APFI - Anisa Noviani Putri - 2E [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS INDIVIDU “Resume Materi dan Ikhtisar Sastra Prosa Fiksi Per Angkatan Sastra Indonesia” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia Dosen pengampu: Ferina Meliasanti, S.S., M.Pd.



Disusun oleh: Anisa Noviani Putri (1910631080055) Kelas: 2 E



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2020



1. Angkatan Sastra Periode ’20 (Balai Pustaka) A. Riwayat Balai Pustaka Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Inlansche School en Volkslectuur (bahasa Belanda: "Komisi untuk Bacaan Rakyat") oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 15 Agustus 1908. Lembaga itu berada di bawah naungan Adviseur voor Inlandsch Zaken, atau Biro Penasehat Urusan Pribumi, yang termasuk ke dalam Departement van Onderwijs en Eeredienst, Departemen Pendidikan dan Keagamaan. Kantoor voor de Volkslectuur atau lebih dikenal dengan nama "Balai Poestaka" pada tanggal 17 September 1917. Balai Pustaka menerbitkan kira-kira 350 judul buku per tahun yang meliputi kamus, buku referensi, keterampilan, sastra, sosial, politik, agama, ekonomi, dan penyuluhan. Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah utama di Hindia Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu, dan bahasa Madura. Ada visi alternatif yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa disalurkan lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda di Indonesia. Tujuan lain yang dilakukan oleh Komisi Bacaan Rakyat (KBR) yaitu menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini juga bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri. Tidak semua usaha yang dilakukan oleh KBR negatif. usaha usaha yang positif antara lain: mengadakan perpustakaan di tiap-tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur, memberikan bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan, menerbitkan majalahmajalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa Melayu Kejawen dalam bahasa Jawa, dan majalah Parahiangan dalam bahasa Sunda. Selain itu, KBR menerbitkan majalah anak-anak dalam bahasa Melayu, Kanak-Kanak, dan dalam bahasa Jawa, Taman Botjah. Langkah maju yang dilakukan KBR, yang telah berhasil sebagai pencetak, penerbit, dan penjual majalah, adalah mengubah KBR menjadi Yayasan Resmi Balai Pustaka pada tahun 1917.



Salah satu novel dalam bahasa Melayu terbitan Balai Pustaka kala itu yang ternama berjudul Siti Noerbaja karangan Marah Roesli, seorang penulis dari Minangkabau. Di era itu juga menjadi penanda penyebaran sastra Jawa Modern. Jumlah buku berbahasa Jawa lebih banyak dibandingkan yang berbahasa Melayu. Dari penelusuran George Quinn, pada katalog Balai Pustaka di 1920, ada 40 buku berbahasa Madura, 80 judul berbahasa Melayu, hampir 100 buku berbahasa Sunda, dan hampir 200 berbahasa Jawa. Pada tahun ini pula lahir novel Serat Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi yang menjadi tonggak sastra Jawa modern.



B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan Balai Pustaka 1. Ciri Khas Karya Angkatan Balai Pustaka Karya sastra angkatan Balai Pustaka sebagian besar adalah Roman. Namun ada juga beberapa cerita pendekyang di buat pada priode ini. Yang menonjol pada masa lahirnya sastra angkatan Balai Pustaka ialah cita-cita masyarakat dan sikap hidup serta adat istiadat (Sarwadi, 1999: 31). Hal itu tervermin oleh kesadaran masyarakat khususnya para penulis akan pentingnya persatuan demi terciptanya kesatuan bangsa yang diperlihatkan melalui karya sastra yang telah memperegunaklan bahasa persatuan Indonesia akan tetapi dengan hal tersebut tidak memperlihatkan bahwa setiap masyarakat Indonesiatelah meninggalkan adat istiadanya namun dengan keaneka ragaman adapt istiadatnya menjadikan suatu alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka sifat-sifat khas angkatan Balai Pustaka adalah: 1) Sebagian besar sastra angkatan Balai Pustaka mengambil tema masalah kawin paksa (Menurut masyarakat perkawinan itu urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya). 2) Latar belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentanga paham antara kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengaambil contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa kebaikan.



3) Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerahdaerah. 4) Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja/monoton. 5) Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum. 6) Gaya bahasanya mempergunakan perumpamaan klise, pepatah-pepatah, dan peribahasa, namun mempergunakan bahasa percakapan sehari-hari yang lain dari bahasa hikayat sastra lama; 7) Alur roman sebagian besar alur lurus, ada juga yang menggunakan alur sorot balik, tetapi sedikit; 8) Teknik penokohan dan perwatakannya banyak mempergunakan analisis langsung dan diskripsi fisik, tokoh-tokohnya berwatak datar; 9) Pusat pengisahannya umumnya mempergunakan metode orang ketiga yang bersifat romantik ironik lebih-lebih roman awal, pelaku-pelaku cerita diperlakukan seperti boneka, misalnya Siti Nur baya. 10) Banyak digresi, yaitu banyak sisipan peristiwa yang tidak berhubungan langsung dengan isi cerita, seperti uraian adat, dongeng-dongeng, syair, dan pantun nasihat; 11) Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya. Semuanya ditunjukkan kepada pembaca untuk memberi nasihat; dan 12) Bercorak romantis, melarikan diri dari masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang menekan. 2. Pengarang Angkatan Balai Pustaka 1. Marah Rusli Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya



digunakan adalah hikayat. Karangannya: Sitti Nurbaya (1920), Anak dan Kemenakan (1959), Lasmi, Gumbeng (1924), Memang Jodoh, dll. 2. Merari Siregar Merari



Siregar



merupakan



sastrawan



Indonesia



angkatan



Balai



Pustaka.



Karangannya: Azab dan Sengsara (1920), Binasa Karena Priangan (1931), dll. 3. Nur Sutan Iskandar Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle. Karangannya: Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1923), Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), Abu Nawas (1929), dll. 4. Abdul Muis Abdul Muis adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Karanganya: Salah Asuhan (1928), Pertemuan Djodoh(1933), Menebus Dosa(1932), Si Cebol Rindukan Bulan(1934), dll. 5. Muhammad Yamin Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karangannya: Tanah Air (1922), Indonesia, Tumpah Darahku (1928) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata Ken Arok dan Ken Dedes (1934). 6. Tulis Sutan Sati adalah penyair dan sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka. Karangannya: Tak Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), dll. 7. Djamaluddin Adinegoro Adinegoro merupakan pengarang Indonesia yang berani melangkah lebih jauh menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan. Dalam kedua romannya Adinegoro bukan hanya menentang adat kuno tersebut, melainkan juga dengan berani memenangkan pihak kaum muda yang menentang adat kuno itu yang dijalankan oleh pihak kaum tua. Karangannya: Darah Muda (1927), Asmara Jaya(1928), dll.



C. Prosa Angkatan Balai Pustaka 1. Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli a. Identitas Buku Judul



: Sitti Nurbaya



Penulis



: Marah Rusli



Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit : 1992 Tempat Terbit Tebal



: Jakarta : 271 halaman



b. Sinopsis Buku ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Sitti Nurbaya, ia merupakan anak seorang saudagar kaya di Padang yang bernama Baginda Sulaiman, sedangkan ibunya telah meninggal ketika ia masih kanak-kanak. Sitti Nurbaya merupakan anak tunggal, ia cantik dan juga sopan. Meskipun ayahnya terbilang sukses, ternyata sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Datuk Maringgih merupakan saudagar kaya di Padang. Akan tetapi, semua kekayaannya diperoleh dari jalan haram, hasil pemerasan dan penipuan. Usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu membuat Datuk Maringgih murka. Maka untuk melampiaskan kemarahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut akan dianggap lunas, jika Baginda Sulaiman mau menikahkan Sitti Nurbaya dengannya. Akhirnya, karena dalam keadaan tak berdaya, Baginda Sulaiman menyetujui permintaan Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya yang mengetahui hal itu sangan



menderita, menghadapi kenyataan bahwa ia yang cantik dan muda harus menikah dengan pria tua yang serakah. Terlebih lagi ia mempunyai kekasih yaitu Samsulbahri, teman semasa sekolahnya yang tengah melanjutkan pendidikan si Stovia, Jakarta. Namun, demi keselamatan ayahnya, ia akhirnya menerima pernikahan tersebut. Samsulbahri kemudian mendapatkan surat dari Sitti Nurbaya yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari Samsulbahri pulang ke Padang, kemudian ia bertemu dengan Sitti Nurbaya yang saat itu telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan besar. Keributan itu terdengar oleh ayah Sitti Nurbaya yang tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir. Setelah kematian ayahnya, Sitti Nurbaya melepas tanggung jawabnya sebagai istri dari Datuk Maringgih. Namun, dengan kelicikannya Datuk Maringgih membuat fitnah bahwa Sitti Nurbaya dan Samsulbahri telah melakukan hal tercela. Akibat fitnah itu, ayah Samsulbahri, Sultan Mahmud yang merasa merasa malu dan marah mengusir Samsulbahri dari rumah. Samsulbahri kemudian melarikan diri ke Jakarta. Tak tinggal diam, mengetahui Sitti Nurbaya berusaha menyusul Samsulbahri, Datuk Maringgih marah besar, lalu menyuruh anak buahnya untuk meracuni Sitti Nurbaya hingga akhirnya Sitti Nurbaya meninggal. Samsulbahri yang mengetahui berita meninggalnya Sitti Nurbaya merasa sangat putus asa dan mencoba bunuh diri. Namun, usahanya sia-sia, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah dan memasuki dinas militer. Sepuluh tahun kemudian, Samsulbahri telah berpangkat Letnan, dan mengganti namanya menjadi Letnan Mas. Saat itu, di kota Padang sedang terjadi kekacauan dan pemberontakan akibat ulah Datuk Maringgih. Samsulbahri kemudian ditugaskan menjadi pemimpin pasukan untuk menghentikan kekacauan itu. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih kemudian meninggal. Namun, saat itu Samsulbahri mendapat luka-luka berat akibat serangan parang Datuk Maringgih yang menyebabkan ia juga meninggal dunia.



c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang wanita bernama Sitti Nurbaya, lalu Samsulbahri yang merupakan kekasih Sitti Nurbaya, serta Datuk Maringgih yakni suami Sitti Nurbaya. Adapula tokoh pendukungnya, yaitu Baginda Sulaiman ayah dari Sitti Nurbaya, Sultan Mahmud Sjah ayah dari Samsulbahri, Sutan Hamzah adik Sultah Mahmud Sjah, serta Bachtiar dan Arifin yang merupakan teman sekolah Samsulbahri dan Siti Nurbaya



2. Salah Asuhan Karya Abdul Muis a. Identitas Buku Judul



: Salah Asuhan



Penulis



: Abdul Muis



Penerbit



: Balai Pustaka



Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit : 1928 Tebal



: 262 halaman



ISBN



: 979-407-064-5



b. Sinopsis Hanafi adalah seorang pemuda asli Minangkabau, ia menganggap hidupnya telah terlepas dari segala adat istiadat, ia juga berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Karena sejak kecil Hanafi di didik dengan cara hidup orang Barat, karena orang tuanya ingin ia menjadi orang yang terkemuka dikalangan masyarakat. Hanafi berteman dengan seorang gadis keturunan Indo-Belanda yang sangat cantic yaitu Corrie du Bussee. Karena selalu bersama-sama sejak kecil, mereka pun akhirnya saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa. Pada masa itu, jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi dan diasingkan oleh orang-orang. Corrie yang merasa dirinya dan Hanafi memiliki banyak sekali perbedaan, terutama bahwa dia adalah orang Barat yang merasa derajatnya lebih tinggi



disbanding Hanafi yang merupakan orang Timur. Namun di sisi lain, Corrie juga mencintai Hanafi. Setelah melalui pergolakan batin dan pikran. Akhirnya Corrie memutukan untuk meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi, sekaligus untuk meneruskan sekolahnya. Setelah kepergian Corrie, ibu Hanafi berusaha menikahkan Hanafi dengan Rapiah yang masih merupakan sepupu Hanafi. Rapiah adalah gadis Minangkabau yang sederhana yang bersifat lembut, serta taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi menolak perjodohan itu, karena ia masih mencintai Corrie. Tetapi Ibu Hanafi terus membujunya, hingga akhirnya ia menyetujuinya. Hanafi menikahi Rapiah karena terpaksa, bukan karena cinta, sehingga Rapiah diperlakukan seperti pembantu. Kemudian, Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei. Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, yang membuat ia harus melakukan pengobatan ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi kembali bertemu dengan Corrie. Kemudian, Hanafi memutuskan untuk menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia ingin menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat terluka. Walaupun Hanafi telah mengkhianatinya, Rapiah berusaha sabar dan tetap merawat serta tinggal bersama Ibu Hanafi. Pernikahan Hanafi dan Corrie ternyata tidak bahagia, banyak percekcokan diantara mereka. Hanafi sering menuduh Corrie suka melayani laki-laki lain. Akhirnya Corrie marah dan sakit hati, ia kemudian pergi dari rumah menuju Semarang. Tak berapa lama, Corrie dinyatakan menderita sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat sedih dan menyesal karena telah menyakiti hati Corrie. Kemudian, Hanafi pulang kembali ke kampung halamannya, Mingangkabau. Ia dan menemui ibunya dan Rapiah.



Di rumah, Hanafi berubah menjadi sangat pendiam dan pemurung, ia bersikap seakan-aakan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Kemudian Hanafi sakit, ia meminum racun untuk mengakhiri hidupnya dan akhirnya meninggal dunia. c. Tokoh Dalam kisah ini terdapat tiga pemeran utama, yaitu Hanafi, Corrie, dan Rapiah yang terikat dalam hubungan cinta yang rumit. Rapiah merupakan istri pertama Hanafi, dan Corrie merupakan wanita yang dicintai Hanafi sekaligus istri keduanya. Adapula beberapa pemeran pendukung seperti Ibu Hanafi, Du Bussiee ayah dari Corrie, Sutan Batuah ayah dari Rapiah, dan Syafei yakni anak dari Hanafi dan Rapiah. 3. Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar a. Identitas Buku Judul Buku



: Azab dan Sengsara



Penulis



: Merari Siregar



Penerbit Tahun Terbit



: Balai pustaka : 1927



Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 163 halaman



ISBN



: 979-407-168-4



b. Sinopsis Aminuddin dan Mariamin telah berteman sejak mereka masih kanak-kanak, hingga kemudian mereka akhirnya saling mencintai. Namun, nasib keduanya sangat berbeda. Aminuddin adalah anak dari seorang kepala kampung yang kaya dan disegani kedudukannya oleh penduduk kampong, sedangkan Mariamin berasal dari keluarga yang miskin. Awalnya Sutan Baringin yang merupakan ayah Mariamin termasuk orang kaya dan juga bangsawan di Sipirok. Akan tetapi, semua kekayaannta habis, ia jatuh miskin karena berselisih memperebutkan harta pusaka nenek moyang dengan iparnya yaitu Baginda Mulia yang merupakan ayah dari Aminudin.



Aminuddin telah berencana menikahi Mariamin, untuk itu ia pergi mencari pekerjaan ke Medan. Setelah mendapatkan pekerjaan di Medan, ia segera menghubungi mariamin bahwa mereka akan segera bersama dan Mariamin akan tinggal bersamanya di Medan. Hal itu membuat Mariamin dan ibunya sangat senang, mereka berharap penderitaan hidup mereka akan segera berganti dengan kebahagiaan. Namun, Ayah Aminuddin tidak merestui hubungan Aminuddin dengan Mariamin sebab ia beranggapan pernikahan tersebut tidak pantas dan akan menurunkan derajat bangsawannya. Kemudian, Baginda Mulia menyusun rencana agar istrinya tidak menyetujui keinginan Aminuddin untuk menikah dengan Mariamin. Ia membawa istrinya ke dukun sewaan dan pura-pura meramal jodoh terbaik untuk Aminuddin. Sang dukun berkata bahwa jodoh Aminuddin bukanlah Mariamin melainkan seorang gadis bangsawan di desa mereka. Ibu Aminuddin pun percaya dan setuju berangkat ke Medan dengan membawa gadis bangsawan yang hendak dinikahkan dengan Aminuddin. Saat mereka tiba di Medan, Aminuddin sangat kecewa karena keputusan orangtuanya untuk menjodohkan dia dengan gadis lain. Tapi ia tak bisa menolak sebab saat itu ia terikat adat budaya yang harus selalu patuh pada keputusan orang tua. Akhirnya Aminuddin mengirim surat dan permintaan maaf kepada Mariamin karena ia terpaksa menikahi gadis lain meskipun tanpa cinta. Mendengar kabar terebut, Mariamin sangat sedih. Ia bahkan sempat sakit. Setahun kemudian, Mariamin menikahn dengan Kasibun atas kehendak ibunya. Kasibun ternyata sudah memiliki istri dan bercerai karena ingin menikahi Mariamin. Selanjutnya, Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Mereka mengalami hubungan suami siteri yang tidak harmonis sebab Mariamin tidak ingin melakukan hubungan intim dengan suaminya. Alasannya, ternyata Karibun memiliki penyakit kelamin yang bisa menular. Mendapat penolakan tersebut, Karibun marah dan sering menyiksa Mariamin. Penderitaannya semakin bertambah sejak Aminuddin mengunjungi rumah Mariamin. Kasibun yang merasa cemburu kemudian semakin hari ia semakin sering menyiksa isterinya.



Mariamin akhirnya melaporkan Kasibun ke Polisi karena kekerasan yang ia lakukan. Akhirnya Kasibun ditetapkan bersalah dan diwajibkan membayar denda serta berpisah dengan Mariamin. Mariamin akhirnya kembali ke desanya dan hidup menderita di sana. Ia sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia dalam derita. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Aminuddin dan Mariamin. Adapula tokoh pendukungnya yaitu Kasibun suami dari Mariamin, Sutan Baringin ayah dari Mariamin, Baginda Mulia ayah dari Aminuddin, Ibu Mariamin, Ibu Aminuddin, Istri Aminudin. 4. Salah Pilih Karya Nur Sutan Iskandar a. Identitas Buku Judul



: Salah Pilih



Penulis



: Nur Sutan Iskandar



Penerbit



: Balai Pustaka



Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit : 1928 Tebal Buku



: 232 halaman



b. Sinopsis Mariati memiliki seorang putra bernama Asri dan seorang putri angkat bernama Asnah. Asnah selalu menganggap Mariati sebagai ibu kandungnya sendiri, dan ia juga dekat dengan Asri. Namun, diam-diam Asnah memiliki perasaan terhadap Asri. Asri kemudian melanjutkan pendidikan ke Jakarta. Bertahun-tahun lamanya Asnah dan Asri tidak bertemu yang membuat perasaan cinta malah tumbuh diantara keduanya. Tetapi rasa cinta mereka terhalang oleh adat istiadat Minangkabau yang tidak membenarkan pernikahan dari satu suku atau satu kaum. Kemudian Mariati meminta Asri segera mencari calon istri. Dalam proses mencari calon istri, Asri meminta pendapat Asnah. Sebagai seorang adik, Asnah berusaha memberikan pendapat yang membuat kakaknya bahagia. Namun, hati Asnah malah semakin terluka. Apalagi saat



Asri memilih Saniah, yang merupakan seorang putri bangsawan, sebagai istrinya. Saniah adalah gadis mempunyai sifat yang angkuh dan tidak suka bergaul dengan orang yang tidak sederajat dengan dirinya. Setelah menikah, Saniah tinggal di rumah Asri bersama Asnah dan ibu Asri. Karena tidak didasari oleh rasa cinta, maka pernikahan antara Asri dan Saniah tidak mendapatkan kebahagiaan. Saniah selalu ingin berkuasa dalam rumah tangga, mengakibatkan ia dan Asri sering bertengkar. Melihat kehidupan anaknya yang tidak harmonis tersebut Ibu Asri menjadi sedih. Karena kesedihannya tersebut Ibu Asri akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal Ibu sempat berpesan kepada Asri dan Asnah. Dihadapan mereka Ibu Asri menyatakan penyesalannya, mengapa dahulu mereka tidak menikahkan Asri dan Asnah saja. Wafatnya Mariati membuat Saniah merasa semakin berkuasa untuk mengusir Asnah pergi. Akhirnya Asnah pergi dan tinggal jauh dari rumah. Kepergian Asnah tidak membuat perilaku Saniah berubah. Dia semakin curiga dan marah pada Asri yang beberapa kali terlambat pulang dan terkadang tidak pulang. Saking marahnya,Saniah pergi tanpa pamit pada suaminya ke rumah ibunya. Tiba di rumah ibunya, Saniah dan ibunya pergi keluar kota untuk menemui saudaranya. Di perjalanan, mobil mereka mengalami kecelakaan yang menyebabkan Saniah dan ibunya meninggal dunia. Tak lama setelah Saniah meninggal, Asnah dan Asri pun menikah. Namun, pernikahan mereka mendapat ejekan dari orang-orang di kampung, karena Asnah dan Asri dianggap satu suku. Untuk menghindari cemoohan dan fitnah, mereka pindah ke Jakarta. Akan tetapi, Asri kemudian disuruh pulang kemali ke kampong halamannya dan menjadi pemimpin disana, para tokoh masyarakat berjanji tidak akan menentang hubungan Asri dan Asnah lagi. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Asri dan Asnah. Adapula tokoh pendukung seperti ibu Mariati yakni ibu kandung Asri dan ibu angkat Asnah, Saniah yang merupakan istri Asri, dan Ibu Saniah. 5. Darah Muda Karya Adinegoro



a. Identitas Buku Judul Buku : Darah Muda Penulis



: Adinegoro



Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit



: 1927



Tebal Buku : 85 Halaman



b. Sinopsis Nurdin merupakan seorang pemuda Minangkabau



yang baru saja lulus dari



sekolah kedokterannya di Jakarta. Setelah lulus, Nurdin disuruh oleh orang tuanya untuk kembali ke Padang (Bukittinggi), dikarenakan orang tuanya sudah sangat rindu untuk ingin bertemu. Di perjalanan, Nurdin berkenalan dengan seorang sunda bernama Rukmini. Rupanya, ia hendak menjenguk ibunya di Bengkulu. Rukmini adalah seorang guru di HIS (Hollands Inlands School). Setelah sampai di Padang, Nurdin bekerja di CBZ daerah Jakarta. Setelah hampir setahun bekerja, Nurdin dipindahtugaskan ke Bukittinggi. Sampai di Bukittinggi, Nurdin hendak dinikahkan dengan gadis satu daerahnya atas pilihan Ibunya. Namun, Nurdin menolak tawaran itu, karena ia sudah jatuh cinta dengan Rukmini. Hingga tak lama kemudian Nurdin bertemu lagi dengan Rukmini di Padang. Pertemuan pun semakin sering terjadi ketika suatu hari Nurdin pulang ke Bukittinggi. Dia bertemu lagi dengan Rukmini dalam kereta api yang ditumpanginya. Pada waktu itu, Rukmini sedang menjenguk Ibunya yang sedang sakit di Bukittinggi. Ibu Rukmini ternyata diobati oleh Nurdin, sehingga hubungan kedua anak muda itu semakin dekat dan semakin akrab. Namun, Ibu Nurdin tidak menyetujui hubungan Mereka. Setelah terjadi perselisihan paham dan perdebatan yang panjang antara Nurdin dan Ibunya. Namun rencana pernikahan itu gagal. Kegagalan itu disebabkan oleh masalah adat istiadat tata cara lamar-melamar. Sebagai orang Minang, secara adat Ibu Nurdin ingin agar pihak perempuan yang harus meminang pihak pria. Sebaliknya, menurut Rukmini, dimana menurut adat Sunda yang melamar itu



seharusnya pihak pria. Karena tidak ada kata sepakat, maka mereka tidak jadi menikah pada waktu itu. Karena kegagalan itu, ibu Nurdin berusaha untuk terus menjauhkan hubungan Nurdin dan Rukmini. Dia kemudian menyebar isu kepada keluarga Rukmini, bahwa Nurdin akan segera menikah dengan gadis sedaerahnya atau gadis Minang dalam waktu dekat. Masalah tidak hanya datang dari ibu Nurdin saja. Ada seorang guru bernama Harun yang secara terang-terangan langsung melamar Rukmini, sambil membawa isu bahwa Nurdin akan segera menikah. Harun kemudian menyusun rencana untuk memisahkan Nurdin dan Rukmini, dia menyuruh Gapur, temannya agar mencuri foto Rukmini agar Nurdin cemburu. Kemudian Harun berpura-pura sakit. Ia memanggil Nurdin untuk mengobatinya dan menaruh foto Rukmini di meja kamarnya. Rencana Harun sukses, Nurdin yang mengobati Harun di kamarnya itu melihat foto Rukmini yang terpampang dengan cantik di kamar Harun. Nurdin langsung cemburu dan curiga. Dia curuiga kepada Rukmini, bahwa benar Rukmini telah berpaling darinya dan mendapat pemuda baru. Tak lama kemudian Nurdin mendapat kabar bahwa Harun menggantung diri di penjara karena telah banyak berbuat kejahatan. Akhirnya Nurdin menyesali perbuatannya dan menyesal karena telah menuduh Rukmini. Akibat rasa bersalah dan kesedihannya, Nurdin kemudian jatuh sakit. Ketika sakit, Nurdin minta agar Rukmini bersedia menjenguknyaa dan sekaligus dia hendak minta maaf atas kesalahan pada Rukmini. Rukmini memenuhi permintaan Nurdin itu. Dan pada saat itu, Rukmini menyerahkan buku hariannya kepada Nurdin. Buku harian tersebut berisi tentang bagaimana besarnya cinta Rukmini kepada Nurdin. Nurdin menjadi terharu setelah membaca buku harian Rukmini tersebut. Akhirnya, Nurdin dan Rukmini menikah dan hidup bahagia. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Nurdin dan Rukmini. Adapula tokoh pendukungnya yaitu Ibu Nurdin, Ibu Rukmini, Harun dan Gapur temannya Harun. 6. Sengsara Membawa Nikmat Karya Tulis Sutan Sati



a. Identitas Buku Judul buku       



: Sengsara Membawa Nikmat



Penulis             



: Tulis Sutan Sati



Penerbit          



: Balai Pustaka



Kota terbit       



: Jakarta



Tahun terbit    



: 1929



Tebal Buku : 192 Halaman b. Sinopsis Midun dan Kacak adalah dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan bangga dengan kekayaan yang  masih milik keluarganya. Kacak  selalu ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun daripada Kacak. Kacak iri dengan Midun, karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada dirinya hal itulah yang menjadi pangkal dari permusuhann diantara mereka. Kacak beranggapan  bahwa penyebab ia tidak disukai oleh orang-orang adalah akibat hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya. Pada suatu hari Midun memukul seorang  laki-laki gila yang mengacau di pasar. Kacak kemudian mengadu kepada tuanku Laras agar Midun dihukum. Karena orang gila itu masih sekeluarga dengan Tuanku Laras, maka pengaduan Kacak itu diterima. Kacak sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya dan memancingnya untuk berkelahi. Midun selalu ingat nasihat Haji Abbas guru mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya  tidak untuk berkelahi dan mencari musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman. Suatu hari, istri Kacak terjatuh ke dalam sungai dan ia hampir terbawa arus, Pada saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian berusaha



menyelamatkan wanita itu. Namun, Kacak malah menuduh Midun akan memperkosa istrinya. Midun dan Kacak pun berkelahi, akhirnya Kacak kalah. Kekalahan membuat Kacak semakin menyimpan dendam. Kacak melaporkan kejadian itu kepada Tuanku Laras. Ia memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku Laras percaya dengan laporan Kacak sehingga Midun mendapat hukuman bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah. Selama Midun menjalani hukuman itu, Kacak ditugaskan oleh tuanku Laras untuk mengawasi Midun.. Kacak ingin Midun pergi dari Kampung ini. Keberadaann Midun ia anggap sebagai penghalang. Karena itulah Kacak berusaha untuk melenyapkan Midun untuk selama-lamanya. Untuk itu Kacak menyewa seorang pembunuh bayaran bernama Lenggang untuk melenyapkan jiwa Midun. Ketika Midun dan Maun sahabatnya sedang menonton pacuan di Bukittinggi, secara tiba-tiba mereka diserang oleh Lenggang, perkelahian pun terjadi. Karena perkelahian tersebut Midun dan Lenggan di jatuhi hukuman penjara di Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena Midun sengaja tidak melibatkan Maun dalam hal itu. Di dalam penjara Midun mendapat perlakuan yang tidak wajar. Begitu masuk ia sudah diadukan dengan si ganjil jagoan di penjara itu. Tetapi untung Midun dapat mengalahkannya. Sehingga seisi penjara menjadi segan terhadapnya. Ketika Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu jalan, ia menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang gadis bernama Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun terjadilah diantara mereka. Dan begitu Midun sudah selesai menjalani masa tahanannya, Halimah meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah. Karena ia ingin dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki belanda yang sejak dahulu mengurus dirinya dan ibunya. Pak Karto petugas bagian dapur penjara membantu mereka melarikan diri. Mereka kemduian melarikan diri ke Jawa dan kemudian pergi ke Bogor menemui ayah Halimah seorang bekas pensiunan Wedana. Mereka tinggal di rumah ayah Halimah. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu tinggal di rumah itu bila hanya



untu menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan mencari pekerjaan. Midun mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta, Midun berkenalan dengan saudagar Arab yang kaya raya, yang sebenarnya adalah seorang rentenir. Tanpa berprasangka buruk, Midun mmenerima tawaran syekh itu yang akan meminjami uang sebagai modal. Dengan modal hasil pinjaman dari orang Arab itu, Midun membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun berkembang pesat sehingga membuat syekh itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena hutangnya dihitung berlipat ganda. Gagal menagih syekh menagih dengan cara lain, ia bersedia Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun menyerahkan Halimah kepadanya. Tentu saja ini membuat Midun dan Halimah marah. Akhirnya orang Arab itu mengadukannya ke kompeni, dan Midun ditahan. Setelah dari tahanan, suatu ketika Midun sedang berjalan-jalan di pasar baru. Di sana ia melihat seorang pribumi yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda. Midun menolong Sinyo Belanda itu. Ternyat kemudian diketahui bahwa orang tua Sinyo Belanda itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Sebagai tanda terima kasih, Midun ditawari kerja di sana sebagai Sekertaris. Tak lama kemudian Midun menikahi Halimah. Midun dipindahkan menjadi menteri kebijakan di tanjung priok. Sekembalinya ke Betawi, Midun mendatangi Hoofscommissaris untuk meminta agar ia di pindahkan ke bukittinggi. Maka kemudian Midun sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan oleh Asisten Resident Bukittingi ia ditempatkan sebagai asisten Demang di daerahnya, tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak. Musuhnya. Karena malu dan takut, kecurangannya menggelapkan uang Negara terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi meninggalkan daerah itu, dan tak pernah kembali lagi. Seteah berkumpul kembali dengan seluruh keluarga dan para sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri itu dengan gelar Datuk Paduka Raja. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Midun, adapula Kacak, Halimah istri Midun, Ibu Kacak, Lenggan, Maun, Tuanku Laras, dan Pak Karto penjaga dapur penjara.



2. Angkatan Sastra Periode ’30 (Pujangga Baru) A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’30 Pujangga Baru Karya Sastra angkatan Pujangga Baru terlahir karena adanya perubahan karya sastra yang sebelumnya lebih bersifat poitik. Karya yang bersifat politik tersebut dinilai tidak lagi sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang notabene mengarah pada sifat nasionalisme. Selain itu, gelora semangat persatuan mulai tumbuh pada bangsa Indonesia termasuk golongan sastrawan. Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan



Pujangga



Baru



(1930-1942)



dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928: 1) Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. 2) Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsaIndonesia.



3) Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasaIndonesia. Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Pada mulanya Pujangga Baru merupakan nama sebuah majalah yang didirikan oleh Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Armijin Pane pada tahun 1933. Nama majalah ini lah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif penerbitan majalah itu.Majalah tersebut menjadi media pertemuan para penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan. Maka terbentuklah perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju citacita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak sukma dan jiwa masingmasing. B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Prosa Angkatan Sastra Periode ’30 Pujangga Baru Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan



Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Armijn Pane. Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan sejumlah pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra.Para pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan universal. 1. Karaterisrik umum karya sastra Angkatan Pujangga Baru adalah sebagai berikut:  Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Terkembang” dan lain-lainnya.  Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalam karyanya Asmara Hadi yan berjudul “ Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang berjudul “Pengaruh Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan inimerangsang tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.  Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.  Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.  Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan padasaat itu berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan perubahan terhadap hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku. 2. Ciri-ciri puisi pada angkatan pujangga baru yaitu:  Berbentuk prosa baru yang bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat),  Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan masyarakat sehari-hari,  Alurnya lurus,



 Tidak banyak sisipan-sisipan cerita sehingga alurnya menjadi lebih erat,  Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung. Deskripsi fisik sudah sedikit,  Pusat pengisahannya menggunakan metode orang ketiga,  Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan, pepatah, dan peribahasa,  Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan,  Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat, dan  Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas, dan tertulis 3. Pengarang Periode Angkatan ’30 Pujangga Baru. Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya. 1) Amir Hamzah. Karangannya: Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). 2) Sutan Takdir Alisjahbana. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. 3) Sanusi Pane. Karangannya : Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926). Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927). Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931). Kertajaya (sandiwara 1932). Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933). Manusia baru ( Sandiwara 1940). Sejarah Indonesia (1942) 4) J.E. Tatengkeng. Sajak-sajaknya dikumpulkan dalam Rindu Dendam (1934). Puisi-puisi dalam kumpulan ini bernafaskan ketuhanan dan rasa syukur penyair atas kurnia Tuhan. 5) Armijn Pane. Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yang terkenal berjudul Belenggu (1940).



6) Hamidah, nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika. 7) I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna) Salah satu karangannya yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali. 8) Suman Hs. (Hasibuan). Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan 9) M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh). Karangannya: Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931), Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain. 10) Asmara Hadi, nama sebenarnya Abdul Hadi. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang Kawat Duri. 11) Hasymy (M. Ali Hasyim), Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940) 4. Pengarang Periode Angkatan’30 di Luar Pujangga Baru Selain diatas ada lagi sastrawan yang berkarya pada tahun pujangga baru tidak digolongkan sebagai sastrawan angkatan pujangga baru karena mereka mengorbit lewat jalur lain serta punya konsep yang berbeda dengan pujangga baru, mereka dikenal sebagai pengarang dan penyair islam. Mereka yang dimaksud yaitu : 1) Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) terkenal dengan karya sastra romantiknya, bahasanya indah mendayu-dayu, cerita-ceritanya melankolis penuh dengan linangan air mata. Karangannya: Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1939), dll. 2) Muhammad Ali Hasymi. Terkenal dengan sajaknya yang berjudul Menyesal, dan masih banyak karya-karya lainnya. 3) Samadi, terkenal dengan sajaknya Senandung Hidup. 4) Rifai Ali terkenal dengan kumpulan puisinya Kata Hati (1941), Tuhan Ada (1968). 5) Matumona (Hasbullah Parinduri), ia adalah pemimpin sandiwara Ratu Timur (Zaman Belanda), Cahaya Timur dan Dewi Muda (Zaman Jepang).



C. Prosa Angkatan Pujangga Baru 1. Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana a. Identitas Buku Judul Buku



: Layar Terkembang



Penulis



: Sutan Takdir



Alisjahbana Tahun Terbit : 1936 Penerbit



: Balai Pustaka



Tebal Buku



: 201 halaman



ISBN



: 979-407-065-3



b. Sinopsis Mengisahkan tentang dua orang kakak beradik putri dari Raden Wiraatmadja yang memiliki karakter sangat berbeda. Tuti, sang kakak, adalah seorang wanita yang sangat idealis. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita, yakni Putri Sedar. Apapun yang dilakukan olehnya harus berdasarkan pemikiran yang matang dan lugas, Tuti adalah seseorang yang sangat serius dan tegas. Berbeda dengan Tuti, Maria, sang adik, adalah seorang wanita yang manis, ceria dan sangat keibuan. Ia juga sering mengambil keputusan berdasarkan perasaannya saja. Yang menurut Tuti, adalah tindakan ceroboh. Maria lebih perasa, lebih menyukai hal-hal feminim, seperti bunga dan novelnovel bertemakan cinta. Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihatlihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pertemuan di hari Minggu itu berlanjut hingga pada suatu pagi Yusuf yang sedang mengayuh sepeda menuju Sekolah Tabib Tinggi, tempatnya menempuh pendidikan dokter, bertemu dengan Maria yang juga sedang mengayuh sepeda menuju H.B.S. Carpentier, tempatnya menuntut ilmu. Sejak saat itu, mereka sering membuat janji untuk bertemu.



Yusuf sering mengunjungi kediaman Maria dan Tuti untuk bertemu dengan Maria. Sampai akhirnya, Yusuf dan Maria saling jatuh cinta, hubungan mereka akhirnya semakin serius, hingga menjadi sepasang kekasih. Hubungan Yusuf dan Maria mendapat restu dari sang ayah Raden Wiraatmaja. Hingga mereka memutuskan untuk bertunangan, hubungan mereka sangat harmonis. Melihat kemesraan antara Yusuf dan Maria, Tuti sebenarnya iri. Apalagi, pertunangannya dengan Hambali yang putus ditengah jalan. Suatu hari, Maria tiba-tiba terserang Malaria. Ia juga sering memuntahkan darah. Keadaannya membuat Ayah dan Kakaknya khawatir, selain khawatir akan keadaannya, mereka juga khawatir jika Maria akan bernasib sama dengan Ibunya yang meninggal karena penyakit semacam itu. Ditengah keadaan adiknya yang sedang memburuk itu, Tuti juga dibingungkan dengan perilaku Supomo, temannya yang mengajar di sekolah yang sama dengannya. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti dan berniat untuk mempersuntingnya. Walaupun Tuti kagum kepadanya, namun ia tidak yakin untuk menerima permintaan Supomo. Akhirnya, Tuti memutuskan untuk menolak permintaan Supomo karena tidak ingin mengingkari prinsipnya. Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Ia kemudian dirawat di sebuah rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan. Hingga tiba saatnya liburan bulan Desember, Tuti dan Yusuf berjanji untuk menjenguk Maria setiap hari dengan menginap di rumah saudaranya di Sindanglaya. Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini



tampak



makin



akrab,



kondisi



kesehatan



Maria



sendiri



semakin



mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria



menghembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasihkasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang terakhir, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masingmasing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Tuti, Maria, dan Yusuf. Adapula tokoh pendukung seperti Raden Wiraatmaja ayah Tuti dan Maria, Hambali mantan tunangan Tuti, Supomo pria yang mencintai Tuti dan adiknya Supomo. 2. Belenggu Karya Armijn Pane a. Identitas Buku Judul buku



: Belenggu



Pengarang



: Armijn pane



Penerbit



: Dian Rakyat



Tahun Terbit : 1939 Kota Terbit : Jakarta Tebal Buku : 150 halaman b. Sinopsis Sukartono alias Tono. Adalah seorang Dokter yang sangat disukai pasiennya karena sifatnya yang ramah, pintar dan siap menolong orang kapanpun. Ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tidak mampu. Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan. Tono tidak memiliki rumah tangga yang bahagia bersama istrinya yang bernama Sumartini alias Tini. Karena Tini lebih suka menghabiskan waktunya untuk berorganisasi daripada mengurus rumah tangganya. Tono pun memiliki kesibukan yang tidak kenal waktu sehingga semakin memicu pertengkaran dalam



rumah tangga. Tetapi Tini juga merasa tidak bahagia karena kehidupan masa lalunya dengan Hartono yang sampai sekarang masih dicintainya, dan yang tak lain adalah teman baik suaminya, Sukartono. Namun, jauh di lubuk hati Sumartini, dia sangat mencintai Tono. Begitupun sebaliknya, Tono juga mencintai Sumartini. Namun mereka tidak saling mengetahui, karena selalu bersikap dingin dan tidak suka bertukar pikiran. Kebahagiaan mulai datang ketika Tono bertemu dengan perempuan yang tidak lain adalah teman masa kecilnya yaitu Yah alias Siti Rohayah alias Siti Hayati, penyanyi keroncong yang selama ini Tono kagumi. Pertemuan itu bermula ketika Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Tono datang ke hotel tempat dia menginap. Pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat, Yah adalah teman sekelasnya. Pada saat itu Yah sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dan menjadi wanita panggilan. Yah sebenarnya secara diam-diam sudah lama mencintai Tono. Karena itulah ia memanggil Tono dengan berpura-pura sakit. Pada saat itu juga, Yah menggodanya. Pada awalnya Tono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama- kelamaan Tono mulai tergoda akan rayuannya. Yah dapat memberikan banyak kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Tono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Kebahagiaan yang dirasakan Tono tidak berlangsung lama. Karena Tini mengetahui bahwa Tono sering bertemu dengan Yah. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat



didambakan oleh suaminya. Dan tidak lama kemudian Tini memutuskan untuk berpisah dengan Tono, dan memilih pergi ke Surabaya untuk mengurus panti asuhan yatim piatu. Tono merasa sangat sedih dengan perceraiannya dan Tini. Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Tono. Dia akan meninggalkan tanah air selama-lamanya



dan



pergi



ke



Calidonia.



Tono



merasa



sedih



dalam



kesendiriannya. Tono kemudian selalu menyibukan diri di tengah kesendiriannya tersebut. c. Tokoh Pemeran utama dalam novel ini adalah Sukartono, Sumartini dan Rohayah. Adapula beberapa peran pendukung yang disebutkan yaitu Hartono masa lalu Sumartini. 3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick Karya Hamka a. Identitas Buku Judul Buku : Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick Pengarang



: Hamka



Penerbit



: PT Bulan Bintang



Tahun terbit : 1939 Kota terbit



: Jakarta



Tebal Buku : 236 halaman ISBN



: 979-418-055-6



b. Sinopsis Zainudin adalah seorang pemuda dari Minangkabau. Ayah Zainuddin diasingkan karena membunuh istrinya yang selalu menghabiskan hartanya. Kemudian, Ayah Zainudin menikah dengan seorang wanita dari keluarga terpandang di Makassar, Ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkan Zainuddin. Saat dia beranjak remaja, Ayahnya juga meninggal dunia. Akhirnya, Zainuddin menjadi seorang yatim piatu.



Zainuddin diasuh oleh pembantunya, beruntung ayahnya memberi warisan yang cukup banyak. Setelah dewasa, Zainuddin merantau ke Minangkabau, sesuai keinginan ibunya dulu. Ibu Zainuddin bukan orang Minangkabau, yang membuatnya tidak dianggap sebagai keluarga. Di sana Zainuddin tinggal di rumah bibinya. Namun, ia tidak tinggal secara cuma-cuma, ia membayar biaya tinggal dengan uang belanja. Hingga suatu hari Zainuddin melihat seorang gadis yang sangat cantic dan lemah lembut yakni Hayati. Zainuddin kemudian jatuh cinta pada Hayati. Hayati membalas cinta Zainuddin. Mereka selalu berkomunikasi lewat surat menyurat. Tetapi hubungan tersebut tidak disetujui oleh ninik dan mamak dari Hayati, dengan alasan bahwa Zainuddin tidak bersuku dan berbeda adat. Namun, Zainuddin merasa keberadaannya semakin tidak di terima disana, ia pun memutuskan untuk pergi ke Padang Panjang. Hayati merelakan kepergian Zainuddin dan berjanji akan setia menunggu. Di sebuah kesempatan Hayati pergi ke Padang Panjang untuk menemui Khadijah, sahabatnya, Hayati pun bertemu dengan Zainuddin. Di sana pula Hayati bertemu dengan Azis, kakak dari Khadijah. Azis kemudian jatuh cinta pada Hayati. Hingga suatu hari Azis datang ke kampung Hayati untuk melamarnya. Namun, beberapa hari sebelum itu, Zainuddin mengirim surat bahwa ia ingin melamar Hayati. Dengan menimbang bibit, bebet dan bobot, hasil musyawarah ninik mamak sanak sodara dan kaum kerabat, memutuskan bahwa lamaran Azis lah yang diterima. Hayati pasrah dengan keputusan itu, karena jika ia menolak, maka ia tidak akan dianggap sebagai keluarga lagi. Hayati dan Azis kemudian menikah. Awal pernikahan mereka tampak harmonis, Azis sangat pintar mengambil hati Hayati. Namun, dibalik itu semua terdapat rahasi besar yang di simpan Azis. Azis ternyata adalah pria yang suka menghambur-hamburkan uang dengan berjudi, mabuk-mabukan dan bermain perempuan. Zainuddin sangat terluka mendengar kabar pernikahan dan penolakan Hayati itu kemudian jatuh sakit. Ia selalu mengerang memanggil nama Hayati. Atas



permintaan dokter dan izin dari Azis, Hayati kemudian datang menjenguk Zainuddin. Setelah bertemu Hayati, dengan ajaib Zainuddin langsung sembuh. Setelah sembuh, Zainuddin pergi merantau ke Surabaya, ia bersaha untuk melupakan Hayati dan mulai berkarya. Disana Zainudin menjadi penulis. Roman-romannya yang mengharuhkan dan romantis sangat laris di pasaran. Tak lama kemudian, Aziz dan hayati memutuskan untuk pindah ke Surabaya. Hubungan mereka tidak harmonis. Hingga tanpa di sengaja Hayati, Azis dan Zainuddin bertemu di suatu acara perkumpulan orang-orang Sumatra di Surabaya. Zainudin bersikap biasa kepada Hayati seolah-olah tidak pernah ada cinta diantara mereka. Rahasia buruk Aziz yang suka judi dan mabuk-mabukan akhirnya diketahui oleh Hayati, Hayati semakin menderita saat Aziz bangkrut dan tak punya apaapa. Aziz memutuskan untuk mencari kerja ke Banyuwangi. Hayati kemudian dititipkan ke Zainudin. Zainudin masih bersikap seperti tak pernah mencintai Hayati. Karena frustasi dan depresi, Aziz bunuh diri. Dia meninggalkan pesan agar Hayati menikah dengan Zainudin. Setelah mengetahui pesan dari Azis, Hayati sangat ingin mengetahui bagaimana perasaan Zainudin kepadanya. Tanpa sengaja Hayati menemukan lukisan dirinya di ruang kerja Zainudin. Di lukisan itu tertulis “ permataku yang hilang”. Muluk, temannya Zainuddin kemudian menceritakan bahwa sebenarnya Zainudin masih mencintai Hayati dan semua roman karyanya sebenarnya menceritakan tentang Hayati. Hayati kemudian bertanya kepada Zainuddin. Namun, Zainudin menyanggah cerita muluk tadi dan mengaku kalau sudah tak punya perasaan apa-apa kepada Hayati. Akhirnya, Hayati diberi uang dan disuruh pulang ke Sumatra. Zainuddin tidak bisa mengantarnya karena ada urusan di Malang. Hayati pergi ke pelabuhan untuk pulang sambil membawa foto Zainudin. Di dalam kapal Hayati merasa sangat gelisah dan terus menerus melihat foto Zainudin. Pada malam hari saat Hayati sedang tidur, Kapal Van Der Wijk yang dinaikinya tenggelam di dekat Lamongan.



Zainudin yang mendengar berita tersebut dan segera menuju Lamongan. Saat itu Hayati sedang kritis. Zainudin mengungkapkan perasaan sebenarnya kepada Hayati. Hayati tersenyum dan mengatakan bahwa ia juga masih mencintai Zainudin. Setelah mengatakan itu, Hayati menutup mata untuk selamanya. Zainudin makin sedih dan depresi. Ia merasa bahwa Hayati meninggal adalah kesalahannya.Zainudin menjadi sering sakit-sakitan dan kurang produktif lagi dalam menulis roman. Enam bulan kemudian Zainudin meninggal. Zainudin dimakamkan disebelah makam Hayati. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Zainuddin dan Hayati. Ada pun tokoh pendungkungnya yaitu Azis suami dari Hayati, Khadijah adik dari Azis, Muluk sahabat Zainuddin, Mak Base pengasuh Zainuddin, Mande Jamilah bibi yang rumahnya ditumpangi Zainuddin, Pendekar Sutan Ayah Zainuddin, Ninik Mamak Hayati, dan Ibunya Muluk. 4. Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka a. Identitas Buku Judul Buku



:



Di



Bawah



Lindungan



Ka’bah Pengarang



: Hamka



Penerbit



: PT Bulan Bintang



Tahun Terbit : 1938 Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 80 Halaman



ISBN



: 979-418-063-7



b. Sinopsis Hamid adalah seorang anak yatim, ayahnya meninggal ketika ia berusia empat tahun. Kemudian hidup Hamid dan ibunya sangat menderita. Ayah Hamid sebelumnya adalah seorang yang kaya, hingga perdagangannya jatuh dan bangkrut, sahabat dan sanak saudara yang dulu banyak, tidak ada lagi yang datang. Karena merasa sudah tidak dihargai keberadaannya, sudah tak



terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal. Ketika Hamid berusia enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi. Ada tetangga baru di dekat rumah hamid terdapat sebuah rumah besar yang berpekarangan luas, awalnya rumah itu adalah rumah kosong yang pemiliknya orang belanda. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi kini, rumah itu dibeli oleh Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab. Mak Asiah sering membeli kue-kue jualan Hamid. Pada waktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah, persahabatan mereka menjadi lebih akrab, Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri. Akhirnya Hamid dibiayai oleh haji Jakfar, untuk sekolah bersama Zainab anaknya, yang usianya lebih muda daripada Hamid. Hubungan Hamid dengan Zainab sudah seperti kakak dengan adik. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama melanjutkan sekolahnya ke Mulo. Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab. Keduanya sebenarnya telah saling jatuh cinta. Namun Hamid sadar akan statusnya. Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padang Panjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh. Suatu hari, Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, Hamid kemudian bertemu dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kuburan haji Jakfar. Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk



Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan sanak keluarga dari Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum ingin menikah. Namun sebenarnya Penolakan itu disebabkan Zainab mencintai Hamid. Hamid pun mencintai Zainab namun tidak bisa mengungkapkannya. Karena itulah, sebenarnya permintaan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka ia menuruti permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Di Medan Hamid mengirim surat kepada Zainab, ia berpesan agar Zainab mengikuti kemana hatinya ingin pergi. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian. Di kota suci Mekah, Hamid bertemu dengan Saleh. Hamid menceritakan segala perasaannya pada Zainab kepada Saleh. Mengenai cintanya yang tidak bisa bersatu karena ibu Hamid sendiri melarang Hamid untuk mencintai Zainab, ibu Hamid merasa tidak pantas. Sementara Ternyata Saleh adalah suami dari Rosna, Rosna sendiri adalah sahabat Zainab. Rosna dan saleh saling bercerita,berkirim surat tentang kisah Hamid dan Zainab. Zainab yang sedih berlebihan, karena cinta yang tidak bisa bersatu dengan Hamid, akhirnya menjadi sakit hingga akhirnya meninggal. Karena terlalu cintanya Hamid pada Zainab, terlebih mendengar Zainab yang meninggal dunia, Hamid pun tak kuasa menahan sedih.Selalu memikirkan Zainab, hingga akhirnya Hamid jatuh sakit dan meninggal dibawah lindungan ka'bah. c. Tokoh Tokoh utama dari cerita ini adalah Hamid dan Zainab. Sedangkan tokoh pendukungnya ada Mak Asiah ibu dari Zainab, Haji Jakfar Ayah dari Zainab, Ibu Hamid, Saleh teman Hamid, dan Rosna sahabat Zainab. 5. Dian yang Tak Kunjung Padam oleh Sutan Takdir Alisjahbana



a. Identitas Buku Judul Buku



: Dian yang Tak Kunjung



Padam Pengarang



: Sutan Takdir Alisjahbana



Penerbit



: Balai Pustaka (Dian



Rakyat) Tahun Terbit : 1932 Tebal Buku



: 157 Halaman



b. Sinopsis Yasin merupakan seorang pemuda yang berasal dari Uluan, ia hanya tinggal dengan ibunya. Yasin jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Molek yang merupakan anak dari Raden Mahmud bangsawan Palembang yang terkenal. Molek pun juga jatuh cinta terhadap Yasin. Namun, hubungan cinta mereka tidak mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status sosial. Pada suatu hari, Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan percintaan mereka yang selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Yasin ingin melamar Molek secara terang-terangan. Yasin memberitahukan niatnya kepada ibunya dan kerabatnya. Namun, pada akhirnya kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin, sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal. Tak lama kemudian, Molek di lamar oleh Sayed, lelaki tua keturunan arab yang kaya raya. Kemudian orang tua Molek menerima lamaran Sayed. Walaupun Molek menolak lamarannya tetapi pernikahan antara Molek dan Sayed itu tetap berlangsung.Molek tidak bahagia dengan pernikahannya. Ia pun mengetahui kalau tujuan Sayed menikahinya karena Sayed ingin harta ayah Molek saja. Selain itu, perlakuan Sayed terhadap Molek pun sangat kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kesedihan dan kerinduannya kepada Yasin melalui surat-surat. Mendengar cerita menyedihkan dari Molek. Akhirnya,



Yasin menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas. Usahanya pun berhasil, dan ia pun bertemu dengan Molek. Namun, pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir mereka. Karena Molek yang sangat menderita akhirnya meninggal dunia. Setelah kematian Molek, Yasin kembali ke desanya. Tak lama kemudian, ibunya pun juga meninggal dunia. Semua musibah yang menimpanya, membuat lelaki itu memilih hidup menyepi di lereng gunung Semenung dan ia pun akhirnya meninggal dunia di gunung tersebut. c. Tokoh Tokoh utama dari cerita tersebut adalah Yasin dan Molek. Ada pun tokoh pendukungnya yaitu Raden Mahmud yang merupakan ayah dari Molek, Ibu Yasin, dan Sayed suami Molek. 6. Sukreni Gadis Bali Karya A.A Pandji Tisna a. Identitas Buku Judul novel



: Sukreni Gadis Bali



Pengarang



: A.A.Pandji Tisna



Penerbit buku : Balai Pustaka Tahun terbit



: 1936



Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 100 halaman



b. Sinopsis Men Negara adalah seorang wanita kaya yang berasal dari Karangasem. Namun, karena mengalami permasalahan dengan suaminya, Men Negara datang ke Buleleng dengan hanya membawa pakaian yang melekat di tubuhnya. Pada awalnya Man Negara tinggal menumpang di rumah seorang haji yang mempunyai tanah dan kebun yang luas. Namun, karena Men Negara rajin bekerja dan hemat, ia kemudian dapat memiliki kebun sendiri. Di Karangasem Man Negeri memiliki seorang anak yang ia tinggalkan. Dan kini di tempat barunya ia memiliki anak laki-laki bernama I Negeri dan anak perempuan



bernama Ni Negari. Men Negeri memiliki sebuah Kedai. Kedai itu selalu ramai di singgahi para pekerja pemetik kelapa karena kecantikan Ni Negari yang tiada duanya di desa itu. Disamping itu, Men Negara pun pandai memasak sehingga masakannya selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara mereka yang datang ke warung Men Negara adalah I Gde Swamba, seorang pemilik kebun kelapa. I Nagari yang jatuh hati kepada I Gde Swamba, akan tetapi I Gde Swamba tidak tertarik pada Ni Negari. Suatu hari kedai Men Negara di datangi seorang pria bernama I Gusti Made Tusan dia adalah seorang menteri polisi. Ia disegani dan ditakuti penduduk, karena sudah banyak kejahatan yang berhasil ditumpasnya. Ini berkat kerjasamanya dengan seorang mata-mata bernama I Made Aseman. Suatu hari Men Negara ketahuan oleh I Made Aseman telah menyembelih seekor babi dan dilaporkan kepada I Gusti Made Tusan. I Made Aseman berharap kalau Man Negeri ditangkap dan di adili agar kedai iparnya dapat laku dan mengalahkan kedai Men Negara. Namun, hal itu tidak terjadi karena I Gusti Made Tusan melihat Ni Negari dan terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni Negeri. Suatu hari ada perempuan bernama Sukreni yang datang ke kedai Men Negara untuk mencari I Gde Swamba karena persoalan warisan dengan kakaknya, I Sangia yang telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali, jika seorang anak beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima harta warisan. Kedatangan Luh Sukreni membuat Men Negara dan Ni Negari cemburu dan iri hati. Lalu, suatu hari ketika Luh Sukreni datang lagi untuk mencari I Gde Swamba. Tapi saat itu I Gde Swamba sedang pergi ke Banyuwangi. Lalu Men Negara dan Ni Negari memberi tawaran agar Luh Sukreni menginap di rumah mereka . Men Negara bekerja sama dengan I Gusti Made Tusan untuk menjalankan siasat jahatnya. Ketika malam hari, Luh Sukreni diperkosa oleh I Gusti Made Tusan. Sejak kejadian itu Luh Sukreni sangat terpuluk dan pergi entah kemana. Namun betapa terkejutnya Men Negara ketika dia mengetahui kenyataan sebenarnya bahwa Luh Sukreni itu adalah anak kandungnya. I Sudiana teman Luh Sukreni, mengatakan bahwa Ni Sukreni adalah anak kandung Men Negara sendiri. Ayah Ni Sukreni, I Nyoman Raka telah mengganti nama Men Widi menjadi Ni Sukreni.



Mengetahui hal itu Man Negara dan Ni Negari sangat menyesali perbuatannya. Ni Sukreni yang sangat malu, kemudian pergi mengembara. Setelah lama mengembara, ia bertemu Pan Gumiarning, salah seorang sahabat ayahnya yang mau menerima Ni Sukreni untuk tinggal di rumahnya. Tak lama kemudian. Ni Sukreni melahirkan seorang anak dari hasil perbuatan jahat I Gusti Made Tusan. Anak itu diberi nama I Gustam. Tak lama setelah itu I Gde Swamba pergi mencari Ni Sukreni, kemudian mereka akhirnya bertemu. I Gde Swamba berjanji akan membiayai kehidupan I Gustam meski anak itu bukan anak kandungnya. I Gustam tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki sangat kasar, ia juga suka memukuli Ni Sukreni. Setelah dewasa, ia mencuri di sebuah kedai sampai akhirnya masuk tahanan polisi selama 2 tahun. Didalam tahanan, I Gustam justru banyak memperoleh pelajaran cara merampok dari I Sintung, salah seorang perampok dan penjahat berat yang sudah terkenal keganasannya, ahli dalam hal perampokan dan kejahatan. Setelah dirinya bebas dari penjara I Gustam melanjutkan aksinya sebagai perampok. Ia akan melakukan aksi perampokan di warung Men Negara. Rumah Men Negara terbakar habis. Namun, perampokan di Men Negara mendapat perlawanan dari polisi yang dipimpin oleh I Gusti Made Tusan. I Gusti Made Tusan berkelahi dengan I Gustam. I Made Aseman kemudian memberi tahu bahwa I Gustam adalah anak dari I Gusti Made Tusan. Namun, semua telah terlambat karena mereka telah saling membunuh. Sementara itu Men Negara berubah menjadi orang gila yang berkeliaran di kampung dan kedainya. Sedangkan Ni Negari tinggal di Jembrana. Ia telah menikah dengan I Ketut Raid dan sudah memiliki anak. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Luh Sukreni/Ni Widi, serta adapula Men Negara ibu dari Luh Sukreni, Ni Negari dan I Negara anak dari Men Negara, I Gusti Made Tusan, dan I Gde Swamba, I Gustam anak dari Luh Sukreni. Tokoh lainnya adalah I Made Aseman, I Nyoman Raka ayah dari Luh Sukreni, dan I Sudiana teman Luh Sukreni.



3. Angkatan Sastra Periode ’45 A. Riwayat Sastra Angkatan ’45 Sastra Angkatan 45 dimulai pada tahun 1942. Pada tanggal 9 Maret tahun 1942 yaitu pada saat pengambil alihan kekuasaan Jepang di Indonesia. Sejak tahun itu terjadilah perubahan besar-besaran, revolusi kebudayaan dimulai tahun itu. Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut angkatan perang, angkatan kemerdekaan, angkatan Chairil Anwar dan lain-lain. Baru pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama angkatan ’45.



Nama “Angkatan 45” baru diberikan pada tahun 1949 oleh Rosihan Anwar, meski tidak disetujui banyak sastrawan. Ada 4 tokoh utama yang sering dianggap sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil seorang individualis dan anarkhis. Asrul aristokrat dan moralis. Idrus penuh dengan sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai nihilis. Surat Kepercayaan Gelanggang adalah pernyataan sikap dari beberapa sastrawan Indonesia yang kemudian hari dikenal sebagai Angkatan '45. Di antara para sastrawan ini yang paling menonjol adalah Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat ini diterbitkan oleh majalah Siasat pada tanggal 22 Oktober 1950. Jika diruntut berdasarkan periodisasinya, angkatan ’45 bisa dikatakan sebagai angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan balai pustaka dan angkatan pujangga baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada kesusastraan Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia baru lahir dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang terdahulu seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, St.Takdir Alisjahbana, dan lain-lainnya dianggap sebagai karya sastra melayu. Segala hal yang mengingatkan budaya Barat harus dilenyapkan. Bahasa Belanda tidak boleh dipergunakan lagi. Sebagai gantinya dipakai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantor-kantor dan surat-surat keputusan. Pada tahun itu Pujangga Baru berhenti karena Jepang tidak menginginkan sifatnya yang kebarat-baratan. Sastra Balai Pustaka juga terhenti karena pemerintah Belanda telah tumbang. Dalam waktu yang singkat, Indonesia menghasilkan banyak karya sastra besar pada angkatan ini. Sajak-sajak Chairil Anwar, roman-roman Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis dan Achdiat Kartamihardja merupakan tonggak-tonggak penting dalam perjalanan sastra Indonesia. Pengalaman kehidupan nyata merekalah yang membuat karya-karya angkatan ini menjadi besar. Karya sastra pada angkatan ini bercorak lebih realis dibandingkan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang romantis dan idealis. Selain itu, karya sastra angkatan ini diwarnai dengan pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya yang terjadi di tengah bangsa Indonesia. Gaya dari sastra ini lebih bersifat ekspresif dan



revolusioner serta bersifat nasionalis. Sastrawan angkatan ini juga dikenal sebagai sastrawan yang "tidak berteriak tetapi melaksanakan". Sastra Indonesia pada zaman Jepang ini dibentuk sebuah Kantor Pusat Kebudayaan pada bulan April 1943 atau disebut juga Keimin Bunka Shidoso dan yang mengisi badan ini adalah para seniman-seniman dari berbagai daerah. Dalam zaman Jepang terbitlah majalah-majalah baru yang dikelola oleh Pusat Kebudayaan: Jawa Baru (1943—1945) dan Kebudayaan Timur (1943—1945), di samping Panji Pustaka yang merupakan peninggalan Balai Pustaka, hanya dipergunakan demi kepentingan Jepang. Para sastrawan dalam Pusat Kebudayaan diminta menciptakan karya-karya sastra yang mengandung cita-cita cinta tanah air, mengobarkan semangat kepahlawanan dan semangat bekerja. Karya sastra harus membimbing masyarakat. Indonesia harus memihak kebudayaan Timur, menjauhi kebudayaan Barat. Banyak sajak dan cerpen dihasilkan pada masa ini. B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan ’45 1. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka. 2. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat hidup. 3. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang sedalamdalamnya. 4. Ekspresionis,



mengutamakan



ekspresi



yang



jernih.



Individualis,



lebih



mengutamakan cara-cara pribadi. 5. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam perjuangan keadilan dunia. 6. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian dunia.



7. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar. 1. Ciri Prosa Angkatan ’45  Banyak alur sorot balik, meski ada juga alur lurus.  Digresi dihindari, alurnya padat.  Perwatakan/penokohan: analisis fisik tidak dipentingkan, yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung, melainkan dengan cara dramatik: dengan arus kesadaran dan cakapan antar tokoh.  Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan.  Gaya realisme dan naturalisme, menggambarkan kehidupan yang sewajarnya, secara memetik.  Mengemukakan kehidupan,



masalah



kemiskinan,



kemasyarakatan,



di



antaranya



kepincangan-kepincangan



dalam



kesengsaraan masyarakat,



perbedaan kaya dan miskin, eksploitasi manusia oleh manusia (Eksploitation del’homme parl’homme)  Mengemukakan



pandangan



hidup



dan



pikiran-pikiran



pribadi



untukmemecahkan sesuatu masalah.  Latar cerita pada umumnya latar peperangan, terutama perang kemerdekaan melawan Belanda, meskipun ada juga latar perang menentang Jepang. Di samping itu, juga ada latar kehidupan masyarakat sehari-hari. 2. Pengarang Angkatan ’45 1) Chairil Anwar. Karya-karya Chairil Anwar antara lain: Deru Campur Debu (kumpulan puisi), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus (kumpulan puisi), dll. 2) Asrul Sani. Karya-karya Asrul Sani antara lain: Sahabat Saya Cordiaz (cerpen), Bola Lampu (cerpen), Anak Laut (sajak), dll. 3) Sitor Situmorang. Karya-karya Sitor Situmorang antara lain: Surat Kertas Hijau (1954), Jalan Mutiara (kumpulan drama), Wajah Tak Bernama (1956), dll.



4) Idrus. Karyanya bersifat realis-naturalis (berdasarkan kenyataan dalam alam kehidupan) dengan sindiran tajam. Karya-karyanya antara lain: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (novel), A K I (novel), Hikayat Puteri Penelope (novel, terjemahan), Anak Buta (cerpen), Perempuan dan Kebangsaan, dll. 5) Achdiat Karta Mihardja. Karya-karyanya antara lain: Atheis (roman), Bentrokan Dalam Asmara (drama), Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen), dll. 6) Pramoedya Ananta Toer. Karya-karyanya antara lain. Keluarga Gerilja (1951). Mereka yang Dilumpuhkan (1951), Perburuan (1950), dll. 7) Mukhtar Lubis. Karya-karyanya antara lain: Tak Ada Esok (roman), Jalan Tak Ada Ujung (roman jiwa), Tanah Gersang (novel), Si Jamal (cerpen), Perempuan (cerpen), dll. 8) Utuy Tatang Sontani. Karya-karyanya antara lain: Suling (1948), Bunga Rumah Makan (1948), Awal dan Mira (1952), dll. 9) Usmar Ismail. Karya-karyanya antara lain: Permintaan Terakhir (cerpen), Asokamala Dewi (cerpen), dll. 10) Rosihan Anwar. Karya-karyanya antara lain: Radio Masyarakat (cerpen), Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman), Manusia Baru (sajak), dll. C. Prosa Angkatan ’45 1. AKI Karya Idrus a. Identitas Buku Judul Buku: Aki Pengarang : Idrus Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit



: 1949



Kota Terbit : Jakarta Tebal Buku : 62 Halaman b.



Sinopsis



Aki adalah seorang pria berusia 29 tahun tapi terlihat sudah berumur 42 tahun, hal itu karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Walaupun memilki penyakit Aki pria yang sangat rajin dan baik walau tidak rajin beribadah. Aki merasa ia tidak akan lagi hidup lama di dunia ini, ia juga tidak takut kematian. Walaupun dalam keadaan seperti itu, Sulasmi, istrinya tetap sabar merawat Aki. Kedua anaknya, Akbar dan Lastri masih kecil sehingga tidak mengetahui keadaan ayahnya. Pada suatu hari, Aki terpaksa tidak dapat masuk ke kantor karena penyakitnya kambuh dan bertambah parah. Aki t mengatakan kepada Sulasmi bahwa ia baru akan mati setahun lagi pada tanggal 16 Agustus pukul tiga sore. Sejak itu, mereka mempersiapkan segala keperluan untuk kematian Aki. Hingga tibalah hari kematian Aki tanggal 16 Agustus. Aki sudah rapi dengan pakaian terbagusnya. Pukul tiga kurang seperempat Aki berbaring ditempat tidur ditemani istrinya. Tapi Sulasmi harus membelakangi agar tidak melihatnya saat maut menjemput. Hampir setengah jam Sulasmi membelakangi Aki. Sekitar pukul tiga lebih duapuluh menit, Sulasmi baru membalikkan dirinya dengan cepat dan selintas pandang dia melihat mata Aki sudah tertutup, saat dipanggil tidak menjawab, Sulasmi berpendapat Aki sudah meninggal. Dia keluar kamar sambil menangis. Diluar pekarangan rumah banyak orang yang datang, mereka adalah teman-teman kantor Aki dan teman-teman Sulasmi. Melihat Sulasmi menangis, semua tamu berkeyakinan Aki sudah meninggal. Saat orang-orang ingin melihat Aki, mereka smeua terkejut melihat Aki masih hidup, sedang duduk dan merokok. Aki berkata bahwa tadi ia hanya tidur. Kemudian ia berkata bahwa dia baru akan mati setelah berumur 60 tahun. Saat Aki berumur 42 tahun, dia terlihat berumur 29 tahun. Dia diangkat menjadi kepala kantor menggantikan sepnya dahulu karena sudah meninggal dan dia kuliah di fakultas Hukum untuk mencapai gelar Master in de Rechten. Aki berkata kepada Sulasmi ia tidak jadi mati pada umur 60 tahun, tapi mau hidup seratus tahun. c. Tokoh



Tokoh utama dalam cerita ini adalah Aki. Adapula tokoh pendukung seperti Sulasmi istri Aki, Akbar dan Lastri anak-anak Aki, teman-teman kantor Aki, dan teman-teman Sulasmi. 2. Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja a. Identitas Buku Judul Buku



: Atheis



Pengarang



:



Achdiat



Karta Mihardja Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit : 1949 Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 309 halaman



b. Sinopsis Hasan adalah anak dari Raden Wira, ia dibesarkan dalam lingkungan agama islam yang kuat dan dalam yang mempelajari ilmu makrifat, tarekat, hakekat. Suatu hari ketika dia sedang bekerja bertemu dengan teman masa kecilnya Rusli dan seorang perempuan bernama Kartini ketika Rusli, Lewat pertemuan satu saat itu Hasan tertarik dengan Kartini yang dia anggap mirip dengan Rukmini, mantan pacar Hasan. Hasan kemudian mengetahui bahwa Rusli dan Kartini penganut paham merdeka (Atheis) ia ingin menyadarkan mereka berdua, suatu malam bertemu dengan Kartini, pertemuan itu membuat Hasan semakin tertarik pada Kartini, berawal dari pertemuan itu Hasan, Kartini, dan Rusli menjadi sering bertemu. Suatu hari ketika mereka sedang makan siang bersama datang Anwar, teman Rusli. Hasan menjadi cemburu kepada Anwar yang selalu memperhatikan Kartini, tidak hanya itu ia juga cemburu kepada Rusli walaupun Kartini menganggap Rusli seperti kakak sendiri. Mengetahui hal itu, Kartini secara terang terangan meminta perlindungan kepada Hasan. Meskipun Hasan tidak menyukai sikap Anwar terhadap Kartini namun dia tetap berteman dengan



Anwar. Suatu hari Hasan ingin pergi mengunjungi orang tuanya di Panyederan dan Anwar mengatakan ingin ikut. Sesampai di rumah Hasan, Anwar merasa Hasan menjadi orang yang berbeda karena Hasan tidak ingin menyakiti hati orang tuanya. Pada malam pertama karena tidak bisa tidur maka mereka berdua berjalan keluar dan terlibat percakapan dengan peronda malam, dan sampailah mereka kepada percakapan tentang Mbah Jambrong, hantu yang dipercaya oleh peronda itu membuat istrinya meninggal karena Mbah Jambrong ingin menikahi istrinya. Anwar menantang peronda dan juga Hasan untuk membuktikan kebenaran dan keberadaan Mbah Jambrong di kuburan Garawangsa. Hasan yang terpengaruh dengan apa yang dipikirkannya lari dan meninggalkan Anwar. Di perjalanan pulang ke Bandung, Hasan mengaku menyesal telah menyakiti hati orang tuanya dengan memberitahu mereka bahwa dia sudah tidak lagi meyakini agamanya. Setelah lebih dari tiga tahun menikah dengan Kartini, rumah tangga mereka yang awalnya baik baik saja menjadi tidak harmonis. Bermula dari surat yang di kirim oleh ayah Hasan yang isi nya mencela pernikahan Hasan dengan Kartini dan memperingatkan Hasan bahwa Fatimah (adik pungut Hasan) masih menunggu dan lebih layak untuk Hasan yang secara tidak sengaja ditemukan oleh Kartini membuat Kartini sangat mudah tersinggung dan Hasan pun menjadi sangat mudah naik darah. Pertengkaran hebat terjadi ketika Hasan pulang kerja dan mengetahui bahwa Kartini sedang keluar bersama Anwar. Hasan yang merasa cemburu memukuli Kartini. Kartini yang memilih pergi dari rumah lalu bertemu dengan Anwar, Kartini menceritakan tentang perkelahiannya dengan Hasan. Kartini setuju dengan usul Anwar untuk bermalam di penginapan dekat dengan stasiun kereta agar besok pagi bisa pergi ke tempat saudara Kartini untuk menenangkan diri. Di penginapan Anwar mengatakan bahwa sebaiknya Kartini mengakiri pernikahannya dengan Hasan karena Hasan tidak menghargai dia sebagai Wanita, dan sebaiknya Kartini memulai hidup barunya dengan Anwar. Anwar pun berusaha untuk memeluk Kartini yang



mengakibatkan Kartini memberontak dan akhirnya berhasil keluar dari penginapan itu. Pergi entah kemana. Dua bulan kemudian, Hasan yang masih berkabung karena ayahnya meninggal, yang juga semakin kurus karena penyakit TBC memasuki peginapan yang sama dan juga kamar yang sama dengan Kartini. Kemudian Hasan mengetahui bahwa Kartini pergi dengan Dia tersulut emosi dengan marah meninggalkan penginapan tersebut tidak peduli peringatan bahaya dari Sirene yang mengaung nyaring dan Hasan terkena peluru darah keluar dari pahanya, sesaat sebelum tidak bergerak dia mengucap “Allahu Akbar” c. Tokoh Tokoh utama dari cerita ini adalah Hasan, adapula Kartini istrinya, Rusli teman Hasan, Anwar teman Hasan, Raden Wira ayah Hasan, Fatimah adik pungut Hasan. 3. Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis a. Identitas Buku Judul Buku



:



Jalan



Tak



Ada Ujung Pengarang



:



Mochtar



Lubis Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit



: 1952



Kota Terbit Tebal Buku



: Jakarta



: 127 halaman



b. Sinopsis Isa adalah seorang guru, oleh karenanya ia sangat dihormati oleh tetanggatetangganya. Akan tetapi, statusnya seperti tidak memihak kepadanya, keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan. Fatimah istrinya, harus kesana kemari meminjam uang hanya untuk kebutuhan makan. Selain itu,



karena tidak dapat memberikan kepuasan batin kepada istrinya, keharmonisan rumah tangga mereka perlahan berkurang. Tak hanya itu, kehidupan Isa selalu dilanda ketakutan. Setiap hari, setiap malam, dan setiap saat ia merasa was-was ketika mendengar serdadu-serdadu Inggris menyerbu. Ketakutannya berawal ketika guru Isa sedang berjalan kaki menuju sekolahnya yang ada di Tanah Abang, ia mendengar tembakan untuk pertama kalinya di gang Jaksa. Isa kemudian bergabung dengan sebuah organisasi pemberontakan. Ia diajak oleh saah satu temannya yang bernama Hazil, yang sangat pintar bermain biola. Isa dan Hazil bertugas untuk mengambil senjata dan bom tangan yang disimpan di daerah Asam Reges, setelah itu disimpan di Manggarai, kemudian di selundupkan ke Karawang. Meskipun Isa sangat ketakutan, penyelundupan itu berjalan lancar. Fatimah, istri Isa yang merasa tidak bahagia kemudian berselingkuh dengan Hazil. Isa tahu akan hal itu, tetapi ia lebih memilih untuk diam. Serdadu Inggris kemudian meninggalkan Indonesia setelah adanya perjanjian Linggar Jati. Akan tetapi, kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang mengenakan. Beberapa saat setelah kepergian serdadu Inggris, serdadu Belanda kemudian datang kembali ke Indonesia. Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru Isa, Hazil, dan Rakhmat, temannya, merencanakan untuk menyerang serdadu Belanda disebuah bioskop rex. Mereka melemparkan bom tangan ke depan pintu masuk bioskop. Beberapa serdadu Belanda terluka akibat ledakan bom tersebut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat masing-masing dan tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama. Hazil di temukan keberadaannya oleh polisi militer, ia mengakui apa yang telah ia perbuat dan menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian Isa menyusul Hazil ditangkap polisi. Mereka berdua disiksa. Karena mereka tetap tidak mau mengaku di mana Rakhmat bersembunyi. c. Tokoh



Tokoh utama dalam cerita ini adalah Isa, adapula tokoh pendukung seperti Fatimah istri Isa, Hazil dan Rahmat teman Isa. 4. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Karya Idrus



a. Identitas Buku Judul Buku



:



Dari



Ave



Maria ke Jalan Lain ke Roma Pengarang



: Idrus



Penerbit



: Balai Pustaka



Tahun Terbit



: 1948



Kota Terbit



: Jakarta



Jumlah Halaman



: 176 halaman



b. Sinopsis Novel ini berisi sekumpulan cerita pendek yang tidak saling berhubungan tetapi memiliki latar yang sama, yaitu masa perjuangan Indonesia ketika pendudukan Jepang sampai kedatangan Sekutu. Berikut sinopsis dari judul cerita yang terdapat pada buku ini: 1) Ave maria Sebuah keluarga tengah duduk di depan teras rumah, mereka sedang menunggu kedatangan seseorang. Terlihat seorang pemuda dengan baju jas yang robek-robek, yang dibagian belakang hanya tertinggal benangbenang saja. Sambil tertawa, adik memberi hormat pada Zulbahri yang sudah lama ditunggunya. Zulbahri kemudian menceritakan kisah cintanya ketika menikah dengan Wartini. Ia dan istrinya sudah 8 bulan mereka menikah tetapi belum mempunyai keturunan. Namun, ternyata Wartini menyukai pria lain yakni Syamsu, adik Zulbahri. Zulbahri yang mengetahui



bahwa



mereka



berdua



saling



mencintai,



kemudian



menceraikan Wartini dan menjodohkannya dengan Syamsu. Zulbahri pergi ke medan perang untuk membela nusa dan bangsa. 2) Kejahatan Membalas Dendam



Ishak adalah seorang penulis dan penerbit buku, ia yang memiliki tunangan bernama Satilawati. Ayah Satilawati, Sukroso tidak menyetujui hubungan mereka. Suksoro yang merupakan penulis kalot dan kritikus yang terkenal kejam. Suksoro memanggil seorang wanita tua yang sangat sakti untuk memisahkan hubungan Ishak dan Satilawati. Wanita itu adalah nenek Satilawati yang tidak setuju atas permintaan Suksoro dengan alasan Satilawati yang sangat mencintai Ishak. Ishak kemudian di beri obat gila oleh temannya sendiri yaitu Kartili. Akhirnya, ia berhasil disembuhkan oleh wanita tua, dan hubungan mereka disetujui oleh Suksoro. Kartili yang sempat membuat Ishak gila, akhirnya menjadi gila. 3) Kota Harmoni Trem penuh sesak dengan orang-orang dan bau keringat ditambah bau terasi yang sungguh tidak sedap. Kemudian seorang nona Indo-Belanda mengeluh dengan bau terasi dari seorang Tionghoa. Wanita Tionghoa marah-marah pada nona Indo-Belanda. Didalam term penuh sesak orangorang yang berdesakkan bahkan sulit untuk menghirup udara segar. Orang-orang akan merasa lega ketika orang-orang turun dan kembali berdesakkan ketika orang-orang naik lagi. Seorang Belanda datang dengan kuasanya menyuruh orang minggir untuk memberi jalan yang membuat seorang anak muda yang terlihat jengkel Kondektur meminta karcis saat tiba di Harmoni, dan banyak orang yang kini sudah mendapatkan tempat duduk. Beberapa orang naik lewat jendela termasuk orang



Belanda.



Orang Indonesia yang melihat itu menegur orang Belanda itu dan akhirnya mereka beradu mulut. Hingga datang seorang kenpetai yang memarahi orang Belanda itu, sedangkan orang Indonesia merasa senang. 4) Jawa Baru Ketika bahan-bahan pokok sangat mahal, orang-orang Indonesia hanya mendapatkan beberapa bagian sedangkan orang-orang Belanda mendapatkan lebih banyak. Walaupun dijalanan banyak orang kelaparan



lalu mati. Tetapi pemerintah Belanda seolah tak peduli, Jawa Hokaido mengadakan rapat tentang penambahan pasokan bahan-bahan pokok tanpa melihat keadaan orang-orang Indonesia. Orang-orang Jawa hanya bersabar dan menerimanya dengan lapang dada. 5) Pasar Malam Orang Jepang Orang-orang berlomba-lomba datang ke pasar raya dengan bantuan Sendenbu, Sendenbu akan selalu menarik. Mereka berdesakkan di loket pembelian tiket. Pasar malam dengan tempat gelap disiapkan untuk pengunjung dan tempat tersang, di rumah makan terdengar suara musik, diruangan barisan propoganda terlihat ban kapal tempur yang sengaja diperlihatkan serta baju bagor, di ruang rolet banyak orang duduk berjamjam tak ada yang ribut seperti Gandi yang sedang main rolet hingga hampir menjual semua pakaiannya dan pada akhirnya ia pun kalah. Beberapa hari kemudian ia gantung diri. 6) Sunyo Kadir adalah seorang penjual kacang goreng. Namun, jualannya tidak laku. Ia hanya mendengarkan radio umum tentang pecah sebagai ratna, pengangkatan Sanyo. Datang seorang penjual es lilin dan Kadir pun merasa sombong. Lalu datang seorang laki-laki yang ingin membeli kacangnya sebesar 3 sen. Kadir bertanya tentang arti sanyo pada lelaki itu, lelaki itu melempar kacang ke Kadir lalu pergi. Kadir masih memikirkan tentang sanyo, lalu ia berfikir bahwa sanyo adalah tukang catut. Ditanyalah seorang laki-laki yang hendak membeli kacang. “Apakah sanyo adalah tukang catut?” mendengar hal itu laki-laki tadi marah dan membawa Kadir ke kantor polisi. 7) Fujinkai Nyonya sastra terlihat sangat sibuk, ia akan mengadakan rapat di kampung. Nyonya Sastra membuka rapat dan berbicara sangat lama,



membuat anggota merasa bosan, bahkan ada yang pulang karena kesal. Para anggota yang masih di ruang rapat marah akan sikap Nyoya Sastra, yang bebicara sangat lama dan pada akhirnya hanya meminta sumbangan dari para anggota. 8) Oh… Oh… Oh… Kereta dari Sukabumi telah berangkat menuju Jakarta, orang-orang di kelas 2 duduk dengan nyaman tidak seperti orang-orang di kelas 3 dan 4 yang harus berdesak-desakkan. Kereta berhendi di stasiun kecil dan beberapa anak muda tak berpakaian masuk ke kereta, mereka memeriksa orang-orang yang membawa beras lalu memukulinya dan mengambil berasnya. Sebungkus beras tak diambil karena punya seorang agen polisi, anak-anak muda itupun pergi. Agen polisi meminta beras pada perempuan disampingnya agar berasnya aman sampai Jakarta. Setelah tiba di Jakarta agen polisi tidak mengembalikan beras perempuan itu, perempuan itu pun menangis. 9) Heiho Kartono adalah pemuda yang rajin di kantornya, ia tetap semangat walaupun gajinya kecil. Kartono idak pernah membolos dan juga tak pernah mendapatkan penghargaan. Kartono kemudian mencalonkan menjadi Heiho. Opas pos memberi selembar kertas yang menyatakan dirinya lulus menjadi Heiho dan teman-temannya memberi selamat. Di asrama Heiho, Kartono mendapatkan pakaian Heiho. Ia pulang dengan wajah gembira dan sesampainya di rumah Kartono menyampaikan pada istrinya, Martini pun melepas suaminya untuk menjadi Heiho. 10) Sebuah Kisah Celana Pendek Ketika Pearl Harbour diserang Jepang, saat itu Kusno merasa senang karena mendapatkan celana kapar 1001 dari sang ayah. Kusno buta akan politik, setelah mendapatkan celana baru Kusno melamar pekerjaan



dimana-mana. Pada akhirnya Kusno menjadi Opas pos yang digaji 10 sen perbulan. Lama-lama celananya rusak dan ia berhenti kerja karena gaji yang kecil. Kusno hidup dalam kelaparan dan ia berpikir kenapa selalu ada perang. 11) Surabaya Orang Indo-Belanda memasang bendera merah putih biru di hotel Yamato dengan berani. Orang-orang Indonesia terkejut, lalu seorang pemuda naik keatas tiang bendera dan merobek kain biru dari bendera itu. Kemudian



orang-orang



Indo-Belanda



menembaki



orang-orang.



Pertempuran di Jakarta membara, orang-orang harus menyerahkan senjatanya pada sekutu. Tetapi mereka tidak mau, akhirnya api membakar gedung-gedung dan jiwa bangsa Indonesia. Jalan-jalan diluar kota penuh dengan manusia, kebanyakan wanita, mereka berjalan sempoyongan. 12) Jalan Lain ke Roma Open adalah seorang guru yang selalu direndahkan dan dihina oleh teman-teman dan para murid-muridnya. Ia dikeluarkan dari sekolah tempatnya mengajar karena memukul siswa yang menghinanya. Ia menjadi berubah setelah ia membeli Al-Quran terjemahan Moh. Yunus, dan menjadi seorang guru ngaji anak-anak. Open mengajar seorang anak dari Jawa yang sulit mengatakan kata baqa, Open memukul anak itu. Ibu Open ingin mempertemukan Open dengan Surtiah, tetapi Open menolaknya karena malu. Ibu Open tidak peduli, akhirnya Open tetap dikenalkan pada Surtiah. Lalu mereka menikah dan mereka tinggal di Kota. Disana Open menjadi seorang penulis terkenal. c. Tokoh 1. Tokoh cerita Ave Maria adalah Zulbahri, Adik, Wartini, dan Syamsu. 2. Tokoh cerita Kejahatan Membalas Dendam adalah Ishak, Satilawati, Sukroso, Kartili, dan Wanita tua.



3. Tokoh Cerit Kota Harmoni adalah Nona Belanda, Wanita Tionghoa, orang Belanda, Kondektur Trem, dan orang Indonesia. 4. Tokoh cerita Jawa Baru adalah orang-orang Indonesia, orang-orang Belanda, Jawa Hokaido atau orang-orang Jawa. 5. Tokoh cerita Pasar Malam orang Jepang adalah Sendebu 6. Tokoh cerita Sunyo adalah Kadir, Penjual es lilin, Pembeli kacang. 7. Tokoh cerita Fujinkai adalah Nyonya sastra dan Anggota rapat. 8. Tokoh cerita Oh… Oh… Oh… adalah Anak muda, Agen Polisi, dan seorang perempuan. 9. Tokoh cerita Heiho adalah Kartono dan Martini. 10. Tokoh cerita Sebuah Kisah Celana Pendek adalah Kusno 11. Tokoh cerita Surabaya adalah orang Indo-Belanda, seorang pemuda, dan orang-orang Indonesia. 12. Tokoh cerita Jalan Lain ke Roma adalah Open, Ibu Open, dan Surtiah. 5. Keluarga Gerilya Karya Pramoedya Ananta Toer a. Identitas Buku Judul Buku



: Keluarga Gerilya



Penulis



:



Pramoedya



:



Penerbit



Ananta Toer Penerbit



Pembangunan Djakarta Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit : 1950 Jumlah Halaman : 239 halaman b. Sinopsis Amilah, seorang wanita tua berusia 41 tahun, selalu menanti kedatangan Sa’aman, anaknya yang ditangkap oleh polis Militer. Sa’aman adalah anak kesayangan Amilah, dia menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai tukang beca, Sa’aman mampu menghidupi ibu dan adik-adiknya.



Ketika Sa’aman ditangkap, kehidupan keluarganya berubah, Amilah menjadi hilang akal dan adik-adiknya kehilangan tempat bergantung. Salamah, seorang gadis berusia 19 tahun terpaksa menggantikan peran Sa’aman , membantu adik-adiknya dengan mengharap belas kasihan dari tunangannya, Darsono. Suatu hari Salamah meminta izin pada Amilah untuk bekerja bersama adiknya, Patimah, agar dapat menghidupi keluarganya. Dengan kasar, Amilah menolak. Salamah teringat ketika kakaknya ditangkap, hari itu Sa’maan baru pulang bekerja. Sa’aman membantu adik-adiknya mengerjakan tugas sekolah dan memberi nasihat dan tiba-tiba ada ketukan di pintu. Ketika pintu terbuka, sekelompok polis militer masuk, menangkap Sa’aman dan menanyakan saudara gerilya lain, Canimin dan Kartiman. Setelah teringat pada kejadian yang malang ini, Salamah pun tertidur. Pada waktu yang sama, Kartiman dengan Canimin ingin membalas dendam terhadap Belanda karena ayahnya mati tertembak oleh mereka. Hingga ketika menjelang fajar, Canimin mendapat informasi bahwa akan ada konvoi NICA yang datang. Canimin membuat rancangan untuk menyerang konvoi ini, dan menyiapkan perajurit – perajuritnya. Serangan ini berhasil, tetapi Kartiman terkena peluru. Sebelum Kartiman meninggal, dia memohon abangnya untuk menjaga isterinya dan adik-adik mereka. Di Jakarta, Amilah masih selalu menanti Sa’aman sambil membayangkan kekasih pertamanya, Benni, seorang Manado. Sarsan Kasdan memberi pesan bahwa Sa’aman akan dibebaskan pada siang hari pukul dua. Amilah tidak mempercayainya, tetapi setelah diancam oleh Sarsan Kasdan akhirnya Amilah terdiam. Amilah disuruh mengirimkan Salamah atau Patimah untuk menjemput Sa’aman di tempat tahanan pada pukul dua petang. Amilah curiga lalu mengusir Sarsan Kasdan tetapi segera menyesal dan berlari ke jalan, memanggil Sarsan Kasdan seperti orang gila. Di sisi lain Hadijah, seorang teman yang ingin mengantar Salamah dan Patimah bekerja datang. Namun, atas rasa bertanggungjawab kepada adik-adik yang lain, hanya Patimah yang diizinkan bekerja.



Setelah Hadijah dan Patimah berangkat, Salamah berusaha untuk membantu adik perempuannya Salami mengerjakan tugas sekolah. Namun, Kegiatan itu terhenti kerana ada tukang loak membawa adiknya yang terakhir, Hasan. Hasan telah merusak sebuah wekker dan dia diminta untuk membayar ganti rugi sebanyak lima belas rupiah. Namun, setelah melihat keadaan keluarga dan mengetahui bahwa abang-abang Hasan berjuang untuk kemerdekaan, tukang loak itu merasa kasihan dan memberi mereka uang sepuluh rupiah untuk membeli beras. c. Tokoh Tokoh utama dari cerita ini adalah Sa’aman, adapula Salamah adiknya, Amilah Ibunya. Ada beberapa tokoh lain seperti Kartiman dan Caminim, Patimah, Hadijah, Hasan, Sarsan Kasdan dan tukang loak.



4. Angkatan Sastra Periode ’66 A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’66 Penamaan angkatan ‘66 dalam bidang kesusastraan diberikan oleh H.B.Jassin, memperkuat pendapatnya, bahwa pada sekitar 1966, di dalam kesusastraan Indonesia telah lahir sebuah generasi kesusastraan. Istilah angkatan ’66 sebenarnya diilhami oleh peristiwa politik : kebangkitan generasi muda yang dipelopori oleh KAMI-KAPPI dalam menumbangkan Orde Lama, beberapa bulan setelah meletusnya kudeta G-30S/PKI yang gagal itu. Kebanyakan mereka adalah aktivis Orde Baru. Kelompok itu berjuang membela kebenaran dan keadlan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, meruntuhkan kediktatoran dan penyelewengan-penyelewengan politis yang menjurus ke komunisme. Angkatan ’66 adalah istilah polotik. H.B. Jassin menransfernya kedalam dunia sastra sehingga menjadi satu istilah sastra karena ia melihat adanya kaitan yang sangat erat antara sastra dan perjuangan politik, sedangkan para sastrawan yang dimaksudkan berada di bawah kubu angkatan ’66 memang ikut ambil bagian di dalam perjuangan tersebut, baik secara langsung seperti yang dilakukan oleh Taufik Ismail, Sanditias, Slamet Sukirmanto, Bur Rawanto maupun lewat karya sastra Orde Baru. Para sastrawan angkatan ’66 telah berjuang dengan ide-ide keadilan dan kebenaran, dengan tegas mendobrak kezoliman dan kemelut politik serta resesi ekonomi yang waktu itu tengah melanda. Seiring berjalannya waktu PKI menghilang, dengan hilangnya PKI dan Lekranya (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dari dunia politik kebudayaan para pengarang yang pada 1964 lenyap dari peredaran mulai aktif menulis lagi. Terjadi pertentangan pendapat antara Ajip Rosidi dan H.B Jassin dikarenakan Ajip Rosidi memproklamasikan Angkatan Terbaru pada tahun 1950 sedangkan H.B Jassin menganggap bahwa sebutan Angkatan ’66 lebih tepat. Kenyataan sejarah membuktikan bahwa sejarah awal pertumbuhan sastra Indonesia, para pengarang sudah menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap dunia politik. Nama angkatan 66 pertama kali digunakan oleh H.B.Jassin. dalam angkatan 66:Prosa dan Puisi. Dalam buku ini pertama kali H.B.Jassin menyampaikan penolakannya terhadap angkatan 50 dengan mengutip pernyataan Ajip Rosidi dalam Simposium Sastra Pekan Kesenian Mahasiswa di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1960.



H.B.Jassin mengkritisi semua konsepsi-konsepsi angkatan 50 dan angkatan terbarunya Ajip Rosidi dengan nada emosional dan keras. Alasan utama penafsiran angkatan 50 dan angkatan terbaru adasah kedekatn massa dengan angkatan sebelumnya yaitu angkatan 45 sehingga tidak ada konsep yang berlainan dengan angkatan sebelumnya tersebut (Jassin, 2013: 17-8). Sebelum munculnya nama sastra angkatan 66, WS Rendra dan kawankawannya dari Yogya pernah mengumumkan nama sastra angkatan 50 pada akhir 1953. Nama ini tidak popular dan kemudian dilupakan orang. Secara politis lahirnya angkatan ini dilatarbelakangi oleh pergolakan politik dalam masyarakat dan penyelewenganpenyelewengan pemimpin-pemimpin Negara yang tidak memiliki moral, agama, dan rasa keadilan demi kepentingan pribadi dan golongan. Penyelewengan tersebut antara lain pelanggaran terhadap Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD 45 dengan memasukkan komunis sebagai sebuah nilai keindonesiaan yang tentu saja melanggar sila pertama. Selain itu, pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup tidak sesuai dengan prinsip demokrasi. Hal-hal tersebut membuat Negara menjadi semakin terpuruk dan rakyat menderita. Akhirnya, dengan semangat kebangkitan, angkatan 66 masyarakat menolak kebudayaan di dominasi oleh politik. Perlawanan ini dilakukan oleh semua kalangan yang diawali oleh gerakan mahasiswa, selain pemberontakan-pemberontakan di daerah-daerah seluruh Indonesia. Peristiwa politik tersebut berimplikasi pada paham sastra yang berkembangpada masa tersebut. Terdapat dua kelompok, yaitu golongan penulis yang terkumpul dalam lekra dan para seniman penandatangan manifest kebudayaan. Selain itu, terdapat sastrawan yang tidak terkumpul pada keduanya yang tetap pada posisi netral. Lekra, mulanya bukan lembaga budaya PKI. Menjadi salah satu media dalam metode penyerangan terhadap berbagai bidang PKI yang agresif. Serangan dilakukan pada orang-orang yang tidak bersedia mendukung PKI. Salah satu tokoh yang diserang adalah Hamka. Maka pada awal Agustus 1963 di Bogor dan di Jakarta diadakan pertemuan-pertemuan antara tokoh budaya, pengarang dan seniman lainnya untuk membahas manifest kebudayaan. Manifest kebudayaan adalah perlawanan-perlawanan yang dilakukan para budayawan dan sastrawan akibat tekanan yang bertambah besar dari pihak komunis dan pemimpin bangsa yang mau menyelewengkan negara. Hasil rumusan itu dibawa kedalam siding



lengkap pada tanggan 24 Agustus 1963. Selaku pimpinan sidang Gunawan Muhamad dan sekretarisnya. Bokor Hutasuhut siding memutuskan naskah manifest kebudayaan yang bunyinya sebagai berikut: 1) Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kabudayaan Nasional kami. 2) Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sector kebudayaan di atas sector kebudayaan yang lain. stiap sector berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya. 3) Dalam melaksanakan kebudayaan nasional kami berusaha menciptakan dengan kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat dari kami sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat bangsa-bangsa. 4) Pancasila dalah falsafah kebudayaan kami.Manifest kebudayaan ini pertama kali dipublikasikan dalam surat kabar Berita Republik (Jakarta). Manifest tersebut ditandatangani pada 17 Agustus 1963 oleh beberapa pengarang antar lain H.B.Jassin, Zain, Trisno, Sumardjo, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasuhut, Wiratmo Soekito, dan Soe hok djin. Pasca diumumkan, manifest tersebut didukung oleh seniman-seniman di daerah. Namun, Lekra tidak tinggal diam. Dengan menggunakan pengaruh dalam pemerintahan dan semua media yang telah dikuasai oleh mereka, mereka menyerang manifest kebudayaan dan orang-orang yang menandatanganinya. Soekarno menyatakan bahwa manifest kebudayaan dilarang. Penandatanganan manifest tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup segala kemungkinan untuk mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah dipecat dari pekerjaannya. Terbitan yang menjadi tempat menulis dituntut untuk ditutup. Salah satunya majalah Sastra yang didirikan H.B.Jassin. Angkatan 66 dalam sastra Indonesia mencakup kurun waktu tahun 1963-1970-an. Disamping itu, karya tahun 1966 ini tidak hanya bercirikan protes sosial, politik, ekonomi melainkan juga bercirikan agama. Hal



ini dimaksud pengarang untuk membedakan dirinya dari pengarang lekra yang cenderung ateis. B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan Sastra Periode ’66 1. Ciri Khas Karya Angkatan Sastra Periode ’66 Ciri-ciri sastra angkatan 66 dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok sastra 60 sampai dengan 66 Merupakan masa kejayaan sastrawan Lekra yang bernaung di bawah panji-panji PKI. Sastrawan yang bersebrangan dengan PKI dapat dikatakan kurang berkembang, apalagi manifest kebudayaan yang menjadi konsepsinya dicekal dan dilarang pemerintah. 2) Kelompok sastra tahun 66 sampai dengan 70-an. Masa ini didominasi oleh karya-karya yang berisi protes terhadap pemerintah. Dari segi isi, konsepsinya adalah pancasila dan UUD 45. Dari protes sosial, ekonomi, dan politik yang dikemukakan dengan berapi-api dan retorikanyasangat kuat beralih kecurahan hati dan perasaan lega pengarang yangsekian tahun tertindas. Pada akhirnya tema-tema agama menjadi warnanya. Ciri-ciri lain sastra angkatan 66 disebutkan sebagai berikut: 1) Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada). 2) Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita. 3) Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan. 4) Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka. 5) Banyak terdapat penggunaan gayaretorik dan slogan dalam puisi. 6) Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah. 2. Pengarang Angkatan Sastra Periode ’66







Taufik Ismail. Karangannya: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, dll.







Sutardji Calzoum Bachri. Karangannya: O, Amuk, Kapak, dll.







Abdul Hadi WM. Karangannya: Meditasi (1976), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), dll.







Sapardi Djoko Damono. Karangannya: Dukamu Abadi (1969)







Goenawan Mohamad. Karangannya: Parikesit (1969), Interlude (1971), dll.







Umar Kayam. Karangannya: Seribu Kunang-kunang di Manhattan.







Nasjah Djamin. Karangannya: Hilanglah si Anak Hilang (1963), Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968), dll.







Putu Wijaya. Karangannya: Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1973), Stasiun (1977), dll.







Iwan Simatupang. Karangannya: Ziarah (1968), Merahnya Merah (1968), dll.







M.A Salmoen. Karangannya: Masa Bergolak (1968)







Kuntowijoyo. Karangannya: Khotbah di Atas Bukit (1976)







Leon Agusta. Karangannya: Monumen Safari (1966), Catatan Putih (1975), dll.



C. Prosa Angkatan Sastra Periode ’66 1. Ziarah Karya Iwan Simatupang a. Identitas Buku Judul Buku : Ziarah Pengarang : Iwan Simatupang Penerbit



: Djambatan



Tahun Terbit



: 1969



Kota Terbit : Jakarta Tebal Buku : 148 halaman b. Sinopsis Di sebuah negeri yang bernama Kotapraja, terdapat seorang pelukis yang, suatu ketika lukisannya banyak dikagumi dan ia memperoleh banyak uang, ia malah mencoba untuk bunuh diri karena merasa bingung. Pelukis mencoba bunuh diri



dengan melompat dari lantai hotel dan ketika terjun dia menimpa seorang gadis cantik. Tanpa diduga si pelukis langsung mengadakan hubungan jasmani dengan si gadis di atas jalan raya. Hal ini membuat orang-orang histeris dan akhirnya mereka ditangkap oleh polisi dan dinikahkan. Kehidupan bahagianya bersama sang istri hilang begitu saja saat dia tahu bahwa istrinya mati, pelukis pun langsung pergi ke kantor sipil untuk mengurusi penguburan istrinya tetapi tak ada tanggapan positif dari pengusaha penguburan. Itu terjadi karena pelukis tak tahu apa-apa tentang istrinya. Yang dia tahu hanyalah kecintaannya pada istrinya. Sehingga mayat istrinya terkatung-katung karena tak memiliki surat penguburan yang sah. Akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali perbuatannya dan dengan keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis dikuburkan. Pelukis tidak menyaksikan proses penguburan istrinya. Saat kembali ke gubuknya, dia melihat wanita tua yang ternyata adalah ibu kandung dari istrinya. Ibu istrinya bercerita panjang tentang masa lalunya yang suram. Dan sesaat kemudian pelukis memandangi keadaan sekitar yang penuh karangan bunga, membuang bunga-bunga tersebut ke laut kemudian membakar gubuknya sampai habis. Beberapa bunga yang masih tersisa ia bawa ke kuburan istrinya. Ia titipkan karangan bunga pada centeng perkuburan. Ziarah tanpa melihat makam istrinya. Setelah itu hidup pelukis semakin tak tentu arah. Ia seolah tak pernah percaya bahwa istrinya telah mati. Pagi harinya hanya digunakan untuk menunggu istrinya di tikungan entah tikungan mana dan malam harinya di tuangkan arak ke perutnya, memanggil Tuhannya, meneriakkan nama istrinya, menangis dan kemudian tertawa keras-keras. Hingga akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta dia mengapur tembok perkuburan Kotapraja yang sebelumnya telah berbekas pamplet-pamplet polisi bahwa dia dicari. Pelukis menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja mengapur tembok perkuburan Kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya, sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya. Pekerjaan baru Pelukis ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh negeri geger. Hingga Walikota akan memberhentikan opseter perkuburan. Tetapi



ketika mengantar surat pemberhentian kerja itu, Walikota malah mati sendiri karena kata-kata opseter tentang proporsi. Sebelumnya juga pernah terjadi kekacauan karena opseter pekuburan memakai rasionalisme dalam kerjanya dan hanya memberi instruksi kerja pada selembar kertas pada pegawainya. Pelukis kemudian ingin berhenti bekerja. Opseter kebingungan tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu maksud opseter memperkerjakannya. Bahwa selain untuk kepentingan opseter sendiri, opseter ingin pelukis dapat selalu berziarah ke kuburan istrinya. Keesokan harinya opseter ditemukan gantung diri. Berita kematian itu tersebar, tetapi hanya sedikit sekali empati dari pegawai-pegawai pekuburan. Penguburan opseter berlangsung cepat. Setelah penguburan, pelukis bertemu maha guru dari opseter yang kemudian menceritakan riwayat opseter. Pada akhirnya pelukis pergi ke balai kota untuk melamar menjadi opseter pekuburan agar ia dapat terus-menerus berziarah pada mayat-mayat manusia terutama pada mayat istrinya c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah si Pelukis, Istri pelukis, Opester pekuburan, pengusaha pekuburan, ibu istri pelukis, polisi dan walikota. 2. Merahnya Merah Karya Iwan Simatupang a. Identitas Buku Judul



: Merahnya Merah



Pengarang



: Iwan Simatupang



Penerbit



: PT Djambatan



Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit



: 1968



Tebal Buku



: 167 halaman



b. Sinopsis Tokoh Kita adalah seorang calon rahib. Pada masa revolisi, dia adalah seorang komandan kompi. Di akhir revolusi, dia menjadi algojo pemancung kepala para penjahat dan



pengkhianat-pengkhianat. Kemudian dia masuk rumah sakit jiwa.



Kini Tokoh Kita menjadi gelandangan, ketika revolusi bersenjata dulu dia tahan tak makan berminggu-minggu lamannya. Namun, pada masa modern dengan kebisingan lalu lintas dan keriuhan manusia membuatnya tidak sanggup menahan rasa lapar hingga akhirnya jatuh sakit. Luka di pergelangan kakinya membuat ia tak kuat berjalan. Luka itu terjadi ketika ia mengantarkan Fifi ke perkampungan kaum gelandangan. Fifi adalah seorang gadis berusia 14 tahun, ia menjadi yatim piatu dan tidak punya tempat tinggal karena keserakahan sekelompok orang-orang kejam. Hingga akhirnya sekarang Fifi terpaksa menjadi seorang pelacur untuk bertahan hidup, namun tak berselang ia terkena razia. Setelah keluar dari kantor polisi Fifi di tolong oleh Tokoh Kita dan dibawa ke Maria. Maria adalah seorang penolong bagi Tokoh Kita, ia sangat perhatian terhadap Tokoh kita. Walaupun terkesan galak tetapi Maria sebenarnya berhati baik,dalam komunitas kaum gelandangan dia dianggap sebagai sebagai ibu dari sekian para wanita di komunitas itu. Maria selalu bersedia menolong orang-orang yang berada dalam kesusahan. Dulu Maria bercita-cita menjadi seorang perawat. Namun, karena takut dengan darah cita-citanya dia tanam dalam hati. Kemudian Maria bekerja sebagai pelayan sebuah restoran Katolik. Akan tetapi, di restoran ini dia mengalami nasib sial, dia diperkosa oleh seseorang yang tak dikenal. Akhirnya, seminggu setelah kejadian itu, dia keluar dari restoranvsetelah menyaksikan seorang pastor bunuh diri. Pada awalnya Maria tidak menyukai keberadaan Fifi dan tidak bersedia tidur bersamannya. Namun karena dia terus didesak oleh Tokoh Kita dan Maria tidak bisa melawan Tokoh Kita, karena ia memiliki perasaan khusus terhadanya. Akhirnya Maria mau menerima Fifi. Kedekatan Tokoh Kita dan Fifi membuat hubungan Maria dengan Tokoh Kita menjadi kurang harmonis padahal sebelumnya mereka sangat mesra. Maria sangat dilemma dan cemburu. Hingga suatu hari Fifi hilang dari lingkungan mereka. Upaya pencarian pun dilakukan, Para anggota gelandangan dikerahkan mencari Fifi ke seluruh kota, tapi mereka selalu pulang dengan keadaan nihil dan putus asa. Pak Centeng merupakan orang yang paling kecewa tiap kali pulang dari mencari Fifi, ia merasa malu karena



dia jagoan yang terbilang paling disegani di seluruh kota dan sekitarnnya, untuk pertama kalinya ia mengalami kegagalan. Sudah satu bulan lebih Fifi tidak juga ditemukan. Telah sebulan lebih pula Tokoh Kita tidak datang ke perkampungan gelandangan lagi. Tokoh Kita yang menghilang secara tiba-tiba membuat Pak Centang merasa sedih dan bingung. Kedua kalinya dalam hidupnya dia mengalami kegagalan. Kemudian Maria juga tiba-tiba menghilang. Sebulan berlalu. Maria tidak juga nampak batang hidungnya di perkampungan gelandangan itu. Para penghuni kampung benar-benar riuh. Karena menghilangnya Maria dan Tokoh Kita sangat berpengaruh terhadap hidup mereka, mereka benar-benar cemas. Maria, adalah guru di perkampungan mereka. Tanpa Maria, perkampungan itu kehilangan tumpuannya. Akhirnya Pak Centeng pun menyerahkan pencarian Maria pada polisi. Hingga tiba-tiba Tokoh Kita kembali ke perkampungan. Namun ia kembali seorang diri, tanpa Fifi atau Maria. Pak centeng beserta warga nampak benci pada Tokoh Kita. Puluhan pertanyaan pun di lontarkan menyerbu di Tokoh Kita. Semua mempertanyakan dimana Fifi dan Maria. Tokoh Kita menceritakan apa sebenarnya telah terjadi.  Tentang cinta Fifi padannya. Tentang cinta Maria padanya. Ternyata selama ini Fifi tidaklah menghilang, melainkan mati dibunuh Maria karena ia merasa cemburu pada Fifi. Maria sendiri sekarang telah masuk biara, mencoba mengakui dosa-dosanya pada Tuhan. Mendengar penjelasan Tokoh Kita membuat Pak Centeng marah. Pak Centeng mengambil goloknya dan mengarahkannya pada Tokoh Kita. Polisi di belakang Pak Centeng mengacungkan pistolnya lurus ke arah kepalannya. Pak Centengkemudian memenggal kepala Tokoh kita dengan goloknya, hingga Polisi pun terpaksa mengambil tindakan dengan menembak kepala Pak Centeng. Tokoh Kita dan Pak Centeng dikuburkan dengan upacara militer yang dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Tokoh Kita, Maria, dan Fifi. Adapula tokoh pendukung seperti Pak Centeng, penghuni perkampungan gelandangan, dan Polisi.



3. Gairah Untuk Hidup dan Mati Karya Nasjah Djamin a. Identitas Buku Judul



: Gairah Untuk Hidup dan Untuk



Mati Penulis



: Nasjah Djamin



Penerbit Tahun terbit



: Pustaka Jaya : 1968



Tebal Buku



:277 Halaman



b. Sinopsis Taribu Sang atau Talib adalah seorang mahasiswa Jepang yang berasal dari Indonesia. Peristiwa bunuh diri di Jepang memang sudah tidak asing lagi bagi Taribu. Namun, Berita bunuh diri ganda yang melibatkan seorang perempuan Jepang dan pengusaha asal Singapura, membuat ia sangat penasaran. Bersamaan dengan itu, teman satu pondoknya Shimada Sang tiba-tiba menghilang. Setelah hampir tiga bulan menghilang Shimada akhirnya kembali, ternyata kasus bunuh diri ganda bersama pengusaha singapura itu adalah kakak perempuan Shimada, Yuko Chiang. Shimada kemudian menceritakan kisah kakaknya itu. Kisah Fuyuko ditulis dalam sebuah surat panjang dan surat itulah inti dari cerita novel ini. Yuko Chiang atau Fuyuko adalah gadis yang sangat cantik. Ia bekerja di sebuah cafe kecil untuk menghidupi dirinya dan membantu biaya kuliah Shimada Sang. Fuyuko adalah anak-anak Jepang yang tumbuh setelah Perang Dunia II, pasca bom atom yang meluluhlantakkan Jepang. Ayah mereka. yang menjadi serdadu Jepang, mati di Indonesia. Fuyuko yang jatuh dalam genggaman Hasan,



merelakan dirinya. Tapi



hubungannya tidak didukung oleh Shimada. Karena ia melihat kejadian itu mirip dengan kejadian yang menimpa ibunya dulu yang membuat ibunya merasa kehilangan harga diri dan memutuskan untuk bunuh diri. Ternyata Hasan telah memiliki seorang istri dan dua orang anak di Singapura. Fuyuko merasa dikhianati. Kemudian ia melarikan diri ke pacingko yakni tempat



berjudi, hingga pergi ke klub malam. Di klub malam ia bertemu dengan Fukuda, mereka pun melakukan sebuah hubungan yang tak seharusnya. Kemudian di tempat pacingko ia bertemu dengan Yun, seorang mahasiswa miskin dengan sifat yang sinis. Yun berpura-pura mengharapkan belas kasih Fuyuko, ia hanya



ingin



menggagahi



Fuyuko



karena



perempuan



itu



membangkitkan



kebenciannya terhadap kalangan kelas atas yang tercerminkan dari sosok Fuyuko, yang saat itu berdandan mewah karena barang-barang pembelian Hasan. Setelah kejadian itu Fuyuko memaafkan perbuatan Yun, dan memaklumi tindakannya karena ia tahu bahwa Yun tengah mengalami masa yang sulit. Yun merasa bersalah dan jatuh hati pada Fuyuko, lalu ia memutuskan untuk bunuh diri karena merasa hidupnya sudah tidak layak dijalani. Pertemuannya Fuyuko dengan Fukuda berlanjut pada sebuah liburan ke Atami. Di Atami, ia bersedia menjadi model lukisan Fukuda, pada liburan itu pula ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, seperti yang ditulis dalam surat panjang yang ia mulai tulis sejak mengetahui kebenaran Hasan telah beristri dan beranak. Perasaannya yang masih mencintai Hasan membuatnya memutuskan kembali pada Hasan karena mengetahui pujaan hatinya itu tengah sakit. Kembalinya Fuyuko kepada Hasan tidak memperbaiki hubungan mereka berdua. Hasan terbakar api cemburu dan pertengkaran keduanya tidak terhindarkan. Di tengah percecokan yang terjadi, Hasan menubruk Fuyoko yang saat menggenggam pisau dapur untuk menyiapkan makan malam. Karena kaget ,Hasan tertusuk dan mati. Kasus itu kemudian membuat geger Jepang, dan menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Istri Hasan menuntut Fuyuko untuk dihukum seumur hidup tetapi karena pembelaan massa, Fuyuko hanya dijatuhi tujuh tahun penjara. Kawan lamanya, Masako pun ikut serta dalam pembelaan kasus itu lewat tulisan di media massa. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Fuyuko atau Yuko Chiang, Taribun, Shimada, Hasan, Fukuda, Yun dan Masako Chiang. 4. Masa Bergolak M. A. Salmoen



a. Identitas Buku Judul               : Masa Bergolak Penulis            



: M. A. Salmoen



Penerbit           : Balai Pustaka Tahun Terbit      



: 1968



Tebal buku



: 194 halaman



b. Sinopsis Mulyadi merupakan seorang insinyur teknik yang pernah bekerja sebagai pengawas bangunan dan pabrik di Kota Bandung. Ia adalah tentara dengan pangkat sersan mayor. Ketika bertempur melawan Belanda, ia menderita luka di pahanya. Setelah sembuh dari luka, Ia berhasil menyelamatkan seorang gadis bernama Mintarsih, yang merupakan intel Republik. Melalui informasi yang diberikan gadis itu ia tahu bahwa ayahnya telah diculik gerombolan orang yang menggunakan kendaraan Pontiac hitam. Kemudian Mulyadi memutuskan tinggal di Bogor bersama dengan ibunya, ia pergi dengan menyamar sebagai setoker di kereta api berkat bantuan Mintarsih. Sebelum berangkat ke Bogor, Mulyadi ikut serta dalam penyerbuan ke Hotel Savoy Homann tempat perwira Inggris. Selama menjadi setoker, Ia mengetahui tentang kerja sama sekelompok pekerja Kereta Api dalam bekerja mendukung kepentingan Republik. Mulai dari penggagalan pengiriman senjata hingga menyelundupkan tentara republik. Selama di Bogor, Mulyadi tinggal di rumah kakeknya. Dalam penyelidikan untuk mencari gerombolan penculik ayahnya, ia berjumpa dengan Barnas, intelejen yang menyamar sebagai tukang loak. Mereka kemudian sepakat untuk mencari gerombolan tersebut. Kemudian Mulyadi kembali ke Bandung dan bergabung dengan kesatuannya pada Maret 1946. Bersama dengan pasukannya, ia melakukan sabotase untuk merugikan Belanda. Selain itu ia juga berhasil membrantas Gerombolan Arjalin, gerombolan yang selalu memeras rakyat atas nama perjuangan. Pada April 1946 ia ditugaskan untuk membebaskan tawanan di Tanjung. Ia diberi tahu bahwa ayahnya juga ditawan ditempat itu. Setelah tim terbentuk ia berangkat ke



Bogor menghadap komandan Divisi III. Selanjutnya ia melakukan penyerbuan dan berjalan gemilang. Para tawanan termasuk ayah Mulyadi-Rade Waluya. Pertempuran Mulyadi masih terus berlanjut. Ia dan anak buahnya masih harus menangkap gerombolan Amat Sengkek. Pengejaran terhadap gerombolan ini sangat sengit. Mulyadi dan pasukanya meyerbu ke sarang Ahmad  Sengkek di Ranjamandala. Dengan bantuan lurah dan rakyat setempat ia berhasil menumpas gerombolan itu. Selanjutnya, Mintarsih dan Mulyadi kembali ke Bandung untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Mulyadi, tokoh pendukungnya Mintarsih, Barnas, Raden waluya dan para anak buah Mulyadi



5. Hilanglah Si Anak Hilang Karya Nasjah Djamin a. Identitas Buku Judul Buku : Hilang Si Anak Hilang Pengarang



: Nasjah Djamin



Penerbit



: Nusantara



Tahun Terbit : 1963 Kota Terbit : Bukittinggi Tebal buku : 130 halaman b. Sinopsis Kuning adalah seorang anak bungsu dari keluarga yang menganut adat dan taat beragama. Centhani atau Ani, kakak perempuannya, sangat menyayangi Kuning. Di tempat tinggalnya, ia selalu dihormati warga kampung, karena dialah yang mengajar anak-anak mereka mengaji dan sembahyang. Namun, Kuning pergi merantau ke Yogyakarta sebagai seniman meninggalkan saudara-saudaranya. Kepulangan Kuning kali



ini



memang



sangat



diharapkan



menelegramnya untuk segera pulang.



oleh



keluarganya.



Udin,



kakaknya,



Ibunya Kuning ingin menjodohkannya dengan Meinar, seorang gadis yang juga didikan Ani. Ketika pulang, orang yang pertama kali ditemuinya adalah Utih, pamannya. Lalu, tak berapa lama kemudian, Kuning bertemu dengan ibunya. Ketika tengah malam, abangnya, Akbar, yang bekerja di percetakan, tiba. Besoknya, Kuning bertemu dengan Ani. Semua saudaranya mempunyai tujuan yang sama yaitu menikahkan Kuning. Namun, Kuning menolak keinginan mereka. Akbar sangat tersinggung meliht sikap adiknya malam itu. Karena, selama ini ia mengetahui cara hidup Kuning yang bebas tanpa menginginkan adanya suatu ikatan, seperti hubungannya dengan Marni. Kuning dan Marni hidup tanpa melalui ikatan yang sah. Ani juga sangat tak senang mengetahui cara hidup adiknya yang dianggap melakukan dosa. Itulah sebabnya, Ani ingin meluruskan jalan hidup adiknya. Ani berharap jika Kuning menikah dengan Meinar cara hidup Kuning dapat berubah. Akan tetapi, Kuning tetap pada pendiriannya. Akhirnya, perselisihan pun terjadi dalam keluarga itu. Kuning tetap keras kepala pada pendiriannya serta Akbar dan Ani tetap memaksakan kehendak mereka. Jika Kuning menikah dengan Meinar, setidaknya nama keluarga yang telah dicemari Kuning, dapat terangkat kembali sebab Meinar seorang gadis yang taat dan berbudi pekerti baik. Namun kepada Kuning, Meinar mengaku bukanlah gadis suci sebagaimana anggapan Ani. Ia pernah dekat dengan seorang pemuda dan telah memaksa pemuda itu untuk melakukan perbuatan terlarang. Kemudian, pemuda yang sebenarnya moralis itu tak tahan terhadap dirinya sendiri yang telah melakukan perbutan dosa. Rasa berdosa terus menggelayutinya, sampai pada akhirnya ia bunuh diri. Kuning merasa iba mendengar pengakuan Meinar. Bahkan, Meinar juga mengatakan bahwa memiliki penyakit dan hidupnya tak akan lama lagi. Kuning memutuskan



akan



secepatnya



kembali



ke



Yogyakarta.



Namun



sebelum



meninggalkan keluarganya, ia sempatkan pamit kepada Marni. Sayang, Marni tidak mau ditemuinya lagi. Seminggu setelah Kuning tiba di kotanya, Yogyakarta, ia menerima telegram dan sepucuk surat. Telegram itu datang dari Pak Kadir, orang yang selama ini memelihara Marni, mengabarkan bahwa Marni telah meninggal dunia karena



meminum obat tidur yang melampaui dosis. Surat dari Meinar, mengatakan sebelum Marni meninggal, ia ia sempat menemui Marni. Bagi Kuning, segala pengalamannya itu justru telah membuat dirinya semakin dewasa. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Kuning, adapula tokoh lainnya seperti Marni, Meinar, Ani, Ibu Kuning, Utih paman Kuning, Akbar kakak laki-laki Kuning, dan Pak Kadir.



5. Angkatan Sastra Periode ’70-‘80



A. Riwayat Angkatan Sastra Periode’70-‘80 Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di bidang puisi, prosa, maupun drama. Pergeseran ini mulai terlihat setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan Damai Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas berupa kemungkinan bentuk baik prosa, puisi, drama semakin tidak jelas. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ‘80. Perbedaan esensial antara kedua versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan, yaitu: Keduanya tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin. Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ’45. Keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan Sastra Indonesia Modern sesudah angkatan ’45. Kelahiran karya sastra angkatan 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok. Konsep tersebut telah menitik beratkan pada kata, tetapi Danarto justru tetap pada pendirianya. Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80an. Pada periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya pada kata. Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra. Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan.



B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’70-‘80 1. Ciri Khas Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’70-‘80 Angkatan ini didominasi oleh karya sastra puisi, prosa, dan drama. Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra Indonesia dengan karya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan Yudhistira Ardi Noegraha dalam puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dalam prosa fiksi, Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater. Puisi yang dihasilkan bercorak spritual religius. Misalnya, Kubakar Cintaku karya Emha Ainun Najib. Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme. Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya. Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan. Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada di masyarakat, dan romantis. Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya. Struktur fisik Romannya telah lepas dari ciri konvensional , menggunakan pola sastra ” absurd ” dalam tema , alur , tokoh maupun latar. Menampakkan ciri latar kedaeraan ” warna lokal ”.Didominansi oleh roman percintaan. Karya yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya. 2. Pengarang Angkatan Sastra Periode ’70-‘80 1) Putu Wijaya, karyanya antara lain: Orang-orang Mandiri (drama), Lautan Bernyanyi (drama), Telegram (novel), Aduh (dram), Pabrik (novel), Stasiun (novel), dll. 2)



  



Iwan Simatupang, karyanya antara lain adalah Merahnya Merah (roman), Kering



(roman), Ziarah (roman), Kooong (roman), dll. 3) Danarto, karyanya antara lain adalah Godolb (kumpulan cerpen), Adam ma’rifat (kumpulan cerpen), dll. 4) Budi Darma, karyanya antara lain adalah Solilokui (kumpulan essai), Olenka (novel), Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen), dll.



5) Sutardji Calzoum Bachri, karyanya antara lain adalah O (kumpulan sajak), Amuk ( kumpulan sajak), Kapak (kumpulan sajak), dll. 6) Arifin C. Noer, karyanya adalah Kapai-kapai (drama), Kasir Kita (drama satu babak), Orkes Madun (drama), dll. 7) Darmanto Jatman, karyanya adalah Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak), Dalam Kejaran Waktu (novel), dll. 8) Linus Suryadi, karyanya adalah Langit Kelabu (kumpulan sajak), Pengakuan Pariyem (novel), Perang Troya (cerita anak), dll. 9) Nh. Dini, karyanya adalah Pada Sebuah Kapal (1972),  La Barka (1975) atau  Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dll.   10) Mira Widjaja, karyanya adalah di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi (1980).  11) Ahmadun Yosi Herfanda, karyanya adalahLadang Hijau (Eska Publishing, 1980), Sebelum



Tertawa Dilarang (kumpulan



cerpen, Balai



Pustaka, 1997). Sajak



Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990), dll.



C. Prosa Angkatan Sastra Periode’70-‘80 1. Telegram Karya Putu Wijaya a. Identitas Buku Judul buku



: Telegram



Pengarang



: Putu Wijaya



Tahun Terbit



: 1973



Penerbit Kota Terbit



: Pustaka Jaya : Jakarta



Tebal Halaman : 144 halaman b. Sinopsis Tokoh Aku adalah seorang pemuda asal Bali yang lemah tapi keras, ia belum menemukan jati dirinya, ia sering kehilangan kesadaran dan banyak berkhayal. Kisah ini berawal ketika Tokoh Aku yang tinggal Di Jakarta, mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampung asalnya, ia gelisah karena merasa bahwa telegram



selalu membawa berita buruk seperti kabar kecelakaan, kematian, dan kabar menakutkan lainnya, benar saja kini telegram itu membawa kabar kematian ibunya. Setelah membaca telegram, ia segera bersiap-siap untuk pulang ke kampung halamannya. Ia ketakutan saat membayangkan bagaimana kelanjutan hidupnya, ibunya meninggal, sebagai anak tertua ia harus berperan sebagai kepala keluarga, sehingga semua yang berurusan dengan pemakaman ibunya ia yang menanggung, juga dengan tanah dan rumah yang ibunya tinggalkan. Lalu tiba-tiba ia berkhayal bahwa Sinta yang merupakan anak angkatnya ingin tahu isi dari telegram itu, sebagai seorang ayah yang bijaksana tidak memberitahu Sinta mengenai isi telegram itu, sehingga ia berbohong kepada Sinta. Namun Sinta sebenarnya sudah tahu isi dari telegram itu. Tokoh Aku dan Sinta kemudian bersiap untuk segera pulang ke Bali. Namun, dengan tiba-tiba ibu kandung Sinta ingin meminta Sinta kembali bersamanya. Tokoh Aku menolak karena ia yang membesarkan Sinta, mereka kemudian membuat kesepakatan dan menyerahkan keputusan kepada Sinta. Beberapa saat kemudian muncul lagi khayalan dibenaknya, ia khawatir jika penyebabnya adalah penyakit kotor yang ditularkan wanita penghibur yang pernah tidur bersamanya, ia takut akan mengalami hal yang sama seperti temannya. Tokoh Aku tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Kadang ia sadar bahwa semua yang terjadi adalah khayalan semata, namun itu hanya terjadi sementara, hingga kemudian ia masuk kedunia khayalannya lagi Dalam Khayalannya kali ini ia berpisah dengan kekasihnya yang bernama Rosa, padahal sosok Rosa itu tidak nyata ada. Rosa hanya khayalannya saja seperti ia mengkhayalkan tentang telegram itu. Tiba- tiba di tengah khayalannya, ada orang yang datang ke rumahnya, ia bangkit dan membuka pintu, ternyata bibi pemilik kontrakan yang datang, membawa sepucuk telegram, Tokoh Aku segera membuka isinya dan isinya adalah kabar bahwa ibunya telah meninggal dunia, telegram itu nyata dan benar terjadi, itu fakta bukan khayalan, itu kenyataan yang sebenarnya, sedangkan seluruh cerita sebelumnya hanyalah khayalan Tokoh Aku semata. c. Tokoh



Tokoh dalam cerita ini adalah Tokoh Aku, Sinta, Rosa, Ibu kandung Sinta, dan bibi pemilik kontrakan.



2. Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini a. Identitas Buku Judul Novel    



: Pertemuan Dua Hati



Pengarang      



: Nh. Dini



Penerbit          



: PT.



Gramedia



Pustaka



Utama Tahun Terbit    Kota Terbit



: 1986



: Jakarta



Tebal Buku:    



: 85 Halaman



b. Sinopsis Bu suci adalah seorang guru yang tinggal di desa Purwodadi. Ia adalah guru yang bijak serta sangat mencintai keluarganya. Namun, karena pekerjaan suaminya, bu Suci dan keluarga terpaksa pindah ke kota Semarang. Disana ia tinggal dengan suami dan ketiga anaknya serta dengan bibinya yang menjaga anak-anak bu Suci. Suaminya merupakan pria



yang sangat pengertian terhadap keluarganya. Dia selalu



mendukung pekerjaan bu Suci. Di tempat tinggalnya yang baru, bu Suci Ingin mencari pekerjaan sebagai guru lagi, kemudian ia mengajar di sekolah anaknya. Hari pertama mengajar dilalui bu Suci dengan baik. Namun, ia mulai merasa ada suatu kejanggalan yang terjadi pada kelas tersebut. Seorang murid bernama Waskito ternyata telah menarik perhatiannya. Setiap kali ditanya tentang murid tersebut, semua anak seolah terdiam dan tidak ingin memberi jawaban pada bu Suci. Namun, akhirnya bu Suci pun mendapatkan jawaban atas semua yang terjadi. Waskito adalah murid yang nakal, dan selalu membuat keonaran. Semua murid yang di kelas takut padanya. Menurut cerita yang ada, Waskito seringkali memukul dan menjahili temannya yang ada di kelas. Entah kenapa bu Suci merasa ada hal yang perlu ia selesaikan dan ia ingin terlibat jauh pada masalah itu. Dorongan hati yang



kuat membuat bu Suci semakin ingin membantu Waskito menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, anak kedua bu Suci telah di vonis oleh dokter mengidap penyakit ayan, sehingga kesehatannya perlu dijaga serta ia tidak boleh banyak beraktivitas. Suatu hari bu Suci pun mendatangi kediaman kakek dan Nenek Waskito untuk mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin. Ia pun mendapatkan informasi bahwa Waskito sebenarnya merupakan anak yang baik, namun orang tuanya memperlakukannya dengan buruk sehingga ia menjadi murid yang nakal. Ayahnya seringkali memukul Waskito tanpa alasan yang jelas jika Waskito melakukan suatu kesalahan, sementara ibunya selalu memanjakannya sehingga Waskito tidak pernah tahu mana yang baik dan buruk. Selama tinggal bersama neneknya ia menjadi anak yang baik, namun setelah orangtuanya memintanya kembali, ia berubah menjadi nakal. Bu suci mencoba membantu permasalahn yang dihadapi oleh Waskito. Ia perlahan mencoba mendekati Waskito. Ia meminta Waskito untuk mengantar makanan pada anak keduanya yang sakit. Bu suci mencoba menggambarkan pada Waskito bahwa ia masih beruntung diberi kesehatan sehingga ia tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak berguna untuk hidupnya. Selama ini semua murid yang ada di kelas menganggap Waskito hanya sebagai biang onar dan keributan sehingga keberadaanyya tidak diinginkan dan dibutuhkan. Namun, sekarang bu Suci mencoba membuat semua hal tersebut musnah. Waskito kemudian tinggal bersama bibinya, sehingga ia mulai mengerti arti sebuah kasih sayang. Terutama dari keluarga bibinya, yang selalu rukun meskipun keadaan ekonomi mereka sulit. Waskito senang tinggal di sana. Ibu Suci merasa lega dengan semua perubahan yang mulai Waskito tunjukkan. Namun suatu hari ia kembali mengamuk karena ada seorang yang menghina tanaman yang ia tanam. Waskito sampai membawa Cutter untuk menyakiti temannya itu, namun dengan berani bu Suci merampas Cutter tersebut. Kemudian semua guru di sekloah tersebut sepakat untuk mengeluarkan Waskito dari sekolah karena sikap Waskito sudah keterlaluan.



Bu Suci meminta agar diberi waktu untuk membimbing Waskito, jika ia gagal ia rela dipecat.. Sejak saat itu bu Suci dan Waskito semakin dekat dan akhirnya sedikit demi sedikit Waskito mau berbagi cerita dan mau untuk mnerima nasihat bu Suci. Akhir semester Waskito naik kelas dan keluarganya sangat berterimakasih karena mereka tidak menyangka bahwa Waskito dapat merubah sikapnya dan dapat pula naik kelas. Waskito dan keluarga bu Suci pun berlibur ke desa mereka di Purwodadi sesuai dengan janjinya kepada Waskito. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Bu Suci dan Waskito, adapula tokoh lain seperti anak dan suami Bu Suci, Kakek dan Nenek Waskito, Ibu, Ayah, dan Bibi Waskito, serta Para Guru dan Murid Sekolah.



3. Olenka Karya Budi Darma a. Identitas Buku Judul Buku   



: Olenka



Pengarang



: Budi Darma



Tahun Terbit     



: Tahun 1983



Penerbit           : Balai Pustaka Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 183 halaman



b. Sinopsis Fanton dan Olenka tinggal di apartemen yang sama Tulip Tred, yang berada di Kota Illinois. Karena sering bertemu, akhirnya mereka menjadi akrab. Fanto jatuh cinta pada Olenka, walaupun Fanton sudah tahu bahwa Olenka sudah mempunyai suami, yaitu Wayne Danton, seorang penulis amatir. Hubungan Fantod an Olenka semakin lama semakin dekat. Mereka sering berdiskusi dan berkunjung ke unit apartemen masing-masing. Bahkan tak jarang mereka bercinta di tempat tidur, seperti suami istri. Tentu saja, itu semua mereka lakukan tanpa diketahui Danton dan anak Olenka, Steven.



Fanton dan Olenka kemudian berpisah. Fanton begitu gelisah dan tak tahan ditinggal Olenka. Dia akhirnya berkelan mencari Olenka ke beberapa kota di Amerika. Dia kejar Olenka ke Indiana, Kenthucky, dan kembali ke Illinois lagi. Namun usahanya sia-sia, ia tak berhasil menemukan Olenka. Di tengah pencariannya, di Chicago dia bertemu gadis bernama Mary. Sebagai usaha menghilangkan bayangan Olenka, membuatnya menyatakan cinta pada Mary, tapi Mary menolak cintanya. Mary mengaku tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Fanton sakit hati, ia sering menulis surat untuk Mary, tapi tak pernah ia kirim. Surat itu hanya ia simpan dan dibalasnya sendiri solah-olah surat itu sudah dibalas Mary. Begitulah ia lakukan berulang-ulang. Cukup lama ia berlaku aneh dan betapa gembiranya saat sepucuk surat dari Olenka datang. Olenka menuliskan bahwa dia lebih mencintai Fanton daripada Danton. Ia terpaksa menikahi Danton karena ingin hidup seperti wanita normal, karena dia merupakan seorang lesbian. Sebelumnya Olenka mempunyai pasangan wanita yang bernama Manifred. Mengetahui cerita Olenka, Fanton malah semakin jatuh cinta pada Olenka. Setiap hari ia menunggu datangnya surat dari Olenka, tapai surat itu tak pernah datang lagi. Dalam usaha menghilangkan Olenka dari hati dan pikirannya. Fanton mencari Mary Usahanya berhasil, ia menemukan Mary. Namun, Mary telah cacat akibat kecelakaan pesawat terbang. Meski begitu Fanton tetap menawarkan Mary untuk menikah dengannya. Lagi-lagi Mary menolak Fanton, karena ia tak mau Fanton nantinya menyesal, padahal sebenarnya Mary sudah lama cinta dengan Fanton sejak pertemuannya di Chicago.     Sepulang dari rumah Mary, Fanton membaca surat kabar. Betapa kagetnya ia, dalam Koran tersebut dikabarkan bahwa Olenka telah mealsukan karya lukisan orang lain. Dan Olenka dikabarkan masuk rumah sakit karena terlalu banyak minum obat tidur. Fanton langsung mencari rumah sakit dimana Olenka dirawat. Di rumah sakit ia mendapat informasi bahwa Olenka telah pergi beberapa  saat sebelumnya lewat pintu rumah sakit. Fanton tidak merasa kecewa saat dirinya tidak berhasil bertemu Olenka kali ini. Ia sadar kalua dia dan Olenka tidak pernah ditakdirkan bersatu.



c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah Fanton dan Olenka, ada pun tokoh pendukungnya seperti Mary, Danton, dan Steven anak Olenka.



4. Seribu Kunang-kunang di Manhattan Karya Umar Kayam a. Identitas Buku Judul Buku



:



Seribu



kunang



-



kunang



di



Manhattan Pengarang



: Umar kayam



Penerbit : PT pustaka Utama Grafiti Tahun terbit



: 1972



Tebal Buku



: 272 halaman



b. Sinopsis Buku ini terdiri dari 5 (lima) cerita pendek, berikut adalah synopsis dari judul-judul ceritanya: 1. Seribu Kunang-kunang di Manhattan Menceritakan tentang dua sejoli yang tengah berpacaran, yakni Jane dan Marno. Jane adalah seorang wanita yang tinggal terpisah dengan suaminya. Dan Marno, seoran pria yang terpisah dengan istri dan tanah kelahirannya. Mereka berdua berpacaran. Kemuan Marno teringat dengan istrinya dan lampu - lampu yang berkelipan mengingatkan ia pada ratusan kunang - kunang yang suka bertabur malam - malam di sawah desa tempatnya tinggal. 2. Istriku, Madame Schlitz, dan Sang Raksasa Menceritakan tentang sepasang suami istri yang pindah ke kota New York. Disana mereka tidak berinteraksi dengan orang lain. Mereka tinggal di sebuah apartement. Sang istri mulai kesepian, hingga akhirnya ia memiki tetangga bernama madame schitz. Ketika madame bertamu ke rumah mereka, ia menceritakan kehidupannya. Madame schlitz hidup dengan anjing, dan melatih



anjingnya bernyanyi dan berlatih yoga. Hingga tiba-tiba suatu hari madame schlitz menghilang entah kemana. 3. Sybil Menceritakan tentang Sybil, seorang anak berusia 15 tahun. Sybil mempunyai ibu yang selalu pulang malam dalam keadaan mabuk. Terkadang ibunya juga suka membawa laki - laki pulang kerumah. Hal ini menyebabkan mental dan kepribadian Sybil menjadi tidak terkontrol. Sybil menjadi anak yang tidak bertanggung jawab. Saat tetangga Sybil menitipkan anaknya , yang bernama Susan, Sybil mengajaknya pergi ke taman naik bus. Sybil mengajaknya bermain petak umpet. Lalu ia meninggalkan Susan disana sendirian. Setelah Ibu Sybil mengetahui kejadian itu, Sybil pun dimarahi Ibunya. 4. Secangkir Kopi dan Sepotong Donat Menceritakan tentang kehidupan di kota New York dalam sebuah Caffe house. Setiap pukul 10.00, seperti hari - hari biasa Peggy melayani para pembeli kopi dan donat. Ini sering di sebut dengan "Jam ngopi", berarti orang minta kopi sampai pukul sebelas. Lalu, tiba-tiba tadi malam bapaknya mabuk-mabukkan dan memukul ibunya. Akibatnya, Peggy gagal menepati janji dengan pacarnya. Terdapat pula sosok Jim, yang merupakan pelanggan Caffe house. Suatu hari Jim tidak memesan donat dan coffe, ia hanya memesan air es saja. Kemudian, tiba tiba Jim sakit. Saat Jim kembali, rutinitas Caffe pun kembali seperti sedia kala. 5. Chief Sitting Bull menceritakan tentang seorang kakek bernama Charlie yang hidup di Central Park. Setiap harinya, ia selalu bermain carousel. Ia seorang tokoh chief sitting bull, yang dulu pernah mengalahkan Buffalo Bill. Suatu hari Kakek Charlie pergi menemui pacarnya yang bernama Martha. Nenek Martha dan Kakek Charlie menaburkan makanan untuk burung dara yang berkumpul. Kemudian Nenek Martha menceritakan kembali tentang sikapnya yang buruk pada menantunya. c. Tokoh 1) Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Seribu Kunang - Kunang Di Manhattan” adalah Jane dan Marno.



2) Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Istriku, Madame schlitz, dan Sang Raksasa” adalah sepasang suami istri dan Madame Schlitz. 3) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Sybil" adalah Sybil, Susan, dan Ibu Sybil. 4) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Secangkir Kopi dan Sepotong Donat" adalah Peggy, Jim, Bapak dan Ibu Peggy. 5) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Chief Sitting Bull" adalah Kakek Charlie dan Nenek Martha.



5. Khotbah di Atas Bukit Karya Kuntowijoyo a. Identitas Buku Judul buku Penulis



: Khotbah di Atas Bukit : Kuntowijoyo



Penerbit



: Bentang Pustaka



Tahun Terbit : 1976 Tebal Buku



:173 halaman



b. Sinopsis Barman adalah seorang laki-laki tua yang sejak muda hidupnya selalu berpindahpindah tempat tinggal, ia tinggal bersama anaknya yaitu Boby, sedangkan istrinya telah meninggal dunia ketika Boby masih kecil. Setelah istrinya meninggal dunia, dengan kehidupan yang sangat mewah dan serba kecukupan, Barman sering hidup bersama pelacur untuk bersenang-senang, baginya wanita adalah dunia yang sangat mengasyikan. Setelah pensiun sebagai Diplomat di Paris, Barman kembali ke tanah airnya. Ia membuka usaha bidang percetakan. Suatu hari Boby menyarankan agar Barman pergi ke bukit bersama Popi wanita yang telah dipilih oleh Boby. Kehidupan Barman dan Popi sangat bahagia, karena Popi selalu setia mendampingi Barman. Tetapi Barman justru merasa gelisah karena ia selalu gagal dalam menikmati malam bersama Popi, terutama setelah ia bertemu dengan Human.



Barman dan Human sangat akrab hingga mereka menjalin persahabatan antara dua laki-laki yang mempunyai postur tubuh yang sama. Suatu ketika Human mengatakan sesuatu yang membuat gelisah Barman, Ia berkata bahwa



milikmu adalah



belenggumu. Setelah lama ia berpikir, Barman pun merasa bersalah karena meninggalkan Popi. Tak lama kemudian Human meninggal. Setelah kematian Human, Barman memperoleh warisan yang berupa rumah yang ditempati Human dulu. Ia merasa cukup bahagia tinggal di tempat itu. Pada saat ia merasakan kebahagiaan itu ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang pasar, ia selalu berkata, “Berbahagialah engkau”. Mendengar kabar yang membahagiakan itu, mereka



berdondong-bondong



mengunjungi



rumah



Barman



untuk



meminta



kebahagiaan. Ketika orang-orang datang ke Bukit, Barman justru merasa bingung harus berbicara apa dengan orang-orang itu. Akhirnya ia hanya mampu mengucapkan khutbahnya dengan berkata bahwa “Hidup ini tidak berharga untuk dilanjutkan, bunuh dirumu”. Barman kemudian bunuh diri tanpa sepengetahuan orang-orang disekitarnya. Ia terjun ke jurang dan mengakhiri hidupnya. Setelah peristiwa kematian Barman, seorang bernama Pak Jaga tiba-tiba menghilang. Hal inilah yang membuat seluruh orang pasar menjadi gempar, mereka berbondong-bondong mencari keberadaan mayat Pak Jaga, namun sayangnya mereka tetap tidak mampu menemukan mayat Pak Jaga. Suasana pasar benar-benar ricuh. Pada akhirnya Popi pun meninggakan rumah itu. Ia menemui sopir truk dan ia segera melepaskan hasratnya yang selama ini ia pendam pada orang yang disayanginya. c. Tokoh Tokoh utama dalam cerita ini adalah barman, ada pula tokoh lainnya seperti Boby, Popi, Human, orang-orang Pasar, dan Pak Jaga.



6. Angkatan Sastra Periode ’2000-an



A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’2000an Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka. Reformasi di Indonesia ditandai dengan jaruhnya rezim Soeharto. Secara tidak langsung dengan lengsernya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden maka berakhir pula sebuah tirani, yang selama ini menjadi belenggu yang terikat lekat di kaki setiap rakyat



Indonesia. Reformasi diharapkan dapat memfalitasi rakyat Indonesia dalam memperoleh kebebasan yang selama ini mereka harapkan. Lahirnya reformasi ini menandakan kebebasan bagi para sastrawan yang selama ini selalu terkungkung dalam lembah kelam. Bagi mereka yang memiliki sifat revolusioner, kehadiran reformasi ini merupakan momok yang selalu diidam-idamkan. Akan tetapi, kenyataaannya malah membuat mereka semakin radikal. Berikut adalah beberapa pengarang prosa dan hasil karya dari Angkatan Sastra Periode ’200an.  Ahmad Fuadi, Karyanya adalah: Negeri 5 Menara (2009) dan Ranah 3 Warna (2011)  Andrea Hirata, Karyanya adalah: Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dll.  Ayu Utami, Karyanya adalah: Saman (1998) dan Larung (2001).  Dewi Lestari, Karyanya adalah: Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001), Supernova 2: Akar (2002), Supernova 3: Petir (2004), dll.  Habiburrahman El Shirazy, Karyanya adalah: Ayat-Ayat Cinta (2004), Diatas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Dalam Mihrab Cinta (2007), dll.  Herlinatiens, Karyanya adalah: Garis Tepi Seorang Lesbian (2003), Dejavu, Sayap yang Pecah (2004), Jilbab Britney Spears (2004), dll.  Raudal Tanjung Banua, Karyanya adalah: Pulau Cinta di Peta Buta (2003) dan Ziarah bagi yang Hidup (2004).  Seno Gumira Ajidarma, Karyanya adalah: Atas Nama Malam,Sepotong Senja



untuk Pacarku dan Biola Tak Berdawai. B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’2000an Karya periode 2000-an memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Tema yang ada dalam karya sastra periode ini adalah sosial-politik, romantik, dan seluruh aspek kehidupan. 2) Terdapat revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung pada puisi konkret, puisi yang dihasilkan tidak cenderung pada verbal namun juga pada visual.



3)



Adanya penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut dengan “antromofisme” yaitu gaya bahasa sebagai penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda.



4) Genre yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel, drama, film, dan sandiwara. 5) Ciri-ciri bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari. 6) Pembaharuan terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas fiktif pada realitas dongeng. 7) Karya yang dihasilkan pada periode ini cenderung vulgar. C. Prosa Angkatan Sastra Periode ’2000an 1. Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata a. Identitas Buku Judul Buku     



: Laskar Pelangi



Penulis            



: Andrea Hirata



Penerbit          



: Bentang Pustaka



Kota Terbit : Yogyakarta Tanggal terbit  



: 2005



Tebal Buku : 529 halaman b.



Sinopsis Terdapat sepuluh orang anak Belitung yang tergabung dalam Laskar Pelangi mereka adalah Mahar, Ikal, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong,Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita yaitu Sahara . Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan di pedalaman Belitung yang kontras dan yang kaya akan timah, namun masyrakatnya tidak mampu memenuhi kehidupannya sehari-hari. Menceritakan tentang semangat juang dari anak-anak kampung Belitung untuk mengubah nasib mereka melalui sekolah. Walau sebagian besar orang tua mereka lebih senang melihat anak-anaknya membantunya dari pada belajar di sekolah. Kesulitan terus menerus terjadi pada sekolah di kampung itu, sekolah yang dibangun atas pengabdian dua orang guru yaitu seorang Kepala Sekolah yang



bernama bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda yang bernama ibu Muslimah Hafsari yang juga sangat miskin berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan. Sekolah itu pernah nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu terselamatkan berkat seorang anak yang sepanjang masa bersekolah tidak pernah mendapatkan rapot. Sekolah itu dihidupi lewat uluran tangan donator dikomunitas marjinal. Gedung sekolahnya yang sudah roboh, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya dan pada malam hari dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Kepala sekolah bekerja dengan mencangkul sebidang kebun dan ibu guru menerima jahitan. Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari disekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh itu. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP ( Sekolah Kepandaian Putri ). Mereka berdua saling bahu membahu membesarkan hati anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan buk Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesepuluh muridnya. Kedua guru miskin itu member julukan kesepuluh murid itu sebagai laskar pelangi. Keajaiban juga terjadi ketika sekolah muhammadiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi yaitu ( Ikal, Lintang, dan Sahara ) berhasil menjuarai lomba cerdas pangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolahsekolah negeri. Taayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah muhammadiyah ketika Lintang sisiwa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus



berhenti sekolah padahal Cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarganya, sebab ayahnya sudah meninggal dunia. Meskipun awal tahun 90-an sekolah muhammadiyah itu akhirnya ditutup karena sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi dan ketekunan yang diajarkan pak Harfan dan buk Mus tetap hidup dalam hati laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sepuluh orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager disalah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, dan juga ada yang mendapatkan beasiswa internasional kemudian melakukan research di University the paris surbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitar termuka di Inggris semua itu berkat dari pendidikan dan akhlak kecintaan intelektual yang diajarkan oleh pak Harfan dan buk Mus. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau diujung paling selatan Sumatra itu. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, Harun, Bu Muslimah, Pak Harfan, Flo, dan A Ling. 2. Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy a. Identitas Buku Judul Buku



: Ayat Ayat Cinta



Pengarang : Habiburrahman El Shirazy



b.



Penerbit



: Penerbit Republika



Tahun terbit



: 2004



Kota Terbit



: Jakarta



Tebal Buku



: 420 halaman



Sinopsis Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah seorang mahasiswa Universitas Al-azhar, Mesir. Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan ke empat temannya yang juga berasal dari Indonesia. Mereka tinggal di apartemen sederhana. Mereka mempunyai



tetangga yang sangat baik dan akrab dengan mereka, yaitu keluarga Tuan Boutros. Tuan Boutros memiliki istri bernama Madame Nahed, dan dua orang anak bernama Maria dan Yousef. Keluaraga Tuan Boutros adalah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Putri sulung mereka yang bernama Maria, ia gadis yang unik. Maria seorang Kristen Koptik, namun mengagumi Al-Quran, dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayangnya cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja. Selain mempunyai tetangga yang baik, Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat galak dan kasar. Kepala keluarga itu bernama Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama madame Syaima dan putri bernama Noura. Bahadur selalu bersikap kasar kepada Noura. Malam itu Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi bulan-bulanan oleh Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta bantuan Maria, akhirnya Maria mau menolong Noura. Suatu hari ketika Fahri pergi ke Shubra El-Kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Ia pergi kesana naik metro, dan disitulah awal Fahri bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha. Aisha bukanlah orang Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang belajar di Mesir. Dulu Fahri pernah menaruh hati pada Nurul anak seorang Kyai terkenal yang juga mencari ilmu di Al-Azhar. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani. Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup mengungkapkan perasaanya kepada Fahri. Hingga pertemuannya dengan Aisha, si mata Indah yang menyihir Fahri, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri, dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya. Fahri dan Aisha menikah, dijodohkan oleh pamannya Aisha. Mereka hidup bahagia. Beberapa bulan kemudian Aisha dinyatakan mengandung. Tak lama kemudian, Fahri dapat kabar kalau Maria koma. Belum sempat menjenguk Maria, malapetaka datang menghampiri rumah tangga mereka. Noura menuduh Fahri telah memperkosanya. Semua orang tahu bahwa itu adalah fitnah. Fahri diseret, dan dimasukkan ke penjara. Kunci semua ini adalah Maria yang sedang koma. Dia mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya.



Keluarga Boutros mendatangi Fahri di penjara, mereka berniat mengunjungi Fahri dan juga ingin meminta bantuan kepada Fahri untuk menyadarkan Maria dari komanya, dengan menrekam suara Fahri dan nantinya akan didengarkan ke Maria. Kata dokter hanya orang yang dicintai Maria yang dapat menyembuhkannya. Tak kunjung sadar juga, akhirnya dokter dan madame Nahed mneyuruh Fahri untuk menyatakan cintanya kepada Maria. Sebelumnya Fahri tidak mau melakukan itu, lalu Fahri meminta izin kepada Aisha, akhirnya Aisah menyetujuinya. Setelah itu, Fahri langsung menikahi Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar. Pada sidang penentuan, Maria tiba disana. Dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Akhirnya Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur dimasukkan penjara. Begitu divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan Maria untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia ingin masuk surga, tapi tidak diperbolehkan. Lalu ia terbangun dan menceritakan itu semua pada Aisha dan juga Fahri. Fahri tau apa yang dimaksudkan oleh Maria, lalu ia membopong Maria ke kamar mandi dan Aisha membantu untuk mewudhui Maria. Selesai itu Maria kembali dibaringkan di atas kasur seprti semula. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia melafalkan syahadad. Tak lama kemudian, kedua matanya tertutup rapat dan akhirnya Maria meninggal dunia. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Fahri, Aisha, Maria, Tuan Boutros, Madame Nahed, Noura, Syaima, Nurul, Paman Aisha, dan Bahadur 3. Supernova; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari a. Identitas Buku Judul



: Supernova



Penulis



:



Dewi



“Dee”



Mangunsong Penerbit



: Truedee Books



Kota Terbit : Bandung



Lestari



Terbit Tahun



: 2001



Tebal Buku



: 231 halaman



b. Sinopsis Diceritakan terdapat dua pria yang mengalami penyimpangan perilaku seksual, gay (homo) selama 10 tahun, Dhimas dan Ruben namanya. Untuk merayakan ke sepuluh tahun hubungan mereka, Dhimas dan Ruben berencana akan membungkus karya populis yang bisa dibaca banyak orang. Sebuah roman sains, romantis, puitis. Mereka ingin membuat kisah cinta yang luar biasa, kontroversial, ada pertentangan nilai moral dan sosial. Ruben dan Dimas pun mulai beraksi, berdua mereka berdiskusi perihal apa, siapa, dan bagaimana cerita ini akan berjalan. Di sudut pandang yang lain, berlatar kota Jakarta. Cerita masterpiece Reuben dan Dimas ter-refleksi di dunia nyata (barangkali). Karakter pertama pun keluar, adalah Fere seorang pengusaha muda, sukses, kaya dan tampan-identik dengan figur seorang Ksatria yang tanpa diduga bertemu dengan seorang wartawati cantik bernama Rana, seekor kupu-kupu putih menjadi tanda pertemuan. Dalam sebuah interview singkat keduanya memiliki gaya tarik-menarik yang cukup kuat, Rana dengan ideologinya berhasil mencuri hati beku seorang Fere. Bagi Fere sosok Rana sangat identik dengan figur seorang putri. Putri dalam dongeng yang membentuk prinsip hidupnya. Sayangnya kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, tak disangka Rana telah menikah dengan seorang lelaki turunan ningrat bernama Arwin, namun Fere terlanjur jatuh hati pada Rana. Begitupun Rana, ia adalah tipe istri yang kurang bahagia karena telah menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai. Keduanya pun menjalin kasih dalam diam, tanpa siapapun tahu, kecuali Ale, sahabat Ferre. Arwin, suami Rana yang berasal dari keturunan ningrat, sama sekali tidak menaruh curiga pada sang istri, ia terlalu cinta pada Rana. Wanita bersuami yang mengalami ketidakpuasan dalam berumah tangga ini pun mencoba mencari kepuasan lain dari Ferre dan diceritakan hubungan mereka begitu mesra. Suatu waktu Rana dihadapkan pada kenyataan bahwa Ia harus memilih antara Ferre, pria yang menjanjikan kepuasan namun tidak memberikan rasa aman saat



bersamanya atau Arwin, pria mapan yang membosankan namun dapat memberikan rasa aman saat bersama Rana. Saat Rana merasa yakin akan Ferre, ternyata Arwin datang dengan sebongkah harapan bahwa ia akan membahagiakan Rana kelak. Bahkan ketika Arwin tahu Rana tak mencintainya dan lebih memilih Ferre, Arwin malah meminta maaf karena tidak pernah menjadi sosok yang diinginkan Rana. Rana pun goyah dan memutuskan hubungannya dengan Ferre . Ferre yang sudah terlalu mencintai Rana sedih setengah mati karena harapan yang sudah Ia bangun malah dilanda badai yang tak Ia duga, sempat ia berfikir untuk bunuh diri. Namun tiba-tiba datang seorang wanita yang akan menyelamatkan Ferre dari keputusasaannya tentang hidup. Diva, si Bintang Jatuh adalah model bertarif dolar yang laris manis di pasaran, 28 tahun, sangat cerdas, ia tahu segala sesuatu yang dapat digolongkan sebagai seorang wanita berwawasan sangat luas, cantik, kaya, mapan dan berpikiran maju. Ia memang seorang pelacur kelas kakap yang hanya menerima bayaran besar dalam bentuk dolar, dan tanpa seorang mucikari oleh karena itu ia ingin dikenal sebagai seorang enterpreuneur sejati. Pelanggannya pun hanya orang-orang berkantong tebal. Ternyata Diva adalah tetangga seberang rumah Ferre, setiap malam sebelum mereka tidur dari jendela masing-masing mereka mengucapkan selamat tidur dan sepercik kekaguman terhadap pribadi masing-masing. Ferre pun berteman dekat dengan Diva dan berangsur-angsur pulih dari pengalaman pahitnya. Diva tahu segala sesuatu, ia pun paham detail kisah cinta Ferre, Rana, Arwin, karena mereka bertiga berkonsultasi dengan Diva di dunia virtual, dunia Supernova. Diva yang membuat Ferre lepas dari bayang-bayang bunuh diri karena putus cinta. Divalah si bintang jatuh yang bisa mengabulkan keinginan mereka bertiga. Ia memiliki kekuatan merangkum sinkronitas Ruben, Dhimas, Rana, Ferre, Arwin. Ternyata Ruben dan Dhimas digerakkan molekul pikirannya untuk menjadi dalang dari cerita ini. Jadi, sebenarnya mereka berdua hidup di molekul pikiran Supernova. c. Tokoh Tokoh dari cerita ini adalah Dhimas, Ruben, Rana, Ferre, Diva, Arwin dan Ale.



4. Saman karya Ayu Utami a. Identitas Buku Judul Buku



: Saman



Nama Pengarang



: Ayu Utami



Penerbit



b.



: Gramedia



Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit



: 2002



Jumlah Halaman



: 198 halaman



Sinopsis Athanasius Wisanggeni. Wis, begitulah ia biasa dipanggil. Wis beragama Katolik, dan mengabdikan dirinya sebagai Pastor. Ia ingin ditugaskan menjadi pastor di Perabumulih, daerah masa kecilnya yang menyimpan banyak misteri. Kemudian Wis ditugaskan sebagai Pastor paroki Parid yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang. Sebelum sampai pada tempat tugasnya, ia menyempatkan diri ke bekas rumahnya 10 tahun silam. Setelah beberapa kali ke rumah itu, dan akrab dengan sang pemilik rumah, ia mendapat kepercayaan untuk tinggal di situ selama pemiliknya ke Jakarta untuk melahirkan. Ketika tinggal di rumah itu, Wis kembali bisa merasakan hawa-hawa aneh seprti masa kecilnya. Ia juga bisa mendengar suara adik-adiknya serta bercakapcakap dengan bahasa masing-masing. Tiba-tiba Wis mendengar suara minta gadis tolong dan iapun berlari ke sumber suara sampai di sebuah sumur di tengah hutan. Setelah itu Wis berteriak minta tolong pada warga sekitar. Wis memberanikan diri menolong Upi. Ia dan gadis itu selamat. Gadis itu bernama Upi. Ia adalah manusia yang keejiwaanya terganggu dan tidak mengerti bahasa manusia. Ketika Wis mengembalikan Upi kepada orang tuanya, baru ia ketahui bahwa Upi diasingkan oleh ibunya di rumah pemasungan yang sangat kecil, tidak lebih dari baik dari kandang kambing. Karena rasa kasihan dan rasa sayang dihatinya untuk Upi, ia membuatkan rumah pasung baru untuk Upi yang lebih besar dan nyaman. Tidak hanya itu yang



ia lakukan. Melihat keadaan perkebunan di sana ia merasa prihatin. Kemudian dengan izin dari Uskup untuk berkarya di perkebunan, Wis membuat tempat pengolahan karet sederhana untuk wilayah Lubukrantau itu dan membuat pembangkit listrik. Suatu hari, kerusuhan terjadi. Pembangkit listrik buatan Wis dirusak orang. Dan ternyata orang tersebut adalah orang suruhan perusahaan kelapa sawit yang ingin membeli lahn perkebunan karet. Karena Wis dan Keluarga Upi enggan menjual lahan, para pembeli itu merasa geram, mereka mengumpulkan perempuan dan anak kecil dalam surau kemudian membakar seluruh rumah warga dan menculik Wis penjara pengasingan. Wis disiksa habis-habisan dan dipaksa mengakui apa yang tidak ia lakukan. Ia terpasa mengarang cerita untuk mengurangi penyiksaan bahwa ia adalah komunis yang hendak mengkristenkan para petani Lubukrantau, membuat Sorga di bumi dan ingin mengganti presiden. Ia terus melakukan itu sampai suatu hari, tempat penyekapannya itu terbakar. Ia merasa terjebak oleh api, namun setelah mendengar suara-suara masa kecilnya, tanpa ia ketahui caranya, ia selamat dari lahapan api itu. Ia dibawa ke rumah sakit. Ia mengganti namanya menjadi Saman. Selain itu, Wisanggeni juga pernah terlibat dengan kehidupan empat orang gadis yang bersahabat. Shakuntala, seseorang yang membenci ayahnya. Yasmin, seseorang yang membenci guru dan Laila yang membenci laki-laki. Sementara, Cok tidak bisa menemukan apa yang harus ia benci. Kebencian Laila pada laki-laki lenyap ketika ia jatuh cinta pertama kali pada Wisanggeni yang kala itu sebagai mahasiswa seminari yang ditugaskan membimbing rekoleksi tentang kesadaran sosial di SMP mereka. Semakin berjalannya waktu, semuanya tengah berubah. Laila tidak lagi mencintai Wisanggeni yang sudah mengganti nama menjadi Saman. Kali ini ia mencintai Sihar, seseorang yang sudah beristri. Laila paling kuat mempertahankan keperawanannya dibanding ketiga sahabatnya. Dia juga satusatunya yang belum menikah. Posisi Saman di Indonesia sudah tidak aman lagi setelah kejadian di Medan. Persahabatan itu juga yang kemudian menyelamatkan Saman. Ia dikirim ke New York oleh Yasmin dan Cok. Dari kejadian itu dan kejadian sebelum keberangkatan



Saman, akhirnya mereka sering berkomunikasi lewat dunia maya. Saman sangat dekat dengan Yasmin, didukung dengan kesamaan kepercayaan mereka dan Yasmin pula orang pertama yang menenggalkan jejekanya Pastor Saman. Di akhir cerita, Yasmin berselingkuh dengan Saman. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Saman, Laila, Yasmin, Cok, Upi, Kakak dan Ibu Upi, Sihar, dan Orang tua saman. 5. Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi a. Identitas Buku Judul Buku



: Negeri 5 Menara



Penulis



: Ahmad Fuadi



Penerbit



: PT Gramedia Pusat Utama



Kota Terbit



: Jakarta



TahunTerbit



: 2009



Tebal Buku



: 423 Halaman



ISBN : 978-979-22-4861-6 b. Sinopsis Alif adalah seorang wartawan yang bekerja di Washington DC, Amerika, hingga suatu hari dia mendapat pesan dari Atang teman satu pondoknya dulu. Kemudian cerita berlanjut menjadi kilas balik kehidupan Alif waktu itu, dimana dulu ia adalah seorang anak pedalaman dari sumatera yang ketika baru lulus Madrasah tsanawiyah, ia ingin melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, sang ibu tidak menyetujuinya. Setelah melalui perdebatan yang panjang, Akhirnya dengan setengah hati, alif mengikuti permintaan ibunya untuk sekolah agama, dan memilih sebuah pesantren bernama pondok madani di jawa timur. Di Pondok Madani, Alif berteman dengan lima anak baru seusianya yang juga melanjutkan pendidikan disana, mereka berkumpul dengan latar belakang yang berbeda-beda ada Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Mereka berenampun memulai



kehidupan yang baru dengan segala macam problematike kehidupan pondok, mulai dari disiplin yang ketat hingga penggunaan Bahasa inggris dan arab yang diwajibkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan khas mereka adalah berkumpul di samping Menara Masjid Pondok Madani pada sore hari. Di Menara itulah mereka berimajinasi dan bercerita mengenai impian-impian mereka yang berbeda-beda tujuan dan tempat. Dengan mantra ajaib man jadda wa jadda, mereka yakin akan bisa menggapai impian mereka masing-masing. Konflik pun bermunculan di pertengahan cerita dimana Baso meninggalkan pondok untuk selamanya dan pulang ke Gowa untuk meraih impiannya sendiri, serta pergulatan batin Alif yang takut tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke universitas. Namun, hal itu dapat teratasi karena ayahnya meyakinkan bahwa alif masih bisa mengikuti ujian penyetaraan untuk masuk universitas negeri setelah lulus dari Pondok Madani. Cerita kemudian ditutup dengan berkumpulnya Alif, Atang dan Raja yang telah dewasa dan sukses di kota London. Juga tentang kisah suksesnya para sohibul dalam menggapai impian mereka yang tiap sore selalu dibicarakan disamping Menara. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Alif, Raja, Atang, Dulmajid, Baso, Said, Amak dan Ayah Alif, Sarah, Kiyai Rais, Ustad Salman, Ustad Torik, Ustad Khalid dan pengajar pondok lainnya serta ada pak Etek Gindo.



7. Karya Prosa Fiksi Anak A. Pengertian prosa Fiksi Anak Prosa adalah bentuk karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu



kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-kelompok yang merupakan alineaalinea. Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita. Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita. Prosa fiksi anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas rangkaian bait demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur peristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif. B. Ciri Khas Prosa Fiksi Anak 1) Latarnya dikenal anak. 2) Alurnya maju dan tunggal. 3) Penokohan dari kalangan anak. 4) Memiliki tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pesan atau ajaran. 5) Memiliki fungsi menghibur, kejiwaan, dan menyampaikan nilai-nilai kebenaran. 6) Temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga. C. Batasan dalam Karya Prosa Fiksi Anak 1) Latar cerita dikenal oleh anak, yakni cerita yang dipelajari berlatarkan lingkungan yang mereka temui dalam permainan sehari-hari. 2) Alurnya bersifat tunggal dan maju karena mudah dipahami anak, bukan plot majemuk dan beralur maju-mundur atau sorot balik. 3) Pelaku utama cerita adalah dari kalangan anak-anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang dan karakter pelaku dilukiskan secara konkret sehingga mudah dipahami oleh anak dan sesuai perkembangan moral anak. 4) Tema cerita sederhana dan sesuia tingkat perkembangan individua-sosial anak seperti kejujuran, patuh pada orangtua, benci pada kebohongan dan sebagainya,



amanat atau pesan cerita dapat membantu siswa memahami dan menyadari perbedaan sikap yang baik dan tidak baik serta nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian dirinya. 5) Bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh anak; kosa katanya dipahami dan struktur kalimatnya sederhana. D. Karya Prosa Fiksi Anak 1. Raja Rokan Karya Sulistianti a. Identitas Buku Judul buku



: Raja Rokan



Penulis : Sulistianti Penerbit



: Badan



Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ISBN



:



978-979-



069-284-8 Tebal Buku



: 61 halaman



b. Sinopsis Menceritakan tentang kisah Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Puteri Sangka Bulan yang berputra tujuh orang. Anak pertama Sutan Seri Alam. Sutan Seri Alam menjadi seorang putra mahkota yang berwajah tampan dan berbadan tegap namun memiliki tabiat yang buruk, angkuh, sewenangwenang terhadap rakyat kecil dan suka mencuri. Kelakuan buruk Sutan Seri Alam semakin sangat meresahkan hati ibunya. Suatu hari, Sutan Seri Alam berniat pergi jauh meninggalkan istana Pagaruyung. Ibunya, Puteri Sangka Bulan sangat sedih tetapi berusaha tabah menghadapi kenakalan Sutan Seri Alam. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Puteri Sangka Bulan dan Sutan Seri Alam



2. Bawang Merah dan Bawang Putih Karya MB. Rahimsyah. AR a. Identitas Buku Judul buku



: Bawang



Merah Bawang Putih Penulis



: MB.



Rahimsyah. AR Penerbit



: Lingkar



Media Tahun Penerbit Tebal Buku



: 2015



: 32 halaman



b. Sinopsis Di sebuah desa terdapat satu keluarga yang memiliki seorang anak perempuan bernama bawang putih yang sangat cantik yang. Tapi sayangnya ibunya sedang sakit dan ayahnya sibuk dengan pekerjaannya. Pada suatu hari bawang putih sedang mencuci pakaian di sungai, namun setelah ia sampai dirumah, tiba-tiba dia melihat banyak orang yang sedang menuju rumahnya, ternyata ibunya telah meninggal dunia. Beberapa bulan kemudian ayahnya pun menikah dengan salah satu tetangganya yaitu ibu bawang merah. Tanpa sepengetahuan ayahnya, ibu bawang merah sangat kejam memperlakukan bawang putih sebagai anak tirinya. Suatu hari, ayah bawang putih mengalami kecelakaan dan pada akhirnya ayahnya meninggal. Sejak saat itu mulailah penderitaan bawang putih. Suatu ketika bawang putih disuruh mencuci ke sungai. Pada saat mencuci bawang putih mendengar suara minta tolong, lalu bawang putih mencari sumber suara itu dan bawang putih menemukan seekor ikan mas yang meminta tolong. Singkat cerita ibu bawang merah mengetahui hal tersebut. Lalu mereka menangkap ikan mas tersebut dan kemudian menggorengnya, kemudian bawang putih menguburkan tulang ikan tersebut, dan tak lama kemudian tumbuhlah sebuah pohon yang berbatang perak dan berdaun emas yang sedang dicari-cari oleh seorang pangeran. Tak lama kemudian pangeran beserta pengawalnya meminta pohon tersebut untuk dijadikan obat. Setelah itu bawang putih dibawa ke istana dan dijadikan permaisurinya dan akhirnya mereka hidup bahagia. c. Tokoh



Tokoh dalam cerita ini adalah Bawang Putih, Bawang Merah, Ibu Bawang Merah, Ayah Bawang Putih, Ibu Bawang Putih, Pangeran dan pengawal. 3. Timun Emas Karya Aryasata Ikanegara a. Identitas Buku Judul buku : Timun Emas Penulis



:



Aryasata



Ikanegara Penerbit



: Lingkar



Media Tahun terbit



: 2007



Tebal buku : 28 halaman



b. Sinopsis Dahulu kala ada seorang janda bernama Mbok Rondo, ia tidak mempunyai anak. Kemudian setelah ia berdo’a, ia berjalan dihutan dan berjumpa raksasa dan diberi biji timun emas. Raksasa akan mengabulkan do’a Mbok Rondo agar mempunyai anak tetapi ia harus memberikannya lagi kepada raksasa apabila anak tersebut sudah remaja. Mbok rondo  pun menyanggupinya. Tak lama kemudian biji timun emas yang ditanam Mbok rondo berbuah besar dan diberi nama Timun Mas. Setelah 17 tahun berlalu dengan sangat menyenangkan, raksasa pun kembali menemui Mbok Rondo untuk mengambil Timun Mas. Hati Mbok Rondo pun tak tega mengetahui anaknya akan segera menjadi santapan raksasa. Ia menyuruh anaknya pergi dengan membawa 4 senjata yang diberi oleh petapa untuk mengancurkan raksasa tersebut. Satu per satu Timun Mas melempar senjatanya namun raksasa tersebut masih bias lolos. Lalu dengan senjata terakhir, Timun Mas melempar terasi yang seketika menjadi kubangan lumpur, raksasa pun tenggelam. Dan Timun Mas hidup bahagia dengan Mbok Rondo. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah Timun Mas, Mbok Rondo, dan Raksasa.



4. Ayam jantan dari Timur a. Identitas Buku Judul buku



: Ayam Jantan



dari Timur Penulis : Dad Murniah Penerbit :



Badan



Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ISBN



:



978-979-



069-008-0 Tebal Buku



: 75 halaman



b. Sinopsis Bercerita tentang perjalanan I Mallombassi yang bergelar Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Goa Sulawesi Selatan. Kisah ini diawali dengan keberadaan kerajaan kembar, yaitu Gowa dan Tallo. Raja Gowa XV adalah Sultan Malikussaid yang memiliki putra bernama I Mallombassi dan I Sani. I Mallombassi dan I Sani senang mendengar cerita yang disampaikan neneknya, inang pengasuh, dan pamanny auntuk mengambil pelajaran dari cerita yang disampaikan. I Mallombassi memiliki sifat tegas, berani, mandiri, pintar dan mahir berdiplomasi yang terinspirasi dari berbagai cerita yang didengarnya sejak kecil hingga dewasa. I Mallombassi juga sering ikut dalam kegiatan ayahnya dalam urusankerajaan. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah I Mallombassi, Sultan Malikussaid, I Sani, Nenek, Inang Pengasuh, dan Pamannya. 5. Kancil dan Buaya a. Identitas Buku



Judul



:



Kancil dan Buaya Penulis



:



Tedi Siswoko Penerbit : Kids JP (Lini Penerbitan JP Books) Surabaya Tahun Terbit



: Mei 2009



b. Sinopsis Si kancil sedang berjalan menuju hutan untuk kembali setelah mencari makan di ladang pak tani. Di tengah jalan ia harus menyebrangi sungai yang dihuni banyak sekali buaya yang sangat lapar. Kawanan buaya sangat senang melihat kancil, tapi si kancil mensyaratkan harus dihitung terlebih dahulu. Buaya menyetujui dan si kancil memulai menghitung jumlah buaya. Akhirnya tipu daya kancil berhasil, buaya tercengang karena si kancil yang cerdik berhasil memperdaya buaya. Si kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai. Si kancil pun langsung berlari ke dalam hutan dan bebas dari cengkraman buaya lapar. c. Tokoh Tokoh dalam cerita ini adalah si Kancil dan Buaya.



DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Balai_Pustaka http://www.belajaraktif.com/2016/01/ciri-ciri-karya-sastra-priode-angkatan_69.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novelsiti-nurbaya/ http://anindanurzuhra.blogspot.com/2016/05/resensi-novel-salah-asuhan.html http://jejecrstna31.blogspot.com/2018/03/resensi-novel-azab-dan-sengsara-judul.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-salah-pilih-karya-nur-sutan-iskandar/ http://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-darah-muda.html https://hydnast.wordpress.com/2016/09/28/resensi-novel-sengsara-membawa-nikmat/ https://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-asmara-jaya.html https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-pujangga-baru.html https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Pujangga_Baru http://wendaamelya9.blogspot.com/2015/03/resensi-novel-layar-terkembang.html https://dickyfranswijaya.wordpress.com/tag/resensi-novel-belenggu-pengarang-armijn-pane/ http://gudanginfodantugas.blogspot.com/2018/05/resensi-tenggelamnya-kapal-van-derwijck.html http://andirna.blogspot.com/2016/04/resensi-novel-dibawah-lindungan-kabah.html https://lathifaayu.blogspot.com/2018/09/resensi-novel-dian-yang-tak-kunjung.html http://taniagoei.blogspot.com/2016/11/resensi-novel-sukreni-gadis-bali.html http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/12/periode-angkatan-45-1940-1955.html https://www.academia.edu/35229146/M_A_K_A_L_A_H_SASTRA_ANGKATAN_45_DAN_ ANGKATAN_66_Fakultas_Keguruan_dan_Ilmu_Pendidikan https://www.academia.edu/7119339/Sinopsis_novel_aki https://masasamamasa.wordpress.com/2019/03/20/resensi-novel-atheis-oleh-achdiat-kartamihardja/ http://www.quadraterz.com/2016/08/resensi-novel-jalan-tak-ada-ujung-karya.html



http://kejueducation.blogspot.com/2014/08/resensi-dari-ave-maria-ke-jalan-lain.html https://www.academia.edu/8578540/Novel_Keluarga_Gerilya_-_Ulasan https://sajakpenaanakdesa.blogspot.com/2017/02/pengertian-sastra-latar-belakang.html https://www.academia.edu/19576504/MAKALAH_SEJARAH_SASTRA_ANGKATAN_66 https://denisalsabila.wordpress.com/2014/12/14/sinopsis-dan-resensi-novel-karya-iwansimatupang/ http://kehendaklah.blogspot.com/2015/09/resensi-buku-novel-merahnya-merah-1968.html http://www.kelanawisnu.net/2016/12/gairah-untuk-hidup-dan-untuk-mati.html http://www.rumpunsastra.com/2014/10/sinopsis-novel-masa-bergolak.html http://andriew.blogspot.com/2011/04/hilangnya-si-anak-hilang-karya-nasjah.html http://ilal-nurhilalia.blogspot.com/2014/02/karya-sastra-angkatan-70-dan-80-an.html http://diramayanti.blogspot.com/2014/05/sejarah-sastra-angkatan-70-80.html http://vildapuspittaloka2407.blogspot.com/2019/09/sejarah-sastra-angkatan-70-dan-80.html https://www.academia.edu/33227073/SINOPSIS_NOVEL_TELEGRAM https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-pertemuan-dua-hati-nhdini/ https://www.academia.edu/33227068/SINOPSIS_NOVEL_OLENKA http://chitynurjanah.blogspot.com/2013/12/resensi-kumpulan-cerpen-seribu-kunang.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-khutbah-di-atas-bukit-karya-kuntowijoyo/ http://arkhaluthfi.blogspot.com/2013/12/sastra-angkatan-2000-reformasi.html https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-2000-an.html https://hamidcell.wordpress.com/kumpulan-makalah/resensi-novel-laskar-pelangi/ https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/06/11/contoh-resensi-novel-islami-resensi-ayat-ayatcinta/ https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-supernova-ksatria-puteri-dan-bintang-jatuh/ https://starlovesifasa.wordpress.com/2012/05/17/saman/ https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-negeri-5-menara/ https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Balai_Pustaka http://www.belajaraktif.com/2016/01/ciri-ciri-karya-sastra-priode-angkatan_69.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novelsiti-nurbaya/ http://anindanurzuhra.blogspot.com/2016/05/resensi-novel-salah-asuhan.html



http://jejecrstna31.blogspot.com/2018/03/resensi-novel-azab-dan-sengsara-judul.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-salah-pilih-karya-nur-sutan-iskandar/ http://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-darah-muda.html https://hydnast.wordpress.com/2016/09/28/resensi-novel-sengsara-membawa-nikmat/ https://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-asmara-jaya.html https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-pujangga-baru.html https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Pujangga_Baru http://wendaamelya9.blogspot.com/2015/03/resensi-novel-layar-terkembang.html https://dickyfranswijaya.wordpress.com/tag/resensi-novel-belenggu-pengarang-armijn-pane/ http://gudanginfodantugas.blogspot.com/2018/05/resensi-tenggelamnya-kapal-van-derwijck.html http://andirna.blogspot.com/2016/04/resensi-novel-dibawah-lindungan-kabah.html https://lathifaayu.blogspot.com/2018/09/resensi-novel-dian-yang-tak-kunjung.html http://taniagoei.blogspot.com/2016/11/resensi-novel-sukreni-gadis-bali.html http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/12/periode-angkatan-45-1940-1955.html https://www.academia.edu/35229146/M_A_K_A_L_A_H_SASTRA_ANGKATAN_45_DAN_ ANGKATAN_66_Fakultas_Keguruan_dan_Ilmu_Pendidikan https://www.academia.edu/7119339/Sinopsis_novel_aki https://masasamamasa.wordpress.com/2019/03/20/resensi-novel-atheis-oleh-achdiat-kartamihardja/ http://www.quadraterz.com/2016/08/resensi-novel-jalan-tak-ada-ujung-karya.html http://kejueducation.blogspot.com/2014/08/resensi-dari-ave-maria-ke-jalan-lain.html https://www.academia.edu/8578540/Novel_Keluarga_Gerilya_-_Ulasan https://sajakpenaanakdesa.blogspot.com/2017/02/pengertian-sastra-latar-belakang.html https://www.academia.edu/19576504/MAKALAH_SEJARAH_SASTRA_ANGKATAN_66 https://denisalsabila.wordpress.com/2014/12/14/sinopsis-dan-resensi-novel-karya-iwansimatupang/ http://kehendaklah.blogspot.com/2015/09/resensi-buku-novel-merahnya-merah-1968.html http://www.kelanawisnu.net/2016/12/gairah-untuk-hidup-dan-untuk-mati.html http://www.rumpunsastra.com/2014/10/sinopsis-novel-masa-bergolak.html http://andriew.blogspot.com/2011/04/hilangnya-si-anak-hilang-karya-nasjah.html



http://ilal-nurhilalia.blogspot.com/2014/02/karya-sastra-angkatan-70-dan-80-an.html http://diramayanti.blogspot.com/2014/05/sejarah-sastra-angkatan-70-80.html http://vildapuspittaloka2407.blogspot.com/2019/09/sejarah-sastra-angkatan-70-dan-80.html https://www.academia.edu/33227073/SINOPSIS_NOVEL_TELEGRAM https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-pertemuan-dua-hati-nhdini/ https://www.academia.edu/33227068/SINOPSIS_NOVEL_OLENKA http://chitynurjanah.blogspot.com/2013/12/resensi-kumpulan-cerpen-seribu-kunang.html https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-khutbah-di-atas-bukit-karya-kuntowijoyo/ http://arkhaluthfi.blogspot.com/2013/12/sastra-angkatan-2000-reformasi.html https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-2000-an.html https://hamidcell.wordpress.com/kumpulan-makalah/resensi-novel-laskar-pelangi/ https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/06/11/contoh-resensi-novel-islami-resensi-ayat-ayatcinta/ https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-supernova-ksatria-puteri-dan-bintang-jatuh/ https://starlovesifasa.wordpress.com/2012/05/17/saman/ https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-negeri-5-menara/ http://maulidiana064.blogspot.com/2017/07/resensi-bawang-merah-dan-bawang-putih.html http://deknurhasanah.blogspot.com/ https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Konten/BahasaSastra/157 https://duniaspesial.blogspot.com/2017/08/ringkasan-dongeng-si-kancil-dan-buaya.html http://maulidiana064.blogspot.com/2017/07/resensi-bawang-merah-dan-bawang-putih.html http://deknurhasanah.blogspot.com/ https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Konten/BahasaSastra/157 https://duniaspesial.blogspot.com/2017/08/ringkasan-dongeng-si-kancil-dan-buaya.html