AKU DAN KAMU Puuuuuoooollll Sssiiiiiiippppp [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PROGRAM INTERVENSI GIZI MASYARAKAT (PIGM) DESA MURUKAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG



Oleh Kelompok 2 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Ayu Andarusasi Ixora Ariani Hanies Lailatul Nur Farida Rizky Ayu K. Erfi Kartikasari Rena Yuristhia Rizky Putri Willy Gersom



13.006 13.026 13.027 13.041 13.067 13.091 13.094 13.102



PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS KESEHATAN AKADEMI GIZI SURABAYA 2016 i



LEMBAR PERSETUJUAN



Judul



:



Laporan Praktek Kerja Lapangan Program Intervensi Gizi Masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang



Oleh



:



Kelompok 2



Telah mendapat persetujuan pada tanggal



Menyetujui, Pembimbing



ANNAS BUANASITA S.KM, M.Gizi NIP. 19740211 199903 2 002



ii



LEMBAR PENGESAHAN



Judul



:



Laporan Praktek Kerja Lapangan Program Intervensi Gizi Masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang



Oleh



:



Kelompok 2



Telah mendapat persetujuan pada tanggal



Mengesahkan, Pembimbing



Kepala Kelurahan Murukan



ANNAS BUANASITA S.KM, M.Gizi NIP. 19740211 199903 2 002



Yatima



Mengetahui, Direktur Akademi Gizi Surabaya



Andriyanto, SH, M.Kes. NIP. 19660609 199001 1



iii



KATA PENGATAR



Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Andriyanto, SH., M.Kes, selaku direktur Akademi Gizi Surabaya. 2. Annas Buanasita, S.KM, M.Gizi., selaku pembimbing PKL PIGM dan Puskesmas di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. 3. Yatima, selaku kepala Desa Murukan. 4. Nur Farida, S.Gz, selaku pembimbing PKL Puskesmas Mojoagung. 5. Khusnul Muvidah, Amd. Keb, selaku Bidan Desa Murukan. 6. Kedua orang tua atas segala doa, kasih sayang serta dukungannya. 7. Teman-teman sekelompok yang selalu membantu dan mendukung dalam menyelesaikan laporan ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang ini dan masih jauh dari sempurna, walaupun demikian semoga hasil yang dituangkan dalam Laporan ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukan. Surabaya, April 2016



Penulis



i



DAFTAR ISI Halaman Judul ......................................................................Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ..................................................Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ..........................................................Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii Daftar Tabel ........................................................................................................................iv Daftar Gambar .................................................................................................................... v Daftar Lampiran ..................................................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 7 1.1



Latar Belakang .................................................................................................... 7



1.2



Tujuan ................................................................................................................. 8



1.2.1



Tujuan Umum ............................................................................................. 8



1.2.2



Tujuan Khusus ............................................................................................ 8



BAB II METODOLOGI ................................................................................................... 10 2.1



Tempat dan Waktu Pelaksanaan ....................................................................... 10



2.2



Populasi dan Sampel ......................................................................................... 10



2.3



Jenis Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data Gizi dan Kesehatan.................... (data primer dan data sekunder) ........................................................................ 12



2.4



Alat dan Bahan yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data ............................ 14



2.5



Cara Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 15



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16 3.1



Gambaran Umum Wilayah Desa ...................................................................... 16



3.1.1



Keadaan dan Letak Geografis ................................................................... 16



3.1.2



Kependudukan ..............................................Error! Bookmark not defined.



3.1.3



Mata Pencaharian Penduduk .........................Error! Bookmark not defined.



3.1.4



Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan ..Error! Bookmark not defined.



3.1.5



Agama ...........................................................Error! Bookmark not defined.



3.1.6



Struktur Organisasi Desa ..............................Error! Bookmark not defined.



3.1.7



Sarana Kesehatan ..........................................Error! Bookmark not defined.



3.1.8 Dukungan Lintas Program dan Lintas Sektor ............. Error! Bookmark not defined. 3.2



Kegiatan Pengumpulan Data Dasar (SMD) ...................................................... 21



3.3



Gambaran Umum Keluarga Balita Responden ................................................. 21 ii



3.4



Gambaran Umum Ibu Hamil Responden ..............Error! Bookmark not defined.



3.5



Gambaran Umum Posyandu di Desa ................................................................ 79



3.6



Analisa Data Keluarga Balita ................................Error! Bookmark not defined.



3.7



Analisa Data Ibu Hamil.........................................Error! Bookmark not defined.



3.8



Analisa Data Hasil Kegiatan Posyandu.................Error! Bookmark not defined.



BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI ........................................ 24 A.



MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA......................................................... 32



B.



KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU .Error! Bookmark not defined.



C.



KEGIATAN PENYULUHAN PERORANGAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT RENTAN GIZI ............................Error! Bookmark not defined.



D.



KEGIATAN MITRA GIZI PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI .............. BALITA KURANG GIZI .........................................Error! Bookmark not defined.



E.



KEGIATAN PAMERAN ATAU LOMBA DALAM BIDANG PANGAN DAN GIZI...........................................................................Error! Bookmark not defined.



F.



PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG PANGAN DAN GIZI PADA KEGIATAN MITRA GIZI ...........................Error! Bookmark not defined.



G.



KEGIATAN BAKTI SOSIAL ..................................Error! Bookmark not defined.



H. KEGIATAN LAIN YANG DILAKUKAN SELAMA PKL .. Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 42 5.1



Kesimpulan ....................................................................................................... 42



5.2



Saran ................................................................................................................. 43



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 44 LAMPIRAN...................................................................................................................... 45



iii



Daftar Tabel



iv



Daftar Gambar



v



Daftar Lampiran



vi



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pada saat ini tantangan utama yang dihadapi pembangunan nasional dalam mencapai kualitas sumber daya manusia yang handal adalah keadaan status gizi dan kesehatan masyarakat yang masih rendah. Berbagai indikator yang berkaitan dengan keadaan tersebut, seperti angka kesakitan dan kematian bayi serta ibu bersalin yang masih tinggi disertai keadaan daya tahan fisik, perkembangan mental dan kecerdasaan yang rendah, adalah bukti nyata bahwa status gizi masyarakat masih rendah. Upaya peningkatan status gizi masyarakat melalui peningkatan pelaksanaan kegiatan program bina gizi masyarakat menuntut peninkatan pengetahuan dan keterampilan di dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya masalah serta alternatif cara-cara pemecahan masalah, yaitu meliputi perencanaan, pengelolaan teknis, adminitrasi serta penilaian program gizi di masyarakat. Mahasiswa Akademi Gizi Surabaya sebagai calon tenaga Ahli Madya Gizi dituntut untuk mampu melaksaakan program tersebut mulai dari institusi pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan mayarakat yaitu Puskesmas sampai dengan di tingkat Desa. Peran tersebut antara lain trampil di bidang pengelolaan kegiatan program pelayanaan gizi di tingkat Puskesmas, mengenal masalah gizi dan merencanakan intervensi gizi di tingkat masyarakat. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut merupakan kebutuhan dan



7



bekal yang sangat penting bagi calon ahli gizi yang nantinya berperan sebagai pelaksaan Asuhan Gizi Komunitas. Untuk memenuhi tuntutan di atas, teori-teori yang didapat di bangku kuliah belum mencukupi. Untuk melengkapi hal tersebut, maka Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas dan Desa mutlak diperlukan untuk melengkapi pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di bangku kuliah bagi mahasiswa Akademi Gizi Surabaya. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Setelah menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), mahasiswa mampu memahami kegiatan manajemen pelayanan gizi di Puskesmas serta intervensinya pada masyarakat di tingkat desa. 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), mahasiswa Akademi Gizi Surabaya mampu : 1. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data dasar (Survei Mawas Diri) 2. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan intervensi dan merumuskan kesepakatan MMD. 3. Melaksanakan dan mengevaluasi program itervensi gizi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah hasil kesepakatan dalam MMD.



8



4. Melaksanakan pelatihan bagi kader posyandu. 5.



Melakukan pengamatan kegiatan posyandu.



6. Melakukan kegiatan mitra gizi pada keluarga yang mempunyai balita dengan masalah gizi.



9



BAB II METODOLOGI



2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Lokasi yang dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sesuai petunjuk dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM) dilaksanakan mulai tanggal 11 April 2016 sampai 07 Mei 2016. 2.2 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel yang diambil dalam survey meliputi 3 sampel, yaitu : A.



Sampel Balita Populasi yang digunakan pada survey balita ini adalah semua anak usia 0-



60 bulan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang 253 balita. Besar sampel yang digunakan pada survey balita ini adalah sebesar 50 balita. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik Proposional Random Sampling berdasarkan posyandu pada tiap masing-masing posyandu sebanyak 3 posyandu yaitu posyandu Agave, posyandu Anyelir, dan posyandu Heliconia. Adapun cara perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut : Balita di Posyandu =



π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π΅π‘Žπ‘™π‘–π‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘œπ‘ π‘¦π‘Žπ‘›π‘‘π‘’ π‘ƒπ‘œπ‘π‘’π‘™π‘Žπ‘ π‘–



π‘₯ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™



112



Balita Posyandu Agave = 253 π‘₯ 50 = 22 77



Balita Posyandu Anyelir = 253 π‘₯ 50 = 15 Balita Posyandu Helicona =



64 253



π‘₯ 50 = 13



10



B.



Sampel Ibu Hamil Populasi yang digunakan pada survey ibu hamil ini adalah semua ibu



hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang yang berjumlah 43 ibu. Besar sampel yang digunakan pada survey ibu hamil ini sebesar 20 ibu. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik Proposional Random Sampling berdasarkan Wilayah pada tiap masing-masing wilayah sebanyak 3 wilayah yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulungagung. Adapun cara perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut : Ibu Hamil =



π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž 𝐼𝑏𝑒 π»π‘Žπ‘šπ‘–π‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘› π‘€π‘–π‘™π‘Žπ‘¦π‘Žβ„Ž π‘ƒπ‘œπ‘π‘’π‘™π‘Žπ‘ π‘–



π‘₯ π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™



24



Ibu Hamil Wilayah Murukan Selatan = 43 π‘₯ 20 = 11 10



Ibu Hamil Wilayah Murukan Utara = 43 π‘₯ 20 = 5 Ibu Hamil Wilayah Mulungagung =



C.



9 43



π‘₯ 20 = 4



Sampel Kader Posyandu Populasi yang digunakan pada survey kader posyandu adalah semua kader



yang ada di masing-masing posyandu Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang yang berjumlah 15 kader. Posyandu di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang berjumlah 3 posyandu dimana setiap masing-masing posyandu terdapat 5 kader. Besar sampel yang digunakan pada survey kader posyandu ini adalah semua kader yang berjumlah 15 kader.



11



2.3 Jenis Kegiatan dan Metode Pengumpulan Data Gizi dan Kesehatan (data primer dan data sekunder) Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan mahasiswa meliputi : 1. Pertemuan di Tingkat Desa a. Menjelaskan tentang tujuan PKL di Desa b. Menjelaskan macam kegiatan yang dilakukan. 2. Survei Mawas Diri (SMD) a. Melaksanakan surevi pengumpulan data gizi dan kesehatan pada keluarga yang mempunyai balita (50 keluarga balita). b. Melaksanakan survei pada ibu hamil (maksimal 20 orang). Apabila jumlah ibu hamil dari 1 desa kurang dari 20 orang maka semuanya menjadi responden pada survei tersebut. c. Melaksanakan survei pada kader (maksimal 20 orang). Apabila jumlah kader dari 1 desa kurang dari 20 orang maka semuanya menjadi responden pada survei tersebut. 3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) a. Menyajikan data hasil SMD b. Menyusun dan menetapkan prioritas masalah c. Menyusun



bentuk



kegiatan



intervensi



yang



akan



dilakukan



berdasarkan prioritas masalah dan Sumber Daya yang ada. 4. Intervensi Gizi a. Mengikuti kegiatan posyandu (mulai dari persiapan, pelaksanaan dan post pelayanan) serta mendiskusikan hasil pengamatan Posyandu bersama Kader Posyandu.



12



b. Melaksanakan latihan / refreshing Kader Posyandu. c. Melaksanakan penyuluhan perorangan/kelompok pada kelompok masyarakat yang rentan masalah gizi (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, anak SD dan Lansia) dengan berbagai metode, baik pada kegiatan formal maupun non formal di Desa. d. Melakukan kegiatan Mitra Gizi pada keluarga yang mempunyai balita kurang gizi. e. Melakukan kegiatan pameran / lomba dalam bidang pangan dan gizi. f. Menerapkan teknologi tepat guna bidang pangan dan gizi pada kegiatan Mitra Gizi. g. Melaksanakan kegiatan Intervensi lainnya berupa kegiatan (Bakti Sosial) yang mendukung pemecahan masalah sesuai prioritas masalah yang disepakati pada saat MMD. h. Menyusun Laporan PKL di Desa. Metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah untuk data menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada ibu responden di rumah masingmasing ibu berdasarkan jumlah sampel perhitungan yang didapatkan di posyandu. 2. Data tentang status gizi balita menggunakan penimbangan BB dan pengukuran TB/PB kemudian dihitung dengan perhitungan software WHO Antropometri. Penimbangan BB didapatkan dari menimbang dengan mengunakan timbangan digital degan ketelitian 0,1 kg, pengukuran PB



13



mengguakan lengthboard / metline dan pengukuran TB menggunakan microtoise / metline di rumah ibu responden. 3. Pengumpulan data tentang karakteristik ibu hamil dan pengetahuan ibu hamil menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada ibu hamil yang dijadikan responden di rumah masing-masing ibu hamil. 4. Data tentang status gizi ibu hamil menggunakan LILA. Pengukuran LILA menggunakan pita LILA. 5.



Pengumpulan data tentang karakteristik kader dan pengetahuan kader menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada kader yang dijadikan responden di rumah masing-masing kader.



2.4 Alat dan Bahan yang Digunakan Untuk Pengumpulan Data Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut : 1. Kuesioner 2. Timbangan Digital dengan ketelitian 0,1 kg 3. Lengthboard 4. Software WHO Antropometri 2005 5. Metline 6. Microtoise 7. Nutrisurvey 8. Food Picture 9. Alat tulis 10. SPSS



14



2.5 Cara Pengolahan dan Analisa Data Data yang diperoleh dientri ke dalam program SPSS 13. Kemudian Data tersebut dianalisis secara deskriptif, dan disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan Tabulasi silang.



15



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1 Gambaran Umum Wilayah Desa 3.1.1



Keadaan dan Letak Geografis Secara topografi Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten



Jombang mempunyai luas wilayah 194 Ha memiliki 2 dusun yaitu Dusun Murukan, dan Mulangagung. Dusun Murukan dibagi menjadi 2 yaitu Dusun Murukan Selatan dan Murukan Utara. Setiap Dusun Murukan Utara terdapat 8 RT, untuk Murukan Selatan terdiri atas 9 RT, sedangkan untuk Mulangagung 4 RT. Secara geografis letak Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Batas Wilayah Sebelah Utara



: Desa Johowinong



b. Batas Wilayah Sebelah Timur : Desa Bejijong Kabupaten Mojokerto c. Batas Wilayah Sebelah Selatan : Desa Dukuhdimoro d. Batas Wilayah Sebelah Barat 3.1.2



: Desa Betek, Desa Karobellah



Kependudukan Berdasarkan register Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten



Jombang yang didapatkan pada bulan Desember 2015, jumlah penduduk Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang seluruhnya berjumlah 3521 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1797 jiwa dan perempuan 1719 jiwa. Total usia 09 tahun berjumlah 620 jiwa, usia 10-19 tahun sebanyak 874 jiwa, usia 20- 29 tahun sebanyak 792 jiwa, usia 30-49 tahun berjumlah 876 jiwa, usia 50-69 tahun sebanyak 332 jiwa, dan usia >70 tahun berjumlah 27 jiwa.



16



3.1.3



Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung



Kabupaten Jombang yaitu petani, wiraswasta/pedagang, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI, dan pensiunan PNS+ABRI.



3.1.4



ο‚·



Karyawan



:-



ο‚·



Wiraswasta / Pedagang



: 288 orang



ο‚·



Petani



: 2421 orang



ο‚·



Pegawai Swasta



: 88 orang



ο‚·



Pensiunan



: 10 orang



ο‚·



Nelayan



: -



ο‚·



ABRI



: 3 orang



ο‚·



Pegawai Negeri



: 11 orang



Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung



Kabupaten Jombang yaitu :



3.1.5



1. Taman Kanak-Kanak



: 342 orang



2. Sekolah Dasar



: 3218 orang



3. SMP/SLTP



: 853 orang



4. SMA/SLTA



: 361 orang



5. Perguruan Tinggi



: 155 orang



Agama Agama yang dianut oleh masyarakat di Desa Murukan Kecamatn



Mojoagung Kabupaten Jombang yaitu : -



Islam



: 3521 orang



17



-



Kristen



: - orang



-



Katholik



: - orang



-



Hindu



: - orang



-



Budha



: - orang



18



3.1.6



Struktur Organisasi Kelurahan



BPD



Lurah Murukan



Ainul Mubin, S.pdi



Yatimah S.Sos Sekretaris A. Lutfi. R



Pembangunan Rumadi



Bendahara A. Lutfi. R Kasi Kesejahteraan



Kaur Umum



Rakyat Ngatimin



Kadus I



Kadus II



Muhammad Nurhadi



Masrul Aini



Gambar III.1 Struktur Organisasi Kelurahan



19



M. Ariful



Pemerintahan



3.1.7 Sarana Kesehatan Berikut ini sarana kesehatan di Desa Murukan : 1. Puskesmas



: ada



2. Puskesmas Pembantu



: ada



3. UKBM (Posyandu)



:3



4. Poslansia



:2



5. Poli Klinik / Balai Pelayanan Masyarakat



:1



3.1.8 Dukungan Lintas Program dan Lintas Sektor Di desa Murukan terdapat berbagai macam dukungan lintas sektor antara lain adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan Koperasi UMKM, PNPM/P2KP, Babinkantipmas, dan BKKPN. 3.1.9 Potensi yang dapat dikembangkan Potensi desa yang dapat dikembangkan antara lain dari bidang peternakan karena di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sebagian besar penduduknya peternak sapi. Hasil residu dari kotoran sapi dapat dijadikan sebagai biogas yang bisa menghemat biaya produksi pengelolahan susu (pasteurisasi). Selain itu hasil yang diperoleh dari peternak sapi yaitu susu dapat dijadikan produk lainnya seperti yougourt, dan permen susu. Selain dapat meningkatkan harga jual juga dapat membuka lapangan kerja untuk ibu rumah tangga.



3.2 Kegiatan Pengumpulan Data Dasar (SMD) 3.2.1 Gambaran Umum Keluarga Balita Responden I.



Data Identitas Keluarga



a.



Usia Orang Tua



Tabel III.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Orang Tua Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 No Ayah Ibu Umur (Tahun) n % n % 1 6 bulan sampai dengan 60 bulan membutuhkan asupan protein, zink serta Fe yang sangat penting untuk pertumbuhan balita khususnya untuk tinggi badan seorang anak. Apabila seorang anak telah menginjak usia >6 bulan maka asupan ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya dalam sehari sehingga dibutuhkan MP-ASI yang



mengandung zat gizi makro dan mikro yang memenuhi kebutuhannya dalam 1 hari. Hal tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsinya. Tabel III.15 Distribusi Responden berdasarkan BB/TB Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Indeks BB/TB Sangat Kurus Kurus Normal n % n % n % 0-6 0 0 1 20,0 4 80 7-12 1 12,5 1 12,5 5 62,5 13-24 0 0 1 16,7 5 83,3 25-36 0 0 2 16,7 10 83,2 37-60 1 5,3 1 5,3 17 89,5 Total 2 4 6 12 41 82 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa balita usia



Umur (Bulan)



Jumlah Gemuk n % N % 0 1 5 100 1 12,5 8 100 0 0 6 100 0 0 12 100 0 0 19 100 1 0 50 100 37-60 bulan dengan status



gizi normal sebanyak 17 (89,5%) balita, status gizi kurus yang terbanyak pada umur 25-36 bulan sebanyak 2 (16,7%) balita dan status gizi sangat kurus terbanyak 1 (12,5%) balita. Dalam survei ini penilaian status gizi menggunakan metode antropometri. Data yang diambil meliputi berat badan dan panjang badan yang menggunakan indeks BB/PB (Berat Badan menurut Panjang Badan) atau BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan). 2.



Status Gizi Ibu Balita



a.



Status Gizi Ibu Balita berdasarkan LILA



Tabel III.16 Distribusi Responden berdasarkan LILA Ibu Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Keterangan Minimum Maximum Rata-rata



Nilai 23,5 38,0 28,1



Berdasarkan hasil survei terhadap LILA ibu balita yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah 100 % tidak KEK (Kekurangan Energi Kronik). LILA ibu balita dikatakan tidak KEK apabila β‰₯23,5 cm, sehingga dapat



disimpulkan nilai minimum LILA ibu balita adala 23,5 cm dan nilai maximumnya adalah 38cm dengan nilai rata-rata LILA ibu balita yaitu 28,1 cm. LILA normal merupakan hal penting yang harus di penuhi oleh wanita yang akan menikah karena LILA normal/23,5cm menggambarkan kecukupan akan cadangan energi yang akan digunakan sebagai cadangan energi untuk janinnya ketika masa kehamilan. b.



Status Gizi Ibu Balita berdasarkan IMT



Tabel III.17 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan IMT Ibu Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 IMT Status Indeks Massa Tubuh Ibu Balita Jumlah Kurus Normal Gemuk Sangat Gemuk n % n % n % n % n % 17-18,4 7 100 0 0 0 0 0 0 7 100 18,5-25,5 0 0 32 100 0 0 0 0 32 100 25,6-26,9 0 0 0 0 2 100 0 0 2 100 >27 0 0 0 0 0 0 9 100 9 100 Total 7 14 32 64 2 4 9 18 50 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 7 (100%) ibu balita berstatus gizi kurus, sebanyak 32 (100%) ibu balita berstatus gizi normal, sebanyak 2 (100%) ibu balita berstatus gizi gemuk dan sebanyak 9 (100%) ibu balita berstatus gizi gemuk sekali. IMT secara genetik akan berpengaruh terhadap BB anak, karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi BB anak adalah genetik dari kedua orangtuanya selain itu juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dalam keluarga tersebut. 3.



Data Kesehatan Balita



a.



Kejadian Sakit



Tabel III.18 Distribusi Kejadian Sakit 3 Bulan Terakhir Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Kategori n % Ya 41 82,0 Tidak 9 18,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas kejadian sakit 3 bulan terakhir pada balita di Desa Murukan kecamatan Mojoagung balita yang mengalami sakit terdapat 41 balita (82%). Hal ini



disebabkan karena adanya perubahan cuaca (musim pancaroba) sehingga banyak sekali balita yang sakit. Cuaca akan berpengaruh terhadap kesehatan balita jika kesehatan balita tidak di jaga oleh orang tuanya akan menyebabkan balita sakit, dikarenakan adannya perubahan cuaca yang terdapat pada daerah tersebut. b.



Frekuensi Sakit



Tabel III.19 Distribusi Frekuensi Sakit pada Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Frekunsi Sakit n % 1 kali 18 36,0 2 kali 16 32,0 >3 kali 7 14,0 Tidak sakit 9 18,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas frekuensi sakit yang paling tinggi adalah 1 kali sebanyak 18 balita (36%), yang paling sedikit dengan frekuensi >3 kali. Hal ini disebabkan karena perilaku hidup yang kurang bersih dan sehat seperti halnya mencuci tangan sebelum makan dan menutup pada saat batuk dan bersin. Kebiasaan hal kecil tersebut jika sering dan biasa dilakukan maka akan menurunkan angka frekuensi sakit anak. Pada dasarnya virus dapat menyebar melalui kontak fisik tubuh dengan agent firus. c.



Sakit yang diderita Balita



Tabel III.20 Distribusi Sakit yang diderita pada Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Sakit yang diderita n % Batuk pilek 32 64,0 Diare 1 2,0 ISPA 2 4,0 Lainnya (Typus) 6 12,0 Tidak sakit 9 18,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel di atas sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling banyak adalah batuk dan pilek yaitu sebanyak 32 balita (64%), diare yang terjadi di Desa Murukan hanya ada 1 balita (2%). Sakit yang diderita balita di Desa Murukan yang paling



banyak batuk dan pilek. Hal ini dapat disebabkan karena daya imun yang rendah serta penyebaran kuman yang sangat cepat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat tinggal balita. Frekuensi sakit pada jenis sakit tertentu yang terlalu sering bisa mengakibatkan kurang gizi jika terjadi terus-menerus. IV. Pola Pengasuhan Balita A. Pola Asuh Pemberian Makan a.



Pola Makan



Tabel III.21 Distribusi Pola Makan Balita di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Makanan yang diberikan



Tepat Kurang tepat Jumlah n % n % n % Bentuk makanan utama 43 86,0 7 14,0 50 100,0 Macam bahan makanan 19 38,0 31 62,0 50 100,0 Frekuensi Makan 34 68,0 16 32,0 50 100,0 Pola makan 19 38,0 31 62,0 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari segi bentuk makanan utama yang diberikan sudah tepat yaitu sebanyak 43 orang balita (86,0%), macam bahan makanan pada balita yang paling banyak kurang tepat yaitu sebanyak 31 orang balita (62%) dan dari frekuensi makan yang paling banyak dengan kategori tepat sebanyak 34 orang balita (68,0%). Sedangkan jika dilihat dari pola makan ada salah satu dari bentuk makanan, macam bahan makanan dan frekuensi makan yang kurang tepat maka pola makan dapat disimpulan kurang tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan yang tepat untuk balita sehingga sebagian besar ibu hanya memberikan makanan yang ada dirumah kepada balitanya tanpa memperhatikan kebutuhan balita tersebut. Bentuk makanan utama untuk balita di Desa Murukan kecamatan Mojoagung sudah tepat sesuai dengan umur tetapi masih ada juga balita yang tidak tepat bentuk makanannya dikarenakan di Desa Murukan Kabupaten Mojoagung masih adanya kepercayaan/kebiasaan yang kental dari orangtua tentang pemberian makanan pada balita. Macam bahan makanan



yang diberikan untuk balita ibu menyesuaikan sesuai dengan kesukaan balita bukan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh balita, maka dari itu macam bahan makanan yang dikonsumsi oleh balita tidak beragam sehingga banyak yang kurang tepat. Dari hasil frekuensi makan dan selingan sudah sesuai dengan ketepatan frekuensi makan sesuai umur balita. 2.



Pemberian ASI



a.



Usia Pertama Balita diberikan Makan



Tabel III.22 Distribusi Usia Pertama Balita diberikan Makan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Usia Balita 6 bulan Belum diberikan makanan Total



n 19 25 2 4 50



% 38,0 50,0 4,0 8,0 100,0



Berdasarkan tabel III.22 dapat dilihat bahwa balita usia pertama diberikan makan dengan usia 6 bulan yaitu sebanyak 25 orang dengan prosentase 50 %. Balita belum diberikan makan sebanyak 4 orang dengan prosentase 8%. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu balita yang ada di Desa Murukan baik sehingga para ibu di Desa Murukan mengetahui bahwa usia pertama kali diberikan adalah usia 6 bulan, tetapi masih terdapat ibu-ibu yang menerapkan MP-ASI dini karena masih terdapat keluarga yang bukan inti yang dipengaruhi oleh keluarganya. Balita yang belum diberikan makan karena pada saat SMD masih terdapat balita yang digunakan sebagai sampel dengan usia 24 bulan sebanyak 31 balita sehingga balita dengan usia >24 bulan hanya mengkonsumsi makanan utama dan selingan tanpa bantuan konsumsi dari ASI. Namun masih terdapat balita yang tidak mendapatkan ASI dikarenakan ada beberapa faktor yaitu ibu merasa ASI tidak cukup, ibu bekerja, dan ada masalah dengan payudara. c.



Usia Penyapihan



Tabel III.24 Distribusi Usia Penyapihan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Usia Penyapihan n % Tidak ASI sama sekali 3 6,0 1-3 bulan 5 10,0 4-6 bulan 2 4,0 7-9 bulan 1 2,0 10-11 bulan 0 0,0 12-18 bulan 1 2,0 19-24 bulan 2 4,0 >24 bulan 17 34,0 Masih memberikan ASI 19 38,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel III.24 usia penyapihan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang yang paling tinggi adalah masih memberikan ASI sebanyak 19 balita (38%). Untuk balita usia penyapihan >24 bulan sebanyak 17 balita (34%), sedangkan yang



paling sedikit usia penyapihan pada balita berumur 7-9 bulan dan 12-18 bulan yaitu 1 orang (2%). Hal ini disebabkan usia penyapihan paling banyak >24 bulan karena ASI diberikan hingga usia 24 bulan, ketika ASI yang diberikan 2 kali namun sebanyak 1 (2%) balita dalam sehari hanya mandi 1 kali.



b.



Frekuensi Menggunting Kuku



Tabel III.50 Distribusi Frekuensi Menggunting Kuku di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Frekuensi Menggunting Kuku n 1 kali 12 2 kali 37 >2 kali 1 Total 50 Berasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak



% 24,0 74,0 2,0 100,0 37 (74%) ibu balita saat



menggunting kuku 2 kali dalam seminggu, namun sebanyak 1 (2%) ibu balita saat menggunting kuku >2 kali dalam seminggu c.



Frekuensi Mengganti Celana/Popok



Tabel III.51 Distribusi Frekuensi Mengganti Celana/Popok di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Frekuensi Mengganti Celana/popok n % 1 kali dalam sehari 1 2,0 2 kali dalam sehari 34 68,0 Segera setelah anak buang air/BAB 15 30,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat baha sebanyak 34 (68%) ibu balita mengganti celana/popok anak 2 kali dalam sehari, sebanyak 15 (30%) ibu balita mengganti celana/popok anak segera setelah anak buang air/BAB dan sebanyak 1 (2%) ibu balita mengganti celana/popok anak 1 kali dalam sehari. d.



Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit



Tabel III.52 Distribusi Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Membersihkan Hidung Anak Saat Sakit Dengan tangan Dengan tissu Dengan sapu tangan/washlap Total Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat



n 14 23 13 50 bahwa sebanyak



% 28,0 46,0 26,0 100,0 23 (46%) ibu balita saat



hidung anak sakit membersihkan dengan tissu, sebanyak 14 (28%) ibu balita saat hidung anak



sakit membersihkan dengan tangan dan sebanyak 13 (26%) ibu balita saat hidung anak sakit membersihkan dengan sapu tangan/washlap e.



Mencuci Tangan Anak



Tabel III.53 Distribusi Mencuci Tangan Anak di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Mencuci Tangan Anak n % Saat anak mau makan 20 40,0 Saat anak memberi makanan yang dipegang anak 1 2,0 Saat anak selesai bermain 3 6,0 Saat anak mandi 3 6,0 Tidak biasa mencuci tangan anak 10 20,0 Semua kecuali no 6 13 26,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 20 (40%) ibu balita mencuci tangan anak saat naka mau makan, sebanyak 13 (26%) ibu balita mencuci tangan anak saat selesai melakukan kegiatan namun sebanyak 10 (20%) ibu balita tidak biasa mencuci tangan anak tidak biasa mencuci tangan anak. f.



Cara Ibu Mencuci Tangan Anak



Tabel III.54 Distribusi Cara Ibu Mencuci Tangan Anak di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Cara Ibu Mencuci Tangan Anak n % Di air yang mengalir menggunakan sabun 10 20,0 Di air mengalir tidak menggunakan sabun 35 70,0 Di air tidak mengalir 5 10,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (70%) ibu balita saat mencuci tangan anak dengan air mengalir namun tidak menggunakan sabun, namun sebanyak 5 (10%) ibu balita saat mencuci tangan tidak dengan air yang mengalir.



2.



Kebersihan Diri Ibu



a.



Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan



Tabel III.55 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Kondisi Saat akan menyusui Saat memulai memasak makanan Saat menyiapkan makanan anak Saat menyuapi makanan anak Saat setelah BAK/BAB



Ya n 18 29 32 37 50



% 36,0 58,0 64,0 74,0 100,0



Kebiasaan Kadang-Kadang n % 18 36,0 20 40,0 15 30,0 13 26,0 0 0,0



Tidak % 28,0 2,0 6,0 0,0 0,0



n 14 1 3 0 0



Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan ibu saat akan menyusui masih terdapat ibu yang tidak mencuci tangan sebesar 28,0%. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat memulai memasak makanan sebagian besar mencuci tangan sebesar 58,0%. Saat menyiapkan makanan anak sebagian besar ibu mencuci tangan sebesar 64,0%, namun masih ada ibu yang kadang-kadang mencuci tangan saat menyiapkan makanan anak sebesar 30,0%. Sebagian besar ibu mencuci tangan saat menyuapi makanan anak sebesar 74,0%, namun masih ada ibu yang kadangkadang mencuci tangan saat menyuapi makanan anak. Kebiasaan ibu mencuci tangan saat setelah BAK/BAB semua responden selalu mencuci tangan. VII. a.



Pengetahuan Gizi Ibu Kesimpulan Pengetahuan Ibu



Tabel III.56 Distribusi Kebiasaan Ibu Mencuci Tangan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Kesimpulan pengetahuan gizi ibu n % Baik 47 94,0 Kurang baik 3 6,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 47 (94%) ibu balita memiliki pengetahuan gizi baik dan sebanyak 3 (6%) ibu balita memiliki pengetahuan gizi kurang baik.



b.



Pengetahuan Gizi Ibu



Pengetahuan Gizi Ibu 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Salah



1 32



2 0



3 6



4 4



5 35



6 0



7 4



8 30



9 29



10 10



Benar



18



50



44



46



15



50



46



20



21



40



VIII. Pengamatan Lingkungan a.



Kesimpulan Lingkungan



Tabel III.57 Distribusi Kesimpulan Lingkungan di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Kesimpulan Lingkungan n Kurang 4 Cukup 26 Baik 20 Total 50 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 (52%)



% 8,0 52,0 40,0 100,0 lingkungan rumah



ibu balita masuk dalam kategori cukup, sebanyak 20 (40%) lingkungan rumah ibu balita masuk dalam kategori baik namun sebanyak 4 (8%) lingkungan rumah ibu balita mausk dalam kategori kurang.



b.



Kondisi Penilaian Lingkungan



50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0



Skor 3 Skor 2 Skor 1



IX. KADARZI a.



Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi



Tabel III.58 Distribusi Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Kesimpulan Keluarga Sadar Gizi n % Kadarzi 7 14,0 Tidak kadarzi 43 86,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat sebanyak 43 (86%) ibu balita tidak kadarzi dan sebanyak 7 (14%) ibu balita kadarzi b.



Pencapaian Kadarzi



Tabel III.59 Distribusi Pencapaian Kadarzi di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2016 Pencapaian kadarzi Frekuensi menimbang ASI Eksklusif Makan beragam Garam beryodium Vitamin a



Ya n 36 29 7 48 43



% 72,0 58,0 14,0 96,0 86,0



Tidak n % 14 28,0 21 42,0 43 86.0 2 4,0 7 14,0



Jumlah n % 50 100 50 100 50 100 50 100 50 100



Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat frekuensi menimbang sebanyak 36 (72%) ibu balita menimbang secara teratur >4 kali dalam 6 bulan terakhir, ASI eksklusif sebanyak 29 (58%) ibu balita memberikan ASI saja mulai lahir sampai dengan usia 6 bulan, makan beragam 43 (86%) keluarga ibu balita tidak makan makanan beragam, dan garam yaodium sebanyak 48 (96%) keluarga ibu balita memakai garam beryodium. 3.2.2 Gambaran Umum Ibu Hamil I.



Identitas Ibu Hamil



1.



Usia Berdasarkan hasil analisa yang ada dapat disimpulkan bahwa kategori usia ibu hamil



yang ada di Desa Murukan yang terbagi menjadi tiga dusun yaitu Murukan Utara, Murukan Selatan dan Mulangagung adalah sebagian ibu hamil dengan usia >20 – 30 tahun memiliki angka persentase tertinggi yakni 50% dan ibu hamil dengan usia >30 – 40 tahun mendapatkan persentase sebesar 35% kemudian yang terakhir adalah ibu hamil dengan usia 20 – 30 Tahun >30 – 40 Tahun Total



n 3 10 7 20



Persentase (%) 15 50 35 100



Menurut notoadmojo (2003) umur merupakan periode terhadap pola kehidupan baru dan harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu yang dimiliki.



Saat berusia > 20 tahun maka kondisi fisik perempuan sangat prima dan mengalami puncak kesuburan. Keuntungan hamil diusia > 20 tahun adalah resiko kegugurannya yang minimal, hal ini disebabkan karena sel telur relative muda sehingga kuat meski pada trimester pertama. Perlu diakui bahwa usia paling ideal untuk melahirkan adalah usia 20 tahun, karena pada usia ini tubuh wanita berada pada kondisi optimal untuk menerima perubahan. Sementara usia 30 – 35 tahun, wanita mengalami masa transisi memasuki fase rawan dalam kehamilan, namun kondisi ini bisa normal apabila kondisi tubuh dan kesehatan ibu hamil tetaap terjaga dalam keadaan baik dan sehat. (Detiana, 2010) Dari hasil survei yang terdapat di Desa Murukan Mojoagung Jombang usia ibu hamil yang tertinggi terdapat pada usia >20-30 usia tersebut sudah sesuai untuk seorang wanita yang telah menikah dan mempunyai anak, karena pada usia tersebut angka kejadian resiko kerawanan gizi pada ibu hamil dapat ditekan. Seorang wanita yang hamil di usia 20 – 30 tahun, pada usia itu adalah usia yang tepat untuk seorang wanita menikah dan punya mempunyai seorang anak. Tidak menutup kemungkinan apabila jumlah anak yang lahir telah lebih dari 1 di < 20 tahun, hal tersebut dapat dipengruhi oleh usia kedua orang tua saat menikah dan usianya saat pertama kali seorang ibu memiliki anak pertama.



4.



Usia Kehamilan Ibu



Tabel III.63 Distribusi Usia Kehamilan Ibu Hamil yang Ada di Desa Murukan. Kategori n Prosentase (%) 3 1 5 4 1 5 4,5 1 5 6 1 5 7 4 20 7,5 1 5 8 5 25 9 6 30 Total 20 100 Dari hasil yang diteliti di Desa Murukan Mojoagung Jombang, sebagian besar ibu hamil dengan usia kehamilan yaitu pada usia 9 bulan terdapat 6 orang ibu hamil dengan prosentase sebesar 30%, pada usia kehamilan 8 bulan terdapat 5 orang ibu hamil dengan prosentase 25%, pada usia kehamilan 7 bulan terdapat 4 orang ibu hamil dengan prosentase sebesar 20%, dan pada usia kehamilan 3, 4, 4, 5, 6, dan 7,5 masing – masing terdapat 1 orang ibu hamil dengan prosentase sebesar 5%. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu hamil seharusnya dilakukan minimal 3 kali tiap trimester atau dilakukan tiap bulan, sehingga bila semakin tua usia kehamilan ibu maka seharusnya pemeriksaan kehamilan minimal yang seharusnya sudah dilakukan adalah 9 kali pemerisaan. Penambahan berat badan apabila berat badan sebelum hamil ibu adalah normal maka seharusnya penambahannya adalah 11 – 16 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,5 kg/ minggu, BB rendah adalah 13 – 18 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,4 kg/ minggu, BB lebih adalah 7 – 11 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,3 kg/ minggu dan untuk ibu hamil dengan berat badan obesitas adalah 5 – 9 kilogram dengan kecepatan pertambahan berat badan adalah 0,2 kg/ minggu.



5.



Hamil anak ke. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Desa Murukan khusunya pada



20 ibu hamil dari tiga dusun yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada di Desa Murukan sedang mengandung anak pertama yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 50%, sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 30 % adalah sedaang mengandung anak ke 2 kemudian yang terakhir adalah sebanyak 4 orang sedang mengandung anak ke 3/4. Tabel III.64 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n Persentase (%) 1 10 50 2 6 30 3 4 20 Total 20 100 Pada saat survei ditemukan ibu hamil sebagian besar adalah berusia >20 – 30 tahun, menurut program BKKBN usia minimal untuk perempuan yang akan menikah adalah minimal 21 tahun karena pada usia tersebut sistem reproduksi wanita dianggap sudah siap untuk menjalani kehamilan dan dapat menekan angka resiko kematian ibu dan janin. Bukan hal yang tabu apabila seorang wanita yang sebagian besar berusia > 20 – 30 tahun baru mengandung anak pertama. 6.



Status Gizi Dari data status gizi ibu hamil yang ada dengan pengukuran yang dilakukan



menggunakan parameter LiLA (Lingkar lengan atas) sehingga di dapatkan hasil analisa yaitu 100% normal, hal ini dapat dikatakan normal apabila nilai lingkar lengan yang terukur adalah > 23,5 cm sehingga status gizi ibu hamil dapat dikatakn nomal atau/ tidak KEK. Rentang nilai status gizi (LiLA) ibu hamil yang terendah adalah 23,50 cm dan yang tertinggi adalah 35,50 cm dengan nilai rata – rata LiLA yang ada adalah 27,98.



Tabel III.65 Nilai Minimum, Maximum dan Rata – Rata Status Gizi Ibu Hamil (LiLA) Kategori n Minimum 23,50 Maximum 35,30 Rata – Rata 27,98



Status gizi ibu hamil yang dilihat dari pengukuran lingkar lengan memiliki nilai normal yaitu 23,5 cm. Ibu hamil yang tidak KEK dapat mengurangi angka kelahiran bayi yang tidak BBLR, karena pada lingkar lengan atas yang terdapat pada ibu hamil menunjukkan simpanan cadangan energi yang cukup ketika ibu hamil memasuki usia tiga bulan pertama dan ibu sedang mengalami mual dan muntah sehingga asupannya berkurang maka cadangan lemak yang ada di lengaan atas ibu yang diambil untuk kebutuhan zat gizi janinnya. 7.



Riwayat Keguguran Dari data yang diperoleh saat melakukan survei mawas diri pada ibu hamil tentang



riwayat keguguran yang pernah dialami ditemukan bahwa dari 20 ibu hamil yang ada ditemukan 2 ibu hamil dengan persentase sebesar 90% pernah mengalami keguguran dan sisanya adalah 18 orang dengan persentase sebesar 90% tidak pernah mengelami keguguran. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada di Desa Murukan tidak pernah mengalami keguguran. Tabel III.66 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak yang Lahir Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n % Pernah 2 10 Tidak Pernah 18 90 Total 20 100 Keguguran merupakan berhentinya tumbuh kembang janin secara spontas pada usia dini yaitu dibawah usia kehamilan 20 minggu, keguguran dapat terjadi secara berulang dalam arti kata dapat terjadi lebih dari 1 kali. Keguguran yang berulang akan berbeda dengan



keguguran yang terjadi hanya 1 kali meskipun angka kejadian keguguran berulang adalah 1%. Faktor yang dapat menyebabkan keguguran adalah pengentalan darah hal ini berarti akan mempengaruhi pasokan zat gizi atau oksigen ke janin melalui plasenta sehingga janin mengalami keguuran, rahim kurang subur hal ini disebabkan karena emrio melekat pada rahim dengan kualitas rendah sehingga embrio tidak tumbuh dan melekat dengan baik, mulut rahim yang lemah hal ini dapat disebabkan karena ulut rahim yang membuka ketika usia pertengahan kehamilan sehingga mulut rahim tidak dapat bertahan karena desakan janin atau pergerakan janin, Tekanan mental atau stres yang berlebihan akan mengakibatkan keguguran yang berulang. Pntingnya mengetahui penyebab keguguran adalah untuk dapat mencagah atau meminilisir angka keguguran karena keguguraan pada ibu hamil dapat terjadi berulang bila tidak segera ditangani. 8.



Garam Yodium Dari data penggunaan garam beryodium yang ada pada saat survey lapangan yng ada



dengan melakukan iodina test sehingga didapatkan hasil 100 % ibu hamil yang ada di Desa Murukan adalah menggunakan garam beryodium. Dapat dikatakan menggunakan garam beryodium apabila pada saat survey garam – garam yang dipakai oleh ibu hamil adalah berwarna ungu terang pada saat diteteskan cairan iodina. Tabel III.67



Distribusi Frequensi Penggunaan Garam Beryodium Di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Kategori n % Baik (warna Ungu Terang) 20 100 Kurang (warna ungu sedikit muda) 0 0 Tidak Beryodium 0 0 Total 20 100 Yodium merupakan zat gizi mikro yang juga penting diperlukan oleh ibu hamil selain ibu menyusui dan balita zat gizi tersebut adalah penting untuk pertumbuhan otak pada janin serta yodium juga dapat membantu metabolisme karoten menjadi bentuk aktif vitamin A.



Kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami abortus atau anak yang terlahir menjadi terganggu pertumbuhan tinggi badannya selain itu kekurangaan yodium pada usia 15 minggu kehamilan akan berakibat pada perkembangan sistem saraf pusat yang dipengaruhi oleh kelenjar tiroid sebagai akibat gangguan pada kelenjar tiroid. II. Perawatan Kehamilan 1.



Tempat Pemeriksaan Kesehatan Pada survei yang dilakukan pada 20 ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan yang



dipercaya adalah menunjukkan 20 orang dengan persentase 100% adalah percaya pada petugas kesehatan dan tidak ada yang memeriksakan kehamilannya pada dukun beranak meskipun letak serta adat dan kepercaayaan yang ada di Desa Murukan masih kental. Kepercayaan ibu hamil kepada petugas kesehatan ini adalah sebagai akibat akses kesehatan yang sudah memadai di desa ini. Tabel III.68 Distribusi Frekuensi Tempat Pemeriksaan Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori Petugas Kesehatan Dukun Belum Pernah Periksa Total



n 20 0 0 20



% 100 0 0 100



Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dan telah dipercayai masyarakat Desa Murukan adalah 100% percayaa pada tenaga kesehatan yang ada. Tenaga kesehatan seperti bidan atau mantri yang ada adalah tenaga ahli pada bidangnya khususnya bidan yang benar – benar mengerti permasalah yang ada pada ibu hamil sehingga kepercayaan kuno yang mempercayai dukun beranak mulai tersingkirkan seiring perkembangan zaman serta perolehan sumber informasi yang mudah untuk diakses. Dukun beranak memerik ibu – ibu hamil berdasarkan ilmu terapan yang dilihat pada nenek moyang sebelumnya namun cara ini



tidaklah benar untuk dilakukan pada ibu hamil dengan masalah kehamilan tertentu karena dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandungnya. 2.



Frekuensi Periksa Sesuai Umur Kehamilan Pada survei yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan



Kecamatan Mojoagung, Kabupaaten Jombang ini menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pada ibu hamil menunjukkan hasil 65 % dengan 13 orang ibu hamil yaitu menunjukkan pemeriksaaan kehamilan yang telah sesuai namun sisa persentase yaitu 35% dengan jumlah 7 orang ibu hamil menunjukkan bahwa pemeriksaannya tidak sesuai. Tabel III.69 Distribusi Frekuensi Periksa Sesuai Umur Kehamilan Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n % Sesuai 13 65 Tidak sesuai 7 35 Total 20 100 Pemeriksaan kehamilan atau yang dalam bahasa medisnya adalah Ante Natal Care (ANC) sangat disarankan bagi ibu hamil hal ini bertujuan agar kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya tetap dalam keadaan selalu terpantau. Pemeriksaan kehamilan seharusnya dilakukan secara rutin sehingga dokter atau bidan bisa melakukan tindakan tepat jika terjadi sesuatu keadaan yang tidak di inginkan. Maanfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk mempertahankan kondisi fisik dan mental dari ibu hamil, membantu ibu dan janin agar dalam proses kelahirannya lancar, untuk mengetahui zat gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu dan janin selama masa kehamilan, mendeteksi berbagai masalah yang berkaitan dengan masa kehamilan yang sering muncul selama masa kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan dalam masa kehamilan ada tiga tahap yang pertama adalah pemeriksaan kehamilan dini aantara usia kehamilan 0 – 3 bulan dalam tahapan ini yang diperiksa adalah : daftar riwayat hidup, usia kehamilan, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara umum. Pada pemeriksaaan tahap ke dua adalah dilakukan pada usia kehmilan 4 – 6 bulan, yang diperiksa dalam usia



kehamilan ini adalah : anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan kahamilan tahap ke tiga ini dilakukan pada usia kehamilan mulai menginjak usia 32 minggu, hal yang diperiksa adalah : anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. 3.



Imunisasi TT Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari survei mawas diri yang dilakukan di Desa



Murukan dapat diketahui bahwa dari 20 ibu – ibu hamil di Desa Murukan teerdapat 17 orang dengan persentase yaitu 85% ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT atau yang disebut sebagai Tetanus Toxoid dan ada 3 orang ibu dengan pesentase sebesar 15% ibu hamil belum mendapatkan imunisasi TT. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang ada di Desa Murukan adalah mendapatkan imunisasi TT. Tabel III.70 Distribusi Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n % Ya 17 85 Tidak 3 15 Total 20 100 Imunisasi TT atau Tetanus Toxoid adalah berfungsi untuk mencegah penyakit tetanus untuk bayi yang akan dilahirkannya. Tetanus adalah penyekit yang disebabkan kerena bakteri clostridium tetani yang masuk melalui luka yang terbuka yang menghasilkan racun kemudian menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini biasanya terdapat di tanah tetapi juga dapat terdapat pada debu, pupuk, kotoran hewan dan sampah. Penyakit teetanus yang menyerang bayi yang baru lahir biasa disebut teetanus neonatorum hal ini dapat disebbkan karena kurang steril dari alat – alat persalinan yang ada dan dapaat juga karena ibu yang terserang tetanus pada saat kehamilannya. Salah satu beentuk pencegahan firus tetanus untuk ibu hamil adalah dengan menjaga kebersihan, melahirkan ditolong dengan tenaga yang profesional serta yang terpenting adalah melakukan imunisasi TT. Perlu diktahui bahwa imunisasi TT dapat membangun kekebalan sebagai pencegaahan terhadap infeksi tetanus.



4.



Jumlah Makanan Saat Hamil, Pantangan Makanan, dan Mengalami Mual atau Muntah Hasil dari survei lapangan, dapat diketahui mengenai nafsu makan ibu hamil,



pantangan makan serta kejadian mula dan muntah selama hamil adalah terdapat 11 ibu hamil nafsu makannya meningkat selama kehamilan namun ada juga ibu yang mengaku mengelami penurunan nafsu makan selama hamil yaitu sebesar 15% (3 orang), sebagian besar ibu hamil di Desa Murukan tidak ada pantangan makan namun dari 20 ibu hamil terdapat 1 ibu hamil yang mengalami pantangan makan yaitu adalah pantangan terhadap kemangi, dari 20 ibu hamil sebagian besar ibu hamil mengalami mual dan muntah yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 75% dan terdapat 5 orang dengan persentase 25% mengaku tidak mengalami mual dan muntah. Tabel III.71 Distribusi Jumlah Makanan Saat Hamil Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n % Lebih Sedikit 3 15 Sama Saja 6 30 Lebih Banyak 11 55 Total 20 100 Nafsu makan ibu hamil yang ada di Desa Murukan adalah sebaagian besar meningkat karena ibu hamil juga menghidupi janin yang ada di dalam rahimnya ssehingga ibu hamil cenderung merasakan lapar. Ibu hamil yang ada di Desa Murukan mengaku masih mengalami mual dan muntah sehingga kejadian ini juga dapat berakibat pada nafsu makan ibu hamil. Pantangan terhadap makanan tertentu akan berakibat pada asupan makanan yang dimakan oleh ibu hamil hal tersebut disebabkan karena ibu hamil mengalami pembatasan makanan selain itu kejadian mual dan muntah juga dapat mempengaruhi nafsu makan ibu hamil. Asuoan yang diasup oleh ibu hamil sangatlah penting bagi perkembangan janin, pemilihan makanan yang berkualitas tinggi juga sangat penting. Pada trimester awal kehamilan adalah masa dimana otak janin mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat hal ini ditandai dengan



bentuk pertumbuhan terbesar pada janin pada trimester pertama adalah bagian kepala, dimana pada trimester ini sangat dibutuhkan makanan dengan kualitas terbaik dapat diberikan terhadap ibu hamil. Sumber protein hewani seperti daging, ikan dan unggas sangat membantu dalam pertumbuhan otak janin selama dalam masa pertumbuhan dalam rahim. 5.



Pengetahuan tentang IMD dan Rencana Untuk Melakukan IMD Dari survei yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil



mengenai IMD atau insiasi menyusu dini adalah memeiliki perbandingaan yang sama yaitu 50% dan 50%. Ibu yang tidak mengetahui tentang IMD maka dijelaskan mengenai IMD dan didapatkan hasil mengenai rencana IMD. Dari 20 ibu hamil yang ada di Desa Murukan terdapat 19 ibu yang berniat untuk melakukan IMD namun ada juga 1 ibu yang tidak berencana melaksanakan IMD. IMD atau inisiasi menyusu dini adalah sebuah tindakan yang sudah banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang membantu persalinan. Kegiatan ini terdapat banyak manfaat salah satunya adalah membangun batin daan kasih sayang antara ibu dan anak, selain itu bayi yang baru lahir dan di taruh di dada ibu untuk menyusu akan membentu asi cepat keluar. ASI yang pertama keluar dari ibu yang biasanya berwarna keruh adalah kolostrum yang banyak mengandung zat kekebalan bagi bayi sehingga bayi tidak mudah sakit. 6.



Rencana Menyusui dan Lama Rencana Menyusui Berdasarkan hasil SMD yang telah dilakukan pada 20 ibu hamil bahwa 100 % ibu



hamil yang ada di Desa Murukan berencana untuk menyusui anaknya. Ibu – ibu yang berencana untuk menyusui anaknya memiliki rencana rentang waktu yang berbeda – beda untuk menyusui sehingga didapatkan tiga golongan lama menyusui anaknya yaitu dibagi menjadi < 12 bulan, < 24 bulan dan > 24 bulan. Dari hasil survei yang dilakukan hasil terbanyak adalah menyusui dengan lama rentang waktu yaitu > 24 dengan persentase 85% yaitu 17 orang ibu hamil. Terbesar keduaa adalah < 12 bulan yaitu dengan persentase 10%



dengan jumlah 2 orang dan yang terakhir adalah < 24 bulan yaitu dengan persentase 5% dengan jumlah 1 ibu hamil. Tabel III.72 Distribusi Rencana Menyusui Pada Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori Lama Menyusui Total 24 (n) % n % Ya 2 10 1 5 17 85 20 100 Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 Rentang waktu lama menyusui ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hasil penelitiaan menunjukkan bahwa 85% ibu hamil berencana untuk menyusui anaknya hingga < 12 dan > 24 bulan hal ini memungkinkan ibu untuk melakukan ASI ekslusif namun untuk ibu yang berencana menyusui anaknya < 12 bulan masih terdapat kemungkinan bahwa ibu tidak melakukan ASI ekslusif. ASI ekslusif ini penting untuk bayi hingga berusia 6 bulan, ASI ekslusif ini memiliki arti bahwa anak hanya diberikan air susu ibu tanpa tambahan makanan atau minuman lain hingga anak berusia 6 bulan, hal ini tidak berati pada anak usia > 6 bulan karena pada usia ini anak membutuhkan makanan pendamping ASI bukan makanan pengganti ASI sehingga peran ASI juga masih dibutuhkan bayi untuk memenuhi setengah dari kebutuhannya, ketika anak mulai menginjak usia 1 tahun maka ASI yang diberikan dari ibu kepada anaknya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sekurang – kurang nya adalah ΒΌ dari tingkat kebutuhan sehari yang ada sehingga sisa dari kekurangan yang ada dapat diasup melalui makan. III. Pengetahuan Ibu Hamil 1.



Pengetahuan Ibu Berdasarkan data yang ada kemudian dianalisa dan disimpulkan bahwa pengetahuan



ibu hamil mengenai kehamilan serta perawatan kesehatan anak adalah sebagian besar baik karena dari 20 responden yang ada di dapat 19 responden dengan persentase yaitu 95% baik dan 1 orang dengan pesentase sebesar 5% memiliki pengetahuan yang kurang.



Tabel III.73 Distribusi Frekuensi Kesimpulan Pengetahuan Ibu Hamil di Desa Murukan Tahun 2016 Kategori n Persentase (%) Baik 19 95 Kurang 1 5 Total 20 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah Baik hal tersebut dapat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA / Sederajat hal tersebut didukung oleh hasil survei mawas diri yang dilakukan pada kelompok rawan gizi yaitu ibu hamil yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. 3.2.3 Gambaran Umum Kader Posyandu I.



Gambaran Umum Kader



1. Umur Kader Umur kader posyandu dari 3 posyandu di wilayah Desa Murukan diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel III.74 Distribusi Umur Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2016 Umur < 20 tahun 20-30 tahun 30-40 tahun 40-50 tahun >50 tahun Total



n 0 4 5 6 0 15



% 0,0 26,7 33,3 40,0 0,0 100,0



Dari tabel frekuensi umur dapat dilihat sebagian besar kader posyandu di Desa Murukan berumur 40-50 tahun sebanyak 6 orang kader (40,0%). Namun perlu diapresiasi karena regenerasi kader di Desa cukup baik dengan adanya kader yang berumur 20-30 tahun sebanyak 4 orang (26,7%).



Kondisi fisik maupun psikologis sedang dalam fase terbaik adalah umur yang kurang dari 35 tahun. Karena pada umur ini, maka dalam melakukan evaluasi yang dilakukannya akan memberikan hasil yang cukup objektif (Sudarsono, 2010). Dalam pengisian KMS memerlukan ketelatenan dan kebiasaan kader dalam mengisi KMS, mengisi KMS juga diperlukan ilmu, ilmu didapat dari pengalaman yang dimiliki oleh kader, maka kader yang berumur 40-50 tahun diharapkan lebih terampil. Namun jika usia kader terlalu tua akan sulit untuk melakukan tugas – tugasnya, seperti memasang dacin, sulit membaca angka pada batang dacin, sulit untuk mem-plot titik berat badan pada KMS dan hal lainya yang membutuhkan ketelitian, karena kader yang sudah berusia lanjut mungkin memiliki penglihatan yang menurun. Dengan bertambahnya umur maka produktifitas akan menurun, hal ini disebabkan karena keterampilan-keterampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya umur (Wahyutomo, 2010). Maka dari itu dibutuhkan regenerasi kader posyandu untuk menggantikan kader yang berusia lanjut 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.75 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Terakhir Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA PT Total



n 0 0 9 4 2 15



% 0,0 0,0 60,0 26,7 13,3 100,0



Berdasarkan Tabel III.75 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.



Sebagian besar kader memiliki tingkat pendidikan SLTP/Sederajat sebanyak 9 orang (60,0%) dan terdapat kader yang memiliki tingkat pendidikan PT/Sederajat sebanyak 2 orang (13,3%). Dari hasil survey mawas diri, sebagian kader posyandu memiliki pendidikan terakhir SLTP. Menjadi kader posyandu memiliki kriteria lain yang lebih diutamakan dari pada pendidikan, karena kriteria kader posyandu diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat serta bersedia bekerja secara sukarela (Depkes, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyutomo (2010) yang menyatakan bahwa responden dengan pendidikan dasar (SD/SMP) kurang baik dalam memantau tumbuh kembang balita, hal ini juga sejalan dengan penelitian Nurayu (2013) yang menyatakan tingkat pendidikan yang rendah kurang baik dalam pemantauan tumbuh kembang dan dalam kualitas laporan oleh kader. Karena menjadi kader lebih mengutamakan pengalaman dan keterampilan yang dimili oleh kader dari pada pendidikan. Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan dalam menerima informasi baik dari media massa maupun petugas kesahatan sehingga dapat ikut berperan serta dalam kegiatan peningkatan kesehatan seperti posyandu. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja kader posyandu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bisa ditingkatkan melalui pendidikan non-formal yaitu pelatihan atau penyuluhan secara berkala serta pembinaan terhadap kader yang lebih sering. Sebagai seorang kader posyandu meskipun tidak menempuh pendidikan formal yang tinggi, mereka tetap harus bisa melaksankan tugasnya. Bagi kader posyandu, pendidikan tidak hanya melalui pendidikan formal saja, tapi bisa didapat dari pengalaman, pelatihan, dan berbagai penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas ataupun dari instansi lainnya (Ulfaina, 2014).



3. Pekerjaan Pekerjaan yang dimiliki oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.76 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Pekerjaan IRT Petani Pedagang Lainnya Total



n 10 1 1 3 15



% 66,7 6,7 6,7 20,0 100,0



Berdasarkan tabel III.76 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu, yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagian besar kader posyandu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66,7 %, terdapat kader yang bekerja sebagai petani sebesar 6,7 % serta kader yang bekerja sebagai pedagang sebesar 6,7 %. Kader yang tidak bekerja lebih banyak meluangkan waktu dalam mengikuti kegiatan posyandu dan bisa menambah pengalaman. Kader yang tidak bekerja bisa lebih optimal dalam menangani setiap kegiatan di posyandu karena tidak terganggu atau terbebani dengan pekerjaan yang lainya. Namun untuk kader yang bekerja dan tetap mengikuti kegiatan sebagai kader perlu diberikan apresiasi karena tidak semua orang yang bekerja mau meluangkan waktunya untuk mengabdi pada masyarakat dan peduli tentang posyandu. 4. Lama Menjadi Kader Lama menjadi kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:



Tabel III.77 Distribusi Frekuensi Lama Menjadi Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Lama Menjadi Kader < 5 tahun 5-10 tahun >10 tahun Total



n 5 6 4 15



% 33,3 40,0 26,7 100,0



Berdasarkan Tabel III.77 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagaian besar telah menjadi kader selama 5-10 tahun sebesar 40 ,0 % dan terdapat 26,7 % yang telah menjadi kader selama > 10 tahun. Kader yang menjabat > 5 tahun seharusnya sudah memiliki cukup banyak pengalaman dan lebih terampil dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu. Pengalaman yang dimiliki kader menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita (Hamariayana, 2013). Dalam penelitian Laraeni (2014), kader yang mempunyai lama bekerja 5-10 tahun, katerampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin baik. Lama mejadi kader menentukan pegalaman kader. Di Desa Murukan masih banyak kader baru dengan frekuensi lama menjadi kader < 10 th sehingga pengalaman menjadi kurang. Namun mau mengabdi di masyarakat menjadi seorang kader sudah medapatkan nilai yang baik karena telah mau mengabdi kepada masyarakat dan peduli dengan pemantauan status gizi ibu hamil dan balita. Menurut Wahyutomo (2010) Pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama menjadi kader, pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan pelatihan-pelatihan yang telah diikuti. Dengan pengetahuan yang bertambah diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.



Bagi kader yang sudah lama menjabat diharapkan membagi pengalaman selama menjadi kader posyandu kepada kader yang yang baru menjabat, agar pengalaman dan ilmu setara dengan kader yang sudah lama menjabat 5. Motivasi Menjadi Kader Dari hasil survey mawas diri, motivasi kader untuk menjadi kader yang diperoleh melalui wawancara sebanyak 6 orang kader menjawab ditunjuk, ada kader yang ditunjuk oleh bidan desa, ketua kader, atau ditunjuk oleh kader lainnya. Adapun kader yang menjawab motivasi menjadi kader adalah karena tingkat kesadaran ibu balita rendah untuk datang ke posyandu, maka kader tersebut selalu menjemput ibu balita pada waktu hari buka posyandu. Ada berbagai macam motivasi yang dimiliki oleh kader untuk menjadi kader salah satunya karena perkembangan anak perlu dipantau setiap bulan maka dari itu kader tersebut ikut berperan dalam pemantauan perkembangan anak, serta ikut berperan di desa dan membantu masyarakat. Motivasi antara kader untuk menjadi kader berbeda-beda, adapun motivasi kader untuk meningkatkan kesehatan balita dan ada yang mempunyai motivasi ingin membangun keluarga/masyarakat untuk keluarga berencana, serta mengabdi untuk masyarakat. Motivasi untuk menjadi kader sangat penting, karena untuk menjadi harus memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat, serta bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat. 6. Pelatihan Mengikuti pelatihan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:



Tabel III.78 Distribusi Frekuensi Mengikuti Pelatihan Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Mengikuti Pelatihan Pernah Tidak Pernah Total



n 11 4 15



% 73,3 26,7 100,0



Berdasarkan Tabel III.78 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagaian besar kader sudah pernah mengikuti pelatihan sebesar 73,3 % dan terdapat kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebesar 26,7%. Sebagian besar kader sudah pernah mendapatkan pelatihan kader. Pelatihan kader penting untuk mengingatkan kembali kader bagaimana cara penimbangan yang benar, pengukuran tinggi badan dan panjang badan, pentingnya 5 meja dan bagaiamana penanganan diare. Karena meskipun pengalaman kader sudah lama tetap saja biasanya kader masih sedikit lupa atau meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya penting, Maka dari itu diperlukan pembinaan terhadap kader. 7. Frekuensi Pelatihan Frekuensi Pelatihan oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.79 Distribusi Frekuensi Pelatihan Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Frekuensi Pelatihan 1 kali 2 kali > 3 kali Tidak Pernah Total



n 2 1 8 4 15



% 13,3 6,7 53,3 26,7 100,0



Berdasarkan Tabel III.79 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung.



Sebagian besar kader (53,3%) yang telah mendapat pelatihan sebanyak > 3 kali dan terdapat kader (6,7%) yang telah mendapat pelatihan. Kader yang mendapat pelatihan > 3 kali mampu meningkatkan kemampuan, meningkatkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh kader, dari pada kader yang mendapat pelatihan < 2 kali. Kader yang sudah banyak mengikuti pelatihan diharapkan mampu membagi pengalaman dan pengetahuan yang didapat pada saat mengikuti pelatihan. Pelatihan yang pernah diikutinya mencermikan kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimilki oleh seseorang yang bersangkutan (Siagaan, 2005). 8. Tingkat Kehadiran dalam 1 tahun Tingkat kehadiran dalam 1 tahun terakhir oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.80 Distribusi Tingkat Kehadiran dalam 1 Tahun Terakhir Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Frekuensi Tingkat Kehadiran dalam 1 Tahun Terakhir 1-5 kali > 10 kali Total



n 4 11 15



% 26,7 73,3 100,0



Berdasarkan Tabel III.80 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagian besar kader (73,3%) yang hadir dalam kegiatan posyandu > 10 kali dalam 1 tahun dan terdapat kader (26,7%) yang hadir dalam kehadiran 1-5 kali dalam 1 tahun. Frekuensi tingkat kehadiran kader dalam 1 tahun terakhir sebagian besar hadir >10 kali. Bisa mempengaruhi statifikasi posyandu karena dalam kriteria sratisifakasi dicantumkan tingkat kehadiran kader lebih dari 8 kali dalam 1 tahun. Jika kader hadir lebih dari 10 kali maka pengetahuan dan keterampilan kader akan semakin meningkat.



9. Tugas Kader di Posyandu Tugas kader di posyandu dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.81 Distribusi Tugas Kader di Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Tugas Kader di Posyandu Pendaftaran Penimbangan Pencatatan Penyuluhan Giliran Total



n 1 4 5 2 3 15



% 6,7 26,7 33,3 13,3 20,0 100,0



Berdasarkan Tabel III.81 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagian besar kader (33,3%) bertugas pada meja pencatatan dan kader (6,7%) bertugas pada meja pendaftaran. Distribusi tugas kader sebagian besar adalah pencatatan. Karena pada tugas kader di posyandu di Murukan umumnya dilakukan secara rolling, sehingga setiap kader bisa atau menguasai setiap kegiatan dalam meja di posyandu. Tetapi masih ada yang tidak rolling, diharapkan osyandu yang tidak mengunakan sistem dilakukan sistem rolling agar setiap kader bisa menguasi setiap meja di posyandu. 10. Tugas Kader yang Dirasa Paling Sulit Tugas kader yang dirasa paling sulit dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:



Tabel III.82 Distribusi Kader Posyandu yang Dirasa Paling Sulit Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Tugas Kader di Posyandu Pendaftaran Penimbangan Pencatatan Penyuluhan Lainnya Total



n 0 0 3 7 5 15



% 0,0 0,0 20,0 46,7 33,3 100,0



Berdasarkan Tabel III.82 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagaian besar kader (46,7%) merasakan kegiatan yang paling sulit adalah kegiatan penyuluhan serta kader (20,0%) yang merasa kegiatan pencatatan sulit. Kegiatan kader yang paling sulit saat posyandu sebagian besar adalah penyuluhan. Pada umumnya kader telah memiliki pengalaman dalam menyuluh, tetapi lama menjadi kader menjadi modal utama dalam melakukan penyuluhan. Perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut pada meja kegiatan meja 4 yaitu penyuluhan bagi kader karena dianggap menjadi meja yang paling sulit. 11. Kegiatan yang Dilakukan Setelah Posyandu Selesai Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut:



Tabel III.83 Distribusi Kegiatan yang Dilakukan Setelah Posyandu Selesai Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Kegiatan Evaluasi Kegiatan Posyandu Rencana Kerja untuk Bulan Berikutnya Kegiatan Demo Makanan Padat Gizi Tidak Ada Kegiatan Lainnya Total



n 1 0 5 2 7 15



% 6,7 0 33,3 13,3 46,7 100,0



Berdasarkan Tabel III.83 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagaian besar kader (46,7%) melakukan kegiatan lain setelaha posyandu (Arisan) serta terdapat kader (6,7%) yang melakukan kegiatan evaluasi kegiatan posyandu setealah posyandu selesasi. Kegiatan yang dilakukan setelah posyandu selesai sebagian besar kader posyandu melakukan arisan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan oleh kader setelah posyandu selesai adalah arisan, kegiatannya sebenarnya bagus berkumpul setelah posyandu, namun alangkah baiknya jika kegiatan yang dilakukan adalah evauasi posyandu, rencana kerja berikutnya atau kegiatan demo makanan padat gizi. 12. Pembinaan Setelah Kegiatan Posyandu Pembinaan setelah posyandu oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.84 Distribusi Pembinaan Setelah Posyandu Di Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Pembinaan Setelah Posyandu Ya Tidak Total



n 12 3 15



% 80,0 20,0 100,0



Berdasarkan Tabel III.84 diatas, kader poyandu yang berada di wilayah desa Murukan terbagi menjadi 3 posyandu yaitu Murukan Selatan, Murukan Utara, dan Mulangagung. Sebagian besar (80,0%) ada pembinaan setelah kegiatan posyandu selesai. Pembinaan setelah posyandu sebagian besar dilakukn oleh kader. Karena evaluasi dilnilai sangat penting agar ibu balita dapat mengerti dan melakukan apa yang diajarkan ibu kader pada saat posyandu. Kegiatan sebenarnya bagus, seharusnya dilakukan lebih sering gar ilmu kader keterampilan meningkat dan dapat menginggat kembali apa yang dilakukan di posyandu tadi. 13. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah oleh kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.85 Distribusi Kunjungan Rumah oleh Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Kunjungan Rumah Ya Tidak Total



n 9 6 15



% 60,0 40,0 100,0



Berdasarkan tabel III.85 diatas, dapat dilihat bahwa sebagaian besar kader (60,0%) melakukan kunjungan rumah dan kader lainya (40,0%) tidak melakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader sebagian besar kader adalah pembagian vitamin, jika balita tidak datang ke posyandu. Kunjungan rumah sebagian besar dilakukan oleh kader. Karena biasanya jika ada ibu balita yang tidak datang pada saat posyandu akan dilakukan kunjungan rumah oleh kader, dan pada saat ibu balita tidak datang ke posyandu saat pembagian vitamin atau imunisasi maka kader akan melakukan kunjungan rumah ke ibu balita. Supaya balita tetap mendapat vitamin A, dan jika imunisasi akan dijemput oleh kader saat ibu balita tidak datang ke posyandu.



II. Pengetahuan Kader Posyandu Pengetahuan kader dari 3 posyandu yang diamati diketahui melalui kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III berikut: Tabel III.86 Distribusi Pengetahuan Kader Posyandu Di Wilayah Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang 2014 Pengetahuan Kader Posyandu Baik Tidak Baik Total



n 12 3 15



% 80,0 20,0 100,0



Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar kader memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan masih terdapat kader yang memiliki tingkat pengetahuan yang tidak baik. Pengetahuan kader sebagian besar mempunyai pengetahuan baik. Pada umumnya kader telah memiliki pengetahuan dasar hal-hal peting di posyandu. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak sesuai dengan teori dari pengetahuan yang didapatkan masih kurang. Sebagian kader mengeluh karena KMS yang baru berbeda dari KMS yang lama. Dan pada pertanyaan β€œSeorang balita usia 3 bulan, ketika ditimbang mengalami kenaikan 6 ons dibandingkan bulan lalu. Maka dalam mencata pencatatan anak tersebut ditulis β€œN” β€œ, dalam pernyataan tersebut sebanyak 80% kader menjawab β€œBenar”. Pernyataan β€œSetelah anak berumur 1 tahun jenis dan bentuk makanannya bisa disamakan dengan makanan anggota keluarga lainnya”, sebanyak 53,3% kader menjawab β€œSalah”. 3.2.4 Gambaran Umum Posyandu di Desa 1.



Gambaran Umum Posyandu Posyandu yang menjadi sasaran kunjungan adalah posyandu anyelir yang bertempat di Balai



Desa Murukan Kecamatan Mojoagung – Kabupaten Jombang. Ada 3 posyandu yang ada di Desa Murukan yaitu posyandu heliconia adalah posyandu Dusun Mulangagung, posyandu anyelir adalah posyandu Desa Murukan Utara dan posyandu agave adalah posyandu Desa Murukan Selatan. Setiap



posyandu terdapat 5 orang kader sehingga jumlah kader yang ada di Desa Murukan adalah 15 orang Kader. Posyandu heliconia terdapat 64 orang balita dengan 5 kader, posyandu anyelir terdapat 77 balita dengan 5 orang kader dan posyandu agave terdapat 112 balita dengan 5 orang kader yang bertugas setiap bulannya. Posyandu yang ada di Desa Murukan ini berada di bawah naungan Puskesmas Mojoagung Struktur Organisasi Posyandu Apel



Ketua Khalimah



Sekreatris Umi Aida



Bendahara Ririn Indrawati



Anggota



Anggota



Dewi Amamatus S.



Sriati



2.



Pengukuran Tingkat Kemandirian Posyandu



a.



Kelembagaan Posyandu Posyandu anyelir sudah memiliki



struktur organisasi yang sudah dibentuk



dengan adanya ketua, wakil ketua, bendahara dan anggota. Setiap selesai pertemuan posyandu maka akan selalu ada pembuatan hasil SKDN dari setiap posyandu bersama bidan desa.



b. Pengelolaan Posyandu 1.



Input Setiap kader yang ada di posyandu anyelir memiliki tugas dan fungsi masing –



masing serta pembagian tugasnya juga selalu berubah atau rolling bsehingga para kader yang ada pernah merasakn berada dalam meja yang berbeda, di posyandu anyelir juga terdapat program kerja serta terdapat peyusunan jenis menu PMT yang berubah – ubah tiap bulannya. 2.



Dukungan Sarana Saat melakukan pengamatan di posyandu anyelir terdapat alat – alat posyandu



seperti meja, kursi, lenght board, metline, dan baby scale. Alat pengukuran seperti dacin tersedia namun dalam prakteknya tidak pernah digunakan hal tersebut dilakukan karena tiang penyangga untuk pemasangan dacin tidak ada sehingga kader – kader yang ada di Desa Murukan



tidak menggunakan dacin. Microtoice atau alat untuk pengukuran



panjang badan tidak tersedia dan pengukuran dilakukan hanya menggunakan metline sehingga bayi atau balita yang ada di Desa Murukan yang diukur menggunakan metline cara pengukurannya silakukan dengan menempelkan metline pada badan balita dan tidak pada penggunaan metline yang benar yaitu metline harus menempel pada tembok yang rata.



20



Sarana prasarana lain yang ada di posyandu anyelir seperti absensi kader, KMS dan buku registrasi ini sudah ada sedangkan untuk sarana penyuluhannya sendiri sudah ada namun buku – buku yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga kader tidak memberikan penyuluhan terhadap balita yang berat badannya naik – turun. Untuk sarana tempat pelaksanaan posyandu anyelir ini dilakuakan di tempat yang tetap yaitu di balai Desa Murukan 3.



Dukungan dana dari masyarakat Untuk keberlangsungan posyandu dana yang



didapatkan adalah dari dana



swadaya yang dibayar dengan suka rela oleh setiap ibu hamil yang akan mengambil PMT 4.



Dukungan Tenaga di posyandu anyelir terdapat lima kader yang aktif yaitu ibu Khalimah, Umi



Aida, Ririn Indrawati, Dewi Amamatus, dan Sriati. Pada saat pelaksanaan posyandu yang ada adalah terdapat tiga kader yang hadir hal tersebut dikarenakan ibu kader yang ada di Desa Murukan sebagian besar adalah berprofesi sebagai guru sehingga pada pelaksanaannya ibu kader yang tidak sedang mengajar datang terlebih dahulu untuk menata posyandu. 5.



Proses Posyandu anyelir dibuka setia bulannya 1 kali sehingga frekuensi posyandu



buka/ tahunnya adalah 12 kali. Untuk kegiatan pelayanannya sendiri ada meja 1, meja 2, meja 3, meja 5 tapi untuk meja 4 masih belum ada. Pada saat pelaksanaanya meja 1 dirangkap pada meja 3 serta tidak ada alur yang jelas untuk pelaksanaan dari meja 1, 2, 3, 4 dan 5.



6.



Output Rata- rata balita yang ditimbang (D/S) adalah........... sedangkan untuk balita



yang naik BB nya (N/D) sekitar........ Di posyandu anyelir bayi yang di imunisasi lengkap ada



3.



Hasil Pengamatan Posyandu Posyandu anyelir dilaksanakan setiap bulannya ditempat yang tetap dan tidak



berpindah-pindah sesuai kondisinya namun tetap dilaksanakan di balai Desa Murukan. Adapun hasil kegiatan posyandunya: 1) Kegiatan Meja I Kader mampu melakukan pendaftaran sesuai formulir yang ada, pertama responden yang datang lalu dicatat kemudian ditimbang namun pada saat pencatatan serta pendaftaran maka kader langsung mencatat di meja itu juga sehingga meja satu langsung dirangkap menjadi meja tiga. Untuk KMS ibu kader langsung memberikan kembali KMS balita yang datang dan menimbang sehingga KMS tidak disimpan oleeh ibu kader. 2) Kegiatan Meja II Penimbangan dilakukan oleh kader untuk balita dilakukan menggunakan baby scale dan seca seharusnya penimbangan dilakukan



mengunakan dacin



namun pada pelaksanaannya dacin tidak digunakan karena kurang kuatnya tiang penyangga yang akan digunakan untuk melakukan penimbangan dengan menggunakan dacin. Pada saat pelaksanaan terdapat balita yang telah berusia lebih dari 2 tahun yang masih tetap ditimbang menggunakan baby scale meskipun ada seca hal tersebut karena ibu balita yang ditimbang terbiasa menggunakan baby scale bukan seca. Alat pengukuran tinggi badan yang digunakan dalam kegiatan posyandu ini adalah menggunakan lenght board kesalahan yang nampak



pada saat penggunaan lenght board ini adalah ibu kader melapisi lenght board dengan menggunakan kain serta posisi kepala yang kurang menempel pada papan lenght board. Penggunaan lenght board tidak biasa digunakan oleh kader, para kader biasanya menggunakan metline dan pengukuran yang dilakukan menggunakan metline biasanya diukur dengan posisi anak berdiri dan balita diukur sesuai dengan menempel pada badan balita bukan metline yang menempel pada tembok sehingga pengukuran panjang badan bias. 3) Kegiatan Meja III Petugas kader yang melakukan penimbangan di meja tiga, letaknya berdekatan dengan meja 2 karena pada pelaksanaan posyandu ini meja 1 dan 3 digabung hal tersebut dikarenakan tenaga kader yang kurang sehingga pelaksanaannya dirangkap. Beradasarkan hasil pengamatan yang ada di posyandu anyelir dapat diketahui bahwa pencatatan pada meja ini kader hanya menitik pada grafik yang ada di KMS tanpa menarik garis dan hanya sebagian KMS saja yang dituliskan hasil penimbagan berat badan saat itu serta kader juga tidak melakukan penulisan pada status kenaikan atau tidak naik dari berat badan yang ada. 4) Kegiatan Meja IV Di posyandu anyelir para kader tidak melakukan penyuluhan karena meskipun pada saat pelaksanaan posyandu terdapat buku – buku yang dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan penimbangan. Kesimpulan dari kegiatan pada meja 4 yang ada di posyandu anyelir adalah tidak ada. 5) Kegiatan Meja V Untuk pemberian imunisasi balita sudah tepat, imunisasi dilakukan oleh tenaga medis yang ahli atau dilaksanakan pada bidan desa sehingga pelaksanaan pada meja 5 telah susuai dengan fungsi pelaksanaannya.



4.



Data SKDN Data SKDN yang dihitung oleh petugas untuk tahun 2016 dalam tiga bulan



terakhir adalah masuk pada bulan Februari, Maret dan April.



Bulan Februrari Maret April



Jumlah S



Jumlah K



Jumlah D



Jumlah N



3.2.5 Analisa Data 1. Hubungan antara Mempengaruhi



Status



Gizi



(BB/TB)



dengan



Faktor



yang



Tabel III.87 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Berat Lahir Baik Tidak Baik n % n % N % Tidak BBLR 42 84,0 8 16,0 50 100,0 BBLR 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0



RR=



42 0



=0 Kesimpulan: Tidak ada resiko BBLR dengan status gizi anak sekarang



Tabel III.87 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sakit Anak dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Kejadian Sakit Baik Tidak Baik n % n % N % Tidak Pernah 9 100,0 0 0,0 9 100,0 Pernah 33 80,5 8 9,5 41 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0 100



RR= 80,5 = 1,2 kali Kesimpulan: Balita yang pernah sakit selama 3 bulan terakhir berpeluang mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tidak pernah sakit selama 3 buan terakhir.



Tabel III.88 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016



Pemberian ASI ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif Jumlah



Status Gizi Tidak Baik % n % 75,9 7 24,1 95,2 1 4,8 84,0 8 16,0



Baik n 22 20 42



Jumlah n 29 21 50



% 100,0 100,0 100,0



75,9



RR= 95,2



= 0,8 kali Kesimpulan: Balita yang pemberian ASI nya eksklusif



berpeluang



mempunyai status gizi baik 0,8 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tidak ASI eksklusif. Tabel III.89 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Tingkat Konsumsi Energi Baik Tidak Baik n % n % N % Cukup 9 69,2 4 30,8 13 100,0 Tidak Cukup 33 89,2 4 10,8 37 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0 69,2



RR= 89,2 = 0,8 kali Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi energinya berpeluang memiliki status gizi tidak normal 0,8 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang cukup tingkat konsumsi energinya.



Tabel III.90



Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Tingkat Konsumsi Protein Baik Tidak Baik n % n % n % Cukup 20 76,9 6 23,1 26 100,0 Tidak Cukup 22 91,7 2 8,3 24 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0



RR=



76,9 91,7



= 0,83 kali Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi proteinnya berpeluang memiliki status gizi tidak baik 0,83 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang cukup tingkat konsumsi proteinnya. Tabel III.91



Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Zinc dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Tingkat Konsumsi Zinc Baik Tidak Baik n % n % n % Cukup 25 80,6 6 19,4 31 100,0 Tidak Cukup 17 89,5 2 10,5 19 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0 80,6



RR= 89,5



= 1,1 kali Kesimpulan: Balita yang tidak cukup tingkat konsumsi zinc nya berpeluang memiliki status gizi tidak baik 1,1 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang cukup tingkat konsumsi zinc nya. Tabel III.92



Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Fe dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016



Tingkat Konsumsi Fe n 15 27 42



Cukup Tidak Cukup Jumlah



Status Gizi Tidak Baik % n % 83,3 3 16,7 84,4 5 15,6 84,0 8 16,0



Baik



Jumlah N 18 32 50



% 100,0 100,0 100,0



83,3



RR = 84,4 = 1 kali Kesimpulan: tidak ada resiko antara tingkat konsumsi Fe dengan status gizi anak Tabel III.93



Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Anak dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Pola Makan Anak Baik Tidak Baik n % n % N % Tepat 18 94,7 1 5,3 19 100,0 Tidak Tepat 24 77,4 7 22,6 31 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0 94,7



RR= 77,4 = 1,2 kali Kesimpulan : balita yang pola makannya tidak tepat akan berpeluang mempunyai status gizi tidak baik 1,2 kali lebih besar di bandingkan anak yang pola makannya tidak tepat. Tabel III.94



Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI/Kolostrum dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016



Pemberian ASI/Kolostrum Tepat Tidak Tepat Jumlah



Status Gizi Tidak Baik % n % 83,8 6 16,2 84,6 2 15,4 84,0 8 16,0



Baik n 31 11 42



Jumlah N 37 13 50



% 100,0 100,0 100,0



83,8



RR= 84,6 = 1 kali Kesimpulan: tidak ada resiko antara pemberian ASI/Kolostrum dengan status gizi anak



Tabel III.95



Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Pemberian Imunisasi Baik Tidak Baik n % n % N % Sesuai 42 85,7 7 14,3 49 100,0 Tidak Tepat 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0 100



RR= 14,3 = 7 kali Kesimpulan: anak yang pemberian imunisasi tidak sesuai dengan umur akan berpeluang mempunyai status gizi tidak baik 7 kali lebih besar di banding anak yang pemberian imunisasinya sesuai umur. Tabel III.96



Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu dan Status Gizi Balita di Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Tahun 2016 Status Gizi Jumlah Pengetahuan Ibu Baik Tidak Baik n % n % N % Baik 40 85,1 7 14,9 47 100,0 Tidak baik 2 66,7 1 33,3 3 100,0 Jumlah 42 84,0 8 16,0 50 100,0



85,1



RR= 66,7 = 1,3 kali Kesimpulan: ibu balita yang memiliki pengetahuan tidak baik akan berpeluang balita mempunyai status gizi tidak baik 1,3 kali lebih besar dibandingkan pengetahuan ibu yang tidak baik.



BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI



4.1 MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah setelah dilakukan Survei Mawas Diri dan di dapatkan hasil dengan analisa data kemudian dilakukan pemecahan masalah dengan cara musyawarah dengan perangkat desa setempat, tokoh masyarakat, bidan desa, ahli gizi, pkk, dan kader posyandu untuk menentukan langkah yang akan ditempuh setelah di temukan masalah di desa. 4.1.1



Dasar Dalam rangka merencanakan program gizi, maka perlu adanya suatu



perumusan masalah untuk mendapatkan perencanaan yang tepat. Dalam merumuskan masalah maka mahasiswa perlu adanya suatu kegiatan yang berupa pengumpulan data untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan gizi yang berada dalam suatu wilayah tersebut. Sehingga kegiatan pengumpulan Data Dasar (Survei Mawas Diri) perlu dilaksanakan oleh mahasiswa di wilayah tertentu. Dimana hasil dari pengumpulan data Survei Mawas Diri (SMD) tersebut dilaksanakan kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) yaitu dengan memaparkan permasalahan gizi dan kesehatan yang ada di desa, kemudian dari pemaparan masalah tersebut disepakati kegiatan/intervensi dalam rangka mengatasi masalah tersebut. 4.1.2



Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilakukan adalah dalam bentuk musyawarah yang ditujukan



untuk dapat memecahkan masalah yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang sesuai dengan hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilaksanakan pada tanggal 11-14 April 2016.



4.1.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) diadakan pada Hari Rabu,



tanggal 27 April 2016 pukul 19.00 WIB yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. 4.1.4



Peserta Peserta yang hadir mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)



sebanyak 14 orang yang terdiri dari : 1. Pembimbing dari Akademi Gizi Surabaya. 2. Pembimbing dari Puskesmas 3. Perangkat Desa, yang meliputi : Kepala Desa , Kasi Kesejahteraan Rakyat, Pembangunan. 4. Bidan Desa 5. Tokoh Masyarakat 6. Perwakilan Kader Posyandu 7. Ibu PKK 4.1.5



Penyampaian hasil Kegiatan Penyampaian hasil yang digunakan saat Musyawarah Masyarakat Desa



(MMD) adalah Presentasi ppt dan dilanjutkan dengan diskusi. 4.1.6



Kendala Pelaksanaan Menentukan hari untuk melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa



(MMD) dengan Kepala Desa, dan mengumpulkan masyarakat untuk melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)



4.2 Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu 4.2.1



Dasar



Kegiatan yang dilakukan saat pelatihan kader adalah memberikan penyuluhan. Pelatihan kader diadakan karena kurangnya ketrampilan kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan pada KMS. 4.2.2



Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan yang dilaksanakan saat pelatihan kader adalah sebagai



berikut : a. Post test dan Pre test b. Perkenalan dengan menggunakan puzzle gambar dan menjelaskan gambar yang telah ditemukan c. Pelatihan pengisian KMS d. Game puzzel dacin, game PMBA e. Mempraktekkan Game puzzel dacin tersebut ke dalam penggunaan dacin yang benar f. Melakukan tepuk monyet setelah melakukan aktifitas dengan berdiri menuju duduk. g. Bernyanyi ASI, PMBA, dan Cuci Tangan h. Penyuluhan ASI, dan PMBA dan KMS.



4.2.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelatihan kader posyandu diadakan pada hari Kamis, 28 April 2016



pukul 09.00 WIB yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Desa Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang.



4.2.4



Peserta Peserta yang hadir mengikuti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)



sebanyak 13 orang yang terdiri dari : 1.



Pembinmbing dari Akademi Gizi Surabaya



2.



Pembimbing dari Puskesmas



3.



Bidan Desa



4.



Kader yang hadir sebanyak 10 orang a. Posyandu Helyconia : 3 b. Posyandu Agave : 4 c. Posyandu Anyelir : 3



4.2.5



Penyampaian hasil Kegiatan



4.2.6



Kendala Pelaksanaan Pengumpulan Kader karena pada saat pelaksanaa kegiatan latihan kader



terdapat kader yang berhalangan hadir.



4.3 Kegiatan Penyuluhan Perorangan dan Kelompok Masyarakat Rawan Gizi 4.3.1



Dasar Penyuluhan di posyandu, balai pertemuan desa, MI MAMBA β€˜UL’



ULUM, TK Muslimat NU, dan RA MAMBA β€˜UL’ ULUM ini diadakan dengan dasar yang didapat yaitu banyaknya ibu hamil, anak SD, anak TK, dan ibu balita



kurang mengetahui pentingnya gizi dan makanan apa saja yang baik dikonsumsi, ketika hamil, menyusui, anak SD, anak TK dan makanan untuk balita. Dari penyuluhan yang diberikan tersebut diharapkan bahwa yang telah mendapat penyuluhan tentang materi jajanan sehat, PHBS, gizi ibu hamil, dan gizi untuk balita terhadap ibu balita para responden bisa merubah pola makan menjadi makanan sehat dan memenuhi gizi yang dibutuhkan dalam tubuh. 4.3.2



Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dengan judul β€œGizi Untuk



Ibu Hamil dan Balita, PHBS, Jajanan Sehat”. 4.3.3 No 1.



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tanggal 29 April 2016



Waktu 08.00



29 April 2016 30 April 2016



08.00 08.00



4.



Kegiatan Penyuluhan RA MAMBA β€˜UL’ ULUM Penyuluhan TK Muslimat NU Penyuluhan MI MAMBA β€˜UL’ ULUM Penyuluhan Ibu Hamil



30 April 2016



15.00



5.



Penyuluhan Ibu Balita



2 Mei 2016



09.00



2. 3.



4.3.4 No 1.



Tempat RA MAMBA β€˜UL’ ULUM TK Muslimat NU MI MAMBA β€˜UL’ ULUM Balai Pertemuan Desa Balai Pertemuan Desa



Peserta Kegiatan Penyuluhan RA MAMBA β€˜UL’ ULUM



2.



Penyuluhan TK Muslimat NU



3.



Penyuluhan MI MAMBA β€˜UL’ ULUM



4.



Penyuluhan Ibu Hamil



Peserta Seluruh siwa RA yang masuk pada hari jum’at Seluruh siwa TK yang masuk pada hari jum’at Siswa Kelas 3 dan 4 yang masuk pada hari sabtu 16 ibu hamil



5.



Penyuluhan Ibu Balita



4.3.5



16 ibu balita



Penyampaian hasil Kegiatan Dari kegiatan penyuluhan di dapat hasil bahwa peserta yang mendapatkan



penyuluhan dapat memahami dan mengerti. Ini dilihat dari antusias para peserta ketika mendengar dengan serius dan bertanya. 4.3.6



Kendala Pelaksanaan Pada saat penyuluhan ibu hamil tidak menggunakan proyektor



4.4 Kegiatan Mitra Gizi pada Keluarga yang Mempunyai Balita Kurang Gizi 4.4.1



Dasar Penanggulangan KEP di tingkat keluarga agar dapat mencapai hasil yang



optimal. Dalam kegiatan Mitra Gizi keluarga balita diberikan pengetahuan tentang gizi, PHBS, ketrampilan dalam pembuatan makanan padat gizi dan diharapkan keluarga tersebut dapat mengubah perilakunya yaitu lebih memperhatikan gizi keluarga terutama pada anak balitanya.



4.4.2



Bentuk Kegiatan Kegiatan pendampingan mitra gizi diawali dengan dilakukannya base line



data untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin, menentukan beberapa masalah baik masalah gizi maupun lingkungan. Dengan ditemukannya masalah, maka diberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan sumber daya yang terdapat dalam keluarga mitra gizi tersebut selanjutnya keluarga yang memutuskan solusi akhir dari masalah tersebut



4.4.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pendampingan balita dilakukan di rumah keluarga



yang balitanya termasuk dalam kategori gizi kurang, gizi buruk, pendek, sangat pendek, kurus,maupun sangat kurus dilihat indikator BB/U, TB/U, dan BB/TB di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang mulai tanggal 13 April – 2 Mei 2016. 4.4.4 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Peserta Nama Mahasiswa Ayu Andarusasi Lailatul Nur F Ixora Ariani H Rizky Ayu K Erfi Kartikasari Renata Yuristhia Rizky Putri Willem Gersom



Nama Balita Dafa Ardanas A Diana Natasya M. Wildan Nillam Najwa Dwi Anjarita Ahmad Danu M. Fahrillah Al K Ali Mus’safa



4.5 Lomba Dalam Bidang Pangan dan Gizi 4.5.1



Dasar Lomba membuat bekal untuk anak paud ini diadakan dengan dasar agar



ibu balita bisa memberikan makanan yang bervariasi kepada balita sehingga meningkatkan nafsu makan balita dan mengurangi balita jajan di luar. Lomba membuat bekal untuk anak paud tersebut diharapkan bahwa yang telah mengikuti lomba ibu balita



bisa mengetahui komponen makanan dan



makanan yang sehat dan bergizi untuk balitanya agar ketika berada disekolah tidak perlu membeli jajan disekolah.



4.5.2



Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilakukan adalah untuk membuat bekal anak paud agar



tidak membeli jajan disekolah. 4.5.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Lomba membuat bekal untuk anak paud diadakan pada tanggal 02 Mei



2016 pukul 08.30 di Balai Pertemuan Desa. 4.5.4



Peserta Peserta yang mengikuti lomba membuat bekal untuk anak paud adalah



ibu-ibu paud sejumlah 21 orang. 4.5.5



Penyampaian hasil Kegiatan Dari kegiatan lomba membuat bekal untuk anak paud didapatkan hasil



bahwa ibu balita sudah mengerti dan memahami komponen makanan yang tepat untuk balita, porsi, makanan yang sehat dan bergizi untuk balita.



4.5.6



Kendala Pelaksanaan Waktu yang diharapkan hadir pada pukul 08.30 tetapi acara dimulai pada



pukul 09.00. 4.6 Demo Masak Jajanan Sehat 4.6.1



Dasar Demo masak di balai pertemuan desa ini diadakan dengan dasar agar ibu



balita bisa memberikan jajanan yang sehat dan bervariasi kepada balita sehingga meningkatkan nafsu makan balita dan mengurangi balita jajan di luar.



Dari demo masak tersebut diharapkan bahwa yang telah mengikuti demo masak ibu balita bisa mengetahui komponen jajanan-jajanan yang sehat dan bergizi untuk balitanya. 4.6.2



Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilakukan adalah demo masak jajanan sehat untuk bekal



sekolah selain nasi. 4.6.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Demo masak jajanan sehat diadakan pada tanggal 02 Mei 2016 pukul



10.00 di Balai Pertemuan Desa. 4.6.4



Peserta Peserta yang mengikuti adalah ibu balita.



4.6.5



Penyampaian hasil Kegiatan Dari kegiatan demo masak didapatkan hasil bahwa ibu balita sudah



mengerti dan memahami komponen jajanan sehat dan bergizi untuk bekal anak sekolah. 4.6.6



Kendala Pelaksanaan Tidak terdapat kendala



4.7 Kegiatan Bakti Sosial pada Mitra Gizi 4.7.1



Dasar Bakti sosial ini diadakan dengan tujuan sebagai bentuk kepedulian



terhadap balita yang gizi kurang (Mitra Gizi) untuk makan bersama.



4.7.2



Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan bakti sosial ini adalah dengan makan bersama dan demo



masak. 4.7.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Bakti Sosial diadakan pada tanggal 03 Mei 2016 pukul 16.00 di



Balai Pertemuan Desa. 4.7.4



Peserta Peserta yang mengikuti adalah ibu balita mitra gizi dan balita mitra gizi,



bidan desa, Kepala Desa Murukan. 4.7.5



Penyampaian hasil Kegiatan Dari kegiatan demo masak dan makan bersama diharapkan bahwa ibu



balita mitra gizi sudah mengerti dan memahami komponen makanan padat gizi, jajanan padat gizi. 4.7.6



Kendala Pelaksanaan Tidak terdapat kendala



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui Survei Mawas Diri (SMD) didapatkan 50 balita, 20 ibu hamil dan 15 kader posyandu sehingga dapat diketahui karateristik balita, karakteristik ibu hamil, dan karakteristik kader posyandu. 2. Dari hasil survei mawas diri (SMD) diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang bekerja sebagai wiraswasta, pendidikan terakhir orang tua balita sebagian besar adalah SMP, sehingga pengasilan masyarakat cenderung menengah kebawah karena kebutuhan pangan lebih besar daripada kebutuhan non pangan. 3. Masalah gizi yang ada di Desa Murukan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang adalah balita kurus, balita sangat kurus, balita pendek, sangat pendek, balita gizi kurang, dan balita gizi buruk. 4. Musyawarah Masyarakat Desa diadakan untuk merumuskan hasil kesepakata penyelesaian masalah pada masalah yang telah ditemukan dari hasil Survei Mawas Diri (SMD). Peserta yang hadir dalam Musyawarah Masyarakat Kelurahan



adalah tokoh masyarakat seperti kepala desa,



perangkat desa, kader posyandu, bidan desa, ibu pkk, dan ahli gizi puskesmas.



5. Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa didapatkan hasil kegiatan intervensi untuk masalah rawan gizi, demo masak dan lomba untuk ibu-ibu balita, penyuluhan anak SD, penyuluhan untuk TK, penyuluhan untuk RA, latihan kader, dan penyuluhan ibu hamil. 6. Pelatihan kader posyandu dilakukan untuk meningkatkan kader kembali tentang pengisian KMS yang benar, langkah penimbangan, ASI, dan PMBA. 7. Pendampingan mitra gizi pada balita kurus, sangat kurus, gizi kurang dan gizi buruk dilakukan oleh 1 mahasiswa 1 balita. Pendampingan mitra gizi dilakukan untuk memantau pola makan, pola asuh dan antropometri balita 8. Penyuluhan pada kelompok sasaran tertentu dilakukan pada ibu hamil, ibu balita, anak SD, anak TK dan anak RA. Hal ini dilakukan karena sasaran tersebut adalah sasaran yang rentan masalah gizi. 9. Kegiatan teknologi tepat guna yang diadakan adalah demo masak untuk mitra gizi memberikan contoh makanan padat gizi dengan menggunakan bahan makanan yag murah dan mudah didapatkan. 10. Kegiatan pameran bidang gizi yang diadakan adalah kreasi menu dan demo masak untuk meningkatkan kreatifitas ibu-ibu balita untuk membuat jajanan sehat dalam memberikan jajanan yang bervariasi sehingga meningkatkan nafsu makan balita. 5.2 Saran



DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN