Analisis Penggunaan Alat Berat Excavator [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Penggunaan Alat Berat Excavator pada Penambangan Pasir Oleh PT Surya Karya Setiabudi Yudan Effendy, Eko Wismo Winarto Program Studi Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat, Fakultas Sekolah Vokasi UGM Abstrak Pemilihan alat berat memberikan pegaruh yang besar terhadap efisiensi dan profitablitias pada pertambangan. Di dapatkan hasil bahwa produktivitas pada E 5 sebesar 20,33 m 3/jam, sedangkan pada E 11 sebesar 22,41 m3/jam. Nilai availability pada unit E 5 memiliki nilai MA sebesar 84,59%, sedangkan untuk nilai PA memiliki nilai sebesar 85,35% dan UA sebesar 92,03%, sedangkan pada unit E 11 memiliki nilai MA sebesar 93,10%, sedangkan nilai PA sebesar 93,75% dan UA sebesar 90,03%. Beaya yang harus dikeluarkan oleh PT SKS untuk penggunaan excavator komatsu PC 200-8 adalah Rp. 345.000,00 / jam. Dengan melihat owning and operation cost pada excavator Komatsu PC 200-8, PT SKS harus menjual pasir dengan rentan harga minimal Rp.15.000,00 / m3. Untuk faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas excavator penambangan pasir di PT SKS adalah faktor pengembangan, faktor bucket, efisiensi kerja, skill operator, faktor cuacah dan availability alat tersebut. Kata kunci : produktivitas, backhoe, efisiensi, efektivitas, profitabilitas. 1. PENDAHULUAN



Metode penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lalu atau saat ini, tentang proses, pendapat, karakteristik, perilaku dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi yang tidak mendalam, dan hasil penelitian cenderung untuk digeneralisasikan (Sugiyono, 2013).



Produktivitas alat berat adalah kemampuan atau hasil maksimal yang dapat dicapai oleh suatu alat berproduksi dalam satuan jam atau hari. Backhoe akan dikatakan produktif apabila, Backhoe digunakan terus menerus dalam melakukan penambangan sesuai dengan fungsi dan tujuannya tanpa mengalami idle. Banyaknya penggunaan alat berat di PT SKS tentunya akan memperbesar biaya penambangan. Owning and operation cost bertujuan untuk membandingkan antara biaya estimasi yang telah diperhitungan dan produktivitas alat agar didapatkan nilai profitabilitas. Profitabilitas yang tinggi akan memberikan nilai yang baik bagi perusahaan sehingga keuntungan maksimal dapat didapatkan.



Penelitian ini bersifat studi kasus, yaitu menganalisis produktivitas alat berat excavator Komatsu PC 200-8 untuk melihat faktor terbesar yang menghambat produkivitas dan owning and operation cost pada Komatsu PC 200-8 untuk menghitung beaya penggunaan alat berat pada sektor penambangan.



Permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah kapasitas produksi pada Backhoe komatsu E 5 dan E 11, faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas backhoe komatsu E 5 dan E 11, nilai owning and operation cost komatsu E 5 dan E 11 serta biaya yang diperlukan untuk penggunaan alat tersebut. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas aktual pada Backhoe Komatsu E 5 dan E 11, Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada Backhoe Komatsu E 5 dan E 1, Mengetahui Owning and Operation Cost pada Backhoe Komatsu PC 200 – 8, dan Memberikan masukan kepada PT SKS tentang perhitungan penggunaan alat berat excavator komatsu PC 200-8.



2.2 Tahap Persiapan Meliputi kegiatan penentuan tema dan materi studi, alasan pemilihan studi, perumusan masalah, tujuan dari studi kasus ini, pembatasan masalah, penyelesaian masalah, manfaat dari studi kasus ini, serta tinjuan pustaka yang berkaitan dengan tema studi kasus. Setelah semua data yang akan di cari telah siap, dilakukannya pencarian data ke instansi yaitu PT SKS. 2.3 Tahap Observasi Lokasi observasi dilakukan pada penambangan pasir di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dengan perusahaan yang melakukan penambangan adalah PT Surya Karya Setiabudi. Observasi di laksanakan pada tanggal 2 April 2017 dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB. Observasi di lakukan oleh



2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian



1



penulis sendiri dan di pandu oleh pengawas dari PT SKS. Penulis beserta pengawas dari PT SKS juga menentukan unit yang akan diteliti yaitu excavator Komatsu PC 200-8 dengan kode unit E 5 dan E 11. Setelah itu merencanakan waktu pengambilan data.



2.5 Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan menghitung waktu edar excavator dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendapatkan presentasi efisiensi kerja alat yang optimal. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011).



2.4 Pengambilan Data Metode pengambilan data dari tanggal 30 Maret 2017 sampai 11 April 2017 dapat diperoleh secara langsung di PT Surya Karya Setiabudi, data yang didapatkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk data primer yang dibutuhkan adalah :



2.6 Hasil yang Diharapkan



a. Data mengenai waktu edar alat berat PC 200 -8 dengan kode E 5 dan E 11, b. hambatan – hambatan kerja yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran di lapangan



Dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel dengan analisis matematis serta statistik, untuk mengoptimalkan produksi pasir di PT Surya Karya Setiabudi, maka perhitungan semakin baik serta akurat untuk memenuhi target produksi dan perencanaan perawatan alat, serta harga pokok produksi yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan perusahaan dan kondisi dilapangan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat grafik berikut ini.



Untuk data sekunder adalah : a. Peta lokasi penambangan PT Surya Karya Setiabudi b. Daftar harga spare part c. Spesifikasi alat yang digunakan d. Foto kegiatan penambangan e. Data maintenance alat f. Data – data terkait dengan penambangan



Gambar 1. Flow Chart metode penelitian dan analisis data 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan



PT SKS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam penambangan pasir dengan lokasi penambangan berada di desa Kaliurang, kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Untuk Head office dari PT SKS berada di Ngosit, Tempel, Sleman. Kontur tanah lokasi penambangan adalah pasir yang berada di aliran sungai krasak dengan luas



Tinggi rendahnya produktivitas alat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka dari itu diperlukannya pengamatan terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi pada produktivitas alat mekanis. 3.1 Kondisi Lapangan 2



penambangan adalah 17 hektar dan kedalaman penambangan adalah 20 m.



3.3 Faktor Pengembangan Dengan menggunakan densitas material lepas (loose) dan densitas material asli (bank), dapat ditentukan besarnya faktor pengembangan material. Berdasarkan data dari PT. SKS mempunyai standar nilai densitas material pasir dalam keadaan terbongkar (loose) adalah 1700 Kg/m3 dan densitas untuk material dalam keadaan asli (bank) adalah 2065 Kg/m3. Sehingga faktor pengembangan (SF) material yang ada adalah sebesar 0.82. 3.4 Bucket Fill Factor Bucket Fill Factor atau Faktor pengisian bucket adalah perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bucket terhadap volume mangkuk secara teoritis (Prodjosumarto, 1995). Bucket Fill Factor atau faktor pengisian mangkuk merupakan suatu faktor yang menunjukan besarnya volume material yang dapat ditampung oleh bucket terhadap mangkuk secara teoritis. Berdasarkan pada tabel 2.4 backhoe melakukan penggalian pasir yang bercampur batu kecil mulai dari tingkat kecil dan besar estimasinya adalah 0,6.



Gambar 2. Peta Lokasi Penmabangan PT SKS 3.2 Pola Pemuatan Pada pola pemuatan dapat memberikan dampak yang besar dalam produktivitas backhoe. Pola pemuatan yang buruk dapat mengakibatkan waktu edar dari backhoe akan menjadi lama. Untuk pola pemuatan yang digunakan pada E 5 dan E 11 berdasarkan level penggalian antara alat muat dan alat angkut menggunakan pola muatan top loading di mana backhoe melakukan pemuatan dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau truk berada di bawah backhoe. untuk pola pemuatan berdasarkan jumlah dari pemuatan truck, maka menggunakan single back up di mana truck pertama memposisikan diri untuk di muati material pasir, sedangkan truck yang kedua menunggu truck yang pertama, ketika truck pertama sudah penuh maka, truck kedua memposisikan diri untuk memuat material dan begitu seterusnya.



3.5 Waktu Kerja Efektif dan Efisien Pada hari jumat, istirahat siang di mulai dari pukul 11.00 – 13.00 sehingga jam kerja berkurang menjadi 19,5 jam. Rata – rata jam kerja efektif kerja menjadi =



( 21× 6 ) jam/mimggu +19.5 jam/minggu 7 hari /minggu



= 20,78 jam = 1247 menit Dalam kegiatan penambangan pasir yang dilakukan di PT SKS, efisiensi alat gali yang dimuat dari hasil penelitian ini adalah efisiensi kerja rata – rata, bahwa untuk efisiensi dari E 5 memiliki efisiensi 78,27% dan E 11 memiliki efisiensi sebesar 84,40 %. Secara keseluruhan perbedaan efisiensi E 5 dan E 11 tidak terlalu siknifikan, dengan rata – rata mencapai 81,34 %. Untuk efisiensi di angka 81, 34% sangatlah baik sekali, dengan kata lain unit E 5 dan E 11 memanfaatkan waktu yang ada untuk produksi. Namun, E 5 memiliki efisiensi yang kecil dari E 11 diakibatkan pada tanggal 10 April 2017 terdapat tindakan preventive maintenance yaitu melakukan penggantian oli hidrolik pada unit tersebut. Efisiensi yang besar memberikan faktor penting pada produktivitas backhoe, semakin besar efisiensi maka kualitas alat semakin besar. Mengingat penggunaan backhoe di PT SKS adalah 24 jam.



Gambar 3. Pola Pemuatan Top Loading



3



3.5 Waktu Edar Alat Muat



Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dilakukan, dapat ditarik rata – rata alat muat dalam sekali pemuatan dapat dilihat pada tabel 1.



Kondisi dari alat muat tergantung dari besar kecilnya waktu edar yang dimiliki oleh alat tersebut. Tanggal



Jenis Alat



3-Apr-17 4-Apr-17 5-Apr-17 6-Apr-17 8-Apr-17 10-Apr-17



E 11 E 11 E 11 E5 E5 E5



CM (detik) Digging Swing Swing Dumping Time Load Unload 11 6 10 5 12 6 11 6 9 6 8 5 11 6 12 5 11 6 11 5 9 6 10 5 Tabel 1. Waktu Edar Rata - Rata Alat Muat



Tabel di atas merupakan hasil pengamatan, di mana setiap unit dilakukan pengamatan tiga kali untuk membandingkan antara operator satu dengan operator yang lain. Didapat hasil di mana untuk waktu edar E 11 pada tanggal 3 April 2017 memiliki rata-rata waktu edar sebanyak 32 detik, sedangkan pada tanggal 4 April 2017 memiliki waktu edar sebanyak 35 detik, dan pada tanggal 5 April memiliki waktu edar sebanyak 28 detik. Sedangkan pada E 5 pada tanggal 6 April 2017 memiliki waktu edar sebanyak 34 detik, pada tanggal 8 April 2017 memiliki waktu edar sebanyak 33 detik dan pada tanggal 10 April 2017 memiliki waktu edar sebanyak 30 detik.



Total 32 35 28 34 33 30



Rata-rata   31.64     32.35  



untuk operator di PT SKS diasumsikan baik dengan nilai efisiensi 0,90. 3.7 Faktor Cuacah Saat dilakukannya penelitian, cuaca di sekitar lokasi penambangan cukup bagus. Tidak terjadi hujan ketika pengamatan berlangsung. Pada faktor cuaca ini di asumsikan baik dengan nilai 0,85. 3.8 Availability Availability atau faktor ketersediaan backhoe memberikan nilai kepada alat – alat yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sebagai mana memperhatikan waktu yang hilang ketika seharusnya alat digunakan. Faktor ketersediaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas backhoe yang digunakan untuk proses penambangan pasir. Terdapat beberapa tolak ukur untuk mengetahui ketersediaan backhoe di PT. SKS.



Semakin besar angka waktu edar maka produktivitas semakin kecil, pada backhoe E 11 memiliki nilai waktu edar sebanyak 31,64 detik, sedangkan pada backhoe E 5 memiliki waktu edar sebanyak 32.34 detik. Terdapat selisih angka sebesar 0.7 detik dan nilai yang paling kecil dimiliki oleh E 11, maka dari itu waktu edar yang paling baik adalah pada backhoe E 11, dengan waktu edar operator yang terbaik adalah E 11 pada tanggal 5 April 2017 memiliki waktu edar yang kecil yaitu 28 detik.



3.8.1 Mechanical availability Mechanical availability dilakukan perhitungan untuk kondisi mekanis alat dengan menggunakan persamaan



3.6 Skill Operator



MA=



Skill operator merupakan penilaian keterampilan operator ketika menggunakan alat mekanis. Efisiensi operator tergantung dari keahlian atau ketrampilan operator dalam mengoperasikan peralatan pada saat melaksanakan pekerjaan. PT SKS menerapkan standarisasi requirement untuk operator minimal lulusan STM/SLTA sederajat dengan pengalaman kerja minimal 3000 jam, setelah itu terdapat masa uji coba selama tiga bulan untuk melihat keahlian dari operator tersebut. Sehingga



W ×100 % W +R



Untuk nilai kondisi mekanis dari E 5 adalah 84.59%, sedangkan pada E 11 93,10%. Artinya pada penelitian ini untuk unit E 5 dan E 11 tidak mencapai 100%. E 5 memiliki kekurangan sebesar 15,41% di mana waktu kerja yang disediakan oleh perusahaan sebesar 8 jam, yang dimanfaatkan untuk melakukan produksi sebesar 6,74 jam, untuk maintenance sebesar 1,17 jam. Sedangkan untuk E 11 dari waktu 4



yang disediakan oleh perusahaan adalah 8 jam, yang dapat dimanfaatkan untuk berproduksi sebesar 6.75 jam, untuk maintenance sebesar 0,5 jam.



Dalam melaksanakan tugasnya, satu hal terpenting dari penggunaan alat berat adalah mengetahui kapasitas produksi backhoe yang digunakan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan persamaan 2, didapatkan hasil kapasitas produksi pada unit E 5 sebesar 20.33 m3/jam. Untuk kapasitas produksi pada E 11 sebesar 22.41 m 3/jam. Total kapasitas produksi dari kedua unit sebesar 42,74 m3/jam. Terjadi perbedaan yang sangat signifikan dari produktivitas kedua unit, hal ini di sebabkan karena faktor efisiensi kerja yang rendah yang dimiliki excavator E 5 terhadap E 11 dan waktu edar yang dimiliki oleh excavator E 5 lebih besar dibandingkan dengan excavator E11.



3.8.2 Physical availability Physical availability atau kesediaan fisik berhubungan dengan kondisi fisik alat yang bekerja.



PA=



W +S ×100 % W + R+ S



Nilai kesediaan fisik yaitu pada unit backhoe E 5 didapatkan nilai 85,35 %. Pada unit ini, nilai kesediaan fisik tidak mencapai 100 %, mengalami penurunan 14,65% di mana disebabkan karena dipengaruhi oleh waktu perbaikan sebesar 1,17 jam dan stand by sebesar 0,57 jam. Untuk unit E 11 didapatkan nilai 93,75%. Pada unit ini, nilai kesediaan fisik tidak mencapai 100%, unit ini mengalami penurunan sebesar 6,25% di manadisebabkan karena dipengaruhi oleh waktu perbaikan sebesar 0,50 jam dan waktu stand by sebesar 0,75 jam.



Setelah dilakukannya perhitungan produktivitas dan pengamatan excavator, didapatkan efektifitas waktu untuk menggali, yang dapat dilihat pada Gambar 4. sebagai berikut :



3.8.3 Used of Availability Used of Availability atau pemakaian kesediaan merupakan penilaian waktu backhoe tersebut digunakan untuk beroperasi, pada saat unit tersebut dapat digunakan. Hal ini dapat menjadi tolak ukuran dari menejemen alat di suatu perusahaan.



UA=



W ×100 % W +S



Nilai kesediaan pemakaian yaitu pada backhoe E 5 memiliki nilai sebesar 92,03%. Dengan presentase seperti ini mengalami penurunan sebanyak 7,97%. Hal ini diakibatkan karena pada backhoe E 5 memiliki waktu standby yaitu 0,57 jam, waktu produksi 6,26 jam dan waktu perbaikan 1,17 jam. Sedangkan E 11 memiliki nilai sebesar 90,03%. Nilai ini mengalami penurunan 9,93% di mana dipengaruhi oleh waktu standby sebesar 0,75 jam, waktu produksi sebesar 6,75 jam dan perbaikan 0,50 jam. Dengan nilai seperti ini, unit E 5 dan E 11 dikatakan baik sekali. 3.9 Produktivitas Alat Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat dihitung dalam produksi /jam. Sehingga perlu ada perubahan dari detik atau menit ke jam. Jika faktor efisiensi alat dimasukkan maka rumus di atas menjadi sebagai berikut ini : TP=(KB×BF×3600×FK)/CT m3/Jam 5



50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%



45.85% 35.48%



10.45% Gali



Menata Pekerjaan



Maintenance



5.21% Istirahat



3.01% Idle



Gambar 4 Aktivitas Excavator 3.10 Owning and Operation Cost Estimate



Nilai Owning and operation cost dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan pada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh suatu mesin. Sehingga dapat dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan keuntungan dan kerugian suatu pekerjaan yang dilakukan oleh suatu mesin.



Owning and operating cost merupakan estimasi perhitungan yang dibuat untuk mengetahui besarnya biaya kepemilikan (Owning cost) dan biaya operasi (Operating cost) alat (mesin) untuk suatu masa di mana umur ekonomi atau umur kegunaan atau nilai buku dari suatu unit sudah habis.



Name



Factor



Ammount



Currency rate



$1



Rp. 13.500



Machine price



US$ 199000



Rp 1.606.500.000



Machine Delivery Price Value Added Tax (VAT)



Rp 10 %



2.000.000



Rp. 160.650.000



Total Depreciation Cost



Rp. 1.769.150.000



Delivered Price Less Tires



Rp. 1.769.150.000



Estimate Residual Value



Rp.



642.600.000



Depreciation Value



Rp.



963.900.000 / Hours



Depreciation Period Hours



Rp.



35.051 / Hours



Rp.



16.173 / Hours



Interest cost and Insurance



40 %



11%



Owning Cost Estimate



Rp.



51.224 / Hours



Tabel 2. Owning Cost Name Fuel Consumption Engine oil



21.2 l/h 0.046 l/h



Factor x Rp. 8500 x Rp. 36000



Ammount Rp. 180200/hr Rp. 1656/hr



Hydraulic Oil



0.027 l/h



x



Rp. 36000



Rp.



972/hr



Travel Reduction Gear



0.004 l/h



x



Rp. 36000



Rp.



144/hr



Swing Reduction Gear



0.007 l/h



x



Rp. 36000



Rp.



252/hr



Final Drive



0.004 l/h



x



Rp. 46000



Rp.



182/hr



Rp.



21735/hr



Track Roller and Idler 6



Grease



0.07



l/h



x



Rp. 50000



Rp.



3500/hr



Filter & Miscellaneous item



Rp.



6445/hr



Total Fuel, Lubricants, Grease, and Filter Repair And Maintenance Cost



Rp. 215088/hr Rp.



56295/hr



Operator Weight



Rp.



20000/hr



Total Operation Cost



Rp. 291383/hr



Owning and Operation Cost



Rp.



51224/hr



Rp. 291383/hr + Rp. 345000/hr Rp. 15000/m3



HPP Pasir Tabel 3. Operating Cost



kerja, efisiensi operator, faktor cuacah dan availability alat tersebut. 3. Dengan melihat nilai availability pada unit E 5, maka nilai MA adalah 84,59%, sedangkan untuk nilai PA memiliki 85,35% dan UA adalah 92,03%, sedangkan pada unit E 11 memiliki nilai MA sebesar 93,10%, sedangkan nilai PA sebesar 93,75% dan UA sebesar 90,03%, maka kedua unit tersebut diasumsikan baik. 4. Beaya yang harus dikeluarkan oleh PT SKS untuk penggunaan excavator komatsu PC 200-8 adalah Rp. 345.000,00 / jam.



4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan



Dengan melihat owning and operation cost pada excavator Komatsu PC 200-8, PT SKS harus menjual pasir dengan rentan harga minimal Rp.15.000,00 / m3.



Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapasitas produksi untuk excavator komatsu PC 200-8 dengan kode unit E 5 adalah sebesar 20.33 m 3/jam, sedangkan untuk E 11 memiliki kapasitas produksi sebesar 22,41 m3/jam. Terjadi perbedaan produktivitas sebesar 2,08 m3/jam di akibatkan karena efisiensi kerja dari excavator E 5 lebih rendah, dibandingkan dengan E 11 dan waktu edar yang dimiliki oleh E 5 lebih besar dibandingkan waktu edar dari E 11. 2. Untuk faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas excavator penambangan pasir di PT SKS adalah faktor pengembangan, faktor bucket, efisiensi



4.2 Saran 1. Perlu adanya pemantuan kapasitas produksi dari setiap unit, agar ketika produksi turun PT SKS dapat mengkaji ulang system yang telah ditetapkan. 2. Pemilihan alat berat tidak boleh sembarangan, mengingat harga alat berat yang sangat tinggi, sehingga PT SKS ketika merencanakan pengadaan alat berat baru, dapat melihat faktor – faktor yang menghambat produktivitas dan memilih unit yang sesuai. 3. Koordinasi antara pengawas lapangan, operator dan mekanik yang baik dapat meningkatkan produktivitas. 7



Daftar Pustaka Blocher, J. Edward, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, 2000. Manajemen Biaya, Terjemahan Dra. A. Susty Ambarriani, M. Si, Akt, Salemba Empat, Jakarta. Menteri Perindustrian Republik Indonesia, 1982, Keputusan Menteri Perindustrian, Nomor : 347/M/SK/1982 tentang Ketentuan – ketentuan Keagenan Tunggal Kendaraan Bermotor dan Alat – Alat Besar, Jakarta : Menteri Perindustrian. Nunnally, S.W, 2007. Construction Methods and Management, Seventh Edition, Pearson Education, New York. Partanto Prodjosumarto, 1995. Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, ITB. Rochmahandi, 1984. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan Alatalat Berat, Rochmahandi, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Rostiyanti, Susy Fatena, 2008. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Rineka Cipta, Jakarta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Tenriadjeng, A. T, 2003. Pemindahan Tanah Mekanis, Universitas Gunadarma, Jakarta. Umar, Husein, 1999. Metode Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yanto Indonesianto, 2014, Pemindahan Tanah Mekanis, Program Studi Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta ________, 2013, Komatsu Specifications and Application Handbook, Edition 30. Komatsu Ltd. ________, 2013, Katalog Alat Berat Konstruksi 2013, Kementrian Pekerjaan Umum Kang Mousir. (2014, 7 July). Dapur Tambang. Diperoleh pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 17.30 WIB, dari http://dapurtambang.blogspot.co.id/2014/07/pengerti an-pemindahan-tanah-mekanis.html



8