Askep Ca Prostat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN CA PROSTAT 1.1 Definisi Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala lainnya. Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat, tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara keganasan sistem urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yangberumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 7080 tahun dan 75% pada usialebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun.



1.2 Anatomi fisiologi



Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu karena pengaruh dari horman androgen yang berasal dari testis janin. Prostat



merupakan derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Kelenjar prostat bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit (kemiri ). Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-bulu, didepan rektum dan membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Pada tahun 1972 Mc. NEAL, mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari prostat. Menurut Mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95 % dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain ( 5% ) membentuk zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di zona transisi ini. Sebagian besar proses keganasan (6070 % ) bermula di zona perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentral. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan



25 % dari volume ejakulat.



Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.



1.3 Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ca prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya ca mammmae adalah: 1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut. 2. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.



3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati 4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan se epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.



1.4 Gambaran Klinik Penderita kanker prostat gejala bervariasi,tetapi prinsipnya ada : 1. Blader out flow obstruktion(BOO) seperti : frekuensi, hesistensi, pancaran lemah. 2. ekstensi lokal dari tumor. Gambaran klinis 1.



Mengalami kesulitan dalam buang air kecil



2.



Buang air kecil lebih sering ,terutama kalau pada malam hari.



3.



Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni .



4.



Mengalami kesulitan juga dalam mengakhiri aliran air seni



5.



Pancaran aliran air seni lemah



6.



Merasa kandung kencing tidak kosong sempurna



7.



Jika disertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil,atau waktu mengeluarkan air mani selesai bersetubuh.



8.



Kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri.



9.



Makin ada darah di dalam air seni atau air mani



10. Pada kanker prostat,selain keluhan tersebut diatas juga disertai : 11. Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang. 12. Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis. 13. Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul. 14. Mungkin air seni berdarah. sesuai dengan stadium dari Ca prostat : 1. Ca prostat yang masih terlokalisr : a. asimptomatic b. peningkatan PSA



c. pancaran lemah d. sensasi sisa urin e. frekunsi f. urgensi 2. Ca prostat lokal lanjut a. Hematuri b. Disuri c. Nyeri suprapubik dan perineal d. Impotence e. Incontinence f. gejala gagal ginjal g. haemospermia. 3. Ca prostat yang sudah metastasis a. Nyeri tulang atau isialgia b. paraplegi c. pembesaran limfonodi d. anuri e. letargi (anemia,uremia) f. berat badan turun dan caceksia g. perdarahan pada usus dan kulit



1.5 Stadium Ca Prostat



1. Tahap 1 (stadium 1) =Tahap awal, di mana kanker begitu kecil sehingga hal itu tidak dapat dirasakan pada pemeriksaan colok dubur (DRE). 2. Tahap 2 (stadium 2) =Tumor ini sekarang cukup besar dirasakan pada DRE, tetapi masih terbatas pada kelenjar prostat dan belum menyebar. 3. Tahap 3 (stadium 3) =Tumor telah menyebar di luar kelenjar dan mungkin telah menginvasi vesikula seminalis. 4. Tahap 4 (stadium 4) =Tumor telah menyebar untuk melibatkan jaringan sekitarnya seperti kandung kemih, rektum atau otot-otot panggul.



1.6 Patofisiologi



Kanker terjadi karena pertumbuhan abnormal sel-sel ganas. Sel ganas ini yang membelah dan meningkatkan kecepatan tinggi kematian sel normal. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam jumlah sel-sel yang abnormal dalam organ. Setelah tingkat abnormal menetap, mutasi gen juga akan terjadi lagi yang akan mengakibatkan peningkatan jumlah sel abnormal. Sebagai hasil dari semua ini, kanker berkembang sangat cepat dan jika pengobatan tidak dimulai pada tahap awal, proses ini akan terus berlanjut. Kanker dapat terjadi pada setiap bagian dari organ. Dalam kanker prostat, sebagian besar berasal dari kanker di zona perifer, diikuti oleh pusat dan zona peralihan. Ini umumnya terjadi, tetapi mungkin kanker multi-fokus jugamuncul di berbagai daerah di prostat pada saat yang sama. Setelah proses kanker merasuk, menyebar ke leher kandung kemih, saluran ejakulasi dan vesikula seminalis. Penyebaran ke kandung kemih dan vesikula seminalis invasi local dari kanker. Kanker yang masih terbatas pada prostat atau masih berada pada tahap invasive memiliki prognosisyang lebih baik. Tapi setelah kanker berkembang ke bagian lain dari tubuh, pengelolaan menjadi sulit. Proses penyebaran kanker dari organ asal ke organ –organ yang jauh seperti hati atau paru-paru atau tulangdisebut metastasis. Dalam banyak kanker, akan melibatkan metastasis kanker prostat limfadenopati tetapi mungkin juga tanpa limfadenopati. Klien mungkin datang ke dokter bukan untuk pengelolaan kanker tetapi dengan banyak gejala lain dan kanker prostat terdeteksi secara kebetulan saat pasien menjalani penyelidikan untuk gejala. The common tanda dan gejala kanker prostat termasuk nyeri ekstremitas bawah, retensi urin, hematuria, frekuensi, penurunan aliran kemih dll. Ini adalah gejala umum dalam kondisi lain juga seperti infeksi saluran kencing atau hyperplasia prostat



jinak. PSA skrining harus dilakukan untuk



mengesampingkan kondisi lain dan jika tingkat PSA abnormal penyelidikan lebih perlu dilakukan.



Dalam kasus metastasis, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, rasa sakit tak tertahankan, dan fraktur patologis dapat diidentifikasi. Dan individu, menyadari fakta-fakta dan gejala akan mampu mengidentifikasi gejala-gejala jika ada, dan akan dapat berkonsultasi dengan dokter di awal. 1.7 Pemeriksaan diagnostik a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong ) b. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”. c. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup. 1. Colok dubur. Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : a. Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram. b. Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram. c. Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram. 2. Laboratorium. a. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita . b. Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen). c. Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas . d. Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih .



e. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan. 3. Flowmetri : Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.



Penilaian : a. Fmak 15 ml/detik——-ànonobstruktif 4. Radiologi. a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula. 5. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik. 6. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila



darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra. 7. Kateterisasi: Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat. 1.8 Penatalaksanaan Ada beberapa cara penanganan kanker prostat yaitu : 1. Cukup diamati dan dipantau perkembangannya dengan melakukan pemeriksaan PSA 2. Pengangkatan kelenjar prostat 3. Radiasi 4. Terapi hormonal Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan manipulasi hormonal (mengurangi kadar testoteron melalui obat-obtan maupun pengangkatan testis) atau kemoterapi, pembedahan. 1. Prostatektomi radikal (pengangkatan kelenjar prostat). Seringkali dilakukan pada kanker stadium A dan B. Prosedurnya lama dan biasanya dilakukan dibawah pembiusan total maupun spinal. Sebuah sayatan dibuat di perut maupun daerah perineum dan penderita harus menjalani perawatan rumah sakit selama 5-7 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensia dan inkontinensia urin. Pada penderita yang kehidupan seksualnya masih aktif, bisa dilakukan potency-sparing radical prostatectomy. 2. Orkiektomi (pengangkatan testis, pengebirian). Pengangkatan kedua testis menyebabkan berkurangnya kadar testosteron, tetapi prosedur ini menimbulkan efek fisik dan psikis yang tidak dapat ditolerir oleh penderita. Orkidektomi adalah pengobatan yang efektif, tidak memerlukan pengobatan ulang, lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan dan sesudah menjalani orkiektomi penderita tidak perlu



menjalani perawatan rumah sakit. Orkiektomi biasanya dilakukan pada kanker yang telah menyebar. Obat-obatan 1. Manipulasi



hormonal.



Tujuannya



adalah



mengurangi



kadar



testosteron. Penurunan kadar testosteron seringkali sangat efektif dalam mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker. Manipulasi hormonal terutama digunakan untuk meringankan gejala tanpa menyembuhkan kankernya, yaitu misalnya pada penderita yang kankernya telah menyebar. Obat sintetis yang fungsinya menyerupai LHRH (luteinizing hormone releasing hormone), semakin banyak digunakan untuk mengobati kanker prostat



stadium lanjut.



Contohnya adalah lupron atau zoladeks. Obat ini menekan perangsangan testis terhadap pembentukan testosteron (hal seperti ini disebut pengebirian kimiawi karena memiliki hasil yang sama dengan pengangkatan testis). Obat diberikan dalam bentuk suntikan, biasanya setiap 3 bulan sekali. Efek sampingnya adalah mual dan muntah, wajah kemerahan, anemia, osteoporosis dan impotensi. Obat lainnya yang digunakan untuk terapi hormonal adalah zat penghambat



androgen



(misalnya



flutamid),



yang



berfungsi



mencegah menempelnya testosteron pada sel-sel prostat. Efek sampingnya



adalah



impotensi,



gangguan



hati,



diare



ginekomastia (pembesaran payudara). 2. Kemoterapi Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker prostat yang kebal terhadap pengobatan hormonal. Biasanya diberikan obat tunggal atau kombinasi beberapa obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.



dan



Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker prostat adalah: - Mitoxantron



- Prednisone



- Paclitaxel



- Dosetaxel



- Estramustin



- Adriamycin.



Efek sampingnya bervariasi dan tergantung kepada obat yang diberikan. 1.9 Diagnosis Keperawatan 1. Gangguan eliminasi urin 2. Nyeri akut 3. Gangguan mobilitas fisik 4. Risiko defisit nutrisi 5. Gangguan perfusi jaringan perifer



ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan penkajian post operasi prostatektomi 1. Pengkajian pre operasi prostatektomi Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi : a. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis. b. Riwayat penyakit sekarang Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine. c. Riwayat penyakit dahulu . Adanya



penyakit



yang



berhubungan



dengan



saluran



perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi. d. Riwayat penyakit keluarga. Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.



e. Riwayat psikososial 1) Intra personal Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya. 2) Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat. f. Pola fungsi kesehatan g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat h. Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah. i. Pola eliminasi Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes – netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum. j. Pola tidur dan istirahat Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ).



Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur. k. Pola aktifitas. Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami



gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi



kebutuhan sehari – hari sendiri. l. Pola hubungan dan peran Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya. m. Pola persepsi dan konsep diri Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya. n. Pola sensori dan kognitif Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini. o. Pola reproduksi seksual Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual. p.



Pola penanggulangan stress Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan



masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif. q.



Pola tata nilai dan kepercayaan Klien



menganut



agama



apa,



bagaimana



dengan



aktifitas



keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah. 2. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi. b. Kulit Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien. c. Kepala Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala. d. Muka Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya. e. Mata Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak. f. Telinga Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran. h. Hidung Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.



i. Mulut dan faring Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil. j. Leher Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe. k. Thoraks Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti. l. Paru Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni. m. Jantung Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya. n. Abdomen Bagaimana



bentuk



abdomen.



Pada



klien



dengan



keluhan



retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. o. Genitalia dan anus Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid. p. Ekstrimitas dan tulang belakang Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.



3. Diagnosis keperawatan 1.



Gangguan eliminasi urin



2.



Nyeri akut



3.



Gangguan mobilitas fisik



4.



Risiko defisit nutrisi



5.



Perfusi perifer tidak efektif



4. Rencana keperawatan Rencana keperawatan N



Diagnosis



Tujuan



Gangguan



Setelah dilakukan tindakan keperawata n selama 7 jam sekali di harapkan pasien membaik



Kriteria hasil



Intervensi



o 1.



eliminasi urin



L.04034 eliminasi urine I.11349 dukungan perawatan diri 1. Sensasi berkemih bab/bak meningkat >Observasi 2. Desakan berkemih 1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB menurun sesuai usia 3. Berkemih tidak tuntas 2. Monitor intergritas kulit pasien menurun >Terapeutik 4. Urin hanya menetes 1. Buka pakaian yang diperlukan menurun untuk memudahkan eliminasi 5. Enuresis menurun 2. Dukung pengunaan toilet/pispot 6. Disuria menurun /urinal secara konsisten 7. Frekuensi BAK 3. Jaga privasi selama eliminasi membaik 4. Ganti pakaian pasien setelah 8. Karakteristik urine eliminasi, jika perlu membaik. 5. Bersihkan alat bantuk BAK/BAB setelah di gunakan L.04036 kontinensia urine 6. Sediakan alat bantu (mis. Kateter 1. Kemampuan berkemih eksternal, urinal) jiak perlu meningkat >Edukasi 2. Nokturia menurun 1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin 3. Distensi kandung 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, kemih menurun jika perlu 4. Dribbling menurun 5. Enuresis menurun I.04152 Manajemen eliminasi urine 6. Frekuensi berkemih >Observasi membaik 1. Identifikasi tanda dan gejala 7. Sensasi berkemih retensi atau inkontinensia urine



membaik.



2.



Nyeri akut



2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine 3. Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi, warna, volume) >Terapeutik 1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih 2. Batasi asupan cairan, jika perlu 3. Ambil sampel urine tengah (midsteam) atau kultur >Edukasi 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih 2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine 3. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk brrkemih 4. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi 5. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur >Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu.



1. Setelah L.08066 Tingkat nyeri I.08238 Manajemen nyeri dilakukan 1. Keluhan nyeri menurun >Observasi tindakan 2. Anoreksia menurun 1. Identifikasi lokasi, krakteristik, keperawata 3. Meringis menurun durasi, frekunsi, kualitas, n selama 7 4. Frekunsi nadi membaik intensitas nyeri jam sekali 2. Identifikasi sklaa nyeri di harapkan L.08063 Kontrol nyeri 3. Identifikasi faktor yang pasien 1. Melaporkan nyeri memperberat dan memperingan membaik terkontrol meningkat nyeri 2. Kemampuan mengenali >Terapuetik penyebab nyeri 1. Fasilitasi istirahat dan tidur meningkat >Edukasi 3. Kemampuan 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri



menggunakan tehnik non- farmakologi 4. Keluhan nyeri menurun L.05045 Pola tidur 1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Keluhan sering terjaga menurun 3. Istirahat tidak cukup mebaik



2. Jelas penyebab, periode dan pemicu nyeri. 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat >Kolaborasi 1. Kolaborasi menggunkaan analgetik, jika perlu I.08242 Pemantauan nyeri >Observasi 1. Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri 2. Monitor kualitas nyeri 3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri 4. Monitor intensitas nyeri dan menggunkan skala 5. Monitor frekunsi nyeri >Terapeutik 1. Dokumentasi hasil pemantauan >Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu I.08245 Perawatan kenyamanan >Observasi 1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan 2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi >Terapeutik 2. Berikan posisi yang nyaman 3. Ciptakaan lingkungan yang nyaman 4. Berikan kompres dingin dan hangat >Edukasi 1. Ajarkan terapi relaksasi >Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, jika perlu



3.



Perfusi



Setelah dilakukan perifer tindakan tidak efektif keperawata n selama 7 jam sekali di harapkan pasien membaik



L.02011 perfusi perifer Tingkat pendarahan 1. Denyut nadi perifer meningkat 2. Sensasi meningkat 3. Warna kulit pucat menurun 4. Nekrosis menurun 5. Pengisian kapiler membaik 6. Akral membaik 7. Turgor kulit membaik 8. Tekanan darah sistolit dan diastolik membaik 9. Tekanan arteri rata-rata mebaik. L. 02017 Tingkat pendarahan 1. Kelembaban membran mukosa meningkat 2. Kelembapan kulit meningkat 3. Hemoptisis menurun 4. Hematuria menurun 5. Distensi abdomen menurun 6. Hemoglobin membaik 7. Hematokrit membaik 8. Tekanan darah membaik 9. Suhu tubuh membaik



4.



Gangguan mobilitas fisik



Setelah L. 14136 mobilitas fisik dilakukan Tolerasi aktifitas tindakan 1. Nyeri menurun keperawata 2. Kecemasan menurun n selama 7 3. Gerakan tidak



I.pemantauan hasil laboratorium Pemantauan tanda vital >Observasi 1. Identifikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan 2. Monitor hasil yang di perlukan 3. Periksa kesesuaian hasil laboratorium dengan penampilan klinis pasien >Terapeutik 1. Ambil sampel darah/pus/sputum 2. Interprestasikan hasil pemeriksaan laboratorium. >Kolaborasi 1. kolaborasi dengan dokter jika hasil laboratorium memerlukan intervensi media. I.03121 Pemantauan tanda vital >Observasi 1. monitor tekanan darah 2. monitor arteri rata-rata 3. monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama) 4. monitor pernapasan 5. monitor suhu tubuh 6. identifikasi penyebab perubahan tanda vital. >Terapeutik 1. atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien 2. dokumentasi hasil pemantauan. >Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu. I.01019 Pengaturan posisi >Observasi 1. monitor oksigennasi sebelum dan sesudah menubah posisi



jam sekali di harapkan nyeri pasien berkurang atau hilang membaik



terkontraindikasi 4. Gerakan terbatas munurun 5. Kelemahan fisik menurun 6. Frekuensi nadi membaik



>Terapuetik 1. tempatkan pada matras yang terapeutik 2. tempatkan pada posisi terapeutik 3. atur posisi yang disukai, jika tidak terkontraindikasi 4. hindari pada penempatan posisi yang dapat meningkatkan nyeri



L.05047Toleransi aktifitas 1. Frekuensi nadi >Edukasi 1. informasikan saat akan dilakukan meningkat perubahan posisi 2. Keluhan lelah menurun 3. Dispnea saat aktivitas I.08238 Manajemen nyeri menurun >Observasi 4. Dispnea setelah 1. Identifikasi lokasi, krakteristik, aktivitas menurun durasi, frekunsi, kualitas, intensitas 5. Tekanan darah nyeri membaik 2. Identifikasi sklaa nyeri 6. Frekuensi napas 3. Identifikasi faktor yang membaik memperberat dan memperingan nyeri >Terapuetik 1. Fasilitasi istirahat dan tidur >Edukasi 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Jelas penyebab, periode dan pemicu nyeri. 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat >Kolaborasi 1. Kolaborasi menggunkaan analgetik, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar – dasar urologi. Malang: CV Infomedika. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta. EGC Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002.. Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.