Analisis Kebutuhan Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS KEBUTUHAN KURIKULUM Maksud dan tujuan Setelah selesai membaca bab ini, pemabaca diharapkan dapat mengetahui, memahami, serta menguasai hal berikut. 1.



2.



3.



4.



Analisis kebutuhan kurikulum bahasa mencakupi : a. Analisis situasi, dan b. Analisis kebutuhan komunikatif. Proses kuruikulum Model Taba meliputi : a. Diagnosis kebutuhan, b. Formulasi kebutuhan, c. Seleksi isi, d. Organisasi isi, e. Seleksi pengalaman belajar, f. Organisasi pengalaman belajar, dan g. Evaluasi/penilaian. Ada berbagai ragam silabus bahasa, antara lain : a. Silabus struktural, b. Silabus fungsional, c. Silabus nasional, d. Silabus topical, e. Silabus stiusional, f. Silabus keterampilan, dan g. Silabus tugas/kegiatan. Metodologi kurikulum bahasa mencakupi aspek-aspek : Pendekatan/falsafah, Peranan pengajar, Peranan pembelajar, Kegiatan, tugas, pengalaman belajar dan Bahan pengajaran. Tujuan kurikulum bahasa dapat berfokus pada : a. Tujuan behavioral b. Tujuan keterampilan berbahasa, c. Tujuan berdasarkan isi. a. b. c. d.



5.



A. PENGANTAR



Semua insan di dunia ini mempunyai “kebutuhan” hidup. Walaupun “kebutuhan” merupakan kata yang telah umum kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun khusus dalam konteks pembelajaran dan pengajaran bahasa, terlebih pula B2, sukar menemukan batasan “kebutuhan” yang mudah dipahami dan diapakai. Oleh karena itu, tidak usah heran kalau ada pakar yang berkomentar bahwa “konsep kebutuhan bahasa tidak pernah dibatasi secara jelas dan tetap saja bermakna “taksa” atau bermakna ganda” (rachterich, 1983: 2). Maka dari itu ada baiknya kita meninjam beberapa wawasan atau pengertian dari bidang pendidikan orang dewasa yang secara konvensional telah membatasi “kebutuhan” atau “needs”



sebagai sesuatu yang merupakan “kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seyogianya ada”. Hal terpenting ialah kita harus menetapkan dan menentukan “apa yang seyogianya ada” itu. Dengan kata lain, pernyataan-pernyataan kebutuhan terbuka bagi interpretasi kontekstual dan berisi/memuat pertimbangan nilai. Semua itu tidaklah dengan sendirinya harus mengandung B.