Artikel Ekosistem Sungai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

makalah Ekosistem Sungai



oleh Fiki Kusuma Astuti 0402518005



PROGRAM STUDI IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019



1. Pendahuluan Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu ke hilir. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigrasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Salah satu ekosistem di bumi adalah ekosistem sungai. Ekosistem sungai ini berarti segala macam interaksi atau hubungan timbal balik dari makhluk hidup dan juga lingkungannya yang meliputi kawasan atau daerah sungai. Ekosistem sungai ini meliputi di sepanjang wilayah Daerah Aliran Sungai: dari hulu sungai, badan sungai, hilir sungai, dan muara sungai. Ekosistem sungai ini merupakan salah satu jenis ekosistem air tawar. Hampir semua wilayah Indonesia mempunyai ekosistem sungai. Indonesia memiliki ± 5950 aliran sungai. Beberapa sungai yang terkenal dan sekaligus menjadi ekosistem sungai yang besar antara lain Sungai Mahakam, Sungai Kapuas, Sungai Musi, Sungai Bengawan Solo, dan lainnya. Sungai yang terletak di bawah tanah, underground river, ada di Gua Pindul.



Gambar 1. Underground River Gua Pindul Beberapa ciri atau karakteristik utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai antara lain: 1. Adanya air yang terus mengalir dari arah hulu menuju ke arah hilir. 2. Terdapat variasi kondisi fisik dan juga kimia dalam tingkat aliran air yang sangat tinggi. 3. Adanya perubahan kondisi fisik dan juga kimia yang berlangsung secara terus menerus. 4. Dihuni oleh berbagai macam tumbuhan dan juga binatang yang telah beradaptasi dalam kondisi aliran air.



2. Pembagian Zona Ekosistem Sungai 1. Zona air deras Zona pertama yang ada di ekosistem sungai adalah zona air deras. Zona air deras merupakan wilayah sungai yang cenderung dangkal. Pada zona ini kita akan mendapati aliran arus air yang deras atau sangat tinggi. Biasanya zona ini berada di bagian hulu sungai (atau lebih tepatnya di pegunungan). Aliran sungai yang deras ini mengakibatkan bagian dasar sungai menjadi bersih dari berbagai macam endapan serta materi- materi yang mengendap lainnya. Hal ini juga menyebabkan bagian dasar dari zona ini cenderung terasa padat. Di zona air deras ini kita akan menemukan bentos dan juga organisme ferifitik yang mempunyai kemampuan untuk melekat dan berpegang pada dasar yang bersifat keras atau padat, atau bisa juga pada ikan yang bisa berenang dengan kuat. 2. Zona aliran tenang Zona kedua yang terdapat dalam ekosistem sungai adalah zona aliran tenang. Berbeda dengan zona yang pertama, zona ini merupakan zona yang sedikit lebih dalam dan arus sungai tidak terlalu deras seperti zona yang pertama. Zona ini biasanya berada di wilayah yang landai. Di zona ini kita juga akan menemukan lumpur dan juga bahan endapan lainnya yang mengendap di dasar sungai. Karena banyaknya bahan endapan yang mengendap ini maka menjadikan dasar sungai terasa lunak dan tidak sesuai lagi dengan bentos. Zona aliran tenang ini lebih sesuai bagi nekton dan plankton yang mempunyai kebiasaan menggali dasar sungai. Itulah dua zona yang terdapat pada ekosistem sungai. Apabila kita perhatikan, maka dua zona tersebut mempunyai karakteristik yang bertolak belakang.



3. Manfaat Ekosistem Sungai 1. Sumber air tawar. Sungai menyediakan banyak sekali air tawar yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Manusia memerlukan air tawar dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi segala macam kebutuhan, seperti minum, memasak, mencuci, hingga kebutuhan untuk industri. Tidak hanya manusia saja, binatang dan tumbuhan juga sangat memerlukan air agar mereka bisa bertahan hidup. 2. Ekosistem air tawar (termasuk juga ekosistem sungai) ini berperan sebagai bottle neck dalam siklus hidrologi yang ada di Bumi. 3. Ekosistem sungai yang bersamaan dengan ekosistem estuary merupakan tempat yang mudah dan murah untuk membuang limbah yang bersifat tertier. 4. Sebagai tempat hidup bagi banyak mahkluk hidup yang ada di Bumi, khususnya binatang- binatang air dan juga tumbuhan yang hidup di air. 5. Bisa digunakan sebagai tempat budidaya tanaman tertentu, sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis bagi warga masyarakat yang berada di sekitar sungai tersebut. 6. Sebagai tempat rekreasi bagi anak- anak dan juga bagi keluarga.



4. Bagian – Bagian Sungai Zona riparian merupakan wilayah yang dekat dengan air, tanpa batas yang jelas dan merupakan transisi antara ekosistem air dan darat. Penyusun zona riparian adalah komunitas tumbuhan yang berada di tepi kiri kanan sungai berupa pohon, rumput, semak, dan herba. Peran penting vegetasi riparian ini adalah sebagai pengatur suhu air sungai, penyerap pencemar dari daratan, tempat fauna berlindung, pengontrol erosi, dan mencegah terjadinya banjir. 1. Hulu sungai Hulu sungai merupakan daerah sungai bagian atas, mempunyai kerapatan drainase yang tinggi, jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Laju erosi di daerah hulu sungai lebih cepat daripada laju pengendapan. Bebatuan di hulu sungai besar, aliran air deras. Terdapat air terjun. Komponen abiotik: aliran air deras, banyak bebatuan besar, intensitas cahaya matahari lebih sedikit daripada bagian sungai lain karena banyak terdapat di pegunungan sehingga banyak pepohonan tinggi, temperatur tinggi karena terdapat di wilayah pegunungan dan banyak pepohonan



Gambar 2. Bagian Hulu Sungai Citarum



No. Flora/Vegetasi riparian 1.



Tabel 1. Komponen Biotik Hulu Sungai Spesies Keterangan



Pohon jati Tectona grandis



2.



Rasamala Altingia excelsa



3.



Kopi Coffea



4.



Kebogerang Mytus negriceps



5.



Panicum malabaricum



Fauna 1.



Anggang-anggang Argyroneta aquatica



2.



Kodok puru hutan Ingerophrynus biporcatus



3.



Kongkangkolam Hylarana chalconota schlegel



4.



Kadal pohon hijau Dasia olivacea



5. Ikan jambal siam Pangasianodon hypophthalmus



6.



Ikan nilem Osteochilus vittatus



2. Badan sungai Badan sungai atau sungai bagian tengah merupakan zona sedimentasi, tempat pemanfaatan air, drainase kecil, daerah kemiringan kecil (krang dari 8%), beberapa tempat air dapat tergenang/banjir. Aliran sungai di badan sungai dapat berkelok – kelok.



Gambar 3. Bagian Tengah Sungai Tabel 2. Flora Fauna di Badan Sungai No. Flora/Vegetasi riparian 1.



Spesies



Keterangan



Bambu Bambuseae



2.



Teratai Nymphaea



3. Enceng gondok Eichhornia crassipes



4.



Alang alang Imperata cylindrica



5.



Pandan Pandanus



6.



Pisang Musaceae



Fauna 1. Ular air kelabu Enhydris plumbea



2. Katak tegalan Fejervarya limnocharis



3.



Kadal air Pleurodelinae



4. Ikan wader Barbodes binotatus



5.



Ikan teri Barbodes schwanefeldii



6.



Ikan sapusapu Liposarcus pardalis



3. Hilir sungai Aliran sungai di hilir dapat berkelok – kelok, banyak terjadi sedimentasi, aliran sungai tenang dan terdapat erosi ke arah samping.



Gambar 4. Hilir Sungai Bengawan Solo No. Flora 1.



Spesies



Keterangan



Bakau Rhizhopora Mucronata



2.



Nipa Nipa fruticans



3.



Rumput padi padian Panicum sp



Fauna 1.



Udang Caridea



2.



Ikan patin Pangasius polyuranodon



3.



Ikan areng Labeobarbus chrysopekadion



4. Bandeng Chanos



5. Kondisi Ekosistem Sungai di Indonesia Peraturan Menteri LHK Nomor 68/2016 mengatur semua kegiatan usaha untuk melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air dan harus memenuhi baku mutu, akan tetapi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan 75 persen air sungai di Indonesia sudah tercemar berat khususnya oleh limbah domestik. Hasil penelitian Suteja (2019) sejalan dengan Mentri Lingkungan Hidup mengungkapkan bahwa kualitas air di Banyuasin mengantung merkuri (Hg) dalam batas maksimum. Ahli ekologi lingkungan dari Universitas



Sebelas Maret Surakarta, Dr Prabang Setyono (2018), mengatakan bahwa pencemaran di Bengawan Solo masuk kategori sedang. Polutan logam berat diduga berasal dari industri dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Elviana (2019) mengungkapkan bahwa di Sungai Maro terdapat 13 jenis ikan. Sungai Ciapus dan Cisadane merupakan habitat dari burung wallet sapi namun termasuk dalam kategori tercemar sangat berat dan Sungai Ciliwung termasuk kedalam kategori tercemar sangat ringan. Diantara jenis - jenis makrozoobenthos yang dijumpai di Sungai Ciapus terdapat 8 famili larva serangga dengan kepadatan 156.25 ind/m2, Sungai Cisadane memiliki 6 famili larva serangga dengan kepadatan 187.5 ind.m2, dan Sungai Ciliwung memiliki 9 famili larva serangga dengan kepadatan 325 ind/m2. Aktivitas walet di ketiga sungai yang teramati adalah berburu pakan dan terbang di atas sungai. Kondisi kualitas air, potensi pakan maupun keberadaan walet sapi menunjukkan bahwa ketiga lokasi penelitian masih layak untuk mendukung kehidupan larva serangga pakan burung walet sapi. Hasil penelitian Zammi (2018) mengungkapkan bahwa pH air sungai Simbangkulon antara 6,70 – 6,94 dan DO antara 1,62 – 4,32 mg/L, dan suhu antara 27 – 28 0C. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuantitas limbah batik yang dibuang langsung ke sungai Simbangkulon telah mengurangi/mencemari pH dan DO air sungai Simbangkulon, sedangkan suhu belum/tidak tercemar (masih berada pada batas aman yang ditetapkan pemerintah).



Data paling mutakhir Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, didapati ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat, 20 aliran sungai berstatus cemar sedang, 7 sungai yang mengalami pencemaran ringan dan ada 21 sungai di Indonesia yang berstatus memenuhi baku mutu namun dalam batas tercemar ringan. Perolehan tersebut mencakup 100 aliran sungai pada 33 provinsi di Indonesia. Sungai Ciliwung di DKI Jakarta pada tahun 2013 hingga 2015 berstatus cemar berat. Di Jawa Timur, Sungai Bengawan Solo, Sungai Madiun, dan Kali Surabaya tercemar berat. Di Yogyakarta, Sungai Progo, Sungai Krasak, Sudu, Opak, Serang, dan Tinalah tercemar berat. Di Kalimantan Sungai Barito dan Sungai Martapura menyandang cemar berat selama tiga tahun berturut-turut. Di Jawa Barat, Sungai Citarum, Cisadane, dan Citanduy tercemar berat. Sungai Citarum dan Kalimantan pada tahun 2013 mendapat vonis sebagai sungai paling tercemar di tataran internasional. Ketentuan tersebut berdasarkan laporan tahunan dari Green Cross Swiss dan Blacksmith Institute. Berdasarkan investigasi lapangan yang dilakukan oleh Blacksmith Institute di Sungai Citarum mengungkapkan bahwa kandungan timbal lebih dari 1.000 kali standar United States Environmental Protection Agency (USEPA) dalam air minum. Air di Sungai Citarum memiliki konsentrasi mangan yang hampir empat kali dari yang direkomendasikan. Hasil penelitian Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan BPPT disebutkan bahwa dalam 50 tahun terakhir Indonesia telah gagal mencegah turunnya mutu air. Ada 1,2 miliar penduduk dunia tidak mempunyai akses air bersih. Penduduk tak mempunyai fasilitas dasar sanitasi memadai. Peneliti Bidang Teknik Konservasi dan Tata Air, Waluyo Hatmoko menegaskan, Pulau Jawa yang pertama kali berpotensi mengidap kelangkaan air, sebab hanya memiliki ketersediaan air permukaan hanya 4 persen. Sedangkan jumlah penduduk Pulau Jawa ialah 60 persen dari total penduduk Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup menertibkannya dengan keputusan menteri Kep-58MENLH/12/1995. Isinya menyangkut baku mutu limbah cair yang bisa dibuang ke aliran sungai terdekatnya. Dari data Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru tahun 2014, dari 24 rumah sakit hanya 1 yang tak mengantongi izin pengendalian limbah cair. Namun 9 di antaranya tak memiliki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Selain itu ada 8 rumah sakit yang tak membuat laporan tahunan terkai limbah cair. Padahal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, mewajibkan pemenuhan ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, tentang dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelengara rumah sakit. Peneliti Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Marhta Gunawan, menyimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru tak maksimal. Air Limbah industri memang tak memiliki volume yang tinggi. Namun, daya rusaknya paling kuat. Limbah mengandung B3 tersebut sangat potensial munculkan dampak pencemaran air sungai. Limbah itu mempengaruhi naik turunnya keasaman air, perubahan sifat fisik, tertutupnya permukaan air, dan meningkatkan jumlah padatan yang tersuspensi dalam air.



Penelitian yang dilakukan GreenPeace, Walhi Jawa Barat, Pawapeling, dan LBH Bandung pada April 2016, 4 desa di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berstatus cemar berat akibat ulah limbah industri. Mereka mengacu pada laporan lengkap Sunardi, terkait Valuasi Dampak Pencemaran di Kawasan Industri Pancaekek, dari Institute of Ecology Unpad. Ditemukan bahwa air yang mengalir di sungai dan sawah warga mengandung timbal (Pb), merkuri (Hg), kromium (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Limbah pabrik mengalir berwarna-warni di sungai yang berdekatan dengan sawah warga. Kemudian di Surabaya, Jawa Timur, menurut hasil riset Ecoton dan National Institute Minamata Disease menunjukkan bahwa badan air, lumpur, kerang, ikan, dan ekosistem Kali Surabaya telah terkontaminasi merkuri, timbal, kadmium, tembaga, dan besi dengan kadar yang melebihi ambang batas. Hasil penelitian tersebut dikuatkan oleh Adi Trisnawati dan Ali Masduqi dari Program Studi Magister Teknik Lingkungan, ITS. Pada Desember 2013, mereka menemukan bahwa Kali Surabaya tergolong tercemar ringan. Bagi mereka, pencemaran hanya mampu dicegah melalui pemberian sanksi terhadap siapa saja yang mencemari air sungai. Logam berat yang dibawa oleh limbah pabrik mengandung racun yang berbahaya bagi biota air dan manusia. Jika manusia terinfeksi limbah timbal akan berakibar kerusakan ginjal, sistem syaraf dan otal, anemia, nyeri dan kelemahan otot, mual, dan sakit perut. Pada tahun 2013 Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute menyatakan Sungai Citarum sebagai salah satu tempat paling tercemar di dunia. Sungai ini ada di posisi tiga, hanya kalah dari Agbogbloshie, gunung sampah elektronik di Ghana, dan Chernobyl, kota yang mati akibat radiasi nuklir di Rusia. Sungai Citarum sepanjang 269 kilometer ini diidentifikasi punya tiga masalah utama. Di hulu sungai terdapat lahan kritis yang menyebabkan erosi tanah; di sepanjang aliran muncul pengendapan yang menyebabkan banjir; ditambah pencemaran kotoran ternak, sampah rumah tangga, dan limbah pabrik. Berbagai senyawa beracun pun muncul di daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang berdampak buruk pada 35 juta orang di 13 kabupaten/kota yang dilaluinya. Program terbaru, “Citarum Harum”, didorong langsung oleh Presiden Joko Widodo dan bergulir sejak 2018. Upaya pemerintah ini, ditambah inisiatif warga di banyak titik, berangsur memperbaiki kondisi Citarum. Belum ada data yang menunjukkan tingkat pencemaran Citarum berkurang. Namun kata Dadan, hal itu bisa dilihat kasat mata melalui air yang lebih jernih dan sampah yang berkurang. Kini, beberapa badan sungai sudah bisa dipakai untuk kegiatan.



Gambar 5. Para anggota TNI terlibat dalam program pembersihan Sungai Citarum di Bandung Selatan, Jawa Barat.



Daftar Pustaka Adjie, Susilo. 2018. Komunitas Ikan di Sungai Bengawan Solo. Palembang: Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Hi Bando, Arman., Ratna Siahaan, & Marnix D Langoy. 2016.Keanekaragaman Vegetasi Riparian di Sungai Tewalen, Minahasa Selatan-Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Sains. 16(1) Nasihah, Durrotun. 2015. Vegetasi Riparian di Hulu Hingga Hilir Sungai Winongo, Yogyakarta. Electronic Thesis and Dissertation, UGM. Rolik, Oktaviani & Bagyo Yanuwiadi. 2016. Analisis Vegetasi Riparian di Tepi Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biotropika. 4(1) Suteja, Yulianto., Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, & Fitri Agustriani. 2019. Merkuri (Hg) di Permukaan Perairan Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia. Journal of Marine and Aquatic Science 5(2) Tuasikal, Rio. 2019. Upaya Indonesia Bersihkan Sungai Terkotor di Dunia. https://www.voaindonesia.com/a/upaya-indonesia-bersihkan-sungai-terkotor-di-dunia(1)/4745640.html Diakses11 April 2019 Widhana, Dhieqi Hasbi. 2017. Suramnya Mutu Air Sungai di Indonesia. https://tirto.id/suramnya-mutu-air-sungai-indonesia-cmnr. Diakses11 April 2019 Zammi, Muhammad., Atik Rahmawati, Ratih Rizqi Nirwana. 2018. Analisis Dampak Limbah Buangan Limbah Pabrik Batik di Sungai Simbangkulon Kabupaten Pekalongan. Walisongo Journal of Chemistry 2(1).