Analisis Film Africa [PDF]

  • Author / Uploaded
  • gres
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS FILM AFRICA’S FORGOTTEN KINGDOM



Oleh : Evelyn Grecia Sinaga 382066 Febriana Putri 382067 Feisal Ghassan Tsany 382068 Firman Purba 382069 Fuad H.Z. Aminuddin 382070 Gita Amirul D 382071 Halina Pandurattri 382072 Irfan Sidik 382073 FEB Manajemen UGM 2015



Peneliti pertama : Karl Mauch Dalam film yang berjudul Africa's Forgotten Kingdom, kita akan dapat melihat bagaimana peneliti melakukan penelitian terhadap suatu daerah di pedalaman Afrika untuk mencari kota legenda yang telah hilang. Dari isi cerita yang terdapat pada film tersebut akan dapat kita hubungkan berbagai proses dan kejadian yang ada dengan pengertian ilmu menurut K.Merton. Pada tahun 1871, seorang warga Negara Jerman, Karl Mauch memiliki keinginan melakukan penelitian untuk mencari kota legenda di pedalaman Afrika serta menemukan reruntuhan peradaban kuno satu-satunya yang ada di benua tersebut. Karl Mauch melakukan aktivitas pemahaman tentang ilmu-ilmu pendukung kegiatan penelitian seperti dengan membaca Alkitab, mempelajari pemetaan, geologi dan ilmu lainnya serta penemuan tentang adanya sebuah legenda yang telah hilang di pedalaman Afrika yang akan diteliti olehnya. Karl Mauch menulis surat kepada Institut Geografi Jerman dengan harapan akan mendapat dukungan untuk melakukan penjelajahan di Afrika. Ternyata balasan yang didapat tidak sesuai harapan. Permintaannya ditolak karena menurut institusi tersebut untuk menjelajah Afrika harus dilakukan oleh ahlinya dalam artian mereka yang berada pada tingkat sosial lebih tinggi. Pada tahun 1864 Karl Mauch berhasil sampai di Afrika dengan menjadi seorang awak kapal untuk berlayar sampai di benua tersebut. Awalnya dia merasa asing dengan lingkungan barunya, namun dia berusaha untuk terus menyesuaikan diri. Di waktu senggang selama perjalannya menuju kota legenda yang hilang, dia selalu melakukan proses dalam me ndapatkan ilmu yaitu dengan mencatat, menggambar dan meneliti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam perjalanannya, kembali ditemukan adanya perlakuan yang tidak manusiawi bangsa kulit putih terhadap bangsa kulit hitam (penduduk asli setempat). Hal ini terjadi karena bangsa kulit putih menganggap bangsa kulit hitam bukanlah manusia sehingga pantas untuk diperlakukan secara tidak adil. Karl Mauch juga terus menyusuri pedalaman Afrika hingga akhirnya menemukan reruntuhan dinding batu yang telah hancur dimana dulunya diyakini sebagai kebudayaan di Sub Sahara Afrika. Karl Mauch melakukan penelitian tentang asal mula dibangunnya dinding batu tersebut. Dia mulai berprasangka bahwa bangsa Eropa ikut andil dalam proses pembangunannya. Hal ini diyakini karena Karl Mauch beranggapan bahwa warga Afrika biasanya membangun rumah dari rumput dan tinggal di dar atan yang luas. Untuk mendapatkan bukti lain bahwa peradaban itu dulunya berasal dari luar Afrika, Karl Mauch kembali meneliti dengan mengambil cungkilan kayu yang aromanya seperti pohon cedar yangmerupakan bahan baku pensil. Kayu ini berasal dari Libanon dan



bukan Afrika. Untuk meyakinkan jawaban atas apa yang ditemukannya, Karl mauch kembali membaca Alkitab dan legenda yang telah ada. Selain itu, Karl Mauch telah melakukan penelitian dengan terlebih dahulu dia memiliki dugaan tentang apa yang akan ditelitinya, lalu tinggal



bagaimana



Karl



Mauch



dapat



mempertahankan



netralitasnya



dalam penelitian yang dilakukannya didepan masyarakat ilmiah apakah hal tersebut akan dise tujui atau bahkan mendapat penolakan. Saat Karl Mauch menjelaskan hasil penelitiannya di depan masyarakat, ternyata dia mendapat bantahan dan penolakan tentang penemuan besarnya karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat ilmiah. Karena tekanan yang dialami setelah kejadian tersebut, Karl Mauch memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada tahun 1875. Peneliti kedua : Gertrude Caton Thompson Berkisar



50



tahun



kemudian,



tepatnya pada tahun 1929, seorang ahli purbakala bernama Gertrude Caton-Thompson melak ukan penjelajahan di reruntuhan Zimbabwe, tempat yang sebelumnya telah diteliti oleh Karl Mauch. Gertrude dapat dikatakan sebagai ahli purbakala yang meneruskan penelitian dari Karl Mauch. Saat akan melakukan penelitian, semua bukti yang ada sudah terhapus, namun hal tersebut tidak membuat Gertrude menyerah. Yayasan Anglo-Rodesia mendekati Gertrude untuk menawarkan bantuan yang diperlukan dalam kegiatannya melakukan penggalian di Zimbabwe dalam rangka penelitian. Apa yang dilakukan yayasan tersebut bukannya tanpa pamrih, mereka menginginkan dalam waktu 8 bulan Gertrude sudah memberikan hasil tentang apa yang ditelitinya. Tentu saja mereka juga menginginkan apa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Sebelumnya,



Gertrude



mengalami



cobaan



dimana



dana



bantuan



untuk penelitiannya di Mesir dihentikan, namun hal tersebut tidak membuatnya menyerah da n terus maju. Seiring berjalannya waktu, ternyata Universalisme terus terjadi di daratan Afrika. Warga kulit putih yang merupakan pendatang, melakukan hal-hal yang tidak adil terhadap warga kulit hitam, hal tersebut juga ditemukan saat Gertrude mulai melakukan penelitian. Hasil awal yang didapatkan Gertrude menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menyatakan jika bangunan yang telah runtuh tersebut dibangun oleh bangsa kulit putih. Gertrude melakukan penelitian dengan menggunakan pesawat dan merupakan pertama kalinya ada penelitian menggunakan pesawat. Dari atas pesawat, Gertrude dapat melihat adanya garis yang dari tanah disamarkan oleh daun-daun. Jalur itu menuju ke teras di bawah



dinding bukit yang belum pernah dipakai selama beberapa ratus tahun. Menimbang dari apa yang dilihatnya, Gertrude kemudian memindahkan timnya ke lokasi tersebut dan mendapatkan banyak obyek yang menjelaskan bahwa objek-objek tersebut asli Afrika. Dari apa yang dilakukan Gertrude kita kembali dapat melihat bahwa adanya suatu proses dalam ilmu, apa yang diperoleh membutuhkan pemahaman dan penemuan untuk dapat memastikan apa yang akan dihasilkan. Sampai pada batas waktu 8 bulan yang diberikan yayasan kepada Gertrude, akhirnya Gertrude menarik kesimpulan bahwa Zimbabwe merupakan kota kulit hitam Afrika sejak abad 9-14. Gertrude menyampaikan hal tersebut di depan seluruh anggota yayasan, dan ternyata apa yang disampaikannya tidak dapat diterima karena anggota yayasan meyakini bahwa bangsa Afrika tidak dapat membuat peradaban seperti itu.



Kesimpulan : Menurut kelompok kami, dari perbandingan kedua peneliti dengan hasil penelitiannya tersebut dimana kesimpulan yang dulunya telah dibuat Karl Mauch mengenai Zimbabwe yang merupakan peninggalan bangsa kulit putih ternyata terbantahkan oleh teori Gertrude yang menyatakan bahwa Zimbabawe merupakan peninggalan bangasa kulit hitam. Akan tetapi hal tersebut masih harus didukung bukti yang lebih lagi dan tidak ada jaminan apakah teori tersebut benar. Karena dari apa yang disampaikan oleh Gertrude masih mendapat bantahan.