Asam Amino Dan Protein [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ASAM AMINO DAN PROTEIN



KELOMPOK 1 (KELAS E) RIMBHA PUTRI LESTARI



201710410311114



AZRUL CHOLIS AZZAHABI



201710410311131



SHAFELIA NATA AJI KUSUMA



201710410311156



ARIFA KHARIMATUL FUAD



201710410311184



PUTRI ANASSTASYA WIDJANARKO



201610410311125



DOSEN PEMBIMBING: Dra, Uswatun Chasanah,M.Kes.,Apt Raditya Weka Nugraheni, M.Farm., Apt Firasti Agung.N.S., M.Biotech.,Apt Amaliyah Dina, M.Farm.,Apt Firdha Anita Yulianti,S.Farm.,Apt Renny Primasari,S.Farm.,Apt



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019



I.



Judul Praktikum Asam Amino dan Protein



II.



Tujuan Praktikum Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat dan reaksi dari asam amino dan protein.



III.



Dasar Teori Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugug –NH2 pada atom karbon α dari posisi –COOH (Poedjiadi,2009). Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optic (Poedjiadi, 2009). Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tak berwarna, larut dalam air (kecuali sistin dan tirosin) mereka ada umumnya larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam eter atau dalam pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah asam amino seperti: glisin, alanine, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam lainnya mempunyai rasa yang pahit (Sastrohamidjojo, 2005). Asam amino membentuk garam internal yang disebut ion zwiter.Proton yang lemah dari asam karboksilat mudah diahlikan kepada gugus amino, yaitu basa lemah, sehingga terbentuk garam internal (Willbraham, 2007). Asam-asam amino berada dalam campuran yang seimbang antara bentuk non ionic dan bentuk dipol.Keseimbangan lebih condong ke arah kanan, hingga asam-asam amino 50 persen lebih berada dalam bentuk dipol atau bentuk zwitterion. Hingga asam-asam amino mempunyai karakteristik seperti garam. Asam-asam amino bersifat ampoter dan bila bereaksi dapat bersifat sebagai asam atau basa (Sastrohamidjojo, 2005). Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan lain membentuk suatu senyawa yang disebut peptide. Apabila jumlah asam amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut oligopeptida. Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida. Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida ialah yang terdiri atas tiga molekul dan empat molekul asam amino. Polipeptida ialah



peptide yang molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino, dimana protein merupakan polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino (Poedjiadi, 2009). Protein terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur. Tesusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relative sangat besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000 (Devi, 2010). Asam amino adalah senyawa organic yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein. Asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil yang terikat pada atom karbon yang sama. Atom karbon mengikat gugus amino adalah atom karbon α terhadap karboksil, karenanya dapat disebut asam α amino karboksilat (Anonim, 2013) . Protein adalah salah satu makrobiomolekuler yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sel daripada makhluk hidup termasuk manusia. Protein adalah polimer dari asamasam amino yang tersambung melalui ikatan peptida oleh karenanya dapat disebut juga sebagai polipeptida. Hal yang menarik bahwa protein pada semua bentuk kehidupan (organism) hanya mengandung 20 jenis asam amino, namun interkoneksinya menghasilkan ragam makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya. (Anonim, 2013) Protein yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun yang mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara biokimiawi 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan jenis asam aminonya (Devi, 2010). Struktur protein biasanya dibagi menjadi empat tingkat organisasi. Struktur primer adalah sebutan untuk urutan asam amino khas dari rantai polipepida. Struktur sekunder meliputi bagian-bagian dari rantai polipeptida yang distabilkan oleh suatu pola teratur dari ikatan-ikatan hidrogen antara gugus CO dan gugus NH dari tulang punggung, misalnya α-heliks. Istilah struktur tersier berlaku pada struktur tiga dimensi yang distabilkan oleh gaya disperse, ikatan hidrogen, dan gaya antar molekul lainya. Struktur tersier berbeda dengan struktur sekunder karena asam amino yang mengambil bagian dalam interaksi ini mungkin jaraknya berjauhan dalam rantai polipeptida. Molekul protein dapat terdiri atas lebih dari satu rantai polipeptida. Jadi, selain berbagai interaksi di dalam rantai yang menghasilkan struktur sekunder dan tersier, kita juga harus



mempertimbangkan interaksi diantara rantai. Susunan keseluruhan rantai polipeptida dinamakan struktur kuaterner. Sebagai contoh, molekul hemoglobin terdiri atas empat rantai polipeptida terpisah, atau subunit. Subunit-subunit ini diikat oleh gaya van der waals dan gaya ionik (Chang, 2003). Protein dapat dipilah berdasarkan jenis asam amino yang dikandungnya. Protein esensial mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah yang lengkap. Ada delapan jenis asam amino esensial yang harus ada pada makanan kita untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan penggatian jaringan rusak. Kedelapan asam amino tersebut adalah fenil alanin, valin, treonin, metionin, triptofan,isoleusin, leusin, dan lisin. Sementara asam-asam amino lainnya seperti tamin, glutation, asam glutamat, arginin dan sebagainya merupakan golongan asam amino nonsesensial kendati asam amino seperti glutamine dan arginin kadang-kadang digolongkan sebagai conditionally essential amino acid (asam amino ensensial pada kondisi tertentu). Asam amino nonesensial sama pentingnya seperti asam amino esensial. Perbedaanya adalah bahwa asam amino nonesensial dapat dibuat didalam tubuh kita sendiri, sementara asam amino nonesensial hanya dapat diperoleh tubuh dari makanan sehari-hari karena tubuh tidak mampu memproduksinya (Hartono, 2006). Ada delapan kategori fungsi protein yaitu membangun jaringan tubuh yang baru, memperbaiki jaringan tubuh, menghasilkan senyawa esensial, mengatur tekanan osmotik, mengatur kesetimbangan cairan, elektrolit dan asam basa, menghasilkan pertahanan tubuh, menghasilkan mekanisme transportasi, dan menghasilkan energy (Hartono, 2006). Pereaksi-pereaksi tertentu bila ditambahkan pada protein akan memberikan warna. Dalam beberapa hal ada atau tidaknya asam-asam amino tertentuk dapat ditunjukkan dengan tes-tes berikut ( Sastrohamidjojo, 2005) : 1. Test Biuret Dalam pemakaian tes biuret ini, larutan protein dibuat alkali dengan NaOH dan ditambahkan juga setetes larutan tembaga sulfat encer. Bila tes ini sesuai dengan larutan yang diselidiki akan timbul warna merah-violet atau biru-violet. Tes ini positif untuk senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam, jadi tidak hanya untuk protein; tetapi terhadap zat-zat seperti biuret dan malonamida juga dapat.



2. Test Xantoprotein Kebanyakan dari protein-protein bila ditambah dengan asam nitrat pekat akan memberikan warna kuning atau endapan kuning. Penambahan dengan basa akan merubah warna menjadi jingga. Tes ini tergantung adanya inti benzene di dalam protein ( pembentukan turunan dari nitro dan dinitro benzene), hingga tes ini spesifik untuk tirosin dan triptopan. 3. Test Ninhidrin Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino. Ninhidrin (triketohidrinden hidrat) merupakan pengoksidasi kuat, bereaksi dengan semua α-asam amino diantara pH 4-8 menghasilkan senyawa berwarna ungu. Asam amino prolin dan hidroksi prolin juga bereaksi dengan ninhidrin, tetapi senyawa yang dihasilkan berwarna kuning (Adisendjaja, dkk, 2016). Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin (Panji, 2013). 4. Test Belerang Protein-protein yang mengandung baik sistein atau sistin bila dipanaskan dengan larutan natrium hidroksida akan terurai menjadi sulfide. Penambahan larutan garam timbale akan memerikan endapan dari timbal sulfide. 5. Tes Hopkins-Cole Pereaksi Hopkins- Cole dibuat dari asam oksalat dan serbuk magnesium dalam air. Pereaksi ini positif terhadap protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping indol, seperti pada asam amoino triptofan. Triptofan memberikan hasil yang positif dengan tes Hopkins-Cole karena mengandung gugus indol. Dalam pereaksi ini, asam oksalat direduksi menjadi asam glioksilat dengan bantuan katalis serbuk magnesium. Asam glioksilat yang terbentuk mengkondensasi asam amino triptofan membentuk senyawa berwarna. Setelah H2SO4 pekat dituangkan, akan terbentuk dua lapisan dan beberapa saat kemudian terbentuk cincin diantara batas kedua lapisan itu. Denaturasi Protein Panas dapat mempengaruhi sifat pada semua protein globular, tanpa memandang ukuran atau fungsi biologisnya, walaupun suhu yang tepat bagi fenomena ini mungkin bervariasi. Protein dalam keadaan alamiahnya disebut protein asli (natif), dan setelah



perubahan menjadi protein terdenaturasi. Terdapat akibat kedua yang penting dari denaturasi protein, protein yang bersangkutan hampir selalu kehilangan aktivitas biologi khususnya. Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh panas, tetapi juga oleh pH ekstrim, oleh beberapa pelarut organik seperti alcohol atau aseton, oleh zat terlarut teretntu seperti urea, oleh deterjen, atau hanya dengan cara pengguncangan intensif larutan protein dan bersinggungan dengan udara sehingga terbentuk busa (Suhara, 2008). IV.



Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi + rak 2. Pipet tetes 3. Beaker glass 4. Penangas air 5. Corong 6. Kertas saring 7. Batang pengaduk 8. Gelas ukur 9. Pembakar spiritus 10. Kaki tiga dan kasa Bahan : 1. Albumin 2%



11. Larutan (NH4)2SO4



2. Kasein 2%



12. Larutan ninhidrin 0,1%



3. Putih telur



13. NaOH 10%



4. Fenol 2%



14. Larutan CuSO4



5. Serbuk albumin



15. HNO3 pekat



6. Urea



16. Larutan alkali pekat (NaOH atau NH4OH)



7. Aquadest



17. HgCl 2%



8. Pereaksi millon



18. Pb-asetat 2%



9. H2SO4 pekat



19. FeCl 2%



10. Larutan Hopkins-cole



V.



Prosedur Praktikum 1. Test Biuret 



Prinsip : Uji biuret mendeteksi adanya protein di dalam suatu larutan secara kualitatif dengan indikasi warna ungu (violet). Dalam kondisi alkalin, biuret bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan peptide dan bentuk kompleks berwarna violet.







Prosedur: Sebanyak 2ml larutan uji (putih telur dan susu) ditambahkan 1ml NaOH 10%. Setelah itu ditambahkan 2-3 tetes larutan CuSO4 akan terjadi warna ungu atau merah bila positif. Warna biru bila negative. o Larutan –A : Larutan 440gr NaOH dalam 1 liter aquadest (44%) o Larutan –B : Larutan 25gr CuSO4.5H2O dalam 1 liter aquadest (2,5%) o Untuk uji biuret : ke dalam larutan (sampel) yang diperiksa, tambahkan 1 ml larutan –A, kemudian tambahkan 1 tetes larutan –B. Jika ada protein maka terbentuklah warna ungu atau violet.



2. Test Millon 



Prinsip : Reaksi ini disebabkan oleh derivat-derivat monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang digunakan adalah larutan ion merkuri/ merkuro dalam asam nitrat atau nitrit. Warna merah yang terbentuk mungkin disebabkan oleh garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.







Prosedur: Tambahkan 5 tetes pereaksi millon ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 3ml kasein 2%, fenol 2%, dan putih telur. Panaskan campuran dengan hati-hati. Warna merah menyatakan hasil positif. Jika reagen yang digunakan terlalu banyak, maka warna akan hilang pada pemanasan.



3. Test Hopkins-Cole 



Prinsip : Pereaksi yang digunakan mengandung asam glikosilat. Triptofan berkondensasi dengan aldehida dan dengan asam pekat membentuk kompleks berwarma dari jenis asam 2,3,4,5-tetrahidro-karbolin-4-karboksilat.







Prosedur : Campurlah 2ml kasein dan putih telur dengan larutan Hopkins-cole 1ml. Tambahkan dengan hati-hati melelui dinding tabung asam sulfat pekat 10 tetes. Amati warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan.



4. Test Ninhidrin 



Prinsip : Semua asam amino alfa bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2. Disamping itu, terbentuk kompleks berwarna biru yang disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3



setelah asam amino tersebut dioksidasikan. Garam-garam



ammonium, amina, peptide, dan protein juga bereaksi tetapi tanpa melepaskan NH3 dan CO2. 



Prosedur : Dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan (NH 4)2SO4, kasein 2%, dan putih telur ditambah 0,5ml larutan ninhidrin 0,1%. Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit.



5. Test Xanthoprotein 



Prinsip : Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti benzene yang terdapat dalam molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dlam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua atau menjad jingga.







Prosedur : Campurlah 2ml cairan putih telur dan 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan terbentuknya endapan warna putih. Panaskan hati-hati, endapan akan larut kembali dan larutan tersebut akan berubah menjad kuning. Dinginkan dibawah kran dengan hati-hati (tetes demi tetes) tambahkan larutan alkali pekat (NaOH atau NH 4OH). Ulangi percobaa dengan larutan kasein, larutan fenol 2% dan larutan putih telur.



6. Pengaruh Logam Berat 



Prinsip : Apabila protein direaksikan dengan logam berat, maka protein akan mengalami koagulasi.







Prosedur : Kedalam 3ml cairan putih telur 2% tambahkan 5 tetes larutan HgCl 2 2%. Ulangi percobaan dengan menggunakan Pb asetat 2% dan FeCl3 2%.



V.



Bagan Alir



A. Test Biuret A. Fenol 2 mL Fenol masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH 10%



3 tetes CuSO4



Amati perubahan warna



B. Kasein 2% 2 mL Kasein 2% masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH 10%



3 tetes CuSO4



Amati perubahan warna



C. Putih telur



2 mL putih Telur masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH 10%



3 tetes CuSO4



Amati perubahan warna



B. Test Xanthoprotein A. Fenol 2 mL fenol masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH



Terdapat endapan (dipanaskan diatas Bunsen) sampai endapan larut Dinginkan tabung reaksi dibawah air yang mengalir



Amati perubahan warna



B. Kasein 2%



2 mL Kasein 2% masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH



Terdapat endapan (dipanaskan diatas Bunsen) sampai endapan larut Dinginkan tabung reaksi dibawah air yang mengalir



Amati perubahan warna



C. Putih Telur 2 mL putih telur masukan kedalam tabung reaksi



1 mL NaOH



Terdapat endapan (dipanaskan diatas Bunsen) sampai endapan larut Dinginkan tabung reaksi dibawah air yang mengalir



Amati perubahan warna



VI.



Hasil Pengamatan



Test Biuret



Test Xanthoprotein (setelah dipanaskan)



Test Xanthoprotein (setelah diberi HNO3)



Uji Ninhidrin



Sebelum dipanaskan



Setelah dipanaskan 2 menit



Test Hoopkins-Cole



Setelah dipanaskan selama 10 menit



Test Biuret Larutan uji Kasein 2%



Pengamatan 2 mL kasein + 1 mL Menunjukan



Hasil warna unggu



positif



NaoH 10% + 3 tetes mengandung ikatan peptide Putih telur



CuSO4 2 mL putih telur + 1 mL Menunjukan



warna



unggu



positif



NaoH 10% + 3 tetes mengandung ikatan peptide Fenol



CuSO4 2 mL Fenol + 1 mL Menunjukan adanya endapan berwarna NaoH 10% + 3 tetes hitam CuSO4



hasil



negative



tidak



mengandung ikatan peptide



Test Xanthoprotein Larutan Uji Kasein 2%



Pengamatan Hasil 2 mL kasein 2% + 1 mL NaOH lalu Larutan berwarna kuning dipanaskan



diatas



Bunsen



sampai setelah



dipanaskan



yang



endapan larut lalu didinginkan dengan disebut senyawa nitro yang air yang mengalir dan amati perubahan dalam lingkungan alkalis warna yang terjadi



akan bebas



terionisasi



dengan



Putih telur



2 mL kasein 2% + 1 mL NaOH lalu Larutan berwarna kuning dipanaskan



diatas



Bunsen



sampai setelah



dipanaskan



yang



endapan larut lalu didinginkan dengan disebut senyawa nitro yang air yang mengalir dan amati perubahan dalam lingkungan alkalis warna yang terjadi Fenol



akan



terionisasi



dengan



bebas 2 mL kasein 2% + 1 mL NaOH lalu Larutan berubah menjadi dipanaskan



diatas



Bunsen



sampai hitam.



endapan larut lalu didinginkan dengan air yang mengalir dan amati perubahan warna yang terjadi VII. Pembahasan Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugug –NH2 pada atom karbon α dari posisi – COOH (Poedjiadi,2009). Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan lain membentuk suatu senyawa yang disebut peptide. Apabila jumlah asam amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut oligopeptida. Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida. Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida ialah yang terdiri atas tiga molekul dan empat molekul asam amino. Polipeptida ialah peptide yang molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino, dimana protein merupakan polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino (Poedjiadi, 2009). Dengan tujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat dan reaksi dari asam amino dan protein pada percobaan ini dilakukan bebrapa kali uji yaitu uji test Biuret, Test Millon, test Hopkins-cole, test Ninhidrin, test XAnthoprotein dan pengaruh logam berat. A. Test Biuret



Mekanisme reaksi test Biuret



Test ini digunakan untuk menguji adanya ikatan peptide. Larutan protein jika ditambah pereaksi biuret maka akan terbentuk warna merah muda sampai violet ( sumardjo, 1998). tujuan dari uji biuret ini adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya ikatan peptide pada suatu protein. Dimana reaksi positif pada uji biuret ini ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi ungu. Pada uji biuret dilakukan dengan menggunakan larutan kasein 2%, putih telur, dan larutan fenol, yang masing-masing larutannya ditambah dengan 1 mL NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4. Setelah diamati terdapat perubahan warna pada tabung yang berisi kasein dan putih telur yaitu menunjukan warna ungu, sesuai dengan teorinya bahwa larutan yang mengandung asam amino akan berubah menjadi warna unggu karena didalam larutan tersebut terdapat ikatan peptida. Pada sampel putih telur, ketika putih telur di tambahkan dengan NaOH putih telur akan berubah menjadi sedikit kental. Hal ini dikarenakan adanya ikatan peptide dalam putih telur yang menandakan adanya protein. Setelah ditambahkan CuSO4 putih telur yang sebelumnya berwarna bening kemudian berubah menjadi warna ungu. Hal ini terjadi karena warna ungu yang terbentuk berasal dari kompleks koordinasi antara Cu2+ dengan gugus amida karboksil dari ikatan peptida dalam larutan basa. Pada sampel kasein juga terjadi perubahan warna menjadi ungu yang menandakan bahwa pada sampel kasein terdapat ikatan peptide (protein). Sedangakan untuk sampel fenol tejadi endapan warna biru kehitaman yang menunjukan sampel tersebut negatif mengandung ikatan peptida. B. Uji Xantoprotein Uji xantroprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena. Reaksi postif uji xantroprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini digunakan larutan HNO3 yang berfungsi memecah protein menjadi gugus benzene. Uji xantroprotein akan menghasilkan warna orange pada reaksi yang menghasilkan turunan benzena dengan penambahan basa. Larutan basa yang



digunakan adalah NaOH. Ada tiga sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu putih telur, kasein, dan fenol Pada tabung pertama yang berisi 2 ml putih telur, ditambahkan 1 ml HNO3 melalui dinding, kemudian diperhatikan sampai terbentuknya endapan. Setelah itu dipanaskan hati-hati sampai endapan larut, didapatkan hasil larutan berwarna kuning. Setelah dingin ditambahkan 2 ml NaOH, dan didapatkan hasil larutan berwarna kuning tua. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi nitrasi dalam molekul protein pada putih telur yang menghasilkan turunan benzena. Pada tabung kedua yang berisi 2 ml kasein, ditambahkan 1 ml HNO3 melalui dinding, kemudian diperhatikan sampai terbentuknya endapan. Setelah itu dipanaskan hati-hati sampai endapan larut, didapatkan hasil larutan berwarna kuning. Setelah dingin ditambahkan 2 ml NaOH, dan didapatkan hasil larutan berwarna kuning tua atau jingga. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi nitrasi dalam molekul protein pada kasein yang menghasilkan turunan benzena. Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml fenol, ditambahkan 1 ml HNO3 melalui dinding, kemudian diperhatikan sampai terbentuknya endapan. Setelah itu dipanaskan hati-hati sampai endapan larut, didapatkan hasil larutan berwarna coklat kehitaman. Setelah dingin ditambahkan 2 ml NaOH, dan didapatkan hasil larutan berwarna hitan. Hal ini dikarenakan tidak terdapat protein pada fenol sehingga tidak dapat terjadi reaksi nitrasi pada gugus proteinnya. Selain dua uji protein diatas, dilakukan juga tiga macam uji protein lain yaitu test HoopkinsCole, uji ninhidrin serta uji logam berat yang datanya kami dapatkan dari kelompok 6, dan hasilnya adalah sebagai berikut : C. Test Hoopkins-Cole Pada test Hoopkins-Cole bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa protein mengandung asam amino triptofan ataupun tidak. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuat sehingga akan membentuk cincin. Hal pertama yang disiapkan 2 buah tabung yang masing-masing diisi dengan 2 ml putih telur dan 2 ml kasein. Kemudian masing-masing tabung diisi dengan 1 ml pereaksi lalu diberika 10 tetes H2SO4 pekat melewati masing-masing dinding tabung reaksi. Pada kedua tabung ini dapat dilihat bahwa terdapat cincin yang terbentuk sehingga dapat disimpulkan bahwa kasein dan putih telur mengandung triptofan. D. Uji Ninhidrin



Uji ninhdrin bertujuan untuk mengetes apakah ada atau tidaknya gugus karboksil dan asam amino bebas atau alfa asam amino maupun gugus hidroksil. Uji yang positif akan menunjukkan warna biru keunguan untuk prolin yang terkandung didalamnya. Hal yang dilakukan pertama-tama adalah disiapkan 2 buah tabung reaksi kemudian masing-masing tabung diisi dengan 1 ml kasein dan 1 ml putih telur kemudian diberikan masing-masing 1 ml larutan ninhdrin 0,1% sebanyak 0,5 ml.kemudian dipanaskan diatas waterbath didalam beaker glass selama 10 menit. Pada menit ke-2 sudah dapat terlihat perubahan warna terhadap 2 tabung ini dengan kasein yang berwarna putih keunguan dan protein yang bagian bawah tabungnya berwarna putih keunguan pekat. Setelah 10 menit terlihat warna ungu semakin pekat pada kedua tabung reaksi ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya ninhdrin yang digunakan banyak bereaksi atau ter-reduksi dengan NH3 dan terbentuk warna biru keunguan. Dapat dikatakan bahwa test ninhidrin yang kami lakukan memperlihatkan hasil positif. E. Uji Logam Berat Uji logam berat dilakukan untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang diujikan terdapat asam amino sistein atau metinoin atau tidak ada dalam bahan yang diujikan. Reaksi Pb-asetat dengan asam amino akan memperlihatkan endapan warna hitam atau kelabu. Larutan penguji yang digunakan adalah Pb-asetat dan HgCl2. Hal yang dilakukan pertama adalah menyiapkan 4 tabung reaksi dimana 2 dari tabung reaksi ini diberikan masing-masing 3 ml kasein ditambahkan dengan masing-masing 5 tetes larutan HgCl2 2% dan juga 5 tetes Pb-asetat memiliki warna putih seperti susu keruh dan terdapat endapan. Selanjutnya, 2 dari tabung reaksi ini diberikan masing-masing 3 ml putih telur ditambahkan dengan masing-masing 5 tetes larutan HgCl2 2% dan juga 5 tetes Pb-asetat dan endapan yang terlihat lebih jelas. Pada uji logam berat ini menunjukkan hasil positif karena larutan berwarna keruh dan terdapat endapan. Hal ini disebabkan karena terdapat reaksi antara Pb-asetat, HgCl2 dengan asam amino dan protein.



VIII. Kesimpulan 1. Putih telur mengandung protein karena menunjukkan hasil positif pada uji biuret 2. Kasein mengandung protein karena menunjukkan hasil positif pada uji biuret 3. Fenol menunjukkan hasil negative pada uji biuret dikarenakan fenol tidak mengandung protein 4. Putih telur menunjukkan hasil positif pada uji xantoprotein dan didapatkan hasil larutan berwarna kuning tua 5. Kasein menunjukkan hasil positif pada uji xantoprotein dan didapatkan hasil larutan berwarna jingga 6. Fenol menunjukkan hasil negatif pada uji xantoprotein dan didapatkan hasil larutan berwarna biru kehitaman 7. Putih telur dan kasein mengandung triptofan karena menunjukkan hasil positif pada test Hoopkins-Cole ditandai dengan terbentuknya cincin. 8. Putih telur dan kasein menunjukkan hasil positif pada uji ninhidrin yang berarti terdapat gugus karboksil dan asam amino bebas atau alfa asam amino maupun gugus hidroksil di dalam sampel 9. Putih telur dan kasein menunjukkan hasil positif pada uji ninhidrin yang berarti terdapat gugus karboksil dan asam amino bebas atau alfa asam amino maupun gugus hidroksil di dalam sampel 10. Putih telur dan kasein menunjukkan hasil positif pada uji logam berat karena didapatkan larutan berwarna keruh dan terdapat endapan. Hal ini disebabkan karena terdapat reaksi antara Pb-asetat, HgCl2 dengan asam amino dan protein



Daftar Pustaka Anonim, 2013, “Kimia Dasar”, Universitas Hasanuddin : Makassar Chang, Raymond, 2003, “Kimia Dasar., Konsep Inti Jilid I edisi ketiga”, Erlangga : Jakarta Devi, Nirmala, 2010, “Nutrien and Food: Gizi untuk Keluarga”, PT Gramedia Pustaka : Jakarta Hartono, 2006, “Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit”, EGC : Jakarta Poedjiadi, 2009, “Dasar-dasar Biokimia”, UI – Press : Jakarta Sastrohamidjojo, Hardjono., 2005, “Kimia Organik”, Penerbit UGM : Yogyakarta Suhara. (2008). Dasar-dasar Biokimia. Bandung: PRISMA PRESS. Panji. (2013). Uji Ninhidirin. [Online]. Diakses dari: http://www.edubio.info/2013/11/ujininhidrin.html. [10 Mei 2019]. Wilbraham, Antony,C., Matta, Michael, S., 2007, “Pengantar Kimia Organik dan Hayati”, Penerbit ITB : Bandung