Artikel Kinetika Reaksi Enzim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH WAKTU INKUBASI PADA t=0 DAN t=20 MENIT TERHADAP NILAI VMAKS, KM DAN STABILITAS KOMPLEKS ENZIM SUBSTRAT Oleh, Ni Putu Satya Darma Patni (1313031040) Jurusan Pendidikan kimia, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha email: [email protected]



Abstrak Enzim mempengaruhi laju reaksi saat kesetimbangan tercapai, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan total dari reaksi. Tidak seperti reaksi yang tidak dikatalis, laju reaksi awal (V0) dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim meningkat dengan bertambahnya konsentrasi substrat hingga tercapai keadaan dimana penambahan substrat tidak lagi meningkatkan laju reaksi awal. Keadaan dimana laju reaksi awal maksimum (Vmaks) dicapai pada kondisi substrat jenuh. Kecepatan reaksi secara keseluruhan tergantung pada kecepatan disosiasi produk dari enzim, dan penambahan substrat tidak akan mempengaruhi Vo. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar enzim berdasarkan kecepatan reaksi yang dikatalisnya dan untuk menentukan V maks dan KM untuk waktu 20 menit dan 0 menit yang ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan antara laju reaksi enzimatis dan konsentrasi substrat melalui pengukuran absorbansi. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa harga Vmaks dari reaksi enzimatik antara tripsin dan kasein adalah 1,718 μmol/menit dan tetapan Michaelis-Menten dari enzim tripsin dalam percobaan ini diperoleh KM = 0,2576 mg/mL. Kata kunci : katalis, substrat, Vmaks, tetapan disosiasi(KM) Abstract Enzymes affect reaction rates when equilibrium is reached, but did not affect the total equilibrium of the reaction. Unlike the non- catalyzed reaction , the initial reaction rate (V 0) of the reaction catalyzed by the enzyme increased with increasing substrate concentration until a state is reached where the addition of the substrate is no longer improve the initial reaction rate. Circumstances where the maximum initial reaction rate (V max) achieved at substrate saturation conditions. Overall reaction speed depends on the speed of the dissociation products of the enzyme, and the addition of the substrate will not affect Vo. The purpose of this lab is to determine the levels of enzymes based on the speed of reaction dikatalisnya and to determine Vmax and KM for 20 minutes and 0 minutes is determined by using the graph the relationship between the rate of the enzymatic reaction and the substrate concentration by measuring the absorbance. Based on experiments that have been done to the result that the price of Vmax of the enzymatic reaction between trypsin and casein was 1,718 μmol / min Michaelis - Menten constant and of the enzyme trypsin in these experiments was obtained KM = 0.2576 mg/mL. Keywords : catalyst, substrate, Vmax, the dissociation constant(KM)



1



PENDAHULUAN Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh secara tidak langsung dipengaruhi oleh enzim. Enzim merupakan biokatalis yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi dalam sistem biologi dan enzim tidak mengalami perubahan selama reaksi (Redhana, 2010). Seperti halnya katalis, enzim mempengaruhi laju reaksi saat kesetimbangan tercapai, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan total dari reaksi. Enzim membantu reaksi dengan menyediakan jalur reaksi yang memiliki energi aktivasi rendah untuk transisi substrat menjadi produk dibandingkan dengan proses tanpa katalisis (Tika, 2010). Enzim sebagai katalisator mempunyai sifat-sifat seperti katalis pada umumnya. Enzim ikut bereaksi namun pada akhir reaksi enzim kembali dalam bentuk semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh tidak memerlukan enzim dalam jumlah besar. Jumlah atau kadar enzim yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim, sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis, pengukuran kadar enzim sangat penting untuk dilakukan (Tika, 2010). Tanpa adanya enzim, maka reaksi dapat berlangsung dengan sangat lambat dan sulit. Dengan adanya enzim, kecepatan reaksi dapat ditingkatkan sampai 107 kali lipat. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim dapat berlangsung pada kondisi yang biasa (suhu di bawah 100o C) dengan tekanan atmosfer dan pH yang netral. Enzim bersifat sangat spesifik terhadap substrat yang sesuai dengannya (Tika,2010). Tidak seperti reaksi yang tidak dikatalis, laju reaksi awal (V 0) dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim meningkat dengan bertambahnya konsentrasi substrat



hingga tercapai keadaan dimana penambahan substrat tidak lagi meningkatkan laju reaksi awal. Keadaan dimana laju reaksi awal maksimum (Vmaks) dicapai pada kondisi substrat jenuh. Pengamatan ini, seperti yang terjadi pada reaksi enzimatis atau hidrolisis substrat tunggal, telah dijelaskan dengan postulat reaksi sebagai berikut, dimana E, S, dan P masing-masing adalah enzim, substrat, dan produk reaksi membentuk kesetimbangan sebagai berikut (Tika,2010). E+S



k1 k2



ES



k3



E+P



k4



Reaksi berlangsung melalui pembentukan kompleks enzim-substrat (ES). Kompleks ES dapat berdisosiasi lagi untuk membentuk enzim ataupun substrat atau membentuk enzim dan produk. Konstanta kecepatan K1, K2 dan K3 menunjukkan kecepatan yang berhubungan dengan masing-masing tahap proses katalitik. Dari pengamatan terhadap beberapa sifat-sifat enzim, diketahui bahwa kecepatan awal (Vo) pada konsentrasi substrat yang rendah akan berbanding lurus dengan [S]. Namun pada kondisi dimana kecepatan substrat yang tinggi, maka akan memiliki nilai maksimum dimana kecepatan tidak lagi bergantung pada substrat. Bila semua enzim berada dalam keadaan ES (enzim dijenuhkan oleh substrat atau semua sisi aktif enzim sudah mengikat substrat), maka laju reaksi akan mencapai nilai maksimum (Vmaks). Kecepatan disosiasi produk dari enzim dan penambahan substrat lebih lanjut tidak akan mempengaruhi V0 (Tika, 2010). Pengaruh konsentrasi substrat adalah jika konsentrasi substrat dinaikkan dua kali, maka kecepatan reaksi awal (Vo) meningkat dua kali lipat. Pada konsentrasi tinggi, peningkatan konsentrasi substrat akan menyebabkan perubahan Vo sangat



2



kecil dan pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan mempengaruhi harga Vo (harga Vo konstan). Keadaan ini disebabkan karena enzim telah dijenuhkan oleh substrat. Kecepatan reaksi meningkat sesaat konsentrasi substrat ditingkatkan sampai pada suatu titik dimana enzim dikatakan jenuh dengan substrat. Kecepatan reaksi secara keseluruhan tergantung pada kecepatan disosiasi produk dari enzim, dan penambahan substrat tidak akan mempengaruhi V o. Plot Vo terhadap [S] berbentuk hiperbolik seperti kurva berikut (Tika,2010).



KM = tetapan Michaelis-Menten (mol perliter) Vmaks = Kecepatan maksimum enzim. Sering KM didefinisikan sebagai tetapan disosiasi reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Pada reaksi sederhana dapat dilihat. ES



k2 k1



E + S



Karena KM =



Maka KS =



k2 + k3 k1



[E] [S] [ES]



Maka KS =



=



k2 k1



k2 + k3 k1



Jadi KM akan selalu sama atau lebih besar daripada Ks. Dilihat dari persamaan



V=



V maks [ S ] KM 1 1 1 maka = + KM + [S] V V maks [ S ] V maks



( )



Persamaan diatas identik dengan persamaan garis lurus y = ax + b. K 1 1 1 y= ; x = ; a = M dan b = V [S] V maks V maks



Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Substrat dan V0 Michaelis dan Menten menyatakan bahwa reaksi enzimatis pada berbagai konsentrasi substrat mengalami dua fase: 1) ketika [S] rendah, daerah aktif enzim tidak semuanya terikat dengan enzim, 2) pada [S] tinggi, sisi aktif yang telah terikat seluruhnya dengan substrat. Pada saat ini enzim telah bekerja dengan kapasitas penuh. Adapun persamaan MichaelisMenten secara matematis dapat dituliskan:



Vo =



V maks [ S ]



KM +[S]



Keterangan: Vo = laju awal [S] = konsentrasi substrat



Gambar 2. Hubungan 1/Vo dan 1/[S] plot Lineweaver-Burk Persamaan tersebut dinyatakan oleh Lineweaver-Burk. Berdasarkan gambar dinyatakan persamaan garis lurus dengan titik potong pada sumbu



1



1 V o adalah



V maks , titik potong pada sumbu



1 [ S]



3



− adalah



1 K M . Kemiringan garis sama



KM



dengan V maks . Plot Lineweaver-Burk juga sangat berguna untuk menentukan jenis inbibisi yang terjadi pada reaksi enzimatis. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar enzim berdasarkan kecepatan reaksi yang dikatalisnya dan untuk menentukan Vmaks dan KM untuk waktu 20 menit dan 0 menit yang ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan antara laju reaksi enzimatis dan konsentrasi substrat. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan terdiri 10 buah tabung reaksi lengkap dengan raknya, 1 buah batang pengaduk, 3 buah gelas kimia, 1 buah gelas ukur 5 mL, 2 buah pipet tetes, 1 buah kaca arloji, 1 buah termometer, 1 buah corong, 1 buah pipet volumetri 2 mL, alat sentrifuge, dan 1 buah Erlenmeyer 100 mL. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari larutan TCA 20%, larutan Kasein 1%, Buffer posfat 0,1M (pH=8), larutan Tripsin, larutan NaOH 0,5 M, Reagen Folin Coicalteu, aquades, kertas saring, dan indikator universal. Prosedur Kerja Waktu inkubasi 20 menit Sebanyak 0,1; 0,5; 1; 3; 5 mL kasein 1% diikubasi dalam masing-masing tabung reaksi selama 5 menit pada 35 0C. Kemudian secara berturut-turut ditambahkan larutan buffer fosfat 5,9; 5,5; 5,0; 3; 1 mL dan larutan 1 mL tripsin dan diaduk secara perlahan-lahan. Selanjutnya larutan diinkubasi selama 20 menit pada penangas air dengan suhu 35oC dihitung mulai tripsin ditambahkan. Reaksi dihentikan dan ditambahkan 3 mL TCA 20% ke dalam masing-masing tabung



disertai pengadukan yang kuat. Larutan didiamkan selama 30 menit dalam air es agar pengendapan berlangsung sempurna. Larutan disentrifugasi selama 10 menit, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dikerjakan menurut cara ANSON. Filtrat diambil masing-masing sebanyak 2 mL filtrat (dari percobaan di atas) dicampur dengan 4 mL larutan NaOH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan Folin-Ciocalteu, lalu diaduk. Didiamkan selama 10 menit. Masing-masing larutan yang berada pada tabung reaksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Waktu t = 0 menit Ke dalam tabung reaksi yang masingmasing berisi pengaduk, dimasukkan larutan buffer dan larutan enzim, kemudian ditambahkan masing-masing 3 mL larutan TCA 20% dan diaduk kuat dan terakhir ditambahkan larutan kasein 1%. Selanjutnya Inkubasi selama 20 menit dalam penangas dengan suhu 35oC. dihitung mulai enzim ditambahkan. Kemudian diambil sebanyak 2 mL filtrat (dari percobaan di atas) dicampur dengan 4 mL larutan NaOH 0,5 M. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan FolinCiocalteu, lalu diaduk. Didiamkan selama 10 menit. Masing-masing larutan yang berada pada tabung reaksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan ini dilakukan pengujian kinetika reaksi enzim. Kinetika reaksi enzim ini ditentukan dengan harga Vmaks dan Km. Harga Vmaks dan Km ini ditentukan dengan cara membuat grafik hubungan antar laju reaksi terhadap konsentrasi substrat. Enzim yang digunakan pada praktikum ini adalah tripsin, sedangkan substrat yang digunakan adalah kasein. Tripsin merupakan enzim proteolitik, dimana enzim ini akan mengkatalisis hidrolisis



4



ikatan peptida. Ikatan peptida yang pecah dalam kasein terletak pada sisi karboksil dari residu lisin atau arginin yang bermuatan. Praktikum ini diberikan dua kontrol waktu yang berbeda yaitu pada t = 0 dan t = 20 menit, juga komposisi tabung yang berbeda pula. Untuk masing-masing waktu disediakan lima buah tabung reaksi (I-V). Dalam tabung-tabung tersebut digunakan konsentrasi substrat yang berbeda-beda. Tabung dengan inkubasi 0 menit berfungsi sebagai kontrol terhadap tabung dengan inkubasi 20 menit. Waktu Inkubasi 20 menit Waktu inkubasi 20 menit dilakukan dengan memasukkan larutan kasein pada kelima tabung (komposisi disesuaikan dengan tabel 1). Larutan ini diaduk dan diinkubasi selama 5 menit pada penangas air dengan suhu yaitu 35 oC (gambar). Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan substrat pada suhu yang optimal yaitu pada suhu tubuh normal (35oC). Setelah penambahan kasein dilanjutkan dengan penambahan buffer fosfat dan tripsin, Penambahan buffer fosfat bertujuan untuk mengkondisikan larutan agar konsentrasi substrat pada tiaptiap tabung berbeda-beda sehingga nantinya dapat dibuat plot laju reaksi terhadap konsentrasi substrat. Sedangkan penambahan larutan tripsin (enzim) ini bertujuan untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis dari ikatan peptida yang terdapat dalam larutan kasein. Ikatan peptida yang dipecah oleh tripsin ini merupakan ikatan yang terletak pada sisi karboksil residu lisin dan arginin. Penambahan buffer fosfat dan enzim menyebabkan larutan berwarna kuning transparan. Setelah penambahan enzim tripsin, dilanjutkan dengan proses inkubasi selama 20 menit dalam penangas air 35oC. Pada saat proses inkubasi ini, maka enzim akan terikat pada sisi aktif substrat kasein. Reaksi dihentikan dengan penambahan TCA 20% sebanyak 3 mL ke



dalam masing-masing tabung. Penambahan TCA 20% menyebabkan warna larutan semakin keruh. Larutan semakin keruh dan terbentuk endapan semakin banyak dari tabung I-V. Penambahan TCA ini mampu menghentikan aktivitas dari enzim dan substrat kasein. Hal ini karena larutan TCA bersifat asam, sehingga mampu menyebabkan terjadinya denaturasi baik pada kasein maupun pada tripsin (enzim). Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya endapan setelah penambahan larutan TCA. Selain menyebabkan denaturasi protein pada kasein dan tripsin, penambahan larutan TCA juga menyebabkan pH larutan menjadi menurun (asam). Hal ini menyebabkan kompleks substrat yang terbentuk menjadi tidak stabil dan aktivitas enzim dalam mengkatalisis reaksi hidrolisis kasein menjadi terhenti akibat pH yang semakin menurun karena enzim tripsin dapat bekerja optimal pada pH 8,0. Setelah penambahan TCA, kelima tabung dimasukkan pada penangas air es selama 30 menit agar pengendapan protein dan tripsin dapat berlangsung secara sempurna. Setelah 30 menit, pada tabung I, larutan tetap tidak berwarna, pada tabung II, larutan agak keruh, pada tabung III, larutan sudah sangat keruh, pada tabung IV sudah timbul endapan putih dan pada tabung V juga terbentuk endapan putih. Kelima larutan pada tabung ini kemudian disentrifugasi dan disaring sehingga diperoleh filtrat yang berwarna bening kekuningan.



Gambar 3. Filtrat yang berwarna bening kekuningan



5



Filtrat yang diperoleh dari masing-masing tabung diuji dengan cara Anson, yaitu sebanyak 2 mL filtrat dari masing-masing tabung ditambahkan 4 mL larutan NaOH 0,5 M dan ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu. Penambahan larutan NaOH dan reagen Folin-Ciocalteu menyebabkan filtrat berwarna biru.



penambahan substrat yaitu larutan kasein. Setelah penambahan larutan kasein mulai terbentuk larutan keruh. Kelima tabung selanjutnya diinkubasi pada penangas air es selama 30 menit selanjutnya disentrifugasi dan disaring. Filtrat yang dihasilkan setelah penyaringan adalah larutan berwarna bening kekuningan.



Gambar 4. Filtrat berwarna biru setelah ditambahkan larutan NaOH dan reagen Folin-Ciocalteu



Gambar 5. Filtrat yang berwarna bening kekuningan Filtrat ini diuji cara Anson, yaitu sebanyak 2 mL filtrat dari masing-masing tabung ditambahkan larutan NaOH 0,5 M sebanyak 4 mL dan reagen FolinCiocalteu 1 mL. Larutan yang dihasilkan berwarna biru (gambar 6) dan diukur transmitansinya menggunakan spektronik 20+ pada panjang gelombang 650 nm.



Reagen Folin-Ciocalteu dapat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena kandungan fenolik dalam residu tirosin yang mampu mereduksi reagen fosfotungstat dan fosfomolibdat menjadi tungstat dan molibdenum. Warna biru yang dihasilkan semakin pekat dari tabung I-V, sehingga tabung I memiliki jumlah produk yang paling sedikit sedangkan tabung V memiliki jumlah produk yang paling banyak. Larutan yang berwarna biru ini kemudian diukur transmitansinya menggunakan spektronik 20+ dengan panjang gelombang 650 nm. Waktu Inkubasi 0 menit Prinsip kerja dari waktu inkubasi t =0 hampir sama dengan t = 20, hanya berbeda pada urutan prosedur kerjanya saja. Pada waktu inkubasi 0 menit, larutan buffer fosfat dan larutan tripsin dimasukkan pada tabung reaksi sesuai dengan komposisi pada tabel 1. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning transparan. Kemudian, ditambahkan masing-masing 3 mL larutan TCA 20% pada tiap tabung. Terakhir dilakukan



Gambar 6. filtrat yang telah ditambahkan NaOH dan reagen Folin-Ciocalteu Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan spektronik 20+, maka diperoleh transmitansi masing-masing tabung (t=0 dan t=20). Melalui transmitansi (T) akan diperoleh absorbansi (A) dengan rumus A = -log T, dan juga akan diperoleh ∆A, yaitu selisih dari At=20 dam At=0. Data disajikan pada tabel dibawah ini.



6



Tabel 2. Data hasil pengukuran dan perhitungan No. Waktu (menit) Tabung A ΔA 1 20 I 0,18 0,02 0 0,16 2 20 II 0,24 0,10 0 0,14 3 20 III 0,32 0,08 0 0,24 4 20 IV 0,35 0,13 0 0,22 5 20 V 0,69 0,43 0 0,265 Setelah itu, dilakukan perhitungan substrat 7,142 mg/mL sehingga 1/[S] = konsentrasi substrat, diperoleh massa 0,14 mL/mg. kasein yang ditambahkan sama dengan 1 Perhitungan harga 1/Vo juga gram dalam 100 mL aquades sehingga dilakukan untuk mendapatkan nilai K m konsentrasi kasein menjadi 10 mg/mL. dan Vmaks berdasarkan data hubungan Setelah dilakukan pengenceran, harga grafik dengan menggunakan rumus 1/A konsentrasi substrat pada masing-masing yang artinya sama dengan 1/V o. tabung reaksi dapat diketahui dengan Perhitungan harga 1/Vo adalah sebagai menggunakan persamaan V1 x M1 = V2 x berikut : tabung 1 diperoleh harga 1/Vo = M2. Hasilnya adalah sebagai berikut : 50 mol/menit, tabung 2 diperoleh harga tabung 1 diperoleh konsentrasi substrat 1/Vo = 10 mol/menit, tabung 3 diperoleh 0,1428 mg/mL sehingga 1/[S] = 7,003 harga 1/Vo = 12,5 mol/menit, tabung 4 mL/mg, tabung 2 diperoleh konsentrasi diperoleh harga 1/Vo = 7,69 mol/menit, substrat 0,714 mg/mL sehingga 1/[S] = dan tabung 5 diperoleh harga 1/Vo = 2,35 1,39 mL/mg, tabung 3 diperoleh mol/menit. konsentrasi substrat 1,428 mg/mL Setelah didapatkan harga 1/[S] sehingga 1/[S] = 0,7 mL/mg, tabung 4 dan 1/Vo maka dapat dibuat grafik yang diperoleh konsentrasi substrat 4,285 menyatakan hubungan antara 1/[S] dan mg/mL sehingga 1/[S] = 0,233 mL/mg, 1/Vo. Grafiknya adalah sebagai berikut : dan tabung 5 diperoleh konsentrasi 8



1/V0 (mol/menit)



7



f(x) = 0.15 x − 0.58 R² = 0.98



6 5 4 3 2 1 0 0



10



20



30



40



50



60



1/[S] (mg/mL)



Gambar 7. Grafik Hubungan Antara 1/[S] dan 1/Vo



7



Setelah dibuat grafik hubungan antara 1/[S] dan 1/Vo maka dapat ditentukan persamaan garisnya, dimana persamaan garisnya adalah sebagai berikut y = 0,1499x + 0,5819. Sehingga berdasarkan persamaan garis tersebut dapat ditentukan harga Km dan Vmaks dimana harga 1/Vmaks adalah harga dimana x = 0 dan -1/Km adalah harga dimana y = 0. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga Vmaks = 1,718 μmol/menit. Pada sumbu 1/[S] adalah – 1/KM, nilai ini sama artinya dengan harga saat y = 0, sehingga harga Km adalah KM = 0,2576 mg/mL. Jadi harga Vmaks adalah sebesar 1,718 μmol/menit dan Km adalah 0,2576 mg/mL. Harga Vmaks dapat dicapai apabila semua enzim berada pada bentuk kompleks dengan substrat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui percobaan, dapat dikatakan bahwa untuk waktu inkubasi yang lebih lama harga Vmaks lebih cepat dicapai. Dengan demikian semakin lama waktu inkubasi maka enzim akan semakin cepat berada dalam bentuk kompleks dengan substrat. Harga KM menunjukan ukuran stabilitas kompleks enzim dan substrat, dimana harga KM yang tinggi menunjukan pengikatan terhadap substrat lemah dan harga KM rendah menunjukan pengikatan enzim terhadap substrat kuat. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa harga KM untuk waktu inkubasi 0 menit lebih besar daripada harga KM untuk inkubasi waktu 20 menit. Hal ini disebabkan karena lamanya inkubasi mempengaruhi stabilitas kompleks ES. Semakin lama waktu inkubasi enzim akan semakin kuat berikatan dengan substrat. Sebaliknya, semakin cepat waktu inkubasi maka ikatan antara enzim dengan substrat akan semakin lemah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan



bahwa harga Vmaks dari reaksi enzimatik antara tripsin dan kasein adalah 1,718 μmol/menit dan tetapan Michaelis-Menten dari enzim tripsin dalam percobaan ini diperoleh KM = 0,2576 mg/mL. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam praktikum ini, praktikan mendapat banyak dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itulah dengan penuh rasa hormat praktikan ucapkan terimakasih kepada: 1). Bapak Dr. I Nyoman Tika, M.Si. selaku dosen pengampu praktikum biokimia. 2) I Nengah Wiyadnya dan I Made Wirahadi Kusuma selaku asisten dosen praktikum biokimia. 3). Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. selaku laboran yang telah memberikan sumbangsih berupa kritik dan saran dalam pelaksanaan praktikum sehingga artikel ini dapat terselesaikan. REFERENSI Budi Witarto, Arief. 2001. The Role of Protein Engineering in Bioindustry and Its Prospect in Indonesia. 1-7. Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 2010. Dasar-dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Tangerang. Muderawan, I Wayan. 2007. Buku Ajar Instrumen. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Redhana, I Wayan. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Tika, I Nyoman. 2010. Buku Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Voet, Donald et al.1999.Fundamentals of Biochemistry.USA: John Wiley & Sons, Inc.



8