6 0 54 KB
subsektor
ANALISIS KENAIKAN SURPLUS USAHA TERHADAP PENINGKATAN KEBUTUHAN SEKTOR JAGUNG DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
tanaman
pangan,subsektor
perkebunan,
subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pengembangan berbagai komoditi unggulan tersebut diharapkan mampu menciptakan kemajuan di sektor pertanian dan menunjang perekonomian Sulawesi
NAMA : AHMAD NOOR RAMADHAN F.P (P0400214002) FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM : EKONOMI SUMBERDAYA
Selatan, khususnya yang menyangkut pertumbuhan ekonomi wilayah.
II. PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
A. Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan 2009
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara agraris yang memberi
1. Struktur Permintaan dan Penawaran
konsekuensi pada perlunya perhatian pemerintah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh, oleh karena itu salah satu
Pada Tahun 2009, permintaan terhadap barang
sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor
dan jasa di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai
pertanian. Indonesia merupakan Negara pertanian yang
Rp.226,56 triliun (kode kolom 700 pada tabel I-O, sheet
artinya pertanian memegang peranan yang sangat penting
Data_Tabel_IO). Dari nilai total permintaan tersebut
dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat
35,56 persen merupakan permintaan oleh sektor-sektor
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja pada
produksi untuk kebutuhan kegiatan produksinya, 46,00
sektor pertanian. Pertanian merupakan basis perekonomian
persen merupakan permintaan oleh konsumen akhir
Indonesia. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber
domestik dan sisanya sebesar 18,44 persen merupakan
penghasil devisa Negara yang besar, juga merupakan sumber
permintaan oleh konsumen di luar wilayah Sulawesi
kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila
Selatan atau di ekspor. Untuk memenuhi keseluruhan
dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor
permintaan barang dan jasa tersebut; Provinsi Sulawesi
pertanian
kerja.
Selatan memenuhinya dari produksi domestik sebesar
Pengembangan bidang pertanian merupakan syarat mutlak
185,32 triliun rupiah atau sebesar 81,79 persen,
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini
sedangkan sisanya sebesar 18,21 persen dari impor (luar
tercermin dari kebijakan pemerintah dimana pertanian tetap
wilayah sulawesi Selatan).
ditempatkan pada prioritas utama.
2. Struktur Input
paling
banyak
menyerap
tenaga
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah basis
Struktur input terdiri dari dua komponen yaitu
pertanian dan merupakan penghasil tanaman pangan tersebar
input antara (intermediate input) dan input primer. Input
di kawasan timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi
antara merupakan komponen biaya yang dikeluarkan
nasional mengukuhkan posisi Sulawesi Selatan sebagai
untuk proses produksi; biasanya berupa barang tidak
produsen tanaman pangan yang cukup potensial. Selain
tahan lama
pertanian berbagai komoditi subsektor lainnya yang menjadi
merupakan input atau biaya yang timbul sebagai akibat
andalan yang dihasilkan oleh Sulawesi Selatan.
dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan
dan jasa. Sedangkan input
primer
Terdapat beberapa komoditi pertanian yang menjadi
ekonomi. Input primer terdiri dari upah dan gaji,
komoditi unggulan untuk Sulawesi Selatan yaitu padi,
surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tak
jagung, ubi kayu, kedelai, kakao, jambu mente, lada,
langsung neto.
cengkeh, kemiri, udang windu, rumput laut, kepiting,
Secara total atau seluruh sektor ekonomi di
ikan tuna, kerapu, teripang, kayu olahan, rotan, sapi,
Provinsi Sulawesi Selatan dalam tahun 2009 bahwa
ayam ras dan ayam buras menurut lembaga Direktorat
persentase input antara sebesar 43,48 persen dan input
Pengembangan Potensi Daerah Badan Koordinasi
primernya sebesar 56,52 persen dari total output atau
Penanaman
tersebut
produksi. Hal ini memberi indikasi bahwa di Sulawesi
dikelompokkan ke dalam 5 subsektor yang meliputi
Selatan secara umum untuk memproduksi suatu barang
Modal,
Komoditi-komoditi
dan jasa dibutuhkan biaya bahan input sebesar 43,48
persentase sebesar 56% dari seluruh jumlah nilai
persen dan biaya faktor produksi sebesar 56,52 persen.
tambah bruto sebesar 104.753.340,31 (Juta Rp.).
Struktur primer yang merupakan biaya faktor produksi, komponen yang terlihat menonjol adalah surplus usaha yaitu 31,81 persen dan yang terendah adalah komponen pajak tak langsung yang sebesar 1,66 persen dari total produksi atau output. Sedangkan komponen lainnya pada input primer
B. Hasil Proyeksi surplus usaha terhadap Target Peningkatan 20 % Sub-Sektor jagung untuk Transaksi Perdagangan Ekspor 1. Struktur Permintaan dan Penawaran Target permintaan jumlah ekspor barang ke luar
tersebut upah dan gaji sebesar 18,96 persen dan penyusutan
negeri (kode kolom 3052 pada tabel I-O) komoditi sub-
barang modal sebesar 4,10 persen.
sektor 2 ”jagung” meningkat 20 % dari Rp. 669.552 3. Struktur Output
milyar menjadi Rp. 803.462 milyar, sehingga terjadi
Berdasarkan klasifikasi (112 sektor ekonomi), terdapat
peningkatan jumlah barang dan jasa di Provinsi
sepuluh sektor/produk output terbesar, yaitu Sektor jasa
Sulawesi Selatan Rp. 226,569
pemerintahan umum mempunyai output terbesar yaitu
Rp.226,703 triliun (kode 700 pada tabel I-O, sheet
sebesar Rp. 21.479,37 milyar, atau memberi andil sebesar
Data_Tabel_IO_Sektor2).
11,59
persen
dari
seluruh
output
yang
triliun menjadi
diciptakan.
Sektor/komiditas terbesar berikutnya adalah sektor jasa perdagangan output-nya mencapai Rp. 18.201,16 milyar atau memberi kontribusi sebesar 9,82 persen.
Jumlah Permintaan Akhir (Final Demand ) Jumlah
permintaan
akhir
(kolom
309)
adalah
penjumlahan Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah,
Pembentukan
Modal
Tetap
Bruto,
Perubahan Stok, Jumlah Ekspor Barang dan Ekspor 4. Struktur Nilai Tambah Bruto
Jasa.
Komponen upah dan gaji juga cukup besar, yaitu 35,14 triliun rupiah atau sebesar 33,55 persen dari keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan di Sulawesi
Matriks vektor output (X) merupakan hasil dari matriks pengganda (mmult) antara matriks invers (I-A)-1 dengan matriks vektor permintaan akhir (F), atau X = (I-A)-1.F.
Selatan. Sedangkan komponen penyusutan dan pajak tak langsung peranannya tidak terlalu besar, masing-masing
Sehingga total output awal (X awal) bernilai Rp.
hanya mencapai 7,24 persen dan 2,94 persen.
280,442,16 triliun kemudian dengan adanya peningkatan 20 % jumlah ekspor komoditi jagung keluar negeri maka
Komposisi Nilai Tambah Bruto menurut Komponennya
bernilai Rp. 280,652,85 triliun atau terjadi kenaikan Rp.
Provinsi Sulawesi Selatan 2009 Sektor
Komponen
diharapkan dapat diperoleh total output akhir (X akhir)
2,106 miliar.
Nilai (Juta Rp.)
Distribusi (Persen) 2. Struktur Input
Struktur primer (baris 209, Nilai Tambah Bruto) 201 Upah dan Gaji
35.143.436,68
33,55
202 Surplus Usaha
58.943.392,48
56,27
203 Penyusutan
7.589.132,70
7,24
Penyusutan (203); Pajak Tak Langsung (204) dan
204 Pajak Tak Langsung
3.077.378,45
2,94
Subsidi
104.753.340,31
100,00
Nilai Tambah Bruto
yang merupakan biaya faktor produksi terdiri dari input : Upah dan Gaji (baris 201); Surplus Usaha (202);
(205).
Sedangkan
total
input
adalah
penjumlahan input antara dan input primer. Rasio Input Primer terhadap Total Input
Pada
tabel
diatas
maka
dapat
diambil
kesimpulan bahwa surplus usaha nilainya jauh lebih
Rasio input primer dibutuhkan untuk memperoleh bobot
besar dari pada komponen lainnya. Surplus usaha tahun
input primer terhadap total input pada setiap subsector-
2009
subsektornya, dari pembobotan ini akan digunakan untuk
sebesar
58.943.392,68(Juta
Rp.)
dengan
mengestimasi berapa nilai proyeksi masing-masing input Saran primer yang dibutuhkan sehingga target produksi (output, X akhir) dapat tercapai.
Dalam hal ini sangat dibutuhkan keseriusan dan fokus pemerintah dan masyarakat pada sektor pertanian
Masing-masing Input primer dibagi dengan total input, maka
jagung, untuk itu kami sarankan beberapa masukan yaitu :
untuk hasil rasio Upah dan Gaji, diperoleh 112 kolom angka
1. Perlunya Kerjasama antara Pemerintah dan
bervariasi sesuai subsektor-subsektornya yang saling terkait
pengusaha dengan para petani jagung yang mutlak
contoh upah dan gaji terhadap subsektor jagung adalah
diperlukan
0,295. Total rasio 5 input primer tersebut membentuk
prasarana dalam pemanfaatan hasil pertanian jagung dan
matriks 5x112.
hasil olahan jagung secara maksimal.
guna
meningkatkan
mutu,
sarana
dan
2. Perlunya pendataan lengkap atas hasil pertanian Proyeksi kebutuhan Input Primer
jagung yang dikelola oleh pemerintah yang nantinya
Proyeksi nilai input-input primer yang dibutuhkan sehingga
digunakan
target produksi (output, X akhir) diperoleh melalui operasi
pemanfaatan hasil pertanian jagung.
matriks pengganda yaitu antara mariks rasio input primer (5x112) dengan matriks vektor output (X akhir).
3.
untuk
menunjang
Pengembangan
jaringan
pengelolaan
dan
pemasaran
hasil
produksi jagung dan olahan jagung untuk menembus pasar nasional maupun internasional.
Dari hasil tersebut dinyatakan bahwa untuk mencapai target produksi komoditi ekspor subsektor 2 “jagung” senilai Rp. 803,462 milyar dibutuhkan faktor input surplus usaha senilai Rp.76.351 milyar atau meningkat Rp. 17.467 miliar dari Rp.58.943 milyar yang hanya memproduksi komoditi ekspor senilai Rp. 669,552 milyar. Atau akibat peningkatan produksi 20 % maka terjadi peningkatan input surplus usaha sebesar 29,5 % dan kenaikan jumlah total barang ekspor luar negeri (kode 3052) dari 24,148,428 miliar naik jadi 24,282,338 miliar (kenaikan sebesar 133.910 miliar). III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Prospek pembangunan dan pengembangan pertanian jagung di Indonesia sangat menjanjikan dimana sektor pertanian jagung menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang potensial di Sulawesi Selatan, dapat dilihat dengan nilai dan volume ekspor jagung di Sulawesi Selatan yang cenderung terus meningkat. Jika target produksi ekspor dapat bertumbuh 20 % setiap tahun maka dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja sampai dengan 29,5 %, ini sangat elastis dan dapat menjadi program pengentasan kemiskinan regional provinsi Sulawesi Selatan.
4. mengenai
Perlunya sistem
penyuluhan panen
dan
kepada pasca
masyarakat panen
guna
mendapatkan hasil yang maksimal tiap tahunnya. 5. Perlunya pengembangan industri pengolahan dan riset jagung oleh pemerintah maupun pihak swasta.