ARTIKEL Aulia Dyah Palupi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



STUDI KASUS ZAT PEWARNA SINTETIS Rhodamin B dan Methanyl Yellow PADA JAJANAN SEKOLAH DASAR (SD) DI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR I 1



2



3



Aulia Dyah Palupi , Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si , Harmoko, M.Pd . 1



Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau



2 dan 3



Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau



Jurusan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya zat pewarna sintetis rhodamin B dan methanyl yellow pada jajanan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Lubuklinggau Timur I. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan hasil uji tes jajanan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa subjek berindikasi rhodamin B yang diuji mengalami perubahan (menunjukkan negatif mengandung rhodamin B) dan sebagian subjek berwarna tetap merah (menunjukkan adanya kandungan rhodamin B). Kemudian, semua subjek berindikasi methanyl yellow yang diuji tidak menunjukkan perubahan warna melainkan tetap berwarna kuning yang menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan methanyl yellow pada subjek yang diuji. Kesimpulan dari penelitian ini adalah diantara 42 subjek yang diuji kandungan rhodamin B dan methanyl yellow-nya, terdapat 12 subjek (48%) positif mengandung zat pewarna sintetis rhodamin B (12 dari 25 subjek) dan tidak ditemukan kandungan zat pewarna sintetis methanyl yellow pada subjek yang diuji. Kata Kunci: Jajanan, Rhodamin B, Methanyl Yellow, Kota Lubuklinggau PENDAHULUAN Produsen makanan dan minuman menambahkan zat tambahan makanan dengan tujuan menarik perhatian para konsumen. Zat tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis, pengawet, pewarna, dan lain-lain (Wirasto, 2008:1). Rhodamin B dan methanyl yellow merupakan zat pewarna sintetis yang digunakan sebagai pewarna tekstil dan dilarang penggunaannya dalam produk pangan.



1



2



Pengkonsumsian rhodamin B dan methanyl yellow dapat menyebabkan iritasi, keracunan, dan gangguan hati, tumor, dan kerusakan hati dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Wirasto, 2008:1-2). Hasil pengawasan BPOM tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa terdapat penyalahgunaan bahan tambahan pangan berbahaya yang melebihi batas pada subjek jajanan anak sekolah. Permasalahan tersebut mengindikasikan kurangnya pengetahuan, kepedulian, atau kesadaran para pembuat, penjual, dan pembeli akan pentingnya keamanan pangan (Paratmanitya, dkk. 2016:50). Data Kondisi Luar Biasa (KLB) keracunan pangan Badan POM RI menunjukkan bahwa kelompok siswa Sekolah Dasar (SD) paling sering mengalami keracunan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (Sajiman, dkk. 2015:2). Kasus keracunan jajanan terjadi di Kota Lubuklinggau. Siswa di salah satu sekolah dasar Lubuklinggau mendadak mengalami mual dan muntah seketika diduga keracunan usai mencicipi serbuk minuman jenis Jelly yang dijual di Kantin Sekolah (Sumber: Palembang Ekspres, Agustus 2016). Kecamatan Lubuklinggau Timur I merupakan salah satu kecamatan dari 8 kecamatan yang berada di wilayah Kota Lubuklinggau bagian Timur (RKPD, 2016:1). Berdasarkan data referensi kementerian dan kebudayaan melalui daftar satuan pendidikan Kecamatan Lubuklinggau Timur I, jumlah total sekolah dasar di wilayah Lubuklinggau Timur I sebanyak 13 Sekolah Dasar. Hasil observasi 14 Desember 2016, diketahui masing-masing sekolah umumnya memiliki kantin sekolah dan para pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar wilayah sekolah dasar. Para pedagang tersebut umumnya menjual



produk makanan atau minuman yang memiliki warna merah dan kuning mencolok dengan harga yang terjangkau untuk anak-anak Sekolah Dasar (SD). Hal ini menandakan adanya indikasi pewarna sintetis rhodamin B dan methanyl yellow dalam jajanan sekolah dasar di Kecamatan Lubuklinggau Timur 1. Hasil konsultasi pihak Dinas Kesehatan Lubuklinggau pada tanggal 25 April 2017 menyatakan terdapat kandungan pewarna sintetis khususnya rhodamin B dan methanyl yellow pada jajanan anak sekolah di Lubuklinggau. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 5 subjek jajanan bewarna merah mencolok di salah satu Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Lubuklinggau Timur I terdapat 1 subjek jajanan mengandung zat pewarna sintetis rhodamin B. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan berbahaya rhodamin B dan methanyl yellow pada jajanan Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Lubuklinggau Timur I. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23-25 bulan Juli 2017. Subjek penelitian ini adalah jajanan yang bewarna merah dan kuning mencolok di sekitar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Lubuklinggau Timur I. Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek jajanan diambil dari 13 sekolah dasar berdasarkan kriteria jajanan yang berindikasi rhodamin B dan methanyl yellow. Baik jajanan yang dijual dikantin maupun di luar sekolah. Pengujian ada atau tidaknya kandungan bahan kimia berbahaya dalam subjek jajanan secara kualitatif dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Uji kandungan rhodamin B dan



methanyl yellow dilakukan dengan menggunakan alat tes kit rhodamin B dan methanyl yellow. Hasil analisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan dalam bentuk paragraf, pembahasan dengan membandingkan teori atau jurnal penelitian yang terkait dan diambil kesimpulan. HASIL Penetian ini berhasil mengidentifikasi 42 subjek jajanan untuk dilihat kandungan rhodamin B dan methanyl yellow di dalamnya. Jenis Jajanan Penelitian yang dilakukan pada 13 SD di Kecamatan Lubuklinggau Timur I yang terdiri dari 8 Kelurahan ini memperoleh subjek jajanan yang diduga mengandung zat pewarna berbahaya sebanyak 42 subjek. Uji Kualitatif Zat Pewarna Sintetis Rhodamin B dan Methanyl Yellow Subjek jajanan berindikasi rhodamin B dan methanyl yellow diuji menggunakan tes kit rhodamin B dan methanyl yellow. Pengujian setiap subjek untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan rhodamin B dan methanyl yellow dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji laboratorium ditemukan kandungan rhodamin B pada beberapa subjek yang diuji, sedangkan kandungan methanyl yellow tidak ditemukan pada jajanan yang diambil sebagai subjek penelitian. Subjek dinyatakan positif mengandung rhodamin B jika pada 2 kali pengujian tersebut menunjukkan hasil yang positif. Apabila hanya salah satu yang menunjukkan hasil positif, maka belum dikategorikan menjadi positif mengandung rhodamin B dan methanyl yellow.



Pengujian dilakukan terhadap 25 subjek berindikasi rhodamin B dan 17 subjek berindikasi methanyl yellow. Jenis subjek jajanan yang memberikan hasil positif mengandung rhodamin B berdasarkan hasil uji menggunakan tes kit rhodamin B diuraikan pada gambar I sebagai berikut: 6 4 6 2 2 0



1



2 1



1



Gambar 1 Subjek Jajanan yang Positif Mengandung Rhodamin B



Bedasarkan gambar 1, diketahui bahwa dari 25 subjek yang diuji, terdapat 13 subjek (48%) jajanan dinyatakn positif mengandung rhodamin B. Subjek yang paling sering ditemukan kandungan rhodamin B adalah subjek saos. BAHASAN Hasil Uji Kualitatif Rhodamin B Subjek yang diperoleh dari SD Al-Furqon. Jajanan dengan saos merah bisa terdapat kandungan pewarna tekstil rhodamin B (Budianto, 2008:2). Bahan pewarna yang digunakan dalam es lilin dapat berupa alami maupun sintetik (Wirasto, 2008:2). Subjek saos gorengan memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek



saos gorengan tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Berikutnya subjek saos risol memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek saos risol mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Kemudian, subjek es lilin memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek es lilin mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek yang diperoleh dari SD IT Al-Ikhlas. Rhodamin B sering dipakai untuk mewarnai makanan seperti makaroni (Yuliarti, 2007:83). Subjek makaroni memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek makaroni mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek yang diperoleh dari SD IQ Ar-Risalah. Keripik balado merupakan jajanan yang beredar di masyarakat dengan harga murah, gurih, dan warnanya menarik sehingga banyak peminatnya membuat produsen berusaha menampilkan makanan agar menarik baik dari segi warna, aroma, dan rasa. Untuk menekan biaya produksi maka produsen menggunakan zat pewarna sintetis dalam proses produksinya (Femelia, 2009:5). Subjek keripik balado memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek keripik balado mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek yang diperoleh dari SD Negeri 38-39. Makanan jajanan seperti sosis, cilok, dan siomay biasanya



dilengkapi dengan saos untuk lebih menarik perhatian pembeli. Saos dalam istilah masak-memasak memiliki arti cairan yang digunakan sewaktu memasak atau dihidangkan bersama-sama makanan sebagai penyedap atau agar makanan kelihatan bagus dan lezat (Abdurrahmansyah, 2017:38). Subjek yang diperoleh di SD N 41-40. Kandungan rhodamin B ditemukan pada jajanan bersaos dan harum manis (Dinkes, 2016). Kandungan rhodamin B ditemukan pada ke 5 sampel harum manis (Andriani, 2015:106). Rhodamin B juga sering disalahgunakan pada sosis (Sajiman, dkk. 2015:4). Penambahan zat warna pada pembuatan sosis dimaksudkan untuk mendapatkan produk dengan warna yang seragam dan menarik (Effendi, 2012:148). Subjek saos gorengan memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek saos gorengan mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek bumbu rasa balado memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek bumbu rasa balado mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek harum manis memiliki warna awal merah muda. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek harum manis tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek sosis ayam memiliki warna awal merah. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada



pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek sosis ayam tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek yang diperoleh dari SD N 43, 44, dan 45. Pemilihan subjek es lilin sama halnya dengan pemilihan subjek es lilin pada subjek yang diperoleh dari SD IQ Al-Furqon. Subjek es lilin memiliki warna awal merah muda. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek es lilin tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek es lilin 2 memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek es lilin 2 tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek saos gorengan memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek saos gorengan mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek dari SD N 46. Rhodamin B sering digunakan pada produk makanan industri rumah tangga, seperti untuk mewarnai harum manis (Effendi, 2012:162). Subjek es lilin memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek



es lilin tidak



mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek harum manis memiliki warna awal merah muda terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua



juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek harum manis tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek saos gorengan memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek saos gorengan tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek saos ayam krispi memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek ayam krispi tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek yang diperoleh dari SD N 47 yaitu kerupuk balado dan es lilin. Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan pelengkap yang banyak disukai masyarakat. Kerupuk dapat menambah cita rasa makanan serta dapat dimakan sebagai camilan. Ditemukan rhodamin B pada kerupuk warna-warni di tiga sekolah yang berbeda di Kota Banjarbaru (Sajiman, dkk.2015:4). Banyak terdapat sampel jajanan yang mengandung rhodamin B seperti es sirup/es cendol, minuman ringan/sirup/limun, kerupuk (Yuliarti, 2007:82). Subjek kerupuk balado memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek kerupuk balado mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek es lilin memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek es lilin mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40).



Subjek yang diperoleh dari SD N 85 yaitu es selasih, saos nugget, saos pentol, keripik ubi. Es selasih terbuat dari olahan/industri rumah tangga yang berbahan dasar sirup dan dicampuri dengan selasih, kemudian di campur dengan es batu agar terlihat lebih segar. Rhodamin B merupakan bahan kimia yang sering digunakan untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, cendol, dan jajanan lainnya (Effendi, 2012:162). Subjek es selasih memiliki warna awal merah muda terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, warna berubah menjadi kecoklatan dan pada pengulangan kedua juga bewarna kecoklatan. Jadi, subjek es selasih tidak mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek saos nugget memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek saos nugget mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek saos pentol memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek saos pentol mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40). Subjek keripik ubi memiliki warna awal merah mencolok. Setelah diuji pertama menggunakan test kit rhodamin B, tetap bewarna merah dan pada pengulangan kedua juga bewarna merah. Jadi, subjek keripik ubi mengandung rhodamin B (Agristika, 2015:40).



Hasil Uji Kualitatif Methanyl Yellow Subjek yang diperoleh dari SD Al-Furqon yaitu jagung manis. Jagung manis merupakan salah satu jenis jajanan yang mengandung methanyl yellow (Dinkes,



2016). Subjek jagung manis memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek jagung manis tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD Al-Ikhlas yaitu kerupuk. Methanyl yellow biasanya terdapat dalam kerupuk, tahu, mie, pisang goreng, ubi goreng, dan pangan jajanan lainnya yang bewarna kuning (Aminah, dkk. 2009:29). Subjek kerupuk memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek kerupuk tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD IQ Ar-Risalah yaitu roti dan keripik pisang. Kandungan jajanan yang perlu diwaspadai seperti methanyl yellow yang banyak ditemukan dalam jajanan keripik pisang, arum manis kuning, dan cone (Aminah, dkk. 2009:29). Subjek keripik pisang memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek keripik pisang tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek roti memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek roti tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 38-39 yaitu papeda dan manisan kedondong. Papeda adalah makanan khas Papua, yaitu bubur yang terbuat dari



sagu dengan ditambahkan sayuran (Dewanti, 2016:1). Namun, subjek papeda yang diperoleh di lingkungan sekolah dasar di Kecamatan Lubuklinggau Timur 1 adalah tepung aci yang dimasukkan ke dalam kocokan telur, kemudian digoreng dan diberi bubuk pewarna kuning rasa jagung sambil digulung menggunakan tusuk sate. Methanyl yellow banyak ditemukan pada sirup, kerupuk, agar-agar, jeli, kue basah, manisan buah-buahan, dan kerang (Aminah, dkk. 2009:10). Manisan kedondong yang dijual di wilayah Jakarta positif mengandung methanyl yellow (Cahyadi dalam Aprilia, 2015:4). Subjek papeda memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek papeda tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek manisan kedondong memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek manisan kedondong tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 41-40 yaitu gorengan tempe, nugget ayam, dan bumbu rasa jagung. Saat ini methanyl yellow banyak disalahgunakan untuk pangan, beberapa di antarnya kerupuk, mie, gorengan, pangan jajanan bewarna kuning, dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu (Susilo, 2014:8). 46 sampel minuman sirup mengandung Amaranth, dan 8 sampel minuman sirup dan minuman ringan mengandung methanyl yellow (Purba, 2010:7). Nugget adalah suatu bentuk olahan dari daging yang dicampuri bumbu, bahan pengisi, dan bahan pengikat, dilanjutkan dengan pengukusan yang nantinya dilumuri telur dan tepung



roti (Cato, dkk. 2015:16). Sampel bumbu rasa jagung mengandung methanyl yellow (Dinkes, 2016). Subjek gorengan tempe memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek gorengan tempe tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek nugget ayam memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek nugget ayam tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek bumbu rasa jagung memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, subjek bumbu rasa jagung tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 43, 44, dan 45 yaitu es lilin 3. Subjek es lilin memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, es lilin tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 46 yaitu kerupuk. Methanyl yellow digunakan untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, kembang gula alias permen, sirup, biskuit, cendol, manisan, dan ikan asap (Effendi, 2012:162). Subjek kerupuk memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga



bewarna kuning. Jadi, kerupuk tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 47 yaitu es lilin. Es kuning dikategorikan pada minuman ringan. Methanyl yellow sering dipakai untuk mewarnai makanan ringan, kembang gula, minuman ringan, dan jajanan lainnya (Yuliarti, 2007:83). Subjek es lilin memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, es lilin tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52). Subjek yang diperoleh dari SD N 85 yaitu gorengan, jelly, dan nugget ayam. Jeli merupakan salah satu jenis produk makanan yang pada umumnya berbentuk semi padat, dengan rasa manis, dan biasanya bewarna-warni dalam kemasannya yang banyak digemari oleh masyarakat terutama untuk kalangan anak-anak dan remaja (Hastomo, 2008:4). Subjek gorengan memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, gorengan tidak mengandung methanyl yellow. Subjek jelly memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, jelly tidak mengandung methanyl yellow. Subjek nugget ayam memiliki warna awal kuning terang. Setelah diuji pertama menggunakan test kit methanyl yellow, tetap bewarna kuning dan pada pengulangan kedua juga bewarna kuning. Jadi, nugget ayam tidak mengandung methanyl yellow (Paratmanitya, dkk. 2016:52).



KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pemeriksaan jajanan sekolah dasar di Kecamatan Lubuklinggau Timur I terdapat 12 atau 48% subjek jajanan yang mengandung pewarna sintetis rhodamin B dari 25 subjek jajanan yang diuji. Subjek tersebut terdiri atas saos risol dan es lilin dari SD Al-Furqon, makaroni dari SD Al-Ikhlas, keripik balado dari SD IQ Ar-Risalah, saos papeda dari SD 38-39, saos nugget ayam dan bumbu rasa balado dari SD Negeri 41-40, saos gorengan dari SD Negeri 43, 44, dan 45, kerupuk balado dan es lilin dari SD Negeri 47, saos nugget ayam, saos pentol bakso, dan keripik ubi dari SD Negeri 85 dan tidak terdapat subjek jajanan yang mengandung zat pewarna sintetis methanyl yellow dari 15 subjek jajanan yang diuji. Saran Memperketat pengawasan peredaran jajanan anak sekolah yang belum mempunyai label dan memberi edukasi pedagang jajanan tentang pewarna sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dijadikan referensi dengan lokasi yang lebih luas dan bahan tambahan makanan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahmansyah, Fitratul, A, dan Debby, C. 2017. Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Saos Cabai yang Beredar di Kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Jurnal Biota, 3(1). Hlm: 38-40. Agristika, A. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Skripsi. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung.



Aprilia, A. 2015. Pengetahuan, Sikap, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri terhadap Penggunaan Pewarna Methanyl Yellow di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2015. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Fakultas Kedokteran. Cato, L, Djalal, R, dan Imam T. 2015. Pengaruh Subtitusi Tepung Porang (Amorphophallus oncophyllus) pada Tepung Tapioka Terhadap Kadar Air, Protein, Lemak, Rasa dan Tekstur Nugget Ayam. Jurnal Ternak Tapioka, 16(1). Hlm:15-23. Effendi, S. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung: Alfabeta Femelia, W. 2009. Analisa Penggunaan Zat Warna pada Keripik Balado yang Diproduksi di Kecamatan Payakumbuh Barat Tahun 2009. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Hastomo, A, E. 2008. Analisis Rhodamin B dan Methanyl Yellow dalam Jelly di Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode KLT. Skripsi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Farmasi. Paratmanitya, Y dan Veriani, A. 2016. Kandungan Bahan Tambahan Pangan Berbahaya pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 4(1). Hlm:49-55. Purba, E. R. 2009. Analisis Zat Pewarna pada Minuman Sirup yang dijual di Sekolah Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Sajiman, Nurhamidi, dan Mahpolah. 2015. Kajian Bahan Bebahaya Formalin, Boraks, Rhodamin B, dan Methanyl Yellow pada Pangan Jajanan Anak Sekolah di Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan, 6(1). Susilo, A. 2014. Pengaruh Pemberian Methanyl Yellow Peroral Dosis Bertingkat Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit BALB/C. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran. Wirasto, 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Minuman Jajanan Anak SD di Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.