Analisis Sistem Pengelolaan Sampah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU



http://repositori.usu.ac.id



Fakultas Kesehatan Masyarakat



Skripsi Sarjana



2017



Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2017 Nasution, Nurul Hikmah http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1348 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara



ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017



SKRIPSI



Oleh: NURUL HIKMAH NASUTION NIM. 131000772



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera Utara



ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017



Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat



Oleh: NURUL HIKMAH NASUTION NIM. 131000772



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



Universitas Sumatera Utara



PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI



Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.



Medan, Oktober 2017



Nurul Hikmah Nasution 131000772



i



Universitas Sumatera Utara



ii



Universitas Sumatera Utara



ABSTRAK



Sejalan dengan pembangunan kota di medan, generasi limbah padat terus meningkatkan volume sampah. peningkatan pembangkitan limbah yang tidak dapat dipakai tidak hanya pada kuantitas dan volume tetapi juga pada karakteristik dan jenis ini. Masalah pengelolaan sampah belum dipecahkan oleh pemerintah kota medan. Acara penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan sampah di TPA Terjun di Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan prossessing limbah padat di daerah TPA. Hasil penelitian menemukan bahwa jarak tampung 500 m dari pemukiman, 4 km dari sungai dan 6 Km dari pelabuhan Belawan. Luas lahan TPA adalah 14 hektar dan 10 hektar telah digunakan. Proses akhir limbah padat adalah sistem open dumping yang dapat memberi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar areal TPA. Kesimpulan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sistem pengelolaan limbah di TPA terjun menggunakan sistem open dumping tidak dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pembentukan sistem sanitary landfill. Disarankan kepada pemerintah kota Medan untuk mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan TPA yaitu Terjun. menjadi sistem pembuangan sampah saniter.



Kata kunci: pengelolaan sampah, TPA



iii



Universitas Sumatera Utara



ABSTRACT In line with city development in medan, solid waste generation continues to increase its volume. The increasing of sold waste generation is not only on quantity and volume but also on this characteristic and types. The problem of solid waste management has not been solved yet by government of medan city. The events of study is to describe solid waste management system at TPA Terjun countifely in Medan City. This type of research is descriptive research which to describes the prossessing of solid waste in landfill area. The result of study found that the distance of landfill area was 500 m from settlement, 4 km from river and 6 Km from Belawan port. The area of landfill Terjun is 14 hectare and 10 hectare has been used. Final process of solid waste is open dumping system that could give negative impact on environment and community around landfill area. The conclusion of this research it is concluded that waste management system at TPA terjun is using open dumping system is not done according to the law number 18 year 2008 regardry establishment of sanitary landfill system. It is suggested to Medan City government to consider the change of landfill management system of TPA Terjun. to be sanitary landfill system .



Keywords: waste management, the landfill, TPA Terjun



iv



Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah swt karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2017” ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 3. Dr. dr. Taufik Ashar MKM selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dorongan moral dan kemudahan dalam mengikuti proses dan penyelesaian skripsi ini. 4. dr. Surya Dharma, MPH sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dorongan moral dan kemudahan dalam mengikuti proses dan penyelesaian skripsi ini.



v



Universitas Sumatera Utara



5. dr.Devi Nuraini Santi,Mkes selaku dosen pembimbing pendamping yang memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Ir. Evi Naria, M.Kes selaku penguji yang memberikan masukan dan koreksi bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. 7. Drs. Tukiman MKM. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Dian Afriyanti AM.d, selaku staf departemenKesehatan Lingkungan yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan. 9. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 10. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian 11. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. 12. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua saya yaitu ayahanda H. Himsar Nasution dan ibunda Hj. Masjaina Lubis yang telah banyak membantu baik berupa dukungan moril dan juga materil selama perkuliahan hingga selesai serta



saudara-saudara saya, Rizki Masharida Nasution, Khairun Nisa



Nasution dan Wahyu Dani Nasution, Aulia Arif Nasution, dan Hikmal Maulana Nasution yang telah memberikan dorongan semangat dalam



vi



Universitas Sumatera Utara



pengerjaan skripsi ini serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada penulis. 13. Sahabat terbaik selama masa perkuliahan, para ukhti Istiqomah, AssaIndriani Putri, Azita Zahara,Kanaya Yori Damanik, Ayu Rizkyana, Marisa Fitria Ayu, Yenita Mora Nasution, Ratih Oktri Nanda, dan Salmi Abbas, terima kasih atas semangat, dukungan, hiburan di saat stres, pertolongan, serta doa yang selalu diberikan kepada penulis. 14. Kepada Yogi Syahputra S.E yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengerjaan skripsi ini baik berupa dukungan moril, tenaga, waktu, hiburan, semangat, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. 15. Teman seperjuangan saat PBL Desa Deli Muda Hilir Isty Putri Utami, Yulita Christina Simanjuntak, Irvan Japardi Sinaga, dan Julham syahputra Harahap Terima Kasih untuk dukungan, hiburan, serta doa yang telah diberikan selama ini. 16. Teman Seperjuangan LKP RS USU teruntuk Dwi Ayu Aprilla Batubara Terima Kasih untuk dukungan, hiburan, serta doa yang telah diberikan selama ini. 17. Keluarga besar Kesehatan Lingkungan angkatan 2013 untuk kesempatan dalam suka duka selama perkuliahan.



Medan,



Oktober 2017



Nurul Hikmah Nasution



vii



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii ABSTRAK ....................................................................................................... iii ABSTRACT ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................



1 1 5 5 5 6 6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Pengertian Sampah....................................................................... 2.2 Penggolongan Sampah menurut Sumbernya ............................... 2.3 Jenis Sampah Padat ...................................................................... 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Timbunan Sampah 2.5 Pengertian Manajemen................................................................. 2.6 Syarat TPA ................................................................................... 2.7 Pengertian TPA ............................................................................ 2.8 Sistem Pengelolaan Sampah ........................................................ 2.8.1 Penyimpanan Sampah ................................................. 2.8.2 Pengumpulan sampah ................................................. 2.8.3 Pengangkutan Sampah ............................................... 2.8.4 Tempat pembuangan akhir Sampah............................ 2.8.5 Aspek Kelembagaan ................................................... 2.8.6 Aspek Peraturan .......................................................... 2.8.7 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 .................... 2.8.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan lingkungan ........................................ 2.9 Kerangka Konsep .......................................................................



8 8 10 11 13 14 15 15 18 20 21 26 27 40 42 42



BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.2.1 Lokasi Penelitian......................................................... 3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................... 3.3 Objek Penelitian ........................................................................



50 50 50 50 50 50



viii



45 49



Universitas Sumatera Utara



3.4 Informan Penelitian ................................................................... 3.5 Metode Pengumpulan Data……….. ......................................... 3.5.1 Data Primer ................................................................ 3.5.2 Data Sekunder ............................................................ 3.6. Defenisi Operasional ................................................................ 3.7 Instrumen penelitian ................................................................. 3.8 Analisa Data ..............................................................................



50 51 51 51 51 52 52



BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 4.1.1 Data Geografi ............................................................. 4.2. TPA Terjun ............................................................................... 4.2.1 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan ... 4.2.2 Struktur Organisasi di TPA Terjun ............................. 4.3 Karakteristik Informan (pengelola di TPA Terjun) ................... 4.4 Jenis Sampah di TPA Terjun ..................................................... 4.5 Jumlah Armada Pengangkut Sampah di TPA Terjun ................ 4.6 Sumber Daya Manusia di TPA Terjun ...................................... 4.6.1 Tugas Pegawai di TPA Terjun Beserta Fungsinya ..... 4.7 Proses Kegiatan Penerimaan Sampah di TPA Terjun ............... 4.7.1 Penerimaan Sampah di TPA Terjun ............................ 4.7.2 Pemrosesan Sampah di TPA Terjun ........................... 4.8 Peralatan-Peralatan Sampah di TPA Terjun .............................. 4.9 Sarana Dan Prasarana TPA Terjun ............................................



52 52 52 53 46 46 55 55 57 57 58 59 60 61 62 63



BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 5.1 Tempat Pemrosesan Akhir......................................................... 5.2 Struktur Organisasi ................................................................... 5.3 Jenis-Jenis Sampah ................................................................... 5.4 Jumlah Armada di TPA Terjun ................................................. 5.5 Kondisi Di TPA Terjun ............................................................. 5.6 Kondisi Sarana dan Prasarana Di TPA Terjun .......................... 5.7 Perencanaan sistem di TPA Terjun ...........................................



66 66 66 67 68 69 70 72



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 75 6.1 Kesimpulan ................................................................................ 75 6.2 Saran .......................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78 LAMPIRAN



ix



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL



Tabel 4.5 Armada Truk Pengangkut Sampah yang Masuk Ke TPA terjun Tahun 2017 .............................................................. 57 Tabel 4.6 Sumber Daya manusia di TPA Terjun ............................................... 58 Tabel 4.8 Alat Berat di TPA terjun .................................................................... 62



x



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR Gambar 4.2 Struktur organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan......................54



xi



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Lembar Observasi Lampiran 3 Dokumentasi Lampiran 4 Surat IzinPenelitian



xii



Universitas Sumatera Utara



RIWAYAT HIDUP



Penulis bernama Nurul Hikmah Nasution yang lahir di Medan pada tanggal 27 Desember 1993 dan beragama Islam. Suku bangsa penulis adalah Mandailing. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara oleh pasangan Ayahanda H. Himsar Nasution dan Ibunda Hj. Masjaina Lubis. Pendidikan formal penulis dimulai di TK Melati Putih Medan pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001 lalu melanjutkan pendidikan sekolah dasar SD Negri 060878 dari tahun 2000 sampai 2006 . lalu pendidikan sekolah menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 7 Medan pada tahun 2006 sampai tahun 2009, lalu melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Lingkungan.



xiii



Universitas Sumatera Utara



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Sampah adalah barang terbuang dan tidak terpakai lagi serta hanya



memakan tempat untuk di tampung dan menyebabkan kesehatan manusia lamakelamaan akan menurun, dan akibat dari dampak sampah yang tidak memiliki nilai dan hanya akan menambah permasalahan saat pengelolaannya yang tidak tepat. Di dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) adalah sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup. Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste). Menurut Slamet (2009), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Menurut WHO yang dikutip oleh Mukono (2006), sampah yaitu sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.



1



Universitas Sumatera Utara



2



Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan, minuman dan barang lainnya dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang disebut dengan sampah (Chandra, 2007). Menurut American Public Health Association yang dikutip oleh Sumantri (2010), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Undang-Undang RI No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolahan persampahan di perkotaan adalah suatu sistem yang saling berkaitan membentuk tujuan tertentu yaitu sistem Pengolahan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta terciptanya juga Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan . Pada saat ini banyak kota-kota besar yang kewalahan dalam pengelolaan dan penanganan sampah, hal ini bisa disebabkan semakin bertambahnya volume sampah yang harus dikelola daerah, sedangkan kondisi tempat atau lokasi pembuangan akhir sampah sudah over capacity, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan masih kurang memadai, dan banyak kendala-kendala lain baik dari



Universitas Sumatera Utara



3



masyarakat maupun para pelayan publik yang mengelola kebersihan lingkungan tidak implementasikan untuk dampak yang nyata dikarenakan belum tersedianya sarana dan prasarana untuk TPA . Saat ini metode yang di gunakan untuk pengelolaan sampah di TPA hanya mengerucut pada mengumpulkan sampah lalu di angkut ke TPA lalu setelah itu di biarkan begitu saja. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa seluruh Kota atau Kabupaten yang memiliki tempat pembuangan akhir sistem open dumping harus segera dilakukan penutupan sebelum 5 tahun sejak peraturan ini. Tempat pembuangan akhir sampah kota dengan sistem ini banyak menimbulkan masalah lingkungan dan sosial akibat adanya lindi yang keluar. TPA Terjun memiliki lokasi cadangan yang belum di pergunakan seluas 4 hektar. Hal ini memungkinkan untuk melaksanakan UU No 18 Tahun 2008 untuk mengganti TPA dengan sistem sanitary landfill. Medan merupakan kota terbesar di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan tergolong salah satu kota besar di Indonesia dengan luas wilayah lebihkurang 26.510 Km2 yang dibagi atas 21 Kecamatan serta mencakup 151 Kelurahan, dengan jumlah penduduknya mencapai sekitar 2.135.516 Jiwa tahun 2013, serta menghasilkan jumlah timbulan sampah sekitar 2.100 ton perharinya (Dinas kebersihan kota medan 2016). sehingga memerlukan pengelolaan sampah yang baik. Kota Medan sebelumnya ada 2 (dua) lokasi yang dijadikan TPA yaitu TPA Terjun di Medan Utara dan TPA Namo Bintang di Medan Selatan. Namun saat ini lokasi TPA yang masih berfungsi hanya di TPA Terjun yang lokasinya berada di Kecamatan Medan Marelan. Terbatasnya luas lahan tempat pembuangan akhir mempengaruhi teknis opersional pengelolaan sampah terutama pelayanan



Universitas Sumatera Utara



4



dan juga timbulan sampah di TPA Terjun ini berasal dari sampah rumah tangga, sekolah atau lembaga pendidikan, perkantoran, industri, maupun pusat perdagangan. Dampak dari peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut mengakibatkan bertambahnya timbunan sampah. Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Terjun kecamatan Medan Marelan Kota Medan adalah salah satu contoh dari permasalah di atas TPA terjun berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan seluas 137.563 m 3 yang mulai dioperasikan sejak 1993 dengan sistem open dumping. Pengaruh open dumping yang paling utama adalah pencemaran air permukaan dan air tanah. Pencemaran terjadi jika air hujan jatuh di atas permukaan sampah sehingga menambah volume air lindi, meresap dan turun melalui lapisan kedap air ke badan air . Hutagalung (2015) Hasil penelitian menggambarkan bahwa volume sampah yang masuk ke dalam TPA Terjun setiap hari adalah 3.868,57 m3 sedangkan jumlah sampah yang dapat dikelola oleh pemulung setiap hari adalah 89,02 m3. Jadi, volume timbunan sampah yang tersisa di TPA Terjun setiap hari adalah 3.779,55 m3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa peran pemulung dalam pengelolaan sampah dan timbulan sampah tidak menunjukkan pengurangan volume timbunan sampah di TPA Terjun. Timbunan sampah merupakan salah satu masalah besar yang selalu dihadapi di daerah perkotaan, terutama pada daerah yang padat jumlah penduduknya dan setiap pemerintah kota tentunya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Akan tetapi masalah sampah ini tidak



Universitas Sumatera Utara



5



pernah selesai karena aktifitas kehidupan maysarakat di perkotaan yang sangat besar . Meskipun Pemerintah atau pihak yang berwewenang telah membuat sistem pengelolaan sampah menurut Undang- Undang 18 Tahun 2008 kenyataan nya di lapangan sangat lah jauh berbeda sebab sering tidak sejalan dengan apa yang sudah di rencana kan dan disusun serta di harapkan tidak di implementasikan dengan sungguh- sungguh dan itu membuat pengelolaan sampah di TPA terjun semakin menambah timbulan sampah dan akan semakin terus bertambah setiap harinya tanpa kita sadari . 1.2



Rumusan Masalah sumber dinas kebersihan Kota Medan tahun 2016, menunjukkan jumlah



timbulan sampah sekitar 2.100 ton perharinya dan semakin meningkat kapasitasnya setiap harinya di TPA Terjun dan Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berksinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah harus dilakukan di TPA. 1.3



Tujuan Penelitian



1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum Peneliti adalah Untuk menganalisa sistem manajemen pengelolaan sampah di TPA Terjun dikecamatan Medan Marelan Kota Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan Khusus Peneliti untuk mengetahui proses-proses ketika dilakukannya sistem open dumping di TPA Terjun: 1. Tujuannya Untuk mengetahui Jumlah angkutan sampah di TPA Terjun



Universitas Sumatera Utara



6



2. Tujuannya untuk Mengetahui Peralatan sampah di TPA Terjun. 3. Tujuannya Untuk mengetahui Sumber Daya Manusia di TPA Terjun. 4. Untuk Mengetahui Struktur Organisasi di TPA Terjun. 5. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan Open dumping di TPA Terjun. 6. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan sampah di TPA terjun. 7. Untuk mengetahui pengendalian Lindi di TPA Terjun. 8. Untuk Mengetahui Pengendalian gas yang ada di TPA Terjun. 1.4



Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi TPA Terjun a) Sebagai masukan bagi pihak pengelolaan sampah di TPA terjun khususnya bagian dalam pengelolaan sampah agar sampah tidak menumpuk secara terus-menurus dan bisa di atasi dengan baik. b) Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pihak pemerintah dalam memilih dan merancang sistem Pengelolaan di TPA Terjun. 2. Bagi Masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat tentang seberapa besar jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat agar lebih memelihara lingkungan. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan penulis mengenai sistem pengelolaan sampah di TPA dan memberikan pengalaman penulis dalam melakuan penelitian



Universitas Sumatera Utara



7



serta pengetahuan dalam rangka penanggulangan sampah, khususnya penanggulangan di TPA Terjun. 4. Bagi peneliti lain Sebagai informasi penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.



Universitas Sumatera Utara



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Pengertian Sampah Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya



sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup. dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste). Kecuali sampah kotoran manusia (human waste), air limbah dan atau air bekas (sewage) serta sisa-sisa industri (industrial waste) termasuk pula ke dalamnya. Dari sudut ini jelaskan bahwa bahwa jika membicarakan tentang sampah (refuse), maka pembicaraan tersebut bersifat terbatas. Karena kotoran dari manusia (human waste) serta air limbah (sewage) tidak termasuk ke dalamnya. Tetapi industrial waste termasuk ke dalamnya karena sisa-sisa atau sampah dari hasil industri ini umumnya bersifat sama dengan berbagai jenis sampah lainnya. Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk ke dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya) (Aswar, 1990).



8



Universitas Sumatera Utara



9



Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya



dalam



bentuk



sisa



makanan



(sampah



dapur),



daun-daunan,



rantingpohon, kertas atau karton, plastik, kain bekas, kaleng kaleng, debu sisa penyapuan, (SNI 19-2454-1993). Sampah adalah sesuastu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenang, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun kotoran manusia (human waste) dan air limbah atau air bekas (sewage ) tidak tergolong sampah (Suhartono, 2000) . Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat amerika membuat batasan, sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna (Triwibowo dan Pusphandani, 2015) Sampah juga diartikan sebagai sisa kegiatan sehari - hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat ( Undang – undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2008 ). Menurut American Public Health Association yang dikutip oleh Sumantri (2010), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.



Universitas Sumatera Utara



10



Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. 2.2.



Penggolongan sampah menurut sumbernya Sampah berasal dari beberapa sumber sebagai berikut



1.



Permukiman penduduk. Sampah di suatu permukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage)



2.



Tempat umum dan tempat perdagangan. Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisasisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.



3.



Sarana layanan masyarakat milik pemerintah. Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat hiburan dan umum , jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan ( misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.



4.



Industri berat dan ringan



Universitas Sumatera Utara



11



Dalam pengertian ini termasuk makanan dan minuman , industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya. 5.



Pertanian. Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membususk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (sumantri, 2015).



2.3.



Jenis sampah padat Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya. a. Organik, misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah. b. Anorganik, misal: logam, pecah belah, abu, dan lain-lain. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar. a. Mudah terbakar, misal: kertas plastik, daun kering, kayu. b.



Tidak mudah terbakar, misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.



3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk. a. Mudah membusuk, misal: sisa makanan, potongan daging, dan lain-lain. b.



Sulit membusuk, misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.



4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.



Universitas Sumatera Utara



12



1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. proses pembusukan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat permukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. 2) Rubbish, terbagi menjadi dua: a. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misal, kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya. b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal, kaca, kaleng, dan sebagainya. 3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri. 4) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. 5) Dead animal, bangkai binatang besar ( anjing, kucing, dan sebagaianya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami . 6) Housenhold refuse, atau sampah campuran misalnya : garbage, ashes, rubbish yang berasal dari perumahan. 7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan. 8) Demolision waste, berasal dari hasil sisa – sisa pembangunan gedung seperti tanah, batu, dan kayu . 9) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. 10) Santage solid, terdiri atas benda – benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat otganik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair 11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif ( Chandra , 2006 ).



Universitas Sumatera Utara



13



2.4.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah



A. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan,perdagangan, industri, dan sebagainya. B. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk. C. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit. D. Faktor geografis Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau dataran rendah. E. Faktor waktu Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu. F. Faktor sosial ekonomi dan budaya Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.



Universitas Sumatera Utara



14



G. Faktor musim Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau penyaringan air limbah. H. Kebiasaan masyarakat Contoh, jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat. I. Kemajuan teknologi Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya. J. Jenis sampah Makin maju tingkat kebudayaan suatu masya rakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya. (Sumantri, 2015) 2.5.



Pengertian Manajemen Terdapat beragam pengertian manajemen menurut para ahli, berikut ini



adalah beberapa pengertian manajemen pendapat para ahli 1. H.Koontz dan O’Donnel (1995) dalam bukunya principles of management mengemukakan bahwa manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain. 2. George R. Terry (1955) dalam bukunya Principles of Management mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses dengan langkah : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dengan memanfaatkan ilmu maupun seni, untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditetapakan



Universitas Sumatera Utara



15



3. James A.F. Stoner (1982) dalam bukunya management mengemukakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sianturi, 2015). Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas dapat dikatakan bahwa manajemen memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut: a. Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan. b. Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengerahan, dan pengawasan. c. Dalam manajemen tersedia sumber daya manusia, material, dan sumber lain. d. Mendayagunakan atau menggerakkan sumber daya secara efisien dan efektif. e. Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut manajer. f. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu, atau keahlian yang harus dimiliki oleh manajer (Sianturi, 2015). 2.6.



Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Tempat pembuangan akhir merupakan tempat dimana sampah mencapai



tahap terakhir dalam pengelolaanya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahandan pengangkutan, pengolahan dan pembangunan. 2.7.



Syarat Tempat Pembuangan Akhir Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan



pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.



Universitas Sumatera Utara



16



A. Lokasi untuk penempatan TPAS harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: 1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km. 2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sunber air tersebut. 3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. 4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama. 5.



Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya



6.



Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek estetika



7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.



Universitas Sumatera Utara



17



B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak menimbulkan bau. 2. Memiliki drainase yang baik dan lancar. 3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran. 4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda. 5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah. C. TPA yang sudah tidak digunakan : 1. Tidak boleh untuk pemukiman 2. Tidak



boleh



mengambil



air



untuk



keperluan



seharí-hariUntuk



mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan.Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah : a. Jarak dari perumahan terdekat 500 m b. Jarak dari badan air 100 m c.



Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)



Universitas Sumatera Utara



18



d. Muka air tanah > 3 m e. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10-6 Merupakan tanah tidak produktif cm / det f. Bebas banjir minimal periode 25 tahun 2.8.



Sistem Pengelolaan Sampah Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai



lagi, yang tidak disenangi lagi dan yang harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik – baiknya . Dalam ilmu kesehatan lingkungan , pembicaraan tentang pengelolaan sampah meliputi 3 hal pokok yakni: a. Penyimpanan sampah (Refuse storage). b. Pengumpulan sampah (Refuse collection). c. Pembuangan



sampah



(Refuse



disposal)



kedalamnya



termasuk



pengangkutan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah. (Aswar, 1990). Menurut Slamet (2009) pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai pertimbangan yakni: a. Untuk mencegah terjadinya penyakit b. Konservasi sumber daya alam c. Mencegah gangguan estetika d. Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan e. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat Pengelolaan sampah sulit untuk dikelola oleh karena berbagai hal yaitu:



Universitas Sumatera Utara



19



1) Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan 2) Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan 3) Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan 4) Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahn pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena derah yang turun estetikanya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus 5) Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah 6) Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah 7) Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan sampah 8) Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan 9) Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas



Universitas Sumatera Utara



20



10) Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan 11) Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah 12) Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor non-teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.



2.8.1. Penyimpanan Sampah Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya (Sumantri, 2010). Penyimpanan sampah maksudnya adalah tempat sampah sementara, sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Jelaslah untuk ini perlu disediakan suatu tempat sampah, yang lazimnya ditemui di rumah tangga kantor, restoran, hotel dan lain sebagainya. Tentu saja dalam penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini, sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Idealnya sampah basah hendaknya dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian pula sampah kering, sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara terpisah. Maksud dari pemisahan penyimpanan ini adalah untuk memudahkan pemusnahannya kelak.



Universitas Sumatera Utara



21



Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah: a. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakannya sampah. b. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan. Amat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotorkan tangan. c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang. Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik, atau kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah, keranjang plastik, rotan dan lain sebagainya (Aswar, 1990). Menurut SNI 19-2454-2002 pola pewadahan sampah dapat dibagi menjadi: a. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna gelap. b. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya, dengan wadah warna terang. c. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku. 2.8.2. Pengumpulan Sampah Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu saja selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dibuang atau



Universitas Sumatera Utara



22



dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpul cukup besar, maka perlu dibangun rumah sampah (dipo). Lazimnya penanganan masalahnya ini dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh masyarakat secara bergotong-royong. Tempat pengumpulan sampah ini tentunya harus pula memenuhi syarat kesehatan. Syarat yang dianjurkan adalah: a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah. b. Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang lain untuk mengeluarkannya. c. Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat. d. Di dalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai. e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus. f. Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah. Jika sampah yang dihasilkan tidak begitu banyak, misalnya pada suatu komplek perumahan ataupun suatu asrama, dapat dibangun suatu container yang ditempatkan di daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah pula dicapai kendaraan pengangkut sampah. Umumnya suatu container dibangun dalam ukuran yang cukup besar untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan selama tiga hari. Sama halnya dengan penyimpanan sampah maka dalam pengumpulan sampah ini, sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Untuk ini dikenal dua macam yakni: a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk sampah organik dan lain untuk sampah anorganik.



Universitas Sumatera Utara



23



b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah yang pertama untuk sampah organik, kedua untuk sampah anorganik yang mudah dibakar serta yang ketiga untuk sampah anorganik yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca, dan sebagainya). (Aswar, 1990). Menurut SNI 19-2454-2002, Pola pengumpulan sampah terdiri dari : 1. Pola Individual Langsung Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-rumah/ sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut: a. Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi. b.



Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.



c.



Kondisi dan jumlah alat memadai.



d.



Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.



2. Pola Individual Tak Langsung Pola individual tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masingmasing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut: a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah. b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. c.



Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.



d. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).



Universitas Sumatera Utara



24



e.



Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.



f.



Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.



3.



Pola Komunal Langsung Pola komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-



masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut: a. Bila alat angkut terbatas. b. kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah. c.



Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.



d.



Peran serta masyarakat tinggi.



e. Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut. f. Untuk permukiman tidak teratur. 4. Pola Komunal Tak Langsung Pola komunal tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masingmasing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut: a. Peran serta masyarakat tinggi. b. Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul. c.



Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.



d. Kondisi topografi relatif datar (< 5%). e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul. f. Organisasi pengelola harus ada.



Universitas Sumatera Utara



25



Menurut SNI 19-2454-2002, perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut: 1.



Rotasi antara 1- 4 /hari.



2.



Periodisasi: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi komposisi sampah, yaitu:



a. Semakin besar prosentasi sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal sehari 1 hari. b. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. c. Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. d. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap. e. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik. f. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah. 1. Pelaksana pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh: a. Institusi kebersihan kota. b. Lembaga swadaya masyarakat. c. Swasta. d. Masyarakat. 2. Pelaksanaan pengumpulan Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama petugas pengumpul dan masyarakat penghasil sampah. (SNI 19-2454-2002).



Universitas Sumatera Utara



26



2.8.3 Pengangkutan Sampah Dari



dipo,



sampah



diangkut



ketempat



pembuangan



akhir



atau



pemusnaahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh dinas kebersihan kota (sumantri, 2010) Untuk mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah hingga ke tempat pembuangan akhir, diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut : a.



Kendaraan atau truk sampah harus di tutup supaya sampah tidak berterbangan dan mengotori jalan.



b.



Jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah, sebaiknya tidak melebihi 3 x 24 jam sudah harus diangkat.



c.



Pengangkatan sampah sebaiknya dilakukan setiap hari.



d.



Cara pengangkutan mengambil jarak paling dekat ke tempat pembuangan sampah. Menurut Soemirat (2009) ada beberapa metode pengangkutan sampah yaitu:



a.



Dalam skala kecil diangkut secara manual dengan tenaga manusia.



b.



Untuk jarak pendek tetapi bervolume besar, pengangkutan dengan mesinmesin mekanis.



c.



Untuk wilayah yang mempunyai saluran air khusus sampah maka untuk sampah yang mengapung diangkut menggunakan tenaga aliran air.



d.



Untuk sampah ringan dan kecil diangkut menggunakan tenaga aliran udara(pneumatic).



e.



Untuk sampah dengan volume lebih besar, diangkut dengan otomotif/ kendaraan bermotor atau truk.



Universitas Sumatera Utara



27



f.



Pengangkutan menggunakan kereta api.



g.



Untuk jarak yang jauh, sampah dimasukan ke dalam petikemas selanjutnya diangkut dengan pesawat udara, dan.



h.



Pengangkutan dengan kapal laut, untuk negara-negara lain yang membutuhkan sampah.



2.8.4. Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah: a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya), Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air. b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir. c.



Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia. Sebelum sampai ke tempat pembuangan dan atau pemusnahan ini, sampah



perlu diangkut dahulu dari tempat-tempat pengumpulan sampah. Armada pengangkut sampah yang cukup jumlahnya amat diharapkan. Alat pengangkut tersebut sebaiknya kendaraan yang mempunyai tutup untuk mencegah berseraknya sampah serta melindungi dari bau. Karena pekerjaan yang seperti ini



Universitas Sumatera Utara



28



membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lazimnya ditangani oleh Pemerintah, yang dalam pelaksanaannya perlu mengikutsertakan masyarakat (Aswar, 1990). Tahap akhir pengelolaan sampah adalah pembuangan akhir sampah . pada tahap ini apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan. Pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan persoalan atau mengatasi permasalahan sehingga sampai tahap disposalnya dengan baik. Pengelolaan sampah perlu dilakukan , hal ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu : 1). Untuk mencegah terjadinya penyakit 2). Konservasi sumber daya alam 3). Mencegah gangguan estetika 4). Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali 5). Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat . Di dalam tahapan pemusnahan atau pembuangan sampah ini , terdapat beberapa metode yang digunakan antara lain: A. Sanitary landfill Sanitary landfill adalah sebuah rekayasa metode membuang limbah padat di tanah dengan cara yang melindungi lingkungan dengan limbah tipis lapisan memadatkannya dengan terkecil praktek volume, dan menutupinya dengan padat tanah tapi tiap akhir kerja atau pada interval lebih sering sebagi mungkin diperlukan (Salvato, 1982). Pengelolaan sampah dengan cara sanitary landfill adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah. Sampah ditimbun secara berlapis agar tidak tampak di permukaan tanah. Di TPA sampah



Universitas Sumatera Utara



29



diratakan di permukaan tanah dengan ketebalan 20-30 cm, kemudian dipadatkan, sampah yang telah rata dan padat ditimbun dengan tanah, dengan ketebalan 10-15 cm, demikian seterusnya sampai TPA tersebut sudah penuh. Untuk meratakan , memadatkan, dan menimbun sampah dengan tanah, digunakan alat berat (buldozer dan Traktor). Lokasi TPA dengan sistem ini biasanya digunakan tanah cekung atau tergenang air. Untuk menentukan lokasi TPA juga perlu dipertimbangkan sumber tanah untuk menimbun. Sistem sanitary landfill memberikan dampak positif, antara lain: 1). sampah tidak berserakan. 2). tidak menimbulkan Bau 3). Tidak menjadi sumber Penyakit (Manik, 2016) Adapun pengertian Sanitary landfill menurut (Sumantri, 2016) adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini yaitu: 1) Metode galian Parit (Trench Method) Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru disebelah parit terdahulu.



Universitas Sumatera Utara



30



2).Metode Area Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut. 3). Metode Ramp Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkit, dan sebagainya. Pengelolaan sampah disutau daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif (Sumantri, 2016). a) Pengaruh yang positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut: 1) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah. 2) Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk. 3) Sampah dapatdiberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.



Universitas Sumatera Utara



31



4) Pengelolaan



sampah



menyebabkan



berkurangnya



tempat



untuk



berkembang biak serangga atau binatang pengerat. 5) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat. 6) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakatnya (sumantri, 2016). b). Pengendalian dengan gas Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan dengan komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipapipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global. Gas



merupakan bahan bakar yg dihasilkan dari proses fermentasi dan



proses pembusukan oleh bakteri anaerob terhadap bahan-bahan organik termasuk kotoran manusia, kotoran hewan,sisa pertanian, ataupun campuran pada alat yang dinamakan penghasilan gas bio. Agar efektif, proses tersebut harus berlangsung dalam kondisi yang baik, misalnya, pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu yang tetap, dan pada pH yang netral. Karena termasuk bahan bakar, gas bio



Universitas Sumatera Utara



32



memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai sumber energi alternatif, disamping dapat mengurangi dampak akibat pembuangan kotoran yg tidak di olah. Komposisi gas bio terdiri dari gas metan, karbon dioksida, nitrrogen, monoksida, oksigen, dan hidrogen sulfida. Konsentrasi gas metan cukup tinggi dan bila bercampur dengan udara akan menghasilkan gas bakar. Karakteristik gas metan murni, antara lain, tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak berasa. Nilai kalor panasnya cukup tinngi, antara 4.000-6.700 kcal/m hampir sama dengan energi yang diperlukan untuk mendidihkan 130 kg air pada suhu 20°C atau energi yang diperlukan untuk menyalakan lampu ukuran sekitar 60-100 watt selama 5-6 jam. c). Pengendalian Lindi Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada dalam timbunan tersebut, sehingga memiliki variasi kandungan polutan organik dan anorganik. Saat air hujan kontak dengan lahan sampah, sebagian air hilang menjadi limpasan dan mengalami evapotranspirasi. Sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. Lindi akan timbul ketika kemampuan maksimum sampah menyerap air (field capacity) terlampaui. Lindi sangat potensial menjadi masalah, karena aliran lindi bergerak secara lateral maupun vertikal bergantung pada karakteristik dari material yang berada di sekitarnya. Tahap



pertama



pengendaliann



adalah



dengan



membuat



fasilitas



pengumpul lindi yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA, sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada



Universitas Sumatera Utara



33



mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran lindi ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan; namun bila topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan. Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa air permukaan yang telah tercemar oleh lindi dapat menyebabkan matinya ikan, hilangnya nilai estetik dan perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada kasus pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus menerus dalam periode yang lama. Untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran ini tentunya akan meghabiskan dana yang sangat besar dan khusus untuk kasus pencemaran air tanah, untuk mengembalikan kondisi air ke keadaan semula (tidak tercemar) dibutuhkan waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun(Robert J Kodoatie, 1996). Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Sangat sulit untuk menyimpulkan atau mendefinisikan karakteristik lindi di TPA. Variasi penggambaran kontaminan dari lindi telah ada dalam berbagai macam literatur untuk beberapa kondisi di lokasi yang berbeda. Rentang jumlah kontaminan yang cukup jauh manunjukkan sulitnya mendefinisikan atau memprediksikan komposisi tipikal dari berbagai macam kontaminan yang ada dalam lindi. Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan, iklim, musim dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi setiap sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah juga



Universitas Sumatera Utara



34



turut berpengaruh. Setelah lindi keluar dari timbunan sampah, komposisi lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah (Robert J Kodoatie, 1996). Proses Terjadinya pencemaran lindi ke tanah dengan proses infiltrasi, air lindi dapat mencimari air tanah dan proses ini akan berjalan cepat apabila jarak permukaan air tanah dengan air lindi cukup dekat. Setelah mencapai air tanah, air lindi akan terbawa oleh aliran air tanah. Melalui aliran air tanah, air lindi dapat mencemari air sumur dengan bahan pencemar yang terkandung di dalamnya (Robert J Kodoatie, 1996).Mekanisme masuknya polutan sehingga mencapai sumber air yang dikonsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Robert J Kodoatie, 1996): 1) Jarak penyebaran pencemar di dalam tanah Metode pencemaran bakteri dari sumber akan menyebar kurang lebih 2 meter pada jarak 5 meter dan akhirnya akan menyempit pada saat akan mencapai jarak ± 11 meter. Pencemaran kimia pada jarak 25 meter melebar ± 9 meter dan menyempit pada jarak 95 2) Frekuensi pemakaian air Dengan



frekuensi



pemakaian



air



yang tinggi



akan



mendorong



mempercepat aliran air tanah dari arah horizontal masuk ke dalam air sumur. Jadi pengambilan air tanah yang berlebihan infiltrasi tanah semakin cepat sehingga air tanah tercemar akan lebih cepat masuk ke dalam air sumur tersebut.



Universitas Sumatera Utara



35



3) Porositas tanah Porositas tanah merupakan persentase jumlah bagian yang lowong (porous) dari volume material keseluruhan yang dapat dilalui air di bawah gaya beratnya. Porositas merupakan suatu indeks dari jumlah air yang dapat disimpan pada lapisan air jenuh. Porositas dapat dikatakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan dalam bentuk %. Semakin tinggi tingkat porositas tanah maka untuk mengalirkan tanah semakin cepat sehingga pencemaran akan lebih cepat menyebar. Pasir mempunyai porositas 46 %, sedangkan tanah endapan lempung sekita 37 %. Air tidak akan mengalir bila pori-pori tidak berhubungan. 4) Tekstur tanah. Tekstur tanah berkaitan dengan aliran air tanah adalah klasifikasi tanah dan ukuran butiran tanah. Berdasarkan ukuran diameter butirannya tanah diklasifikasikan sebagai berikut: lempung , lanau, pasir, kerikil, batuan, dan bongkahan. Tekstur tanah akan mempengaruhi transmisi pencemar masuk ke dalam sumur. Apabila tekstur tanah merupakan lapisan pasir yang mempunyai porositas tinggi, maka penyebaran pencemar akan lebih cepat. 5) Aliran air tanah Aliran air tanah dengan proses geologi yang memberikan pengaruh secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah. Pergerakan aliran air tanah melalui pori-pori tanah yang tidak kedap air baik dipermukaan tanah dan dalam spectrum geologi yang luas baik dalam skala ruang maupun skala waktu.



Universitas Sumatera Utara



36



6) Temperatur Semakin dalam dari permukaan tanah maka semakin membuat suhu semakin tinggi dan ini akan mempengaruhi komposisi kimia air tanah dengan efeknya terhadap kelarutan garam. Umumnya larutan garam akan makin besar dengan makin tingginya temperatur. B.



Dumping Sistem dumping terlalu umum dan kebutuhan tidak diperjelas dan ini



merupakan perlakuaan yang tidak baik, sebagai biasanya dipelihara , menolak umumnya tersebar di area yang luas (salvato, 1982). Sistem dumping ialah pembuangan sampah dengan penumpukan diatas tanah terbuka. Dengan cara ini, TPA memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpukan begitu saja, tanpa ada perlakuan. Sistem dumping memang dapat menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena msyarakat sekitar terganggu. Cara ini berpengaruh buruh terhadap lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang, sampah berserakan terbawa aliran permukaan atau masuk keperairan umum, dan menimbulkan bau yang menusuk, cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang di timbulkannya seperti: 1) Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan sebagainya. 2) Pencemaran polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkannya, 3) Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul, 4) Berpotensi terjadinya bahaya kebakaran yang sulit di padamkan. 5) Estetika lingkungan yg buruk karena pemandangan yang kotor



Universitas Sumatera Utara



37



( Manik,2016). 6) Pengaruh negatif Pengelolaan sampah



yang kurang baik dapat



memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan , lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. 7) Pengaruh terhadap kesehatan a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti lala atau tikus. b) Adanya terjadi gangguan psikomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan dll 8) Pengaruh terhadap lingkungan a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata. b) Proses pembusukan sampah oleh mikro organisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas. d) Pembuangan sampah kedalam saluran pembuangan air akan menyebabkan air terganggu dan saluran air menjadi dangkal. e) Apabila



musim



hujan



datang,



sampah



yang



menumpuk



dapat



menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal (Sumantri,2016). C. Incineration Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain :



Universitas Sumatera Utara



38



a)



Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.



b) Tidak memerlukan ruang yang luas. c)



Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.



d)



Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar,



lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain : 1. Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk. 2. Furnace tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh. 3. Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama. 4. Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke dalam 5. Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007). D Composting



Universitas Sumatera Utara



39



Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organikoleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkanbahan berupa kompos dan pupuk. E Hot feeding Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis, babi). Perlu diingat bahwasampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untukmencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak. F Discharge to sewers Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan airlimbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memangbaik. G Individual inceneration Pembakaran



sampah



secara



perorangan



ini



biasa



dilakukan



oleh



pendudukterutama di daerah perdesaan. H Recycling Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai ataudaur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain, plastik,gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. Istilah daur ulang sering disalah artikan untuk mencakup kegiatan seperti mengisi botol untuk digunakan kembali dan di remanufaktur produk untuk di jual kembali kepada konsumen, tetapihanya untuk menggunakan istilah hanya ketika bahan dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan baku untuk produk baru. Proses daur ulang meliputi: 1). Pengumpulan dan daur ulang.



Universitas Sumatera Utara



40



2). Memisahkan mereka berdasarkan jenis. 3). Pengolahan menjadi bentuk baru yang dijual ke produsen dan, 4). Akhirnya membeli dan menggunakan barang dibuat dengan bahan diolah kembali (Master, 2008). A. Reduction Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak. B. Salvaging Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Aswar, 1990). 2.8.5. Aspek Kelembagaan Menurut Syafrudin dan Priyambada dalam Artiningsih (2008), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kota raya dan kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri. 2. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) atau ibu kota propinsi bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri. 3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) atau kota/kotif bentuk lembaga yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /UPTD dinas pekerjaaan umum atau seksi pada dinas pekerjaan umum.



Universitas Sumatera Utara



41



4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk lembaga pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas / UPTD, dinas pekerjaan umum atau seksi pada dinas pekerjaan umum. Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di pemukiman, aspek kelembagaan terdiri dari: A. Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh : 1.



Swasta/developer dan atau.



2.



Organisasi kemasyarakatan.



3.



Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu.



B.Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah : 1. Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah



sampai



dengan



TPS



dilaksanakan



oleh



lembaga



yang



dibentuk/ditunjuk oleh organisasi masyarakat permukiman setempat. 2.



Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembaga pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh Pemerintah Kota.



3. Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis evaluasi kinerja pengelolaan sampah. 4. Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi. 5. Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah daerah atau dengan swasta. 6. Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan. 7. Meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan manajemen persampahan ke tingkat daerah.



Universitas Sumatera Utara



42



8. Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.8.6. Aspek Peraturan Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, keterlibatan masyarakat. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Kota Medan baik dalam bentuk peraturan daerah adalah sebagai berikut: Peraturan Daerah Kota Medan No.6 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah. 2.8.7



Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok



utama pengelolaan sampah, yaitu: 1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah, gunaulangdan daur-ulang 2. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari: a. Pemilahan: pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifatsampah b. Pengumpulan: pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempatpenampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu



Universitas Sumatera Utara



43



c.



Pengangkutan: membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampahsementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir



d. Pengolahan: mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah e. Pemrosesan akhir sampah: pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnyake media lingkungan secara aman. Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis sampah yang diatur adalah: 1. Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan. 2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya. 3. Sampah Spesifik Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing



Universitas Sumatera Utara



44



bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi: a. Pembatasan timbulan sampah. b. Pendauran ulang sampah. c. Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.



Universitas Sumatera Utara



45



2.8.8 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Menurut Chandra (2006), pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif maupun negatif. A. Pengaruh Positif



Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dalam lingkungannya, seperti berikut: 1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah 2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk 3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak 4. Pengelolaan



sampah



menyebabkan



berkurangnya



tempat



untuk



berkembang biak serangga atau binatang pengerat 5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah 6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat 7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat



Universitas Sumatera Utara



46



8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat dipergunakan untuk keperluan lain. B. Pengaruh Negatif



Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut: 1. Pengaruh terhadap kesehatan a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus b) Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lainlain. 2. Pengaruh terhadap lingkungan a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gasgas tertentu yang menimbulkan bau busuk c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara yang bahaya kebakaran yang lebih luas



Universitas Sumatera Utara



47



d) Pembuangan



sampah



ke



dalam



saluran



pembuangan



air



akan



menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal e) Apabila



musim



hujan



datang,



sampah



yang



menumpuk



dapat



menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal f) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air. 3. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosialekonomi budaya masyarakat setempat b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan anatara penduduk setempat dan pihak pengelola (mis, kasus TPA Bantargebang, Bekasi) d) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang f) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat g) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis h) Penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.



Universitas Sumatera Utara



48



2.9.



Kerangaka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian sistem pengelolaan sampah di TPA



terjun ini adalah sebagai berikut:



Input 1.Angkutan sampah di TPA Terjun 2. Peralatan sampah di TPA Terjun. 3. Sumber Daya Manusia. 4. Struktur Organisasi di TPA Terjun



Proses 1. kegiatan open dumping di TPA Terjun 2. Membutuhkan Sistem pengelolaan sampah yang sesuai : a. Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 dan b. Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2015 tentang pengelolaan sampah



.



Output 1.adanya pengendalian gas 2. adanya pengendalian lindi 3. adanya pengendalian sumur pantau



Universitas Sumatera Utara



BAB III METODE PENELITIAN



3.1



Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan melakukan



studi observasi, wawancara dengan mempergunakan kuesioner dan lembar observasi tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai sistem manajemen pengelolaan sampah di TPA Terjun kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2017. 3.2



Lokasi dan Waktu Penelitian



3.2.1.



Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPA Terjun kecamatan Medan Marelan, yang



terletak diKota Medan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016- Agustus 2017 mulai dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan sampah di TPA Terjun. 3.3



Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah sampah yang dihasilkan TPA Terjun di



Kecamatan Medan Marelan. 3.4



Informan penelitian Informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar



49



Universitas Sumatera Utara



50



menguasai masalah, yang sudah bekerja selama 5 tahun di TPA terjun serta terlibat langsung dengan masalah penelitian yaitu pegawai di TPA Terjun, kasi TPA, mandor, spj, bestari dan melati, pegawai administrasi, pegawai alat berat di TPA Terjun dan yang bertanggung di tempat pembuangan akhir sampah TPA Terjun. 3.5.



Metode Pengumpulan Data



3.5.1



Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan yang



diperoleh dari informan melalui kuesioner dan melakukan wawancara Terarah (guided interview) dimana peneliti menanyakan kepada Informan pertanyaanpertanyaan yang menggunakan pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. 3.5.2



Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data yang didapat dari jurnal, buku-buku



serta instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.6



Defenisi Operasional 1. Input untuk mengetahu komponen input termasuk alat-alat di TPA Terjun. 2. Proses Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelola sampah di TPA Terjun, 3. Proses Aspek peraturan adalah dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Kota medan. 4. Output adanya pemantauan udara, dan sumur pantau untuk pencemaran air



tanah serta adanya pengendalian gas dan leachate (lindi)



.



Universitas Sumatera Utara



51



3.7 Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini menggunakan wawancara Terarah (guided interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan topik yang akan dibicarakan dan observasi langsung di lapangan. Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan alat perekam suara. 3.8 Analisis Data Data-data yang didapatkan melalui observasi lapangan selanjutnya dianalisa secara deskriptif sehingga diperoleh hasil, kesimpulan dan saran.



Universitas Sumatera Utara



BAB IV HASIL PENELITIAN



4.1.



Gambaran Umum lokasi Penelitian



4.1.1. Data Geografi Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Kelurahan Terjun terletak di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di bagian kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan memiliki luas wilayah 44,47 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1.Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan 2.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 3.Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4.Sebelah Timur berbatasasn dengan Kecamatan Medan Labuhan Penelitian dilakukan di kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, kelurahan Terjun memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 16,05 KM2 yang terdiri dari 22 lingkungan. Sebagian besar lahan pada kelurahan Terjun di gunakan untuk TPA sampah yaitu seluas 14 Ha tepatnya di lingkungan enam dan TPATerjun mulai beroperasi sejak 7 Januari 1993 dengan menggunakan sistem Open dumping. Jumlah sampah yang dibuang di TPA Terjun yang berasal dari kota Medan berjumlah 70% sampah bersifat organik.



52



Universitas Sumatera Utara



53



4.2



TPA Terjun



Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun dengan kondisi lapisan asal tanah lempung, tofografi relatif datar dengan ketinggian elevansi 2,5 m dari permukaan laut, areal berada diantara aliran Paluh Nibung dengan Paluh Terjun dengan jarak sekitar 6 km dari garis pantai, aliran air kedua paluh (anak sungai) tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut, mulai dioperasikan pada tanggal 7 Januari 1993, yang berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan luas lokasi 14 Ha dan Pemilikan Lahan Pemerintah Kota Medan. Jarak Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun dari pemukiman 500 M, sedangkan dari Sungai Deli berjarak 4 km, dengan pantai Belawan berjarak 6 Km, jarak bandara udara kualanamu dengan tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) Terjun berjarak sekitar 48 Km, dan tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) Terjun dengan kota Medan berjarak sekitar 14 Km. TPA terjun mempunyai 2 Zona terbagi atas zona tidak aktif dan zona aktif. Zona tidak aktif di TPA terjun sudah tidak dipergunakan dalam hal kegiatan ataupun pengoperasian pemaparan sampah , bahwa Zona tidak aktif tersebut telah ditimbun dengan tanah, pengadaan tanah dengan menggunakan anggaran tahun berjalan, TPA Terjun setahun dua kali melakukan penimbunan yang diakukan secara manual dengan menggunakan alat berat Excavator yang berada di TPA.



Universitas Sumatera Utara



54



4.2.1 Struktur Oraganisasi Dinas kebersih Kota Medan TPA Terjun dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota Medan



4.2.2 Struktur Oraganisasi di TPA Terjun



KEPALA SEKSI



MANDOR Universitas Sumatera Utara



55



Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data diolah)



4.3



Karakteristik Informan (Pengelola di TPA Terjun) Karakteristik informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 5 informan,



yang terdiri dariinforman 1 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 43 tahun dengan pendidikan S1 dan jabatan di TPA terjun adalah Staf administrasi TPA Terjun, informan 2 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 38 tahun dengan pendidikan S1 dan jabatan di TPA terjun adalah Staf TPA Terjun, informan 3 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 20 tahun dengan pendidikan SMA dan jabatan di TPA terjun adalah Pencatat SPJ, informan 4 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 39 tahun dengan pendidikan SMP dan jabatan di TPA terjun adalah Operator alat berat TPA Terjun dan , informan 5 Pengelolaa TPA Terjun kecamatan medan marelan yang berusia 42 tahun dengan pendidikan SMA dan jabatan di TPA terjun adalah Bestari di TPA Terjun.



Universitas Sumatera Utara



56



4.4 Jenis Sampah di TPA terjun Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing informan serta hasil observasi yang dilakukan: 1.



Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 1 ) Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA Terjun yang paling banyak jenis sampah organik sekitar 70 %.



2.



Pengelola Sampah TPA Terjun (Informan 2) Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA terbagi menjadi anorganik dan organik. Yang paling banyak jenis sampah TPA ini adalah sampah organik 77%.



3.



Pengelola Sampah TPA Terjun (informan 3 ) Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis Sampah di TPA Terjun yaitu sampah organik paling banyak di jumpai di TPA terjun.



4.



Pengelola sampah TPA Terjun (informan 4) Berdasarkan pernyataan informan mengenai Jenis sampah di TPA Terjun yang selalu di jumpai yang paling banyak sampah organic seperti sisa makanan.



5.



Pengelola sampah TPA Terjun (informan 5) Berdasarkan pernyataan informan mengenai jenis sampah di TPA Terjun sekitar ± 70 % sampah bersifat organic seperti sisa makanan dan daundaunan. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di TPA Terjun, ada beberapa jenis-



jernis sampah yang terdapat di TPA Terjun, yaitu sampah-sampah organik seperti



Universitas Sumatera Utara



57



sisa makanan, sauran, buah-buahan, dan daun-daunan mencapai hasil 77,3% berdasarkan data dari TPA Terjun, dan sampah organik tersebut tidak bisa dimanfaatkan untuk di olah menjadi kompos, dikarenakan alat di TPA Terjun mengalami kerusakan. Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya, jumlah sampah organik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sampah anorganik. Jumlah sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas, kayu, kain, karet, pempers mencapai 22,7%.



4.5



Jumlah Armada Pengangkut Sampah di TPA Terjun Hasil observasi yang dilakukan peneliti di TPA Terjun, ada beberapa



macam-macam armada pengangkut sampah yang masuk ke TPA Terjun yaitu, Jumlah armada pengangkut yang masuk untuk membuang sampah di lokasi TPA terjun terdapat 4 macam truk yaitu truk typper, truk continer, truk competor, dan truk amroll



Tabel 4.5 Armada Truk Pengangkut Sampah yang masuk Ke TPA Terjun 2017 Jenis Alat Angkut



Jumlah



Truck typper



160 Unit



Truck continer



14 Unit



Truck compector



8 Unit



Universitas Sumatera Utara



58



Truck Amroll JUMLAH



12 Unit 194 UNIT



TPA terjun hanya menerima armada pengangkut sampah yang datang ke lokasi TPA Terjun, lalu setelah armada pengangkut sampah sampai di Lokasi TPA terjun petugas yang bertugas sebagai supir armada pengangkut sampahpun turun dan memberikan surat untuk perintah jalan kepada pegawai di TPA terjun, agar dapat melintasi memasukkan sampah ke titik pembongkaran sampah yang telah di Tentukan oleh petugas di TPA.



Sumber Daya Manusia di TPA Terjun 4.6 4.6.1 Pernyataan Informan Mengenai Sumber Daya Manusia di TPA Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing informan serta hasil observasi yang dilakukan: 1. Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 1 ) Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA Terjun 45 orang jumlah seluruh pengelola di TPA Terjun terbagi atas 37 orang honorer dan 8 orang PNS, dan di TPA Terjun Tidak Mempunya Struktur organisasi hanya saja ada urutan nya sesuai tanggung jawab masing-masing pekerja yang bekerja di TPA Terjun. 2. Pengelola sampah TPA Terjun (Informan 2) Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA Terjun terbagi PNS ada 8 orang dan Honor ada 37 orang itu saja yang tim pengelola di TPA Terjun tidak termasuk pemulung. 3. Pengelola sampah TPA Terjun (informan 3 )



Universitas Sumatera Utara



59



Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA Terjun berjumlah 45 orang. 4.



Pengelola sampah TPA Terjun (informan 4) Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA Terjun berjumlah honorer berjumlah 37 orang dan PNS Berjumlah 8 orang.



5.



Pengelola sampah TPA Terjun (informan 5) Berdasarkan pernyataan informan mengenai sumber daya manusia di TPA Terjun berjumlah ±30 orang honorer dan 8 orang PNS. TPA Terjun mempunyai 45 pegawaiyang bekerja di TPA terjun dengan



status PNS 8 pegawai dan tenaga harian Lepas 37 orang dan ini hasil yang di peroleh melalui observasi penelitian di TPA Terjun. Hasil observasi dan wawancara yang di lakukan di TPA Terjun, Sumber daya manusia (Petugas) yang bekerja di TPA terjun berjumlah 45 orang dengan status Pegawai negeri sipil berjumlah 8 orang dan pegawai harian lepas berjumlah 37 orang dan jumlah seluruh petugas di TPA Terjun berjumlah 45 orang.



Tabel 4.6 sumber daya manusia di TPA No



Jabatan/ Tugas



1 2 3 4



Kasi TPA Mandor Petugas administrasi Pencatat SPJ (pemberian Stempel Surat Perintah Jalan)



Status PNS 1 1



Jumlah THL 1 11 3



1 2 11 3



Universitas Sumatera Utara



60



5 6 7 8



Operator Alat Berat Bestari Melati Pengantar BBM Jumlah



6



9 9 2 2 37



8



15 9 2 2 45



Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data di olah)



4.6.2



Tugas Pegawai di TPA Terjun Beserta fungsinya TPA Terjun memiliki fungsi serta tugas pegawai di TPA terjun yaitu



melalui observasi dan wawancara yang di lakukan di TPA terjun: 1. Kepala seksi TPA Terjun Berfungsi sebagai pelaksanaan pengelolaan sampah yang meliputi penyuluhhan dan pemberdayaan kepada pegawai dalam pengelolaan sampah di TPA Terjun. 2. Mandor di TPA terjun Berfungsi



sebagai



pelapor



pelaksanaan



kegiatan



dilingkungan



pengelolaan sampah khususnya di TPA terjun.



3. Petugas Administrasi di TPA terjun Berfungsi sebagai mengelola urusan umum dalam proses perlengkapan di TPA seperti urusan surat menyurat, dan arsip dokumen serta keperluan administrasi alat yang di perlukan di TPA Terjun. 4. Petugas SPJ di TPA terjun



Universitas Sumatera Utara



61



Berfungsi sebagai pencatat armada angkutan sampah yang masuk ke TPA Terjun dengan memberikan stempel perintah jalan kepada petugas pengangkut sampah ke TPA Terjun yang telah membawa surat dari dinas kebersihan Kota medan dan diberikan stempel oleh petugas SPJ untuk melakukan pembuangan sampah di TPA Terjun. 5. Petugas Operator Alat Berat di TPA Terjun Berfungsi untuk menggunakan alat berat seperti loader dan bulldozer untuk mendorong, menyebarkan, menggilas dan memadatkan lapisan sampah, excavator berguna untuk penggalian dan peletakan tanah penutup ataupun memindahkan sampah dengan spesifikasi. 6. Petugas melati petugas berjenis kelamin perampuan Berfungsi sebagai sebagai Pembersih sampah yang berserakan dijalan masuk TPA terjun serta di Kantor di TPA Terjun 7. Petugas bestari Petugas berjenis kelamin laki-laki. Berfungsi sebagai pembersih sampah yang berserakan dijalan masuk TPA terjun serta di lingkungan Kantor di TPA Terjun.



4.7



Proses Kegiatan Penerimaa Sampah di TPA Terjun TPA Terjun mempunyai tahapan-tahapan penerimaan sampah yang



dilakukan di TPA terjun dimulai dari Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan melalui observasi dan wawancara yang di lakukan di sebagai berikut:



Universitas Sumatera Utara



62



4.7.1



Penerimaan sampah di TPA Terjun



a. Frekuensi



pengangkutan dari jam 08:00-22:00 seperti yang telah di



nyatakan oleh para informan dan jika jam 22:00 tidak dapat lagi masuk untuk membuang sampah dan harus menunggu diwaktu pagi di hari berikutnya. b. Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA Terjun membawa sampah harus melalui petugas registrasi berjumlah 8 petugas SPJ Bertugas untuk mencatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal dan waktu pemasukan sampah ke TPA Terjun serta pencatatan disusun dalam bentuk tabulasi,meliputi: hari, bulan/tanggal/tahun, jam kedatangan, jam pergi, nomor polisi truk, dan volume sampah. c. Kegiatan penerimaan dan pendataan sampah diperlukan untuk mengevaluasi dan merencanakan pengembangan TPA. Pengukuran dapat dilakukan secara manual dengan cara mengukur ketinggian muatan sampah dalam kendaraan pengangkut. Data pengukuran selanjutnya dicatat oleh petugas dan dibukukan. d. Mencatat jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (mᶟ) dalam satuan berat (ton) per-hari e. Truk memasuki pos penerimaan sampah dan ditimbang tetapi timbangan sampah di TPA terjun dalam keadaan rusak sudah dari tahun 2015 sampai 2017 f. Lalu sampah dicatat dengan berat memakai kasat mata berdasarkan armada angkutanya masing-masing.



Universitas Sumatera Utara



63



g. Pengangkutan sampah di angkut ke lokasi sesuai rute yang di tentukan. 4.7.2



Pemrosesan sampah di TPA Terjun Dalam penggoperasian TPA tahapan-tahapan pemrosesan sampah di TPA Terjun adalah:



a. Jadwal Pembongkaran sampah Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembongkaran sampah yaitu waktu pembongkaran sampah , transportasi pembongkaran, dan pola pembongkaran sampah. b. Transportasi pembongkaran Transportasi pembongkaran merupakan kegiatan memindahkan sampah dari



dalam



truk



pengangkutan



ke



titik



bongkar.



Proses



pengaturan pembongkaran sampah sangat berkaitan dengan kebutuhan personil di lapangan dan untuk mengantisipasi gundukan sampah yang lebih besar serta antrian kendaraan yang panjang di lokasi TPA Terjun. Mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan pengaturan antrian kendaraan dan jam kerja pembuangan sampah. c. Jadwal operasional penimbunan sampah Jam kerja operasi penimbunan sampah sudah harus ditentukan waktunya yaitu mulai pukul 8.00 sampai 22.00 d. Armada pengngangkut sampah menuju area pengurugan untuk membuang sampah di TPA Terjun . Lalu setelah di buang di tempat yang ditetapkan pemulung melakukan kegiatan mencari sampah yang dapat di daur ulang kembali.



Universitas Sumatera Utara



64



4.8



Alat Berat di TPA Terjun Alat berat yang digunakan untuk memadatkan sampah seperti bulldozer tersedia



10 layak pakai 7, dan yang tidak dapat terpakai lagi berjumlah 3 unit, di TPA terjun loader berjumlah 1 unit dengan kondisi rusak berat dan tidak dapat terpakai lagi dan excavator yang tersedia di TPA terjun berjumlah 5 unit dengan kondisi 3 layak pakai dan 2 tidak layak pakai. Kondisi ini menyebabkan kurangnya ketersediaan alat berat di TPA terjun sehingga mengakibatkan kurang efisienya pekerjaan dalam melakukan pekerjaan utuk memadatkan sampah serta pemindahan sampah di TPA Terjun.



Tabel 4.8 Alat Berat di TPA Terjun No Alat Berat tersedia di TPA Terjun 1 Bulldozer 2 Excavator 3 loader Jumlah



Jumlah



Layak Pakai



Rusak



10 5 1 16



7 3



3 2 1



Sumber: Tempat Pembuangan Akhir TPA Terjun, 2017 (data di olah)



TPA Terjun mempunyai Jumlah peralatan sampah dengan persediaan sapu lidi berjumlah 10, Cangkol berjumlah 5, Sekop berjumlah 5, Garukan berjumlah 5 dan Tong sampah berjumlah 10 hanya itu peralatan sampah yang terlihat di lokasi TPA terjun dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk membersihkan lingkungan kantor di TPA Terjun. 4.9



Sarana dan Prasaran TPA Terjun Prasarana dan sarana yang tersedia di TPA Terjun dapat diuraikan sebgai



berikut : 1. Fasilitas Dasar TPA fasilitas dasar yang diperlukan agar suatu TPA dapat dijangkau dan dimanfaatkan meliputi :



Universitas Sumatera Utara



65



a) Jalan operasional : adalah jalan yang diperlukan oleh kendaraan armada pengangkut sampah menuju titik Pembongkaran Sampah. b) Listrik atau genset c) Drinase : drainase di TPA Terjun berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan d) Kantor : Bangunan yang berfungsi sebagai ruang kerja dalam mengatur pengendalian operasi dan perencanaan kegiatan di TPA terjun. 2. Fasilitas Operasional TPA TPA Terjun a.



Alat Berat di TPA Terjun mempunyai 10 bulldozer, 5 excavator, dan 1 loader.



3. Fasilitas Perlindungan Lingkungan TPA Terjun mempunyai fasilitas pelindung terhadap lingkungan agar tidak meniumbulkan masalah baru bagi lingkungan disekitarnya TPA Terjun, maka tersedia fasilitas seperti: a) Saluran pengumpulan lindi : berupa kolam penampung yang ukurannya dihitunggg berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. b)



Pengelolaan lindi : sirkulasi lindi kedalam timbunan sampah di TPA terjun untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pencemaraanya, atau pengolahan seperti pengolahan air limbah.



c) Sumur uji atau sumur pantau diperlukan untuk mengontrol ada dan tidaknya pencemaran terhadap air tanah yang di akibatkan oleh air lindi yang ada diTPA Terjun.



Universitas Sumatera Utara



66



d)



Pengamanan gas: gas yang terbentuk di TPA umumnya bersifat gas metana dan gas karbon dioksida dilakukan pengendalian di TPA agar gas tersebut tidak lepas ke atmosfer dengan pengamanan gas di bentukventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah dan menuju titik-titik yang telah di tentukan.



e) Penghijauan: penghijauan lahan TPA diperlukan untuk meningkatkan estetika lingkungan, sebagai zona untuk pencegahan bau dan vektor lalat yang berlebihan di TPA. 4. Fasilitas Penunjang TPA a) Garasi



berfungsi



sebagai



tempat



parkir



kendaraan



oprasional



pengangkutan sampah, juga berfungsi sebagai tempat persiapan dan perawatan ringan kendaraan sebelum dioperasikan. b) Tempat pencucian alat angkut dan alat berat ; berfungsi untuk melakukan pencucian alat angkut guna untuk pemeliharaan alat angkut dan alat berat adi TPA terjun agar lebih lama untuk masa pemakaiannya. c) Jembatan timbang : berfungsi untuk pengukur volume sampah perhari yang masuk Ke TPA Terjun



Universitas Sumatera Utara



BAB V PEMBAHASAN



5.1 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Sampah yang dihasilkan di Kota Medan akan diangkut ke tempat Pemrosesan akhir sampah (TPA) Terjun tanpa melalui proses pemilahan atau Pengolahan terlebih dahulu, tempat pemrosesan sampah (TPA) Terjun merupakan tempat atau pemrosesan akhir sampah yang ada di Kota Medan. Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman adalah Jarak Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) Terjun dari pemukiman 500 M, sedangkan dari Sungai Deli berjarak 4 km, dengan pantai Belawan berjarak 6 Km, jarak Bandara Udara Polonia dengan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun berjarak sekitar 23 Km, Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Terjun dengan kota berjarak sekitar 14 Km. TPA Terjun Kota Medan telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat Pemrosesan akhir sampah 5.2



Struktur Organisasi Organisasi sering diartikan sebagai kelompok orang yang bekerjasama dan



ingin mencapai tujuan bersama. Organisasi didirikan karena beberapa tujuan tertentu yang hanya dapat dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan bersama-sama.



67



Universitas Sumatera Utara



68



Atmosudirdjo dalam buku Wursanto (2005:53) mendefinisikan organisasi itu sebagai struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan yang tertentu. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan



dan



dikoordinasikan



secara



formal.



Struktur



organisasi



menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Kerangka



kerja



organisasi



tersebut



disebut



sebagai



desain



organisasi



(organizational design) dan bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure). Belum adanya secara khusus struktur organisasi di TPA terjun . Dinas kebersihan kota medan sebaiknya memberikan atau merencana untuk pembuatan struktur organisasi di TPA Terjun, agar terstrukturnya kebijakan yang dilakukan di TPA terjun



5.3



Jenis- Jenis Sampah Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya,



sampah padat dapat digolongkan sebagai, Sampah Organik, terdiri dari bahanbahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan



Universitas Sumatera Utara



69



bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. TPA Terjun berupa sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, plastik, logam, kaca, kain, karet, kayu, sampah b3 dan pempers dan lain-lain. berdasarkan berat sampah yang dihasilkan, komponen sampah yang paling dominan pada umumnya adalah sisa makanan yakni 77.3%.n amun berdasarkan volumenya potensi sampah terbesar adalah jenis kertas dan plastik masing-masing 2.995 % dan 8.58 %, sementara yang terendah adalah logam 0.09 %. 5.4



Jumlah Armada di TPA Pengelolaan sampah di lokasi tersebut belum optimal didukung oleh alat-



alat berat yang memadai sehingga untuk pengolahan maupun untuk penghancuran sampah sementara produksi sampah dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang diperkirakan beberapa tahun ke depan TPA Terjun tidak akan dapat menampung volume sampah yang kian hari bertambah mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan saat ini belum maksimal.



Universitas Sumatera Utara



70



Armada pengangkutan seperti tripper truck dengan kapasitas isi 8 m3, armroll truck dengan kapasitas isi 10 m3, compactor truk dengan kapasitas isi 12 m3, Untuk alat berat pemaparan sampah terdiri dari bulldozer, whell loader, dan excavator yang keseluruhan alat berat dioperasikan di TPA Terjun.dengan mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Dalam menjalankan aktivitas pengelolaan sampah di TPA Terju, Dinas Kebersihan Kota Medan harus melengkapi dengan sarana yang ternyata memadai untuk melayani kebutuhan di TPA secara keseluruhannya. 5.5



Kondisi Di TPA Terjun Kondisidi TPA Terjun menggunakan teknik Open Dumping, dan sudah



tidak layak dipakai oleh TPA Terjun, dalam dalam Pasal 22 Undang- Undang No 18 Tahun 2008 telah disebutkan bahwa TPA di seluruh Indonesia sebaiknya melakukan :Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampa . TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Di TPA terjun memakai sistem open dumping dimana sampah setelah menjalankan prosedur mulai dari masuk nya sampah ke TPA dan supir melapor ke SPJ dan dibenarkan untuk membuang sampah di pengurugan sampah di TPA Terjun dan di buang begitu saja lalu pemulung datang untuk melihat sampah yang masih bisa di daur ulang dan sampah yang tidak dapat di daur ulang seperti sampah organik di biarkan begitu saja. tahun 2015 sistem pengelolaan sampah di



Universitas Sumatera Utara



71



bantu dengan membuat kompos tetapi setelah alat pembuat kompos rusak berat di TPA tidak ada lagi engelolaan sampah hanya menggunakan sistem open dumping saja Perbandingan kondisi yang ada pada TPA Terjun dengan menggunakan sistem open dumping yaitu menimbulkan bau yang sangat tajam di TPA Terjun serta dapat menimbulkan rasa pusing, mual hingga muntah. Kondisi ini dapat mengganggu kesehatan para pekerja, pengunjung (dalam jangka pendek), dan masyarakat yang bertempat tinggal di dekat TPA Terjun.



5.6



Kondisi Sarana dan Prasana TPA Terjun Prasarana jalan Prasarana jalan dasar di TPA merupakan fasilitas dasar



yang diperlukan agar suatu TPA dapat dijangkau dan dimanfaatkan. fasilitas dimaksud meliputi Jalan masuk dari TPA, hanya mempunya 1 jalanan memasuki TPA tersebut dan selalu mengalami kemacetan. Fasilitas pengaman, gas yang terbentuk di TPA Terjun umumnya berupa gas karbondioksida dan methan dengan jumlahnya yang tidak sedikit. Kedua gas tersebut memiliki potensi yang besar dalam proses pemanasan global terutama gas methan. Perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan bebas lepas ke atmosfir. di TPA terjun sudah banyak yang rusak untuk pengendalian gas methan dinamakan gas venting dan tidak layak pakai dikarenakan umur TPA Terjun sudah mencapai 23 tahun harus adanya perbaikan pipa yang baru agar tidak keluar gas methan melalui atmosfer.



Universitas Sumatera Utara



72



Fasilitas pengaman lindi, Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar, khusunya zat organik. Di TPA terjun lindi di genangin oleh tumpukan sampah terlihat banyak sampah dan sangat organik Alat berat yang biasanya digunakan di TPA Terjun



umumnya berupa



bulldozer dengan jumlah 7 layak pakai dan 3 rusak berat, excavatordengan jumlah 5 dengan kondisi rusak beratdan loader dengan jumlah 1 dan kondisinya rusak berat. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Alat berat yang digunakan di tempat pemrosesan akhir Terjun sangat berhubungan dengan pola pengelolaan sampah yang di terapkan di TPA terjun.alat berat di TPA yang memakai sistem open dumping hendaknya selalu siap untuk dioperasikan setiap hari. tata cara pemeliharaan alat harus tersedia di lapangan dan diketahui secara baik oleh petugas yang diberikan tugas di TPA terjun. Alat- alat yang tersedia di TPA Terjun Bulldozer adalah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor dengan kemampuan untuk mendorong tanah, memindahkan tanah, serta menimbun kembali bekas galian di TPA Terjun.excavator adalah jenis alat berat yang terdiri dari mesin dan roda khusus yang dilengkapi dengan lengan dan alat pengeruk yang digunakan untuk menggali parit, dan lubang di TPA Terjun.loader adalah jenis alat untuk memadatkan sampah di TPA Terjun tetapi tidak dapat dipakai dikarenakan rusak berat dan hanya berjumlah 1 unit di TPA terjun.. Fasilitas penunjang :TPA Terjun yaitu berupa adanya grasi untuk tempat penyimpanan alat berat yang masih bisa di pakai maupun yang tidak terdapat 1



Universitas Sumatera Utara



73



grasi di TPA terjun untuk Menyimpan alat berat.lalu fasilitas penunjang lainnya seperti timbangan sampah yang terletak di depan pos SPJ tetapi dengan kondisi sudah rusak dan tidak dapat dipakai. Lalu fasilitas penunjang lainya yaitu tempat pencucian alat angkutan dan alat berat terdapat 1 tempat pencucian dan letaknya berada di belakang kantor Adminstrasi TPA terjun digunakan untuk mencuci alat berat dan alat angkut. Dan



Di TPA terjun juga memiliki fasilitas penunjang



lainnya yaitu tempat parkiran transportasi di belakang kantor SPJ selain itu TPA Terjun . TPA Terjun memiliki1 unit genset di TPA tetapi dipakai jika diperlukan saja .TPA terjun memiliki sumur pantau serta fasilitas penghijauan di lahan TPA terjun di bantu memalui LSM dengan Penanaman ± 250 pohon di TPA Terjun tetapi masih dalam proses



5.7



Perencanaan sistem di TPA terjun Memenuhi maksud undang-undang nomor 18 tahun 2008, maka Dinas



Kebersihan Kota Medan merencanakan akan melaksanakan pembangunan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) baru dengan sistem sanitary landfil sehingga operasional TPA aman bagi lingkungan dan terpelihara kesehatan masyarakat Kota Medan. Kemudian pada akhir ini telah timbul wacana pemerintah Propinsi Sumatera Utara akan mengkoordinir beberapa Pemerintah Kota dan Kabupaten untuk membangun TPA Regional seperti TPA Regional mebidang (Medan-BinjaiDeliserdang) ataupun TPA Regional Mebidangro (Medan-Binjai-Deli serdangKaro), namun sampai saat ini pembangunan TPA tersebut belum terencana



Universitas Sumatera Utara



74



sebagaimana mestinya, sementara Pemko Medan saat ini sudah sangat membutuhkan TPA baru dengan penerapan sistem sanitary landfill sejalan dengan maksud undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan, dan untuk rencana pembangunan TPA baru tersebut sangat diharapkan dukungan dana APBN dan APBD, sehingga akhirnya pengelolaan sampah kota medan sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Dengan ditimbunnya sampah dengan tanah akan mengurangi bau busuk, lalat dan tidak terjadinya kebakaran yang dapat mengganggu lingkungan, gas yang terbentuk di TPA Terjun umumnya berupa gas karbon dioksida dan methan dengan komposisi hampir sama, disamping gas yang di hasilkan adalah gas methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran dan gas methan dan CO2 memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas methan melalui terbentuknya efek rumah kaca dilapisan atas atmosfir. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan, maka secara priodik sampah harus ditimbun dengan tanah, lapisan tanah mempunyai fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah, mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor penyakit dan mencegah kebakaran, ketebalan lapisan tanah timbun minimal 20-30 cm dalam keadaan padat.



Universitas Sumatera Utara



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Metode pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun umumnya dilakukan



dengan cara menggunakan sistem open dumping (sistem



pembuangan terbuka). 2. Banyaknya Kelemahan dari sistem Open dumping yang terjadi di sekitar TPA Terjun yaitu; Sampah masih di biarkan berserakan dimana-mana, serta tidak dilakukan sesuai undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pembentukan sistem sanitary landfill dimulai berdirinya TPA selama 5 tahun, dan di TPA terjun sudah berdiri selama 23 tahun dan masih menggunakan sistem open dumping dan akibat sistem open dumping di TPA memberikan debu yang banyak ketika mengalami musim kemarau dan ketika hujan turun jalanan masuk menuju TPA hancur tidak dapat dipakai untuk masuknya truk sampah ke TPA Terjun. 3. Keadaan di TPA terjun masih kekurangan alat berat dan sudah banyak yang tidak bisa digunakan sesuai fungsinya seperti, Bulldozer sebanyak 10: layak pakai 7 dan 3 rusak berat serta, Excavator sebanyak 5: layak pakai 3 dan 2 rusak berat dan Whell loader sebanyak 1 dengan kondisi rusak berat



75



Universitas Sumatera Utara



76



4. Tidak adanya pengelolaan di TPA



Terjun seperti membuat kompos



dikarenakan alat komposnya rusak berat dan menyebabkan tidak bisa mengupayakan untuk meminimalisir sampah di TPA Terjun. 5. TPA Terjun mempunyai kekurangan di sistem manajemen pengelolaan sampah dimana sistemnya mulai dari menimbang sampah alat yang di gunakan untuk menimbang sampah rusak berat menyebabkan hanya melihat melalui truk apa yang masuk ke TPA dengan kasat mata menghitung berat nya ini menyebabkan dilapangan tidak tau berapa kapasitas pasti untuk sampah yang masuk perharinya.



6.2. Saran 1. Disarankan



kepada



Pemerintah



Kota



(Pemko)



Medan



agar



mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan di TPA Terjun. Ada dua alternatifnya adalah dengan menggunakan sistem sanitary landfill atau Lokasi TPA dipindahkan. 2. Pemerintah Kota Medan khususnya Dinas Kebersihan Kota Medan, hendaknya mampu meningkatkan pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan (pelayanan kebersihan) mengingat dalam hal ini pelaksanaan dalam pelayanan kurang maksimal. Jika hal ini tidak dapat ditingkatkan pemerintah Kota Medan dapat membentuk suatu Badan Pengelolaan Persampahan di Kota Medan.



Universitas Sumatera Utara



77



3. Sebagai masukan bagi pemerintah kota untuk memperbaiki sistim pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatip terhadap masyarakat dan lingkungan. Melakukan penghijauan dengan menanami jenis pepohonan seperti mahoni, angsana, beringin, dan lain-lain di areal TPA akan mengurangi polutan gas yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah. 4. Diharapkan dalam pembuangan sampah sebaiknya dilakukan dengan cara sistim sanitary landfiill yaitu sampah yang dibuang dikelilingi dan ditutup dengan material yang kedap air. 5. Dalam melaksanakan manajemen pengelolaan sampah, hendaknya unsurunsur yang terkait dalam manajemen tersebut dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh Dinas Kebersihan Pemko Medan. 6. Diharapkan Kepada pemerintah kota untuk perbaikan kepada alat- alat berat yang mengalami kerusakan agar dapat bekerja secara fungsional 7. Kepada peneliti yang berminat melanjutkan penelitian ini untuk membuat kajian mengenai evaluasi terhadap pengelolaan sampah dan memberikan rekomendasi bagaimana pengelolaan sampah di TPA Terjun dalam konsep pembangunan wilayah yang berwawasan lingkungan.



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PUSTAKA Azwar, Asrul, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kelima. PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Arya,W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan . Yogyakarta: C.V andi Offset. Amos Noelaka (2008:67), Jenis, Sumber dan Karakteristik Sampah Rumah Tangga,Engenering,London. Badan Standardisasi Nasional, 2002. SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2013. Kota Medan Dalam Angka. Kota Medan.. Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama.EGC, Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta.



Hotmawati Lidya Pakpahan (2010),ManajemenPengelolaan Sampah Dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan. Skripsi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hutagalung, Elisabet Christina (2015), Peran pemulung dalam pengelolaan sampah dan timbunan sampah di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015. Skripsi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Kodatie, R.J & Sjarief, R. (1996). Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta: Andi.



78



Universitas Sumatera Utara



79



Miles, M.B. Dan Hubermas. A. Miceal.1992. Analisa Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Moleong, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mukono, H.J. 2004. Higiene Sanitasi Hotel dan Restoran. Surabaya: Airlangga University Press. Mulia, Ricki M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta. Mukono, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya. Airlangga university Press. Master, M Gilbert, and Ela, P, Wendell. 2008. Environtmental engineering and science United states. Cetakan ketiga . Pearson Education,Inc. Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Manik, K. E. S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta :kencana Prenada Media . Syafrudin, 2005. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Prosiding Diskusi Interaktif Pengelolaan Sampah Terpadu, Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang. Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Cetakan Pertama. Kharisma Putra Utama, Jakarta. Suyono, dan Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.



Universitas Sumatera Utara



80



Sianturi, Efendi, 2015. Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan. Yogyakarta: EGC



Siahaan, Thomson, 2013. Analisa Sistem Pengelolaan Sampah Dan Perilaku Pedagang Di Pasar Horas Kota Pematang Siantar Tahun 2013. Skripsi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Sumantri, Arif. 2016. Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Prenada Media Group. Salvato, Joseph A, 1982. Environtmental Engineering And Sanitation (Environtmental science and technology, ISSN 0194-0287). Third Edition. Canada Triwibowo, Cecep, dan Pusphansani, E, Mitha, 2015. Pengantar dasar Ilmu Kesehatan Masyarkat, Jakarta: Nuha Medika



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2016



I.



Data Umum



:



1. Nama Informan



:



2. Umur



:



3. Jenis Kelamin



:



4. Tanggal Wawancara



:



5. Pendidikan Terakhir



: a. Tamat SD b. Tamat SMP c. Tamat SMA d. Perguruan Tinggi



II.



Data Khusus



A.



Pengelolaan sampah di TPA Terjun



1.



Apakah kelemahan sistem open dumping menurut anda ?



2.



Apakah semua prasarana dan sarana di TPA terjun digunakan dengan sebaik mungkin dan apakah itu membantu anda saat anda bekerja di TPA Terjun?



3.



Bagimana menurut anda tentang sistem yang dilakukan di TPA terjun pada saat mulai dari proses pemasukan truk hingga sampai ke gunung dimana dibuangnya sampah di TPA terjun. Apakah sudah sesuai menurut anda?



Universitas Sumatera Utara



4.



Apakah ada kelemahan dari TPA Terjun Yang anda Rasakan setelah bekerja disini selama 10 Tahun?



5.



Apakah ada mesin yang dipakai untuk pengelolaan sampah di TPA Terjun?



6.



Apakah ada prosedur dalam mengelolaa sampah di TPA Terjun?



7.



Bagaimana proses pengelolaan sampah di TPA Terjun?



8.



Bagaimana cara anda melakukan Pengelolaan sampah di TPA Terjun?



9.



Bagaimana cara anda melakukan proses pembuangan sampah sampai di TPA terjun?



10.



Apakah ada pemilahan pada saat pembuangan sampah di TPA Terjun?



11.



Apa yang akan anda lakukan untuk caranya meminimalisir sampah di TPA Terjun?



12.



Apa kendala yang anda yang hadapi saat bekerja di TPA Terjun?



13.



Apakah Solusi yang anda berikan untuk TPA terjun agar lebih baik lagi kedepannya?



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 2. LEMBAR OBSERVASI ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI TPA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2017



NO



PARAMETER



TPA TERJUN



1



Jarak Terhadap Permukiman



2



Jarak Terhadap Sumber Air Baku Untuk minum



3



Jarak dengan



tepi jalan



paling



dekat



besar



atau



umum 4



Jarak dari bandara



NO



PARAMETER



1



Terletak di daerah banjir



2



Terletak pada lokasi yg permukaan air tanahnya



YA



TIDAK



tinggi 3



Sumber bau, Kecelakaan serta memperhatikan aspek estetika



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 3 DOKUMENTASI PENELITIAN



Gambar Lampiran 1. Keadaan di TPA terjun yang menggunakan sistem open dumping di lingkungan TPA Terjun.



Universitas Sumatera Utara



Gambar lampiran 2. truk sampah mengalami kemacetan yg dikarenakan timbangan sampah mengalami kerusakan



Gambar lampiran 3. Keadan rumah sumur pantau yg di gunakan untuk mencuci dan memasak di kantin TPA diTerjun



Universitas Sumatera Utara



Gambar lampiran 4. Water tank berguna untuk membrsihkan peralatan yg di gunakan di TPA



Gambar lampiran 5. Keadan sarana di TPA Terjun



Universitas Sumatera Utara



Gambar lampiran 6. Keadan aliran air lindi di TPA Terjun yang tergenang oleh sampah .



Gambar Lampiran 7. Keadaan pengendalian gas metana yang terletak di atas perbukitan persampahan di TPA Terjun



Universitas Sumatera Utara



Gambar Lampiran 8. Kegiatan wawancara oleh peneliti kepada informan



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara