Analisis Geologi Dan Geomorfologi Kabupaten Bantul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Geologi dan Geomorfologi Kabupaten Bantul February 10, 2012 dewi.nsrd



Dalam mengidentifikasi potensi bencana alam ataupun potensi alam yang dapat dimanfaatkan dalam suatu wilayah dapat dilihat dari struktur geologi dan geomorfologi wilayah tersebut. Dari geomorfologi kita juga dapat mengidentifikasi struktur geologinya, sebab salah satu prinsip dasar geomorfologi adalah “struktur geologi merupakan faktor pengontrol dominan dalam evolusi bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya”. Bentuklahan (geomorfologi) yang berada di permukaan bumi (kulit bumi) merupakan interpretasi struktur geologi yang berada di dalam bumi. Kabupaten Bantul secara administratif terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 pedukuhan. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan RDTRK dan Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa dapat dipisahkan sebagai desa perdesaan dan perkotaan. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan sebanyak 34 desa.Kabupaten Bantul sendiri merupakan wilayah yang berada pada dominasi struktur geologi Young Merapi Volcanic (Quartenary) bagian tengah dan Volcanic (Miocine dan oligo-micine) pada bagian



timur. Struktur-struktur ini sudah berumur cukup tua (0,8-2,85 juta tahun yang lalu). Secara struktural Kabupaten Bantul diapit oleh bukit patahan, yaitu lereng barat Pegunungan Batur Agung (Batur Agung Ranges) pada bagian timur dan bagian Barat berupa bekas laguna. Wilayah yang berada pada apitan bukit patahan ini disebut dengan graben, maka wilayah Kabupaten Bantul dalam toponim geologi dan geomorfologi disebut Graben Bantul. Graben ini terbentuk dari proses diatrofisme tektonisme yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi dan gunung api tua. Selain berada pada apitan bukit patahan, wilayah Kabupaten Bantul juga berada pada bentang lahan Fluvio-Marin yang memiliki banyak potensi dan masalah (pada wilayah Bantul Selatan). Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bantul juga merupakan wilayah transisi antara asal lahan fluvial (proses yang mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin (proses yang mengerjai angin dan gelombang dari Samudra Hindia).



Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran fluvio-marin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu dataran yang asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai (Fluvio-Vulcan). Bentuklahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas aliran sungai. Aktivitas aliran sungai tersebut berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) sehingga membentuk bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal yang tersusun oleh material sedimen . Bentukan-bentukan ini berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan lain dalam skala kecil yang mungkin terjadi dapat berupa dataran banjir, tanggul alam, teras sungai dan kipas aluvial. Sungai-sungai yang terdapat pada satuan ini umumnya merupakan sungai yang telah mengalami gradasi dan berada dalam keadaan seimbang sehingga energinya hanya cukup untuk membawa dan memindahkan bebannya. Sehingga, apabila terjadinya erosi dan pengendapan yang seimbang nantinya



membentuk hamparan dataran yang luas di sepanjang tepian sungai. Di dataran fluvial ini juga terdapat adanya saluran yang berkelok-kelok (meanders). Pembentukan saluran ini merupakan akibat proses penimbunan pada bagian luar kelokan dan erosi, sementara untuk kecepatan aliran berkurang akibat menurunnya kemiringan lereng. Akibat dari pengendapan yang cukup besar, maka membuat aliran ini sering kali tidak mampu untuk mengangkut material–material dari daerah utara (gunung merapi), yang akhirnya arah aliran membelok begitu seterusnya membentuk kelokan-kelokan tertentu. a. potensi Banyak Potensi alam yang dimiliki Kabupaten Bantul, salah satunya karena berada pada wilayah aquifer Merapi maka potensi air tanah yang sumbernya berasal dari dataran tinggi gunung Merapi jumlahnya cukup melimpah, sehingga untuk kebutuhan air minum dan air bersih masyarakat Kabupaten Bantul tidak ada kendala berarti. Selain potensi air yang melimpah, potensi alam lainnya adalah tanah yang subur. Dimana tanah yang ada di Kabupaten Bantul merupakan hasil endapan sungai yang materialnya berasal dari gunung merapi dengan kandungan mineral yang tinggi, sehingga terbentuk tanah yang subur pada wilayah Kabupaten Bantul. Lahan pertanian yang ada di Kabupaten Bantul dapat ditanam berbagai jenis tanaman palawija, seperti padi, jagung, tebu, ubi, dan sayur-sayuran. Selian tanaman palawija, juga dapat ditanam dengan jenis-jenis tanaman lainnya. Dan kondisi eksisting saat ini, para petani sebagian besar membudidayakan tanaman padi di lahan mereka. Ada juga yang ditanam dengan tanaman tebu, jagung dan sayur-sayuran. Pada wilayah selatan Kabupaten Bantul berbatasan langsung dengan Samudra Hindia yang hembusan anginnya berasal dari Australia dan dengan kombinasi batuan/endapan yang dibawa oleh sungai dari gunung merapi menghasilkan gumuk pasir yang indah. Kawasan gumuk pasir ini merupakan salah satu potensi wisata yang ada di Kabupaten Bantul, selain pantai Parangtritis, pantai depok dan pantai-pantai lainnya yang ada di Kabupaten Bantul. Kawasan ini juga sering digunakan sebagai setting pembuatan film ataupun pemotretan. Gisik ini juga memiliki potensi air yang cukup besar, mengingat pasir sangat mudah menyerep air dan menjebak air didalamnya b. masalah



1. Gempa Bumi Selain memiliki potensi alam yang sangat memberikan keuntungan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Bantul ini, wilayah Kabupaten Bantul juga memiliki potensi bencana yang cukup tinggi. Berada pada apitan bukit patahan (graben) bukan berarti aman, akan tetapi justru membahayakan. Patahan merupakan hasil proses diatrofisme tektonisme dan memiliki energi yang besar di bawahnya sehingga boleh dikatakan wilayah yang berada di patahan seperti halnya Kabupaten Bantul, rentan terjadi gempa bumi. Pusat-pusat energi gempa (hiposentrum) yang ada di Kabupaten Bantul ini dipengaruhi penunjaman lempeng kerak samudra Hindia dengan lempeng benua Asia. Hiposentrum tersebut berada di sepanjang patahan Baturagung yang berada di bagian timur Kabupaten Bantul, sehingga hampir seluruh wilayah Kabupaten Bantul rawan terjadi gempa bumi. Saat patahan itu digetarkan, maka wilayah yang berada didepan patahan tersebut akan ikut terguncang. Penunjaman lempeng Samudra hindia dengan lempeng benua asia ini, ditambah pengaruh dari kekuatan gunung berapi memicu kekuatan gempa yang tinggi. Tumbukan lempeng samudra terhadap lempeng benua, yang mengakibatkan gempabumi (pusat-pusat pelepasan energi akibat tumbukan lempeng ditunjukkan oleh titik-titik hiposentrum gempabumi berwarna biru, kuning dan merah), serta mengakibatkan pembentukan magma dan proses kegunungapian. Pada kawasan yang berdekatan langsung dengan patahan (sumber hiposentrum) sebaiknya jangan dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman ataupun industri. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kerugian yang banyak, baik kerugian materi (harta) maupun nyawa manusia. Pada saat kejadian gempa Bantul yang terjadi pada tahun 2005 yang lalu, banyak



korban meninggal akibat yang tertimpa reruntuhan bangunan. Saat gempa terjadi masih banyak warga yang kondisinya masih tidur, sehingga tidak sempat menyelematkan diri. Ada juga posisinya yang sedang menyiapkan barang dagangan dipasar, dan pada saat terjadi gempa para pedagang tidak sempat mennyelamatkan diri mencari tempat yang lapang (kejadian di pasar Piyungan). Setelah dilihat memang pasar ini terletak tidak jauh dari sumber gempa. Maka untuk itu kawasan yang berada disekitar hiposentrum dihimbau untuk tidak digunakan sebagai permukiman, pusat industry dan pusat perdagangan, akan tetapi dapat diusahakan sebagai kawasan pertanian. Jika terjadi gempa maka kerugian yang ditimbulkan akibat gempa tidak terlalu banyak. 2. Longsor Bencana longsor diakibatkan proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya masa tanah dan atau batuan ke tempat/daerah yang lebih rendah. Bergeraknya masa tanah dapat dipicu dari cuah hujan, jenis tanah dan gempa bumi. Di Kabupaten Bantul sendiri titik-titik rawan longsor ini cukup banyak. Mengingat Kabupaten Bantul terletak pada apitan bukit. Disebelah timur adalah bukit patahan batur agung yang memiliki potensi untuk terjadi longsor jika keseimbangannya sudah hilang. Dan disebelah barat juga terdapat bukit dengan ketinggia 100-200 meter dpl yang tentu juga rawan terjadi longsor. Terlebih lagi jenis tanah nya sudah tua yaitu tanah litosol, sehingga bisa dikatakan rawan longsor.Pada kawasan-kawasan yang berada disekitar bukit dengan kelerengan 45-90% seharusnya tidak diperkenankan sebagai fungsi permukiman, pusat perdagangan, ataupun industri. Karena dikhawatirkan jika terjadi gempa dengan kekuatan yang cukup tinggi, membuat keseimbangan tanah berkurang akan mengakibatkan tanah longsor. Apalagi jika ditambah dengan curah hujan yang tinggi keadaan tanah sudah tidak dapat seimbang maka yang terjadi adalah longsor yang akan merugikan. Pada kawasan yang rawan longsor sebaiknya difungsikan sebagai kawasan budidaya pertanian saja. jika terjadi longsor maka tidak akan menimbulkan korban jiwa yang banyak.Kawasan-kawasan yang rawan longsor terdapat pada sebagian Kecamatan Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong, Sedayu, dan sebagian kecil Kecematan Pajangan. Sebagian kawasan yang berada di kecamatan-kecamatan tersebut masuk kedalam kawasan rawan longsor dikarenakan di kecamatan tersebut terdapat bukit-bukit yang cukup berpotensi terjadi longsor. 3. Genangan Rawan genangan ini terjadi pada daerah dengan asal proses fluvio-marine, dimana Kabupaten Bantul selatan pada bagian timurnya berupa lereng barat Pegunungan Batur Agung (Batur Agung Ranges), di bagian Barat berupa bekas laguna dan gumuk-gumuk pasir



menduduki bagian Selatan yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Bagian Barat dan Selatan merupakan daerah dataran aluvial pantai (coastal alluvial–plain) yang tersusun oleh endapan sungai (endapan fluvial) dan endapan laut (endapan marine). Endapan fluvial menduduki bagian utara dan bagian selatan berupa endapan marine. Untuk daerah Fluvio-marine, kawasan diutara Parangtritis (sebagian kecamatan Srandakan dan sanden) berada rendah di atas permukaan air laut. Pada bagian tertinggi yaitu di daerah gumuk–gumuk pasir berketinggian lebih kecil dari 15 meter di atas permukaan air laut (±15 m), sedangkan pada daerah yang terendah berkisar 2 m. Kedudukan ketinggian seperti ini menyebakan ketinggian sebagian besar fluvio–marine Parangtritis relatif sama dengan ketinggian dasar Sungai Opak sehingga pada musim penghujan permukaan air tanah menjadi dangkal, sebaliknya pada musim . Pada wilayah ini mempunyai topografi yang relatif datar atau sedikit berombak, relief teratur, dan didominasi oleh material pasir dengan ukuran lebih halus dibanding pada satuan gisik yang bercampur dengan sedikit debu dan lempung pada bagian atas. Karena kondisi material penyusun didominasi oleh pasir, menyebabkan akuifer pada satuan ini cukup baik dan juga berpotensial mengandung air tanah dangkal dan berasa tawar. Oleh sebab itu, oleh masyarakat sekitar airtanah tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan air minum yaitu dengan membuat sumur-sumur gali biasa atau dengan sumur pompa.. Namun ancaman bagi dataran fluvio marine ini diantaranya pada musim penghujan terdapat kelebihan air, sedangkan pada musim kemarau kekurangan air untuk irigasi. Pada musim penghujan air permukaan akan naik dan mengakibatkan genangan. Genangan yang terjadi tidak tinggi seperti halnya terjadi banjir yang terjadi di Jakarta yang ketinggian airnya mencapai 2-3 meter. Genangan yang terjadi disini sebatas genangan pada lahan pertanian yang menyebabkan petani gagal panen atau tidak dapat memanfaatkan tanahnya dengan maksimal saat musim penghujan tiba. 4. Tsunami Ancaman bencana lain yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul adalah ancaman tsunami. Wilayah selatan Kabupaten Bantul yang berbatsan langsung dengan samudra Hindia yang sekaligus merupakan jalur the ring of fire (pertemuan lempeng samudra dengan lempeng benua), tidak menutup kemungkinan akan terjadi tsunami. Jika lempeng bumi yang berada di laut samudra Hindia bergerak/terjadi gempa, maka tidak menutup kemungkinan bisa terjadi tsunami. Wilayah-wialayah yang mungkin mendapatkan dampak akibat tsunami (jika ini



terjadi) adalah kawasan yang berbatasan langsung dengan laut (sebagian Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek). titik-titik episentrum gempa di kerak bumi dasar laut juga banyak daerah lautan dekat dengan wilayah Kabupaten Bantul, meskipun secara historis daerah pantai selatan Bantul belum pernah terjadi gempa yang memicu tsunami (gambar 2). Akan tetapi perlu dilakukan perencanaan mitigasi tsunami di Kabupaten Bantul, karena secara umum masih memiliki potensi tsunami. Jadi, secara umum wilayah Bantul memiliki potensi sumber daya alam berupa kuantitas dan kualitas air tanah yang baik, serta kesuburan tanah yang dapat dimanfaatkan/diusahakan sebagai sumber pendapatan masyarakat ataupun daerah Kabupaten Bantul pada umumnya. Selain potensi yang memberikan keuntungan, wilayah Kabupaten Bantul juga memiliki potensi bencana alam berupa gempa bumi, longsor, genangan, dan tsunami. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bantul berada pada dataran graben Bantul yang diapit oleh perbukitan patahan dan samudra Hindia yang berada pada jalur the ring of fire.