Alur Rujuk Imd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SISTEM RUJUKAN DIAGNOSIS BANDING DAN IMD



Disusun oleh : Kelompok 3 POOJA JULIANI EZI OLIVIA NABILA TSURAYYA



PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI 2022 KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sistem Rujukan Diagnosis Banding dan IMD”. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan. Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Terlebih kami sampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Dosen Manajemen Kesehatan. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari allah SWT. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk perbaikan dari kesalahan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dalam upaya peningkatan wawasan wacana pendidikan nasional. Akhir Kata kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.



Bukittinggi, 26 April 2022



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi. B. Batasan masalah Makalah ini hanya membatasi tentang masalah Sistem Rujukan yang ada di Puskesmas. C. Rumusan Masalah a. Apa itu Sistem Rujukan? b. Apa saja Macam-Macam Rujukan? c. Bagaimana Jalur Rujukan yang terdapat di Puskesmas? d. Apa saja Tata Laksana Rujukan Puskesmas? e. Apa saja Manfaat Sistem Rujukan? f. Bagaimana Prosedur Standar Merujuk Pasien?



g. Bagaimana Persiapan Rujukan? h. Bagaimana Mekanisme Rujukan secara Umum? i. Bagaimana Sistem Rujukan yang terdapat pada Puskesmas ____? j. Apa saja fasilitas yang diberikan Puskesmas ___ saat merujuk pasien ke pelayanan kesehatan lain? k. Apa itu diagnosa banding? l. Apa saja langkah-langkah diagnosis banding? m. Apa saja cara mengartikan hasil diagnosis banding? n. Apa pengertian Inisiasi Menyusui Dini ? o. Bagaimana Prinsip Inisiasi Menyusu Dini ? p. Apa Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri ? q. Bagaimana persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini ? r. Bagaimana Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum ? s. Bagaimana cara melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang tepat ? t. Bagaimana cara melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan ? u. Bagaiman IMD Pada Operasi Caesar ? v. Bagaimana IMD Pada Bayi Kembar ? w. Apa saja penghambat Inisiasi Menyusu Dini ? x. Apa saja keuntungan Inisiasi Menyusu Dini ?



BAB II TINJAUAN TEORI A. Rujukan Dan Sistem Rujukan 1. Pengertian Rujukan Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk memberikan



informasi, untuk menyokong atau memperkuat



pernyataan dengan tegas. Rujukan dapat berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan. Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus



kemana



seseorang



dengan



gangguan



kesehatan



tertentu



memeriksakan keadaan sakitnya. Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu. Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas



pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207). 2. Macam Rujukan Menurut Sistem Kesehatan Nasional rujukan dibagi menjadi : a. Rujukan Kesehatan Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan



kesehatan (promotif). Rujukan ini



mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional (Syafrudin, 2009). b.



Rujukan Medik Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan (Azwar, 1996). Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain:



1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain –lain. 2) Transfer of specimen Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. 3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. Menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun 2004) dibagi menjadi : a) Rujukan



upaya



kesehatan



perorangan



yang



pada



dasarnya



menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi: 1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-lain. 2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap. 3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan. b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi: 1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan. 2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain. 3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen)



bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.



Gambar 1 Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004 Menurut tata hubungannya sistem rujukan dibagi menjadi: a) Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk. b) Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).



3. Jalur Rujukan a. Jalur rujukan dibagi menjadi dua, yaitu: Rujukan upaya kesehatan perorangan: 1) Antara masyarakat dengan puskesmas. 2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas. 3) Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap. 4) Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya. b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat: 1) Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota. 2) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral. 3) Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005). 4. Manfaat Sistem Rujukan Manfaat Rujukan Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut : a) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja



antara



memudahkan perencanaan.



berbagai pekerjaan



sarana



kesehatan



administrasi,



yang



terutama



tersedia; pada



dan aspek



b) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan. c) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Jika



ditinjau



dari



sudut



kalangan



kesehatan



sebagai



penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu. 5. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu. Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :



a) Prosedur standar merujuk pasien. b) Prosedur standar menerima rujukan pasien. c) Prosedur standar memberi rujukan balik pasien. d) Prosedur standar menerima rujukan balik pasien. 6. Prosedur standar merujuk pasien a) Prosedur Klinis: 1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding. 2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus. 3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. 4) Untuk



pasien



gawat



darurat



harus



didampingi



petugas



Medis/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan. b) Prosedur Administratif: 1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan. 2) Membuat catatan rekam medis pasien. 3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan). 4) Membuat surat rujukan pa9sien rangkap 2. 5) Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. 6) Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. 7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan. 8) Pengiriman



pasien



ini



sebaiknya



dilaksanakan



diselesaikan administrasi yang bersangkutan.



setelah



7. Persiapan Rujukan a) Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten



dan



memiliki



kemampuan



untuk



tatalaksana



kegawatdaruratan medis, maternal dan perinatal. b) Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan. c) Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada pasien. d) Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan. e) Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk. f) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan: 1) Tas PP (Kit PP) Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. 2) Alat pelindung diri 3) Sepatu bot 4) Perlengkapan medis (a) Alat pemeriksaan (b) Emergency kit 5) Airways and breathing set 6) Circulation set 7) Trauma set 8) Alat angkut evakuasi (a) Scoope stretcher (b) Stretcher beroda 9) Lain-lain



(a) Infus set (b) Bantal, sarung bantal, sprei, selimut (c) Kantung muntah (d) Box tissue (e) Satu pak gelas (f) Satu pak tissue basah (g) Empat liter air steril/NaCl (h) Empat buah alat pengikat lunak (i) Kantung sampah 10) Obat-obatan 11) Alat komunikasi (a) Radio medik (b) Mobile phone g) Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan. h) Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga–jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah. 8. Mekanisme Rujukan a) Menentukan kegawatdaruratan penderita: 1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih. 2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas. b) Menentukan tempat rujukan. c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga. d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju: 1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk. 2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. 3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. e) Melakukan persiapan rujukan.



f) Pengiriman penderita. g) Tindak lanjut penderita: 1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan. 2) Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut tetapi memiliki hambatan melapor. B. Diagnosa Banding 1. Diagnosis Banding adalah proses saat dokter membedakan antara dua atau lebih kondisi medis yang mungkin berada di balik gejala seseorang. Saat membuat diagnosis, dokter memiliki satu teori tentang penyebab gejala seseorang.  Dokter kemudian menyarankan untuk melakukan tes untuk mengonfirmasikan dugaan diagnosis tersebut. Namun, sering kali tidak ada tes laboratorium tunggal yang pasti dapat mendiagnosis penyebab gejala seseorang. Hal ini karena banyak kondisi muncul dengan gejala yang serupa, namun ada juga yang berbeda. Untuk membuat diagnosis, dokter perlu menggunakan teknik yang disebut diagnosis banding. Saat membuat diagnosis banding, dokter akan memperoleh informasi dari: 



Riwayat medis orang tersebut, termasuk gejala yang dilaporkan







Temuan pemeriksaan fisik







Tes diagnostik



Tujuan dari diagnosis banding adalah untuk: 



Mempersempit diagnosis 







Kerja panduan evaluasi dan perawatan medis







Mengesampingkan kondisi yang mengancam jiwa atau kritis







Memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang benar Diagnosis banding dilakukan ketika banyak kondisi memiliki gejala yang sama. Hal ini dapat membuat kondisi tertentu sulit untuk didiagnosa menggunakan pendekatan diagnostik non diferensial. 



Menjalani diagnosis banding bisa menjadi proses yang panjang dan melelahkan. Namun, ini adalah pendekatan rasional dan sistematis yang memungkinkan dokter untuk menentukan dengan tepat penyebab yang mendasari gejala seseorang. 2. Langkah-langkah diagnosis banding Diagnosis banding dapat memakan waktu. Bagi dokte,r untuk menentukan diagnosis yang benar, mereka mengikuti langkah-langkah di bawah ini: a. Memeriksa riwayat medis Saat mempersiapkan diagnosis banding, dokter akan memeriksa riwayat medis lengkap seseorang. Beberapa pertanyaan yang akan dokter tanyakan meliputi: 



Apa gejala Pasien?







Sudah berapa lama pasein mengalami gejala tersebut?







Apakah pasien memiliki riwayat keluarga dengan kondisi kesehatan tertentu?







Apakah pasien bepergian ke luar negeri baru-baru ini?







Apa ada yang memicu gejala pasien?







Apakah ada sesuatu yang membuat gejala pasien lebih buruk atau lebih baik?







Apakah saat ini pasien sedang mengonsumsi obat resep?







Apakah pasien merokok atau minum alkohol? Jika ya, seberapa sering?







Apakah ada peristiwa besar dalam hidup pasien baru-baru ini? b. Melakukan pemeriksaan fisik Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan dasar pada pasien. Pemeriksaan mencakup hal-hal berikut:







Pemeriksaan detak jantung







Pemeriksaan tekanan darah







Pemeriksaan paru-paru







Memeriksa area tubuh lain dari mana gejala mungkin berasal c. Melakukan tes diagnostik Setelah mengetahui riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik, dokter mungkin memiliki beberapa teori tentang penyebab gejala seseorang. Kemudian ada beberapa tes yang disarankan dokter, yaitu:







Tes darah







Tes urine







Tes pencitraan, seperti: rontgen, MRI, CT scan, maupun endoskopi d. Rujukan atau konsultasi Dalam beberapa kasus, dokter tidak dapat mendiagnosis penyebab pasti gejala seseorang. Oleh karena itu, dokter akan merujuk orang tersebut ke spesialis untuk mendapatkan opini kedua.



3. Cara mengartikan hasil diagnosis banding Beberapa pasien mungkin mendapat hasil negatif dari pemeriksaan. Namun, setiap hasil pemeriksaan akan selalu membawa selangkah lebih maju untuk mengetahui penyebab gejala seseorang. Atau beberapa orang juga perlu memulai perawatan sebelum dokter memastikan diagnosis. Hal ini terjadi karena kondisi pasien yang memerlukan perawatan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Respons seseorang terhadap pengobatan tertentu juga dapat menjadi petunjuk tentang penyebab gejalanya.



C. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). Inisiasi menyusu dini yaitu bayi yang baru lahir, setelah tali pusat dipotong, di bersihkan agar tidak terlalu basah dengan cairan dan segera diletakkan diatas perut atau dada ibu, biarkan minimal 30 menit sampai 1 jam, bayi akan merangkak sendiri mencari puting ibu untuk menyusu (Rulina, 2007:1). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009). 2. Prinsip Inisiasi Menyusu Dini Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK, 2007). 3. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia). Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu.



Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan. “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal. Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah. 4. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Hal-hal yang perlu di perhatikan sebagai persiapan melakukan IMD: 1. Pertemuan pimpinan rumah sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi yang direvisi 2006. 2. Melatih tenaga kesehatan terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.



3. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusu dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan. 4. Pertemuan bersama-sama beberapa keluarga membicarakan secara umum. 5. Pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus. 6. Di Rumah Sakit Ibu Sayang Bayi, inisiasi menyusu dini termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui. 5. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum Berikut adalah tatalaksana IMD secara umum yang harus di lakukan : 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2. Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. 3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok. 4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. 5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. 6. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. 7. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. 8. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. 9. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya



dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. 10. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar. 11. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. 12. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. 6. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat Menurut Roesli (2008) tatalaksana IMD yang kurang tepat adalah : 1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat. 3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. 4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kulit dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. 5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi. 6. Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk di timbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan kadang di beri tetes mata. 7. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan Menurut Ambarwati (2009) Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan antara lain : 1. Begitu lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang sudah di alasi kain kering.



2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya. 3. Tali pusat dipotong lalu diikat. 4. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersamasama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. 8. Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar Keberhasilan IMD pada persalinan dengan operasi caesar atau yang dikenal dengan sectio caesarea (SC) telah di kemukakan dari beberapa penelitian, antara lain sekitar 50% bayi yang dapat merespon IMD dalam 30 menit pada ibu yang melahirkan dengan operasi caesar. Hasil penelitian bukti keberhasilan IMD di RS St. Corolus tahun 2008 pada 275 bayi adalah sebesar 75% (209 bayi). Keberhasilan IMD pada kelahiran spontan sebesar 82%, pada persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vakum ) sebesar 44%, dan pada persalinan operasi caesar 59% .penelitian lainnya membuktikan bahwa Inisiasi Menyusu Dini membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif, Produksi ASI selanjutnya, dan lama menyusui. Hal-hal yang perlu di perhatikan dan di persiapkan dalam inisiasi menyusu dini pada operasi caesar di antaranya: 1. Suami atau keluarga dianjurkan untuk mendampingi ibu di kamar operasi atau kamar pemulihan. 2. Begitu bayi lahir, ia di tempatkan di meja resusitasi untuk dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepalanya tanpa menghilangkan verniix, kecuali tangannya. Mulut dan hidung bayi dibersihkan , kemudian tali pusat di ikat. 3. Pada bayi yang tidak memerlukan Resusitasi, bayi tersebut di bedong , lalu dibawa ke ibu dan kelaminnya di perlihatkan kepada ibu. Ibu kemudian dapat mencium bayinya.



4. Bayi di tengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, kaki bayi agak sedikit serong /melintang menghindari sayatan operasi, namun sedapat mungkin masih lurus di tengah dengan mata bayi setinggi puting ibu. Bayi dan ibu di selimti dan bayi di beri topi. 5. Kulit bayi dan ibu di biarkan bersntuhan selama satu jam, bila menyusu awal selesai sebelum satu jam. 6. Bila SC telah selesai, ibu dapat di bersihkan dengan bayi tetap melekat di dadanya dan di peluk erat oleh ibu. Kemudian bu di pindahkan dari ruang operasi ke ruang pemulihan (recovery room) dengan bayi tetap di dada ibu. 7. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu dikamar operasi, maka di usulkan untuk mendampingiibu dan mendoakannya di dalam kamar pemulihan. 8. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi di rawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam. ASI di berikan tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Dan bayi tidak boleh di beri dot/ empeng. 9. Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi Kembar 1. Membantu ibu dan bayi di praktik untuk IMD pada bayi kembar prinsipnya sama seperti halnya pada bayi tunggal. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dan di persiapkan (menurut astuti,sri 2015: asuhan kebidanan Masa Nifas dan menyusui) sebagai berikut: 2. Pendampingan. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu dikamar persalinan. 3. Bayi pertama lahir. Saaat bayi pertama lahir, segera di keringkan secepatnya terutama kepala , kecuali tangannyatanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi di bersihkan,kemudian tali pusat di ikat. 4. Bayi tidak memerlukan resusitasi. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, maka bayi ditengkurapkan di dada/perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya di selimuti dan diberikan topi.



5. Bayi kedua lahir. Saat bayi kedua lahir, segera di keringkan secepatnya terutama kepala bayi, kecuali tangannya tanpa menghilngkan vernix. Mulut dan hidung di bersihkan, kemudian tali pusat di ikat. 6. Bayi kedua tidak memerlukan resusitasi. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, maka bayi kedua di tengkurapkan di dada/perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Bayi pertama di letakkan kembali ke dada ibu berdampingan dengan saudaranya, lalu ibu dan kedua bayinya di selimuti dan bayi kembar tersebut di pakekan topi. Proses selanjutnya sama dengan IMD pada bayi tunggal. 10. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi, yaitu : 1. Bayi kedinginan. 2. Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. 3. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1º lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1ºC. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal (Roesli, 2008). 4. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. 5. Terbentuknya oksitosin akibat sentuhan bayi dan menyusui justru membantu menenangkan ibu setelah melahirkan (Rosita, 2008). 6. Tenaga kesehatan kurang tersediaa 7. Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu (Roesli, 2008). 8. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.



9. Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini (Roesli, 2008). 10. Ibu harus dijahit. 11. Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu (Roesli, 2008). 12. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir.



Menurut American



College of Obstetrics and Gyneology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi (Roesli, 2008). 13. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. 14. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai (Roesli, 2008). 15. Bayi kurang siaga. 16. Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (Roesli, 2008). 17. Kolostrum dan ASI saja tidak cukup bagi bayi 18. Sebagai makanan pertama, kolostrum justru sangan mencukupi. Normal terjadi berat badan bayi sedikit turun setelah dilahirkan (Rosita, 2008). 19. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. 20. Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Kolostrum merupakan imunisasi pertama yang diterima bayi (Rosita, 2008). 21. Bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusui. 22. Justru cairan ini akan meningkatkan risiko bayi terhadap infeksi, serta dapat mempengaruhi pemberian ASI secara ekslusif (Rosita, 2008).



11. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Menurut Departemen Kesehatan (2007) kontak kulit dengan kulit mempunyai beberapa keuntungan yaitu : - Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk bayi. 1. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. 2. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan : 3. Menstabilkan pernapasan. 4. Mengendalikan temperatur tubuh bayi. 5. Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik. 6. Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif. 7. Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat). 8. Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi. 9. Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama. 10. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi. 11. Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir. 12. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya - Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk ibu. 1. Merangsang produksi oksitosin 2. Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah. 3. Merangsang pengeluaran kolostrum. 4. Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi. 5. Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat placenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya. 6. Merangsang produksi Prolaktin 7. Meningkatkan produksi ASI.



8. Membantu ibu mengatasi stres. 9. Mengatasi stres adalah fungsi oksitosin. 10. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu. 11. Menunda ovulasi. - Keuntungan menyusu dini untuk bayi. Menurut Ambarwati (2009) keuntungan IMD bagi bayi meliputi : 1. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. 2. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. 3. Meningkatkan kecerdasan. 4. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas. 5. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. 6. Mencegah kehilangan panas. 7. Merangsang kolostrum segera keluar. - Keuntungan menyusu dini untuk ibu 1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. 2. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. 3. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir dan segera setelah tali pusat dipotong dan diletakkan diatas perut atau dada ibu dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya biarkan minimal 30 menit sampai 1 jam, bayi akan merangkak sendiri mencari puting ibu untuk menyusu Prinsip Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum yaitu dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya, Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu.



B. Saran a. Bagi Tenaga Kesehatan: Tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, merupakan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan segera melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. b. Bagi Pelayanan Kesehatan: Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. c. Bagi Pasien: untuk bertindak kooperatif dan keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan pasien selama di rumah sakit dan membawa uang untuk biaya perawatan. d. Bagi Masyarakat: untuk mendukung sistem rujukan dan membantu proses perujukan pasien.



DAFTAR PUSTAKA



Astuti, Sri,dkk.2015.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung: Erlangga Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta : JNPKKR-JHPIEGO. Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta : Diva Press. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda



NUTULENSI HASIL DISKUSI PRESENTASI KELOMPOK 3



Tanggal



: jumat ,28 april 2022



Tempat Diakusi



:ZOOM metting



Waktu diskusi



: pukul 14.00-14.35 WIB



Nama kelompok



: 1.ezi olivia 2. nabilla tsurayya 3. pooja juliani



Moderator



: ulfa angelia



Share screen



: ezi olivia



Penyaji



: 1. puja juliani 2. ezi olivia



Nutulen



: ezi olivia



Tanya jawab -nama penanya



:dinda dwi putri



Pertanyaan



:hal apa saja yang termasuk dalam rujukan kesehatan ?



Jawab



:rujukan kesehtan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi,sarana,dan operasional .rujukan kesehtan yauitu dalam pengiriman ,pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap .



Penjawab



: puja juliani



-nama petanya Pertanyaan



: viona febiola n : bagaimana sistem rujuakan kebidanan dengan



kendala kehamilan aterm? Jawab



: Sistem rujukan kebidanan diintegrasikan antar bidan di daerah tersebut,baik dari bidan praktek mandiri, puskesmas



ataupun rumah sakit, sehingga ada baiknya ditanyakan dengan bidan senior yang bertugas bersama anda karena setiap daerah memiliki kebijakan yang berbeda-beda.Sangat tidak disarankan anda mengirimkan pasien secara langsung ke rumah sakit tanpa pendampingan bidan yang merujuk, tanpa catatan pemantauan, dan tanpa tatalaksana awal yang diperlukan. Penjawab



: ezi olivia