Abraham Lincoln [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gaya Kepemimpinan Abraham Lincoln Oleh : Rian Ramadhan Abstrak Abraham Lincoln adalah Presiden Amerika Serikat (AS) yang ke – 16, yang memimpin bangsanya keluar dari perang saudara, mempertahankan persatuan bangsa, dan menghapuskan



perbudakan.



Dengan



semangat



sebagai



pemimpin



bercorak



transformasional, Abraham Lincoln mengeluarkan Proklamasi Pembebasan atau biasa yang dikenal dengan Proclamation Emancipation yang mengubah hidup banyak orang di Amerika. Proklamasi itu menyatakan semua budak yang dibeli di negara-negara bagian ataupun daerah-daerah negara-negara bagian yang melawan AS akan bebas mulai 1 Januari 1863. Proklamasi itu mencetuskan semangat semua orang yang memperjuangkan kebebasan, dan menjadi pendorong penghapusan perbudakan di AS. Keyword : Abraham Lincoln, Demokrasi, Transformasional A. Pendahuluan Menjadi Amerika yang hebat seperti sekarang ternyata juga tidak mudah. Bahkan, ketika negara itu sudah berumur 90 tahun (tahun ini negara kita berumur 70 tahun) masih mengalami guncangan yang nyaris membuat semuanya berantakan: perang sipil. Itu terjadi gara-gara rakyat di tujuh negara bagian di wilayah selatan tidak puas atas kemenangan calon presiden Abraham Lincoln. Misi yang dibawa calon presiden itu dianggap tidak sejalan dengan aspirasi di tujuh negara bagian tersebut. Mereka menginginkan perbudakan tetap diperbolehkan. Sedang Lincoln sejak kampanye ingin mengakhiri perbudakan. Waktu itu calon presidennya empat orang. Lincoln mendapat suara 1.866.000. Calon berikutnya mendapat 1.376.000 suara. Sedang dua lainnya mendapat 850.000 dan 560.000-an suara. Total pemilih baru 3.600.000-an. Pada 1861 itu, saat republik sudah berumur 90 tahun, perempuan masih belum boleh memiliki hak pilih. Demikian juga warga kulit hitam. Penduduk di 14 negara bagian juga belum punya hak pilih. Pada tahun itu, mereka belum menjadi negara bagian. Status Kansas, Colorado, Nevada, sampai Washington masih teritori.



B. Analisis Tokoh 1. Sudut Pandang Pemimpin Jika mengacu pada definisi seorang pemimpin global, Abraham Lincoln bukanlah seorang pemimpin global. Dia memang seorang Presiden AS yang mempunyai kiprah sangat besar bagi kesetaraan di AS, bahkan di dunia sekalipun. Seorang pemimpin global diartikan sebagai individu yang bisa membawa dampak perubahan positif dalam organisasinya dengan cara membangun komunitas dengan cara membangun kepercayaan, mau mengatur struktur organisasi, dan proses kedua hal tersebut harus dalam situasi dimana ia melibatkan banyak pemangku kepentingan yang sifatnya lintas otoritas, lintas budaya, dan lintas geografis. Jadi jika mengacu pada definisi diatas, Abraham Lincoln memang seorang individu yang membawa dampak perubahan positif dalam organisasinya, dimana beliau berjuang untuk mendapat persetujuan dari House of Resepresentatives AS untuk mendapat persetujuan agar beliau dapat mengamandemenkan konstitusi AS yang berkaitan dengan pembebasan budak dan kesetaraan. Hal ini dilakukan dengan



cara



membangun



kepercayaan



terhadap



anggota



House



of



Resepresentatives sehingga pada akhirnya mereka menyetujui untuk setuju dengan ide Abraham Lincoln mengenai konstitusi tersebut. Beliau terbukti sebagai salah satu Presiden AS terbaik sepanjang masa karena kontribusinya. Namun sayangnya, pembuatan kebijakan yang membawa dampak positif ini hanya dilakukan di lingkungan Pemerintah AS saja, tidak melibatkan pemangku kepentingan dari lintas budaya, lintas otoritas, dan lintas geografis. Dan kebijakan pada awalnya hanya ditujukan untuk konstitusi AS, namun hal ini mempengaruhi pandangan dunia mengenai kesetaraan pada jaman sekarang. 2. Analisis pendekatan sifat (Trait Approach) Pendekatan sifat (Trait approach) adalah keberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Jika dilihat dari pendekatan karakter dan sifat (trait approach), Abraham Lincoln adalah sosok pemimpin yang sangat hebat. Dia dikenal bersifat sederhana dan rendah hati. Beliau merupakan sosok pemimpin yang mau mendengarkan



pendapat dan kritikan orang lain atas dirinya, tanpa membuat orang tersebut takut atau malu untuk menyampaikan pendapatnya. Beliau juga sosok yang tidak mementingkan dirinya sendiri, ketika beliau terpilih menjadi Presiden AS, beliau bersikukuh untuk membuat kesetaraan di AS walaupun pada saat itu beliau ditentang oleh Pemerintah AS lainnya. Selain itu, karakter kepemimpinannya yang hebat adalah beliau mau turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi wilayah yang beliau pimpin, beliau mengunjungi dan bercakap – cakap dengan tentara di barak mereka. Beliau juga tidak segan – segan mengadakan pertemuan dengan warga negaranya, dan membiarkan mereka untuk memberikan pendapat dan kritikan untuk dirinya. 3. Analisis Pendekatan Perilaku (behaviour approach) Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya. Dari sisi behaviour approach, dapat dilihat dari segi tugas dimana beliau menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik. Sebelum beliau wafat, beliau telah berhasil memproklamasikan kesetaraan dan mengamandemenkan kesetaraan di AS. Apa yang telah beliau perbuat sangatlah berarti, khususnya bagi para budak. Dari segi orang sekitar, beliau sangat rendah hati terhadap orang – orang yang bekerja dengannya. Beliau tidak segan – segan mendengarkan pendapat mereka, dan mereka boleh untuk tidak setuju dengannya tanpa rasa takut. 4. Analisis Pendekatan Kekuasaan (power aprroach) Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction between two or more individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.



Orang-orang yang berada pada puncak pimpinan suatu organisasi seperti manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan (power) dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga



mampu



menumbuhkan



motivasi



bawahan



untuk



bekerja



dan



melaksanakan tugas dengan lebih baik. Lalu yang terakhir pendekatan Abraham adalah power approach, dimana orang – orang AS meyakini bahwa beliau mempunyai keahlian yang dapat membawa perubahan positif, sehingga beliau diberikan legitimasi untuk menjadi Presiden AS. C. Nilai-nilai Kepemimpinan Abraham Lincoln 1. Leaders Don’t Wait. Beliau mempunyai semangat pro aktif untuk memulai sesuatu yang belum pernah dilakukan Presiden AS sebelumnya, yaitu mengamandemen konstitusi AS untuk menghapuskan perbudakan. Sehingga semangatnya ini membuahkan hasil dimana diamandemennya konstitusi mengenai perbudakan yang telah melewati perundingan yang sangat alot. 2. Character Counts, beliau mempunyai keinginan untuk melihat kedepan dan beliau mempunyai kompetensi sehingga dapat memberikan inspirasi bagi orang banyak. Dengan konstitusi yang ingin dibuatnya, hal ini menunjukkan bahwa beliau tidak mau ada perbudakan dimasa mendatang sehingga hak mereka untuk hidup bebas dan tidak menjadi budak harus dipenuhi. Dengan ini, pada masa mendatang kehidupan warga negara AS akan lebih terjamin. 3. You Can’t Do It Alone, walaupun beliau adalah seorang Presiden AS yang memutuskan sesuatu sendiri, tetapi beliau melibatkan semua anggota pemerintahan untuk membuat konsensus. Contohnya saja ketika pembuatan amandemen konstitusi yang bertujuan untuk menghapus perbudakan. Hal ini memang beliau seorang yang menggagas, tetapi amandemen ini dapat dilakukan setelah disetujui



oleh House



of



Resepresentatives dengan cara voting,



sehingga tercapailah kesepakatan bersama untuk membuat konstitusi ini. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang mau berbagi kesuksesan dengan orang – orang yang terlibat didalamnya. Ketika beliau berhasil mencapai sesuatu, beliau akan mengatakan bahwa apa yang dia capai adalah kerja sama antara dirinya dan orang lain (not a solo act).



4. The Legacy You Leave is The Life You Lead, Abraham Lincoln dikenal sebagai salah satu Presiden AS terbaik karena kiprahnya yang menghapuskan perbudakan dan menjunjung kesetaraan. Hal inilah yang diingat orang ketika beliau sudah tiada. Beliau juga seorang pemimpin yang mau berpartisipasi langsung dalam memimpin negaranya. Beliau mau bertemu langsung dengan warganya untuk mendengar kritikan dan pendapatnya dan berpartisipasi langsung. Beliau akan mengadakan apa yang disebut‘public opinion baths’ dimana beliau menjabat tangan semua orang yang ada di forum tersebut dan berbincang satu – satu dengan mereka.



D. Gaya Kepemimpinan Abraham Lincoln Setelah menganalisa tentang pola dan ciri dari bagaimana Abraham Lincoln dalam memimpin, maka dapat dinyatakan bahwa beliau memiliki gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional dari Abraham Lincoln dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Idealisasi Pengaruh (Idealized Influence). Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar perilaku yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi, menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku moral yang etis. 2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation). Motivasi inspirasional adalah sikap yang senantiasa menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. 3. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration). Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan dengan penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan, semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya. 4. Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation). Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman dan merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat



permasalahan, berpikir, dan



berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai-nilai kepercayaan.



E. Penutup Apa yang dilakukan Abraham Lincoln dan bagaimana karakteristiknya sebagai pemimpin, beliau pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin transformasional yang hebat. Dan seharusnya pemimpin di dunia ini, khususnya di Indonesia mencontoh apa yang dilakukan beliau dan bagaimana karakteristik serta kepemimpinannya.



Daftar Pustaka 1. Ahmad



Darmawi.



2015.



Abraham



Lincoln



Pemimpin



Demokrasi.



https://www.academia.edu/19810281/Abraham_Lincoln_Pemimpin_Demokrasi



,



diakses pada tanggal 15 Desember 2019. 2. https://en.wikipedia.org/wiki/Abraham_Lincoln



,



diakses pada tanggal 16



Desember 2019. 3. Indah



Komsiyah.



2016.



Kepemimpinan



Transformatif



Perkembangan



dan



Implementasinya pada Lembaga Pendidikan. Jurnal Ta’allum, Vol. 04, No. 02 4. Suhindriyo. 1999. Biografi



Singkat



Presiden-Presiden



Serikat. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, hlm. 56.



Amerika