Analisis Gerak Lompat Jauh 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS GERAK LOMPAT JAUH



MATA KULIAH : BELAJAR MOTORIK Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sugiharto, M.S



Oleh



M. FRANSAZELI MAKOROHIM NIM. 0601618003



PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA 2018



TEKHNIK GERAKAN LOMPAT JAUH Lompat jauh adalah salah satu nomor yang ada pada atletik, dimana atletik itu sendiri adalah merupakan olahraga tertua yang dianggap sebagai induk olahraga seperti lari, lompat dan lempar. Pada lompat jauh yaitu suatu bentuk gerakan keterampilan gerak berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin (Suhendra : 2014). Prinsip dasar lompat jauh adalah meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya sambil tetap mampu nelakukan tolakan yang kuat ke atas dengan kaki untuk meraih ketinggian saat melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan jarak lompatan. Untuk itu kondisi fisik dan teknik yang memadai perlu dimiliki oleh seorang pelompat yang baik. Balesteros (1979) mengemukakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi. Kinerja gerakan lompatan telah menunjukkan korelasi yang signifikan dengan kecepatan lari maksimal (20), kecepatan lari maksimal antara 15 dan 30 m sprint 30 m (15), dan waktu untuk sprint 30, 100, dan 300 m (11) (Almuzaini : 2008). Melompat adalah gerakan manusia yang mendasar yang memerlukan koordinasi motorik yang kompleks dari kedua segmen tubuh bagian atas dan bawah (Ashby : 2002). Dalam lompat jauh, jarak lompatan seorang atlit mungkin dinilai menurut jumlah keseluruhan dari tiga jarak: 1) Jarak horisontal antara batas depan ketika lepas landas dan center of gravity atlit pada jarak lepas landas itu. 2) Jarak horisontal yang ditempuh center of gravity sementara atlit itu melayang. 3) Jarak



horisontal antara center of gravity pada saat tumit menyentuh pasir dan jejak di pasir yang darinya jarak lompatan itu dihitung. Salah satu faktor penunjang adalah faktor anatomis yang meliputi: ukuran tinggi, panjang, besar, lebar, dan berat tubuh. jadi faktor anatomis juga berpengaruh bagi seorang atlet lompat jauh, karena pada waktu melayang, badan pelompat dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan yang disebut “daya tarik bumi” (Azizi :2014). Ketika berada di udara, satu-satunya tujuan altit adalah memperhitungkan posisi tubuh yang optimal untuk mendarat. Atlit hampir pasti mendapatkan forward angular momentum selama lari ancang-ancang dan lepas landas. Forward angular momentum ini cenderung menyebabkan kaki berada di bawah center of gravity pada saat atlit ingin kaki-kaki itu lurus ke depan. Persoalan utama yang dihadapi atlit adalah meminimalkan pengaruh yang tidak diinginkan dari forward angular meomentum ini. Jika atlit dengan sengaja mencondongkan tubuh ke depan selama saat terakhir pada waktu terbang, kaki-kaki diangkat sebagai reaksi dari gerakan ini dan pendaratan sedikit bisa ditunda. Meningkatnya lamanya waktu terbang memungkinkan atlit untuk melakukan penerbangan parabolis yang lebih jauh dibandingkan dengan yang sebaliknya. Pada sisi lain dari buku besar (ledger), pencondongan tubuh ke depan mengurangi jarak pendaratan (anggapannya atlit tidak terjengkang) dengan memindahkan center of gravity menjadi lebih dekat ke kaki dibandingkan yang akan terjadi jika posisi tubuh lebih tegak. Jika atlit mengambil posisi tubuh yang tegak, atau sedikit condong ke belakang, berbagai pengaruh ini akan berubah, waktu terbang menurun sementara jarak pendaratan meningkat.



Awalan dilakukan dengan berlari yang semakin lama semakin mendekati kecepatan maksimal, namun masih tetap terkendali untuk melakukan tolakan. Tujuannya adalah meraih kecepatan maksimal yang terkendali untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya. Henry menyebutkan bahwa jika seorang atlit mampu mengendalikan 100% kecepatan maksimal lari jarak pendeknya, lari ancang-ancang sama jauhnya dengan jarak yang dia tempuh dalam 6 s, sekitar 45-55 meter, harus dilakukan. Tetapi, jika seorang atlit bisa melakukan



hanya dengan 95% dari



kecepatan maksimalnya, penemuan Henry menunjukkan bahwa lari ancang-ancang sejauh 20 m sudah cukup.



Gambar1 awalan dalam lompat jauh Tolakan dilakukan sebagai tahap pengalihan telapak kaki tolak untuk lepas landas. Tujuannya adalah menghasilkan tolakkan sekuat-kuatnya agar dapat mengangkat titik berat badan setinggi-tingginya. Arah gaya lepas hendaknya merupakan kombinasi antara kecepatan gerak kecepatan horizontal (lari awalan) dan gerak kecepatan vertikal (tenaga tolakan). Hasil kombinasi dari kedua kecepatan tersebut akan menghasilkan kecepatan tinggal landas dan parabola titik berat badan pada saat melayang. Sasaran pokok dari teknik melayang di udara adalah: a)



Memelihara keseimbangan badan saat melayang, b) Mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin, c) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin dan, d) Menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan. Power merupakan aspek yang terbentuk dari kombinasi dari kemampuan biomotorik yang terpenting dalam berbagai macam olahraga salah satunya yaitu tolakan dalam lompat jauh. Power merupakan aplikasi kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang dikerahkan dalam waktu yang singkat. Power dapat dilatih dan dikembangkan melalui berbagai macam cara, diantaranya latihan poliometrik. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power (Setiawan :2011).



Gambar2 saat melakukan tolakan Mendarat harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menjadi penyebab pendaratan yang merugikan. Gerakan-gerakan waktu pendaratan harus dua kaki. Hal yang perlu diperhatikan saat mendarat adalah kedua kaki mendarat secara bersamaan diikuti dengan dorongan pinggul ke depan sehingga badan tidak cenderung jatuh ke belakang yang berakibat merugikan pelompat. Untuk menghindarkan pendaratan



pada pantat, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir. Titik berat badan akan melampui titik pendaratan kaki di pasir. Kaki tidak kaku dan tegang, melainkan lemas dan lentur. Maka sendi lutut harus siap menekuk pada saat yang tepat. Gerakan ini memerlukan waktu (timing) yang tepat.



Gambar3 mendarat (landing) Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya (Arifah : 2012). Faktor kondisi fisik dan factor teknik merupakan unsur-unsur dasar prestasi lompat jauh. Memiliki kondisi fisik serta menguasai teknik melompat yang baik merupakn factor dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh. Ditinjau dari teknik melompat terdiri beberapa gerakan yaitu awalan, tumpuan, lompatan serta melayang dan pendaratan (Ermawan : 2010).



Gambar4 keseluruhan lompat jauh



ANALISIS BIOMEKANIKA GERAKAN LOMPAT JAUH Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara •



Kecepatan (speed),







Kekuatan (stenght),







Kelenturan (flexibility), saat melecut setelah menolak







Daya tahan (endurance),







Ketepatan (acuration). Saat menumpu di balok tumpuan



Hal – hal yang perlu dihindari dalam melakukan lompat jauh: 1. Memperpendek atau memperpanjang langkah terakhir sebelum bertolak. 2. Bertolak dari tumit dengan kecepatan yang tidak memadai. 3. Badan miring jauh kedepan atau kebelakang. 4. Fase yang tidak seimbang. 5. Gerak kaki yang premature. 6. Tak cukup angkatan kaki pada pendaratan. 7. Satu kaki turun mendahului kaki lain pada darat.



Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan lompat jauh: 1. Pertahankan kecepatan sampai saat menolak 2. Berusahalah mencapai dorongan yang cepat dan dinamis dari balok tumpuan. 3. Rubahlah sedikit posisi lari, bertujuan mencapai posisi lebih tegak. 4. Manfaatkan gerakan lengan dengan baik 5. Capailah jangkuan gerak yang baik. 6. Gerak akhir sebaiknya diusahakan



sekuat mungkin menggunakan tenaga



semaksimal mungkin 7. Latihan gerakan pendaratan. 8. Kuasai gerak yang betul dari lengan dan kaki untuk mendapatkan lentingan saat melayang di udara Lompat Jauh adalah Gabungan gerak berputar dan gerak linier. Ketika seorang atlet lompat jauh melakukan start hingga dia mendarat pada bak pasir, merupakan gerakan linier sebab : •



Dia berpindah dari satu titik ke titik yang lain yaitu dari titik start sampai pada



titik ketika mendarat dibak pasir •



Dia bergerak lurus berubah beraturan dengan percepatan maksudnya atlet



tersebut berlari lurus kedepan dengan kecepatan berubah secara beraturan yaitu semakin lama semakin cepat. Selanjutnya dikatakan sebagai gerak beputar karena, pada saat atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dimana pusat putaran tersebut ada pada •



Articulacio humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan.







Articulation coxae merupakan sumbu putaran saat mengayunkan tungkai.







Articulation genus merupakan sumbu putaran ketika melakukan lompatan Jadi dapat disimpulkan pada cabang olahraga lompat jauh menggabungkan



antara gerak linier dan juga gerak berputar. Dalam lompat jauh juga terdapat gerak parabola yaitu ketika bertolak dari balok tumpuan hingga mendarat di bak pasir. Berdasarkan gerak horisontal ini maka untuk dapat menghasilkan jangkauan yang jauh maka harus menggunakan sudut 45˚. Lompat jauh adalah suatu peristiwa yang mengharuskan seorang atlet untuk melompat sejauh mungkin dari lari cepat ke dalam bak pasir. Jarak lompatan sangat ditentukan oleh jarak tolakan dan ini ditentukan oleh tinggi, kecepatan, dan sudut proyeksi pusat massa saat menolak. Kecepatan dan sudut proyeksi ditentukan oleh kombinasi kecepatan horizontal dan vertikal. Kecepatan horizontal dikembangkan melalui lari yang biasanya dengan jarak cukup panjang agar atlet dapat mendekati kecepatan maksimum di papan tolakan (Lees : 1994). Gaya Yang Bekerja Saat Melakukan Lompat Jauh •



Hukum kelebaman (law of inertia)



“Suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau dalam keadaan bergerak kecuali pengaruh gaya yang mempengaruhi keadaannya”. Ketika kita menolak, tubuh akan melayang dan kemudian akan jatuh kembali ke tanah, dilanjutkan sedikit gerakan ke depan setelah tubuh menyentuh tanah, kemudian berhenti. Hal ini disebabkan karena:



1.



Adanya gaya gravitasi bumi.



Setiap benda yang ada dibumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi meski seringan apapun benda



tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap



benda yang bergerak dia akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut. 2.



Adanya gaya gesek.



Gaya gesek ini terjadi antara tubuh dengan pasir, yang terjadi ketika tubuh tepat setelah mendarat. Gaya gesek yang terjadi cukup besar, sehingga gerakan tubuh ke depan setelah menyentuh tanah hampir tidak terlihat. •



Hukum percepatan (law of reaktion)



“percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya penyebabnya”. Semakin besar power kita dalam dalam melakukan awalan maka akan semakin besar pula kecepatan lari kita. Awalan yang maksimal akan menghasilkan lompatan yang maksimal. •



Hukum III: Hukum reaksi (law of reaktion)



“setiap aksi selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan”. Terjadi ketika melakukan tolakan. Tolakan sebaiknya dilakukan sekuat-kuatnya untuk mendapat hasil tolakan yang maksimal. •



Moment Gaya Kapan moment gaya harus diperbesar dan kapan moment gaya harus



diperkecil. Moment gaya harus diperbesar: Logikanya, hamper sama dengan hokum aksi reaksi. Semakin besar moment gaya, akan semakin besar pula gaya yang di hasilkan. Moment gaya harus diperkecil : Untuk mengangkat benda agar lebih ringan



maka moment gaya di perkecil. Jadi untuk mengangkat benda agar benda tersebut menjadi lebih ringan maka jarak benda tersebut atau moment gayanya juga harus diperpendek. Dalam lompat jauh, hal ini terlihat ketika melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok. Kaki diletakkan sedekat mungkin dengan badan dengan tujuan untuk memperkecil moment gaya. •



Gaya gesek



Gaya gesek adalah suatu gaya yang timbul karena persinggungan antara dua permukaan yang merupakan hambatan terhadap gerak. Gaya tersebut terjadi ketika berlari, menumpu, dan mendarat. Bahkan, saat melayang di udara pun terjadi gaya gesek antara tubuh dengan udara. Hal ini relatif kecil pengaruhnya terhadap hasil lompatan. Namun demikian, angin yang berhembus berlawanan arah lompatan, sedikit banyak mempengaruhi jauhnya hasil lompatan. Gaya gesek yang terjadi ketika berlari, menumpu, dan mendarat memberi keuntungan kepada pelompat. Beberapa pelompat menggunakan sepatu khusus (spes) yang memiliki pull untuk memperbesar gaya gesek, yaitu agar pelompat tidak jatuh ketika melakukan awalan. •



Elastisitas (flexibility)



Koefisien elastisitas adalah kemampuan untuk memperkesil diri dari bentuk semula sebagai akibat suatu gaya yang mengenainya. Dilakukan saat tepat akan melayang, merupakan gerak lecutan untuk mendapat gaya dorong ke depan. Penggunaan system pengungkit pada organ-organ tubuh ketika seseorang melakukan lompat jauh, terlihat adsanya penggunaan pengungkit jenis kesatu oleh anggota tubuh yaitu pada lutut. Ekstensi sendi lutut (articulacio genus). Terjadi pada articulacio genus yaitu antara



tulang femur dan tulang tibia dan fibula. Otot yang digunakan



insersio vastus



medialis dan insersio vastus lateralis. Penggunaan pengungkit jenis kesatu ini terjadi ketika melakukan pendaratan. Ketika itu, kaki menumpu pada landasan (bak pasir), tungkai bawah bertindak sebagai pengungkit, dimana lutut sebagai sumbu pusat, dan badan seolah-olah sebagai beban yang akan diungkit ke depan. Gerakan ini dilakukan untuk mendapatkan jarak lompatan terjauh. Dengan cara menjatuhkan badan ke depan, agar tumit adalah titik terjauh yang dapat diraih dari tumpuan, bukan pantat atau tangan yang terjadi karena tubuh jatuh ke belakang saat mendarat. • Rekor dunia putra Lompatan Powell mencapai 8,95 meter yang dibuat di Tokyo, Jepang, Agustus 1991. Dengan begitu, rekor dunia lompat jauh Mike Powell sudah bertahan hampir 18 tahun.



• Lompatan terbaik 2009 Tahun ini lompatan terbaik dunia dibuat atlet AS, Dwight Phillips, yang mencapai 8,74 meter. Lompatan tersebut dibuat Phillips saat mengikuti Kejuaraan Nasional Atletik AS di Eugene, Oregon, akhir bulan lalu. • Rekor Afrika Di Meeting de Madrid 2009, yang merupakan bagian dari Tour Dunia Atletik IAAF, Mokoena mampu melompat sejauh 8,50 meter. • Rekor PON



Maria Natalia Londan atlet dari Bali berhasil memecahkan rekor PON cabang olahraga atletik nomor lompat jauh pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di Stadion Utama Palaran Samarinda, Rabu petang. Maria Natalia Londan berhasil melompat sejauh 6,13 meter Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguasaan Teknik Dalam Lompat Jauh Dalam penguasaan teknik tolak peluru terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung tercapainya penguasaan teknik dengan baik. Beberapa komponen biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran yaitu kekuatan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, koordinasi dan daya tahan. 1. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi tiga tipe atau bentuk yaitu : ·



Kekuatan maksimum



Kekuatan maksimum adalah daya atau tenaga terbesar yang akan dihasilkan oleh otot yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan. ·



Kekuatan elastis



Kekuatan elastis yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak kadang disebut sebagai " power atau daya". Kekuatan ini sangat penting bagi even eksplosip dalam lari, lompat dan lempar.



·



Daya tahan kekuatan



Daya tahan kekuatan yaitu kemampuan otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan. 2. Daya ledak Daya ledak yaitu kemampuan otot untuk menghasilkan kekuatan semaksimal mungkin pada saat melakukan tolakan. 3. Kecepatan atau daya lecut Kecepatan atau daya lecut adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan menghentak pada saat menolak pada balok tumpu . 4. Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek jugamenghalangi kecepatan dan daya tahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan menuju kelangkah yang penjang. 5. Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kasukaran dengan tepat dan dengan efisien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan skil dengan baik tetapi juga dengan tepat dan dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.



6. Daya tahan Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi pada waktu yang sama mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki daya tahan apabila tidak mudah lelah atau dapat bergerak dalam keadaan kelelahan. Psikologi sama pentingnya bagi seorang pelatih untuk membantu individu atau atlet untuk mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk mengembangkan kecakapan fisik mereka. Factor psikologi tersebut antara lain ·



Ketangkasan mental



Ketangkasan mental sangat penting bagi pelatih dan atlet. Ketangkasan mental ini bukan hanya satu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan kembali dari terapi ketangkasan mental juga. ·



Motivasi



Motivasi adalah suatu hal yang membuat sukses yang sebenarnya bagi atlet. Pelatih membantu atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana meraihnya. ·



Kontrol emosi



Kontrol emosi adalah suatu kemampuan seorang atlet dalam mengendalikan perasaan dalam menghadapi situasi tertentu.



DAFTAR PUSTAKA



Almuzaini, K. S., & Fleck, S. J. (2008). Modification of the standing long jump test enhances ability to predict anaerobic performance. The Journal of Strength & Conditioning Research, 22(4), 1265-1272. Arifah, H. L. (2014). PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi pada Siswa Kelas V SDN Kabuh I Jombang). Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 2(3). Ashby, B. M., & Heegaard, J. H. (2002). Role of arm motion in the standing long jump. Journal of biomechanics, 35(12), 1631-1637. AZIZI, M. M. (2014). KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI, BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA (Studi di PASI-Tuban). Jurnal Kesehatan Olahraga, 2(2). Castro-Piñero, J., Ortega, F. B., Artero, E. G., Girela-Rejón, M. J., Mora, J., Sjöström, M., & Ruiz, J. R. (2010). Assessing muscular strength in youth: usefulness of standing long jump as a general index of muscular fitness. The Journal of Strength & Conditioning Research, 24(7), 1810-1817. Ermawan, Z. A. (2010). PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Doctoral dissertation, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Lees, A., Graham-Smith, P., & Fowler, N. (1994). A biomechanical analysis of the last stride, touchdown, and takeoff characteristics of the men's long jump. Journal of applied Biomechanics, 10(1), 61-78. Porter, J. M., Ostrowski, E. J., Nolan, R. P., & Wu, W. F. (2010). Standing long-jump performance is enhanced when using an external focus of attention. The Journal of Strength & Conditioning Research, 24(7), 1746-1750. Setiawan, H. (2011). Perbedaan Pengaruh Latihan Box Jump Dan Leaps Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas Viii Smp Negeri 14 Surakarta Tahun 2010/2011 (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).



Suhendra, R. P. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Kelas X MIA-2 SMA Negeri 1 Kertosono. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 2(3). Wakai, M., & Linthorne, N. P. (2005). Optimum take-off angle in the standing long jump. Human movement science, 24(1), 81-96. Yuktasir, B., & Kaya, F. (2009). Investigation into the long-term effects of static and PNF stretching exercises on range of motion and jump performance. Journal of bodywork and movement therapies, 13(1), 11-21.