Askeb Remaja Dan Pranikah Fisiologis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • esthy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI (DISMINOREA PRIMER) DI BPM PRATIWI DESA ASAO



Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja dan Pra nikah



Oleh: NURWIN NIM. 2282B1486



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN IIK STRADA KEDIRI INDONESIA TAHUN 2023



PERSETUJUAN



Laporan Praktik STASI I Askeb Holistik pada Remaja dan Pranikah dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DAN PRANIKAH PADA Nn. E DENGAN KASUS DISMENOREA PRIMER” Di BPM Pratiwi Desa Asao telah disetujui oleh pembimbing dan Di Presentasikan pada



Hari



:



Tanggal :



Kediri, ………Februari 2023 Mahasiswa



NURWIN NIM. 2282B1486



Mengetahui, Dosen Pembimbing



Pembimbing Lahan



Bd.Devy Putri Nursanti, SST.,M.Kes



Vidia Atika Manggiasih, SST, M.Kes



LEMBAR KONSUL



Judul



: Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pranikah Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao



Pembimbing Institusi



: Bd.Devy Putri Nursanti, SST.,M.Kes



NO 1 2 3 4 5 6



HARI TANGGAL



KETERANGAN



TTD



LEMBAR KONSUL Judul



: Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pranikah Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao



Pembimbing Lahan



: Vidia Atika Manggiasih, SST, M.Kes



NO 1 2 3 4 5 6



HARI TANGGAL



KETERANGAN



TTD



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................................



i



LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................................



ii



KATA PENGANTAR...............................................................................................



iii



DAFTAR ISI..............................................................................................................



iv



DAFTAR SINGKATAN...........................................................................................



v



DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................



vi



BAB 1 PENDAHULUAN 1.



Latar Belakang..................................................................................



1



2.



Tujuan ...............................................................................................



2



3.



Manfaat .............................................................................................



4



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.



Kesehatan Reproduksi Remaja .........................................................



6



2.



Menstruasi..............................................................................................10



3.



Gangguan Menstruasi.............................................................................11



4.



Disminore...............................................................................................11



5.



Disminore Primer...................................................................................13



6.



Konsep Dasar Nyeri................................................................................16



7.



Konsep Dasar Disminore Primer Berdasarkan Jurnal.............................24



8.



Manajemen Kebidanan...........................................................................32



BAB 3 TINJAUAN KASUS 1.



Asuhan Kebidanan Pada Remaja...........................................................37



BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Asuhan Kebidanan..................................................................48 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan.................................................................................................53 5.2 Saran...........................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



DAFTAR SINGKATAN



BB



: Berat Badan



KB



: Kontrasepsi Berencana



Nn



: Nona



TB



: Tinggi badan



TD



: Tekanan Darah



Tn.



: Tuan



WHO



: World Health Organization



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa remaja atau juga disebut masa pubertas merupakan masa penghubung antara masa anak-anak dan dewasa. Dalam siklus kehidupan pubertas merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan seskualitasnya (Proverawati, 2011). Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2014). Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak – kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 – 24 tahun. Remaja adalah anak usia 10 – 24 tahun yang merupakan usia masa kanak – kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu disiapkan sejak dini (Romauli, 2015). Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah menstruasi pertama, atau dalam bahasa medis disebut menarche. Kejadian ini menandakan awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat, menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti timbulnya rambut pada daerah kemaluan dan pembesaran payudara (Wahyuni dalam Atikah dan Siti, 2012). Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Kondisi ini disebut sebagai nyeri menstruasi atau disminorea. Disminorea yang sering terjadi pada remaja adalah desminorea primer. Disminorea



primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Desminorea primer ini ciri khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya (Wahyuni dalam Atikah dan Siti,2012). Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata, Disminorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus- siklus haid pada bulan-bulan setelah menarche umumnya pada permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Sukarni dan Margareth, 2013). Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan mengalami dismenore primer. Prevalensi dismenore di setiap negara berbeda-beda. Prevalensi di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia sebesar 84,1% dan di Australia sebesra 80%.4 Prevalensi rata-rata di Asia kurang lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi 68,7% terjadi di Asia Timur laut, 74,8% di Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia Barat laut. Prevalensi di negara-negara Asia Tenggara juga berbeda, angka kejadian di Malaysia mencapai 69,4%, Thailand 84,2% dan di Indonesia



angka kejadian dismenore 64,25% terdiri dari 54, 89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Menurut penelitian oleh Sari (2020)



Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia. Ini dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami desminorea tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak. Boleh dikatakan 90% perempuan Indonesia mengalami desminorea (Wahyuni dalam Dito dan Ari, 2012). Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan reproduksi dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat mengatasi keluhan yang terjadi pada klien dengan desminorea primer, contohnya rasa nyeri, pegal pada punggung dan paha, mual dan pusing. Tanpa memandang sebabnya, untuk sementara waktu dapat diberikan analgesik (antalgin, novalgil, ibuprofen, asam mefenamat, dan lain sebagainya). Bila pada pemeriksaan bidan dijumpai kelaianan anatomis yang kemungkinan adanya



endometriosis,



maka



rujukan



makin



besar



indikasinya



(Wahyuni dalam Manuaba,2013). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pranikah Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas ialah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pranikah Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao? ”



C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Terlaksananya Manajemen Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pranikah Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao dengan menggunakan manajemen SOAP sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan. 2. Tujuan khusus



a. Dapat melaksanakan pengkajian pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM



Pratiwi Desa Asao. b. Dapat merumuskan diagnosa/ masalah aktual Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di



BPM Pratiwi Desa Asao. c. Dapat menentukan diagnosa/masalah potensial pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao. d. Dapat melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao. e. Dapat menyusun rencana tindakan Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis Pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao. f.



Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao.



g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao. h. Dapat mendokumentasikan hasil tindakan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada Nn. E Dengan Kasus Dismenorea Primer” di BPM Pratiwi Desa Asao. A. Manfaat Penulisan a. Bagi mahasiswa Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan pada remaja di Bpm BPM Pratiwi Desa Asao b. Bagi institusi Sebagai bahan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa kebidanan dalam Penerapan Asuhan pada Remaja B. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data untuk penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1.



Wawancara Pengambilan data dengan tanya jawab langsung dengan klien.



2.



Dokumentasi Pengambilan data dengan melihat data pada lembar status klien.



3.



Studi pustaka Teori kebidanan asuhan kehamilan patologis di ambil dari buku yang berkaitan dengan manajemen asuhan kebidanan.



C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu penulisan asuhan kebidanan ini dilakukan di BPM Pratiwi Desa Asao. Pada Tanggal



22 Februari 2023 Jam 09.00 Wita.



BAB II TINJAUAN TEORI 1.



Kesehatan Reproduksi Remaja 1.



Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sejahtera, fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan, dalam sistem, fungsi dan proses reproduksi. Gangguan reproduksi adalah istilah generik yang mengacu pada semua penyakit yang mempengaruhi sistem reproduksi pada manusia dan mencegah terjadinya reproduksi. Hal tersebut dapat berupa kelainan bawaan, genetik, atau penyakit menular seksual (Malugada,2011). Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasadewasa. Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10- 19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (younth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. (Marmi, 2013) Remaja merupakan periode transisi antara masaanak-anak kemasa dewasa. Didalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lainyang terkait (seperti biologi dan fisiologi), remaja dikenal sebagaisuatu tahapperkembangan



fisik



ketika



alat-alat



kelamin



manusia



mencapai



kematangan. Hal ini berarti, secara anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh bentuknya yang sempurna. Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih selama dua tahun. Biasanya dihitung mulai haid yang pertama pada wanita dan mimpi basah yang pertama pada pria (Dahro, 2012).



Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu menurut The Health Resources dan Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahu), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam termiologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,2012). 2.



Tumbuh Kembang Remaja 1.



Perkembangan Remaja Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap. Menurut Depkes Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut adalah sebagai berikut: 2.



Perubahan fisik 3. 1



Percepatan berat badan dan tinggi badan Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5- 4,1 inci (Steinberg, 2011). Berat badan pada lelaki meningkat karena perubahan otot dan pada perempuan kerena penambahan lemak.



3. 2



Karakteristik sekssekunder Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada



lelaki



hormon



androgen



dan hormon estrogen.



Karakteristik sekunder pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta menarche. Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan penis skrotum, perubahan suara, kumis, jenggot dan meningkatnya kelenjar lemak yang menimbulkanjerawat. 3. 3



Perubahan bentuk tubuh Pada lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun yang lebih menonjol. Sedangkan pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan yang lebih menonjol.



3. 4



Perkembangan otak Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kamampuan pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.



3.



5 Perkembangan kognitif Tahap operasional formal (remaja dan dewasa) 3. 1



Remajaawal Remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Ramaja mulai



menunjukan cara berfikir logis, seperti bartanya kewenangan di sekolah, menggunakan istilah dan pandangan sendiri, memilih olahraga yang baik, memilih kelompok bergaul, berpenampilan dan lain-lain. 3. 2



Remaja tengah Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan pengalaman dan pemikiran. Dan mulai berfikir mengembangkan identitas diri.



3. 3



Remajaakhir Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan.



Proses



berpikir secara komplek digunakan untuk memfokuskan dari masalah idealisme, toleransi, keputusan, untuk kerier dan pekerjaan serta peran orang dewasa dalam masyarakat. 1. Perkembangan psikologi Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri dan berperilaku menurutmereka.



Transisi sosial yang dialami oleh ramaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab dengan lawanjenis.



1.



Menstruasi 1.



Pengertian menstruasi Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan, menstruasi merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang



mengalami



menarche adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun, periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi pada umur 12-16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 27 hari (Kusmiran, 2012). Menstruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi juga disebut pendarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endrometrium uterus (Sukarni dan Margareth, 2013).



2.



Gangguan menstruasi Kebanyakan menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan bebas masalah namun demikian ada beberapa wanita yang mengalami kelainan saat haid. Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam : 1.



Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada haid : Hipermenorea atauMenoragia



2.



Kelainan siklus : Polimenorea,Amenorea



3.



Pendarahan diluar haid :Metroragia



4.



Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Premenstrual tension (ketegangan prahaid), Mastodinia, Mittelschmerz ( rasa nyeri pada ovulasi) danDisminorea.



3.



Disminorea 1.



Pengertian disminorea Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan Utama,2014). Disminorea menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar kepunggung bagian bawah, nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Disminorea sering terjadi hampir pada semua wanita rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat mentruasi. Namun, istilah disminorea hanya dipakai



bila nyeri begitu hebat, sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obatobatan(Nugroho dan Utama, 2014). Banyak perempuan mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang, kira-kira setengah dari seluruh perempuan menderita akibat dismenore (menstruasi yang menyakitkan). Nyeri itu sendiri dapat digambarkan dengan nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat hingga nyeri ini dapat diobati dengan obat obatan dismenore. 2.



Klasifikasi disminorea Menurut Kusmiran (2012), berdasarkan jenisnya dismenorea terdiri dari: 1.



Disminorea Primer Dismenore primer adalah nyeri yang timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012).



2.



Dismenoresekunder Disminorea sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim



yang



mengganggu



(Kusmiran,2012).



organ



dan



jaringan



disekitarnya



4.



Disminorea Primer 1.



Pengertian DisminoreaPrimer Disminorea primer adalah nyeri haid yang timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012). Disminorea primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh. Nyeri haid itu normal tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stress, kurang darah, syok dan kondisi tubuh yang menurun (Kusmiran, 2012).



2.



Penyebab Dismenorea Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dari dismenorea primer anatra lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1.



Faktorpsikis Para wanita yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi



2.



Faktorretrovers Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena rahim yang menghadap kebelakang.



3.



Faktorprostaglandin



Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim) saat menstruasi.



Anggapan



ini



mendasari



pengobatan



denganantiprotaglandin untuk meredakan nyerimenstruasi. 3.



Akibat Dismenorea Pada dasarnya disminorea primer tidak ada penyebab yang pasti walaupun kadang tidak berbahaya, nyeri pada disminorea primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim). (Nugroho dan Utama,2014).



4.



Tanda dan Gejala Disminorea ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah. Nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang timbul, biasanya nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan hilang (Nugroho dan Utama, 2014). Sedangkan menurut Sari (2012) ciri atau gejala disminore primer yaitu nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah, pegal pada mulut vagina, nyeri pinggang, pegal – pegal pada paha, pada beberapa orang disertai mual, muntah, nyeri kepala dan diare. Menurut Wratsongko Kowalak (2011), tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang tajam, rasa kram pada abdomen bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian punggung, paha, lipat



paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai ketika keluar darah menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah menstruasi dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam. Menurut Kowalak (2011) dismenore dapat pula disertai tanda dan gejala yang memberikan kesan kuat ke arah sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala sering kencing (urinary frequency), mual muntah diare, sakit kepala, lumbagia (nyeri pada punggung), menggigil, kembung (bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi, dan,iritabilitas. 5.



Pengobatan terhadap Dismenore Primer Menurut Nugroho dan Utama (2014) adalah: 1.



Anjurkan klien untuk istirahatcukup



2.



Kompres hangat didaerahperut Menurut Kusmiran (2012), ada beberapa hal : 3.



1 Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi



3. 2 Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit. 3. 3 Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan 3. 4 Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan bidan atau dokter. Boleh minum alangesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual ditoko obat, tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kalisehari. Menurut Wahyuni dalam Atika dan Siti (2012).



Hampir sama dengan teori Kusmiran (2012) dan Nugroho dan Utama (2014), tetapi ada sedikit perbedaan yaitu untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan sayuran hijau. Menurut Penelitian Erlina (2012), Sebagian besar perempuan yang mengalami dismenore sering menggunakan obat merek dagang yang berfungsi sebagai analgetik seperti asam mefenamat, ibu profen, aspirin, paracetamol, diklofenak, dan lain-lain. Secara umum efek samping obat analgetik tersebut adalah gangguan pada saluran cerna, seperti mual, muntah, dispepsia, diare, dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung, serta eritema kulit dan nyeri pada kepala. Untuk itu ingin diketahui gambaran pengetahuan remaja putri



terhadap



dismenore dan cara menaggulanginya.



3. 5



Konsep Dasar Nyeri 1.



Pengertinan Nyeri Nyeri merupakan salah satu gangguan yang dirasakan setiap orang akibat kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Menurut smeltzer dan Bare (2012), international Association for the Studyof pain (IASP) mengartikan nyeri sebagai suatu gangguan yang dirasakan pada beberapa waktu yang disebabkan karena adanya sensori subyektif dan keadaan emosional yang bukan berarti adanya kerusakan pada jaringan atau potensial (Judha, 2012). Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereajsi dengan



meindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilt, seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut (Judha, 2012). 2.



Patofisiologi Nyeri Secara umum, munculnya nyeri berhubungan dengan adanya rangsangan dan reseptor di dalam tubuh. Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan termal, listrik, mekanik atau kimiawi. Rangsangan nyeri oleh zat kimiawi dapat berupa histamin, bradikinin, prostaglandin, macam-macam asam seperti asam lambung yang meningkat ataupun stimulasi lain yang di lepas akibat terjadinya kerusakan pada jaringan. Rangsangan-rangsangan ini akan mengaktifkan reseptor nyeri yaitu nociceptor yang merupakan ujung-ujung saraf bebas yang tersebar di permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti tendon, fasia serta organ interna lainnya ( Tamsuri, 2015). Rangsangan nyeri yang di terima oleh reseptor akan ditransmisikan kesumsum tulang belakang ileh dua jenis serabut yang berdiameter kecil yaitu serabut A delta dan serabut C. Reseptor berdiameter kecil ini berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang sifatnya keras. Disamping itu, tubuh juga memiliki reseptor yang berdiameter besar atau yang disebut dengan serabut A Beta. Reseptor Abeta ini selain berfungai untuk mentransmisikan rangsangan lain seperti sentuhan, getaran, panas, dingin, dan lain-lain. Implus serabut A Beta ini bersifat inhibitor atau menghambat rangsangan yang ditransmisikan serabut C dan A Delta (Tamsuri, 2015).



Saat ada rangsangan, kedua serabut akan membawa rangsangan kekornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis. Ketika sampai di medula spinalis inilah terjadi interaksi antara serabut yang berdiameter besar dan serabut yang berdiameter kecil pada area yang disebut dengan substansia gelatinosa (SG). Di dalam SG inilah dapat terjadi perubahan, modifikasi serta pengaruh apakah sensasi nyeri yang diterima oleh medula spinalis akan diteuskan ke otak atau akan dihambat (Tamsuri, 2015). Bila tidak ada stimulasi atau rangsangan yang adekuat dari serabut besar, maka implus nyeri dari serabut kecil akan langsung dihantar keotak yang akhirnya menimbulkan sensasi rasa nyeri yang akan dirasakan oleh tubuh. Hal ini menyebabkan sensasi nyeri yang di bawah serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak sehingga tubuh tidak merasakan nyeri. Keadaan seperti ini disebut dengan “Pintu Gerbang Tertutup” (Tamsuri, 2015). 3.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu : 1.



Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khusunya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang di temukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana akan dan lansia beraksi terhadap nyeri.



2.



Jenis Kelamin



Baik perempuan ataupun laki-laki dalam menggapai suatu nyeri tidak ada bedanya, terutama dalam merespon terhadap nyeri yang dirasakan. Penelitian yang banyak dilakukan banyak mengenai respon seseorang terhadap nyeri. Respon tersebut masih menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor biokimia. Sehingga jenis kelamin masih diragukan dalam pengekspresikan nyeri. 3.



Pemaknaan nyeri dalam kebudayaan Kebudayaan merupakan keyakinan yang dipercayai oleh masyarakat yang dapat diperoleh dimana mereka berada sehingga menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat. Menurut clancy dan Vicar (Perry & Potter, 2013), menyatakan bahwa “sosialisai budaya menentukan perilaku psikologis seseorang “. Maksudnya suatu kebudayaan yang ada masyarakat tergantung terhadap pemaknaan kebudayaan itu sendiri. Jika kebudayaan tersebut memberikan dampak yang baik maka itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan sebaliknya. Pemaknaan nyeri pada seseorang tergantung terhadap latar belakang mereka atau pengalaman mereka terhadap nyeri tersbu. Makna terhadap nyeri ini berkaitan juga dengan kebudayaan yang ada dimasyarakat. Apabila suatu kebudayaan mengatakan bahwa nyeri sebuah ketidak abnormalan, ancaman, tantangan ataupun lainnya maka ini akan mempegaruhi psikologis seseorang. Bahkan karena adanya hal tersebut membuat keadaan nyeri seseorang akan lebih parah dari sebelumnya.



4.



Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan di hubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khusunya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu pengalihan.



5.



Keletihan Keletihan meyebabkan



meningkatkan



sensasi



yeri



persepsi



semakin



nyeri,



intensif



rasa dan



kelelahan



menurunkan



kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang. 6.



Pengalaman sebelumnya Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan menerima serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.



4.



Tanda dan Gejala Nyeri



Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku yang tercermin dari pasien, namun beberapa hal yang sering terjadi misalnya : 1.



Suara : menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas.



2.



Ekspresi Wajah : meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup rapat/membuka mata atau mulut dan menggigit bibir.



3.



Pergerakan Tubuh : kegelisahan, monar-mandir, gerakan menggosok atai berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilisasi, otot tegang.



4.



Interaksi sosial : menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri dan disorientasi wakti (Judha, 2012). Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan



penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non-farmakologis tidak begitu banyak dilakukan. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri biasanya nyeri ini sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan distraksi/relaksasi cukup efektif (Judha, 2012). 5.



Pengkajian terhadap nyeri Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain : 1.



Intensitas nyeri Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Misal: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat,



hebat atau sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10=nyeri sangat hebat. 2.



Karakteristik nyeri Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial atau bahkan seperti di gencet).



6.



Pengukuran Skala Nyeri Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat bersifat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat beberapa oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2015). Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah tingkatan nyeri yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri. Penilaian



intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala yaitu Numeric Rating Scale (NRS) (Andarmoyo, 2013). Numeric Rating Scale (NRS) adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyeriya pada skala numeral dari 0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. NRS ini dilakukan oleh klien untuk menilai skala nyeri yang mereka rasakan. Skala paling efektif di gunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka di rekomendasikan patokan 10 cm (Potter & perry, 2013 dalam Judha, 2014).



Kriteria nyeri adalah sebagai berikut : 3. 1



Skala 0 tidak ada rasa nyeri yang dialami.



3. 2 Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan. 3. 3 Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis, menyeringai



dengan



menunjukkan



lokasi



nyeri.



Klien



dapat



mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan alih posisi. 3. 4 Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi.



3.5 Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapt berkomunikasi klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri (Potter & Perry, 2013).



4.



Konsep Dasar Disminore Primer Berdasarkan Jurnal 1.



Menurut Penelitian Erlina Rustam (2016) dengan Judul Gambaran pengetahuan remaja puteri terhadap nyeri haid (Disminore) dan cara penanggulangannya. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid



atau



menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau pinggul,



nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau selama menstruasi bisa juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam perut, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan. Penelitian berjenis analitik prospektif, jumlah subjek penelitian 56 orang yang diambil dengan metode total sampling dengan criteria inklusi remaja putri, usia 16-19 tahun dan sudah pernah menstruasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sebagian



besar



perempuan



yang



mengalami



dismenore



sering



menggunakan obat merek dagang yang berfungsi sebagai analgetik seperti asam mefenamat, ibu profen, aspirin, paracetamol, diklofenak, dan lain-lain. Secara umum efek samping obat analgetik tersebut adalah gangguan pada saluran cerna, seperti mual, muntah, dispepsia, diare, dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung, serta eritema kulit dan nyeri pada kepala. Untuk itu ingin diketahui gambaran



pengetahuan



remaja



putri



terhadap



dismenore



dan



cara



menaggulanginya. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner terhadap 56 orang responden diketahui tindakan utama dalam menanggulangi dismenore di kalangan remaja putri adalah tindakan non farmakologi (17,86%) dengan cara terbanyak adalah tidur (70%), Tindakan secara Farmakologi (82,14%) dengan menggunakan obat tradisional (32,61%) kebanyakan menggunakan daun sirih (67%). Menggunakan Obat Jadi (54,35%) kebanyakan mereka menggunakan OJ-2 (40%). Penderita dismenore cenderung memilih obat yang tersedia dan beredar banyak dipasaran baik di Apotik, toko obat ataupun warung-warung. Apabila nyeri cukup mengganggu dapat mengkonsumsi obat- obatan analgetik yang



dijual secara bebas tetapi harus memperhatikan efek samping terhadap lambung. Efek samping yang paling banyak dirasakan setelah meminum obat pereda nyeri haid adalah mengantuk (56,52%). Dasar pemilihan obat dalam menanggulangi dismenore oleh remaja putri adalah karena obat tersebut cepat menghilangkan nyeri (97,83%). 2.



Menurut Penelitian Faridah dkk (2016) dengan judul Disminore primer dan faktor resiko disminore primer pada remaja. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Onset awal dismenore primer biasanya terjadi dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8 sampai 72 jam. Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus (miometrium) dan sekresi prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan adanya masalah patologis di rongga panggul. Untuk mengatasi nyeri haid ini dapat digunakan obat anti inflamasi nonsteroid untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan. Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Terapi farmakologis dasar dapat dengan pemberian obat anti inflamasi non-steroid (NSAID). Sedangkan untuk terapi nonfarmakologis



terdapat beberapa cara yaitu dengan kompres air hangat, olah raga, dan tidur cukup. Berbagai faktor risiko dismenore primer telah diidentifikasi dalam berbagai literatur dengan hasil prevalensi yang sangat beragam. Faktor risiko ini berhubungan dengan meningkatnya tingkat kejadian dismenore primer. Faktor risiko tersebut antara lain 1) menarke usia dini, 2) riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, 3) Indeks Masa Tubuh yang tidak normal, 4) kebiasaan memakan makanan cepat saji, 5) durasi perdarahan saat haid, 6) terpapar asap rokok, 7) konsumsi kopi, dan 8) alexythimia. Haid yang pertama kali yang dialami oleh seorang wanita adalah menarke. Menarke merupakan indeks dari pematangan fisik dari organ reproduksi seorang wanita. Pada penelitian Charu et al. disebutkan bahwa ratarata usia menarke umumnya pada umur 12-14 tahun. Berdasarkan survai nasional, rata-rata usia menarke remaja putri di Indonesia adalah 12,96 tahun dengan prevalensi menarke dini sebesar 10,3 % dan menarke terlambat sebesar 8,8%. Namun usia menarke pada sebagian besar negara maju mengalami penurunan dengan variasi 0,5 tahun. Beberapa teori mengatakan penurunan tersebut terjadi dikarenakan berat badan dan hipotesis lemak yang memicu timbulnya menarke. Perbedaan usia menarke dan pola siklus menstruasi dapat dijelaskan oleh perbedaan status sosial dan demografis. Menarke usia dini memiliki kaitan dengan beberapa komplikasi kesehatan termasuk penyakit ginekologi. Wanita dengan usia menarke dibawah 12 tahun atau menarke dini memiliki 23% lebih tinggi kesempatan terjadi dismenore dibandingkan dengan wanita dengan menarke pada usia 12-14 tahun. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa pada anak wanita



yang mengalami menarke dini mengalami paparan prostaglandin yang lebih lama sehingga menyebabkan kram dan nyeri pada perut. Hubungan antara menarche dini dengan pola hormonal dari siklus menstruasi merupakan faktor risiko penting terjadinya dismenore primer. Wanita dengan menarke dini memiliki konsentrasi hormon estradiol serum lebih tinggi tetapi hormon testosteron dan dehidroepiandosteron dalam konsentrasi yang lebih rendah. Peningkatan hormon estradiol tersebut yang memiliki peran dalam mengatur onset pubertas pada wanita. Peningkatan produksi hormon estradiol oleh tubuh dapat dipicu oleh tingginya asupan daging maupun susu dari sapi yang disuntikkan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan produksi susu.



Laporan penelitian Charu et al. mengemukakan bahwa 39,46% wanita yang menderita dismenore memiliki keluarga dengan keluhan dismenore seperti ibu atau saudara kandung. Maka terdapat korelasi yang kuat antara predisposisi familial dengan dismenore. Hal ini disebabkan adanya faktor genetik yang memperngaruhi sehingga apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung mempengaruhi psikis wanita tersebut. Pada penelitian Mool Raj et al. pada wanita dengan riwayat anggota keluarga (ibu atau saudara) dengan keluhan dismenore memiliki 3 kali kesempatan lebih besar mengalami dismenore dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga dismenore. Menurut Singh et al. dalam hasil penelitiannya, dari total wanita yang mengisi kuisioner didapatkan 79,43% memiliki kebiasaan memakan makanan cepat saji (junk food) didapatkan 16,82% di antaranya menderita dismenore.



Makanan cepat saji memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji dapat mengganggu metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenore. Prostaglandin terbentuk dari asam lemak yang ada dalam tubuh. Setelah ovulasi terjadi penumpukan asam lemak pada bagian fospolipid pada sel membran. Pada saat kadar progesteron menurun sebelum haid, asam lemak yaitu asam



arakidonat



dilepaskan



dan



mengalami



reaksi



berantai



menjadi



prostaglandin yang dapat menimbulkan rasa nyeri saat haid. Selain dismenore, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji juga dapat menimbulkan oligomenore, hipermenore, dan sindrom pre-menstruasi. Durasi pendarahan saat haid normalnya empat sampai dengan 5 hari. Pada penelitian Kural et al. dilaporkan dari 100 wanita yang menderita dismenore didapatkan 20% wanita tersebut memiliki durasi perdarahan lebih dari 5 sampai 7 hari. Dengan analisis tersebut menggambarkan wanita dengan perdarahan durasi lebih dari 5 sampai 7 hari memiliki 1,9 kali lebih banyak kesempatan untuk menderita dismenore. Lama durasi haid dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional wanita yang labil ketika akan haid. Sementara secara fisiologi lebih kepada kontraksi otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan sangat sensitive terhadap hormone, akibatnya endometrium dalam fase sekresi memproduksi hormone prostaglandin yang lebih tinggi. Semakin lama durasi



haid, maka semakin sering uterus berkontraksi akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan sehingga timbul rasa nyeri saat haid. Pada studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan antara dismenore dengan beberapa faktor risiko lingkungan, termasuk merokok dan konsumsi kopi. Pada penelitian Chen et al. pada 165 wanita yang terpapar asap rokok dan mengkonsumsi kopi, 13,3% di antaranya menderita dismenore.



Sebuah



penelitian menunjukkan adanya hubungan antara dismenore dengan wanita yang terkena asap rokok secara pasif. Dilaporkan pada wanita yang terpapar asap rokok secara pasif menderita dismenore dengan waktu yang lebih lama dibandingkan yang tidak tepapar. Pengaruh merokok pasif pada dismenore diamati terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan yang tidak merokok pasif. Mekanisme biologis yang mempengaruhi kejadian dismenore diakibatkan dari nikotin yang bersifat vasokonstriktor sehingga mengakibatkan berkurangnya aliran darah yang menuju endometrium. Selain itu, asap rokok juga dipercaya memiliki sifat anti estrogenik. Pada penelitian Faramarzi et al. dari 360 siswi yang berpartisipasi 178 (49,4%) siswi di antaranya memperlihatkan ciri-ciri alexithymia. Secara psikologis didapatkan hubungan antara alexithymia dengan keadaan dismenore primer. Alexythimia didefinisikan sebagai seseorang dengan kesulitan mengidentifikasi perasaan dan sulit untuk membedakan antara perasaan dengan sensasi tubuh dari rangsangan emosional. Pada pasien alexithymia sulit untuk menggambarkan



dan



menghargai



perasaan



orang



lain,



yang



diduga



menyebabkan kurang empati terhadap orang lain. Faktor risiko dismenore 3,3 kali lebih tinggi pada wanita dengan alexythimia. Pada penderita didapatkan



ciri-ciri sindrom pramenstruasi yang sangat menonjol. Gejala pramenstruasi dialami oleh wanita reproduksi terjadi pada akhir fase luteal dari siklus haid. Gejala pramenstruasi mencakup psikologis dan fisik. Gejala psikologis dapat berupa kecemasan, gangguan tidur serta peningkatan ambang nyeri. Sedangkan secara fisik berupa nyeri punggung, sakit kepala, payudara membengkak, perut kembung dan muntah. Sebanyak 90% dari remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat haid dan lebih dari 50% dari wanita haid mengalami dismenore primer. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid. Dismenore dibagi menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Dalam beberapa literatur faktor risiko yang sering berkaitan dengan dismenore yaitu menarke usia dini, riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, indeks masa tubuh yang tidak normal, kebiasaan memakan makanan cepat saji, durasi perdarahan saat haid, terpapar asap rokok, konsumsi kopi dan alexythimia.



2.



Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2014).



Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara detail dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney, yaitu : 1.



Standar I:Pengkajian 1.



Pernyataan Standar Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Kriteria Pengkajian : 1.



Data tepat, akurat, danlengkap



2. Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosialbudaya) 3. Data



Objektif



(hasil



pemeriksaan



fisik,



psikologis



dan



pemeriksaanpenunjang) 2.



Standar II: Perumusan Diagnosa dan atau MasalahKebidanan 1.



Pernyataan Standar Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah. 3. 1 Diagnosa sesuai dengan nomenklaturkebidanan



3. 2 Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisiklien 3. 3 Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi, danrujukan.



1.



Standar III:Perencanaan 1.



PernyataanStandar Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. Kriteria Perencanaan 3. 1 Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif. 3. 2 Melibatkan klien/ pasien dan ataukeluarga 3. 3 Mempertimbangkan kondisi psikologis,



sosial



budaya



klien/



keluarga. 3. 4 Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untukklien. 3. 5 Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang sumberdaya serta fasilitas yangada. 1.



Standar IV:Implementasi



1.



Pernyataan Standar



berlaku



Bidan



melaksanakan



rencana



asuhan



kebidanan



secara



komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteria



1.



Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psikososial-spiritual-kultural.



2.



Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (informconsent).



3.



Melaksankan tindakan asuhan berdasarkan evidencebased.



4.



Melibatkan klien/pasien dalam setiaptindakan.



5.



Menjaga privasi klien/pasien.



6.



Melaksanakan prinsip pencegahaninfeksi.



7.



Mengikuti



perkembangan kondisi klien



secara



berkesinambungan. 8.



Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.



9.



Melakukan tindakan tindakan sesuaistandar.



10. Mencatat semua tindakan yang telahdilakukan



2.



Standar V:Evaluasi



1.



Pernyataan Standar Bidan



melakukan



evaluasi



secara



sistematis



dan



berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Kriteria Evaluasi 3. 1 Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisiklien. 3. 2 Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan ataukeluarga. 3. 3 Evaluasi dilakukan sesuai denganstandar. 3. 4 Hasilevaluasiditindaklanjutisesuai dengankondisi klien/pasien 1.



Standar VI:Pencatatan AsuhanKebidanan 1.



Pernyataan Standar Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan



asuhan



kebidanan.



Kriteria



Pencatatan



Asuhan



Kebidanan. 3. 1 Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir



yang



tersedia



(rekam



medis/KMS/Status



Pasien/BukuKIA). 3. 2 Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP



3. 3 S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa 3. 4 O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan 3. 5 A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan 3. 6 P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan.



BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA



3.7



PENGKAJIAN



1.



DATA SUBYEKTIF Anamnesa dilakukan oleh



: Nurwin



Di



: BPM Pratiwi Desa Asao



Tanggal



: 22-02-2023



Pukul



: 09.00 WITA



1.



Identitas Klien Nama Klien



: Nn. “M”



Nama wali/ortu : Tn. Y



Umur



: 20 tahun



Umur



: 55 tahun



Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia



Suku/Bangsa



: Jawa/Indonesia



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMP



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Operator Desa



Pekerjaan



: MRT



Penghasilan



: ±Rp.2.000.000/bln



Penghasilan



: ± Rp. 2.000.000/bln



Alamat



: Desa Momea, Kec.Asao, Kabupaten Konawe, Sulawesi tenggara



2.



Alasan Kunjungan Saat Ini Ingin konsultasi dan memeriksakan diri mengenai menstruasi



3.



Keluhan utama Nn. M mengatakan Nyeri saat haid/menstruasi hari ke 2, tidak mengganggu aktivitas



4.



Riwayat menstruasi 3. 1 Menarche



: ± 12 tahun



3. 2 Siklus menstruasi



: 28 hari (teratur)



3. 3 Lama



: ± 7 hari



3. 4 Banyaknya darah



: 1-3 hari 3x ganti pembalut (±80cc) 4-6 hari 2x ganti pembalut (±30cc)



3. 5 Konsistensi



: Encer, gumpalan kecil-kecil



3. 6 Dysmenorhoe



: Iya (sejak SMA)



3. 7 Fluor albus



: Ya (sebelum menstruasi) Warna:jernih



1.



Bau : -



Riwayat Kesehatan Keluarga 3. 1 Keturunan kembar Dari pihak siapa



: Tidak ada : Tidak ada



Gatal:-



3. 2 Penyakit keturunan



:Tidak ada



Dari pihak siapa



:Tidak ada



Jenis penyakit



:Tidak ada



3. 3 Penyakit lain dalam keluarga



1.



: Tidak ada



Dari pihak siapa



: Tidak ada



Jenis penyakit



: Tidak ada



Riwayat kesehatan yang lalu 3. 1 Penyakit menahun



: Tidak ada



(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis) 3. 2 Penyakit menurun



: Tidak ada



(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis) 3. 3 Penyakit menular



: Tidak ada



(Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Hepatitis) 1.



Latar Belakang Budaya dan Dukungan Keluarga 3. 1 Kebiasaan / upacara adat istiadat :Diberikan jamu kunir asem. 3. 2 Kebiasaan keluarga yang menghambat :Tidak ada 3. 3 Kebiasaan keluarga yang menunjang : Menganjurkan remaja makan makanan begizi dan istirahat yang cukup. 3. 4 Dukungan dari suami : Mengantar periksa.



3. 5 Dukungan dari keluarga yang lain:ibu selalu mengurus urusan rumah sendiri selagi Nn M sakit. 1.



Pola Kebiasaan sehari-hari 3. 1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari,1 centong nasi putih, lauk pauk: telur, tempe, tahu, ayam/daging, sop/sayur asam Minum air putih ± 7 gelas/hari. 3. 2 Pola Eliminasi BAB ± 1 kali sehari, Konsistensi : Lembek,



Bau : Khas



BAK ± 4 – 5 kali sehari, Warna : Jernih kekuningan Keluhan yang dirasakan



: Tidak ada



3. 3 Pola Istirahat tidur Siang ± jam 12.00-14.00 WITA Malam ± jam 21.00-04.00 WITA Keluhan yang dirasakan



: Tidak ada



3. 4 Pola Aktivitas Terganggu karena rasa sakit saat disminore, lebih banyak istirahat dikamar dari pada keluar. Keluhan yang dirasakan: ada



3. 5 Pola Seksualitas Tidak ada 3. 6 Perilaku Kesehatan Personal hygiene : Mandi,



: Mandi 2x/hari



Keramas,



: Keramas 3x/minggu.



Gosok gigi



: Gosok gigi 2x/hari



Ganti celana dalam



: 2x/hari



Cara membersihkan genitalia : Sudah benar (dari depan ke belakang) Keluhan yang dirasakan : Tidak ada keluhan 1.



Tindakan yang dilakukan 3. 1 Istirahat yang cukup, dengan tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam serta perbanyak minum air putih 3. 2 Menggunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk atau botol berisi air panas diperut dan punggung bawah, serta minum-minuman yang hangat. Atau dengan mandi air hangat. 3. 3 Mengurangi rasa nyeri dengan aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada bagian perut akan membantu mengurangi rasa nyeri.



3. 4 Memberikan obat analgetik (asam mefenamad tablet diminum 3x sehari peroral, atau jika sakit). 3. 5 Memberitahu klien tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dengan cara meningkatkan pola makan, memakan makanan yang bergizi dan seimbang, seperti : nasi, sayur, lauk, buah jika perlu susu serta perbanyak konsumsi makanan tinggi protein selama menstruasi. 3. 6 Menganjurkan klien istirahat dan tidur yang cukup, serta olahraga yang teratur ( dengan memperbanyak jalan kaki). Beberapa wanita mencapai keringanan dengan olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress tapi juga meningkatkan produksi endorfin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak ada pembatasan aktifitas selama haid.



1.



DATA OBJEKTIF 1.



Pemeriksaan Umum 3. 1



Kesadaran



: Composmentis



3. 2



TD



: 90/60 mmHg



3. 3



Suhu



:



3. 4



Nadi



: 81 kali/menit



3. 5



RR



: 21 kali/menit



3. 6



BB



: 45 kg



3. 7



TB



: 156 cm



ºC



1.



3. 8



LILA



: 23 cm



3. 9



IMT



: -