Afrida Sari - Oksigenasi-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA DENGAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI



Disusun Oleh: AFRIDA SARI NIM: P200202002



PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di negara-negara sedang berkembang. Prevalensi anemia adalah sekitar 8-44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki-laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki-laki adalah 27-40% dan wanita adalah 16-21%. penyebab tersering anemia adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi viamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama. (WHO dalam Khorni S.A, 2016). Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Anemia adalah suatu kondisi penurunan jumlah erithrosit atau jumlah hematokrit atau kadar hemoglobin. Jenis dan penyebab dari anemia sangat beragam, namun yang paling banyak adalah anemia defisiensi besi, yaitu anemia diakibatkan kekurangan zat besi yang merupakan bahan utama pembentukan hemoglobin, sehingga terjadi gangguan sintesis hemoglobin yang pada akhirnya menyebabkan penurunan transport oksigen dalam darah. (Masrizal, 2016). Dalam tubuh oksigen sangat penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang sangat mempengaruhi dalam tubuh kita, jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lama tanpa adanya suplai oksigen. Maka dari itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan baik. Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak



mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO². Masalah yang muncul pada gangguan oksigenasi mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan usaha pernapasan. pola napas yang normal ditandai dengan pernapasan yang tenang, berirama, tanpa usaha. Perubahan yang sering terjadi sebagai berikut : Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis), Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali per menit. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Perfusi Jaringan adalah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Dampak dari gangguan perfusi jaringan dapat menyebabkan nafas pendek, cepat capek saat beristirahat yang disebabkan karena oksigen berkurang, lemah, syok, pusing, pucat karena kekurangan volume darah dan hb, angina, telinga berdengung, mata berkunang-kunang. Penyebab masalah perfusi jaringan diantaranya karena dalam tubuh kita oksigen berperan sangat penting dalam proes metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan damapk yang sangat berpengaruh dalam tubuh kita, jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lama tanpa adanya oksigen. Hb atau sel darah merah adalah senyawa protein pembawa oksigen dalam sel darah merah, sel darah merah yang membawa oksigen ke paru paru dan ke seluruh sel sel dalam tubuh kita, jika oksigen dalam tubuh kita berkurang maka dapat menyebabkan perfusi jaringan. ( Herdman 2012).



B. TUJUAN Tujuan Umum Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistemis dan lengkap pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi. Tujuan Khusus Setelah menyusun laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat : a. Memahami lebih dalam tentang konsep dasar gangguan oksigenasi pada pasien b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi c. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan dasar analisis data hasil pengkajian dengan gangguan oksigenasi d. Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien



BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. (Pradana,2019) Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan



sel



darah,



yang



mengakibatkan



penurunan



kapasitas



pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Pradana, 2019) B. Klasifikasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transportasi. (Pamungkas,N. 2015) 1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.



b. Adanya



kemampuan



thorak



dan



paru



pada



alveoli



dalam



melaksanakan ekspansi atau kembang kempis c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem



saraf



otonom.



Terjadinya



rangsangan



simpatis



dapat



menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik



napas,



sedangkan



recoil



adalah



kemampuan



untuk



mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan. 2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Luasnya permukaan paru



b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb 3. Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh CO2, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh



terhadap



transpor



oksigen



bertambahnya



latihan



menyebabkan peningkatkan transport O2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan O2 oleh sel. C. Etiologi 1. Faktor Fisiologis a. Penurunan kapasitas angkut O₂



Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂. b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂ inspirasi. c. Hipovolemik Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan. d. Peningkatan Laju Metabolik Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,



tubuh



mulai



memecah



persediaan



protein



dan



menyebabkan penurunan massa otot. e. Kondisi Lainnya Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan



saraf pusat dan penyakit



kronis. 2. Faktor perkembangan a. Bayi premature Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir. b. Bayi dan anak-anak Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain).



c. Anak usia sekolah dan remaja Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok. d. Dewasa muda dan paruh baya Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. e. Lansia Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂. 3. Faktor Perilaku a. Nutrisi Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. b. Olahraga Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena : 1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. 2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,



dapat



mendepresi



pusat



pernapasan



menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.



sehingga



d. Emosi Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. e. Gaya hidup Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen



seseorang.



Merokok



dapat



menyebabkan



gangguan



vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4. Faktor Lingkungan a. Suhu Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang. b. Ketinggian Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. c. Polusi Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya. D. Patofisiologi Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 –5 gr besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada



proses penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan metabolisme tubuh menurun. E. Manifestasi klinis 1. Takipnea Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia. 2. Bradipnea Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain. 3. Batu Apnea Biasanya juga disebut dengan henti napas. 4. Hiperventilasi Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan karbondioksida. 5. Hipoventilasi



Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida. 6. Dispnea Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas. F. WOC ANEMIA



Aliran darah ke organ vital dan jaringan menurun



hipoksia



Suplai O2/Na menurun Perfusi jaringan menurun Suplai O2 terganggu



Pengiriman nutrisi terganggu



Perubahan pembentukan APT



Defisiensi nutrisi



Sirkulasi O2 terganggu



Pola nafas terganggu



dispnea



Energy yang dihasilkan menurun



Kelemahan fisik Nafas pendek



Pola nafas tidak efektif



Cepat lelah, lemas, pusing



Intoleransi aktifitas



Nausea, anoreksia, bb ↓



Defisit nutrisi



G. Metode pemberian oksigenasi 1. System aliran rendah a. Kateter nasal O₂ dengan aliran 1-6 L/menit konsentrasi 24%-44% b. Kanula nasal O₂ dengan aliran 1-6L/menit konsentrasi O₂ sama dengan kateter nasal c. Sungkup muka sederhana O₂ delang seling 5-8 L/menit dengan konsentrasi O₂ 40%-60%. d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing O₂ dengan konsentrasi tinggi yaitu 60%-80% dengan aliran 8-12 L/menit e. Sungkup muka dengan kantong non rebriting Konsentrasi O₂ mencapai 99% dengan aliran 8-12 L/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. 2. System aliran tinggi System aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prisip pemberian O₂ dengan alat ini yaitu gas yang dilairkan dari tabung akan menunjukan ke sungkup yang kemudian ditabung akan dihampit untuk mengatur suplai O₂ sehingga tercipta tekanan negative, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14 L/menit dengan konsentrasi 30%-55%. (Nurarif,H,A & Kusuma, H.2015). H. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu: (Pamungkas, N. 2015) 1. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien. 2. Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.



3. Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler 4. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal. 5. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas. 6. Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. 7. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru. 8. CT-SCAN Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal. I. Konep Asuhan Keperawatan 1. Fokus pengkajian 2. Diagnose keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot pernafasan) b. Intervensi 1) Manajemen jalan nafas -



Berikan oksigen



-



Monitor pola nafas



-



Monitor bunyi nafas tambahan



-



Posisikan semi-fowler atau fowler



c. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d. Intervensi 1) Manajemen nutrisi



-



Identifikasi status nutrisi



-



Monitor asupan makan



-



Monitor berat badan



-



Identifikasi kebutuhankalori dan jenis nutrien



BAB III ANALISA KETERAMPILAN



FORMAT PENGKAJIAN DAN ANALISIS KETERAMPILAN ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA



Nama mahasiswa



: afrida sari



Tempat praktek



: klinik wiyata husada



Tanggal



: 01 januari 2021



I.



IDENTITAS DIRI KLIEN



Inisial nama



: Ny. A



Suku



: jawa



Umur



: 30 tahun



Pendidikan



: SMA : swasta



J. kelamin



: perempuan



Pekerjaan



Alamat



: tenggarong seberang



Lama bekerja : 5 Tahun



Status Agama



: menikah : Islam



Tanggal MRS :20 des 2020. Tanggal Pengkajian : 20 des 2020 Sumber Informasi



II.



: pasien.



RIWAYAT PENYAKIT 1. Keluhan utama saat masuk RS: . -



pasien mengatakan keluhan utamanya kepala pusing, pasien merasakan sesak, dan lemas



2. Riwayat penyakit sekarang: -



Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, letih bibir pucat, nadi 76x/menit td 100/70 mmhg



3. Riwayat Penyakit Dahulu -



Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu



4. Genogram



III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI HARI PERTAMA SUDARA MERAWAT KLIEN) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan pengetahuan tentang penyakit/ perawatan : Pasien mengetahui penyakit nya saat ini 1. Pola nutrisi/metabolik program diit RS: a. Intake makanan - Nafsu makan berkurang, kesulitan menelan tidak ada, diet tidak ada b. Intake cairan - Minum sedikit 2 gelas- 3 gelas sehari - Pasein terpasang infus 10 tpm 2. Pola eliminasi a. Buang air besar - Kebiasaan defekasi 2 hari sekali b. Buang air kecil - 2x buang air kecil pagi ini 3. Pola aktifitas dan latihan Kemampuan perawatan diri



0



Makan/minum



v



Mandi



v



Toileting



1



2



v



Berpakaian



v



Mobilitas di tempat tidur



v



3



4



Berpindah Ambulasi/ROM



v v



0:mandiri, 1: alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat , 4: tergantung total 4. Oksigenasi -



Pasien mengatakan sesak, pernafasan cuping hidung, tarikan dinding dada



5. Pola tidur dan istirahat -



Pasien tidur malam hari jam 9 sampai jam 5 subuh, tidak ada gangguan tidur, terkadang bangun di tengah malam saat ingin buang air kecil.



6. Pola persepsual -



Penglihatan: baik, tidak ada mata minus



-



Pendengaran: baik, pasien mendengarkan dengan sangat baik saat berbicara



-



Pengecapan: pasien mengatakan saat makan sedikit pahit



-



Sensasi: baik



7. Pola persepsi diri -



Pasien mengatakan bahwa penyakitnya ini masih dalam batas yang wajar karna pasien berfikir penyakitnya ini setelah di obati akan sembuh, tidak ada kecemasan yang berlebihan.



8. Pola seksualitas dan reproduksi -



Menstruasi: tidak ada masalah menstruasi, pasien mengatakan tanggal menstruasi terakhir 25 desember 2020



-



Masalah seksualitas/penyakit : tidak ada



9. Pola peran hubungan -



Pasien mengatakan komunikasi dengan orang lain baik, hubungan dengan keluarga suami anak juga sangat baik, pasien mengatakan untuk keuangan baik.



10. Pola managemen koping- stress



-



pasien mengatakan akhir-akhir ini belum ada perubahan dalam hidupnya



11. sistem nilai dan keyakinan -



pasien mengatakan sering pergi ke pengajian, pandangan pasien



tentang



agamanya



sangat



baik,



pasien



mengatakan agama ini hal yang paling utama untuk membangkitkan sikap dan akhlak yang baik. IV. PEMERIKSAAN FISIK TD



: 100/70 mm/Hg



R



:20x/m



N :



76x/menit



S



: 37



BB/TB Sebelum sakit : 58kg/158cm 1. Sistem saraf



C



BB/TB Sesudah sakit:50kg/ 158 cm



-



Saraf olfaktorius : masih bisa membedakan bau Saraf optik : Tidak ada katarak, konjungtifa normal, Fisus mata normal - Saraf okulomotoris : Reaksi pupil terhadap cahaya baik - Saraf Troklear : Gerakan bola mata normal - Saraf Trigeminal : Uji sentuhan dan yeri pada wajah (normal) - Saraf abdusen : Gerakan bola mata normal - Saraf Fasialis : Gerakan otot wajah normal - Saraf Ventibulokoklear : Fungsi pendengaran baik - Saraf Glosofaringeal : fungsi menelan baik,, dan dapat membedakan rasa - Saraf vagus : - Saraf aksesori : Kemampuan mengangkat bahu baik - Saraf hipoglosal : Artikulasi pasien normal 2. Sistem limfatik -



Tidak ada pembesaran lymphe



3. Sistem imun -



Normal



4. Sistem respirasi -



Terdapat penarikan dinding dada, irama nafas tidak teratur, terdapat pernafasan cuping hidung RR20x/menit.



5. Sistem kardiovaskular -



Tidak terdapat nyeri dada,



6. Sistem pencernaan



-



Suara bising usus normal 15x/menit



-



Tidak ada nyeri tekan, tidak ada kembung



7. Sistem endokrin -



Tidak ada luka, tidak ada edem



-



Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid



8. Sistem muskuloskeletal 9.



Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada kekakuan sendi



integumen -



Akral hangat, CRT