Analisis Efektifitas Kegiatan Pengerukan Untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk Cirata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS EFEKTIFITAS KEGIATAN PENGERUKAN UNTUK PENGENDALIAN SEDIMENTASI WADUK CIRATA Tsabitah Aditya1, Indratmo Soekarno2 & Setio Wasito3 1



Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Tekmik Sipil dan Lingkungan, ITB Guru Besar Program Studi MPSDA Fakultas Tekmik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 3 Kementerian Pekerjaan Umum



2



Abstrak Waduk Cirata merupakan salah satu waduk kaskade yang terdapat di DAS Citarum. Fungsi utama Waduk Cirata yang dikelola oleh PT. PJB yaitu penyediaan tenaga listrik untuk Pulau Jawa-Bali dengan total daya terpasang sebesar 1.008 MW dan memproduksi energi listrik rata-rata 1.428 GWh/tahun. Salah satu syarat agar PLTA dapat menghasilkan produksi listrik secara maksimal adalah dengan mengendalikan laju sedimentasi. Pada pemeruman yang dilakukan pada tahun 2012, sedimentasi total waduk mencapai 189,16 juta m3 dengan laju sedimentasi sebesar 7,57 juta m3/tahun yang melebihi laju sedimentasi rencana pada saat pembangunan sebesar 5,67 juta m3/tahun. Penelitian dilakukan untuk menentukan efektifitas kegiatan pengerukan agar upaya penanganan sedimen dapat mempertahankan fungsi waduk sekaligus layak seacara ekonomi. Rencana kegiatan pengerukan dilakukan dengan 2 (dua) alternatif skenario dan untuk masing-masing skenario dilakukan dalam 3 (tiga) tahap dari tahun 2015-2017. Alternatif 1 alat kapal keruk bekerja selama 1 (satu) tahun, sedangkan alternatif 2 kapal keruk bekerja selama 6 (enam) bulan. Berdasarkan hasil perhitungan, kondisi sebelum dilakukan pengerukan laju sedimen total Waduk Cirata mencapai 5.043.945 m3/tahun dan umur waduk 76 tahun. Rencana kegiatan pengerukan untuk alternatif 1 dapat mengurangi laju sedimentasi total Waduk Cirata menjadi 1.775.433 m3/tahun dan umur guna waduk bertambah menjadi 165 tahun dengan nilai B/C = 5,16; untuk alternatif 2 dapat mengurangi laju sedimentasi total Waduk Cirata menjadi 3.459.030 m3/tahun dan umur guna waduk bertambah menjadi 98 tahun dengan nilai B/C = 6,77. Untuk itu dalam penelitian ini memilih alternatif 1 yang dilakukan untuk rencana kegiatan pengerukan di Waduk Cirata karena dalam kaitannya dengan umur guna waduk alternatif 1 memiliki perpanjangan masa layan yang lebih lama. Kata kunci



: Waduk Cirata, laju sedimentasi, pengerukan, umur guna wduk, manfaat ekonomi.



Abstract Cirata Dam is one of cascade dams in Citarum River Basin. Cirata Dam which is managed by PT. PJB has a main function as a power supply for Java and Bali islands with installed power of 1,008 MW and annual average electricity production of 1,428 GWh. For maximum electricity production, this high power plant should control the sedimentation rate. Results of bathymetry measurement conducted in this year 2012 present that the total sedimentation has reached 189.16 million m³ with annual sedimentation rate of 7.57 million m³. This has exceeded the designed sedimentation rate of 5.67 million m³ per year. This study determined the effectiveness of dredging to control the sedimentation in maintaining its function and economical feasibility. There are 2 scenarios in this study, and each scenario will be performed in 3 stages starting from 2015 to 2017. First scenario, the dredger will perform for 12 months; and in the second scenario is for 6 months. Based on calculation, the existing condition before dredging is that the total annual sedimentation is 5,043,945 m³ and the lifetime of it is 76 years. First scenario can reduce total sedimentation rate to be 1,775,433 m³ per year, the dam lifetime increase to be 165 years, and the B/C ratio of 5.16. The second scenario can reduce total sedimentation rate to be 3,459,030 m³ per year, the dam lifetime become 98 year, and the B/C ratio of 6.77. Based on the results, the study concludes that the first scenario shall be performed to minimize the sedimentation rate and to prolong the lifetime of Cirata Dam. Keywords



: Cirata Dam, sedimentation rate, dredging, dam lifetime, economic benefit



I.



PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Air merupakan sendi utama kehidupan manusia. Air bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan mendasar manusia sebagai air minum, namun juga berfungsi untuk sumber penghidupan seperti mengairi lahan pertanian, perikanan, hingga pembangkit listrik. Kebutuhan air hampir dapat dipastikan mempunyai kecenderungan tidak sejalan dengan tingkat ketersediaannya baik terkait dengan dimensi waktu dan ruang, maupun jumlah dan kualitasnya. Untuk itu manusia melakukan intervensi ke pola ketersediaan air dengan pembuatan tampungan-tampungan air melalui pembangunan waduk. Waduk merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Waduk Cirata merupakan salah satu waduk kaskade yang terdapat di DAS Citarum. Waduk kaskade adalah beberapa waduk yang dibangun pada satu sungai yang sama dan biasanya beroperasi dalam satu sistem integrasi. Sepanjang aliran Sungai Citarum terdapat 3 (tiga) waduk besar yang berurutan dari hulu yaitu Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Setelah beroperasi selama 25 tahun sejak penggenangan pada tahun 1987, Waduk Cirata mengalami penambahan sedimentasi yang cukup signifikan. Semakin cepatnya laju



pertumbuhan sedimentasi di Waduk Cirata ini akibat dari rusaknya kondisi hulu DAS Citarum, pemanfaatan lahan surutan oleh petani lokal dan perkembangan usaha keramba jaring apung (KJA) dan terjadi alih fungsi lahan konservasi menjadi lahan budidaya dengan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Dalam waktu yang lama erosi dan sedimentasi ini akan menimbulkan pendangkalan yang signifikan bahkan akan terjadi pemendekan umur waduk. Pengelolaan yang intensif perlu ditingkatkan secara terstruktur untuk mengatasi sedimentasi tersebut karena sangat mengkhawatirkan. Upaya korektif yang dapat dilakukan berupa pemindahan sedimen yang terendap di muara sungai yang masuk ke waduk Cirata melalui metode pengerukan (dredging). 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari analisis ini adalah untuk 1. Mengidentifikasi kondisi eksisting dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan meningkatnya laju sedimentasi di Waduk Cirata. 2. Melakukan analisis ekonomi perkiraan biaya kegiatan pengerukan/dredging untuk mengatasi sedimentasi di Waduk Cirata. Tujuan dari analisis ini adalah untuk 1. Menyusun rencana kegiatan pengerukan/dredging dalam pengelolaan sedimentasi di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata 2. Menghitung perkiraan biaya kegiatan pengerukan/dredging dalam pengelolaan sedimentasi di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Erosi dan Sedimentasi Erosi pada dasarnya proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Proses erosi terdiri atas bagian yang berurutan yaitu pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation). Beberapa tipe erosi permukaan yang umum dijumpai di daerah tropis adalah sebagai berikut : (Chay Asdak, 2004) 1. Erosi Percikan (splash erosion) 2. Erosi kulit (sheet erosion) 3. Erosi Alur (rill erosion) 4. Erosi Parit (gully erosion), dibedakan menjadi 2 (dua), berdasarkan bentuk penampang melintangnya yaitu parit bentuk V dan parit bentuk U 5. Erosi Tebing (streambank erosion) Sedimentasi adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan. Dikatakan menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir. II.2. Waduk



Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2010, waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung. Waduk dapat dimanfaatkan antara lain untuk irigasi, PLTA dan penyediaan air baku. Berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu waduk eka guna (single purpose) dan Waduk multi guna (multi purpose). Permasalahan yang sering dialami suatu waduk setelah beroperasi adalah menurunnya kapasitas tampung dari waduk karena laju sedimentasi yang tinggi dan dapat mengakibatkan menurunnya umur guna waduk. Usia guna waduk adalah masa manfaat waduk dalam menjalankan fungsinya, sampai terisi penuh oleh sedimen kapasitas tampungan matinya. Ada dua cara untuk memprediksikan usia guna waduk yaitu Perkiraan usia guna berdasarkan kapasitas tampungan mati (dead storage) dan Perkiraan usia guna berdasarkan besarnya distribusi sedimen yang mengendap di tampungan dengan menggunakan The Empirical Area Reduction Method. II.3. Keramba Jaring Apung Kegiatan budidaya ikan sistem KJA yang dikelola secara intensif membawa konsekuensi penggunaan pakan yang besar yang bagaimanapun efisiensinya rasio pemberian pakan, tidak seluruh pakan yang diberikan akan termanfaatkan oleh ikan-ikan peliharaan dan akan jatuh ke dasar perairan. Pakan ikan merupakan penyumbang bahan organik tertinggi di danau/ waduk (80%) dalam menghasilkan dampak lingkungan (Sutardjo, 2000). II.4. Pengerukan (Dredging) Pengerukan adalah pekerjaan perbaikan sungai terutama dalam masalah penggalian sedimen di bawah permukaan air dan dapat dilaksanakan baik dengan tenaga manusia maupun dengan alat berat. Metode pengerukan pada dasarnya dibedakan dari sistem pengangkatan material sedimen yang dilakukan oleh alat berat yang digunakan, yaitu sistem hidrolis dan mekanis. Pada sistem pengerukan hidrolis yaitu sedimen disedot dan dipindahkan dari lokasi pengerukan ke lokasi spoilbank dengan menggunakan pompa dalam bentuk campuran material dan air. Hydraulic cutter suction dredger adalah alat berat yang secara umum digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pengerukan di waduk. Kelebihan alat tersebut adalah pada biaya per satuan unit sedimen yang dipindahkan relatif rendah dan produksi alat yang tinggi. III. METODOLOGI III.1. Alur Pikir



Gambar 1. Alur Pikir Penelitian



Alur pikir dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data sekunder dan studi terdahulu, antara lain: 2. Perhitungan total sedimentasi di waduk Cirata 3. Perencanaan kegiatan pengerukan/dredging di tepi atau di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata 4. Perhitungan efektifitas rencana kegiatan pengerukan/dredging di tepi atau di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata 5. Perhitungan biaya kegiatan pengerukan/dredging di tepi atau di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata 6. Perhitungan analisis ekonomi kegiatan pengerukan/dredging di tepi atau di muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata III.2. Perhitungan Sedimen Akibat Erosi Lahan Perhitungan sedimen akibat erosi lahan di Waduk Cirata sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan Metode MUSLE hasilnya sebagai berikut: (Sumber: Kajian Rencana Konservasi Untuk Pengendalian Sedimentasi Di Waduk Cirata oleh Yurista Dian, MPSDA, 2013). MUSLE merupakan modifikasi USLE dengan mengganti faktor R dengan faktor aliran. MUSLE sudah memperhitungkan baik erosi maupun pergerakan sedimen pada DAS berdasar pada kejadian hujan tunggal. Rumus yang digunakan sebagai berikut: (Sumber: Suripin) SY = a (VQ x QQ)b K LS C P Dengan: SY = Sedimen yield tiap kejadian hujan (ton/tahun) VQ = Volume aliran (m3) QQ = Puncak debit (m3/dt) a,b = Koefisien a = 11,8 dan b = 0,56 (pada umumnya besarnya koefisien ini bervariasi, dan harus ditetapkan untuk tiap lokasi dengan cara mengkalibrasi dengan sedimentasi waduk yang ada atau data lain yang lebih dapat dipercaya) K = Faktor erodibilitas (ton/kJ) C = Faktor tanaman penutupan lahan dan manajemen tanaman LS = Faktor panjang kemiringan lereng III.3. Perhitungan Sedimen Akibat Sisa Pakan Ikan Pada KJA Perhitungan sisa pakan yang menjadi sedimen:



Sisa pakan=0,1 ×total pakan ( ton /tahun ) Berdasarkan data pengukuran kualitas air, berat jenis sedimen di Waduk Cirata adalah 0,80 ton/m 3, sehingga perhitungan volume sedimen waduk akibat sisa pakan ikan adalah sebagai berikut:



Volume=



sisa pakan ton /tahun . 3 0,80 ton/m



III.4. Perhitungan Efektifitas Rencana Kegiatan Pengerukan Rencana kegiatan pengerukan dilakukan dengan 2 (dua) alternatif skenario. Perhitungan efektifitas dari rencana kegiatan pengerukan tersebut dilakukan dengan membandingkan umur guna Waduk Cirata sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan pengerukan. III.5. Perhitungan Biaya Rencana Kegiatan Pengerukan Perkiraan biaya pengerukan sedimen mengacu pada analisis harga satuan pengerukan sedimen dengan alat keruk jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge, namun standar biaya disesuaikan berdasarkan data dari BBWS Citarum untuk wilayah Jawa Barat. III.6. Perhitungan Analisis Ekonomi Kegiatan Pengerukan Pada tahapan analisis ekonomi ini, komponen biaya kegiatan pengerukan untuk 2 (dua) alternatif skenario disimulasikan dengan manfaat yang bisa diperoleh sehingga dapat menentukan parameter Benefit Cost (B/C) Ratio. Manfaat yang diperoleh adalah nilai ekonomis dari energi yang dapat dibangkitkan dari PLTA pada Waduk Cirata seiring dengan volume air yang digunakan intake PLTA untuk membangkitkan energi listrik. Sedangkan biaya diperoleh dari perhitungan biaya total rencana kegiatan pengerukan.



IV. GAMBARAN UMUM Waduk Cirata merupakan salah satu waduk kaskade yang terdapat di DAS Citarum. Aliran sungai utama yang mengalir ke dalam Waduk Cirata terdiri dari 5 (lima) sungai yaitu Sungai Cikundul, Cibalagung, Cisokan, Cimeta dan Citarum yang merupakan outflow dari Waduk Saguling. Bendungan Cirata dibangun tahun 1984 dan selesai tahun 1987. Penggenangan Waduk Cirata dilakukan pada tanggal 1 September 1987. Waduk Cirata merupakan waduk multi fungsi antara lain untuk pembangkit energi listrik, budidaya ikan jaring terapung, sebagai reservoir atau penyediaan air dan pengembangan pariwisata. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8 x 126 MW (mega watt) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 MW dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 GWh (giga watt hour) per tahun. Sedimentasi Waduk Cirata telah terjadi disebabkan oleh karena terendapkannya kandungan sedimen pada air sungai hasil erosi yang telah terjadi pada sungai-sungai yang masuk ke Waduk Cirata. Selain akibat erosi, sedimentasi Waduk Cirata juga diakibatkan dari sisa pakan ikan pada Keramba Jaring Apung yang semakin bertambah banyak di Waduk Cirata. Perkembangan sedimentasi Waduk Cirata dari tahun 1987 – 2012 termasuk laju sedimen, laju sedimen rata-rata dan laju sedimen rencana disajikan pada Tabel 1. dan Gambar 2. berikut: Tabel 1. Perkembangan Sedimen Waduk Cirata Tahun Volume Kumulatif Total Kapasitas Kapasitas Pengukura Sedimen Sedimen Waduk Efektif Waduk n (juta m3) (juta m3) (juta m3) (juta m3) 1987 0,000 0,000 1973,000 796,000 1989 0,516 0,516 1972,484 795,700 1991 10,142 10,658 1962,342 790,100 1993 11,276 21,934 1951,066 789,200 1997 25,515 47,449 1925,551 782,890 2000 15,330 62,779 1910,221 781,600 2001 5,870 68,649 1904,351 778,690 2002 3,230 71,879 1901,121 777,310 2007 80,690 152,569 1820,431 767,900 2012 36,588 189,157 1783,843 755,617 Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Pengukuran Sedimentasi Waduk Cirata (2013)



Gambar 2. Grafik Akumulasi Sedimen Tahun 1987 – 2012



V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sedimentasi Waduk Cirata telah terjadi disebabkan oleh karena terendapkannya kandungan sedimen pada air sungai hasil erosi yang telah terjadi pada sungai-sungai yang masuk ke Waduk Cirata dan diakibatkan dari sisa pakan ikan pada Keramba Jaring Apung yang semakin bertambah banyak di Waduk Cirata. V.1.



Sedimentasi Waduk Cirata A. Perhitungan Sedimentasi Akibat Erosi Lahan Waduk Cirata terdiri dari 4 (empat) Sub-DAS utama yang mempunyai kontribusi sedimentasi di Waduk Cirata akibat adanya erosi lahan. Sub-DAS tersebut antara lain yaitu Sub-DAS Cikundul, Sub-DAS Cibalagung, Sub-DAS Cisokan dan Sub-DAS Cimeta. Perhitungan sedimen akibat erosi lahan di Waduk Cirata sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan Metode MUSLE hasilnya sebagai berikut: (Sumber: Kajian Rencana Konservasi Untuk Pengendalian Sedimentasi Di Waduk Cirata oleh Yurista Dian, MPSDA, 2013) Tabel 2. Volume Sedimen Akibat Erosi Lahan Sub DAS Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Jumlah Sumber: Yurista Dian, 2013



Sediment Yield ton/tahun 457.472,235 155.407,048 1.173.186,884 934.714,322



Volume m3/tahun 381.226,862 129.505,874 977.655,737 778.928,602 2.267.317,074



B. Perhitungan Sedimen yang Terbawa Oleh Aliran dari outflow Waduk Saguling Perhitungan sedimen yang masuk ke Waduk Cirata yang terbawa oleh aliran sungai (inflow lokal dan outflow Waduk Saguling) melalui metode TSS. Tabel 3. Hasil Perhitungan Sedimen Melalui Metode TSS Inflow



Aliran Inflow Lokal  Cikundul  Cibalagung  Cisokan  Cimeta Outflow Saguling  Citarum Sumber: Perhitungan



TSS



Sediment Yield



Volume



m3/s



juta m3/tahun



kg/m3



ton/tahun



m3/tahun



87,772



2.767,968



0,841



2.327.440



1.939.534



165,28 7



5.212,490



0,663



3.453.546



2.877.955



C. Perhitungan Sedimen Akibat Sisa Pakan Ikan Pada KJA Data dari BPWC, KJA pada tahun 2011 mencapai 53.031 unit/petak. Berdasarkan studi pustaka, 1 KJA memerlukan ± 8000 kg/tahun. Jumlah pakan untuk total KJA sebesar 424.248 ton/tahun. KJA di Waduk Cirata menggunakan sistem tumpang sari hingga 3 layer, konsumsi pakan meningkat hingga 90% (BPWC, 2011). Jadi ± 10% sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan mengendap menjadi sedimen di waduk yaitu sebesar 42.424,80 ton/tahun. Perhitungan volume sedimen waduk akibat sisa pakan ikan adalah sebagai berikut:



Volume=



Sisa Pakan Ikan 42.424,80 ton/tahun = =53.031m3 / tahun 3 Berat Jenis 0,8 ton/m



Keterangan: Berat jenis diperoleh dari pengukuran sampel sedimen oleh BPWC V.2.



Perhitungan Total Sedimen di Muara Sungai yang Masuk ke Waduk Cirata Total sedimen yang masuk ke Waduk Cirata yaitu jumlah sedimen yang dibawa oleh inflow lokal yang telah dihitung pada penelitian sebelumnya dengan Metode MUSLE, sedangkan sedimen yang dibawa oleh outflow



Waduk Saguling dihitung dengan Metode TSS. Perhitungan total sedimen yang dibawa oleh inflow lokal dan inflow dari outflow Waduk Saguling. Tabel 4. Hasil Perhitungan Total Sedimen Sediment Yield ton/tahun



Sungai Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Citarum (Outflow Saguling) Jumlah Sumber: Perhitungan



V.3.



Volume m3/tahun



457.472 155.407 1.173.187 934.714 3.453.546



381.227 129.506 977.656 778.929 2.877.955 5,145,272



Perhitungan Sediment Trapped Besarnya sediment trapped di waduk diketahui dengan perhitungan rasio volume efektif waduk terhadap debit inflow rata-rata tahunan. Perhitungan rasio volume efektif waduk terhadap debit inflow rata-rata tahunan sebagai berikut:



Rasio=



Volume Efektif Waduk 755.617.000 = =1,058 Debit Inflow Rata−rata 714.526.769



Suatu perkiraan dan tampungan waduk dalam menangkap sedimen telah dibuat oleh Brune (1953) yang menghubungkan persentase sedimen yang tertangkap terhadap rasio antara kapasitas waduk dan aliran masuk tahunan. Hubungan tersebut terlihat pada grafik yang disajikan pada Gambar V.1. Dari hasil plot nilai rasio pada grafik yang disajikan pada Gambar V.1. didapat nilai sediment trapped 97%.



Gambar 3. Grafik Efisiensi Tangkapan Maka perhitungan sediment trapped di Waduk Cirata adalah sebagai berikut:



97 x volume sedimen yang masuk ke Waduk 100 97 3 3 Sediment Trapped= x 5.145 .272 m =4.990 .914 m 100 Sediment Trapped=



V.4.



Perhitungan Total Sedimen di Waduk Cirata Perhitungan total sedimen di Waduk Cirata yaitu merupakan jumlah dari sediment trapped yang dihasilkan oleh erosi lahan dan sisa pakan ikan pada KJA di Waduk Cirata. Besarnya total sedimen di Waduk Cirata adalah sebagai berikut:



Volume Total Sedimen=sediment trapped +sisa pakan ikan 3 3 3 Volume Total Sedimen=4.990.914 m +53.031 m =5.043 .944 m V.5.



Analisis Kegiatan Pengerukan/Dredging



Berdasarkan jenis sedimen yang masuk ke Waduk Cirata maka kegiatan pengerukan yang sesuai adalah dengan menggunakan metode pengerukan hidrolis dan alat berat yang akan digunakan dalam kegiatan pengerukan tersebut adalah tipe Hydraulic Cutter Suction Dredger. Hydraulic Cutter Suction Dredger yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dari jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge. Kapal keruk jenis IMS 5012 HP mempunyai banyak kelebihan antara lain: 1. Biaya per satuan unit sedimen yang dipindahkan relatif rendah 2. Produksi alat yang tinggi 3. Jenis material yang dikeruk bervariasi yaitu silt, fine sand, medium sand & coarse sand 4. Jarak buang material lebih jauh yaitu 500 m Selain itu kapal keruk jenis IMS 5012 HP bekerja hingga kedalaman sungai 6,1 m sedangkan kedalaman sungai rata-rata di muara-muara sungai kurang dari 5 m. Sehingga kapal keruk tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pengerukan di muara-muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata. A. Rencana Kegiatan Pengerukan Rencana kegiatan pengerukan yang akan dilakukan dibedakan menjadi 2 (dua) alternatif skenario, untuk masing-masing skenario dilakukan dalam 3 (tiga) tahap dari tahun 2015-2017. Alternatif 1 kapal keruk bekerja selama 1 (satu) tahun, sebagai berikut: 1. Tahun 2015 : Sungai Cisokan dan Citarum (outflow Saguling), 2. Tahun 2016 : Sungai Cikundul, Cimeta dan Citarum (outflow Saguling), 3. Tahun 2017 : Sungai Cibalagung, Cisokan, Cimeta dan Citarum (outflow Saguling). Alternatif 2 kapal keruk bekerja selama 6 (enam) bulan dari bulan September – Pebruari, sebagai berikut: 1. Tahun 2015 : Sungai Cisokan dan Citarum (outflow Saguling), 2. Tahun 2016 : Sungai Cimeta dan Citarum (outflow Saguling), 3. Tahun 2017 : Sungai Cikundul dan Cibalagung. Besarnya volume pengerukan (m3) dalam 1 (satu) tahun dapat dihitung berdasarkan kemampuan kapal keruk (cutter suction dredger) jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge tersebut bekerja dalam satu tahun. Perkiraan hasil material dari kapal keruk jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge disajikan pada Gambar 4.



Gambar 4. Estimated Output of In-situ Material per hour



Berdasarkan hasil Grain Size Analysis, karakteristik sedimen di muara sungai-sungai yang masuk ke Waduk Cirata berupa silty clay sehingga dari grafik di atas dapat diketahui besarnya produksi alat (m 3/jam) adalah 180 m3/jam. 1. Alternatif 1 Kegiatan Pengerukan Perhitungan besarnya volume pengerukan selama kapal keruk bekerja sebagai berikut:



Untuk memaksimalkan kegiatan pengerukan di muara-muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata maka menggunakan 2 (dua) alat kapal keruk. Sehingga volume pengerukan dalam 1 (satu) tahun maksimal sebesar 1.123.200 m3/tahun. Perhitungan total kegiatan pengerukan dari tahun 2015-2017 untuk alternatif 1 sebagai berikut:



Tabel 5. Total Kegiatan Pengerukan dari Tahun 2015 - 2017 untuk Alternatif 1 Sungai Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Citarum (Outflow Saguling) Jumlah Sumber: Perhitungan



Volume Sedimen m3/tahun 381.227 129.506 977.656 778.929 2.877.955 5.145.272



Volume Pengerukan m3 381.227 129.506 776.366 778.929 1.303.573 3.369.600



Volume Sisa m3/tahun 201.209 1.574.381 1.775.672



2. Alternatif 2 Kegiatan Pengerukan Perhitungan besarnya volume pengerukan selama kapal keruk bekerja sebagai berikut:



Untuk memaksimalkan kegiatan pengerukan di muara-muara sungai yang masuk ke Waduk Cirata maka menggunakan 2 (dua) alat kapal keruk. Sehingga volume pengerukan dalam 6 (enam) bulan maksimal sebesar 561.600 m3/tahun. Perhitungan total kegiatan pengerukan dari tahun 2015-2017 untuk alternatif 2 sebagai berikut: Tabel 6. Total Kegiatan Pengerukan dari Tahun 2015 - 2017 untuk Alternatif 2 Sungai Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Citarum (Outflow Saguling) Jumlah Sumber: Perhitungan



Volume Sedimen m3/tahun 381.227 129.506 977.656 778.929 2.877.955 5.145.272



Volume Pengerukan m3 381.227 129.506 280.800 280.800 561.600 1.633.933



Volume Sisa m3/tahun 696.856 498.129 2.316.355 3.511.339



B. Perhitungan Biaya Pengerukan/Dredging Biaya kegiatan pengerukan sedimen di Waduk Cirata ini dihitung berdasarkan banyaknya sedimen yang akan dikeruk. Analisis perkiraan biaya pengerukan sedimen mengacu pada analisis harga satuan pengerukan sedimen dengan alat keruk jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge, namun standar biaya disesuaikan berdasarkan data dari BBWS Citarum untuk wilayah Jawa Barat. Perhitungan total biaya kegiatan pengerukan sebagai berikut: Tabel 7. Total Biaya Pengerukan/Dredging Kegiatan Pengerukan Volume



Harga Satuan



Total Biaya



m3



Rp. (per m3)



Rp.



3.369.600



15.500



52.228.800.000



Alternatif 2 1.633.933 Sumber: Perhitungan



23.000



37.580.452.926



Keterangan



Alternatif 1



C. Perhitungan Biaya Penampungan Sedimen (Spoilbank) Pengerukan sedimen di Waduk Cirata dilakukan dengan menggunakan kapal keruk (cutter suction dredger) dengan material pengerukan dibuang di lokasi penampungan sedimen (spoilbank) yaitu di daerah greenbelt sekitar muara sungai-sungai yang masuk ke Waduk Cirata. Perhitungan pembuatan spoilbank baru



berdasarkan dari volume sedimen hasil pengerukan yang terendapkan. Volume sedimen yang terendapkan diperkirakan sekitar 80% dari volume total hasil pengerukan, perhitungan disajikan pada tabel berikut: Tabel 8. Perhitungan Volume Sedimen yang Terendapkan di Spoilbank Alternatif 1 Sungai



Volume Pengerukan m



Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Citarum (Outflow Saguling) Jumlah Sumber: Perhitungan



Volume Terendapkan



3



m3



381.227 129.506 776.366 778.929 1.303.573 3.369.600



304.981 103.605 621.092 623.143 1.042.859 2.695.680



Alternatif 2 Volume Volume Pengerukan Terendapkan m3 m3 381.227 304.981 129.506 103.605 280.800 224.640 280.800 224.640 561.600 449.280 1.633.933 1.307.146



Berdasarkan perhitungan di atas, volume sedimen yang terendapkan berbeda untuk tiap-tiap muara sungai, sehingga volume spoilbank baru yang dibutuhkan juga berbeda. Volume spoilbank baru yang dibutuhkan dan perhitungan total biaya pembuatan spoilbank baru disajikan pada Tabel 9. dan 10. Tabel 9. Volume Spoilbank Baru Yang Dibutuhkan Sungai Cikundul Cibalagung Cisokan Cimeta Citarum (Outflow Saguling) Jumlah Sumber: Perhitungan



Volume Spoilbank Baru (m3) Alternatif 1 Alternatif 2 400.000 350.000 200.000 150.000 600.000 250.000 600.000 250.000 800.000 450.000 2.600.000 1.450.000



Tabel 10. Total Biaya Pembuatan Spoilbank Baru Pembuatan Spoilbank Baru Keterangan



Volume m



3



Harga Satuan 3



Total Biaya



Rp. (per m )



Rp.



2.600.000



13.500



35.100.000.000



Alternatif 2 1.450.000 Sumber: Perhitungan



16.500



23.925.000.000



Alternatif 1



D. Perhitungan Total Biaya Kegiatan Pengerukan 1. Total Biaya Kegiatan Pengerukan untuk Alternatif 1



Kegiatan pengerukan di Waduk Cirata merupakan kegiatan baru untuk pengendalian sedimentasi di Waduk Cirata, maka diperlukan investasi alat berat berupa 2 (dua) buah kapal keruk cutter suction dredger jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge beserta perlengkapannya. Total biaya keseluruhan untuk kegiatan pengerukan di Waduk Cirata untuk alternatif 1 adalah sebagai berikut: Biaya Pengerukan = Rp. 87.328.800.000 Harga Pokok Dredger = Rp. 19.200.000.000 Harga Pipa Apung = Rp. 2.200.000.000 + Total Biaya = Rp. 108.728.800.000 2. Total Biaya Kegiatan Pengerukan untuk Alternatif 2



Kegiatan pengerukan di Waduk Cirata merupakan kegiatan baru untuk pengendalian sedimentasi di Waduk Cirata, maka diperlukan investasi alat berat berupa 2 (dua) buah kapal keruk cutter suction dredger jenis IMS Model 5012 HP Versi-Dredge beserta perlengkapannya. Total biaya keseluruhan untuk kegiatan pengerukan di Waduk Cirata untuk alternatif 1 adalah sebagai berikut: Biaya Pengerukan = Rp. 61.505.452.926 Harga Pokok Dredger = Rp. 19.200.000.000 Harga Pipa Apung = Rp. 2.200.000.000 + Total Biaya = Rp. 82.905.452.926 V.6.



Perhitungan Umur Guna Waduk Cirata Metode yang digunakan untuk perhitungan umur guna Waduk Cirata adalah metode dengan Trap Efficiency yang tergantung pada perbandingan antara kapasitas tampungan waduk dan inflow dari waduk. Berdasarkan perhitungan di atas nilai sediment trapped Waduk Cirata sebesar 97%. Besarnya sediment trapped di Waduk Cirata untuk kondisi sebelum dan sesudah pengerukan untuk alternatif 1 dan alternatif 2 sebagai berikut: Tabel 11. Sediment Trapped di Waduk Cirata Sebelum dan Sesudah Pengerukan Untuk Alternatif 1 Kondisi Sebelum Pengerukan Pengerukan Tahap ke-1 (2015) Pengerukan Tahap ke-2 (2016) Pengerukan Tahap ke-3 (2017) Sumber: Perhitungan



Sediment Trapped



Total Sedimen m3 5.145.272 4.022.072 2.898.872 1.775.672



m3 4.990.914 3.901.410 2.811.906 1.722.402



% 97 97 97 97



Tabel 12. Sediment Trapped di Waduk Cirata Sebelum dan Sesudah Pengerukan Untuk Alternatif 2 Kondisi Sebelum Pengerukan Pengerukan Tahap ke-1 (2015) Pengerukan Tahap ke-2 (2016) Pengerukan Tahap ke-3 (2017) Sumber: Perhitungan



Sediment Trapped



Total Sedimen m3 5.145.272 4.583.672 4.022.072 3.511.339



% 97 97 97 97



m3 4.990.914 4.446.162 3.901.410 3.405.999



Sehingga besarnya total sedimen dapat dihitung dengan menjumlahkan sediment trapped di atas dengan sisa pakan ikan. Besarnya total sedimen di Waduk Cirata untuk alternatif 1 dan alternatif 2 sebagai berikut: Tabel 13. Total Sedimen di Waduk Cirata Sebelum dan Sesudah Pengerukan Untuk Alternatif 1 Kondisi Sebelum Pengerukan Pengerukan Tahap ke-1 (2015) Pengerukan Tahap ke-2 (2016) Pengerukan Tahap ke-3 (2017) Sumber: Perhitungan



Volume Sedimen m3 Erosi Lahan 4.990.914 3.901.410 2.811.906 1.722.402



Pakan Ikan 53.031 53.031 53.031 53.031



Total Volume 5.043.945 3.954.441 2.864.937 1.775.433



Tabel 14. Total Sedimen di Waduk Cirata Sebelum dan Sesudah Pengerukan Untuk Alternatif 2 Kondisi Sebelum Pengerukan Pengerukan Tahap ke-1 (2015) Pengerukan Tahap ke-2 (2016) Pengerukan Tahap ke-3 (2017)



Volume Sedimen m3 Erosi Lahan



Pakan Ikan



Total Volume



4.990.914 4.446.162 3.901.410 3.405.999



53.031 53.031 53.031 53.031



5.043.945 4.499.193 3.954.441 3.459.030



Sumber: Perhitungan



Untuk memprediksikan usia guna waduk yaitu Perkiraan usia guna berdasarkan kapasitas tampungan mati (dead storage). Perhitungan usia guna Waduk Cirata untuk alternatif 1 dan 2 adalah sebagai berikut: Tabel 15. Perhitungan Usia Guna Waduk Cirata untuk alternatif 1 dan 2 Alternatif 1 Laju Sedimen/tahun Umur Guna Waduk Kondisi m3 tahun Sebelum Pengerukan 5.043.945 76 Pengerukan Tahun ke-1 (2015) 3.954.441 90 Pengerukan Tahun ke-2 (2016) 2.864.937 114 Pengerukan Tahun ke-3 (2017) 1.775.433 165 Sumber: Perhitungan



V.7.



Alternatif 2 Laju Sedimen/tahun Umur Guna Waduk m3 tahun 5.043.945 76 4.499.193 82 3.954.441 90 3.459.030 98



Perhitungan Perkiraan Pendapatan Perkiraan pendapatan bruto dari PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkit (UP) Cirata dihitung berdasarkan perkalian dari total kapasitas pembangkit yang terpasang di PLTA Cirata dengan efisiensi dan harga jual listrik yang dikeluarkan oleh PT. PJB. Waduk Cirata berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air dan merupakan pembangkit terbarukan terbesar di Asia Tenggara. Penjualan energi listrik PT. PJB UPCirata pada tahun 2012 adalah sebesar 1132 GWh (Sumber: PT. PJB, Statistik Perusahaan 2008 – 2012). Untuk efisiensi diasumsikan sebesar 80%, sedangkan untuk harga jual listrik perseroan PT. PJB menetapkan sebesar Rp. 759 per Kilowatthour (kWh) (Sumber: PT. PJB, Maret 2013). Perhitungan pendapatan bruto PT. PJB-UP Cirata adalah sebagai berikut:



Perhitungan pendapatan netto yang dihasilkan dari produksi listrik dari PLTA Cirata adalah pendapatan bruto dikurangi dengan biaya operasional keseluruhan di PT. PJB-UP Cirata termasik gaji karyawan, kegiatan operasi dan pemelihraan dan lain-lain yaitu sebesar ± Rp. 100.000.000.000. Perhitungan pendapatan netto PT. PJB-UP Cirata adalah sebagai berikut:



Prosentase biaya pengerukan dari perkiraan pendapatan PT. PJB-UP Cirata, total biaya kegiatan pengerukan pada poin sebelumnya di atas adalah untuk 3 (tiga) tahun operasional, sehingga dalam 1 (satu) tahun biaya kegiatan pengerukan untuk alternatif 1 adalah Rp. 36.242.933.333,- atau sebesar 6,58 % dan alternatif 2 adalah Rp. 27.635.150.975,- atau sebesar 4,94 % dari pendapatan bersih yang dihasilkan oleh PT. PJB-UP Cirata. V.8.



Analisis Ekonomi Pada tahapan analisis ekonomi ini, komponen biaya kegiatan pengerukan untuk alternatif 1 dan 2 disimulasikan dengan manfaat yang bisa diperoleh sehingga dapat menentukan parameter Benefit Cost (B/C) Ratio. Perhitungan manfaat dilakukan dengan cara mengalikan jumlah produksi energi listrik dari Waduk Cirata sebesar 1.428 GWh/tahun dengan tarif Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) tahun 2011 sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam Kepmen PU. No. 182/KPTS/M/2011, yaitu sebesar Rp. 130,92/kWh. Besarnya nilai manfaat adalah sebagai berikut: Tabel 16. Perhitungan Analisa Ekonomi Kegiatan Pengerukan di Waduk Cirata Keterangan



Manfaat/B (Rp)



Alternatif 1



186.953.760.000



Alternatif 2



186.953.760.000



Sumber: Perhitungan



V.9.



Perhitungan Depresiasi Alat Berat



Biaya/C (Rp) 36.242.933.33 3 27.635.150.97 5



B/C 5,16 6,77



Depresiasi alat berat adalah penyusutan suatu harga/nilai dari suatu alat berat karena pemakaian dan kerusakan atau keusangan suatu alat berat. Dalam penelitian ini harga pembelian alat berat sebesar Rp. 10.700.000.000,- dan nilai sisa sebesar 10% dari harga pembelian alat berat yaitu Rp. 1.070.000.000,dengan umur alat berat 10 tahun. Perhitungan depresiasi alat berat dilakukan dengan 3 (tiga) metode,



antara lain: 1. Straight Line Method 2. Declining Balance Method 3. Double Declining Balance Method Rekapitulasi perhitungan depresiasi dari ketiga metode di atas disajikan pada Tabel 17. dan Gambar 5. Tabel 17. Rekapitulasi Perhitungan Depresiasi Alat Berat Straight Line Method (Rp…Juta) 1 963 2 963 3 963 4 963 5 963 6 963 7 963 8 963 9 963 10 963 Sumber: Perhitungan Akhir Tahun Ke



Declining Balance Method (Rp…Juta) 1.751 1.576 1.401 1.226 1.051 875 700 525 350 175



Double Declining Balance Method (Rp…Juta) 4.280 2.568 1.541 924 555 333 200 120 72 43



Gambar 5. Grafik Depresiasi Alat Berat Dari ketiga metode di atas, Double Declining Balance Method ternyata mendepresiai lebih cepat pada tahun ke 1 dan ke 2 dibandingkan dengan cara yg lain, sehingga pada tahun berikutnya cara tersebut lebih kecil nilai depresinya. VI. KESIMPULAN DAN SARAN



Dari hasil kajian mengenai Analisis Efektifitas Kegiatan Pengerukan Untuk Pengendalian Sedimentasi Waduk Cirata dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Laju sedimentasi total Waduk Cirata sebelum dilakukan kegiatan pengerukan mencapai 5.043.945 m3/tahun, dengan diasumsikan laju sedimentasi yang linier setiap tahunnya maka kapasitas tampungan mati tercapai pada umur waduk 76 tahun. 2. Rencana kegiatan pengerukan yang dilakukan di muara-muara Sungai yang masuk ke Waduk Cirata dibedakan menjadi 2 (dua) alternatif skenario, untuk masing-masing skenario dilakukan dalam 3 (tiga) tahap dari tahun 2015-2017. Alternatif 1 alat/kapal keruk bekerja selama 1 (satu) tahun dan untuk alternatif 2 (dua) alat/kapal keruk bekerja selama 6 (enam) bulan dari bulan September – Pebruari dengan TMA (Tinggi Muka Air) rata-rata selama kurun waktu tahun 1988 – 2012 adalah 211,24 m. 3. Kegiatan pengerukan untuk alternatif 1 pada tahap pertama (2015) sampai tahap ketiga (2017) dapat mengurangi laju sedimentasi dari 5.043.945 m3 menjadi 1.775.433 m3 dan untuk alternatif 2 laju sedimentasi berkurang menjadi 3.459.030 m3.



4. Penurunan laju sedimentasi tersebut berpengaruh terhadap peningkatan umur guna Waduk Cirata, pada alternatif 1 umur guna waduk bertambah hingga 165 tahun sedangkan untuk alternatif 2 umur guna waduk bertambah hingga 98 tahun. 5. Kegiatan pengerukan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun untuk alternatif 1 memerlukan biaya total sebesar Rp. 108.728.800.000,- dan untuk alternatif 2 sebesar Rp. 82.905.452.926,- (untuk investasi 2 (dua) kapal keruk baru jenis IMS Model 5012 HP sebesar Rp. 21.400.000.000,-). 6. Pendapatan total dari hasil analisis perhitungan perkiraan pendapatan PT. PJB-UP Cirata adalah Rp. 687.350.400.000,- dan diasumsikan untuk biaya operasional sebesar Rp. 100.000.000.000,- maka pendapatan netto yang dihasilkan oleh PT. PJB-UP Cirata adalah Rp. 587.350.400.000,7. Total biaya kegiatan pengerukan pada poin ke-4 di atas adalah untuk 3 (tiga) tahun operasional, sehingga dalam 1 (satu) tahun biaya kegiatan pengerukan untuk alternatif 1 adalah Rp. 36.242.933.333,- atau sebesar 6,58 % dan alternatif 2 adalah Rp. 27.635.150.975,- atau sebesar 4,94 % dari pendapatan bersih yang dihasilkan oleh PT. PJB-UP Cirata. 8. Perhitungan analisa ekonomi berdasarkan nilai manfaat dan biaya menunjukan hasil dari nilai B/C yang didapatkan untuk alternatif 1 dan alternatif 2 adalah > 1 (lebih besar dari satu) yaitu memiliki kelayakan ekonomi. Namun dalam kaitannya dengan umur guna waduk, maka alternatif 1 memiliki perpanjangan masa layan sampai 65 tahun hal ini menjadi pertimbangan untuk memilih alternatif 1 yang akan dilakukan untuk rencana kegiatan pengerukan di Waduk Cirata. 9. Perhitungan depresiasi alat berat dengan 3 (tiga) metode Straight Line Method, Declining Balance Method dan Double Declining Balance Method diperoleh nilai depresiasi yang berbeda-beda. Double Declining Balance Method ternyata mendepresiai lebih cepat pada tahun ke 1 dan ke 2 dibandingkan dengan cara yg lain, sehingga pada tahun berikutnya cara tersebut lebih kecil nilai depresinya. Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pengerukan sedimen di muara-muara sungai perlu dilaksanakan secara rutin untuk pemeliharaan Waduk Cirata karena dalam penelitian ini hanya memperhitungkan sampai 3 (tiga) tahun, disarankan untuk melakukan pengerukan pada tahun-tahun berikutnya dan diperlukan kajian khusus mengenai Operasi dan Pemeliharaan dalam melaksanakan kegiatan pengerukan secara rutin. Kegiatan pengerukan ini dilakukan oleh BPWC bekerjasama dengan BBWS Citarum. 2. Material hasil pengerukan yang tertampung dalam spoilbank perlu untuk dilakukan studi tentang kualitas sedimennya, sehingga material hasil pengerukan tidak hanya ditampung namun dapat memiliki manfaat secara ekonomi untuk masyarakat sekitar. Studi mengenai kualitas sedimen hasil pengerukan dapat dilakukan oleh BPWC bekerjasama dengan BBWS Citarum dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat. 3. Perlu dilakukan kajian khusus mengenai pengelolaan KJA, karena dengan meningkatnya jumlah KJA akan berpengaruh terhadap jumlah sedimen dan menurunnya kualitas air di Waduk Cirata. Meningkatnya jumlah sediman dan pencemaran air di badan waduk akan mempengaruhi produktifitas dan mengurangi keandalan dari PLTA Waduk Cirata. Pengelolaan KJA di Waduk Cirata dilakukan oleh BPWC bekerjasama dengan BPLHD Jawa Barat. 4. Perlu dilakukan upaya konservasi lahan di Sub-sub DAS di sekitar Waduk Cirata baik secara vegetatif (pengolahan tanah searah kontur dan penanaman sejajar kontur) maupun secara teknis (pembangunan check dam dan small check dam). Upaya rehabilitasi ini dilakukan oleh BPWC bekerjasama dengan BBWS Citarum, BPDAS Citarum, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan Kabupaten Bandung, Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur, Dinas Kehutanan Kabupaten Purwakarta. 5. Upaya konservasi perlu dilakukan secara terintegrasi antara Waduk Saguling dan Waduk Cirata, karena sedimentasi di Waduk Cirata berkaitan dengan kondisi sedimen di Waduk Saguling, karena outflow Waduk Saguling akan menjadi inflow Waduk Cirata. Perlu dilakukan koordinasi antara pengelola Waduk Cirata dan Waduk Saguling yaitu BPWC bekerjasama dengan BBWS Citarum, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, BPLHD Jawa Barat, dan BPSDA Provinsi Jawa Barat. 6. Kontribusi sedimen dari erosi lahan yang masuk ke sungai-sungai yang akan bermuara di Waduk Cirata sangat besar terutama pada sungai Cisokan, maka perlu dilakukan upaya khusus untuk mengurangi laju sedimentasi yaitu pembangunan check dam - check dam dan penanaman di kawasan greenbelt. Upayaupaya khusus ini dilakukan oleh BPWC bekerjasama dengan BBWS Citarum. Referensi



Asdak, Chay. (2004) : Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.



Brune, G. M. (1953) : Trap Efficiency of Reservoirs, Transaction of of The American Geophysical Union, Vol. 34, No. 3, pp. 407-418. Dian, Yurista. (2013) : Kajian Rencana Konservasi Untuk Pengendalian Sedimentasi Di Waduk Cirata, Tesis, Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, ITB, Bandung. Djajasinga, Viari. (2012) : Kajian Ekonomi Penanganan Sedimen Pada Waduk Seri Di Sungai Brantas (Sengguruh, Sutami Dan Wlingi), Tesis, Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang. Balai Hidrologi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (2004) : Review Hasil Pemeruman Waduk Cirata Tahun 2000, Laporan Akhir, Bandung. PT. PJB-BPWC, (2012) : Master Plan Pengelolaan Waduk Cirata, Laporan Akhir, Bandung. PT. PJB-BPWC, (2013) : Laporan Akhir Pengukuran 5 Tahunan Sedimen Waduk Cirata, Bandung. ______ (2012) : Kerangka Acuan Kerja Pengadaan Peralatan Pengerukan Sedimen/Dredger, Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.