Apendisitis KMB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, akhirnya makalah “Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit apendisitis” dapat penyusun selesaikan. Sebagai pemberi asuhan kesehatan, perawat hendaknya dapat mengetahui apa saja diagnosa pada penyakit apendisitis, obat – obatan yang di berikan, cara perawatannya, dan rehabilitasinya. Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan mahasiswa ataupun para pembacanya tentang manajemen nyeri persalinan. Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada, kami selalu menanti saran dan kritik dari dosen pembimbing maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.



Surabaya, 28 Februari 2017



Penyusun



1



DAFTAR ISI



Kata Pengantar................................................................................... Daftar isi ............................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................ 1.2 Tujuan......................................................................................... 1.3 Rumusan Masalah...................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi apendisitis ................................................................... 2.2 Etiologi apendisitis .................................................................... 2.3 Gejala apendisitis ....................................................................... 2.4 Patofisiologi apendisitis ............................................................. 2.5 Manifestasi ............................................................................... 2.6 Penatalaksanaan ........................................................................ 2.8 Farmakologi ............................................................................. 2.9 Pembedahan ............................................................................ BAB III ASKEP TEORI 3.1 Pengkajian ............................................................................... 3.2 Diagnosa .................................................................................. 3.3 Intervensi ................................................................................. BAB IV KASUS 4.1 Pengkajian ............................................................................... 4.2 Diagnosa ................................................................................. 4.3 Intervensi ................................................................................ 4.4 Implementasi .......................................................................... 4.5 Evaluasi .................................................................................. BAB V PENUTUP 3.1 Kesimpulan .......................................................................... 3.2 Saran..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................



2



1



3 3 3 4 4 4 6 5 7 8 9 10 11 12 16 21 22 25 27 29 29 30



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kejadian appendisitis di negara maju lebih tinggi di bandingkan dengan negara berkembang. Appendisitis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan pada segala usia tapi pada umumnya saat usia remaja yaitu sekitar usia



20-30 tahun. Appendisitis pada umumnya terjadi



(Kowalak, 2011). Appendikitis sering terjadi pada makan makanan rendah



serat sehingga



pada



laki







laki



individu yang kebiasaan



dapat mempengaruhi



terjadinya



konstipasi yang dapat menimbulkan appendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang berakibat terjadinya sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa



sehingga dapat



mempermudah timbulnya appendisitis akut (Sjamsuhidayat,2004). Sejak adanya kemajuan pada penanganan dan obat obatan antibiotik angka kematian akibat dari appendititis sudah mengalami penuran. Penyakit ini merupakan yang paling sering memerlukan penanganan pembedahan darurat atau dilakukan appendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat appenndik dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.



Selain itu untuk pencegahannya yaitu dengan konsumsi



makanan yang tinggi serat yang dapat melancarkan pencernaan sehingga akan mengurangi resiko terjadi appendisitis (Smeltzer,2002).



3



1.2. Rumusan Masalah : Adapun rumusan masalah apendisitis adalah sebagai berikut : a. Apa definisi, etiologi dan gejala dari apendisitis ? b. Apa saja diagnosa dan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit apendisitis ? c. Apa saja pengobatan farmakologi yang di berikan ? d. Bagaimana cara perawatan atau pembedahan apendesitis ? 1.3. Tujuan Penulisan : Adapun tujuan penulisan apendisitis adalah sebagai berikut : a. Mengetahui pengertian, penyebab dan gejala apendisitis b. Mengetahui diagnosa dan tindakan keperawatan pada klien dengan apendisitis c. Mengetahui pengobatan farmakologi yang diberikan d. Mengetahui cara pengobatan apendisitis



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Appendisitis Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis). Appenditits merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi



pada vermiforis.



Sehingga



merupakan penyakit yang paling sering memerlukan pembedahan kedaruratan. Apabila tidak ditangani dengan segera maka akan berakibat fatal Apendisitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka; pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapapun, apendisitis paling serinng terjadi antara usia 10 dan 30 tahun. 2.2. Etiologi Appendisitis Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalt), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan struktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalt dan hipeplasia jaringan lifoid (irga, 2007) 2.3 Tanda dan Gejala Appendisitis a. Nyeri gatal yang dimulai dari sekitar perut dan sering menjalar ke perut bagian kanan bawah b. Nyeri yang menjadi tajam dalam beberam jam



5



c. Rasa kebal ketika menekan perut bagian kanan bawah d. Nyeri yang tajam pada perut bagian kanan bawah yang terjadi ketika area ditekan dan kemudian tekanan tersebut dilepas dengan cepat e. Mual dan muntah f. Hilang nafsu makan g. Demam ringan h. Konstipasi i. Sulit buang angin j. Diare k. Bengkak pada daerah perut 2.4. Patofisiologi Appendisitis Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks, cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti



E.histolitica, kebiasaan



makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan konstipasi sehingga dapat mempengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendik akan mengakibatkan terjadinya nekrosis dan inflamasi pada appendiks. Sehingga pada keadaan tersebut akan menimbulkan nyeri pada area periumbilikal. Adanya proses inflamasi yang berkelanjutan maka terjadi pembentukan eksudat pada permukaan serosa appendiks. Pada saat eksudat berhubungan dengan pariental peritoneum, maka intesitas nyeri yang khas akan terjadi. Peningkatan obstruksi yang terjadi maka bakteri akan berpoliferasi sehingga meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada dinding apendik yang disebut sebagai appendiks mukosa. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri yang masuk pada rongga perut akan mengakibatkan peritonitis atau inflamasi pada permukaan peritoneum.Perforasi appendik dengan adanya abses akan menimbulkan nyeri hebat pada bagian abdomen kanan bawah.



6



2.5. Manifestasi Klinis Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri



7



berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut adalah : 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi otot-otot yang menegang dari dorsal 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis a. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare) b. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,



dapat



terjadi peningkatan



frekuensi



kemih,



karena



rangsangannya dindingnya. Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas, yaitu : a. Pada anak-anak Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam



8



kemudian akan terjadi muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini,  sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi b. Pada orang tua berusia lanjut Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi c. Pada wanita Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester I, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih  ke regio lumbal kanan. Diagnosis klinis apendisitis akut masih bisa salah 15% - 20% walaupun telah dilakukan pemeriksaan dengan teliti dam cermat. Angka ini tinggi untuk pasien perempuan dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan yang masih muda sering memiliki gejala yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu biasanya berasal dari genetalia internal oleh karena ovulasi, radang perlvis dan lain-lain. 2.6. Penatalaksanaan Appendisitis Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Appendektomi (pembedahan untuk mengangkat appendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Appendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.



9



Konsep asuhan keperawatan post operatif dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah di operasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki, dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi. 2.7. Farmakologi Terapi farmakologi bagi pasien penderita apendisitis dapat dilakukan melalui hal, yaitu 1. Penggunaan antibiotik Jenis antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida (gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin. 2. Terapi Cairan Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis dengan perforasi. Cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus diganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central.



Balance cairan harus



diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan. 3. Antiulser misalnya senyawa xanthone. Anda bisa membuat ramuannya sendiri atau membeli produk yang sudah jadi dipasaran seperti Jus Manggis Xamthone Plus.



10



4. Antiemetika Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim. 2.8.



Pembedahan Operasi Apendisitis Apendisitis akut diobati dengan pembedahan, yaitu dengan mengangkat apendiks. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu irisan kecil di bagian perut kanan bawah, atau dengan menggunakan laparoskopi, yang membutuhkan tiga atau empat irisan kecil. Pada pembedahan, apendiks hampir selalu diangkat, bahkan jika dijumpai ternyata apendiks dalam keadaan normal. Hal ini dilakukan agar nyeri perut kanan bawah di masa akan datang tidak lagi ditujukan pada apendisitis. Pemulihan setelah operasi apendiktomi konvensional biasanya berlangsung beberapa minggu. Pasien biasanya diberikan obat pereda nyeri dan diminta untuk membatasi aktifitas fisik. Sedangkan pemulihan setelah apendiktomi dengan laparoskopi biasanya berlangsung lebih cepat, tetapi membatasi aktifitas berat tetapi diperlukan, yaitu kurang lebih 4 sampai 6 minggu setelah pembedahan. Sebagian besar pasien yang sembuh dari apendisitis akan kembali normal seperti sedia kali. Jarang sekali pembedahan apendisitis menyebabkan berbagai kelainan yang menyebabkan pasien perlu merubah pola makan, latihan, atau gaya hidupnya



11



BAB III ASKEP TEORI 3.1 Pengkajian Pengkajian a. Anamnesa 1) Identitas diri Kebanyakan pada laki-laki usia 20-30 tahunan, pekerjaan. 2) Keluhan utama Didapatkan nyeri sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan sampai punggung. Nyeri bias terus menerus atau hilang timbul. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual, muntah, panas atau demam. 3) Riwayat Kesehatan sekarang Diuraikan bagaimana keluhan utam timbul, dan apa yang dilakukan saat keluhan itu timbul, pada pasien pasca operasi apendisitis didapatkan nyeri saat dibuat gerak. 4) Riwayat Kesehatan Dahulu Dikaji masalah kesehatan dahulu yang berhubungan dengan masalah saat ini seperti pernah dilakukan pembedahan sebelumnya, atau memiliki gangguan system pencernaan seperti gastritis, apendisitis, dll. 5) Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji penyakit keturunan yang berhubungan dengan masalah pasien saat ini seperti apendisitis, kanker, tumor, dll. Kaji pula adanya penyakit menular. b. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Pasien tampak lemah karena nyeri. 2) Tanda-tanda Vital TD dalam batas normal, N memungkinkan takikardi, S memungkinkan meningkat akibat hipertermi, RR dalam batas normal.



12



3) Pengkajian Pola Gordon a) Pola Nutrisi Porsi makan pasien tidak habis, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, mual, muntah. b) Pola Eliminasi Pada pasien sebagian besar tidak mengalami gangguan BAB dan BAK, namun ada beberapa pasien mengeluh konstipasi pada awitan inflamasi dan kadang diare. c) Pola Aktivitas dan Latihan Pasien mengalami perubahan penurunan aktivitas akibat inflamasi (nyeri) dan gangguan aktivitas mandiri. d) Pola Istirahat Tidur Istirahat dan tidurakan terganggu bila nyeri timbul. e) Pola Persepsi Kognitif Fungsi indra tidak mengalami gangguan, pasien dapat merasakan nyeri, pasien mengetahui penyakit yang di alaminya akan segera sembuh dengan dilakukan pengobatan yang sudah didapatkan. f) Kenyamanan (nyeri) Pasien merasakan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang semakin meningkat pada titik Mc. Burney. Meningkat nyerinya karena berjalan. Duduk jongkok, batuk, dan saat posisi kaki kanan ekstensi atau posisi duduk tegak. c. Pemeriksaan Fisik B1-B6 1) B1 (Breathing) a) Inspeksi Pada pasien tidak dapat batuk produktif, sesak napas, penggunaan otot bantu pernafasan, dan pernafasan cuping hidung. Tidak ada pula retraksi intercostal, dan ketidaksimetrisan bentuk dada. b) Palpasi Pada pasien taktilfremitus teraba pada bagian kana-kiri paru-paru c) Auskultasi



13



Pada pasien tidak terdengar suara tambahan pernafasan seperti weazing, ronci, goorgling, cracles d) Perkusi Pada pasien terdenganr vesikuler yang menunjukkan tidak adanya gangguan paru-paru 2) B2 (Blood) a) Inspeksi Pada pasien kulit tidak pucat, CRT < 2 detik, kedua belah dada simetris. b) Palpasi Pada pasien ictus cordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri ke 5, agak ke medial 2 cm dari linea mid klavikula kiri, nadi radial teraba cepat atau takikardia (kemungkinan) saat nyeri timbul. c) Perkusi Pada pasien batas kiri jantung yaitu ics 2 kiri di linea parasternal kiri (atas) dan ics 5 kiri agak ke medial linea midklavikula kiri (bawah). Sedangkan batas kanan jantung yaitu ics 3-4 kanan di line parasternal kana (bawah) dan ics 2 kanan di linea parasternal kanan (atas). d) Auskultasi Pada pasien terdengar suara bunyi jantung I dan II (lupdub) pada ics 3 kiri, tidak terdengar bising jantung (murmur). 3) B3 (Brain) a) Inspeksi Pada pasien terlihat kesadaran penuh (compos mentis), ekspresi wajah sesuai, gaya bicaranya jelas, aktivitas motoric terganggu akibat luka operasi, status mental baik, pasien terdapat reflex menelan, reflex patella, respek respon pupil terhadap cahaya. 4) B4 (Bladder) a) Inspeksi Tidak ada distensi kandung kemih, urin dalam batas normal, (warna, jumlah).



14



b) Palpasi Tidak teraba massa, tidak teraba adanya regangan (tangan atau distensi) kandung kemih, tidak ada nyeri tekan. c) Perkusi Tardengar suara tempani, bila volume urin penuh suaranya redup atau dullness d) auskultasi tidak terdengar beuits pada arteri renalis (diatas pusar 2-3 jari lalu geser kea rah kiri 2/3 jari 5) B5 (Bowel) a) Inspeksi Pada pasien terdapat mual, muntah sebelumoperasi akibat peningkatan mucus laman G1 dan sekresi lambung. Mual muntah setelah operasi akibat peristaltic yang belum berfungsi secara sempurna b) Palpasi Terdapat nyeri pantul saat sebelum operasi, dimana nyeri semakin sakit saat tekanan bagian titik Nc. Burney di lepaskan, nyeri semakin meningkat saat ekstensi ataupun fleksi tungkai kanan, jongkok (kaji PQRST) Terdapat nyeri akut saat setelah operasi akibat insisi apendiktomi (PQRST) di sebelah kuadran kanan perut c) Perkusi Terdengar redup pada daerah hepar (normal) d) Auskultasi Suara bising usus saat sebelum operasi tidak ada gangguan Suara peristaltic setelah operasi terdengar belum baik, < 12x/menit akibat anastersi 6) B6 (Bone) a) Inspeksi Kelemahan tirah baring keterbatasan gerak akibat nyeri, mudah lelah



15



1. Pemeriksaan penunjang A. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi) b. Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha di tekuk kuat / tungkai diangkat tinggi – tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah (psoass sign) d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. e. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu f. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda perangsaangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol B. Pemeriksaan laboratorium Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000 / mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah) C. Pemeriksaan radiologi a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu ) b. Ultrasonografi (USG) CT Scan 3.2 Diagnosa No 1. 2.



Diagnosa pre.op Hipertermi berhubungan dengan pengiriman sinyal palsu oleh kuman / penyebaran toksin Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada dinding apendiks



16



No



Diagnosa post.op



3



Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan



4.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya minat mencari sumber pengetahuan



3.3 Intervensi No Diagnosa 1. nyeri akut dengan



NOC (Kriteria Hasil) berhubungan Kriteria hasil :



inflamasi



dan 1. Mampu



infeksi



NIC (intervensi) 1. Lakukan pengkajian



mengontrol



nyeri



nyeri



secara



(tau penyebab nyeri, mampu



komprehenssif



menggunakan



termasuk



teknik



farmakologi



non untuk



lokasi,



karakteristik, durasii,



mengurangi nyeri, mencari



frekuensi,



bantuan)



dan faktor presipitasi



2. Melaporkan



bahwa



berkurang



nyeri 2. Observasi reaksi non dengan



menggunakan



manajemen



nyeri 3. Mampu



kualitas



ferbal



dari



ketidaknyamanan 3. Menggunakan teknik



mengenai



nyeri



terapi



komunikasi



(skala, intensitas, frekuensi



terapeutik



dan tanda nyeri )



mengetahui



4. Menyatakan



rasa



nyaman



setelah nyeri berkurang



pengalaman



untuk nyeri



pasien 4. Kaji



kultur



yang



mempengaruhi respon 2.



hipertermi



berhubungan Kriteria hasil



dengan respon sistemik dari 1. Suhu tubuh dalam rentang inflamasi gastrointestinal



normal



17



nyeri 1. Monitor



suhu



ssesering mungkin 2. Monitor warna dan



2. Nadi dan RR dalam rentang normal



suhu kulit 3. Mmonitor



tekanan



3. Tidak ada perubahan warna



darah, nadi dan RR



kulit dan tidak ada pusing



4. Kompres pasien pada lipatan paha dan axila 5. Berikan



pengobatan



untuk 3.



ketidakseimbangan biologis,



ketidakmampuan



mencerna makanan



penyebab demam 1. Kaji adanya alergi



nutrisi Kriteria hasil :



berhubungan dengan faktor 1. Adanya



peningkatan



berat



badan sesuai dengan tujuan 2. Berat



badan



ideal



sesuai



dengan tinggi badann 3. Mampu



mengidentifikasi



kebbutuhan nutrisi



makanan 2. Kolaborasi ahli



nutrisi



dengan



gizi



untuk



menentukan



jumlah



kalori



nutrisi



dan



yang



4. Tidak ada tanda – tanda mal



dibutuhkan



pasien. 3. Anjurkan



5. Menunjukkan fungsi



mengatasi



peningkatan



pengecapan



dari



menelan



untuk



pasien



meningkatkan



protein dan vitamin C 4. Yakinkan diet yang



6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



dimakan mengandung tinggi



serat



untuk



mencegah konstipasi 5. Monitor



jumlah



nutrisi



dan



kandungann kalori 6. BB



pasien



dalam



batas normal 4.



gangguan rasa nyaman yang Kriteria hasil



1. Gunakan pendekatan



berhubungan dengan gejala 1. Mampu terkait penyakit



mengontrol



kecemasan 2. Status



18



lingkungan



yang menenangkan 2. Paahami



yang



pasien



prespektif terhadap



nyaman



situasi stress



3. Mengontrol



nyeri



kualitai 3. Temani pasien unuk



tidur istirahat yang adekkuat 4. Status



kenyamanan



meningkat



memberikan keamanan



dan



mengurangi takut



5. Dapat mengontrol ketakutan



4. Dengarkan



dengan



penuh perhtian 5. Instruksikan



pasien



menggunakan teknik 5.



resiko perfusi



relaksasi 1. Monitor TTV



ketidakefektifann Kriteria hasi



gastrointesttinal 1. Jumlah, warna, konsistensi 2. Monitor status cairan



berhubungan



dengan



prooses infeksi



dan bau feses dalam batas normal



dan elektrolit 3. Monitor bising usus



2. Tidak ada nyeri perut



4. Kolaborasi dengan ahli



3. Bising usus normal



gizi jumlah kalori dan



4. Tidak ada odem periifer dan



jumlah zat gizi yang



asites



dibutuhkan



5. Tekanan sistol dan diastol 5. Catat intake dan output 6.



dalam rentang normal resiko infeksi berhubungan Kriteria hasil dengan



tidak



secara akurat 1. Bersihkan lingkungan



edekuatnya 1. Klien bebas dari tanda dan



pertahanan tubuh.



gejala infeksi



lain



2. Mendiskripsikan penularan



proses 2. Pertahankan



penyakit,



yang



faktor serta



penatalaksanaannya kemampuan



untuk mencegah timbulnya infeksi 4. Jumlah leukosit dalam batas normal



19



teknik



isolasi



mempengaruhi 3. Intruksikan



penularan 3. Menunjukkan



setelah dipakai pasien



pengunjung



pada untuk



mencuci tangan saat berkunjung



dan



setelah berkunjung 4. Gunakan baju sarung tangan sebagai alat pelindung



5. Menunjukkan perilaku hidup 5. Batasi pengunjung 7.



Ansietas



sehat berhubungan Kriteria hasil



1. Gunakan pendekatan



dengan prognosis penyakit 1. Klien rencana pembedahan



mampu



mengidentifikasi



yang menenangkan



dan 2. Pahami



mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi,



pasien



dan 3. Temani pasien untuk



menunjukkan teknik untuk



memberikan



mengontrol cemas



keamanan



3. Vital sign dalam batas normal



aktivitas



dan



tingkt



menunjukkan



berkurangnya kecemasan



dan



mengurangi takut



4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 4. Berikan tubuh



terhadap



siituasi stres



mengungkapkan



bahasa



respektif



obat



mengurangi kecemasan 5. Instruksi



pasien



menggunakan teknik relaksasi



BAB IV KASUS Tn. M 31tahun dibawah dirumah sakit RSI A.Yani oleh istrinya pada tanggal 8 desember 2016 pukul 19.00 dengan keluhan nyeri perut kanan bawah tanpa sebab, nyeri seperti ditusuk benda tajam, dirasakan mendadak dan terasa



20



sangat nyeri saat berjalan. Klien mengeluh badannya demam selama 3hari berturut-turut Klien tampak lemas saat dibawah ke rumah sakit. Klien mempunyai riwayat penyakit sebeumnya gastritis. Pada tahun 2014 ibu klien pernah mengalami apendisitis dan grastritis. TD : 150/100mmHg N: 80X/menit RR: 20X/menit suhu: 38oc/ axilla 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Nama : Tn.M Umur : 31 th Jenis kelamin : laki laki Suku / bangsa : Jawa / Indonesia Agama



: Islam



Pekerjaan



: Wiraswasta



Pendidikan



: SMA



Alamat



: Surabaya



No RM



: 261XXX



Tgl MRS



: 8 Des2016



Diagnosa



: Apendisitis



b. Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, demam c. Riwayat kesehatan sekarang Pasien mengeatakan nyeri perut kanan bawah tanpa sebab, nyeri seperti ditusuk benda tajam, dengan skala 5 dirasakan mendadak dan terasa nyeri saat berjalan. Lalu di bawah ke IGD di Rumah sakit A.yani. d. Riwayat kesehatan keluarga Ibu klien pernah mengalami apendisitis dan gastritis pada taahun 2014 e. Genogram



21



Laki-laki Perempuan ----- tinggal serumah Pasien f. Riwayat kesehatan lingkungan Pasien dan keluarganya tidak cuci tangan yang benar pasien suka jajan gorengan g. Observasi dan pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Lemas pasien tampak gelisah, meriang 2. Tanda – tanda Vital, TB dan BB Suhu



: 380 c/ axilla



Nadi



: 80x/menit teratur lemah



TD



: 150/100 MMhg



RR



: 20X/Menit



TB



: 174 cm



BB



: 65 Kg



3. Body system 3.1 Pernafasan (B1) Hidung



: pilek, cuping hidung polop dan bekas luka (-)



Trakea



: bentuk normal, benjolan (-)



Suara nafas tambahan : Wheezing : (-) Ronchi



: (-)



Rales



: (-)



Crackles



: (-)



Bentuk dada : simestris 3.2 Kardiovaskuler (B2) Suara jantung : Normal (tidak adanya kelainan ) 3.3 Persyarafan (B3) 22



Composmentis Glasgow Coma Scale (GCS) E:4



V: 5



M:6



total 15



Kepala dan wajah : Sklera



: putih



Conjungtiva



: merah muda



Pupil



; isokor



Leher



: pembesaran kelenjar tiroid nyeri tekan (-)



Refleks



: tidak ada masalah



Persepsi sensori : Pendengaran



:



-



Kiri



: normal, terdapat serumen



-



Kanan



: normal, terdapat serumen



Penciuman : normal Pengecapan



:



Manis : normal Asin



: normal



Pahit : normal Penglihatan



:



-



Kiri



: normal, miopi/ minus / mata juling (-)



-



Kanan : normal, miopi / minus / mata juling (-)



Perabaan : -



Panas : normal



-



Dingin : normal



-



Tekan : normal



3.4 Perkemihan – eliminasi (B4 : Bladder) Produksi urine : 200 ml/ 24jam frekuensi 3x sehari Warna : kuning jernih Bau : khas kencing 3.5 Pencernaan – eliminasi alvi (B5 Bowel) Mulut dan tenggorokan :mukosa bibir kering, nyeri telan atau stomatitis (-)



23



Abdomen : nyeri tekann kanan bawah (kuadran3) skala 4 massa (-) bekas luka (-) ikterus (-) bising usus 10x, perkusi : pekak hati Rectum : bekas luka (-) Nyeri : (-) Diet khusus : puasa sehari selama 24jam (cuman boleh minum) 3.6 Tulang otot integumen (B6 Bone) Kemampuan pergerakan sendi bebas Tidak adanya benjolan, bekas luka, perdarahan Ekstremitas atas : terpasang infus RL 14tpm Terdapat tanda lahir disebelah tangan kiri Ekstermitas bawah : tidak ada kelainan skoliosis, lordosis, kifosis (-) Kulit : Warna kulit : kemerrahan Akral : panas Turgor : baik 4. Pola aktivitas (dirumah dan rumah sakit ) 4.1 makan : Frekuensi Jenis menu Porsi Yang disukai Yang tidak disukai Pantangaan Aalergi



Rumah 2x1/ hari Nasi, saayur, lauk 1 porsi habis Semua makanan dissukai (-) (-) (-)



Rumah sakit Puas 1x 24 jam



4.2 minum Frekuensi Jenis minuman Jumlah Yang disukai Yang tidak disukai Pantangan Alergi



Rumah 3 botol (600ml) Air putih 1800ml Kopi (-) (-) (-)



24



Rumah sakit Minum air sedikit Air putih



4.3 kebersihan diri Rumah 2x sehari 1x seminggu 2x sehari 1 minggu sekali 2x sehari



Mandi Keramas Sikat gigi Pemotong kuku Gaanti paakaian



Rumah sakit 2x (pagi dan sore) Belum keramas Belum gosok gigi Belum motong kuku 1x sehari



5. pemeriksaan penunjang 5.1 laborat DL : WBC 13.103 UL Hb



4-10/UL



14,6 9/dl



11-16 9/dl



PLT



229.000/UL



100-300.103 / UL



HCT



40,4 %



37-54 %



RBC



:4,93 106



35 – 55. 106 / UL



5.2 USG Rencana USG besok tgl 9-12-2016 5.3 terapi injeksi ceftriaxone



2x1gr



injeksi rahitidin



2x50 mg



infus RL 14tpm ANALISA DATA Nama



: Tn. M



Umur



: 31 tahun No RM



: 261XXX



Ruang



: 61 No. 1.



Data (Ds/Do) Pre.op



Etiologi Hipertermi



Ds : Px mengatakan demam sejak 1 hari yang lalu Do :



25



Masalah Hipertermi



- S : 38°C - Lemas, px tampak gelisah dan Meriang - Akral panas - WBC 13.103/ UL 2.



- Mukosa bibir kering Ds : Px mengatakan nyeri perut kanan



Nyeri akut



Nyeri akut



Data DS/DO Post op (9-12-2016 jam 15.00)



Masalah



Etiologi



DS: Pasien mengatakan selesai operasi



Nyeri akut



Nyeri akut



bawah P : nyeri perut tanpa sebab Q : nyeri seperti ditusuk benda tumpul R : nyeri perut kanan bawah S : nyeri skala 4 T : nyeri mendadak dan terasa berat saat berjalan < 15 menit Do : -



Nyeri perut saat ditekan



-



Nyeri akibat apendisitis



-



Nyeri skala 4



-



Wajah px menyeringai saat ditekan perut kuadran 3



-



TD : 150/100 mmHg



-



N : 80 x/ menit



- WBC 13.103/ UL NO 3



tanggal 9-12-2016 jam 15.00 P : nyeri PO Q : nyeri seperti di tekan benda tumpul R : nyeri di daerah jahitan PO S: skala nyeri 3 T : nyeri saat di tekan DO : Terdapat luka jahitan bekas operasi 26



5cm, tertutup kasa steril dan hypafic, infeksi (-) pendarahan negatif, nyeri tekan (+) skala 3 di daerah perut kanan bawah bekas operasi, wajah menyeringis saat di tekan lukanya TD : 120/80 mmhg N : 80x/ menit 4



DS : pasien mengatakan tidak tahu cara Defisiensi pengetahuan merawat luka dan personal hygiene



Defisiensi pengetahuan



DO : - Kurang pengetahuan perawatan luka PO apendiks -



Kurang



pengetahuan



personal



hygiene ANALISA DATA Nama : Tn. M Umur : 31 tahun



DIAGNOSA Nama : Tn. M Umur : 31 tahun No 2.



Diagnosa pre.op Hipertermi berhubungan dengan pengiriman sinyal palsu oleh kuman / penyebaran toksin ditandai dengan Ds : Px mengatakan demam sejak 1 hari yang lalu Do : S : 38°C , Lemas, px tampak gelisah dan Meriang, Akral panas, WBC 13.103/ UL,



2.



Mukosa bibir kering Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada dinding apendiks ditandai denngan



27



Ds : Px mengatakan nyeri perut kanan bawah P : nyeri perut tanpa sebab Q : nyeri seperti ditusuk benda tumpul R : nyeri perut kanan bawah S : nyeri skala 4 T : nyeri mendadak dan terasa berat saat beraktivitas Do : -



Nyeri perut saat ditekan perut kuadran 3 skala 4



-



Nyeri akibat apendisitis



-



Wajah px menyeringai saat ditekan perut kuadran 3



-



TD : 150/100 mmHg, N : 80 x/ menit, WBC 13.103/ UL



DIAGNOSA Nama : Tn. M Umur : 31 tahun No



Diagnosa post.op



28



3



Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan ditandai dengan: DS : Pasien mengatakan selesai operasi tanggal P : nyeri PO Q : nyeri seperti di tekan benda tumpul R : nyeri di daerah jahitan PO



.



S: skala nyeri 3 T : nyeri saat di tekan DO : Terdapat luka jahitan bekas operasi 5cm, tertutup kasa steril dan hypafic, infeksi (-) pendarahan negatif, nyeri tekan (+) skala 3 di daerah perut kanan bawah bekas operasi, wajah menyeringis saat di tekan lukanya



4.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya minat mencari sumber pengetahuan Ditandai dengan DS : pasien mengatakan tidak tahu cara merawat luka dan personal hygiene DO : - Kurang pengetahuan perawatan luka PO apendiks -



Kurang pengetahuan personal hygiene



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Nama : Tn. M Umur : 31 tahun No. 1.



Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Perawatan demam diharapkan masalah hipertermi pada Tn. M 1. Observasi TTV 29



dapat teratasi dengan kriteria hasil :



2. Anjurkan px untuk memakai selimut



NOC 1 : Termoregulasi



atau pakaian ringan



- Hipertermia dipertahankan pada tingkat 3. Anjurkan px untuk melembabkan ringan



ditingkatkan ke tidak ada



- Melaporkan



kenyamanan



sedikit terganggu 2.



suhu



mukosa bibir yang kering pada 4. Kolaborasi



ditingkatkan ke tidak



pemeberian



obat



antiseptik



terganggu Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Pemberian analgesik diharapkan masalah nyeri akut pada Tn. M 1. Observasi tingkat nyeri (PQRST) dapat teratasi dengan kriteria hasil :



sebelum dan sesudah pemberian



NOC 1 : Tingkat nyeri



analgesik dan efek samping



-



Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada 2. Anjurkan px teknik napas dalam tingkat ringan



-



untuk menurunkan nyeri



Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan pada 3. Kolaborasi pemberian analgesik tingkat ringan



-



ditingkatkan ketidak ada ditingkatkan tidak ada



Tekanan darah ditingkatkan pada durasi ringan



4. Kolaborasi



ahli



gizi



pemberian



nutrisi yang tepat



ditingkankan pada kisaran



normal



RENCANA TINDAKAN Nama : Tn. M Umur : 31 tahun No. 3.



Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam Pemberian analgesik diharapkan masalah nyeri akut pada Tn. M 1. Observasi tingkat nyeri (PQRST) dapat teratasi dengan kriteria hasil :



30



sebelum dan sesudah pemberian



NOC 1 : Tingkat nyeri -



analgesik dan efek samping



Nyeri yang di laporkan di pertahankan 2. Anjurkan px teknik napas dalam tingkat ringan ditingkatkan ketidak ada



-



Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan pada 3. Kolaborasi pemberian analgesik tingkat ringan -



ditingkatkan tidak ada



Tekanan darah ditingkatkan pada durasi ringan



4.



untuk menurunkan nyeri 4. Kolaborasi



ahli



gizi



pemberian



nutrisi yang tepat



ditingkankan pada kisaran



normal Setelah dilakukan askep selama 1x24jam Kontrol infeksi diharapkan masalah defisiensi pengetahuan 1. Anjurkan pasien mengenai teknikk ppada TnM dapat teratasi dengan kriteria hasil :



2. Pastikan teknik perawtan luka yang



NOC1 : pengetahuan mmanajemen infeksi -



Cara



penularan



dipertahankan



pengetahuan sedang Faktor



yang



penularan



terhadap



dipertahankan



pengetahuan sedang -



Tanda dan gejala innfeksi dipertahankan pada pengetahuan terbatas ditingkatkan pada pengetahuan sedang



-



Pentingnya sanitasi tangan dipertahankan pada pengetahuan terbatas ditingkatkan pada pengetahuan sedang



-



Pengaruh gizi pada infeksi dipertahankan pada pengetahuan terbatas ditingkatkan pada pengetahuan sedang



31



dan



keluarga



pasien



dan



keluarga



mengenai cara menghindari infeksi



pada 5. Tingkatkan



pengetahuan terbatas ditingkatkan pada



pasien



mengenai tanda dan gejala infeksi 4. Ajarkan



berkontribusi



infeksi



tepat



pada 3. Ajarkan



pengetahuan terbatas ditingkatkan pada -



cuci tangan yang tepat



sesuai



intake



nutrisi



yang



TINDAKAN KEPERAWATAN Nama : Tn. M Umur : 31 tahun No.



Tgl/ jam 1. 8/12-16



No. Dx 1



Tindakan - Mengobservasi TTV S : 380C, TD : 150/100 mmHg,



23.00



N: 80x/menit, RR : 20x/menit 9/12-16



1



32



Mengobservasi TTV



S : 38,40C



00.00 -



Memberikan cairan infus Infus futrolit 2000cc



-



Menganjurkan px untuk memakai selimut/pakaina ringan



-



Menganjurkan



px



untuk



melembabkan bibir yang kering 2



-



Mengobservasi (PQRST)



tingkat



sebelum



nyeri pemberian



analgesik serta efek samping P : nyeri karna apendisitis Q : seperti ditusuk benda tumpul R : diperut kanan bawah (kuadran 3) S : skala nyeri 4 T : mendadak, hilang timbul 00.30



1



-



Mengobservasi TTV S : 400C



-



Mengkolaborasi pemberian antiseptik Paracetamol infus 1000mg/100ml



05.00



1



-



Mengobservasi TTV TD : 110/80mmHg, S : 37,20C, N : 88x/menit, RR : 20x/menit



2



-



Menganjurkan pasien teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri.



-



Mengkolaborasi pemberian obat Riniditin 500mg



-



Menganti cairan infus tutofusin



10-12-2016 03.30



3



- Mengkolaborasi pemberian obat Analgesik : antrain 1000mg Antibiotik :ceftriaxone 1000mg



05.00



1



-



33



Mengobservasi TTV



TD : 120/80mmhg S:37,40C N : 80X/menit -



RR: 20x/menit



Menganjurkan



pasien



untuk



melembabkan bibir yang kering 3



-



Mengobservasi tingkat nyeri PQRST sesudah pemberian obat analgesik serta efek samping P : nyeri bekas jahitan PO Q :nyeri seperti ditusuk benda tumpul R : nyeri diperut kanan bawah S : skala nyeri 2 T : nyeri saat ditekan



08.00



3,4



-



Mengkolaborasi dengan ahli gizii Diet susu 200ml, bubur kasar habis ½ porsi



CATATAN PERKEMBANGAN Nama : Tn. M Umur : 31 tahun TGL/ JAM



No.



Perkembangan



9-12-2016



Diagnosa 1



S : Pasien mengatakan badannya tidak panas lagi



07.00



O: TD : 110/80 mmhg N : 88X/menit



S : 37,2OC



RR: 20X/menit



Wajah tidak gellisah, mukosa bibir kering akral hangat A: Masalah teratasi sebagian



34



2



P: Intervensi 1,2 di lanjutkan S : Pasien mengatakan nyeri perut P : nyeri kaarena apendisitis Q : nyeri seperti ditusuk benda tumpul R : di perut kanan bawah S : skala nyeri 4 T : dirasakan mendadak dan terasa nyeri saat diitekan O : nyeri apendisitis kuadran 3 skala 4 TD : 110/80 mmhg N : 88x/menit Wajah menyeringis saat ditekan A : Masalah belum teratasi



10-12-2016



1



07.00



P : intervensi dilanjutkan, 1-4 S : pasien mengatakan badannya tidak panas O : TD : 120/80 mmhg S : 370c



N : 80X/ menit RR : 20x/menit



Wajah tidak gelisah, mukosa bibir lembap akral hangat A : masalah teratasi P : intervensi 1 dipertahankan



3



S : pasien mengatakan selesai operasi tanggal 9-12-2016 jam 15.00 P : nyeri tekan PO Q : nyeri seperti di tekan benda tumpul R : nyeri di perut bekas jahitan PO S : skala nyeri 1 T : nyeri saat di tekan O : terdapat luka bekas jahitan operasi 5cm tertutup kassa steril dan hypafic, tanda-tanda infeksi (-) perdarahan (-) nyeri tekan (+) skala 1 di perut bekas jahitan operasi A : masalah teratasi sebagian P : intervensi 1-4 di pertahankan



35



4



S : pasien mengataakan suddah tahu bagaimana merawat luka operasinya dan personal hygiene O : saat di beri pertanyaaan evaluasi, pasien bisa menjawab sebagian dari 5 pertanyaan (pengaruh gizi pada infeksi, faktor yang berkonstribusi terhadap penularan infeksi dan cara penularan ) A : masalah teratasi sebagiann



12-12-2016



1



11.00



P : intervensi dipertahankan (1-5) S : pasien mengatakan badannya sudah enakan O : TD : 120/80 mmhg S : 36,50c



RR: 20x/menit N : 84x/menit



A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan 3



S : pasien mengaatakan tidak nyeri P : operasi apendiks Q : tidak dirasakan R: daerah perut bekas operasi S: skala 0 T : tidak dirasakan saat di tekan O : saat dilakukan rawat luka pasien tidak menyeringis ketika lukanya di tekan A : masalah teratasi P : intervensi di hentikan



4



S : pasien mengataakan sudah tahu dan sanggup melakukan personal hygiene, rawat luka dengan tepat, mengkonsumsi makanan yang dapat mempercepat penyembuhan luka O : saat di evaluasi kembali pasien bisa menjawab semua yang diberikan A : masaalah teratasi P : iintervensi di hentikan 36



EVALUASI Nama : Tn. M Umur : 31 tahun Tanggal/ jam 12-12-2016



No diagnosa 1



11.00



Evaluasi S : pasien mengatakan badannya sudah enakan O : TD 120/80 mmhg S : 36,50c



N : 84x/menit RR : 20x/menit



Keadaan uum baik, mukosa bibir lembap, akral hangat A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan 3



S : paasien mengatakan tidak nyeri 37



O : saat di tekan mukanya pasien tidak menyeringis, keadaan umum baik, infeksi (-) perdarahaan (-) A : masalah teratasi P : inttervensi dihentikan 4



S : pasien mengatakan sudah tau dan sanggup melakukan cuci tangan yang benar sebelum dan sesudah makan melakukan sesuatu aatau saat menyentuh luka, mengkonsumsi makanan yang dapat memperceppat penyembuhan luka O : saat dievaluasi pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan



Hasil laboratorium Tanggal 9-12-2016 Jam 14.00 Faal hemostasis PT



14,8



11,9-15



APT



32,8



26,4- 40



GLUC



114mg/dl



76-110 mg/dl



Alb



4,3 g/dl



3,5-5 g/dl



SGOT



20u/l



6-35 u/l



SGPT



21u/l



0-37u/l



BUN



21mg/dl



10-24 mg/dl



Creat



1,5mg/dl



0,5-1,5 mg/dl



38



Hasil USG Tanggal 9-12-2016 Jam 14.00 Hsil USG upper dan lower abdomen Hepar : besar normal, ssudut tajam, tepi rata, intensitas echo level parenkim normal homogen, diameter sistem vaskuler normal fibrotic per portal (-), nodul (-) Gall blader : besar nomal, batu (-), ddinding tak menebal, CBD normal Lien pancreas : besar normal, nodul (-) Ginjal kanan kiri : besar normal, batu (-), ektasis (-), echo cortex normal, batas echo cortex dan medula normal Buli : ukuran normal, dinding tak menebal, batu negatif Prostat : ukuran normal parenkim hommogen MC Burney : apendiks tampaak sedikit dedematus nyeri tekan diameter ukuran 1,8cm x8,67 cm Kesan : suspect appendiks Usul : apendicogram BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan



lumen



appendiks, cacing askaris yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti E.histolitica, kebiasaan makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan konstipasi sehingga mempengaruhi terhadap timbulnya appendisitis.



39



dapat



Tanda dan Gejala dari Appendisitis meliputi Nyeri gatal yang dimulai dari sekitar perut dan sering menjalar ke perut bagian kanan bawah, Nyeri yang menjadi tajam dalam beberam jam, Rasa kebal ketika menekan perut bagian kanan bawah. 4.2 Saran Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA Jitowiyono S, 2010, Asuhan Keperawatan Post Operasi, Yogyakarta :Nuha Medika Lemone P, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC NANDA, NIC NOC.(2015-2017)Diagnosis Keperawatan, edisi 10, Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol , Jakarta : EGC



40