Akbar Haryadi - E1a1 16 001 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL



STUDI KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SELF COMPACTING CONCRETE MENGGUNAKAN SLAG NIKEL SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu oleo



Oleh : AKBAR HARYADI E1A1 16 001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Studi Karakteristik dan Sifat Mekanik Self Compacting Concrete Menggunakan Slag Nikel Sebagai Pengganti Agregat Halus”. Proposal penelitian ini penulis susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatanya. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan proposal penelitian ini. Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih adanya kekurangan baik dari segi kalimat, tata bahasanya, maupun aspek lainya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki proposal penelitian ini untuk kedepannya. Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.



Kendari, September 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i KATA PENGANTAR ................................................................................. ......... ii DAFTAR ISI ................................................................................................ ........ iii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ........ vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ....... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... ......... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... ......... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... ......... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... ......... 5 1.5 Batasan Masalah....................................................................... ......... 6 1.6 Penelitian Terdahulu ................................................................ ......... 7 1.7 Sistematika Penulisan .............................................................. ........14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Compacting Concrete ....................................................... ........15 2.2 Sifat Beton Segar Self Compacting Concrete ( Workability ) . ........ 17 2.3 Sifat Beton Keras Self Compacting Concrete .......................... ........ 18 2.3.1 Kuat Tekan .................................................................... ........19 2.3.2 Kuat Tarik ...................................................................... ........20 2.3.3 Modulus Elastisitas ........................................................ ........21 2.3.4 Porositas......................................................................... ........22



iii



2.4 Bahan Penyusun Self Compacting Concrete ( SCC )............... ........22 2.4.1 Semen Portland ............................................................. ........22 2.4.2 Air .................................................................................. ........24 2.4.3 Agregat Kasar ................................................................ ........24 2.4.4 Agregat Halus ................................................................ ........25 2.4.5 Superplasticizer ............................................................. ........26 2.5 Metode Pengujian Self Compacting Concerete (Slump Flow Test) ..26 2.6 Slag Nikel ................................................................................. ........29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... ........30 3.1.1 Lokasi Penelitian ........................................................... ........31 3.1.2 Waktu Penelitian............................................................ ........31 3.2 Variabel Penelitian ................................................................... ........31 3.3 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ ........32 3.3.1 Alat Penelitian ............................................................... ........32 3.3.2 Bahan Penelitian ............................................................ ........34 3.4 Prosedur Penelitian................................................................... ........35 3.4.1 Tahap persiapan ............................................................. ........35 3.4.2 Tahap Pengujian Bahan ................................................. ........35 3.4.3 Tahap Perencanaan Mix Design .................................... ........47 3.4.4 Tahap Pembuatan Adukan ............................................. ........48 3.4.5 Tahap Pengujian Beton Segar........................................ ........48 3.4.6 Tahap Perawatan Beton ................................................. ........49



iv



3.4.7 Tahap Pengujian Beton Keras ....................................... ........49 3.4.8 Analisa Data dan Kesimpulan ....................................... ........49 3.5 Diagram Alur Penelitian .......................................................... ........50 DAFTAR PUSTAKA



v



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Sifat struktural Self Compacting Concrete Tabel 2.2 susunan unsur semen portland Tabel 2.3 Metode Pengujian Self Compacting Concrete Tabel 2.4 Syarat hasil pengujian slump-flow Tabel 2.5 Visual Stability Index Ratting Tabel 2.2 Kandungan Kimia Slag Nikel Tabel 3.1 Variabel Penelitian Self Compacting Concrete



vi



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1 Diagram konsep HESSCC Gambar 2.2 Konsep Dasar Proses Produksi SCC Gambar 2.2 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan Gambar 2.3 Limbah buangan slag nikel Gambar 3.1 PT.Aneka Tambang Pomalaa Gambar 3.2 Lab. Teknologi Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik UHO Gambar 3.3 Diagram Alur Penelitian



vii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya tidak lepas dari upaya kemajuan bangsa. Di era presiden Joko Widodo, Indonesia saat ini sedang mengedepankan pembangunan infrastruktur secara merata. Baik infrasturktur jalan, jembatan, gedung, bendungan, dan lainya. berkembangnya



pembangunan-pembangunan



Semakin



di Indonesia membuat



berkurangnya lahan-lahan hijau. Selain itu, banyaknya kegiatan industri dan konstruksi membuat sumber utama masalah



lingkungan



hidup dan



berkontribusi secara signifikan terhadap penipisan sumber daya alam. Kedua kegiatan tersebut cukup besar, sehingga limbah juga dihasilkan setiap hari. Disisi lain, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan merupakan suatu masalah yang harus diperhatikan. Salah satu contoh dari limbah kegiatan industri yang cukup besar adalah limbah nikel ( slag nikel ) yang berada di PT. Antam Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Slag nikel adalah salah satu jenis limbah peleburan bijih nikel setelah melalui proses pembakaran. Produksi dari terak nikel PT. Aneka Tambang Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurun waktu periode 2011-2012 sekitar 1 juta ton terak, dengan kandungan



1



nikel dalam pengolahan biji nikel adalah antara 1,80% sampai 2,00%. ( Wayan Mustika dkk, 2016 ) Sebagai limbah buangan hasil pengelohan biji nikel, slag nikel hanya



digunakan



sebagai



bahan



timbunan



oleh



masyarakat



yang



dianggap sudah tidak memiliki manfaat lagi. Tetapi jika dilihat secara visual, bentuk fisik dari slag nikel menyerupai agregat, baik yang halus menyerupai pasir dan kasar yang meyerupai kerikil, dimana dapat digunakan untuk bahan agregat dalam campuran beton. Pada tahun 2018 ANTAM menghasilkan 1.023.111 ton slag. Slag dari pabrik pengolahan feronikel ANTAM di Pomalaa, Sulawesi Tenggara saat ini dimanfaatkan sebagai substitusi bahan baku agregat kasar untuk konstruksi roadbase dan yardbase, serta material konstruksi beton yang diberi nama Pomalaa Beton (Poton). Selain itu, slag juga dimanfaatkan sebagai pengganti agregat (pasir dan kerikil) pada campuran beton cor. ( PT. ANTAM ) Upaya ANTAM dalam pengelolaan limbah pabrik feronikel merupakan refleksi komitmen Perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Perusahaan menyadari bahwa keberlanjutan harus berlandaskan pada kepatuhan hukum, etika dan integritas. Bagi ANTAM, Pengelolaan limbah slag merupakan salah satu implementasi pilar Planet sebagai salah satu pilar Keberlanjutan ANTAM, yang diwujudkan dalam good mining practices. Sedangkan Pilar keberlanjutan ANTAM yang lain diantaranya adalah: Prosperity, People, Partnership dan Prudence.



2



Semakin berkembangnya teknologi beton (Concrete Technology) masa kini yang semakin hari tiada henti-hentinya seperti high early strength concrete, self compacting concrete, portland pervious concrete, high perfomance concrete, ultra high perfomance concrete, merupakan metode untuk sifat mekanik dari beton, mulai dari sifat kemudahan pengerjaannya, pemanfaatan limbah beton dan meningkatkan kuat tekan beton tersebut. Dalam pekerjaan konstruksi beton, pemadatan atau vibrasi beton adalah pekerjaan yang mutlak harus dilakukan untuk suatu pekerjaan struktur beton bertulang konvensional. Tujuan dari pemadatan itu sendiri adalah meminimalkan udara



yang terjebak dalam beton segar sehingga



diperoleh beton yang homogen dan tidak terjadi rongga-rongga didalam beton. Konsekuensi pemadatannya,



dari beton



diantaranya



bertulang



yang



tidak



sempurna



dapat menurunkan kuat tekan beton dan



impermeabilitas beton sehingga mudah terjadi korosi pada besi tulangan (Sugiharto dan Kusuma, 2001). Pengecoran beton konvensional pada beam column joint yang padat tulangan dengan alat vibrator belum menjamin tercapainya kepadatan secara optimal. Selain itu penggunaan alat vibrator pada daerah padat bangunan dapat menimbulkan polusi suara yang menggangu sekitarnya, sehingga teknologi self compacting concrete (SCC) merupakan alternatif yang dapat digunakan. Self Compacting Concrete (SCC) yaitu beton mutu tinggi yang dapat memadat sendiri merupakan salah satu inovasi beton yang memiliki workabilty tinggi. Pada beton SCC selain workability juga dituntut adanya



3



mutu kuat tekan yang tinggi pada masa awal umur beton. Berbagai bahan tambah digunakan dalam pembuatan SCC untuk mendapatkan hasil kuat tekan tinggi dan workability yang baik. ( Safarizki, 2017 ) Selain itu, dalam produksi beton SCC, komposisi agregat kasar dan agregat halus harus diperhatikan. Karena semakin besar proporsi agregat halus akan meningkatkan daya alir beton segar, tetapi jika agregat halus yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan nilai kuat tekan yang dihasilkan. Sebaliknya jika terlalu banyak agregat kasar dapat memperbesar resiko segregasi beton. ( Dehn et al, 2000 ) Oleh karena itu, penulis bermaksud melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Studi Karakteristik dan Sifat Mekanik Self Compacting Concrete Menggunakan Slag Nikel Sebagai Pengganti Agregat Halus ”.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan pemaparan latar belakang diatas, terdapat suatu permasalah yang perlu diteliti, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh slag nikel sebagai pengganti agregat halus pada Self Compacting Concrete terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas ? 2. Bagaimana nilai uji slum flow dan flow time T50 cm Self Compacting Concrete yang menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus ?



4



3. Berapa kadar optimum penggunaan slag nikel sebagai pengganti agregat halus yang dapat mendukung konsep Self Compacting Concrete, jika ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas dan uji slump flow ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adlaah sebagai berikut : 1. Dapat mengetahui pengaruh slag nikel sebagai pengganti agregat halus pada Self Compacting Concrete terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas. 2. Dapat mengetahui nilai uji slum flow dan flow time T50 cm Self Compacting Concrete yang menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus. 3. Dapat mengetahui kadar optimum penggunaan slag nikel sebagai pengganti agregat halus yang dapat mendukung konsep Self Compacting Concrete, jika ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas dan uji slump flow. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adlaah sebagai berikut : 1. Memperoleh pengetahuan bahwa slag nikel sebagai pengganti agregat halus pada campuran beton SCC. 2. Masyarakat memperoleh pengetahun mengenai pemanfaatan slag nikel sebagai pengganti agregat halus sehingga dapat mengurangi kerusakaan



5



lingkungan dan penumpukan slag baik di kalangan masyarakat maupun di sektor industri. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya menggunakan slag nikel yang terdapat di PT. Aneka Tambang Pomalaa, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Sifat beton segar yang diteliti meliputi slum flow test dan flow time T50 cm sedangkan sifat beton keras yang diteliti adalah kuat tekan, kuat tarik dan modulus elastisitas. 3. Penelitian ini menggunakan bahan tambah berupa Superplasticizer jenis Sika Viscocrete 3115 N sebesar 1,5% dari berat semen. 4. Penelitian ini hanya menggunakan semen PCC ( Portland Composit Cement ) tipe I, dimana penggunaanya tidak memerlukan persyaratan khusus. 5. Pengujian beton SCC menggunakan slag nikel dilakukan pada saat beton sudah berumur 3, 7 dan 28 hari. 6. Rencana Anggaran Biaya dalam pembuatan beton SCC menggunakan slag nikel tidak di teliti. 7. Metode mix design beton SCC yang digunakan adalah Standar EFNARC ( The European Guidlines for Self Compacting Concrete ) tahun 2005 dengan material slag nikel sebagai subtitusi agregat halus.



6



1.6 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu dari pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan oleh Ade Lisantono dan Jenifer Yoan Wijadi ( 2018 ) yang berjudul “Pengaruh Penambahan Superplasticizer Terhadap Sifat Mekanik Beton Memadat Mandiri dengan Serat Serabut Kelapa ”. Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan superplasticizer terhadap sifat mekanik beton memadat mandiri dengan serat serabut kelapa yang diberi perlakuan alkali. Kadar serat serabut kelapa ditetapkan sebesar



1



%



terhadap



berat



semen.



Sedangkan



variasi



kadar



superplasticizer yang digunakan sebesar 1,5%; 2%; dan 2,5% dari berat semen. Pengujian beton segar yang dilakukan meliputi flowability, viscosity, dan passing ability. Benda uji berbentuk silinder dengan ukuran (150 mm × 300 mm) untuk pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas. Pengujian dilakukan pada saat umur beton 14 hari dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi kadar superplasticizer yang paling optimal adalah 2,5% dari berat semen. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kuat tekan sebesar 48,07% pada umur 14 hari dan 57,89% pada umur 28 hari, kuat tarik sebesar 35,25% pada umur 14 hari dan 33,97% pada umur 28 hari apabila dibandingkan dengan beton tanpa superplasticizer. Sedangkan modulus elastisitas rata-rata pada umur 14 hari sebesar 26.684,739 MPa dan 30.578,019 MPa pada umur 28 hari.



7



2. Penelitian oleh Handoko Sugiharto, Tedy Gunawan dan Yusuf Muntu ( 2006 ) dengan judul “ Penelitian Mengenai Peningkatan Kekuatan Awal Beton Pada Self Compacting Concrete ”. High Early Strength Self Compacting Concrete (HESSCC), sebuah fenomena baru dalam dunia teknologi beton, memiliki keunggulan workability, durabilitas dan kekuatan awal yang tinggi, sehingga dapat diaplikasikan dengan baik khususnya pada dunia usaha pre-cast concrete. Dalam penelitian ini digunakan admixture (hyperplasticizer) Glenium Ace–80 dan filler Silica Fume Rheomac SF 100 dengan water-binder ratio rendah. Pengujian workability dilakukan dengan menggunakan alat Slump Cone,V-Funnel dan L Shaped Box, sedangkan tes kuat tekan beton dilakukan pada umur 1, 3, 7, 14, 28 hari. Tes kuat tekan ini diutamakan untuk umur 1 hari untuk kuat tekan awal dan 28 hari untuk kuat tekan akhir dari beton. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Silica Fume sebesar 2 % dan Glenium Ace-80 sebesar 2.5 % sudah mampu mencapai kriteria self compactible sekaligus kuat tekan awal (High Early Strength) yang baik pula, karena nilai water-binder ratiotetap dijaga pada nilai yang rendah. 3. Penelitian oleh Nur Aisyah Jalali dan Agus Salim ( 2018 ) dengan judul “ Agregat Halus Slag Nikel Sebagai Pengganti Sebagian Pasir Pada Pembuatan Beton ” . Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kuat tekan dan kuat lentur pada berbagai variasi penggunaan slag nikel, dan untuk menentukan persentase slag nikel yang tepat sebagai pengganti sebagian pasir dalam campuran beton. Spesimen uji beton dibuat dengan variasi



8



kadar slag nikel 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80% dengan benda uji silinder 30 cm tinggi dan berdiameter 15 cm untuk menguji kuat tekan dan berat volume, serta bentuk balok berukuran 10x10x40 cm untuk pengujian kekuatan lentur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa slag nikel meningkatkan kekuatan beton dan tidak mempengaruhi kekuatan lentur beton. Kekuatan tekan rata-rata optimal diperoleh pada penggunaan slag nikel 40%, sedangkan kekuatan lentur rata-rata tertinggi terjadi pada penggunaan slag nikel 60%. Adapun kesamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus dalam campuran pembuatan beton. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah pembuatan betonya adalah SCC ( Self Compacting Concrete ) 4. Penelitian ini dilakukan oleh Ali Achmadi ( 2009 ) dengan judul “ Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag Sebagai Agregat Halus Dan Agregat Kasar Dengan Aplikasi Superplasticizer Dan Silicafume ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi prosentase subtitusi mutu beton terak agregat optimal, dimana penggunaan agregat lunak dan kasar dari terak sebagai agregat yang tepat untuk memenuhi konstruksi beton dengan spesifikasi khusus. Penggunaan agregat terak dapat mengoptimalkan deposit terak padat dari pabrik fusi baja menjadi agregat beton berkualitas tinggi, penelitian ini menggunakan terak di tempat agregat lunak dan kasar dengan menggunakan metode doe kemudian subtitusi prosentase campuran sebesar 0%, 20%, 40%, 60%,



9



80% dan 100% dari berat pasir dan batu pecah, dengan sikament. Pada 1% dan sikafume 3% dari semen berat. Silinder membentuk benda uji dengan umur yang merendam perawatan sistem 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan tekan tertinggi dicapai dalam prosentase terak 60%, yaitu 671,57 kg / cm2 atau naik sebesar 9,2% dari prosentase terak 0%, dalam kekuatan tarik tertinggi dicapai dalam prosentase terak 60%, yaitu 43,62 kg / cm2 atau naik 8,5% dari prosentase terak 0%, untuk pengujian porositas nilai terkecil dalam prosentase terak 60%, yaitu 0,98% lebih rendah 13,8% dari prosentase terak 0%. pada ketinggian nilai substitusi elastisitas modulus slag cenderung lebih rendah, nilai modulus paling bawah elastisitas pada subtitusi slag 60% sebesar 20056 MPa. 5. Penelitian ini dilakukan oleh Ashis Kumer Saha dan Prabir Kumar Sarker ( 2017 ) yang berjudul “ Penggunaan Berkelanjutan Agregat Halus Slag Nikel dan Fly Ash dalam Beton Struktural ”. Variasi penggunaan feronikel slag pertama sebesar 0%, 50% dan 100 % dengan semen portland. Kedua 0%, 50% dan 100 % dengan fly ash 30 %. Kuat tekan optimum pada umur 28 hari dari campuran beton yang mengandung 50% FNS masing-masing adalah 66 MPa, 51 MPa tanpa fly ash dan 30% fly ash masing-masing. Kekuatan tarik yang membelah, kekuatan lentur dan modulus elastisitas beton yang mengandung 50% dan 100% FNS berkorelasi baik dengan kekuatan tekan, yang serupa dengan korelasi untuk beton yang mengandung 100% pasir alami.



10



6. Penelitian ini dilakukan oleh Ashish Kumer Saha, Prabir Kumar Sarker, dan Subhra Majhi ( 2018 ) yang berjudul “ Pengaruh Temperatur Suhu Tinggi Terhadap Pemasangan Beton Slag Ferronickel Sebagai Agregat Halus ”. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh temperatur pada beton yang menggunakan feronikel terak (FNS) sebagai pengganti pasir alami dengan variasi penggunaan FNS sebesar 0%, 50% dan 100% dari berat agregat halus. Hasil menunjukan bahwa Beton yang mengandung hingga 100% FNS agregat menunjukkan tidak ada spalling dan cracking yang serupa dengan beton yang menggunakan pasir alami 100%. Untuk penggunaan suhu hingga 600 °C, kekuatan residu beton yang mengandung FNS 50% adalah 7% sampai 10% lebih kecil dari beton dengan pasir 100% . 7. Penelitian ini dilakukan oleh Wayan Mustika, I M. Alit K. Salain dan I K. Sudarsana ( 2016 ) dengan judul “ Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat Dalam Campuran Beton ”. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 48 buah yang diuji pada umur 28 hari dengan beberapa variasi campuran. Variasi 01, 100% agregat alami, variasi 02, terak nikel sebagai agregat kasar, variasi 03, terak nikel sebagai agregat halus, dan variasi 04, terak nikel sebagai agregat kasar dan agregat halus. Hasil



penelitian menunjukkan



bahwa



jika



dibandingkan



dengan



penggunaan agregat alami, terak nikel yang digunakan hanya sebagai agregat kasar, sebagai agregat halus saja dan gabungan agregat kasar



11



dan agregat halus mengakibatkan nilai slump berturut-turut turun 39,47 %, meningkat sebesar 55,26 %, dan meningkat sebesar 34,21 %. Sebagai agregat kasar, terak nikel meningkatkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik belah berturut-turut sebesar 42,27 %,



19,37%



dan



23,46%.



Sebagai



agregat



halus,



terak nikel



mengakibatkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik belah turun berturut-turut sebesar 16,75 %, 6,70% dan 24,58%.



Sebagai



gabungan agregat kasar dan halus, terak nikel meningkatkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik belah berturut-turut sebesar 10,31 %, 9,26% dan 6,70%. 8. Penelitian ini dilakukan oleh Dicky Apriansyah Putra (2019) dengan judul Pengaruh Penggunaan Plasticizer dan Filler Serbuk Bata Merah Terhadap Uji Kuat Tekan Beton Memadat Sendiri (Self Compacting Concrete). SP yang digunakan Sika Viscocrete 3115 N. Sampel penelitian adalah benda uji yang berupa kubus dengan ukuran 15x15x15 cm, variasi sampel berjumlah 7 variasi yaitu Beton Normal, SCC SP 1%, SCC SP 1,5%, SCC SP 2%, SCC SP 1%+SBM 10%, SCC SP 1,5%+SBM 10% dan SCC SP 2%+SBM 10%, masing-masing variasi terdiri dari 9 sampel. Dari 7 variasi sampel yang di uji menunjukkan nilai kuat tekan karakteristik tertinggi pada variasi penggunaan Superplasticizer 1,5% dengan nilai kuat tekan karakteristik sebesar 506,86 Kg/Cm2 pada umur 28 hari. 9. Penelitian ini dilakukan oleh Mufti Amir Sultan dan Nini Hasriyani Aswad ( 2008 ) yang berjudul “ Pengaruh Penambahan Superplasticizer Terhadap



12



Kuat Tekan Beton SCC ”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi penggunaan bahan tambah superplasticizer pada penggunaan beton alir atau beton SCC, dengan penambahan superplasticizer terlihat bahwa semakin rendah superplaticizer yang digunakan yaitu pada konsentrasi 1,5% terhadap berat semen composite didapatkan mutu beton sesuai dengan rencana. Pada penelitian ini juga digunakan jenis semen portland composite, yaitu jenis semen portland yang pada proses pengolahannya ditambahkan zat anorganik dengan kadar 6% - 35%. 10. Penelitian ini dilakukan oleh ( 2018 ) yang berjudul “ ”. Penelitian ini akan memanfaatkan copper slag sebagai bahan pengganti pasir pada beton self sompacting concrete. Benda uji yang digunakan adalah silinder berukuran 15 x 30 cm, berbahan dasar portland cement,copper slag, pasir lumajang, kerikil 5-10 mm, air dan superplasticizer. Superplasticizer yang digunakan adalah viscocrete dengan kadar 0,6%. Dalam penelitian ini kadar copper slag sebagai pengganti pasir adalah 0%, 20%,40% dan 60% dengan usia beton 28 hari. Kuat tekan yang dihasilkan dari penambahan copper slag 0% 34,14 MPa, copper slag 20% 30,55 MPa, copper slag 40% 25,65 MPa, copper slag 60% 23,77 MPa. Sedangkan nilai persentase porositas dari penambahan copper slag 0% yaitu 0,471 % , copper slag 20% yaitu 0,52%, copper slag 40% yaitu 0,61%, copper slag 60% yaitu 0,66%. Kuat tekan pada kadar copper slag 20% memiliki kuat tekan paling tinggi, berbanding lurus dengan nilai porositas terkecil pada kadar copper slag 20%.



13



1.7 Sistematika Penulisan Dalam pembahasan penelitian ini, penulisan mengklasifikasikan dalam 5 bab, yaitu sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan, Merupakan bab yang menguraikan mengenai latar belakang,



rumusan



masalah, tujuan



penelitian, manfaat penelitian,



batasan masalah penelitian, penelitin terdahulu dan sistematika penulisan secara singkat. 2. Bab II Tinjauan Pustaka, Merupakan bab yang berisikan kumpulan pustaka yang mendukung dalam penulisan penelitian ini. 3. Bab III Metodologi Penelitian, Merupakan bab yang menguraikan penjelasan mengenai bahan, alat, variable dan tahap penelitian, beserta diagram alur penelitian. 4. Bab IV Hasil Dan Pembahasan, Merupakan bab yang menguraikan tentang pembahasan yang menyangkut pelaksanaan



pengolahan



data



yang telah diperoleh dari hasil pengujian yang telah di laksanakan dengan disertakan grafik-grafik untuk memperjelas hasil penelitian. 5. Bab V Penutup, Merupakan bab yang menguraikan kesimpulan penelitian berdasarkan tujuan dan pembahasan serta sara-saran untuk penelitian lebih lanjut.



14



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Self Compacting Concrete Self Compacting Concrete ( SCC ) adalah beton inovatif yang tidak membutuhkan getaran untuk pemadatanya. SCC tidak membutuhkan penggetaran seperti beton normal dalam pemadatanya karena SCC mempunyai flow ability yang tinggi, sehingga mampu mengalir, memenuhi bekisting dan mencapai kepadatan sendiri tertinggi. ( EFNARC, 2005 ) High Early Strength Self Compacting Concrete merupakan varian beton yang memiliki tingkat workability yang tinggi sehingga tidak memerlukan pemadatan lagi dan juga memiliki kekuatan awal yang besar. Untuk mendapatkan campuran beton dengan tingkat workability yang tinggi dan kekuatan awal yang besar perlu diperhatikan hal–hal sebagai berikut : 1. Agregat kasar dibatasi jumlahnya sampai ± 50% dari volume padatnya. 2. Pembatasan jumlah agregat halus kurang lebih 40% dari volume mortar. 3. Water–binder ratiodijaga pada level kurang lebih 0,3 4. Penggunaan Hyperplasticizer pada campuran beton untuk mendapatkan tingkat workabilty yang tinggi sekaligus menekan nilai water–binder ratio. 5. Ditambahkan bahan pengisi (Filler) untuk meningkatkan durabilitas dan kekuatan tekan dari beton.



15



Gambar 1.1 Diagram konsep HESSCC Menurut Sugiharto dan Kusuma (2001) selain tidak memerlukan getaran pada proses pemadatannya, SCC memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. Segi durabilitas



a. Meningkatkan homogenitas betonjj b. Dapat membungkus tulangan dengan baik c. Porositas dari matrik beton yang rendah d. No carbonation, no chloride ingress. 2. Segi produktivitas a. Pengecoran yang cepat b. Pemompaan yang lebih mudah c. Pekerjaan pemadatan tidak perlu dilakukan lagi.



16



3. Tenaga kerja a. Human error akibat pemadatan kurang sempurna dapat dihilangkan b. Angka kecelakaan tenaga kerja dapat diperkecil c. Tidak ada polusi suara akibat vibrator d. Tidak terjadi hand arm vibration syndrom (HAVS) e. Tidak terjadi white fingers akibat gangguan peredaran darah.



Komposisi SCC dapat dikatakan sama dengan beton konvensional yaitu terdiri dari semen, agregat dan air, hanya saja pada SCC perlu ditambahkan superplasticizer dengan kadar tertentu untuk mendapatkan workability yang baik dan diiringi dengan penurunan nilai faktor air semen. 2.2 Sifat Beton Segar Self Compacting Concrete ( Workability ) Workability adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang (placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya efek negatif berupa pemisahan agregat (segregation) dan pendarahan (bleeding). (Nugraha, P & Antoni, 2007). Kriteria yang harus dipenuhi SCC berdasarkan EFNARC, 2005 adalah sebagai berikut: 1. Filling Ability, adalah kemampuan beton segar untuk mengalir dan mengisi ruangan cetakan melalui beratnya sendiri. 2. Passing Ability, adalah kemampuan beton segar mengalir melalui celahcelah antar besi tulangan atau bagian yang sempit dan padat tanpa terjadi segregasi dan blocking. 3. Segregation Resistance, adalah kemampuan beton segar untuk tetap dalam keadaan homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran. 17



Konsep untuk menghasilkan SCC berdasarkan material yang diguinakan dan pengaruhnya terhadapa workability dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.



Gambar 2.2 Konsep Dasar Proses Produksi SCC Sumber : Dehn et al, (2000) Berdasarkan gambar 2.2, dapat diketahui bahwa dalam produksi SCC komposisi agregat kasar dan agregat halus harus diperhatikan. Karena semakin besar proporsi agregat halus akan meningkatkan daya alir beton segar, tetapi jika agregat halus yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan nilai kuat tekan yang dihasilkan. Sebaliknya jika terlalu banyak agregat kasar dapat memperbesar resiko segregasi beton.



2.3 Sifat Beton Keras Self Compacting Concrete Selain harus memenuhi kriteria beton segar, suatu beton dapat dikatakan SCC apabila memenuhi sifat struktural seperti pada tabel berikut:



18



Tabel 2.1 Sifat struktural Self Compacting Concrete No



Keterangan



Nilai



1



Faktor Air Semen (%)



25 – 40



2



Rongga Udara (%)



4,5 – 6,0



3



Kuat Tekan (28 hari) (Mpa)



40 – 80



4



Kuat Tekan (91 hari) (Mpa)



55 – 100



5



Kuat tarik (28 hari) (Mpa)



2,4 – 4,8



6



Modulus elastisitas (Gpa)



30 – 36



7



Susut Regangan (x10-6)



600 - 800



Sumber: Ouchi et al, (2003)



2.3.1 Kuat Tekan Menurut SNI 03-1974-1990 kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin uji tekan. Kuat tekan SCC dengan w/c atau w/p yang sama akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tekan beton konvensional. Kuat tekan SCC pada umur 28 hari berkisar antara 40-80 Mpa. (Ouchi et al, 2003) Besarnya kuat tekan beton normal dengan SCC sama, yang dapat dihitung dengan cara membagi beban maksimum pada saat benda uji menjadi hancur dengan luas penampang. Persamaannya adalah sebagai berikut: =



19



Keterangan : f’c = Kuat Tekan Beton ( MPa ) P = Beban Maksimum ( N ) A = Luas Penampang Benda uji ( mm2 )



2.3.2 Kuat Tarik 1. Kuat Tarik Belah Kuat tarik belah benda uji silinder beton adalah nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin uji tekan (SNI 03-2491-2002). Kuat tarik belah benda uji dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan berikut :



=



(1)



Keterangan : fsp = kuat tarik belah beton (MPa) P = beban maksimum (N) l



= panjang benda uji (mm)



d = diameter benda uji (mm) 2. Kuat Tarik Lentur Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda 20



uji patah yang dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas. 2.3.3 Modulus Elastisitas Modulus elastisitas adalah perbandingan antara nilai tegangan dan regangan. Modulus elastisitas merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk persatuan panjang, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan.



Gambar 2.2 Kurva Hubungan Tegangan dan Regangan



Hubungan linear antara tegangan dan regangan untuk bahan yang mengalami tarik atau tekan dinyatakan dengan Persamaan berikut. = Dengan : σ = Tegangan aksial (MPa) E = modulus elastisitas (MPa) ε = Regangan aksial 21



Beton memiliki regangan yang kecil maka terdapat rumus empiris untuk menentukan modulus elastisitas beton. Berdasarkan SNI 032847-2002, odulus elastisitas dirumuskan : = 4700







Dengan : Ec = modulus elastisitas (MPa), f’c = kuat tekan beton (MPa). 2.3.4 Porositas Porositas beton adalah perbandingan volume pori-pori (volume yang dapat ditempati oleh fluida) terhadap volume total beton (Sutapa, 2011). Ruang pori pada beton dapat terjadi akibat kesalahan pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan.



2.4 Bahan Penyusun Self Compacting Concrete ( SCC ) 2.4.1 Semen Portland Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya. (SNI22



15-2049-2004). Semen



dibedakan



menjadi



beberapa



tipe



berdasarkan penggunaannya. Jenis semen berdasarkan kegunaanya adalah sebagai berikut. 1. Semen jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan pesyaratan khusus. 2. Semen jenis II, yaitu semen portland yang penggunaanya memerlukan kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. 3. Semen



jenis



III,



yaitu



penggunaanya memerlukan



semen



portland



yang



dalam



tinggi



pada



tahap



portland



yang



dalam



yang



dalam



kekuatan



permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Semen



jenis



IV,



yaitu



semen



penggunaanya memerlukan kalor hidrasi yang rendah. 5. Semen



jenis



V,



yaitu



semen



portland



penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi terhadap sulfat. (SNI 15-2049-2004).` Tabel 2.2 susunan unsur semen portland Unsur Komposisi (%) Kapur (CaO) 0-65 Silika (SiO2)



Jul-25



Alumina (Al2O3)



3,0-8,0



Magnesia (MgO)



0,5-4,0



Sulfur (SO3)



1,0-2,0



Besi (Fe2O3)



0,5 – 6,0



Soda/Potash (Na2O + K2O)



0,5-1,0



Sumber : Tjokrodimuljo, 2007



23



2.4.2 Air Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan beton karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia semen portland dan sebagai bahan pelicin antara semen dengan agregat agar mudah dikerjakan. Air diperlukan pada adukan beton karena berpengaruh pada sifat pengerjaan beton ( workability ). Air



untuk



persyaratan air campuran



campuran minum,



beton



akan



beton tetapi



minimal



yang



bukan



berarti



memenuhi air



untuk



harus memenuhi standar air minum. Air yang



digunakan sebaiknya memenuhi syarat berikut (Tjokrodimuljo, 2007) : 1. Air harus bersih 2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda yang melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter 3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, asam, zat organik lebih dari 15 gram/liter 4. Tidak mengandung klorida atau Cl > 0,5 gram/liter 5. Tidak mengandung senyawa sulfat > 1 gram/liter 2.4.3 Agregat Kasar Agreagat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Agreggat kasar dapat berupa batuh pecah ( buatan ) maupun alami. Persyaratan umum agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton adalah sebagai beriukut (PBI-1971): 24



1. Agregat kasar berupa kerikil yang berasal dari batu-batuan alami,



atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu. 2. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. 3. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah



atau hancur olehpengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. 5. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti



zat-zat yang reaktif alkali. 2.4.4 Agregat Halus Agregat halus adalah agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm (SNI 03-2847-2002). Persyaratan umum agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton adalah sebagai berikut (PBI-1971): 1. Agregat halus dapat berupa pasir alam yang diambil dari sungai atau



berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat batu pecah. 2. Butirannya harus yang tajam dan keras, tidak pecah atau hancur oleh



pengaruh cuaca. 3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap



berat kering). 4. Tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.



25



2.4.5 Superplasticizer Superplasticizer (high range water reducer admixture) adalah bahan kimia pembantu (chemical admixture) pada beton yang berfungsi mengurangi penggunaan air sampai dengan 12% atau lebih (ASTM C494). Prinsip mekanisme kerja dari setiap superplasticizer sama, yaitu dengan menghasilkan gaya tolak- menolak (dipresion) yang cukup antarpartikel semen agar tidak terjadi penggumpalan partikel semen (flocculate) yang dapat menyebabkan terjadinya rongga udara didalam beton, yang akhirnya akan mengurangi kekuatan atau mutu beton yang direncankan tidak sesuai dengan hasil pengujian yeng telah diteliti. (Nugraha P & Antoni, 2007) Selain superplasticizer



memiliki juga



keuntungan memiliki



dalam kelemahan



penggunaanya, yang



cukup



mengkhawatirkan. Flowability yang tinggi pada campuran beton yang mengandung superplasticizer umumnya dapat bertahan sekitar 30-60 menit dan setelah itu berkurang cepat. Hal itu sering disebut dengan slump loss. (Nugraha P & Antoni, 2007) 2.5 Metode Pengujian Self Compacting Concerete ( Slump Flow Test ) Kemampuan mengisi dan stabilitas dari pemadatan beton dalam keadaan segar dapat di definisikan oleh empat karakteristik kunci. Setiap karakteristik dapat diketahui dengan suatu metode pengujian berikut :



26



Tabel 2.3 Metode Pengujian Self Compacting Concrete Characteristic Preffered Test Method Filling ability



Slump-flow test



Viscosity (assessed by rate of flow)



T500 Slump-flow test or V-funnel test



Passing ability



L-box test



Segregation resistant



VSI



Sumber : EFNARC, 2005 Pengujian Slump-flow test bertujuan untuk menguji filling ability SCC pada saat kondisi segar. Metode pengujian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan campuran beton untuk mengalir mengisi ruangan melalui beratnya sendiri. Berdasrkan The European Guidelines for Self-Compacting Concrete: Specification, Production and Use (EFNARC, 2005) ketentuan nilai slump untuk SCC dibagi menjadi tiga kelas yaitu : Tabel 2.4 Syarat hasil pengujian slump-flow Class Slump-flow



Keterangan  Untuk beton bertulang seperti bangunan perumahan  Pengecoran dengan sistem injeksi misalnya



SF1



550-650



dinding  Pengecoran bagian sempit untuk mencegah aliran horizontal misalnya pondasi dalam



SF2



660-750



SF3



760-850



Untuk kondisi normal (dinding, kolom) Biasanya diproduksi dengan ukuran agregat lebih kecil



Sumber : EFNARC, 2005 Posedur pengujian pengujian slump-flow dan flow time T500 mm adalah sebagai berikut:



27



1. Basahi base plate dan slump cone (kondisi jenuh air), slump cone diletakan pada plat baja dalam posisi diameter kecil diletakan dibawah. 2. Tuangkan campuran beton segar dalam slump cone hingga penuh tanpa rojokan/pemadatan. 3. Bersihkan plat dari tumpahan beton segar, dan pastikan plat dalam keadaan lembab tetapi tidak ada genangan air. 4. Slump cone diangkat secara vertikal dan dimulai perhitungan waktu. 5. Ukur waktu yang diperlukan aliran beton untuk mencapai d50 cm (T50). 6. Lakukan pengukuran diameter maksimum yang dicapai aliran beton (dm). Selain filling ability, pengujian slump flow dapat memberikan informasi tambahan tentang nilai ketahanan campuran terhadap segregasi dan bledding secara visual ( visual stability index ). Penilain dilakukan dengan mengamati hasil dari pengujian slump flow dengan nilai kriteria yang sudah ditentukan dalam ASTM C 1611. Tabel 2.5 Visual Stability Index Ratting VSI Kinerja 0 = Sangat Stabil Tidak terjadi segregasi dan bledding 1 = Stabil



Tidak terjadi segregasi tapi ada sedikit bledding Terjadi segregasi, misalnya pasta dilingkaran luar



2 = Tidak Stabil



slump sekitar 10 mm dan terjadi penumpukan agregat ditengah masa beton Terjadi segregasi sebesar > 10 mm dan atau terjadi



3 = Sangat tak stabil penumpukan agregat di tengah masa mortar Sumber : ASTM 1611



28



2.6 Slag Nikel Slag nikel adalah limbah hasil indsutri dalam proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah yang berwujud gumpalan menyerupai logam, memiliki kualitas rendah karena bercampur dengan bahan-bahan lain yang susah untuk dipisahkan. Slag terjadi karena akibat penggumpalan mineral silika, potas dan soda dalam proses peleburan logam atau melelehnya mineral-mineral tersebut dari wadah pelebur akibat proses panas yang tinggi. Sebagai limbah buangan hasil pengolahan bijih nikel, slag hanya digunakan sebagai bahan timbunan yang kurang memiliki nilai ekonomis. Jika dilihat secara visual, bentuk fisik dari slag nikel ini menyerupai agregat , baik agregat halus maupun agregat kasar yang bisa digunakan sebagai bahan



campuran



beton



yang dapat mengurangi limbah yang sudah



menumpuk tiap tahunya.



Gambar 2.3 Limbah buangan slag nikel



29



Sekitar 70 % kimia slag nikel terdiri dari Silika 41,47 %, Ferri Oksida 30,44 % dan Aluminia 2,58 %. Dengan komposisi Silika yang cukup



besar,



diharapkan



proses



hidrasi



yang terjadi



pada



bahan



campuran, atau kalaupun terjadi kehancuran pada bahan diperlukan energi yang cukup tinggi, dengan kata lain akan diperoleh kekuatan beton yang cukup tinggi. ( Saptahari Sugiri, 2005 ) Berdasarkan hasil uji XRF, komposisi terak nikel PT. Antam mengandung rata-rata 0,06% Ni, 9,25% Fe, 52,66% SiO2, 31,79% MgO, CaO 1,25%, Cr 0,94%, dan 2,72% Al2O3. ( Musnajam et al, 2018 ) Tabel 2.2 Kandungan Kimia Slag Nikel Senyawa Jumlah ( % ) Silika (SiO2) 41,47 Aluminia (AL2O3)



2,58



Ferro Oksida (Fe2O3)



30,44



Magnesia (MgO)



0,68



Alkalis ( Na2O + K2O )



22,75



Sumber : Sugiri, 2005



30



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian pembuatan High Strenght Self Compacting Concrete dengan menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus adalah sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah bertempat di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo. Dimana Slag nikel akan dilakukan



pengujian



karakteristik



material, pembuatan campuran beton SCC, pengujian slump flow, flow time T500 mm dan pengujian sifat mekanis beton SCC. Slag nikel tersebut bersumber dari PT. Aneka Tambang Kabupaten



Kolaka,



Provinsi



Sulawesi



Tenggara. Lokasi ini



merupakan tempat pengambilan sampel slag nikel.



Gambar 3.1 PT.Aneka Tambang Pomalaa



30



Pomalaa



Gambar 3.2 Lab. Teknologi Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik UHO 3.1.2 Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian yang digunakan dalam penyusunan dan pembuatan penelitian ini dilakukan pada akhir bulan September sampai November tahun 2019. 3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variasi penggunaan slag nikel sebagai pengganti agregat halus. Variasi slag nikel yang digunakan sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% . Sedangkan untuk variabel terikat yaitu prilaku beton segar yang terdiri dari pengujian slump flow, flow time T50 cm dan beton keras yang terdiri dari pengujian kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas. Sampe beton menggunakan benda uji 10x20 cm. Variabel penelitian untuk pembuatan Self Compacting Concrete dengan menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus dapat dilihat pada tabel berikut ini. 31



Tabel 3.1 Variabel Penelitian Self Compacting Concrete Jumlah Benda Uji Kuat Variasi Tekan Superplasticizer Umur Umur Slag Nikel fas Umur Rencana (%) (%) 3 Hari 7 Hari 28 Hari ( f’c )



50 MPa



0



1,5



0,3



3



3



3



20



1,5



0,3



3



3



3



40



1,5



0,3



3



3



3



60



1,5



0,3



3



3



3



80



1,5



0,3



3



3



3



100



1,5



0,3



3



3



3



18



18



18



Jumlah Total



54



3.3 Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.3.1 Alat Penelitian Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1.



Timbangan Ohause Timbangan yang digunakan yaitu mempunyai



ketelitian



sebesar 0,01 gram digunakan untuk mengukur berat masingmasing campuran komposisi beton dan pemeriksaan seluruh material. 2.



Compression Testing Machine ( Mesin uji tekan ) Alat ini digunakan untuk menguji kuat tekan beton sampai hancur ketika menhan beban maksimum. 32



3.



Gelas elemeyer Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis pada agregat halus, dan slag nikel yang telah lolos saringan 4, dengan ukuran 500 mL.



4.



Satu set saringan Alat ini digunakan untuk menentukan gradasi agregat, sehingga



dapat ditentukan



nilai



modulus



kehalusan



butir



agregat kasar (split) , agregat halus (pasir), dan cangkang kerang darah. Saringan yang dipakai dengan diameter berturutturut 1,5” ; 3/4” ; 3/8” ; No. 4; No. 8; No. 16; No. 30; No. 50 ; No. 100 dan dilengkapi dengan tutup (PAN). 5.



Mesin Pengguncang saringan Alat ini digunakan untuk mengguncang saringan agar tidak dilakukan pengayakan secara manual.



6.



Kerucut abrahams/slump cone Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian beton segar, yaitu slump flow test.



7.



Concrete mixer ( mesin pengaduk beton ) Mesin yang digunakan memiliki kapasitas 0,125 m dengan kecepatan 20-30 putaran per menit yang digerakkan dengan menggunakan diesel. Alat ini berfungsi untuk mengaduk bahan campuran substitusi beton sehingga semua campuran dapat merata.



33



8.



Cetakan silinder Cetakan beton selinder yang digunakan yaitu



ukuran



diameter 10 cm dengan tinggi 20 cm. 9.



Penggaris/Meter Roll. Alat ini digunakan untuk mengukur diameter campuran beton dalam pengujian slump flow test



10. Oven Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan pada saat pengujian material yang membutuhkan kondisi kering. 11. Stopwatch Alat ini digunakan untuk mengukur waktu alian beton ketika mencapai diameter 500 mm ( flow time T500 mm ). 3.3.2 Bahan Penelitian Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Air



yang digunaakan bersumber dari Laboratorium Teknologi



Bahan dan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo. Air untuk campuran beton minimal yang memenuhi persyaratan air minum, akan tetapi bukan berarti air untuk campuran beton harus memenuhi standar air minum. Air yang digunakan sebaiknya memenuhi syarat berikut, yaitu tidak mengandung lumpur, minyak dan benda yang melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter serta tidak mengandung bahan kimia berbahaya lainnya. 34



2. Semen yang pakai adalah PCC ( Portland Composit Cement ) jenis tipe I yang penggunaan umumnya tidak memerlukan pesyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada semen jenis lain. 3. Superplasticizer jenis Sika Viscocrete 3115 N sebesar 1,5% dari berat semen. 4. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian adalah pasir pohara dan slag nikel. 5. Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah moramo dengan butiran agregat 0-1 cm. 3.4 Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini memerlukan beberapa tahap yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut : 3.4.1 Tahap persiapan Tahap persiapan adalah tahap untuk menyiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian pembuatan beton SCC dengan menggunakan slag nikel sebagai pengganti agregat halus.



3.4.2 Tahap Pengujian Bahan Agar dapat mengetahui karakteristik dari bahan penyusun beton SCC, maka bahan yang digunakan perlu diteliti, dintaranya adalah semen, air, agregat kasar berupa batu pecah, serta agregat halus yang berupa pasir dan slag nikel. Adapun pengujian bahannya adalah sebagai berikut : 35



A. Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Material yang digunakan adalah pasir, batu pecah dan slag nikel. Metode pengujian analisa saringan agregat mengacu pada SNI 03-1968-1990. 1. Peralatan a. Timbangan/neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji. b. Satu set saringan dengan ukuran 1,5”, 1” , 3/4”, No.4, No.8, No.30, No.50, No.100, dan No.200. c. Oven



yang



dilengkapi



dengan



pengatur



suhu



untuk



memanasi sampai ( 110 ± 50C ). d. Alat pemisah contoh. e. Mesin pengguncang saringan. f. Talang. g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain-lain. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah pasir pohara dan slag nikel yang bersumber dari PT.ANTAM Pomalaa. 3. Prosedur Pelaksanaan a. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 0C ), sampai berat tetap. b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar



36



ditempatkan



diatas.



Saringan



diguncang dengan tangan atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit. c. Timbang material yang tertahan di masing-masing saringan menggunakan Timbangan.



B. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah. Metode pengujian berat jenis agregat kasar mengacu pada SNI 03-19691990. 1. Peralatan a. keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg. b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap. c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh dan dilengkapi alat penggantung keranjang d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C e. Alat pemisah contoh dan Saringan no. 4 (4,75 mm). 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah batu pecah moramo dengan ukuran butir maksimum 0-1 cm



37



3. Prosedur Pelaksanaan a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan. b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven. c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk). d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam. e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu. f. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj). g. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C). h. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butirbutir berat dan ringan; bahan semacam ini memberikan hargaharga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan



38



dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan. 4. Perhitungan a. Berat jenis bulk =







b. Berat kering permukaan jenuh = c. Berat jenis semu = d. Penyerapan =















100%



Keterangan : Bk = Berat benda uji kering oven ( gram ) Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh ( gram ) Ba = Berat benda uji keadaan kering permukaan jenuh ( gram )



C. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus Agregat halus yang digunakan adalah pasir dan slag nikel. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus mengacu pada SNI 03-1970-1990. 1. Peralatan a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram. b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml. 39



c. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40± 3) mm, diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm. d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat ( 340 ± 15 ) gram, diameter permukaan penumbuk ( 25 ± 3 ) mm. e. Saringan No. 4 (4,75 mm). f. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C. g. Pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C.8) h. Talang. i. Bejana tempat air. j. Pompa hampa udara atau tungku. k. Desikator. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah pasir pohara dan slag nikel yang bersumber dari PT.ANTAM Pomalaa. 3. Cara Pengujian a. keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± _5)°C, sampai berat tetap; yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturutturut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih



40



besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam. b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji; lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh. c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang



penumbuk



sebanyak



25



kali,



angkat



kerucut



terpancung; keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak. d. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer; masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya; untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer. e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25°C. f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.



41



g. timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt). h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator. i. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk); j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B). 4. Perhitungan a. Berat Jenis Bulk =



+ 500 −



b. Berat Jenis Kering Permukaa = c. Berat Jenis Semu = d. Penyerapan =



+



500 −



500 + 500 −



− 100%



Keterangan : Bk = Berat benda uji kering oven ( gram ) B



= Berat piknometer berisi air ( gram )



Bt = Berat piknometer berisi benda uji dan air ( gram ) 500 = Berat benda uji keadaan kering permukaan jenuh ( gram )



42



D. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Agregat yang digunakan adalah batu pecah, pasir dan slag nikel. Pemeriksaan ini mengacu pada SNI 03-1971-1990. 1. Peralatan a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh b. Oven, yang dilengkapi dengan pengatu suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) °C. c. Talam



logam



tahan



karat



berkapasitas



besar



untuk



mengeringkan benda uji. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah pasir pohara, batu pecah moramo dan slag nikel yang bersumber dari PT.ANTAM Pomalaa. 3. Cara Pengujian a. Timbang dan catatlah berat talam (W1). b. Masukan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2). c. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1); d. Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110 ± 5) °C sampai beratnya tetap. e. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta alam (W4). f. Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1) 4. Perhitungan



43



Kadar air agregat =



3− 5 5



100%



Keterangan : W3 = Berat benda uji semula ( gram ) W5 = Berat benda uji kering ( gram )



E. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Agregat yang digunakan adalah pasir, batu pecah dan slag nikel. Metode pengujian berat isi agregat mengacu pada SNI 034804-1998. 1. Peralatan a. Timbangan Yang Memiliki Ketelitian 0,1 Gram. b. Talang yang berkapasitas besar untuk mengeringkan contoh agregat. c. Tongkat pemadat diameter 15 mm panjang 60 cm yang ujungnya bulat. d. Mistar perata. e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah pasir pohara, batu pecah moramo dan slag nikel yang berasal dari PT. ANTAM Pomalaa. 3. Prosedur Pelaksanaan 44



a. Masukkan



contoh



agregat



kedalam



talam



sebanyak



kepastian wadah, keringkan kedalam oven dengan suhu (110±5) 0C. Kemudian digunakan sebagai benda uji. b. Timbang dan catat berat wadah uji. c. Masukkan benda uji kedalam wadah, lakukan hal ini dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir. d. Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata. e. Timbang berat benda uji beserta wadah. f. Hitung berat benda uji. 4. Perhitungan



=



Keterangan : W = Berat benda uji ( gram ) V = Volume Mould atau wadah ( m3 )



F. Pemeriksaan Kadar Lumpur Material yang digunakan adalah pasir, batu pecah dan slag nikel. Metode pengujian kadar lumpur mengacu pada SNI 03-4142-1996. 1. Peralatan a. Saringan no.16 dan no.200. b. Bejana gelas dan pengaduk. c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu (110±5) 0C.



45



d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. e. Container/wadah. f. Penjepit g. Desikator. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah pasir pohara, batu pecah moramo dan slag nikel yang berasal dari PT. ANTAM Pomalaa. 3. Prosedur Pelaksanaan a. Masukkan contoh agregat kurang lebih 1,25 kali berat benda uji kedalam cawan dan keringkan dalam oven dengan suhu ( 110±5 ) 0C. b. Timbang benda uji dan catat berat. c. Masukkan benda uji kedalam bejana, tuangkan



air bersih



kedalam bejana tersebut sehingga benda uji terendam. d. Aduk contoh benda uji, sehingga terpisah dari bagian halus. e. Tuangkan suspensi yang kelihatan keruh dengan perlahanlahan kedalam susunan ayakan. f. Ulangi



langkah



3,



4, dan



5



diatas



beberapa



kali,



sehingga air cucian didalam bejana jernih. Bilas butiranbutiran yang tertinggal diatas ayakan dan didalam bejana. g. Tampung butiran yang tertinggal di atas ayakan dan bejana. h. Keringkan butiran tersebut didalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 ) 0C.



46



i. Timbang dan catat beratnya. 4. Perhitungan =



4− 5 4



100%



Keterangan : W4 = Berat benda uji sebelum dicuci ( gram ) W5 = Berat benda uji setelah dicuci ( gram )



G. Pemeriksaan semen Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen portland Jenis I. Pemeriksaan semen dilakukan secara visual, yaitu semen harus dalam keadaan tertutup rapat dan ketika dibuka butiranya halus dimana tidak ada gumpalan.



H. Pemeriksaan air Pemeriksaan air dilakukan secara visual. Air yang digunakan tidak kotor dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya.



3.4.3 Tahap Perencanaan Mix Design Rancangan campuran beton ( Mix Design ) untuk pembuatan beton SCC mengacu pada Standar EFNARC ( The European Guidlines For Self Compacting Concrete ) tahun 2005 dan juga modifikasi perhitungan absolut ACI.



47



3.4.4 Tahap Pembuatan Adukan Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan selurih alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian menimbang bahan penyusun beton SCC sesuai proporsi yang diperoleh dari hasil mix design. Campurkan agregat kasar, agregat halus, dan semen dalam keadaan kering dengan menggunakan mixer concrete agar campuran dapat lebih homogen untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika campuran sudah terlihat homogen, masukan air sebanyak 80% dari air yang dibutuhkan dan superplasticizer sebanyak 1,5% dari berat semen. Kemudian sisa air yang masih tersisa dimasukan kembali kedalam concrete mixer sampai habis. Tunggu hingga campuran sudah terlihat merata sehingga bisa dilakukan untuk uji slump flow, flow time T50 cm dan pencetakan kedalam bekisting. 3.4.5 Tahap Pengujian Beton Segar Tahap ini merupakan tahapan untuk mengetahui sifat-sifat workability dari SCC. Pada penelitian ini hanya meliputi slump flow dan flow time T50 cm saja. Metode tes yang digunakan adalah slump flow dengan mengacu pada peraturan EFNARC tahun 2005. Prosedur pengujian slump flow test adalah sebagai berikut : 1. Basahi base plate dan slump cone (kondisi jenuh air), slump cone diletakan pada plat baja dalam posisi diameter kecil diletakan dibawah. 2. Tuangkan campuran beton segar dalam slump cone hingga penuh 48



tanpa rojokan/pemadatan. 3. Bersihkan plat dari tumpahan beton segar, dan pastikan plat dalam keadaan lembab tetapi tidak ada genangan air. 4. Slump cone diangkat secara perlahan vertikal dan dimulai perhitungan waktu. 5. Lakukan pengukuran diameter maksimum yang dicapai aliran beton (dm). 3.4.6 Tahap Perawatan Beton Perawatan beton ( curing ) dilakukan dengan cara merendam benda uji sampai dengan umur yang ditentukan untuk selanjutnya dilakukan pengujian. 3.4.7 Tahap Pengujian Beton Keras Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan slag nikel sebagai subtitusi agregat halus terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas beton.



3.4.8 Analisa Data dan Kesimpulan Berdasarkan semua hasil pengujian yang tekah dilakukan, maka dalam tahap ini akan dilakukan analisa data sesuai dengan rumusan masalah yang ada, setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan.



49



3.5 Diagram Alur Penelitian Mulai



Studi Pustaka Persipaan Material Semen



Slag Nikel



Pasir



Batu Pecah



Air



Uji Karakteristik Mix Design ( EFNARC 2005 ) Pembuatan Benda Uji Uji Slum Flow dan flow time T500 mm



Curing Beton Uji Kuat Tarik



Uji Kuat Tekan



Modulus Elastisitas



Analisa Data Kesimpulan



Selesai Gambar 3.3 Diagram Alur Penelitian



50



DAFTAR PUSTAKA



Abrihananto, D.S. 2018. Pengaruh Copper Slag Sebagai Material Pengganti Pasir Pada Campuran Beton Self Compacting Concrete (Scc) Terhadap Kuat Tekan dan Porositas Beton. Rekayasa Teknik Sipil, Vol. 1 Nomor 01/rekat/18 , 186 ‐ 194. Achmadi, A. 2009. Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag Sebagai Agregat Halus Dan Agregat Kasar Dengan Aplikasi Superplasticizer Dan Silicafume. Semarang : Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Badan Standarisasi Nasional. 1997. SNI 03-4431-1997, Metode Pengujian Kuat Lentur Normal dengan Dua Titik Pembebanan. Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-2491-2002, Metode pengujian kuat tarik belah beton. Bandung : Badan Standarisasi Nasional. Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung : Badan Standarisasi Nasional Dehn, F., Holschemacher, K., & Weibe, D. 2000. Self Compacting Concrete (SCC) Time Development of The Material Properties and the bond Behaviour, 155-124. Departemen Pekejaan Umum. 1971. Peraturan Umum bahan Bangunan Indonesia (PBI). Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. EFNARC. 2005. The European Guidelines for Self-Compacting Concrete : Spesification, Production and Use.



Jalali, N.A., & Salim, A. 2018. Agregat Halus Slag Nikel Sebagai Pengganti Sebagian Pasir Pada Pembuatan Beton. Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M), pp.142-147. Lisantono, A., & Wijadi, J.Y. 2018. Pengaruh Penambahan Superplasticizer Terhadap Sifat Mekanik Beton Memadat Mandiri dengan Serat Serabut Kelapa. Batam : Konferensi Nasional Teknik Sipil 12, hal 57-66. Musnajam, Astini, V., Fachryano. 2018. Utilization of Fly Ash and Nickel Slag PT. Antam as Material Subtitution for Concrete. Materials Science Forum, Vol. 929, pp 243-250. http://doi.org/10.4028/www.scientific.net/MSF.929.243 Mustika, W., Salain, I. M. A. K., & Sudarsana, I. K. 2016. Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat Dalam Campuran Beton. Jurnal Spektran. Vol. 4, No. 2, 36-45. Nugraha, P & Antoni. 2007. Teknologi Bton dari Material Pembuatan ke Beton Kinerja Tinggi. Yogyakarta : CV. Andi Offset. Ouchi, Nakamura, Osterson, Hallberg, &



L. 2003. Application of Self



Compacting Concrete in Japan, Europe and United States, 1-20. Putra, D.A. 2019. Pengaruh Penggunaan Plasticizer dan Filler Serbuk Bata Merah Terhadap Uji Kuat Tekan Beton Memadat Sendiri (Self Compacting Concrete). Palembang : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang.



Saha, A.K & Sarker, P.K. 2017. Sustainable Use Of Ferronickel Slag Fine Aggregate and Fly Ash In Structural Concrete: Mechanical Properties and Leaching Study. Journal of Cleaner Production, 1-28. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.06.035 Saha, A.K, Sarker, P.K, & Majhi, S. 2018. Effect Of Elevated Temperatures On Concrete Incorporating Ferronickel Slag As Fine Aggregate. Fire and Materials, 1-14. http://doi.org/10.1002/fam.2664 Saptahari Sugiri. 2005. Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dan Campuran Semen untuk Beton Mutu Tinggi. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, Edisi Volume I No. 1. Sitorus, L.K. 2018. Analisis Kuat Tekan Terhadap Umur Beton dengan Menggunakan Admixture Superplasticizer Viscocrete- 3115 N. Medan : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Sugiharto, H., Kusuma, G.H., Himawan, A., & Darma, D.S. 2001. Penggunaan Fly Ash dan Viscocrete Pada Self Compacting Concrete. Dimensi Teknik Sipil, Vol. 3, No.1, 30-35. Sultan, M.A., & Aswad, N.H. 2008. Pengaruh Penambahan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton SCC. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : KMTS FT UGM