Analisis Jumlah Uang Beredar Dan Faktor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter 2)



Disusun Oleh : Rizky Aryasa Pratama (12020114120030)



ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN



FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Perkembangan sektor keuangan tidak lagi memusatkan uang hanya untuk alat transaksi dan ukuran kekayaan tetapi menjadi salah satu komoditi yang dapat diperjualbelikan. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka dan berkembang cepat, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia telah memacu sektor keuangan mengeluarkan berbagai inovasi produk keuangan baru. Perkembangan pasar uang juga semakin pesat dapat dilihat dari majunya sistem sekuritas dan terjadinya berbagai pembaharuan terhadap sistem dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sistem ekonomi moneter tidak pernah terlepas dari pengendalian jumlah uang beredar yang erat kaitannya dengan masalah penawaran uang (money suplay) dan permintaan uang (demand for money). Banyaknya jumlah uang beredar baik M1( uang dalam arti sempit), M2 dan M3 ( uang dalam arti luas) mempengaruhi berbagai fenomena ekonomi. M1 (uang dalam arti sempit) diartikan sebagai uang kartal yang ada di tangan masyarakat ditambahkan dengan uang giral contohnya cek atau bilyet giro yang ada di bank yang dimiliki oleh perseorangan, badan usaha, dan badan pemerintahan. Sedangkan M2 diartikan sebagai uang dalam peredaran atau M1 ditambah dengan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka kecil, deposito tabungan (termasuk rekening deposito pasar uang), dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Ada juga yang dikenal dengan M3 yaitu M2 ditambahkan dengan deposito berjangka besar, neraca reksadana pasar uang institusi, dan jual beli valuta asing. Banyaknya jumlah uang beredar (JUB) sangat mempengaruhi keadaan perekonomian. Jumlah uang yang beredar di luar kendali dapat menimbulkan berbagai pengaruh buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Jumlah uang beredar yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya inflasi dan mengganggu pertumbuhan ekonomi, dan apabila jumlah uang beredar rendah maka akan terjadi kelesuan ekonomi seperti kemakmuran masyarakat yang secara terus menerus akan mengalami penurunan. Jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh Bank Sentral tetapi juga oleh perilaku konsumen yang memegang uang dan pihak perbankan dimana uang disimpan. Perbankan adalah satu-satunya lembaga keuangan yang secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar melalui penetapan suku bunga atas kredit maupun investasi yang mereka tetapkan. Apabila pihak perbankan tidak menyalurkan



sebagian dari cadangan deposito mereka melalui pinjaman kepada masyarakat maka sistem perbankan tidak akan mempengaruhi jumlah uang beredar Tetapi kestabilan jumlah uang beredar yang ditempuh oleh Bank Indonesia melalui instrument kebijakan moneter BI, sering tidak mencapai sasaran dan target yang ditetapkan, hal ini bisa saja terjadi karena lembaga keuangan non bank menawarkan kredit kepada masyarakat dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga yang ditawarkan oleh bank, sehingga masyarakat memilih untuk meminjam uang ke lembaga non bank. Hal ini akan menimbulkan masalah karena apabila di satu sisi bank sental mengendalikan peredaran uang, di sisi lain uang tetap beredar sehingga sering terjadi berbagai masalah dalam keadaan moneter di Indonesia contohnya tingkat inflasi yang sulit untuk dikendalikan. Permintaan uang (demand for money) sangat erat kaitannya dengan kecepatan perputaran uang (velocitiy of money). Secara sederhana, kedua hal ini adalah dua fenomena yang saling berkaitan. Masyarakat yang memegang uang dihadapkan pada pilihan apakah mereka akan membelanjakan uangnya, menabung ataupun menginvestasikannya. Dalam hal ini jika masyarakat memilih untuk tetap memegang uang mereka tidak membelanjakan, menabung ataupun menginvestasikannya, maka perputaran uang akan lambat dan kecil dan permintaan terhadap uang akan kecil, begitu juga sebaliknya apabila semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat maka permintaan terhadap uang akan semakin tinggi dan kecepatan perputaran uang akan tinggi. Keynes (1936) mengatakan uang mempengaruhi kegiatan ekonomi riil secara langsung dan juga mempengaruhi inflasi. Bank sentral berpengaruh secara langsung dalam kegiatan ekonomi riil, apabila kegiatan ekonomi riil mengalami penurunan, maka jumlah uang beredar ditambah dan mendorong kegiatan perekonomian. Apabila kegiatan ekonomi riil dinilai terlalu cepat kebijakan moneter diketatkan sehingga terjadi kestabilan kegiatan ekonomi dan laju inflasi dapat dikendalikan. Dalam aliran ini juga dikatakan bahwa tingkat suku bunga dan pendapatan mempengaruhi permintaan uang. Menurut Keynes, tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa banyak uang yang akan dipegang oleh seseorang. Alasannya adalah bahwa tingkat bunga merupakan biaya opportunity cost dimana apabila tingkat suku bunga naik, maka keinginan memegang uang akan turun sedangkan sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun, maka keinginan memegang uang akan naik. Permintaan terhadap uang juga dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan seseorang. Jika pendapatan tinggi, maka transaksi yang dilakukan akan banyak dan tingkat pengeluaran akan tinggi. Jadi, pendapatan yang tinggi menunjukkan keinginan bertransaksi yang semakin tinggi sehingga permintaan terhadap uang tinggi.



Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015



Sum of M1 177.731,0 0 191.939,0 0 223.799,0 0 253.818,0 0 281.905,0 0 361.073,0 0 460.842,0 0 466.379,0 0 515.824,0 0 605.410,5 3 722.991,1 7 841.652,1 2 887.081,0 1 942.221,3 4 1.055.285 ,07



Amount of Circulate Money (Billion) Sum of Uang Uang Giral M2 Kartal 844.053,0 0 76.342,00 101.389,00 883.908,0 0 80.686,00 111.253,00 955.692,0 0 94.542,00 129.257,00 1.033.527 ,00 109.265,00 144.553,00 1.203.215 ,00 124.316,00 157.589,00 1.382.074 ,00 151.009,00 210.064,00 1.643.203 ,00 183.419,00 277.423,00 1.883.851 ,00 209.378,00 257.001,00 2.141.384 ,00 226.006,00 289.818,00 2.471.205 ,79 260.226,78 345.183,75 2.877.219 ,57 307.759,79 415.231,38 3.307.507 ,55 361.897,34 479.754,78 3.730.197 ,02 399.606,17 487.474,84 4.173.326 ,50 419.261,84 522.959,50 4.546.743 ,03 469.379,46 585.905,61



Quasi Money 666.322,0 0 691.969,0 0 731.893,0 0 779.709,0 0 732.364,0 0 837.068,0 0 966.454,0 0 1.136.979 ,00 1.622.055 ,00 1.856.720 ,28 2.139.840 ,30 2.455.435 ,01 2.820.310 ,68 3.209.475 ,23 3.478.058 ,91



Sumber: SEKI BI, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of Trade



Dengan adanya permasalahan ini , penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian mengenai “ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI” 1.2 Rumusan Masalah Terkait dengan beberapa hal di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.



Bagaimana perkembangan M1, M2, m-1, m-2, v-1, v-2 di Indonesia pada tahun 20142015



2.



Bagaimana hubungan antara PDB, Suku Bunga (SBI) terhadap Jumlah Uang berdar (M2)?



1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu : 1.



Untuk mengetahui perkembangan M1, M2, m-1, m-2, v-1, v-2 di Indonesia



2.



pada tahun 2014-2015 Untuk mengetahui hubungan antara PDB, Suku Bunga (SBI) terhadap Jumlah Uang Beredar (M1)?



Pengaruh Pendapatan Terhadap Jumlah Uang Beredar Bahwa kecenderungan untuk menyimpan uang dengan alasan untuk membiayai transaksi kebutuhan sehari-hari, karena dengan tersedianya uang tunai segala kebutuhan dan keperluan usaha dapat dipenuhi dengan cepat. Alasan kedua yang mendorong seseorang menyimpan sebagian dari kekayaannya dalam bentuk uang tunai adalah motif berjaga-jaga (precautionary motive). Menurut kenyataan, dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Banyak pengeluaran yang harus kita lakukan tanpa kita ketahui sebelumnya. Sakit misalnya, pada umumnya tidak dapat diramalkan, sehingga pengeluaran untuk berobat tidak dapat direncanakan. Contoh lain misalnya jika kita bepergian atau rekreasi, hampir senantiasa dengan sengaja jumlah uang yang kita bawa lebih banyak daripada jumlah pengeluaran yang kita rencanakan dalam perjalanan. Adapun alasan yang sering kita pakai adalah "untuk berjaga-jaga". Selanjutnya besar kecilnya uang yang kita bawa untuk berjaga-jaga tersebut umumnya ditentukan seberapa besar pengeluaran/transaksi yang mungkin akan kita lakukan. Hal ini berarti pula bahwa besar kecilnya jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk maksud berjaga-jaga dapat dihubungkan dengan besar kecilnya pendapatan nasional seperti halnya dengan kebutuhan masyarakat akan uang untuk keperluan transaksi. Karena itu permintaan uang untuk alasan berjaga-jaga ini oleh para pemikir ekonomi sering dijadikan



satu dengan kebutuhan uang untuk maksud transaksi. Menurut Keynes semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula keperluan untuk transaksi. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Jumlah Uang Beredar Menurut pendapat J.M. Keynes, uang tunai di samping mempunyai manfaat untuk memperlancar transaksi dan untuk berjaga-jaga dapat juga untuk maksud spekulasi. Spekulasi artinya mencari keuntungan sesaat, Motif dari pemegangan uang untuk tujuan spekulasi adalah terutama bertujuan untuk memperoleh “keuntungan” yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan betul. Untuk menjalankan spekulasi ini tentu dibutuhkan dana atau uang tunai yang biasanya lebih banyak karena para spekulan ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dari itu ketika suku bunga berpengaruh negative terhadap permintaan uang, ketika suku bunga naik para spekulan cenderung menyimpan dana mereka untuk mendapatkan keuntungan dari bunga tersebut, dan sebaliknya.



BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1



Landasan Teori



2.1.1.



Teori kuantitas uang : Irving Fisher Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau



lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of Money. Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi. Jika kita mengacu pada teori kuantitas uang tersebut, maka penyebab utama dari satusatunya yang memungkinkan inflasi muncul adalah terjadinya kelebihan uang sebagai akibat penambahan jumlah uang beredar di masyrakat. inflasi hanya semata-mata merupakan gejala moneter. Artinya, perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah uang beredar. Jika bank Sentral ingin mencapai dan memelihara tingkat inflasi yang rendah dan stabil, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan atau mengontrol jumlah uang beredar. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:



M.V = P.T Dimana: M



: Jumlah Uang Beredar (JUB)



V



: Perputaran uang dari satu orang ke orang lain dalam satu periode



P



: Harga barang



T



: Volume barang yang diperdagangkan Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan (sisi kanan



dari tanda sama dengan) sama besarnya dengan JUB dikalikan dengan kecepatan perputarannya. Meskipun persamaan di atas tidak mencerminkan permintaan uang, namun dapat diubah bentuk menjadi persamaan permintaan uang. Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Setiap perekonomian dalam setiap tahap pertumbuhannya mempunyai sistem kelembagaan yang menentukan sifat dari proses transaksi. Besar kecilnya nilai perputaran uang setiap periode tertentu (V) ditentukan oleh sifat dari proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode tertentu. 2.1.2.



Teori Keynes Teori uang Keynes adalah teori yang bersumber pada teori Cambridge, tetapi Keynes



memang mengemukakan sesuatu yang betul-betul berbeda dengan teori moneter tradisi Klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan oleh Keynes pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian terkenal dengan nama teori Liquidity Preference (Boediono, 1994:27). Menurut Keynes, ada tiga tujuan masyarakat memegang uang, yaitu: a. Tujuan transaksi Keynes tetap menerima pendapat golongan Cambridge, bahwa orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin besar tingkat pendapatan nasional smakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memnuhi tujuan transaksi. Demikian pula Keynes berpendapat bahwa permintaan akan uang untuk tujuan transaksi inipun tidak merupakan sutu proporsi yang konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. b. Tujuan berjaga-jaga Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit, dan pembayaran yang tak terduga lain. Permintaan uang seperti ini disebut dengan permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motive). Menurut Keynes permintaan akan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan factor



yang mempengaruhi permintaan akan uang utuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dan tingkat bunga.



c. Tujuan spekulasi Motif dari pemegangan uang untuk tujuan spekulasi adalah terutama bertujuan untuk memperoleh “keuntungan” yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan betul. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut:



L = M(Y) + M(i) Dimana: L



: Liquidity Preference



Y



: Pendapatan



i



: Suku Bunga



2.2.



Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan gambaran bahwa M1



dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu : M1 = f ( Y, i ) ……..……………………………….. Dimana : M1



: Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Rp)



Y



: Produk Dommestik Bruto Atas Harga Berlaku (Rp)



i



: Suku Bunga (SBI) (%) Kerangka pemikiran dalam penelitian adalah bahwa M1 sebagai variabel dependen



dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa variabel independen antara lain Produk Domestik Bruto, Suku Bunga. Kemudian variabel-variabel tersebut diukur tingkat signifikasinya dengan analisis regresi.



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian dan definisi operasional atau konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia pada tahun 2014-2015. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian yaitu Produk Domestik Bruto dan Suku Bunga di Indonesia pada tahun 2014-2015. Kemudian melakukan pendefinisian secara operasional yang bertujuan untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, sehingga pertu definisi operasional pada setiap variabelnya sebagai berikut : -



Jumlah Uang Beredar (M1) Jumlah uang yang beredar yang dirumuskan secara sempit (M1), meliputi uang kartal



dan uang giral, data bulanan dari periode 2014-2015 diunduh dari Bank Indonesia -



Pendapatan Nasional (Y) Pendapatan Nasional yang dirumuskan dengan menggunakan Produk Domestik Bruto



Atas Harga Berlaku, data kuartal dari periode 2014-2015 diunduh dari Bank Indonesia - Suku Bunga (i) Suku Bunga yang dirumuskan dengan menggunakan Suku Bunga Surat Berharga Indonesia (SBI) (9 Bulan) bulanan dari periode 2014-2015 diunduh dari Bank Indonesia 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana data sekunder merupakan data yang bukan merupakan hasil olahan sendiri, melainkan diunduh dari Bank Indonesia. Data sekunder yang digunakan merupakan data time series dari periode 2014-2015 di Indonesia. Secara garis besar data-data sekunder didapatkan melalui Bank Indonesia.



3.3.



Metode Analisis Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis regresi berganda. Persamaan umum



regresi berganda terkait dengan pengaruh variabel independen PDB dan Suku Bunga terhadap Jumlah Uang Beredar dirumuskan sebagai berikut: M1t = α + β1PDBt + β2BUNGAt + et Keterangan



:



M1



: Jumlah Uang Beredar



PDB



: PDB Harga Berlaku



BUNGA



: Suku Bunga SBI



β1, β2



: Koefisien masing-masing variabel makroekonomi



et



: error term bulan ke t



BAB IV PEMBAHASAN 4.1.



Hasil Deskriptif



Tahun 2014 Januari Februari Maret April Mei Juni July Agustus September Oktober Novemver Desember 2015 Januari Februari Maret April Mei



Uang Primer 781499.76 755166.58 771364.74 778580.23 788723.44 794793.72 892146.21 823341.04 817229.53 849940.49 855023.11 918420.87



Juni



882067.03



July



908529.42



Agustus



888006.43



854510.37 851132.46 848340.94 873708.68 875290.32



September 886496.82 Oktober Novemver



891189.07 895170.54



Desember



945915.93



m-1



v-1



(M1 : Primer)



(PDB : M1)



842677.91 834532.41 853502.4 880470.3 906726.69 945717.83 918565.8 895827.12 949168.33 940348.73 955534.99 942221.34



1.08 1.11 1.17 1.13 1.15 1.19 1.03 1.09 1.16 1.11 1.18 1.03



2.97 3.00 2.93 2.97 2.88 2.76 2.99 3.06 2.89 2.86 2.82 2.86



3652349.28 3635060.38 3652530.55 3721882.38 3780955.28 3857961.77 3887407.48 3886519.97 4010146.66 4024488.87 4076669.88 4173326.5



918079.49 927847.53 957580.46 959376.46 980915.3 1039517.9 8 1031905.8 2 1026322.9 1 1063038.7 1 1036310.6 8 1051190.74 1055439.8 2



1.07 1.09 1.13 1.10 1.12



2.97 2.94 2.85 2.99 2.92



1.18



M1



m-2



v-2



(M2 : Primer)



(PDB : M2)



4.67 4.81 4.74 4.78 4.79 4.85 4.36 4.72 4.91 4.74 4.77 4.54



0.69 0.69 0.69 0.70 0.69 0.68 0.71 0.71 0.68 0.67 0.66 0.65



4174825.91 4218122.76 4246361.19 4275711.11 4288369.26



4.89 4.96 5.01 4.89 4.90



0.65 0.65 0.64 0.67 0.67



2.76



4358801.51



4.94



0.68



1.14



2.91



4373208.1



4.81



0.69



1.16



2.92



4404085.03



4.96



0.68



1.20



2.82



4508603.17



5.09



0.67



1.16 1.17



2.84 2.80



4443078.08 4452324.65



4.99 4.97



0.66 0.66



1.12



2.79



4548800.27



4.81



0.65



Tabel 1. Perkembangan M1, m-1, v-1, M2, m-2, v-2



M2



Tahun PDB 2014 Q1 2505196.3 Q2 2617655.3 Q3 2746532.3 Q4 2696433.4 2015 Q1 2728272 Q2 2868866.9 Q3 2998622.4 Q4 2945028.5 Tabel.2. PDB 2014-2015 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324 M1



PDB



v-1



Tabel.3. Trend M1, PDB, dan Perputaran uang Seperti ditunjukkan dalam grafik, pertambahan jumlah uang beredar (M1) di Indonesia hampir mengikuti pertambahan PDB. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa selama periode 2014 – 2015, perubahan jumlah uang beredar di Indonesia menyebabkan perubahan yang proporsional terhadap PDB. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa, jika perputaran uang adalah tetap, maka kuantitas uang menentukan nilai dari output perekonomian. Dengan kata lain, perubahan output nominal yang dicerminkan dalam tingkat harga cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar.



0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 M2



PDB



v-2



Tabel.4. Trend M2, PDB, dan Perputaran Uang Seperti ditunjukkan dalam grafik, pertambahan jumlah uang beredar (M2) di Indonesia hampir mengikuti pertambahan PDB. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa selama periode 2014 – 2015, perubahan jumlah uang beredar di Indonesia menyebabkan perubahan yang proporsional terhadap PDB. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa, jika perputaran uang adalah tetap, maka kuantitas uang menentukan nilai dari output perekonomian. Dengan kata lain, perubahan output nominal yang dicerminkan dalam tingkat harga cukup banyak dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Tahun



Suku Bunga SBI 7.23 7.17 7.13 7.14 7.15 7.14 7.09 6.97



2014 Januari Februari Maret April Mei Juni July Agustus Septembe 6.88 r Oktober 6.85 Novemve 6.87 r Desembe 6.9 r Tabel.5. Suku Bunga SBI



Tahun



2015 Januari Februari Maret April Mei Juni July Agustus Septembe r Oktober Novemve r Desembe r



Suku Bunga SBI 6.93 6.67 6.65 6.65 6.65 6.65 6.65 6.75 7.1 7.1 7.1 7.1



4.2.



Hasil Analisis Regresi



SUMMARY OUTPUT Regression Statistics 0.93202006 Multiple R 4 0.86866139 R Square 9 Adjusted R 0.85615296 Square 1 Standard 26134.4428 Error 8 Observation s 24 ANOVA df Regression



2



Residual



21



Total



23



Intercept Y i



Coefficients 346295.116 5 0.41571688 8 21941.1052 4



SS 948645446 80 143431911 96 1.09208E+ 11 Standard Error 265926.96 87 0.0379547 46 29339.648 31



MS 474322723 40 683009104 .6



F 69.446032 3



t Stat



P-value



1.3022188 69 10.952961 84 0.7478312 28



0.2069439 39 3.84589E10 0.4628549 46



Significanc eF 5.53503E10



Dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut: M1 = -346295.1165 + 0.415716888 Y + 21941.10524 i Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah: 1. Uji t untuk melihat pengaruh variabel independen, yaitu pertumbuhan jumlah uang beredar, terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Hipotesis yang digunakan: Ho : β1 < 0 Ha : β1 > 0



Dari hasil perhitungan, variabel independen (PDB & Suku Bunga SBI) memengaruhi variabel



dependen (M1) dengan



t-stat



masing-masing



adalah



10.95296184



&



0.747831228 .



2. Koefisien determinasi (R2). R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variable dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Dari hasil perhitungan diperoleh R2 sebesar 0,86. Artinya, variable PDB & Suku Bunga SBI menjelaskan terjadinya perubahan M1 sebesar 86%. Sementara sisanya, yaitu 14%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.



BAB V PENUTUP Kesimpulan Secara teoretis, menurut Keynes pendapatan akan berpengaruh postif terhadap peningkatan jumlah uang beredar (M1), sedangkan suku bunga berpengaruh negative terhadap peningkatan jumlah uang beredar (M1) Hasil regresi menunjukkan bahwa secara umum selama bulanan pada periode 20142015 terdapat Hubungan yang positif antara PDB terhadap peningkatan jumlah uang beredar (M1). Kemudian dalam penelitian hubungan antara suku bunga dengan M1 tidak sesuai dengan teori, malah mendapatkan hasil pengaruh yang positif, mungkin ini disebabkan kurangnya observasi dan kesalahan pemilihan data.



Daftar Pustaka Mankiw, N.Gregory. 2006. Principles of Economics. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Alih Bahasa Chriswan Sungkono. Jakarta : Salemba Empat Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter buku II .Yogyakarta : BPFE. SEKI BI, Processed by Bank Central of Indonesia Sukirno, Sadono. 2006. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.