Analisis Kebiasaan Makan Suku Bali Aga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Kebiasaan Makan Suku Bali Aga Sosioantropologi Pangan dan Gizi Dosen Pengampu : Veronica Ima P, S.T.P, M.Gizi



Disusun Oleh : Kelompok 6 1. Audrey Angelica B.S



(201833007)



2. Erika Ayu C



(201833018)



3. Gisela Puspandaru W.A



(201833024)



4. Maria Cantika D



(201833029)



5. Maria Gracia P.N.P



(201833030)



SARJANA GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA 2019



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Nama Suku Menurut Nur’Aini (2013) Bali Aga adalah salah satu sub suku bangsa Bali yang dianggap sebagai penduduk Bali yang asli. Suku Bali Aga dapat disebut juga Suku Bali pegunungan atau Wong Bali Mula. Suku Bali Aga sering disebut juga masyarakat asli Bali yang belum terpengaruh oleh masa Hindu Majapahit. Perbedaan utama yang paling menonjol adalah tidak ada stratifikasi sosial pada masyarakatnya yang menyebabkan bentuk desa Bali Aga berbeda dengan desa Bali lainnya. Pada umumnya desa-desa Bali Aga terletak di pegunungan. Masyarakat Bali Aga menggunakan konsep hulu-teben. Konsep ini menggunakan gunung sebagai orientasi utama untuk menentukan tingkat kesucian wilayah. Konsep ini membagi desa menjadi tiga bagian yaitu hulu-tengah-teben. Di zona hulu ditempatkan tempat suci (Pura Desa), di tengah ditempatkan permukiman dan fasilitasnya, di teben ditempatkan kuburan dan Pura Dalem. II.2 Letak Demografis Suku Bali Aga Suku Bali Aga bertempat tinggal di kawasan Desa Tenganan dan Desa Trunyan. Desa Trunyan terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Trunyan terletak di dekat Danau Batur. Sedangkan Desa Tenganan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.



Gb. 1 Desa Trunyan (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Trunyan_200507.jpg)



Gb. 2 Desa Tengganan (Sumber : https://phinemo.com/bali-aga-di-desa-tengananbali/27578461_1668841189911885_502477810326044672_n/)



II.3 Jumlah Penduduk Suku Bali Aga Berdasarkan survey yang dilakukan pada tahun 2016, jumlah masyarakat Suku Bali Aga di Desa Trunyan sebanyak 2.716 jiwa dengan kepadatan penduduk 141 jiwa/km2 dan terdiri dari 1.389 laki-laki dan 1.327 perempuan. Sedangkan jumlah masyarakat Suku Bali Aga di Desa Tenganan sebanyak 4.627 jiwa dengan kepadatan penduduk 434 jiwa/km2 dan terdiri dari 2.248 laki-laki dan 2.379 perempuan. II.4 Jenis Makanan Khas Suku Bali Aga 1. Srombotan Srombotan merupakan sayuran khas Klungkung, Bali berupa lalapan sayur seperti kangkung, kacang panjang, dan kubis yang diberi bumbu yang disebut kalas. Kalas yaitu santan yang diberi kunyit tumbuk, lengkuas, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan sedikit kencur lalu dimasak hingga kental. Kalas inilah yang menjadi ciri khas srombotan. Srombotan ini harus disajikan dengan bumbu kacang dan bumbu pedas yang dicampur hingga merata. 2. Nasi Jinggo Nasi jinggo (atau nasi jenggo) merupakan makanan khas Bali berupa nasi putih yang disajikan dalam bungkusan daun pisang dengan lauk pauk dan sambal. Nasinya disajikan seukuran kepalan tangan saja dan lauk pauknya biasanya adalah sambal goreng tempe, serundeng dan ayam suwir. Konon kata jinggo (jenggo) berasal



dari bahasa Hokkien jeng go yang berarti seribu lima ratus. Sebelum krisis moneter tahun 1997, nasi jinggo ini memang dijual Rp 1.500,00 per porsi. Porsinya yang kecil mengingatkan pada nasi kucing khas angkringan Jawa Tengah. 3. Lawar Lawar adalah masakan berupa campuran sayur-sayuran yang direbus, kelapa yang dipanggang, dan daging cingcang yang dibumbui. Daging yang digunakan adalah daging babi, ayam, itik, dan penyu. Sementara sayurnya adalah buah nangka muda, pepaya muda, daun jeruk, dan kacang-kacangan. Ada bermacam-macam lawar. Bila dilihat dari warnanya, ada lawar putih dan lawar merah. Lawar merah adalah lawar yang menggunakan campuran darah dari daging yang digunakan. Ada juga lawar yang dinamai sesuai dengan jenis daging atau jenis sayuran yang digunakan, semisal lawar babi dan lawar nangka. 4. Nasi Tepeng Nasi tepeng adalah makanan tradisional khas Bali dari Gianyar, Bali. Rasanya pedas dan berempah karena dimasak dengan basa genep, yaitu campuran lengkap rempah-rempah (spices and herbs). Nasi tepeng disajikan dengan sayur-sayuran seperti kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, daun kelor, dan kelapa parut. Nasi tepeng yang disajikan dengan menggunakan daun pisang ini menjadi salah satu jenis sarapan wajib warga Gianyar. 5. Sate Lilit Sate lilit terbuat dari ikan yang dihaluskan lalu diberi tepung serta bumbubumbu khas Bali. Sate lilit dibuat dengan cara melilitkan daging ikan pada batang serai. Rasanya sangat khas, berpadu antara pedas, wangi, manis dan gurih dengan aroma dari batang serai. Bukan hanya sekedar nikmat, sate lilit pun sehat karena rendah lemak. 6. Babi Guling Semua pasti sudah pernah mendengar makanan tradisional khas Bali yang ini. Babi guling (be guling) terbuat dari anak babi yang perutnya diisi dengan bumbu dan sayuran, misalnya daun ketela pohon, lalu dipanggang sambil diputar-putar (digulinggulingkan) sampai matang. Awalnya babi guling digunakan untuk sajian upacara adat



atau keagamaan. Namun kini babi guling dapat ditemukan dengan mudah di berbagai rumah makan, warung, dan hotel-hotel di Bali. Babi guling yang paling terkenal berasal dari Kabupaten Gianyar. 7. Sate Plecing Sate plecing di Bali ada yang menggunakan daging ayam, babi, ataupun ikan laut. Keunikan sate plecing adalah jika sate pada umumnya disajikan dengan bumbu kacang, maka sate plecing disajikan dengan bumbu plecing. Plecing sendiri merupakan makanan khas Indonesia dari Lombok dan Bali. Plecing merupakan sambal tomat yang dibuat dari cabai rawit, garam, terasi, tomat, dan terkadang diberi tetesan jeruk limau. 8. Bubur Mengguh Bali Makanan tradisional Bali yang ketiga adalah bubur. Bubur mengguh banyak ditemukan di daerah bali utara atau buleleng. Bubur ini sering disajikan saat upacara adat. Terbuat dari bahan beras yang dimasak dengan santan. Kemudian ditambah dengan suwiran ayam yang dibumbui, kuah kental,urap sayur dan kacang goreng. Sekilas mirip dengan bubur ayam tanpa kuah. 9. Sate Kakul Makanan khas suku bali ini terbuat dari siput yang dibakar dan ditaruh di sebilah bambu. Mencicipi daging siput yang berlendir menjadi kuliner sate kakul ini dengan datang ke wilayah Ubud, Gianyar Bali. Untuk sate kakul masakan Bali asli sebenarnya menggunakan daging kakul. Kakul adalah sejenis keong atau siput yang hidup disawah yang terkenal dengan nama keong sawah. Biasanya keong sawah yang memiliki tekstur kenyal ini dimasak dengan bumbu rempah khas Bali lengkap dengan kerang darah yang membuat kakul semakin istimewa. Untuk masakan kakul jenisnya bisa beragam dari sate kakul maupun gulai kakul yang enak dan gurih. Di Bali sate kakul pedas ini biasanya disantap bersama jukut ares. 10. Ayam dan bebek Betutu Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Betutu digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan



upacara adat serta sebagai hidangan dan di jual. Betutu merupakan jenis makanan tradisional daerah Bali yang bahan mentahnya berupa karkas utuh itik dan ayam. Ayam betutu merupakan jenis lauk pauk yang dibuat dari daging ayam yang telah dibersihkan kemudian dibalurkan bumbu khas Bali yang dikenal dengan base genep di seluruh permukaan tubuh daging ayam dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam rongga abdomennya. Menurut tradisi Bali, ayam betutu biasanya disajikan pada saat upacara adat seperti odalan, otonan, maupun perkawinan. 11. Berengkes Berengkes merupakan makanan khas bali yang memiliki tampilan layaknya pepes. Ikan atau daging yang telah siap dibakar akan dibungkus terlebih dulu dengan daun pisang. Berengkes ditambah dengan sambal bongkot yang terdiri dari campuran irisan bunga kecombrang dan cabai serta bawang dengan rasa yang pedas namun menyegarkan. 12. Urutan Urutan merupakan makanan sosis tradisional Bali yang dibuat menggunakan selongsong usus babi yang diisi dengan daging cincang, lemak, dan beraneka bumbu khusus urutan. Keunikannya terletak pada pemakaian selongsong usus babi untuk membungkus daging-dagingan yang mengisinya. Selain memakai daging babi, urutan juga dapat diisi dengan daging ayam, bebek, maupun ikan. II.5 Pola Makan/Kebiasaan Suku Bali Aga Pengaruh masa kekuasaan Majapahit bagi masyarakat di Bali ternyata tidak hanya pada budayanya saja melainkan sampai ke pola atau kebiasaan makan. Misalnya, menjadikan daging babi sebagai konsumsi daging utama. Hal tersebut karena pada masa Majahapahit daging babi merupakan hidangan utama di istana kerajaan, sebab sebagai pengganti daging sapi yang dianggap suci dalam agama Hindu. Pada kurun abad ke 19 hingga ke 20, babi adalah hewan ternak yang menjadi kebutuhan utama rumah tangga keluarga Bali. Lalu, di Bali babi juga merupakan hewan yang dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan ritus (upacara). Misalnya pada upacara Galungan, biasanya babi digunakan sebagi hadiah, lalu ketika orang Bali merasa berhutang budi maka hadiah atau balas budi diwujudkan dengan menyembelih seekor babi miliknya, dengan melakukan prosesi penyajian daging babi yang meriah.



Selain kebiasaan menggunakan daging babi sebagai kebutuhan utama, masyarakat Bali juga mempunyai kebiasaan makan yang disebut Megibung. Megibung berasal dari kata “gibung”, dalam Bahasa Bali yang artinya berbagi satu sama lain. Megibung lekat dengan kegiatan upacara-upacara keagamaan, adat, pernikahan atau kegiataan sehari-hari. Menu yang dihidangkan untuk megibung biasa disebut gibungan, yang biasanya berupa olahan dari daging babi. Daging babi yang dihidangkan biasanya diolah menjadi sate, lawar, komoh, gegubah, atau pepesan. Proses makan dilakukan bersama menggunakan tangan. Terdapat beberapa etika dalam proses makan, yakni mencuci tangan sebelum makan, tidak menjatuhkan sisa makanan dari mulut keatas nampan, tidak bersin, tidak mengambil makanan orang sebelah dan sisasisa dibuang ke atas daun pisang yang sudah disediakan. Jika ada kelompok yang sudah selesai, harus menunggu dulu kelompok lainnya. Apabila semua sudah selesai, baru dapat mencuci tangan, lalu meninggalkan tempat makan secara bersama-sama sebagai lambang kebersamaan. II.6 Kepercayaan (Pantangan/Tabu) Dalam Kebiasaan Makan Suku Bali Aga 1. Daging sapi Ada banyak versi yang menjadi dasar mengapa orang Hindu tidak memakan daging sapi, yang pasti konsep utamanya adalah karena orang-orang Hindu menganggap sapi sebagai hewan yang mulia. Ada orang Hindu yang memilih tidak memakan daging sapi karena sesuai dengan ajaran agama Hindu yang sering disebut Ahimsa, yang artinya tidak membunuh atau menyakiti. Tentu ruang lingkup Ahimsa ini adalah tidak membunuh dan menyakiti semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk kepada Sapi dan semua hewan lainnya. Kebanyakan dari mereka yang menjalani hal ini berarti juga menjalani praktek yang lebih dari sekedar makan Sapi, yaitu Vegetarian. Ada juga yang menjelaskan bahwa agama Hindu dilarang memakan daging sapi karena sapi adalah kendaraan Dewa Siwa dan karena ia adalah kendaraan Dewa, maka semua makhluk yang bertugas sebagai kendaraan para Dewa-Dewi harus dimuliakan atau disucikan. 2. Bagi yang sedang mengandung atau hamil terdapat pantangan berupa makanan sebagaimana yang termuat dalam lontar Usadha Tatengger Beling. Pantangan berupa makanan yang tidak boleh dimakan yaitu sebagai berikut :







Sebaiknya ibu yang hamil tersebut tidak diberikan makan makanan yang berupa bekas sesajen pembersihan diri atau surudan dari orang melukat (pembersihan diri).







Menghindari mengkonsumsi bekas sesajen dari keluarga yang provan seperti misalnya sisa upacara ngaben, keluarga orang yang sedang dirundung kematian.







Tidak mengkonsumsi bekas sesajen (surudan) penebus baya (pembayar imbalan pengganti aral atau kerusakan diri seseorang)







Tidak mengkonsumsi bekas sesajen pelengkap upacara orang yang baru meningkat akil balig (menstruasi untuk pertama kali) dan bekas sesajen pelengkap upacara perkawinan (makalakalaan).







Bagi perempuan hamil tidak boleh makan daging babi guling, sampai dengan segala jenis olahannya dan juga lawar-lawarnya.Dari sudut pandang niskala (gaib), daging babi ditakuti mahkluk halus, juga ditakuti dewa-dewi, sehingga apabila orang sedang hamil makan daging babi maka malaikat yang menjaga bayi tidak berkenan menjaganya.







Tidak boleh makan daging lawar kerbau.







Tidak boleh makan makanan yang pedas-pedas.



Semua ketentuan tersebut disebut Darma Beratha. Apabila dilanggar akan berakibat buruk, karena sang bayi bisa menjadi sakit-sakitan. 3. Untuk orang yang telah Mawiten atau upacara pembersihan diri terdapat pantangan untuk mengkonsumsi daging hewan berkaki empat.



KESIMPULAN 1. Bali Aga adalah salah satu sub suku bangsa Bali yang dianggap sebagai penduduk Bali yang asli. Suku Bali Aga dapat disebut juga Suku Bali pegunungan atau Wong Bali Mula. 2. Suku Bali Aga bertempat tinggal di kawasan Desa Tenganan dan Desa Trunyan. 3. Jumlah masyarakat Suku Bali Aga di Desa Trunyan sebanyak 2.716 jiwa sedangkan jumlah masyarakat Suku Bali Aga di Desa Tenganan sebanyak 4.627 jiwa. 4. Jenis makanan khas Suku Bali Aga antara lain srombotan, nasi jinggo, lawar, nasi tepeng, sate lilit, babi guling, sate plecing, bubu mengguh Bali, sate kakul, ayam dan bebek betutu, berengkes dan urutan. 5. Pola atau kebiasaan makan masyarakat Suku Bali Aga adalah menjadikan daging babi sebagai konsumsi daging utama, dan kebiasaan makan Megibung atau berbagi satu sama lain. 6. Pantangan kebiasaan makan Suku Bali Aga adalah tidak mengkonsumsi daging sapi karena dianggap suci, bagi yang mengandung dilarang melanggar ketentuan Darma Beratha, dan orang yang telah mengikuti upacara pembersihan diri pantang untuk mengkonsumsi daging hewan berkaki empat.



DAFTAR PUSTAKA 1. Safira M. 2017. Tradisi Orang Bali Megibung. Jakarta: Jpress 2. Sutarya, I.G., I Wayan Sukma Winarya Prabawa dan I Wayan Winaja. 2018. Jurnal Kajian Bali. Journal of Bali Studies, 8(1), 95-95. Diakses dari https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ed4413f93377b9be581e29bed f755fdf.pdf 3. Supartika, Putu. 2018. Lontar Usadha Sebut Ada Pantangan Bagi Perempuan Hamil Untuk Makan Daging Babi Guling. Diakses dari https://bali.tribunnews.com/2018/11/27/lontar-usadha-sebut-adapantangan-bagi-perempuan-hamil-dilarang-makan-daging-babi-guling?page=all 4. Suyatra, I Putu. 2018. Usai Mawinten Pantang Makan Daging Suku Empat. Diakses dari : https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/01/06/38363/usaimawinten-pantang-makan-daging-suku-empat