5 0 2 MB
PRESIPITASI, AGLUTINASI FLOKULASI HERLISA ANGGRAINI
presipitasi Suatu reaksi yang menghasilkan pembentukan lattice (presipitat/ agregat) Lattice terbentuk apabila antara antigen dan antibody yang bereaksi dalam proporsi yang optimal, kelebihan jumlah salah satu kompleks maka lattice tidak terbentuk
Kuantitas presipitat dapat diukur dengan berbagai metode
Metode tebaran cahaya (light scattering)
Teknik imunodifusi pasif
Teknik elektroforesis
Light scattering
Berdasarkan peralatan yang digunakan, metode tebaran cahaya dibagi menjadi : Turbidimetri
: Nefelometri
Turbidimetri
Adalah cara pengukuran suatu kekeruhan (turbidimetri/ cloudiness) di dalam larutan. Kompleks antigen-antibody dalam bentuk presipitat/ endapan dapat menimbulkan kekeruhan
Larutan : partikel padat dalam air (suspense) atau partikel koloid dalam air (koloidal)
Kedua partikel bila kena cahaya dapat mengabsorbsi atau menebar (scatteres) cahaya tsb
Apabila cahaya dilewatkan melalui suatu larutan yg memiliki kekeruhan, maka intensitas cahaya tsb akan berkurang krn refleksi, abosorbsi atau tebaran (scatter)
……………………………turbidimetri
Absorbsi cahaya oleh kekeruhan dapat dideteksi menggunakan alat turbidimeter atau spektrofotometer
Oleh spektrofotometer dinyatakan dalam unit absorbance
Besarnya absorben sebanding dengan banyaknya presipitat (kompleks antigen-antibody yang terbentuk)
Nefelometri
Pengukuran berdasarkan cahaya dipantulkan pada suatu sudut tertentu
yg
Alat yg digunakan dinamakan nefelometer
ditebar
atau
Perbedaan Turbidimetri dan nefelometri
Turbidimetri yg diukur cahaya yang diteruskan (ditransmisikan) = mengukur cahaya yang diabsorbsi
Nefelometri yang diukur cahaya yang dipantulkan pada sudut pantul tertentu (70º)
Aplikasi nefelometri ; untuk pengukuran secara kuantitatif immunoglobulin ; IgG, IgM, Ig A dan IgE termasuk pengukuran rantai ringan antibody kappa dan lambda
Juga utk pengukuran CRP, komponen dan beberapa faktor pembekuan darah
Teknik imunodifusi pasif
Menggunakan medium berupa agar
Prinsip kerja ; antigen dan antibody akan berdifusi di dalam lapisan agar, setelah terbentuk presipitat akan terlihat secara visual berupa pita presipitin
Reaksi imunodifusi diklasifkasikan berdasarkan arah dari difusi antara antigen dan antibody
Imunodifusi radial (radial immunodiffusion = RID)
Metode end poin (Mancini)
Antibodi didistribusikan ke dalam gel agar
Pada panel gel agar dibuat lubang sumuran untuk menempatkan antigen
Antigen akan berdifusi dan bereaksi dengan antibody dalam agar membentuk presipitat yang terlihat secara visual di sekitar sumuran setelah diinkubasi 24-48 jam
Ouchterlony immunodiffusion
Agar gel immunodiffusion atau passive double immunodiffusion
antigen dan antibody dimasukkan dalam sumuran berbeda dan akan berdifusi secara independent, bertemu dan membentuk presipitat setelah inkubasi selama 12-24 jam
Teknik elektroforesis
Immunoelektroforesis = gamma globulin electrophoresis = immunoglobulin electrophoresis
Salah satu metode untuk menentukan level dari IgG, IgM atau IgA
= teknik double diffusion ; terapi difusi antigen-antibody dipercepat dengan bantuan arus listrik
aglutinasi
Reaksi antara antigen yang tidak larut denagn antibody yang larut Atau
Antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang tidak larut. misalnya ; sel darah merah, butiran latex
Tipe tes aglutinasi
Aglutinasi langsung (direct agglutination)
Aglutinasi pasif (passive agglutination)
Aglutinasi pasif terbalik (reserve passive agglutination)
Hambatan aglutinasi (agglutination inhibition)
Ko-aglutinasi (co-agglutination)
Aglutinasi langsung
Antigen yang digunakan adalah antigen yang dalam bentuk aslinya berupa partikel, misal : suspense bakteri
Contoh ; tes widal →Antigen adalah suspensi dari bakteri Salmonella yang telah dimatikan
Titer aglutinasi = pengenceran tertinggi dari serum pasien yang masih memberikan reaksi aglutinasi (+)
Jika reaksi aglutinasi melibatkan sel darah merah, dinamakan hemaglutinasi Contoh : penentuan gol darah
Kit hemaglutinasi untuk mendeteksi antibody anti-virus misal ; hepa A. hepa B, hepa C
Aglutinasi pasif = aglutinasi indirek
Antigen dilekatkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel (partikel inert),
seperti : latex, gelatin, silikat …agar hasil reaksi dapat terlihat dengan mata
Aglutinasi pasif ; Pemeriksaan RF, ANA tes, ASTO, antibody terhadap virus ; CMV, rubella, varicella-zozter, HIV-1 dan HIV-2
Aglutinasi pasif terbalik
Antibodi “carrier”
dilekatkan
pada
partikel
Banyak digunakan untuk mendeteksi adanya antigen dalam serum, urin maupun fluid
Contoh identifikasi cepat terhadap antigen pada Infeksi Streptococcus β hemoliticus, Staphylococcus aureus. Neisseria meningitides, Haemophyllus influenza, rotavirus, Cryotococcus neofromans, Vibrio cholera 01, Leptospira
Hambatan aglutinasi
Reaksi didasarkan pada kompetensi antara ‘particulate’ dengan antigen larut terhadap ‘combining site’ antibody yang terbatas
Reaksi melibatkan hapten yang membentuk kompleks dengan protein, yang selanjutnya dilekatkan pada ‘carrier’
Aglutinasi dengan penambahan antiglobulin
Tes antihuman globulin = Coomb’s test
Bertujuan untuk mendeteksi antibody ‘non-agglutinating’ dengan cara menambahkan ikatan dengan antibody ke dua
Terdapat dua macam tes; direct antiglobulin test dan indirect antiglobulin test
Tes antiglobulin langsung = direct antiglobulin test =DAT
Bertujuan untuk menentukan adanya IgG yang melekat pada sel darah pasien, terutama pasien penderita anemia hemolitik auotimun, penyakit hemofilik pada bayi, sensititisasi sel darah merah oleh obat
Tes indirek =indirect antiglobulin test = IAT
= indirect Coomb’s test terdapat 2 reaksi =
1. Sel darah merah (reagen) ditambah dengan serum pasien (antibody), diinkubasi 37ºC dicuci untuk menghilangkan antibody yang tidak terikat. 2. antihuman globulin (IgG) ditambahkan, untuk memperbesar (enhance) aglutinasi
Ko- aglutinasi
Sama dengan aglutinasi pasif,
Hanya partikel “inert” memakai bakteri, terbanyak menggunakan Staphylococcus aureus, karena memiliki protein di permukaan luarnya yang dinamakan “protein A” yang secara natural mampu mengabsorbsi Fc dari molekul antibody
Reaksi prozone = perbandingan jumlah antigen terlalu banyak dibanding antibodi menyebabkan kompleks kecil dan hasil terlihat negative
Konsentrasi seimbang (equivalent zone) = perbandingan jumlah antibodi seimbang dengan antigen menyebabkan kompleks besar dan hasil terlihat positif
Reaksi postzone = perbandingan jumlah antibodi terlalu banyak dibanding antigen menyebabkan kompleks kecil dan hasil terlihat negative
Flokulasi
Uji flokulasi RPR digunakan untuk menentukan antibody nontreponemal (reagin)
Antigen yang digunakan terdiri dari cardiolipin dan lechitin yang diekstraksi dari jantung sapi dan dimurnikan, disuspensikan dalam alcohol, ditambahkan kolesterol untuk mempermudah reaksi
Memiliki daya sifat mengubah daya larut antigen sehingga timbul flokulasi
Karaktristik kinerja ; 1. uji mirip cardiolipin non spesifik terhadap sifilis. Bila teruji reaksif pada tes RPR → tes serologi spesifik = FTA-Abs, TPHA untuk konfirmasi hasil. 2. bila non reaktif =mengesampingkan diagnosa sifilis
……………………………flokulasi
Pembacaan dihitung dan dilaporkan menurut kriteria ; Flokusi yang terlihat
Pembacaan
Laporan
Flokulasi sedang dan besar
R (reaktif)
Reaktif
Flokulasi kecil
W (weak reaktif)
Sedikit reaktif
Tidak ada flokulasi
N (negative)
Non- reaktif
semoga bermanfaat, semangat belajar & sehat selalu