An Empirical Examination of Competing Theories To Explain The Framing Effect in Accounting-Related Decisions [PDF]

  • Author / Uploaded
  • yola
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

An Empirical Examination of Competing Theories to Explain the Framing Effect in Accounting-Related Decisions Author: Chang, et al., 2002. Abstrak Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi framing effect (efek framing) dalam konteks keputusan akuntansi manajemen dan menguji eksplanatori power teori prospek dan dua teori competing yaitu teori fuzzy-trace dan model probabilistic mental, pada efek tersebut. Pada eksperimen 1, 86 orang undergraduate student membuat sebuah pilihan antara dua alternative dalam problem keputusan manajerial yang mengilustrasikan scenario bisnis type Asia. Hasil menunjukkan bahwa subjek berkomitmen bias framing effect dan prospek theory, fuzzy trace theory dan model probabilistic mental semua diprediksi bias. Dalam eksperimen 2, bisnis yang berbeda pada problem penyakit Asia didesain untuk membedakan kemampuan eksplanatori pada teori tersebut dalam konteks akuntansi. Sebanyak 185 orang sarjana berpartisipasi dalam eksperimen ini. Hasil eksperimen 2 mengindikasikan bahwa teori fuzzy trace memberikan power tambahan untuk menjelaskan framing effect. Oleh karena itu, profesi akuntan dapat mendesign pendekatan yang lebih baik untuk melaporkan atau menyajikan informasi keuangan yang akan membantu manajer mengurangi framing effect dalam pengambilan keputusan. Introduction Sebagian mengumpulkan digunakan



besar dan



dalam



membenarkan



tugas



akuntansi



memberikan



pengambilan



keputusan



mengharuskan



informasi keputusan.



berdasarkan



untuk



manajer



Manajer



informasi



akuntan



menilai



akuntansi



yang dan yang



diberikan, sementara tidak memberikan perhatian yang memadai pada konten informasi akuntansi. Keputusan manajerial yang bias akan menimbulkan konsekuensi kerugian bagi perusahaan dan stakeholder (Ashton dan Ashton, 1995). Dengan demikian, mengidentifikasi dampak dari cara akuntan memberikan informasi keputusan terkait akuntansi bagi pengambil keputusan merupakan langkah kritikal dalam memahami bagaimana informasi akuntansi seharusnya dikumpulkan dan diberikan untuk memaksimalkan firm value.



Framing



effect



merupakan



fenomena



di



mana



individu



akan



memberikan respon yang berbeda pada probem keputusan yang sama namun disajikan dalam format yang berbeda. Tversky dan Kahneman (1981) menggunakan teori prospek untuk menjelaskan framming effect. Teori ini mendukung temuan banyak studi akuntansi dala framing. Namun, hasilnya tidak konsisten dengan beberapa literature psikologi saat ini. Levin et al. (1998) menunjukkan tiga jenis framing effect: pilihan berisiko standar; atribut framing, dan goal framing. Ia mengindikasikan bahwa teori prospek mungkin terbaik untuk menjelaskan framing effeck pilihan berisiko, tapi tidak untuk dua jenis framing effet lainnya. Alternatif lain untuk menganalisis framing effect adalah dengan model probabilistic mental (PMM) dan teori fuzzy trace (FT) yang dikembangkan pada tahun awal 1990an. PMM dan FTT telah digunakan untuk menguji framing effect dalam membuat pilihan berisiko standar. Karena teori tersebut hanya menginvestigasi pada setting nonaccounting, masih belum diketahui apakah teori tersebut valid dalam konteks akuntansi. Dalam paper ini akan membandingkan kemampuan tiga teori (teori prospek model probabilistic mental, dan teori fuzzy trace) untuk menjelaskan kemungkinan framing effect dalam konteks keputusan capital budgeting. Prospect Theory and Framing Effect Contoh framing effect yang disajikan dalam jurnal adalah “Asian disease problem”. Problem terbagi menjadi dua bagian. Pada problem 1 menawarkan alternative A dan B menggunakan kata-kata positif dengan domain



gain.



Sedangkan



pada



problem



2



dinyatakan



dengan



menggunakan kata-kata negative pada alternatif C dan D. Berdasarkan teori prospek, selama pengambil keputusan melakukan analisis



awal prospek, proses



editing psikologi berlangsung untuk



mengorganisasi prospek, reformulasi opsi, dan menyederhanakan evaluasi dan pilihan berikutnya. Selama fase editing, titik referensi yang dirasakan adalah membangun untuk membedakan outcome gain dari loss. Elemen coding pada proses editing dapat digambarkan dengan fungsi value hipotesis. Outcome yang telah dikode relative untuk titik referensi pengambil keputusan. Titik referensi yang diadopsi individu tergantung bagaimana memberikan frame problem. Pada framing effect, satu problem yang sama disajikan menjadi dua frame (positif dan negatif). Li (1998) mengindikasikan istilah framing effect mengacu pada perubahan



respon dari deskripsi yang berbeda pada problem yang sama. Berbeda dengan reflection effect, terdapat respon yang berbeda karena dua problem yang berbeda.Ketika memberikan informasi akuntansi, profesi akuntan



harus



memperhatikan



format



penyajian



untuk



mencegah



penyebab kemungkinan framing effect.



Teori prospe k



H1a



H1b



PMM



H2a



H2b



FTT



H3a



H3b



Hipotesis ketika informasi problem keputusan dinyatakan dalam gain domain/positif frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti (tidak berisiko) atas opsi berisiko. Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/negative frame, pengambil keputusan akann memilih opsi berisiko atas opsi pasti. ketika informasi problem keputusan dinyatakan dalam gain domain/negative frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti (tidak berisiko) atas opsi berisiko. Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/positive frame, pengambil keputusan akan memilih opsi berisiko atas opsi pasti. ketika informasi dinyatakan dalam gain domain/positive frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti (tidak berisiko) atas opsi berisiko. Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/negative frame, pengambil keputusan akana memilih opsi berisiko atas opsi pasti. ketika informasi dinyatakan dalam gain domain/negative frame, pengambil keputusan akana memilih opsi berisiko atas opsi pasti (tidak berisiko). Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/positif frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti atas opsi berisiko. ketika informasi dinyatakan dalam gain domain/positive frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti (tidak berisiko) atas opsi berisiko. Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/negative frame, pengambil keputusan akana memilih opsi berisiko atas opsi pasti. ketika informasi dinyatakan dalam gain domain/negative frame, pengambil keputusan akana memilih opsi berisiko atas opsi pasti (tidak berisiko). Ketika informasi dinyatakan dalam loss domain/positif frame, pengambil keputusan akan memilih opsi pasti atas opsi berisiko.



Research Method



Penelitian



ini



menggunakan



metode



eksperimen,



terdiri



dari



eksperimen 1 dan eksperimen 2. Pada eksperimen 1 didesign untuk menunjukkan robustness framing effect klasik dalam konteks akuntansi manajemen dan melihat apakah ketiga teori memiliki kemampuan eksplanatori yang sama untuk memprediksi fenomena ini. Eksperimen 2 mengivestigasi teori mana yang terbaik mendeskripsikan perilaku decision dalam konteks akuntansi manajemen. Design subjek yang digunakan 2x3 antar dua eksperimen untuk menghindari kemungkinan demand effect pada penggunaan dalam design objek. Dua variabel dimanipulasi adalah problem domain (gain vs. loss) dan problem frame (positive, negative, dan mixed). Empat situasi dalam eksperimen 1: gain domain/positif frame, gain domain/mixed frame, loss domain/negative menunjukkan



frame,



situasi



loss



domain/mixed



bisnis:



gain



frame.



Eksperimen



domain/negative



frame,



2



gain



domain/mixed frame, loss domain/positif frame, loss domain/mixed frame. Materials Kedua eksperimen menggunakan kasus skenario capital investment. Subjek diminta untuk mengasumsikan peran controller pada perusahaan hipotesis (TilTec). Subjek memilih antara dua opsi (A, opsi pasti, dan B, opsi berisiko) untuk pembelian peralatan baru untuk memenuhi standar perlindungan lingkungan yang baru diumumkan. Subjek menulis komentar pada ruang yang disediakan dalam kasus. Eksperimen 1 Pada eksperimen 1, skenario kasus menyatakan bahwa, didasarkan pada terbitnya standar perlindungan lingkungan yang terbaru, sistem pengawasan polusi perusahaan saat ini tidak lagi sesuai dengan persyaratan



minimum.



Apabila



tidak



ada



perbaikan



secepatnya,



perusahaan dapat dikenai denda hukuman sebesar $300,000. Pengawas harus memilih antara dua pilihan. A dan B. Peralatan tiap pilihan memiliki kesamaan manfaat dalam kehidupan. Berdasarkan pilihan A dan B, biaya dikaitkan dengan pembelian, operasi, dan pengeluaran lainnya yang bermacam-macam, seperti pemeliharaan, juga identik. Untuk kondisi mendapatkan domain, opsi A (kerangka positif) ditentukan sebagai “Jika peralatan melalui opsi A dibeli, TilTec akan, tentunya, dapat menghemat $100,000 dari $300,000 total hukuman denda.” Dan opsi B (kerangka campuran) dinyatakan sebagai “Jika peralatan didasarkan pada opsi B dibeli, akan ada probabilitas sebanyak sepertiga dimana TicTec akan



menghemat seluruh $300,000 denda dan probabilitas sebesar dua-pertiga dimana TicTec akan menghemat sebesar $0 dari hukuman denda.” Oleh karena itu, nilai yang diharapkan oleh kedua opsi adalah sama. Untuk kedua domain, memilih opsi A menggambarkan sikap yang menghindari risiko (risk averse), dimana memilih opsi B adalah risk seeking.



Untuk menguji kemampuan prediktif dari tiap teori terkait dengan efek kerangka klasik pada keputusan terkait akuntansi. Kami membuat permasalahan capital investment di atas dikaitkan dengan permasalahan penyakit orang Asia. Tabel 2 menyediakan perbandingan antara material eksperimental dan masalah klasik penyakit orang Asia. Pada tabel 2, pernyataan 1, 2, 3, dan 4 secara formal dan struktural setara dengan masalah klasik penyakit orang Asia yang digunakan pada Eksperimen 1. Dua pernyataan pertama adalah untuk mendapatkan domain, dan pernyataan 3 dan 4 adalah untuk domain yang rugi/hilang. Opsi tertentu, pernyataan 1 dan 3, adalah gain domain/kerangka positif dan domain yang hilang (loss)/kerangka negatif, secara berturut-turut (lihat tabel 2). Sejak gain domain mengacaukan kerangka positif dan domain yang hilng (loss) mengacaukan dengan kerangka negatif, desain ini tidak terpisah dengan efek framing dari efek refleksi. Oleh karenanya, berdasarkan diskusi ini pada seksi teori sebelumnya, teori prospek, teori PMM, dan FTT



memprediksi seluruh kehadiran dari efek kerangka klasik (classic framing) pada eksperimen 1 (lihat tabel 3). Eksperimen 2 Eksperimen 2 diciptakan untuk membedakan kekuatan eksplanatory dari ketiga teori. Skenario kasus digunakan pada eksperimen ini yang sama dengan eksperimen 1, dengan spesifik revisi dari opsi tertentu. Menari kembali, dalam memprediksi efek framing, teori prospek terdiri atas domain permasalahan (gain vs loss), dimana teori PMM berfokus pada kerangka permasalahan (positif vs. negatif) dan dimana informasi yang lengkap disediakan pada keputusan atas masalah atau apabila terdapat ruang untuk individu yang akan mengambil variabel relevan lainnya menjadi pertimbangan. FTT berfokus pada apakah pernyataan opsi dapat disederhanakan atau keputusan atas permasalahan dapat diselesaikan



pada



tingkat



penggunaan



komputasi



yang



lebih



rumit



(kompleks),



numerik.



Pada



eksperimen



2,



di



seperti desain



pernyataan opsi dengan cara memperkenankan untuk membagi efek domain permasalahan dari kerangka permasalahan yang dengan jalan informasi tidak dapat disederhanakan. Hal ini memperbolehkan kita dalam melihat prediksi yang berbeda dari tiap teori. Hasil empiris akan menyediakan bukti dimana teori dapat digambarkan dengan baik pada perilaku subjek. Pada percobaan ini, kesamaan pernyataan dipertahankan untuk opsi berisiko (pernyataan 2 dan 4 di tabel 2) dan merevisi opsi tertentu. Pernyataan 5 adalah versi revisi dari statement 1 tanpa mengubah fakta bahwa di pernyataan (lihat tabel 2). Domain permasalahan pada kedua pernyataan adalah sama (gain domain), namun frame permasalahan berubah dari positif ke negatif. Mirip, pernyataan 6 dimodifikasi dari pernyataan 3 untuk mengubah kerangka permasalahan dari negatif ke positif dengan domain loss problem. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk membuat pernyataan revisi untuk opsi tertentu (pernyataan 5 dan 6) pada domain gain/kerangka negatif dan domain loss/kerangka positif. Sejak revisi pernyataan tidak lagi mengacaukan gain domain dengan kerangka positif dan domain loss dengan kerangka negatif, kita dapat menciptkana perbedaan [rediksi untuk setiap teori. Berdasarkan teori prospek, yang didasarkan pada efek refleksi (domain permasalahan), individu diprediksi untuk lebih menyukai opsi tertentu (pernyataan 5) dibandingkan opsi berisiko (pernyataan 4) dibandingkan opsi tertentu (pernyataan 6) pada loss domain.



Menurut teori PMM, pernyataan 2 menyediakan informasi yang lengkap, namun pernyataan 5 tidak. Pernyataan 5 membaca “The company will, for certain, not be able to save $200,000 hukuman denda.” Berdasarkan pada teori PMM, pembuat keputusan menyadari variabel yang lebih dibandingkan hanya variabel target daat informasi tidak lengkap.



FTT keputusan



mengharapkan pada



disederhanakan. menyelesaikan



tingkat FTT



individu intisari.



menyederhanakan Saat



mengindikasikan



permasalahan



pada



permasalahan



permasalahan bahwa



tingkat



yang



tidak



dapat



individu



akan



lebih



kompleks



menggunakan komputasi numerik. Jika hasil dari numerik dari dua alternatif adalah sama, lalu preferensi risiko diprediksi mempengaruhi keputusan akhir. Pada percobaan 2, sejak dua opsi tidak memiliki kesamaan bagian, mereka tidak dapat disederhanakan untuk membuat keputusan yang mudah. Oleh karena itu, untuk membuat perbandingan, individu harus menyelesaikan permasalahan pada tingkat numerik dengan mengkalkulasi nilai ekspektasi untuk tiap opsi. Sejak nilai ekspektasi adalah sama untuk kedua opsi, faktor pendorong diprediksi menjadi sikap risiko individual. Tabel 3 meringkas hipotesis dan predisi dari tiap teori. Subjects Delapan puluh enam mahasiswa berpartisipasi pada eksperimen 1.185 mahasiswa berpartsipasi pada eksperimen 2. Seluruh subjek



direkrut dari dua metropolitan, universitas negeri dari west coast dan telah menyelesaikan kuliah akuntansi manajemen. Selamam perekerutan, subjek dikatakan bahwa mereka akan melakukan perjanjian pada tugas penilaian terkait dengan keputusan bisnis. Subjek juga diyakinkan bahwa respon mereka akan ditangani secara rahasia dam data akan dianalisis hanya dengan kelompok. Subjek tidak akan diberitahukan secara alami atau tujuan dari eksperimen. Experimental Procedures Setibanya di lapangan percobaan, subjek secara random ditentukan untuk setiap treatment dan diberikan lembar satu halaman mengenai instruksi.



Lembar



ini



menyediakan



deskripsi



sederhana



mengenai



percobaan dan menyatakan bahwa tidak ada jawaban yang benar atau salah terhadap tugas-tugas eksperimental. Subjek diinstruksikan untuk membuat penilaian mereka berdasarkan skenario kasus. Lalu, subjek diminta untuk mempelajari kasus manajerialdan membuat pilihan antara dua alternatif. Akhirnya, subjek melengkapi kuesioner pasca eksperimen yang berisi kedua pertanyaan baik tentang demografi maupun risk-attitude. Subjek mengambil, secara rata-rata, sekitar 20 menit untuk melengkapi percobaan. RESULTS Eksperimen 1 Tujuan dari eksperimen 1 untuk menguji ketahanan dari efek framing klasik pada konteks akuntansi manajerial. Tabel 4 mengindikasikan, jika opsi dinyatakan pada gain domain, 29 dan 13 mahasiwa memilih opsi A (opsi tertentu) dan B (opsi berisiko), secara masing-masing. Sekitar 31 persen dari subjek lebih menyukai alternatif berisiko. Disamping itu, apabila opsi dinyatakan pada loss domain, 16 dan 27 mahasiswa memilih opsi A dan B, secara berturut-turut. Sekitar 63 persen dari subjek merupakan risk seeking pada situasi tersebut. Temuan ini mendukung H1a, H2a, dan H3a dimana teori prospek, PMM, dan FTT keseluruhan memprediksi bahwa efek framing klasik pada konteks akuntansi manajerial.



Ekspermen 2 Eksperimen 2 didesain menggunakan versi revisi dari permasalahan penyakit klasik orang Asia untuk membedakan di antara kemampuan deskriptif dari teori prospek, PMM, dan



FTT sehubungan dengan dampak dari penyajian informasi pada perilaku pembuat keputusan. Seperti yang dilaporkan pada tabel 4, jika opsi pada eksperimen 2 dinyatakan pada gain domain, 47 mahasiswa memilih opsi tertentu, A, dan 45 memilih opsi berisiko, B. oleh karena itu, pada situasi tersebut, sekitar 51 persen dari subjek merupakan penghindar risiko, dan 49 persen merupakan risk seeking. Disamping itu, saat informasi dinyatakan pada domain loss, 51 subjek memilih opsi A dan 42 memilih opsi B. sehingga total 55 persen dari subjek merupakan risk averse (menghindari risiko). Additional Analysis (Framing Effects and Risk Preference) Teori Fuzzy-trace mengindikasikan opsi berbeda tidak dapat disederhanakan pada tingkat gist-value (nilai inti), lalu pembuat keputusan mungkin membutuhkan untuk melatih pemberian alasan pada tingkat numerik. Apabila hasil opsi pada tingkat numerik yang sama, maka keputusan diprediksi dipengaruhi oleh kecenderungan risiko dari pembuat keputusan. Untuk mengkonfirmasi prediksi FTT ini, analisis selanjutnya terhadap pilihan objek pada kedua ekperimen 1 dan 2.



Menggunakan pilihan subjek seperti pada variabel dependen, dilakukan uji ANCOVA dengan preferensi risiko subjek bukanlah faktor pendorong pada pembuatan keputusan. Disamping itu, apabila opsi tidak dapat disederhanakan dan kesimpulan numerik mengungkapkan kesamaan hasil dari opsi (contohnya eksperimen 2), efek framing ditiadakan dan preferensi risiko individu mendorong keputusan (panel B tabel 5, p < 0.003). DISCUSSIONS AND CONCLUSIONS Untuk menyatakan teori apa yang paling baik dalam menjelaskan efek framing yang terkenal dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan akuntansi. Studi ini menguji tiga teori yang berlawanan, teori prospek, model probabilitas mantal, teori fuzzy-trace. Hasilnya menyarankan bahwa FTT yang terbaik menggambarkan fenomena dari efek framing pada perilaku pembuat keputusan pada konteks akuntansi. Meskipun, teori prospek telah diaplikasikan lebih sering pada umumnya.



Konsisten dengan Simmon (1956) yang menyimpulkan bahwa individu biasanya terikat dengan pembatasan kognitif individu. FTT menyarankan pembuat keputusan untuk lebih memilih alasan dala penyederhanaan yang besar, meringkas dari keterwakilan informasi. Individu cenderung untuk memproses informasi menggunakan pola kualitatif dibandingkan kuantitaif secara tepat seperti nilai probabilitas atau hasil numerik. Selanjutnya FTT menyarankan bahwa pembuat keputusan cenderung untuk mengolah informasi pada tingkat numerik apabila informasi tidak dapat digambarkan secara kualitatif (cth. pada tingkat inti). Pada saat hasil numerik pada alternatif yang berbeda adalah sama, faktor pemicu dalam pembuatan keputusan merupakan prferensi dari risiko individual. Hasil dari studi ini mendukung prediksi berdasarkan pada FTT. Kami mengobservasi efek framing pada konteks akuntansi manajerial daat informasi yang disajikan dapat di ekstrak ke dalam tingkat intisari. Disamping itum efek framing ditiadakan saat informasi tidak dapat disederhanakan. Komentar tertulis subjek juga mendukung FTT. Ada beberapa implikasi dari studi ini, hasil dari eksperimen 2 mendukung teori Fuzzy-trace dengan menunjukkan bahwa jika individu tidak dapat menyederhanakan informasi, lalu informasi diproses pada tingkat numerik. Implikasi lainnya dari temuan ini adalah memungkinkan untuk kekuatan dari pembuat keputusan untuk mengolah informasi pada tingkat tertinggi dengan menyajikan informasi padda format tertentu (Libby dan Luft 1993). Sejak keputusan menjadi bias bergantung pada bagaimana informasi disediakan oleh akuntan, sistem pelaporan seharusnya di desain untuk meringankan efek framing dengan menyajikan informasi finansial yang tidak dapat secara mudah diringkas ke dalam susunan kata yang tidak jelas. Lebih penting lagi bahwa, ketika auditor melatih penilaian profesional mereka, mereka juga dipengaruhi oleh bagaimana informasi tersebut (cth. Informasi keuangan atau bukti audit) disajikan kepada mereka. Akhirnya, temuan atas hubungan antara efek framing dan preferensi risiko individu membutuhkan perhatian pada fitur dinamis dari efek framing. Studi selanjutnya menginvestigasi kondisi anteseden yang mempengaruhi arah dan kehadiran dari efek framing yang dapat menyediakan wawasan bermanfaat pada profesi akuntansi. Ada beberapa keterbatasan pada studi ini, pertama, seperi studi lainnya pada garis riset ini, validitas eksternal mungkin terbatas. Sejak subjek pada studi ini merupakan dari jurusan undergraduate bisnis, pengalaman mereka pada membuat keputusan capital investment terbatas. Untuk meningkatkan validitas eksternal, studi selanjutnya dapat merekrut subjek dengan pengalaman tugas yang lebih spesifik. Ssebagai tambahan, peneliti harus dapat mengembangakn kasus dengan skenario yang lebih kompleks/realistik untuk menginvestigasi apakah the teori fuzzy-trace lebih baik dibandingkan teori-teori yang berlawanan dalam menjelaskan efek framing. Ketiga, kata-kata yang digunakan pada eksperimen ini untuk memanipulasi keputusan domain yang berbeda mungkin tidak menonjol terhadap subjek. Contohnya, pada eksperimen



kedua, memungkinkan bahwa subjek lebih memiliki sensitifitas dalam kata-kata “penalized with” dibandingkan “subject to…punitive fine.” Sebagai tambahan, ka,I tidak menanyakan secara langsung kepada subjek untuk mengindikasikan persepsi domain permasalahan vs kerangka permasalahan selama eksperimen. Tetapi, disediakan ruang bagi mereka untuk komentar secara keseluruhan pada skenario kasus.