6 0 2 MB
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN ACARA VI ANALISIS KUANTITATIF
DISUSUN OLEH: NAMA NIM KELAS
: : :A
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2021 A. Tujuan
Mahasiswa dapat menganalisis wilayah rawan longsor. B. Alat dan Bahan Alat 1. PC 2. Software ArcGIS Bahan 1. Data Vektor C. Dasar Teori Bencana alam adalah peristiwa alam yang menyebabkan kerusakan, kerugian, dan penderitaan. Bencana alam memberikan dampak yang cukup besar bagi lokasi terdampak, seperti adanya korban jiwa, kerugian, kerusakan lingkungan, bahkan berdampak pada kondisi psikologi masyarakat (Sholikhan dkk., 2019). Menurut UndangUndang No. 24 Tahun 20017 tentang penanggulangan bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangakaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana alam yang sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografisnya dimana kepulauan nusantara ini terletak di dalam zona tektonik dan dikelilingi oleh banyak gunung api aktif. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar terhadap bencana alam karena letaknya yang berada pada pertemuan empat lempeng tektonik dan juga terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Pasific Ring of Fire) (Saputri dkk, 2019). Kabupaten Klaten menjadi salah satu daerah rawan bencana yang sangat mengkhawatirkan, baik bencana alam maupun non alam. Bencana alam di Klaten ini akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi kehidupan masyarakat. Kurangnya pengetahuan dan penyajian media penyalur dalam pengurangan resiko bencana bisa saja menjadi hal yang menyebabkan dampak bencana alam semakin besar. Penyajian media infomasi geografis perlu dirancang untuk menyajikan materi dan gambar mengenai kebencanaan dan pemetaan daerah bencana di Kabupaten Klaten. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang berfungsi untuk menangkan, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, dan
menampilkan data spasial dalam bentuk peta digital. Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang memberikan informasi dengan referensi keruangan dalam sebuah database (Wahyudi dan Astuti, 2019). D. Langkah Kerja 1. Alat dan bahan disiapkan. 2. Dilakukan pendekatan untuk metode kuantitatif berjenjang tidak tertimbang terlebih dahulu. 3. Proyeksi peta diatur (Klaten = UTM 49S) dan data yang dipakai dimasukkan.
4. Attribute Table pada semua data dibuka dan dilakukan skoring pada setiap data dengan penambahan add field, kecuali pada data batas administratif.
5. Dilakukan intersect pada semua data. Attribute table pada layer intersect dibuka dan klik add field untuk field “skor total”. Skoring total dilakukan pada field calcutaror
dengan penjumlahan skor pada tiap data. Setelah itu, pada field skor total diklik kanan dan pilih short assending agar skor urut dari kecil ke besar.
6. Add field untuk field “Kerawanan”. Sebelumnya dibuat interval di excel dan dicari batas kategori rendah, sedang, dan tinggi. Kemudian dilakukan query sesuai batas kategori. Klik kanan pada “kerawanan” dan pilih field calculator untuk mengisi tingkat kerawanan.
7. Dilakukan input data intersect pada menu dissolve dan dicentang pada pilihan kerawanan dan pilih OK. Kemudian dikategorikan dengan warna pada menu properties. Pendekatan kuantitatif berjenjang tidak tertimbang sudah selesai.
8. Selanjutnya dilakukan pendekaatan yang kedua, yaitu metode kuantitatif berjenjang tertimbang masih dengan penggunaan data yang sama. 9. Dibuka menu attribute table pada data intersect. Kemudian add field untuk field “Skor Total 2”. Dilakukan skoring pada menu field calculator dengan penjumlahan skor pada tiap data dengan skor tiap data dikali dulu dengan skor pembobotannya. Klik OK.
10. Dibuat nilai interval lagi pada excel dan ditentukan batas kategori rendah, sedang, dan tingginya. Kemudian dibuat field “Kerawanan2” dan dilakukan query sesuai batas kategori. Klik kanan pada “kerawanan” dan pilih field calculator untuk mengisi tingkat kerawanan.
11. Dilakukan input data intersect pada menu dissolve dan dicentang pada pilihan kerawanan2 dan pilih OK. Kemudian dikategorikan dengan warna pada menu properties. Pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang sudah selesai.
12. Dilakukan intersect pada peta batas administratif dengan masing-masing kerawanan. Kemudian pada masing-masing hasilnya dibuka menu attribute table, pilih select all, dan copy semua datanya di excel. Namun, pada data kerawanan2 ditambahkan field
“Luas” terlebih dahulu, kemudian klik kanan pada menu calculator geometry. Setelah itu, klik OK pada dialog box dan dilanjutkan pada tahap select all dan dicopy di excel.
13. Dibuat layout pada peta kuantitatif berjenjang tidak tertimbang dan peta kuantitatif berjenjang tertimbang.
E. Diagram Alur Pendahuluan Persiapan
Analisis Kuantitatif Kuantitatif Berjenjang
Kuantitatif Berjenjang
Tidak Tertimbang
Tertimbang
Proyeksi Peta
Penggunaan Lahan Kemiringan Lereng Curah Hujan
Skoring
Jenis Batuan Jenis Tanah Skoring Intersect
Skor Total Skor Total 2 Rendah Sedang
Interval
Interval
Tinggi Field “Kerawanan”
Status Kerawanan
Field “Kerawanan2”
Dissolve
Input intersect
Dissolve
Kerawanan
Kerawanan 2 Categories
Berjenjang Tidak Tertimbang
Layout Selesai
Berjenjang Tertimbang
F. Hasil Penelitian 1. Layout Peta Kerawanan Longsor a. Berjenjang tidak tertimbang
b. Berjenjang tertimbang
2. Tabel Kerawanan Kerawanan 1 FID 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Shape Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM
FID admin
ND
NK
Dukuh
FID Inters
Kerawanan 2
Luas 1
0
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sayangan
1
Rawan
21626,1
0
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sayangan
2
Sangat Rawan
9637,84
1
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Kemuker
1
Rawan
21626,1
1
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Kemuker
3
Tidak Rawan
7681,58
2
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Bantengan
1
Rawan
21626,1
2
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Bantengan
2
2
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Bantengan
3
3
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Melikan
1
3
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Melikan
2
3
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Melikan
3
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
1
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
2
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
3
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
1
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
2
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
3
6
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Curen
1
Rawan
21626,1
6
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Curen
2
Sangat Rawan
9637,84
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
1
Rawan
21626,1
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
2
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
3
8
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
1
NKB
Luas
Bayat
Sangat Rawan Tidak Rawan Rawan Sangat Rawan Tidak Rawan Rawan Sangat Rawan Tidak Rawan Rawan Sangat Rawan Tidak Rawan
Sangat Rawan Tidak Rawan Rawan
9637,84 7681,58 21626,1 9637,84 7681,58 21626,1 9637,84 7681,58 21626,1 9637,84 7681,58
9637,84 7681,58 21626,1
22 23 24
Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM
2
Sangat Rawan
9637,84
Klaten 186,23 Pagerjurang
1
Rawan
21626,1
Klaten 186,23 Pagerjurang
2
Sangat Rawan
9637,84
8
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
9
Melikan
Wedi
9
Melikan
Wedi
Bayat
Kerawanan 2 FID 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Shape Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM
FID admin
ND
NK
0
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sayangan
0
0
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sayangan
1
0
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sayangan
2
1
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Kemuker
0
Rawan
555896
1
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Kemuker
2
Tidak Rawan
36336,9
2
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Bantengan
0
Rawan
170268
2
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Bantengan
2
Tidak Rawan
21667,5
3
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Melikan
0
Rawan
338585
3
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Melikan
2
Tidak Rawan
12823,2
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
0
Rawan
115375
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
1
4
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bogor
2
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
0
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
1
5
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Sumber
2
6
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Curen
0
Rawan
20091
6
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Curen
1
Sangat Rawan
30826,7
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
0
Rawan
31116,2
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
1
Sangat Rawan
24138,8
NKB
Luas
Dukuh
FID Kerawanan Kerawa 2 Rawan Sangat Rawan Tidak Rawan
Sangat Rawan Tidak Rawan Rawan Sangat Rawan Tidak Rawan
Luas 1 97247,5 22858,6 3769,03
14298,5 15081,7 87094 23761,1 33057,3
19 20 21 22 23
Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM Polygon ZM
7
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Sekaralam
2
Tidak Rawan
141,4
8
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bayat
0
Rawan
86846,7
8
Melikan
Wedi
Klaten 186,23
Bayat
1
Sangat Rawan
78234,9
9
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Pagerjurang
0
Rawan
29516,9
9
Melikan
Wedi
Klaten 186,23 Pagerjurang
1
Sangat Rawan
13243,8
G. Pembahasan Praktikum ini dilakukan untuk melakukan analisis kuantitatif pada tingkat kerawanan longsor di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pembuatan peta ini menggunakan data spasial dengan 2 metode pendekatan, yakni metode pendekatan berjenjang tidak tertimbang dan metode pendekatan berjenjang tertimbang. Untuk melakukan analisa kuantitatif pada kedua pendekatan tersebut, dilakukan skoring dan pembobotan variabel pada masing-masing data. Pemberian skor dan bobot pada data, selanjutnya akan dihitung nilai skor total dan nilai intervalnya. Dari hasil perhitungan nilai skor dan interval tersebut akan didapatkan tingkat kerawanannya yang nantinya akan disajikan menjadi tiga kelas, yakni rawan, sangat rawan, dan tidak rawan. Analisis kuantitatif dengan metode berjenjang tidak tertimbang adalah suatu metode analisis dimana setiap komponen memiliki pengaruh yang sama terhadap objek yang dianalisis. Analisis dengan metode ini tidak dipengaruhi oleh bobot dari masingmasing variabel. Pada pendekatan metode ini telah didapatkan sebanyak 10 wilayah dengan status kerawanan “rawan”, 9 wilayah dengan status kerawanan “sangat rawan”, dan 6 wilayah dengan status kerawanan “tidak rawan” dari seluruh total wilayah. Sedangkan, analisis kuantitatif dengan metode berjenjang tertimbang adalah suatu metode analisis yang dipengaruhi oleh skor dengan nilai pembobotan yang berbeda pada tiap parameter. Pada praktikum ini, pemberian bobot memperhatikan pengaruh dari tiap parameter kerawanan longsor. Sehingga parameter yang dianggap paling penting akan mendapatkan skor yang paling besar. Pada pendekatan metode ini telah didapatkan sebanyak 10 wilayah dengan status kerawanan “rawan”, 7 wilayah dengan status kerawanan “sangat rawan”, dan 7 wilayah dengan status kerawanan “tidak rawan” dari seluruh total wilayah.
Pembuatan peta kerawanan longsor di Desa Melikan ini digunakan sebagai kajian mengenai kawasan rawan longsor dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Peta ini menjadi salah satu kajian dari mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor. Sehingga dapat digunakan untuk membuat dan menentukan perencanaan terhadap suatu wilayah yang berpotensi terkena dampak longsor. Hal ini dilakukan karena lokasi ini menjadi salah satu daerah yang rawan terjadi bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan karena daerah klaten rentan terhadap gerakan massa tanah dan batuan yang menjadi penyebab utama terjadinya longsor. Tanah longsor adalah gerakan massa tanah yang menyebabkan perpindahan material pembentukan lereng yang berupa tanah, batuan, bahan rombakan, ataupun campuran material-material tersebut yang bergerak menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini terletak pada kondisi geografis yang berada di bawah lereng Merapi. Lokasi ini memiliki tingkat kemiringan lereng dengan angka yang cukup tinggi. Semakin curam angka kemiringan lereng, maka semakin besar pula potensi terjadinya tanah longsor. Adapun faktor umum yang mempengaruhi terjadinya bencana tanah longsor adalah curah hujan yang mana air hujan akan masuk dan meresap kedalam tanah, ketika tanah dengan struktur yang tidak cukup kuat dan merekah maka akan terjadi proses akumulasi di komponen dasar lereng dan menyebabkan gerakan lateral. Selain itu, bentuk lereng yang terjal, tipe tanah lempung atau tanah liat, jenis batuan yang kurang kuat, dan lahan bekas longsoran lama juga akan menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor. H. Kesimpulan Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer dengan referensi keruangan yang berfungsi untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, dan menampilkan data spasial dalam bentuk peta digital. Praktikum dilakukan di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah untuk melakukan analisis kuantitatif pada tingkat kerawanan longsor. Pembuatan peta ini menggunakan data spasial dengan 2 metode pendekatan, yakni metode pendekatan berjenjang tidak tertimbang dan metode pendekatan berjenjang tertimbang. Pembuatan peta kerawanan longsor di Desa Melikan ini digunakan sebagai kajian mengenai kawasan rawan longsor dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Peta ini menjadi salah satu kajian dari mitigasi dan kesiapsiagaan
menghadapi bencana tanah longsor. Sehingga dapat digunakan untuk membuat dan menentukan perencanaan terhadap suatu wilayah yang berpotensi terkena dampak longsor. Lokasi ini terletak pada kondisi geografis yang berada di bawah lereng Merapi dengan tingkat kemiringan lereng cukup tinggi. Semakin curam angka kemiringan lereng, maka semakin besar pula potensi terjadinya tanah longsor. I. Daftar Pustaka Saputri I.E., L. Imaniar., dan K. Putri. 2019. Perancangan Infografis Paradigma Bencana Alam di Indonesia sebagai Peningkatan Kesiapsiagaan. Jurnal Desain. 7(1): 49-59. Sholikhan M., S.Y.J. Prasetyo., dan K.D. Hartomo. 2019. Pemanfaatan WebGIS untuk Pemetaan Wilayah Rawan Longsor Kabupaten Boyolali dengan Metode Skoring dan Pembobotan. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi. 5(1): 131-143. Wahyudi R. dan T. Astuti. 2019. Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Bencana Alam Kabupaten Alam Kabupaten Banyumas Berbasis WEB. Jurnal Teknologi dan Informasi. 9(1): 55-65.
LAMPIRAN
Gambar 1. Layout Peta Berjenjang Tidak Tertimbang
Gambar 2. Layout Peta Berjenjang Tertimbang