumi dapat memperlihatkan Artinya dengan sangat jelas, ia dinamakan “Nama-byanjana”. 6. Namabhilapa : Kata bhumi harus di ucapkan dengan Maksud meng-ekpresikan Artinya. Maka ia dinamakan Namabhilapa. Enam Macam dari Sadda – Pannatti. 1. Vijjamana-pannatti : (Konsep Nyata). Bila Sebuah Nama diberikan pada Sesuatu yang berada dalam Kenyataan, maka Nama itu disebut “Vijjamana-pannatti”. Semua Nama2



286



2.



3.



4.



5.



6.



dari Kenyataan Tertinggi (paramatha) termasuk pada Tingkatan ini, Contoh; Rupa, Citta, Cetasika, Vedana, Sanna, Vitakka. Avijjamana-pannatti : (Konsep tidak Nyata). Bila Sebuah Nama dirancang pada Sesuatu yang tidak berada dalam Kenyataan, maka Nama itu disebut “avijjamana-pannatti”. Semua Nama2 dari Barang2 yang bukan Kenyataan Tertinggi termasuk dalam Tingkatan ini. Contoh: Lelaki, Anjing, Rumah, Bukit, Gua. Vijjamanena-avijjamana-pannatti : (Konsep Nyata dan Tidak Nyata). Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang dikatakan sebagai Satu Nama Campuran dibentuk oleh Gabungan Satu Konsep Nyata dengan Satu Konsep Tidak Nyata; Contoh: Chalabhinna – Seorang Pemilik dari Enam Pengetahuan-Super. Dalam Nama Campuran ini, “Enam Macam abhinna” adalah Sebuah Konsep Nyata sedangkan “Pemilik” adalah Sebuah Konsep Tidak Nyata karena ia adalah Sebuah Nama yang diberikan pada Lima Kelompok. Contoh: Te-vijja—Se-Orang Pemilik dari Tiga vijjanana. Avijjamanena-vijjamana-pannatti : (Konsep Tidak Nyata dan Nyata) . Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang diketahui sebagai Satu Nama Campuran di bentuk oleh Gabungan Satu Konsep Tidak Nyata dengan Satu Konsep Nyata. Contoh: Itthi-sadda Suara Perempuan. Suara ada sebagai Satu Bunyi, maka ia adalah Satu Konsep Nyata. Tetapi “Perempuan” adalah Satu Konsep Tidak Nyata, sebab ia adalah Sebuah Nama juga diberikan pada Lima Kelompok. Contoh: Itthi-rupam -Gambaran Rupa Perempuan; Purisa-sadda – Suara Lelaki. Vijjamanena-vijjamana-pannatti : (Nyata dan Konsep Nyata). Ia adalah Satu Sadda-pannatti yang diketahui sebagai Satu Nama Campuran di bentuk oleh Gabungan Satu Konsep Nyata dengan Satu Konsep Nyata. Contoh: cakkhu-vinnana, sotapasada, ghana-samphassa, rupa-tanha. Avijjamanena-avijjamana-pannatti : (Konsep Tidak Nyata dan Konsep Tidak Nyata). Ia adalah Satu sadda-pannatti yang diketahui sebagai Satu Nama Campuran di bentuk oleh Gabungan Konsep Tidak Nyata dengan Satu Konsep Tidak Nyata. Contoh: Raja-putta (Anak lelaki-Raja), Aktris Film, Direktur Perusahaan, Kepala Sekolah. ---oOo---



287



Chapter 9 KAMMATTHANA POKOK-POKOK MEDITASI. Pendahuluan. Dalam Kata “Kammatthana”, “Kamma” Artinya Perbuatan Meditasi dan “Thana” Artinya Pangkalan, Lantai Tanah atau Tempat, menyatakan Subjek atau Latihan. Maka “kammatthana” Artinya “Tempat-bekerja” (Untuk Meditasi) atau “Pokok Meditasi” “Tempat-bekerja” ini atau “Pokok Meditasi” akan melayani sebagai Tempat Latihan atau Alat Latihan untuk Budaya Mental. Ada Dua Aspek dari Budaya Mental - Satu mengenai “Ketenangan” dan Satu lagi “Pengertian”. Kedua Aspek ini akan di bahas dalam Bab Sekarang. Metode dari Latihan Mental, yaitu, Meditasi, sebagaimana di ajarkan oleh Sang Buddha adalah Unik di dalamnya mereka dapat menghentikan Kekawatiran, membuat rilek Ketegangan Mental, menghapus Tekanan Mental, menyuguhkan Kedamaian Pikiran dengan segera dan menuju ke Samadhi (Konsentrasi), Jhana (Pencerapan ekstasi), vipassana-nana (Pengertian), dan Empat Jalan dan Buah mereka (magga dan phala) yaitu, Pencapaian tertinggi dan termulia dalam Kehidupan. Bab ini akan memberikan Sebuah Penjelasan Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan) dan Vipassana-bhavana (Meditasi Pengertian) yang singkat tapi Asli dan membuahkan Hasil. Bhavana (Meditasi). “Bhavana” umumnya agak samar2 di terjemahkan sebagai “Meditasi”. Lebih baik di sebut “Pengembangan Mental”. Ia adalah Sebuah Proses Budaya Mental yang begitu banyak menghasilkan Akibat Baik bahwa ia seharusnya di kembangkan ber-ulang2 dalam Pikiran Seseorang.



288 Ada Dua Macam bhavana: 1. Samatha – bhavana -- Pengembangan Ketenangan, dan 2. Vipassana – bhavana -- Pengembangan Pengertian. Samatha - Bhavana. “Samatha” Artinya “Ketenangan” yaitu, Keadaan Pikiran yang terpusat, Tidak Goyah, Tidak Kotor dan Damai. Ia dikatakan “Tenang” sebab ia meredakan Lima Hambatan (Nivarana) termasuk Napsu-Napsu. Dalam Inti sari “Samatha” terdiri dari ekaggata-cetasika (Samadhi) yang hadir di dalam lokiya-kusala-citta atau lokiya-kiriya-citta. Itu mengacu pada Samadhi (Konsentrasi) yang dapat meredakan Lima Hambatan dan juga pada Jhana-samadhi yang lebih tinggi yang dapat meredakan Faktor2 Jhana yang lebih rendah, yaitu, Vitakka, Vicara, Piti, dan Sukha. Vipassana – Bhavana. “Vipassana” Artinya “Pengertian” , ialah Pengetahuan Pengertian kedalam Ketidak-Kekalan (anicca), Tidak memuaskan (dukkha) dan Tanpa Pribadi (anatta) Alamiah dari semua Keadaan Tubuh dan Mental Keberadaan. Dalam Inti Sari “Vipassana” terdiri dari panna-cetasika (Kebijaksanaan) yang ada dalam maha-kusala-citta dan maha-kiriyacitta. Kammatthana. Disini “Kammatthana” diambil sebagai Objek Meditasi. Sebagaimana Kesadaran tidak dapat timbul tanpa Sebuah Objek, kita memerlukan Objek2 yang cocok bagi Latihan Mental. Sang Buddha telah menentukan 40 Objek bagi Samatha-bhavana. Mereka di katakan sebagai “Samatha-kammatthana”. Mereka terdiri dari Tujuh Tingkatan sebagai berikut: 1. Kasina -- 10 Objek2 kasina 2. Asubha -- 10 Objek2 Menjijikan 3. Anussati -- 10 Objek2 Ingatan 4. Brahma-Vihara -- 4 Kediaman Mulia 5. Aruppa -- 4 Dunia Tanpa Materi 6. Ahare-patikula-Sanna -- 1 Objek 7. Catu-dhatu-vavatthana -- 1 Objek.



289 Objek Meditasi untuk Vipassana-bhavana ialah “tilakkhana”, yaitu, Tiga Simbul terdiri dari Anicca, Dukkha, dan Anatta dari Semua Keadaan Tubuh dan Mental Keberadaan. Sepuluh Kasina. “Kasina” Artinya “Menyeluruh”, “Semua”, “Lengkap”. Ia disebut begitu sebab ia harus mengamati Keseluruhan atau secara lengkap dalam Meditasi, dan juga karena Sinar yang terbit dari Bayangan Konseptual di kembangkan ke seluruh Arah tanpa ada Pembatasan. Karena ia harus di perhatikan menyeluruh, Bentuk dari kasina harus Lingkaran dengan Garis Tengahnya sama dengan Satu Jengkal dan Empat Jari, ialah, sekitar Satu Kaki. 1. Pathavi-kasina -- Lingkaran Tanah, ialah Tanah murni atau Tanah Liat di tebarkan dalam Sebuah Baki Ukuran Besar. 2. Apo-kasina -- kasina- Air , ialah Air yang di taruh di dalam Sebuah Bejana atau Penampung yang cocok. 3. Tejo-kasina -- kasina- Api , itu bisa di persiapkan dengan menempatkan Arang yang nyala merata dalam Sebuah Baki tua, atau Se-seorang dapat melihat melalui Sebuah Lubang dari Sebuah Baki tua ke dalam Bagian Pusat dari Sebuah Api yang berkobar. 4. Vayo-kasina -- kasina- Udara, untuk mengembangkannya Seseorang berkonsentrasi pada Angin yang meniup Ujung Rambut atau Puncak Rumput atau yang menyentuh Pipi. 5. Nila-kasina -- kasina – Warna Coklat, ambilah Sebuah Lingkaran warna Coklat dari Kertas atau Kain pada Sebuah Latar belakang yang berwarna putih. 6. Pita-kasina -- kasina berwarna Kuning atau Ke-emasan, siapkan seperti diatas. 7. Lohita-kasina -- kasina Merah, siapkan sebagaimana diatas. 8. Odata-kasina -- kasina Putih, ambilah Sebuah Lingkaran Kertas berwarna Putih atau Kain pada Sebuah Latar Belakang berwarna Hitam. 9. Aloka-kasina -- kasina Sinar, itu dapat di kembangkan oleh Konsentrasi pada Sinar Matahari pagi atau Matahari Sore, pada Bulan, atau pada Sebuah Lingkaran Sinar yang jatuh di atas Lantai atau Dinding oleh Sinar Matahari yang masuk melalui Sebuah Lubang di Dinding. 10. Akasa-kasina -- kasina Angkasa, itu dapat di kembangkan dengan melihat melalui Sebuah Lubang di Dinding mengarah ke



290 Bagian Angkasa di sebelah Luar yang mempunyai Langit sebagai Latar Belakangnya. Sebuah Contoh Meditasi kasina akan di gambarkan dengan segera. Se-seorang dapat mengembangkan semua Lima rupavacara-jhana dengan Meditasi pada Satu kasina. Se-seorang dapat terus melanjutkan mengembangkan Empat arupavacara-jhana dan Lima lokiya-abhinnana (Pengetahuan Supra-Keduniawian) berdasarkan pada Sepuluh kasina. Sepuluh Asubha. Mereka mengacu pada Sepuluh Macam Mayat yang di dapatkan dalam Pekuburan India kuno dimana Tubuh Mayat tidak di kubur atau di kremasikan dan dimana Daging2 di makan oleh Binatang2 seperti oleh Anjing2, Srigala2 dan Burung2 Nasar ber-ulang2. Dalam Masa Modern Macam Mayat Apa-pun yang memperlihatkan Kejijikan dari Tubuh adalah sebuah Objek yang cocok untuk Meditasi. Kita secara Alamiah, sangat kuat melekat pada Tubuh kita begitu juga pada Tubuh2 yang lain-nya oleh raga (Napsu). Cara yang terbaik untuk menekan raga itu dan Obat terbaik untuk mengobati Penyakit raga ialah asubha-kammatthana. Itu di jadikan Sebuah Standar atau kammatthana Wajib selama Masa Sang Buddha, terutama kepada Bhikkhu2 muda. Malah Sekarang, itu termasuk dalam Empat kammatthana yang melayani sebagai Penjaga atau Pelindung. Mereka disebut caturarakkha-kammatthana sebelum Se-seorang melanjutkan pada Meditasi Pengertian. Sepuluh Macam Mayat Satu per Satu sebagai berikut: 1. Uddhumataka -- Mayat yang membengkak dan membusuk 2. Vinilaka -- Mayat yang berubah warna yang menjadi hitam-ke-coklatan 3. Vipubbaka -- Satu dengan Kulit yang merekah dan mengeluarkan Nanah 4. Vicchiddaka -- Satu yang telah di potong jadi Dua atau Tiga Potong. 5. Vikkhayitaka -- Satu yang telah di gerogoti dan di koyak2 oleh Anjing2, Burung2 Nazar, dsb… 6. Vikkhittaka -- Satu yang telah di gigiti dan di cabik2 ber-keping2 oleh Anjing2, Burung2 Nazar dsb…. 7. Hatavikkhittaka -- Satu yang telah di potong2 dan di sayat dengan Pisau, Kapak dsb.. dan di lemparkan sebagai Penggalan2



291 8. Lohitaka -- Satu Mayat yang ber-darah2 9. Puluvaka -- Mayat yang di kerumuni Ulat2 10. Atthika -- Sebuah Kerangka. Segala Jenis Meditasi pada Mayat akan mengarah pada Jhana Pertama. Karena Objek sangat memuakan, tidaklah mungkin untuk menetapkan Pikiran pada Objek tanpa Vitakka. Maka Vitakka tidak dapat di geser agar mencapai Jhana Kedua.



Sepuluh Anussati. “Anussati” Artinya Bayangan/Refleksi yang di ulang2 atau Penuh Perhatian yang tetap. Itu terdiri dari Sati-cetasika. 1 Buddhanussati : Bayangan pada Kebajikan Sang Buddha. Se-seorang dapat membayangkan pada 9 Kebajikan Satu per Satu ; sebagai Contoh: “Seperti inilah sesungguhnya Yang Mulia - Berharga, Penuh Pencerahan, di berkahi dengan Perbuatan Kebijaksanaan, Penempuh Jalan yang baik, Pengenal segenap Alam, Seorang Pendidik yang tiada Bandingnya, Guru para Dewa dan Manusia, Yang Maha tahu, dan Mulia.” Atau Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling sukai dan membayangkannya lagi dan lagi, sebagai Contoh: “Araham, araham” Dalam membayangkan demikian Se-seorang harus memvisualisasikan Kebajikan sebagai: “Buddha adalah Orang yang paling Mulia karena beliau telah menghapus Semua Kekotoran Batin dengan Sempurna, dan maka beliau patut di puja oleh para Dewa dan Manusia.” Metode Kedua lebih efektif untuk pengembangan Konsentrasi. 2 Dhammanussati : Bayangan pada Kebajikan dari Dhamma (Ajaran), sebagai Contoh: “Dhamma telah di babarkan dengan Sempurna oleh yang Mulia, untuk di laksanakan oleh Diri Sendiri, bagi Buah yang segera, mengundang untuk di selidiki, membimbing ke Nibbana, untuk di mengerti oleh para Bijak, masing2 bagi Diri-nya”. Disini, lagi Se-seorang dapat memilih Kebajikan yang paling ia sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2.



292 3 Samghanussati : Bayangan pada Kebajikan dari Samgha – Persaudaraan para Yang Mulia. Se-seorang dapat membayangkan pada Sembilan Kebajikan sebagai berikut: ”Pada Tindakan yang baik dari Pengikut yang Mulia, pada Tindakan yang jujur dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang Bijak dari Pengikut Yang Mulia, Pada Tindakan yang Patuh dari Pengikut Yang Mulia, Empat Pasang Mahluk terdiri dari Delapan Individu. Pengikut2 Yang Mulia ini berharga menerima Persembahan, berharga menerima Keramah-tamahan, berharga menerima Pemberian, berharga menerima Penghormatan, Lapangan yang tiada Bandingnya untuk menanam Kebajikan bagi Dunia” Disini juga Se-seorang dapat memilih Satu Kebajikan yang ia paling sukai dan membayangkan-nya ber-ulang2. 4 Silanussati : Membayangkan pada Kesempurnaan Moralitas Se-seorang (Sila) 5 Caganussati : Membayangkan pada Persembahan Kedermawanan Sendiri (Dana) 6 Devatanussati : Membayangkan pada Kebajikan sendiri dengan Sebuah Pertimbangan pada Dewa2 sebagai Saksi. Contoh: “Para Dewa di Lahirkan oleh Keadaan begitu Mulia sehubungan pada Kebaikan mereka, Moralitas, Kedermawanan, Pengetahuan, Kebijaksanaan, Malu berbuat Salah dan Takut akibat Kejahatan. Saya juga memilih Kebajikan2 ini” 7 Upasamanussati : Membayangkan pada Kebajikan dari Nibbana. 8 Marananussati : Membayangkan pada Alamiah akan Kematian sendiri, Contohnya: “Kematianku adalah pasti, Kehidupanku tidak pasti”. 9 Kayagatasati : Membayangkan pada 32 Bagian yang kotor dari Tubuh seperti , Rambut Kepala, Rambut Tubuh, Kuku, Gigi, Kulit, Daging, Syaraf, Tulang, Sum-sum, Ginjal, Jantung, Hati, Diafragma, Limpa, Paru2, Isi Perut, Mesentery, Lambung, Kotoran Najis, Otak, Empedu, Reak,



293 Nanah, Darah, Keringat, Getah Bening, Air Mata, Lemak, Ludah, Ingus, Cairan yang keluar dan Air Seni”. Pada masa Sang Buddha banyak para Bhikkhu mencapai KeArahatan dengan Meditasi pada Bagian2 Tubuh yang kotor ini. Kayagatasati mengembangkan asubha-sanna (Gagasan pada Kejijikan) pada Tubuh seperti yang di lakukan pada asubha-bhavana. Kejijikan pada Tubuh ini menuju pada Penghapusan Napsu, yaitu, Penekanan pada raga (Napsu). 10 Anapanassati : Penuh Perhatian pada Napas Masuk dan Napas Keluar dari Pernapasan Se-seorang. Sebuah Komentar Singkat pada Anussati Dari Sepuluh Anussati , kayagatasati dapat membimbing kepada Jhana Pertama; Anapanassati, pada semua Lima rupavacara-jhana, dan Sisanya kepada Konsentrasi Tetangga (upacara-samadhi) Buddhanussati dan Marananussati termasuk dalam Empat Penjaga – kammatthana. Dengan membayangkan pada Kebajikan dari Sang Buddha ber-ulang2 untuk Waktu yang lama, Tubuh Se-seorang menjadi Mulia sebagai Sebuah Pagoda dan ia bisa tidak di nista oleh Binatang Buas, Setan2 atau Orang2 Jahat. Juga Seorang yang mempunyai Gagasan untuk hidup bersama Buddha, dan jadinya ia mengembangkan Keyakinan pada Sang Buddha, maka Malu berbuat Salah dan Takut akan Akibat dari Kejahatan berkembang jadi lebih besar. Membayangkan pada Kematian ber-ulang2 menyanggupi Seseorang memahami Kehidupan Alamiah yang singkat. Ketika Se-seorang mempunyai Gagasan bahwa Kematian-nya bisa datang setiap Saat, ia melepas semua Kebanggaan, Kemarahan, Kemelekatan dsb… dan ia berusaha keras untuk yang terbaik dari Kehidupan-nya dengan bekerja untuk Perkembangan Dirinya sebagai ganti dari selalu menggemari Kenikmatan2 Indera. Anapanassati adalah Sebuah kammatthana terbaik mengembangkan Konsentrasi begitu juga sebagai Pengertian. Ia adalah kammatthana Baku di latih oleh Semua para Buddha. Ia mudah di latih dan dapat di lakukan di mana saja pada setiap Waktu, selagi duduk, berdiri, berjalan, atau berbaring. Napas ada setiap Waktu dan Apa yang di perlukan hanyalah menyadari Penuh Perhatian kepadanya.



294 Penuh Perhatian (Sati) harus di tempatkan pada Ujung Hidung dimana Napas menyentuh dan mendorongnya sendiri ke dalam dan keluar. Dari Titik Pengamatan itu, Seorang harus menyadari akan Napas masuk dan Napas keluar. Itu bagaikan duduk pada Pintu masuk dan memperhatikan Orang2 yang masuk dan keluar. Di dalam Sutta2 Metode Sederhana ini dari Penuh Perhatian pada Pernapasan di jelaskan sebagai berikut: 1. Dengan Penuh Perhatian ia menarik Napas, dengan Penuh Perhatian ia menghembuskan Napas. 2. Ketika sedang melakukan Satu Tarikan Napas yang panjang ia mengetahui: “Saya membuat Satu Tarikan Napas panjang” Ketika membuat Satu Tarikan Napas pendek ia mengetahui: “Saya membuat Satu Tarikan Napas pendek”, Ketika sedang melakukan Satu Penghembusan Napas yang panjang ia mengetahui : “Saya membuat Satu Penghembusan Napas panjang”, Ketika sedang melakukan Satu Penghembusan Napas pendek ia mengetahui : “Saya membuat Satu Penghembusan Napas pendek” 3. “Dengan jernih merasakan seluruh Tubuh (Napas) saya akan menarik Napas”, demikian ia melatih Dirinya. “Dengan jernih merasakan seluruh Tubuh (Napas) saya akan menghembuskan Napas”, demikian ia melatih Dirinya. (Itu berarti bahwa Seseorang harus menyadari untuk mengetahui setiap Bagian dari Napas, ialah , seluruh Napas). 4. “Menenangkan Proses Napas ini saya akan menarik Napas”, demikian ia melatih Dirinya; “Menenangkan Proses Napas ini saya akan menghembuskan Napas”, demikian ia melatih Dirinya. Sebagaimana Napas terjadi berirama ia dapat menarik Perhatian Seseorang menuju-nya dan melakukan Konsentrasi sangat cepat. Bila Pikiran mengembara ke Objek luar seperti ke Kedai Kopi , Kafetaria, Gedung Bioskop, dsb… Catat itu, ia disana dan Pusatkan ia balik pada Pernapasan. Ketika Lima Hambatan (nivarana) di tekan dengan sempurna, Kegiuran (piti), Ketenangan Pikiran (passaddhi), Perasaan Menyenangkan (sukkha-vedana), dan Konsentrasi (samadhi) akan datang dengan jelas, dan Se-seorang mengalami Kebahagiaan yang ia belum pernah alami sebelumnya. Seorang merasakan Tubuh dan Pikiran sangat ringan dan sangat Damai. Beberapa malah merasa sepertinya mereka mengapung di Udara.



295 Disekitar Waktu ini Satu Bayangan Cahaya Konseptual (nimitta) dalam Bentuk Sebuah Sinar berbentuk Pipa atau Permata yang berkilauan atau Sebuah Ruby yang Gemilang atau Semacamnya biasanya muncul. Lima Faktor Jhana juga menjadi jelas dan kuat, dan Se-seorang dapat di anggap bahwa ia telah mencapai KonsentrasiTetangga. Bila Se-seorang melanjutkan terus Latihan Penuh Perhatian dengan semangat dan sungguh2, segera ia bisa mencapai Jhana Pertama dan jhana2 yang lebih tinggi. Dengan Dasar pada Konsentrasi-Jhana, Seorang dapat terus pada Meditasi Pengertian dengan menyelidiki Mental dan Keadaan Tubuh secara mendetail dalam Pikiran dan dalam Tubuh. Kemudian dengan Perenungan pada tilakkhana – yaitu, Keadaan dari Ketidak-Kekalan, Tidak Memuaskan dan Tanpa-Diri – Ia mengembangkan Pengetahuan Pengertian (Vipassana-nana) yang akan Setahap demi Setahap menuju kepada Jalan dan Buahnya. Empat Brahma - Vihara. “Brahma” Artinya “Mulia” dan “Vihara” artinya “Tempat Tinggal” atau “Negara dimana kita hidup” Maka “Brahmavihara” mengacu pada “Tempat Tinggal Mulia” atau “Dunia Kehidupan Mulia”. “Dunia Kehidupan Mulia” ini ialah sama pada Kehidupan Moral dari Dewa Brahma. Demikian ia disebut “Brahmavihara” Empat Brahmavihara di ketahui juga sebagai “Empat appamanna” artinya “Empat dunia tidak berbatas”. Mereka di sebut demikian sebab mereka yang melatih Latihan ini memancarkan Cinta-Kebaikan atau Rasa-Kasihan atau Simpati kepada Semua Mahluk tanpa Batas atau Hambatan. 1 Metta -- Cinta-Kebaikan, Perbuatan Baik, Kehendak Baik. Itu di definisikan sebagai yang melunakan hati Se-seorang. Ia adalah Harapan bagi Kebaikan, Keamanan dan Kebahagiaan bagi semua Mahluk. Setiap berbuat Kebaikan adalah Sifat yang Utama. Ia bukanlah Cinta Badaniah (raga) atau Cinta Per-orangan (pema). Musuh Langsungnya adalah Kebencian atau Kehendak Jahat (dosa) atau Ketidak-Sukaan (kodha). Musuh Langsungnya ialah pema (lobha). Ia mempunyai Kesanggupan memadamkan Kehendak Jahat.



296 Titik tertinggi dari metta ialah Pengenalan Diri Sendiri dengan Semua Mahluk, yaitu, se-seorang tidak lagi membedakan antara dirinya dengan yang lainya dalam Hal Prioritas. Metta terdiri dari adosa-cetasika. 2 Karuna – Welas Asih. Ia di definisikan sebagai yang membuat Hati tergetar Kemuliaan ketika Orang2 lain menderita atau merisaukan Penderitaan Orang lain. Ke-inginan untuk menghalau Penderitaan Orang lain adalah Sifatnya yang Utama. Musuh Langsungnya ialah Kekejaman atau Kejahatan (himsa) dan Musuh tidak Langsungnya adalah Rasa Duka (domanassa). Ia membuang Kekejaman atau Kejahatan. Karuna memeluk Mahluk2 yang di landa Kesedihan dengan Keinginan kuat untuk membebaskan mereka dari semua Penderitaan. Ia terdiri dari karuna-cetasika. 3 Mudita -- Rasa Simpati, Senang Menghargai. Ia adalah Sikap memberi Selamat dari Se-seorang. Sifat Utamanya ialah merasa Bahagia dan Gembira dari Kemakmuran dan Keberhasilan Orang lain. Musuh Langsungnya ialah Cemburu, dan Musuh Tidak Langsungnya ialah Kegembiraan (pahasa). Ia menghilangkan Ketidak-Sukaan (arati). Mudita memeluk Semua Mahluk2 yang makmur dengan Keinginan kuat agar Kemakmuran mereka akan berlangsung untuk Waktu yang lama. Ia terdiri dari mudita-cetasika. 4 Upekkha – Keseimbangan. Secara Literatur Artinya “Memandang tidak memihak”, yaitu, Tanpa Kemelekatan ataupun Ketidak-Sukaan. Sikap tidak Berpihak adalah sifatnya yang Utama. Bukan mengabaikan Kesenangan atau-pun juga Rasa Netral (upekkha-vedana). Ia terdiri dari tatramajjhattata-cetasika dan Artinya Keseimbangan Sempurna atau Pikiran yang SeimbangBaik. Ia berada diantara karuna dan mudita. Ia menjaga Keseimbangan Pikiran dan tidak Bergoyang antara Perubahan2 Kehidupan seperti di puji dan di nista, menyakitkan dan Kebahagiaan,



297 Untung dan Rugi, Nama Baik atau Nama Buruk. Musuh Langsungnya ialah Napsu (raga) dan Musuh tidak Langsungnya ialah Sifat tidak Berperasaan. Ia menghilangkan Kemelekatan dan Ketidak-sukaan. Hidup di dalam Tempat Tinggal Mulia. Siapa saja yang melatih Satu dari Empat Brahma-vihara dikatakan hidup di dalam Tempat Tinggal Mulia. Untuk melatih Metta , Se-orang mengembangkan Cinta-Kebaikannya kepada Semua Mahluk, dengan Cinta mengharap mereka berbahagia dan terbebas dari Bahaya, bebas dari Kesakitan dan Penderitaan Mental. Untuk melatih Karuna, Seorang memeluk semua Mahluk yang di rudung Duka, dengan Kasih mengharap mereka terbebas dari semua Kesengsaraan. Untuk melatih Mudita, seorang memeluk semua Mahluk2 yang makmur, dengan Kasih mengharap mereka bahwa Keberuntungan dan Kemakmuran mereka berlangsung untuk Waktu yang lama. Untuk melatih Upekkha, Seorang memeluk yang Baik dan Jahat, yang dicintai dan yang tidak dicintai, yang di rudung Kesedihan atau yang Makmur, dengan Perenungan yang seimbang bahwa “Semua Mahluk adalah sebagaimana mereka di kondisikan oleh Kamma- mereka sendiri” Latihan Meditasi dari Tiga Brahma-vihara yang Pertama dapat menuju Empat rupavacara-jhana sedangkan Latihan upekkha menuju pada Jhana Ke-lima. Ingat bahwa hanya Jhana Ke-lima yang bersekutu dengan Keseimbangan dan Perasaan Netral (upekkha-vedana) . Untuk mengembangkan Konsentrasi Se-seorang sampai Tingkat Jhana, di sarankan untuk memilih Satu Orang yang cocok dan berkonsentrasi kepadanya meliputinya dengan metta, karuna atau mudita. Walaupun itu biasanya memakan Waktu yang lama untuk mengembangkan Jhana. Cara lebih cepat untuk mengembangkan Jhana, lebih di sukai pada Jhana Ke-lima, dengan Meditasi pada Pernapasan (anapanasati) atau kammatthana lain asalkan Objek Meditasi di tentukan dengan baik. Kemudian membuat Konsentrasi bersekutu dengan Jhana Ke-lima sebagai Dasar, ia melakukan Latihan Metta. Dengan Cara ini Se-seorang dapat mengembangkan Empat Metta-jhana sangat cepat. Metode ini



298 telah di lakukan dengan berhasil di Pa-auk Tawya Meditation Centres di Myanmar. Hanya bila Se-seorang dapat meliputi semua Mahluk dengan Jhanametta, Jhana-karuna, Jhana-mudita, dan Jhana-upekkha, Se-seorang betul2 hidup dalam Keadaan Mulia. Naskah yang Klise pada Pengembangan Empat Keadaan Hidup Mulia ini disebutkan di dalam Sutta2 sebagai berikut: “Disana, O para Bhikkhu, Bhikkhu dengan Sebuah Pikiran penuh Cinta-Kebaikan pertama meliputi Satu Arah, lalu Ke-dua, lalu Ke-tiga, lalu Ke-empat, Ke-Atas, Ke-bawah dan Ke-sekeliling, dan Ke-semua arah dan menyatakan Dirinya dengan Keseluruhan, ia meliputi seluruh Dunia dengan Pikiran penuh Cinta-Kebaikan, dengan Pikiran terbuka lebar, di kembangkan, tanpa Batas terbebas dari Rasa Benci dan Kehendak Jahat” Tema yang sama mengikuti dengan Rasa Kasihan, Simpati dan Keseimbangan. Ahare-Patikula-Sanna. (Persepsi/Memahami pada Makanan yang menjijikan). Itu adalah Perenungan yang di-ulang2 untuk mengembangkan Persepsi pada Kejijikan Makanan dan Minuman yang kita makan dan telan. Bagaimana kita melakukan Gagasan yang menjijikan pada Makanan yang kita makan? Ketika bermacam Hidangan Makanan di atur dengan menarik, mereka membangkitkan Selera makan kita. Catat ketika mereka di campur, daya Tarik mereka berkurang. Waktu mengunyah Makanan di dalam Mulut, catat bagaimana menjemukan menaik, menurunkan Rahang ber-ulang2 menumbuk Makanan sebagaimana kita sedang menumbuk Cabai di dalam Satu Lumpang dengan Penumbuk. Juga catat, selagi mengunyah, Ludah, Empedu, Reak, dan Cairan Pencernaan yang lain di hasilkan pada Dasar Lidah, dan Lidah mencampur mereka dengan Makanan yang menjadi lengket dan menjijikan. Pada waktu menelan Makanan itu, ia sampai ke Lambung dimana selanjutnya ia harus di cerna. Makanan yang tidak di cerna berkumpul di dalam Perut, Usus dan itu harus di keluarkan dari waktu ke waktu ke dalam Toilet. Sekarang Kemelekatan pada Makanan (rasa-tanha) adalah Satu Bentuk lobha yang kuat yaitu Satu Hambatan bagi Pengembangan



299 Konsentrasi. Maka Sang Buddha memberikan Petunjuk kepada para Pengikutnya untuk menekan itu dengan Cara Ahare-patikula-sanna. Catu-Dhatu-Vavatthana (Menetapkan Empat Unsur) “Catu-dhatu” Artinya Empat Unsur Pokok, yaitu, pathavi, apo, tejo, vayo. “Vavatthana” Artinya Pengetahuan akan Sifat (Unsur2) itu. Karena Empat Unsur2 Pokok membentuk Dasar dari semua Keadaan Tubuh, Sifat2 mereka harus di selidiki dan di jadikan Pengetahuan. Di dalam Bab 6 kita telah mempelajari bahwa Tubuh kita terbentuk dari 21 Macam dari Grup2 Badaniah yang disebut kalapa, dan setiap kalapa terdiri dari paling tidak Empat Unsur2 Pokok dan Empat Kwalitas mereka yaitu, Bentuk yang Kelihatan (Vanna), Bau (Gandha), Cita-rasa (rasa) dan Nutrisi (oja). Demikianlah Empat Unsur Besar berada dalam setiap Bagian dan Partikel dari Tubuh kita. Pathavi harus di golongkan sebagai Unsur Perluasan dengan Sifat2 dari Kekerasan. Apo harus di ketahui sebagai Unsur Paduan dengan Sifat2 Perpaduan dan Kecairan. Tejo ialah Unsur Panas dengan Sifat2 dari Panas dan Dingin. Vayo ialah Unsur Gerak dengan Sifat2 dari Desakan dan Menyokong. Kita harus meneliti di dalam Tubuh Sifat2 dari Kekerasan dan Kelembutan, Kepaduan dan Cairan, Panas dan Dingin, Desakan dan Sokongan berada di setiap Bagian dan Partikel dari Tubuh. Kita harus merasakan Sifat2 ini dan menyadari mereka dalam Pikiran untuk meyakinkan Keberadaan mereka. Ketika mereka menjadi jelas di dalam Pikiran, Se-seorang mempertahankan Konsentrasi pada mereka dan mencatatnya untuk mengembangkan Samadhi tertinggi yang di capai disini adalah Konsentrasi Tetangga karena Objek Meditasi begitu dalam dan luas. Menurut Hasil2 yang di dapatkan pada Pa-auk Tawya Meditation Centres, Catu-dhatu-vavatthana adalah Sebuah kammatthana yang sangat menghasilkan bagi Pengembangan Konsentrasi yang sangat cepat. Ketika Se-seorang mencapai Konsentrasi Tetangga, ia dapat melihat melalui Tubuh untuk mengamati Daging, Syaraf, Tulang, Jantung, Hati, dst… Sebagimana Se-seorang akan melihat di dalam MeditasiKayagatasati. Kemudian Se-seorang dapat menggunakan Kerangka yang ia lihat menembus dalam Badan-nya atau dalam Tubuh Orang lain sebagai



300 Objek dari asubha-kammatthana dan Meditasi pada itu untuk membangkitkan Konsentrasi ke Tingkat Jhana Pertama. Terlebih jauh, Putihnya Tulang, terutama Tengkorak, dapat di gunakan sebagai Objek dari Odata-kasina. Se-seorang bermeditasi padanya untuk membangkitkan Konsentrasi lebih jauh ke Tingkat Jhana Ke-lima Metode Setapak demi Setapak dari Pengembangan Konsentrasi yang bijak ini di jelaskan di dalam Kitab Visuddhi-Magga dan Metode ini berhasil di lakukan di dalam Pa-auk Tawya Meditation Centres.



Empat Aruppa (Empat Alam Tanpa Materi) Empat alam Tanpa Materi dari Ruang Tanpa Batas (Akasa), Kesadaran tanpa Batas, Kekosongan, dan Bukan Persepsi atau-pun Bukan bukan Persepsi di gunakan masing2 sebagai Objek Meditasi untuk mengembangkan Empat arupa-vacara-jhana. Dalam Pelaksanaan Se-seorang per-tama2 harus mengembangkan rupavacara-jhana pada Satu kasina, dan kemudian, menggunakan Jhana Ke-Lima sebagai Dasar, ia melanjutkan lebih tinggi ke Empat Arupa untuk mengembangkan Empat Arupa-Jhana. Enam Carita (Enam Tipe Watak atau Alamiah) Ada Enam Tipe Orang menurut Watak mereka atau Alamiah-nya. 1. Raga – Carita -Serakah-Alamiah yang menggemari Kenikmatan Indera tanpa Rasa Malu. 2. Dosa – Carita -- Benci-Alamiah yang mudah menjadi Marah walau pada Hal-Hal Sepele. 3. Moha – Carita -- Bodoh atau Bebal – Alamiah. 4. Saddha – Carita -- Keyakinan Alamiah yang memuliakan Tiga Permata dengan Soleh 5. Buddhi – Carita -- Kecerdasan Alamiah yang mengandalkan pada Alasan2 dan tidak percaya dengan mudah. 6. Vitakka – Carita -- Banyak berpikir-Alamiah yang memikirkan ini dan itu dan tanpa banyak Penyelesaian. Kammatthana dan Carita. Empat puluh Kammatthana harus di gabung dengan Enam Carita cocok untuk Hasil2 yang menguntungkan.



301 i.



ii.



iii.



iv.



v.



vi.



Orang yang Serakah-Alamiah harus berlatih Sepuluh Asubha dan Kayagatasati sebagaimana Kammatthana ini dapat menahan Napsu dengan Efektif. Orang yang Membenci-Alamiah harus melatih Empat Brahma vihara dan Empat Kasina- Warna, yaitu, Nila, Pita, Lohita, dan Odata-kasina. Kammatthana adalah murni dan tentram dan dapat menggembirakan Orang2 yang melatihnya. Orang yang Bodoh dan Bebal-Secara Alamiah begitu juga Orang2 yang banyak Pikir2-Alamiah harus melatih Anapanasati. Pikiran Orang2 ini gelisah dan kacau sebab dari Uddacca, Vicikiccha, dan Vitakka. Dalam Anapanasati Napas masuk dan Napas keluar harus di Amati secara Ber-irama. Maka Anapanasati dapat mengatur dan menenangkan Pikiran yang Gelisah. Orang yang Berkeyakinan-Alamiah harus melatih Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Silanussati, Caganussati dan Devatanussati, Saddha (Keyakinan) pada Orang ini telah kuat ia akan lebih di perkuat untuk Ke-untungan yang besar dengan melatih Anussati-kammatthana ini. Orang yang Cerdas-Alamiah harus melatih Marananussati, Upasamanussati, Ahare-patikula-sanna dan Catudhatuvavatthana. Subjek dari Kammatthana ini dalam dan halus, dan makanya mereka dapat merangsang dan memperkuat Kebijaksanaan dari Orang yang Cerdas-Alamiah. Kammatthana yang cocok bagi Semua Tipe Orang adalah Pathavi-kasina, Apo-kasina, Tejo-kasina, Vayo-kasina, Alokakasina, Akasa-kasina dan Empat Arupa.



Tiga Taraf dari Bhavana. Bhavana (Meditasi) dapat di bagi dalam Tiga Tingkatan sesuai dengan Tingkat Konsentrasi atau Budaya Mental yang mereka dapat kembangkan. 1 Parikamma-bhavana : Taraf Persiapan Meditasi. Objek2 kammatthana seperti kasina disebut parikamma-nimitta, Artinya, Bayangan Persiapan. Dengan memperhatikan Satu Lingkaran Tanah, Seorang dapat bermeditasi “Pathavi, pathavi” ber-ulang2 baik dengan bergumam per-lahan2 atau hanya dengan mencatat dalam Pikiran. Taraf Permulaan Meditasi ini dapat mengembangkan “parikamma-samadhi” disebut



302 parikamma-bhavana. Ia nantinya meratakan Jalan bagi timbulnya bhavana yang lebih tinggi. “Parikamma-samadhi” ialah “Persiapan Konsentrasi” ialah awal dan Konsentrasi Pikirannya belum berkembang. Semua Taraf Konsentrasi dimulai dari Keadaan Awal ini sampai pada Keadaan hanya dibawah Konsentrasi-Tetangga, di istilahkan “Parikammasamadhi”. 2 Upacara – bhavana : Keadaan Meditasi – Tetangga. “Upacara” Artinya “Tetangga” atau “Saat dari Jalan masuk”. “Upacara-bhavana” ialah bahwa Meditasi yang telah tiba ke Tetangga Jhana, Magga atau Phala. Ia juga dapat dianggap sebagai Meditasi yang hampir memasuki Keadaan Pencerapan Meditasi yang di sebut Appana-bhavana. Parikamma-bhavana sendiri berkembang ke dalam upacarabhavana. Objek dari upacara-bhavana bukan lagi “parikammanimitta”, itu adalah “Patibhaga-nimitta”, Artinya “BayanganTandingan”. Konsentrasi yang bersekutu dengan upacara-bhavana disebut “upacara-samadhi“ yang di terjemahkan sebagai “Konsentrasi Tetangga atau Konsentrasi Jalan-masuk”. Ia memperlihatkan Tingkat Konsentrasi hanya sebelum memasuki Pencerapan Apa saja (Jhana) 3 Appana – bhavana : Keadaan Pencerapan dari Meditasi. Meditasi , yang telah mengembangkan sampai Jhana, magga atau phala, disebut “Appana-bhavana”. Jhana, Magga, atau Phala tinggal di serap atau tetap dalam masing2 Objek mereka. Objek dari Jhana ialah “Patibhaga-nimitta” sedangkan Objek Magga atau Phala ialah Nibbana. Konsentrasi yang bersekutu dengan appana-bhavana disebut “Appana-Samadhi”. Bhavana dan Kammatthana. 1. Parikamma-bhavana dapat di capai di dalam Semua Empat puluh Kammatthana. 2. Parikamma-bhavana dan Upacara-bhavana terjadi di dalam Delapan Anussati pertama dan juga dalam ahare-patikula-sanna dan catu-dhatu-vavatthana (Berjumlah 10 kammatthana).



303 3. Semua Tiga Tipe bhavana terjadi di dalam 30 Sisa kammatthana yaitu, 10 kasina, 10 asubha, 4 brahma-vihara, 4 aruppa, kayagatasati, dan anapanasati. Jhana dan Kammatthana Tabel 9.1



Catatan: i. Ada 25 kammatthana yang dapat menghasilkan rupavacarajhana Pertama (Tambahkan 1 + 2 + 3 pada Tabel diatas). ii. Empat belas kammatthana dapat membangkitkan rupavacarajhana Kedua – Ketiga – Ke-empat (tambahkan 1 + 3) iii. Duabelas kammatthana dapat membangitkan rupavacarajhana Kelima (tambahkan 1 + 4) iv. Empat aruppa dapat menghasilkan Empat arupavacara-jhana v. Sepuluh Kammatthana terdiri dari 8 anussati Pertama, aharepatikula-sanna dan catu-dhatu-vavatthana tidak dapat



304 menimbulkan Jhana Apa-pun. Tetapi mereka dapat membantu untuk mencapai Konsentrasi tertinggi. Bhavana - Nimitta (Bayangan Meditasi) “Nimitta” Artinya Tanda Sasaran, Tanda, Kesan, Sasaran, Objek dsb…. Disini ia mengacu pada “Kesan Mental” yang di dapat dalam Meditasi. Tiga Tipe dari Nimitta bisa di catat. 1 Parikamma-nimitta -- Kesan Persiapan Ia adalah Objek dari parikamma-bhavana. Ia adalah Objek yang di dapat pada Keadaan Permulaan dari Meditasi. 2 Uggaha-nimitta -- Kesan yang di dapat. Sebagaimana Meditasi berlanjut, Meditator mendapatkan bahwa ia dapat melihat Objek, Contoh: kasina, tanpa melihatnya secara langsung. Ia tidak mendapat Kesan dalam Pikirannya, dan ia dapat melihatnya dengan Mata tertutup. Kesan yang di dapat masih belum mantap dan tidak jelas, ia timbul ketika Pikiran telah mencapai Satu Tingkat Meditasi yang lemah. 3 Patbhaga-nimitta -- Kesan Tandingan. Sebagaimana Meditasi terus maju, pada Satu Titik ketika Konsentrasi mencapai upacara-samadhi, Kesan yang di dapat tiba2 berubah jadi Sebuah Kesan yang Terang, jelas dan Mantap. Ia sama dengan Objek Aslinya, tapi jauh lebih terang dan lebih jelas dari pada Kesan yang di dapat. Ia seluruhnya bebas dari Kekurangan seperti Ketidak-merataan, bintik2 dsb.. yang mungkin berada dalam Objek Asli. Ia tidak bergerak sepertinya ia tinggal tetap dalam Mata. Segera begitu Kesan ini timbul, Keadaan upacara-bhavana dan Konsentrasi Tetangga di capai.



305 Nimitta dan Kammatthana. Tabel 9.2



Praktek Gabungan dari Bhavana dengan Nimitta. Parikamma-bhavana mengambil Objeknya parikamma-nimitta dan uggaha-nimitta. Upacara-bhavana dan appana-bhavana mengambil patibhaga-nimitta sebagai Objek mereka. Gabungan Bhavana dengan Nimitta ini akan di gambarkan dengan Meditasi pada pathavi-kasina. Pathavi-kasina di siapkan dengan menutupi Satu Baki atau Satu Lingkaran sekitar Satu Jengkal dan Empat Jari (ialah kira2 12 Inch) diameternya dengan Lempung Merah. Seandainya Lempung Merah tidak cukup, Lempung harus di buat selicin mungkin. Lingkaran Hipnotis ini dikenal sebagai kasina-mandala. Sekarang Lingkaran Tanah ini di tempatkan pada Ketinggian yang sesuai kira2 Dua setengah cubits (yakni, kira2 45 inch) Jauhnya dari



306 Tempat dimana Se-seorang akan duduk. Se-seorang harus duduk dengan nyaman menjaga Bagian atas Tubuh tegak. 1 Parikamma – nimitta dan Parikamma – bhavana. Meditator melihat pada Lingkaran Tanah itu dengan Penuh Perhatian, berkata dalam Pikiran atau tidak terdengar : “Pathavi, pathavi” atau “Tanah, tanah” sekarang sejak Waktu ini seterusnya, Lingkaran Tanah yang ia sedang lihati disebut “Parikamma-nimitta” dan Meditasi yang ia sedang lakukan disebut “Parikamma-bhavana”. 2 Uggaha – nimitta dan Parikamma - bhavana. Setelah Meditasi untuk beberapa Waktu, mungkin ber-Minggu2 atau ber-Bulan2, ia akan sanggup untuk memejamkan Mata dan memvisualisasikan Objek itu. Ini artinya bahwa ia dapat melihat Lingkaran Tanah jelas dalam Ingatan di Pikiran-nya sebagaimana ia telah melihatnya dengan Mata terbuka walaupun Mata-nya di tutup. Objek Visualisasi ini atau Kesan yang di dapat disebut “Uggahanimitta”. Walaupin Kesan-nya telah berubah, bhavana-nya belum berubah. Pada Keadaan ini ia sedang bermeditasi pada ugghanimitta dengan Parikamma-bhavana. 3 Patibhaga – nimitta dan Upacara – bhavana. Sejak Waktu Kesan yang di dapat muncul, tidak perlu lagi untuk melihat pada Lingkaran Tanah yang Asli, kalau Konsentrasinya tidak buyar. Dengan berkonsentrasi pada Kesan yang di dapat, ia terus bermeditasi: “Pathavi, pathavi” atau “Tanah, tanah”. Ketika Konsentrasinya mencapai ke Taraf upacara-samadhi, Uggaha-nimitta berubah menjadi patibhaga-nimitta (Kesan Tandingan). Perubahan ini sangat jelas dan mudah di amati sebagai patibhaga-nimitta, adalah sangat berbeda dari uggaha – nimitta. Perubahan itu sejelas bagaikan mengeluarkan Sebuah Cermin dari Sarung-nya, atau bagaikan Sekumpulan Burung Bangau terbang keluar dari Awan yang gelap. Parikamma-bhavana sekarang bangkit ke Taraf Upacarabhavana.



307 Meditasi sekarang pada Keadaan Patibhaga-nimitta dan Upacara-bhavana. Pada Keadaan ini semua Hambatan (nivarana) di tekan, dan Lima Faktor Jhana menjadi sangat kuat dan melakukan Fungsi mereka dengan efisien. Maka itu Pikiran menetap dengan Baik pada Kesan Tandingan. Karena Alasan ini, upacara-bhavana disebut juga “Upacara—Jhana” 4 Patibhaga – nimitta dan Appana – bhavana. Bermeditasi pada patibhaga-nimitta, Meditator meneruskan Meditasi-nya, memperhatikan; “Pathavi, pathavi” sebagaimana sebelumnya. Ketika Kesan Tandingan Kokoh dan Mantap, ia membuat Perkembangan dengan Kekuatan – Kemauan inci demi inci sampai ia mengisi setiap Ruang dalam Semua Arah. Berkonsentrasi pada Kesan Abstrak yang baru ini, ia mempertahankan Meditasi : “Pathavi, pathavi”. Bila ia Seorang yang Cerdas, Orang yang cepat mengerti, segera ia mencapai appana-bhavana ketika Jhana Pertama timbul. Bila ia Seorang yang lambat mengerti, ia harus berusaha keras untuk mencapai patibhaga-nimitta dengan Perhatian khusus, dan terus mempertahankan Meditasi, cepat atau lambat ia juga akan mencapai Jhana Pertama. Sekarang ia pada Keadaan patibhaga-nimitta dan appanabhavana. Ini berarti bahwa Objek dari appana-bhavana adalah Kesan-Tandingan dari Lingkaran Tanah. Menuju Jhana Kedua dan yang lebih tinggi Yogi (Meditator), yang telah mencapai Jhana Pertama, harus mengembangkan Lima Macam Kesanggupan berkenaan pada Jhana itu. Kesanggupan2 ini disebut “Vasita”, artinya “Kebiasaan2” 1. Avajjana- vasita -- Kesanggupan untuk membayangkan Faktor2 Jhana dengan cepat. 2. Samapajjana-vasita -- Kesanggupan untuk mencapai Jhana dengan cepat 3. Adhitthana-vasita -- Kesanggupan untuk tetap dalam Keadaan Jhana selama yang ia kehendaki. 4. Vutthana-vasita -- Kesanggupan untuk Keluar dari Jhana (Pencerapan Meditasi) pada Saat yang ia telah tetapkan, Contohnya; setelah Satu Jam mendapat Jhana.



308 5. Paccavekkhana-vasita -- Kesanggupan untuk meninjau kembali Faktor2 Jhana dengan cepat dengan Cara mengurangi jumlah bhavanga-citta diantara Vithi. Sekarang dengan Maksud untuk menghilangkan Vitakka untuk naik ke Jhana Kedua, Yogi merenungkan pada Alamiah yang kasar dari Vitakka bagaimana itu dapat mengalihkan Pikiran menuju Sebuah Objek yang menyenangkan Indera dan dengan demikian menghancurkan Jhana. Ia juga merenungkan pada Alamiah yang halus dari Jhana Kedua yang bebas dari Vitakka. Kemudian berkonsentrasi pada patibhaga-nimitta dari pathavikasina ia mencoba untuk mengembangkan Tiga Keadaan bhavana dalam Aturan Normal dari parikamma, upacara, dan appana, tanpa membiarkan Vitakka bersekutu dengan Citta. Urut2-an bhavana ini tanpa Satu keinginan untuk Vitakka dikenal sebagai “Vitakka-viragabhavana”. Titik Puncak dari bhavana ini ialah Pencapaian dari Jhana Kedua. Jhana Kedua hanya berisi Empat Faktor2 Jhana – yaitu, Vicara, Piti, Sukha, Ekaggata yang lebih halus dari pada apa yang berada dalam Jhana Pertama. Yogi kemudian mencoba untuk mengembangkan Lima Kesanggupan yang disebut “Vasita” (Kebiasaan)” berkenaan pada Jhana Kedua. Ia lalu menghilangkan “Vicara” dengan Sebuah Cara yang sama untuk mencapai Jhana Ketiga. Jhana2 Ke-empat dan Kelima masing2 di capai dengan menghilangkan Piti dan Sukha dalam Satu Cara yang sama. Menuju Arupa – Jhana. Rupavacara Jhana Kelima di gunakan sebagai Dasar untuk meningkat ke arupavacara Jhana. Per-tama2 Lima Kesanggupan yang disebut “Vasita” berkenaan pada Jhana Kelima harus di kembangkan. Kemudian Yogi merenungkan pada Kekurangan dari Tubuh (rupa) untuk menekan Kemelekatan-nya pada Tubuh. Ia dapat beralasan seperti ini: “Tubuh ini adalah Subjek dari Panas dan Dingin, lapar dan haus dan kepada semua Jenis Penyakit. Disebabkan itu, Se-seorang bertengkar dengan yang lainya. Untuk memberinya Pakaian, memberi Makanan, dan Rumah, Seorang harus menempuh banyak Kesengsaraan”. Yogi juga harus merenungkan bagaimana halus dan tenangnya arupavacara jhana untuk memperkuat Ke-inginannya untuk mencapainya.



309 Kemudian ia mengembangkan Lima rupavacara jhana Satu-per Satu dari yang mana saja dari Sembilan kasina, tidak termasuk akasa-kasina. Ia keluar dari Jhana Kelima dan tanpa memperhatikan pada patibhaganimitta, ia berkonsentrasi pada Ruang di Belakang-nya dan ber-meditasi ber-ulang2 : “Ruang tidak terbatas! Ruang tidak terbatas!”. Ini adalah Parikamma-bhavana – Syarat Awal untuk timbulnya bhavana yang lebih tinggi. Patibhaga-nimitta akan berada di depan dia selama ia masih mempunyai Satu Ke-inginan halus (Nikanti) untuk itu. Ketika Keinginan itu berlalu, patibhaga-nimitta juga berlalu membentangkan Ruang yang tak terbatas. Berkonsentrasi pada Ruang ini, ia melanjutkan Meditasi pada: “Ruang tak terbatas! Ruang tak terbatas!” Ketika Keinginannya (nikanti) pada rupavacara-jhana Kelima lenyap, ia dikatakan mencapai Upacara-bhavana. Bila ia melanjutkan Meditasi dengan penuh Ke-inginan dan berusaha keras, ia dapat segera mencapai appana-bhavana dan mencapai Arupavacara Jhana Pertama disebut “Akasanancayatana kusala citta”. Ia kemudian mengembangkan Lima Kemampuan (Vasita) berkenaan pada Arupa jhana Pertama. Kemudian untuk mengembangkan arupa jhana Kedua, ia merenungkan pada Ketidak-puasan dari Arupa jhana Pertama karena mendekati pada rupavacara jhana dan jadi lebih kasar di bandingkan pada arupavacara jhana Kedua. Kemudian berkonsentrasi pada Akasanancayatana kusala citta yang memusatkan pada Ruang tidak terbatas, ia bermeditasi: “Kesadaran tidak terbatas, Kesadaran tidak terbatas”. Ini adalah parikamma-bhavana baru. Ketika Kemelekatan-nya yang halus (nikanti) pada arupavacara jhana Pertama lenyap, ia sampai pada upacara-bhavana. Ketika ia mencapai arupavacara Kedua disebut “Vinnanancayatana-kusala-citta” , ia mencapai appana-bhavana. Dengan Cara yang sama dengan melakukan parikamma-bhavana pada Ketidak Beradaan/Kekosongan dari akasanancayatana-kusalacitta, dalam Batin mengulang : “Tidak ada Sesuatu Apa-pun!”, arupavacara-jhana Ketiga, disebut “Akincannayatana-kusala-citta”, di capai. Lebih lanjut dengan melakukan parikamma-bhavana pada akincannayatana-kusala-citta, dalam Batin mengulangi : “Citta ini tenang! Ia baik sekali!” Akhirnya arupavacara jhana Keempat yang disebut “Neva-sanna-nasannayatana-kusala-citta” di capai.



310 Menuju yang lebih tinggi ke Abhinna. “Abhinna” ialah “Kekuatan lebih tinggi” atau “Pengetahuan Super normal”. Mereka yang telah mencapai Lima rupavacara jhana dan Empat arupavacara jhana lebih jauh dapat mengembangkan Lima Pengetahuan Supernormal Duniawi (lokiya) dengan melakukan jhana2 ini dalam berbagai Cara berlandaskan pada Sepuluh kasina. 1. Iddhividha Abhinna : Kekuatan untuk menciptakan Bentuk2, Terbang melalui Udara, Jalan di atas Air, Menyelam ke dalam Tanah dsb…. 2. Dibba-sota Abhinna : Telinga Dewa atau Terus Pendengaran, yang memungkinkan Se-seorang mendengar Suara2 halus atau kasar, jauh atau dekat. 3. Paracitta-vijanana (ceto-pariyanana) : Kekuatan untuk menembus Pikiran Orang lain untuk melihat Pikiran2 mereka. 4. Pubbenivasanussati : Kekuatan untuk mengingat Keberadaan yang terdahulu dari Se-seorang dan Dunia2 yang dulu. 5. Dibba-cakkhu : Mata Dewa atau Kewaskitaan yang memungkinkan Se-seorang dapat melihat Barang2 yang halus dan kasar jauh dan dekat dan juga Alam Dewa dan Tempat Tinggal apaya. Yang terakhir, yaitu dibba-cakkhu, dapat di kembangkan pada Dua lagi Kekuatan Supernormal. 6 yathakammupaganana. Kekuatan untuk melihat Mahluk2 di dalam 31 Alam Keberadaan mengetahui masing2 Kamma mereka yang telah membuahkan Kelahiran Kembali mereka. 7 Anagatamsanana. Kekuatan dari mengetahui Keberadaan dan Dunia masa akan datang. Demikianlah kita bisa katakan ada Tujuh lokiya-abhinna Tapi bilamana kita hitung Lima Pengetahuan Supernormal Duniawi (Lima lokiya abhinna), (6) dan (7) termasuk di dalam dibbacakkhu. Juga catupapatanana, yaitu, Pengetahuan berhubungan dengan Kematian dan Ke-Munculan Mahluk2, termasuk di dalam dibba-cakkhu. Dalam Perhitungan Enam abhinna, Satu Kekuatan diatas Keduniawian (Lokuttara-abhinna) di tambahkan kepada Lima lokiyaabhinna. Lokuttara-abhinna ini disebut Asavakkhaya-nana.



311 8 Asavakkhaya-nana (Arahatta-magga-nana). Pengetahuan yang bersekutu dengan Arahatta-magga ialah yang dapat memadamkan semua Kebusukan/Kekotoran Batin (asava). Chalabhinna ialah Seorang Arahat yang memiliki Enam Pengetahuan Super yang disebutkan diatas. Harus di catat bahwa Lima Pengetahuan Supernormal Keduniawian di capai melalui Konsentrasi Batin yang paling sempurna (Samadhi) dan mereka adalah Titik Puncak dari Samatha-bhavana (Meditasi Ketenangan). Kekuatan diatas Keduniawian, yakni, Asavakkhaya-nana, di capai melalui Penembusan Pengertian (Vipassana) dan itu adalah Titik Puncak dari Vipassanabhavana (Meditasi Pengertian). Vipassana Kammatthana. Didalam melaksanakan Vipassana bhavana (Meditasi Pengertian) Se-seorang harus mempunyai Pengetahuan berikut: 1. Tujuh Visuddhi -- Tujuh Keadaan Kemurnian 2. Ti-lakkhana -- Tiga Sifat2 Umum 3. Tiga Anupassana -- Tiga Metode Perenungan. 4. Sepuluh Vipassana-nana -- Sepuluh Pengetahuan Pengertian. 5. Tiga Vimokkha -- Tiga Cara Kebebasan. 6. Tiga Vimokkha-mukha -- Tiga Pintu dari Kebebasan. Tujuh Visuddhi (Tujuh Tingkatan Kemurnian). “Visuddhi” Artinya “Pemurnian” atau “Kemurnian” Ada Tujuh Tingkatan dalam memurnikan Pikiran oleh Meditasi-Pengertian. 1. Sila-Visuddhi -- Kemurnian Kemoralan 2. Citta-Visuddhi -- Kemurnian Pikiran 3. Ditthi-Visuddhi -- Kemurnian Pandangan 4. Kankha-Vitarana-Visuddhi -- Kemurnian karena mengatasi Keraguan. 5. Maggamagga-nanadassana-Visuddhi -Kemurnian dari Pandangan dalam melihat Jalan dan Bukan Jalan 6. Patipada-nanadassana-Visuddhi -- Kemurnian Pandangan dari Kemajuan Jalan. 7. Nanadassana-Visuddhi -Kemurnian Pandangan dari Pengetahuan pada Empat Jalan. Dalam Kitab Majjhima Nikaya (Sutta 24) Perumpamaan dari Bangunan bertingkat disebutkan membandingkan Tujuh Visuddhi



312 dengan Bangunan Tujuh Tingkat. Se-seorang menaiki Bangunan Pertama dan melanjutkan ke Bangunan Kedua. Lalu ia menaiki Bangunan Kedua dan melanjutkan ke Bangunan Ketiga dan seterusnya. Secara tepatnya sama Caranya Se-seorang memurnikan Moralnya untuk mendapat Titik Awal dari Pemurnian Pikiran. Kemudian Seseorang memurnikan Pikiran agar mendapat Titik Awal dari Pemurnian Pandangan. Lalu Se-seorang memurnikan Pandangan-nya untuk sampai pada Titik Awal dari Pemurnian dengan mengatasi Keraguan. Seseorang maju dalam Cara ini hingga Empat Jalan dan Buah2 mereka di capai. Dalam Majjhima Nikaya dikatakan bahwa Tujuan yang tertinggi bukanlah terdiri dari Kemurnian Moralitas, atau Pikiran, atau dari Pandangan dst…. Tetapi dalam Keseluruhan Pelepasan dari Pemadaman Kekotoran Batin. Ti – lakkhana (Tiga Sifat Umum). Ada Tiga Sifat2 Umum dari Batin dan Keadaan Tubuh, yakni, dari Keberadaan Lima Kelompok. Mereka membuat Objek2 dari MeditasiPengertian. 1. Anicca-lakkhana -- Tanda Sifat dari Ketidak-Kekalan 2. Dukkha-lakkhana -Tanda Sifat dari KetidakPuasan/Penderitaan. 3. Anatta-lakkhana -- Tanda Sifat dari Tanpa-Diri. “Apakah Yang Sempurna (Buddha) muncul dalam Dunia atau apakah Yang Sempurna tidak muncul dalam Dunia, ia selalu ada Satu Kondisi yang tetap, dan Kenyataan Abadi dan Hukum yang tetap, bahwa Semua yang terbentuk adalah Tidak Abadi, bahwa Semua yang terbentuk adalah Subjek dari Penderitaan, bahwa Segala Sesuatu adalah Tanpa Satu Diri”. (Anguttara Nikaya, Bab IV, Sutta 134). Tiga Anupassana (Tiga Metode Perenungan). Topik ini menjelaskan Tiga Metode untuk melakukan MeditasiPengertian pada Batin dan Kelompok Tubuh, yaitu, pada Lima Kelompok Keberadaan. 1. Aniccanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada Alamiah Pikiran dan Materi dalam Lima Kelompok Keberadaan yang tidak Abadi.



313 2. Dukkhanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada Alamiah Pikiran dan Materi dalam Lima Kelompok Keberadaan yang tidak memuaskan. 3. Anattanupassana -- Mengulang-ulang Perenungan pada Alamiah Tanpa-Diri dan tiada Jiwa dari Pikiran dan Materi dalam Lima Kelompok Keberadaan. Catatan: Arti dari Tiga anupassana yang di jelaskan disini di sebutkan di Buku2 yang paling dikenal Umum. Sebenarnya Arti2 ini dapat menjelaskan, Kata “Perenungan” itu sendiri menyesatkan. “Perenungan” menyatakan “Berpikir dalam2” atau “Menjadi dalam Satu Keadaan berpikir”. Dalam Meditasi Vipassana tidak ada Ruang untuk berpikir. Dengan Bantuan Konsentrasi (Samadhi), Se-seorang menembus kedalam Kenyataan tertinggi dan melihat dengan MataPikiran-nya Alam sesungguhnya dari Kenyataan2 ini -- Itu adalah Tiga Sifat2 Umum dari nama dan rupa. Dengan memperhatikan timbul dan berlalunya yang tiada terputus dari nama dan rupa yang tertinggi, Se-seorang mengerti Alam yang Tidak Kekal begitu juga Alamiah yang tidak Memuaskan dari Bentukan2 Batin dan Tubuh. Menjadi Subjek dari Keberlarutan yang terus-menerus itu sendiri Berarti Penderitaan. Karena Tubuh dan Pikiran terbuat dari Lima Kelompok dan Semua Kelompok2 ini terbentuk dan terlarut terusmenerus, Tidak meninggalkan Satu-pun Kesatuan Yang Lahir sebagai Yang Tetap, ia menyadari bahwa tidak ada Diri maupun Jiwa yang Kekal. Demikianlah dalam Vipassana-bhavana, Se-seorang betul2 melihat Sesuatu Hal yang Tertinggi dan mengetahui Alam mereka. Alam yang tertinggi ini tidak dapat diketahui hanya dengan Perenungan belaka. Dalam aniccanupassana , Se-seorang berkonsentrasi pada Alam yang selalu berubah dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat ber-ulang2 “anicca, anicca, anicca….” Selama Sepuluh sampai tiga Puluh Menit pada Satu masa. Kemudian Se-seorang mengambil dukkhanupassana. Dalam dukkhanupassana, ia berkonsentrasi pada Alam yang tidak memuaskan dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat ber-ulang2 “dukkha, dukkha, dukkha…” Selama Sepuluh sampai Tiga puluh Menit pada Satu masa.



314 Kemudian Se-seorang terus melanjutkan dengan anattanupassana. Dalam anattanupassana, ia berkonsentrasi pada Alam Tanpa Diri atau Tanpa Jiwa dari nama dan rupa yang tertinggi, dan mencatat ber-ulang2 “anatta, anatta, anatta…..” Selama Sepuluh sampai tiga puluh Menit pada Satu masa, Kemudian ia mengambil aniccanupassana lagi. Sebagaimana ia meneruskan Vipassana Meditasi dengan Cara ini, Sepuluh Pengetahuan-Pengertian (Vipassana-nana) akan timbul dalam Suasana ini. Segera setelah Pengetahuan-Pengertian ter-akhir timbul, magga-nana dan phala-nana (Sang Jalan dan Buah-nya) juga timbul. Sepuluh Vipassana-nana (Sepuluh Pengetahuan Pengertian). 1. Sammasana-nana : Pengetahuan yang dapat menyelidiki Tiga Sifat2 Umum dari nama dan rupa di dalam Keberadaan Lima Kelompok. 2. Udayabbaya-nana : Pengetahun yang dapat menyelidiki Timbul dan Berlalu-nya nama dan rupa tertinggi didalam Keberadaan Lima Kelompok. 3. Bhanga-nana : Pengetahuan pada Keberlarutan yang tiada terputus dari nama dan rupa tertinggi. 4. Bhaya-nana : Pengetahuan pada menyadari nama-rupa dan Lima Kelompok Keberadaan se-takut sebagaimana mereka berlalu terus-menerus. 5. Adinava-nana : Pengetahuan yang menyadari Kekurangan dan Ketidakpuasan pada nama-rupa sebagaimana mereka telah diketahui menakutkan. 6. Nibbida-nana : Pengetahuan dari Ke-muakan nama-rupa sebagaimana mereka telah diketahui Tidak memuaskan. 7. Muncitukamyata-nana : Pengetahuan dari Napsu untuk menghindar dari Belitan nama-rupa . 8. Patisankha-nana : Pengetahuan untuk menyelidiki-kembali nama-rupa dan Lima Kelompok Keberadaan supaya terhindar dari sana. 9. Sankharupekkha-nana : Pengetahuan dari Ketenangan menuju nama-rupa dan Hal-hal berkondisi. 10. Anuloma-nana : Pengetahuan dari Penyesuaian Diri kepada Jalan.



315 Tiga Vimokkha (Tiga Cara dari Kebebasan) “Vimokkha” Artinya “Kebebasan, Kemerdekaan atau Pelepasan” Itu mengacu pada Kebebasan Belitan dari nama-rupa yaitu, dari Lingkaran Kelahiran Kembali atau Samsara dari Kesengsaraan. Disini “Vimokkha” terdiri dari magga-phala (Jalan dan Buah-nya) yang telah di bebaskan dari Kekotoran Batin (kilesa). 1 Sunnata-Vimokkha -- Kebebasan melalui Konsep Kekosongan dengan anattanupassana. “Sunnata – Kekosongan atau Kehampaan” disini Artinya Ketidak-hadiran “atta” atau “Diri” atau Apa-pun Kesatuan yang lahir yang abadi dalam nama-rupa dan Lima Kelompok Keberadaan. Yogi yang melaksanakan anattanupassana menyadari Konsep dari Kekosongan, dan bila ia mencapai Pembebasan selagi melaksanakan anattanupassana, magga-phala-nya atau Pembebasan-nya dikenal sebagai “Sunnata-vimokkha” 2 Animitta-Vimokkha -- Pembebasan melalui Konsep Tanpa Tanda oleh aniccanupassana. “Nimitta” Artinya Merk, Tanda, Kesan, Objek dsb… maka “animitta” artinya Tidak ada Merk, tanpa Tanda, tanpa Objek dst… Selagi melaksanakan aniccanupassana, Yogi sedang memperhatikan Pelarutan dari nama-rupa yang terus-menerus dalam Lima Kelompok sepanjang Waktu. Dalam Keadaan tertinggi, Lima Kelompok, bukanlah Apa2 hanya Batin dan Grup Tubuh, tidak mempunyai Bentuk dan Rupa atau-pun Tanda atau Kesan. Maka selagi si Yogi memperhatikan Pelarutan namarupa yang terus-menerus, ia tidak memperhatikan Bentuk dan Tanda sama sekali, Ia mendapat Konsep dari Tanpa Tanda. Bila ia terbebas dari Kekotoran Batin melalui aniccanupassana, magga-phala-nya atau Pembebasan-nya di ketahui sebagai “Animitta-Vimokkha” 3



Appanihita – Vimokkha -- Pembebasan melalui Konsep dari Tanpa Napsu oleh dukkhanupassana. Yogi, selagi melaksanakan dukkhanupassana , sedang memperhatikan Ketidak-puasan atau Alam Penderitaan dari nama-rupa dalam Lima Kelompok sepanjang Waktu. Dengan demikian ia tidak mempunyai Napsu atau Kemelekatan kepada nama-rupa. Dengan Kata lain ia sedang mendapat Konsep dari



316 Tiada Napsu (Appanihita). Dan bila ia terbebas dari Kekotoran Batin melalui dukkhanupassana, magga-phala-nya atau Kebebasan-nya disebut “Appanihita-Vimokkha” Tiga Vimokkha – Mukha (Tiga Pintu Gerbang ke-Kebebasan). “Mukha” Artinya “Pintu atau Pintu Gerbang” tiga Pintu ke Kebebasan atau Kemerdekaan dari Libatan Kekotoran Batin mengacu balik pada Tiga anupassana. 1. Anattanupassana adalah Sunnata-vimokha-mukha. Ia menyadari bahwa Bentuk2 nama-rupa adalah kosong dari “atta” atau “Diri” atau “Aku”. Sunnata mengacu pada “Tidak ada atta” 2. Aniccanupassana adalah Animitta-vimokha-mukha. Ia mengerti bahwa Bentuk2 nama-rupa adalah tidak Berbentuk, tidak Bertanda atau tiada Kesan. Animitta mengacu pada Keadaan Tiada Tanda dari nama-rupa. 3. Dukkhanupassana adalah Appanihita-vimokha-mukha. Ia mengerti bahwa Bentuk2 nama-rupa hanyalah Penderitaan atau Kesengsaraan. Maka ia mengembangkan Tiada Napsu (tanha) pada Bentuk nama-rupa. Appanihita mengacu pada Keadaan Tanpa Ke-Napsuan. Dalam Kitab Visuddhi Magga (Bab XXI, pasal 70), memberikan Pesan sebagai berikut: 1. Barang Siapa yang di penuhi dengan Keputusan (Adhimokkha), menganggap Semua Bentukan2 sebagai Tidak Kekal (anicca), Seorang seperti itu mencapai Kebebasan Tanpa Tanda. 2. Barang Siapa yang di penuhi dengan Ketenangan, menganggap Semua Bentukan2 sebagai menyakitkan (dukkha), Seorang seperti itu mencapai Kebebasan Tanpa Ke-Napsuan. 3. Barang Siapa yang di penuhi dengan Kebijaksanaan, menganggap Semua Bentukan2 sebagai Bukan-Diri (anatta), Seorang seperti itu mencapai Kebebasan Ke-Kosongan (Sunnata). Tujuh Tingkatan dari Jalan Kemurnian. Jelas di nyatakan di dalam Maha-satipatthana-Sutta bahwa Jalan Satu2-nya menuju Kemurnian absolut dan Pemadaman dari Semua Penderitaan adalah Jalan Mulia Ber-Unsur Delapan (Atthangika-magga).



317 Delapan Unsur Pokok dari Jalan dapat di bagi dalam Tiga Grup yang disebut Sikkha (Pembelajaran atau Latihan). 1 Sila-Sikkha -- Latihan Kemoralan. Terdiri dari Tiga magganga (Unsur2 Pokok dari Jalan). i. Samma-Vaca -- Pembicaraan Benar ii. Samma-Kammanta -- Perbuatan Benar iii. Samma-Ajiva -- Penghidupan Benar. 2 Samadhi-Sikkha -- Latihan Konsentrasi. Ini juga terdiri dari Tiga magganga: i. Samma-Vayama -- Usaha Benar ii. Samma-Sati -- Perhatian Benar iii. Samma-samadhi -- Konsentrasi Benar. 3 Panna-Sikkha -- Latihan Kebijaksanaan. Latihan ini terdiri dari Dua magganga: i. Samma-Ditthi -- Pandangan Benar ii. Samma-Sankappa -- Pikiran Benar. Melalui Pandangan Benar (Kebijaksanaan) akan membimbing Cara melalui Latihan Kemurnian, Seorang harus memulai dengan Sila-sikkha, untuk Keperluan meletakkan Dasar dari Jalan. Berlandaskan pada Dasar Sila Se-seorang akan mengembangkan Konsentrasi (Samadhi-Sikkha), dan berlandaskan Konsentrasi, Seseorang akan melaksanakan Vipassana untuk mengembangkan Kebijaksanaan (Panna). Maka dalam Jalan Kesucian (Visuddhi-Magga), Sila-Visuddhi (Kemurnian Moralitas) datang Pertama, dan Citta-Visuddhi (Kemurnian Pikiran yang mengacu pada Samadhi-Sikkha) datang sesudahnya. Lima Visuddhi Sisa-nya dapat di samakan pada Panna-sikkha (Latihan Kebijaksanaan). Kemajuan sepanjang Jalan itu akan di tandai oleh Tujuh Visuddhi. Visuddhi terakhir menjadi Jalan yang terakhir. Setiap Visuddhi di tandai oleh Vipassana-nana (Pengetahuan Pengertian) tertentu. Fenomena ini bersama dengan Aspek Praktek dari Meditasi Samatha-Vipassana sekarang akan di jelaskan. 1 Sila - Visuddhi (Kemurnian Moralitas). Seorang biasa dapat mencapai Kemurnian Moralitas dengan memenuhi Tiga Sila-magganga:



318 1) Pembicaraan Benar -- Menjauhi Diri dari Berdusta, memfitnah, bicara kasar dan Pembicaraan sia-sia 2) Perbuatan Benar -- Menjauhi Diri dari Membunuh, mencuri, dan Kelakuan Sex yang salah. 3) Penghidupan Benar -- Menjauhi Diri dari Kehidupan yang berhubungan dengan Pembicaraan dan Perbuatan tidak Bermoral. Satu Orang dapat memenuhi Persyaratan Moral diatas dengan menjalankan Lima Ajaran. Lebih baik jika ia dapat menjalankan Delapan, Sembilan atau Sepuluh Ajaran. Kebanyakan Pusat2 Meditasi di Myanmar meminta para Yogi untuk menjalankan Delapan atau Sembilan Ajaran. Satu Alasan Utama adalah untuk menyimpan semua Kesulitan2 dan Uang bagi Persiapan dan Pelayanan Makanan di Sore hari. Alasan lain adalah para Yogi akan mempunyai banyak Waktu untuk Meditasi dan akan bermeditasi lebih baik tanpa makan di Sore dan Malam hari. Jus Buah segar dan minuman dingin tertentu tanpa Susu, Gandum atau segala Sayuran yang di masak di perbolehkan. Bagi para Bhikkhu Kemurnian Moralitas terdiri dari Empat Macam Sila atau Disiplin. 1) Patimokkha-samvara-sila -- Disiplin Moral sebagaimana di jelaskan oleh Patimokkha. 2) Indriya-samvara-sila -- Penuh Perhatian untuk mencegah timbulnya Kekotoran Batin (kilesa) pada Lima Pintu (Mata, telinga, Hidung, Lidah, dan Tubuh) 3) Ajivaparisuddhi-sila -Disiplin sehubungan Kemurnian Penghidupan. 4) Paccayasannissita-sila -Perenungan Keperluan dari menggunakan Keperluan2 Kehidupan supaya mencegah timbulnya Kekotoran Batin dalam menggunakan-nya. Orang2 biasa juga supaya menjalankan Sila diatas karena Sila2 ini tidak saja mengembangkan Budaya Moral tapi juga Budaya Mental Kedua-nya akan meratakan Jalan kepada timbulnya Konsentrasi. Tentu saja Delapan atau Sembilan Ajaran berlaku sebagai Patimokkhasamvara-sila bagi Orang biasa. 2 Citta - Visuddhi (Kemurnian Pikiran) Untuk memurnikan Pikiran para Yogi harus mengembangkan Tiga Samadhi-magganga:



319 i. ii. iii.



Usaha Benar -- Melaksanakan Meditasi Ketenangan Perhatian Benar -- Penuh Kesadaran pada Objek Meditasi Konsentrasi Benar -- Pemusatan Pikiran pada Objek Meditasi



Bilamana Kemajuan Meditasi mencapai pada Keadaan Upacarabhavana tetangga atau Jalan Masuk-Konsentrasi di capai. Pada Keadaan ini Semua Hambatan2 (nivarana) untuk sementara di singkirkan dari Pikiran. Dengan demikian Pikiran terbebas dari Kekotoran Batin (kilesa) dan menjadi Murni. Pada Keadaan ini Yogi di katakan mencapai CittaVisuddhi. Bagaimanapun bila Yogi dapat meningkatkan Konsentrasinya sampai pada Jhana-samadhi (Pencerapan Kesenangan luar biasa) dengan melanjutkan meditasinya hingga mencapai Appana-bhavana, maka Pikiran-nya akan terbebas dari Kekotoran Batin untuk Selang Waktu yang lebih lama. Konsentrasi Jhana jauh lebih Stabil dari pada Jalan Masuk Konsentrasi. Secara Pasti di nyatakan di dalam Kitab Abhidhamma bahwa untuk mencapai Kemurnian Pikiran, Seorang harus mencapai baik Upacarasamadhi (Jalan masuk Konsentrasi) atau Appana-samadhi (Konsentrasi Jhana). Appana-samadhi Artinya Konsentrasi bersekutu dengan Lima Rupavacara jhana atau Empat Arupavacara jhana. Maka untuk mencapai Kemurnian Pikiran, setidak-nya Se-seorang harus mengembangkan Jalan Masuk Konsentrasi. Tanpa Konsentrasi ini Seorang tidak dapat menembus ke dalam Kenyataan Tertinggi dalam Meditasi Pengertian, dan dengan demikian Seorang tidak dapat mencapai Pengetahuan-Pengertian. Satu Penyelidikan yang teliti telah di lakukan di Pa-auk Tawya Meditation Centres bahwa para Yogi malah tidak dapat menembus melalui Tubuh untuk melihat Organ Bagian Dalam, apalagi melihat rupa tertinggi, Citta dalam Pengertian bersambungan dan Cetasika yang bersekutu dengan-nya, bila Se-seorang tidak melengkapi dengan MataSamadhi, yaitu Mata-Pikiran di sertai oleh Jalan Masuk-Konsentrasi atau Konsentrasi-Jhana, lebih kuat lagi Seorang dapat menembus ke dalam Kenyataan tertinggi dan begitulah yang lebih baik. Pembaca harus ingat Perumpamaan Bangunan bertingkat. Bila Seorang melalaikan Satu Tingkat, ia tidak dapat mengambil Tingkat2 yang tersisa. Bila Seorang tidak dapat mengembangkan Kemurnian Moral, ia akan melalaikan Kemurnian Pikiran. Bila Seorang tidak dapat



320 mengembangkan Kemurnian Pikiran, ia akan melalaikan Bangunan Selanjutnya, yaitu Kemurnian Pandangan dan seterusnya. 3 Ditthi Visuddhi (Kemurnian Pandangan) Dilengkapi dengan Mata-Samadhi, per-tama2 Yogi melihat kedalam Tubuhnya untuk melihat beribu-ribu rupa-kalapa (Grup2 Tubuh)timbul dan berlalu terus-menerus. Ia menganalisa kalapa2 itu untuk mengetahui rupa yang tertinggi, yaitu pathavi, apo, tejo, vayo, vanna, gandha, rasa, oja, jivita- rupa (Kehidupan Pisik), cakkhu-pasada, dst… kemudian ia menggolongkan Setiap rupa dengan Cara dari Sifatnya yang penting (lakkhana), Fungsinya atau Sifat2 Dasar (rasa), hasil dari fungsinya atau Cara ia muncul ke dalam Pikiran si Yogi (paccupatthana), dan Sebab2 yang dengan segera yang mengkondisikan Timbulnya (padatthana). Kemudian ia menyelidiki Pikiran-nya dengan memperhatikan Vithicitta sebagaimana mereka terjadi dalam Rangkaian Kesadaran yang bersambungan. Ia menyelidiki semua Citta2 yang timbul dengan teliti di dalam Enam Tipe Vithi (Kesadaran yang bersambungan). Setelah membedakan Setiap Citta, ia menyelidiki Cetasika2 yang bersekutu dengan setiap Citta. Kemudian ia menggolongkan setiap Citta dan tiap2 Cetasika dengan Cara lakkhana, rasa, paccupatthana dan padatthana sebagaimana yang ia telah lakukan dengan tiap rupa. Dengan menggolongkan setiap Tipe Citta, setiap Tipe Cetasika dan setiap Tipe rupa dalam Pikiran dan Tubuhnya, ia jadi mengetahui bahwa hanya Grup Perasaan (Vedana), Grup Pengenalan (Sanna), Grup Bentuk2 Mental (Sankhara), Grup Kesadaran (Vinnana) dan Grup Tubuh (rupa) yang Ada, dan tiada yang lainya seperti sebagai “atta”, “Diri” atau “Ego” pernah ada. Ia juga mengerti bahwa hanya sebagaimana Gabungan dari Roda, As, Badan-Kendaraan, Kuda, dsb…. Disebut Sebuah Kereta, demikian juga Gabungan dari Lima Kelompok (Khandha), disebut “Saya, kamu, dia, ia atau Orang.” Pandangan-nya sekarang bebas dari Gagasan yang salah bahwa “Saya, kamu, dia, ia, atta, diri atau Orang berada”. Ia dikatakan mencapai Pandangan Murni (Ditthi Visuddhi). Kemampuan untuk menggolongkan tiap Tipe Citta, Cetasika dan rupa dengan Cara lakkhana, rasa, paccupatthana dan padatthana, disebut, “Nama-rupa-pariccheda-nana” (Pengetahuan Penggolongan dari Grup Mental dan Grup Tubuh).



321 Pengetahuan ini adalah Petunjuk dari Pandangan Kemurnian. Catatan: Penggolongan Citta, Cetasika dan rupa dengan Cara lakkhana, rasa, paccupatthana dan padatthana di adakan secara Sistimatis di Pa-auk Tawya Meditatioan Centres. 4 Kankha – Vitarana – Visuddhi (Kemurnian dengan mengatasi Keraguan) “Kankha” Artinya “Ragu2”, itu dapat Keraguan secara Intelek ataupun secara etis, ialah Keraguan pada Metode atau cenderung ragu2. Hanya yang cenderung Ragu2, yang sama dengan Vicikiccha, adalah dapat menolak dan merupakan kamma Tidak Bermanfaat, sebagaimana ia menghalangi Pengembangan Bagian Dalam dari Orang. 16 Ke-ragu2-an disebut berurutan dalam Sutta, seperti Sutta Kedua dalam Majjhima Nikaya, adalah sebagai berikut: A Lima Ke-ragu2an berkenaan masa Lampau: 1. Pernah adakah saya di masa Lampau? 2. Atau, tidak pernah adakah saya di masa Lampau? 3. Sebagai Apa saya di masa Lampau? 4. Bagaimana saya telah ada di masa Lampau? 5. Dari Keadaan apa ke Keadaan apa saya berubah di masa Lampau? B 1. 2. 3. 4. 5.



Lima Ke-ragu2an berkenaan pada masa akan Datang: Akan adakah saya di masa akan Datang? Atau, Akan tidak adakah saya di masa akan Datang? Sebagai apa saya di masa akan Datang? Bagaimana saya akan jadinya di masa akan Datang? Dari Keadaan apa ke Keadaan apa saya akan berubah di masa akan Datang?



C 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Enam Ke-ragu2an berkenaan pada masa Sekarang: Adakah saya? Atau, bukan sayakah? Sebagai apakah saya? Bagaimanakah saya? Dari mana Mahluk ini datang? Apakah ia akan pergi?



322 “Kankha-vitarana-visuddhi” Artinya “Kemurnian dengan mengatasi Keraguan” atau “Kemurnian dengan menanggulangi Keraguan”. Maka dengan Maksud untuk mencapai Taraf ini, Seorang harus mengatasi atau menanggulangi 16 Ke-ragu2an yang disebutkan diatas, sama seperti 8 Tipe Vicikiccha yang dijelaskan dalam Abhidhamma (Lihat Bab 2 Hlm. 64 ) Maka Seorang harus mengetahui hidup masa Lampaunya begitu juga hidup masa akan Datangnya dan bagaimana masa Lalu, Sekarang dan masa akan Datang saling berhubungan oleh Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan. Jelas tercantum dalam Kitab Visuddhi Magga (II, 221 Myanmar) dan Abhidhamma-atthakatha (II, 189 Myanmar) bahwa tiada Seorang-pun, bahkan dalam Mimpi, yang menjadi tercerahkan tanpa melihat Hubungan Sebab dari Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dengan Mata-Kebijaksanaan-nya sendiri. Dengan Maksud untuk menghubungkan Mental masa Lampau dan Gambaran Badaniah yang ada Sekarang, Seorang harus mengetahui Mental dan Grup Badaniah dari hidup masa Lampau begitu juga yang ada Sekarang. Lagi untuk menghubungkan masa Sekarang dengan masa akan Datang, Seorang juga harus mengetahui Grup Mental dan Grup Badaniah dari hidup masa akan Datang. Bagaimana Seorang dapat mengetahui Mental masa Lampau dan Gambaran Badaniah yang telah berlarut dan Gambaran masa akan Datang yang belum tiba Keberadaan-nya? Nah, Kemampuan dari Pikiran-Samadhi luar biasa. Kita telah belajar tentang Pubbenivasanussati-abhinna yang dapat mengingat ribuan dari masa Lampau Se-seorang dan Anagatamsanana yang dapat mengetahui Keberadaan masa akan Datang Se-seorang. Dalam Hal Meditasi Pandangan Terang (Vipassana) kita tidak perlu untuk pergi sampai Keadaan-Abhinna dan kita tidak mempunyai Abhinna – Kekuatan yang dapat kita gunakan. Tetapi, bila kita memiliki Samadhi yang diperlukan, Pengetahuan untuk menggolongkan Mental dan Gambaran Badaniah (nama-rupa) ke-dua2nya Bagian Dalam (dalam Diri Se-seorang) dan Bagian Luar (di dalam yang lain), maka kita dapat menelusuri Arus atau Aliran dari timbul dan lenyapnya nama-rupa ke belakang ke Kehidupan masa Lampau. Metode ini di jelaskan dalam Kitab Samyutta Nikaya ( II, 71 Myanmar), di dalam Khajjaniya Sutta, dan itu telah di laksanakan dengan memuaskan di Pa-auk Tawya Meditatioan Centres.



323 Mental dan Grup Badaniah masa akan Datang dapat juga di perhatikan dalam Satu Cara yang sama dengan memeriksa Hasil yang mungkin dari Lima Sebab dari Kehidupan Sekarang. Di Pa-auk Tawya Meditation Centres, Yogi melakukan beberapa Perbuatan Bermanfaat di Tempat Suci dengan mempersembahkan Lilin dan Bunga. Ia melakukan Doa2 yang biasa dan membuat Satu Permohonan untuk menjadi Seorang yang ia inginkan di dalam Penghidupan masa akan Datang sebagai Akibat dari Perbuatan baik itu, Ia memberi Ciri Mental dan Gambaran Badaniah yang timbul selama Penyelenggaraan ini. Ia kemudian pergi ke Ruang Meditasi yang biasa dan bermeditasi bersama dengan para Yogi yang lainnya. Ia mengembangkan Konsentrasi, mengingat Pelaksanaan yang sebelumnya dan Perbuatan Bermanfaat dan lagi menganalisa Mental dan Gambaran Badaniah yang timbul pada Waktu itu. Bila ia mengamati Hasil2 yang sama seperti yang ia catat sebelumnya, ia dipastikan bahwa ia dapat mencirikan Gambaran Bagian Luar nama-rupa. Sekarang dengan berlandaskan pada Lima Sebab masa Sekarang, yaitu, Avijja, tanha, upadana, sankhara, dan kamma-bhava – ia mencoba memvisualisasikan Kehidupan masa akan Datang yang akan di bentuk sebagai Sebuah Akibat. Ia mungkin melihat Kehidupan yang sama seperti yang ia telah harapkan di Tempat Suci, atau itu mungkin Satu yang lain, ialah Kasus yang lebih sering. Apa-pun Kehidupan baru jadinya, Yogi lagi menganalisa Gambaran nama-rupa dari Orang yang baru dan menghubungkan Lima Akibat2 masa yang akan Datang, yaitu, Vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, dan vedana ( lihat Bab. 8 hlm. 243 ) dengan Lima Sebab masa Sekarang. Bila ia benar2 dapat memperhatikan Lima Akibat2 masa akan Datang yang terbentuk sebagaimana Hasil2 dari Lima Sebab masa sekarang, maka ia dipastikan secara meyakinkan bahwa Hubungan masa Sekarang dan masa akan Datang dari Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan berlaku. Hubungan2 Sebab sebagaimana di jelaskan oleh Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dan 24 Kondisi dari Patthana adalah Hubungan Sebab Utama yang mengatur timbul dan berlalunya Mental dan Gambaran Badaniah terjadi dalam Diri kita sendiri sama juga dalam diri yang Lain2nya. Ada Sebab2 segera tertentu yang Yogi harus selidiki. Sebagai Contoh: Empat Sebab harus ada bagi timbulnya Cakkhudvara-vithi (Rentetan Pengenalan Pintu-Mata). Sebab2 ini adalah, Pintu-Mata, Objek yang kelihatan, Cahaya dan Manasikara (Perhatian).



324 Dengan Cara yang sama Empat Sebab2 masing2 di perlukan untuk timbulnya Rentetan Pengenalan-Pintu2 yang Lain. Lagi dalam tiap2 Rentetan Pengenalan (vithi), kusala citta (Bentuk2 Kamma Bermoral) timbul sebagai javana bila ada “Yonisomanasikara” (Pemikiran Bijak), dan akusala citta (Bentuk2 Kamma tidak Bermoral) timbul sebagai javana bila disana ada “Ayoniso-manasikara” (Pemikiran tidak Bijak). Bergantung lagi pada Bentuk2 –Kamma ini, Kesadaran Kelahiran Kembali begitu juga Hasil Kesadaran yang lain timbul dalam Kehidupan selanjutnya. Grup2 Kebutuhan Badaniah di hasilkan oleh Empat Sebab, yaitu, Kamma, citta, Utu (tejo), dan ahara (oja). Sebab2 ini bersama dengan Hasil2 mereka harus di lihat dengan jelas oleh Mata-Samadhi. Ketika Sebab2 yang segera begitu juga Sebab2 Utama bagi timbulnya Mental dan Grup2 Kebutuhan Badaniah telah di selidiki dengan seksama, Yogi dengan pasti mengetahui bahwa Lima Grup dari Kehidupan yang merupakan setiap Mahluk Hidup sedang di hasilkan oleh masing2 Sebab yang bersesuaian. Dengan demikian ia mampu untuk menghilangkan “Pandangan Ke-tiada-Sebab-an” (Ahetuka-ditthi) yang mempercayai timbulnya Mahluk2 Hidup tanpa Sebab Apa-pun, dan juga “Pandangan dari Sebab yang Salah” dari Kehidupan (Visamahetuka-ditthi) yang mempercayai dalam Penciptaan Mahluk Hidup oleh Seorang Pencipta. Lebih lanjut, karena Yogi telah memperhatikan Mata-Rantai yang berkelanjutan dari Hubungan Sebab dan Akibat yang terjadi sehubungan dengan Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan, ia dapat menyingkirkan “Pandangan dari Perbuatan Tidak Berakibat” (Akiriya-ditthi), “Pandangan Nihilisme” (Natthika-ditthi), “Pandangan Jiwa atau Ego yang Abadi” (Sassata-ditthi) dan “Pandangan dari Penghancuran Jiwa atau Ego” (Uccheda-ditthi). Banyak Pendapat2 dan Theori2 Spekulatif, yang sepanjang Waktu telah mempengaruhi dan masih mempengaruhi Umat Manusia dan yang tidak Serasi dengan Hubungan2 Sebab, semuanya dapat di hilangkan. Sekarang Pikiran dari Yogi terbebas dari semua Pandangan Salah. Maka Keadaan dari “Pandangan Kemurnian” (Ditthi Visuddhi) lebih lanjut di perkuat. Disamping itu karena sekarang Yogi telah mengatasi semua 16 Ke-raguan (Kankha) yang disebut diatas begitu juga Kecenderungan Keraguan (Vicikiccha) dengan menghargai Hubungan2 Sebab, ia di katakan menanggulangi atau mengatasi Semua Ke-raguan.



325 Demikianlah ia telah mencapai “Kemurnian dengan mengatasi Keraguan” (kankha-vitarana-visuddhi). Petunjuk dari Keadaan Kemurnian ini adalah Yatha-bhuta-nana (Pengetahuan yang dapat melihat Kenyataan dengan Benar) atau Paccaya-pariggaha-nana (Pengetahuan yang mencakup Semua Sebab2 Mental dan Keadaan Badaniah) Cula – Sotappana ( Pemenang Arus Junior ) “Sotapanna” Ia Seorang yang Mulia (Ariya) yang telah menghapuskan ditthi dan vicikiccha seluruhnya. Ia tidak akan di lahirkan Kembali di dalam Alam apaya dan ia di pastikan memasuki Nibbana dalam tidak lebih dari Tujuh Kelahiran Kembali di Alam-Kama. Sekarang Yogi itu, yang telah mencapai Nama-rupa paricheda-nana dan Paccaya-pariggaha-nana, untuk sementara telah menghapuskan ditthi dan vicikiccha seperti yang di jelaskan diatas. Maka ia mirip Seorang Sotappana tapi ia belum Seorang Sotappana. Ia disebut Seorang Cula-Sotappana Artinya seorang Sotappana Junior. Ia tidak akan di Lahirkan Kembali dalam Alam apaya dalam Kehidupan selanjutnya. Dua Pengetahuan, yaitu Nama-rupa-pariccheda-nana dan Paccayapariggaha-nana sangat penting. Mereka adalah Pengetahuan Dasar dalam Meditasi-Pandangan Terang dan mereka merupakan Dasar2 bagi timbulnya Sepuluh Vipassana-nana dalam Keadaan selanjutnya. Mereka tidak termasuk dalam Vipassana-nana sebab mereka tidak berkonsentrasi pada Tiga Corak Keberadaan (Tilakkhana). Walaupun begitu mereka mengungkap Pengertian Alamiah dari Kenyataan tertinggi yang terdiri dari nama dan rupa. Mereka menjadi Penting sebab mereka menghilangkan Pandangan Salah dan Pandangan Jahat (Miccha-ditthi) dan memperkuat Pandangan Benar (Samma-ditthi). Pandangan Salah di tolak untuk di-jadikan Satu Sumber Aspirasi dan Kelakuan. Ini di nyatakan dalam Kitab Suci Anguttara-Nikaya (Buku ke II, Sutta 22) bahwa: “Tidak ada Hal lain yang saya ketahui pada Pandangan Jahat, O para Bhikkhu, Untuk Satu Hal yang Tidak Bermanfaat yang belum timbul, timbul. Dan Hal yang Tidak Bermanfaat yang telah timbul tumbuh dan jadi sempurna. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari pada Pandangan Jahat, untuk Satu Hal yang Bermanfaat yang belum timbul di halangi Kemunculan mereka, dan Hal yang Bermanfaat yang telah timbul, lenyap. Tidak ada Hal lain yang saya ketahui dari pada



326 Pandangan Jahat, untuk Satu Hal Mahluk2 pada terputusnya Tubuh pada Kematian berlalu pada Jalan Penderitaan dan dalam Dunia yang sengsara ke-dalam Neraka” Lebih lanjut dalam Anguttara Nikaya (Buku II, Sutta 23) di nyatakan bahwa: “Apa-pun Se-orang yang di penuhi dengan Pandangan2 Jahat atau lakukan atau Apa-pun Keinginan yang ia miliki, aspirasi, kerinduan, dan Kecenderungan, Hal2 ini semua membawanya pada Satu Keadaan Tidak di-inginkan, tidak Menyenangkan dan Ketidak-setujuan kepada Satu Sengsara dan Penderitaan” 5 Maggamagga – nanadassana Visuddhi (Kemurnian Pandangan dalam melihat Jalan dan Bukan Jalan) Kriteria dari Kemurnian Pandangan ini adalah Sammasana-nana dan Bagian Pertama dari Udayabbaya-nana. Sammasana-nana adalah Pengetahuan yang dapat menyelidiki Tiga Tanda Sifat dari nama dan rupa di dalam Tigapuluh satu Alam Keberadaan, di mulai pada Keadaan ini. Ada Empat Metode untuk menyelidiki Tiga Tanda2 Sifat dari Keberadaan. 1 Metode Kalapa-Sammasana. Ini adalah Penyelidikan dari Semua Hal2 yang berkondisi (Sankhara atau nama-rupa) di dalam Tiga puluh satu Alam keberadaan dalam Hubungan dari Lima Kelompok tanpa membedakan mereka apakah termasuk di masa Lampau, Sekarang atau masa akan Datang. Mempertimbangkan Semua Grup2 Badaniah di dalam 31 Alam telah timbul karena Sebab2, ia bermeditasi : “Grup Materi ini mempunyai Sifat Alamiah untuk larut dan berlalu, maka ia tidaklah Abadi (anicca). Ia memilih Ketakutan Alamiah sebab dari Kelarutan mereka yang terus menerus, maka ia tidak memuaskan atau Penderitaan (dukkha). Ia tidak memiliki yang Sungguh2 ada yang Penting yang tidak Larut, maka ia bukanlah “Saya”, bukan “Orang”, bukan “Ego” ataupun “Atta” (anatta). Kemudian ia mempertimbangkan Semua Grup2 Perasaan, Grup Pengenalan, Grup Bentuk2 Mental dan pada Giliranya Grup Kesadaran dan bermeditasi dalam Cara yang sama sebagaimana diatas.



327 2 Metode – Addhana – Sammasana. Metode ini menyelidiki Kondisi Mahluk2 di dalam 31 Alam Keberadaan dengan Cara, menyelidiki masa Waktu hidupnya. Ia membagi Mahluk2 ke dalam Grup2 masa Lampau, Sekarang dan masa akan Datang. Ia bermeditasi seperti ini: “Grup materi dalam Kehidupan masa Lampau telah Larut dalam kehidupan masa Lampau. Ia tidak berlangsung terus atau berlalu sampai Sekarang. Disebabkan Alamiahnya dari berlarut dan berlalu, inilah anicca. Disebabkan oleh Alam yang tidak memuaskan, adalah dukkha. Disebabkan oleh Alamiahnya bukan “Ego atau atta”, itu adalah anatta. Kemudian mempertimbangkan Kenyataan bahwa Semua Grup Materi dalam Kehidupan Sekarang akan berlarut dalam Kehidupan ini dan tidak akan berlalu ke Kehidupan masa Datang, lagi ia bermeditasi pada Grup Materi Sekarang sebagai anicca, dukkha dan anatta. Ia bermeditasi dalam Cara yang sama pada Empat Grup Mental, mempertimbangkan Satu Grup pada Satu Waktu. 3 Metode Santati – Sammasana. Metode ini menyelidiki Keadaan Mahluk2 di dalam 31 Alam Keberadaan dalam persyaratan dari Rentetan yang berkesinambungan. Untuk melatih Meditasi ini Yogi membagi Grup Badaniah dalam Satu Kehidupan sebagaimana Sebuah Rentetan dari rupa yang panas, Satu Rentetan dari rupa yang dingin, dsb… Ia kemudian bermeditasi seperti ini: “Rentetan rupa yang panas semua telah larut, ia tidak berlalu melewati Rentetan rupa yang dingin. Sebab dari Kelarutan Alamiahnya, ia adalah anicca. Sebab oleh Alamiah yang tak memuaskan, ia adalah dukkha. Sebab oleh Alamiahnya bukan “ego atau atta, ia adalah anatta”. Dengan Cara yang sama mempertimbangkan berbagai Rentetan Pengenalan dari Kesadaran, ia bermeditasi bahwa Cakkhu-dvara vithicitta segera larut setelah mereka di bentuk dan mereka tidak berlalu terus ke Sota-dvara vithi-citta, bahwa Sota-dvara vithi-citta juga larut dengan segera setelah mereka di bentuk dan mereka tidak berlalu ke ghana-dvara vithi-citta, dan seterusnya. Demikianlah mereka adalah anicca, dukkha, dan anatta berkenaan dari Keberlarutan mereka , Ketidak puasan dan bukan “ego atau atta”.



328 4 Metode Khana - Sammasana. Metode ini menyelidiki Keadaan Mahluk2 dalam 31 Alam Keberadaan dengan Cara Kesementaraan. Ia bermeditasi seperti ini : “Grup Badaniah yang terbentuk di Saat masa Lampau semuanya telah larut di masa Lampau. Ia tidak berlalu terus ke Saat Sekarang. Disebabkan oleh Alamiah Kelarutan, itu adalah anicca. Disebabkan oleh Alamiah tidak memuaskan, itu adalah dukkha. Disebabkan oleh Alamiahnya bukan ‘ego atau atta’ itu adalah anatta” “Grup Mental (Citta dan Cetasika) yang telah timbul pada Saat atitabhavanga semua sudah larut pada Saat itu. Mereka tidak lewat ke Saat bhavanga-calana. Disebabkan Alamiahnya Kelarutan, mereka adalah anicca. Disebabkan dari Ketidak-puasan mereka, adalah dukkha. Disebabkan Alamiah mereka bukan ‘ego atau atta’, mereka adalah anatta”. “Grup2 Mental (Citta dan Cetasika) yang telah timbul pada Saat bhavanga-calana semua sudah larut pada Saat itu. Mereka tidak lewat terus ke Saat bhavangu-pacceda. Disebabkan dari Alamiah mereka berlarut, mereka adalah anicca. Disebabkan dari Alamiah mereka bukan ‘ego atau atta’, mereka adalah anatta” Yogi dapat memperluas Metode ini sejauh Pengetahuan-nya meliput Fenomena Alam dari nama dan rupa. Bagi para Yogi, yang telah secara teratur menyelidiki Lima Grup dari Keberadaan pada Saat Sekarang begitu juga pada masa Lampau dan Kehidupan masa Depan, dan telah menggolongkan setiap Tipe dari rupa, citta dan cetasika dengan Bantuan dari lakkhana, rasa, paccupatthana, padatthana dan juga telah menghubungkan Kenyataan2 tertinggi ini sesuai dengan Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan, mereka dengan jelas melihat Mata Rantai yang panjang dari timbul dan lenyapnya Fenomena nama-rupa membentang dari Permulaan sekali Kehidupan masa Lampau yang mereka telah selidiki ke Kehidupan masa Lampau berikutnya, ke Kehidupan Sekarang kemudian ke Kehidupan masa akan Datang. Karena mereka dapat melihat timbul dan lenyapnya dari nama dan rupa sendiri2 dalam Mata Rantai, mereka dapat dengan mudah bermeditasi pada Tiga Sifat Keberadaan. Menurut Pengalaman para Yogi dari Pa-auk Tawya, Mata Rantai yang panjang dari timbul dan lenyapnya Mental dan Fenomena Badaniah begitu jelas bahwa mereka hanya mengamati timbul dan lenyapnya Fenomena itu dan bermeditasi pada mereka dengan Cara aniccanupassana selama 10 – 15 Menit, kemudian dengan Cara



329 dukkhanupassana selama 10 – 15 Menit lagi dan lagi dengan Cara anattanupassana selama 10 – 15 Menit. Sebagaimana mereka meneruskan Meditasi dan memutar anupassana secara bergiliran, Kesanggupan mereka untuk menyelidiki Petunjuk Tiga Sifat dari nama dan rupa lebih baik dan lebih baik sampai mereka sanggup untuk melihat Saat timbul , Saat berada dan Saat larutnya dari setiap nama dan rupa. Ini adalah Titik tertinggi dari Sammasana-nana. Kemudian Barang2 yang berkondisi di selidiki menurut Hubungan2 Sebab. Karena Timbulnya Sebab, Akibatnya timbul. Ketika Sebab lenyap, Akibat juga lenyap. Sebab2 yang mengkondisikan timbulnya rupa adalah avijja, tanha, kamma dan ahara. Sebab2 yang mengkondisikan timbulnya Cetasika adalah avijja, tanha, kamma dan phassa. Sebab2 yang mengkondisikan timbulnya Citta adalah avijja, tanha, kamma dan nama-rupa. Hal2 ini Yogi mengetahuinya dengan baik. Dengan bermeditasi dengan Cara ini Ribuan kali Pengetahuan menyelidiki Yogi di tingkatkan lagi dan lagi hingga ia sanggup melihat Saat timbul dan Saat lenyap dari nama-rupa sangat jelas. Pada Keadaan ini, Yogi menghentikan mempertimbangkan Hubungan Sebab-Akibat, dan berkonsentrasi pada Saat timbul dan Saat lenyapnya nama-rupa. Fenomena Timbul dan Lenyapnya Mental dan Grup2 Badaniah menjadi sangat jelas ketika Pengetahuan yang di kenal sebagai Udayabbaya-nana yang mengamati Fenomena ini juga timbul. Sebagaimana Pengetahuan berkumpul dalam Kekuatan, Sepuluh Upakkilesa (Ketidak-murnian atau Kekurangan) biasanya timbul. Upakkilesa ini sangat jelas, dan dengan demikian mereka menunjukan Satu Ukuran yang sangat baik untuk menilai Apakah Seseorang benar2 telah mencapai udayabbaya-nana. Upakkilesa ( Sepuluh Ketidak-murnian dari Vipassana ) 1) Obhasa -- Sinar memancar dari Tubuh sehubungan dari Pengertian. 2) Piti -- Lima macam Ke-gairahan (Kegembiraan yang belum pernah terjadi sebelumnya) 3) Passadhi -- Ke-dua2nya kaya dan citta-passadhi – Ketenangan atau Kesunyian 4) Adhimokkha -- Kemampuan untuk mengatur Kekuatan Keyakinan. 5) Paggaha -- Usaha yang keras yang menyokong vipassana citta



330 6) Sukha -- Perasaan menyenangkan pada sekujur Tubuh dikarenakan Cittaja-rupa yang Bermanfaat. 7) Nana -- Pengertian Kebijaksanaan yang cepat. 8) Upatthana -- Penuh Perhatian tetap pada kammatthana. 9) Upekkha -- Tatramajjatupekkha dan avajjanupekkha, (Yang lebih dulu menunjukan tatramajjatata cetasika yang dapat mengamati Gejala tanpa Usaha, yang belakangan mengacu pada Cetana bersekutu dengan avajjana-citta yang dapat menggambarkan Gejala dengan cepat) 10) Nikanti -- Kemelekatan halus pada vipassana-nana yang disertai oleh piti, passadhi, sukha dan obhasa. Dari Sepuluh Ketidak-murnian tersebut diatas itu, hanya nikanti (Kemelekatan) termasuk kilesa (Kekotoran Batin). Sisa-nya adalah Kualitas yang Bermanfaat. Namun bila Seorang mendapat Mutu ini, terutama Cahaya-Tubuh, Kegembiraan yang belum pernah di alami, Ketenangan dan Kebahagiaan berkenaan dari Perasaan menyenangkan, Semangat Ke-Agamaan yang kuat Sebab Keyakinan yang besar, Pengertian Kebijaksanaan dan Kemampuan untuk mengamati timbul dan berlalunya Hal2 yang Berkondisi sangat cepat dan dengan mudah, Se-seorang mungkin mengembangkan menggenggam ditthi (Pandangan Salah bahwa itu semua terjadi pada Diri saya ), mana yang keji (Kebanggaan bahwa Saya sendiri saja yang memiliki Mutu luar biasa ini ) dan menggenggam tanha (Kemelekatan yang kuat bahwa Mutu2 ini milik Saya). Ditthi, mana, dan tanha ini sebenarnya Kekotoran Meditasi Se-seorang Sebab mereka adalah benar2 Kekotoran Batin (Kilesa). Beberapa Yogi dengan Pengetahuan Dhamma yang masih dangkal malah berpikir bahwa mereka mencapai magga dan phala ketika mereka mendapat Aura yang tidak biasanya, Gembira, Ketenangan dan Kebahagiaan. Orang2 ini semua yang mempunyai Satu Pandangan Salah (ditthi) atau Satu Kebanggaan yang buruk (mana) atau Satu Gangguan Kemelekatan (tanha) berada pada Jalan yang Salah, Meditasi mereka akan terhenti sama sekali dan malah mungkin jadi menurun. Bagi Orang2 yang mempunyai Pengetahuan Dhamma yang cukup, mengetahui dengan baik bahwa Fenomena yang tidak biasa ini, Aura, Girang, Kebahagiaan dsb… hanyalah upakkilesa dan bahwa mereka belum mendapat magga atau phala. Untuk berada pada Jalan yang



331 Benar, Se-seorang harus bermeditasi pada timbul dan lenyapnya Hal2 yang berkondisi. Pengetahuan ini yang dapat membedakan antara Jalan Salah dan Jalan yang Benar di sebut Maggamagga-nanadassana visuddhi. Yogi yang memiliki Pengetahuan ini di katakan mencapai Kemurnian Pandangan melihat Jalan dan yang Bukan-Jalan. 6 Patipada – nanadassana – visuddhi. ( Kemurnian Pandangan dari kemajuan Jalan ) Kemurnian Pandangan dari Kemajuan Jalan berjarak dari Bagian Udayabbaya-nana yang belakangan sampai pada Vipassana-nana terakhir, mencakup Sembilan Pengetahuan Pengertian Seluruhnya. Pengetahuan2 ini harus di kembangkan Satu setelah yang Lainya dengan sungguh2 dan Meditasi yang kuat pada Tiga Petunjuk Sifat Barang2/Hal2 yang Berkondisi (Sankhara-nama-rupa). Udayabbaya – nana. Setelah mencapai Kemurnian Pandangan melihat dengan jelas Jalan dan Bukan-Jalan, Yogi dengan giat melakukan Meditasi-Vipassana lagi, bermeditasi pada Tiga Petunjuk Sifat Keberadaan, dengan Perhatian Khusus pada Fenomena Timbul dan Lenyapnya Barang2/Hal2 yang Berkondisi. Ber-angsur2 udayabbaya-nana Yogi menjadi masak. Bhanga – nana Sebagaimana Pengetahuan Pengertian dari Yogi ber-angsur2 berkembang, Yogi sanggup mencatat Timbul dan Lenyapnya nama dan rupa lebih dan lebih cepat lagi. Karena nama dan rupa timbul dan lenyap pada Kecepatan luar biasa ber-miliar kali per Detik, Tak ada Yogi yang sanggup memperhatikan Semua Citta dan Cetasika sebagaimana mereka timbul dan lenyap. Bahkan ketika ia dapat mencatat lebih cepat, ia tidak akan memperhatikan lagi Fenomena Timbulnya, semua yang ia perhatikan hanyalah Fenomena Padamnya. Apa-pun ia melihat pada Padamnya dari Hal2 yang Berkondisi. Pengetahuan yang mengamati Padamnya dari nama dan rupa tertinggi yang terus menerus di sebut Bhanga-nana. Bila Yogi dapat mengamati Saat Padamnya Bhanga-nana, yang menyelidiki Saat Padamnya dari Satu Hal/Barang yang Berkondisi, dengan



332 Sebuah bhanga-nana berikut-nya, dikatakan mencapai Titik tertingginya.



maka



Bhanga-nana-nya



Bhaya -- nana Ketika Yogi mengamati Padamnya Hal2 yang Berkondisi yang tiada hentinya terus menerus, ia menyadari Alamiah dari nama-rupa dan Lima Kelompok Keberadaan yang menakutkan. Yogi dikatakan mencapai Bhaya-nana yaitu Pengetahuan yang menyadari Alamiah dari nama-rupa yang menakutkan. Adinava – nana Ketika Yogi memiliki Pengetahuan yang menyadari Alamiah yang menakutkan dari nama-rupa, ia mendapatkan nama-rupa yang cacat dan secara Alamiah yang tidak memuaskan. Demikian ia juga mencapai Adinava-nana, yaitu Pengetahuan yang menyadari cacat dan Ketidak-memuaskan dalam nama-rupa. Nibbida – nana Ketika Yogi mendapatkan Cacat dalam nama-rupa dan mengetahui dengan baik bagaimana Tidak memuaskannya Hal2 yang Berkondisi itu adanya, ia mengembangkan Ke-jijik-an pada Hal2/Barang2 ini. Ia tidak lagi berbahagia memiliki mereka. Ia di katakan mengembangkan Nibbida-nana yaitu Pengetahuan dari Ke-jijikan dalam nama-rupa. Muncitukamyata – nana. Ketika Yogi telah mempunyai Ke-jijikan pada nama-rupa, Barang2 yang Berkondisi, ia ingin lepas dari Belitan nama-rupa bagaikan seperti Ikan dalam Jaring Nelayan dan bagaikan Katak kecil dalam Mulut Ular ingin melepaskan Diri. Demikianlah Muncitukamyatanana, yakni Pengetahuan dari Ke-inginan untuk melepaskan Diri dari Belitan nama-rupa di dalam Pikiran Yogi. Patisankha – nana. Yogi, yang ingin melepaskan Diri dari Jaring nama-rupa mendapatkan tidak ada Jalan keluar selain bermeditasi pada Tiga Sifat Keberadaan dalam Lima Kelompok baik Bagian Dalam maupun Bagian Luar. Ada Sebuah Perumpamaan yang baik disini. Seorang Nelayan menggunakan Keranjang Bambu berbentuk Genta dengan



333 Bawahnya terbuka lebar untuk menangkap Ikan. Ia menurunkan Keranjang itu kedalam Air pada Sebuah anak Sungai sampai menyentuh Dasarnya, memasukan Tangan-nya dari Bagian Mulut Keranjang yang sangat sempit di Bagian Atas-nya dan mengaduk Air dalam Keranjang untuk mengetahui Apakah keranjang telah menangkap Ikan. Bila Tanganya menyentuh Seekor Ikan ia akan menangkapnya. Kalau tidak ia akan mengangkat Keranjang dan menurunkan lagi dan lagi ke dalam Air beberapa Langkah dari Tempat terdahulu. Sekarang Tangan-nya menyentuh Sesuatu seperti Seekor Ikan. Ia menggenggamnya dan mengangkat keluar Air. Ketika Bagian atas Binatang itu menyembul diatas Permukaan Air ia melihat Tiga Garis mengelilingi Lehernya dan ia mengetahui itu adalah Seekor Cobra Air. Sekarang Ular itu mempunyai Bisa yang beracun, Ular itu dapat membunuhnya bila ia mempunyai Kesempatan untuk menggigitnya. Pada Awalnya ia berpikir bahwa ia telah menangkap Seekor Ikan Besar dan ia bergirang hati. Setiap Kesenangan Duniawi merasakan Senang dalam Satu Cara yang sama untuk memiliki Pikiran dan Tubuh sebab ia belum mengetahui Alamiah yang menakutkan dari nama-rupa. Ketika Nelayan itu melihat Tiga Garis di Leher Ular itu, ia mengetahui Ular itu adalah Seekor Cobra Air dan sangat berbahaya. Ini adalah Keadaan yang sama ketika Yogi melihat Tiga Petunjuk Sifat dari Keberadaan dan Alamiah yang menakutkan dari Barang2/Hal2 yang Berkondisi (nama-rupa). Ini adalah Waktu ketika Yogi mencapai Bhaya-nana. Ketika Nelayan melihat Bahaya, ia mendapatkan Keadaan tidak memuaskan dan Ular itu jadi memuakkan. Dalam Cara yang sama, Yogi, yang menyadari Alamiah yang menakutkan dari Hal2 Berkondisi, mendapatkan mereka jadi tidak Memuaskan dan mengembangkan Ke-muakan pada mereka. Ini sesuai pada Waktu Yogi masing2 mengembangkan Adinava-nana dan Nibbida-nana. Sekarang si Nelayan tidak lagi berbahagia mempunyai Ular dalam Tangan-nya dan ia mengembangkan Satu Keinginan yang kuat untuk menghindar dari si Ular. Ini adalah sama dengan Keadaan ketika Yogi mencapai Muncitukamyata-nana dan ingin melepaskan Diri dari Belitan nama-rupa. Si Nelayan, yang ingin melepaskan Diri dari Ular, tidak berani melepas Ular itu, sebab ia akan menggigitnya bila ia



334 melepaskannya. Maka apakah ia suka atau tidak, ia menggenggam Ular itu menariknya keluar Air, mengangkatnya diatas Kepala, memutar2nya tiga atau empat kali, melemparkannya sejauh yang ia bisa dan bergegas naik ke Darat. Dengan Cara yang sama Yogi itu, yang ingin melepaskan Diri dari nama dan rupa, tidak dapat mengabaikan dan melupakan mereka. Ia harus menggenggam mereka dengan kuat dengan bermeditasi pada Tiga Petunjuk Sifat dari Keberadaan. Ini sesuai dengan Patisankha-nana. Sankharupekkha – nana. Nelayan itu, yang telah melemparkan Ular dan bergegas ke Darat, segera merasa aman dan santai. Dengan Cara yang sama, Yogi yang dengan tekun bermeditasi pada Tiga Sifat dari Hal2 yang Berkondisi, segera mengembangkan Keseimbangan di tujukan pada nama-rupa, ia tidak lagi merasa muak atau melekat pada nama-rupa. Ia dapat menjaga Satu Pikiran seimbang walaupun ia sedang mengamati Alamiah sebenarnya dari nama dan rupa. Lagi, disini ada Sebuah Gambaran yang bagus. Se-orang Lelaki mempunyai Seorang Istri yang cantik. Kita mungkin berpikir bahwa ia beruntung. Tetapi Kecantikan Istrinya menarik Perhatian Lelaki2 yang lain, beberapa dari mereka mengeluarkan Cara mereka sendiri menggunakan setiap Kesempatan untuk mendapatkan Cinta-nya. Bila si Istri tidak setia atau bila Pikirannya tidak kuat, ia bisa melakukan Perzinahan. Sekarang Istri Lelaki itu tidak setia. Ia pergi keluar dengan beberapa Laki2. Suaminya jadi sangat tidak bahagia dan memohon pada Istrinya supaya setia kepadanya. Si Istri menolak untuk mematuhinya. Ia terus saja pergi keluar dengan Laki2 lain. Orang itu jadi sangat marah dan dia tidak dapat menanggungnya lebih jauh, Maka dia menceraikannya melalui Pengadilan. Setelah itu, walaupun lelaki itu mengetahui bahwa ia sedang pergi keluar dengan beberapa Lelaki sebagaimana biasanya, dia tidak merasa marah karena Kelakuannya tidak lagi menjadi Kepentingannya. Dengan Cara yang sama, Yogi itu yang telah mengembangkan Sankharupekkha-nana, dapat mencapai Keseimbangan menuju nama-rupa dan Hal2 yang Berkondisi walaupun ia sedang memperhatikan Pemadaman yang terus menerus dan Alamiah mereka yang tidak memuaskan.



335



Anuloma – nana. Yogi itu, yang dapat mencapai Keseimbangan menuju nama-rupa dan Hal2 yang Berkondisi, melanjutkan Meditasinya pada Tiga Sifat Keberadaan dengan Cara Tiga Anupassana. Bagaimana-pun, Pikiran-nya tidak lagi ingin memperhatikan HaL2 yang Berkondisi. Pikiran-nya mencari Nibbana, dan selama ia tidak mendapatkan Nibbana, ia terus memperhatikan Hal2 yang Berkondisi. Ketika ia mendapatkan Nibbana, bagaimana-pun, ia berpisah dari Hal2 yang Berkondisi dan memasuki Kerajaan Nibbana. Lagi, disini kita mendapatkan satu Perumpamaan yang indah. Di zaman dahulu para Pelaut menggunakan beberapa Burung Gagak pada Pelayaran mereka. Setelah berlayar sejumlah Hari tertentu, mereka mengharapkan melihat Daratan. Bila tiada Tanda Daratan kelihatan, mereka melepaskan Seekor Gagak untuk terbang dalam Jurusan Arah Kapal berlayar. Si Gagak akan terbang sejauh yang ia bisa, dan bila tidak ada tempat Daratan, ia kembali ke Kapal dan hinggap di atas Tiang Layar. Setelah berlayar beberapa hari, lagi Pelaut itu melepas Gagak yang lain. Gagak akan terbang sejauh yang ia bisa , bila ia tidak melihat Daratan, ia akan kembali. Tetapi bila ia melihat Daratan, ia akan terbang ke Darat tanpa kembali ke Kapal. Kemudian Pelaut mengetahui bahwa Daratan telah dekat dan Kapal berlayar menuju Daratan. Dalam Cara yang sama Pikiran yang menyelidiki akan terus kembali pada Sankharupekkha-nana selama ia tidak melihat Nibbana, ia tidak akan kembali, ia terus maju menuju Nibbana melalui maggavithi. Magga vithi telah di bicarakan pada Hlm. 131 Dalam Bab IV. Ia terjadi seperti ini : A Magga-vithi pada Orang manda-panna (Kurang cerdas): “Na – Da – Ma – Pa – U – Nu – Go – Magga – Phala – Phala” – Bha – B Magga-vithi pada Orang tikkha-panna (Cepat cerdas): “Na – Da – Ma – U – Nu – Go – Magga – Phala – Phala – Phala” – Bha – Pada Vithi diatas, Pengetahuan Pengertian bersekutu dengan ‘Pa – U – Nu’ dikenal sebagai Anuloma-nana.



336 Pa -- parikamma : Persiapan bagi timbulnya magga. (ia tidak ada pada Orang yang tikkha-panna) U -- upacara : Mendekati magga. Nu -- anuloma : Penyesuaian atau Sambungan/Hubungan. Go -- gottrabhu : Citta yang memutus Garis – putthujjana untuk membentuk Garis ariya. Pada Rentetan Kesadaran diatas, parikamma, upacara dan anuloma citta mengambil tilakkhana sebagai Objek mereka dan makanya mereka termasuk dalam Vipassana citta.. Gottrabhu – nana. Gottrabhu, disamping itu, mengambil Nibbana dan bukan tilakkhana sebagai Objeknya. Maka ia tidak termasuk dalam Vipassana-citta. Pengetahuan Pengertian bersekutu dengan gottrabhu disebut Gottrabhu-nana. Magga – nana dan Phala – nana. Sebagaimana gottrabhu menunjukkan Jalan menuju Nibbana, Magga-citta dan Phala-citta segera mengikutinya mengambil Nibbana sebagai Objek mereka. Kebijaksanaan (panna) bersekutu dengan Magga dan Phala masing2 disebut Magga-nana dan Phala-nana. Magga-nana, meskipun ia timbul hanya Sekali, ia sangat kuat. Ia secara serentak menyelesaikan Empat Fungsi, yaitu: 1) Pemahaman Kebenaran dari Penderitaan. 2) Penghapusan Napsu Keinginan ialah Penyebab dari Penderitaan. 3) Realisasi Nibbana, dan 4) Pengembangan seluruhnya Delapan Unsur Pokok dari Jalan. “Sebagaimana Pengembara di malam hari melihat Pemandangan di sekitarnya dengan Cahaya Penerangan dan demikian Gambaran di dapat dengan baik di hadapan Mata-nya yang terkena Cahaya, demikian Pencari Perorangan, dengan Cahaya terang dari Pengertian, melihat Nibbana dengan Kejelasan bahwa Gambar setelahnya tidak pernah Pudar dari Pikiran-nya.” --Dr. Paul Dahlke—



337 Sang Jalan (Magga) segera di ikuti oleh Dua atau Tiga Phala, yaitu Buah2 dari Jalan. Inilah Alasannya mengapa Dhamma di sebut “akalika” (Mengesankan dengan segera). Paccavekkhana – nana. Setelah magga-vithi dan sedikit bhavanga-citta, biasanya Lima paccavekkhana timbul. Dengan Vithi ini Yogi; ( 1 ) Membayangkan Jalan, ( 2 ) membayangkan Buah2, ( 3 ) membayangkan Nibbana yang ia telah realisasikan, ( 4 ) membayangkan Kekotoran Batin yang ia telah Hancurkan dan ( 5 ) membayangkan Kekotoran Batin yang ia harus Hancurkan. Pengetahuan yang bersekutu dengan paccavekkhana-javana-citta disebut Paccavekkhana-nana. Enambelas – nana dalam Urutan. Sampai Sekarang Yogi telah mencapai 16 nana, yaitu, Nama-rupa pariccheda-nana, Paccayapariggaha-nana, Sepuluh Vipassana-nana (Sammasana-nana hingga Anuloma-nana), Gottrabhu-nana, Magganana, Phala-nana, dan Paccavekkhana-nana. 7 Nanadassana – Visuddhi. ( Kemurnian Pandangan Pengetahuan dari Empat Jalan ) Usaha untuk memurnikan Pikiran Tahap demi Tahap di mulai dengan Sila-visuddhi. Ketika anuloma-nana dicapai, Enam Tahap Pertama telah Lengkap. Pada Pencapaian Magga dan Phala, Tahap terakhir dari Kemurnian di sebut nanadassana-visuddhi di capai. Nanadassana-visuddhi terdiri dari Empat Magga yang memahami Empat Kebenaran Mulia secara langsung dan memurnikan Pikiran dari Semua Kekotoran2 Batin setahap demi Setahap seperti yang di jelaskan dibawah; 1 Sotapattimagga -- Itu adalah Magga Pertama yang di capai oleh Yogi. Itu dapat dianggap sebagai Tahap Pertama dari Kesucian. Sota -- Arus yang menuju ke Nibbana. Apatti -- Memasuki untuk Pertama kali. Magga -- Jalan Utama Berunsur Delapan. Sotapattimagga menghancurkan Dua Kilesa (Kekotoran Batin), yaitu, ditthi dan vicikiccha dan Tiga Belenggu (Samyojana) yaitu, Sakkaya ditthi, Vicikiccha dan Silabbataparamasa.



338 Sakkaya-ditthi -- Kepercayaan Pribadi menganggap Gabungan yang rumit dari Mental – Kelompok Pisik sebagai Orang atau Diri atau “Aku”. Vicikiccha -- Ke-raguan tentang ( 1) Buddha, ( 2 ) Dhamma, ( 3 ) Sangha, ( 4 ) Latihan, ( 5 ) Hidup masa Lampau, ( 6 ) Hidup masa akan Datang, ( 7 ) Ke-dua2nya Hidup masa Lampau dan masa akan Datang, dan ( 8 ) Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan. Silabbataparamasa -- Ketaatan pada Ajaran Pandangan Salah bahwa Se-seorang menjadi Suci dan dapat di bebaskan dengan Cara2 Moralitas sebagai Sapi dan Anjing atau dengan Ritualitas2 dan Upacara2. 2



Sakadagami – magga -- Itu adalah Magga Kedua yang di capai dan bisa di anggap sebagai Kesucian Tahap Kedua. Itu tidak menghancurkan Satu-pun Kilesa dan Belenggu yang tersisa, tapi mengurangi Kekuatan dari Kekotoran2 Batin ini.



3 Anagami – magga -- Itu adalah magga Ketiga yang di capai dan bisa di anggap sebagai Kesucian Tahap Ketiga. Itu menghancurlkan Satu Kilesa lagi, yakni, dosa (Kebencian), dan Dua Belenggu lagi – yaitu Kamaraga dan Patigha. Dosa – Patigha -- Kebencian atau Kehendak Jahat. Kamaraga -- Kemelekatan pada Objek2 Indera. 4 Arahatta – magga -- Itu adalah Magga Keempat yang di capai oleh Yogi dan dapat di anggap sebagai Tahap Keempat dan Tahap terakhir dari Kesucian. Itu menghancurkan semua Kilesa dan Belenggu yang tersisa. ARIYA (Orang2 mulia). Ada Delapan Tipe dari Ariya – yaitu, Empat Orang2 – Maggattha dan Empat Orang2 – Phalattha. Orang2 –Maggattha, bagaimana-pun hanya ada untuk setiap Satu Saat Kesadaran, ialah, selama mereka sedang mengalami Magga-citta. Setelah Padamnya Magga-citta, mereka menjadi Orang2-Phalattha. Sebagai Contoh; Se-orang disebut Orang Sotapatti-maggattha selagi Sotapatti-maggacitta sedang timbul dalam Dirinya. Setelah Padamnya citta ini, Sotapatti-phala citta timbul dalam Dirinya dan ia dikenal



339 sebagai Se-orang Sotapatti-phalattha atau Sotapanna dari Saat ini, selanjutnya. Bila Seorang Sotapanna lagi melaksanakan Meditasi Vipassana, ia akan mencapai Sakadagami-magga dalam Hal ini. Selama magga-citta Kedua ini, ia disebut Se-orang Sakadagami-maggattha. Setelah Padamnya citta ini, Sakadagami-phala-citta timbul dalam Dirinya dan ia dikenal sebagai Seorang Sakadagami-phalattha atau Sakadagami dari Saat ini, selanjutnya. Seorang Sakadagami lagi bisa melaksanakan Meditasi Vipassana. Ketika ia mencapai magga Ketiga. Ia dikenal sebagai Seorang Anagamimaggattha sampai magga-citta berakhir. Segera setelah magga-citta padam, anagami-phala-citta timbul dalam Dirinya dan ia disebut Seorang Anagami-phalattha atau Anagami sejak Saat itu, selanjutnya. Lagi Seorang Anagami bisa melaksanakan Meditasi Vipassana, dan ketika ia mencapai magga- Ke-empat , ia menjadi Seorang arahattamaggattha. Tapi segera begitu arahatta-magga-citta padam, arahattaphala-citta timbul dan ia menjadi Seorang Arahatta-phalattha atau Arahat sejak Saat itu selanjutnya. Demikian Empat Orang2 maggattha berada untuk Satu Durasi yang singkat bahwa mereka tidak dapat di tunjukkan. Hanya Empat Orang2 phalattha dapat di tunjukkan. Sifat2 mereka yang jelas dapat di amati sebagai berikut : 1 Sotapanna atau Sotapan. Seorang Sotapanna adalah Seorang yang telah mencapai sotapatti-magga dan sotapatti-phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian atau Nibbana bilamana ia menginginkan dengan mengembangkan Pencerapan Meditatif sesuai sebagai sotapatti-phala-samapatti. Ia disebut Seorang Pemenang Arus sebab ia telah memasuki Arus yang menuju ke Nibbana. Arus menunjukkan Jalan Utama Beruas Delapan. Ia bukan lagi Seorang yang terikat Keduniawian (putthujjana), tapi Seorang Ariya (Orang Mulia). Seorang Sotapanna telah menghapuskan Dua Kekotoran Batin yang paling Buruk, yakni Ditthi dan Vicikiccha, dan Tiga Dasar Belenggu, yaitu, Sakkaya ditthi, Vicikiccha dan Silabbataparamasa. Ia juga telah menghapuskan Sifat2 Jahat dari Kekotoran Batin yang masih ada – Sifat2 yang dapat menjerumuskan Satu Orang ke Tempat tinggal apaya. Maka



340 bagi-nya, Pintu2 dari Alam apaya tertutup selamanya, walaupun ia akan di lahirkan ke Dunia lagi. Ia mempunyai Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma dan Sangha. Ia juga akan tabah menjalankan Lima Ajaran dan akan berpantang dari melakukan Apa-pun dari Sepuluh Akusala-kamma-patha, yakni, Sepuluh ducarita atau Perbuatan2 Tidak Bermanfaat. Empat lobha-mula ditthigatasampayutta-citta dan moha-mula-vicikiccha-sampayutta-citta tidak akan pernah timbul dalam Dirinya. Ia mungkin, bagaimanapun, menikmati Kenikmatan Indera sebagaimana Seorang biasa. Tetapi ia tidak akan di lahirkan Kembali lebih dari Tujuh kali di dalam Alam-Indera (kama-loka). Ia akan menjadi Seorang Arahat sesuai dengan Keadaan dan setelah Kehidupan terakhirnya, ia akan menikmati Kedamaian Nibbana selamanya. Ada Tiga Tipe dari Sotapanna: i. Sattakkhattu-parama-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki Nibbana setelah Tujuh Kehidupan. ii. Kolamkola-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki Nibbana setelah Dua sampai Enam Kehidupan. iii. Ekaviji-sotapanna -- Se-Orang yang memasuki Nibbana setelah Satu Kehidupan. 2 Sakadagami atau Sakadagam. Seorang Sakadagami adalah ia yang telah mencapai sakadagamimagga dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian Nibbana bila ia menginginkan dengan mengembangkan Pencerapan Meditasi sesuai dengan sakadagami-phala-samapatti. “Sakadagami” secara Literatur artinya “Yang Kembali sekali”. Seorang Sakadagami akan di Lahirkan Kembali hanya Sekali lagi di Alam Indera. Ia kemudian akan menjadi Seorang Arahat dan, setelah Kehidupannya yang terakhir, ia akan berada di dalam Nibbana. Citta yang timbul pada Seorang Sakadagami adalah sama sebagaimana yang timbul pada Seorang sotapanna dengan hanya Satu Kekecualian bahwa Seorang Sakadagami menikmati sakadagami-phala-samapatti sebagai ganti dari sotapatti-phalasamapatti.



341 Dibandingkan pada Seorang Sotapanna, Seorang Sakadagami mempunyai raga berkurang, (Napsu, Keserakahan), dosa (Kehendak Jahat, Kebencian) dan moha (Ke-bodohan). Maka ia lebih Mulia dari pada Seorang Sotapanna. Ada Enam Macam Sakadagami, yaitu; i. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia dan mencapai parinibbana disini. ii. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia dan mencapai parinibbana dalam Satu Alam Dewa. iii. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa dan mencapai parinibbana disana. iv. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa dan mencapai parinibbana dalam Alam Manusia. v. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Alam Manusia, dan setelah Satu kali diLahirkan Kembali dalam Satu Kerajaan Dewa, mencapai parinibbana dalam Alam Manusia. vi. Mereka yang mencapai Sakadagami dalam Satu Kerajaan Dewa, dan setelah Sekali diLahirkan Kembali dalam Alam Manusia, mencapai parinibbana dalam Satu Kerajaan Dewa. 3 Anagami - Anagam. Seorang Anagami adalah ia yang telah mencapai anagami-magga dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan dengan mengembangkan Pencerapan Meditasi sesuai dengan anagamiphala-samapatti. “Anagami” artinya “Yang tidak Kembali”. Seorang Anagami tidak di Lahirkan Kembali dalam Alam Indera. Bila ia belum mencapai Kearahatan dalam Kehidupan Sekarang, ia akan dilahirkan Kembali dalam Satu Kerajaan Brahma dan Kediaman Murni (Suddhavasa), dimana ia akan mencapai Kearahatan dan berlalu ke Nibbana. Karena anagami-magga menghilangkan Kilesa, dosa (Kebencian) dan patigha (Kebencian atau Kehendak Jahat). Seorang Anagami tidak mengalami Kemarahan, Kebencian, Kekawatiran, Putus Asa, Ketakutan lagi, dan Apa-pun Perasaan Mental yang tidak menyenangkan, tidak juga ia akan menikmati Kenikmatan Indera. Pikiran-nya akan selalu dalam Kedamaian dan ia akan menikmati Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan-nya dengan mengembangkan anagami-phala-samapatti. Bila ia mencapai



342 semua Delapan Jhana, ia juga dapat menikmati Nirodhasamapatti selama itu Semua Kesadaran dan Kegiatan Mental sementara di tangguhkan. Ada Lima Tipe Anagami : 1) Mereka yang mencapai Kearahatan selama Paruh Pertama dari Kehidupan Alam Murni dimana mereka dilahirkan Kembali. 2) Mereka yang mencapai Kearahatan selama Paruh Kedua dari Kehidupan Alam Murni dimana mereka dilahirkan Kembali. 3) Mereka yang mencapai kilesa-parinibbana (yakni Kearahatan) tanpa Perjuangan yang berat. 4) Mereka yang mencapai kilesa-parinibbana setelah berjuang dengan keras. 5) Mereka yang tidak mencapai Kearahatan di dalam Empat Alam yang lebih rendah dari Alam Murni, tapi mencapai Kearahatan dalam alam Murni yang tertinggi (yakni, Akanittha).



4 Arahat. Seorang Arahat adalah ia yang telah mencapai arahatta-magga dan phala. Ia (Lelaki atau Perempuan) dapat menikmati Kedamaian Nibbana bilamana ia menginginkan-nya dengan mengembangkan Pencerapan Meditatif sesuai dengan arahatta-phala-samapatti. Ia dapat menikmati Nirodha-samapatti bila ia mencapai Delapan Jhana. Karena arahatta-magga menghilangkan Semua Kekotoran Batin (Kilesa), Seorang Arahat tidak mempunyai Keserakahan, Niat Buruk, Khayalan, Kesombongan, Kepercayaan ada Pribadi dan Faktor2 Mental lain yang Buruk. Ia tidak mempunyai Kemelekatan pada Apa-pun, maka ia terbebas dari Semua Keterikatan. Ia tidak menganggap Apa-pun sebagai Miliknya, maka ia tidak mempunyai Alasan merasa sedih sebab Sesuatu diambil atau di curi dari-nya. Sebab ia telah menumbangkan Semua dosa (Kemarahan, Kebencian atau Kehendak Jahat) dari Pikiran-nya, ia tidak pernah mengalami Perasaan Mental yang tidak menyenangkan yang disertai dosa-mulacitta. Semua Duabelas akusala-citta (Kesadaran Tidak Bermoral) tidak pernah timbul dalam Dirinya.



343 Sebagaimana Pikiran-nya selalu bebas dari Kekotoran Batin, ia pada Keadaan paling murni menjadikan-nya Seorang yang Mulia. Ia adalah Seorang yang betul2 Suci yang berharga untuk di Hormati oleh Manusia dan Dewa dan berharga menerima Persembahan yang di haturkan kepadanya dengan Perhatian menikmati Ke-untungan dalam Kehidupan Sekarang juga Kehidupan masa Depan. Sebagai Arahat, secara Literatur artinya, Satu Orang yang berharga, tidak melakukan Kegiatan Kamma yang baru, dan ia bukan Subjek dari Kelahiran Kembali Sebab Kondisi2 bagi Mereproduksi Materinya telah di hancurkan. Sotapanna, Sakadagami, dan Anagami di sebut Sekka, Sebab mereka masih menjalani Satu Latihan. Para Arahat di sebut Asekka, Sebab mereka tidak memerlukan lagi menjalani Latihan Apa-pun. Arahat menyadari bahwa Apa yang harus di selesaikan telah di kerjakan. Satu Beban Berat dari Penderitaan akhirnya telah di lepaskan, dan Semua Bentuk2 Keinginan dan Bayang2 Khayalan Semua telah di hancurkan. Ia sedang berdiri pada Ketinggian lebih tinggi dari pada Dewa, jauh menyingkirkan dari Napsu2 yang tidak terkontrol dan Kekotoran2 Batin Duniawi. Ada Lima Tipe Arahat : 1) Pannavimutta-arahat -- Seorang yang di bebaskan melalui Panna (Kebijaksanaan). 2) Ubhatobhagavimutta-arahat -- Seorang yang di bebaskan dalam Dua Cara , yaitu, dengan arupajjhana dan dengan ariyamagga. 3) Tevijja-arahat -- Seorang yang memilih Tiga vijja. 4) Chalabhinna-arahat -- Seorang yang memiliki Enam abhinna (Kekuatan Supernormal). 5) Patisambhidhapatta –arahat -- Seorang yang mempunyai Empat Sambhida, yakni, Pengetahuan, Arti dari Setiap Kata, Pengetahuan dari Naskah (Pali), Pengetahuan Asal Mula dari Kata2, dan Pengetahuan tetap bersama dengan Perbedaan yang tepat dari Tiga yang pertama.



Kesimpulan: Cittena niyate loko, Citta (Kesadaran) memerintah Seluruh Dunia. Citta dari setiap Orang mengatur Orang itu, memimpin setiap Tindakan dan membentuk Nasib-nya.



344 Pikiran Manusia telah menghasilkan Ilmu Pengetahuan modern, telah mengembangkan-nya sangat cepat dan mengatur semua Ilmu Teknologi termasuk Energi atom dan Senjata2 Atom. Adalah Pikiran Manusia yang telah membentuk Macam2 Kebudayaan Dunia dan juga akan Pikiran Manusia lagi yang akan melangsungkan Tangan2 untuk menarik Pelatuk Senjata Atom yang akan menyapu habis Peradaban dan Ras Manusia dari Permukaan Bumi. Sesungguhnyalah Pikiran adalah Alat yang paling kuat dalam Semua Dunia. Adalah Pikiran yang menggerakkan Takdir Setiap Individu di Lahirkan Kembali dalam Satu Tempat tinggal apaya atau dalam Dunia Manusia atau dalam Satu Kerajaan Dewa. Maka itu adalah yang paling Penting untuk mengerti Alam sebenarnya dari Pikiran dan Fungsi dari Setiap Unsur Pokok dari Pikiran. Tidak ada Keraguan bahwa hanya Buddha Abhidhamma dapat menganalisa Pikiran secara detail dan benar menjelaskan Fungsi2 dari Citta dan Cetasika yang merupakan Pikiran. Lebih lagi adalah hanya Buddha abhidhamma yang secara menyeluruh dan benar menjelaskan Hubungan2 antara berbagai Faktor2 Pikiran dan Materi dalam Bentuk dari Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan yang agung yang dengan jelas membabarkan Lingkaran Kelahiran Kembali yang di jalani oleh Setiap Individu. Lebih lanjut, Abhidhamma memperlihatkan dengan jelas Theori dan juga Praktek Aspek dari Jalan Utama Beruas Delapan, juga di kenal sebagai Jalan Tengah dengan-nya Pikiran di murnikan dari Kekotoran Batin dalam Tujuh Tahap dengan mengembangkan Konsentrasi Mental dan Vipassana Pandangan Terang. Pencapaian berbagai Pengalaman membahagiakan yang melebihi Kenikmatan Sensual dan realisasi dari Kedamaian yang Unik dari Nibbana dalam Kehidupan ini sangat Nyata, dan Abhidhamma dengan terang menyinari Jalan yang benar untuk di ikuti oleh setiap Orang bagi Pencapaian Tujuan Tertinggi dalam Kehidupan. Setiap Orang hendaknya mempelajari Abhidhamma dengan serius dan menggunakan Pengetahuan abhidhamma sebagai Obor Pembimbing dari Kehidupan-nya. Semoga Obor Pembimbing dari Abhidhamma bersinar selamanya! Semoga Pengetahuan tertinggi Abhidhamma selalu menerangi Seluruh Dunia! ---oOo---



345



Perihal Penulis: Dr.Mehm Tin Mon di lahirkan di Kampung Kamawet, di Kota Mudon, di Negara Bagian Mon, Union Of Myanmar, pada Tanggal 13 Januari 1934. Orang Tua-nya adalah U Yaw In dan Daw Sein Tan yang taat pada Agama Buddha. Mereka termasuk dalam Ras Mon dan hidup dengan bertani. Mehm Tin Mon memasuki Sekolah Dasar Kamawet dan Sekolah Menengah Atas di negara Bagian Mudon dimana ia selalu dapat Nilai yang tertinggi di Kelas-nya setiap Tahun. Ia lulus Ujian Sekolah Menengah Atas pada Tahun 1951 dengan mendapat Kehormatan dalam Matematik dan Pengetahuan Umum. Ia juga lulus Ujian Penerimaan Mahasiswa dalam Tahun yang sama dari Devisi Pertama dengan Penghargaan dalam Matematik. Ia memasuki University of Yangon dalam Tahun 1951. Dalam Ujian Lanjutan yang diadakan Tahun 1953, ia mendapat Angka tertinggi dalam Matematik dan Kimia, dan ia di anugerahkan Medali Emas dan juga Beasiswa dari Universitas Hoe Wah Kain. Dalam Ujian Bachelor of Science Tahun 1955, ia berdiri di Bagian Pertama dengan Penghargaan dalam Physics, Kimia dan Matematik Murni. Lagi ia di anugerahkan Satu Medali Emas Universitas yang di sebut Medali Emas Esoof Bimiah. Tahun 1956 ia lulus Ujian B.Sc. Honour dalam Ilmu Kimia dengan gemilang dan Sebuah Medali Emas Universitas Ketiga yang disebut Medali Emas U Shwe Lay di anugerahkan kepadanya. Tahun 1957 ia pergi ke Amerika Serikat untuk Studi pada University of Illinois atas Sebuah Beasiswa yang di sponsori oleh Pemerintah Union of Myanmar. Disini ia juga di anugerahkan Beasiswa Universitas selama Dua tahun berturutan untuk Rekor Pendidikan-nya yang menonjol. Ia meraih Master of Science Degree Tahun 1958 dan Doctorate Degree dalam Tahun 1960. Ia juga memenangkan Ke-anggotaan dari Phi Lambaa Upsilon dan Sigma Xi Society. Ia mengabdi pada Negara-nya selama lebih dari 36 tahun dari 1956 sampai 1992 bekerja sebagai Dosen dan Kepala dari Departemen Kimia pada beberapa Institut dan terakhir sebagai Professor Ilmu Kimia pada University of Mawlamyine. Ia pensiun dari Ke-Professoran pada 1 Desember 1992. Selama Pelayanan-nya pada Negara, ia mengepalai Buddhist Association of the Institute of Medicine (1), The Buddhist Association of the Institute of Education dan The Buddhist Association of



346 Mawlamyine University. Ia juga melayani sebagai Sekretaris dan kemudian sebagai Presiden dari Central Buddhist Association of Universities and Institute di Yangon dari 1983 sampai 1986. Ia berhasil dalam meningkatkan Anggaran dan Bangunan Indah Dua Tingkat Dhammayone (Gedung Perhimpunan untuk Keperluan Keagamaan) dan Bangunan Suci (Pagoda) di dalam University of Mawlamyine. Dr.Tin Mon juga mengungguli Ujian dalam Keagamaan. Ia berdiri di Bagian Pertama pada Ujian Abhidhamma (Ordinary Level) dalam Tahun 1981. Ia juga yang Pertama dalam Ujian Abhidhamma (Honours Level) dalam Tahun 1983. Lagi Tahun 1984 ia yang Pertama pada Ujian Visuddhi Magga. Ujian2 ini diadakan setiap Tahun di Myanmar oleh Department of Religious Affairs. Dr.Tin Mon telah menulis lebih dari limapuluh Buku2 Pendidikan begitu juga mengenai Buddhism. Ia berpergian keseluruh Myanmar begitu juga ke Luar Negeri memberikan Kuliah2 Buddhism dan memimpin Kelas2 intensif singkat pada Abhidhamma dan Meditasi. Ia di anugerahi Gelar Saddhamma Jotakadhaja oleh Pemerintah Union of Myanmar Tahun 1994 dan Maha Saddhamma Jotikadhaja Tahun 2003 untuk Kontribusinya yang mengemuka bagi Perkembangan Buddhisme. Dr.Tin Mon telah di tunjuk sebagai Seorang Penasehat pada Kementerian Keagamaan pada 1 Agustus 1993 dan sejak itu ia telah melayani Negara-nya dalam Kapasitas ini. Ia juga melayani sebagai Professor Samatha pada International Theravada Buddha Missionary University, Yangon.



Kuliah2 Abhidhamma dan Buddhisme. Perkumpulan atau Organisasi Apa-pun yang tertarik dapat mengundang Dr.M. Tin Mon untuk memberi Kuliah Buddhisme atau mengajarkan Abhidhamma pada Kota atau Negara apa saja. Satu Kursus yang penuh tentang Abhidhamma oleh Dr.M. Tin Mon memerlukan sekitar 50 Jam Kuliah. Harap Hubungi: Dr.M.Tin Mon 15/19 U Wisara Estate Dagon P.O. Yangon Union of Myanmar. Phone: 95-01-286610 ---oOo---



347



Diterjemahkan oleh:



Jimmy Chandra April 2010