Analisis DC Penguat Transistor Bipolar Syamsul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis DC Penguat Transistor Bipolar Satu Tahap



Syamsul Alim Bahri Ita Purnamasari, Dewanthikumala, Rahmayuni dan Yuliastuti Fisika 2012 Abstrak Telah dilakukan praktikum dengan judul “Analisis DC Penguat Transistor Bipolar Satu tahap”. Penguat transistor bipolar satu tahap adalah suatu rangkaian yang hanya menggunakan satu transistor saja. Tujuan percobaan ini yaitu merancang sistem penguat transistor bipolar satu tahap dan untuk menentukan parameter-parameter dc sebuah sistem penguat transistor bipolar satu tahap dengan pengukuran langsung dan perhitungan secara teori. Prinsip dari teori ini adalah arus basis yang mengalir akan menentukan lebar lapisan deflesi yang akan menentukan besar hambatan pada rangkaian. Dalam percobaan ini terdapat tiga kegiatan yaitu 1. Rangkaian Bias Tetap (Fixed Bias Circuit), 2. Rangkaian Stabilisasi Emitter, dan 3. Rangkaian Pembagi Tegangan. Dimana dalam percobaan digunakan 1buah potensiometer yang juga berfungsi sebagai RB1 sebesar 100 k, RB2 = 4,7 kΩ, RC =2,2 kΩ, RE = 1 kΩ,VCC = 10 Vdc dan VCE = 5V, transistor NPN dan β = 60. Data yang diperoleh pada Rangkaian Bias Tetap, IB sebesar 25,80 μA, IC sebesar 2,17 mA, VB = 0,60 V, VC = 5,00 V. Rangkaian Stabilisasi emitor, IB sebesar 18,70 μA, IC sebesar 1,53 mA, IE sebesar 1,55 mA, VB 2,23 V, VC 6,63 V, VE sebesar 1,64 V. Rangkaian Pembagi Tegangan, I B sebesar 19,90 μA , IC sebesar 1,63 mA, IE sebesar 1,65 mA, VB sebesar 2,25 V, VC sebesar 6,62 V, VE sebesar 1,66 V. Kata kunci: Rangkaian Bias Tetap (Fixed Bias Circuit), Rangkaian Stabilisasi Emitter, Rangkaian Pembagi Tegangan, Arus Basis, Tegangan Basis, Arus Collector, Tegangan Collector, Arus Emitter, Tegangan Emitter dan Tegangan Collector-Emitter.



Logic). Contoh tipikal dari rangkaian



1. Metode Dasar Trioda semikonduktor atau transistor adalah



piranti



mempunyai



linear



adalah



Operasional



yang



Amplifier (Op-Amp). Sedangkan contoh



menguatkan.



digital dari rangkaian terpadu digital



semikonduktor



kemampuan



terpadu



Ada dua macam transistor sambungan



adalah gerbang-gerbang logika.



kutub (BJT, Bipolar Junction Transistor )



(Haris dkk, 2008 : 20). Dalam



dan transistor efek medan (FET, Field Effect Transistor) (Susanto,1994)



merupakan



elektronika, penerapan



penguat sifat-sifat



(Integrated



komponen elektronika yang paling utama.



Circuit – IC) adalah rangkaian kompleks



Tanpa penguatan sinyal-sinyal lemah



yang dibuat pada sebuah irisan kecil



tidak



silikon. Rangkaian terpadu dibagi menjadi



elektronika yang bermanfaat. Kebutuhan



dua kelas umum linear (analog) dan



penguatan



digital



dalam sinyal radio yang amat lemah agar



Rangkaian



(TTL



terpadu



–Transistor



–Transistor



mungkin pada



terbentuk mulanya



sistem diperlukan



dapat menggetarkan membran pengeras



memiliki dua komponen utama, yaitu :



suara (Bambang purwadi ,1994)



komponen dc dan komponen ac.



Transistor BJT terdiri dari dua semikonduktor



sambungan



yang



Pada unit ini akan dibahas analisis



dibentuk dalam satu kristal, engan jarak



dc sejumlah jaringan atau rangkaian dasar



antara kedua sambungan lebih lebar dari



penguat transistor konfigurasi common



difusi.



type



emitter dimana setiap jaringan sangat



semikonduktor yang berada di tengah,



menentukan stabilitas dari sistem penguat.



dimungkinkan adanya dua jenis tarsistor,



(Tim Elektronika Dasar, 2014)



Tergantung



pn



(Tim Elektronika Dasar, 2014).



dari



yaitu transistor pnp dan transistor npn. Dengan



menyebut



umumnya



yang



transistor, dimaksud



pada adalah



Untuk



setiap



rangkaian



yang



berbeda yang akan dibahas, analisis konfigurasinya



selalu



mengacu



pada



transistor BJT. Huruf E, C dan B adalah



hubungan – hubungan dasar transistor



singkatan dari emitter (emiter) collector



bipolar, yaitu :



(kolektor) dan base (basis). Sambungan



VBE = 0.7 V.........(1)



antara



dinamakan



IE



= ( β + 1) IB = IC.........(2)



sambungan emiter (emitter junction, JE),



IC



= β IB...............(3)



sedang sambungan antara basis dan



Untuk 3 (tiga) rangkaian dasar



kolektor disebut sambungan kolektor



penguat transistor bipolar satu tahap yang



(collector junction, JC). Anak panah pada



akan diuji parameter – parameter dc-nya



emiter menunjukkan arah arus pada



dapat dilihat pada gambar berikut.



sambungan emiter untuk tegangan panjar



(Tim Elektronika Dasar, 2014)



emiter



dan



basis



arah maju. Dasar kerja dari dua jenis transistor tersebut adalah serupa, hanya



1. Rangkaian Bias Tetap (Fixed Bias Circuit)



saja pembawa muatan minoritas dan mayoritasnya berbalikan, yaitu hole dan elktron. Yang juga berbalikan adalah polaritas



dari



tegangan



panjarnya



(Bambang purwadi, 1994 : 144). Analisis dan perancangan sebuah penguat membutuhkan



(amplifier) pemahaman



transistor mendasar



tentang respon dc dan respon ac dari sistem. Analisis dan perancangan berbagai jenis penguat elektronik dengan demikian



Gambar 1.1 Rangkaian Bias Tetap



VC = VCC – ICRC VB = VCC – IBRB Analisis



pada



rangkaian



ini



menghasilkan:



I B=



V CC −V BE RB



VE = IERE dengan IE = IC (Tim Elektronika Dasar, 2014) 3. Rangkaian Pembagi Tegangan



IC = β I B dan VCE = VCC - ICRC di mana VCE = VC dan VBE = VB (Tim Elektronika Dasar, 2014)



Gambar 1.3 Rangkaian PembagiTegangan Analisis



rangkaian



setaranya



menghasilkan :



ETH =V B =



R2 V R1 + R2 CC



dan



¿ RTH =R 1 {R ¿ 2 2. Rangkaian Stabilisasi Emitter



Dengan demikian, diperoleh :



I B=



ETH −V BE RTH +(β+1) R E



Selanjutnya, analisis untuk IC, IE, VC dan VE sama seperti rangkaian sebelumnya. (Tim Elektronika Dasar, 2014) Penentuan Titik Operasi Sinyal Gambar 1.2 Rangkaian Stabilisasi Emitter



keluaran



dari



sebuah



penguat, selain di harapkan menjadi lebih besar, juga mempunyai bentuk serupa



Penyelidikan rangkaian di atas akan



dengan masukannya. Untuk maksud ini



menghasilkan :



transistor harus dioperasikan padaa daerah



V CC −V BE I B= RB +(β +1) R E



yang paling linear yaitu daerah aktif. Titik operasi tidak lain adalah harga dari arus dan tegangan dari transistor sebelum



IC



= β IB



adanya sinyal masukan. Harga-harga ini



ditentukan oleh harga dari tahanan dan



d. Variabel



kontrol



:



Tegangan



sumber tegangan luar yang dipasang pada



Collector-Collector



(VCC)



dengan



rangkaian (Bambang purwadi, 1994 :



satuan Volt (V), Tegangan Collector-



Bambang purwadi, 1994 :157).



Emitter (VCE) dengan satuan Volt (V), Resistansi Collector (RC) dengan



2. Identifikasi Variabel



satuan kilo Ohm (kΩ), dan Resistansi



Kegiatan I : Rangkaian Bias Tetap



Emitter (RE) dengan satuan kilo Ohm



(Fixed Bias Transistor) a. Variabel manipulasi



(kΩ).



:



Resistansi



Basis (RB) dengan satuan kilo Ohm (kΩ) b. Variabel respon :



Arus Basis (I B)



dengan satuan mikro Ampere (µA), Arus Collector (IC) dengan satuan milli Ampere (mA), Tegangan Basis (VB) dengan satuan Volt



(V) dan



Tegangan Collector (VC) dengan satuan Volt (V). c. Variabel kontrol



Kegiatan III : Rangkaian Pembagi Tegangan a. Variabel



manipulasi



Basis pertama



:



Resistansi



(RB )



dengan



1



satuan kilo Ohm (kΩ). b. Variabel respon : Arus Basis (I B) dengan satuan mikro Ampere (µA), Arus Collector (IC) dengan satuan



Tegangan



milli Ampere (mA), Arus Emitter (IE)



dengan



dengan satuan milli Ampere (mA),



satuan Volt (V), Tegangan Collector-



Tegangan Basis (VB) dengan satuan



Emitter (VCE) dengan satuan Volt (V),



Volt (V) dan Tegangan Collector (VC)



Collector-Collector



: (VCC)



dan Resistansi Collector (RC) dengan satuan kilo Ohm (kΩ). Kegiatan II : Rangkaian Stabilisasi Emitter a. Variabel



manipulasi



:



Resistansi



Basis (RB) dengan satuan kilo Ohm (kΩ) b. Variabel respon : Arus Basis (I B)



dengan satuan Volt (V). c. Variabel kontrol : Collector-Collector



Tegangan



(VCC)



dengan



satuan Volt (V), Tegangan CollectorEmitter (VCE) dengan satuan Volt (V), Resistansi



Basis



kedua ( RB )



dengan satuan kilo Ohm



2



(kΩ),



dengan satuan mikro Ampere (µA),



Resistansi Collector (RC) dengan



Arus Collector (IC) dengan satuan



satuan kilo Ohm (kΩ), dan Resistansi



milli Ampere (mA), Arus Emitter (IE)



Emitter (RE) dengan satuan kilo Ohm



dengan satuan milli Ampere (mA),



(kΩ).



Tegangan Basis (VB) dengan satuan Volt (V) dan Tegangan Collector (VC) dengan satuan Volt (V).



3. Defenisi Operasional Variabel



Kegiatan I : Rangkaian Bias Tetap (Fixed



i.



Bias Transistor) a. VCC



adalah



sumber



besarnya



yang



transistor



berada



deplesi. Satuan dari hambatan ini adalah kΩ. j.



pada



adalah



2



pada



hambatan kaki



basis



yang pada



kegiatan ketiga. Hambatan ini sendiri



tegangan ini adalah Volt. c. VB adalah beda potensial yang



dipasang parallel dengan



terukur pada kaki basis, dimana



RB , 1



sehingga dapat digantikan dengan



satuannya adalah Volt. d. VC adalah beda potensial yang



sebuah hambatan pengganti yang dianalisis dengan analisis Thevenin,



terukur pada kaki collector, dimana



f.



RB



dipasang



keadaan aktif. Satuan dari nilai



sehingga



satuannya adalah Volt. e. VE adalah beda potensial



dapat



basis dan mengontrol lebar lapisan



setengah dari nilai VCC. Nilai tersebut bahwa



yang



dimanipulasi untuk mengubah arus



merupakan



merupakan nilai yang menandakan



adalah hambatan



potensiometer



10 dengan satuan Volt. b. VCE adalah beda potensial antara kaki yang



1



Hambatan ini sendiri terdiri atas



pada



rangkaian ini, dimana nilainya adalah



collector-emiter



RB



atau



yang dipasang pada kaki basis.



tegangan



digunakan



RB



hambatan



pengantinya



yang



RB



terukur pada kaki emitor, yang



menjadi RTH. Nilai dari



satuannya adalah Volt. IB adalah arus yang mengalir pada



adalah 4.70 dengan satuannya adalah



basis, dimana arus ini yang akan menentukan



lebar



dari



kΩ. k. RC adalah hambatan yang terpasang



lapisan



pada



deplesi. Dimana satuannya adalah μA. g. IC adalah arus yang mengalir pada



2



kaki



collector.



Nilai



dari



hambatan ini sendiri adalah 2.20 , l.



dengan satuannya adalah kΩ. RE adalah hambatan yang terpasang



kaki collector dimana arus ini yang



pada kaki emitor sehingga arus pada



akan menjadi output dari rangkaian.



emitor tidak langsung digroundkan.



Satuan dari arus ini adalah mA. h. IE adalah arus yang mengalir pada



Nilai dari hambatan ini sendiri adalah



kaki emitor yang kemudian arus ini yang



akan



digunakan



bersama



1.00 dengan satuannya adalah kΩ.



4. Alat dan Bahan a. Power supply 10 Vdc



1 buah



rangkaian. Satuan dari arus ini adalah



b. Resistor



3 buah



mA.



c. Potensiometer



1 buah



d. Multimeter Digital



1 buah



sebagai



input



dan



output



dari



e. Transistor Bipolar NPN, 1 buah f.



Kit Penguat BJT 1 tahap 1 set



g. Kabel penghubung



4 buah



VC



VB



IB



IC



RB1



(V)



(V) 0.6



(µA)



(mA)



(kΩ)



5.00



0



25.80 2.17



368.20



5. Prosedur Kerja a. Menyusun rangkaian penguat BJT satu tahap sesuai dengan gambar berikut, di atas papan kit dengan spesifikasi



komponen



sebagai



berikut : VCC = 10.00 Volt ; RB = 100 kΩ ; dan RC = 2.20 kΩ



e. Melanjutkan membuat b. Mengukur tegangan collector-emiter (VCE),



dengan



potensiometer



(RB)



mengatur hingga



VCE



menunjukkan setengah dari nilai VCC



kegiatan



rangkaian



gambar berikut dengan



seperti langkah b dan c.



Mencatat hasil pengamatan pada tabel



membuat



kegiatan



rangkaian



seperti



seperti



RB



2



pada = 4.70



kΩ. Lalu mengulangi pengukuran



(kondisi transistor aktif). c. Mengukur nilai IB, IC, VB dan VC. pengamatan. d. Melanjutkan



dengan



dengan pada



gambar berikut, dengan RE = 1.00 kΩ. Lalu mengulangi pengukuran seperti pada langkah b dan c.



6. Analisis Data a. Tabel Pengamatan VCC = 10.00 V RC = 2.20 kΩ RE = 1.00 kΩ



RB = 100.00 kΩ 1



RB = 4.70 kΩ 2



Kegiatan I : Rangkaian Bias Tetap (Fixed



b. Analisis Perhitungan



Bias Circuit)



Kegiatan I : Rangkaian Bias Tetap (Fixed



VCE = 5.00 V



Bias Circuit)



Tabel 1. Hubungan antara Parameter-



1) Arus Basis (IB)



parameter DC Penguat Transistor Bipolar



Secara teori



Satu Tahap pada Rangkaian Bias Tetap (Fixed Bias Circuit) Kegiatan



II



:



Rangkaian



Stabilisasi



I B=



V CC −V BE RB



I B=



10.00 V −0.60 V 368.20 x 10³ Ω



I B=



9.40V 368.20 x 10³ Ω



Emitter VCE = 5.00 V Tabel 2. Hubungan antara Parameterparameter DC Penguat Transistor Bipolar Satu Tahap pada Rangkaian Stabilisasi Emitter VC



VB



VE



IB



IC



IE



(V) 6.6



(V)



(V) 1.6



(µA)



(mA)



(mA) (kΩ)



18.70



1.53



1.55



:



Rangkaian



3



2.23



4



Kegiatan



III



I B=0.025 x 10−3 A=25.00 µA Secara praktikum IB = 25.80 µA



RB1



I´B=



I B (Teori )+ I B(Praktikum ) 2



25.00 µA +25.80 µA I´B= 2



421.00



Pembagi



I´B=37.90 µA



Tegangan



|



VCE = 5.00 V



%diff =



RTH = 3.58 kΩ R1 = 15.10 kΩ



|



I B (teori)−I B( praktikum) x 100 I´B



|



%diff =



R2 = RB2 = 4.70 kΩ Tabel 3. Hubungan antara Parameterparameter DC Penguat Transistor Bipolar Satu Tahap pada Rangkaian Pembagi Tegangan VC (V)



VB (V)



VE (V)



IB (µA)



IC (mA)



IE (mA)



6.62



2.25



1.66 19.90



1.63



1.65



|



( 25.00−25.80 ) µA x 100 37.90 µA



µA x 100 |−0.80 37.90 µA |



%diff =



%diff =2.11



2) Arus Collector (IC) Secara teori



IC =



V CC −V CE RC



I B=



I B=0.016 x 10−3 A



10.00 V −5.00 V I B= 2.20 x 10³ Ω I B=



I B=16 .00 µA



5.00V 2.20 x 10³ Ω



Secara praktikum IB = 18.70 µA



16 .00 µA +18.70 μA I´B= 2



Secara praktikum IC = 2.17 mA



I C (Teori )+ I C (Praktikum)



I´B=17.35 µA



2



2.27 mA+ 2.17 mA I´C = 2



|



%diff =



|



I C(teori)−I C( praktikum) %diff = x 100 I´C



| |



|



( 2.27−2.17 ) mA %diff = x 100 2.22 mA



|



−0.10 mA %diff = x 100 2.22 mA %diff =4.50



Kegiatan



II



:



Rangkaian



|



%diff =



( 16 .00−18.70 ) µA x 100 17.35 µA



%diff =



−2.70 µA x 100 17.35 µA



|



%diff =15.60 2) Arus Collector (IC) Secara teori = β IB = 60 (18.70 µA) = 1122.00 µA = 1.12 mA Secara Praktikum



IC



Stabilisasi



Emitter



IC = 1.53 mA



I´C =



1) Arus Basis (IB) Secara teori



V CC −V BE I B= RB +( β +1) R E I B=



|



I B (teori)−I B( praktikum) x 100 I´B



| |



I´C =2.22 mA



|



I B (Teori )+ I B(Praktikum ) 2



I´B=



I B=2.27 x 10−3 A=2.27 mA



I´C =



7.77 V 482.00 x 10³ Ω



10.00V −2.23 V 421.00 x 10³ Ω+ ( 60+1 ) x 10³Ω



I C (Teori )+ I C (Praktikum) 2



1.12 mA +1.53 mA I´C = 2 I´C =1.33 mA



|



%diff =



2.29 volt +2.23 volt V´ B = 2



|



I C(teori)−I C( praktikum) x 100 I´C



| |



%diff =



|



( 1.12−1.53 ) mA x 100 1.33 mA



|



−0.41 mA %diff = x 100 1.33 mA



V´ B =2.26 volt



|



%diff =



|



V B(teori)−V B ( praktikum) x 100 V´ B



|



%diff =0.30 x 100



%diff =



%diff =30.00



%diff =2.65



3) Arus Emitter (IE) Secara teori IE = IC+ IB = 1.53 mA + 0.02 mA = 1.55 mA



5) Tegangan Collector (VC) Secara teori



Secara Praktikum



VC = VCE + VE



IE = 1.55 mA



I´E =



= 5.00 V + 1.64 V



I E (Teori) + I E (Praktikum) 2



1.55 mA +1.55 mA I´E = 2



= 6.64 V Secara praktikum VC = 6.63 V



V´ C =



I´E =1.55mA



|



%diff =



|



( 2.29−2.23 ) V x 100 2.26 volt



|



|



|



4) Tegangan Basis (VB)



|



|



V C (teori)−V C( praktikum) x 100 V´ C



|



%diff =



Secara teori VB = VBE - VE = 0.70 V + 1.59 V = 2.29 V Secara praktikum VB = 2.23 V



V´ B =



V´ C =6.63 V



%diff =



%diff =0.00



V B (Teori )+V B (Praktikum) 2



2



6.64 V +6,63 V V´ C = 2



I E (teori) −I E (praktikum ) x 100 I´E



( 1.58−1,58 ) mA %diff = x 100 1.58 mA



V C(Teori) +V C (Praktikum)



%diff =0.15 6) Tegangan Emitter (VE) Secara teori VE = IERE =1.55 mA (1x10³ Ω) = 1.55 V Secara Praktikum VE = 1.64 volt



|



( 6.64−6,63 ) V x 100 6.63 V



V´ E =



V E (Teori) +V E( Praktikum) 2



1.55V +1.64 V V´ E = 2



I B=



V TH −V BE RTH +(β+1) R E



I B=



2.37 V −0.70 V 3.58 x 10³ Ω+ ( 60+1 ) x 10³ Ω



I B=



1.67V 64.58 x 10³ Ω



V´ E =1.59 V



|



%diff =



|



V E (teori)−V E (praktikum ) x 100 V´ E



|



%diff =



−3



I B=0.026 x 10 A



|



I B=¿ 26.00 µA



( 1.55−1.64 ) V x 100 1.64 V



Secara praktikum IB = 19.90 µA



%diff =5.49



I´B= Kegiatan



III



:



Rangkaian



Pembagi



26.00 µA +19.90 μA I´B= 2



Tegangan



¿ RTH =R B {R ¿B 1



I´B=22.95 µA



2



1 1 1 = + R TH R B R B2



|



%diff =



1



RTH =



RB x RB



2



RB + RB



2



1



1



I B (Teori )+ I B(Praktikum ) 2



3



3



15.10 x 10 Ω x 4.70 x 10 Ω RTH = 15.10 x 103 Ω+ 4.70 x 103 Ω 3



|



I B (teori)−I B( praktikum) x 100 I´B



| |



( 26.00−19.90 ) µA x 100 22.95 µA



%diff =



6.10 µA x 100 22.95 µA



RTH =3.58 x 10 Ω RB2 V TH = V R B 1+ R B 2 CC



|



%diff =



|



%diff =26.68 2) Arus Collector (IC)



4.70 x 103 Ω Secara V TH = x 10.00 V teori 15.10 x 103 Ω+4.70 x 103 Ω 3



V TH =



4.70 x 10 Ω x 10.00V 19.80 x 103 Ω



V TH =2.37 V 1) Arus Basis (IB) Secara teori



IC = β I B = 60 (19.90 µA) =1194 µA = 1.19 mA Secara Praktikum IC = 1.63 mA



I´C =



I C (Teori )+ I C (Praktikum) 2



1.19 mA +1.63 mA I´C = 2



V´ B =



2.36 V +2.25 V V´ B = 2



I´C =1.41mA



|



%diff =



|



I C(teori)−I C( praktikum) x 100 I´C



|



%diff =



V B (Teori )+V B (Praktikum) 2



V´ B =2.30 V



|



( 1.19−1.63 ) mA x 100 1,41 mA



|



%diff =



|



V B(teori)−V B ( praktikum) x 100 V´ B



|



%diff =31.20



%diff =



3) Arus Emitter (IE)



|



( 2.36−2.25 ) V x 100 2.30 V



%diff =4.78



Secara teori IE = IC+ IB = 1.63 mA + 0,02 mA =1.65 mA



5) Tegangan Collector (VC) Secara teori



Secara Praktikum



VC = VCE + VE



IE = 1.65 mA



I´E =



I E (Teori) + I E (Praktikum) 2



1.65 mA +1.65 mA I´E = 2



= 5.00 V + 1.66 V = 6.66 V Secara praktikum VC = 6.62 V



V´ C =



I´E =1.65mA



|



6.66 V +6.62V V´ C = 2



|



I E (teori) −I E (praktikum ) %diff = x 100 I´E



|



|



( 1.65−1.65 ) mA %diff = x 100 1.64 mA %diff =0 4) Tegangan Basis (VB) Secara teori VB = VBE + VE = 0,70 V + 1.66 V = 2.36 V Secara praktikum VB = 2.25 V



V C(Teori) +V C (Praktikum) 2



V´ C =6.64 V



|



%diff =



|



V C (teori)−V C( praktikum) x 100 V´ C



|



%diff =



|



( 6.66−6.62 ) V x 100 6.41 V



%diff =0.62 6) Tegangan Emitter (VE) Secara teori VE = IERE =1.65 mA (1x10³ Ω) = 1.65 V



transistor



Secara Praktikum



perbandingan



VE = 1.66 volt



V´ E =



V E (Teori) +V E( Praktikum) 2



1.65V +1.66 V V´ E = 2



|



V E (teori)−V E (praktikum ) %diff = x 100 V´ E



|



arus



kolektor (IC) dengan arus basis (IB). Pada praktikum ini dilakukan tiga beda.



|



antara



kegiatan dengan rangkaian yang berbeda-



V´ E =1.65 V



%diff =



merupakan



Rangkaian



Rangkaian



Bias



Stabilisasi



emitter



Pembagi



|



( 1.65−1.66 ) V x 100 1.65 V



%diff =0.60



tersebut



adalah



Tetap,



Rangkaian



dan



Rangkaian



Tegangan.



Dimana



percobaan



digunakan



potensiometer



yang



juga



dalam 1buah



berfungsi



sebagai RB1 sebesar 100 k, RB2 = 4,7 kΩ, RC =2,2 kΩ, RE = 1 kΩ,VCC = 10 Vdc dan VCE = 5V, transistor NPN dan β = 60. Untuk kegiatan pertama yaitu rangkaian bias tetap digunakan dua resistor RB dan RC, nilai dari resistor



7. Pembahasan



masing-masing adalah RB = 100 KΩ dan



Pada praktikum ini telah dilakukan



RC = 2,2 kΩ, didapatkan nilai untuk IB dan



praktikum dengan judul “ Analisis DC



IC secara teori yaitu 25 A dan 2,27 mA.



Penguat Transistor Bipolar Satu Tahap” Analisis



DC



penguat



Adapun secara praktikum nilai I B dan IC



Transistor



Bipolar satu tahap merupakan kegiatan untuk mengukur parameter-parameter DC dari suatu rangkaian Transistor BJT dimana pada praktikum ini transistor yang digunakan adalah jenis npn. Sedangkan disebut



satu



tahap



karena



jumlah



didapatkan 25,80 A dan 2,22 mA. untuk %diff pada arus basis yaitu 2,11 % dan untuk arus kolektor itu 4,50 %. Hasil praktikum yang didapatkan sudah cukup baik karena nilai %diff nya tidak begitu besar artinya nilai secara teori dan praktik



transistor yang digunakan pada rangkain



cukup mendekati. Untuk kegiatan



ini adalah satu buah. Nilai faktor



Stabilisasi emitor, nilai IB secara teori



penguatan dari transistor yang



adalah 16,00 μA dan secara praktikum



digunakan



ini



18,70 μA sehingga didapatkan derajat



sendiri adalah sebesar 60. Dilihat



kesalahan sebesar 15,60%. Untuk nilai IC



dari rumus penyusunnya, dapat



secara teori adalah 1,12 mA dan secara



dilihat bahwa factor penguatan



praktikum 1,53 mA sehingga didapatkan



pada



praktikum



kedua



Rangkaian



derajat kesalahan sebesar 30%. Untuk IE



; 6,66 V ; 1,65 V. Sedangkan secara



secara



secara



praktikum didapatkan nilai IB, IC, IE, VB,



praktikum 1,55 mA sehingga didapatkan



VC, VE berturut-turut yaitu 19,9 A ; 1,63



derajat kesalahan sebesar 0 %. Untuk nilai



mA ; 1,65 mA ; 2,25 V ; 6,62 V ; 1,66 V.



VB secara teori 2,29 V secara praktikum



Dan untuk nilai % diffnya didapatkan



2,23 V sehingga didapatkan derajat



26,68 % ; 31,20 % ; 0 % ; 4,78 % ; 0,62 %



kesalahan sebesar 2,65 %. Untuk VC



; 0,60 %. Dilihat dari % diffnya ada data



secara teori 6,64 V secara praktikum 6,63



yang % diffnya tinggi itu berarti nilai



V dan didapatkan derajat kesalahan sebesar 0,15%. Dan nilai VE secara teori



teorinya sedikit jauh dari nilai praktikum. Timbulnya penyimpangan dari hasil



adalah 1,55 V secara praktikum 1,64 V



percobaan terhadap nilai teori disebabkan



dan didapatkan derajat kesalahan sebesar



oleh human error, praktikan yang kurang



5,49 %. Untuk kegiatan ketiga yaitu rangkaian



jeli dalam mengamati alat ukur, serta



pembagi



mulai berkurang. Namun beberapa hasil



teori



1,55



tegangan



mA



dan



digunakan



empat



resistor masing-masing pasang seri pada



pengaruh kinerja alat ukur yang sudah percobaan telah mendekati hasil teori.



kaki transistor kecuali pada kaki basis yang dipasang paralel RB1=15,1 kΩ yang paralel dengan RB2=4,7 KΩ, sebelum malakukan analisis perhitungang baik untuk arus dan beda potensial terlebih dahulu



harus



ditentukan



8. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah: Rangkaian penguat



transistor



satu



rangkaian



tahap adalah rangkaian yang terdiri dari



pengganti untuk kegiatan ini dengan



satu penguat atau satu transistor saja,



menentukan



dan



transistor berfungsi sebagai pengauat



hambatan thevenin, setelah diketahui



ketika bekerja pada daerah aktif, kenapa



tegangan



tegangan



thevenin



thevenin



dan



hambatan



dikatakan



maka



dapat



dilakukan



transistor selalu mengalirkan arus dari



analisis untuk arus dan beda potensial.



collector ke emitter meski tedak dalam



Hambatan thevenin yang diperoleh adalah



proses penguatan hal ini ditunjukan untuk



3,58 KΩ dan tegangan thevenin yang



menghasilan sinyal keluaran yang tidak



diperoleh sebesar 2,37 volt. Pada kegiatan



cacat.



theveninnya



sebagai



pengauat



karena



ini dilakukan pengukuran terhadap I B, IC,



Parameter-perameter dc sistem penguat



IE, VB, VC, VE . secara teori didapatkan



transistor satu tahap untuk kegiatan



nilai IB, IC, IE, VB, VC, VE berturut-turut



pertama adalah arus basis (IB) dan arus



yaitu 26 A ; 1,19 mA ; 1,65 mA ; 2,36 V



collector



(IC), untuk kegiatan kedua



adalah arus basis (IB), arus collector (IC),



Purwadi



Bambang



,dkk.



1994.



arus emitter (IE), tegangan basis (VB),



Elektronika 1. Jakarta : Proyek



tegangan collector (VC), dan tegangan



Pendidikan Tenaga Akademik.



emitter (VE), sedangkan pada kegiatan ketiga sama dengan yang ada pada kegiatan



kedua



menentukannya



tetapi



sebelum



terlabih



dahulu



ditentukan hanbatan thevenin (RTH) dan tegangan thevenin (VTH).



Susanto. 1994. Rangkaian Elektronika (Analog). Makassar : UI Press. Tim Elektronika Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar: FMIPA UNM.



9. Daftar Pustaka Haris



dkk, Elektronika. Penerbit Makassar.



2008.



Dasar-Dasar



Makassar: Universitas



Badan Negeri