Analisis Saham PT Bank Central Asia TBK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Saham PT Bank Central Asia Tbk



Tim Penyusun : Kelompok 5



1. Ni Kadek Ayu Kumala Dewi



(22/ 1902622010279)



2. Putu Arira Apriliani



(25/ 1902622010282)



3. Kadek Widiatantri



(30/ 1902622010287)



4. Sayu Made Putri Witari



(32/ 1902622010289)



Universitas Mahasaraswati Denpasar



Fakultas Ekonomi & Bisnis Prodi Akuntansi 2020/2021



PEMBAHASAN A. Profil PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Bank Central Asia Tbk (Bank BCA) (BBCA) didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama “N.V. Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory” dan mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Kantor pusat Bank BCA berlokasi di Menara BCA, Grand Indonesia, Jalan M.H. Thamrin No. 1, Jakarta 10310. Saat ini, Bank BCA memiliki 989 kantor cabang di seluruh Indonesia serta 2 kantor perwakilan luar negeri yang berlokasi di Hong Kong dan Singapura. BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Pemegang saham mayoritas dari FarIndo Investments (Mauritius) Ltd Qualitate qua (qq) 47,15%, Anthony Salim 1,76% Masyarakat 51,09%. Saham PT Bank Central Asia Tbk dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BBCA. BCA berhasil mempertahankan posisinya yang solid pada tahun 2015. Secara konsisten BCA menerapkan kebijakan hati-hati yang diarahkan pada upaya mempertahankan kualitas kredit, menjaga permodalan yang kuat dan mengelola posisi likuiditas yang sehat. Dengan posisi keuangan yang kokoh, BCA mampu memberikan dukungan bagi para nasabah, sekaligus menangkap berbagai peluang usaha untuk menopang pertumbuhan berkelanjutan.Hubungan yang kokoh dengan nasabah merupakan fondasi dari filosofi bisnis BCA. Bank tetap berkomitmen untuk menyediakan berbagai solusi yang dapat memenuhi beragam kebutuhan finansial nasabah maupun para mitra bisnis. BCA mencatat pertumbuhan transaksi yang signifikan dan mendapatkan pengakuan atas kualitas produk dan layanan yang ditawarkan, baik secara nasional maupun internasional. Dasar Hukum Pendirian Akta Pendirian Perusahaan No. 38 dengan Akta Notaris Raden Mas Soeprapto tanggal 10 Agustus 1955. Disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. J.A.5/89/19 tanggal 10 Oktober 1955. Visi dan misi bank BCA: VISI Bank pilihan utama andalan masyarakat yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia. MISI 1. Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.



2. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah. 3. Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA. B. Sejarah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Bursa Efek Saat ini, Bank BCA memiliki 989 kantor cabang di seluruh Indonesia serta 2 kantor perwakilan luar negeri yang berlokasi di Hong Kong dan Singapura. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank BCA adalah PT Dwimuria Investama Andalan (54,94%). Pemegang saham PT Dwimuria Investama Andalan adalah sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono, sehingga pengendali terakhir Bank BCA adalah sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha Bank BCA adalah bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana BBCA (IPO) sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000. Anak usaha BBCA (Bank Central Asia Tbk / Bank BCA) 



Didirikan pada tahun 1981 dengan nama PT Central Sari Metropolitan Leasing Corporation, 2001 diubah menjadi PT Central Sari Finance dan selanjutnya 28 Maret 2005 berubah menjadi PT BCA Finance. Fokus usaha adalah pembiayaan kendaraan bermotor, khususnya roda empat atau lebih.







Pada tanggal 12 Juni 2009 Bank BCA mengakuisisi 100% saham PT Bank UIB, dan tahun 2010 mengubah namanya menjadi PT Bank BCA Syariah.







Pada tanggal 15 September 2011 Bank BCA mengakuisisi 75% saham PT Dinamika Usaha Jaya, dan tahun 2012 mengubah namanya menjadi PT BCA Sekuritas. Didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT Asuransi Ganesha Danamas, 2006 diubah menjadi PT Transpacific General Insurance, 2011 diubah menjadi PT Sejahtera Insurance dan selanjutnya 05 Desember 2005 berubah



menjadi PT Asuransi Umum BCA. Bank BCA memiliki 70% saham PT Central Sentosa Finance, dimana 45% dimiliki langsung (beli pada tanggal 09 Januari 2014) dan 25% dimiliki melalui PT BCA Finance. C. Analisis Fundamental PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Bagi bank, kepercayaan dari nasabah terutama pemilik usaha yang memiliki dana yang sangat besar itu sangat vital. Oleh karena itu bank wajib memberikan pelayanan terbaik dan meyakinkan nasabahnya jika dananya sangat aman di bank mereka. Jika pemilik dana mulai khawatir dengan pelayanan ataupun likuiditas bank maka bank akan berisiko ditinggalkan nasabahnya. Begitu juga dengan BCA, tidak mau kejadian tahun 1998 terjadi kembali, manajemen BCA terlihat tidak mau kompromi dalam menjaga kepercayaan masyarakat. Jika membandingkan dengan bank besar lain, kasus skandal korupsi, pembobolan ataupun kredit fiktif yang melibatkan BCA hampir tidak ada. Selain yang berkaitan dengan drama take over sampai pelepasan kembali yang dilakukan semasa periode krisis moneter, hampir tidak ada berita miring mengenai kesalahan manajemen dan operasional BCA. Berdasarkan penilaian subyektif saya, BCA-lah yang paling sukses menerapkan GCG dan prinsip kehati-hatian diantara bank besar nasional. Hal ini juga tercermin dari kinerja perusahaannya yang cemerlang yang akan dibahas selanjutnya. Kinerja BCA 1. Neraca (Balance Sheet)



Bagi bank, neraca sangatlah penting karena dari neracalah bisa terlihat kualitas dari sebuah bank. Aset merupakan sumber pendapatan bank, dan liabilitas serta ekuitas merupakan sumber daya penopang yang dimiliki bank untuk tetap menjalankan usaha perbankan. Secara garis besar, aset pada bank terdiri atas kredit atau pinjaman yang diberikan oleh bank, investasi (pada surat utang, saham, reksadana), aset tetap, dan kas (baik yang ditempatkan di bank itu sendiri, Bank Indonesia ataupun bank lain). Dan liabilitas pada bank biasanya yang terbesar adalah dana pihak ketiga (dana yang dihimpun dari masyarakat) dan beberapa jenis liabilitas yang kecil-kecil seperti efek-efek yang diterbitkan bank. Serta ekuitas adalah modal dari bank itu sendiri.



Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (30 Desember 2020), harga saham BBCA hari ini sudah naik 2.58 % dibanding harga saat itu (Rp 33.850). Begitu pula, jika kita hitung sejak 30 hari yang lalu (04 Desember 2020), harga saham emiten ini sudah naik 8.69%, dari semula (Rp 31.950). Adapun sejak setahun lalu (06 Januari 2020) harga saham BBCA sudah naik 3.12% dari harga saat itu (Rp 33.675). Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBCA mencapai Rp 626,17 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 17.950.700 lot. Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 1.083, maka price to earning ratio (PER) saham ini 32,06 kali. Adapun price to book value-nya (PBV) 4,78 kali.



Laporan Laba Rugi BBCA 2021



2021



2020



2020



30/06



31/03



31/12



30/09



Pendapatan Bunga Bersih



14072983 14050660 13642633



13451682



Pendapatan Bunga, Bank Total Beban Bunga Provisi Kerugian Pinjaman Pendapatan Bunga Bersih Setelah



16437336 16520901 2364353 2470241 3681025 2767308



16327271 2684638 1721191



16138763 2687081 2689408



10391958 11283352 11921442



10762274



5491477 -6689545 9193890 1773156 7420734 -4579 -



6434744 -9036953 8681143 1638021 7043122 -3412 -



6602880 -9651937 8872385 1770346 7102039 -6123 -



7889608 -8945865 9706017 1904798 7801219 -6044 -



7416155



7039710



7095916



7795175



7416155



7039710



7095916



7795175



-



-



-



-



Biasa Tidak Termasuk Item Luar



7416155



7039710



7095916



7795175



Biasa Penyesuaian Dilusi Laba Bersih Dilusi Saham Rata-Rata Tertimbang Dilusi EPS Dilusi Tidak Termasuk Item



7416155 24655,01



7039710 24655,01



7095916 24655,01



7795175 24655,01



300,8



285,53



287,81



316,17



-



-



432



-



299,92



285,61



287,85



315,39



Periode Akhir:



Provisi Rugi Utang Pendapatan Non Bunga, Bank Biaya Non Bunga, Bank Laba Bersih Sebelum Pajak Provisi Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak Saham Minoritas Ekuitas dalam Afiliasi Penyesuaian GAAP AS Laba Bersih Sebelum Item Luar Biasa Total Item Luar Biasa Laba Bersih Total Penyesuaian terhadap Laba Bersih Pendapatan Tersedia bagi Saham



Luar Biasa Dividen per Saham - Terbitan Primer Saham Biasa EPS Dilusi Dinormalisasi Tahunan Triwulanan



D. Berita Tentang Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA)



BCA Rencanakan Stock Split, Ini Harga Baru Saham BBCA Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp12,5. Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham. Dikutip dari Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perbankan, PT Bank Central Asia Tbk. berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:5. Rapat Direksi & Komisaris BCA PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada tanggal 29 Juli 2021 telah menyetujui aksi korporasi stock split dengan rasio 1 saham lama menjadi 5 saham baru. Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp12,5. Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan pemecahan nilai saham itu dilakukan karena mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi dan pasar di dalam negeri, termasuk aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia. “Melalui aksi korporasi stock split ini, kami berharap harga saham BBCA akan lebih terjangkau bagi para investor ritel, utamanya demografi investor muda yang saat ini aktif meramaikan bursa. Hal ini juga sebagai bentuk dukungan kami untuk meningkatkan likuiditas perdagangan di pasar modal dalam negeri,” katanya, Jumat (30/7/2021).  Sebagai informasi, harga saham BBCA pada pada penutupan perdagangan bulan Juli 2021 ini BBCA terhenti di angka Rp29.850 per unit saham. Di mana untuk para investor yang ingin membeli 1 lot saham BBCA harus mengeluarkan dana sebesar Rp2,9 juta. Jika mengacu pada harga penutupan tersebut, ketika stock split selesai, BBCA akan diperdagangkan di harga yang relatif murah yakni sekitar Rp5.950 per unit karena pembulatan ke bawah dari Rp 5.970/unit. Dengan demikian, harga untuk membeli 1 lot saham BBCA menjadi hanya perlu dana Rp597.000. Sementara itu, manajemen BCA akan menggelar Rapat umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 September mendatang. Rapat tersebut untuk meminta restu kepada para pemegang saham terkait rencana stock split. E. Analisis Trendline Saham Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA)



1. Cashflow



Untuk emiten bank, laporan arus kas dapat menjadi pendukung atas hipotesa yang kita lakukan sebelumnya pada analisis neraca. Hal ini bisa dipahami karena bisnis bank yang pada dasarnya adalah 'bisnis kas', sehingga komponen pada neraca bank mungkin 90% berbentuk kas atau arus kas. Berdasarkan laporan arus kas dari aktivitas operasional (CFO), sampai dengan kuartal 3 tahun 2020 BBCA mencatatkan penurunan kredit yang diberikan sebanyak 19 triliun. Hal ini dapat diartikan BBCA lebih banyak menerima kas dari pengembalian kredit, bunga atas kredit, dan dana yang disetor deposan dibandingkan total kas yang dikeluarkan untuk membayar bunga atas simpanan deposan, pengeluaran beban operasional dan dana yang disalurkan menjadi kredit. Tingkat LDR yang anjlok pun dapat dikonfirmasi dari tren arus kas dari aktivitas operasional ini. Surplus dari kredit tersebut juga ditempatkan ke efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali pada CFO dan efek-efek dengan tujuan investasi pada arus kas dari aktivitas investasi (CFI). Pada CFI, terdapat angka arus kas untuk perolehan aset tetap dimana pengeluaran kas perusahaan untuk mengadakan aset tetap seperti perlengkapan dan peralatan kantor atau membangun kantor cabang baru (bisa CAPEX atau OPEX). Angka arus kas untuk perolehan aset tetap jarang lebih dari 3 triliun dalam setahun. Rata-rata juga hanya 2,4 triliun dalam 10 tahun kebelakang. Ini menunjukkan biaya yang dikeluarkan BCA untuk menjaga produktifitas aset tetap dan jika perlu berekspansi untuk meningkatkan jaringan/layanan juga tidaklah terlalu besar dan



dapat dimanage dengan stabil. Bisa dikatakan bisnis bank seperti BBCA tidak 'capital intensive' seperti emiten perkapalan atau telekomunikasi. 2. Valuasi Dengan rekam jejak kinerja yang ciamik, tidak heran BBCA dihargai paling mahal diantara bank-bank besar lain. Bahkan market cap-nya lebih besar dari bank lain yang memiliki laba dan ekuitas yang lebih besar. Ketika bank lain dihargai setara PE belasan, BBCA bisa dihargai lebih mahal 2x lipat di PE 20an bahkan sempat hampir mencapai 30. Sebaik apapun kinerja perusahaan, bukan berarti perusahaan tersebut bisa dihargai setinggi-tingginya, tetap selalu ada batas kewajaran. Pada saat pasar crash bulan Maret lalu harga BBCA juga ikutan anjlok, secara objektif jika berasumsi kinerja BCA akan tetap baik setelah efek pandemi ini berakhir BBCA tentu terlihat murah. Namun disaat yang bersamaan banyak juga emiten lain yang harganya anjlok. Mungkin berdasarkan penilaian sebagian investor banyak emiten lain yang lebih menjanjikan margin of safety yang lebih tinggi. Namun ada juga yang berasumsi tidak perlu memberikan MoS yang besar untuk Wonderful Company seperti BBCA salah satunya. Kedua pendapat itu tidak ada yang mutlak benar ataupun salah. Disinilah seninya dalam berinvestasi. 



Sumber : Aplikasi Stockbit F. Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas, maka saya dapat menarik kesimpulan dalam beberapa poin :



1. Dengan mempertahankan kualitas aset yang dimiliki saat ini, saya yakin BCA dapat keluar dari krisis pandemi ini jauh lebih baik daripada bank kompetitornya. Ini sudah ditunjukkan dengan jumlah restrukturisasi kredit yang dilakukan relatif lebih kecil dan pencadangan yang dilakukan tidak separah kompetitornya. 2. Tumbuhan BBCA dimasa depan menurut saya hanya akan bertahan paling baik diangka 15% atau setara dengan ROE-nya jika BCA mempertahankan Dividen Payout Ratio seperti saat ini. Angka itu pun cenderung akan turun dalam jangka panjang.  3. Inovasi Bank Digital yang merupakan pertama di Indonesia juga perlu dipertimbangkan. Jika inovasi ini berhasil, maka akan berpotensi menjadi mesin pertumbuhan yang baru dimasa depan. Walaupun jika gagal kerugian yang ditimbulkan tidaklah terlalu dalam (total dana yang sudah diinvestasikan untuk Bank Royal 'hanya' sekitar 1 triliun untuk akuisisi ditambah 1,5 triliun dalam bentuk fasilitas pinjaman). 4. Munculnya fintech seharusnya tidak mengganggu prospek perbankan kedepannya, justru dengan adanya fintech perbankan didorong untuk lebih berinovasi dan malah berkolaborasi dengan fintech.



DAFTAR PUSTAKA



https://www.bca.co.id/id/tentang-bca/korporasi/Sejarah-BCA http://britama.com/index.php/2012/05/sejarah-dan-profil-singkat-bbca/3/ https://id.investing.com/equities/bnk-central-as-financial-summary https://timothymothymo.blogspot.com/ https://finansial.bisnis.com/read/20210731/90/1424291/bca-rencanakan-stock-split-ini-hargabaru-saham-bbca https://timothymothymo.blogspot.com/2020/11/analisis-fundamental-tipis-tipis-bca.html