Anatomi Fisiologi, Kimia, Fisika Dan Biokimia Sistem Sensori Persepsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III “ANATOMI FISIOLOGI, KIMIA, FISIKA DAN BIOKIMIA SISTEM SENSORI PERSEPSI”



OLEH : KELOMPOK 1 NAMA KELOMPOK : 1. Dewa Ayu Sri Purniati 2. Gusti Ayu Ratna Dewi 3. I Gede Gargita 4. I Putu Wira Suyoga Adi Saputra 5. I Wayan Widarta 6. Kadek Dwi Melanie Rahayu 7. Ni Kadek Ayu Mirnayanti 8. Ni Kadek Dian Kusuma Erawati 9. Ni Kadek Dinda Putri Marichi 10. Ni Kadek Widya Antari 11. Ni Kadek Yuli damayanti 12. Ni Ketut Verawati Nandini 13. Ni Komang Trisna Novitayanti 14. Ni Luh Erina 15. Ni Luh Indah Suardewi 16. Putu Shinta Trisnayanti 17. Putu Suci Kristina Dewi 18. Wahidah Sheny Rusliana



183212865 183212866 183212867 183212872 183212873 183212874 183212878 183212879 183212880 183212884 183212885 183212887 183212891 183212892 183212893 183212897 183212898 183212899



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020



KATA PENGANTAR



Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karuniaNya, karya tulis yang berjudul “Anatomi Fisiologi, Kimia, Fisika Dan Biokimia Sistem Sensori Perseps” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester ganjil



tahun



2020,



yang



diampu



oleh



Ibu



Ns.



Ketut



Lisnawati,



S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B Dalam keberhasilan penyusunan karya tulis ini, tentunya tidak luput dari bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setulustulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa, karya tulis ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh kerena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karyakarya penulis berikutnya. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya.



Denpasar, 24 September 2020



Penulis,



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan..................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sistem Sensoris ...................................................................... 3 2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Pada Manusia ............................. 3 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 28 3.2 Saran....................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sistem sensoris merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia, karena dengan sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini. Misalkan saat kita makan, kita dapat merasakan apakah makanan itu asin atau manis. Hidup tidak akan menjadi sepi karena kita dapat mendengar alunan nada atau musik. Atau saat kita mulai tumbuh dan hormon-hormon pertumbuhan mulai berfungsi. Semua rangsangan itu dapat kita rasakan melalui bermacam-macam reseptor yang ada di dalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke central nervous system (saraf pusat) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses pengiriman sinyal inilah yang termasuk ke dalam Sistem Sensoris. Sistem sensoris sendiri adalah gabungan dari sistem nervous (saraf) dan sistem pengindraan pada manusia. Dimana diawali dengan adanya sensasi yang dapat dideteksi oleh organ-organ lalu berkembang menjadi persepsi yang diproses di saraf pusat (encephalon dan medulla spinalis). Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu: Indra penglihat (mata), Indra pendengar (telinga), Indra peraba (kulit), Indra pengecap (lidah), Indra pencium (hidung). Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor. Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor. Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.



1



1.2 Rumusan Masalah Bagaimana anatomi fisiologi, kimia, fisika dan biokimia siatem sensori persepsi ?



1.3 Tujuan Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat makalah anatomi fsiologi, kimia, fisika dan bokimia dari sistem sensori persepsi.



1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui dan memahami antomi fisiologi, kimia, fisika dan bokimia sistem sensori persepsi.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Sistem Sensoris Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ indra menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf pusat. Implus listrik yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi sensasi yang nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat. Namun, dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai reseptor sensori yang menerima rangsangan dari luar tubuh. Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari sistem sensoris. Dalam bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori manusia (panca indera/exteroceptive sensory system) yang mengintepretasi stimulus dari luar tubuh, yaitu penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau/penciuman, dan perasa. Berikut adalah penjelasan tentang anatomi dan fisiologi dari kelima sistem indra yang ada di tubuh manusia.



2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Pada Manusia Indra merupakan reseptor yang dapat menerima rangsangan atau impuls dari luar tubuh atau bisa disebut juga eksteroseptor. Ada lima macam indera yang ada pada manusia yaitu indra penglihat, indra pendengar, indra pengecap, indra peraba dan perasa, dan indra pencium. Berikut adalah penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi jalannya impuls dari kelima indra ke sistem saraf pusat.



3



2.2.1 Indra Pengelihatan (Mata) Mata adalah organ indra pada manusia yang rumit, tersusun dari bercak sensitif cahaya primitif sehingga mata sangat sensitif terhadap rangsangan cahaya karena ada photoreceptor di dalamnya. Di dalam lapisan pelindungnya, mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa pemfokusan cahaya oleh reseptor, dan terhubung atas suatu sistem saraf. Jika dilihat secara struktural bola mata layaknya kamera, tetapi mekanismenya tidak secanggih mata (ciptaan-Nya) yang sistem persarafannya amat rumit dan tidak ada bandingannya. Susunan saraf pusat terhubung melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik ( nervosa optikus ). Implus saraf dari stimulus photoceptor dibawa ke otak pada lobus oksipital di serebrum dimana sensi penglihatan diubah menjadi presepsi. Reseptor penglihatan dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda setiap detik. 1. Anatomi Indera Pengelihatan (Mata) Menurut ilmu anatomi mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian luar dan bagian dalam. 1) Bagian Luar (Organ Okuli Asesosria) Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di sekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari : (1) Bulu mata (Siliae) Bulu mata atau lebih tepatnya rambut mata, adalah bagian dari kelopak mata yang berupa helaian rambut-rambut. Rambut-rambut ini berfungsi untuk



melindungi



supaya



debu, keringat atau air yang



menetes



dari dahi tidak masuk ke mata. Rambut mata merupakan rambut yang sangat lembut. (2) Rongga mata (Cavum orbita) Orbita berbentuk suatu rongga yang secara skematis digambarkan sebagai piramida yang berkonvergensi ke arah belakang. Puncaknya adalah foramen optikum, dan dasarnya menghadap ke depan luar dan terbuka disebut aditus orbitae. Sedangkan dinding-dindingnya meliputi



4



dinding medial, dinding lateral, dinding atas (atap orbita), dan dinding bawah (dasar orbita). Rongga mata yang bentuknya seperti kerucut terdiri dari os frontalis, os zigomatikum, os spenoidal, os etmoidalis, os maxilaris, os lakrimal. Di dalam orbita, selain bola mata, juga terdapat otot-otot ekstraokuler, syaraf, pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan lemak, yang kesemuanya ini berguna untuk menyokong fungsi mata. Orbita merupakan pelindung bola mata terhadap pengaruh dari dalam dan belakang, sedangkan dari depan bola mata dilindungi oleh palpebral. (3) Alis mata (Supersilium) Alis



mata



berfungsi



tetesan keringat yang



sebagai



jatuh



dari



pelindung mata yang bagian dahi



peka



air hujan,



dari atau



sinar matahari yang berlebihan. Bentuk alis mata dan arah tumbuh rambut pada alis dimaksudkan agar keringat atau air bisa mengalir ke kening dan jatuh ke pipi, atau ke arah pipi melewati puncak hidung. Alis mata juga berfungsi sebagai penahan berbagai macam kotoran yang bisa memasuki mata, seperti pasir, debu, dan ketombe. Selain itu rambut pada alis mata juga menambah kepekaan pada kulit untuk merasakan objek asing yang berada di dekat mata, misalnya serangga yang hendak masuk ke mata (4) Kelopak mata (Palpebra) Kelopak mata adalah lipatan kulit yang lunak yang menutupi dan melindungi mata. Terdiri dari kelopak mata atas & bawah berfungsi pelindung mata apabila ada gangguan pada mata



(menutup &



membuka mata). Kelopak mata atas terdiri dari muskulus levator palpebra superior. Bagian kelopak yang berlipat (tarsus) →pada kedua tarsus terdapat kelenjar tarsalia, sebasea & keringat. (5) Kelenjar air mata (Aparatus lakrimalis) Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan



5



dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung. (Proses) melalui duktus ekskretorius lakrimaris → sakus konjungtiva → melalui bagian depan bola mata → sudut tengah bola mata → kanalis lakrimalis → duktus nasolakrimaris → meatus nasalis inferior. (6) Otot mata (Musculus okuli) Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari : 1. Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata. 2. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. 3. Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata. 4. Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata. 5. Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola mata ke dalam dan ke bawah. 6. Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke luar. (7) Selaput bening mata (Konjungtiva) Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Berfungsi mencegah mata dari kekeringan. Ada 2 bagian yaitu Konjungtiva palpebral dan Konjungtiva bulbar. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva



6



2) Bagian Dalam



Gambar 2. Anatomi Bagian Dalam Pada Mata



(1) Kornea Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sklera. (2) Iris Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai korpus siliaris.



7



(3) Pupil Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. (4) Sklera Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva. Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melakatnya otot mata. (5) Lensa mata Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensa tersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar. (6) Retina Retina adalah selapis tipis sel yang terletak pada bagian belakang bola mata. Retina merupakan bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf. Retina memiliki sel fotoreseptor yang menerima cahaya. Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II). (7) Koroid Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata. Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Salah



8



satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris. (8) Aqueous humor Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata (9) Vitreus humor Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata. (10)



Bintik kuning Fungsi bintik kuning yang terdapat di retina pada mata adalah untuk



menerima cahaya dan meneruskan ke otak. (11)



Saraf optik Saraf optik memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang



cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.



Gambar 3. Anatomi fisiologi mata



9



2. Fisiologi Indera Pengelihatan (Mata) Bola mata tdd: 3 lapisan yakni, 1) Lapisan terluar  sklera, keruh yg semakin ke depan se-makin tembus pandang  kornea 2) Lapisan kedua  khoroid, hitam (gelap), ke depan akan membentuk otot ciliari & iris (berfungsi untuk menga-tur cahaya  bila cahaya terlalu besar maka iris saling mendekati, pupil mengecil sedangkan jika cahaya redup iris saling menjauhi, pupil membesar 3) Lapisan terdalam  retina, mempunyai pembuluh darah arteri & vena retinalis sehingga bola mata teraliri drh 4) Selain ke 3 lapisan terdahulu, terdapat pula lensa kris-talina, aquous humor, vitrous humor (aquous vitrous yg lbh kental) 5) Media penglihatan  kornea, aquous humor, lensa kris-talina, vitrous humor (aquous vitrous) 6) Terdapat pula bintik kuning (fovea nasalis = makula lu-tea = fovea sentralis = fovea medialis)  tempat peneri-ma benda yg dilihat oleh mata karena di tempat ini tdpt sel kerucut (dlm fovea) & sel batang (tersebar di retina) sebagai organ yg peka terhadap cahaya 7) Selain bintik kuning terdapat bintik buta (blind spot), karena daerah ini tdk peka terhadap cahaya krn tdk ada sel batang & sel kerucut 8) Sel batang untuk melihat cahaya redup (remang-remang), sedangkan sel kerucut untuk siang hari & warna 9) Pd retina terkenal teori duplisitas  skotop  mekanis me pengaturan penglihatan senja & malam hari serta photop mekanisme yg mengatur penglihatan siang hari & warna 10) Sel batang & sel kerucut dipersyarafi oleh syaraf optik secara bipolar  merupakan syaraf penglihatan serta syaraf kranial yang ke II 11) Selain syaraf optik (II), ada syaraf kranial lain yang membantu dlm pengoperasian & gerakan bola mata, yaitu syaraf okulumotor (III), troklearis



10



(IV), abdusens (VI) & trigeminal (V)  selain mempersyarafi daerah mata sampai ke kepala juga mempersyarafi daerah rahang atas & rahang bawah



2.2.2 Indra Pendengar (Telinga) Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.



Gambar 3. Anatomi Telinga



1. Anatomi Indera Pendengar (Telinga) 1) Anatomi Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral. Daun telinga dibentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Kearah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk 11



daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Pearce, 2016).



Gambar 4. Anatomi Telinga Luar Telinga luar berfungsi sebagai penyalur suara dan sebagai proteksi telinga tengah. Fungsi telinga luar sebagai penyalur suara tergantung dari intensitas, frekuensi, arah, dan ada atau tidaknya hambatan dalam penyalurannya ke gendang telinga. Sedangkan fungsinya sebagai proteksi telinga tengah yaitu menahan atau mencegah benda asing yang masuk ke dalam telinga dengan memproduksi serumen, menstabilkan lingkungan dari input yang masuk ke telinga tengah, dan menjaga telinga tengah dari efek angin dan trauma fisik (Emanuel dan Letowski, 2009). 2) Anaomi Telinga Tengah Telinga tengah terdiri atas membran timpani, osikula (tulang-tulang pendengaran) dan eustachius. (1) Membran Timpani



12



Membran timpani atau sering di sebut sebagai gendang telinga dengan bentuk menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran auditori dan merupakan penerima rangsang fibrasi pertama. Membran timpani berfungsi untuk meneruskan suara meuju tulang-tulang pendengaran (osikula). (2) Osikula Merupakan tulang-tulang telinga yang terdiri atas tiga tulang kecil, tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai dan bersambung, dari membran timpani menuju rongga telinga dalam tulang-tulang tersebut adalah Malleus (martil), Incus (landasan), Stapes (sanggurdi) (3) Saluran Eustacius Merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah yang menjorok menghubungkan telinga dengan faring saluran eustacius akan tertutup jika dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita menelan, sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindari.



13



Gambar 5. Anatomi Telinga Tengah Telinga tengah berfungsi untuk menyalurkan suara dari udara dan memperkuat energi suara yang masuk sebelum menuju ke telinga dalam yang berisi cairan. Fungsi telinga tengah dalam memperkuat energi suara dibantu oleh tulang-tulang kecil seperti maleus, incus, dan stapes sehingga energi suara tadi dapat menggetarkan cairan di koklea untuk proses mendengar (Sherwood, 2011). 3) Anatomi Telinga Dalam Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temporalis, terdapat reseptor pendengaran, dan alat pendengaran ini disebut labirin. (1) Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum, koklea, dan kanalis semisirkularis. (2) Labirintus membranous, terdiri dari: 1. Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada dinding belakang utrikulus terdapat muara dari duktus semisirkularis dan pada



14



dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan antara utrikulus dan sakulus. 2. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat. 3. Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis yang berjalan pada kanalis semesirkularis (superior, posterior, dan lateralis). Bagian duktus yang melebar disebut dengan ampula selaput. Setiap ampula mengandung celah sulkus ampularis merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus. 4. Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum vestibular)ndan berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare)



Gambar 6. Anatomi Telinga Dalam 2. Fisiologi Indera Pendengar (Telinga) Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas



15



membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis



2.2.3 Indra Pengecap ( Lidah) Lidah ini, dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap (taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut papilla. Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa dasar, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung lidah, rasa asam di tengah sisi-sisi lidah, dan rasa pahit di bagian belakang. Kuncup pengecap di lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu zat dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, makanan harus dikunyah dan dibasahi dengan ludah terlebih dahulu agar dapat dinikmati rasanya. Makanan yang sudah mengalami proses pencernaan di rongga mulut menghasilkan bahan kimia yang larut dalam ludah. Bahan kimia tersebut masuk ke dalam bentuk impuls saraf ke saraf gustatori, kemudian meneruskannya ke otak.



16



Gambar 7. Struktur Lidah



1. Anatomi Indera Pengecap ( Lidah) Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik melaksanakan gerakan kasar pada waktu mengunyah dan menelan sedangkan Otot intrinsik melakukan gerakan halus. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu: 1) Papila filiformis berbentuk seperti benang halus. 2) Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah. 3) Papila fungiformis berbentuk seperti jamur. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua



17



sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah: 1) Bagian depan lidah (Apeks lingua), fungsinya untuk mengecap rasa manis. 2) Bagian pinggir lidah (Dorsum lingua), fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam. 3) Bagian belakang/pangkal (Radik lingua), fungsinya untuk mengecap rasa pahit. Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Susunan saliva (kelenjar ludah) terdiri dari air, glikoprotein, enzim pencernaan (ptialin), garam alkali, dan lain-lain. Fungsi saliva yaitu ada secara mekanis, kimiawi (enzim ptialin- hidrat arang → maltose, enzim maltose → glukosa), membasahi lidah, melarutkan makanan, mencegah karies gigi (mengubah suasana asam). Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah. 2. Fisiologi Indera Pengecap ( Lidah) Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari bahasa Yunani. Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau minuman.



18



2.2.4 Indera Peraba (Kulit) Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. 1. Anatomi Indera Peraba (Kulit) Secara patologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis dan subkutaneus.



Gambar 8. Struktur Kulit 1) Lapisan epidermis (Kulit Ari) Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang mempunyai ketebalan sekitar 50 μm-1,5 mm, tersusun dari 15-25 sel, umumnya berfungsi sebagai penghalang terpenting dari hilangnya air, elektrolit, dan atau nutrien tubuh, serta menahan masuknya senyawa asing dari luar. Lapisan epidermis ini terdiri atas, yaitu : (1) Stratum Corneum (Lapisan tanduk)



19



Stratum Corneum merupakan lapisan epidermis paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam.Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny. Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit kasar. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacityatau kemampuan memperbaiki diri. Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat.Ketika usia mencapaisekitar 60-tahunan, proses keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercakputih karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit.Lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar. (2) Stratum Lucidum (Lapisan bening) Stratum lusidum terdapat langsung di bawah stratum korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini terdapat jelas ditelapak tangan dan kaki. Ketebalannya berkisar 1%-10% dari total lapisan kulit. Lapisan ini sangat kering mengandung ≤ 15% air dan terdiri dari beberapa lusin selsel mati berbentuk gepeng yang tersusun tumpang tindih yang disebut korneosit, mengandung sekitar 65% keratin yaitu suatu protein yang dihasilkan selama proses deferensiasi. Stratum korneum ini mempunyai



20



peran penting dalam mengontrol absorbsi perkutan molekul-molekul obat. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. (3) Stratum Granulosum (Lapisan berbutir) Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki. (4) Stratum Spinosum (Lapisan bertaju) Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapisan sel berbentuk poligonal dengan ukuran bermacam-macam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti sel terletak ditengah. Sel-sel ini makin dekat dikulit makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation. (5) Stratum Basalis (Lapisan benih) Stratum basalis merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya



21



menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. 2) Lapisan Dermis (Kulit Jangat) Lapisan ini disebut juga korium, terletak pada lapisan kulit antara epidermis dan jaringan lemak subkutan. Tebal lapisan sekitar 1-4 mm, tergantung bagian tubuh. Fungsi dermis ini terutama melindungi tubuh dari luka, menjadikan epidermis lebih fleksibel, penghalang terhadap infeksi dan sebagai organ penyimpan air. Dalam dermis terdapat kapiler darah, ujung-ujung saraf, pembuluh limfa, kelenjer keringat, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Lapisan ini jauh lebih tebal dari pada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas: (1) Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. (2) Pars Retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat dan sel-sel fibroblast. Kolagen muda bersifat lentur namun dengan bertambahnya umur menjadi stabil dan keras. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit : (1) Kelenjar Keringat Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :



22



1. Kelenjar keringat ekrin Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 % air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. 2. Kelenjar keringat apokrin Yang hanya terdapat di daerah ketiak, putting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel ambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon. (2) Kelenjar Palit Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut



23



dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat. 3) Subkutan Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan ini berfungsi sebagai cadangan makan. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock beaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat 2. Fisiologi Indera Peraba (Kulit) Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.



2.2.5 Indera Penciuman/Pembau (Hidung) Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih kuat dari manusia dewasa, karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia dapat mendeteksi 2000 - 4000 bau yang berbeda. Indera pembau manusia berupa



24



kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.



Gambar 9. Strutur Indera Pembau



1. Anatomi Indera Penciuman/Pembau (Hidung) Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus oftaktorius yang merupakan otak terkecil. Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lendir. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung: 1) Konka nasalis superior 2) Konka nasalis media 3) Konka nasalis inferior



25



Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus nasalis yang terdiri dari: 1) Sinus maksilaris (rongga tulang hidung) 2) Sinus sfenoidalis (rongga tulang baji) 3) Sinus frontalis (rongga nasalis inferior)



Sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir ke luar akan menjadi sinusitis. 2. Fisiologi Indera Penciuman/Pembau (Hidung) Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell



26



receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.



27



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Dan Indera pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.



3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang anatomi fisologi, kimia, fisika dan biokimia sistem sensori persepsi lebih dipahami oleh mahasiswa kesehatan khusnya keperawatan.



28



DAFTAR PUSTAKA



Guyton, A. C., dan Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022 Hetharia, Rospa, Sri, Mulyani. (2011). Asuhan Keperawatan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta: CV.Trans Info Media Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Syaifuddin. (2014). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC



29