Analisis Budaya Keselamatan Pasien Di Rs Tiara Sella Bengkulu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DIRS TIARA SELLA BENGKULU Pendahuluan Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Dengan demikian pada tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam pelayanan medis di Indonesia. Hal tersebut didukung dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit. Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem di rumah yang menjamin bahwa asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya atau



meminimalkan



kemungkinan



terjadinya



insiden



keselamatan



pasien



dan



memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila hal tersebutkan terjadi, serta meningkatkan akuntabilitas. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi yang sangat komplek karena padat modal, padat teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, dan padat mutu serta padat resiko sehingga tidak mengejutkan bila inseden keselamatan pasien yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera(KNC) akan sering terjadi dan akan berakibat pada terjadinya injuri atau kematian pada pasien. Insiden keselamatan pasien ini adalah setiap kejadian yang tidak sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.



Fokus terhadap keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya insiden keselamatan pasien berupa Kejadian Tidak diharapkan (KTD) di RS secara global maupun nasional. Pada tahun 2000 IOM (Institusi of Medicine) di Amerika Serikat menerbitkan 2 laporan tetang angka KTD. Ditemukan angka KTD sebesar 2,9% dan 3,7% dengan angka kematian 6,6% dan 13,6% Dengan data ini kemudian dihitung dari jumlah pasien rawat inap di RS Amerika Serikat sebesar 33,6 juta per tahun didapat angka kematian pasien rawat inap akibat KTD diseluruh Amerika Serikat berkisar 44.000 s/d 98.000 per tahun. Sebagai perbandingan angkakecelakaan lalu lintas pada tahun tersebut hanyalah 43.458. RS TIARA SELLA, Bengkulu, merupakan Rumah Sakit Kelas C yang memiliki kewajiban menerapkan Keselamatan Pasien di seluruh area pelayanan, Lagipula mulai tahun 2012 ini ada standar akreditasi baru untuk rumah sakit yang berfokus pada pasien yaitu standar Joint Commission International (JCI). Standar akreditasi ini sangat berbeda dengan standar akreditasi yang digunakan sebelumnya. Sasaran keselamatan pasien di Indonesia secara khusus telah dimasukkan sebagai salah satu dari 4 kelompok standar akreditasi Rumah sakit yang baru. Keselamatan pasien mulai diperkenalkan di RS TIARA SELLA Bengkulu sejak tahun 2017. Pada tahun yang sama juga telah dilakukan pembentukan tim keselamatan pasien Rumah Sakit beserta pembuatan sistem kerja. Berdasarkan data yang ada di RS Tiara Sella Bengkulu diketahui dalam jangka waktu tahun 2017-2018 terdapat beberapa laporan kejadian yang terjadi di RS Tiara Sella Bengkulu. Pelaporan kejadian yang ada dari tahun 2017-2018 memberikan penjelasan bahwa penerapan keselamatan pasien di RS Tiara Sella Bengkulu masih belum bisa dikatakan baik. Oleh karena masih banyaknya laporan kejadian yang berkaitan dengan keselamatan pasie, maka akan dilakukan pengukuran atau analisis budaya keselamatan pasien di RS Tiara Sella Bengkulu. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja hambatan- hambatan yang ada di RS Tiara Sella Bengkulu dalam menerapkan keselamatan pasien sehingga dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi rumah sakit.



Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan mixed methods research yaitu metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan metode kualitatif



dengan pendekatan studi kasus (case study) dengan rancangan penelitian deskriptif untuk menganalisis Budaya Keselamatan Pasien di RS Tiara Sella,



Bengkulu. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 – 20 maret 2018. Objek penelitian ini adalah RS Tiara Sella, Bengkulu. Sedangkan populasi penelitian ini adalah semua pelaksanan yang bekerja di instalasi rawat inap, instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi rawat jalan, instalasi laboratorium, di RS Tiara Sella, Bengkulu yang diambil 3 orang per instalasi sesuai dengan criteria yang ada. Pada penelitian ini besar sampel yang didapat dengan menggunakan tehnik Total Sampling adalah sebanyak 50 orang memenuhi kriteri inklusi berupa responden adalah pelaksana di instalasi yang telat ditentukan di rumah sakit yang bersedia menjadi responden dan sudah bekerja selama ≥ 1 tahun di bidang. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data primer yang diperoleh melalui hasil jawaban kuesioner responden tentang budaya keselamatan pasien dan pelaporan insidens keselamatan pasien. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa data pelaporan insiden keselamatan pasien dari tim KPRS dan dokumen tentang kebijakan terkait program keselamatan pasien rumah sakit. Dari hasil pengumpulan data- data primer dan sekunder di atas, langkah selanjutnya adalah pengolahan atau analisis data yang telah diperoleh. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini Analisis Deskriptif



adalah transformasi data mentah ke dalam bentuk



yang akan memberikan informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam suatu situasi. Untuk menilai penerapan keselamatan pasien di RS Tiara Sella Bengkulu ini digunakan analisis deskriptif dengan melihat jawaban kuesioner responden dan dikuatkan atau dibandingkan dengan hasil wawancara terhadap tim keselamatan pasien RS. Perhitungan dilakukan untuk mengkategorikan kuesionernya dengan menggunakan presentase. Interpretasi nilai presentase dikatakan baik apabila pada presentasenya 76100%, cukup 51-75% dan kurang apabila 5 tahun 80 % >40 jam



0



100 %



Ya



Tidak



100 %



0



Berdasarkan karakteristik responden yang diuraikan pada Tabel 1, maka sebanyak 50 orang perawat dan bidan yang menjadi responden telah memiliki karakter yang sama serta telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan.



2.



Analisis Data Penelitian Budaya Keselamatan Pasien berdasarkan 12 Dimensi. Deskripsi dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien dapat dilihat pada table di bawah ini:



Tabel 2. Nilai 5 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien RS Dimensi



Hasil (%)



Nilai



Persepsi



82 %



B



Frekuensi pelaporan



50 %



C



Supervisi



76%



C



Pembelajaran organisasi



83%



B



Kerjasama intra bagian



80 %



C



Keterbukaan dan komunikasi



70 %



C



Timbal balik kesalahan



78 %



B



Sanksi kesalahan



70 %



C



Staf/pegawai



60 %



C



Dukungan managemen



66 %



C



Kerjasama antar bagian



68 %



C



Pemindahan dan pergantian



72%



C



Pembahasan Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan sampai meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Patient safety (keselamatan pasien) belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah sakit di Indonesia. Tidak ada lagi alasan bagi setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan budaya keselamatan pasien karena bukan hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien.



Budaya keselamatan pasien Kuesioner yang diterjemahkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) tahun 2004 yang berjudul Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) mengemukakan bahwa keselamatan pasien terdiri atas 12 dimensi. Nilai 12 dimensi budaya keselamatan pasien dapat di lihat pada Tabel 2. Pada penelitian yang menggunakan kuesioner HSOPSC ini menampilkan frekuensi pelaporan merupakan dimensi yang paling rendah, diikuti dengan dimensi staf/pegawai dan dimensi dukungan manajemen. Sedangkan dimensi budaya keselamatan pasien yang memiliki nilai paling tinggi adalah dimensi pembelajaran organisasi yang mencapai hasil lebih dari 80 % Hambatan-Hambatan Penerapan Keselamatan Pasien Dengan demikian hambatan dalam penerapan Keselamatan Pasien di RS Tiara Sella, Bengkulu adalah datang dari: 1. Unit yang menerapkan budaya keselamatan itu sendiri yaitu berupa blaming culture , dan budaya tidak enak, sehingga ada keengganan untuk melaporkan kasus sendiri maupun rekan kerja. Hal itu terbukti dengan masih rendahnya kesadaran melakukan pelaporan atas insiden keselamatan pasien yang masih dinilai dalam kategori cukup. 2. Tim Keselamatan Pasien Rumah sakit berupa kinerja yang belum optimal dikarenakan Kepengurusan Tim Keselamatan Pasien RS Tiara Sella Bengkulu masih merangkap pekerjaan lain sehingga dalam kegiatannya merupakan tugas tambahan. 3. Dukungan dari manajemen yang juga masih kurang optimal, hal tersebut dapat dilihat pada respon berupa feedback atas kasus yang dilaporkan yang sangat lamban serta pembiayaan atas pelaksanaan program keselamatan pasien yang belum maksimal.



KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Budaya Keselamatan Pasien di RS Tiara Sella, Bengkulu masuk dalam kategori cukup 2. Di RS Tiara Sella, Bengkulu masih ditemukan Gap pelaporan Insiden Keselamatan Pasien antara tim keselamatan pasien dan real di lapangan. Laporan insiden keselamatan di lapangan lebih banyak dari pada yang masuk ke tim keselamatan pasien. Hambatan dalam penerapan Keselamatan Pasien di RS Tiara Sella, Bengkulu, antara lain : a. Terdapat ketakutan dipersalahkan (blaming culture) di unit pelaksana keselamatan pasien rumah sakit b. Kepengurusan tim keselamatan pasien rumah sakit masih merangkap pekerjaan lain sehingga kinerja tim tidak optimal c. Dukungan dari manajemen masih kurang optimal dalam hal pembiayaan kegiatan dan feedback pelaporan insiden . d. Pada hasil 12 dimensi budaya keselamatan pasien hal yang menjadi hambatan dalam penerapan keselamatan pasien datang dari rendahnya presentasi frekuensi pelaporan, dimensi staf/pegawai diikuti dengan dimensi kurangnya dukungan manajemen.



DAFTAR PUSTAKA 1. Pinzon, Rizaldy. 2008. Peresepan Elektronik untuk meningkatkan



Keamanan



Pengobatan di Rumah Sakit.CDK 161/Vol. 35 No. 2 Maret-April 2008. 2. Institute of Medicine. 2004. Keeping



Patients



Environment of Nurses. www.iom.edulrepart.asp/16173.



Safe: Transforming the Work



3. Lumenta,



Nico.



2007. Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal IRMK



Edisi 1. No. 1- Maret 2007, Hal.3 4. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. 5. Agency for Healthcare Research and Quality. 2004. Hospital Survey on Patient Safety Culture. US.Department of Health anh Human Service. 6. KKP-RS PERSI. 2007. Sembilan Solusi



Keselamatan Pasien.



Http://www.inapatsafety- persi.or.id. Jakarta. 7. Bann S, A, Darzi, A, 2004, Protocol for The Reduction of Surgical Errors, Qual Saf Health: 13; hh. 162-163. 8. Muchlas, M, 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Magister Manajemen Rumah Sakit. UGM